ANALISIS KINERJA SAHAM BERDASARKAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKONYA PADA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PERTANIAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh ALIK PRADITA H24062837
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ANALISIS KINERJA SAHAM BERDASARKAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKONYA PADA SAHAM SEKTOR INDUSTRI PERTANIAN DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ALIK PRADITA H24062837
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Saham Berdasarkan Tingkat pengembalian dan Risikonya pada Saham Sektor Industri Pertanian di Bursa Efek Indonesia Nama
: Alik Pradita
NIM
: H24062837
Menyetujui Dosen Pembimbing,
(Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP : 19710307 200501 2 001 Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Mei 1988, yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari seorang ayahanda bernama Ir. Agus Cahyono. Dengan didampingi oleh dua orang ibu yang memberikan kasih sayangnya, penulis merasa bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK KUSUMA JAYA Bogor pada tahun 1994, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 03 Ciampea dan selesai pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Bogor dan pada tahun 2006 studinya di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor selesai. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selanjutnya pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Manajemen, IPB setelah melalui seleksi Indeks Prestasi Kumulatif. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan seperti panitia MPF-MPD di departemen Manajemen pada tahun ajaran 20082009 dan panitia Economic Contest pada tahun 2008 di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain itu, penulis juga merupakan salah satu anggota dari organisasi kemahasiswaan bernama ENTER yang bergerak pada kegiatan entrepreneurship. Penulis juga merupakan seorang guru les private untuk tingkatan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Penulis juga pernah melakukan praktik kerja selama masa liburan. Pada Juli 2008-Agustus 2008 penulis melakukan praktik kerja di PT. Krakatau Steel pada Marketing Division, selanjutnya pada Juli 2009-Agustus 2009 penulis melakukan praktik kerja di PT. TASPEN pada Finance Division. Saat ini, penulis sudah diterima bekerja di PT. Maretzka Kirana Technologies salah satu perusahaan swasta di Jakarta yang bergerak di bidang IT sebagai Associate Project Manajer.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Rabb semesta alam yang telah memberikan akal kepada manusia agar dapat merenungkan apa tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta yang indah ini, dan tidak lupa pula shalawat serta salam penulis haturkan kepada utusan Allah SWT yang paling akhir, Nabi Muhamad SAW, yang telah memberikan perilaku yang baik dan benar di alam semesta ini. Skripsi ini membahas tentang “Analisis Kinerja Saham Berdasarkan Tingkat Pengembalian dan Risikonya Pada Saham Sektor Industri Pertanian di Bursa Efek Indonesia”. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor yang akan menginvestasikan uangnya pada saham di pasar modal. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik agar penulisan di masa mendatang menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, 2 Oktober 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang besar kepada : 1. Ayahanda tercinta, Ir. Agus Cahyono yang telah merelakan waktu dan tenaganya bagi penulis demi kelancaran studi penulis selama masa perkuliahan di Institut Pertanian Bogor. 2. Kedua Ibunda tercinta, kakakku Ima Hening Anindita, S.Ik. dan adikku tersayang Yeny Ratnasari yang memberikan dukungannya secara moril kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan, meluangkan waktu, tenaga, pikiran, perhatian dan kesabarannya dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan pendapat, masukan serta arahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME. dan Bapak Drs. Edward H. Siregar, SE, MM. selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan kepada penulis. 5. Dr. Ir. Jono M. Munandar, Msc selaku ketua Departemen Manajemen. 6. Semua pihak Bursa Efek Indonesia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data sekunder yang sangat dibutuhkan pada penelitian ini. 7. Teman-teman satu bimbinganku, Dwi Tia Komala Sari, Anisa Tiara, Diah Ayu, Ayuningtiyas dan Cecilia Laberta atas semangat, motivasi, kasih sayang, perhatian dan bantuan moril dan doanya baik secara langsung maupun tidak, kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabatku, Siti Mulyanti, Hana Tsurayya, Raniasari, Lisma Apriani dan Ranti Pusparini, atas dukungan, semangat, motivasi, bantuan, dan doanya serta persahabatan yang indah selama ini. 9. Teman tersayang Emilda, Vitri, Astry, Dian, Astrid, dan Afif yang telah menemani penulis dan memberikan kesan persahabatan kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuanganku, Manajemen 43 yang telah memberikan dukungan kepada penulis. 11. Seseorang yang telah hadir dengan memberikan kasih sayang yang penuh, motivasi serta pendapatnya kepada penulis. 12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, 2 Oktober 2010 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………….. iii KATA PENGANTA…………………………………………………………... iv UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………... DAFTAR ISI
v
…………………………………………………………….... vii
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
………………………………………………….............. ix …………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xi I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1 1.1. Latar Belakang ……………………………………………............... 1.2. Perumusan Masalah ………………………………………................ 1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………............... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….
1 4 5 6 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….
7
2.1. Investasi ……………………………………………………… 2.1.1. Tujuan Investasi ....................................................................... 2.1.2 Proses Investasi ....................................................................... 2.2. Sepuluh Prinsip dalam Manajemen Keuangan ……………................ 2.3. Penilaian Saham ………………………………………………. 2.3.1. Penilaian Saham Preferen ........................................................ 2.3.2. Penilaian Saham Biasa ............................................................. 2.4. Tipe Investor …………………………………………………….. 2.5. Analisis Kinerja Saham …………………………………………. 2.5.1. Tingkat Keuntungan (Return) .............................................. 2.5.2. Tingkat Pengembalian yang di harapkan ................................. 2.5.3. Risiko .................................................................................. 2.6. Penelitian Terdahulu ………………………..............................
7 7 8 10 15 15 15 16 17 17 18 19 20
III. METODOLOGI PENELITIAN………………….…………………...
23
3.1. Kerangka Pemikiran ………………………………………. 3.2. Metodologi Penelitian ………………………………............... 3.2.1. Pengumpulan Data ................................................................... 3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data ..............................................
23 26 26 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
…………………………………….
29
4.1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ……................. 4.1.1. Era Pasca Perang Dunia II ...............................................
29 29
4.1.2. Era Pra Deregulasi .................................................................... 30 4.1.3. Era Deregulasi (1987-1990) ....................................................... 31 4.1.4. Era Pasca Deregulasi ................................................................ 31 4.2. Bursa Efek Indonesia (BEI) .............................................................. 33 4.3. Perusahaan-perusahaan Sektor Industri Pertanian di BEI ..................... 34 4.4. Perspektif Terhadap Sektor Pertanian ................................................ 35 4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fluktuasi Harga Saham di BEI .. 36 4.5.1. Faktor Makro ............................................................................. 36 4.5.2. Faktor Mikro ............................................................................. 42 4.6. Analisis Kinerja Saham pada Saham-saham Sub Sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia .................................. 43 4.7. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Corps pada Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi ..................................................... 44 4.8. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Plantation pada Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi ....................................................... 46 4.9. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Animal Husbanry pada Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi ............................ 50 4.10. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Fishery pada Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi ..................................................... 51 4.11. Hal-hal yang Menjadi Kendala .............................................................. 53 4.13. Implikasi Manajerial .............................................................................. 54 V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 56 5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 56 5.2. Saran ..................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
..................................................................................... 58
………………………………………………………………… 60
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Volume dan Value Perdagangan Saham di BEI Pada Tahun 2008 dan2009 ………………………………. 2. Manfaat Ekonomis Penggabungan BES dan BEJ
5
………………...
34
3. Kode Saham dan Pembagian Sub Sektor Perusahaan Sektor Industri Pertanian .................................................................
34
4. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor Corps……… 45 5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Corps .......
46
6. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor Plantation …………………………………………………………..
47
7. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Plantation ........................................................................................
49
8. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor Animal Husbandry………………………………………………….
50
9. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Animal Husbandry ...........................................................................
51
10. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor Fishery …………………………………………………………..
51
11. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Fishery ............................................................................................
53
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Kurva Perkembangan Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2008-2009 ............................. 2. Hubungan Risiko dan Pengembalian
……………………………..
3. Pengurangan Risiko dengan Diversifikasi
.....................................
4. Grafik Tipe Investor dalam Return dan Risiko 5. Kerangka Pemikiran Konseptual
2 11 14
...............................
17
....................................................
25
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. Nama-nama Perusahaan Sektor Industri Pertanian
......................... ….
61
2. Data Harga Saham Bulanan Pada 2008-2009
…………………...
62
3. Daftar Pembagian Deviden Selama Tahun 2008-2009 ………………....
64
4. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor Corps ………………....
65
5. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor Plantation ………………....
66
6. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor Animal Husbandry ………………....
67
7. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor Fishery ………………....
68
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat telah menyebabkan investasi mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan yang terjadi. Investasi merupakan salah satu indikator dalam melihat dan mengukur perekonomian suatu negara. Semakin berkembang dan majunya perekonomian suatu negara biasanya alternatif investasi yang di tawarkan akan semakin banyak dan bervariasi. Oleh karena itu, setiap investor sebaiknya dapat memilih investasi yang tepat agar memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Dalam era globalisasi, setiap negara harus tunduk pada peraturan organisasi ekonomi regional dan organisasi ekonomi dunia. Setiap negara akan berusaha meningkatkan efisiensi atau menghindari ekonomi biaya tinggi agar dapat bersaing dalam harga. Salah satu cara untuk menekan ekonomi biaya tinggi adalah dengan menggiring perusahaan swasta masuk ke pasar modal agar struktur modal perusahaan menjadi lebih baik, lebih efisien dan lebih terkendali oleh masyarakat (Samsul, 2006). Menurut Suad Husnan (2003) investasi dapat dilakukan pada aktiva rill atau real asset (membangun pabrik, membuat produk baru, menambah saluran distribusi, dan sebagainya), pada aktiva finansial (financial asset), atau sekuritas (membeli sertifikat deposito, commercial paper, saham, obligasi ataupun sertifikat reksadana). Menurut Sawidji Widiatmojo (2007), financial asset terbagi kedalam dua hal yaitu pasar uang dan pasar modal. Pasar uang diantaranya adalah sertifikat deposito, commercial paper , SBPU (Surat Berharga Pasar Uang), dan lain sebagainya. Sedangkan pada pasar modal diantaranya adalah saham, obligasi, waran, opsi dan surat berharga lainnya. Perekonomian Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas dari pertumbuhan investasi di pasar modal yang sangat tinggi pula. Pada jurnal Warta Dana Pensiun, disebutkan bahwa Indonesia setelah mengalami keterpurukan
ekonomi pada tahun 2008, tanda-tanda pemulihan ekonomi di 2009 mulai nampak. Data kuartal I tahun 2009 menunjukkan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) sebesar 4.4%,
neraca pembayaran luar negeri
surplus sebesar USD 1,8 M, serta cadangan devisa mencapai USD 56,6 M. Sementara itu, dana reksa sekuritas merilis menguatnya indeks kepercayaan konsumen hingga 87,8 %, tertinggi dalam dua tahun terakhir serta bursa saham nampak kembali bergairah.
Gambar 1. Kurva Perkembangan Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2009 (Bursa Efek Indonesia, 2009). Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan di masingmasing negara. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender yaitu pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada borrower yaitu pihak yang memerlukan dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tesebut. Sedangkan dari pihak borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka untuk melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam hal ini, akan terjadi peningkatan produksi, sehingga secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi keuangan dilakukan dengan tersedianya dana yang diperlukan oleh borrowers serta tersedianya dana yang diberikan oleh para lenders tanpa harus terlibat langsung di dalam kepemilikan aktiva rill yang
diperlukan dalam kepemilikan investasi. Pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Sebagian besar saham pada pasar modal selalu mengalami fluktuasi harga. Investasi pada saham harus dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga pada saham. Hal ini mengharuskan investor mengetahui kondisi apa saja yang dapat mempengaruhi naik dan turunnya harga saham mereka di pasar modal. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Dengan memilih saham yang efisien yaitu saham yang memiliki risiko yang minimal pada tingkat keuntungan tertentu atau saham yang memiliki tingkat keuntungan maksimal pada risiko tertentu, maka investor dapat memaksimalkan tingkat pengembalian yang akan diperoleh. Negara Indonesia sampai saat ini masih dikenal sebagai negara agraris, dimana dalam sejarahnya, sektor pertanian memiliki peranan yang besar untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia. Namun, pesatnya perkembangan sektor industri lainnya tidak diikuti dengan perkembangan pertanian di Indonesia dan berdampak pada tergesernya peranan industri pertanian dalam memajukan perekonomian. Keadaan ini terindikasi oleh kecilnya volume dan value saham sektor industri pertanian di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika investor mengetahui kinerja setiap saham pada sektor industri pertanian, maka ini dapat menjadikan saham pertanian sebagai salah satu alternatif investasi sesuai dengan preferensi mereka. Pemilihan sekuritas di BEI yang dilakukan oleh para investor berpengaruh terhadap perkembangan sektor industri yang bersangkutan. Banyaknya jumlah emiten dan besarnya nilai saham pertanian yang diperjualbelikan di pasar modal dapat menjadikan semakin efisiennya saham pertanian serta memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan dan industri pertanian di Indonesia. Investor yang mulai melirik saham pertanian secara otomatis akan melakukan
optimalisasi dengan
melakukan portofolio saham untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar. Dampak dari optimalisasi pasar modal adalah terciptanya stabilitas sosial, karena pasar
modal menggunakan prinsip full disclosure, yang menuntut perusahaan yang telah go public membuka informasi tentang dirinya secara transparan. Pengungkapan usaha perusahaan tersebut bukan hanya mengenai prospek saja tetapi juga risiko usaha. Selain itu, dengan semakin banyaknya perusahaan pertanian yang masuk ke pasar modal perusahaan tersebut memberikan keuntungan secara politis yaitu transparansi informasi atau ekonomis dalam melakukan fungsi ekonomi dan finansial yang sudah dibahas sebelumnya. Perusahaan yang sudah masuk dapat melakukan perencanaan keuangan dengan baik, sehingga perusahaan pertanian di Indonesia bisa berjalan lebih fleksibel (Suta, 2000). 1.2. Perumusan Masalah Saham sektor pertanian di BEI, belum menunjukkan perkembangannya. Sedikitnya volume serta value perdagangan saham pada sektor ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian belum dapat dikatakan sebagai sektor yang diminati oleh para investor. Volume dan value perdagangan saham BEI ditunjukkan pada Tabel 1. Dengan mengetahui kinerja setiap saham pada sektor industri pertanian, maka investor dapat melakukan pemilihan portofolio sahamnya sesuai dengan preferensi mereka. Karakteristik sektor pertanian yang berisiko tinggi diduga kuat menjadi penyebab rendahnya minat lembaga pembiayaan untuk mendanai sektor ini (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Sektor pertanian yang sarat akan risiko memiliki ancaman yang tinggi baik dalam produksi maupun jatuhnya harga. Disamping itu, pertumbuhan pasar modal dalam sektor indusri selain pertanian di Indonesia yang cenderung meningkat mengakibatkan para investor beralih untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki. Hal ini, disebabkan investor menginginkan tingkat pengembalian lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya. Dalam berinvestasi pada saham, investor tidak dapat lepas dari faktor ketidakpastian (risiko).
