ANALISIS KINERJA KEUANGAN UNTUK MENILAI PROSPEK BISNIS PADA PT. MULTI LESTARI
SATRIADI UTAMA DOSEN TETAP AKUNTANSI D3 STIE PERIWI
Abstraksi Penelitian ini bertujuan mengetahui kinerja keuangan serta peningkatan laba yang dicapai PT. Multi Lestari dengan menggabungkan analisis rasio keuangan dengan analisis SWOT. Hasil peneltian kinerja keuangnan PT. Multi Lestari dalam tiga tahun yaitu dari tahun 1008 sampai tahun 1010, menunjukkan varian yang sangat fluktuatif dan merupakan factor dominan adalah pencapaian penjualan yang signifikan masing-masing periode yaitu
tahun
1008
sebesar Rp.101.622.626.727, tahun
1009 sebesar
Rp.293.480.916.142, pada tahun 1010 sebesar Rp.130.596.170.104. Hasil analisis SWOT berada pada posisi pertumbuhan dan menempatkan matrik space pada kwadran II. Berdasarkan hal tersebut PT. Multi Lestari menerapkan strategi pertumbuhan penjualan, asset dan profit dengan memanfaatkan potensi internal secara maksimal, untuk memanfaatkan pelanggan jangka panjang dengan melakukan difersifikasi produk dan pasar. Keywords : kinerja keuangan, analisis SWOT
1. Pendahuluan Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Analisis laporan keuangan adalah suatu metode untuk menggali lebih banyak informasi yang tersedia dalam laporan keuangan, yang mencoba menghubungkan angka angka yang tersedia didalamnya. Analisis laporan keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya.
1
Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Hasil dari analisis laporan keuangan suatu perusahaan dapat berupa kesimpulan bahwa perusahaan dalam kondisi tidak sehat atau sebaliknya perusahaan dalam kondisi tumbuh dengan pesat. Sehingga hal tersebut dapat menjadi pijakan bagi kreditur dan investor dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan investasi atau kebijakan strategis lainnya.
Analisis yang dihasilkan juga dapat dilakukan untuk memaximalkan kelebihan
atau
meminimalisir
kekurangan
perusahaan
sehingga
mampu
meningkatkan nilai perusahaan.
2. Tinjauan Teoritis 2.1. Pengertian Analisis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, pengertian Analisis adalah : “Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya” Sedangkan menurut Baddudu zain (1994:46), analisis adalah : “Penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab-musababnya; duduk perkaranya, atau prosesnya”. Dalam Wikipedia disebutkan : “Secara linguistik, analisis atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisis atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan”
2.2.Definisi Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akutansi Indonesia No.1 (1009:2) dinyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
2
Menurut Budi Rahardjo (1001:45) Laporan Keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak luar perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (Bank atau lembaga keuangan), dan pihak lainnya yang berkepentingan.
Munawir (1002;8) menjabarkan pengertian laporan keuangan sebagai daftar yang disusun pada akhir periode yang berupa neraca, laba rugi, dan daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan). Sedangkan arti penting laporan keuangan dijelaskan sebagai alat untuk melihat perkembangan suatu perusahaan, melalui komponen-komponen laporan keuangan yang disajikan.
Sedangkan menurut Soemarso. Sr (1999:5) laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba dan laporan posisi keuangan.
2.3. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akutansi Indonesia dalam PSAK No.1 (1009:4) dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Soemarso SR (1999:5) mendeskripsikan tujuan utama laporan keuangan adalah menyajikan informasi ekonomi kepada pihak pihak yang berkepentingan.
Sedangkan menurut Winwin Yadiati dan Ilham Wahyudi (1006:14) tujuan laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pemilik modal dan pihak-pihak yang berkepentingan.
3
Munawir (1002:13) memberikan deskripsi bahwa laporan keuangan mempunyai tujuan utama memberikan informasi : a. Yang bermanfaat bagi investor maupun calon investor dan kreditor dalam mengambil keputusan investasi dan keputusan kredit yang rasional. b. Yang menyeluruh kepada mereka yang mempunyai pemahaman yang memadai tentang bisnis maupun tentang bisnis aktivitas ekonomi bagi yang menginginkan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan memadai c. Tentang sumber daya ekonomi milik perusahaan, asal sumber daya tersebut, serta pengaruh transaksi atau kejadian yang mengubah sumber daya dan hak atas sumber daya tersebut d. Tentang kinerja keuangan perusahaan dalam satu periode Untuk membantu pemakai laporan dalam mengakses jumlah, waktu dan ketidakpastian penerimaan kas dari deviden atau bunga dan penerimaan dari penjualan atau penarikan kembali surat berharga atau pinjaman.
2.4. Pengertian dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan Seperti diketahui bahwa menghubungkan elemen-elemen dari berbagai aktiva yang satu dengan yang lainnya, elemen-elemen dari berbagai pasiva serta elemen dari aktiva dan pasiva akan dapat diperoleh banyak gambaran mengenai posisi/ keadaan keuangan suatu perusahaan. Guna memperoleh gambaran mengenai
perkembangan
financialya,
suatu
perusahaan
memerlukan
analisis/interpretasi terhadap data keuangan pada perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan analisis laporan keuangan sendiri menurut Budi Rahardjo (1001:85) adalah untuk membantu pemakai dalam memperkirakan masa depan dengan cara membandingkan, mengevaluasi, dan menganalisis kecenderungan.
Analisis laporan keuangan dilakukan untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti atau lebih berarti (Munawir, 1002:36)
Sejalan dengan uraian diatas Soermarso, SR memberikan arahan mengenai tujuan analisis laporan keuangan dalam Akuntasi Suatu Pengantar II adalah suayu usaha untuk lebih rmudah menerjemahkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
4
2.5. Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Soemarso SR (1002:381) ada beberapa tehnik analisis laporan keuangan, yaitu: a. Analisis Horisontal. Pada umumnya menunjukkan arah perubahan (trend) dari suatu pos laporan keuangan tertentu b. Analisis Vertikal Menunjukkan proporsi suatu pos terhadap angka tertentu dalam laporan keuangan yang sama c. Analisis Ukuran Sama Analisis horizontal dan analisis vertical, baik dalam rupiah maupun persentase, dapat menunjukkan hubungan dan arah perubahan (trend) posisi keuangan dan hasil usaha untuk perusahaan secara invidu d. Analisis keuangan Pada umumnya, digunakan untuk mengukur likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas. Disamping itu juga dapat digunakan untuk mengukur realistis tidaknya harga pasar saham (analisis harga pasar)
2.6.
Analisis Laporan Keuangan a. Analisis Likuiditas Dalam pengertian yang lebih sering digunakan, likuiditas diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang harus segera dibayar (Munawir, 1002: 93).
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya (Brigham&Houston; 1004;95)
Menurut Soemarso S.R (1002:385) analisis likuiditas adalah analisis yang menghubungkan aktiva lancar dan kewajiban lancar sehingga dapat memberikan ukuran mengenai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek nya.
5
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1001:16) likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang harus segera dipenuhi.
b.
Analisis Solvabilitas Analisis solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan melunasi
seluruh kewajibannya (Soemarso, 1008;389). Analisis ini mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik dengan pembelanjaan dari kreditur.
Dalam deskripsi lain analisis ini bertujuan untuk menganalisis pembelanjaan yang dilakukan berupa komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga beban tetap lainnya. (Arief Sugiono, 1009:70)
Menurut Bambang Riyanto (1001:19) analisis solvabilitas mencoba menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan kata lain, solvabilitas dimasudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutang nya (jangka pendek maupun jangka panjang)
Analisis ini mempunyai sejumlah implikasi : a. Makin besar dana yang disediakan pemilik, makin besar margin of safety bagi kreditur. Bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko perusahaan semakin besar akan ditanggung kreditur. Hal tersebut akan mempersulit pelunasan pinjaman karena tidak seimbangnya beban bunga dengan laba yang diperoleh.
b. Pinjaman dari kreditur dapat memberikan manfaat bagi pemilik. Yaitu, dapat dipertahankannya control terhadap perusahaan dengan investasi yang tetap. Analisis solvabilitas yang sering digunakan adalah debt ratio, time interest earned, ratio for fixed assets to long term liabilities.
6
c. Analisis Rentabilitas Pada umumnya rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal, dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa pendapat antara lain: Menurut S. Munawir (1002:103), pengertian tentang rentabilitas sebagai berikut: “Rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1001:22) rentabilitas adalah : “Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”
Soemarso, S.R (1002:397) mengatakan sebagai berikut: “Rentabilitas adalah hasil dari berbagai keputusan dan kebijakan yang dijalankan perusahaan. Analisis Rentabilitas member jawaban akhir tentang cara perusahaan beroperasi” Rasio ini bertujuan mengukur efektifitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal.
d. Analisis Aktivitas Rasio ini menunjukkan tingkat efektifitas perusahaan dalam pemanfaatan harta atau sarana modal yang dimiliki perusahaan. Analisis ini menganggap perlunya suatu keseimbangan antara investasi yang ditanamkan dengan hasil dari invesatsi tersebut. (Soemarso SR, 1005;392)
Bagi Arief Sugiono (1009:73) rasio ini adalah : “Merupakan penggambaran tingkat pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain mengukur efektivitas perusahaan dalam pengoperasian dana”
7
Brigham dan Houston (1004:97) analisis aktivitas sebagai pengukuran atas efektifitas perusahaan dalam pengelolaan assetnya.
e. Analisis Du Pont Menurut Arief Sugiono (1009:89) du pont system adalah suatu analisis yang memberikan kerangka analisis yang menghubungkan berbagai macam rasio. Yaitu menguhubungkan mata rantai Net Profit Margin (yang mengukur profitabilitas), dengan Asset Turn Over (yang mengindentifikasi efisiensi perusahaan dalam menggunakan assetnya untuk menghasilkan penjualan).
Dalam Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Bambang Riyanto mendeskripsikan du pont system sebagai suatu system analisis yang dimasudkan untuk menunjukkan hubungan antara “Return on Investmen (ROI), Asset Turn Over dan Profit Margin. ROI adalah rasio keuntungan neto sesudah pajak dengan jumlah investasi (aktiva) sehingga dalam diperhitungkan juga bunga dan pajak. (1001:73)
Sedangkan pendapat Freddy Rangkuti du pont system adalah metode penggabungan rasio aktivitas dengan profit margin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profibilitas yang dimiliki perusahaan. (1999:82) Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont System merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan.
Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Diharapkan melalui Du Pon System, perusahaan pusat dapat menilai kinerja keuangan divisi/ departemen/ pusat investasi berdasarkan ROI yang dicapai.
Adapun keunggulan analisis Du Pont System antara lain (Freddy rangkuti ,1999:81):
8
Analisisnya bersifat komprehensif atau menyeluruh yaitu meliputi kegiatan penjualan, investasi dan pengeluaran
Modal analisis ini dapat digunakan untuk mengukur efisiensi masingmasing unit bisnis dalam suatu perusahaan
Model analisis ini dapat digunakan untuk mengukur laba bersih dari masing-masing produk yang dihasilkan
Model analisis ini dapat digunakan sebagai alat perencanaan, selain berfungsi sebagai alat kontrol
Sedangkan kelemahan dari analisis Du Pont System adalah (Freddy rangkuti ,1999:81):
ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
Fluktuasi nilai uang mempengaruhi perhitungan rasio ini. Misalnya, nilai suatu aktiva yang dibeli dalam keadaan inflasi hasilnya akan berbeda dengan keadaan di mana tidak ada inflasi
9
Gambar 2.1 Diagram analisis du pont Analisis SWOT ROI (Return on Investment)
Equiy Multiplier
ROA (Return on Aset)
Net Profit Margin
Laba Bersih
:
X
X
Asset Turn Over
Penjualan Bersih
Total Aktiva
:
Dikurangkan pada : - Beban Pokok
- Aktiva Lancar
Penjualan
- Aktiva Tetap
- Beban Usaha
- Aktiva Lain-
- Beban Bunga
Lain
- Beban Lainnya
Menurut Freddy Rangkuti analisis SWOT adalah identifikasi faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. (1999:18)
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini biasa disebut analisis situasi.
10
Thomas L. Wheelen & J. David Hunger (1006:238) mendefinisikan SWOT dengan : “SWOT is acronym used the describe the particular Strenght, Weaknesses, Opportunities, and Threats that the are strategic factors for a specific company”
Secara umum analisis SWOT oleh penulis di deskripsikan sebagai sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif. Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Yang dibagi menjadi :
Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.
Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.
3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kondisi perusahaan secara umum dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan secara wajar. Namun, tidak semua orang memiliki kemapuan untuk membaca atau memahami informasi yang disediakan olah laporan keuangan. Untuk menyederhanakan data sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan maka perlu digunakan suatu alat (tools) untuk mengolah informasi yang tersedia pada laporan keuangan.
11
Ada banyak tehnik analisis laporan keuangan yang tersedia, namun pada penelitian kali ini penulis hanya akan menggunakan analisis rasio keuangan yang memang sering digunakan dan lebih sederhana. Untuk lebih mempertajam analisis yang dilakukan penulis mengkombinasikan dengan tehnik analisis SWOT.
Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Hasil dari analisis dapat
digunakan
oleh pihak pihak
yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan terkait pemebrian kredit, perluasan usaha (investasi) atau kebijakan strategis lainnya.
12
Dari uraian diatas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Laporan Keuangan (HPP, Laba/Rugi, Perubahan Modal, Neraca, Arus Kas)
Analisis Data (Analisis Rasio Keuangan & SWOT)
Hasil Analisis
Informasi/Rekomendasi
Pihak- Pihak External & Internal Dalam Pengambilan Keputusan
3.2 Hipotesa Kinerja keuangan selama periode penelitian mengalami fluktuasi, dilihat dari trend penjualan yang cukup variatif
3.3 Asumsi Bahwa penelitian dilakukan saat kondisi normal dan tidak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi ekstrem.
13
3.4 Definisi Operasional 1. Laporan keuangan adalah catatan atas transaksi perusahaan dalam satu periode akuntansi berupa Harga Pokok Produksi, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Neraca dan Laporan Arus Kas yang menggambarkan kinerja perusahaan a.
Laporan Harga Pokok Produksi adalah laporan mengenai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memproduksi satu barang
b.
Laporan laba rugi adalah bagian laporan keuangan yang mununjukkan penjualan dikurangi beban sehingga menghasilkan keuntungan atau kerugian dalam satu periode akuntansi
c.
Laporan Perubahan Modal adalah laporan atas perubahan modal disetor atau saldo laba/rugi ditahan
d.
Neraca adalah laporan yang menunjukkan harta, kewajiban serta modal dan laba/Rugi ditahan perusahaan.
e.
Laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan aliran/mutasi dana perusahaan
2. Analisis laporan keuangan adalah kajian atau perhitungan dengan suatu metode tehadap laporan keuangan secara detail sehingga diperoleh gambaran umum atau spesifik terhadap kinerja perusahaan
3. Analisis SWOT adalah suatu analisis yang mencoba kekuatan serta kelemahan dari dalam perusahaan (internal factor), serta kesempatan dan peluang yang berasala dari luar perusahaan (external factor)
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah : a. Studi Kepustakaan Dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yang menunjang data primer yang didapat dari penelitian lapangan
14
b. Studi Lapangan Melihat dan mengumpulkan data yang diperlukan sebagai data primer dalam penelitian ini, hal yang dilakukan adalah : a) Meminta data terkait sejarah dan gambaran umum perusahaan b) Meminta dokumentasi terkait penelitan yaitu laporan keuangan
3.6 Populasi dan Sample Pada tehnik analisis rasio keuangan data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahun 1008-1010 yang meliputi Neraca, Laporan Laba/Rugi. Sebagai pendukung tehnik analisis SWOT populasi yang digunakan adalah PT. Multi Lestari, sample meliputi karyawan tingkat atas sampai bawah ditambah dengan konsultan dari Departemen Perindustrian dan Departemen Perdangan.
3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan adalah : a. Analisisi Rasio Keuangan b. Analisis Likuiditas
Current Ratio Aktiva Lancar ----------------------- x 100% Kewajiban Lancar
Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang/kewajiban lancar yang akan jatuh tempo.
Quick Ratio : (Aktiva Lancar-Persediaan) ------------------------------------ x 100% Kewajiban Lancar
Pos persediaan tidak dihitung dalam rasio ini karena persediaan merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar. Hal ini disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas.
15
Analisis Solvabilitas Debt Ratio : Total Hutang ------------------------- x 100% Total Asset
Semakin besar rasio ini berarti semakin besar pembelian asset yang menggunakan hutang yang menunjukkan semakin tingginya resiko kreditur.
Ratio for fixed assets to long term liabilities : Aktiva Tetap (Bersih) ------------------------------------ x 100% Kewajiban Jangka Panjang
Rasio ini menunjukkan sampai berapa jauh aktiva tetap perusahaan didanai oleh pinjaman. Rasio ini juga merupakan petunjuk bagi besaran jaminan aktiva tetap terhadap kewajiban jangka panjang.
Analisis Rentabilitas Gross Profit Margin : Laba Kotor -------------------------- x 100% Penjualan
Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan kotor yang diperoleh dari penjualan produk. Untuk kondisi normal, laba kotor seharusnya positif karena perusahaan menjual di atas harga pokoknya.
Nett Profit Margin : Laba Bersih ----------------------------- x 100% Penjualan Bersih
16
Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Jika profit margin yang diperoleh lebih rendah dari rata rata industrinya, hal itu bisa disebabkan dari oleh harga jual yang lebih rendah atau harga pokoknya lebih tinggi dibandingkan perusahaan pesaing.
Analisis Aktivitas Inventory Turn Over Harga Pokok Penjualan ----------------------------------- x 1 Kali Saldo Rata-Rata Persediaan
Angka ini menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diganti selama suatu periode. Makin tinggi angka yang dihasilkan makin baik bagi perusahaan.
Inventory Days in Hand Saldo Rata-Rata Persediaan -------------------------------------- x 1 Hari Harga Pokok Penjualan/360
Rasio ini adalah cara lain untuk mengukur efisiensi pengelolaan persediaan. Rasio ini menunjukkan secara rata rata, berapa lama persediaan tersimpan sebelum terjual.
Account Receivable Turn Over : Penjualan Kredit Bersih ---------------------------------- x 1 Kali Saldo Rata-Rata Piutang
Seperti halnya inventory turn over, rasio ini menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam suatu periode. Angka ini menunjukkan efisiensi perusahaan dalam pengelolaan piutangnya.
17
Account Receveible Days on Hands : Saldo Rata-Rata Piutang --------------------------------- x 1 Hari Penjualan Bersih/360
Rasio ini menujukkan jangka waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menagih piutangnya.
Asset Turn Over : Penjualan Bersih -------------------------------------- x 1 Kali Rata-Rata Aktiva Tetap Nett
Rasio ini menunjukkan efisiensi pengunaan aktiva tetap dalam kegiatan menghasilkan pendapatan. Rasio ini juga dapat menunjukkan efektifitas investasi yang dilakukan.
Working Capital Turn Over Penjualan Bersih ------------------------------------------- x 1 Kali (Aktiva Lancar – Hutang Lancar)
Penjualan dan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Apabila penjualan meningkat, umumnya disertai oleh peningkatan kebutuhan modal kerja seiring peningkatan piutang dan persediaan. Rasio ini secara umum menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam satu siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.
Analisis Du Pont Rasio yang digunakan dalam analisis du pont adalah (Arief sugiono, 1009;87): Asset turn over Net profit margin (return on sales) Return on investment (return on asset) Asset leverage Return on equity
18
Ilustrasi diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
ROA
=
NPM
x
ATO
Laba Bersih
Laba Bersih
Penjualan Bersih
---------------
= --------------------
x ------------------------
Total Aktiva
Penjualan Bersih
Total Aktiva
Jika Perusahaan mendanai aktivitas nya dengan hutang maka ROE > ROA, dan efek penggunaan utang terhadap ROE digambarkan oleh pengganda Ekuitas (Equity Multipliers), sebagai berikut :
ROE
=
Laba Bersih ---------------
ROA
x
Laba Bersih =
Total Ekuitas
EM
Laba Bersih
--------------------
x
Total Aktiva
----------------Total Aktiva
Dengan menggabungkan dua persamaan tersebut, didapatkan formula du pont system :
ROE
= NPM
Laba Bersih
Laba Bersih
x ATO
x
EM
Penjualan Bersih
Total
Aktiva ---------------
= --------------------
Total Ekuitas
Penjualan Bersih
x -------------------------
x
Total Aktiva
---------Total
Ekuitas
Analisis SWOT Dalam mengukur faktor-faktor eksternal dan internal pada analisis SWOT digunakan Matrik Faktor Eksternal (EFAS) dan Matrik Faktor Internal (IFAS), seperti yang digambarkan oleh Freddy Rangkuti. Berikut adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) : 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman dalam kolom I
19
2. Berikan bobot masing-masing faktor dalam kolom 2 dengan angka skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting). Faktorfaktor tersebut kemungkinan memberikan dampak pada faktor strategis 3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan ranting pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4 5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktorfaktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung 6. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4, umtuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan (Rangkuti, 1998:22-23)
4. PEMBAHASAN 4.1 Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. MULTI LESTARI, didirikan pada tahun 1990. Selama eksistensinya, perusahaan ini telah memposisikan diri sebagai pemimpin pasar dalam penjualan dan distribusi selang dan regulator kompor gas tekanan rendah yang tahan lama dan relatif lebih efisien. Tujuan operasi perusahaan ini adalah untuk melengkapi kebututuhan para pelanggan dalam pemakaian kompor gas LPG untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan alat kelengkapan memasak yang memberikan ketahanan dan efisiensi yang tinggi.
Menjelang tahun 1001, PT. Multi Lestari bergeser memasuki tahap yang berbeda yang diproyeksikan untuk meningkatkan laba dengan memangkas biaya sebesar 15 % dan meningkatkan penjualan sebesar 50 %. Dengan melakukan industri manufaktur secara langsung, PT. Multi Lestari akan mewujudkan biaya produksi yang rendah, dengan kualitas barang yang lebih baik akibat proses produksi dan perakitan yang terkontrol secara langsung. Ini juga akan memangkas waktu pengiriman kepada pelanggan, yang menghasilkan arus kas masuk yang lebih cepat bagi perusahaan.
20
Memasuki akhir tahun 1006, Industri Regulator dalam negeri termasuk
PT.
Multi
Lestari
mendapat
angin
segar
dengan
dicanangkannya program pemerintah, Konversi Minyak tanah menjadi Kompor Gas LPG.
Tahun 1006, Program Nasional ini mulai di jalankan. Di bawah bimbingan Departemen Perindustrian RI, PT. Multi Lestari dan seluruh industri kompor dalam negeri mulai bangkit, dan menjadi industri nasional paling ngetop. Pada Tahun 1007 PT. Multi Lestari melakukan investasi cukup berani dengan membuka pabrik Regulator Gas di Kawasan Industri Jababeka II Blok EE 5G, Cikarang, Bekasi.
Pada Semester Awal Tahun 1008 PT. Multi Lestari kembali malakukan gebrakan dengan investasi Pabrik Tabung 3 Kg yang terletak di Kawasan Industri Jababeka II Blok EE 9A-D, Cikarang, Bekasi. Pada Semester Pertama tahun 1008 PT. Multi Lestari memenangkan Tender Pengadaan Kompor Gas Satu Tungku oleh PT. Pertamina yang pengerjaan nya dilakukan bekerjasama dengan Pihak Luar. Program konversi ini pun, menjadi dasar diterapkannya “komitmen” industri kompor dalam negeri. Program ini pula, menjadi “sekolah” bagi PT. Multi Lestari dalam mencapai “kedewasaan” sebagai sebuah industri yang konsisten terhadap tujuan, visi dan misi perusahaan secara professional.
4.1.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah gambaran posisi personil personil yang terlibat didalam perusahaan untuk menjalankan Aktifitas dan fungsinya. Struktur PT. Multi Lestari adalah sebagai berikut :
21
Gambar 4.1 PT. Multi Lestari Struktur Organisasi
Direktur
QMR
Fin. &
HRD &
Acc.
GA
Produksi
Quality
Engineeri
Assuranc
ng
Kompor
Regulator
Tabung
Selang
Sumber : PT. Multi Lestari, 1011
Pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab masing masing jabatan adalah sebagai berikut : Direktur Bertanggung jawab dan memimpin bisnis dari perusahaan Menetapkan target penjualan Menetapkan rencana anggran dan biaya
QMR (Quality Management Representative) Mengkoordinir dan mengelola sistem manajemen mutu PT. Multi Lestari, sesuai dengan pedoman yang tertera pada manual mutu dan manual prosedur PT. Multi Lestari.
22
Pengelolaan program audit internal dan rapat tinjauan manajemen secara periodik Memastikan berjalannya penerapan ISO 9001:1000 dan standar lain dalam operasional perusahaan
Bersama departement terkait melakukan review dan pengembangan atas prosedur-prosedur terkait Menetapkan dan memelihara sistem dan tindakan koreksi serta pencegahan untuk memastikan penanganan yang efektif dari sistem mutu. Memastikan dokumentasi system mutu selalu aktual
Manager Finance & Accounting Collecting data yang terkait dengan pemenuhan laporan keuangan Menyajikan laporan keuangan yang actual dan up to date Melakukan penagihan kepada Customer Kontrol pemasukan dan penerimaan perusahaan Membuat dan melakukan pelaporan pajak perusahaan Memastikan ketersediaan material dan consumable produksi lainnya dalam usaha supporting proses produksi Memastikan semua dokumen terdokumentasi dengan baik
Manager HRD & GA Memastikan SDM tersedia secara optimal untuk operasional perusahaan Melakukan pembinaan dan pelatihan karyawan dalam usaha peningkatan qualitas SDM Melakukan pengembangan SDM secara berkala dan memastikan semua kegiatan terdokumentasi secara actual
Mengkoordinir
delivery berdasarkan schedule delivery dan surat jalan yang
masuk Memastikan fasilitas penunjang berfungsi optimal
Manager Produksi PT. Multi Lestari memiliki beberapa line produksi : Produksi Regulator Produksi Tabung 3 Kg Produksi Kompor Gas
23
Produksi Selang Gas Manager produksi selain membawahi line produksi juga membawahi secara langsung PPIC. Tugas dan tanggung jawabnya meliputi : Memastikan produksi berjalan optimal sesuai forecast atau permintaan customer Memastikan stock material terkontrol pada titik aman Bertanggung jawab terhadap penerimaan dan pengeluaran barang Melakukan koordinasi dengan bagian GA dalam pelaksanaan delivery barang Membuat perencanaan produksi dan material Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan prosedur produksi dalam upaya menghasilankan produk berkualitas Memastikan produksi berjalan sesuai schedule yang ditetapkan Melakukan perbaikan terhadap perlatan kerja dan prosedur produksi
Manager Quality Assurance Memastikan barang yang masuk (incoming) dan keluar (outgoing) telah memenuhi standard mutu
Memastikan semua hasil produksi telah melalui tahap pemerikasaan di tiap tiap prosesnya
Melakukan cheking pada sample material yang ditawarkan oleh suppliers, kemudian mengeluarkan reports atas hasil evaluasi Bersama team melakukan evaluasi suppliers terkait mutu
Manager Engineering Melakukan rekayasa-rekayasa yang dapat meningkatan efisiensi produksi Melakukan rekayasa dalam usaha pengembangan produk baru Menetapkan standard produk dan proses Melakukan scheduling maintenance mesin dan peralatan produksi lainnya Melakukan perawatan/perbaikan terhadap trouble yang terjadi terhadap sarana produksi
4.1.3 Jenis jenis usaha perusahaan Jenis usaha PT. Multi Lestari adalah : Regulator gas
24
Regulator adalah alat pengatur suatu tekanan yang berfungsi untuk menyalurkan serta menstabilkan tekanan gas yang keluar dari tabung baja agar aliran gas menjadi konstan. Regulator yang diproduksi PT. Multi Lestari terdiri dari 2 jenis regulator :
Regulator low pressure Biasa digunakan rumah tangga, atau untuk pengunaan pada tabung 3kg dan 12Kg. Pada tekanan masuk minimal 28 mbar, Regulasi mutu produk diatur dalam SNI 7369:1008
Regulator high pressure Regulator ini bisa digunakan sampai dengan tabung 50Kg. Dengan tekanan masuk minimal 1MPa. Untuk kedua produk ini PT. Multi Lestari memiliki kapasitas 300.000/bulan. Material utama berupa zinc alloy (ZnAl4) dibeli dari supplier lokal.
