ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PTBANK CIMBNIAGA Tbk. (Studi Kasus PTBank Lippo Tbk., PTBank Niaga Tbk.Dan PTBank CIMB Niaga Tbk.) (Skripsi)
Oleh:
Nama NPM Jurusan Pembimbing I Pembimbing II
: Rina (085669759234) (
[email protected]) : 0641031141 : S1 Akuntansi : Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C. P. A. : Basuki Wibowo, S.E.,Akt.
FALKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PT BANK CIMB NIAGA Tbk.
OLEH:
Rina Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PT BANK CIMB NIAGA Tbk. Oleh
RINA Laporan Keuangan Perbankan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah merger pada PT Bank CIMB Niaga Tbk. Ada empat hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu : (1)Apakah terdapat perbedaan capital setelah merger. Indikator yang digunakan untuk menilai komponen faktor permodalan adalah dengan menggunakan CAR. (2)Apakah terdapat perbedaan kualitas asset setelah merger.Indikator yang digunakan untuk menilai komponen faktor kualitas asset ini dengan menggunakan tingkat kecukupan pembentukan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif). (3)Apakah terdapat perbedaan faktor rentabilitas setelah merger.Indikator yang digunakan adalah dengan menggunakan ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), NIM (Net Interest Margin) dan BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). (4)Apakah terdapat perbedaan faktor likuiditas setelah merger. Indikator yang digunakan adalah dengan menggunakan LDR (Loan to Deposit Ratio) Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa (1)Komponen permodalan yang diwakili oleh rasio CAR menunjukkan terjadi penurunan rasio setelah terjadinya merger tetapi rasio permodalan ini masih tetap jauh berada di atas rata-rata rasio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (2)Komponen kualitas asset yang diwakili oleh rasio tingkat pembentukkan PPAP mengalami peningkatan setelah melakukan merger. (3)Komponen rentabilitas yang diwakili oleh rasio ROA mengalami peningkatan sesudah merger, rasio ROE mengalami peningkatan sesudah melakukan merger, rasio NIM mengalami peningkatan setelah melakukan merger, rasio BOPO mengalami penurunan dibandingkan setelah melakukan merger. (4)Komponen likuiditas yang diwakili oleh rasio LDR mengalami penurunan setelah melakukan merger akan tetapi penurunan tersebut masih berada pada tingkat yang aman. Dilihat dari keempat komponen diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan PT Bank CIMB Niaga Tbk setelah melakukan merger mengalami peningkatan karena penurunan yang terjadi tidak berdampak pada peringkat kinerja keuangan PT Bank CIMB Niaga. Merger
Pendahuluan
Perkembangan dalam dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang pesat.Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi.Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang ikut masuk dalam kompetisi.Globalisasi membuat perusahaan mengembangkan strategi untuk tetap dapat mengikuti persaingan. Strategi yang dikembangkan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.Secara internal dilakukan dengan memperluas perusahaan dari dalam, seperti peningkatan kapasitas produksi, menambah produk, efisiensi biaya atau mencari pasar baru.Sedangkan strategi eksternal adalah meningkatkan nilai perusahaan dengan menggabungkan dua atau lebih perusahaan.Merger dan akuisisi adalah cara yang biasa dipilih perusahaan sebagai strategi eksternal dalam mempertahankan hidupnya. Persaingan dalam dunia perbankanpun mengharuskan setiap bank melakukan langkahlangkah manajemen untuk memperkuat modal perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.Saat ini salah satu alternatif yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan modalnya adalah melalui penggabungan antar bank. Hal ini dikarenakan untuk menambah modal dari pemilik dibutuhkan dana yang sangat besar yang tentu saja tidak semua bank memilikinya. Dengan adanya penggabungan ini, kemampuan perbankan untuk bersaing akan lebih besar, karena dari segi modal dan dana pihak ketiga serta jaringan pelayanan juga lebih banyak dari sebelumnya. Pada Tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan pengaturan Bank Indonesia Nomor :8/16/PBI/2006 mengenai Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia. Peraturan ini dikeluarkan dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan dan pengaturan Bank-Bank
