Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED M. Hanif Funashor
[email protected]
Tri Yuniati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT This research is entitled “The Analysis of Financial Performance before and after the Merger by using Economic Value Added Method (EVA)”. The object of the research is PT. Bank OCBC NISP Tbk. The purpose of this research is to find outwhether there are differences inthe financial performance at PT. Bank OCBC NISP Tbk by using EVA method. The data is obtained from the financial statement in the form of balance sheet and profit and loss statement of PT. Bank OCBC NISP Tbk 2 years before the merger (2009 and 2010) and 2 years after the merger (2011 and 2012). The result of hypothesis test is gained by using paired t-test with the assistance of the SPSS 20 program, it shows that there are no significant differences in economic value added (EVA) to the financial performance of PT. Bank OCBC NISP Tbk before and after the merger. There are no differences in financial performance of PT. Bank OCBC NISP Tbk before and after merger,it shows that PT. Bank OCBC NISP Tbk has carried out the merger yet the result cannot totally be achieved. Keywords: Financial Performance, EVA, and Merger. ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)”. Pada penelitian ini perusahaan yang diteliti yaitu PT. Bank OCBC NISP Tbk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Bank OCBC NISP Tbk dengan menggunakan metode EVA. Data diambil dari laporan keuangan berupa laporan neraca dan laba rugi PT. Bank OCBC NISP Tbk 2 tahun sebelum merger (tahun 2009 dan tahun 2010) dan 2 tahun sesudah merger (tahun 2011 dan tahun 2012). Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t sampel berpasangan (paired t-test) dengan program SPSS 20, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada economic value added (EVA) terhadap kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sebelum dan sesudah melakukan merger. Tidak adanya perbedaan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sebelum dan sesudah merger menunjukkan bahwa tujuan PT. Bank OCBC NISP Tbk melakukan merger sepenuhnya tidak dapat tercapai. Kata kunci: Kinerja Keuangan, EVA, dan Merger.
PENDAHULUAN Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai intermediasi atau perantara bagi masyarakat yang mempunyai dana berlebih dengan masyarakat yang membutuhkan dana. Bank juga merupakan Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam menghadapi suatu persaingan bisnis global di Indonesia pada masa saat ini, suatu perbankan dituntut untuk bisa melakukan berbagai cara dari sekian banyak cara untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Suatu perbankan juga diharuskan untuk melakukan berbagai alternatif-alternatif
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
cara perbankan dengan tujuan untuk dapat memperkuat fondasi bank dan menyehatkan kondisi keuangan bank menjadi lebih baik lagi dan lebih berkembang guna menghadapi persaingan bisnis global yang saat ini sangat ketat di Indonesia. Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan suatu perusahaan untuk dapat menjaga kelangsungan hidup dalam menghadapi persaingan bisnis global yaitu dengan melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain. penggabungan usaha sebagai bentuk penyatuan dua perusahaan atau lebih yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atau kontrol atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Dengan melakukan penggabungan usaha, dua perusahaan atau lebih menjadi satu akan saling menunjang kegiatan usaha satu dengan yang lain, sehingga diharapkan keuntungan yang didapat akan lebih besar dari pada melakukan usaha sendiri-sendiri. Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dengan merger, akuisisi, dan konsolidasi. Merger adalah kegiatan bank atau perusahaan dan menyatukan dua atau lebih perusahaan. Aktivitas merger semakin meningkat seiring dengan intensnya yang semakin mengglobal sehingga menunjukkan skala yang cukup signifikan dari tahun ke tahun ( Moin, 2010 : 2 ). Merger atau penggabungan antara satu perusahaan terhadap perusahaan lain yang sama-sama setuju untuk menjalankan usaha bersama dari pada menjalankan operasi secara masing-masing merupakan salah satu alternatif yang dipilih oleh suatu perbankan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya guna menghadapi persaingan bisnis global. Suatu kegiatan merger yang dilakukan suatu perbankan yaitu dengan harapan untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan dalam perusahaannya, karena kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur bagi para calon investor untuk menanamkan investasi sahamnya pada perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik dan cenderung mengalami peningkatan, akan dapat lebih