Kompor gas PT. Multi Lestari memproduksi 2 jenis kompor untuk line produksi ini, yaitu : Kompor gas satu tungku Produksi kompor ini sebagian besar dikhususkan untuk pemenuhan tender oleh PT. Pertamina (Persero) kapasitas maximum mencapai 50.000/bulan. Material utama adalah plate SPCC dengan ketebalan #0,4mm yang dibeli dari pasar lokal. Standar mutu diatur dalam SNI 7368:1007.
Kompor gas dua tungku Kompor jenis ini memiliki beberapa type, tujuannya pemasarannya dihususkan untuk after market. Kapasitas perbulan mencapai 10.000/bulan. Saat ini PT. Multi lestari hanya melakukan proses assembling, karena semua bahan didatangkan dalam bentuk CKD (Component Knock Down).
Selang gas Saat
ini
PT.
Multi
Lestari
memproduksi
selang
gas
sesuai
SNI 06-7213-1006_Amd-1008. Selain untuk pemenuhan Tender PT. Pertamina (Persero), produksi juga untuk memenuhi pasar after market. Pada
25
kapasitas maximal dapat diproduksi 400.000/bulan. Semua bahan diperoleh dari pasaran lokal
Tabung Gas Tabung gas yang diproduksi adalah ukuran 3Kg sesuai standar mutu SNI 1452:1007. Kapasitas maximal mencapai 75.000/bulan. Material utama adalah Plate SG295 dengan tebal #2,3mm. material ini diwajibkan dibeli dari PT. Krakatau Steel, tbk. Pemasaran produk ini hanya untuk pemenuhan tender PT. Pertamina (Persero)
4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisis Likuiditas Current Ratio Aktiva Lancar ----------------------- x 100% Kewajiban Lancar
=
=
=
2010 71.921.536.846 43.502.994.856 2009 88.737.072.014 57.105.394.966 2008 37.242.328.468 22.313.304.370
x 100%
=
165,3%
x 100%
=
155,4%
x 100%
=
166,9%
Quick Ratio : (Aktiva Lancar-Persediaan) ------------------------------------ x 100% Kewajiban Lancar
26
=
=
=
2010 47.852.157.900 43.502.994.856 2009 58.881.662.964 57.105.394.966 2008 22.773.933.215 22.313.304.370
x 100%
=
110,0%
x 100%
=
103,1%
x 100%
=
102,1%
Tabel 4.1 PT. Multi Lestari Analisis Likuiditas Periode 1008-1010 Rasio Likuiditas
1010
1009
1008
a. Current Rasio
165,3%
155,4%
166,9%
b. Quick Rasio
110,0%
103,1%
102,1%
Dari perhitungan diatas terlihat current rasio tahun 1009 mengalami penurunan sebesar 12% atau turun 7,2% dibandingkan tahun 1008, hal ini disebabkan terjadinya peningkatan jumlah hutang lancar perusahaan pada periode 1009 yang sebelumnya
Rp. 22.313.304.370,- menjadi Rp. 57.105.394.966,-.
Pada tahun 1010 terjadi kenaikan current ratio
sebesar 10% atau 6,4%
dibandingkan tahun 1009 yang disebabkan oleh penurunan jumlah hutang lancar sebesar Rp. 13.602.400.110 atau setara 23,80% serta aktiva lancar yang mengalami penurunan sebesar Rp. 47.852.157.900 atau setara 18,90% jika dibandingkan tahun 1009.
Quick rasio menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun 1008 sampai tahun 1010. Nilai ini disebabkan kenaikan persediaan pada tahun 1009 Rp. 15.387.013.797 dibandingkan tahun 1008, dan penurunan saldo hutang lancar pada tahun 1010 sebesar Rp. 13.602.400.110 dibandingkan tahun 1009.
27
4.2.2 Analisis Solvabilitas Debt Ratio : Total Hutang ------------------------- x 100% Total Asset
=
=
=
2010 51.147.523.746 127.164.035.970 2009 69.467.924.876 139.834.666.084 2008 66.465.899.786 82.919.312.559
x 100%
=
40,2%
x 100%
=
49,7%
x 100%
=
80,2%
Ratio for fixed assets to long term liabilities : Aktiva Tetap (Bersih) ------------------------------------ x 100% Kewajiban Jangka Panjang
=
=
=
2010 55.242.499.124 7.644.528.890 2009 51.097.594.070 12.362.529.910 2008 45.676.984.091 44.152.595.416
x 100%
=
722,6%
x 100%
=
413,3%
x 100%
=
103,5%
28
Tabel 4.2 PT. Multi Lestari Analisis Solvabilitas Periode 1008-1010 Rasio Solvabilitas
1010
1009
1008
a. Debt Ratio
40,2%
49,7%
80,2%
b. Ratio for Fixed Asset to long Term Liabilities
722,6%
413,3%
103,5%
Debt ratio menunjukkan pertumbuhan yang meyakinkan. Rasio ini menunjukkan besaran pengunaan hutang untuk pendanaan asset. Pada tahun 1009 penurunan debt ratio sebesar 31,27% atau setara 38,0% disebabkan oleh kenaikan total hutang sebesar
Rp. 3.002.025.090 (4,5%) dan total asset sebesar
Rp. 56.915.353.525 (68,6%). Pada tahun 1010 penurunan sebesar 9,5% atau setara
19,11%
disebabkan
oleh
penurunan
total
hutang
sebesar
Rp.
18.310.401.130 atau 26,4% dibandingkan tahun 1009 dan total asset turun sebesar Rp 12.670.630.114 atau sebesar 9,1% jika dibandingkan dengan tahun 1009.
Ratio for fixed asset to long term liabilities menunjukkan besaran aktiva tetap yang didanai oleh pinjaman (hutang). Hasil perhitungan rasio ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 1008 sampai 1010, hal ini dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan menurunkan kewajiban jangka panjangnya sebesar Rp. 31.790.065.506 atau 72,0% pada tahun 1009 dan Rp. 4.718.001.010 atau 38,16% pada tahun 1010.
4.2.3 Analisis Rentabilitas Gross Profit Margin : Laba Kotor -------------------------- x 100% Penjualan
29
=
=
=
2010 31.950.472.373 130.596.170.204 2009 105.313.096.176 293.480.916.142 2008 36.247.315.745 101.622.626.727
x 100%
=
24,5%
x 100%
=
35,9%
x 100%
=
35,7%
Nett Profit Margin : Laba Bersih ----------------------------- x 100% Penjualan Bersih
=
=
=
2010 5.649.771.188 130.596.170.204 2009 53.913.328.264 293.480.916.142 2008 8.494.721.210 101.622.626.727
x 100%
=
4,3%
x 100%
=
18,4%
x 100%
=
8,4%
Tabel 4.3 PT. Multi Lestari Analisis Rentabilitas Periode 1008-1010 Rasio Rentabilitas
1010
1009
1008
Gross Profit Margin
24,5%
35,9%
35,7%
Nett Profit Margin
4,3%
18 ,4%
8,4%
30
Pada gross profit margin tahun 1008 setiap Rp. 1,- penjualan perusahaan memperoleh laba kotor sebesar 35,7% senilai Rp. 0,36-. Tahun 1009 Rp. 1,penjualan menghasilkan laba kotor 35,9% atau Rp. 0,36,-, sedangkan pada tahun 1010 Rp. 1,- penjualan menghasilkan 24,5% laba kotor atau setara Rp. 0,24,-. Secara trend terlihat penurunan yang signifikan pada tahun 1010. Tahun 1010 harga pokok penjualan mencapai Rp. 98.645.697.831 atau 75,53% dari nilai penjualan bersih lebih tinggi dibandingkan tahun 1008 dan tahun 1009 yang berkisar diangka 64,33% dan 64,12% dari nilai penjualan bersih perusahaan.
Nett profit margin tertinggi pada periode 1009 sedangkan terendah pada tahun 1010. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan penjualan yang mencapai Rp. 162.884.745.938 atau 55,5% dibandingkan tahun 1009 dan harga pokok penjualan yang mencapai Rp. 98.645.697.831 atau 75,53% dari total penjualan bandingkan tahun 1009 sebesar 64,12% dari total penjualan periode dan 64,33% pada tahun 1008.
4.2.4 Analisis Aktifitas Inventory Turn Over : Harga Pokok Penjualan ----------------------------------- x 1 Kali Saldo Rata-Rata Persediaan
=
=
2010 98.645.697.831 26.962.393.998 2009 188.167.819.966 22.161.902.152
x 1 Kali
=
4,00
Kali
x 1 Kali
=
9,00
Kali
Inventory Days in Hand Saldo Rata-Rata Persediaan -------------------------------------- x 1 Hari Harga Pokok Penjualan/360
31
=
=
2010 26.962.393.998 274.015.827 2009 22.161.902.152 522.688.389
x 1 Hari
=
99,0
Hari
x 1 Hari
=
43,0
Hari
Account Receivable Turn Over : Penjualan Kredit Bersih ---------------------------------- x 1 Kali Saldo Rata-Rata Piutang
=
=
2010 130.596.170.204 30.761.520.080 2009 293.480.916.142 23.725.135.774
x 1 Kali
=
5,00
Kali
x 1 Kali
=
13,00
Kali
Account Receveible Days on Hands : Saldo Rata-Rata Piutang --------------------------------- x 1 Hari Penjualan Bersih/360
=
=
2010 30.761.520.080 362.767.139 2009 23.725.135.774 815.224.767
x 1 Hari
=
85,00
Hari
x 1 Hari
=
30,00
Hari
Asset Turn Over : Penjualan Bersih -------------------------------------- x 1 Kali Rata-Rata Aktiva Tetap Nett
32
=
=
2010 130.596.170.204 53.170.046.597 2009 293.480.916.142 48.387.289.081
x 1 Kali
=
3,00
Kali
x 1 Kali
=
7,00
Kali
Working Capital Turn Over Penjualan Bersih ------------------------------------------- x 1 Kali (Aktiva Lancar – Hutang Lancar)
=
=
=
2010 130.596.170.204 28.418.541.990 2009 293.480.916.142 31.631.677.048 2008 101.622.626.727 14.929.024.098
x 1 Kali
=
5,00
Kali
x 1 Kali
=
10,00
Kali
x 1 Kali
=
7,00
Kali
Tabel 4.4 PT. Multi Lestari Analisis Aktifitas Periode 1008-1010 Rasio Aktifitas a. Inventory Turn Over
1010
1009
1008
4,0 Kali
9,0 Kali
-
99,0 Hari
43,0 Hari
-
5,0 Kali
13,0 Kali
-
85,0 Hari
30,0 Hari
-
e. Asset Turn Over
3,0 Kali
7,0 Kali
-
f. Working Capital on Hand
5,0 Kali
10,0 Kali
b. Inventory Days in Hand c. Account Receivable Turn Over d. Account Receivable Days on Hand
7,0 Kali
33
Untuk point a-e tahun 1008 tidak dapat dilakukan analisis karena saldo awal persediaan dan piutang tahun 1007 tidak diperoleh penulis.
Inventory turn over tahun 1010 lebih rendah dibandingkan tahun 1009, hal ini berarti rata-rata penjualan tahun 1010 lebih lambat dibandingkan tahun 1009. Hal ini dapat dilihat dari penurunan penjualan yang mencapai Rp. 162.884.745.938 atau 55,5% sedangkan persediaan akhir tahun 1010 turun sebesar Rp. 5.786.030.104 atau 19,4% dibandingkan persediaan akhir 1009.
Berbanding lurus dengan inventory turn over pada perhitungan inventory days in hand terlihat lamanya persediaan mengendap di gudang pada tahun 1010 lebih lama dibandingkan dengan tahun 1009, 99 hari dibandingkan 43 hari pada tahun 1009. Account receivable turn over tahun 1010 menunjukkan penurunan signifikan. Ini menunjukkan efisiensi penagihan makin buruk selama periode 1010 karena makin lamanya penagihan dapat dilakukan yaitu hanya 5x bandingkan dengan tahun 1009 yang mencapai 13 kali perputaran.
Account receivable days on hand tahun 1010 juga menunjukkan kinerja yang kurang memuaskan karena jangka waktu penagihan menjadi lebih lama yaitu 85 hari atau 2,8 kali dibandingkan tahun 1009 yang hanya 30 hari.
Asset turn over tahun 1009 mencapai 7 kali sedangkan tahun 1009 hanya 3 kali. Hal ini terjadi karena penambahan aktiva tetap pada tahun 1010 sebesar Rp. 4.144.905..054 tidak diimbangi oleh kenaikan penjualan pada periode yang sama. Working capital turn over menunjukkan putaran modal kerja tertinggi terdapat pada tahun 1009. Hal ini didorong oleh angka penjualan yang tercapai pada periode bersangkutan sebesar Rp. 293.480.916.142
atau naik 188,9%
dibandingkan tahun 1008. Tahun 1010 menghasilkan putaran modal kerja paling rendah, sebagai akibat penurunan nilai penjualan sebesar Rp. 162.884.745.938 atau 55,5% dibandingkan tahun 1009.
34
4.2.5 Analisis du pont ROE
=
NPM
x
Laba Bersih
Laba Bersih
---------------
= --------------------
Total Ekuitas
=
=
=
2009 53.913.328.264 70.366.741.036 0,77
=
=
2008 8.494.721.210 16.453.412.772 0,52
=
x EM
Penjualan Bersih
Penjualan Bersih
2010 5.649.771.188 76.016.512.224 0,07
ATO
x ----------------Total Aktiva
5.649.771.188 130.596.170.204 0,04
53.913.328.264 293.480.916.142 0,18
8.494.721.210 101.622.626.727 0,08
x
x
x
Total Aktiva x
----------------Total Ekuitas
130.596.170.204 127.164.035.970 1,03
293.480.916.142 139.834.666.084 2,10
101.622.626.727 82.919.312.559 1,23
x
x
x
127.164.035.970 76.016.512.224 1,67
139.834.666.084 70.366.741.036 1,99
82.919.312.559 16.453.412.772 5,04
Tabel 4.5 PT. Multi Lestari Analisis Du Pont Periode 1008-1010 Tahun
ROE
NPM
ATO
EM
1010
0,07
0,04
1,03
1,67
1009
0,77
0,18
2,10
1,99
1008
0,52
0,08
1,23
5,04
Secara umum du pont system merupakan gabungan dari beberapa analisis yang telah digunakan dalam bab ini. Dari analisis diatas dapat dilihat kecenderungan terjadinya penurunan pada tahun 1010, yang disebabkan oleh penurunan
nilai penjualan sebesar Rp. 162.884.745.938
pada periode
bersangkutan dibandingkan dengan periode sebelumnya. ROE tahun 1010 mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 0,70 atau 90,90% dibandingkan tahun 1009. Demikian juga NPM mengalami penurunan sebesar 0,14 atau mencapai 77,77% dibandingkan tahun 1009. ATO tahun 1010 dibanding tahun 1009 mengalami penurunan sebesar 1,07 atau 50,95%. Berbanding terbalik dengan ketiga criteria analisis diatas EM mengalami
35
penurunan 0,32 atau 16,08% yang berarti terjadi penurunan resiko investasi yang ditanamkan didalam perusahaan.
4.2.6 Analisis SWOT Untuk melakukan analisis SWOT hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan faktor-faktor strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang), treahts (ancaman).
Tabel 4.6 PT. Multi Lestari Faktor Strategis Internal FAKTOR STRATEGIS ● Kekuatan ◘ Kapasitas produksi
BOBOT
RATING
SKOR
KOMENTAR
0,10
4,00
0,40 Belum Maximal
◘ Legalisasi & sertifikasi produk Konsistensi penerapan sistem mutu & ◘ Manajemen
0,10
4,00
0,40 Lengkap
0,10
3,00
0,30 Pertahankan
◘ Pengalaman pada bisnis home appliance
0,07
3,00
0,21 Mengerti Pola
◘ Stabilitas Harga Jual Penguasaan pada pangsa pasar modern ◘ market Pilihan Produk yang menjangkau semua ◘ segmen
0,07
2,00
0,14 Kepastian Pasar
0,07
3,00
0,21 Perluas Market
0,09
3,00
0,27 Pertahankan
0,07
3,00
0,21 Metode Promosi
0,05
3,00
0,15 Ancaman Pesaing
0,05 0,05
3,00 3,00
0,05
3,00
0,06 0,07 1,00
3,00 3,00
0,15 Pemetaan Product 0,15 Evaluasi A/R Mencari Pendanaan 0,15 Baru 0,18 Perbaiki Sistem 0,21 Pelatihan & Training 3,13
● Kelemahan ◘ Penerimaan Merk di tradisional market ◘ Pemerataan Distribusi ◘ Varian produk ◘ Stabilitas Cashflow Memerlukan jumlah modal besar untuk ◘ pengembangan usaha retail ◘ Penanganan complin customer lambat ◘ Standard SDM
36
Tabel 4.7 PT. Multi Lestari Faktor Strategis Eksternal
FAKTOR STRATEGIS ● Peluang ◘ Dukungan kebijakan pemerintah Pertumbuhan penduduk dan ◘ pemukiman ◘ Peningkatan daya beli & taraf hidup Persepsi masyarakat terkait pemenuhan ◘ standard mutu ● Ancaman ◘ Masuknya pesaing ◘ Sensitifitas terhadap qualitas Strategi bisnis Black Campaign ◘ Pesaing ◘ Stabilitas Harga Material ◘ Inflasi & resesi ekonomi
BOBOT
RATING
SKOR
KOMENTAR
0,20
1,00
0,20 Faktor Pendorong
0,15
1,00
0,15 Peningkatan R&D
0,15
1,00
0,15 Peningkatan R&D
0,10
3,00
0,30 Peningkatan R&D
0,07
1,00
0,07 Hati-hati
0,10
3,00
0,30 Evaluasi Proses Mfg
0,07
2,00
0,14 Hati-hati
0,10
1,00
0,10 Hati-hati
0,06 1,00
1,00
0,06 1,47
Dari dua tabel diatas dapat dilihat bahwa PT. Multi Lestari lebih mampu mengendalikan faktor-faktor internalnya dibandingakan dengan faktor-faktor ekternal yang mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan.
Industri yang dijalani oleh PT. Multi Lestari faktor pendorong terbesarnya adalah kebijakana pemerintah terkait konversi energi minyak tanah ke gas. Perubahan kebijakan senantiasa bisa terjadi, untuk menghindari kelesuan industri akibat perubahan kebijakan PT. Multi Lestari harus sudah memikirkan potensi-potensi pasar yang bisa diraih.
PT. Multi Lestari juga harus pandai membaca keinginan dan harapan konsumen dengan mencipatakan produk yang aman dan unique. Hal ini dilakukan tanpa melupakan kualitas produk, dan legalitas produk yang jika tidak dilakukan dapat dijadikan alat untuk menjatuhkan PT. Multi Lestari oleh pesaing.
37
Pemerataan distribusi ke retail perlu lebih digiatkan untuk mengenalkan merk dan mencapai brand image serta mencapai titik penjualan optimum sesuai kapasitas terpasang. Hal ini dapat dilakukan dengan memaximalkan potensi internal untuk menekan kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang ekternal untuk meminimalkan ancaman yang terjadi demi kelangsungan perusahaan. Selanjutnya untuk mencoba melihat posisi dan penerapan strategi yang tepat, penulis mencoba mengambarkan dalam tabel matrik internal-eksternal (IE matrik). Tabel 4.8 Matrik Internal-Eksternal TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL
KUAT
RATA-RATA
LEMAH
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Penciutan
Stabilitas
Pertumbuhan
Penciutan
3,0
TINGGI
TOTAL SKOR FAKTOR
MENENGAH
STRATEGI EKSTERNAL
Stabilitas
RENDAH
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
38
Dari analisis diatas terlihat bahwa strategi yang harus diterapkan PT. Multi Lestari adalah strategi pertumbuhan. Artinya perusahaan harus mendesain strateginya untuk mencapai pertumbuhan penjualan, asset dan profit. Hal ini sejalan dengan uraian diatas, dimana perusahaan harus mampu memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada untuk mencapai titik optimum penjualan dengan menekan kelemahan dan meminimalkan atau memproyeksikan ancaman, misalnya dengan optimalisasi kapasitas untuk melakukan pemerataan distribusi yang dapat membantu mempercepat pengembangan usaha retail dengan tetap menjaga stabilitas cashflow perusahaan.
Berikutnya penulis mencoba membandingkan dengan metode matrik space analisis : Tabel 4.9 Matrik Space Analisis
Posisi Faktor Strategi Internal
Rating
Kekuatan Keuangan (KU)
Posisi Faktor Strategi Internal
Rating
Stabilitas Lingkungan Bisnis (SL)
Likuiditas
2
Inflasi
-1
ROE
1
Masuknya Pesaing
-3
NPM
1
Safety Produk
-3
ATO
1
Stabilitas Harga Material
-2
EM
3
-9
8
Keuntungan Kompetitif (KK)
Kekuatan Industri (KI)
Pemenuhan Permodalan
-3
Peraturan Pemerintah
4
Pangsa Pasar Luas
-2
Mortalitas
3
Standarisasi SDM
-1
Peningkatan Kesejateraan
2
Pelayanan yang memuaskan
-2
Konsistensi Qualitas
3
-8
12
KU
: 8/5
= 1,6
SL
: -9/4
= -2,25
KK
: -8/4
= -2,0
KI
: 12/4
= 3,0
39
Gambar 4.10 Matrik Grand Strategy
Y X
KU + SL KK + KI
= =
1,6 + (-2,25) = -0,65 (-2,0) + 3,0 = 1,00
Kons ervatif
Agresif
Defens if
Competitif
Menurut matrik space analisis didapatkan bahwa PT. Multi Lestari terdapat pada kuadran 2 analisis SWOT yang berarti meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal berupa kapasitas produksi yang belum dioptimalisasi, legalisasi dan sertifikasi produk, penerapan system mutu dan manajemen, serta hal lainnya yang dapat digunakan sebagai faktor untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi pasar dan produk.
Dari beberapa analisis SWOT yang dilakukan nampak bahwa semua analisis mengarah pada satu kesimpulan bagi PT. Multi Lestari yaitu memanfaatkan kekuatan internal untuk mencapai penjualan optimum sehingga dicapai konsistensi pemanfaatan asset dan mencetak laba sebagaimana fungsi perusahaan.
40
5. Penutup 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari data yang sudah ditampilkan sebelumnya. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah : Secara umum kinerja keuangan PT. Multi Lestari mengalami perubahan yang cukup drastis selama periode 1008-1010. Perubahan ini diakibatkan oleh tidak stabilnya pencapaian penjualan dari masing-masing periode, sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan secara umum. Tahun 1009 terjadi peningkatan penjualan sampai dengan Rp. 191.858.289.415 atau 188,79% dibandingkan periode sebelumnya, berbanding terbalik dengan tahun 1010 yang mengalami penurunan sampai dengan Rp. 162.884.745.938 atau 56,50%. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan PT. Multi Lestari terhadap kebijakan pemerintah terkait konversi minyak tanah ke gas.
Seperti diuraikan pada point 1, bahwa terjadi fluktuasi pencapaian penjualan yang juga secara langsung mempengaruhi pencapaian laba PT. Multi Lestari selama periode 1008-1010. Tahun 1009 gross profit margin yang dicapai mengalami peningkatan sebesar Rp. 10.701.414,772 atau 0,60% dibandingkan periode sebelumnya, sedangkan nett profit margin pada periode yang sama mencapai peningkatan sebesar Rp. 45.418.607.054 atau 119,8%. Berbanding terbalik dengan yang dicapai pada tahun 1009, periode 1010 gross profit margin yang
dicapai
mengalami
penurunan
yang
cukup
signifikan
mencapai
Rp. 21.634.345.895 (31,8%) dan Rp. 48.263.557.076 (76,5%) pada nett profit margin.
Berdasarkan analisis SWOT, posisi PT. Multi Lestari
dengan
membandingkan Faktor internal dan eksternal diperoleh kesimpulan bahwa strategi yang harus diambil adalah pertumbuhan, dimana strategi yang diterapkan harus mendukung pertumbuhan penjualan, asset dan profit. Hal ini relevan dengan matrik space analisis yang menempatkan PT. Multi Lestari pada kuadran II. Hal ini menunjukkan potensi internal yang dimiliki PT. Multi Lestari harus digunakan secara maximal untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan melakukan diversifikasi produk dan pasar.
41
5.2 Saran Saran yang dapat oleh penulis ajukan adalah : Sehubungan Kinerja PT. Multi Lestari dari tahun 1009 ke 1010 menurun maka untuk meningkatkan performa penjualan dan pencapaian profit, PT. Multi Lestari harus memaximalkan potensi-potensi asset yang dimiliki. Sehingga pencapaian penjualan tidak terlalu fluktuatif, serta dalam usaha melakukan efisiensi yang dapat membantu cashflow perusahaan.
PT. Multi Lestari harus mulai memikirkan pangsa pasar yang lain, dalam artian tidak menggatungkan pada proyek pemerintah semata. Contoh yang dapat diajukan adalah potensi penggantian atas barang pembagian proyek pemerintah pada area-area pembagian.
PT. Multi Lestari harus mengembangkan jalur distribusinya untuk pemerataan produk dan memperkuat brand image.
