Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Konvensional dan Economic Value Added Rachman Fitrianto Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
ABSTRAK Pengukuran kinerja keuangan perusahaan akan menunjukkan sehat atau tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya selama periode tertentu. Adanya Economic Value Added (EVA) menjadi relevan untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai (value) karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kehandalan metode EVA dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan bila dibandingkan dengan metode konvensional dan bagaimana EVA dapat menciptakan atau menghancurkan nilai bagi pemegang saham. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode konvensional dan membandingkan dengan metode EVA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan 5 perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode EVA dan konvensional serta uji statistik dengan metode Independent Sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode konvensional dengan metode Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. Laba yang dihitung dengan metode konvensional lebih baik dari pada menggunakan metode EVA. Berarti metode EVA belum dapat diterapkan dalam perusahan ini dalam kurun waktu tersebut. Kata Kunci: Metode Konvensional, Economic value added, Kinerja Keuangan.
ABSTRACT The performance measurements of company’s activities will show either the company is healthy or not in running the operational activities along the specified period. The existence of Economic Added Value (EVA) become relevant to measure the performance based on value, because EVA is the measure of economic added value which is produced by the company as a result of activites or strategies by the management. The issue of this research is how the reability of EVA method is in measuring the company’s financial performance whwn compared by the conventional method and how EVA could create or destruct the value for stakeholders. The aim of this research is to analyse the company’s financial performance using the conventional method and compared with EVA method.
1
The method used in this research is comparative method. This research using secondary file in the form of financial statement of 5 pharmacy companies enlisted in Indonesian Effect Exchange (BEI). The method used is EVA method and conventional one, also statistical test using Independent Sample T test method. The Result of this research indicates there is not any significant differences between Conventional Method and EVA method as a indicator of the company’s financial statement. Profit counted by conventional method is better than EVA method. It means EVA could not yet applied in this company on the specified period. Keywords: Conventional method, Economic value added, Financial performance
1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Di era globalisasi ini, kemajuan teknologi dan perkembangan arus informasi telah menyebabkan terjadinya perkembangan dunia usaha yang begitu pesat. Perkembangan ini diiringi dengan munculnya persaingan yang ketat dan kompetitif didalam dunia usaha. Persaingan usaha yang ada ini perlu diantisipasi dengan suatu pemikiran yang kritis dan pemanfaatan secara optimal semua sumber daya yang dimiliki perusahaan. Ukuran yang dicapai dalam menilai kinerja perusahaan sangatlah bermacammacam dan berbeda-beda dari satu industri ke industri lainnya tergantung pada aktivitas pokok perusahaan seperti produksi, keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, dan banyak lagi kegiatan lainnya. Rasio keuangan Profitabilitas yang diantaranya adalah Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning per Share (EPS) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh. Untuk melengkapi cara pengukuran kinerja perusahaan yang ada, selama beberapa tahun terakhir telah berkembang suatu pendekatan baru dalam mengukur kinerja perusahaan yang dikenal dengan pendekatan nilai tambah ekonomis (Economic Value Added) atau lebih dikenal dengan sebutan EVA Economic Value Added (EVA) adalah pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang dihitung dengan cara mengurangkan net operating profit after tax dengan capital charges. EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi, EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik perusahaan ini sejalan dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan. Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added (EVA) merupakan cara yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, oleh sebab itu penulis membandingkan kedua cara tersebut untuk dapat mengetahui mana yang lebih memberikan nilai bagi perusahaan.
2
1.2
Rumusan Masalah 1. 2. 3.
1.3
Bagaimana kinerja keuangan perusahaan apabila diukur dengan menggunakan metode konvensional? Bagaimana kinerja keuangan perusahaan apabila diukur dengan menggunakan Economic Value Added (EVA)? Apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas hasil pengukuran kinerja keungan perusahaan dengan metode konvensional dan Economic Value Added (EVA)?
Tujuan Penelitian 1. 2. 3.
Untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui metode konvensional Rasio Profitabilitas EPS, NPM, ROE, ROI. Untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Economic Value Added (EVA). Untuk menganalisis apakah perbedaan signifikan antara hasil kinerja perusahaan dengan penerapan metode konvensional dan Economic Value Added (EVA).
2. TELAAH PUSTAKA
Kinerja perusahaan (organizational performance) adalah seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seberapa baik organisasi itu mentapkan dan mencapai tujuan yang memadai. Bagi Pihak investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau harus mencari alternatif investasi yang lain. Selain itu, kinerja juga memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiiki kredibilitas yang baik.
2.1
Analisis Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut (Kashmir, 2009). 1. Return on Investment (ROI) Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva merupakan tolok ukur dari kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan rumusnya sebagai berikut:
3
2. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan, baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum, semakin tinggi tingkat pengembalian atas penghasilan yang diperoleh maka semakin baik pula kedudukan pemilik perusahaan. Tingkat pengembalian modal itu sendiri menghasilkan keuntungan netto bagi para penanam modal. Rumusnya adalah sebagai berikut:
3. Earning per Share (EPS) Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian tinggi. Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai berikut:
4. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Adapun rumus untuk mencari rasio ini adalah:
2.2
Analisis Economic Value Added
Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Nilai EVA didapat dari NOPAT dikurangi capital charges. Rumus umum yang dipakai untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut:
4
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Laba bersih dari operasi setelah pajak atau lebih dikenal dengan sebutan NOPAT adalah sejumlah laba yang tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada semua penyedia dana untuk perusahaan. Invested Capital Modal yang diinvestasikan (invested capital) merupakan jumlah modal yang digunakan perusahaan untuk melakukan investasi, dimana sumber dana investasi berasal dari hutang jangka panjang dan ekuitas. Invested capital merupakan jumlah investasi dalam bentuk aset yang berhubungan dengan kegiatan/aktivitas operasional perusahaan. Invested capital adalah investasi perusahaan dalam bentuk kas, modal kerja dan aktiva tidak lancar. Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga (non interest bearing liabilities), seperti utang, upah yang akan jatuh tempo, dan pajak yang akan jatuh tempo. Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya.
Weighted Average Cost of Capital (WACC) Para investor membutuhkan pengendalian lebih tinggi untuk pembelian saham dalam suatu perusahaan tertentu daripada ketika mereka memberikan pinjaman karena yang terdahulu lebih beresiko. Oleh karenanya, biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya utang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing itu dimiliki struktur modal. Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dari perusahaan tersebut yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana: WACC: D: rd: Tax: E: re:
Biaya modal rata-rata tertimbang Tingkat modal dari hutang (Debt) Biaya hutang (Persentase cost of debt) Persentase pajak dari EBT Equity (Tingkat modal dari ekuitas) Biaya ekuitas (Persentase cost of equity)
3. METODE PENELITIAN 3.1
Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah laporan kinerja keuangan perusahaan farmasi yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai 2008 yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) Telah menyampaikan laporan keuangan tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yang telah diaudit (3) Laporan keuangan telah diaudit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (4) Tahun buku berakhir pada
5
tanggal 31 Desember dan (5) Tidak sedang dalam proses delisting. Adapun perusahaan tersebut diantaranya yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 3.2
PT Darya Varia Laboratoria Tbk; PT Indofarma (Persero) Tbk; PT Kalbe Farma Tbk; PT Kimia Farma (Persero) Tbk; dan PT Pyridam Farma Tbk. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
Earning Per Share (EPS)
Net Profit Margin (NPM)
Return On Equity (ROE)
Return On Invesment (ROI)
Economic Value Added (EVA)
Rumus umum yang dipakai untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut 1. Rumus mencari NOPAT adalah sebagai berikut: NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non cash bookkeeping entries seperti biaya penyusutan. 2. Rumus mencari biaya modal (Capital Charges) Invested Capital (modal yang di investasikan) adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga (non interest bearing liabilities). 3. Rumus umum menghitung Invested Capital a. Pendekatan operasi (Operating Approach )
b.