menarik minat para investor untuk menanamkan investasi sahamnya dari pada kinerja keuangan perusahaan yang cenderung buruk dan tidak sehat. Oleh karena itu, menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan dari suatu perusahaan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan gambaran dari baik atau buruknya kinerja keuangan dari perusahaan. Pada kegiatan merger ada dua hal yang patut dipertimbangkan yaitu nilai yang dihasilkan dari kegiatan merger dan siapakah pihak-pihak yang paling diuntungkan dari kegiatan tersebut. Dengan adanya merger diharapkan akan menghasilkan sinergi sehingga nilai perusahaan akan meningkat.Penggabungan usaha melalui merger diyakini akan menghasilkan suatu sinergi baik secara financial maupun operasional yang berupa peningkatan modal, transfer tekhnologi, pangsa pasar yang lebih luas, efisiensi yang lebih tinggi, dan penggunaan sumber daya manusia yang lebih tinggi. Dengan indicator yang mencerminkan keberhasilan suatu penggabungan usaha adalah dari tingkat kinerja keuangan dan tingkat kesehatan bank. Economic Value Added (EVA) secara sederhana didefinisikan sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba. Namun EVA juga dapat digunakan sebagai konsep penilaian yang bisa digunakan perusahaan untuk bisa mengukur kinerja keuangan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen perusahaan. Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank sebelum dan sesudah merger jika diukur dengan Metode Economic Value Added (EVA)?”.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank sebelum dan sesudah jika diukur dengan Metode Economic Value Added (EVA) Pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan perusahaan selama periode waktu tertentu untuk mengetahui kondisi kinerjanya, maka suatu perusahaan perlu untuk menilai kinerjanya guna mengetahui kinerja perusahaan sudah berjalan baik atau tidak. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian kinerja perusahaan, karena laba merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada para penyandang dana. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas dan efisiensi operasional suatu organisasi bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu penilaian kinerja perusahaan adalah dengan mengukur kinerja keuangan perusahaan, yang bisa diketahui dari data laporan keuangan yang telah disediakan perusahaan. Kinerja keuangan merupakan kinerja yang harus diukur untuk mengetahui keadaan keuangan suatu perusahaan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi banyak pihak dalam berbagai proses pengambilan keputusan, baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu bagian yang penting bagi kelangsungan suatu perusahaan, karena laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi seluruh pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Harahap (2007:105) menyatakan bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu. Laporan keuangan terdiri atas daftar neraca, perhitungan laba rugi, laporan sumber dan penggunaan dana, dan laporan arus kas. Economic Value Added (EVA) Economic value added (EVA) adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal termasuk modal ekuitas telah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas (Brigham dan Houston, 2006:69). Konsep EVA dikenal sebagai pengukur kinerja keuangan yang secara adil mempertimbangkan sepenuhnya terhadap harapan setiap penyandang dana, dalam hal ini adalah para kreditur dan para pemegang saham.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Biaya Modal Biaya modal (Cost of Capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan (Martono dan Harjito, 2010:201). Struktur Modal Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Martono dan Harjito, 2010:240). Menurut Ambarwati (2010:2) terdapat empat factor utama yang mempengaruhi keputusan struktur modal adalah : Risiko Bisnis, Risiko bisnis atau risiko yang inheren dengan operasi perusahaan jika perusahaan tidak mempergunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis perusahaan, maka semakin rendah rasio optimalnya. Posisi Perpajakan Perusahaan, Salah satu utama menggunakan utang adalah bunganya yang dapat menjadi pengurang pajak, yang selanjutnya akan mengurangi biaya utang efektif. Fleksibilitas Keuangan, Kemampuan untuk memperoleh modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk, yang merupakan hal yang vital bagi keberhasilan jangka panjang perusahaan. Konservatisme atau Keagresifan Manajemen, Beberapa manajer lebih agresif dari yang lainnya, sehingga beberapa perusahaan cenderung menggunakan utang sebagai usaha untuk mendorong keuntungan. Merger Menurut Martono dan Harjito (2010:346) mendefinisikan merger sebagai kombinasi atau penggabungan dua perusahaan atau lebih dimana perusahaan kehilangan eksistensinya menjadi satu kesatuan. Perusahaan