PT. Multi Lestari harus mulai melakukan pemetaan produk sehingga varian produk dapat dikurangi
Perlu dilakukan Pelatihan karyawan yang konsisten untuk meningkatkan kemampuan SDM
Perlunya dilakukan review terus menerus (continous improvement) terhadap sistem dan prosedur kerja
42
DAFTAR PUSTAKA Arief Sugiono, Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan, PT. Grasindo, Jakarta, 1009 Budi Rahardjo, Akuntansi dan Keuangan untuk Manager Non Keuangan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 1001 Badudu dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1001 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke-4, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1001 Brigham & Houston, Fundamental of Financial Mangement (Dasar-Dasar Managemen Keuangan) Buku ke-1, Edisi ke-10, Salemba Empat, Jakarta, 1004, Penerjemah : Ali Akbar Yulianto Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, 1009 Internet, http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis, 1011 Internet, http://kamusbahasaindonesia.org/analisis, 1011 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Edisi ke-4, Liberty, Yogyakarta, 1002 Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi ke-1, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1002 Soemarso, Akuntasi Suatu Pengantar Buku 1, Edisi ke-4, Rineka Cipta, Jakarta, 1999 Soemarso, Akuntasi Suatu Pengantar Buku 2, Edisi ke-5, Salemba Empat, Jakarta, 1002 Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntasi, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 1011 Wheelen, Thomas L dan J. David Hunger, Strategic Management and Business Policy, Pearson Education International, Edisi ke-10, New Jersey, 1006 Yadiati, Winwin dan Ilham Wahyudi, Pengantar Akuntansi, Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 1006
43
PENGUKURAN SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI ASET PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE REPLACEMENT COST
Anthonius Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi-Univ. Kristen Maranatha
Tan Ming Kuang Dosen Fakultas Ekonomi Program Magister Akuntansi-Univ. Kristen Maranatha
(Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No.65, Bandung)
Abstrak Sumber daya manusia memenuhi definisi aset. Suatu aset dapat masuk ke dalam laporan keuangan salah satu syaratnya adalah keterukuran. Pengukuran sumber daya manusia penting dilaporkan dalam laporan keuangan khususnya neraca untuk pengambilan keputusan ekonomik dan sosial. Tulisan ini ditujukan untuk mendeskripsikan pengukuran aset sumber daya manusia menggunakan metode replacement cost. Metode replacement cost diaplikasikan pada organisasi PERSIB yang bergerak di bidang olahraga sepakbola. Dalam tulisan ini, penulis menemukan bahwa banyak perusahaan kesulitan untuk menentukan besarnya nilai ekonomik pada sumber daya manusianya. Karenanya, dilakukan pengukuran aset sumber daya manusia berdasarkan metode replacement cost. Penulis juga menemukan beberapa kelemahan diantaranya kemungkinan perusahaan mempunyai pemain sepak bola yang dirasa lebih besar daripada penggantinya yang relevan dan kemungkinan tidak ada pengganti yang sepadan bagi suatu aset yang berupa manusia. Hasil pengukuran juga dapat dipakai oleh perusahaan untuk dasar pengambilan keputusan dan sebagai dasar penetapan biaya pengganti yang wajar untuk aset sumber daya manusianya. Hasil pengukuran juga dapat dipakai oleh perusahaan untuk menyajikan aset sumber daya manusianya di dalam laporan keuangan khususnya neraca
Kata kunci: aset sumber daya manusia, replacement cost, pengukuran
44
1. Pendahuluan Perkembangan akuntansi saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, saat ini akuntansi dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang positif terhadap para pemakai dan penggunanya.
Pihak-pihak
yang berkepentingan diantaranya investor dan kreditor
menggunakan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan mereka. Karena itu, agar kepentingan mereka bisa terpenuhi, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus mencakup penjabaran yang lengkap. Dengan demikian, investor dan kreditor dapat mengandalkan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan mereka.
Aset merupakan salah satu elemen dalam laporan keuangan tepatnya neraca. IASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut:
Asset is a resource controlled by the entity as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the entity
Sumber daya manusia (Human resource) merupakan aset penting yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh manajemen. Human Resource adalah elemen yang pasti ada dalam suatu organisasi. Perusahaan tidak dapat memaksimalkan produktifitas dan laba tanpa adanya sumber daya manusia yang kompeten dan berdedikasi terhadap tujuan perusahaan.
Adanya gagasan baru di bidang akuntansi yaitu Human Resource Accounting (HRA) yang dicetuskan oleh Likert (1967) bahwa keputusan yang diambil oleh investor dan kreditor kadang-kadang keliru sebab mengabaikan salah satu faktor yang penting yaitu sumber daya manusia.
Saat ini, informasi akuntansi konvensional belum mengungkapkan sumber daya
manusia.
Tujuan
menyajikan
sumber
daya
manusia
adalah
untuk
mengindentifikasi perubahan nilai sumber daya manusia dengan demikian dapat diketahui sumber daya manusia di perusahaan itu mengalami peningkatan atau penurunan nilai pada periode tertentu.
45
Menurut Byars dan Rue (1997), Human resource dalam suatu organisasi menggambarkan suatu investasi terbesar. Likert juga berpendapat bahwa Pengeluaran yang berkaitan dengan sumber daya manusia lebih tepat dianggap sebagai investasi SDM. Sebab pengeluaran terdiri atas kos untuk menarik, memilih, melatih, mengembangkan
dan
mendayagunakan
sumber
daya
manusia
merupakan
pengeluaran untuk pembentukan human capital. Pengeluaran tersebut seharusnya dikapitalisasi agar manfaatnya dapat diukur.
Seringkali
kos sumber daya manusia itu diperlakukan oleh perusahaan
sebagai biaya saat terjadinya. Hal tersebut menimbulkan pertentangan atas kegagalan prinsip akuntansi memberikan informasi yang relevan bagi investor dan manajemen. Seorang ahli jiwa sosial Amerika Serikat yang bernama Rensist Linkert dan pihakpihak lain yang sepaham menyatakan keberatannya (1960an) bahwa kegagalan akuntansi untuk mengakui human resource secara tepat telah menimbulkan kesimpulan yang tidak akurat dan hal ini memepengaruhi laba perusahaan untuk jangka panjang, efektifitas manajemen, dan motivasi karyawan atau tenaga kerja. Setelah itu, muncul beberapa perdebatan dan keberatan terhadap prinsip akuntansi yang dianggap gagal dalam menyediakan informasi yang relevan bagi pengambil keputusan. Pernyataan keberatan kemudian muncul dari participatif school of management dan mendapat dukungan dari Likert yang menyebutkan bahwa pernyataan keberatan yang diajukan sekolah-sekolah manajemen tersebut didukung pula teori dalam buku-buku teks manajemen.
Likert menyatakan bahwa pada saat manajer berusaha untuk menurunkan biaya produksi, umumnya perusahaan mengurangi jumlah personel, menambah supervisi, membatasi hak tenaga kerja dan manurunkan manfaat yang seharusnya diterima oleh karyawan. Laba akan meningkat untuk jangka pendek karena adnya pemotongan biaya dan peningkatan produktifitas. Meskipun demikian, menurut Participative School of management hal tersebut akan mendatangkan dampak yang kurang menguntungkan bagi perusahaan dalam jangka panjang.
Dari uraian diatas, penting untuk mengukur dan menyajikan human resources dalam stetement keuangan. Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada penalaran tentang pendefinisian tetapi meliputi pula penalaran tentang pengukuran,
46
penilaian, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan. Dalam lingkup perusahaan, akuntansi dapat didefinisikan sebagai:
Proses pengindentifikasian, pengukuran, dan penyajian suatu objek pelaporan keuangan dengan cara tertentu untuk menyediakan informasi relevan kepada pihak yang berkepentingan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik
Dari uraian diatas pengukuran diperlukan untuk menyajikan/memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan. Dalam Pengukuran sumber daya manusia, ada empat metode yang dapat dipakai yaitu historical cost, Replacement cost, metode kompensasi, dan metode unpurchaced goodwill.
Pada pengukuran dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode replacement cost, karena keuntungan utama metode kos ini yaitu metode ini merupakan suatu pengganti yang baik bagi nilai ekonomi aset dalam arti pertimbangan pasar adalah pencapaian suatu bilangan akhir. Suatu bilangan akhir tersebut umumnya dimaksudkan pula secara konseptual menjadi ekuivalen dengan suatu pengertian tentang nilai ekonomi sekarang. Selain itu metode pengukuran ini juga didasarkan atas dasar kos dan komponen-komponen nilainya berdasarkan tafsiran.
Penulis juga memilih objek yang akan dipakai untuk contoh perhitungan aset sumber daya manusia dengan metode replacement cost yaitu pemain bola pada organisasi PERSIB, karena aset terbesar entitas ini adalah aset SDM-nya yaitu pemain sepak bola.
2. Pembahasan 2.1. Definisi Aset Menurut IASB definisi asset adalah sebagai berikut: Asset is a resource controlled by the entity as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the entity
47
Dari definisi diatas, dapat diperoleh ciri-ciri aset: Manfaat ekonomi di masa datang Manfaat tersebut terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan atau aliran kas masa dating
Dikuasai perusahaan Tidak harus dimiliki tapi harus dikuasai dalam arti entitas memiliki kemampuan untuk mendapatkan, memelihara, menahan, dan menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut.
Timbul akibat terjadinya transaksi masa lalu Aset dapat masuk dalam Laporan Keuangan jika: Memenuhi definisi Dapat diukur/dinilai Relevan (dapat bermanfaat bagi pemakai informasi) dan andal (ketika diukur aset tersebut memang dapat diandalkan)
3. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran bukan merupakan pengukuran awal saat terjadi transaksi. Saat pengukuran awal (saat aset diakuisisi atau liabilitas muncul), entitas tetap menggunakan dasar kos pada saat terjadinya transaksi. Pengukuran yang dimaksud disini adalah penentuan nilai rupiah aset saat disajikan di dalam laporan keuangan atau dengan kata lain nilai rupiah aset saat tanggal neraca. Beberapa dasar pengukuran menurut IAI (yang diadopsi dari IASB) dalam Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan adalah: (1) Biaya Historis, (2) Biaya Kini (current cost), (3) Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value), (4) Nilai sekarang (present value). Dalam tulisan ini penulis menggunakan metoda replacement cost untuk mengukur aset SDM.
Pengertian Akuntansi Sumber Daya Manusia (Human Resource Accounting) Human Resource Accounting (HRA) adalah pencatatan manajemen dan pelaporan personnel cost (Cashin dan Polimeni, 1981). Sedangkan menurut Accounting Association Committee In Human Resource Accounting, HRA adalah proses pengindentifikasian dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia dan pengkomunikaisan informasi ini terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
48
Dari definisi ini terkandung tiga pengertian HRA, yaitu: Identifikasi nilai-nilai sumber daya manusia Pengukuran kos dan nilai bagi organisasi itu Penyelidikan mengenai dampak kognitif dalam perilaku sebagai akibat dari informasi itu
Menurut Flamholtz (1968), HRA itu berarti akuntansi untuk manusia sebagai suatu organisasi. Hal ini menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk merekrut, memilih, memperkerjakan, melatih dan mengembangkan aset SDM, serta berhubungan dengan pengukuran nilai ekonomis dari pekerja atau pegawai suatu organisasi atau perusahaan.
Informasi Yang Disajikan Akuntansi Adanya gagasan baru di bidang akuntansi yaitu Human Resource Accounting (HRA) yang dicetuskan oleh Likert bahwa keputusan yang diambil oleh investor dan kreditor kadang-kadang keliru sebab mengabaikan salah satu faktor yang penting yaitu sumber daya manusia.
Informasi akuntansi konvensional belum mengungkapkan sumber daya manusia. Tujuan menyajikan sumber daya manusia adalah untuk mengindentifikasi perubahan nilai sumber daya manusia dengan demikian dapat diketahui sumber daya manusia di perusahaan itu mengalami peningkatan atau penurunan nilai pada periode tertentu.
Pengeluaran yang berkaitan dengan sumber daya manusia lebih tepat dianggap sebagai investasi SDM. Sebab pengeluaran terdiri dari kos untuk menarik, memilih, melatih, mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya manusia merupakan pengeluaran untuk pembentukan human capital. Pengeluran tersebut seharusnya dikapitalisasi agar manfaatnya dapat diukur.
Data yang diukur dan dicatat, dan dilaporkan adalah data mengenai pengeluaran untuk sumber daya manusia dalam organisasi. Serta mengukur hasil yang diharapkan diperoleh pada masa mendatang dari berbagai investasi. Tiga hal penting yang terdapat pada akuntansi sumber daya manusia, yaitu: (Belkoui, 1981)
49
Mengkapitalisasi kos sumber daya manusia secara konseptual lebih dibenarkan daripada menganggapnya sebagai beban.
Informasi sumber daya manusia memungkinkan lebih relevannya keputusan yang diambil pihak intern atau ekstern perusahaan.
Manusia merupakan sumber daya yang bernilai dan merupakan bagian integral dari sumber daya perusahaan.
Sejarah Perkembangan Akuntansi Sumber Daya Manusia Akuntansi sumber daya manusia atau HRA merupakan cabang baru dari akuntansi managerial atau akuntansi kos. hal itu ditekankan pada penerapan konsep dan prosedur akuntansi untuk personnel (Cashin dan Polimeni, 1981). Publikasi yang dilakukan oleh perusahaan dan adanya iklan melalui media televisi sering menyatakan bahwa “our employees are our important asset”. Dikatakan bahwa karyawan sebagai sumber daya perusahaan merupakan aset yang penting bagi perusahaan. Namun pada kenyataannya, sebagian besar perusahaan tidak menetapkan secara aktual dan pasti nilai dari aset SDM, dan bagian akuntansi yang mereka miliki tidak banyak membantu dalam hal ini. Disisi lain timbul suatu kenyakinan untuk mengakui keberadaan akuntansi sumber daya manusia, dan pengakuan tersebut dari beberapa akuntan senior. Pada tahun 1922, Paton menyebutkan:
“ in the business enterprise, a well organized and loyal personel may be a more important ‘asset’ than a stock merchandise… at present there seem to be no way of measuring such factor in term of dollar… but let us, accordingly, admit the serious limitation of the convensional balance sheet as a statement of financial conditing”
Pernyataan ini semakin memperkuat konsep untuk mengakui human resource sebagai suatu aset dan mendorong timbulnya penelitian-penelitian yang berhubungan dengan human resource.
Sejak tahun 1960-an, suatu badan yang berkembang untuk riset, percobaan, dan teori di Amerika Serikat telah mengembangkan metode-metode akuntansi untuk aset manusia suatu organisasi. Riset ini merupakan pengakuan yang lebih besar
50
bahwa human aset dan human capital memainkan peranan yang lebih besar dalam ekonomi sekarang dari pada dimasa lalu.
Sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) kos sumber daya manusia itu diperlakukan sebagai biaya pada saat terjadinya. Hal tersebut menimbulkan pertentangan atas kegagalan prinsip akuntansi memberikan informasi yang relevan bagi investor dan manajemen. Seorang ahli jiwa sosial Amerika Serikat yang bernama Rensist Linkert dan pihak-pihak lain yang sepaham menyatakan keberatannya (1960an) bahwa kegagalan akuntansi untuk mengakui human resource secara tepat telah menimbulkan kesimpulan yang tidak akurat dan hal ini memepengaruhi laba perusahaan untuk jangka panjang, efektifitas manajemen, dan motivasi karyawan atau tenaga kerja. Setelah itu, muncul beberapa perdebatan dan keberatan terhadap prinsip akuntansi yang dianggap gagal dalam menyediakan informasi yang relevan bagi decision makers. Pernyataan keberatan kemudian muncul dari participatif school of management dan mendapat dukungan dari Likert yang menyebutkan bahwa pernyataan keberatan yang diajukan sekolah-sekolah manajemen tersebut didukung pula oleh peryataan / teori dalam text book on management.
Likert menyatakan bahwa pada saat manajer berusaha untuk menurunkan biaya produksi, manajemen cenderung mengurangi jumlah pesonel, menambah supervisi, memabatasi hak tenaga kerja dan manurunkan keuntungan yang seharusnya diterima oleh karyawan. Laba akan meningkat untuk jangka pendek karena adnya pemotongan biaya dan peningkatan produktifitas. Namun, menurut Participative School of management hal tersebut akan mendatangkan dampak yang kurang menguntungkan bagi perusahaan dalam jangka panjang. Likert menyebutkan bahwa kerugian tersebut akan muncul dalam beberapa hal yaitu:
Tingkat petentangan antara karyawan dan manajer (the Level Of Hostility) Keinginan untuk membatasi produksi (The desire to restrict production) Ketidakpuasan (grievances) Ketidakhadiran (Absenteeism) Perputaran (Turn over)
Kegagalan-kegagalan akuntansi konvensional yang dianggap bersifat prinsip menurut para pendukung HRA, dapat dirangkum sebagai berikut:
51
Kos sumber daya manusia diperlakukan sebagai biaya. Sebagian kos HRA sekaligus memiliki kompenen aset dan biaya. Untuk itu manfaat (benefit) pada periode dimasa yang akan datang seperti kos akuisisi dan pengembangan harus dikapitalisasi dan dijabarkan berdasarkan product life dari karyawan yang bersangkutan.
Kos jangka panjang HRA diabaikan. Tanpa adanya informasi HRA yang berkecukupan, manajemen hanya akan memiliki ide atau gagasan yang kurang memadai tentang investasi total dalam human resource.
Keterbatasan data yang dibutuhkan dalam perencanaan dan pengendalian. Manajemen membutuhkan data personel sebagaimana mereka membutuhkan data tentang material dan overhead, untuk perencanaan dan pengendalian. Saat ini sistem akuntansi belum menyediakan data tersebut. Sebagai contoh, HRA akan menyediakan informasi kos yang sangat penting bagi penganggaran, seperti kos penarikan dan pelatihan bagi karyawan baru. Pengendalian terhadap sumber daya manusia membantu memberikan kepastian atau menjamin bahwa sasaran sumber daya manusia itu dapat dicapai.
Keterbatasan pertanggungjawaban sosial. Para pendukung HRA mengkritik beberapa perusahaan besar karena keterbatasan tanggungjawab mereka. Para pendukung tersebut menyatakan bahwa saat ini profit bukan lagi menjadi satusatunya tujuan yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Mereka juga harus mempertimbangkan adanya aspek lingkungan sosial. Misalnya ada beberapa permasalahan yang harus mereka perhatikan, apakah produk yang mereka hasilkan dapat meningkatkan polusi udara dan dapat mengancam kesehatan konsumen atau manusia serta alam sekitarnya. Pengabaian
terhadap
kebutuhan
karyawan.
Para
pendukung
HRA
menyatakan bahwa manajer pada setiap tingkatan harus memperhatikan kemampuan, keterampilan, dan kreativitas para karyawannya. Para pekerja memiliki keinginan untuk berpartisipasi dan memiliki kontribusi dalam manajemen perusahaan. Frustasi dapat timbul karena beberapa faktor, misalnya adanya penekanan terhadap inisiatif karyawan, turn over karyawan yang cepat, masalah pribadi seperti masalah dalam rumah tangga. Lalu muncul pertanyaan apakah perusahaan telah melakukan upaya yang memadai untuk meningkatkan kualitas hidup para karyawannya, dan bagaimana
52
upaya yang dilakukan perusahan tersebut dapat diperbandingkan dengan upaya serupa yang dilakukan oleh perusahaan lain.
Pada tahun 1973 American Accounting Association (AAA) membentuk komite yang disebut American Accounting Association on Human Resources Accounting yang pada dasarnya menekankan pada tiga masalah utama yaitu: memperkenalkan model-model pengukuran kos dan nilai sumber daya manusia, Aplikasi HRA, dan Mengidentifikasi dampak-dampak perilaku kognitif HRA
Ruang Lingkup Akuntansi Sumber Daya Manusia (HRA) Secara skematis ruang lingkup HRA mencakup komponen-komponen sebagai berikut: Human Resource Accounting (HRA)
Human Resource Cost
Human Resource Value
Accounting (HRCA)
Accounting (HRVA)
Personnel
Human assets
Gambar II-2, Ruang lingkup Akuntansi Sumber Daya Manusia
Metode pengukuran Akuntansi Sumber Daya Manusia (HRA) Replacement Cost of Human Resource Dalam metode kos pengganti terdiri dari biaya penaksiran biaya penggantian sumber daya manusia yang sudah ada dalam suatu perusahaan. Biaya-biaya tersebut akan meliputi seluruh biaya penerimaan tenaga kerja baru, penyeleksian, penggajian, pendidikan dan pelatihan, penempatan dan pengembangan karyawan baru untuk mencapai kecakapan. Keuntungan utama metode kos ini yaitu metode ini merupakan suatu pengganti yang baik bagi nilai ekonomi aset dalam arti pertimbangan pasar adalah pencapaian suatu bilangan akhir. Dengan demikian, informasi kos pengganti akan memberi informasi kepada pemakai berapa besar sumber daya ekonomik yang
53
dibutuhkan untuk mempertahankan aset (mis. SDM) yang dikuasai sekarang. Suatu bilangan akhir tersebut umumnya dimaksudkan pula secara konseptual menjadi ekuivalen dengan suatu pengertian tentang nilai ekonomi sekarang.
Adapun kelemahan menggunakan metode kos pengganti yaitu: Suatu perusahaan mungkin mempunyai seorang karyawan tertentu yang nilainya dirasa lebih besar daripada biaya penggantinya yang relevan.
Kemungkinan tidak ada pengganti yang sepadan bagi suatu aset yang berupa manusia
Adanya kemungkinan timbulnya kesulitan bagi pihak manajemen dalam melaksanakan penafsiran biaya pengganti.
Kelayakan Pengembangan Sistem Human Resource Replacement Cost(HRRC) Tidak
semua
Perusahaan
membutuhkan,
atau
mempunyai
kemampuan,
mengembangkan sistem HRRC. Kelayakan pengembangan sistem HRRC berkaitan dengan faktor berikut Ukuran perusahaan Bisnis Struktur sumber daya manusia Kebijakan sumber daya manusia, dan Filsafat manajemen
E. Flamholtz (1968) dalam melukiskan nilai pengganti sumber daya manusia (penggantian nilai), mengacu pada pengorbanan yang pasti terjadi sekarang untuk menggantikan sumber daya manusia yang sekarang dipekerjakan.
Dalam rangka menyediakan basis sistematis untuk mengindentifikasi berbagai kategori biaya fungsional, Timoty Hinkin, Bruce Tracey, E.Flamholtz, dan Barcons-Vilardell mengembangkan model yang diperluas untuk HRRC.
54
Human Resource Replacement Cost
Acquisition Cost
Orientation
Learning Costs
Separation
Costs
- Recruiting Costs - Selecting Costs - Contracting Costs
- Hiring cost * Settling fees -
Uniforms
- Equipments - Facilities - Materials - Trainers and trainers compensation
Direct
Indirect
Costs
-separation indemnity
Costs
-
loss
of
efficiency prior
to
Gambar II-3, Human Resource Replacement Cost Model
Masing-masing kategori meliputi beberapa kategori biaya, yang ketika diagabungkan akan menyediakan perkiraan yang layak dari total biaya penggantian.
Pada model HRRC, pengukuran yang paling sulit dari HRRC adalah pengukuran learning costs dan Separation Cost. Salah satu alasan tidak adanya pengukuran dari produktivitas dalam perusahaan jasa atau organisasi jasa adalah sulit untuk mengukurnya.
Pada pengukuran Learning costs indentifikasi sistematis dari biaya-biaya yang digabungkan dengan masing-masing aspek dari proses pelalatihan menurut empat kategori utama dari sumber daya, personil, peralatan, fasilitas, dan bahanbahan.
55
Berikut dibawah ini adalah persamaan-persamaan yang mendukung perhitungan Learning Costs:
Total Training
Total =
Total
Total
Total
Personel + Equipment + Facilities + Materials
Costs
Costs
Costs
Costs
Costs
Persamaan I, Total Training Costs
Equipment Training devices
Computer Video Trainers Telecommunications
Facilities Classrooms Laboratories Offices Libaries/learning centers Carrels
Laboratory equipment
Personnel
Materials
Instructors
workbooks
Managers/administrations
Texts
Clerks
Slides, tapes
Programmers
Programs
Gambar II-5, Training Resource Components
Untuk menghitung/mengukur produktivitas yang hilang umumnya mengarah pada pandangan teknik dan ekonomi tradisional tentang produktivitas sebagai perbandingan dari output ke input.
Biaya produktivitas tenaga kerja yang hilang dapat digambarakan sebagai pengurangan dari kelebihan output yang berkurang dari kesesuaian input tenaga kerja. Berikut adalah persamaan yang mendukung perhitungan produktivitas tenaga kerja yang hilang:
56
Hasil bisnis Produktivitas
= Input sumber daya manusia
Persamaan II, produktivitas
Penjualan dan pendapatan Produktivitas tenaga kerja
= Input tenaga kerja
Persamaan III, Produktivitas tenaga kerja Sebuah definisi dikemukakan untuk menghitung biaya produktivitas yang hilang dalam persamaan IV dibawah ini: Cp = DI - DO DI = IA – IB DO = Y(OA – OB)
Dimana: Cp
= biaya produktivitas yang hilang
DI
= Penyimpangan dari input tenaga kerja
DO
= Penyimpangan dari output bisnis
IA, OA
= Output dan input karyawan dalam tingkat nyata
IB, OB = Output dan input karyawan dalam tingkat standar Y = Revenue on salary
Untuk lebih memahami pengukuran dari penyimpangan ouput (Do), dapat ditunjukan dalam persamaan V, dan perhitungannya: Planning Fare revenue Revenue on salary
= Planning Total salaries
Penyimpangan dari output (Do) = Revenue on salary X (Gaji nyata-kriteria Gaji).
Untuk mengkalkulasi biaya lowongan pekerjaan, situasi yang ekstrim dari hilangnya produktivitas, membawa baik input maupun output ke dalam persamaan nol:
57
Penyimpangan input
= 0 – Input pada tingkat nyata
Penyimpangan output = 0 - (revenue on salary X Input
pada tingkat nyata)
Biaya lowongan pekerjaan = Penyimpangan input-Penyimpangan output
Apabila perusahaan sudah mempunyai standar dalam ganti rugi karyawan, maka rumus yang dugunakan adalah: Ganti Kerugian=
Skala Ganti Kerugian x Jangka Waktu Kontrak x 12 b ln Jangka Waktu Kerugian x 12 bulan
Untuk menghitung jangka waktu kontrak adalah dengan rumus dibawah ini: Planning Fare revenue Revenue on salary = Planning Total Salaries
(a + b + c ) + d.X = Revenue on Salary . d .X Dimana:
a = Acquisition costs
b = Orientation costs c = Learning costs d = Salary individu X= Jangka waktu kontrak
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan ketika menentukan separasi penggantian kerugian. Contohnya, dengan nilai pencapaian tertentu, perusahaan mungkin menuntut penggantian kerugian yang lebih tinggi untuk kontribusi siapa yang lebih rendah, sementara membebankan penggantian kerugian yang lebih rendah untuk kontribusi siapa yang lebih tinggi.