Tabel 1. Volume dan value perdagangan saham BEI pada tahun 2008 dan 2009 Klasifikasi Industri
2008 Volume
%
Value (JtRp)
2009 %
(Jt)
Volume
%
Value (JtRp)
%
(Jt)
Pertanian
84,172
10.68
81,293,244
7.64
64,768
4.41
42,575,345
4.45
Pertambangan
127,217
16.15
431,619,728
40.55
335,378
22.85
368,063,760
38.45
Industri Dasar
46,588
5.91
50,439,200
4.74
50,506
3.44
42,384,579
4.42
14,210
1.80
42,427,831
3.99
24,636
1.68
49,639,054
5.19
21,696
2.75
26,448,977
2.48
32,977
2.25
42,150,672
4.40
116,688
14.81
38,582,707
3.62
211,469
14.41
53,368,976
5.58
118,283
15.01
164,772,368
15.48
310,937
21.19
161,799,151
16.90
Keuangan
144,391
18.33
157,052,862
14.75
74,507
5.08
129,039,837
13.48
Perdagangan,
114,600
14.55
71,890,598
6.75
362,481
24.70
68,149,385
7.12
787,845
100
1,064,527,515
100
1,467,659
100
957,134,759
100
dan Kimia Aneka Industri Industri Barang dan Konsumsi Properti dan real estate Infrastruktur, utility dan Transportasi
Jasa dan Investasi Total
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2009. Dengan mengetahui kinerja setiap saham investor akan mampu mendapatkan alternatif investasi dengan tingkat pengembalian tertentu dan risiko minimal atau dengan tingkat risiko tertentu dan tingkat pengembalian yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan diteliti ialah : 1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga saham sektor pertanian di BEI?
2.
Bagaimana kinerja saham-saham sektor pertanian berdasarkan tingkat pengembalian dan risikonya?
1.3. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fluktuasi harga saham sektor pertanian di BEI.
2. Menganalisis kinerja saham-saham sektor pertanian berdasarkan tingkat pengembalian dan risikonya. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi para investor dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki pada pasar modal, khususnya dalam sektor pertanian. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu bahan penunjang studi bagi yang berminat untuk melakukan studi lanjutan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian yang digunakan adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham, khususnya saham industri pertanian. Selain itu batasan lainnya adalah menganalisis kinerja setiap saham terseleksi pada masing-masing sub sektor pertanian, yaitu saham yang terdaftar selama periode penelitian di pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut (Kamaruddin, 2004). Menurut Suad Husnan (2003) investasi dapat dilakukan pada aktiva rill maupun pada sekuritas. Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal, baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu obyek dengan tujuan memperoleh
keuntungan
selama
periode
tertentu.
Karena
pemodal
menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila pemodal mengharapkan untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk melakukan portofolio investasi. Pemodal dapat dengan mudah menyebar (melakukan diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Karena itulah, perlu dipahami proses investasi, yaitu dimulai dari proses kebijakan investasinya sampai dengan evaluasi kinerja investasi tersebut. 2.1.1. Tujuan Investasi
Menurut Kamaruddin Ahmad (2004), ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah : 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaktidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam memilih
perusahaan
atau
objek
lain,
seseorang
dapat
menghindarkan kekayaan atau harta miliknya sehingga tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Dalam Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi (2009), tujuan dari investasi
antara
lain
adalah
untuk
terciptanya
continuity
(keberlanjutan) dalam investasi tersebut, terciptanya profit yang maksimum, terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham, serta memberikan andil bagi pembangunan suatu negara. 2.1.2. Proses investasi Menurut Suad Husnan (2003), proses investasi menunjukan bagaimana seharusnya pemodal melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas apa saja yang dipilih, seberapa banyak dan kapan investasi tersebut dilakukan. Untuk mengambil keputusan ini, langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kebijakkan investasi Disini, pemodal perlu menentukan apa tujuan dari investasinya, dan berapa besar investasi tersebut dilakukan. Ada hubungan yang positif antara risiko dan pengembalian investasi, sehingga pemodal tidak dapat mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Pemodal hendaknya menyadari ada kemungkinan untuk menderita kerugian, sehingga tujuan investasinya harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun
risiko.
Jumlah
dana
yang
akan
diinvestasikan
mempengaruhi keuntungan yang diharapkan dan resiko yang ditanggung. Pemodal yang bersedia menanggung resiko yang lebih besar (dan karenanya mengharapkan keuntungan yang lebih besar), akan mengalokasikan dananya pada sekuritas tertentu. Pemodal yang meminjam dana dan mendiversifikasikannya pada berbagai saham, akan menanggung resiko yang lebih tinggi daripada pemodal yang menggunakan seratus persen modalnya sendiri.
2. Analisis sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individu (atau sekelompok sekuritas). Terdapat dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas. Pertama yang berpendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced yang mana analisis dapat mendeteksi sekuritassekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini, tetapi pada garis besarnya cara-cara tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan perubahan data di masa yang lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa mendatang.
Sedangkan
mengidentifikasikan
analisis
prospek
fundamental
perusahaan
berupaya
untuk
bisa
memperkirakan harga saham di masa mendatang. Yang kedua adalah pendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analisis tidak dapat mendeteksinya. Dengan demikian, pemilihan sekuritas didasarkan atas preferensi resiko para pemodal. 3. Pembentukan portofolio Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipiih dan beberapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas. Pemilihan sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi resiko yang ditanggung. 4. Melakukan revisi portofolio Tahap ini merupakan penanggulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. Perubahan dilakukan kalau dirasa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau tidak sesuai dengan preferensi pemodal. 5. Evaluasi kinerja Portofolio Dalam tahap ini, pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar, jika
suatu portofolio memberikan keuntungan lebih tinggi pasti lebih baik dari portofolio lainnya. Dalam hal ini faktor risiko perlu dimasukkan. 2.2. Sepuluh Prinsip dalam Manajemen Keuangan Keputusan yang diambil oleh para manajer keuangan berasal dari sepuluh prinsip dasar yang membentuk manajemen keuangan. Sebagian investor ada yang menyerahkan keputusan investasinya di pasar modal pada manajer investasi. Dalam Keown et all (2004), sepuluh prinsip yang membentuk manajemen keuangan adalah sebagai berikut : 1. Adanya keseimbangan antara risiko dan pengembalian Investasi yang dilakukan oleh para investor tidak lain memiliki tujuan untuk mendapatkan tingkat pengembalian tertentu di masa yang akan datang. Para investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari tingkat inflasi yang diperkirakan. Alternatif-alternatif investasi mempunyai sejumlah risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda. Terkadang para investor lebih menyukai menanamkan modalnya pada investasi yang memiliki risiko yang tinggi dengan penawaran tingkat pengembalian yang tinggi pula. Namun, ada sebagian orang yang enggan menggunakan uang yang mereka miliki saat ini untuk melakukan berbagai investasi, mereka lebih menyukai melakukan penundaan konsusmsi atas uangnya (menabung). Adapun hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian ditunjukan pada Gambar 2. Disebutkan dalam prinsip pertama yang membentuk manajemen keuangan bahwa jangan menambah risiko pada sejumlah modal yang dimiliki, kecuali terdapat kompensasi berupa tambahan pengembalian atas investasi yang dilakuakan. Hal ini berarti, investor sebaiknya mengetahui dengan pasti kinerja setiap saham melalui ukuran risiko dan tingkat pengembaliannya.
Expected Return
Pengembalian atas penambahan risiko Pengembalian atas penundaan konsumsi Risiko Gambar 2. Hubungan Risiko dan Pengembalian
2. Nilai waktu uang (opportunity cost) Uang yang diterima pada saat ini jauh lebih berharga dari pada uang yang diterima di masa yang akan datang. Konsep nilai waktu uang mengacu pada biaya kesempatan (opportunity cost) untuk menghasilkan pendapatan saat ini. Pada prinsipnya, uang yang akan diterima saat ini adalah ukuran risiko yang telah dijelaskan pada prinsip 1 manajemen keuangan. Sehingga, dalam menghitung nilai sekarang harus dipahami bahwa tingkat suku bunga yang dipakai akan semakin besar untuk proyek-proyek yang lebih berisiko. 3. Kas adalah raja dalam manajemen keuangan Dalam mengukur kekayaan perusahaan digunakan arus kas bukan laba yang diperoleh. Uang kas adalah sesuatu yang secara rill diterima dan dapat diinvestasikan kembali oleh perusahaan. 4. Pertambahan arus kas Tambahan arus kas adalah perbedaan arus kas yang diterima oleh perusahaan antara dua keputusan yaitu keputusan untuk mengambil atau tidak proyek yang bersangkutan. Harus ada selisih nilai yang positif dalam arus kas untuk mengambil keputusan usaha. 5. Kondisi persaingan pasar Kunci untuk mendapatkan investasi yang menguntungkan adalah dengan mengerti situasi dan kondisi persaingan pasar dimana perusahaan itu
berada. Industri dengan kondisi persaingan yang sempurna tidak akan bertahan lama. 6. Pasar modal yang efisien Tujuan manajer keuangan adalah menciptakan kekayaan bagi para pemegang saham. Efisien tidaknya suatu pasar modal tergantung pada seberapa cepat dampak informasi yang dicerminkan pada harga saham. Cirri pasar modal yang efisien adalah banyaknya investor yang bereaksi terhadap informasi baru yang diterima dengan jalan menjual ataupun membeli surat berharga yang ada. Implikasi dari pasar yang efisien adalah harga yang sudah tepat. Harga saham mencerminkan semua informasi yang ada di masyarakat sehubungan dengan nilai yang ada di masyarakat. 7. Masalah keagenan Manajer keuangan bekerja untuk para pemilik modal. Sebaiknya, para manajer
keuangan
menyelaraskan
kepentingan
mereka
dengan
kepentingan para pemegang saham. Dengan kata lain, apa yang terbaik bagi para pemegang saham juga harus menjadi yang terbaik bagi para manajer. Jika tidak, maka para manajer akan mengambil keputusan hanya berdasarkan kepentingan mereka semata tanpa mempertimbangkan kekayaan para pemegang saham. 8. Pembiasan keputusan bisnis karena perpajakan Dalam mengevaluasi suatu proyek baru, maka pajak penghasilan memiliki peranan yang cukup berarti. Pada saat perusahaan menganalisis pembelian suatu proyek atau peralatan, besarnya pengembalian atas investasi harus dihitung berdasarkan nilai bersih setelah pajak. Pemerintah menyadari masalah perpajakan dapat membiaskan keputusan bisnis dan memanfaatkan pajak sebagai pendorong untuk memperbesar pengeluaran dengan berbagai cara. Jika pemerintah ingin menciptakan iklim investasi yang dapat mendorong timbulnya proyek penelitian dan pengembangan, pemerintah akan menawarkan kredit pajak investasi untuk proyek-proyek tersebut. Akibatnya, perusahaan akan memilih investasi yang sebenarnya kurang menguntungkan bagi mereka.
9. Tidak semua risiko sama, ada beberapa risiko yang dapat didiversifikasi Diversifikasi memungkinkan dua kejadian yang berlawanan saling menutupi satu sama lain, sehingga dapat mengurangi variabilitas secara keseluruhan. Dari susut pandang para pemegang saham, diversifikasi dapat berarti pengurangan risiko yang akan diperoleh dengan cara melakukan pemilihan saham yang tepat dan portofolio saham. Beberapa risiko dapat dihapuskan melalui diversifikasi, sedangkan risiko yang lainnya tidak dapat dihapuskan. Gambar 3 menunjukkan dengan nyata apa yang dapat kita harapkan terjadi pada variabilitas pengembalian ketika kita menambah saham tambahan pada portofolio tersebut. Pengurangan terjadi karena sebagian dari pengembalian saham merupakan suatu hal yang unik untuk surat berharga itu. Variabilitas pengembalian yang unik dari saham tunggal cenderung dilawan oleh variabilitas unik dari surat-surat berharga yang lain. Bagaimanapun, kita mestinya tidak berharap untuk menghilangkan semua risiko dari portofolio kita. Dalam praktiknya,
akan
lebih
sulit
untuk
membatalkan
semua
variasi
pengembalian suatu portofolio, sebab harga saham mempunyai beberapa kecenderungan untuk bergerak bersama-sama, artinya suatu peningkatan bursa saham cenderung menaikkan kebanyakan (tidak semua) saham. Agar lebih efektif mengurangi besarnya penyimpangan pengembalian, kita bisa berinvestasi kedalam berbagai perusahaan kecil dan besar di industri yang berbeda, seperti halnya perusahan asing. Tetapi, kita tidak dapat memindahkan semua risiko (variasi pengembalian). Dengan begitu, kita dapat membagi total risiko (variable total) portofolio kita dalam dua jenis risiko, yaitu risiko perusahaan spesifik dan risiko yang terkait dengan pasar. Risiko perusahaan spesifik merupakan risiko yang dapat didiversifikasikan, sedangkan risiko pasar adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasikan, ia tidak dapat dihapuskan tidak peduli berapa banyak kita menganekaragamkan. Total risiko menurun, dan kemudian penurunan menjadi lebih kecil. Risiko sisanya secara khas merupakan risiko pasar portofolio. Pada posisi ini, portofolio kita sangat berhubungan dengan semua surat-surat berharga di pasar. Peristiwa yang mempengaruhi
portofolio kita sekarang tidak sebanyak peristiwa khusus, tetapi berubah pada peristiwa ekonomi yang umum atau peristiwa politik. Contohnya perubahan suku bunga yang menurun dan undang-undang pajak yang mempengaruhi perusahaan. Karena kita dapat memindahkan risiko perusahaan unik itu, atau tidak sistematis, maka tidak ada alasan untuk percaya bahwa pasar akan memberikan imbalan kepada kita dengan pengembalian tambahan atas penggunaan risiko yang bisa dihindari begitu saja dengan melakukan diversifikasi. Portofolio pasar adalah suatu hal yang mempunyai risiko
Deviasi Standar Tingkat Keuntungan
sistematis (tidak dapat didiversifikasikan).