yang bertahan mengambil alih aktiva dan hutang perusahaan yang digabungkan Ambarwati (2010:292) mengemukakan bahwa merger merupakan proses difusi dua perseroan dengan salah satu diantaranya tetap berdiri dengan nama perseroannya sementara perseroan yang lain lenyap dengan segala nama dan kekayaannya dimasukkan dalam perseroan yang tetap berdiri tersebut. Jenis-Jenis Merger Menurut Martono dan Harjito (2010:349) menyatakan bahwa secara umum merger atau penggabungan usaha dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, adalah sebagai berikut : Merger Horizontal, merupakan Merger secara horizontal terjadi apabila satu perusahaan menggabungkan diri dengan perusahaan lain dalam jenis yang sama. Dengan kata lain satu atau dua perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa yang sama. Misalnya perusahaan jasa perbankan merger dengan perbankan. Merger Vertical, Merger secara vertical adalah penggabungan perusahaan yang memiliki keterkaitan antara input-output. Sebagai contoh perusahaan pengecoran baja melakukan penggabungan dengan supplier seperti perusahaan tambang.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Congeneric Merger, merupakan penggabungan dua perusahaan yang sejenis atau dalam industry yang sama tetapi tidak memproduksi produk yang sama maupun tidak ada keterikatan suppliernya. Misalnya perusahaan pengemasan air merger dengan perusahaan pembuatan teh dalam kemasan. Conglomerate Merger, merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan dari industry yang berbeda. Sebagai contoh perusahaan pengeboran minyak membeli perusahaan penerbangan atau real estate. Faktor Pertimbangan Perusahaan Melakukan Merger Menurut Martono dan Harjito (2010:347-349) faktor perusahaan memilih melakukan merger adalah sebagai berikut : (1) Peningkatan penjualan dan penghematan operasi; (2) Perbaikan Manajemen; (3) Pengaruh informasi; (4) Pertumbuhan perusahaan; (5) Pengalihan kekayaan; (6) Alasan-alasan pajak; (7) Diversifikasi; (8) Keuntungan-keuntungan leverage; (9) Keuntungan pribadi. Perumusan Hipotesis Hipótesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012:99). Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Diduga terdapat perbedaan terhadap kinerja keuangan pada PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah melakukan merger jika diukur dengan menggunakan metode economic value added (EVA). METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menganalisis data sekunder. Alat statistik yang digunakan untuk menguji hipótesis adalah uji beda, yaitu menguji uji t sampel berpasangan (paired t-test) dengan program SPSS 20. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang melakukan merger di Bursa Efek Indonesia. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini peneliti tidak mengambil sampel karena jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilakukan secara khusus pada obyek tertentu yaitu PT. Bank OCBC NISP Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada saat sebelum melakukan merger pada tahun 2009 dan tahun 2010 dan sesudah melakukan merger pada tahun 2011 dan tahun 2012. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data dokumenter yang dikumpulkan adalah data laporan keuangan pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data dokumenter tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian yang didasarkan atas sifat dalam penelitian yang didefinisikan, diamati, dan diobservasikan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Dalam penelitian ini, objek variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Kinerja keuangan sebelum merger Variabel ini adalah analisis rasio keuangan terhadap kinerja keuangan Bank sebelum melakukan merger, yaitu kinerja keuangan Bank pada tahun 2009 dan tahun 2010. 2. Kinerja keuangan sesudah merger Variabel ini adalah analisis rasio keuangan terhadap kinerja keuangan Bank sesudah melakukan merger, yaitu kinerja keuangan Bank pada tahun 2011 dan 2012. 3. Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu dan merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan. Teknik Analisis Data Analisis Economic Value Added (EVA) Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam menghitung EVA, yaitu : 1. Menghitung biaya modal hutang (cost of debt) Biaya modal hutang menunjukkan berapa biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman (Husnan dan Pudjiastuti,2012:56). Biaya modal hutang dapat dihitung dengan rumus : K = Kd (1-T) Keterangan : K = Biaya modal hutang setelah pajak Kd = Biaya modal hutang sebelum pajak T = Tarif pajak 2. Menghitung biaya modal saham (cost of equity) Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal sendiri (biaya ekuitas) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan dengan investasi. Biaya modal saham biasa atau biaya ekuitas (Cost of Equity atau ke ) dapat mengalami peningkatan secara internal dengan menahan laba atau secara eksternal dengan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru (Martono dan Harjito,2010:209). Biaya modal saham dapat dihitung dengan rumus : Ri = Rf + (Rm – Ri) 𝛽 Dalam hal ini : Ri = Tingkat return saham yang diharapkan investor Rf = Tingkat return bebas risiko Rm = Return portofolio pasar yang diharapkan 𝛽 = Beta, pengukur risiko sistematis saham 3. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Biaya modal rata-rata tertimbang adalah bahwa masing-masing sumber pembelanjaan mempunyai biaya modal sendiri-sendiri, dan besarnya dana masingmasing sumber pembelanjaan tidak sama (Brigham dan Houston,2006:484). Biaya modal rata-rata tertimbang dapat dihitung dengan rumus : WACC = Wd . Kd (1-T) + Wp . Kp = Wc . Ks
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Keterangan : WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang Wd = Bobot hutang pada struktur modal Kd = Komponen biaya hutang sebelum pajak T = Tarif pajak marginal perusahaan Wp = Bobot dari saham preferen Kp = Biaya komponen modal saham preferen Wc = Bobot dari ekuitas biasa Ks = Biaya komponen ekuitas biasa 4. Menghitung economic value added (EVA) Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. EVA dapat dihitung dengan rumus : EVA = NOPAT – Biaya modal Dalam hal ini : EVA = Economic Value Added (Nilai Tambah Ekonomis) NOPAT = Net Operating After Taxes (Laba Operasi Setelah Pajak) Biaya Modal = WACC x Total Modal Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Berpasangan Analisis ini akan dilakukan uji hipotesis dengan Uji Beda Dua Rata-Rata Berpasangan terhadap Economic Value Added (EVA) yang telah dihitung sebelumnya. Selanjutnya dengan menggunakan signifikansi untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger apakah terdapat perbedaan atau tidak. Pengolahan data dalam uji hipotesis ini menggunakan program SPSS 20. Tahap-tahap dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis H0 : Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. sebelum dan sesudah merger jika diukur dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) H1 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. sebelum dan sesudah merger jika diukur dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) 2. Menentukan tingkat signifikansi, yaitu 5% (𝛼 = 0,05) 3. Keputusan yang diambil berdasarkan kriteria sebagai berikut : Jika sig. < 5% (𝛼 = 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika sig. > 5% (𝛼 = 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak 4. Kesimpulan Ketika H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. sebelum dan sesudah merger. Ketika H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Bank OCBC NISP Tbk. sebelum dan sesudah merger
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perhitungan Rasio Keuangan Pada sub bab ini peneliti melakukan analisis berdasarkan laporan keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk 2 tahun sebelum merger (tahun 2009 dan tahun 2010) dan 2 tahun sesudah merger (tahun 2011 dan tahun 2012). Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa baik kinerja keuangan perusahaan dari tahun ke tahun pada saat sebelum dan sesudah merger. Pengolahan data dilakukan dengan cara menghitung rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas, sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Rasio likuiditas yang diukur dalam penelitian ini adalah quick ratio, banking ratio, dan loan to deposit ratio pada saat sebelum merger dan pada saat sesudah merger dengan menggunakan standar rasio Bank Indonesia. Hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Penilaian Rata-Rata Rasio Likuiditas Berdasarkan Standar Rasio Bank Indonesia
Rasio Likuiditas
Sebelum Merger
Sesudah Merger
Rata-Rata Rasio
Standar Rasio BI
Kriteria
Rata-Rata Rasio
Standar Rasio BI
Kriteria
Quick Ratio
35,82%
> 15%-20%
Baik
29,65%
> 15%-20%
Baik
Banking Ratio
108,05%
< 75%-85%
Kurang Baik
108,06%
< 75%-85%
Kurang Baik
LDR
94,33%
< 85%-110%
Cukup Baik
95,14%
< 85%-110%
Cukup Baik
Sumber Data : Pojok Bursa Efek STIESIA Surabaya Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan kinerja PT. Bank OCBC NISP Tbk berdasarkan rasio likuiditas yaitu sebagai berikut : a.
Quick Ratio
Sebelum Merger, tingkat quick ratio yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “baik”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat quick ratio yang dihasilkan bank sebesar 35,82% masih dalam batas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 15% - 20%. Sesudah merger, rata-rata tingkat quick ratio yang dimiliki bank sebesar 29,65% masih dalam standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 15% - 20% yang menunjukkan tingkat quick ratio bank dikatakan dalam kondisi “baik”. b.