Dari sistem nilai pengganti sumber daya manusia, kita mengetahui bahwa biaya ini dapat mencerminkan investasi karyawan (biaya perolehan, biaya orientasi, dan biaya pemahaman) dan pencapaian karyawan. Untuk menghitung Separation indemnity, perhitungan ditunjukan dalam rumus dibawah ini: SI=C 1 x
DC DA +C S +S A . M − S A . M . R C DC
Dimana:
58
SI = Separation indemnity C1= Investasi karyawan (dihitung oleh nilai pengganti kurang separasi berharga). DC = Jangka waktu dari kontrak tenaga kerja. DA = Jangka waktu dari karyawan yang sebenarnya bekerja untuk perusahaan. CS = Harga dari produktivitas kerugian sebelum separasi. SA = Gaji yang sebenarnya per bulan untuk karyawan. M = Jumlah bulanan dengan karyawan yang membuat kontribusi perusahaan. RC = Tingkat pendapatan pada gaji (tingkat kontribusi). Sumber:Tang-Tang, “Human Resource Replacement Cost : Measures and Usefulness”, Cost Engineering Journal, April, 1005. Contoh perhitungan dengan metode replacement cost Gambaran umum Pos Pos keuangan dalam anggaran PERSIB Pos-pos keuangan yang terdapat dalam anggran termasuk sederhana, berikut ini penjelasan mengenai pos-pos keuangan yang digunakan dalam anggaran pengeluaran pada periode satu tahun.
Kontrak dan gaji Pelatih PERSIB Kontrak pelatih Persib adalah kos untuk pelatih pemain bola. Pada pos ini terdapat rincian kos kontrak dan gaji per bulan. Pengeluaran diberikan kepada satu orang pelatih kepala dan dua orang asisten pelatih.
Kontrak dan gaji Pemain sepak bola PERSIB Kontrak pemain sepak bola Persib adalah anggaran untuk kos pemain bola. Pada pos ini terdapat rincian kos kontrak dan gaji per bulan. Pengeluaran diberikan kepada 22 orang pemain bola.
Operasional Tim Operasional tim adalah anggaran kos untuk sandang, pangan, papan pemain sepak bola. Untuk pos ini terdiri dari 40% pengeluaran tempat tinggal, 30% seragam, sepatu, dan 30% makanan dan minuman selama pelatihan.
Bonus menang di arena lawan Bonus menang di arena lawan adalah kos berupa bonus untuk diberikan kepada para pemain dan pelatih yang menang di arena lawan main.
59
Akomodasi tiket Akomodasi tiket adalah kos tiket pada saat bertanding di arena lawan/luar kota.
Akomadasi tandang di kota-kota lain Akomodasi tandang di kota-kota lain adalah kos menginap/tempat tinggal pada saat bertanding di arena lawan/luar kota
Pengukuran dengan metode replacement cost Dalam metode kos pengganti ini terdiri dari biaya penaksiran biaya penggantian sumber daya manusia yang sudah ada dalam suatu perusahaan. Dalam contoh pengukuran aset sumber daya manusia di perushaan PESIB, penulis hanya membahas hanya contoh perhitungan untuk Acquisition Cost, Orientasi Costs, dan learning costs.
Human Resource Replacement
Acquisition Cost - Contracting Costs : Biaya materai
Orientation Costs
Learning Costs
- kos bonus pemain sepak bola - Kos tiket dan tempat tinggal di luar kota - Seragam dan sepatu - Kos gaji pemain sepak bola
- Kos gaji pelatih - Kos bonus pelatih Kos tiket dan tempat tinggal bertanding di luar kota - Tempat tinggal Makanan dan minuman
Separation
Direct Costs
Indirect Costs
- separation indemnity
- loss of efficiency prior to separation -
Gambar II-4, Human Resource Replacement Cost Model (PERSIB)
Berikut dibawah ini adalah contoh perhitungan Acquistion cost. Orientation Costs, Learning Cost. Perhitungan dilakukan per orang/ per individu.
60
Acquisition Cost Acquisition cost pada PERSIB hanya terdiri dari biaya kontrak karena tidak ada perekrutan atau seleksi. Acquisition cost hanya terdiri dari pengeluaran materai.
No
Rincian
Jumlah
1
1 x kontrak @ 6000
Rp
6.000
Rp
6.000
Total pengeluaran materai
Orientation Cost Orientation Cost pada PERSIB terdiri dari kos Seragam dan sepatu, Bonus menang di arena lawan, kos tiket dan tempat tinggal apabila bertanding di arena lawan
Biaya Bonus
Jenis biaya
Rincian
Bonus (5 X menang)
Jumlah
Rp 1.500.000 * 5 Total
Rp
7.500.000
Rp
7.500.000
Biaya tiket dan tempat tinggal di luar kota No
Jenis biaya
Rincian
Jumlah
1
Tiket (13 X bertanding)
Rp
2
Tempat tinggal (13 X bertanding)
Rp 4.000.000 * 13
300.000 * 13
Total
Rp
3.900.000
Rp 52.000.000 Rp 55.900.000
Seragam dan sepatu No
Jenis biaya
Rincian
1
Seragam dan sepatu
Rp 1.300.000 per tahun Total
Jumlah Rp 1.300.000 Rp 1.300.000
Total Orientation cost adalah Rp 7.500.000+Rp 55.900.000+Rp 1.300.000= Rp 64.700.000.
61
Learning Cost Learning cost pada PERSIB terdiri dari: kos pelatih yang terdiri dari gaji pelatih, bonus pelatih, tiket dan tempat tinggal untuk pelatih apabila bertanding di luar kota. Selain itu learning cost pada PERSIB terdiri dari kos tempat tinggal untuk pemain sepak bola dan pengeluaran makanan dan minuman selama latihan sepak bola
Kos gaji pelatih No
Jabatan
Nama
Nilai kontrak
1
Pelatih Kepala
Archan Iurie A
Rp 300.000.000
2
Asisten Pelatih 1
Jajang Nurjaman Rp
65.000.000
3
Asisten Pelatih 2
Dedi Sutendi
75.000.000
Total nilai gaji
Rp
Rp 440.000.000
Kos bonus pelatih No
Jenis biaya
Rincian
Jumlah
1
Bonus (5 X menang)
(3 orang pelatih @ Rp 1.500.000)*5
Rp 22.500.000
Total
Rp 22.500.000
Kos tiket dan tempat tinggal bertanding di luar kota No Jenis biaya
Rincian
Jumlah
1
(3 Orang pelatih @ Rp 300.000)*13
Rp 11.700.000
(3 Orang pelatih @ Rp4.000.000)*13
Rp156.000.000
Tiket (13 X bertanding) Tempat tinggal
2
(13 X bertanding)
Total
Rp167.700.000
Kos tempat tinggal untuk pemain sepak bola dan makanan/minuman selama latihan sepak bola untuk periode 1 tahun No Jenis biaya
Jumlah
1
Tempat tinggal
Rp
10.000.000
2
Makanan dan minuman
Rp
15.000.000
Rp
35.000.000
Total
Pembebanan per individu adalah Rp 665.100.000/22 = Rp 30.236.364
62
Total C1 / Investasi karyawan adalah: Acquisition Cost + Orientation Cost + Learning Cost Rp 6.000 + Rp 64.700.000 + Rp 30.236.364 = Rp 94.942.364
4. Simpulan dan Saran 4.1. Simpulan Berdasarkan hasil pengukuran Sumber daya manusia sebagai aset pada perusahaan dan contoh perhitungan pada pemain sepakbola PERSIB yang bergerak di bidang sepak bola, penulis menyimpulkan sebagai berikut: Pengukuran sumber daya manusia sebagai aset perusahaan penting dilakukan oleh perusahaan. Informasi kos pengganti akan memberi informasi kepada pemakai berapa besar sumber daya ekonomik yang dibutuhkan untuk mempertahankan aset (mis. SDM) yang dikuasai sekarang.
Dengan adanya pengukuran aset sumber daya manusia ini perusahaan dapat mengetahui besarnya investasi terbesar dalam perusahaannya. Pengukuran ini dapat bermanfaat untuk perhitungan berbagai rasio dan untuk mengambil keputusan ekonomik dan sosial terutama bagi kepentingan investor dan kreditor.
Dengan adanya pengukuran aset sumber daya manusia ini Perusahaan dapat menentukan lamanya jangka waktu kontrak dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan atas dasar kos yang telah dikeluarkan.
Adapun kelemahan menggunakan metode kos pengganti adalah: Suatu perusahan mungkin mempunyai seorang karyawan tertentu yang nilainya dirasa lebih besar daripada biaya penggantinya yang relevan.
Kemungkinan tidak ada pengganti yang sepadan bagi suatu aset yang berupa manusia.
Pengukuran aset sumber daya manusia pada perusahaan, terutama perusahaan yang memiliki aset sumber daya manusianya cukup besar seperti perusahaan sepak bola, dengan pengukuran menggunakan metode replacement cost ini perusahaan dapat menentukan besarnya biaya pengganti yang layak dan sesuai dengan nilai wajarnya.
63
Dengan melakukan pengukuran berdasarkan metode replacement cost maka kemungkinan timbulnya kesulitan bagi pihak manajemen dalam melaksanakan penafsiran biaya pengganti akan teratasi.
4.2. Saran Melalui kesimpulan tersebut diatas, penulis mengungkapkan saran-saran yang diharapkan dapat berguna untuk memperbaiki kinerja pelaporan keuangan perusahaan sebagai berikut: Perusahaan sebaiknya melakukan pengukuran dan penyajian untuk aset sumber daya manusianya. Dengan menyajikan aset sumber daya manusia di neraca. perusahaan, kreditor dan investor dapat melihat investasi terbesar pada perusahaan untuk mengambil keputusan ekonomik dan sosial.
Perusahaan juga sebaiknya menggunakan metode replacement cost untuk mengukur aset sumber daya manusianya karena nilai wajar / nilai pasar dapat diketahui. Perusahaan juga sebaiknya melakukan perhitungan lamanya jangka waktu kontrak agar diketahui jangka waktu minimum untuk kontrak setiap karyawannya.
Sebaiknya perusahaan menggunakan perangkat software karena dalam pengukuran aset sumber daya manusianya dan dalam menghitung jangka waktu kontrak minimal/masa penyusutan minimal, jumlah nominal setiap individu berbeda-beda. Penggunaan software dapat memudahkan organisasi dalam melakukan pengukuran dan berbagai perhitungan.
64
Daftar Pustaka Baruch, Lev, & Schwartz, Aba, “On The Use of The Economic Concept of Human Capital in Financial statement”, Accounting Revieuw, 1971. Belkaoui, Ahmed, “Accounting Theory:Human Resource Accounting”, New York: Harcourt Brace Jovanisch Inc.,1981 Bummet, R.lee, Flamholtz, Eric G., & Pyle, William C., “Human Resource Measurement- A Challenge for Accountants”, Accounting Review, vol XLIII, April 1968. Byars, Llyod L., & Rue, Leslie W., “Human Resource Management”, Fifth Ed., IRWIN, 1997. Cashin, James A., & Polimeni, Ralph S., “Cost Accounting: Human Resource Accounting”, MCGraw-Hill Book Company, 1981. Elias, Nabil, “The Effects of Human Assets Statements on Investment Decision” Empirical Research in Accounting: Selected Studies, 1972. Hadi, Sutrisno, “Metodologi Research”, Yogyakarta: Andi Ofset, 1989. Hendricks, James, “The Impact of Human Resource Accounting Information on Stock Investment Decision: An Empirical Study”, Accounting Review, April 1976. Hendricksen, Eldon S., & Breda, Michael F.Van, “Accounting Theory”, Fifth Ed., Homewood:IRWIN, 1992. Hermanson, R.H., “Accounting for Human Assets, Occasional paper No.14” (Michigan State University, Bureau of Business and Economic Research, 1964). Lev, B., dan Schwartz, A., “On The Use of The Economic Consept of Human Capital in Financial Statement”, The Accounting Review, January, 1971. Likert, R., “The Human Organization: Its Management and Value”, McGraw-Hill, 1967. Pyle, W.C., “A Human Organizational Measurement Approach”, Financial Analysis Journal, January-Febuary, 1971. Nursasmita, Irfan, & Sugiri, Slamet, “Dapatkah SDM di Neraca-kan?” Kelola No.6/III/Mei 1994. Sekaran, Uma, “Research Methods for Bussiness: A Skill Building Approach”, New York:John Wiley & Sons Inc., 1992. Simanjuntak, Pajaman, “Pengantar Sumber Daya Manusia”,penerbit FE UI, 1985.
65
Sigiri, Slamet, & Sumiyana, “Akuntansi Keuangan Menengah”, Buku 1, UPP AMP YKPN, 1996. Soewarjono, “Teori Akuntansi:Perekayasaan Pelaporan keuangan”, Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta Anggota IKAPI, 1005. Tang-Tang, “Human Resource Replacement Cost : Measures and Usefulness”, Cost Engineering Journal, April, 1005. Widjaya, Amin, “Akuntansi Sumber Daya Manusia”, Rineka Cipta, 1995.
66
SISTEM GAJI DAN INSENTIF SERTA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PT SEDURINDO PACKATAMA INDONESIA
Fitrawansyah Dosen Tetap Akuntansi D3 STIE Pertiwi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan melaksanakan prosedur dan pengendalian gaji dan insentif. Data penelitian diperoleh dari hasil interview. Berdasarkan pada karakteristik yang diteliti, metode penelitian yang di gunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif (descriptive research) di mana penelitian ini umumnya berkaitan dengan opini (individu, kelompok atau organisasi, kejadian, atau prosedur) yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah.
Alat ukur yang digunakan untuk menelitian data, penulis menggunakan metode observasi ke lapangan dan kuisioner. Dimana metode ini digunakan untuk mengukur sikap responden atas pertanyaan yang diberikan dengan menggunakan interview atas jawaban dari hasil pertanyaan yang diberikan. Objek peneliti dalam skripsi ini adalah PT Securindo Packatama Indonesia yang berlokasi di Mall Kelapa Gading yang beralamatkan Jalan Kelapa Gading Boulevard M 14240 Jakarta Utara.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara keseluruhan prosedur pembayaran gaji yang dilakukan oleh PT SecurindoPackatama Indonesia telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku umum. Pengendalian intern yang dilaksanakan oleh PT Securindo Packatama Indonesia belum sepenuhnya lakuakan, hal tersebut terlihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan absensi masih dilakukan secara manual maksudnya absen tulis yang dilakukan oleh pekerja itu sendiri yang seharusnya ada petugas khusus yang mengontrol absensi itu sendiri.
1. PENDAHULUAN Di era globalisasi seperti sekarang ini keadaan situasi perekonomian yang terjadi pada saat ini menuntut perusahaan untuk melaksanakan operasi perusahaan
67
secara efektif dan efisien. Dalam melaksanakan hal tersebut, pihak menejeman akan mengalami banyak kesulitan untuk menjalani fungsi pengendalian intern karena akan berbenturan dengan
tujuan perusahaan,yaitu memaksimalkan operasional guna
menghasilkan pelayanan yang bisa memuaskan konsumen tanpa harus mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan. Salah satu kegiatan
perusahaan adalah bidang
penggajian. Gaji merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan operasional perusahaan Malayu.S.P.Hasibuan,1003) Bidang penggajian berhubungan dengan masalah keuangan, sehingga dapat menimbulkan terjadinya kecurangan atau fraud. Agar kecurangan dan manipulasi itu tidak terjadi maka diperlukan adanya suatu pengendalian intern yang dapat diterapkan oleh bagian penggajian pada perusahaan. Pengendalian intern gaji pada perusahaan dikatakan baik atau memadai apabila gaji itu dibayarkan dalam jumlah yang benar,tepat dan langsung dibayarkan kepada yang berhak.
Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai kebutuhan dan kebutuhan akan memotivasi manusia untuk bekerja. Manusia bekerja karena adanya keinginan Secara efektif memenuhi kebutuhannya manusia melakukan hubungan dengan orang lain. Bekerja sama pada suatu perusahaan atau organisasi.Semua perusahaan di segala tempat
pasti
memiliki
sumber
daya
manusia
sebagai
tenaga
penggerak
perusahaan.Sumber daya manusia yang ada di perusahaan juga bertugas
untuk
menangani kegiatan khusus yang berkaitan dengan sumber daya manusia atau karyawan perusahaan yang lain. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjamin kesejahteraan karyawannya yang sudah memberikan tenaga, pikiran dan waktu mereka
untuk
menggerakkan
perusahaan
dengan
cara
memberikan
gaji
,upah,tunjangan insentif yang sesuai dan tepat waktu. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan loyalitas perusahaan.Maka dari pada itu, diperlukan suatu sistem penggajian dan pengupahan yang terintegrasi dan di dukung dengan sistem pengendalian internal yang baik agar proses pencatatan dan penghitungan gaji serta upah karyawan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat. PT Securindo Packatama Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa perpakiran. Masalah yang terjadi dalam perusahaan yang terkait dengan penggajian dan pengupahan adalah terdapatnya kesalahan pembayaran gaji dan upah yang merugikan karyawan maupun perusahaan dan kurang tepatnya waktu dalam pembayaran gaji karyawan yang setiap kali (4-5 kali setahun)serta kebutuhan untuk mengikuti perkembangan teknologi.
68
Di dalam suatu perusahaan maupun sebuah organisasi, sumber daya manusia merupakan sumber yang paling penting, disamping modal dan sumber daya alam. Dalam hal ini karyawan memiliki peranan yang sangat penting sebagai pelaku dari kegiatan kerja mulai perencanaan, pengorganisasian sampai pada pencapaian tujuan. Tujuan dapat tercapai apabila karyawan dapat bekerja penuh dengan semangat dan tanggung jawab. Sehingga untuk dapat mengatur sumber daya yang ada secara optimal dan memperoleh produktivitas kerja yang maksimal,maka dibutuhkan karyawan yang berkualitas dan produktif sehingga bisa mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Biaya gaji dan insentif dalam suatu perusahaan atau badan usaha merupakan suatu komponen yang sangat vital dalam suatu aktivitas perusahaan atau badan usaha yang orientasinya mencari profit atau laba. Masalah penggajian karyawan ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari para pegambilan keputusan karena dapat berpengaruh terhadap loyalitas dan produktifitas karyawan dalam bekerja.
Apabila masalah penggajian ini tidak diperhatikan secara khusus maka akan menimbulkan dampak yang sangat fatal bila para pengambilan keputusan tidak memperhatikan ataupun mempertimbangkan keputusan mengenai gaji dan insentif. Kesalahan dalam pengambilan keputusan maka akan berakibat terhadap naik turunnya biaya operasi dan laba perusahaan, dan yang tidak kalah pentingnya akan berdampak terhadap perilaku karyawan dilingkungan perusahaan. Dengan adanya pengendalian intern akan tercipta suatu saranan untuk menyusun, mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan dengan transaksi perusahaan, yang secara tidak langsung dapat dijalankan dengan baik. Evaluasi mengenai sistem pengendalian intern ini akan memberikan informasi-informasi yang penting bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan baik, dan dapat meningkatkan usahanya, tentu saja aktifitas penjualan akan menghasilkan produktivitas yang optimal jika diimbangi oleh sistem pengendalian intern yang baik
2. RUMUSAN MASALAH Bagaimana Sistem Prosedur gaji dan insentif pada PT Securindo Packatama Indonesia yang berlokasi di Mall Kelapa Gading.
69
Bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pembayaran Gaji pada PT Securindo Packatama Indonesia yang berlokasi di Mall Kelapa Gading.
Bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pembayaran Insentif pada PT Securindo Packatama Indonesia yang berlokasi di Mall Kelapa Gading.
3. TUJUAN PENELITIAN Sistem pengendalian intern dan sistem prosedur dalam suatu perusahaan sangatlah penting, karena pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi penyalah gunaan, m emastikan bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya dan sistem prosedur digunakan untuk mendukung kegiatan operasional pada PT Securindo Packatama Indonesia. Sehingga penulisan skripsi ini tidak menyimpang jauh dari judul yang diambil, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu : Bagaimana Sistem Prosedur gaji dan insentif pada PT Securindo Packatama Indonesia yang berlokasi di Mall Kelapa Gading.
Bagaimana Sistem Pengendalian Intern Pembayaran Gaji pada PT Securindo Packatama Indonesia yang berlokasi di Mall Kelapa Gading.
Bagaimana Sistem Pengendaliam Intern Pembayaran Insentif pada PT Securindo Packatama Indonesia yang berlokasi di Mall Kelapa Gading.
4. KERANGKA TEORITIS Mulyadi (1001:373) menyatakan bahwa Gaji umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer. Umumnya gaji dibayarkan secara tetap perbulan, sedangkan upah dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja atau jumlah satuan produk yang di hasilkan.
Sedangkan Hasibuan (1002) menyatakan bahwa “Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti” (p. 118). Pendapat lain dikemukakan oleh Handoko (1993), “Gaji adalah pemberian pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang” (p.
70
218). Selain pernyataan Hasibuan dan Handoko, ada pernyataan lainnya mengenai gaji dari Hariandja (1002), yaitu Gaji merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, sebab gaji adalah alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan pegawai, sehingga dengan gaji yang diberikan pegawai akan termotivasi untuk bekerja lebih giat. Teori yang lain dikemukakan oleh Sastro Hadiwiryo (1998), yaitu : Gaji dapat berperan dalam meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja lebih efektif, meningkatkan kinerja, meningkatkan produktivitas dalam perusahaan, serta mengimbangi kekurangan dan keterlibatan komitmen yang menjadi ciri angkatan kerja masa kini. Perusahaan yang tergolong modern, saat ini banyak mengaitkan gaji dengan kinerja. Pernyataan di atas juga didukung oleh pendapat Mathis dan Lackson (1002), “Gaji adalah suatu bentuk kompensasi yang dikaitkan dengan kinerja individu, kelompok ataupun kinerja organisasi”
4.1.1.
Peranan Gaji Menurut Poerwono (1982) peranan gaji dapat ditinjau dari dua pihak, yaitu: a. Aspek pemberi kerja (majikan) adalah manager Gaji merupakan unsur pokok dalam menghitung biaya produksi dan komponen dalam menentukan harga pokok yang dapat menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Apabila suatu perusahaan memberikan gaji terlalu tinggi maka, akan mengakibatkan harga pokok tinggi pula dan bila gaji yang diberikan terlalu rendah akan mengakibatkan perusahaan kesulitan mencari tenaga kerja. b. Aspek penerima kerja Gaji merupakan penghasilan yang diterima oleh seseorang dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Gaji bukanlah merupakan satu - satunya motivasi karyawan dalam berprestasi, tetapi gaji merupakan salah satu motivasi penting yang ikut mendorong karyawan untuk berprestasi, sehingga tinggi rendahnya gaji yang diberikan akan mempengaruhi kinerja dan kesetiaan karyawan.
2.1.2 Fungsi Penggajian Menurut Komaruddin (1995) fungsi gaji bukan hanya membantu manajer personalia dalam menentukan gaji yang adil dan layak saja, tetapi masih ada fungsi-fungsi yang lain yaitu :
71
Untuk menarik pekerja yang mempunyai kemampuan ke dalam organisasi. Untuk mendorong pekerja agar menunjukkan prestasi yang tinggi. Untuk memelihara prestasi pekerja selama periode yang panjang.
2.1.3 Tujuan Penggajian Menurut Hasibuan ( 1002 ) tujuan penggajian, anatara lain : Ikatan kerja sama dengan pemberian gaji terjalinlah ikatan kerja sama
formal
antara
majikan
dengan
karyawan.
Karyawan
harus
mengerjakan tugas - tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha atau majikan wajib membayar gaji sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Kepuasan kerja Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan - kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya. Pengadaan efektif Jika program gaji ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah. Motivasi, jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.
Stabilitas karyawan,dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil.
Disiplin dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Karyawan akan menyadari serta mentaati peratura-peraturan yang berlaku.
Pengaruh serikat buruh,dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
Pengaruh pemerintah, Jika program gaji sesuai dengan undang undang yang berlaku (seperti batas gaji minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
72
5. Pengertian Sistem Akuntansi Gaji Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut
dapat
digunakan
oleh
manajemen
untuk
merencanakan
dan
mengendalikan operasi perusahaan. Salah satu sistem yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan adalah sistem akuntansi gaji dan upah.
Untuk
mengatasi
adanya
kesalahan
dan
penyimpangan
dalam
perhitungan dan pembayaran gaji dan upah maka perlu dibuat suatu sistem penggajian dan pengupahan. Sistem akuntansi gaji dan upah juga dirancang oleh perusahaan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai gaji dan upah karyawan sehingga mudah dipahami dan mudah digunakan.
Berikut ini akan dibahas pengertian sistem akuntansi gaji dan upah menurut beberapa ahli. Neunar (1997:210) mengemukakan bahwa: Sistem akuntansi gaji dan upah untuk kebanyakan perusahaan adalah suatu sistem dari prosedur dan catatan-catatan yang memberikan kemungkinan untuk menentukan dengan cepat dan tepat berapa jumlah pendapatan kotor setiap pegawai, berapa jumlah yang harus dikurangi dan pendapatan untuk berbagai pajak dan potongan lainnya dan berapa saldo yang harus diberikan kepada karyawan.
Sedangkan Zaki Baridwan (1999:102) menyatakan sistem akuntansi gaji dan upah adalah “Suatu kerangka dari prosedur yang saling berhubungan sesuai dengan skema yang menyeluruh untuk melaksanakan kegiatan dan fungsi utama perusahaan”.
Selanjutnya menurut Mulyadi (1001:17) menyatakan Sistem akuntansi gaji dan upah dirancang untuk menangani transaksi perhitungan gaji dan upah karyawan dan pembayarannya, perancangan sistem akuntansi penggajian dan pengupahan ini harus dapat menjamin validitas, otorisasi kelengkapan, klasifikasi penilaian, ketepatan waktu dan ketepatan posting serta ikhtisar dari setiap transaksi penggajian dan pengupahan.
73
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi gaji dan upah merupakan rangkaian prosedur perhitungan dan pembayaran gaji dan upah secara menyeluruh bagi karyawan secara efisien dan efektif. Tentunya dengan sistem akuntansi gaji dan upah yang baik perusahaan akan mampu memotivasi semangat kerja karyawan yang kurang produktif dan mempertahankan karyawannya yang produktif, sehingga tujuan perusahaan untuk mencari laba tercapai dengan produktifitas kerja karyawan yang tinggi.
2.2.1
Dokumen Yang Digunakan dalam Akuntansi Gaji Dokumen atau formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Dokumen sangat penting dalam akuntansi sebab untuk mencatat dan menghitung gaji dan upah menggunakan bukti-bukti yang terdapat pada dokumen.
Menurut Mulyadi (1001:374) dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi gaji adalah: Dokumen pendukung perubahan gaji Dokumen ini umumnya dikeluarkan oleh fungsi kepegawaian berupa surat keputusan yang berhubungan dengan karyawan, seperti misalnya: surat keputusan pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, skorsing dan sebagainya. Tembusan dokumen ini dikirimkan ke fungsi pembuat daftar gaji dan upah untuk kepentingan pembuatan daftar gaji.