Nasional serta Bank Asing yang beroperasi di Indonesia.Kebijakan ini mewajibkan semua pihak hanya dapat menjadi pemegang saham pengendali (PSP) hanya pada satu bank saja. Pemegang saham pengendali adalah badan hukum dan atau perorangan dan atau kelompok usaha yang (a) memiliki saham Bank sebesar 25% (dua puluh lima per seratus) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan memiliki hak suara; (b) memiliki saham pada Bank kurang dari 25% (dua puluh lima per seratus) dari jumlah saham yang dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara, namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian Bank baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebijakan ini tidak berlaku pada Pemegang Saham Pengendali pada dua Bank yang masing-masing melakukan kegiatan dengan perinsip usaha yang berbeda, yakni secara konvensional dan berdasarkan perinsip syariah, Pemegang Saham Pengendali pada Bank yang salah satunya merupakan Bank campuran (Joint Venture Bank) dan yang terakhir pada Bank Holding Company. Beberapa contoh perusahaan yang memiliki kepemilikan lebih dari satu Bank di Indonesia antara lain: Perusahaan dari Malaysia Khazanah Aset Berhad yang memiliki kepemilikan pada PT Bank NiagaTbk dan PT Bank LippoTbk serta Termasuk Holdings Pte. Ltd, Lembaga investasi milik Pemerintah Singapura yang memiliki kepemilikan pada PT DanamonTbk serta PT Bank InternasionalTbk. Dengan adanya peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia ini, maka pihak-pihak yang telah menjadi PSP lebih dari satu Bank wajib melakukan penyesuaian struktur kepemilikan dengan memilih satu dari tiga opsi yang diberikan oleh Bank Indonesia. Opsi pertama adalah dengan mengalihkan sebagian atau seluruh kepemilikan sahamnya pada salah satu atau lebih Bank yang dikendalikannya pada pihak lain sehingga yang bersangkutan hanya menjadi Pemegang Saham Pengendali pada satu Bank. Opsi kedua adalah melakukan merger atau konsolidasi dengan Bank-Bank yang dikendalikannya. Opsi ketiga adalah membentuk
Perusahaan Induk di Bidang Perbankan (Bank Holding Company) dengan cara mendirikan badan hukum baru sebagai Bank Holding Company atau menunjuk salah satu Bank yang dikendalikannya sebagai Bank Holding Company. Sesuai dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengenai Single Presence Policy (SPP) atau yang lebih dikenal dengan Kebijakan Kepemilikan Tunggal, para pemegang saham mayoritas dari PT Bank NiagaTbk dan PT Bank LippoTbk memutuskan untuk melakukan merger sebagai opsi terbaik untuk kepentingan seluruh stakeholders. Pada tanggal 2 Juni 2008 PTBank NiagaTbk dan PTBank LippoTbk menandatangani perjanjian mergernya. Pada tanggal 1 November 2008 PT Bank LippoTbk resmi bergabung menjadi PT Bank CIMB NiagaTbk. Dengan melakukan merger, maka diharapkan PT Bank CIMB NiagaTbk dapat meningkatkan kinerja keuangannya. Kinerja keuangan perbankan dapat diukur dengan mengunakan metode CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity) sebagai mana tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencangkup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut: permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity).
Laporan Keuangan Bank
Setiap bank yang melakukan operasinya di wilayah hukum Negara Indonesia wajib menyampaikan laporan-laporan keuangan kepada Bank Indonesia selaku pengawas dan Pembina perbankan Indonesia.Kewajiban penyampaian laporan keuangan ini dimaksudkan untuk memantau kegiatan operasi bank yang bersangkutan. Pemantauan keadaan bank diperlukan dalam rangka melindungi dana masyarakat dan menjaga keberadaan lembaga perbankan. Laporan keuangan bank disusun berdasarkan pada PSAK 31 tentang “Akuntansi Perbankan” dan Pedoman Akuntansi Indonesia (PAPI).Laporan keuangan bank harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan terdiri dari : a. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu, posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva (Harta) dan passiva (Kewajiban dan Ekuitas) suatu bank.Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. b. Laporan komitmen dan kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repurchase Agrement (Repe), sedangkan laporan kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu
atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen disajikan tersendiri tanpa pos lama. c. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. d. Laporan Arus Kas Merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. e. Catatan atas Laporan Keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan mengenai posisi devisa neto menurut jenis mata uang dan aktiva lainnya. f. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang didasarkan dengan anak perusahaannya.