Pendekatan Financial
4. Rumus mencari WACC
6
Keterangan: WACC (Weighted Average Cost of Capital) adalah jumlah biaya dari setiap komponen modal, utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. D = Tingkat modal dari hutang (debt) tax = Persentase pajak dari EBT rd = Biaya hutang (persentase cost of debt ) E = Equity (tingkat modal dari ekuitas) re = Biaya ekuitas (persentase cost of equity) 3.3
Teknik Pengolahan Data Peneliti menggunakan uji Independent sample t-test dalam mengolah data dengan bantuan software SPSS for Windows15. Tingkat signifikansi untuk pengujian hipotesis yang dipilih adalah 0,05 yang berarti profitabilitas 95% toleransi kesalahannya adalah 5%, dengan pengujian dua sisi hal ini dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara kedua variabel dan merupakan tingkat signifikan yang umum yang digunakan dalam penelitian. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua variabel, hipotesis nol (Ho) pada umumnya diformulasikan untuk ditolak, maka hipotesis (Ha) dapat diterima. Ho: Tidak terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode konvensional rasio profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan economic value added (EVA) Ha: Terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode metode konvensional rasio profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan economic value added (EVA).
4. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan antara kedua metode (rasio profitabilitas dan EVA) maka dapat dilihat perbandingannya dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, yaitu sebagai berikut: 4.1
Earning Per Share (EPS) Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Berikut ini adalah rata-rata EPS perusahaan.
7
Tabel 4.1 Perbandingan Earning per Share (EPS) Perusahaan
PT Darya Varia Laboratoria Tbk
PT Indofarma (Persero) Tbk
PT Kalbe Farma Tbk
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
PT Pyridam Farma Tbk
Tahun
EPS
2004
88,95
2005
127,81
2006
93,77
2007
89,14
2008
126,46
2004
2,34
2005
3,10
2006
4,92
2007
3,57
2008
1,62
2004
45,85
2005
61,65
2006
66,62
2007
69,94
2008
72,46
2004
14,00
2005
9,51
2006
7,92
2007
9,40
2008
9,97
2004
2,68
2005
2,48
2006
3,23
2007
3,26
2008
4,32
Rata-Rata Per Perusahaan
Rata-Rata Perusahaan Sampel
105,22
3,11
63,30
36,99
10,16
3,19
PT Darya Varia Laboratoria mampu menghasilkan laba bersih per lembar saham rata-rata terbesar selama lima tahun. PT Kalbe Farma mampu menghasilkan laba bersih per lembar saham lebih besar dari tingkat laba bersih per lembar saham rata-rata perusahaan sampel. Sedangkan PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Pyridam Farma Tbk dan PT Indofarma (Persero) Tbk mempunyai laba bersih per lembar saham rata-rata dibawah rata rata perusahaan sampel. 4.2
Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Berikut adalah rata-rata NPM perusahaan.
8
Tabel 4.2 Perbandingan Net Profit Margin (NPM) Perusahaan
PT Darya Varia Laboratoria Tbk
PT Indofarma (Persero) Tbk
PT Kalbe Farma Tbk
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
PT Pyridam Farma Tbk
Tahun
NPM
2004
11,67
2005
13,24
2006
9,11
2007
10,09
2008
12,26
2004
1,05
2005
1,40
2006
1,48
2007
0,87
2008
0,34
2004
10,91
2005
10,66
2006
11,14
2007
10,07
2008
8,97
2004
4,04
2005
2,91
2006
2,01
2007
2,21
2008
2,05
2004
4,21
2005
3,35
2006
2,82
2007
2,01
2008
1,93
Rata-Rata Per Perusahaan
Rata-Rata Perusahaan Sampel
11,27
1,03
10,35
5,63
2,64
2,86
PT Darya Varia Laboratoria Tbk mampu menghasilkan net profit margin ratarata terbesar selama lima tahun. PT Kalbe Farma Tbk mampu menghasilkan net profit margin lebih besar dari tingkat net profit margin rata-rata perusahaan sampel. Sedangkan PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Pyridam Farma Tbk dan PT Indofarma (Persero) Tbk mempunyai net profit margin rata-rata dibawah rata rata perusahaan sampel. Ini berarti kinerja PT Darya Varia Laboratoria Tbk dan PT Kalbe Farma Tbk dapat dikatakan baik karena berada diatas rata-rata industri. Sedangkan kinerja PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Pyridam Farma Tbk dan PT Indofarma (Persero) Tbk dikatakan kurang baik karena berada dibawah rata-rata industri. 4.3
Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) merupakan salah satu indikator profitabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba. Berikut ini adalah ROE dari masing-masing perusahaan.