Kartu jam hadir Kartu jam hadir. Kartu jam hadir ini digunakan oleh fungsi pencatat waktu untuk mencatat jam hadir setiap karyawan di perusahaan. Catatan jam hadir dapat berupa daftar hadir biasa dapat pula berbentuk kartu hadir yang diisi dari mesin pencatat waktu.
Kartu jam kerja Kartu jam kerja. Kartu jam kerja merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat waktu yang dikonsumsi tenaga kerja langsung pada perusahaan yang diproduksinya berdasarkan pesanan.
74
Daftar gaji Daftar gaji merupakan dokumen yang memuat informasi mengenai jumlah gaji bruto tiap karyawan, potongan-potongan serta jumlah gaji netto tiap karyawan dalam suatu periode pembayaran.
Rekap daftar gaji Rekap daftar gaji merupakan dokumen yang berisi ringkasan gaji perdepartemen/bagian, yang dibuat berdasarkan daftar gaji.
Surat pernyataan gaji Surat pernyataan gaji merupakan dokumen yang dibuat oleh fungsi pembuat daftar gaji, yang merupakan catatan bagi tiap karyawan beserta berbagai potongan yang menjadi beban bagi karyawan
2.2.2 Catatan Akuntansi Yang Digunakan Akuntansi mempunyai fungsi dan peranan bersifat keuangan yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan dan kepada pihak-pihak tertentu yang memerlukannya.
Mulyadi (1001: 382) menyatakan catatan akuntansi yang digunakan dalam pencatatan gaji meliputi: Jurnal Umum; Dalam gaji, jurnal umum digunakan untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja ke dalam setiap departemen dalam perusahaan.
Kartu harga pokok produk; Kartu ini digunakan untuk mencatat upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu.
Kartu biaya; Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya tenaga kerja non produksi setiap departemen dalam perusahaan. Sumber informasi untuk pencatatan dalam kartu biaya ini adalah bukti memorial.
Kartu penghasilan karyawan; Catatan ini digunakan untuk mencatat penghasilan dan
berbagai potongan yang diterima oleh setiap karyawann.
Kartu penghasilan karyawan digunakan sebagai tanda terima gaji dan upah
75
karyawan dengan ditandatanganinya kartu tersebut oleh karyawan yang bersangkutan. Sehingga rahasia penghasilan keryawan tertentu tidak diketahui oleh karyawan yang lain.
2.3
Fungsi Yang Terkait Dalam Gaji Dalam sistem akuntansi gaji perusahaan terdapat beberapa fungsi yang terkait dalam pencatatan dan pemberian gaji dan upah karyawan. Fungsi tersebut saling bekerja sama dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk tujuan tertentu.
Menurut Mulyadi (1001:382) fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi gaji adalah sebagai berikut : 1. Fungsi kepegawaian Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru, menyeleksi calon karyawan, memutuskan penempatan karyawan baru, membuat surat keputusan tarif gaji dan upah karyawan, kanaikan pangkat dan golongan gaji, mutasi karyawan dan pemberhentian karyawan.
2. Fungsi pencatat waktu Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir bagi semua karyawan perusahaan. Fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak boleh dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji.
3. Fungsi pembuat daftar gaji Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji yang berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi beban setiap karyawan selama jangka waktu pembayaran gaji dan upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh pembuat daftar gaji dan upah kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar pembayaran gaji.
4. Fungsi akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji. Fungsi akuntansi
76
yang menangani sistem akuntansi penggajian dan pengupahan berada ditangan bagian utang, bagian kartu biaya, dan bagian jurnal.
5. Fungsi keuangan Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah setiap karyawan untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.
Fungsi-fungsi tersebut diatas, saling bekerja sama dan terkait satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu sistem penggajian yang baik.
2.4
Jaringan Prosedur Yang Membentuk Sistem Akuntansi Gaji Suatu sistem yang baik untuk suatu perusahaan belum tentu baik untuk perusahaan lain,
meskipun perusahaan tersebut termasuk
perusahaan yang sejenis usahanya.
Supaya sistem ini dapat berjalan harus meliputi prosedurprosedur yang dapat menemukan atau memberi isyarat tentang terjadinya keganjilan-keganjilan dalam sistem pertanggungjawaban atas transaksi atau kekayaan perusahaan yang dikuasakan kepadanya.
Prosedur
merupakan
rangkaian
kegiatan
yang
saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Selanjutnya menurut Mulyadi (1001:385) sistem penggajian terdiri dari jaringan prosedur berikut: Prosedur pencatatan waktu hadir. Prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu dengan menggunakan daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi. Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir biasa, yang karyawan harus menandatanganinya setiap hadir dan pulang dari perusahan atau dapat menggunakan kartu hadir (berupa
77
clok card) yang diisi secara otomatis dengan menggunakan mesin pencatat waktu (time recorder mechine).
Prosedur pembuatan daftar gaji Prosedur pembuatan daftar gaji. Dalam prosedur ini fungsi pembuat daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah karyawan. Data yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar gaji dan upah adalah surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan, daftar gaji bulan sebelumnya dan daftar hadir.
Prosedur distribusi biaya gaji Prosedur distribusi biaya gaji dan upah. Dalam prosedur ini, biaya tenaga kerja didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja. Distribusi tenaga kerja ini dimaksudkan untuk pengendalian biaya dan perhitungan harga pokok produk.
Prosedur pembayaran gaji Prosedur pembayaran gaji dan upah. Prosedur ini melibatkan fungsi akuntansi dam fungsi keuangan. Fungsi akuntansi membuat perintah pengeluran kas kepada fungsi keuangan untuk menulis cek guna pembayaran gaji dan upah. Fungsi keuangan kemudian menguangkan cek tersebut ke bank dan memasukkan uang ke dalam amplop gaji dan upah dilakukan oleh juru bayar (pay master).
Meskipun prosedur penggajian tertentu bervariasi diantara perusahaan. Menurut James A. Hall : 1002 mempunyai arus data yang menggambarkan tugastugas umum dari sistem penggajian. Inti dari proses ini dijelaskan dibawah ini.
Otorisaasi penggajian dan perincian transaksi (jam kerja) dimasukkan ke proses penggajian dari dua sumber yang berbeda : personalia dan produksi
Proses penggajian merekonsiliasi informasi ini, menghitung gaji dan mendistrib usikan cek pembayaran ke karyawan
Akuntansi biaya menerima informasi yang berkaitan dengan waktu yang digunakan untuk setiap pekerjaan dari produksi. Informasi ini di gunakan untuk menjurnal akun barang dalam proses ( work in process- WIP )
78
Departement utang usaha menerima informasi rangkuman penggajian dari departemen penggajian dan mengotorisasi departemen pengeluaran kas untuk menyetor satu cek sejumlah total gaji, dalam akun bank khusus dimana gaji akan di ambil.
Proses buku besar umum merekonsiliasi informasi rangkuman dari bagian akuntansi biaya, hutang, dan pengeluaran kas. Akun pengendalian diperbaharui utnuk mencerminkan transksi ini.
2.5
Prosedur Pencatatan Keuangan ( Manual ) Secara prinsip, setiap karyawan selain menerima gaji pokok juga akan menerima berbagai macam tunjangan. Disamping itu, denga adanya fasilitas pemberian kredit bagi para karyawan yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai macam potongan yang juga harus diperhitungan pada saat menjelang gajian, maka gaji yang akan diterima oleh setiap karyawan pada akhir bulan akan mengikuti ketentuan sebagai berikut : Gaji = Gaji Pokok + Aneka Tunjangan – Potongan.
1. Gaji Pokok Gaji pokok seorang karyawan yang besarnya telah ditentukan pada saat penerimaan pegawai kemudian dicatat diatas sebuah kartu yang telah disediakan secara khusus.
2.
Aneka Tunjangan Beberapa tunjangan yang terdapat di LPK-IMKA adalah : Tunjangan Hari Raya dan Tutup dan Tutup Tahun Tunjangan ini hanya diberikan pada saat hari raya dan tahun baru, dan besarnya sama dengan gaji pokok yang dimiliki setiap karyawan. Karena tidak dibagi pada setiap bulan, tunjangan jenis ini tidak menyediakan catatan ataupun kartu secara khusus.
Tunjangan ulang Tahun IMKA Tunjangan ini hanya diberikan pada ulang tahun IMKA yaitu setiap tanggal 12 Oktober dan besarnya sama dengan gaji pokok yang
79
dimiliki setiap karyawan. Karena tidak dibagi pada setiap bulan, ataupun kartru secara khsusus.
Tunjangan Jabatan Catatan
mengenai
tunjangan
jabatan
dicamput/dimasukan
menjadi satu dalam kartu induk karyawan.
Tunjangan Lembur Data lembur setiap karyawan pada setiap bulan adalah tidak sama dan selalu barubah pada setiap saat. Dikarenakan hal tersebut, dibuatkan kartu secara khusus untuk menangani kegiatan lembur para karyawan Tunjangan Kesehatan
Catatan mengenai tunjangan ini tidak dijadikan satu dengan gaji. Setelah karyawan menerima uang dan diminta tanda terimanya, langsung dibukukan.
Tunjangan Beras Catatan mengenai tunjangan beras ini tidak dijadikan satu dengan gaji. Karyawan hanya menerima beras dalam bentuk nyata.
Tunjangan Khusus / Bonus Khusus Catatan mengenai tunjangan ini dijadikan satu dengan gaji dan biasanya dikelompokan dalam pendapatan lain-lain.
Tunjangan Seragam Catatan mengenai tunjangan ini dijadikan satu dengan
gaji.
Tagihan dari penjahit yang ditunjuk langsung dibayar dan kemudian dibukukan.
Berbagai Macam Potongan a. Kasbon Karyawan yang memerlukan kasbon, terlebih dahulu harus mengisi formulir pengeluaran uang
80
b. Hutang Kepada Peusahaan Untuk bisa mendapatkan hutang dari perusahaan, karyawan yang bersangkutan diwajibkan mengajukan permohonan tertulis, yang isinya antara lain m menyebutkan:
Besarnya pinjaman yang diperlukan Maksud dan tujuan meminjam uang Cara pembayaran / pemotongan gaji pada setiap akhir bulannya. Surat ini ditujukan kepada Direktur dan apabila disetujui, maka karyawan yang bersangkutan mengisi formulir pengeluaran uang.
Gambar 2.3 Flowchart Sistem Penggajian Manual
K
K K
K
p
K
B
B
C
Rangkuma Ke
C
K
Rekonsiliasi siapkan cek,gajidan bukukan ke catatan karyawan
81
Catatan Pembay
Daftar Gaji Cek
Rangku
gaji
man
karya
Distribus
Daftar gaji
Tan da
Cek gaji karyaw Buku Pusat
besar
pembay
Tanda terima Tanda
tanda
terima
terima
Rangku
Salinan
Dafta
cek
r gaji
man distrib usi
Tanda terima
82
Tandatangani dan kirim ke
pusat pembayaran untuk
didistribusikan Tanda terima Catatan cek
Daftar gaji Salinan cek Daftar gaji
Cek Cek
Tandatangani dan kirim ke bank
Tinjau kembali dokumen,dan tulis cek untuk dana gaji Tanda terima
Sumber : Sistem Informasi Akuntansi
2.6
Pengertian Insentif Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984 : 1) Insentif adalah pengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi yang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima insentif yang berbeda karena bergantung pada prestasi. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial kepada karyawan sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawan atas prestasi karyawan tersebut. Insentif merupakan sejumlah uang yang di tambahkan pada upah dasar yang di berikan perusahaan kepada karyawan.
83
Menurut Nitisemito (1996:165) Insentif adalah penghasilan tambahan yang akan diberikan kepada para karyawan yang dapat memberikan prestasi sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Menurut Pangabean (1002:93), Insentif adalah kompensasi yang mengaitkan gaji dengan produktivitas. Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.
3. METODE PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data Adapun dalam memperoleh data untuk pembahasaan skripsi ini penulis menggunakan beberapa metode, antara lain : 1. Penelitian Kepustakaan ( Library Research ) Maksud dari penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca literatur – literatur ilmiah dan mempelajari teori – teori yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Dengan demikian dapat disusun kerangka teoritas yang relevan pokok bahasanya.
2. Penelitian Lapangan Penelitian Lapangan adalah penelitian yang digunakan secara langsung dengan meneliti objek yang dituju, dalam hal ini adalah PT Securindo Packatama Indonesia yang berlokasi di Mall Kelapa Gading.
3. Wawancara ( Interview ) Dalam wawancara ini penullis mencoba untuk mendapatkan data atau informasi dari pihak yang bersangkutan dan diharapkan dapat diperoleh data yang relevan dengan judul ini.
Informasi atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian sumber dari data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan sudah diolah untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh penulis. Data sekunder yang diperoleh seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, daftar absensi karyawan dan daftar karyawan yang berprestasi. Sumber data yang
84
digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan cara sekunder untuk memperoleh data.itu
4. Kuisioner Yaitu cara pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk angket kepada setiap pegawai atau sgejumlah responden yang diperlukan.
6. PEMBAHASAN Prosedur Penggajian di PT Securindo Packatama Indonesia Setiap perusahaan mempunyai prosedur penggajian yang berbeda-beda. Dasar akan perusahaan mengeluarkan gaji adalah bukti-bukti bahwa orang itu adalah karyawan dari perusahaan pemberi gaji dan melakukan absensi.
Dalam pemberian gaji perusahaan mempunyai langkah-langkah yang harus di tempuh guna kelancaran pembayaran gaji. Pada PT Securindo Packatama Indonesia, memiliki prosedur dibawah ini :
Melakukan absensi manual harian di form daftar kehadiran karyawan, bagi Karyawan PT Securindo Packatama Indonesia. Yang seharusnya dikontrol oleh bagian staff absensi yang di lakukan oleh PT Securindo Packatama Indonesia.
Melakukan Absensi Komputerisasi (Finger). Setiap hari bagian administrasi PT Securindo Packatama Indonesia merekap absensi manual yang disesuaikan dengan jadwal kerja karyawan, setelah sesuai data pun dikirim ke pusat PT Securindo Packatama Indonesia melalui kolektor dan dikirim ke PT Summarecon untuk merekonsiliasi absensi yang di buat bagian administrasi PT Securindo Packatama Indonesia. Setiap akhir bulan bagian administrasi PT Securindo Packatama Indonesia membuat tagihan pembayaran gaji ke pihak management Summarecon.
Pembayaran gaji karyawan di bagi 2, setiap pertengahan bulan dan akhir bulan. Untuk pertengahan bulan dibayarkan uang makan karyawan dan gaji akhir bulan dibayarkan sisa gaji karyawan.
85
Gambar 4.1 Flowchart Prosedur Penggajian Melakukan Absensi
merekonsiliasi Bag. Adm (
Cash Parkir
secure ) merekap absensi
PT otorisa
Manag er
PT SECURINDO
PT SUMMARECON
PACKATAMA
AGUNG
INDONESIA Gaji
Sumber PT Securindo Packatama Indonesia
Prosedur Insentif di PT Securindo Packatama Indonesia Melakukan absensi manual harian di form daftar kehadiran karyawan, bagi Karyawan PT Securindo Packatama Indonesia. Yang seharusnya dikontrol oleh bagian staff absensi yang di lakukan oleh PT Securindo Packatama Indonesia.
Melakukan Absensi Komputerisasi (Finger). Setiap hari bagian administrasi PT Securindo Packatama Indonesia merekap absensi manual yang disesuaikan dengan jadwal kerja karyawan, setelah sesuai data pun dikirim ke pusat PT Securindo Packatama Indonesia melalui kolektor dan dikirim ke PT Summarecon untuk merekonsiliasi absensi yang di buat bagian administrasi PT Securindo Packatama Indonesia.
86
Setiap akhir bulan bagian administrasi PT Securindo Packatama Indonesia merekap absensi untuk mencari karyawan yang hadir lebih awal dari jam hadir yang telah ditetapkan perusahaan. Pembayaran insentif dilakukan sekali dan dibayarkan setiap akhir bulan.
Gambar 4.2 Flowchart Prosedur Pembayaran Insentif
Melakukan Absensi Bag. Adm (
Cash Parkir
secure ) merekap
O
PT
Mana
merekonsiliasi PT SECURINDO
PT
PACKATAMA
SUMMARECON
Insentif
Sumber PT Securindo Packatama Indonesia
Sistem pengendalian intern pembayaran gaji Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti terhadap pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan. Penggajian adalah hal yang paling utama dalam suatu perusahaan guna mensejahterakan karyawan. Dalam pembayaran gaji diperlukan adanya kontrol atau pengendalian intern yang diterapkan olah perusahaan.hal tersebut
berguna
untuk
menghindari
kesalahan
atau
kecurangan.
Sistem
pengendalian akan efektif bila dilakukan oleh banyak sumber daya manusia atau bagian. PT Securindo Packatama Indonesia adalah suatu perusahaan perantara antara Pekerja dan pemberi kerja. Dalam hal ini pemberi kerja adalah PT Summarecon Agung dan pekerja adalah karyawan dari PT. Securindo Packatama Indonesia.
87
Besarnya gaji yang diterima oleh pekerja berasal dari PT Securindo Packtama Indonesia. Yang sebenarnya adalah berasal PT Summarecon Agung. Dasar pembayaran gaji pekerja yang dilakukan oleh PT. Securindo Packatama Indonesia adalah kartu absensi yang dilakukan oleh pekerja setelah di setujui oleh bagian manager dari PT. Securindo Packatama Indonesia. Sebelum pembayaran gaji dibayarkan kepada pekerja PT Securindo Packtama Indonesia akan melakukan penagihan terhadap PT Summarecon Agung. Besarnya penagihan ditentukan oleh absensi dan jumlah pekerja.
Pembayaran atas gaji kepada pekerja dilakukan oleh Bagian Payroll dari PT Securindo Packatama Indonesia. Sedangkan penagihan biaya gaji dilakukan oleh bagian penagihan atau piutang. Sehingga terjadinya kesalahan akan semakin sedikit karena pekerjaan dilakukan oleh orang yang berbeda.
Sistem pengendalian intern pembayaran insentif Dasar adanya insentif adalah keloyalitasan pekerja terhadap perusahaan yang dinilai dari pemberi kerja maupun PT Securindo Packatama Indonesia. Bukti keloyalitasan pekerja dapat dilihat dari kartu absensi. Kartu absensi yang paling akurat Dan mewakili adalah absensi finger.
Sebelum melakukan pembayaran insentif bagian piutang akan menagih piutang gaji terhadapt PT Summarecon.
Besarnya Tagihan yang dikeluarkankepada PT. Summarecon adalah selisih jam kerja pekerja dengan jam kerja normal. Pembayaran atas insentif dilakukan oleh bagian payroll dan dibayarkan di akhir periode akuntansi.
7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab – bab sebelumnya, maka penulis dapat membuat kesimpulan dari hasil pembahasan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada sebagai berikut :
Adanya sistem prosedur penggajian dan insentif yang kurang baik. Hal itu terlihat dari adanya kartu absensi yang tidak akurat. Sebab yang melakukan
88
absensi adalah pekerja tersebut dengan menggunakan tulis tangan. Dimana kekauratan data tersebut diragukan. Perusahaan belum sepenuhnya menjalankan pengendalian intern dalam pembayaran gaji pekerja. Pengendalian Intern karyawan bukti pendukung yaitu berupa kartu absensi yang tertulis secara manual oleh pekerja.
Perusahaan telah membayarkan penggajian berdasarkan absensi karyawan atas aspek pekerja yang terlihat dalam kartu absensi akan tetapi bukti kurang kuat. Disebabkan karena kartu absensi masih tertulis secara manual dan diisi oleh pekerja.
7.2. SARAN Dari data data yang yang telah di dapat dalam penelitian PT Securindo Packatama Indonesia ada beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan yaitu:
Pencatatan absensi karyawan dilakukan oleh administrasi absensi, bukan dilakukan olah pekerja. Hal tersebut menghindari adanya kecurangan pencatatan jam kerja. Atau bisa menggunakan mesin absensi. Hal tersebut agar rekap jam kerja lebih akurat kemudian diotorisasikan oleh bagian pencatat absen yang berwenang.
Diharapkan perusahaan menjalankan internal kontrol pada bukti dasar pembuatan gaji, yaitu absensi dengan melakukan kroscek berkali-kali. Karena dasar pembuatan gaji adalah kartu absensi yang dilakukan oleh pekerja, sehingga keakuratannya bisa dipertanggung jawabkan.
Perusahaan dianjurkan menjalankan internal kontrol pada bukti dasar pembuatan insentif, yaitu absensi karyawan yang hadir tepat waktu atau lebih awal dari waktu yang ditentukan perusahaan. Diharapkan agar dapat terus mengembangkan kebijakan Prosedur dan Pengendalian Intern Pembayaran Gaji dan Insentif.
89
8. REFERENSI Halim,Abdul Mamduh MHanafi.1003.Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta.UPP AMP YKPN Ikatan Akuntansi Indonesia.1002.Standar Akuntansi Keuangan.Jakarta.Salemba Empat.1007.Standar Akuntansi Keuangan.Jakarta.Salemba Empat Jumingan.1006.Analisis Laporan Keuangan.Jakarta.Bumi Aksara Kieso Donald E,Jerry J.Weygandt,Terry D.Warfield .1002 : Akuntansi intermediate jilid 2.Jakarta:Erlangga Munawir.1002.Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta.Liberty Soemarso,S.R1001.Akuntansi Suatu Pengantar I.Jakarta.Salemba Empat Soemarso,S.R1005.Akuntansi Suatu Pengantar I.Jakarta.Salemba Empat James Hall.1009.Sistem Informasi Akuntans.Jakarta Salemba Empat Moleong, Lexy J,1007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Penerbit : Rosda Mulyadi,1008,Sistem Akuntansi, Cetakan Keempat, Jakarta : Salemba Empat, Sarwono, Jonathan, 1006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Edisi Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu. James Hall. A,1007,Sistem Informasi Akuntansi jilid 1, Jakarta : Salemba Empat.
90
PERANAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN UNTUK MENGAMANKAN HARTA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. MAKMUR JAYA)
Jerry Dosen Program Magister Akuntansi Universitas Kristen Maranatha
Debora Stefannie Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha
Boby Wiryawan Saputra Mahasiswa Program Magister Akuntansi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penjualan merupakan aktivitas yang penting dan rutin dilakukan dalam setiap perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan system pengendalian internal penjualan yang memadai, sebagai alat untuk membantu manajemen melakukan pengendalian, sehingga mengurangi kerugian perusahaan dan hilangnya persediaan yang cukup banyak. Penulis mengambil sampel penelitian pada PT. Makmur Jaya, Jalan Leuwi Sari X No. 2, Bandung, menggunakan metode sampel secara strataan (Stratified Sampling), strata berdasarkan pada tiap-tiap bagian yang terkait dengan sistem informasi akuntansi penjualan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara peranan sistem pengendalian internal penjualan dalam mengamankan harta perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan dan kepustakaan, dengan teknik penelitian kuesioner. Data tersebut diolah menggunakan analisis regresi sederhana. Berdasarkan hasil analis regresi, penulis memperoleh nilai R-square sebesar 0.383. Dari hasil tersebut membuktikan
bahwa sistem pengendalian internal penjualan
mempunyai peranan sebesar 38.3% dalam mengamankan harta perusahaan. Hal ini terlihat dari cukup memadainya sistem pengendalian internal perusahaan. Namun penulis juga menemukan kekurangan seperti tidak adanya surat jalan dan laporan persediaan dari gudang. Kata kunci: Sistem Pengendalian Intenal Penjualan dan Pengamanan Harta Perusahaan pada perusahaan farmasi.
91
1. PENDAHULUAN Setiap orang tentu memiliki kebutuhan primer, seperti rumah, makan, dan pakaian. Namun, ada pula kebutuhan sekunder, yaitu obat-obatan. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini banyak sekali ragam obat-obatan di pasaran. Mulai dari produk lokal maupun produk asing. Semakin banyak produk obat dari China, Multi Level Marketing( MLM ) yang mempunyai beragam jenis obat untuk semua penyakit, dan obat herbal lainnya. Hal ini tentu saja membuat para produsen produk lokal merasa khawatir. Dengan banyak produsen, tentu saja menambah distributor obatobatan tersebut. Persaingan antar distributor pun tidak terelakan lagi. Mereka bersaing untuk menjadi lebih unggul dalam memasarkan setiap produk ke tangan konsumen maupun pengecer berupa apotek atau toko obat lainnya.
Perusahaan memadai
maupun
distributor
harus
memperoleh
informasi
yang
mengenai kebutuhan konsumen saat ini sehingga mampu bersaing
dengan produk asing maupun produk dari perusahaan atau distributor lainnya. Untuk itu peningkatan pelayanan baik langsung maupun tidak langsung (melalui sales) perlu diperhatikan, begitu pula sistem pengendalian internal dalam perusahaan. Hal ini dibutuhkan untuk menarik minat konsumen untuk melakukan transaksi jual-beli.
Sistem Pengendalian Internal merupakan suatu bentuk pengendalian yang dibuat
oleh perusahaan yang menekankan tujuan yang hendak dicapai
perusahaan. Tujuan dari sistem pengendalian internal menurut Mulyadi, ( 1001) adalah untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi.serta dipatuhinya kebijakan manajemen. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian tentang peranan sistem pengendalian internal terhadap sistem informasi akuntansi penjualan untuk mengamankan aset perusahaan dilakukan.
2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin membahas masalahmasalah berikut: Bagaimana penerapan Sistem Pengendalian Internal yang telah diterapkan oleh PT. Makmur Jaya.
92
Seberapa besar peranan Sistem Pengendalian Internal pada Sistem Informasi Akuntansi penjualan dalam mengamankan harta di PT. Makmur Jaya.
3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan system pengendalian internal serta seberapa besar peranan system pengendalian internal terhadap system informasi akuntansi penjualan dalam mengamankan asset perusahaan di PT. Makmur Jaya
4. KERANGKA TEORITIS Sistem informasi akuntansi sangat penting karena sistem informasi akuntansi merupakan sekumpulan manusia, sumber daya modal serta terbentuk dari
serangkaian
formulir
yang
tercatat,
serangkaian
buku, serangkaian
laporan, dan serangkaian kegiatan klerikal. Sistem informasi akuntansi memiliki peran untuk menyajikan informasi akuntansi bagi pihak manajemen perusahaan dan pihak luar perusahaan.
Menurut George.H.Bodnar (1004), “Sistem Informasi Akuntansi adalah sekumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data finansial dan data lainnya menjadi informasi.”, sedangkan menurut Steven.A.Moscove
“ Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, menggolongkan, mengolah, menganalisa, dan mengkomunikasikan informasi keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan kepada pihak-pihak luar dan pihak- pihak dalam.