Pemakai Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan yang diterbitkan oleh setiap bank ini dapat digunakan oleh berbagai pihak dengan berbagai kepentingan yaitu antara lain: 1. Kepentingan masyarakat Masyarakat berkepentingan terhadap laporan keuangan bank guna mengetahui dan mengikuti perkembangan masing-masing banknya secara umum, khususnya perkembangan likuiditasnya. Apabila bank yang bersangkutan menunjukkan tanda-
tanda mengalami kesulitan likuiditas maka yang bersangkutan akan dapat menggambil tindakan yang diperlukan. 2. Kepentingan pemilik dan pemegang saham Pemilik dan pemegang saham berkepentingan atas laporan keuangan guna mengetahui apakah pihak manajemen dapat mengelola dana yang ditanamkan dalam bank dengan baik dan akan menghasilkan laba yang diharapkan. 3. Kepentingan perpajakan Dengan mempelajari laporan-laporan keuangan yang telah diumumkan tersebut pihak pajak akan lebih mudah menjalankan tugasnya dalam menetapkan besarnya pajak perseroan bagi bank yang bersangkutan, karena laba tersebut akan terlihat jelas dalam laporan laba rugi. 4. Kepentingan pemerintah Pemerintah menganggap bank sebagai kesatuan usaha yang vital dengan tugas untuk membantu mengatur kegiatan perekonomian Negara pada umumnya dan kegiatan moneter pada khususnya.Mengingat kedudukan yang strategis tersebut maka Bank Indonesia perlu mengadakan pengawasan dan pembinaan yang insentif terhadap bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta. Bahkan bila perlu akan ikut campur tangan langsung apabila ada suatu bank yang mengalami berbagai kesulitan yang serius. 5. Kepentingan karyawan Para karyawan berkepentingan untuk mengetahui posisi dan kondisi keuangan bank dimana ia bekerja, karena para karyawan mengharapkan banknya berkembang dengan baik sehingga mampu menjamin hidupnya. Disamping itu karyawan berkepentingan terhadap penghasilan yang diterimanya, maupun pembagian laba atau bonus yang
akan diterimanya tiap akhir apakah sepadan dengan pengorbanan yang kepada bank dimana ia bekerja. 6. Kepentingn manajemen bank Pihak manajemen berkepentingan atas laporan keuangan guna mengetahui dan mengatur sebaik-baiknya posisi likuiditasnya, mengatur semaksimal mungkin pemanfaatan earning asset-nya.Selain itu dengan mengetahui laporan keuangan, pihak manajemen dapat menilai apakah mereka telah melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik atau tidak. Pengertian Penggabungan Usaha Penggabungan usaha salah satu cara dari sekian banyak cara bagi perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.Perusahaan melakukan alternatif ini sebagai dasar agar perusahaan dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan kuat lagi dalam menghadapi persaingan global. Perusahaan yang tetap ingin bersaing, tetapi tidak memiliki cukup modal atau terhadap kendala lainnya dapat memperkuat kedudukannya, yaitu dengan cara merger atau akuisisi yang terdapat di penggabungan usaha. Dalam bahasa akuntansi, peristiwa merger atau akuisisi disebut sebagai kombinasi bisnis (business combination) yang didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi suatu entitas ekonomi. Penggabungan usaha yang dilakukan perusahaan-perusahaan akan berdampak langsung pada aktivitas dan keuangan di kedua perusahaan. Penggabungan ini dimaksudkan untuk merubah keseimbangan kompetitif agar menguntungkan kedua perusahaan tersebut. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005), penggabungan usaha ini mengacu pada merger, akuisisi, reorganisasi, atau restrukturisasi atau dua atau lebih perusahaan untuk membentuk sebuah perusahaan lainnya.
Jenis-Jenis Penggabungan usaha 1. Merger Moin (2003) mendefinisikan merger berasal dari kata “mergere” (latin) yang artinya bergabung bersama, menyatu, berkombinasi selain itu juga menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Istilah merger bisa dipakai secara luas untuk menggambarkan penggabungan suatu obyek. Merger yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Semua ini dibedakan berdasarkan bidang usaha dan industrinya, karena tidak semua perusahaan yang melakukan merger berasal dari perusahaan yang bergerak di bidang yang sama atau bergerak di industri yang sama, ada juga merger yang terjadi pada perusahaan yang memiliki hubungan timbal balik seperti pemasok dengan pembeli, dan lain sebagainya. 2. Akuisisi Akuisisi merupakan tindakan untuk membeli atau melakukan pengambilalihan usaha atau perusahaan lain. Ditinjau dari segi sumber pendanaanya akuisisi dapat dibiayai melalui dana yang diperoleh dari penerbitan saham baru, penerbitan instrument utang maupun dari pinjaman bank. Akuisisi dapat dianggap sebagai suatu investasi untuk mengantisipasi adanya kesempatan pertumbuhan di masa yang akan datang. Pertumbuhan dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu melalui ekspansi internal (internal expansion) dengan cara meningkatkan dan memperbaiki kualitas hasil produksi serta distribusi hasil produksi yang sudah ada, atau melalui pengembangan buku baru, dan melalui ekspansi eksternal (external expansion) dengan cara melakukan akuisisi atas perusahaan lain atau sebagian dari aktivanya saja.