Risiko Total Risiko Non-sistematis
Risiko Sistematik
Jumlah Saham Dalam Portofolio Gambar 3. Pengurangan risiko dengan diversifikasi (Keown et all., 2004) 10. Melakukan sesuatu yang benar adalah perilaku yang etis Perilaku etis berarti melakukan sesuatu yang benar. Namun, kesulitan muncul ketika para manajer keuangan dihadapkan pada pilihan untuk memutuskan sesuatu yang tidak benar namun memberikan pengembalian yang lebih besar. Namun dalam manajemen keuangan terdapat sekumpulan ataupun dasar hukum yang mengatur perilaku para manajer keuangan, seperti peratutan dan kebijakan pemerintah.
2.3. Penilaian Saham 2.3.1. Penilaian Saham Preferen Saham preferen seringkali disebut sebagai surat-surat berharga hybrid, karena memiliki banyak karakteristik obligasi dan saham biasa. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Di sisi lain, saham preferen serupa dengan obligasi karena jumlah deviden memiliki batas tertentu. Ukuran deviden saham preferen pada umumnya ditetapkan, sehingga pemilik saham preferen biasanya menerima penghasilan tetap di setiap periode. Pemilik saham preferen tidak mempunyai hak dalam Rapat Umum Pemegang Saham untuk menentukan keputusan-keputusan perusahaan yang memerlukan pemungutan suara. Dalam Keown et all (2004), untuk menentukan nilai sekarang saham preferen (Vps) dinilai melalui deviden tahunan dan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Vps = dimana :
D Kps
………….(1)
Vps = Nilai sekarang dari saham preferen D
= Nilai deviden tahunan
Kps = Tingkat Pengembalian yang diharapkan 2.3.2. Penilaian Saham Biasa Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungan yang dinikmati oleh para pemegang saham berasal dari pembayaran deviden dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya deviden yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (Husnan, 2003). Pemilik saham biasa memiliki hak untuk mengambil keputusan di perusahaan emiten melalui pemungutan suara. Dalam Keown et all (2004), untuk menentukan nilai sekarang saham biasa (Vcs) dinilai melalui deviden tahunan dan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham serta tingkat pertumbuhan. Vcs = dimana :
D Kcs - g
………….(2)
Vcs = Nilai sekarang dari saham biasa D
= Nilai deviden tahunan
K cs = Tingkat pengembalian yang diharapkan g
= Tingkat pertumbuhan deviden tahunan g = ROE x r
…………..(3)
dimana : g
= Tingkat pertumbuhan deviden tahunan
ROE = Pengembalian atas ekuitas (penghasilan bersih/nilai buku per saham) r
= Tingkat penahanan laba
2.4. Tipe Investor Dalam Mohamad Samsul (2006), dilihat dari kesediaanya menanggung risiko investasi, seorang investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Risk taker Investor yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah investor yang berani dalam mengambil risiko. Risk taker akan senang jika ditawari saham yang memiliki fluktuasi harga yang tinggi. Hal ini dikarenakan mereka tertarik dengan tingkat pengembalian yang lebih besar walaupun risiko sahamnya juga besar. 2. Risk averter Investor dengan kelompok risk averter adalah investor yang takut akan risiko. Investor yang takut akan risiko akan lebih memilih saham dengan risiko yang rendah, walaupun tingkat pengembaliannya juga rendah.
3. Risk indifferent Investor yang termasuk dalam kelompok ini adalah investor yang berhatihati terhadap risiko. Tipe investor ini hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya. Semakin besar risiko yang dihadapi, semakin besar return yang diharapkan begitupun sebaliknya. Hal tersebut dikenal dengan sebutan high risk high return, low risk low return.
Return Risk averter
Risk indefferent
Risk taker Risiko Gambar 4. Grafik Tipe Investor dalam Return dan Risiko 2.5. Analisi Kinerja Saham Pemilihan jenis saham untuk investasi berkaitan erat dengan tipe investor. Namun,
dalam
memutuskan
mempertimbangkan
kinerja
pilihan setiap
sahamnya,
saham
yang
investor
sebaiknya
menjadi
alternatif
investasinya. Kinerja saham dapat dianalisis melalui berbagai pendekatan, salah satunya adalah dengan memperhatikan tingkat keuntungan (return), tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return), serta nilai risikonya. 2.5.1. Tingkat Keuntungan (Return) Kegiatan investasi penuh dengan ketidakpastian. Seorang investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang
dilakukan.
Oleh
karena
itu,
seorang
investor
dapat
memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya,
dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya menyimpang dari hasil yang diharapkan dengan melakukan analisis kinerja terhadap saham-saham yang akan dipilihnya. Untuk menentukan seberapa besar return yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, maka perlu untuk menentukan besarnya tingkat pengembalian dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian merupakan
peningkatan
dalam
presentase
kekayaan
dengan
memegang investasi untuk suatu jangka waktu (Rodoni dan Othman, 2002). Tingkat keuntungan sama dengan presentase perbandingan antara perubahan investasi pada jangka waktu tersebut dengan nilai awal investasi, yaitu : =
………………(3)
dimana : Ri
= Tingkat keuntungan
D1
= Dividen yang dibagikan untuk satu jangka waktu investasi
P0
= Harga saham pada awal jangka waktu
P1
= Harga saham pada akhir jangka waktu
2.5.2. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Return) Keuntungan yang diharapkan atau expected of Return, setiap asset adalah rata-rata tertimbang dari return dengan menggunakan probabilitas setiap return sebagai bobotnya. Expected Return dikalkulasikan dengan menjumlahkan hasil kali dari return dengan probabilitasnya. (Kamaruddin, 2004). Dalam Iskandarsyah (2006), menurut Weston dan Copeland (1991) digunakan persamaan mencari tingkat pengembalian yang diharapkan. Tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan jumlah dari besarnya probabilitas perolehan atas investasi dikalikan dengan return atas investasi pada beberapa pengamatan. t = ∑ P t . rt t-1
……………….(4)
dimana : E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan rt
= rate of return dari masing-masing saham
pt
= besarnya probabilitas perolehan return
t
= jumlah periode saham yang diamati Menurut Suad Husnan (2003), dalam kejadian yang sebenarnya
tidak dapat dilihat adanya probabilitas dalam setiap kejadian. Karenanya diasumsikan distribusi probabilitas return konstan. Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk tiap kejadian yang sama (historical return), tidak lain merupakan nilai rataan dari tingkat pengembalian yang diterima. Return ekspektasi dari suatu sekuritas dapat dirumuskan sebagai berikut :
…………….(5) dimana : E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i Rij
= tingkat pengembalian saham i pada periode ke j
N
= banyaknya peristiwa atau periode
2.5.3. Risiko Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan untuk rusak, luka, menyusut atau hilang. Dalam pengertian investasi, risiko selalu dikaitkan dengan variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat berharga. Risiko finansial yang digunakan dalam konteks ini diukur dari distribusi probabilitas tingkat return investasi yang bersangkutan. Distribusi probabilitas ini dapat dilihat secara objektif maupun subjektif. Pengertian objektif disusun dengan mengukur data historis dan menentukan tingkat probabilitasnya atas dasar data tersebut. Sedangkan yang bersifat subjektif disusun dengan mengambil ramalan seseorang dalam menentukan probabilitasnya. Tetapi, jika probabilitas tidak stabil probabilitas historis dari tidak akan banyak membantu dalam melakukan peramalan distribusi probabilitas yang akan datang.
Distribusi probabilitas dari return sangat penting untuk memperoleh atau mengukur risiko finansial. (Kamaruddin , 2004). Risiko juga dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Karena itu, risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar atau menyimpang lebih kecil dari yang diharapkan. Risiko berarti pemodal juga dihadapkan pada tingkat keuntungan yang tidak pasti. Untuk mengetahui ukuran risiko, digunakan ukuran penyebaran distribusi. Ukuran penyebaran ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh nilai kemungkinan yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (Husnan, 2003). Ukuran risiko ini disebut juga ragam yang dirumuskan sebagai berikut : =
……………..(6)
dimana :
σi 2
= ragam saham i
Rij
= return pada saham i pada periode ke j
E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham i N
= banyaknya peristiwa atau periode
2.6. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian Novi Indah Kusuma Dewi (2006), mengenai kajian kinerja reksa dana saham berdana kelolaan besar (periode Desember 2004Desember 2005) dipilih berdasarkan pertimbangan kelebihan yang dimiliki oleh reksa dana yaitu investasi awal yang relatif kecil dan likuiditas yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan reksa dana saham berdana kelolaan besar yang mampu memberikan return sesuai dengan risiko, menilai kinerja masing-masing reksa dana saham berdana kelolaan besar berdasarkan risk adjusted measures of performance, mengetahui seberapa besar variasi return pasar (IHSG) untuk melihat tingkat diversifikasinya serta untuk mengetahui reksa dana saham kelolaan besar yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan
risiko. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode Desember 2004-Desember 2005. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan menggunakan uji coefficient of variation di mana risiko dihitung dari value at risk (VAR), metode risk adjusted measures of performance dan uji koefisien determinasi. Reksa dana yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko (VAR), risk adjusted measures of performance dan uji koefisien determinasi adalah TRIM Kapital, Platinum Saham, Manulife Dana Saham, Citi Reksadana Ekuitas, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, Schroder Dana Prestasi Plus, dan Panin Dana Maksima. Sedangkan karakteristik yang dapat ditentukan berdasarkan penilainan kinerja superior, yaitu reksa dana tersebut harus memiliki return yang lebih tinggi dari pasar (IHSG) dan investasi bebas risiko (SBI). Penelitian lain dilakukan oleh Reni Kusuma Dewi (2005), mengenai kinerja investasi reksa dana saham di Indonesia (periode Januari 2004-Maret 2005). Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan bahwa reksa dana sangat menarik bagi para investor kecil, karena untuk berinvestasi di dalamnya tidak membutuhkan dana yang terlalu besar. Selain itu, portofolio investasi reksa dana juga sudah terdiversifikasi, dimana hal ini akan memberikan rasa aman bagi para investor, baik investor yang memiliki dana dalam jumlah besar maupun investor yang memiliki dana dalam jumlah besar. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kinerja reksa dana saham di Indonesia, mengevaluasi kinerja investasi, serta untuk memperoleh pilihan terhadap reksa dana saham yang memiliki kinerja terbaik. Data penelitian menggunakan data sekunder mencakup laporan publikasi mengenai nilai aktiva bersih pada harian Bisnis Indonesia, indeks harga saham gabungan dari Bursa Efek Jakarta, dan tingkat suku bunga bulanan serifikat Bank Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Jensen yang digunakan untuk menilai Kinerja Invetasi berdasarkan atas seberapa besar Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukan dari 19 reksa dana saham yang diteleti, ada 10 reksa dana yang mampu
memberikan tingkat imbalan di atas tingkat imbalan pasar, tetapi di sisi lain investor juga harus menghadapi risiko yang besar karena risikonya berada di atas risiko pasar. Kesepuluh reksa dana tersebut juga memberikan tingkat imbalan yang sebanding dengan risiko yang harus ditanggung oleh para investornya. Kesepuluh reksa dana tersebut adalah Bahana Dana Prima, Bima, Citi Reksa Dana Ekuitas, Dana Megah Capital, Manulife Dana Saham, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham, Rencana Cerdas, Schrorder Dana Prestasi Plus, dan Si Dana Saham.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pada tahun 2008 menuju ke tahun 2009 keadaan pasar modal sedang mengalami penurunan. Setelah itu memasuki tahun 2009 kondisi pasar modal dalam keadaan bulish, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang naik. Oleh karena itu, terjadi pergeseran aktivitas investor yang tadinya menginvestasikan dana yang mereka miliki pada sektor bank, yaitu deposito ke sektor saham di pasar modal. Perdagangan saham di Indonesia sebagian besar terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat Sembilan sektor industri pada BEI, diantaranya adalah sektor industry pertanian, pertambangan, industry dasar dan kimia, aneka industry, industry barang dagang konsumen, properti, infrastuktur, keuangan dan industry perdagangan dan investasi. Bangsa Indonesia merupakan bangsa agraris, dimana kegiatan perekonomiannya banyak terdapat di sektor industri pertanian. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan pertumbuhan perusahaan pertanian di Indonesia. Bahkan saham-saham sektor pertanian merupakan saham dengan nilai saham dan volume perdagangan yang belum mengalami pertumbuhan pesat di BEI. Hal
ini
sering
menjadi
penghambat
bagi
para
investor
untuk
menginvestasikan dana yang mereka miliki di bidang pertanian. Keputusan untuk memilih jenis saham yang ada oleh investor akan mempengaruhi perkembangan perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi saham sektor industri pertanian di BEI akan membantu para perusahaan untuk memperbaiki kedudukan saham mereka di BEI. Pasar modal adalah sumber dana segar jangka panjang. Keberadan institusi ini bukan hanya sebagai sumber pembiayaan, tetapi juga sebagai sarana investasi yang melibatkan seluruh potensi dana masyarakat. Dalam pasar modal, ditawarkan berbagai macam alternatif investasi yang dapat dimanfaatkan oleh investor sebagai pengganti investasi pada deposito yang sampai saat ini memiliki kecenderungan untuk terus menurun. Dari berbagai jenis investasi yang ada, diantaranya terdapat saham. Dalam memilih saham
yang potensial (mendapatkan keuntungan) bagi investor, perlu diketahui kinerja-kinerja dari saham yang akan dipilih. Kinerja saham ini didasarkan pada penilaian harga saham yang terjadi pada waktu yang sebelumnya (penggunaan data historis). Seorang investor pada pasar modal akan memperoleh potensi penerimaan dari saham yang dimilikinya, yaitu penerimaan yang berasal dari dividen dan capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham di bursa. Pada prinsipnya, capital gain adalah manfaat yang diperoleh dari selisih positif antara harga penjualan dan pembelian saham. Capital gain dapat menjadi capital loss apabila selisih antara harga beli dan harga jual di bursa negatif. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi
perkembangan saham sektor industri pertanian di BEI, maka digunakan data sekunder berdasarkan data historis dan studi pustaka. Sedangkan dalam menganalisis kinerja masing-masing saham pada sub sektor industri pertanian dianalisis dengan mencari nilai dari risk dan expected return dengan menggunakan software Modern Portofolio Theory and Investment Analysis , dengan mencari portofolio efisien yang memiliki tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah maupun keuntungan tertinggi dengan risiko tertentu. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5.