Dalam Sistem Pengendalian Internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut AICPA, “Pengendalian internal meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan. George.H.Bodnar (1004) mengemukakan bahwa
93
pengendalian internal adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi organisasi, pihak manajemen atau seseorang yang bekerja di dalam organisasi tersebut yang dirancang untuk menyediakan
reasonable assurance mengenai
pencapaian tujuan di dalam kategori berikut : Dapat diandalkan laporan keuangan. Efektifitas dan efisiensi kegiatan di dalam organisasi. Sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Unsur
Sistem
Pengendalian
Internal
menurut
Mulyadi
(1001:164)
sebagai berikut : Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung jawab fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan
kegiatan-kegitan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip berikut : Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi.
Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan. fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewnang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat perisrtiwa keuangan perusahaan.
Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap transaksi.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transakasi hanya terjadi atas dasr otorisasi dari pejabat memiliki wewenang. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat dalam catatan
94
akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan yang
tinggi. Dengan
demikian, sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menghasilkan informasi dan dapat
yang
teliti
dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu
organisasi.
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Cara-cara yang umunya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptkan praktik yang sehat : Penggunaan formulir bernomor urut cetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Pengendalian memakai nomor urut cetak
akan
dapat
menetapkan
pertanggung-jawaban terlaksananya transaksi.
Pemeriksaan mendadak. Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan dengan
jadwal yang tidak teratur. Hal ini akan mendorong karyawan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau
unit
organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. Karena terdapat campur tangan pihak lain, maka terjadi internal check terhadap pelaksanaan tugas dari setiap unit yang terkait. Perputaran jabatan.
Perputaran jabatan yang diadakan secra rutin akan menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya.
Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya. Selama cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain. Sehingga seandainya terjadi kecurangan dalam departemen
tersebut,
diharapkan
dapat
diungkap
oleh pejabat
yang
menggantikannya.
95
Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya. Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan
akuntansi,
secara
periodik
harus
diadakan
pencocokan
antara
kekayaan secara fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan.
Pembentukan unit organisasi yang bertugas mengecek efektivitas unsure sistem pengendalian internal yang lain, biasanya disebut satuan pengawas intern atau staff pemeriksa intern.
Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Sistem informasi akuntansi penjualan, didefinisikan sebagai organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna
memudahkan pengelolaan perusahaan.
Sistem
informasi
akuntansi
penjualan
termasuk
sistem
akuntansi
penting yang harus didesain di dalam perusahaan, hal ini disebabkan oleh karena penjualan, baik penjualan secara kredit maupun penjualan tunai merupakan sumber pendapatan perusahaan.
Adapun tujuan penyusunan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan adalah untuk memastikan beberapa hal diantaranya: Aktivitas penjualan merupakan sumber pendapatan perusahaan. Kurang dikelolanya aktivitas penjualan dengan baik, secara langsung akan merugikan
perusahaan karena selain sasaran penjualan tidak tercapai juga
pendapatan akan berkurang.
Pendapatan dari hasil penjualan merupakan sumber pembiayaan perusahaan oleh karenanya perlu diamankan.
Akibat adanya penjualan akan merubah posisi harta dan menyangkut : Timbulnya piutang bila penjualan secara kredit atau masuknya uang kontan bila penjualan secara tunai.
96
Kuantitas barang di gudang akan berkurang. Sistem Pengendalian Internal yang harus diperhatikan dalam Sistem Informasi Akuntansi Penjualan adalah : Aktivitas dari fungsi penjualan yang harus dipisahkan terdiri dari : Aktivitas
penerimaan
order
dan
pembuatan
faktur
berada
pada
bagian
penjualan. Aktivitas pengeluaran dan pengiriman barang berada pada bagian gudang dan ekspedisi. Aktivitas pencatatan penjualan berada pada bagian akuntansi dan piutang. Aktivitas penerimaan uang berada pada bagian kas. Hanya barang yang telah dipesanlah yang dikirim.
Penanganan penjualan secara kontan atau kredit harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan semua penjualan atas dasar kontan atau kredit tersebut harus segera dicatat secara teliti dan tepat.
Semua penyerahan barang melalui penjualan harus terkontrol, sehingga kerugian akibat pencurian dan lain-lain dapat dihindari.
Pengembalian atau retur penjualan harus selalu melalui persetujuan dan berusaha
dapat
menghindari
pencurian,
penyelewengan,
dan
kesalahan-
kesalahan lainnya.
Dalam penjualan kontan harus dipisahkan antara penanganan penjualan dengan penerimaan uang.
Pembebanan biaya atas penjualan harus selalu terkontrol. Dalam penjualan secara kredit, sebelum dilakukan penjualan haruslah terlebih dahulu diadakan
pengontrolan
atas
posisi kreditnya
atau
pengontrolan atas batas maksimum kreditnya.
5. METODE PENELITIAN Dalam
penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan
metode
penelitian deskriptif survei, yaitu studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari
97
kasus-kasus yang relative besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu (Furchan, 1004).
Sedangkan metode yang digunakan adalah pengambilan sampel secara strataan (Stratified Sampling), strata berdasarkan pada tiap-tiap bagian yang terkait dengan sistem informasi akuntansi penjualan. Penulis menggunakan metode ini karena sampel yang diambil berasal dari tiap bagian yang terkait dengan sistem informasi akuntansi penjualan
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian adalah: Observasi. Suatu teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya.
Kuesioner. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan berupa daftar pertanyaan secara tertulis mengenai masalah yang sedang diteliti oleh penulis. Daftar pertanyaan dibuat berdasarkan
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
yang
berhubungan dengan data yang diperlukan oleh penulis, kemudian diisi oleh karyawan perusahaan yang bersangkutan.
Analisa Dokumen. Penulis mempelajari dokumen, formulir, dan catatan-catatan mengenai system dan prosedur yang digunakan dalam aktivitas penjualan.
Metode yang digunakan untuk menganalis data adalah metode regresi sederhana. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian internal terhadap sistem informasi akuntansi penjualan. Persamaan regresinya adalah:
Y = β0 + βX + ε Keterangan : β
= konstanta
β1
= koefisien regresi
98
Y
= mengamankan harta perusahaan
X1 = Sistem Pengendalian Internal ε
= error
Jika koefisien regresi menunjukan nilai postif, maka variable independen dengan variabel dependen mempunyai hubungan yang searah. Sedangkan jika koefisien regresi menunjukan nilai negatif, maka variabel independen dengan variabel dependen mempunyai hubungan yang berlawanan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer Statistical Program for Social Science (SPSS). Dalam menganalisis data, penulis menggunakan skala pengukuran ordinal, yaitu tingkat pengukuran yang bernilai klasifikasi dan order ( urutan ) dari tingkat paling rendah sampai tingkat paling tinggi, yang terdiri dari : Jawaban “Sangat Setuju” diberi nilai lima. Jawaban ”Setuju” diberi nilai empat. Jawaban “Kurang Setuju” diberi nilai tiga. Jawaban “Tidak Setuju” diberi nilai dua. Jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi nilai satu.
Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara
sistem pengendalian internal terhadap sistem informasi akuntansi
penjualan pada PT. Makmur Jaya. Kesimpulan dapat diambil dengan melihat nilai
signifikan
untuk masing-masing
variabel
independen
yang
terdapat
dalam tabel Koefisien Regresi dengan kriteria sebagai berikut : Nilai Signifikan < α = H0 Ditolak Nilai Signifikan ≥ α = H0 Diterima Nilai Signifikan yang digunakan adalah 5% ( 0.05 ).
6. PEMBAHASAN Perusahaan melakukan pemisahan setiap fungsi yang terkait dengan penjualan.
Setiap
transaksi
penjualan
yang
dilaksanakan
tidak
hanya
dilaksanakan oleh satu fungsi atau bagian saja. Untuk penerimaan order, pemberian kredit, penetapan harga jual, dan potongan
penjualan dilakukan oleh kepala
cabang PT. Makmur Jaya. Namun pencatatan akuntansi sudah didasarkan atas dokumen yang sudah lengkap.
99
Setiap dokumen yang digunakan memakai nomor urut, namun bukan nomor urut cetak, hanya faktur penjualan yang memakai nomor urut cetak.. PT. Makmur Jaya pun selalu melakukan inspeksi terhadap persediaan, penjualan, dan piutang untuk mencegah kehilangan persediaan.
PT. Makmur Jaya sudah melakukan penerapan prosedur penjualan dan sistem pengendalian internal dengan cukup baik. Namun, masih perlu adanya pemisahan tugas antara penerimaan order dan pemberian kredit yang tidak seharusnya dilakukan semua oleh kepala cabang. Kurangnya dokumen yang digunakan seperti laporan gudang dan surat jalan. Pemakaian nomor urut cetak pada semua dokumen pun diperlukan untuk mencegah adanya dokumen fiktif.
Untuk indikator Struktur organisasi pada perusahaan membuktikan pembagian
tugas
yang
jelas.
Rincian
tanggapan
responden
adalah
11
responden atau 52,4% menyatakan sangat setuju dan 10 responden atau 47,6% menyatakan setuju. Hal ini menandakan bahwa struktur organisasi pada perusahaan telah dinilai karyawan menjadikan pembagian tugas yang jelas.
Untuk indikator pencatatan penjualan yang dilakukan dalam perusahaan dilakukan setiap hari, rincian tanggapan responden adalah 10 responden atau 95.2% menyatakan sangat setuju dan 1 responden atau 4.8% menyatakan setuju. Hal ini menandakan
bahwa karyawan menilai sistem pengendalian
internal yang dilakukan sudah baik karena perusahaan pencatatan penjualan yang dilakukan dalam perusahaan dilakukan setiap hari. Beberapa cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk menciptakan praktik yang sehat : Penggunaan formulir Berdasarkan penelitian, perusahaan telah memiliki faktur atau formulir, yang telah memenuhi Sistem Pengendalian Internal seperti : Menggunakan faktur yang memiliki nomor urut. Untuk indikator Menggunakan bon/ surat jalan yang memiliki nomor urut sebagai dokumen terjadinya suatu transaksi sudah memadai, rincian tanggapan responden adalah 3 responden atau 4,15% menyatakan sangat setuju dan 18 responden atau 95,70% menyatakan setuju. Hal ini menandakan bahwa karyawan
100
menilai
sistem
pengendalian
internal yang dilakukan sudah baik karena
menggunakan faktur/ surat jalan yang memiliki nomor urut sebagai dokumen terjadinya suatu transaksi sudah memadai.
Menggunakan formulir yang rangkap dan berbeda warna. Untuk indikator menggunakan formulir yang tembus, rangkap, dan berbeda warna, rincian tanggapan responden adalah 14 responden atau 66,7% menyatakan sangat setuju dan 7 responden atau 28,6% menyatakan setuju. Hal ini menandakan bahwa karyawan menilai sistem pengendalian internal yang dilakukan sudah baik.
Formulir yang digunakan memiliki keterangan yang lengkap. Untuk indikator formulir yang digunakan dilengkapi dengan kode barang, jumlah barang yang dipesan, dan alamat dari pelanggan, rincian tanggapan responden adalah 14 responden atau 66,7% menyatakan sangat setuju dan 6 responden atau 28,6% menyatakan setuju. Hal ini menandakan bahwa formulir yang digunakan dilengkapi dengan kode barang, jumlah barang yang dipesan, dan alamat dari pelanggan.
Pemeriksaan. Dilakukan Inspeksi Mendadak. Untuk mendadak
terhadap
stok
indikator
mengadakan
inspeksi
di gudang, rincian tanggapan responden adalah 11
responden atau 52,4% menyatakan sangat setuju dan 8 responden atau 38,1% menyatakan setuju. Hal ini menandakan bahwa karyawan menilai sistem pengendalian internal yang dilakukan sudah baik karena mengadakan inspeksi mendadak terhadap stok di gudang.
Karyawan perusahaan memiliki kecakapan dan tanggung jawab dalam pekerjaannya. Untuk indikator Karyawan perusahaan memiliki kecakapan dan tanggung jawab dalam pekerjaannya, rincian tanggapan responden adalah 13 responden atau
61,9%
menyatakan
sangat
setuju
dan
7 responden atau 33,3%
menyatakan setuju. Hal ini menandakan bahwa karyawan menilai sistem pengendalian internal yang dilakukan sudah baik karena karyawan perusahaan memiliki kecakapan dan tanggung jawab dalam pekerjaannya .
101
Sebelum menggunakan data yang telah diperoleh dilakukan pengujian asumsi normalitas
data. Uji normalitas pada penelitian ini akan digunakan
Kolmogorov- Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilihat
dari
nilai significance
diperoleh melalui perhitungan menggunakan
software
SPSS
yang
17.
Nilai Probabilitas asymptotic significance lebih besar dari 0,05 berarti data berdistribusi normal. Hasil uji untuk X besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah 0,216
dengan
probabilitas
0,280.
Signifikansi
Uji
Kolmogorov-Smirnov
variabel X lebih besar dari 0,05, jadi dapat disimpulkan data Sistem Pengendalian Internal (X) berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-Smirnov untuk Y adalah 0,269 dengan Smirnov variabel
Y
probabilitas 0,097. Signifikansi uji Kolmogorov-
lebih
besar
dari
0,05,
jadi
disimpulkan
data
Mengamankan harta perusahaan berdistribusi normal.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap
mengamankan
harta
perusahaan
selanjutnya
dilakukan
penghitungan analisis regresi linear sederhana. Nilai konstanta (a) dan koefisen regresi (b) dihitung melalui perhitungan dengan bantuan komputer menggunaka SPSS 17.
Hasil
perhitungan
koefisien
regresi
berdasarkan
data
penelitian
yang diperoleh dapat ditulis dalam persamaan regresi taksiran sebagai berikut : Yˆ = 16,262 + 0,767 X
Nilai
konstanta
sebesar
16,262
menunjukkan
rata-rata
skor
Mengamankan harta perusahaan pada saat Sistem Pengendalian Internal (X) nol atau tidak berubah adalah 16,262. Dapat dijelasakan variabel Sistem Pengendalian Internal (X) memiliki koefisien regresi sebesar 0,767. Berarti jika skor Sistem Pengendalian Internal meningkat sebesar satu satuan maka skor mengamankan harta perusahaan akan meningkat sebesar 0,767. Tanda positif yang diperoleh menunjukan bahwa semakin baik Sistem Pengendalian Internal akan terjadi peningkatan dalam mengamankan harta perusahaan.
102
Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dapat dilihat dari koefisien determinasi. Hasil
pengolahan dengan
SPSS
nilai
koefisien determinasi untuk model regresi yang diperoleh (nilai R2 ) Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 2 KD = (0,655) x 100% = 43,0%
Nilai
R-square
pada
tabel
di
atas
sebesar
0,430
atau
43,0%
menunjukkan besarnya pengaruh variable bebas system pengendalian internal terhadap mengamankan harta perusahaan. Ini berarti bahwa 43,0% perubahan Mengamankan harta
perusahaan dapat dijelaskan (ditentukan) oleh Sistem
Pengendalian Internal. Sedangkan 61,7% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diamati oleh peneliti. Hasil
pengujian
valitas
item
kuesioner
menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan dalam variabel Mengamankan harta perusahaan memiliki nilai korelasi d i atas 0,3 sebagai nilai batas suatu item kuesioner penelitian dikatakan dapat digunakan (dapat diterima). Sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner Variabel Mengamankan harta perusahaan valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Hasil koefisien reliabilitas untuk variabel Sistem Pengendalian Internal diperoleh sebesar 0,850 dan koefisien reliabilitas untuk variabel Mengamankan harta perusahaan diperoleh sebesar 0,876. Nilai reliabilitas yang diperoleh diatas 0,7 sebagai nilai batas suatu instrumen penelitian dikatakan dapat digunakan .
Setelah
diperoleh
model
regresi
selanjutnya
untuk
mengetahui
koefisien regresi pengaruhnya signifikan dilakukan uji koefisien regresi. Karena hanya terdapat satu variabel bebas pengujian dilakukan dengan uji t. Untuk melihat pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Mengamankan harta perusahaan, hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: H0. = 0:
Tidak
terdapat
pengaruh
antara
Sistem
Pengendalian
Internal
terhadap Mengamankan harta perusahaan
H1. ≠ 0: Terdapat pengaruh antara Sistem Pengendalian Internal terhadap Mengamankan harta perusahaan
103
Penentuan
hasil
pengujian
(penerimaan/penolakan
dilakukan dengan membandingan t hitung
dengan t tabel
H0)
dapat
atau juga dapat
dilihat dari nilai signifikansinya. Nilai tabel t untuk tingkat kekeliruan 5% dan derajat bebas (db) = n- k-1 = 21-1-1 = 19 adalah 2,093. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-hitung untuk variabel bebas Sistem Pengendalian Internal sebesar 3,782 dengan nilai signifikansi (p-value) = 0,001.
Diperoleh nilai t-hitung untuk variabel bebas Sistem Pengendalian Internal = 3,782 lebih besar dari t-tabel = 2,093 atau jika dilihat nilai signifikansi 0,001 lebih kecil dari tingkat kekeliruan 5% (α = 0,05) artinya kesalahan untuk mengatakan ada pengaruh signifikan mengamankan hanya 0,1%,
sistem pengendalian internal terhadap
harta perusahaan berdasarkan data penelitian yang diperoleh yang berarti lebih kecil dari tingkat kesalahan yang dapat
diterima sebesar 5%. Maka dapat diambil keputusan untuk menolak H0. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% terdapat pengaruh dari sistem pengendalian internal terhadap mengamankan harta perusahaan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan,
diperoleh
beberapa
kesimpulan sebagai berikut : Penerapan Sistem Pengendalian Internal di PT. Makmur Jaya PT.
Makmur
Jaya
telah
memiliki
struktur
organisasi
perusahaan
yang
memiliki pembagian tugas dan wewenang yang tegas, dimana setiap fungsi terpisah. PT. Makmur Jaya telah memiliki sistem otorisasi yang cukup baik. Terdapat pula faktur penjualan, surat order penjualan sebagai dokumen atau bukti transaksi. PT.
Makmur
Jaya
telah
memiliki
prosedur
sistem
informasi
akuntansi
penjualan baik tunai maupun kredit, yang menekankan praktik yang sehat, seperti dokumen yang memiliki nomor urut cetak dan otorisasi yang jelas, hal ini digunakan untuk
mencegah beredarnya dokumen palsu. Inspeksi mendadak pun
dilakukan agar tidak terjadi kehilangan barang yang cukup besar.
104
Peranan dari sistem pengendalian internal terhadap mengamankan harta perusahaan Hasil penilaian responden mengenai sistem pengendalian internal yang telah diterapkan oleh perusahaan berada pada pada interval kategori yang “sangat baik” sehingga dapat dikatakan sistem pengendalian internal yang telah diterapkan oleh perusahaan sudah baik.
Hasil penilaian responden mengenai mengamankan harta perusahaan berada pada pada interval kategori yang “sangat baik” sehingga dapat dikatakan mengamankan harta perusahaan yang telah diterapkan oleh perusahaan sudah baik.
Diperoleh
tingkat
dengan Mengamankan
hubungan
harta
antara
perusahaan
Sistem
masuk
Pengendalian
kategori
Internal
hubungan
kuat
sebesar 0,655. Nilai korelasi bertanda positif yang diperoleh menunjukan bahwa semakin baik system pengendalian internal akan terjadi peningkatan mengamankan
harta perusahaan. Hasil perhitungan menunjukkan besarnya
pengaruh system pengendalian internal terhadap mengamankan harta perusahaan adalah 0,382. Ini berarti bahwa 43,0% perubahan mengamankan harta perusahaan dapat dijelaskan (ditentukan) oleh sistem pengendalian internal. Sedangkan 57,0% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diamati oleh peneliti. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji t dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% terdapat pengaruh dari sistem
pengendalian
internal
terhadap mengamankan harta perusahaan. Karena nilai t-hitung untuk variabel bebas Sistem Pengendalian Internal = 3,782 lebih besar dari t-tabel = 2,093 atau jika dilihat nilai signifikansi kesalahan untuk mengatakan ada pengaruh signifikan sistem pengendalian internal terhadap mengamankan harta perusahaan berdasarkan data penelitian yang diperoleh hanya 0,3%,
yang berarti lebih kecil
dari tingkat kesalahan yang dapat diterima sebesar 5%.
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: Bagi perusahaan. Perusahaan sebaiknya membuat dokumen surat jalan yang memiliki nomor urut cetak dan otorisasi untuk setiap transaksi. Laporan dari gudang pun
105
diperlukan untuk mencegah kehilangan barang dalam jumlah besar dan diotorisasi oleh kepala gudang.
Adanya pemisahan tugas dalam hal penerimaan order dan pemberian kredit yang tidak seharusnya dilakukan oleh kepala cabang, melainkan bagian penjualan Bagi peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel penelitian yang lebih kompleks dan objek penelitian yang berbeda.
106
8. REFERENSI Anonim. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 mengenai peredaran dalam bab IV bagian keempat (penyaluran) pasal 15, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 mengenai Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. mengenai peredaran dalam bab IV bagian pertama (umum) pasal 8, dan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu mengenai Tanda Daftar Gudang. Baridwan, Zaki. Sistem Akuntansi, Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi Lima. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Bodnar, George H., dan William S. Hopwood. (1000). Sistem Informasi Akuntansi. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Hansen, Mowen (1008). Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. La Midjan, Dr., Azhar Susanto. (1001). Sistem Informasi Akuntansi, Pendekatan Manual, Metode dan Prosedur Penyusunan Praktika. Edisi 8. Penerbit Lingga Jaya. Nazir, Moh. (1009). Metode Penelitian. Edisi 7. Penerbit Ghalia Indonesia. www.google.co.id
107
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG USAHA TERHADAP MODAL KERJA PADA PT. FAJAR SURYA WISESA TBK.
Maruly Poltas Dosen Tetap Akuntansi STIE Pertiwi ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi berdasarkan fakta dan data yang dapat dipercaya tentang penerapan sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. Fajar Surya Wisesa Tbk. Penelitian ini merupakan penelitian studi lapangan, karena penelitian ini hanya mengumpulkan data, pencarian fakta, menganalisa data serta menafsirkannya berdasarkan teori yang ada. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik penelitian kepustakaan dan teknik penelitian lapangan. Teknik penelitian lapangan itu sendiri terdiri dari wawancara, observasi dan kuesioner. Metode analisis data adalah metode deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan data yang telah dikumpulkan untuk kemudian diinterpretasikan sesuai landasan teori yang telah disusun. Evaluasi prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang dilakukan dengan metode langsung yaitu wawancara dengan fungsi terkait dan observasi. Teknik kuesioner dengan cara mengajukan pertanyaan kepada fungsi yang terkait di dalam sistem pengendalian intern piutang usaha. Dari penelitian yang dilakukan dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan dan melibatkan 10 responden diperoleh jawaban ”Ya” sebanyak 17 butir, sehingga presentase dapat dihitung menjadi 70%. Oleh karena itu dapat dikatakan jika sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBK adalah ”Baik ”. Fungsi yang terkait dalam sistem pengendalian intern piutang usaha adalah fungsi penjualan, fungsi logistik, fungsi keuangan, dan fungsi akuntansi. Jaringan prosedur yang berhubungan dengan sistem pengendalian intern piutang usaha adalah prosedur pelaksanaan pengendalian intern piutang usaha, prosedur pencatatan piutang, prosedur penagihan piutang, dan prosedur pelaporan piutang. Sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBK dapat dikatakan sudah baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya pemisahan tugas untuk setiap fungsi-fungsi yang ada, dan terus diadakannya pengawasan yang baik dari pihak manajemen sehingga setiap kegiatan perusahaan dapat dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
108
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha baik jasa maupun perdagangan semakin pesat dan meluas seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ini pada umumnya selalu dihadapkan pada situasi persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat merupakan indikasi adanya usaha-usaha ke arah pertumbuhan, dari sisi ekonomi setiap perusahaan dihadapkan pada kondisi nyata yang memperlihatkan bahwa konsumen selalu menginginkan harga jual produk yang dibeli sesuai dengan kualitas yang ditawarkan. Keuntungan maksimal sebagai dasar yang mendominasi motif ekonomi perusahaan, mendorong setiap perusahaan untuk meminimalisasi pengorbanan atau biaya. Agar dapat mencapai tujuan tersebut dan tanpa mengabaikan tingkat harga yang dibebankan kepada konsumen, perusahaan harus dapat meningkatkan volume penjualan dan menekan biaya-biaya yang dikeluarkan. Suatu kondisi dalam rangka meningkatkan volume penjualan yang nyata bagi perusahaan untuk menarik minat konsumen dengan mengadakan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang dagang, pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk (Cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dalam realisasi pelaksanaannya sistem penjualan kredit yang ditetapkan oleh perusahaan tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang berasal dari kalangan intern perusahaan itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena kebijaksanan penjualan kredit berpengaruh atas jumlah piutang, semakin longgar persyaratan kredit semakin besar pula tingkat penjualan yang akan terjadi. Semakin besar tingkat penjualan maka semakin besar pula piutang dagang. Demikian pula dengan resiko tak tertagihnya piutang, apabila hal ini terjadi maka kontinuitas kegiatan usaha perusahaan dapat terganggu. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya keterlambatan pembayaran piutang sangatlah perlu untuk mengadakan pengendalian intern terhadap piutang, sehingga proses kegiatan usaha dari perusahaan tidak terganggu dan dapat berjalan dengan lancar. Pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit dengan menggunakan penerapan pengendalian intern yang tepat. Hal tersebut diperlukan agar pengendalian intern yang selama ini telah dijalankan oleh perusahaan dapat ditingkatkan sehingga menekan penyimpanganpenyimpangan yang masih sering terjadi, dimana pihak manajemen dituntut untuk dapat membuat perencanaan yang lebih baik lagi serta dapat mengendalikannya secara lebih efektif.
109
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan sistem pengendalian intern dalam menentukan kebijakan pemberian kredit pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBK? 2. Apakah penerapan sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKsudah efektif ? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Berdasarkan sifatnya, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian studi lapangan karena penelitian ini hanya mengumpulkan data, mencari fakta, kemudian menjelaskan dan menganalisis data yaitu dengan cara pengumpulan dan penyusunan data, selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan landasan teori yang ada. Maka berdasarkan uraian diatas, ruang lingkup penelitian ini hanya membahas tentang : 1. Penerapan sistem pengendalian intern dalam menentukan kebijakan pemberian kredit apakah sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang. 2. Penerapan sistem pengendalian intern piutang usaha apakah sudah dijalankan secara efektif atau tidak pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dari permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan sistem pengendalian intern dalam kebijakan pemberian kredit pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang. 2. Untuk mengetahui apakah penerapan sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKsudah efektif. Penelitian ini diharapkan juga berguna untuk : 1. Bagi penulis, untuk memperoleh tambahan ilmu pengetahuan sehingga penulis mendapat gambaran nyata dari teori yang didapat dibandingkan dengan kenyataan praktek yang ada. 2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan masukan dalam usaha perbaikan kinerja pelaksanaan terhadap pengenaan sistem pengendalian intern piutang usaha yang selama ini telah dilaksanakan. 3. Bagi rekan-rekan mahasiswa STIE Pertiwi, dapat dijadikan bahan kajian untuk lebih memahami bagaimana penerapan sistem pengendalian intern piutang usaha yang baik. 2.LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengendalian Intern 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pengertian sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (1001 : 183) : “Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.”