3.Konsolidasi
Konsolidasi adalah penggabungan usaha dilakukan dimana kedua perusahaan yang bergabung dibubarkan serta aktiva dan kewajiban dari perusahaan tersebut dipindahkan ke perusahaan yang baru dibentuk. Metode CAMEL Dalam kamus perbankan (Institut Banker Indinesia 1999).CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan Bank yang berpengaruh juga terhadap tingkat kesehatan Bank.CAMEL merupakan tolak ukur obyek pemeriksaan Bank yang dilakukan oleh pengawas Bank. CAMEL terdiri dari lima kriteria yaitu: (1) modal, (2) aktiva, (3) manajemen, (4) pendapatan, dan (5) likuiditas. Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaranbaik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu Bank (Almilia,2005) Penilaian tingkat kesehatan Bank mencangkup penilaian faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). a. Permodalan (Capital) b. Aset (Assets) c. Manajemen (Management) d. Rentabilitas (Earnings) e. Likuiditas (Liquidity)
Rasio keuangan yang digunakan untuk perhitungan CAMEL antara lain (Almilia, 2005): a) CAR (Capital Adequacy Ratio) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva Bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada Bank lain) yang ikut dibiayai dan modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar Bank
Menurut Dendawijaya, CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva Bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada Bank lain) untuk dibiayai dari dana modal Bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Menurut standar Internasional, yaitu Banking for International Settlement (BIS) yang berpusat di Geneva, minimum bobot Capital Adequacy Ratio sebesar 8% dari waktu ke waktu, akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi. Sementara itu, Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum Bank umum sebesar Rp.80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada tahun 2010 (Hamonangan, 2008) b) Rasio PPAPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif) Rasio PPAPAP menunjukkan kemampuan manajemen Bank dalam menjaga kualitas aktiva produktif sehingga jumlah PPAP dapat dikelola dengan baik. Semakin tinggi PPAP maka semakin buruk aktiva produktif Bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu Bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Cangkupan komponen aktiva produktif dan PPAP yang telah dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku. c) Rasio Pemenuhan PPAP Rasio ini menunjukkan kemampuan Bank dalam menentukan besarnya PPAP yang telah dibentuk terhadap PPAP yang wajib dibentuk. Semakin besar rasio ini maka kemungkinan Bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Perhitungan PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku d) ROA (Return on Assets)
Rasio ini digunakan mengukur kemampuan manajemen Bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset Bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai Bank sehingga kemungkinan suatu Bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. e) ROE (Return on Equity) Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen Bank dalam mengelolah modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai Bank sehingga kemungkinan suatu Bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak, sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki Bank. Perhitungan modal ini dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku. f) NIM (Net Interest Margin) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam mengelolah aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini makin meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelolah Bank sehingga kemungkinan suatu Bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. g) BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan operasional) Rasio yang sering disebut rasio efesiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini semakin efesien biaya operasional yang dikeluarkan Bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu Bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. h) LDR (Loan to Deposit Ratio) Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu Bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh Bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas suatu Bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada Bank lain, sedangkan dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan Bank dalam membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan kepada masyarakat. Dengan kata lain Bank dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih, serta dapat mencungkupi permintaan kredit yang telah diajukan. Menurut Riyadi (2004), LDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja lembaga intermediasi yaitu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (unit surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (unit deficit of funds). (Hamonangan,2008). Pengertian Bank Menurut Kasmir (2007) ”Bank adalah lembaga keuangan yang kegiataan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. Kemudian pengertian bank menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lebih lanjut lagi menurut Hasibuan (2007) ”Bank adalah lembaga keuangan. Berarti bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja”. Dalam usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu: menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Pentingnya Bank Menurut Hasibuan (2007), bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank adalah: 1. Pengumpul dana dari SSU( surplus spending unit) dan penyalur DSU (defisit spending unit) 2.Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat 3. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis, dan ekonomis 4. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C 5. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi.