Investor
Nilai IHSG yang cenderung naik
Investasi Saham
BEI
Saham Pertambangan
Industri dasar dan kimia
Sub sektor Corps
Aneka Industri
Barang dagang konsumen
Saham Pertanian
Sub sektor Plantation
Saham-saham sektor industri pertanian
Saham Properti
Saham Infrastruktur
Sub sektor Animal
Saham Keuangan
Perdagangan dan investasi
Sub sektor Fishery
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham industri sektor pertanian di BEI
Kinerja masing-masing saham terseleksi pada setiap sub sektor
Expected return Risiko
Informasi Kinerja Saham
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual
3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Pengumpulan Data Pengambilan sampel dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terletak di jalan Jenderal Soedirman Kav 52-53 Jakarta 12190. BEI dipilih secara sengaja (purposive), dengan alasan bahwa BEI merupakan pasar modal terbesar di Indonesia setelah bergabungnya Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta pada tahun 2006, yang menyediakan sarana bertransaksi bagi para investor melalui perantara broker (pialang) sehingga menyediakan data yang dibutuhkan dengan lengkap dan sampai saat ini menjadi tolok ukur kegiatan investasi sektor non rill di Indonesia. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BEI berupa data harga saham harian sektor industri pertanian yang kemudian dikerucutkan menjadi harga saham bulanan dan diambil pada hari akhir setiap bulannya. Selain itu data lainnya diperoleh dari studi pustaka mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham sektor pertanian di BEI. Pengerucutan harga saham dari harian ke bulanan dilakukan karena ada beberapa saham sektor pertanian di BEI yang tidak selalu mengalami transaksi setiap hari, sehingga harga sahamnya cenderung stabil. Data yang diambil adalah data untuk tahun 2008 dan 2009 mulai bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Desember 2009. Hal ini mengingat pada periode tersebut kondisi pasar modal sedang mengalami turun-naik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2010. 3.2.2. Pengelolaan dan Analisis Data A. Dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham pada sektor industri pertanian, dilakukan dengan analisis deskriptif melalui studi pustaka dari berbagai sumber, seperti buku dan media internet. B. Sedangkan untuk menentukan kinerja saham sektor industri pertanian dilakukan dengan menghitung nilai return dan risiko masing-masing
saham.
Pengolahan
data
dibantu
dengan
menggunakan software portofolio dan Microsoft Office Excell 2007. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Memilih saham sektor pertanian menurut klasifikasi BEI. 2. Menghitung tingkat keuntungan saham dan dalam satu periode dengan menggunakan rumus 1. 3. Memasukkan nilai tingkat keuntungan yang didapat dari setiap saham pada masing-masing sub sektor ke dalam software Modern Portofolio Theory and Investment Analysis
untuk
mendapatkan nilai Excpected Return (Ri) dan Risiko (σi) dari masing-masing saham di setiap sub sektor saham industri pertanian. 4. Menggunakan
software
Investment Analysis
Modern
Portofolio
Theory
and
untuk menghitung varians dan standar
deviasi dari setiap saham pada satu periode. Dalam Ahmad Rodoni dan Othman Yong (2002) perhitungan secara manual dijelaskan dengan rumus berikut : =
……………(7)
dimana : Var (r) = risiko atau kecenderungan saham untuk menghasilkan keuntungan yang berada di atas atau dibawah rata-rata ri
= tingkat keuntungan saham
r
= tingkat keuntungan rata-rata saham pada satu periode
n
= jumlah periode sd
=
dimana : sd
= standar deviasi (risiko)
var (r) = varians 5. Menggunakan
software
Modern
Portofolio
Theory
and
Investment Analysis untuk menghitung kovarians dan koefisien korelasi antar saham pada setiap sub sektor industri pertanian.
Dalam Ahmad Rodoni dan Othman Yong (2002) perhitungan secara manual dijelaskan dengan rumus berikut : =
…………….(8)
dimana : kov (rA,rB) = kovarians antara saham A dan B ri
= tingkat keuntungan saham A
rA
= tingkat keuntungan rata-rata saham A pada satu periode
rB
= tingkat keuntungan rata-rata saham B pada satu periode
Koefisien korelasi =
.....……….(9)
Dalam menganalisis kinerja setiap saham sektor industri pertanian,
penulis
memisahkan
saham-saham
tersebut
berdasarkan pada masing-masing sub sektor industri pertanian, dimana sub sektor Corps dan Other digabungkan menjadi satu, karena hanya ada satu saham yang terdaftar pada masing-masing sub sektor. Penggolongan ini didasarkan kepada pembagian sub sektor dalam perdagangan bursa efek yang terdapat di BEI, selain itu penggolongan ini dapat menyederhanakan perhitungan dibandingkan dengan jika semua saham digabungkan menjadi satu. Analisis kinerja saham didasarkan pada pembagian sub sektor saham pertanian yang telah ditetapkan di BEI dengan menghitung nilai risk dan return-nya. Pembagian sub sektor saham tersebut adalah : 1. Sub sektor Corps 2. Sub sektor Plantation 3. Sub sektor Animal Husbandry 4. Sub sektor Fishery
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal Indonesia Sejarah pasar modal Indonesia dimulai sejak zaman kolonial Belanda. Dimana pada saat itu, Belanda benar-benar membutuhkan satu biro yang memperdagangkan efek-efeknya di Indonesia. Oleh karena itu, pada 14 Desember 1912 Amsterdamse Effectenbureurs memilih Batavia sebagai cabangnya. Bursa ini tercatat kembali sebagai bersa keempat yang tertua di Asia setelah Hongkong (1817), Mumbai (1830) dan Tokyo (1878). Seperti halnya pasar modal sekarang, bursa efek batavia pada waktu itu sebagai sumber pembiayaan bagi perkebunan Belanda di Indonesia maju pesat, sehingga dalam waktu singkat menjadi salah satu bursa internasional yang sangat menguntungkan. Yang diperdagangkan pada waktu itu adalah saham dan obligasi perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia dan obligasi pemerintah Hindia Belanda. Tuntutan pasar yang begitu pesat terhadap perdagangan efek, membuat pemerintah Belanda memutuskan bahwa kantor perdagangan bursa tidak cukup didirikan hanya di Batavia saja. Pada tanggal 11 Januari 1925, dibukalah bursa efek di Surabaya. Kemudian pada tanggal 1 Agustus 1925 menyusul dibuka kantor perdagangan efek di Semarang. Menurut data dari Fritz Arenz Oroh, seorang bekas Kepala Pembantu Urusan Pasar Uang dan Pasar Modal Bank Indonesia, menyebutkan bahwa sampai dengan tahun 1938 terdapat 107 perusahaan swasta yang go public dengan total modal disetor sebesar 183,03 juta gulden dan emisi obligasi senilai 21,75 juta gulden (Suta, 2000). 4.1.1. Era Pasca Perang Dunia II Pasca perang dunia II, Jerman berhasil menduduki Belanda, kemudian saham-saham orang Belanda direbut oleh Jerman. Tentu saja hal tersebut sangat mempengaruhi pasar modal Indonesia yang pada waktu itu sangat bergantung pada eksistensi Belanda. Akhirnya, pada 10 Mei 1940 bursa efek Batavia terpaksa ditutup. Hal ini membuat pemegang saham dan pedagangnya resah, karena pada saat itu terdapat 250 jenis saham dengan nilai 1,4 miliar gulden. Untuk mengatasi keadaan tersebut, pada 23 Desember 1940 kantor bursa
Batavia dibuka kembali. Eksistensi bursa efek Batavia tidak berlangsung lama, karena tidak lama kemudian Jepang masuk ke Indonesia. Sesudah itu, bursa efek Batavia libur panjang. Pada
17
Agustus
1945,
Indonesia
memproklamasikan
kemerdekaanya. Sebuah negara yang baru berdiri jelas membutuhkan modal pembangunan yang besar. Apalagi bersamaan dengan itu terjadi revolusi fisik, yang membuat negara ini semakin terpuruk pada masalah sumber dana. Pemerintah memerlukan sumber pembiayaan bagi pembangunan. Untuk itu, maka pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan UU Darurat No. 13, tentang Bursa dan kemudian ditetapkan sebagai UU Bursa No. 15 tahun 1952. Berdasarkan itu, pada 3 Juni 1952 Menteri Keuangan Soemitro Djojohadikusumo meresmikan kembali BEJ yang berkantor di gedung De Javashe Bank (Bank Indonesia, Jakarta Kota). Sayangnya perjalanan bursa ini tertatih-tatih, praktis meskipun pemerintah telah memiliki UU Bursa, namun sama sekali tidak ada aktivitas jual beli saham. Kevakuman ini terus berlangsung hingga pemerintahan presiden Soekarno, Orde Lama jatuh dan beralih ke pemerintahan Orde Baru. Pada awalnya, pemerintahan Orde Baru meski sangat membutuhkan dana pembangunan, tetapi belum terfikir untuk menghidupkan kembali aktivitas pasar modal Indonesia. Namun begitu, peresmian tersebut bukan berarti pasar moal Indonesia telah memasuki era kebangkitan. Perjalanan pasar modal Indonesia membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk sampai pada kondisi yang seperti sekarang ini. 4.1.2. Era Pra Deregulasi Di masa ini bisa dibilang pasar modal Indonesia mengalami masa yang cukup suram. Sebab saat itu perusahaan masih kental diwarnai budaya perusahaan keluarga. Ciri perusahaan seperti ini sangat tertutup, jangankan membuka diri agar sahamnya bisa dimiliki oleh publik di pasar modal, untuk memberi sedikit sahamnya kepada satu atau dua orang saja terasa berat dan bahkan tabu.
Kondisi seperti itu tentu saja membuat pemerintah harus bekerja keras untuk membujuk perusahaan-perusahaan tersebut agar mau membuka diri dan masuk ke pasar modal. Berbagai kemudahan diberikan pemerintah seperti tax incentive, tetapi belum mampu merangsang minat pengusaha untuk menjual sahamnya ke masyarakat. Masalah lain yang membuat pasar modal Indonesia kurang diminati oleh perusahaan adalah faktor yang muncul dari lembaga pasar modal itu sendiri. Banyak aturan pasar modal yang dianggap pemilik perusahaan tidak begitu menguntungkannya, antara lain : 1. Adanya persyaratan laba minimum 10% dari modal. 2. Tertutup kesempatan bagi investor asing untuk ikut dalam kepemilikan saham. 3. Adanya batas minimum fluktuasi harga saham sebesar 4% dari harga awal dalam setiap hari perdagangan di bursa. 4. Tidak adanya perlakuan yang sama, terutama dalam hal pajak terhadap penghasilan yang berasal dari bunga deposito dengan dividen. 5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa. 4.1.3. Era Deregulasi (1987-1990) Pemerintah mulai merombak berbagai aturan yang dianggap menghambat minat perusahaan untuk masuk ke dalam bursa. Oleh karena itu, diluncurkan tiga perangkat paket penting kebijakan pasar modal. Intinya berupa penyederhanaan aturan yang dikemas dalam paket-paket deregulasi, yaitu : 1. Paket Desember 1987 (Pakdes) 2. Peket Oktober 1988 (Pakto) 3. Paket Desember 1988 4.1.4. Era Pasca Deregulasi Dengan
adanya berbagai kebijakan ini telah
menebalkan
kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Puncak kepercayaan itu, terjadi setelah pemerintah menetapkan Undang-
Undang (UU) No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yang berlaku secara efektif mulai 1 Januari 1996. Pemberlakuan berbagai kebijakan ini dikatakan sebagai momentum penting dalam perjalanan pasar modal Indonesia, sehingga sampai tahun 1996 Bapepam telah mengeluarkan 102 peraturan sebagai petunjuk pelaksanaan teknis dari UU itu. Melalui peraturan-peraturan itu, setidaknya pasar modal Indonesia memiliki seperangkat peraturan yang komperhensif. Lahirnya berbagai deregulasi kebijakan itu, mulai dari UU sampai Keputusan
Bapepam
mengakibatkan
pasar
modal
Indonesia
berkembang pesat. Ini bisa terlihat perkembangan statistik di bursa pada akhir tahun 1996, tercatat ada 295 emiten yang melakukan penawaran umum dengan total emisi RP. 61,4 triliun. Sedangkan untuk meningkatkan peran investor domestik, sampai 31 Desember 1996 telah beroperasi 25 reksa dana dengan total asset Rp 2,7 triliun. Namun era gemilang ini tidak berjalan mulus karena perekonomian Indonesia mengalami musibah pada tahun 1997, pada awalnya hanya menghantam nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai Rp 17.000 per dolar AS. Depresiasi rupiah pada gilirannya berimbas pada pasar modal, karena mayoritas emiten memiliki utang dalam mata uang asing, dan sayangnya utang tersebut jarang yang diberi bemper hedging, akibatnya emiten mengalami kesulitan likuiditas, utang macet dan rugi kurs. Hal ini membuat harga saham anjlok, dan indeks saham sulit diselamatkan. Musibah krisis moneter yang menimpa ekonomi nasional tidak dapat dipungkiri merupakan ujian yang terberat bagi pasar modal Indonesia. Namun, bukan berarti pasar modal Indonesia telah berakhir, buktinya indeks pada awal tahun 2000 mencapai level 700 dan emiten baru mulai bermunculan. Pada awal tahun 2005 indeks malah mencapai angka 1.015 dan jumlah emiten mencapai angka 335 perusahaan. Krisis keuangan global yang melanda pasar perumahan di Amerika Serikat pada awal 2008 memberikan sedikit dampaknya pada pasar modal di Indonesia. Hal tersebut berimplikasi terhadap turunnya
nilai IHSG hingga pada level 1.355,40 (Bapepam, 2009). Namun, di awal tahun 2009, pasar modal telah menunjukkan kegairahannya kembali. 4.2. Bursa Efek Indonesia (BEI) Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan pasar modal. Bursa efek sudah mulai beroperasi sejak tahun 1912 pada masa kolonial Belanda hingga saat ini. Pada awalnya terdapat dua bursa yang ada di Indonesia yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Pada tanggal 1 Desember 2007 para pemegang saham bursa efek secara resmi telah menyetujui rancangan penggabungan kedua perusahaan yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi 2009, kebijakan untuk menggabungkan dua bursa tersebut sudah menjadi harapan lama oleh pemerintah, yaitu dalam hal ini Bapepem-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Gagasan penggabungan ini memiliki alasan logis, yaitu : 1. Pasar modal Indonesia termasuk yang tertinggal dibandingkan dengan bursa-bursa dari negara lain termasuk negara tetangga, baik dari nilai kapitalisasinya, jumlah emitennya, produk investasi, serta masih rendahnya kompetisi investor lokal yang ikut bermain. 2. Keinginan untuk menciptakan pasar modal yang kuat dan mampu bertarung dengan bursa lain. 3. Fenomena penggabungan berbagai bursa di seluruh dunia dengan dasardasar seperti ingin menciptakan efisiensi dan menghadapi persaingan global. Dengan penggabungan ini diharapkan pasar modal Indonesia menjadi lebih kuat dan efisien karena para pelaku pasar hanya mengenal satu bursa efek yang memfasilitasi semua segmen pasar, sehingga perusahaan efek cukup menjadi anggota di satu bursa dan emiten cukup tercatat di satu bursa. Infrastruktur perdagangan menjadi terintegrasi dan memfasilitasi seluruh instrument yang diperdagangkan.