Banking Ratio
Sebelum Merger, tingkat banking ratio yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “kurang baik”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat quick ratio yang dihasilkan bank sebesar 108,05% diatas dalam batas wajar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 75% - 85%.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Sesudah merger, rata-rata tingkat banking ratio yang dimiliki bank sebesar 108,06% diatas batas wajar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 75% - 85% yang menunjukkan tingkat banking ratio bank dikatakan dalam kondisi “kurang baik”. c.
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Sebelum Merger, tingkat loan to deposit ratio yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dapat dikatakan dalam kondisi “sehat”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat loan to deposit ratio yang dihasilkan bank sebesar 94,33% masih dibawah batas aman tingkat loan to deposit ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 85% -110%. Sesudah merger, rata-rata tingkat loan to deposit ratio yang dimiliki bank sebesar 95,14% masih dibawah batas aman tingkat loan to deposit ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 85% -110% yang menunjukkan tingkat loan to deposit ratio bank dikatakan dalam kondisi “sehat”. 2. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio ini dapat juga digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank yang bertujuan untuk mengukur efektifitas bank dalam mencapai tujuannya. Rasio profitabilitas yang diukur dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on equity (ROE), Rasio Biaya Operasional (BOPO), dan net profit margin (NPM) pada saat sebelum merger dan pada saat sesudah merger dengan menggunakan standar rasio Bank Indonesia. Hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 2 Hasil Penilaian Rata-Rata Rasio Profitabilitas Berdasarkan Standar Rasio Bank Indonesia
Rasio Profitabilitas
Sebelum Merger
Sesudah Merger
Rata-Rata Rasio
Standar Rasio BI
Kriteria
Rata-Rata Rasio
Standar Rasio BI
Kriteria
ROA
1,06%
> 0,5%-1,25%
Baik
1,21%
> 0,5%-1,25%
Baik
ROE
8,87%
> 5%-12%
Baik
10,83%
> 5%-12%
Baik
BOPO
61,15%
< 94%-96%
Baik
57,83%
< 94%-96%
Baik
NPM
18,88%
> 5%
Baik
26,41%
> 5%
Baik
Sumber Data : Pojok Bursa Efek STIESIA Surabaya Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan kinerja PT. Bank OCBC NISP Tbk berdasarkan rasio profitabilitas yaitu sebagai berikut : a. Return On Assets (ROA) Sebelum Merger, tingkat return on assets yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “sehat”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat return on assets yang dihasilkan bank sebesar 1,06% masih diatas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 0,5% - 1,25%. Sesudah merger, rata-rata tingkat return on assets yang dimiliki bank sebesar 1,21% masih diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 0,5% - 1,25% yang menunjukkan tingkat return on assets bank dikatakan dalam kondisi “sehat”.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
b. Return On Equity (ROE) Sebelum Merger, tingkat return on equity yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “sehat”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat return on equity yang dihasilkan bank sebesar 8,87% masih diatas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 5% - 12%. Sesudah merger, rata-rata tingkat return on equity yang dimiliki bank sebesar 10,83% masih diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 5% - 12% yang menunjukkan tingkat return on equity bank dikatakan dalam kondisi “sehat”. c. Rasio Biaya Operasional (BOPO) Sebelum Merger, tingkat BOPO yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “baik”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat BOPO yang dihasilkan bank sebesar 61,15% dibawah standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 94% 96%. Sesudah merger, rata-rata tingkat BOPO yang dimiliki bank sebesar 57,83% dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 94% - 96% yang menunjukkan tingkat BOPO bank dikatakan dalam kondisi “baik”. d. Net Profit Margin (NPM) Sebelum Merger, tingkat net profit margin yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “sangat baik”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat net profit margin yang dihasilkan bank sebesar 18,88% diatas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 5%. Sesudah merger, rata-rata tingkat net profit margin yang dimiliki bank sebesar 26,41% diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 5% yang menunjukkan tingkat net profit margin bank dikatakan dalam kondisi “sangat baik”. 