METODOLOGI
1.1 Kerangka Pikir
Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data-data keuangan yang dibutuhkan.Data-data keuangan tersebut dapat diperoleh dalam financial report perusahaan.Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode CAMEL, untuk melihat bagaimana kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger. Setelah diperoleh hasil perhitungan, maka selanjutnya dibuat suatu analisis mengenai hasil perhitungan yang telah dilakukan, dan kemudian didapat suatu kesimpulan mengenai hasil pengolahan dan analisis data tersebut dengan menggunakan metode CAMEL. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk, PT Bank Niaga Tbk, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk.
Pengolahan data dengan menggunakan metode CAMEL
Analisis dengan menggunakan metode CAMEL
Kesimpulan
3.2 Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis yang menggunakan metode riset kepustakaan, dengan cara mengumpulkan data-data kuantitatif dan kualitatif yang diperlukan. Data-data tersebut diperoleh dari annual report PTBank Niaga Tbk dan
PTBank CIMB Niaga Tbk serta buku-buku dan literatur yang dapat digunakan sebagai bahan referensi, jurnal, artikel, maupun website yang berkaitan dengan data yang diperlukan untuk penelitian ini. Data yang digunakan merupakan laporan keuangan konsolidasi perusahaan selama periode tahun 2006-2010. 3.3 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode CAMELNon Management. Komponen-komponen rasio yang diperlukan dalam metode CAMEL antara lain (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004): 1. Komponen Faktor Permodalan (Capital) Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap komponen faktor permodalan (capital) adalah CAR. Rumus yang digunakanuntuk menghitung CAR adalah: CAR =
Modal Bank Total ATMR
x 100%
2. Komponen Faktor Kualitas Aset (Aset Quality) Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap komponen faktor kualitas aset (aset quality) adalah tingkat kecukupan pembentukan PPAP. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan pembentukan PPAP adalah: Tingkat KecukupanPembentukan PPAP=
PPAP yang telah dibentuk PPAP yang wajib dibentuk
x100%
3. Komponen Faktor Rentabilitas (Earnings) Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor rentabilitas (earning) adalah ROA, ROE, NIM dan BOPO. Rumus yang digunakan untuk perhitungan ROA adalah: Laba Sebelum Pajak
ROA = x 100% Rata −rata Total Aset Rumus yang digunakan untuk perhitungan ROE adalah: ROE
Laba Sesudah Pajak
=
Rata −rata Ekuitas
x 100%
Rumus yang digunakan untuk perhitungan NIM adalah:
Pendapatan Bunga Bersih
NIM = x 100% Aktiva Produktif Rumus yang digunakan untuk perhitungan BOPO adalah: BOPO =
Biaya Operasional
Pendapatan Operasional
x 100%
4. Komponen Faktor Likuiditas (Liquidity) Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap komponen faktor likuiditas (liquidity) adalah LDR. Rumus yang digunakan untuk menghitung LDR adalah: LDR
=
Total Kredit Total Dana Pihak Ketiga
x100%
3.4 Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan. Variabel utama yang berkaitan dengan penelitian ini adalah CAR, tingkat kecukupan pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR. 3.5 Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTBank Lippo Tbk, PTBank Niaga Tbk, dan PTBank CIMB Niaga Tbk. 3.6 Metode Pengumpulan Data Sebuah penelitian bertujuan untuk menghasilkan data-data yang berguna untuk memberikan pemahaman yang memadai mengenai objek penelitian dan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu, data yang diperoleh dari penelitian hendaknya dapat dipercaya, relevan, dan dapat memberikan gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dari objek penelitian dengan melakukan penelitian kepustakaan. Metode penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari literatur maupun buku-buku refresensi dan juga data-data keuangan yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. 3.7 Hipotesis
Pengertian merger secara sempit adalah penggabungan sumber daya dua perusahaan dengan ekuitas yang hampir sama. Berdasarkan pengertian tersebut diharapkan dengan merger maka capital dan asset bank akan meningkat dalam rangka memenuhi kebijakan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006 yaitu jumlah minimum modal Bank CIMB Niaga Tbk.Salah satu unsur modal dalam perbankan adalah laba tahun berjalan.Latar belakang merger adalah adanya sinergi.Sinergi adalah kemampuan lebih yang diperoleh dari penggabungan dua atau lebih kekuatan.Sinergi menggambarkan penggabungan dua faktor akan menghasilkan tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga yang dihasilkan sebelum bergabung. Salah satunya adalah sinergi finansial, sinergi ini bermakna kemampuan menghasilkan laba perusahaan hasil merger dan akuisisi yang lebih besar dari kemampuan laba masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini menggunakan hipotesis: H1: Terdapat perbedaan capital setelah merger Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan terhadapkomponen faktor permodalan (capital) adalah CAR. H2: Terdapat perbedaan kualitasasset setelahmerger Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap komponen faktor kualitas aset (asset quality) adalah tingkat kecukupan pembentukan PPAP. Selain sinergi finansial, juga terdapat sinergi operasional yang menjadi tujuan merger. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost reduction). Para perencana merger dan akuisisi cenderung melihat pengurangan biaya sebagai sumber utama sinergi operasional. Dari penjelasan tersebut maka penelitian menggunakan hipotesis: H3: Terdapat perbedaan rentabilitas setelah merger
Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor rentabilitas (earning) adalah ROA, ROE, NIM dan BOPO. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan.Secara praktis, likuiditas suatu bank sering dikaitkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang terdapat di bank tersebut pada waktu tertentu. Dalam hal ini, untuk kondisi Indonesia, Pemerintah melalui Bank Sentral menetapkan kewajiban setiap bank untuk memelihara likuiditas wajib minimum sebesar 5% dari besarnya kewajiban terhadap pihak ketiga.Dalam hal ini, kewajiban kepada pihak ketiga.Merger adalah penggabungan hak dan kewajiban bank-bank yang merger, maka dengan merger terjadi penggabungan dana pihak ketiga dari bank-bank yang merger, sehingga akan terjadi perubahan pada likuiditas bank. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah: H4: Terdapat perbedaan likuiditas setelah merger Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor likuiditas adalah menggunakan LDR
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. PT Bank Lippo Tbk LippoBank didirikan pada bulan Maret 1948. Menyusul merger PT Bank Umum Asia. LippoBank mencatat sahamnya di bursa efek pada November1989. Pemerintahan Republik Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas di LippoBank melalui program rekapitalisasi yang dilaksanakan pada 28 Mei 1999. Pada tanggal 30 September 2005, setelah memperoleh persetujuan Bank Indonesia, Khanzah Nasional Berhad mengakuisisi kepemilikan sahammayoritas di Lippo Bank.Sejak saat itu, LippoBank bergerak cepat untuk mendesain strategi pertumbuhan baru, yang dirancang untuk membawa LippoBank setera dengan bank kelas dunia. Sebagai salah satu pelopor layanan E-Banking di Indonesia, per Oktober 2008 LippoBank merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia dengan memiliki hampir 5.000karyawan, yang menghadirkan produk dan layanan perbankan berkualitas melalui 408 kantor cabang dan 741 ATM untuk melayani nasabah di lebih dari 100 kota di seluruh Indonesia. 4.1.2. PT Bank CIMB Niaga Tbk Bank CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun nilai-niai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Sebagai hasilnya, Bank Niaga dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang tercapai. Di tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari para pesaingnya di pasar domestik dengan menjadi yang
pertama menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia. Pencapaian ini dikenal luas sebagai masuknya Indonesia ke dunia perbankan moderen. Kepemimpinan Bank dalam penerapan teknologi terkini semakin dikenal di tahun 1991 dengan menjadi yang pertama memberikan nasabahnya layanan perbankan online.
Bank Niaga menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia BEI) pada tahun 1989. Keputusan untuk menjadi perusahaan terbuka merupakan tonggak bersejarah bagi Bank dengan meningkatkan akses pendanaan yang lebih luas. Langkah ini menjadi katalis bagi pengembangan jaringan Bank diseluruh pelosok negeri.
Pemerintah Republik Indonesia selama beberapa waktu pernah menjadi pemegang saham mayoritas Bank CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan di akhir tahun 1990-an. Pada bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuasisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking.
Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk
mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan plat form universal banking. Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group) dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khanazah memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan single presence policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008. Nama Bank Niaga berubah menjadi Bank CIMB Niaga.
Kesepakatan Rencana Penggabungan Bank CIMB Niaga dan Lippo Bank telah ditandatangani pada bulan Juni 2008, yang dilanjutkan dengan Permohonan Persetujuan Rencana Penggabungan dari Bank Indonesia dan penerbitan Pemberitahuan Surat Persetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bulan Oktober 2008. LippoBank secara resmi bergabung ke dalam Bank Cimb Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas.