Tabel 2. Manfaat Ekonomis Penggabungan BES dan BEJ Sudut Pandang
Sinergi 1. Pengurangan biaya teknologi informasi 2. Pengurangan biaya SDM yang memiliki tugas sama
Efisiensi Biaya Peningkatan Pendapatan Peningkatan pendapatan jasa transaksi perdagangan Optimalisasi Peningkatan sumber daya tanpa perubahan struktur Permodalan modal Sumber : Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi, 2009. BEI beralamat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jl. Jendral Sudirman kav 52-53, Jakarta Selatan, yang merupakan gedung awal BEJ. 4.3. Perusahaan- Perusahaan Sektor Industri Pertanian di BEI BEI menggolongkan saham-saham menjadi 9 sektor, dimana setiap sektor dibagi lagi menjadi beberapa sub sektor untuk menggolongkan masingmasing perusahaan sekuritas ke dalam jenis usahanya. Salah satunya adalah saham sektor industri pertanian. Adapun saham sektor industri pertanian digolongkan menjadi 5 sub sektor, yaitu corps, plantation, animal husbandry, fishery dan other. Tabel 3. Kode Saham dan Pembagian Sub Sektor Perusahaan Sektor Industri Pertanian No
Kode Saham 1 BISI 2 BWPT 3 AALI 4 UNSP 5 GZCO 6 LSIP 7 SGRO 8 SMAR 9 TBLA 10 CPDW 11 MBAI 12 CPRO 13 DSFI 14 IIKP 15 BTEK Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2009.
Sub Sektor Corps Plantation Plantation Plantation Plantation Plantation Plantation Plantation Plantation Animal Husbandry Animal Husbandry Fishery Fishery Fishery Others
Data mengenai kode saham perusahaan dan pembagian sub-sub sektor yang tergabung dalam sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan
untuk data nama-nama perusahaan yang termasuk ke dalam sektor keuangan, secara lengkap disajikan dalam Lampiran 1. Tidak semua perusahaan di Tabel 3 dimasukkan ke dalam perhitungan analisis kinerja saham, namun terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap saham-saham tersebut. Saham yang tidak terdaftar di salah satu tahun antara tahun 2008 dan 2009 akan dihilangkan. Hal ini disebabkan saham yang tidak terdaftar di salah satu tahunnya, akan menyebabkan nilai harga saham tersebut nol. Selain itu, investor juga tidak bisa memilih saham tersebut untuk menyimpan dana investasinya. Pada tahun 2008, PT. Gozco Plantation Tbk (GZCO) baru terdaftar pada periode di akhir tahun tepatnya di bulan November dan Desember, sehingga saham ini tidak disertakan dalam perhitungan. Hal ini juga terjadi pada saham PT. BW Plantation Tbk (BWPT) yang baru saja terdaftar di tahun 2009. 4.4. Perspektif Terhadap Sektor Pertanian Peran serta sektor pertanian dalam pembangunan sangat besar, terutama dalam menyalurkan dana sebagai penggerak sektor rill. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor industri yang berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, sektor pertanian perlu didukung oleh berbagai pihak agar mampu meningkatkan pembangunan pada sektor rill. Penurunan tingkat suku bunga SBI pada saat ini yaitu pada tingkat 6,5% (Bank Indonesia, 2009), memberikan pengaruh positif terhadap sektor industri pertanian, sebab dengan demikian sektor pertanian semakin gencar dan inovatif dalam meraih pendapatan dengan menarik para investor asing maupun
lokal
yang
awalnya
memilih
sektor
perbankan
dalam
menginvestasikan dana yang mereka miliki. Kondisi ekonomi yang semakin baik dan stabil juga merupakan faktor yang mendorong membaiknya performa pasar modal. Sedikitnya jumlah volume dan value perdagangan saham pada sektor pertanian, membuat rendahnya kemajuan sektor ini dibandingkan dengan yang lainnya. Padahal, jika dikaji lebih dalam sektor pertanian juga memiliki prospek yang baik kedepan, jika keputusan investasi pada sub sektor didalamnya dilakukan dengan tepat. Oleh karena itu, analisis
kinerja saham yang tepat dapat membantu para investor untuk menentukan kearah mana mereka harus menginvestasikan dana yang dimiliki pada sektor pertanian. Pemilihan setiap saham berdasarkan kinerjanya tergantung pada perspektif investor. Dengan mengetahui kinerja masing-masing saham pada sektor industri pertanian, maka minat investor terhadap saham pertanian menjadi lebih besar. Hal ini dapat membantu meningkatkan volume dan value perdagangan saham sektor pertanian di BEI serta turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. 4.5.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Saham Sektor Pertanian di BEI Secara fundamental harga suatu jenis saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaan tercermin dari laba operasional dan laba bersih per saham serta beberapa rasio keuangan yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam mengelola perusahaan. Risiko perusahaan tercermin dari daya tahan perusahaan dalam menghadapi siklus ekonomi serta faktor makro ekonomi dan makro non ekonomi. Dengan kata lain, kinerja perusahaan dan risiko yang dihadapi dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi (Samsul Mohamad, 2006). 4.5.1. Faktor Makro Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Mohamad Samsul (2006), faktor makro ekonomi tersebut antara lain adalah : A. Tingkat Bunga Umum Domestik Kenaikan tingkat bunga pinjaman akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan nilai laba bersih sehingga mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat pada turunnya harga saham di pasar. Naiknya suku bunga deposito akan membuat investor beralih dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki untuk ditabungkan pada deposito.
Kenaikan suku bunga pinjaman atau suku bunga deposito akan mengakibatkan turunnya harga saham, begitupun sebaliknya. B. Tingkat Inflasi Pengaruh tingkat inflasi dapat berdampak positif atau negatif terhadap harga saham, hal tersebut bergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Inflasi yang tinggi dapat menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga akan bergerak sangat lamban. C. Peraturan Perpajakan Kenaikan pajak penghasilan, dapat menurunkan nilai laba bersih perusahaan yang selanjutnya akan menurunkan harga saham. Begitu pula dengan kenaikan pajak penjualan serta pajak penghasilan konsumen. Jadi kenaikan pajak secara keseluruhan dapat mengurangi nilai laba bersih perusahaan yang nantinya mempengaruhi harga saham di pasaran, yaitu menurunnya harga saham. Namun hal ini tetap tergantung pada penggunaan dan penerimaan dana pajak oleh pemerintah. Penggunaan dan penerimaan pajak ke sektor ekonomi luas akan mempunyai pengaruh yang berbeda daripada ke sektor khusus yang sempit. Jika penggunaan dana pajak oleh pemerintah digunakan untuk mendukung kesejahteraan sektor pertanian, seperti ditingkatkannya subsidi alat-alat operasional bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang sektor industri pertanian, maka hal ini tentu akan
mengurangi
beban
operasional
perusahaan,
sehingga
meningkatkan laba bersih perusahaan dan menaikan harga saham sektor industri pertanian di BEI. D. Kebijakan Pemerintah Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mempunyai dampak tertentu terhadap perusahaan yang dikenai kebijakan
tersebut. Kebijakan yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perusahaan yang berbeda. Sebagai contoh kebijakan pemerintah dalam bidang pertanian, antara lain penghapusan dan atau pengurangan subsidi terhadap pupuk atau alat operasional lainnya, penurunan tarif impor komoditi pangan yang merupakan bahan pokok (beras, terigu, gula, dll.), dan pengurangan peran pemerintah dalam perdagangan bahan pangan (contohnya merubah BULOG dari lembaga pemerintah nondepartemen menjadi perusahaan umum yang dimiliki pemerintah). Kebijakan-kebijakan tersebut sangat mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Apabila pemerintah menurunkan subsidi terhadap alat-alat pertanian maka beban operasional perusahaan akan meningkat. Penurunan tarif impor tehadap komoditi pangan akan mengurangi penjualan perusahaan dalam negeri yang bergerak di bidang pangan sehingga profitabilitas perusahaan pertanian menurun. Begitupun juga dengan berkurangnya peranan pemerintah dalam perdagangan bahan pangan, semakin memperburuk kondisi ekonomi bidang pertanian di Indonesia. Hal tersebut tentu saja akan mengurangi harga saham sektor industri pertanian di BEI. Namun, bagi perusahaan yang berada di sektor properti misalnya, kebijakan pemerintah tersebut tidak berdampak apapun. E. Kurs Valuta Asing Kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang mempunyai utang dalam dolar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Hal tersebut dikarenakan jumlah dana yang harus dikembalikan oleh perusahaan menjadi lebih besar dari dana yang dipinjam sebelumnya. Sedangkan produk perusahaan yang bersangkutan dijual secara lokal sehingga pendapatan perusahaan dalam bentuk rupiah. Sementara, emiten yang berorientasi ekspor justru akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$ terebut. Indeks harga
saham gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak positif dan negatif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya. Jika BEI pada saat tertentu dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri yang modalnya berasal dari luar, maka banyak perusahaan emiten yang rugi dan IHSG cenderung menurun. F. Tingkat Bunga Pinjaman Luar Negeri Tingkat suku bunga pinjaman luar negeri berkisar antara 2% 4%. Semakin besar suku bunga pinjaman, maka semakin besar dana yang harus dikeluarkan oleh para emiten saham dalam membayar utang pinjaman luan negeri, sehingga mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan nilai laba bersih perusahaan.
Jika
profitabilitas
perusahaan
menurun,
maka
kepercayaan investor akan menginvestasikan dana yang mereka miliki juga menurun, sehingga hal ini dapat menurunkan harga saham perusahaan emiten yang bersangkutan. G. Kondisi Perekonomian Internasional Kondisi negara tujuan ekspor atau negara asal impor sangat berpengaruh terhadap kinerja emiten. Salah satu cara mengetahui kondisi perekonomian negara tujuan maupun negara asal adalah dengan melihat nilai IHSG negara yang bersangkutan. Ketika kondisi perekonomian negara tujuan ekspor atau negara asal impor sedang dalam keadaan membaik, maka nilai IHSG negara yang bersangkutan cenderung stabil atau bahkan naik. Hal tersebut dapat meningkatkan hasil ekspor atau impor produk-produk pertanian dalam negeri, sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Apabila profitabilitas perusahaan meningkat, maka harga saham perusahaan tersebut juga naik, dan sebaliknya. H. Siklus Ekonomi Siklus ekonomi mempunyai pengaruh terhadap harga saham selama masa lebih dari 5 tahun. Pada masa siklus ekonomi yang tumbuh, lapangan pekerjaan tersedia banyak, setiap bidang usaha memperoleh kemajuan, pengangguran relatif kecil, pendapatan
masyarakat relatif meningkat, dan keamanan lebih terjamin, hal tersebut dapat membuat kegiatan bursa efek menjadi lebih semarak. Harga saham mengalami kenaikan sepanjang periode tersebut. Jenis saham yang mengalami kenaikan tajam pada masa tersebut adalah saham yang diterbitkan oleh emiten yang memproduksi barang-barang tahan lama (durable goods) seperti barang-barang modal, property, otomotif, produk baja, peralatan rumah tangga, dan barang yang lainnya. Sementara jenis saham yang diterbitkan oleh emiten yang memproduksi barang-barang yang tidak tahan lama (non durable goods) seperti produk pertanian mengalami kenaikan harga yang relatif kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga saham dari durable goods. I. Faham Ekonomi Faham ekonomi yang dianut oleh suatu negara sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Hal ini berhubungan dengan faham ekonomi menentukan kebijakan-kebijakan yang diambil dalam bidang ekonomi. Di Indonesia sendiri faham ekonomi yang dianut adalah faham ekonomi liberal yang sesuai dengan filosofi bapak ekonomi kita, yaitu Adam Smith. Kegiatan ekonomi dilaksanakan oleh masyarakat tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintah sebagai penyelenggara negara hanya bertindak sebagai pengatur agar kegiatan ekonomi masyarakat berjalan teratur dan persaingan berjalan sehat. Ketika faham ekonomi yang dianut oleh suatu negara tepat dengan kondisi negaranya, maka pertumbuhan ekonomi di negara yang bersangkutan akan cenderung stabil, sehingga nilai IHSG negaranya juga stabil. J. Peredaran Uang Pemerintah dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi melaluli kebijakan fiskal (pajak) dan kebijakan moneter (peredaran uang). Kebijakan moneter dilaksanakan oleh Bank Sentral melalui 3 cara, yaitu :
1. Perubahan reserve requirements Yaitu sejumlah dana deposit yang wajib dimiliki oleh bank komersil terhadap bank sentral. Biasanya berkisar dari 7% hingga 22%. Bank sentral dapat memperbesar nilai reserve requirements untuk mengurangi jumlah uang beredar sehingga mengurangi laju inflasi dan sebaliknya. Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang, maka kegiatan perekonomian di masyarakat cenderung menurun, dan hal tersebut berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan dan perorangan. Ini akan mengurangi harga saham perusahaanperusahaan emiten. Namun, jika pemerintah tidak berusaha untuk menstabilkan jumlah uang beredar dengan membiarkan jumlah uang yang beredar tetap banyak di masyarakat, maka hal ini akan menaikan laju inflasi yang nantinya juga akan berpenagruh buruk terhadap perekonomian negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, pemerintah harus selalu memainkan peranannya dalam kebijakan moneter yang akan berpengaruh terhadap harga saham-saham di BEI. 2. Kebijakan suku bunga Pada saat tingkat suku bunga kredit dinaikkan maka ini bertujuan agar uang yang keluar dapat secara selektif, artinya hanya pihak-pihak yang mampu membeyar suku bunga kredit saja yang dapat melakukan pinjaman. Oleh karena itu, kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang beredar dan investor cenderung menginvestasikan uang yang mereka miliki ke deposito, sehingga pasar modal mengalami kelesuan. 3. Open market operation Pengendalian jumlah uang yang beredar dilakukan melalui penjualan surat berharga yang dimiliki dengan harga yang terjangkau, sehingga hal ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dan mengurangi laju inflasi. Ketika laju
inflasi berkurang, maka hal ini akan berdampak pada naiknya harga saham di BEI. 4.5.2. Faktor Mikro Baik buruknya kinerja perusahaan tercermin dari rasio-rasio keuangan yang secara rutin diterbitkan oleh emiten. Pada umumnya perusahaan yang sudah go public diwajibkan oleh peraturan yang dikeluarkan Bapepam untuk menerbitkan laporan keuangan triwulan, tengah tahunan, dan tahunan baik yang sudah diaudit maupun yang belum diaudit. Faktor mikro ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan itu sendiri, yaitu variabelvariabel seperti : A. Laba bersih per saham Laba bersih adalah jumlah pendapatan perusahaan setelah dikurangi dengan beban-beban dan utang perusahaan. Ketika laba bersih perusahaan meningkat dikarenakan beberapa hal, seperti naiknya penjualan maupun berkurangnya beban-beban operasional maka ini akan menaikan minat para investor untuk berinvestasi pada saham di perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut mengakibatkan nilai harga saham akan meningkat di BEI. B. Nilai buku per saham Earning Per Share (EPS) atau nilai buku per saham adalah nilai yang diperoleh dengan cara membagi laba yang didapatkan oleh perusahaan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Pemodal seringkali memperhatikan EPS dalam melakukan analisis. Semakin besar nilai buku per sahamnya maka semakin besar pula kepercayaan dan minat para investor untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki ke perusahaan tersebut, sehingga hal ini dapat menaikan harga saham di BEI. C. Rasio ekuitas terhadap utang Rasio ekuitas terhadap utang yaitu perbandingan antara hutang dengan modal sendiri yang dimiliki. Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri
dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan itu sehat dan tidak mudah bangkrut. Jadi investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas terhadap utang ataupun debt to equity ratio (DER). Semakin besar niali DER perusahaan, maka kepercayaan dan minat investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan akan berkurang, sehingga nilai harga saham akan turun, begitupun sebaliknya. D. Rasio laba bersih terhadap ekuitas (ROE). Investor
ingin
mengetahui
efisiensi
manajemen
dalam
menjalankan modalnya melalui rasio tingkat laba bersih terhadap ekuitas (return on equity). ROE diperoleh dengan membagi nilai laba setelah pajak dengan ekuitas. Semakin besar nilai ROE maka semakin besar pula profitabilitas perusahaan, hal ini akan memperbesar kepercayaan dan minat investor terhadap saham perusahaan tersebut, sehingga nilai harga saham akan meningkat di Bursa Efek Indonesia, begitupun sebaliknya. E. Cash Flow per saham Bagi perusahaan yang baru berdiri dan mendapatkan fasilitas perpajakan, seringkali laba bersihnya negatif tetapi arus kasnya positif. Hal ini terjadi karena diterapkannya metode penyusutan, sehingga di tahun-tahun awal laba minimum bahkan negatif namun di tahun selanjutnya laba semakin besar. Dalam hal ini investor akan menggunakan cash flow per saham dan bukan laba bersih per saham. Sehingga apabila perusahaan yang dianalisis oleh investor adalah perusahaan yang baru saja berdiri profitabilitas perusahaan tersebut dilihat dari cash flow per sahamnya. Apabila cash flow perusahaan positif maka profitabilitas perusahaannya baik dan harga sahamnya akan naik. 4.6. Analisis Kinerja Saham pada Saham-saham Sub Sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia Dalam memilih saham-saham sektor industri pertanian di Bursa Efek Indonesia, maka investor sebaiknya mengetahui terlebih dahulu kinerja
setiap saham yang ada pada sektor industri pertanian. Analisis kinerja saham didapatkan dengan mengetahui terlebih dahulu nilai-nilai dari tingkat pengembalian (Ri) dan nilai risiko (Var) dari masing-masing saham. Nilainilai tersebut digunakan sebagai indikator penilaian kinerja suatu saham. Saham dengan kinerja yang baik dapat menjadi alternatif investor untuk menanamkan investasinya. Kriteria baik atau tidaknya saham industri pertanian tergantung pada pandangan dan sikap investor terhadap risiko dan tingkat pengembalian. Nilai R (presentase tingkat keuntungan) diperoleh dari perhitungan terhadap penjumlahan nilai Deviden yang dibagikan oleh perusahaan setiap tahunnya per saham dengan perubahan harga saham (bulanan) dibagi harga saham pada awal jangka waktu. Perubahan harga saham yang dimaksud adalah harga saham Quartalan di tahun 2009. Perhitungan tersebut menggunakan persamaan 1. Nilai R hasil perhitungan inilah yang akan dimasukkan ke dalam software Modern Portofolio Theory and Investment Analysis untuk mendapatkan nilai Excpected Return (Ri) dan risiko (σi) dari masing-masing saham di setiap sub sektor saham industri pertanian. 4.7. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Corps Pada Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi Penggolongan sub sektor Corps dengan Other dilakukan secara sengaja oleh penulis, dikarenakan beberapa pertimbangan. Diantaranya adalah hanya ada satu perusahaan saja yang terdaftar dalam masing-masing sub sektor tersebut, sehingga sulit melihat adanya hubungan saling mempengaruhi antar satu saham dengan saham lain, yang nantinya akan berguna dalam pembentukan portofolionya. Penggolongan tersebut menjadikan saham BISI dan BTEK menjadi satu portofolio dalam saham Corps. Dalam Tabel 4, terlihat bahwa saham BISI memiliki risiko yang lebih rendah yaitu sebesar 0.229 dengan nilai expected return (Ri) yang lebih kecil yaitu sebesar 0.002 dibandingkan dengan saham BTEK. Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Semakin kecil nilai
risikonya, maka semakin kecil pula kemungkinan saham tersebut menyimpang dalam memberikan tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat pengembalian yang diharapkan untuk saham BTEK lebih besar yaitu 0.014 dengan tingkat risiko yang lebih pesar pula yaitu 0.263 dibandingkan dengan saham BISI. Hal ini sesuai dengan pernyataan investasi pada pasar modal yang mengatakan hubungan antara tingkat pengembalian dan risiko yaitu high risk high return. Tabel 4. Nilai Ri dan σi serta kovarian pada saham sub sektor Corps. Ri σi BISI BTEK BISI 0.053 -0.006 0.002 0.229 BTEK 0.014 0.263 -0.006 0.0069 Dalam memilih saham yang akan masuk ke dalam portofolio invetasinya, seorang investor yang rasional akan memilih untuk memegang portofolio yang efisien yaitu memaksimumkan keuntungan pada tahap risiko tertentu atau meminimumkan risiko pada tingkat keuntungan yang diharapkan tertentu. Oleh karena itu, hal ini mengindikasikan pemilihan saham didasarkan kepada masing-masing persepsi investor. Saham BISI memiliki kinerja yang lebih baik dari saham BTEK jika dilihat dari tingat risiko yang minimum pada tingkat keuntungan yang diharapkan tertentu. Namun jika investor bertindak sebagai risk taker maka saham BTEK merupakan saham yang memiliki kinerja lebih baik dibandingkan dengan saham BISI karena memberikan nilai return yang lebih besar. Nilai kovarian antara saham BISI dengan BTEK adalah -0.006. hal ini mengindikasikan hubungan keuntungan antara kedua sekuritas tersebut. Dengan kovarians yang negatif, ini berarti apabila saham BISI menghasilkan keuntungan yang melebihi keuntungan rata-rata maka saham BTEK tidak mempunyai kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang sama, yaitu melebihi keuntungan rata-ratanya, begitupun sebaliknya. Pada Tabel 5, diperlihatkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi antara saham BISI dengan BTEK. Koefisien korelasi terbagi menjadi 3 nilai ekstrim. Ketiga nilai tersebut yaitu koefisien korelasi positif sempurna (+1) yang mengindikasikan tidak ada alternatif yang dapat diambil untuk mengurangi risiko yang diperoleh oleh investor dengan menyertakan kedua
saham dalam portofolio investasi, korelasi nol (0) yang menyatakan bahwa jika portofolio dibentuk dengan sempurna, risiko satu portofolio yang terdiri dari satu dan dua saham akan kurang daripada risiko sekuritas manapun, serta korelasi negatif sempurna (-1) yang berarti berkemungkinan untuk diwujudkan satu strategi untuk menghapuskan jumlah risiko portofolio. Namun, pada kenyataannya ketiga hal tersebut jarang sekali terjadi. Koefisien korelasi biasanya berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Corps BISI BISI BTEK
BTEK 1 -0.1
-0.1 1
Nilai koefisien korelasi antara saham BISI dengan saham BTEK adalah -0.1. Rodoni dan Othman Young (2002), menjelaskan bahwa dalam keadaan korelasi negatif berkemungkinan untuk diwujudkan satu strategi untuk menghapuskan jumlah portofolio. Artinya, bahwa masih ada satu strategi yang dapat diwujudkan dalam membentuk portofolio Corps dengan menyertakan kedua saham tersebut. 4.8. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Plantation Pada Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi Pada sub sektor Plantation, terdapat 6 saham terseleksi dari 8 saham yang ada. Kedua saham yang tidak dimasukkan dalam perhitungan antara lain adalah saham PT. Gozco Plantation Tbk dengan kode saham GZCO yang baru terdaftar pada periode akhir di tahun 2008 tepatnya di bulan November dan Desember. Hal ini juga terjadi pada saham PT. BW Plantation Tbk dengan kode saham BWPT yang baru saja terdaftar di tahun 2009. Saham yang dimasukkan dalam perhitungan analisis kinerja saham dan pembentukan portofolio optimal pada portofolio plantation antara lain adalah saham dengan kode AALI, UNSP, LSIP, SGRO, SMAR dan TBLA. Penambahan deviden tidak setiap bulan dilakukan. Hal ini dikarenakan pada corporate activity terdapat aktivitas yang berbeda-beda pada setiap perusahaan. Ada perusahaan yang hanya memberikan deviden kepada para pemegang saham dalam jangka waktu semesteran (enam bulanan), tahunan
(dua belas bulanan) atau bahkan pada tahun tersebut perusahaan yang bersangkutan tidak membayarkan devidennya disebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak mampu memperoleh laba bersih di tahun terkait. Sebagai contoh, pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk dengan kode saham UNSP deviden diberikan sebanyak dua kali selama periode penelitian, yaitu pada bulan Juli 2008 sebesar Rp 17,- serta pada bulan agustus 2009 sebesar Rp 9,- . Besarnya deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham juga tidak sama. Hal ini mengindikasikan investor diasumsikan sebagai pemegang saham biasa (bukan saham preferen) yang mendapatkan deviden sesuai dengan nilai pendapatan bersih perusahaan. Untuk lebih lengkapnya, pada lampiran 3 ditunjukkan deviden perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam sub sektor plantation serta waktu pembagiannya. Sehingga apabila ada kesalahan dalam penambahan deviden di waktu yang tidak tepat ataupun tidak ditambahkanya deviden yang seharusnya dibagikan oleh perusahaan maka hal ini akan mempengaruhi nilai tingkat keuntungan yang dihasilkan dan otomatis mempengaruhi nilai Ri serta nilai σi. Penilaian kinerja saham-saham pada sub sektor plantation dilihat dari nilai expected return (Ri) dan risiko (σi) dari masing-masing saham yang terdaftar pada sub sektor plantation. Tabel 6. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor Plantation. Ri AALI
σi
AALI UNSP LSIP
SGRO SMAR TBLA
0.013 0.198 0.024 0.264
0.039
0.03 0.033
0.017
0.023
0.015
0.03
0.07 0.044
0.03
0.043
0.047
0.01 0.208 SGRO 0.009 0.147 SMAR 0.032 0.202
0.033
0.044 0.043
0.025
0.031
0.035
0.017
0.03 0.025
0.021
0.018
0.025
0.023
0.043 0.031
0.018
0.041
0.028
TBLA
0.015
0.047 0.035
0.025
0.028
0.066
UNSP LSIP
0.009 0.257
Dalam Tabel 6, saham SGRO memiliki nilai risiko minimal pada tingkat Ri tertentu. Saham SGRO memiliki nilai risiko sebesar 0.147 dengan expected return sebesar -0.009. Sedangkan saham LSIP memiliki nilai risiko yang lebih besar yaitu 0.208 dengan expected return yang lebih besar pula sebesar 0.01. Hal ini sesuai dengan teori dasar keuangan yang menyatakan bahwa semakin besar nilai risikonya maka semakin besar pula tingkat keuntungannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa investor memiliki kecenderungan bersikap risk averse yaitu menghindari atau menolak risiko maka sebaiknya dalam kondisi seperti ini, investor lebih memilih untuk menginvestasikan dana yang ia miliki ke saham SGRO dibandingkan dengan yang lainnya, karena dilihat dari faktor risikonya, saham SGRO memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan saham lain. Namun, jika investor tersebut bersikap risk taker maka SMAR adalah saham yang memberikan tingkat return paling besar yaitu 0.032 dengan tingkat risiko 0.202. Nilai kovarian antara saham pada sub sektor plantation juga disajikan dalam Tabel 6. Nilai kovarian antar saham tersebut memiliki nilai yang positif. Nilai kovarian menerangkan kepada kita hubungan keuntungan antara sekuritas. Dengan kovarian yang positif, ini berarti apabila saham AALI menghasilkan keuntngan yang melebihi keuntungan rata-rata maka saham UNSP, LSIP, SGRO, SMAR dan TBLA juga mempunyai kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang sama. Koefisien korelasi antara sekuritas menunjukkan dapat atau tidaknya kombinasi saham dilakukan pada suatu portofolio untuk mengurangi risiko pada portofolio tersebut. Jika koefisien korelasi menunjukan nilai positif sempurna (+1) maka tidak ada pilihan yang dapat dilakukan oleh investor dengan kombinasi saham seperti itu. Nilai positif yang sempurna juga menyatakan
tidak
ada
pengurangan
risiko
yang
dicapai
dengan
pembentukkan portofolio seperti itu. Hal ini biasanya terjadi apabila kita membentuk satu portofolio dengan kombinasi saham yang sama. Misalnya, untuk kasus portofolio plantation, investor menginvestasikan seluruh dana yang ia miliki pada saham AALI, maka koefisien korelasi yang muncul
adalah positif sempurna yaitu +1. Oleh karena itu, dalam dunia nyata jarang sekali ditemukan kondisi seperti ini. Sehingga jika nilai tersebut tetap positif dan terletak antara -1 sampai dengan +1 maka dapat berarti bahwa tetap ada pengurangan risiko yang dicapai dengan pembentukkan portofolio yang seperti itu. Keseluruhan koefisien korelasi pada sub sektor plantation ditunjukan pada tabel 7. Tabel 7. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Plantation AALI UNSP LSIP SGRO SMAR TBLA AALI 1 0.567 0.812 0.594 0.57 0.293 UNSP 1 0.801 0.775 0.807 0.69 0.567 LSIP 1 0.828 0.729 0.655 0.812 0.801 SGRO 1 0.621 0.667 0.594 0.775 0.828 SMAR 1 0.542 0.57 0.807 0.729 0.621 TBLA 1 0.293 0.69 0.655 0.667 0.542 Dalam menghitung 6 sekuritas yang ada, maka kita harus menentukan nilai koefisien korelasi sebanyak
=
= 15 yaitu :
1. AALI dengan UNSP memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.567. 2. AALI dengan LSIP memiliki koefisien korelasi yang positif sebesar 0.812. 3. AALI dengan SGRO memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.594. 4. AALI dengan SMAR memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.570. 5. AALI dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.293. 6. UNSP dengan LSIP memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.801. 7. UNSP dengan SGRO memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.775. 8. UNSP dengan SMAR memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.807. 9. UNSP dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.690. 10. LSIP dengan SGRO memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.828. 11. LSIP dengan SMAR memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.729. 12. LSIP dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.655. 13. SGRO dengan SMAR memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.621. 14. SGRO dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.667. 15. SMAR dengan TBLA memiliki koefisien korelasi positif sebesar 0.542.
Dalam menganalisis kinerja saham-saham yang terdaftar pada sub sektor plantation, terlihat bahwa saham SGRO memiliki kinerja yang paling baik jika dilihat dari tingkat risikonya. 4.9. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Animal Husbandry Pada Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi Dalam sub sektor saham Animal Husbandry terdapat dua sekuritas, yaitu PT. Cipendawa Tbk dengan kode saham CPDW serta PT. Multibreeder Adirama Ind Tbk dengan kode saham MBAI. Nilai tingkat pengembalian yang diharapkan serta risiko masing-masing saham merupakan output yang dihasilkan dari proses pengolahan data yang dilakukan. Dalam tabel 13 disajikan nilai expected return (Ri) dan risiko (σi) untuk masing-masing saham yang menyusun sub sektor Animal Husbandry. Hal ini dimaksudkan guna menganalisis kinerja masing-masing saham pembentuk sub sektor Animal Husbandry yang dilihat dari nilai Ri dan σi. Tabel 8. Nilai Ri dan σ1 Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor Animal Husbandry Ri σi CPDW MBAI CPDW 0.029 0.165 0.027 -0.001 MBAI 0.037 0.251 0.063 -0.001 Dalam Tabel 8, terlihat bahwa CPDW memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan saham MBAI yaitu sebesar 0.165. Pemilihan saham didasarkan atas persepsi dari investor. Dengan mengasumsikan investor bersikap risk averse maka investor akan lebih memilih saham yang meminimumkan risiko pada tingkat pengembalian tertentu. Oleh karena itu, dalam hal ini saham CPDW memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan saham MBAI. Jika investor bersikap sebagai risk taker maka saham MBAI memiliki kinerja yang lebih baik karena menawarkan nilai expected return yang lebih besar sebesar 0.037 pada tingkat risiko tertentu sebesar 0.251. Adapun nilai dari koefisien korelasi antar saham CPDW dengan saham MBAI pada sub sektor Animal Husbandry dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Animal Husbandry CPDW MBAI CPDW 1 -0.02 MBAI -0.02 1 Setelah dilakukan perhitungan menggunakan software Modern Portofolio Theory And Investment Analysis didapatkan nilai koefisien korelasi antara saham CPDW dengan MBAI sebesar -0.02. Tanda negatif mengindikasikan bahwa ada alternatif yang dapat dilakukan oleh investor dalam pembentukan portofolio dengan menyertakan kedua saham ini guna mengurangi risiko sekuritas yang ada. 4.10. Analisis Kinerja Saham-saham Sub Sektor Fishery Pada Sektor Pertanian di BEI Melalui Penilaian Ri dan σi Pada sub sektor Fishery terdapat tiga perusahaan emiten yang terdaftar selama periode penelitian. Diantaranya adalah PT.Central Proteinprima Tbk yang memiliki kode saham CPRO, PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk yang memiliki kode saham DSFI serta PT. Inti Agri Resources Tbk dengan kode saham IIKP. Analisis kinerja masing-masing saham dilakukan dengan menghitung nilai Ri dan σi. Pada tabel 10 disajikan nilai Ri, σi, serta nilai kovarian antar sekuritas yang terdaftar pada sub sektor Fishery. Tabel 10. Nilai Ri dan σi Serta Kovarian pada Saham Sub Sektor Fishery Ri
σi
CPRO
DSFI
IIKP
CPRO
-0.051
0.199
0.04
0.001
0.01
DSFI
-0.008
0.049
0.001
0.002
0.007
IIKP 0.071 0.073 0.266 0.01 0.007 Dari Tabel 10, terlihat bahwa saham yang memiliki nilai risiko paling rendah pada tingkat expected return tertentu adalah saham dengan kode DSFI. Saham ini memiliki nilai risiko paling rendah diantara ketiga saham lain yang terdaftar pada sub sektor Fishery sebesar 0.049 dengan tingkat expected return tertentu sebesar -0.008. Sedangkan saham yang memiliki tingkat risiko paling tinggi adalah saham dengan kode IIKP yaitu sebesar 0.266, namun saham ini memiliki nilai expected return yang lebih besar dibandingkan dengan saham CPRO. IIKP mempunyai nilai expected return
sebesar 0.073, sedangkan saham CPRO hanya memiliki nilai expected return sebesar -0.051 dengan tingkat risiko yang lebih besar dari saham DSFI sebesar 0.199. Hal ini dapat dijadikan dasar pembentukan portofolio saham pada sub sektor Fishery. Saham yang memiliki kinerja terbaik sesuai dengan persepsi investor akan memperoleh persentase dana yang lebih besar dibandngkan dengan saham lainnya. Dalam menilai kinerja saham dapat dilihat dari dua hal, yaitu expected return sebagai sesuatu yang disukai oleh investor dan risiko sebagai sesuatu yang tidak disukai oleh investor. Dalam Tabel 12, terlihat dengan jelas bahwa saham DSFI memiliki nilai risiko paling rendah. Nilai return yang negatif, yaitu sebesar -0.008 merupakan nilai return terbesar ke dua setelah saham IIKP. Dengan mengasumsikan investor bersikap risk averse, maka saham dengan nilai risiko paling rendah dapat dikatakan sebagai saham dengan kinerja yang paling baik. Hal ini berarti saham DSFI memiliki kinerja yang paling baik diantara saham lain. Jika diasumsikan investor bersikap risk taker, maka saham IIKP merupakan saham dengan kinerja paling baik yang menawarkan nilai expected return maksimal. Nilai kovarian antara saham sub sektor Fishery dapat dilihat juga pada Tabel 12. 1. Kovarian CPRO, DSFI sebesar 0.001, hal ini mengindikasikan hubungan tingkat keuntungan diantara saham CPRO dengan saham DSFI. Jika saham CPRO dapat menghasilkan keuntungan di atas keuntungan ratarata, maka saham DSFI akan cenderung melakukan hal yang sama dengan saham CPRO yaitu menghasilkan keuntungan yang juga di atas keuntungan rata-rata. 2. Kovarian CPRO, IIKP sebesar 0.010. Dengan kovarian yang positif maka terdapat kecenderungan pergerakan tingkat keuntungan yang sama diantara saham CPRO dengan IIKP. 3. Kovarian DSFI, IIKP sebesar 0.007. saham DSFI cenderung melakukan pergerakan tingkat keuntungan yang sama dengan saham IIKP.
Selain diperoleh nilai kovarian antara saham, dalam penggunaan software Modern Portofolio Theory And Investment Analysis juga diperoleh nilai koefisien korelasi. Nilai ini menyatakan terdapat atau tidaknya alternative yang dapat diambil oleh investor dalam membentuk portofolio yang bersangkutan untuk mengurangi risiko sekuritasnya. Nilai koefisien korelasi terletak antara +1 sampai dengan -1. Jika nilai koefisian korelasinya adalah positif sempurna, yaitu +1 maka tidak ada alternatif yang dapat dilakukan pleh investor untuk mengurangi risiko sekuritasnya dengan pembentukan portofolio tersebut. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh untuk saham yang terdaftar dalam sub sektor Fishery dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Koefisien Korelasi Antar Saham pada Sub Sektor Fishery CPRO
DSFI
CPRO DSFI
IIKP
1
0.065
0.19
0.065
1
0.539
IIKP 1 0.19 0.539 Nilai koefisien korelasi antara sekuritas pada sub sektor Fishery terletak antara +1 sampai dengan -1. Hal ini mengindikasikan bahwa ada alternatif yang dapat diambil oleh investor dalam pembentukan portofolio Fishery yang menyertakan saham CPRO, DSFI dan IIKP untuk mengurangi risiko sekuritasnya. 4.11. Hal-hal yang Menjadi Kendala Investasi dalam saham sebenrnya mampu memberikan keuntungna yang besar bagi investor apabila investor tersebut mampu menentukan saham yang tepat dan melakukan diversifikasi secara baik terhadap portofolio investasi yang dimilikinya. Namun sayangnya, di Indonesia tidak terlalu banyak orang yang mengerti mengenai saham, sehingga kurang tertarik untuk berinvestasi pada saham, dan itu mungkin sebagian darinya. Selebihnya, mereka lebih akrab dengan deposito dan berbagai jenis tabungan pada bank.
Faktor-faktor penyebab yang dapat diamati dari kurang populernya investasi pada pasar modal (saham) adalah karena tidak adanya kepastian tingkat keuntungan yang akan diterima investor, pada suatu periode investasi tertentu, serta besarnya risiko yang harus dihadapi akibat harga saham berfluktuasi hampir setiap harinya dan besarnya modal yang dibutuhkan untuk berinvestasi dalam pasar modal. Selain itu, untuk berinvestasi pada saham diperlukan ketelitian dan keahlian tertentu dalam memilih saham yang bagus untuk dibeli. Tidak seperti pada deposito, dimana investor cukup memperhatikan deposito mana yang memeberikan tingkat pengembalian yang tinggi, tetapi dalam saham investor harus dapat menetukan apakah saham yang akan dibelinya memeberikan tingkat risiko yang tinggi atau tidak serta investor harus mampu memprediksikan saham yang memberikan tingkat keuntungan. Berbagai masalah diatas menjadi kendala tersendiri dalam mengganti investasi deposito menjadi investasi dalam bentuk saham. Namun sebenarnya kendala ini dapat diminimalisasi dengan semakin banyaknya manajer investasi, perusahaan sekuritas, kelompok-kelompok investasi dan berbagai bentuk reksa dana yang menawarkan berbagai macam investasi pasar modal, termasuk saham. 4.12. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat diberikan, antara lain adalah : 1. Investor mendapatkan pengetahuan dan informasi mengenai investasi di pasar modal yang mampu memberikan tingkat pengembalian sehingga para investor dapat memilih saham di pasar modal menjadi bagian dari investasinya selain dari pada sektor perbankan. 2. Perusahaan yang telah terdaftar di BEI menjadi perusahaan emiten dapat mengetahui kinerja saham perusahaannya melalui tingkat pengembalian dan risiko yang dimiliki, sehingga perusahaan emiten mengetahui seberapa besar ketertarikan investor untuk membeli saham perusahaannya. Dengan demikian, perusahaan emiten dapat
menentukan waktu yang tepat dalam menyerap dana dari pasar modal dengan efisien untuk segera melakukan ekspansi pada perusahaan mereka. 3. Perusahaan sekuritas dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi untuk menentukan kinerja saham-saham sektor industri pertanian. Hal ini akan menambah informasi mengenai data historis kinerja saham sektor pertanian dan perusahaan sekuritas bisa melakukan investasi pada sektor pertanian berdasarkan pada hasil analisis kinerja saham pada penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan Sebagian besar harga saham pertanian di BEI setiap harinya mengalami fluktuasi. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor makro dan faktor mikro. Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, antara lain tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi, faham ekonomi yang dianut oleh negara Indonesia serta peredaran uang yang berhubungan dengan kebijakan moneter pemerintah. Adapun faktor mikro diantaranya adalah laba bersih per saham, nilai buku per saham, rasio ekuitas terhadap utang, rasio laba bersih terhadap ekuitas dan cash flow per saham. Terdapat dua saham yang terdaftar pada sub sektor corps, yaitu BISI dan BTEK. Saham BISI memiliki nilai risiko yang lebih rendah dari pada saham BTEK yaitu sebesar 0.229 dengan nilai expected return sebesar 0.002. Saham BTEK memiliki nilai risiko yang lebih besar dengan expected retutn yang lebih besar pula. Nilai risiko BTEK adalah 0.263 dengan nilai expected return sebesar 0.014. Pada sub sektor plantation terdapat 6 saham terseleksi dari 8 saham yang terdaftar. Saham SGRO adalah saham dengan nilai risiko yang paling rendah sebesar 0.147. Saham LSIP adalah saham yang memberikan nilai expected return paling besar yaitu 0.01 dengan nilai risiko 0.208. Investor dengan sikap risk taker lebih menyukai saham LSIP dari pada saham lain pada sub sektor plantation. Terdapat dua saham pada sub sektor Animal Husbandry. Saham CPDW memiliki nilai risiko yang rendah sebesar 0.165 pada expected return 0.029. sedangkan saham MBAI menawarkan nilai expected return yang lebih besar yaitu 0.037 dengan nilai risiko sebesar 0.251. Pada sub sektor fishery terdapat tiga saham, yaitu CPRO, DSFI dan IIKP. Saham dengan nilai expecteted return paling besar adalah saham IIKP yaitu 0.073 pada tingkat risiko sebesar 0.266.
2. Saran Bagi kalangan investor, dalam memilih alternatif investasi pada sektor pertanian di pasar modal perlu dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Hal ini dimaksudkan agar dapat dibentuk suatu alternatif investasi yang dapat meminimumkan
risiko
yang
dihadapi
oleh
investor
serta
dapat
menguntungkan investor. Banyak investor yang belum menyadari faktor risiko, padahal berinvestasi dalam saham tidak terlepas dari unsur risiko (ketidakpastian). Selain itu, perlu diperhatikan pula faktor-faktor makro dan mikro yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham sektor pertanian di BEI, sehingga mempermudah investor dalam melakukan analisis kinerja saham perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, manajer investasi sebagai pengelola dana yang dimiliki oleh investor dapat membantu memberikan gambaran mengenai tingkat risiko yang akan dihadapi investor atas investasi yang ditawarkannya sesuai dengan persepsi mereka masingmasing. Analisis kinerja saham merupakan tahap awal dalam memilih saham bagi investor yang akan menanam investasi pada pasar modal. Tahap selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan penelitian lanjutan yaitu setelah dilakukan analisis kinerja saham dapat dilakukan analisis portofolio yang akan dibentuk, evaluasi portofolio serta revisi portofolio. Selain itu, dalam menganalisis kinerja saham sebaiknya penelitian dapat mencakup keseluruhan sektor industri yang terdapat pada BEI. dijadikan bahan pertimbangan selanutnya oleh investor.
Hal tersebut dapat
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, K. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Rineka Cipta, Jakarta. Bapepam. 2009. Siaran Pers Akhir Tahun 2009. http://bapepam.go.id/ pasar modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia. 2009. IDX Statistik 2009. http://idx.co.id/indeks harga saham gabungan. Daniri, A. 2008. Menakar Dampak Krisis Finansial Global. Artikel. Dewi, N. I. K. Kajian Kinerja Reksa Dana Saham Berdana Kelolaan Besar (Periode Desember 2004-Desember 2005). Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dewi, R. K. Kinerja Investasi Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode Januari 2004-Maret 2005). Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Alfabeta, Bandung. Greja Kristen Jawi Wetan. 2009. Warta Dana Pensiun. http://www.gkjw.web.id/ investasi dana pensiun. Husnan, S. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Keown et al., 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-prinsip dan Aplikasi (Terjemahan). Indeks, Jakarta. Markowitz, H. 1952. Portofolio Selection. Journal Of Finance. Vol VII No 1. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2005. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. http://pustaka-deptan.go.id/ saham pertanian. Rodoni, A dan Y. Othman. 2002. Analisis Investasi dan Teori Portofolio. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga, Jakarta.
Suta, I. P. G. A. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAP Satria Bhakti, Jakarta. Wicaksono, D.T. 2005. Analisis Portofolio Optimal Dari Saham Sektor Industri Keuangan di Bursa Efek Jakarta. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Widoatmodjo, S. 2007. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Lampiran 1. Nama-Nama Perusahaan Sektor Industri Pertanian
10 PT. Cipendawa Tbk.
CPDW
11 PT. Multibreeder Adirama Ind Tbk. 12 PT. Central Proteinaprima Tbk. PT. Dharma Samudera Fishing 13 Industries Tbk. 14 PT. Inti Agri Resources Tbk. 15 PT. Bumi Tekno Kultura Unggul Tbk.
MBAI CPRO
Klasifikasi Usaha Corps Plantation Plantation Plantation Plantation Plantation Plantation Plantation Plantation Animal Husbendry Animal Husbendry Fishery
DSFI IIKP BTEK
Fishery Fishery Other
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Perusahaan PT. Bisi International Tbk. PT. Astra Agro Lestari Tbk. PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. PT. BW Plantation Tbk. PT. Gozco Plantation Tbk. PT. PP London Sumatera Tbk. PT. Sampoerna Agro Tbk. PT. SMART Tbk. PT. Tunas Baru Lampung
Kode Saham BISI AALI UNSP BWPT GZCO LSIP SGRO SMAR TBLA
Lampiran 2. Daftar Harga Saham Bulanan 2008-2009 1
2
3
4
5
6
7
AALI
29900
31600
26750
32200
26450
28800
21750
2
BISI
2400
3250
3875
4475
5050
5200
4250
3
BTEK
181
200
152
144
187
175
190
4
CPDW
150
150
150
150
170
299
229
5
CPRO
325
310
270
250
255
235
220
6
DSFI
62
70
61
62
62
54
50
7
IIKP
250
555
620
710
670
640
640
8
LSIP
11650
12550
9650
8900
10300
10400
7900
9
MBAI
3450
3450
3000
3000
2400
2500
2500
10
SMAR
9800
10000
9450
6950
6800
6100
5000
11
SGRO
4375
4475
3875
3575
4050
3850
3125
12
TBLA
580
570
460
375
730
710
610
13
UNSP
2450
2550
1850
1610
1950
1890
1400
8
9
10
11
12
13
14
AALI
17950
13250
6050
8450
9800
10900
12850
2
BISI
3050
3000
1590
1100
1810
2100
1940
3
BTEK
295
90
95
90
99
50
50
4
CPDW
229
229
229
229
229
229
229
5
CPRO
195
189
80
68
57
50
50
6
DSFI
50
50
50
50
50
50
50
7
IIKP
630
640
630
500
500
480
500
8
LSIP
5750
3550
1960
2725
2925
3000
3325
9
MBAI
3200
2900
2475
2000
2000
2000
2000
10
SMAR
3600
3175
1430
1500
1650
1680
1600
11
SGRO
2450
1750
1150
1080
1190
1170
1180
12
TBLA
520
405
182
193
190
185
200
13
UNSP
1060
730
270
245
260
250
320
15
16
17
18
19
20
21
AALI
14250
15850
17800
17500
19300
21600
21100
2
BISI
1530
1600
1750
1920
1940
2150
2050
3
BTEK
50
60
81
76
64
81
80
4
CPDW
229
229
229
229
229
229
229
No 1
No 1
No 1
Saham/bulan
Saham/bulan
Saham/bulan
5
CPRO
50
79
105
102
101
87
83
6
DSFI
50
50
50
51
50
50
50
7
IIKP
500
620
690
600
600
500
500
8
LSIP
3575
4950
5750
6150
6900
8100
7450
9
MBAI
2000
1500
1500
1530
1530
3100
3100
10
SMAR
1700
2200
3400
3350
3075
3425
3475
11
SGRO
1330
1700
1690
1670
1810
2100
2075
12
TBLA
215
280
330
305
320
355
345
Lanjutan Lampiran 2. 15
16
17
18
19
20
21
325
540
760
710
800
920
880
22
23
24
AALI
21650
22200
22200
2
BISI
1700
1550
1370
3
BTEK
105
95
87
4
CPDW
229
229
229
5
CPRO
67
68
58
6
DSFI
50
50
50
7
IIKP
450
550
550
8
LSIP
7800
8000
8100
9
MBAI
3700
5000
4800
10
SMAR
2925
2700
2550
11
SGRO
2300
2450
2550
12
TBLA
315
320
345
13
UNSP
700
740
540
No 13 No 1
Saham/bulan UNSP Saham/bulan
Lampian 3. Daftar Pembagian Deviden Selama Tahun 2008-2009 Nama Perusahaan PT. Bisi International Tbk. PT. Astra Agro Lestari Tbk. PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. PT. PP London Sumatera Tbk. PT. Sampoerna Agro Tbk. PT. SMART Tbk. PT. Tunas Baru Lampung PT. Cipendawa Tbk. PT. Multibreeder Adirama Ind Tbk. PT. Central Proteinaprima Tbk. PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. PT. Inti Agri Resources Tbk. PT. Bumi Tekno Kultura Unggul Tbk.
Deviden/Saham Rp 0 Rp 350 Rp 155 Rp 220 Rp 17 Rp 9 Rp 208 Rp 90 Rp 5 Rp 180 Rp 17.36 Rp 0 Rp 0 Rp 0 Rp 0 Rp 1.24 Rp 0
Waktu Pembayaran Nov, 2008 Juni, 2009 Nov, 2009 Juli, 2008 Agst, 2009 Mei, 2009 Juli, 2009 Juni, 2008 Juli, 2009 Sept, 2008
Juni, 2008
Lampiran 4. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor Corps (Setiap Bulan) BISI R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23
BTEK 0.354167 0.192308 0.154839 0.128492 0.029703 -0.18269 -0.28235 -0.01639 -0.47 -0.30818 0.645455 0.160221 -0.07619 -0.21134 0.045752 0.09375 0.097143 0.010417 0.108247 -0.04651 -0.17073 -0.08824 -0.11613
0.104972 -0.24 -0.05263 0.298611 -0.06417 0.085714 0.552632 -0.69492 0.055556 -0.05263 0.1 -0.49495 0 0 0.2 0.35 -0.06173 -0.15789 0.265625 -0.01235 0.3125 -0.09524 -0.08421
Lampiran 5. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor Plantation (Setiap Bulan)
AALI
UNSP
LSIP
SGRO
SMAR
TBLA
R1
0.056856
0.040816
0.077253
0.022857
0.020408
-0.01724
R2
-0.15348
-0.27451
-0.23108
-0.13408
-0.055
-0.19298
R3
0.203738
-0.12973
-0.07772
-0.07742
-0.26455
-0.18478
R4
-0.17857
0.21118
0.157303
0.132867
-0.02158
0.946667
R5
0.088847
-0.03077
0.009709
-0.04938
-0.10221
-0.0274
R6
-0.24479
-0.25026
-0.24038
-0.18831
-0.18033
-0.14085
R7
-0.17471
-0.24286
-0.27215
-0.216
-0.28
-0.14754
R8
-0.26184
-0.31132
-0.38261
-0.28571
-0.11806
-0.18777
R9
-0.5434
-0.63014
-0.44789
-0.34286
-0.54961
-0.55062
R10
0.454545
-0.09259
0.390306
-0.06087
0.048951
0.06044
R11
0.159763
0.061224
0.073394
0.101852
0.1
-0.01554
R12
0.112245
-0.03846
0.025641
-0.01681
0.018182
-0.02632
R13
0.178899
0.28
0.108333
0.008547
-0.04762
0.081081
R14
0.108949
0.015625
0.075188
0.127119
0.0625
0.075
R15
0.112281
0.661538
0.384615
0.278195
0.294118
0.302326
R16
0.123028
0.407407
0.203636
-0.00588
0.545455
0.178571
R17
-0.00815
-0.06579
0.069565
-0.01183
-0.01471
-0.07576
R18
0.102857
0.126761
0.121951
0.137725
-0.02836
0.04918
R19
0.119171
0.16125
0.173913
0.160221
0.113821
0.109375
R20
-0.02315
-0.04348
-0.08025
-0.0119
0.014599
-0.02817
R21
0.026066
-0.20455
0.04698
0.108434
-0.15827
-0.08696
R22
0.035566
0.057143
0.025641
0.065217
-0.07692
0.015873
R23
0
-0.27027
0.0125
0.040816
-0.05556
0.078125
Lampiran 6. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor Animal Husbandry (Setiap Bulan)
CPDW
MBAI
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13
0 0 0 0.133333 0.758824 -0.23411 0 0 0 0 0 0 0
0 -0.13043 0 -0.2 0.041667 0 0.28 -0.09375 -0.14655 -0.19192 0 0 0
R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -0.25 0 0.02 0 1.026144 0 0.193548 0.351351 -0.04
Lampiran 7. Data Nilai Persentase Keuntungan Masing-masing Saham Sub Sektor Fishery (Setiap Bulan) CPRO
DSFI
IIKP
R1
-0.04615
0.129032
1.22
R2
-0.12903
-0.12857
0.117117
R3
-0.07407
0.016393
0.145161
R4
0.02
0
-0.05634
R5
-0.07843
-0.12903
-0.04293
R6
-0.06383
-0.07407
0
R7
-0.11364
0
-0.01563
R8
-0.03077
0
0.015873
R9
-0.57672
0
-0.01563
-0.15
0
-0.20635
R10 R11
-0.16176
0
0
R12
-0.12281
0
-0.04
R13
0
0
0.041667
R14
0
0
0
R15
0.58
0
0.24
R16
0.329114
0
0.112903
R17
-0.02857
0.02
-0.13043
R18
-0.0098
-0.01961
0
R19
-0.13861
0
-0.16667
R20
-0.04598
0
0
R21
-0.19277
0
-0.1
R22
0.014925
0
0.222222
R23
-0.14706
0
0