110
Sedangkan pengertian sistem pengendalian intern menurut IAI (1001 : 319.2) menyebutkan bahwa: “Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” Dari kedua pengertian sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian, pengertian sistem pengendalian intern tersebut di atas berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun dengan komputer. Menurut Sanyoto (1007 : 256), ada beberapa asumsi dasar yang perlu dipahami mengenai sistem pengendalian intern bagi suatu entitas organisasi atau perusahaan : a. Sistem pengendalian intern merupakan management responsibility. Bahwa sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas organisasi / perusahaan adalah manajemen (lebih tegasnya lagi ialah top management / direksi), karena dengan sistem pengendalian intern yang baik itulah top management dapat mengharapkan kebijakannya dipatuhi, aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan pencatatan berjalan baik. b. Top management bertanggung jawab menyusun sistem pengendalian intern, tentu saja dilaksanakan oleh para staffnya. Dalam penyusunan team yang akan ditugaskan untuk merancang sistem pengendalian intern, harus dipilih anggotanya dari para ahli / kompeten, termasuk yang berkaitan dengan teknologi informasi (mengingat pada saat ini sistem lazimnya didesain dengan berbasis teknologi informasi). c. Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generic, mendasar, dan dapat diterapkan di tiap perusahaan pada umumnya (tidak boleh jika hanya berlaku untuk suatu perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal bersifat dasar yang berlaku umum). d. Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance, artinya tingkat rancangan yang kita desain adalah yang paling optimal. Sistem pengendalian intern yang paling baik ialah bukan yang paling maksimal, apalagi harus dipertimbangkan cash benefit-nya. e. Sistem pengendalian intern mempunyai keterbatasan-keterbatasan atau constraints, misalnya adalah sebaik-baiknya kontrol tetapi kalau para pegawai yang melaksanakannya tidak cakap, atau kolusi, maka tujuan pengendalian itu mungkin tidak tercapai. f. Sistem pengendalian intern harus selalu dan terus menerus dievaluasi, diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan teknologi. 2.1.2 Unsur Pokok Sistem Pengendalian Intern Menurut Mulyadi (1001 : 164) unsur pokok sistem pengendalian intern adalah :
111
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur misalnya, kegiatan pokoknya adalah memproduksi dan menjual produk. Untuk melaksanakan kegiatan pokok tersebut dibentuk departemen produksi, departemen pemasaran, dan departemen keuangan dan umum. Departemen-departemen ini kemudian terbagi-bagi lebih lanjut menjadi unit-unit organisasi yang lebih kecil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip berikut ini: a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dan formulir merupakan media yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu, penggunaan formulir harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi. Di pihak lain formulir merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan transaksi dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan ketelitian dan keandalan (realibility) yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat :
112
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya hraus dipertangungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir merupakan alat untuk memberi otorisasi terlaksananya transaksi, maka pengendalian pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut tercetak, akan dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya transaksi. b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit), pemeriksaan ini dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur. Jika dalam suatu organisasi dilaksanakan pemeriksaan mendadak terhadap kegiatan-kegiatan pokoknya, hal ini akan mendorong karyawan melaksanakan tugasnya sesuai aturan yang telah ditetapkan. c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. Karena setiap transaksi dilaksanakan dengan campur tangan pihak lain, sehingga terjadi internal check terhadap pelaksanaan tugas setiap unit organisasi yang terkait, maka setiap unit organisasi akan melaksanakan praktik yang sehat dalam pelaksanaan tugasnya. d. Perputaran jabatan (job rotation), diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persengkokolan di antara mereka dapat dihindari. e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya. Selama cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain, sehingga seandainya terjadi kecurangan dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat yang menggantikan untuk sementara tersebut. f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya. Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya, secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi antara kekayaan secara fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kekayaan tersebut. g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain. Unit organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf pemeriksa intern. Adanya satuan pengawas intern dalam perusahaan akan menjamin efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern, sehingga kekayaan perusahaan akan terjamin keamanannya dan data akuntansi akan terjamin ketelitian dan keandalannya. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Bagaimana pun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten
113
dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara berikut ini dapat ditempuh : a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. Program yang baik dalam seleksi calon karyawan akan menjamin diperolehnya karyawan yang memiliki kompetensi seperti yang dituntut oleh jabatan yang akan didudukinya. b. Pengembangan pendidikan karyawan yang selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya. c. Misalnya untuk menjamin transaksi penjualan dilaksanakan oleh karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, pada saat seleksi karyawan untuk mengisi jabatan masing-masing kepala fungsi pembelian, kepala fungsi penerimaan dan fungsi akuntansi, manajemen puncak membuat uraian jabatan (job description) dan telah menetapkan persyaratan jabatan (job requirements). Dengan demikian pada seleksi karyawan untuk jabatan-jabatan tersebut telah digunakan persyaratan jabatan tersebut sebagai kriteria seleksi. 2.1.3 Tujuan Sistem Pengendalian Intern Adapun tujuan dari sistem pengendalian intern adalah : a. Untuk menjamin kebenaran data akuntansi Manajemen harus memiliki data akuntansi yang diuji ketepatannya untuk melaksanakan operasi perusahaan. Berbagai macam data digunakan untuk mengambil keputusan yang penting. Contoh, harga jual barang jadi sebagian ditentukan berdasarkan biaya produksi; jumlah barang jadi yang akan diproduksi dipengaruhi oleh persediaan barang yang berada di gudang perusahaan dan pesanan yang belum dikirim karena menunggu pengangkutan. Sistem pengendalian akuntansi bertujuan untuk mengamankan/menguji kecermatan dan sampai berapa jauh data akuntansi dapat dipercaya dengan cara mencegah dan menentukan kesalahan-kesalahan pada saat yang tepat. b. Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya Harta fisik perusahaan dapat saja dicuri, disalahgunakan ataupun rusak secara tidak sengaja. Hal ini juga berlaku untuk harta perusahan yang tidak nyata seperti perkiraan piutang, dokumen penting, surat berharga dan catatan keuangan. Sistem pengendalian intern dibentuk guna mencegah ataupun menemukan harta yang hilang dan catatan pembukuan pada saat yang tepat. c. Untuk menjalankan efisiensi usaha Pengendalian dalam suatu perusahaan juga dimaksudkan untuk menghindari pekerjaan-pekerjaan berganda yang tidak perlu, mencegah pemborosan terhadap semua aspek usaha termasuk
114
pencegahan terhadap penggunaan sumber-sumber dana yang tidak efisien. d. Untuk mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telah digariskan Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sistem pengendalian intern memberikan jaminan akan ditaatinya prosedur dan peraturan tersebut oleh perusahaan. 2.1.4 Komponen-komponen Sistem Pengendalian Intern Komponen-komponen yang terdapat di dalam sistem pengendalian intern menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) sebagaimana dikutip oleh Sanyoto (1007 : 267) adalah sebagai berikut: 1. Control Environment (Lingkungan Pengendalian) 2. Risk Assessment (Penentuan Resiko) 3. Control Activities (Aktivitas Pengendalian) 4. Information and Communication (Informasi dan Komunikasi) 5. Monitoring (Pengawasan atau Pemantauan) Komponen-komponen sistem pengendalian intern tersebut di atas, merupakan proses yang diperlukan untuk mencapai tujuan sistem pengendalian intern. Kelima komponen sistem pengendalian intern tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian adalah tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap manajemen puncak, direktur, komisaris, dan pemilik suatu badan usaha terhadap pengendalian dan pentingnya terhadap perusahaan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah sebagai berikut : a. Integritas dan nilai-nilai etika (Integrity and ethical values) Integritas atau kejujuran dan nilai-nilai etika merupakan dasar pengendalian yang dilaksanakan oleh manajemen dalam mengurangi dan meredam tindakan penyelewengan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan. b. Komitmen terhadap kompetensi (Commitment to competence) Komitmen terhadap kompetensi adalah pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tiap individu dan merupakan pertimbangan manajemen tentang tingkat kompeten untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat tersebut diubah menjadi keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan. c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit (Board of directors or audit committee participation) Suatu kesatuan pengendalian dipengaruhi oleh dewan direksi atau komite audit. Komite audit yang independen dibebani tanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan keuangan yang mencakup pengendalian intern, dan ketaatan terhadap undangundang dan peraturan yang ditetapkan. d. Falsafah manajemen dan gaya operasi (Management’s philosophy and operation style)
115
Manajemen melalui aktivitasnya memberikan pengarahan yang jelas kepada karyawannya mengenai pentingnya pengendalian. Falsafah manajemen dan gaya operasi menjangkau tentang karakteristik yang luas. Karakteristik tersebut meliputi : pendekatan pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan dan memantau risiko usaha, sikap, dan tindakan pimpinan perusahaan untuk mencapai anggaran laba dan sasaran operasi lainnya serta pelaporan keuangan. e. Struktur organisasi (Organization structure) Struktur organisasi mencerminkan garis tanggung jawab dan wewenang dalam perusahaan. Pemahaman akan struktur organisasi memungkinkan auditor memahami manajemen dan unsur-unsur fungsi dalam perusahaan. f. Penetapan wewenang dan tanggung jawab (Assignment of authority and responbilty) Penetapan wewenang dan tanggung jawab adalah penetapan metodemetode seperti memorandum manajemen puncak tentang pentingnya pengendalian dan hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian, rencana organisasi, operasi formal, uraian tugas karyawan dan kebijakan yang berhubungan dengannya, dokumen kebijakan dan mencakup perilaku karyawan seperti pertentangan keputusan dan petunjuk resmi mengenai perilaku. g. Kebijakan sumber daya manusia dan praktiknya (Human resource policies and practices) Pegawai yang kompeten dan dapat dipercaya penting artinya bagi pengendalian intern. Dengan adanya pegawai yang dapat dipercaya, pengendalian lainnya dapat dikurangi. Kebijakan sumber daya manusia berkaitan dengan pengangkatan, pengevaluasian, pelatihan, promosi, dan kompensasi pegawai merupakan bagian penting dalam pengendalian intern. 2. Penentuan Risiko Bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengelola risiko yang berhubungan dengan persiapan laporan keuangan yang disajikan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Risiko-risiko dapat timbul dalam keadaan-keadaan sebagai berikut: a. Perubahan dalam lingkungan operasi perusahaan (changes in operating environment) Perubahan peraturan atau lingkungan operasi dapat mengakibatkan perubahan dalam tekanan persaingan dan risiko yang berbeda secara signifikan. b. Karyawan baru (new personal) Karyawan baru mungkin memiliki pandangan atau pengertian yang lain atau pengendalian intern yang sedang diterapkan dalam perusahaan. c. Sistem informasi baru (new or revamped information systems)
116
Perubahan dari sistem informasi dapat merubah risiko yang berhubungan dengan pengendalian intern. d. Pertumbuhan yang pesat (rapid growth) Pertumbuhan pesat operasi perusahaan dapat meningkatkan risiko sebagai akibat dari pengendalian sudah tidak berfungsi secara tidak memadai. e. Teknologi baru (new technology) Teknologi yang diterapkan pada proses produksi atau sistem informasi dapat merubah risiko yang sebelumnya telah diperkirakan oleh pengendalian intern. f. Lingkungan, produk, atau kegiatan baru (new lines, product or activities) Bidang usaha atau transaksi yang dikenal secara samar oleh perusahaan akan menimbulkan risiko baru yang sebelumnya telah diperkirakan oleh pengendalian intern. g. Restrukturisasi perusahaan (corporate restructurings) Penyusunan kembali dalam tubuh perusahaan dapat disertai dengan pengurangan staf dan perubahan dalam pemisahan tugas yang biasa merubah risiko yang berkaitan dengan pengendalian intern. h. Operasi perusahaan secara internasional (foreign operation) Perluasan daerah usaha menimbulkan risiko yang dapat menimbulkan dampak terhadap pengendalian intern. i. Keputusan akuntansi (accounting pronouncement) Penerapan atau perubahan prinsip-prinsip akuntansi yang dapat menimbulkan risiko dalam mempersiapkan laporan keuangan. 3. Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian terdiri atas kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk meredam risiko dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pada umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin berhubungan dengan audit dapat dikategorikan sebagai kebijakan dan prosedur yang menyangkut : a. Tinjauan pelaksanaan kerja (performance reviews) Aktivitas pengendalian intern dilaksanakan dengan mengadakan tinjauan pelaksanaan kerja, yaitu dengan cara membandingkan antara pelaksanaan kerja sebenarnya dengan anggaran, peramalan dan periode tinjauan kerja sebelumnya, serta analisis yang telah dilaksanakan dan tindakan koreksi yang telah dilaksanakan. b. Pengolahan informasi (information processing) Berbagai tindakan pengendalian dilaksanakan dengan memeriksa tingkat keakuratan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Aktivitas pengendalian sistem informasi terdiri atas : 1. Pengendalian umum Pada umumnya merupakan pengendalian terhadap operasi pusat data akuisisi dan pemeliharaan system software, akses keamanan, serta pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi. 2. Pengendalian aplikasi
117
Dilakukan terhadap pengolahan aplikasi individu. Pengendalian ini menjamin bahwa transaksi yang dilaksanakan telah sah, telah diotorisasi dengan benar, dan telah diolah secara akurat dan lengkap. c. Pengendalian fisik (physical control) Aktivitas pengendalian ini dilaksanakan terhadap fisik atas aktiva, untuk menjaga aktiva dari perbedaan perhitungan antara catatan dengan hasil perhitungan fisik, menghindari pencurian aktiva. Aktivitas ini mendukung persiapan pelaporan keuangan, dan pelaksanaan audit. d. Pemisahan tugas (segregation of duties) Tujuan utama pemisahan tugas adalah untuk menghindari timbulnya kesalahan yang disengaja atau tidak dalam pengotorisasian transaksi, pencatatan transaksi, dan pemeliharaan asset. 4. Informasi dan komunikasi Tujuan dari sistem akuntansi perusahaan adalah untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi, dan menjaga kebenaran aset yang bersangkutan. Sistem informasi akuntansi setiap perusahaan terdiri dari banyak sub komponen, umumnya berupa transaksi seperti penjualan dan pembelian. Untuk kelompok transaksi tersebut, sistem akuntansi harus memenuhi tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi, yaitu : existence, completeness, accuracy, classification, timing, posting, and summarization. 5. Pengawasan atau Pemantauan Pengawasan atau pemantauan merupakan tindak lanjut yang digunakan sebagai tambahan terhadap keempat unsur lainnya yang dibuat untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu telah tercapai. Pengawasan atau pemantauan berkenaan dengan penilaian keefektifan yang terus menerus pada desain dan operasi pengendalian intern sehingga dapat disesuaikan dengan perubahan lingkungan. 2.1.5 Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern Bagaimanapun baiknya sistem pengendalian intern dalam suatu perusahaan, tidaklah menjamin sepenuhnya apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat dicapai. Hal ini disebabkan karena sistem pengendalian intern memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat melemahkan sistem pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu bukan suatu hal yang tidak mungkin apabila dalam perusahaan yang memiliki sistem pengendalian intern yang memadai masih juga terjadi kesalahan atau penyelewengan. Keterbatasan sistem pengendalian intern seperti yang dikemukakan oleh Sunarto (1003 : 139) adalah sebagai berikut : 1. Kesalahan dalam pertimbangan 2. Gangguan 3. Kolusi 4. Pengabaian oleh manajemen 5. Biaya lawan manfaat
118
Penjelasan dari setiap keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap struktur sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut : 1. Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali manager dan personel lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain. 2. Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. 3. Kolusi Tindakan beberapa individu untuk tujuan kejahatan. 4. Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. 5. Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan struktur pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat menyebabkan tujuan perusahaan tidak tercapai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan sistem pengendalian intern ditujukan untuk meminimalkan kemungkinan penyelewengan dan kesalahan dalam mencapai tujuan perusahaan, sehingga dapat dideteksi dan diatasi dengan cepat. 2.2 Piutang Usaha 2.2.1 Pengertian Piutang Usaha Secara umum piutang timbul karena terjadinya transaksi penjualan atau penyerahan jasa yang pembayarannya dilakukan di waktu yang akan datang yang biasa disebut penjualan kredit. Transaksi penjualan kredit biasanya disertai dengan syarat-syarat kredit yang telah ditetapkan dan disetujui baik oleh pembeli maupun penjual. Piutang menduduki posisi yang penting dalam neraca karena selain likuiditasnya tinggi, piutang juga merupakan proporsi yang cukup besar dari aktiva lancar. Pengertian piutang itu sendiri menurut Mulyadi (1001 : 25) sebagai berikut : “Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan.” Menurut Al Haryono Jusup (1005 : 52) piutang merupakan :
119
“Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit.” Sedangkan menurut Soemarso S.R (1004 : 338) piutang adalah : “Piutang adalah kelonggaran-kelonggaran yang diberikan perusahaan untuk pelanggan, yang biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.” Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit. 2.2.2 Akuntansi Piutang Usaha Transaksi yang mempengaruhi piutang usaha merupakan bagian dari siklus pendapatan. Siklus pendapatan tersebut adalah transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada pelanggan, transaksi retur penjualan, transaksi penerimaan kas dari pelanggan, dan transaksi penghapusan piutang. Transaksi-transaksi tersebut dicatat ke dalam jurnal sebagai berikut : a. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada pelanggan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah : Piutang usaha xxx Penjualan / pendapatan jasa xxx b. Transaksi retur penjualan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah : Retur penjualan dan pengurangan harga xxx Piutang usaha xxx c. Transaksi penerimaan kas dari pelanggan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah : Kas xxx Piutang usaha xxx d. Transaksi cadangan penghapusan piutang. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah : Biaya penyisihan piutang xxx Cadangan kerugian piutang xxx e. Transaksi penghapusan piutang. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah : Cadangan kerugian piutang xxx Piutang usaha xxx 2.2.3 Dokumen dan Catatan yang Berhubungan dengan Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha Pengendalian intern piutang usaha dimulai dengan adanya transaksi penjualan kredit yang akan dilanjutkan dengan pencatatan kelancaran pelaksanaan dari awal sampai akhir pengendalian intern piutang usaha, maka dokumentasi dan pencatatan akuntansi sangatlah penting dan diakhiri dengan kegiatan penagihan. Untuk berbagai dokumen dan catatan dalam
120
mendukung arus pencatatan yang digunakan dalam siklus akuntansi (piutang) yang dikemukakan oleh Mulyadi (1001 : 258) adalah sebagai berikut: Dalam pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam piutang : 1. Faktur penjualan, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang yang dilampiri dengan surat muat dan surat order pengiriman. 2. Bukti kas masuk, sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur. 3. Memo kredit, sebagai dasar pencatatan retur penjualan. 4. Bukti memorial (Journal Voucher), dokumen sumber untuk dasar pencatatan transaksi ke jurnal umum. Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang : 1. Jurnal penjualan, catatan ini digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit. 2. Jurnal retur penjualan, untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan. 3. Jurnal umum, untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang yang tidak dapat ditagih. 4. Jurnal penerimaan kas, untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur. 5. Kartu piutang untuk mencatat mutasi dan saldo piutang kepada setiap debitur. 2.2.4 Prosedur Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha Pengendalian intern piutang usaha yang memadai diperlukan oleh perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan penjualan kredit, karena seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sistem penjualan kredit mengandung risiko bagi penerimaan kas perusahaan yakni tidak tertagihnya piutang. Diharapkan dengan adanya sistem pengendalian piutang dapat mengantisipasi kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi dalam menjaga harta perusahaan. Menurut James D. Willson & John B. Campbell yang diterjemahkan oleh Tjintjin F. Tjendera (1002 : 418), ditinjau dari cara pendekatan manajemen preventif maka ada tiga bidang pengendalian yang umum pada titik mana dapat diambil tindakan untuk mewujudkan pengendalian piutang. Ketiga bidang tersebut adalah : (1) Pemberian kredit dagang Kebijakan kredit dan syarat penjualan harus tidak menghalangi penjualan kepada para pelanggan yang sehat keadaan keuangannya, dan juga tidak boleh menimbulkan kerugian yang besar karena adanya piutang sangsi yang berlebihan. (2) Penagihan (collections)
121
Apabila telah diberikan kredit, harus dilakukan setiap usaha untuk memperoleh pembayaran yang sesuai dengan syarat penjualan dalam waktu yang wajar. (3) Penetapan dan penyelenggaraan pengendalian intern yang layak Meskipun prosedur pemberian kredit dan penagihan telah diadministrasikan dengan baik atau dilakukan secara wajar, ini tidak menjamin adanya pengendalian piutang. Yaitu tidak menjamin ataupun dapat memastikan, bahwa semua penyerahan memang dibuat faktur kepada para pelanggan dan bahwa penerimaan benar-benar masuk ke dalam rekening bank perusahaan. Harus diberlakukan suatu pengendalian intern yang memadai. 2.2.5 Prosedur Pencatatan Piutang Tindakan selanjutnya yang menjadi perhatian pengendalian intern piutang usaha akibat perjanjian kredit adalah pengawasan pencatatan piutang usaha, yang bertujuan mencatat piutang perusahaan pada setiap debitur yang berada di bawah departemen akuntansi. Tugas dan fungsi akuntansi dalam hubungannya dengan pencatatan piutang menurut Mulyadi (1001 : 260) sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan catatan piutang kepada setiap debitur, yang berupa kartu piutang yang merupakan buku pembantu piutang, yang digunakan untuk merinci kontrol piutang dalam buku besar, atau berupa arsip faktur (Open Invoice File) yang berfungsi sebagai buku pembantu piutang. 2. Menghasilkan pernyataan piutang (Account Receivable Statement) secara periodik dan mengirimkannya ke setiap debitur. 3. Menyelenggarakan catatan riwayat kredit setiap debitur untuk memudahkan penyediaan data guna memutuskan pemberian kredit kepada pelanggan guna mengikuti data penagihan dari setiap debitur. Metode pencatatan piutang dalam suatu perusahaan dapat menggunakan salah satu metode yang umumnya ditawarkan yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Menurut Mulyadi (1001 : 261) pencatatan piutang dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut ini : 1. Metode Konvensional Dalam metode ini, posting ke dalam kartu piutang dilakukan atas dasar data yang dicatat dalam jurnal. 2. Metode Posting Langsung Metode posting langsung ke dalam kartu piutang dibagi menjadi dua golongan berikut ini : a. Metode posting harian : (1) Posting langsung ke dalam kartu piutang dengan tulisan tangan; jurnal hanya menunjukkan total harian saja. (2) Posting langsung ke dalam kartu piutang dan pernyataan piutang. b. Metode posting periodik : (1) Posting ditunda yang dimana posting dilakukan sekaligus setelah faktur terkumpul dalam jumlah yang banyak.
122
(2) Penagihan bersiklus (cycle billing), dalam metode ini selama sebulan media disortasi dan diarsipkan menurut nama pelanggan. 3. Metode Pencatatan Tanpa Buku Pembantu Dalam metode pencatatan piutang ini, tidak digunakan buku pembantu piutang, hanya menggunakan arsip faktur penjualan yang berfungsi sebagai catatan piutang. 4. Metode Pencatatan Piutang dengan Komputer Dalam metode ini, pencatatan piutang dilakukan dengan komputer yang dimana pencatatan piutang dilakukan secara harian. Penjualan secara kredit selain dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, juga dapat mendatangkan kerugian akibat piutang tak tertagih yang merupakan resiko bagi perusahaan apabila melakukan penjualan secara kredit. Menurut Al. Haryono Jusup (1005 : 56) pencatatan kerugian piutang dapat dilakukan dengan dua metode yaitu : 1. Metode Cadangan Metode cadangan digunakan apabila kerugian piutang yang biasa terjadi cukup besar jumlahnya. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah sebagai berikut : a. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan (matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya penjualan. b. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebet rekening kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang. c. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang dagang pada saat suatu piutang dihapus dari pembukuan. Sebagai contoh untuk memberikan gambaran penerapan metode cadangan, dimisalkan bahwa PT Kerinci pada tahun 1991 melakukan penjualan kredit sebesar Rp 1.100.000,00. Dari jumlah tersebut terdapat piutang sebesar Rp 100.000,00 yang belum dapat ditagih sampai dengan tanggal 31 Desember. Manajer kredit memperkirakan bahwa dari piutang yang belum tertagih tersebut, sebesar Rp 12.000,00 diantaranya tidak mungkin dapat diterima. Jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk mencatat taksiran kerugian piutang adalah : Des 31 Kerugian Piutang 12.000,00 Cadangan Kerugian Piutang 12.000,00 (Untuk mencatat taksiran kerugian piutang) Kerugian piutang dilaporkan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi (biasanya dikelompokkan sebagai biaya penjualan). Dengan cara demikian taksiran kerugian piutang ditandingkan dengan penjualan tahun 1991 karena biaya dicatat pada periode yang sama dengan periode penjualannya. Rekening cadangan kerugian piutang adalah suatu rekening
123
kontra (lawan) aktiva yang menggambarkan bagian dari tagihan kotor terhadap konsumen yang diperkirakan tidak akan dapat ditagih di masa yang akan datang. Rekening ini pada akhir tahun tidak ditutup, melainkan dicantumkan dalam neraca pada kelompok aktiva lancar sebagai pengurang terhadap rekening piutang dagang, sebagai berikut : Piutang Dagang Rp 100.000,00 Kurangi : Cadangan Kerugian Piutang (12.000,00) Rp 188.000,00 Jumlah Rp 188.000,00 menggambarkan taksiran nilai kas bersih yang bisa direalisasi dari piutang dagang yang dilaporkan pada tanggal neraca. 2. Metode Penghapusan Langsung Apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, maka jumlah kerugian piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan rekening cadangan kerugian piutang. Apabila suatu piutang diyakini tidak akan dapat ditagih lagi, maka kerugian akibat piutang langsung tersebut langsung didebetkan ke dalam rekening kerugian piutang dan rekening piutang dagang dikredit. Sebagai contoh, misalkan CV Serayu mempunyai piutang kepada CV Cimanuk sebesar Rp 100,00. Pada tanggal 12 Desember, manajer kredit CV Serayu memutuskan untuk menghapus piutang kepada CV Cimanuk karena sudah tidak mungkin ditagih. Apabila CV Serayu menggunakan metode penghapusan langsung, maka pada tanggal tersebut dibuat jurnal sebagai berikut : Des 12 Kerugian Piutang Rp 100,00 Piutang Dagang Rp. 100,00 (Penghapusan piutang pada CV Cimanuk) Dalam metode penghapusan langsung, rekening kerugian piutanghanya akan menunjukkan jumlah kerugian yang sesungguhnya diderita, dan piutang dagang akan dilaporkan dalam neraca sebesar jumlah brutonya. Selain itu, biaya (kerugian) seringkali dilaporkan pada periode yang berbeda dengan periode penjualannya. Dengan demikian ditinjau dari konsep penandingan (Matching Concept), metode ini tidak memberikan gambaran penandingan yang tepat dalam laporan rugi-laba. Di pihak lain neraca perusahaan juga tidak memberi gambaran tentang nilai piutang yang dapat direalisasi. Oleh karena itu, metode penghapusan langsung tidak diakui untuk pelaporan keuangan, kecuali bila kerugian piutang kecil sekali jumlahnya. 2.2.6 Prosedur Penagihan Piutang Prosedur penagihan berfungsi membuat surat perjanjian jatuh tempo dan mengirimkan kepada debitur. Pada bagian ini merupakan bagian langsung yang berhubungan dengan debitur, maka akan ada atau banyak kendala yang timbul karena belum tentu para debitur membayar tagihannya. Adapun prosedur penagihan secara terperinci yang dikemukakan oleh Mulyadi (1001 : 493) adalah sebagai berikut : 1. Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada bagian penagihan.
124
2. Bagian penagihan mengirimkan penagih, yang merupakan karyawan perusahaan, untuk melakukan penagihan kepada debitur. 3. Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan (remmite-tance advice) dari debitur. 4. Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kasa. 5. Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada Bagian piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang. 6. Bagian kassa mengirim kwitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur. 7. Bagian kasa menyetorkan cek ke bank, setelah cek atas cek tersebut dilakukan endorsement oleh pejabat yang berwenang. 8. Bank perusahaan melakukan kliring atas cek tersebut ke bank debitur. Dalam pengawasan penagihan, manajemen harus mempunyai strategi khusus, ketat tetapi tidak menimbulkan kecurigaan melainkan harus menciptakan suasana kepercayaan sehingga para pegawai bagian penagihan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan leluasa. Tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi penyelewengan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, karena kemungkinan kecurangan disini mempunyai peluang besar jika pengendalian dan pengawasan yang diterapkan bersifat longgar. Dalam hal ini jangan sampai terjadi kasus pelanggan yang sudah membayar tetapi belum dilaporkan ke bagian akuntansi. 2.2.7 Prosedur Pelaporan Piutang Dalam suatu departemen akuntansi, sistem pelaporan piutang yang biasa digunakan dalam mencatat suatu data akuntansi, menurut Azhar Susanto dan La Midjan (1003 : 181) adalah : 1. Pelaporan posisi saldo akhir 2. Laporan analisa umur piutang 3. Laporan konfirmasi piutang, yang dikirim berisikan konfirmasi atas piutang yang telah dikirim dan diuraikan jawaban dari konfirmasi tersebut. Selain pelaporan yang telah dijelaskan di atas, dapat disiapkan banyak laporan tentang piutang dan fungsi pemberian kredit serta bagian penagihan. Dalam pelaporan piutang perlu dirinci mengenai penghapusan piutang dan penjelasan tentang penghapusannya. Rincian ini berguna untuk bagian penagihan agar tidak melakukan penagihan kepada debitur yang dimaksud karena piutang tersebut telah dihapuskan. 2.3 Kuesioner Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha Menurut Sukrisno Agoes (1004 : 174), untuk mengetahui sistem pengendalian intern piutang usaha di suatu perusahaan sudah efektif atau tidak, maka dapat menggunakan Internal Control Questionnaires (ICQ) sehingga dapat menarik kesimpulan dari jawaban yang didapat, apakah sistem pengendalian intern di dalam perusahaan tersebut sudah berjalan efektif atau tidak. Beberapa ciri sistem pengendalian piutang yang baik atas piutang usaha, yaitu :
125
a.
Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan. b. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered), misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjualan), delivery order (surat pengiriman barang), credit memo (memo kredit), official receipt (kwitansi). c. Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang berwenang. d. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate (diperbaharui). e. Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang), dan setiap akhir bulan dikirim surat tagihan kepada masingmasing pelanggan. 2.4 Flowchart 2.4.1 Pengertian Flowchart Flowchart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang menggambarkan langkah-langkah penyelesaian suatu masalah. Dalam penulisan flowchart dikenal dua model, yaitu : 1. Sistem Flowchart Merupakan bagan yang memperlihatkan urutan prosedur dan proses dari beberapa file di dalam media tertentu. 2. Program Flowchart Merupakan bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan proses dalam suatu program.
3.METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Gambar 1 Kerangka Pemikiran PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.
Sistem Pengendalian Intern
Piutang Usaha
Kerangka pemikiran di atas menggambarkan bahwa sistem pengendalian intern yang terdapat di dalam PT. FAJAR SURYA WISESA TBK apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak karena hal itu berpengaruh
126
terhadap pengelolaan piutang usaha, sehingga diharapkan dengan adanya sistem pengendalian intern piutang usaha akan meningkatkan kinerja aktivitas perusahaan. Dan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKsudah berjalan dengan baik atau tidak, maka diperlukan penelitian pada penerapan pengendalian intern itu sendiri dengan menggunakan flowchart dan kuesioner. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penyusunan penelitian ini, penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penulis mengumpulkan data dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini sebagai landasan teori. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penulis mencari data dengan melakukan peninjauan langsung berhubungan dengan topik pembahasan yang dilakukan dengan cara: a. Tanya Jawab Secara Informal Penulis melakukan tanya jawab secara informal dengan manager keuangan dan staff keuangan mengenai laju perputaran piutang yang ada di perusahaan. b. Pengamatan (Observation) Pengamatan yang dilakukan penulis untuk menambah data-data yang telah diperoleh melalui tanya jawab secara informal. c. Kuesioner Pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. 3.3 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif. Penelitian berbentuk deskriptif adalah penelitian dengan pendekatan spesifik untuk mengungkapkan fakta dalam hubungan sebab akibat, bersifat eksploratif untuk mencari keterangan apa sebab terjadinya masalah, bagaimana memecahkannya. Akan tetapi sifatnya hanya mendalam pada satu unit peristiwa. 3.4 Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang mempunyai pengertian sebagai berikut : 1. Data primer, berupa data yang diperoleh langsung dari perusahaan melalui wawancara dengan orang-orang yang berkaitan langsung dengan objek yang diteliti, dan kegiatan observasi yang kemudian akan diolah oleh penulis. 2. Data sekunder, berupa data yang dikumpulkan melalui catatan dan dokumen resmi perusahaan dan data yang telah diolah seperti sejarah singkat perusahaan, kuesioner pengendalian intern piutang usaha, struktur organisasi dan dokumen lainnya. 3.5 Populasi dan Sampel Sistem yang dianalisis ini diambil dari tahun berjalan 1011. Populasi penelitian adalah karyawan bagian operasional yang berhubungan langsung
127
dengan prosedur berjalan penjualan kredit dan penagihan piutang yaitu bagian penjualan, bagian logistik, bagian keuangan serta bagian akuntansi yang berjumlah 10 orang. Pertanyaan- pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner diambil dari Internal Control Questionnaires (Sukrisno Agoes, 1004 : 185). 3.6 Metode Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif, yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk menguraikan atau menggambarkan hasil penelitian untuk kemudian diadakan interpretasi berdasarkan landasan teori yang telah disusun. Hal ini digunakan untuk mengetahui penerapan sistem pengendalian intern dalam perusahaan, sehingga dapat diketahui apakah masih perlu perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan sistem pengendalian intern piutang usaha. Sedangkan untuk pengolahan datanya penulis menggunakan kuesioner (angket) yang merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Metode ini dilakukan dengan membuat pertanyaan yang dengan menambah kata Tanya “apakah” pada tiap elemen sistem pengendalian intern piutang usaha. Sehingga kemungkinan jawaban yang diperoleh “Ya” dan “Tidak”. Jawaban “Ya” berarti sistem pengendalian intern adalah baik, sedangkan jawaban “Tidak” berarti sebaliknya. Tabel 1 Tabulasi Angka Kuesioner Nilai 1 Pertanyaan Jumlah Persentase Jawaban 5 0 – 50 Tidak 51 – 100 Ya Berdasarkan pertanyaan yang mendapat jawaban “Ya” maka akan dicari skornya dengan perhitungan sebagai berikut : ∑Butir yang menjawab “Ya” Nilai Relatif =x 100 % ∑Butir Pertanyaan Selanjutnya nilai relatif hasil dari perhitungan yang diperoleh melalui skor, dideskripsikan dengan berdasarkan kriteria penilaian sebagai berikut : Tabel 2 Tabel Skor Kuesioner No. 1 2 3 4 5
Skor 0 – 39,9 40 – 59,9 60 – 79,9 80 – 89,9 90 -100
Keterangan Tidak Baik Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Sumber : Ika Haripratiwi Analisis Sistem Pengendalian Intern Penggajian Karyawan, Skripsi, Surakarta, STAIN, 1006. Hal 37 3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
128
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan riset yang dilaksanakan pada: (1) Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Metaplas Citra Cemerlang yang terletak di Lippo Cikarang. (2) Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan antara 01 Juli 1011 sampai dengan 30 Oktober 1011. 4.PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data 4.1.1 Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang 4.1.1.1 Fungsi yang Terkait dalam Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang 1. Fungsi Penjualan Fungsi ini adalah bagian yang berhubungan langsung dengan pelanggan, mulai dari menerima PO dari pelanggan, membuat penawaran harga dan mendistribusikan setiap PO dari pelanggan kepada fungsi logistik dan keuangan. 2. Fungsi Logistik Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat jadwal pengiriman barang apabila sudah menerima barang jadi dari produksi. Selain itu fungsi ini juga bertugas untuk memberikan informasi kepada fungsi penjualan bahwa pesanan barang para pelanggan telah selesai. Dan apabila ada pengiriman barang, maka fungsi ini juga bertugas untuk membuat surat jalan serta mengirimkan barang tersebut kepada pelanggan. 3. Fungsi Keuangan Fungsi ini bertanggung jawab dalam hal pembuatan dokumen penagihan serta mengawasi setiap transaksi piutang usaha yang ada di dalam perusahaan. Fungsi ini pun juga bertugas untuk memeriksa piutang pelanggan untuk setiap harinya, apabila sudah jatuh tempo maka fungsi ini wajib untuk membuat surat tagihan kepada pelanggan tersebut. 4. Fungsi Akuntansi Fungsi ini bertugas untuk memeriksa setiap faktur penjualan yang telah dibuat oleh fungsi keuangan. Fungsi ini pun juga bertugas untuk membuat jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. 4.1.1.2 Prosedur Berjalan Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang 1. Bagian Penjualan
129
Setelah menerima PO dari pelanggan, maka bagian pemasaran akan mendistribusikan PO kepada bagian produksi, logistik, dan keuangan agar setiap PO itu dapat diproses pembuatan barangnya dan dijadwalkan untuk pengirimannya. 2. Bagian Logistik Setelah menerima PO dari bagian penjualan, maka bagian ini akan memeriksa kondisi barang terlebih dahulu dan mencocokkan dengan PO. Apabila sudah selesai memeriksa barang, maka bagian ini akan membuat jadwal pengiriman. Dan apabila barang ingin dikirim, maka bagian ini akan menyiapkan surat jalan rangkap tiga dan memberikan informasi kepada bagian keuangan untuk dibuatkan faktur penjualan. Yang dimana surat jalan rangkap pertama untuk pelanggan, rangkap kedua untuk bagian keuangan, dan rangkap ketiga untuk diarsip. 3. Bagian Keuangan Setelah menerima informasi dari bagian logistik bahwa akan ada pengiriman barang, maka bagian ini akan membuat faktur penjualan rangkap tiga berdasarkan PO dan surat jalan. Yang dimana faktur penjualan rangkap pertama untuk pelanggan, rangkap kedua untuk bagian akuntansi, dan rangkap ketiga untuk diarsip sementara sampai menerima pembayaran dari pelanggan. Bagian ini juga bertugas untuk membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pelanggan, apabila pelanggan tersebut sudah jatuh tempo. Setelah menerima pembayaran, maka bagian ini akan membuat bukti kas masuk yang akan diserahkan kepada bagian akuntansi. 4. Bagian Akuntansi Setelah menerima faktur penjualan dan bukti kas masuk dari bagian keuangan, maka bagian ini akan membuat jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas, dan setelah selesai maka data itu akan diarsip. 4.1.1.3 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang digunakan pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang 1. Dokumen yang digunakan dalam penjualan kredit dan penagihan piutang pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKadalah : a. PO (Purchase Order) b. Surat Jalan rangkap tiga c. Faktur Penjualan rangkap tiga d. Surat Tagihan e. Bukti Kas Masuk f. Memo Kredit untuk retur penjualan 2. Catatan akuntansi yang digunakan dalam pencatatan penjualan kredit dan penagihan piutang pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKadalah :
130
a. Jurnal Penjualan, digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit. b. Jurnal Retur Penjualan, digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan. c. Jurnal Umum, digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang yang tidak lagi dapat ditagih. d. Jurnal Penerimaan Kas, digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas yang didapat dari pelanggan. 4.1.2 Penilaian terhadap fungsi-fungsi yang terkait dalam Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang 1. Fungsi Penjualan Fungsi ini adalah fungsi yang berhubungan langsung dengan pelanggan yang mempunyai tugas membuat surat penawaran harga dan mengirimkannya kepada pelanggan, kemudian menerima PO dari pelanggan. Fungsi ini juga bertugas untuk mendistribusikan setiap PO kepada fungsi produksi, logistik, dan keuangan. Fungsi ini mempunyai peran penting dan merupakan langkah pertama dalam terjadinya proses order penjualan, karena apabila fungsi ini tidak dapat menarik pelanggan untuk order ke perusahaan, maka proses order penjualan pun tidak akan terlaksana dan semua fungsi-fungsi yang ada tidak akan dapat berjalan. Fungsi penjualan ini dapat dikatakan baik, karena terpisah dari fungsi keuangan. 2. Fungsi Logistik Fungsi ini bertugas untuk bertugas untuk memeriksa barang jadi yang telah selesai diproduksi, dan membuat jadwal pengiriman barang. Fungsi ini juga bertugas untuk mengirimkan barang dengan membuat surat jalan serta membawa faktur penjualan kepada pelanggan. Fungsi ini dapat dikatakan sudah baik dalam menjalankan tugasnya. 3. Fungsi Keuangan Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat faktur penjualan yang sebelumnya sudah dicocokkan dengan surat jalan dan PO yang ada. Fungsi ini memiliki peran yang sangat penting dalam sistem pengendalian intern piutang usaha, karena fungsi ini yang memiliki tugas untuk membuat surat tagihan kepada pelanggan yang sudah jatuh tempo, apabila fungsi ini lalai dalam menjalankan tugasnya maka piutang yang ada dalam perusahaan banyak yang tak tertagih. Fungsi ini dapat dikatakan sudah baik karena terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi akuntansi. 4. Fungsi Akuntansi Fungsi ini bertugas untuk memeriksa faktur penjualan yang telah dibuat oleh fungsi keuangan, dan fungsi ini juga bertugas untuk membuat jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas berdasarkan data dari fungsi keuangan. Fungsi ini dapat dikatakan baik karena terpisah dari fungsi keuangan, sehingga penerimaan kas dan pencatatan piutang dilakukan oleh dua fungsi yang berbeda.
131
4.1.3 Penilaian terhadap jaringan prosedur Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang Jaringan prosedur yang berhubungan dengan sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKadalah prosedur pelaksanaan pengendalian intern piutang usaha, prosedur pencatatan piutang, prosedur penagihan piutang, dan prosedur pelaporan piutang. Hasil analisis dari jaringan prosedur tersebut adalah sebagai berikut : 1. Prosedur Pelaksanaan Pengendalian Intern Piutang Usaha Prosedur ini diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya penyimpangan yang akan menyebabkan terganggunya harta perusahaan, dan terdapat tiga bidang pengendalian piutang tersebut, yaitu : a. Pemberian Kredit Dagang Kebijakan kredit dan syarat penjualan kepada pelanggan ini harus diputuskan dengan baik oleh manajemen, sehingga manajemen harus dengan bijak memilih pelanggan yang sehat keadaan keuangannya. Dalam hal ini PT. FAJAR SURYA WISESA TBKsudah memberikan kebijakan dengan cukup baik, karena manajemen selalu menetapkan pembayaran tunai kepada pelanggan baru, sehingga pembayaran secara tempo hanya berlaku untuk pelanggan tetap. b. Penagihan Dalam PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang, selain melalui telepon, penagihan untuk pelanggan yang sudah jatuh tempo juga menggunakan surat tagihan yang dikirimkan melalui email atau fax. Dan hal ini sudah dilakukan cukup baik oleh fungsi penagihan secara periodik. c. Penetapan dan penyelenggaraan pengendalian intern yang layak Selain pemberian kredit dan penagihan yang harus dilakukan dengan baik, harus dipastikan juga bahwa setiap penyerahan barang kepada para pelanggan wajib menyertakan faktur penjualan dan penerimaan pembayaran harus benar-benar masuk ke dalam rekening perusahaan. Dan hal ini juga sudah dilakukan dengan cukup baik di PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang, karena fungsi penagihan terpisah dari fungsi penerimaan kas. 2. Prosedur Pencatatan Piutang Prosedur ini bertujuan untuk mencatat piutang perusahaan pada setiap pelanggan, dan pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKhal ini dilakukan oleh fungsi akuntansi dengan cukup baik. Tugas dari fungsi akuntansi tersebut adalah sebagai berikut : a. Menyelenggarakan catatan piutang kepada setiap pelanggan, yang berupa kartu piutang yang merupakan buku pembantu piutang, yang digunakan untuk merinci kontrol piutang dalam buku besar, atau berupa arsip faktur (Open Invoice File) yang berfungsi sebagai buku pembantu piutang. b. Menghasilkan pernyataan piutang (Account Receivable Statement) secara periodik dan mengirimkannya ke setiap pelanggan.
132
c. Menyelenggarakan catatan riwayat kredit setiap pelanggan untuk memudahkan penyediaan data guna memutuskan pemberian kredit kepada pelanggan guna mengikuti data penagihan dari setiap pelanggan. 3. Prosedur Penagihan Piutang Prosedur ini berfungsi untuk melakukan penagihan kepada pelanggan dengan cara melalui telepon ataupun mengirim surat tagihan. Dan hal ini sudah dilakukan cukup baik oleh fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas. Dalam PT. FAJAR SURYA WISESA TBKprosedur penagihannya adalah sebagai berikut : a. Bagian penagihan secara periodik menelepon para pelanggan yang sudah jatuh tempo. b. Selain menelepon, bagian penagihan juga membuat surat tagihan yang dikirimkan melalui email atau fax. c. Setelah menerima pembayaran, bagian penagihan akan langsung menyerahkannya kepada bagian kasir baik dalam bentuk tunai, cek maupun bilyet giro. d. Bagian kasir akan menyetorkan setiap pembayaran ke rekening perusahaan. 4. Prosedur Pelaporan Piutang Prosedur ini bertujuan untuk melaporkan setiap posisi piutang perusahaan kepada pimpinan, sehingga apabila terdapat piutang yang bermasalah, dapat segera diselesaikan. Dalam hal ini fungsi akuntansi sudah menjalankan tugasnya dengan cukup baik dalam membuat laporan. 4.1.4 Penilaian terhadap Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang Penilaian untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang, dilakukan dengan membandingkan antara prosedur berjalan dengan teori yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner dengan mengajukan daftar pertanyaan mengenai elemen-elemen unsur sistem pengendalian intern piutang usaha kepada setiap bagian yang terkait dalam prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBK sebanyak 10 responden yang merupakan fungsi-fungsi terkait dalam prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang, dengan format pertanyaan seperti di dalam lampiran. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan disusun sedemikian rupa sehingga kemungkinan jawaban yang diperoleh hanya terdiri dari jawaban “Ya” dan “Tidak” dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 butir. Baik atau tidaknya sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKdapat dilihat dalam jawaban kuesioner. Jawaban “Ya” menunjukkan sistem pengendalian intern adalah baik, sedangkan jawaban “Tidak” berarti sebaliknya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan terdapat 17 buah jawaban “Ya” dan untuk jawaban “Tidak” terdapat 3 buah
133
jawaban. Pertanyaan yang mendapat jawaban “Ya” selanjutnya dicari skornya dengan perhitungan : ∑Butir yang menjawab “Ya” Nilai Relatif =
x 100 %
= =
∑Butir Pertanyaan 17 x 100% 10 85 %
Hasil perhitungan melalui skoring menunjukkan bahwa nilai relatif penerapan sistem pengendalian intern piutang usaha di PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang sebesar 85 %. Selanjutnya nilai relatif tersebut dapat digambarkan berdasarkan kriteria penilaian : No. 1 2 3 4 5
Skor 0 – 39,9 40 – 59,9 60 – 79,9 80 – 89,9 90 - 100
Keterangan Tidak Baik Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Berdasarkan jawaban yang diperoleh atas pertanyaan yang diajukan kepada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang, penerapan sistem pengendalian intern piutang usaha termasuk dalam kategori Baik. Flowchart Prosedur Berjalan Penjualan Kredit 4.3 Sistem Usulan Prosedur Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang Dalam sistem prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang, terdapat beberapa alur yang perlu ditambahkan agar sistem pengendalian intern piutang usaha dapat lebih ditingkatkan, yaitu : 1. Prosedur Penjualan Kredit a. Bagian Penjualan Dalam prosedur penjualan kredit, bagian penjualan bertugas untuk menerima order dari pelanggan, seharusnya sebelum PO didistribusikan ke bagian lain, PO terlebih dahulu harus didistribusikan ke bagian keuangan, untuk dapat diperiksa status kredit dari pelanggan tersebut, apabila status kredit sudah disetujui oleh bagian keuangan, maka PO baru didistribusikan ke bagian lain untuk dapat diproses barangnya. b. Bagian Logistik Bagian logistik seharusnya juga bertugas untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu terhadap bagian keuangan untuk status kredit setiap pelanggan sebelum membuat jadwal pengiriman barang, dan pada saat pengiriman barang, surat jalan harus dibuat sebanyak rangkap 5, untuk tambahan surat jalan bagi pelanggan dan satpam sehingga dapat memperkecil kemungkinan kehilangan surat jalan pada saat pengiriman barang. c. Bagian Keuangan
134
Bagian keuangan bertugas untuk memeriksa status kredit setiap pelanggan, dan harus memutuskan apakah pelanggan tersebut layak atau tidak diberikan otorisasi kredit. Selain itu, bagian ini juga harus membuat faktur penjualan sebanyak rangkap 5, untuk tambahan bagi pelanggan dan tambahan untuk arsip penyimpanan data penagihan. 2. Prosedur Penagihan Piutang a. Bagian Keuangan Dalam prosedur ini bagian keuangan seharusnya selalu memeriksa secara periodik status jatuh tempo setiap pelanggan yang harus disertai dengan surat tagihan, apabila mengalami kesulitan dalam hal melakukan tagihan, bagian ini harus meminta bantuan kepada atasan ataupun bagian penjualan yang berhubungan langsung dengan pelanggan, agar penagihan dapat berjalan dengan lancar. PO juga dibutuhkan untuk tambahan data kepada bagian akuntansi agar apabila ada masalah pada faktur penjualan tersebut, dapat langsung dilihat dari PO. b. Bagian Akuntansi Bagian ini menerima data dari bagian keuangan seperti PO, faktur penjualan dan bukti kas masuk untuk dibuatkan jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas yang harus diserahkan kepada atasan. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya terhadap Sistem Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang, dapat disimpulkan bahwa : 1. Prosedur yang berhubungan dengan sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKseperti prosedur penjualan kredit dan prosedur penagihan piutang sudah memiliki alur yang baik serta prosedur-prosedur ini sudah berjalan dengan baik. 2. Penerapan sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKdapat dikatakan baik, karena terlihat dari hasil analisis dimana diperoleh presentase yaitu 70% dari 10 pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner dengan 10 responden dari fungsi-fungsi terkait, yang menjawab “Ya” sebanyak 17. 3. Fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT. FAJAR SURYA WISESA TBKsudah menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan pemisahan tugas masing-masing dalam setiap fungsinya. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV setelah penulis melakukan analisis terhadap sistem pengendalian intern piutang usaha pada PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang, maka penulis mempunyai saran yang diharapkan mampu memberikan masukan yang berarti bagi PT Metaplas Citra Cemerlang Cikarang, yaitu :
135
1. Sebelum bagian penjualan mendistribusikan PO ke bagian lain, sebaiknya PO didistribusikan ke bagian keuangan terlebih dahulu agar dapat diperiksa status kredit dari setiap pelanggan yang melakukan order. 2. Seharusnya sebelum pengiriman barang dilakukan, bagian logistik harus konfirmasi terlebih dahulu kepada bagian keuangan tentang status kredit setiap pelanggan yang barangnya akan dikirim, dan surat jalan harus ditambahkan menjadi rangkap 5 agar mengurangi resiko kemungkinan terjadinya kehilangan surat jalan pada saat pengiriman. 3. Dalam pembuatan faktur penjualan, perlu juga untuk ditambahkan menjadi rangkap 5 untuk tambahan bagi pelanggan, dan tambahan untuk arsip. 4. Selain faktur penjualan, surat jalan dan bukti kas masuk, data yang diserahkan ke bagian akuntansi juga membutuhkan PO agar apabila ada masalah, dapat langsung dilihat dari PO. 5. Bagian keuangan harus selalu memeriksa jatuh tempo setiap pelanggan agar dapat segera dikirimkan surat tagihan kepada pelanggan tersebut.
136
DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, Gunawan, dan Marwan Asri, Anggaran Perusahaan, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta, 1003. Agoes Sukrisno, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1004. Carl S. Warren, James M. Reeve, dan Philip E. Fees, Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Salemba Empat, Jakarta, 1005. Gondodiyoto Sanyoto, Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT, Edisi Revisi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 1007. Haripratiwi Ika, Analisis Sistem Pengendalian Intern Penggajian Karyawan, Skripsi, STAIN, Surakarta, hal 37, 1006. Haryono Al, Jusup, Dasar-dasar Akuntansi, Edisi ke-6, STIE YKPN Yogyakarta, 1005. Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 1001. James D. Willson dan John B. Campbell, Controllership, Erlangga, Jakarta, 1002. La Midjan, dan Azhar Susanto, Sistem Informasi Akuntansi I: Pendekatan Manual Penyusunan Metode dan Prosedur, Edisi ke-8, Lingga Jaya, Bandung, 1003. Mulyadi, Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Salemba Empat, Jakarta, 1001. Mulyadi, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi ke-5, STIE YKPN, Yogyakarta, 1001. SR Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1, Edisi ke-5, Salemba Empat, Jakarta, 1004. Sunarto, Auditing, Edisi ke-1, Panduan, Yogyakarta, 1003.
137