Bergabungnya Lippo Bank ke dalam Bank CIMB Niaga merupakan sebuah lompatan besar di sektor perbankan Asia Tenggara. Bank CIMB Niaga kini menawarkan nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan di bidang perbankan ritel. UKM dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran. Penggabungan ini menjadikan Bank CIMB Niaga menjadi bank terbesar ke-5 dalam hal aktiva, pendanaan kredit dan luasnya jaringan cabang. Dengan komitmennya pada integritas, ketentuan untuk menempatkan perhatian utama kepada nasabah dan semangat untuk terus unggul, Bank CIMB Niaga akan terus memanfaatkan
seluruh daya yang dimilikinya untuk menciptakan sinergi dari penggabungan ini. Keseluruhannya merupakan nilai-nilai inti Bank CIMB Niaga dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bagi masa depan yang sangat menjanjikan. Komponen permodalan yang diwakili oleh rasio CAR menunjukkan bahwa terjadi penurunan rasio di tiap tahunnya, baik sebelum melakukan merger maupun sesudah melakukan merger.Hal ini disebabkan oleh penurunan modal dan juga peningkatan aktiva tertimbang menurut risiko yang diatur oleh Bank Indonesia. Rasio CAR menunjukkan bahwa komponen permodalan Bank CIMB Niaga mengalami penurunan setelah melakukan merger. Pembahasan CAMEL Komponen Permodal (Capital) Komponen permodalan yang diwakili oleh rasio CAR menunjukkan bahwa terjadi penurunan rasio di tiap tahunnya, baik sebelum melakukan merger maupun sesudah melakukan merger.Hal ini disebabkan oleh penurunan modal dan juga peningkatan aktiva tertimbang menurut risiko yang diatur oleh Bank Indonesia. Rasio CAR menunjukkan bahwa komponen permodalan Bank CIMB Niaga mengalami penurunan setelah melakukan merger. Komponen Kualitas Aset (Asset Quality) Komponen kualitas asset diwakili oleh rasio tingkat kecukupan pembentukan PPAP. Rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2007, meningkat pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 mengalami penurunan tetapi tidak berpengaruh pada peringkat rasio bank. Dapat disimpulkan bahwa kinerja kualitas aset Bank CIMB Niaga mengalami peningkatan setelah melakukan merger. Komponen Rentabilitas (Earnings) Komponen rentabilitas diwakili oleh rasio ROA, ROE, NIM dan BOPO
Rasio ROA pada tahun 2007 mengalami kenaikkan dibandingkan pada tahun 2006 dan mengalami penurunan yang tidak segnifikan pada tahun 2009 tetapi pada tahun 2010 mengalami kenaikkan kembali. Dapat disimpulkan bahwa rasio ROA mengalami peningkatan setelah melakukan merger. Rasio ROE pada tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006 dan mengalami penurunan yang tidak segnifikan pada tahun 2009 tetapi pada tahun 2010 mengalami kenaikkan kembali. Dapat disimpulkan bahwa rasio ROE mengalami peningkatan setelah melakukan merger. Rasio NIM mengalami peningkatan dari tahun sebelum terjadi nya proses merger sampai pada tahun sesudah terjadinya merger walaupun pada tahun 2010 mengalami penurunan yang tidak segnifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja rasio NIM mengalami peningkatan setelah melakukan merger Rasio BOPO sebelum melakukan merger mengalami penurunan yaitu penurunan pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 akan tetapi kembali menurun pada tahun 2010. Sehingga dapat ditarik kesimpulan rasio BOPO mengalami penurunan setelah melakukan merger. Jika ditinjau dari komponen rentabilitas secara menyeluruh, maka dapat dilihat bahwa kinerja rentabilitas Bank CIMB Niaga mengalami peningkatan setelah melakukan merger. Komponen Likuiditas (Liquidity) Komponen likuiditas yang diwakili dengan rasio LDR mengalami penurunanpersentasi setelah melakukan merger . Namun penurunan ini tidak mempengaruhi peringkat kinerja bank yang tetap sama baik sebelum dan sesudah melakukan merger.Dapat disimpulkan bahwa kinerja likuiditas Bank CIMB Niaga setelah melakukan merger mengalami penurunan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Komponen permodalan yang diwakili oleh rasio CAR menunjukan bahwa terjadi penurunan rasio setelah terjadinya mergersebesar 5.73%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan modal dan peningkatan nilai ATMR yang ditetapkan oleh ketentuan Bank Indonesia. Meskipun rasio CAR sesudah merger lebih rendah jika dibandingkan