9
Tabel 4.3 Perbandingan Return on Equity (ROE) Perusahaan
PT Darya Varia Laboratoria Tbk
PT Indofarma (Persero) Tbk
PT Kalbe Farma Tbk
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
PT Pyridam Farma Tbk
Tahun
ROE
2004
15,61
2005
18,32
2006
12,74
2007
10,8
2008
13,94
2004
2,83
2005
3,62
2006
5,43
2007
3,8
2008
1,7
2004
30,54
2005
26,84
2006
22,59
2007
20,84
2008
19,51
2004
9,55
2005
6,26
2006
5,05
2007
5,75
2008
5,84
2004
2,3
2005
2,09
2006
2,65
2007
2,6
2008
3,33
Rata-Rata Per Perusahaan
Rata-Rata Perusahaan Sampel
14,28
3,49
24.06
10,18
6,49
2,59
PT Kalbe Farma Tbk mampu menghasilkan laba rata-rata terbesar dengan modal sendiri selama lima tahun, yang kontribusi terbesar dihasilkan pada tahun 2005. PT Darya Varia Laboratoria Tbk mampu memperoleh laba dengan modal sendiri lebih besar dari tingkat laba rata-rata perusahaan sampel. PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Indofarma (Persero) Tbk dan PT Pyridam Farma Tbk mempunyai laba rata-rata dibawah laba rata-rata perusahaan sampel. 4.4
Return On Investment (ROI) Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva merupakan tolok ukur dari kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan. Berikut ini adalah ROI masing-masing perusahaan.
10
Tabel 4.4 Perbandingan Return on Investment (ROI) Perusahaan
PT Darya Varia Laboratoria Tbk
PT Indofarma (Persero) Tbk
PT Kalbe Farma Tbk
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
PT Pyridam Farma Tbk
Tahun
ROI
2004
11,55
2005
13,00
2006
9,42
2007
8,90
2008
11,11
2004
1,38
2005
1,85
2006
2,22
2007
1,10
2008
0,52
2004
12,34
2005
13,51
2006
14,63
2007
13,73
2008
12,39
2004
6,63
2005
4,73
2006
3,49
2007
3,76
2008
3,83
2004
2,03
2005
1,74
2006
2,08
2007
1,83
2008
2,34
Rata-Rata Per Perusahaan
Rata-Rata Perusahaan Sampel
10,79
1,41
13,32
6,40
4,49
2,00
PT Kalbe Farma Tbk mampu menghasilkan laba rata-rata terbesar dengan total aktiva yang diinvestasikan selama lima tahun, yang kontribusi terbesar dihasilkan pada tahun 2006. PT Darya Varia Laboratoria Tbk mampu memperoleh laba dengan total aktiva lebih besar dari tingkat laba rata-rata perusahaan sampel. PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Pyridam Farma Tbk dan PT Indofarma (Persero) Tbk mempunyai laba rata-rata dibawah laba rata-rata perusahaan sampel.
4.5
Economic Value Added (EVA) Kinerja perusahaan dalam meningkatkan nilai ekonomis perusahaan dapat dilihat dari besarnya economic value added (EVA) yang dihasilkan perusahaan tersebut. Dimana EVA adalah merupakan laba usaha (Net Operating Profit After Tax, NOPAT) yang dikurangi dengan biaya seluruh modal (total invested
11
capital) yang dipakai sehingga menghasilkan pendapatan (earning). Berikut ini adalah EVA untuk masing-masing perusahaan. Tabel 4.5 Perbandingan Economic Value Added (EVA) Perusahaan
PT Darya Varia Laboratoria Tbk
PT Indofarma (Persero) Tbk
PT Kalbe Farma Tbk
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
PT Pyridam Farma Tbk
Tahun
EVA
2004
15.931.065.161
2005
18.577.174.831
2006
30.860.269.829
2007
29.781.078.967
2008
51.420.684.737
2004
5.342.663.354
2005
5.624.969.019
2006
9.067.226.285
2007
13.422.806.980
2008
3.094.168.497
2004
333.702.557.151
2005
545.093.073.692
2006
560.913.712.443
2007
546.420.454.687
2008
262.885.911.542
2004
38.897.277.953
2005
15.868.435.831
2006
19.716.020.538
2007
36.117.852.480
2008
45.539.790.311
2004
(789.833.891)
2005
(1.227.056.072)
2006
(876.444.287)
2007
196.908.784
2008
(38.620.931)
Rata-Rata Per Perusahaan
Rata-Rata Perusahaan Sampel
29.314.054.705
7.310.366.827
449.803.141.903
102.984.078.492
31.227.875.423
(2.735.046.397)
PT Kalbe Farma Tbk merupakan penghasil nilai terbesar yaitu Rp. 449.803.141.903. PT Kimia Farma (Persero) Tbk menghasilkan nilai tambah rata-rata Rp. 31.227.875.423. PT Darya Varia Laboratoria Tbk menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 29.314.054.705. PT Indofarma (Persero) Tbk menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 7.310.366.827. Sedangkan PT Pyridam Farma Tbk menjadi penghancur nilai terbesar (Rp 2.735.046.397). EVA perusahaan-perusahaan sampel adalah Rp 102.984.078.492 yang berarti bahwa kinerja rata-rata perusahaan-perusahaan sampel secara keseluruhan cukup baik dalam menghasilkan nilai tambah ekonomi kepada para pemegang sahamnya. Hanya PT Pyridam Farma Tbk saja yang menghasilkan EVA negatif, berarti perusahaan menghancurkan nilai tambah.
12
4.6
Uji Statistik
Pada tahap ini akan dilakukan analisis komparatif antara kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode konvensional dan Economic Value Added. Dengan menggunakan uji t sampel bebas. Berikut ini diperoleh uji statistik Independent Sample t –test. Tabel 4.6 Independent Sample t –test Metode Konvensional dan EVA Levene's Test for Equality of Variance
Equal variances assumed Equal variances notassumed
F
Sig.
1,522
0,223
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
t
df
Sig (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
0,733
48
0,467
45420815144,72
61933851461,3
-79105539276,9
169947169566
0,733
44,63
0,467
45420815144,72
61933851461,3
-79349204050,3
170190834340
Dari hasil uji statistik diatas, maka diperoleh nilai dari thitung sebesar 0,733 dengan signifikansi sebesar 0,467. Dengan melihat hasil tersebut bisa diambil keputusan untuk menerima Ho atau menolak Ha karena derajat signifikansi 0,467 lebih besar dari 0,05. Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penilaian kinerja perusahaan dengan menggunakan metode konvensional dan Economic Value Added (EVA) karena dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan Economic Value Added (EVA) yang secara eksplisit memasukkan perhitungan biaya modal ke dalam perhitungannya namun perbedaan yang dihasilkan tidak signifikan dengan pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode konvensional. Dimasukannya biaya modal merupakan salah satu keunggulan dari Economic Value Added (EVA) dibandingkan dengan pendekatan lain dalam mengukur kinerja perusahaan, serta perhitungan Economic Value Added (EVA) ini dianggap cocok karena menyajikan ukuran yang secara adil memperhitungkan harapan-harapan kreditur dan pemegang saham perusahaan.
5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan
1.
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode konvensional menunjukan peningkatan yang fluktuatif. Penurunan laba yang terjadi lebih disebabkan oleh adanya faktor tingginya peningkatan biaya operasi perusahaan yang diiringi oleh peningkatan yang kurang berarti pada pendapatan operasional perusahaan.
13
2.
3.
Pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara stabil, artinya secara umum perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan manajemen mampu menyelaraskan kepentingan antara investor dan manajemen terhadap resiko. Penurunan nilai EVA yang terjadi lebih disebabkan karena adanya penurunan pada nilai NOPAT yang diikuti dengan peningkatan nilai Invested Capital serta serta semakin tingginya biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dari perhitungan statistik dan pengujian hipotesis, ternyata pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan penggunaan metode konvensional dan economic value added (EVA) menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. Diperoleh nilai dari thitung sebesar 0,733 dengan signifikansi sebesar 0,467. Dengan melihat hasil tersebut bisa diambil keputusan untuk menerima Ho karena derajat signifikansi 0,467 yang lebih besar dari alpha 0,05. Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penilaian kinerja perusahaan dengan menggunakan metode konvensional dan Economic Value Added (EVA).
Implikasi Penggunaan metode konvensional dapat dikatakan lebih baik karena menghasilkan rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode EVA. Tetapi walaupun rata-rata yang dihasilkan lebih besar bukan merupakan suatu ukuran bahwa kinerja perusahaan baik karena dalam metode konvensional hanya memperhitungkan biaya modal dari hutang (cost of debt) dan tidak memperhitungkan biaya modal dari ekuitas (cost of equity), sedangkan economic value added (EVA) memperhitungkan keduanya. Apabila perusahaan akan menggunakan metode economic value added (EVA) maka perusahaan harus mampu menekan biaya modal dan harus lebih mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi seperti tingkat bunga dan kondisi perekonomian. Antara kedua metode tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing karena dasar perhitungan yang digunakan berbeda. Secara teoritis perhitungan EVA menggambarkan suatu tolok ukur kinerja keuangan yang berbasis nilai dan memperhitungkan semua biaya yang ada. Peneliti menyarankan kepada investor untuk selalu berhati-hati dalam menanamkan modalnya, karena tidak semua perusahaan yang dianggap prospective dapat menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Untuk perusahaan, ketika menghadapi masalah yang mengarah kepada kerugian dikarenakan besarnya beban usaha yang dikelurkan, maka sebaiknya perusahaan melakukan efisiensi beban usaha agar dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi serta sebaiknya perusahaan juga mengurangi komposisi biaya utang dan biaya ekuitas agar tercipta penciptaan nilai pada perusahaan.
14
DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE-UGM, 2008. Dermawan Sjahrial. Kumpulan Pembahasan Soal-Soal Pengantar Manajemen: Mitra Wacana Media. 2009. Iramani. Financial Value Added: Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.7 No.1. Surabaya: UK Petra. 2005 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Kustianto dan Badrudin. Statistika 1 (Deskriptif). Jakarta: Gunadarma. 1994. Miswanto dan Eko Widodo. Manajemen Keuangan 1. Jakarta: Universitas Gunadarma, 1998. Mulyadi. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Yogyakarta: STIE TKPN. 2001 Purbayu Budi Santosa dan Ashari. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2005. Resmi, Siti. “Economic Value Added sebagai pengukuran kinerja perusahaan”. Majalah Ekonomi, No.3. 2003. Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Ed.4.Yogyakarta: BPFE 1997. Sawir, A. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001. Subiyakto Haryono. Statistika 2. Jakarta: Gunadarma. 1994 Tunggal, A. W. Memahami Economic Value Added/EVA Teori, Soal dan Kasus. Jakarta: Harvarindo, 2008. Tunggal, A. W. Pengantar Konsep Economic Value Added (EVA) dan Value Based Management (VBM). Jakarta: Harvarindo, 2008. Utomo, L.L. “Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume (1) No. 4.1999. Young, S. David dan Stephen F. O’Byrne. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Alih Bahasa Lusy Widjaya. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2001.
15