3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Rasio ini bisa juga dikatakan sebagai alat ukur untuk melihat kekayaan bank dari efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut. Rasio solvabilitas yang diukur dalam penelitian ini adalah primary ratio, capital ratio, dan capital adequency ratio pada saat sebelum merger dan pada saat sesudah merger dengan menggunakan standar rasio Bank Indonesia. Hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 3 Hasil Penilaian Rata-Rata Rasio Solvabilitas Berdasarkan Standar Rasio Bank Indonesia
Rasio Solvabilitas
Sebelum Merger
Sesudah Merger
Rata-Rata Rasio
Standar Rasio BI
Kriteria
Rata-Rata Rasio
Standar Rasio BI
Kriteria
Primary Ratio
11,87%
> 3% - 6%
Baik
11,16%
> 3% - 6%
Baik
CAR
11,56%
> 8%
Baik
11,31%
> 8%
Baik
Capital Ratio
13,46%
> 10% - 20%
Baik
12,57%
> 10% - 20%
Baik
Sumber Data : Pojok Bursa Efek STIESIA Surabaya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan kinerja PT. Bank OCBC NISP Tbk berdasarkan rasio solvabilitas yaitu sebagai berikut : a. Primary Ratio Sebelum Merger, tingkat primary ratio yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “baik”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat primary ratio yang dihasilkan bank sebesar 11,87% diatas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 3% - 6%. Sesudah merger, rata-rata tingkat primary ratio yang dimiliki bank sebesar 11,16% diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 3% - 6% yang menunjukkan tingkat primary ratio bank dikatakan dalam kondisi “baik”. b. Capital Adequacy Ratio (CAR) Sebelum Merger, tingkat capital adequacy ratio yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “baik”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat capital adequacy ratio yang dihasilkan bank sebesar 11,56% diatas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 8%. Sesudah merger, rata-rata tingkat capital adequacy ratio yang dimiliki bank sebesar 11,31% diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 8% yang menunjukkan tingkat capital adequacy ratio bank dikatakan dalam kondisi “baik”. c. Capital Ratio Sebelum Merger, tingkat capital ratio yang dimiliki PT. Bank OCBC NISP Tbk dalam kondisi “baik”, hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat capital ratio yang dihasilkan bank sebesar 13,46% diatas standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 10% - 20%. Sesudah merger, rata-rata tingkat capital ratio yang dimiliki bank sebesar 12,57% diatas standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 10% - 20% yang menunjukkan tingkat capital ratio bank dikatakan dalam kondisi “baik”. Berdasarkan analisa rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas yang telah dilakukan diatas, selanjutnya akan disimpulkan kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sebelum dan sesudah merger selama tahun 2009-2012. Berikut ini merupakan tabel penilaian kinerja rasio secara keseluruhan. Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Penilaian Rata-Rata Rasio Berdasarkan Standar Rasio Bank Indonesia Rasio LIKUIDITAS Quick Ratio Banking Ratio LDR PROFITABILITAS ROA ROE BOPO NPM SOLVABILITAS Primary Ratio CAR Capital Ratio
Rata-Rata Rasio
Sebelum Merger Standar Rasio BI
Kriteria
Rata-Rata Rasio
Sesudah Merger Standar Rasio BI
Kriteria
35,82% 108,05% 94,33%
> 15%-20% < 75%-85% < 85%-110%
Baik Kurang Baik Cukup Baik
29,65% 108,06% 95,14%
> 15%-20% < 75%-85% < 85%-110%
Baik Kurang Baik Cukup Baik
1,06% 8,87% 61,15% 18,88%
> 0,5%-1,25% > 5%-12% < 94%-96% > 5%
Baik Baik Baik Baik
1,21% 10,83% 57,83% 26,41%
> 0,5%-1,25% > 5%-12% < 94%-96% > 5%
Baik Baik Baik Baik
11,87% 11,56% 13,46%
> 3% - 6% > 8% > 10% - 20%
Baik Baik Baik
11,16% 11,31% 12,57%
> 3% - 6% > 8% > 10% - 20%
Baik Baik Baik
Sumber Data : Pojok Bursa Efek STIESIA Surabaya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Dari tabel tersebut diatas, terlihat bahwa kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk sebelum dan sesudah merger selama tahun 2009-2012 dilihat dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas menunjukkan dalam kondisi yang baik. Namun hanya pada banking ratio yang menunjukkan kinerja kurang baik. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi setiap tahun pada suatu perusahaan. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu dan merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan. Untuk mendapatkan nilai economic vakue added (EVA) sesuai dengan konsepnya. Maka perlu diketahui terlebih dahulu besarnya nilai biaya modal dan nilai laba bersih operasi setelah pajak atau NOPAT, adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan Nilai Biaya Modal Perhitungan nilai biaya modal PT. Bank OCBC NISP Tbk sebelum dan sesudah merger periode tahun 2009-2012 adalah sebagai berikut : Tabel 5 Perhitungan Nilai Biaya Modal Sebelum dan Sesudah Merger Keterangan Sebelum Merger
Sesudah Merger
Tahun
Struktur Modal
Biaya Modal (WACC)
Nilai Biaya Modal
2009
41.422.612
0,0397
1.644.478
2010
50.141.559
0,0206
1.032.916
2011
59.834.397
0,0267
1.597.578
2012
79.141.737
0,0282
2.231.797
Sumber Data : Pojok Bursa Efek STIESIA Surabaya 2. Perhitungan NOPAT Perhitungan NOPAT PT. Bank OCBC NISP Tbk sebelum dan sesudah merger periode tahun 2009-2012 adalah sebagai berikut : Tabel 6 Perhitungan NOPAT Sebelum dan Sesudah Merger
Keterangan
Sebelum Merger
Sesudah Merger
2009
2010
2011
2012
Laba Bersih Operasi
748.551
755.381
992.692
1.213.567
Beban Bunga
1.813.937
1.641.200
1.931.724
2.358.155
Beban Pajak
217.658
147.954
253.221
306.785
NOPAT
2.344.830
2.248.627
2.671.195
3.264.937
Sumber Data : Pojok Bursa Efek STIESIA Surabaya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
3. Perhitungan EVA Perhitungan EVA PT. Bank OCBC NISP Tbk sebelum dan sesudah merger periode tahun 2009-2012 adalah sebagai berikut : Tabel 7 Perhitungan Economic Value Added (EVA) Sebelum dan Sesudah Merger Sebelum Merger
Sesudah Merger
Keterangan 2009
2010
2011
2012
NOPAT
2.344.830
2.248.627
2.671.195
3.264.937
WACC
1.644.478
1.032.916
1.597.578
2.231.797
EVA
700.352
1.215.711
1.073.617
1.033.140
Sumber Data : Pojok Bursa Efek STIESIA Surabaya Sebelum merger, perhitungan EVA yang tersedia pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada saat sebelum melakukan merger PT. Bank OCBC NISP Tbk menghasilkan EVA > 0 pada tahun 2009, artinya terjadi nilai tambah ekonomis pada bank dengan nilai perolehan Rp. 700.352. Nilai EVA yang positif disebabkan laba bersih operasi setelah pajak atau NOPAT yang diperoleh bank lebih tinggi dari biaya modal yang ditanggung oleh bank. Pada tahun 2010 bank menghasilkan EVA > 0, artinya bank mampu menciptakan nilai tambah ekonomis dengan nilai yang positif sebesar Rp. 1.215.711. EVA pada tahun 2010 menunjukkan nilai lebih besar jika dibandingkan dengan nilai EVA pada tahun 2009, meningkatnya EVA pada tahun 2010 disebabkan karena bank berhasil menekan biaya modalnya yang menurun sebesar 37,19 %. Berdasarkan metode EVA bank sebelum melakukan merger, bank memiliki kinerja keuangan yang cukup baik karena berhasil menciptakan nilai tambah yang positif dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Setelah merger, nilai EVA PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah melakukan merger. Pada tahun 2011 nilai EVA > 0, artinya bank mampu menciptakan nilai tambah ekonomis dengan nilai positif Rp. 1.073.617. Nilai EVA yang positif disebabkan laba bersih operasi setelah pajak atau NOPAT yang diperoleh bank lebih tinggi dari biaya modal yang ditanggung oleh bank. Pada tahun 2012 bank menghasilkan EVA > 0, artinya bank mampu menciptakan nilai tambah ekonomis dengan nilai yang positif sebesar Rp. 1.033.140. Meskipun pada tahun 2012 menunjukkan nilai EVA yang positif, akan tetapi terjadi penurunan nilai tambah ekonomis yang disebabkan meningkatnya biaya modal yang harus ditanggung bank sebesar 39,70 %. Berdasarkan perhitungan metode EVA bank sesudah melakukan merger, bank telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomi. Hasil Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan adanya perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger tahun 2009-2012 dilakukan dengan menggunakan uji paired t-test (uji t berpasangan) dengan menggunakan program SPSS 20 dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui apakah terjadi penurunan kinerja keuangan sesudah merger atau peningkatan kinerja keuangan sesudah merger.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Dari hasil perhitungan uji statistik menggunakan uji t paired t-test (uji t berpasangan) untuk PT. Bank OCBC NISP Tbk maka dapat diketahui kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk tersebut. Untuk lebih jelasnya hasil pengujian kinerja keuangan PT. Bank OCBC NISP Tbk. dengan menggunakan uji t paired t-test (uji t berpasangan) dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini beserta pengujian statistik sebagai berikut : Tabel 8 Hasil Uji Paired Sample t Test Sebelum dan Sesudah Merger Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1
eva_sebelum_merger eva_sesudah_merger
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
349.7305
494.3354
349.5479
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -4091.697
4791.158
t
df
Sig. (2tailed)
1.001
1
0.500
Sumber Data : Hasil Output SPSS Berdasarkan hasil perhitungan uji t paired t-test (uji t berpasangan) dengan menggunakan program SPSS 20 diketahui tingkat signifikansi variabel EVA sebelum merger dan sesudah merger PT. Bank OCBC NISP Tbk sebesar 0,500 > 0,05 (𝛼 = 5%), menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger. Hasil ini mengindikasikan bahwa kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap harapan setiap para penyandang dana (pemegang saham dan kreditur) dengan menciptakan nilai tambah ekonomis sebelum dan sesudah bank melakukan merger tidak ada perbedaan yang berarti. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis kemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Hasil pengujian hipotesis menyatakan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger pada PT. Bank OCBC NISP Tbk dengan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger; (2) Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada EVA dapat dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji t dengan alat bantu SPSS 20, yang menunjukkan sig. > 5% (0,500 > 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada EVA PT. Bank OCBC NISP Tbk antara sebelum dan sesudah merger; (3) Hasil yang tidak signifikan dari EVA PT. Bank OCBC NISP Tbk antara sebelum dan sesudah merger tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan Bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap harapan setiap para penyandang dana (pemegang saham dan kreditur) dengan menciptakan nilai tambah ekonomis sebelum dan sesudah Bank melakukan merger tidak ada perbedaan yang berarti. Artinya merger dapat dikatakan tidak berhasil dari sisi EVA.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diambil maka saran-saran yang dapat di ajukan adalah sebagai berikut : (1) Hendaknya manajemen PT. Bank OCBC NISP Tbk sesudah melakukan merger dapat lebih meningkatkan nilai economic value added (EVA), dengan cara meningkatkan laba bersih operasi setelah pajak, dan mampu menekan nilai biaya modal agar Bank mampu menciptakan nilai tambah yang positif kepada para penyandang dana; (2) Dalam usaha meningkatkan kinerja perusahaan, usaha yang sebaiknya dilakukan adalah lebih berusaha meningkatkan laba perusahaan, dengan cara meningkatkan penjualan, menurunkan biaya administrasi dan penjualan, biaya operasi, serta biaya lainnya agar profitabilitas dapat ditingkatkan; (3) Sebaiknya manajemen PT. Bank OCBC NISP Tbk menggunakan metode EVA untuk menilai kinerja keuangan, agar Bank dapat meninjau sejauh mana keberhasilan Bank dalam mengolah keuangan sehingga dapat memperbaiki kinerjanya guna menarik dan mempertahankan para investor yang menanamkan modalnya di perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, S. D. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Brigham, E. F. dan J. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Alih Bahasa : Ali Akbar Yulianto. Edisi Sepuluh. Salemba Empat. Jakarta. Husnan, S. dan E. Pudjiastuti. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keenam. Cetakan Pertama. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Harahap, S. S. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Martono dan A. Harjito. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Kedelapan. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta. Moin, A. 2010. Merger, Akuisisi & Divestasi. Edisi kedua. Ekonisia. Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi. Alfabeta. Bandung. ●●●