dengan rasio CAR sebelum merger, rasio ini masih tetap jauh berada di atas rata-rata rasio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Komponen kualitas aset yang diwakili oleh rasio tingkat kecukupan pembentukan PPAP setelah terjadi proses merger mengalami peningkatan dibandingkan sebelum terjadinya proses merger yaitu sebesar 90.34% Komponen rentabilitas diwakili oleh rasio ROA, ROE, NIM dan BOPO. Rasio ROA mengalami peningkatan sesudah terjadinya proses merger sebesar 0.14% dibandingkan sebelum melakukan proses merger. Rasio ROE mengalami peningkatan sesudah melakukan proses merger sebesar 1.29% dibandingkan sebelum melakukan proses merger. Rasio NIM mengalami peningkatan setelah melakukan proses merger dibandingkan sebelum melakukan proses merger yaitu sebesar 0.78%. Rasio BOPO mengalami penurunan setelah melakukan proses merger dibandingkan dengan sebelum melakukan proses merger sebesar 0.14%. Komponen likuiditas yang diwakili oleh rasio LDR mengalami penurunan yang tidak segnifikan pada tahun sesudah terjadinya proses merger dibandingkan sebelum
melakukan merger yaitu sebesar 0.83%. Akan tetapi penurunan rasio ini tidak berpengaruh pada peringkat bank yang masih sama sebelum maupun sesudah melakukan merger. Dilihat dari keempat komponen di atas, beberapa rasio kinerja mengalami penurunan setelah melakukan merger, namun kembali mengalami peningkatan pada tahun berikutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan Bank CIMB Niaga setelah melakukan merger mengalami peningkatan karena penurunan yang terjadi tidak berdampak pada peringkat kinerja keuangan Bank CIMB Niaga. Saran 1. Bagi perusahaan agar dapat meningkatkan beberapa rasio yang mengalami penurunan, seperti rasio CAR, rasio tingkat kecukupan pembentukan PPAP, rasio BOPO dan rasio LDR agar dapat berada pada kisaran peringkat 1 dan 2. Untuk rasiorasio yang mengalami peningkatan dan rasio-rasio yang berada pada kisaran peringkat 1 dan 2 agar dapat dipertahankan kinerjanya. 2. Dalam penelitian ini tahun yang digunakan hanya mencangkup dua tahun sebelum melakukan merger dan dua tahun sesudah melakukan merger. Penelitian selanjutnya agar dapat memperluas cangkupan tahun penelitian yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Agunan P. Samosir.200. Analisis Kinerja Bank Mandiri Setelah Merger dan Sebagai BankRekapitalisasi.Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 1. Almilia, Luciana Spica Winni Herdinigtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Perdiksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002,Jurnal Akuntansi Keuangan, Volume 7. no.2:131-147. Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Harahap, S. S. 2008. Analisis kritis atas laporan keuangan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Hasibuan, M. 2007. Dasar-dasar perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Jumingan.2009. Analisis Laporan Keuangan.PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kasmir. 2007. Manajemen perbankan. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta. Kasmir. 2008. Analisis laporan keuangan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Liliana, Henny.2007. Analisis Kinerja Keuangan PT.Bank Central Asia Tbk Sebelum Dan Sesudah Peralihan Kepemilikan. Universitas Lampung, Lampung. Moin. A. 2007. Merger, akuisisi, & divestasi (edisi 2). Ekonisia. Yogyakarta. Peraturan Bank Indonesia No.5 / 8 / PBI / 2003, Penerapan Manajemen Risikobagi Bank Umum. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Rinaldy, E. 2008.Membaca neraca bank. Indonesia Legal center PublishingSalemba Empat.Jakarta. Surat Edaran Bank Indonesia No 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001, Perihal Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum kepada Bank Indonesia,Bank Indonesia.Jakarta.
Surat Edaran Bank Indonesia No 6/73/Intern DPNP tgl 24 Desember 2004,Perihal Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum(CAMELS Rating), Bank Indonesia. Jakarta. Surat edaran rancangan penggabungan antara PT. Bank Niaga Tbk. dengan PT. Bank Lippo Tbk. 2008. Tambunan, A. P. 2007. Menilai harga wajar saham. PT. Elex MediaKomputindo.Jakarta. ------------,2008. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung