ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. MUSI HUTAN PERSADA MUARA ENIM (SUM-SEL) BERBASIS LAPORAN KEUANGAN 2007 - 2010
Oleh FEBRI ANI ANGGARI H24097046
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN
FEBRI ANI ANGGARI. H24097046. Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Musi Hutan Persada Muara Enim (Sum-Sel) Berbasis Laporan Keuangan 2007-2010. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. PT. Musi Hutan Persada merupakan perusahaan hasil kerja sama antara PT. Inhutani dan PT. Enim Musi Lestari, yang bergerak di bidang pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang menghasilkan kayu. Perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja keuangannya dari tahun ke tahun. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkn kinerja keuangannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi keuangan dan kinerja keuangan dengan menggunakan analisis Rasio keuangan dan analisis Du Pont, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruh kinerja perusahaan selama periode 2007-2010. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kondisi neraca pada komponen komponen kewajiban jangka panjang, aktiva tetap dan aktiva lain-lain mengalami penurunan. Sedangkan pada komponen aktiva lancar, kewajiban lancar, dan ekuitas selalu mengalami peningkatan. Kondisi laba rugi pada komponen laba kotor dan biaya mengalami penurunan. Sedangkan pada komponen penjualan, harga pokok produksi, dan laba bersih selalu mengalami peningkatan yang fluktuatif. Berdasarkan analisis rasio, kondisi keuangan perusahaan menunjukkan kurang likuid dan kurang solvabel. Serta aktivitas perusahaan masih kurang baik. Walaupun
begitu,
perusahaan
masih
dapat
menghasilkan
keuntungan.
Berdasarkan analisis Du Pont, kinerja perusahaan selama empat tahun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu penjualan, harga pokok penjualan, biaya, aktiva, kewajiban dan ekuitas. Cuaca dan pihak lain yang ikut bekerja sama pada PT. Musi Hutan Persada serta pemerintah merupakan faktor eksternalnya.
SUMMARY
FEBRI ANI ANGGARI. H24097046. Analysis of Financial Performance at PT. Muara Enim Musi Hutan Persada (Sum-Sel) Based on Financial Statements 20072010. Under the guidance FARIDA RATNA DEWI.
PT. Musi Hutan Persada is a joint collaboration between PT. Inhutani and PT. Enim Musi Lestari, who is enganged in the development of Industrial Forest Plantation (HTI) which produces logging. The Companies are required to improve it is financial performance from year to year. It encourages companies to improve financial performance. This study aims to look at the financial condition and financial performance using financial rations and Du Pont analysis, and analyze the factors that influence the performance of the company during 2007-2010. From the research results can be seen that conditions on the balance sheet components of long-term liabilities, fixed assets and other assets decreased. While the components of current assets, current liabilities, and equity are always increasing. Conditions of income as a component of gross profit and cost has decreased. While on the sale of components, cost of production, and net income increased always fluctuating. Based on ratio analysis, financial condition showed less liquid and less solvabel. And the activities of the company is still not good. However, companies can still make a profit. Based on the analysis of Du Pont, the company's performance over the past four years showed a significant increase signifikan. The companies performance affected by internal and external factors. Internal factors are sales, cost of goods sold, expenses, assets, liabilities and equity. Weather and other parties involved work together on PT. Musi Hutan Persada and the government is an external factor.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. MUSI HUTAN PERSADA MUARA ENIM (SUM-SEL) BERBASIS LAPORAN KEUANGAN 2007 - 2010
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh FEBRI ANI ANGGARI H24097046
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul
: Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Musi Hutan Persada Muara Enim (Sum-Sel) Berbasis Laporan Keuangan 2007-2010
Nama
: Febri Ani Anggari
NIM
: H24097046
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP.19710307 200501 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc) NIP. 196101231986011002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Febri Ani Anggari dilahirkan Tanjung Enim pada tanggal 31 Januari 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Johan Firdaus dan Ibu Syukurudah. Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Idhata di Tanjung Enim (1993-1994), selanjutnya penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 24 Tanjung Enim (1994-2000). Kemudian melanjutkan lagi di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Tanjung Enim (2000-2003) dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Unggulan Muara Enim (2003-2006). Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Program Keahlian Perencanaan Produksi Manufaktur dan Jasa Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2009. Setelas lulus pendidikan Diploma III, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen nstitut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penulis cukup aktif di Organisasi EXOM. Adapun kegiatan yang diikuti antara lain bakti sosial donor darah dan menyantuni anak-anak yatim. Penulis melaksanakan kegiatan penelitian di PT. Musi Hutan Persada Muara Enim (Sum-Sel) dan mengambil topik penelitian yang berjudul ”Analisis Kinerja Keuangan PT. Musi Hutan Persada Muara Enim (Sum-Sel) Berbasis Laporan Keuangan 2007-2010”.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa membimbing dan menyertai penulis. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah bagi Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan Umat yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Tujuan pembuatan skripsi ini untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi, yang merupakan salah satu syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Menajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Instittut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik dari pengetahuan, tata cara penulisan, pengalaman, pengetahuan dan maupun isinya, mengingat keterbatasan penulis yang selalu masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis nantikan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga proposal ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca.
Bogor, Agustus 2011
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik itu bimbingan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1) Kedua orang tua saya yang tercinta yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya baik secara moril maupun materi. 2) Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini. 3) Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik, membimbing dan mengarahkan penulis selama proses perkuliahan di. Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen nstitut Pertanian Bogor. 4) Bapak Pardianto selaku Manager Tanam Unit Dua PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, dan seluruh staf PT. Musi Hutan Persada. 5) Kakakku Anggra dan Adikku Yanda serta keluarga besarku yang telah memberi support dan keyakinan ynag luar biasa kepada penulis. 6) Teman-teman terbaikku yang selalu memberikan dukungan kepada penulis (Kak Wanda, Firsty, Nola, Eka, Gita, Papau, Anty, Vicky). 7) Anak-anak Kostan C9 yang telah membantu dalam segala hal. 8) Teman-teman satu bimbingan (Devitana, Silvania, Bramantio serta Trias). Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yng setimpal atas kebaikan semua pihak. Amin
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... v DAFTAR ISI ............................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 2 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.4 .Manfaat Penelitian ............................................................................. 4 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan ............................................................................... 5 2.2. Laporan Keuangan ............................................................................. 5 2.2.1 Laporan Neraca .......................................................................... 7 2.2.2 Laporan Laba Rugi ...................................................................... 8 2.3. Forecasting ........................................................................................ 8 2.4. Analisis Trend .................................................................................... 9 2.5. Analisis Laporan Keuangan ................................................................ 9 2.5.1 Analisis Rasio ........................................................................... 11 2.5.2 Analisis Du Pont ....................................................................... 14 2.6. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 17 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 20 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 21 3.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 22 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data................................................. 22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................ 29 4.2. Misi PT. Musi Hutan Persada .............................................................. 30 4.3. Sasaran Perusahaan ............................................................................. 30 4.4. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja ....................................................... 31 4.5. Struktur Organisasi.............................................................................. 32
vi
4.6. Kondisi Keuangan PT. Musi Hutan Persada ....................................... 33 4.6.1 Perkembangan Kondisi Neraca ................................................. 34 4.6.2 Perkembangan Kondisi Laba Rugi ............................................ 37 4.7. Forecasting Kondisi Keuangan PT. Musi Hutan Persada .................... 39 4.7.1 Forecasting Kondisi Neraca ....................................................... 39 4.7.2 Forecasting Kondisi Laba Rugi .................................................. 41 4.8 Analisis Rasio Keuangan PT. Musi Hutan Persada ............................ 43 4.8.1 Rasio Likuiditas ........................................................................ 44 4.8.2 Rasio Solvabilitas ..................................................................... 46 4.8.3 Rasio Aktivitas ......................................................................... 48 4.8.4 Rasio Profitabilitas ................................................................... 51 4.9 Analisis Du Pont ................................................................................ 54 4.10 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan..................... 56 4.11 Implikasi Manajerial .......................................................................... 57 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan .............................................................................................. 59 2. Saran......................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 62 LAMPIRAN ................................................................................................ 64
vii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kerangka analisis Du Pont ..........................................................................17 Bagan kerangka pemikiran ..........................................................................21 Perkembangan kondisi neraca .....................................................................34 Perkembangan kondisi laba rugi ..................................................................37 Forcasting kondisi neraca ...........................................................................40 Forcasting kondisi laba rugi ........................................................................42 Perkembangan rasio likuiditas .....................................................................44 Perkembangan rasio solvabilitas ..................................................................46 Perkembangan rasio aktivitas ......................................................................49 Perkembangan rasio profitabilitas ................................................................51 Perkembangan komponen ROE dan komponen Du Pont lainnya .................54
viii
DAFTAR TABEL
No 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman Tingkat penjualan, biaya serta laba bersih ....................................................1 Forecasting kondisi neraca tahun 2011 ........................................................40 Forecasting kondisi laba rugi tahun 2011 .....................................................41 Hasil analisis rasio PT.Musi Hutan Persada periode 2007-2010 ....................43 Hasil analisis Du Pont PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2010 .............54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Laporan laba rugi 31 Desember 2007 ...........................................................64 2. Laporan laba rugi 31 Desember 2008 ...........................................................65 3. Laporan laba rugi 31 Desember 2009 ...........................................................66 4. Laporan laba rugi 31 Desember 2010 ...........................................................67 5. Hasil Forecasting komponen neraca menggunakan minitab ..........................68 6. Hasil Forecasting komponen laba rugi menggunakan minitab ......................70 7. Laporan neraca 31 Desember 2007...............................................................72 8. Laporan neraca 31 Desember 2008...............................................................73 9. Laporan neraca 31 Desember 2009...............................................................74 10. Laporan neraca 31 Desember 2010...............................................................75 11. Analisis trend terhadap laporan neraca tahun 2007-2010 ..............................76 12. Analisis trend terhadap laporan laba rugi tahun 2007-2010 ...........................77 13. Analisis trend terhadap Forecasting laporan neraca tahun 2007-2011 ...........78 14. Analisis trend terhadap Forecasting laporan laba rugi tahun 2007-2011 .......79 15. Struktur organisasi .......................................................................................80
x
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini semakin maju dengan banyaknya bermunculan perusahaan-perusahaan baru, sehingga mendorong perusahaan untuk lebih efisisen dan lebih selektif dalam beroperasi. Selain itu juga sangat dibutuhkan manajemen yang baik dalam menjalankan suatu usaha, agar dapat terus eksis ditengah persaingan dunia bisnis agar tujuan perusahaan mencapai laba yang tinggi dalam jangka panjang dapat terwujudkan. PT. Musi Hutan Persada merupakan perusahaan hasil kerja sama antara PT. Inhutani dan PT. Enim Musi Lestari, yang bergerak di bidang pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang menghasilkan kayu. Selain itu, perusahaan ini juga melakukan usaha-usaha lain misalnya, agribisnis, jasa kontraktor, dan usaha kecil lainnya. Seperti telah diketahui bahwa keinginan setiap perusahaan ialah memperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya, mengeluarkan biaya seminimum mungkin dan mencapai tingkat penjualan yang maksimum. Disamping itu perusahaan berusaha untuk tetap berada dalam kondisi sehat, artinya perusahaan dapat berkembang baik dengan meningkatkan kondisi keuangannya. Untuk mencapai keinginan tersebut, maka PT. Musi Hutan Persada dituntut untuk meningkatkan kinerja keuangannya dari tahun ke tahun demi tercapainya kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Tabel 1.Tingkat Penjualan, Biaya serta Laba Bersih PT. Musi Hutan Persada tahun 2007-2010 Tahun Penjualan Biaya Laba Bersih 2007
Rp 82,303,266,127
Rp 7,989,540,551
2008
Rp 263,910,311,820 Rp 286,254,088,691
Rp 47,013,259,781
Rp 9,732,874,790
2009
Rp 370,719,376,901
Rp 37,940,122,504
Rp 22,011,381,816
2010
Rp 424,648,472,640 Rp 38,256,890,140 Sumber: PT. Musi Hutan Persada tahun 2007-2010
Rp 35,722,318,988
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa PT. Musi Hutan Persada sangat membutuhkan gambaran internal yang akan tercermin dari kinerjanya.
2
Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kinerjanya sendiri, yang mencerminkan prestasi dan kondisi perusahaan tersebut. Salah satu kinerja yang harus diperhatikan kinerja keuangannya, karena kinerja keuangan perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan sendiri dan dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan yang tepat untuk pengembangan perusahaan selanjutnya. Melalui kinerja keuangan, pihak manajemen dapat memperhitungkan kekuatan perusahaan dalam menghadapi persaingan. Untuk itu diperlukan analisis kinerja keuangan pada PT. Musi Hutan Persada karena kinerja keuangan perusahaan tersebut belum pernah dianalisis. Dalam penelitian ini yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan tersebut adalah analisis Rasio dan analisis Du Pont. Analisis Rasio merupakan suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut sedangkan. Analisis Du Pont ini bersifat menyeluruh karena mencakup tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya dan dapat mengukur tingkat keuntungan atas penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Atas dasar inilah penulis mengambil judul: “Analis Kinerja Keuangan Pada PT. Musi Hutan Persada Muara Enim (Sum-Sel) Berbasis Laporan Keuangan 2007-2010”. 1.2.Perumusan Masalah Pengukuran kinerja perusahaan dan tingkat kesehatan perusahaan merupakan suatu hal yang berhubungan. Tingkat kesehatan perusahaan akan membawa dampak dalam pengambilan keputusan, baik bagi pemegang saham maupun pihak intern perusahaan itu sendiri. Kinerja keuangan perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan itu sendiri dan dapat dijadikan pedoman
dalam
pengambilan
keputusan
bisnis
yang
tepat
untuk
pengembangan perusahaan. Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, tentunya diperlukan informasi yang relevan dan penentuan alat ukur kinerja perusahaan yang tepat. Keputusan bisnis yang diambil para manajer terdiri dari keputusan investasi, keputusan operasional, dan keputusan pendanaan. Keputusan investasi dapat dilihat dari sisi neraca aktiva perusahaan, keputusan
3
operasional dapat dilihat pada laporan laba rugi, sedangkan keputusan pendanaan dapat dilihat pada sisi pasiva (kewajiban dan ekuitas). Bagi sebuah perusahaan diperlukan strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik. Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pencapaian upaya tersebut maka perlu dilakukan analisis kinerja keuangan perusahaan dari waktu ke waktu. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana kondisi keuangan PT. Musi Hutan Persada selama 4 periode, yaitu tahun 2007 sampai dengan 2010 serta bagaimana peramalan kondisi keuangan PT. Musi Hutan Persada pada tahun 2011? 2. Bagaimana kinerja keuangan PT.Musi Hutan Persada selama 4 periode, yaitu tahun 2007 sampai dengan 2010 dengan menggunakan analisis Rasio keuangan dan analisis Du Pont? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja keuangan PT. Musi Hutan Persada selama 4 periode, yaitu tahun 2007 sampai 2010? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kondisi keuangan PT. Musi Hutan Persada selama 4 periode, yaitu tahun 2007 sampai dengan 2010 dan meramalkan kondisi keuangan pada tahun 2011. 2. Menganalis kinerja keuangan PT.Musi Hutan Persada selama 4 periode, yaitu tahun 2007 sampai dengan 2010 dengan menggunakan analisis Rasio keuangan dan analisis Du Pont. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan PT. Musi Hutan Persada selama 4 periode, yaitu tahun 2007 sampai 2010.
4
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada perusahaan mengenai perkembangan kondisi keuangan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan dan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan penyusunan strategi. 2. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan pembanding bagi penelitian selanjutnya serta tambahan pengetahuan dalam bidang analisis kinerja keuangan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja keuangan PT. Musi Hutan Persada selama 4 periode, yakni tahun 2007 sampai 2010. Laporan keuangan yang dianalisis difokuskan pada laporan neraca dan laporan laba rugi. Sedangkan alat analisis atau metode yang digunakan adalah analisis trend, analisis rasio keuangan dan analisis Du Pont. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebu. Analisis Du Pont adalah Analisis yang menggabungkan rasiorasio aktivitas dan profit margin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan margin laba penjualan hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian investasi (ROI)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja Keuangan Kinerja
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
mendapatkan
penghasilan atau untuk meraih keuntungan dan kemampuan dalam mengelola perusahaan secara efisien. Sedangkan kinerja keuangan merupakan prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan dari hasil usahanya malalui analisis rasio keuangan perusahaan ( Sawir, 2005). Mengukur kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengukur besarnya tanggung jawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sulit untuk diukur. 2.2. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2007). Menurut Brigham dan Houston (2010). Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada didalam angka tersebut. Sedangkan menurut Lukviarman (2006), laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan yang dihasilkan melalui suatu proses akuntansi untuk suatu periode atau tanggal tertentu. Laporan keuangan digunakan oleh perusahaan sebagai informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan dipersiapkan
6
secara
periodik
karena
selain
manajer
ada
beberapa
pihak
yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report dan menurut Munawir (2007), laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara lain: 1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos yang dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate), berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsipprinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan dan untuk keseragaman. 3. Pendapat pribadi (personal judgement), walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menujukkan jumlah aktiva, hutang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laporan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau
7
alasan-alasan
yang
menyebabkan
perubahan
modal
perusahaan
(Munawir,2007). Dalam penelitian ini laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi. 2.2.1 Laporan Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu (Munawir,2007). Menurut Brigham dan Houston (2010), neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender. Jadi, neraca merupakan laporan keuangan harta atau kekayaan perusahaan atau keadaan posisi keuangan pada tanggal tertentu. Neraca akan memberikan informasi mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan dengan memperlihatkan bagian yang dimiliki perusahaan dan bagian yang dipinjam dari kreditor untuk suatu jangka tertentu. Menurut Laporan neraca terdiri dari tiga bagaian utama yaitu aktiva, hutang dan modal (Munawir,2007). Aktiva merupakan kekayaan perusahaan baik yang berwujud (tangible asset) maupun yang tidak berwujud (intangible asset). Menurut Mulyadi (1993), aktiva dibagi menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban dapat dibedakan dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar (hutang jangka panjang). Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Sedangkan utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) lebih dari satu tahun (Munawir,2007).
8
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir,2007). 2.2.2 Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan kinerja
(performance)
perusahaan
selama
suatu
periode
akuntansi
(Lukviarman,2006). Sedangkan menurut Munawir (2007). Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistimatis tentang penghasilan biaya, laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan rugi laba bagi tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut: 1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari penjualan dan biaya umum atau administrasi. 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan. 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. 2.3. Forecasting Peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan (Heizer dan Render,2005). Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif atau bisa juga dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.
9
Salah satu metode forecasting yang biasa dipakai yaitu metode exponential smooting. Exponential smooting merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, namun masih mudah digunakan (Heizer dan Render,2005). Metode ini menggunakan sangat sedikit pencatatan masa lalu. 2.4. Analisis Trend Analisis trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dianyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis) adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tensensi tetap, naik atau bahkan menurun (Munawir,2007). Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentages) diperlukan dasar pengukurnya atau tahun dasarnya. Biasanya data atau laporan keuangan dari tahun yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisis tersebut dianggap sebagai tahun dasar (base year). Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka index 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode-periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiaptiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara masing-masing pos suatu tahun dengan tahun dasarnya (Munawir,2007). 2.5. Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007), laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan terdiri dari mempelajari hubunganhubungan atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Analisis Keuangan
10
merupakan suatu penilaian terhadap kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan prospek yang akan datang (Mulyadi,1993). Menurut Munawir (2007), dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan dan potensi-potensi kemajuan perusahaan, faktor utama yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendeknya. Sebaliknya tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih (jatuh tempo), berarti perusahaan tersebut dalam keadaan tidak likuid. Dengan demikian likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. 2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya, apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel jika perusahaan tersebut mempunyai kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insovabel. 3. Profitabilitas,
adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
11
4. Aktivitas usaha, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya
dengan
stabil
yang
diukur
dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutanghutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. 2.5.1 Analisis Rasio Menilai kinerja keuangan perusahaan diperlukan tolak ukur berupa rasio atau indeks yang menghubungkan antara data yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interprestasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai kinerja keuangan dan prestasi perusahaan (Sawir,2005). Rasio
menggambarkan
suatu
hubungan
atau
perimbangan
(mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, sementara itu analisis rasio merupakan suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir,2007) Analisis ini mencangkup empat kelompok analisis yang meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas (Munawir,2007). Alat analisis rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. 1. Rasio Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo (Munawir,2007). Jadi analisis likuiditas menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan jatuh tempo. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, serta membantu manajemen untuk mengecek modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.
12
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar tepat pada waktunya, memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi normal, membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan dan memelihari tingkat kredit yang menguntungkan. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio berikut: a. Rasio Lancar (Current Ratio) Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan
aktiva
lancar.
Rasio
lancar
yang
tinggi
menunjukkan
ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba (Sawir,2005). b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005) persediaaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang (Munawir,2007). Rasio-rasio yang umum digunakan dalam rasio solvabilitas antara: a. Rasio total hutang dengan total aktiva (debt ratio) Mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian, investasi atau aktiva perusahaan. Semakin besar nilai rasio berarti semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan. Semakin kecil
13
nilainya berarti semakin baik karena jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin kecil. b. Rasio total hutang dengan modal sendiri (total debt to equity ratio) Perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah demikian pula sebaliknya. c. Rasio modal sendiri dengan total aktiva (equity to tatal active ratio) Besarnya modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva, Standar yang baik untuk rasio ini adalah 50 persen. 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan peusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki (Munawir,2007). Rasio aktivitas terdiri dari: a. Rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio) Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan beberapa rupiah penjualan bersih untuk dihasilkan untuk setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Perputaran aktiva yang lambat menunjukkan aktiva yang dimiliki terlalu besar apabila dibandingkan dengan kemampuan menjualnya. b. Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover ratio) Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. c. Rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio) Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Perusahaan yang mempunyai kesulitan dalam penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang rendah. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan
14
kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya tinggi 4. Rasio Profitabilitas Rasio profabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan didalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Lukviarman,2006). Rasio profitabilitas terdiri dari: a. Rasio margin laba kotor (gross profit margin) Rasio ini mengukur ukuran persentase dari hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membanyar harga pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relative semakin rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi. b. Rasio margin laba bersih (net profit margin) Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi /usaha, beban lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan. Rasio ini merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran. c. Rasio return on investment (ROI) Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan (Munawir,2007). Rasio ini juga membandingkan laba operasional dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik. d. Rasio return on equity (ROE) Rasio ini menunjukkan produktivitas dana-dana pemilik perusahaan (Munawir,2007). Rasio ini membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka semakin baik karena posisi modal pemilik semakin kuat. 2.5.2 Analisis Du Pont Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk
15
menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan margin laba penjualan hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian investasi (ROI) (Sawir,2005). Bagan Du Pont merupakan bagan yang dirancang utnuk menunjukkan hubungan diantara tingkat pengembalian atas investasi, perputaran aktiva, marjin laba dan hutang (Brigham dan Houstoun,2010). Pada dasarnya persamaan dalam bagan Du Pont memperlihatkan interaksi antara marjin laba bersih, perputaran total aktiva dan penggunaan hutang yang digunakan untuk mendanai aktiva yang akibatnya menentukan tingkat pengembalian modal sendiri. Pada sisi kiri bagan Du Pont digunakan untuk menghitung profitabilitas perusahaan yaitu marjin laba bersih atas penjualan. Berbagai biaya didaftarkan dan dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya dan kemudian dikurangkan dari penjualan untuk menghasilkan laba bersih perusahaan. Laba bersih dibagi dengan penjualan akan menghasilkan marjin laba bersih. Pada sisi kanan bagan Du Pont menyajikan aktivitas perusahaan dilihat dari berbagai aktiva dan kemudian membagi penjualan dengan total aktiva untuk meperoleh perputaran total aktiva yaitu berapa kali perusahaan.memanfaatkan aktivanya setiap tahun. Adapun
keunggulan
analisis
Du
Pont
System
antara
lain
(Harahap,2002): 1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva. 2. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial. 3. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih integrative dan menggunakan laporan keuangan sebagai elemen analisisnya.
16
Sedangkan kelemahan dari analisis Du Pont System adalah (Harahap,2002): 1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan. 2. Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
17
TINGKAT PENGEMBALIAN EKUITAS (R0E)
Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA)
Margin Laba Bersih
Laba Bersih
:
1- Rasio Hutang
:
x
Penjualan
Perputaran Total Aktiva
Penjualan
:
Total Aktiva
Penjualan Aktiva Lancar
Total Biaya
Aktiva Tetap
Harga Pokok Penjualan
Kas dan Surat Berharga
Biaya Operasi Tunai
Piutang Dagang
Depresiasi Biaya Bunga
Aktiva Lain
Persediaan Aktiva Lancar Lainnya
Pajak
Gambar 1. Kerangka Analisis Du Pont (Sawir,2005) 2.3.Penelitian Terdahulu Hariri (2010) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan usaha budidaya ikan kerapu macan pada anggota kelompok sea farming di Pulau Panggang dengan menggunakan analisis
rasio
keuangan (likuiditas,
solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas) dan analisis Du Pont. Hasil analisis
18
rasio likuiditas keuangan menunjukkan bahwa likuiditas keuangan Bapak X belum membrikan rasa aman bagi para kreditur. Analisis rasio solvabilitas menunjukkan kondisi keuangan Bapak X usahanya baik, dan telah mampu membayar kewajibannya. Sedangkan rasio aktivitas menunjukkan kondisi keuangan Bapak X cukup baik karena dapat memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan penjualan, dan penjualan tidak dilakukan secara kredit. Rasio profitabilitas menunjukkan kondisi keuangan Bapak X tidak mampu mengahasilkan laba yang cukup tinggi, karena berada dibawah suku bunga umum yang berlaku saat itu. Sedangkan hasil dari analisis Du Pont menunjukkan bahwa ROI yang dicapai Bapak X berfluktuasi di setiap tahunnya. Budiman (2006) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Cikampek dengan mengunakan analisis trend, analisis rasio dan analisis Du Pont. Hasil analisis trend pada sisi aktiva menunjukkan perkembangan komponen aktiva tetap yang meningkat sedangkan pada sisi pasiva terjadi peningkatan kewajiban jangka panjang yang digunakan. Hasil analisis rasio memperlihatkan tingkat likuiditas perusahaan cenderung menurun, solvabilitasnya cukup berisiko, tingkat profitabilitasnya cenderung menurun. Sedangkan hasil analisi Du Pont, perkembangan kinerja perusahaan
cenderung
menurun.
Hal
ini
dicerminkan
dari
tingkat
pengembalian ekuitas (ROE) yang relatif kecil dan cenderung menurun. Penurunan ROE ini disebabkan tingkat profitabilitas perusahaan cenderung menurun. Suseno (2010) melakukan penelitian terhdap kinerja keuangan PT. Bimatama Indonesia Estetika dengan menggunkan analisis trend, analisis rasio dan analisis Du Pont. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan pada kondisi keuangan jangka pendek menunjukkan bahwa hutang lancar dan aktiva lancar mengalami peningkatan. Sementara, kondisi keuangan jangka panjangnya menujukkan kecenderungan meningkat dalam dua tahun terakhir. Sedangkan berdasarkan analisis rasio, kondisi keuangan perusahaan menunjukkan keadaan kurang likuid dan kurang solvabel. Berdasarkan hasil analisis Du Pont, kinerja perusahaan selama lima
19
tahun menunjukkan fluktuasi. Faktor internal yaitu harga poko penjualan dan total hutang perusahaan yang cukup besar. Sedangkan perusahaan sejenis (kompetitor) dan kondisi perekonomian merupkan faktor eksternalnya. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah menambah jumlah modal yang disetor, menawarkan harga jual kompetiti, meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan, dan mengurangi hutang perusahaan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan seberapa berhasil suatu perusahaan dalam menjalankan roda usahanya. Dengan begitu, perusahaan dapat membuat keputusan atau kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan pada khususnya dan kondisi ekonomi pada umumnya. Penilaian kinerja keuangan terhadap PT. Musi Hutan Persada ini dilakukan melalui analisis laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi. Neraca menunjukkan posisi finansial suatu perusahaan pada suatu waktu, sedangkan laporan laba rugi menunjukkan hasil operasi selama periode tertentu. Melalui analisis laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis Rasio dan analisis Du Pont dapat diketahui informasi mengenai kinerja keuangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
21
PT. Musi Hutan Persada
Laporan Keuangan
Neraca
Rugi/Laba
Analisis Kinerja Keunagan
Analisis Trend
Analisis Rasio
Analisi Du Pont
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
Rekomendasi
Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Musi Hutan Persada yang beralamat di Jl. Raya TEL, Desa Niru, Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim (Sum-Sel). Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dimulai dari bulan April sampai Juni 2011.
22
3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer adalah data yang diperoleh melalui konfirmasi dengan pihak manajemen perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh adalah data pelengkap yang didapatkan dari pihak-pihak terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diantaranya: a. Data gambaran umum perusahaan meliputi sejarah, lokasi, visi dan misi, struktur organisasi dan lain-lain b. Data keuangan berupa laporan keuangan meliputi neraca dan laporan laba rugi kurun waktu 4 periode yaitu 2007 sampai dengan 2010. 3.4.Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Metode analisis yang digunakan: a. Analisis Trend Analisis trend bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan di masa yang akan datang, baik kecenderungan naik, turun atau tetap. Analisis trend mempunyai tujuan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui data historis untuk merencanakan situasi di masa yang akan datang. Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio, dimana hasil dari analisis trend tersebut akan dijadikan dasar dalam melakukan analisis rasio. Dalam analisis ini yang dijadikan tahun dasar adalah tahun 2007 karena merupakan tahun paling awal dari periode yang dianalsis. Setiap pos yang terdapat terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka index 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode-periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi
23
jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Sehingga dapat dilihat kenaikan atau penurunan nilai persentase tiap pos. Analisis trend dapat dirumuskan sebagai berikutnya: Rxi
Pxi x100% ....................................................................................(1) Px0
b.Analisis Rasio (Ratio Analysis) Suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analsisi rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dibandingkan degan analisis yang hanya didasarkan pada data keuangan yang tidak berbentuk rasio. Analisis rasio yang dapat digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. 1. Rasio Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, serta membantu manajemen untuk mengecek modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Rasio-rasio yang digunakan adalah: a. Rasio Lancar (Current Ratio) Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
RasioLancar
Aktiva Lancar .................................................(2) Kewajiban Lancar
b.Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan
24
persediaan. Persediaaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Lancar
Aktiva Lancar Persediaan .................................(3) Kewajiban Lancar
2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang
cukup
untuk membayar
semua
hutang-hutangnya.
Rasio
solvabilitas yang digunakan adalah: a. Rasio total hutang dengan total aktiva (debt ratio) Mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atau aktiva perusahaan. Semakin besar nilai rasio berarti semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan. Semakin kecil nilainya berarti semakin baik, karena jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin kecil. Adapun rumusnya sebagai berikut: Rasio Total Dengan Total Aktiva
Total Hutang .........................(4) Total Aktiva
b.Rasio total hutang dengan modal sendiri (total debt to equity ratio) Perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jagka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Total Hutang Dengan Modal Sendiri
Total Hutang …...(5) Modal Sendiri
c. Rasio modal sendiri dengan total aktiva (equity to total active ratio). Besarnya modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva.
25
Standar yang baik untuk rasio ini adalah 50%.Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Modal Sendiri Dengan Total Aktiva
Modal Sendiri …….(6) Total Aktiva
3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan di dalam mengelola dan menggunakan asset untuk memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan. Semakin cepat perputarannya yang ditunjukkan dengan angka rasio yang lebih besar adalah semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan aktivanya dengan efisien untuk menghasilkan penjualan. Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut: a. Rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio) Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaaan seluruh harta perusahaan
dalam
rangka
menghasilkan
penjualan
atau
menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih untuk dihasilkan untuk setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Perputaran aktiva yang lambat menunjukkan aktiva yang dimiliki terlalu besar apabila dibandingkan dengan kemampuan menjualnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Total Aktiva
Penjualan ..............................(7) Total Aktiva
b.Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover ratio) Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Rumus rasio ini adalah Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Penjualan ..............................(8) Aktiva Tetap
c. Rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio) Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Perusahaan yang mempunyai kesulitan
26
dalam penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang rendah. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya tinggi. Rumus rasio ini adalah
Rasio Perputaran Piutang
Penjualan .........................................(9) Piutang
4. Rasio Profitabilitas Analisis
profitabilitas
perusahaan
dalam
Profitabilitas
digunakan
menghasilkan
perusahaan
untuk laba
diukur
dari
mengukur dalam
kemampuan
periode
kemampuannya
tertentu. dalam
menggunakan aktiva secara produktif. Dengan demikian profitabilitas perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode yang sama. Rasio ini berfungsi menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan perusahaan, terdiri dari: a. Marjin Laba Kotor (gross profit margin) Rasio ini mengukur ukuran persentase dari hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relative semakin rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok
atau
biaya
produksinya,
mengidikasikan
kemampuan
perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Marjin Laba Kotor
Laba Kotor …………………….…(10) Penjualan
b.Rasio margin laba bersih (net profit margin) Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi/usaha,beban lainlain dan pajak sehubungan dengan penjualan. Rasio ini merupakan
27
ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran. Rumus rasio ini adalah Rasio Margin Laba Bersih
Laba Setelah Pajak ……………....(11) Penjualan
c. Rasio return on investment (ROI) Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Rasio ini juga membandingkan laba operasional dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: ROI
Laba Setelah Pajak .............................................................(12) Total Aktiva
d.Rasio return on equity (ROE) Rasio ini menunjukkan produktivitas dana-dana pemilik perusahaan. Rasio ini membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka semakin baik karena posisi modal pemilik semakin kuat. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
ROE
Laba Setelah Pajak ............................................................(13) Modal Sendiri
c. Analisis Du Pont Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan margin laba penjualan hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian investasi (ROI). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut
ROA Margin Laba Perputaran Total Aktiva
Laba Bersih Penjualan Penjualan Total Aktiva
..................................(14)
28
ROA harus dibagi dengan pengurangan satu dengan rasio hutang terhadap total aktiva untuk menetapkan ROE. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE
ROA .........................................................................(15) 1 Rasio Hutang
d. Minitab Minitab adalah perangkat lunak analisis statistic. Minitab dapat juga meramalkan.Untuk menjalankan program Minitab 13, dapat dilakukan dengan cara yaitu: 1.Melalui menu bar Start > All Programs > Minitab 13 for Windows > MINITAB 3.Mengklik icon di desktop 4.Kemudian penulisan variable dan data Langkah-langkah untuk melakukan analisis trend exponential adalah dengan memilih menu sesuai urutan berikut: • Stat • Time Series • Trend Analysis • Klik C2 Penerimaan • Klik tombol Select Klik Exponential Growth • Klik Generate forecasts • Number of forecasts: 1 • Strating from origin: 4 • Title: Forecasting Penerimaan Terminal • Klik Option • Klik Fits (trend line) • Klik Forecasts • Klik Ok • Klik Ok
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Musi Hutan Persada merupakan perusahaan hasil kerja sama antara PT. Inhutani II dengan PT. Enim Musi Lestari (Barito Pacific Timber Group), yang berusaha dibidang pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Perusahaan ini dibentuk pada tanggal 30 Maret 1991 dengan akte No. 74 dihadapan notaris Ny. Susana Zakaria, SH. PT. Musi Hutan Persada ini beralamat di Jl. Raya TEL, Desa Niru, Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim. Pada tanggal 27 Agustus 1996 disetujui pergantian pemegang saham pada PT. Musi Hutan Persada, yang semula adalah PT. Inhutani II dan PT. Enim Musi Lestari berubah menjadi PT. Inhutani V dan PT. Enim Musi Lestari. Pergantian ini didasarkan pada Surat Menteri Kehutanan No. 1604/ Menhut-IV/95 tanggal 2 November 1995 dan Surat Menteri Keuangan No. S06/MK.016/1996 tanggal 3 Januari 1996. Berita acara serah terima pengalihan Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) perusahaan PT. Musi Hutan Persada telah ditandatangani oleh PT. Inhutani II dan PT. Inhutani V dengan No. 1074 A/BA/KEU/98, pada tanggal 8 Juli 1998. Maksud dan tujuan didirikannya PT. Musi Hutan Persada adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan pengusahaan hutan tanaman industri sesuai dengan PP No. 7 Tahun 1990 tentang hak pengusahaan HTI agar sasaran pembangunan khususnya pembangunan HTI tercapai secara berhasil guna dan berdaya guna. 2. Melaksanakan pengusahaan HTI yang dikelola secara professional dan diusahakan berdasarkan azas manfaat, azas kelestarian, dan azas perusahaan. 3. Menunjang dan mendukung pengembangan industri hasil hutan dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah dan devisa. 4. Meningkatkan produktifitas lahan dan kualitas lingkungan hidup. 5. Memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha.
30
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Musi Hutan Persada pada tanggal 21 Juli 1998, ditetapkan komposisi saham pada PT. Musi Hutan persada sebagai berikut: 1. PT. Inhutani V
: 40 %
2. PT. Tanjung Enim Lestari
: 60 %
4.2. Misi Perusahaan Misi dari PT. Musi Hutan Persada adalah: 1.
Mendayagunakan
kemampuan
perusahaan
dalam
melaksanakan
pembangunan HTI sesuai dengan PP No. 6 tahun 1999 tentang pengusahaan hutan dan pemungutan hasil hutan pada hutan produksi untuk mencapai sasaran pembangunan HTI yang optimal dengan luas efektif 193.500 ha berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 38/KptsII/1996 tanggal 29 Januari 1996. 2. Meningkatkan pengelolaan HTI secara pofesional dan diusahakan dengan mempertimbangkan kemantapan ketahanan perusahaan melalui usaha pelestarian manfaat sumber daya hutan (sustainability), peningkatan keuntungan yang optimal (profitability), dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan (prosperity) untuk menghasilkan produk kayu bagi industri pulp dan industri kayu lainnya. 4.3. Sasaran Perusahaan Sasaran dari PT. Musi Hutan Persada adalah: a. Memanen kayu hasil HTI sesuai dengan kapasitas PT. Tanjung Enim Lestari. b. Menanam areal yang telah dipanen. c. Menyerap sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan kecil dan tenaga kerja, khususnya masyarakat sekitar HTI, terutama untuk kegiatan pemanenan. d. Meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya melalui diversifikasi usaha.
31
4.4. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja PT.
Musi Hutan Persada bergerak dalam pembangunan Hutan
Tanaman Industri (HTI), selain itu perusahaan juga melakukan usaha lain yang mempunyai hubungan dengan bidang usaha tersebut di atas baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan usaha seperti badan usaha kecil dan koperasi, misalnya: agribisnis, jasa kontraktror, dan usaha kecil lainnya. PT. Musi Hutan Persada merupakan pemasok kayu tunggal untuk PT. Tanjung Enim Lestari dengan kebutuhan bahan baku kayu bulat ± memiliki kapasitas 2.000.000.000 m³ per tahun. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh PT. Musi Hutan Persada yang memiliki potensi kurang lebih 3.000.000.000 m³ log, dengan diameter kayu terkecil 8 cm. Perusahaan telah dan akan terus berupaya untuk menciptakan peluang pasar baru untuk mengurangi dampak negatif dari ketergantungan terhadap pembeli tunggal, seperti PT. Tanjung Enim Lestari. Disamping memanfaatkan potensi tegakan yang ada, upaya diversifikasi ini juga mencakup pemanfaatan kayu berdiameter kecil. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 38/Kpts-II/95 tanggal 29 Januari 1996, areal Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Musi Hutan Persada meliputi kawasan hutan seluas 296.400 ha. Areal-areal HTI ini berada di wilayah Kabupaten Muara Enim, Ogan Komering Ulu, Lahat, Musi Rawas, dan Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan yang terbagi dalam 3 kelompok hutan yaitu: 1. Kelompok Hutan Lematang 2. Kelompok Hutan Subanjeriji 3. Kelompok Hutan Benakat Kegiatan usaha pada PT. Musi Hutan Persada meliputi: Produksi dan pemasaran a. Produksi meliputi kegiatan pemanenan dan penebangan kayu bulat. b. Pemasaran meliputi kegiatan penjualan kayu bulat hasil produksi yang dimiliki oleh perusahaan.
32
Penanaman daur kedua a. Persiapan dan perencanaan terdiri atas kegiatan pengukuran areal kerja, pemetaan, auditing dan risalah hutan, serta kegiatan inventarisasi tegakan dalam rangka pemanenan. b. Penanaman meliputi kegiatan pembibitan, penyiapan lahan, penanaman serta pemeliharaan tahun berjalan berupa pemupukan dan penyiangan. c. Pemeliharaan dan pembinaan hutan. Kegiatan pendukung lainnya Kegiatan pendukung lainnya meliputi kegiatan pengendalian kebakaran dan kegiatan pengamanan hutan, pemenuhan kewajiban kepada negara, pemenuhan kepada lingkungan dan sosial, pemeliharaan sarana dan prasarana, serta administrasi umum. Kerjasama a. Mengelola Hutan Bersama Masyarakat (MHBM) Merespon
perkembangan sosial kemasyarakatan, perusahaan telah
melaksanakan program mengelola hutan bersama masyarakat (MHBM), program ini menempatkan masyarakat sekitar hutan sebagai mitra sejajar pengusaha HTI dalam mengelola hutan tanaman industri. b. Mengelola Hutan Rakyat (MHR) Kawasan hutan yang diselingi dengan kawasan perladangan milik masyarakat, merupakan sumber kerawanan, baik berupa kebakaran hutan maupun perambahan kawasan hutan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan
menawarkan
kepada
masyarakat
pemilik
kawasan
perladangan untuk bekerja sama dengan perusahaan dalam program MHR. Dalam program MHR kawasan perladangan di antara lahan HTI akan ditanami dengan tanaman HTI, dengan pola bagi hasil antara perusahaan dengan pemilik lahan. 4.5. Struktur Organisasi Perusahaan Semakin besar suatu perusahaan/organisasi, maka akan semakin kompleks struktur organisasinya, sehingga persoalan mengenai struktur organisasi dan kepemimpinan semakin bertambah sulit dan rumit. Seorang pemimpin perusahaan yang besar tidak mungkin dapat melaksanakan semua
33
pekerjaan yang terjadi pada suatu perusahaan, oleh karena itu perusahaan yang baik sebaiknya mempunyai struktur organisasi, karena di dalam struktur tersebut tergambar pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang tegas. Struktur organisasi yang baik harus mempertimbangkan organisasi perusahaan secara menyeluruh, besarnya perusahaan, pertumbuhan yang diantisipasikan, sifat perusahaan, pertumbuhan yang sentralisasi, rencanarencana jangka panjang, dan model manajemen serta karakteristikkarakteristik pribadi dan kelompok pimpinan suatu kesatuan. Berdasarkan bentuk struktur organisasinya, maka PT. Musi Hutan Persada memiliki bentuk organisasi garis. Organisasi garis adalah bentuk struktur organisasi dimana kekuasaan mengalir secara langsung dari Direktur ke Kepala Bagiandan kemudian terus ke karyawan-karyawan dibawahnya. Masing-masing bagian merupakan unit yang berdiri sendiri, dan Kepala Bagian menjalankan semua fungsi pengawasan dalam bagiannya. 4.6. Kondisi Keuangan PT. Musi Hutan Persada Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak. Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan melihat kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan metode analisis trend atau yang lebih dikenal dengan analisis horizontal, dengan melihat kecenderungan pergerakan pos-pos dalam laporan keuangan jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar. Melalui analisis trend ini dapat dilhat dan diketahui kecenderungan kondisi dari posisi keuangan maupun hasil-hasil (keuntungan) yang telah diperoleh perusahaaan. Apakah kecenderungan meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap). Periode pengamatan dari penelitian di PT. Musi Hutan Persada ini adalah 4 tahun, yaitu tahun 2007 sampai tahun 2010. Dalam penelitian ini, tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar adalah tahun 2007. Tahun 2007 dijadikan tahun dasar karena merupakan tahun awal atau pertama periode
34
pengamatan dalam melihat kondisi perusahaan. Tabel hasil analisis trend terhadap laporan neraca dan laporan laba-rugi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. 4.6.1 Perkembangan Kondisi Neraca Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perkembangan kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada periode (2007-2010) dapat dilihat dalam Gambar 3. Analisis Trend Terhadap Laporan Neraca Tahun 2007-2010 Aktiva Lain-lain
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Ekuitas
Persentase (%)
250 200
191.78
182.21 150
157.08
149.63
125.45 100
100
107.8 94.64 94 88.43
97.1 87.83
200.58 170.06 141.66 121.37 87.83 77.83
62.26
50 2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 3. Perkembangan kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada Periode 2007 - 2010. Pada Gambar 3 dapat dilihat kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2010. Dilihat dari gambar tersebut, aktiva lancar cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 aktiva lancar perusahaan sebesar Rp 136.971.756.614,- dan mengalami peningkatan di tahun 2008 sebesar 49,63 persen dari tahun 2007 menjadi Rp 204.952.709.159,-. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan pada piutang, persediaan, uang muka dan pendapatan yang masih harus diterima walaupun kas dan setara kasnya menurun pada tahun itu, penurunan kas dan setara kas itu masih bisa ditutupi oleh komponen lainnya. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan lagi sebesar 7,45 persen dari tahun sebelumnya sehingga aktiva lancar perusahaan di tahun 2009 sebesar Rp 215.160.355.485,-. Peningkatan ini dikarenakan kas dan
35
setara dan komponen lainnya pada tahun 2009 kembali menunjukkan peningkatan walaupun uang muka menurun dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 aktiva lancar PT. Musi Hutan Persada mengalami peningkatan yang cukup signifikan, peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan pendapatan yang masih harus diterima dibandingkan dari tahun 2009. Sehingga pada tahun 2010 aktiva lancar PT. Musi Hutan persada sebesar Rp 232.939.471.820,-. Selama periode 2008 sampai 2009, aktiva tetap PT. Musi Hutan Persada cenderung mengalami penurunan dari tahun dasarnya yaitu tahun 2007. Dimana pada tahun 2007, perusahaan memiliki aktiva tetap sebesar Rp 113.975.879.119,-. Pada tahun 2008, aktiva tetap perusahaan hanya sebesar Rp107.137.385.736,- dan tahun 2009 meningkat hanya 3,10 persen dari tahun 2008 menjadi Rp 110.670.350.631,-, peningkatan itu disebabkan oleh adanya peningkatan nilai perolehan. Kemudian di tahun 2010, aktiva tetap PT. Musi Hutan Persada mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu meningkat sebesar 24,27 persen dari tahun 2009, sehingga aktiva tetap pada tahun 2010 bernilai Rp 138.337.938.290,-. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan nilai perolehan yang cukup besar dibandingkan tahun 2009. Dimana peningkatan nilai perolehan tersebut berasal dari penambahan aset-aset perusahaan seperti bangunan, sarana dan prasarana penghubung, mesin dan peralatan lapangan, peralatan dan perabot kantor serta kendaraan bermotor. Penambahan jumlah aset ini dikarenakan pendapatan perusahaan meningkat sehingga perusahaan dapat menambah aset. Aktiva lain-lain pada periode 2007 sampai 2009 cenderung menurun. Tahun 2007, aktiva lain-lain perusahaan bernilai Rp 1.825.744.623,-Pada tahun 2008, aktiva lain-lain PT. Musi Hutan Persada mengalami penurunan sebesar 11,57 persen dari 26,17 persen sehingga di tahun 2009 aktiva lain-lain perusahaan bernilai Rp 1.136.781.782,-. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan nilai beban yang ditangguhkan disertai dengan peningkatan amortisasi. Tetapi, di tahun 2010 kembali mengalami peningkatan sebesar 15,57. Sehingga di tahun 2010 PT. Musi Hutan Persada memiliki aktiva lainlain sebesar 1.420.977.227,-.
36
PT. Musi Hutan Persada di periode 2007 sampai 2010, kewajiban lancar perusahaan tersebut cenderung mengalami peningkatan. Kewajiban lancar PT. Musi Hutan Persada di tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup drastis, perusahaan tersebut mengalami peningkatan sebesar 82,21 persen dari tahun sebelumnya. Tahun 2007 perusahaan hanya memiliki kewajiban lancar sebesar Rp 75.027.349.536,-. Peningkatan di tahun 2008 itu terjadi karena adanya peningkatan hutang usaha, hutan pajak dan lain-lain. Kemudian di tahun 2009 kembali meningkat yang menyebabkan nilai kewajiban lancar perusahaan menjadi Rp 143.885.081.365,-. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya hutang usaha, hutang pajak dan lainlain. Di tahun 2010, kewajiban lancar terus mengalami peningkatan sebesar 8,8 persen menjadi Rp 150.490.888.729,-. Peningkatan kewajiban lancar ini disebabkan oleh komponen terus meningkat. Kewajiban jangka panjang PT. Musi Hutan persada juga mengalami kecenderungan menurun di tahun 2008 dan tahun 2009. Pada tahun 2007, kewajiban
jangka panjang perusahaan
sebesar
Rp
378.613.258.971.
Kemudian, di tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 5,36 persen dari tahun 2007 menjadi Rp 358.303.992.477,-. Pada tahun 2009, kewajiban jangka panjang perusahaan kembali mengalami penurunan menjadi Rp 332.545.775.890,-. Penurunan ini disebabkan oleh hutang kepada pemegang saham menjadi tidak ada, sehingga nilai kewajiban lancar bisa diminimalkan. Tahun 2010, kewajiban jangka panjang tetap berada diposisi seperti tahun 2009 yaitu sebesar Rp 332.545.775.890,- dikarnakan tidak ada penambahan atau pengurangan dari komponen tersebut. Pada Gambar 3 terlihat tingkat ekuitas PT. Musi Hutang Persada mengalami kecenderungan yang meningkat. Tahun 2007, ekuitas PT. Musi Hutan Persada bernilai Rp 124.732.507.869,-. Tahun 2008 ekuitas perusahaan meningkat sebesar 7,80 persen dibanding tahun 2007. Sehingga nilai ekuitas PT. Musi Hutan Perasada di tahun 2008 bernilai Rp 134.465.382.659,-, peningkatan ini disebabkan oleh laba ditahan dan laba tahun berjalan mengalami peningkatan. Kemudian di tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan kembali. Peningkatan itu masing-masing sebesar 17,65 persen
37
dan 16,21 persen. Sehingga tahun 2009 ekuitas perusahaan bernilai Rp 156.476.764.475,- dan Rp 176.696.890.008 pada tahun 2010. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan komponen ekuitas yaitu laba di tahan dan laba tahun berjalan. 4.6.2 Perkembangan Kondisi Laba Rugi Analisis trend terhadap laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba). Komponen-komponen tersebut antara lain penjualan, harga pokok penjualan, laba kotor, biaya dan laba bersih. Perkembangan kondisi laba rugi PT. Musi Hutan Persada periode (2007-2010) dapat dilihat dalam Gambar 4. Analisis Trend Terhadap Laporan Laba Rugi Tahun 2007-2010 Biaya
Pe njualan
Harga Pokok Pe njualan
Laba Kotor
Laba Be rsih
500 447.11
Persentase (%)
400
300
275.5
200
100
100
132.4 121.82 108.47
177.04 140.47 74.03 46.1
64.99 57.12
197.02 160.91 95.3 46.48
0 2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 4. Perkembangan Kondisi Laba Rugi PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010. Pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa adanya peningkatan nilai pendapatan (penjualan) perusahaan disebabkan oleh naiknya tingkat penjualan kayu. Tahun 2007 penjualan perusahaan bernilai Rp 263.910.311.820,- dan mengalami peningkatan penjualan di tahun 2008 sebesar 8,47 persen dari tahun 2007 menjadi Rp 286.254.088.691,-. Kemudian pada tahun 2009 dan 2010 tingkat penjualan mengalami peningkatan kembali yang cukup besar
38
menjadi 140,47 persen dan 160,91 persen. Sehingga tahun 2009 penjualan perusahaan bernilai Rp 370.719.376.901,- dan Rp 424.648.472.640,- pada tahun 2010. Terlihat dalam Gambar 4 laju peningkatan penjualan diikuti dengan laju peningkatan harga pokok produksi yang besar. Peningkatannya hampir sama besar dengan besarnya peningkatan penjualan. Hal ini berarti bahwa peningkatan keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan sebanding dengan peningkatan komponen pengurangnya yaitu harga pokok produksi. Peningkatan harga pokok produksi ini terutama disebabkan oleh tingginya biaya produksi. Tahun 2008, laba kotor PT. Musi Hutan Persada mengalami penurunan sebesar 35,01 persen dari tahun 2007 dimana pada tahun 2007 laba kotor perusahaan sebesar Rp 93.691.895.486,- sehingga tahun 2008 laba kotor perusahaan menjai Rp 60.892.366.623,-, tetapi tahun 2009 mengalami peningkatan kembali sebesar 9,04 persen dari tahun 2008 menjadi Rp 69.358.525.101,-, meskipun peningkatannya masih lebih kecil dibandingkan tahun 2007. Kemudian tahun 2010 laba kotor PT. Musi Hutan Persada benilai Rp 89.288.774.393,- karena mengalami peningkatan sebesar 21,27 persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai laba kotor ini disebabkan oleh angka penjualan dan harga pokok penjualan. Penurunan terjadi pada komponen biaya seperti biaya operasi, biaya pinjaman dan biaya lain-lain. Penurunan biaya perusahaan menyebabkan terjadinya peningkatan keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan. Biaya yang ditanggung perusahaan di tahun 2007 sebesar Rp 82.303.266.127,. Biaya tersebut masing-masing mengalami penurunanan sebesar 42,88 persen dan 11,02 persen pada tahun 2008 dan tahun 2009 sehingga tahun 2008 biaya yang
ditanggung
perusahaan sebesar
Rp
47.013.259.781,- dan Rp
37.940.122.504,- pada tahun 2009, serta pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 46,48 persen menjadi Rp 38.256.890.140,-. Penurunan biaya perusahaan dengan rata-rata sebesar 62,43 persen ini menyebabkan peningkatan keuntungan (laba bersih) yang diperoleh PT. Musi Hutan Persada seperti yang terlihat pada gambar 4. Tahun 2007, PT. Musi
39
Hutan Persada memiliki laba bersih Rp 7.989.540.551,-. Tahun 2008 dan 2009 peningkatan keuntungan (laba bersih) sebesar 21,82 persen dan 175,5 persen dari tahun dasar yaitu tahun 2007 yaitu yang hanya sebesar 100 persen. Sehingga laba bersih di tahun 2008 menjadi Rp 9.732.874.790,- dan Rp 22.011.381.816,- untuk tahun 2009. Kemudian di tahun 2010, peningkatan yang cukup signifikn karena laba bersih meningkat menjadi 447,11 menjadi Rp 35.722.318.988,-. Jadi rata-rata laba bersih PT. Musi Hutan Persada pada 4 periode yaitu tahun 2007-2010 sebesar 236,11 persen. Peningkatan tingkat keuntungan (laba bersih) yang diperoleh PT. Musi Hutan Persada karena PT. Musi Hutan Persada dapat mengefisienkan dalam hal pengoperasian sumber dayanya yang salah satu caranya bisa dengan mengurangi atau meminimalkan biaya-baya produksi dan lain-lain. 4.7. Forecasting Kondisi Keuangan PT. Musi Hutan Persada Peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif atau bisa juga dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer. Salah satu metode forecasting yang biasa dipakai yaitu metode exponential smooting. Exponential smooting merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, namun masih mudah digunakan. Melalui peramalan dapat diperkirakan bagaimana kondisi keuangan perusahaan di tahun berikutnya. Sehingga dapat dilakukan perbaikan lebih dini sehingga kondisi keuangan perusahhaan dapat berada dalam kondisi sehat. 4.7.1 Forecasting Kondisi Neraca Forcasting atau peramalan kondisi neraca sangat dibutuhkan oleh PT. Musi Hutan Persada. Peramalan tersebut berguna untuk memperkirakan bagaimana kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada pada periode berikutnya. Hasil peramalan kondisi neraca untuk tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2 .
40
Tabel 2. Forecasting Kondisi Neraca Tahun 2011 Komponen
Tahun 2011
Aktiva Lancar
291,950,148,326
Aktiva Tetap
136,317,140,223
Aktiva Lain-lain
1,121,258,259.54
Kewajiban Lancar
208,405,073,798
Kewajiban Jangka Panjnag
311,658,692,324
Ekuitas
311,658,692,324
Sumber: Laporan keuangan PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010 (diolah) Analisis trend terhadap forecasting laporan neraca dilakukan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada periode berikutnya. Forcasting kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada periode (2007-2011) dapat dilihat dalam Gambar 5 . Analisis Trend Terhadap Forcasting Laporan Neraca Tahun 2007-2011 Aktiva Lain-lain Aktiva Te tap Ke wajiban Jangka Panjang
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Ekuitas
300 277.77
Persentase (%)
250
249.86
200 182.21 150
149.63
191.78 157.08 125.45
100
100
107.8 94.64 94 88.43
97.1 87.83
200.58 170.06 141.66 121.37 87.83 77.83
62.26
50 2007
2008
2009
213.15
2010
119.6 82.32 61.41 2011
Tahun
Gambar 5. Forcasting kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada Periode 2007 2011. Pada Gambar 5 dapat dilihat forcasting kondisi neraca PT. Musi Hutan Persada untuk tahun 2011. Dilihat dari gambar tersebut, aktiva lancar
41
diramalkan akan mengalami peningkatan sebesar 43,09 persen dari tahun 2010 sehingga aktiva diperkiran akan bernilai Rp291,950,148,326,-. Kemudian untuk aktiva tetap diramalkan akan bernilai
Rp 136,317,140,223,- karna
mengalami penurunan sebesar 1,77 persen dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010. Berdasarkan dari hasil analisis diramalkan aktiva lain-lain perusahaan pada periode 2011 akan mengalami penurunan sebesar 16,42 sebesar menjadi Rp1,121,258,259.54 ,-. Kewajiban jangka panjang PT. Musi Hutan Persada diperkiran akan mengalami penurunan sebesar 5,51 persen. Tetapi kewajiban lancar perusahaan diramalkan akan mengalami peningkatan sebesar 77,19 persen sehingga kewajiban lancar akan bernilai Rp 208,405,073,798,-. Ekuitas perusahaan juga akan mengalami peningkatan menjadi 249,86 persen karena diperkiran ekuitas perusahaan akan bernilai Rp 311,658,692,324,-. 4.7.2 Forecasting Kondisi Laba Rugi Forcasting atau peramalan kondisi laba rugi juga sangat dibutuhkan oleh PT. Musi Hutan Persada. Peramalan tersebut berguna untuk memperkirakan bagaimana kondisi laba rugi PT. Musi Hutan Persada pada periode berikutnya sehingga dapat dilakukan perbaikan sedini mungkin. Hasil peramalan kondisi laba rugi untuk tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Forecasting Kondisi Laba Rugi Tahun 2011 Komponen Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Laba Bersih
Tahun 2011 503,296,638,421 446,222,037,323 76,823,797,975 25,974,697,182 59,292,859,467
Sumber: Laporan Keuangan PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010 (diolah) Analisis trend terhadap forecasting laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba). Komponen-
42
komponen tersebut antara lain penjualan, harga pokok penjualan, laba kotor, biaya dan laba bersih. Forcasting kondisi laba rugi PT. Musi Hutan Persada periode (2007-2011) dapat dilihat dalam Gambar 6. Analisis Trend Terhadap Forecasting Laporan Laba RugiTahun 2007-2011
Biaya
Penjualan
Harga Pokok Pe njualan
Laba Kotor
Laba Bersih
800 742.13
Persentase (%)
600 447.11 400 275.5 200 100
132.4 121.82 108.47 64.99 57.12
0 2007
2008
177.04 140.47 74.03 46.1 2009
197.02 160.91 95.3 46.48 2010
262.15 190.71 82 31.56 2011
Tahun
Gambar 6. Forcasting kondisi laba rugi PT. Musi Hutan Persada Periode 2007 2011. Pada Gambar 6 dapat dilihat forcasting kondisi laba rugi PT. Musi Hutan Persada untuk tahun 2011. Dilihat dari gambar tersebut, penjualan diramalkan akan mengalami peningkatan sebesar 29,8 persen dari tahun 2010 sehingga aktiva diperkiran akan bernilai Rp 503,296,638,421,-. Kemudian untuk harga pokok penjualan diramalkan akan bernilai Rp 446,222,037,323,karna mengalami peningkatan sebesar 265,13 persen dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010. Berdasarkan dari hasil analisis diramalkan biaya-biaya perusahaan pada periode 2011 akan mengalami penurunan sebesar14,92 persen menjadi Rp 25,974,697,182,-. Tetapi laba bersih perusahaan diramalkan akan berada pada posisi 742,13 persen Sedangkan untuk laba kotor perusahaan juga akan mengalami penurunan sebesar 13,3 persen karena diperkiran laba kotor perusahaan akan bernilai Rp 76,823,797,975,-.
43
4.8. Analisis Rasio Keuangan PT. Musi Hutan Persada Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan perusahaan dalam usaha melaksanakan kegiatannya, dapat dilihat dari kondisi keuangan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu, analisis rasio juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Dalam analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama periode tertentu untuk diketahui arah pergerakannya. Analisis rasio keuangan yang digunakan antara lain analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis aktivitas dan analisis profitabilitas. Melalui analisis ini akan diperoleh gambaran mengenai kondisi keuangan dan perkembangan perusahaan pada tahun 2007 sampai 2010. Hasil anaisis rasio PT. Musi Hutan Persada periode 2007 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Rasio PT.Musi Hutan Persada Periode 2007-2010 No 1
2
3
4
Keterangan Analisis Likuiditas (%) Rasio Lancar Rasio cepat Rasio Solvabilitas (%) Rasio Hutang Rasio Total Hutang Dengan Modal Rasio Modal Dengan Total Aktiva Rasio Aktivitas (kali) Rasio Perputaran Aktiva Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio Perputaran Piutang Analisis Profitabilitas (%) Rasio Marjin Laba Kotor Rasio Marjin Laba Bersih ROI ROE
2007
2008
2009
2010
RataRata
182.56 122.07
149.92 70.83
149.54 69.68
154.79 71.77
159.20 83.59
78.43
78.64
75.28
73.22
76.39
363.69
368.13
304.47
273.37
327.42
21.57
21.36
24.72
26.78
23.61
0.46
0.45
0.59
0.64
0.54
2.32 4.62
2.67 4.60
3.35 5.27
3.07 6.86
2.85 5.34
35.50 3.03 1.38 6.41
21.27 3.40 1.55 7.24
18.71 5.94 3.48 14.07
21.03 8.41 5.41 20.22
24.13 5.19 2.96 11.98
Sumber: Laporan Keuangan PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010 (diolah)
44
4.8.1 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan jatuh tempo. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, serta membantu manajemen untuk mengecek modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Perkembangan nilai rasio likuiditas PT. Musi Hutan Persada periode (2007-2010) dapat dilihat dalam Gambar 7. Likuiditas Rasio Lancar
Nilai (%)
200
Rasio Cepat
182.56
150
149.92
149.54
154.79
70.83
69.68
71.77
122.07 100 50 0 2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 7. Perkembangan (trend) rasio likuiditass PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2010 a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba atau banyaknya dana yang menganggur sehingga pada akhirnya akan mengurangi keuntungan perusahaan. Pada Gambar 7 terlihat perkembangan nilai rasio lancar selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010. Berdasarkan hasil analisis rasio lancar pada PT. Musi Hutan Persada, perkembangan nilai rasio lancar selama periode
45
4 tahun yaitu 2007 sampai 2010 menunjukkan adanya penurunan meskipun di tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 5,25 persen. Rata-rata rasio lancar PT. Musi Hutan Persada untuk 4 tahun terakhir sebesar 159,20 persen yang berarti bahwa setiap Rp 1,00,- hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 1,59,-, maka dapat dilihat bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sudah cukup baik karena aktiva yang tersedia sudah dapat memenuhi kewajiban lancar perusahaan. Perkembangan nilai rasio ini dipengaruhi oleh perkembangan aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Jumlah hutang lancar selama 4 tahun menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai aktiva lancar perusahaan. Sehingga hutang-hutang lancar perusahaan dapat ditutupi sepenuhnya oleh aktiva lancar perusahaan. b. Ratio Rasio Cepat (Quick) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya
dengan
tidak
memperhitungkan
persediaan. Pada Gambar 7 terlihat perkembangan nilai rasio cepat selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010. Berdasarkan hasil perhitungan selama 4 tahun yaitu 2007 sampai 2010 menunjukkan perkembangan nilai rasio ini mengalami penurunan walaupun di tahun 2010 sempat mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,09 persen. Nilai rata-rata rasio cepat PT. Musi Hutan Persada dalam 4 periode sebesar 83,59 persen. Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00,- hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar tanpa persediaan sebesar Rp 0,84,-. Jika dilihat dari hasil ratarata tersebut maka PT. Musi Hutan Persada masih belum mampu menutupi kewajiban lancarnya apabila tanpa persediaan. Perkembangan rasio ini selain dipengaruhi oleh aktiva lancar, juga dipengaruhi oleh kewajiban dan persediaan. Persediaaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat.
46
4.8.2 Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Data-data pada aktiva, hutang serta ekuitas digunakan untuk mengetahui tingkat stabilitas keuangan untuk jangka panjang. Analisis solvabilitas PT. Musi Hutan Persada dilakukan dengan memperhitungkan rasio total hutang, rasio total hutang dengan modal sendiri dan rasio total hutang dengan total aktiva. Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT. Musi Hutan Persada periode 2007 sampai 2010 dapat dilihat dalam Gambar 8 Solvabilitas Rasio Modal Sendiri Dengan Total Aktiva Rasio Total Hutang dengan Total Ak tiva
Persentase (%)
Rasio Total Hutang Dengan Modal Sendiri 400
363.69
368.13 304.47
300
273.37
200 100 0
78.43 21.57 2007
78.64 21.36 2008
75.28 24.72 2009
73.22 26.78 2010
Tahun
Gambar 8. Perkembangan (trend) rasio solvabilitas PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2009. a. Rasio total hutang dengan total aktiva (debt ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atau aktiva perusahaan. Semakin besar nilai rasio berarti semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan. Semakin kecil nilainya berarti semakin baik, karena
47
jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin kecil. Rasio ini dipengaruhi oleh total hutang dan total aktiva. Pada Gambar 8 dapat dilihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010. Selama periode 4 tahun yaitu tahun 2007 sampai 2010, nilai rata-rata rasio ini pada PT. Musi Hutan Persada sebesar 76,39 persen yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman luar sebesar 76,39 persen dan sisanya sebesar 23,61 persen dibiayai oleh modal sendiri. Kondisi ini menunjukkan resiko yang ditanggung perusahaan cukup besar karena hanya 23,61 persen dalam kepemilikan modal sendiri dan pinjaman luar cukup besar yaitu sebesar 76,39 persen. Hal ini mengindentifikasikan bahwa perusahaan sering melakukan peminjaman dengan pihak luar karena aktiva yang dibiayai dengan hutang cukup besar. Pada periode 4 tahun tersebut terlihat adanya kecenderungan menurun pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan berangsur-angsur mulai mengurangi peminjaman kepada pihak luar. b. Rasio Total Hutang Dengan Modal Sendiri (total debt to equity ratio) Rasio ini digunakan untuk membandingkan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jagka panjang dengan jumlah modal sendiri. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Semakin kecil angka rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan semakin baik. Pada Gambar 8 terlihat perkembangan nilai rasio ini pada PT. Musi Hutan Persada selama periode penelitian yaitu tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan trend yang menurun setiap tahunnya. Walaupun di tahun 2008 sempat mengalami peningkatan sebesar 4,44 persen menjadi 368,13 persen. Nilai rataan untuk rasio ini selama 4 tahun yaitu sebesar 327,42 persen yang artinya setiap Rp 1,00,-, modal perusahaan dapat digunakan untuk menjamin seluruh hutang sebesar Rp 3,27,-. Rata-rata nilai rasio yang lebih besar dari standarnya (100 persen), hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan modal perusahaan dalam menjamin kewajiban perusahaan dan rendahnya tingkat keamanan keuangan perusahaan akibat dari besarnya dana pinjaman yang berasal dari luar perusahaan. Akibatnya, perusahaan akan
48
mengalami kesulitan keuangan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi. c. Rasio modal sendiri dengan total aktiva (equity to tatal active ratio) Rasio ini memperhitungkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva. Standar yang baik untuk rasio ini yaitu sebesar 50 persen. Pada Gambar 8 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010 sempat mengalami penurunan pada tahun 2008 tetapi pada tahun 2009 mengalami peningkatan kembali menjadi 24,72 persen. Rataan nilai rasio ini sebesar 23,61 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa selama periode 4 tahun tersebut 23,61 persen dibiayai dari modal perusahaan itu sendiri, dan 76,39 persen dibiayai dari pinjaman dana dari pihak luar perusahaan.Hal ini mencerminkan bahwa masih kurang baik karena modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva terlalu sedikit. Dari analisis tersebut, maka PT. Musi Hutan Persada dinilai masih dibawah standar pada umumnya dan tingkat keamanan dalam keadaan yang kurang baik bagi perusahaan. 4.8.3 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas dilakukan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan peusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki dan mengukur tingakat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran rasio aktivitas dilakukan dengan menilai tingkat perputaran total aktiva, perputaran aktiva tetap dan perputaran piutang. Perkembangan nilai rasio aktivitas PT. Musi Hutan Persada periode 2007 sampai 2010 dapat dilihat dalam Gambar 9.
49
Aktivitas Rasio Perputaran Ak tiva
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio Perputaran Piutang
Nilai (kali)
8 6.86
6 4.62
4.6
2
2.32
2.67
0
0.46
0.45
4
2007
5.27
2008
3.35
3.07
0.59
0.64
2009
2010
Tahun
Gambar 9. Perkembangan (trend) rasio aktivitas PT. Musi Hutan Persada periode 2007-2010. a. Rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio) Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan beberapa rupiah penjualan bersih untuk dihasilkan untuk setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Perputaran aktiva yang lambat menunjukkan aktiva yang dimiliki terlalu besar apabila dibandingkan dengan kemampuan menjualnya. Rasio perputaran total aktiva menunjukkan suatu perusahaan apakah sudah dapat menghasilkan nilai penjualan sesuai dengan total aktiva yang dimiliki. Pada Gambar 9 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010 Selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010, PT. Musi Hutan Persada menunjukkan perputaran nilai aktiva mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan sebesar 0,01. Berdasarkan hasil analisis perhitungan nilai rasio perputaran total aktiva selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan rata-rata sebesar 0,54 kali pertahunnya. Artinya setiap Rp 1,00,- total aktiva yang dimanfaatkan akan mengahasilkan penjualan sebesar Rp 0,54,-, maka hal ini sangat merugikan karena perusahaan belum mampu menginvestasikan
50
aktivanya secara optimal karena penjualan yang dilakukan PT. Musi Hutan Persada masih dibawah jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan. b. Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover ratio) Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efisiennya pemanfaatan aktiva tetap. Pada Gambar 9 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010. Selama 4 tahun yaitu 2007 sampai 2010, rasio ini selalu mengalami fluktuatif meningkat. Rasio perputaran aktiva tetap tertinggi dicapai pada tahun 2009 dengain nilai 3,35 terjadi peningkatan sebesar 0,68 dari tahun sebelumnya dimana tahun sebelumnya hanya bernilai 2,67. Pada PT. Musi Hutan Persada, nilai rata-rata dari rasio ini adalah 2,85 kali, artinya bahwa dalam satu periode produksi aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan penjualan sebayak 2,85 kali, nilai ini menunjukkan cukup efisisensinya yang dilakukan perusahaan dalam pengoperasian aktivanya untuk melakukan penjualan. Terlihat perkembangan nilai rasio ini yang semakin meningkat walaupun di tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,3. c. Rasio perputaran piutang (receivable turnover ratio) Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Perusahaan yang mempunyai kesulitan dalam penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang rendah. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya tinggi. Pada Gambar 9 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama periode 4 tahun yaitu 2007 sampai 2010 menunjukkan adanya penurunan di tahun 2008 dan 2009. Secara keseluruhan rata-rata dari rasio tersebut yaitu 5,34 kali atau kurang lebih 68 hari (365/5,34). Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan
51
melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak lebih kurang 5 kali atau jangka waktu penagihan pitang tersebut yaitu 68 hari. 4.8.4 Rasio Profitabilitas Rasio profabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan didalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Selain itu juga dapat mengetahui efisiensi perusahaan dalam penggunanaan atau pengelolaan modal yang dimiliki. Profitabilitas yang baik dapat meningkatkan posisi perusahaan serta memperkecil kemungkinan kebangkrutan. Analisis profitabilitas yang dilakukan di PT. Musi Hutan Persada yatu analisis rasio margin laba kotor, analisis margin laba bersih, analisis rasio return on investment (ROI) dan analisis rasio return on equity (ROE). Perkembangan nilai rasio profitabilitas PT. Musi Hutan Persada periode 2007 sampai 2010 dapat dilihat dalam Gambar 10. Profitabilitas ROI
Rasio Marjin Laba Kotor
Rasio Marjin Laba Bersih
ROE
40 Persentase (%)
35.5 30 21.27
20 10 0
6.41 3.03 1.38 2007
18.71 14.07
7.24 3.4 1.55
5.94 3.48
2008
2009
21.03 20.22
8.41 5.41 2010
Tahun
Gambar 10. Perkembangan (trend) Rasio Profitabilitas PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010. a. Rasio Marjin Laba Kotor (gross profit margin) Rasio ini mengukur persentase dari hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relative semakin rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya
52
produksinya, mengidikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi Pada Gambar 10 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun sampai 2010 menunjukkan trend menurun walaupun di tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 21,03 persen.. Nilai rata-rata dari rasio ni ini adalah sebesar 24,13 persen yang berarti bahwa setiap Rp 1,00,- penjualan yang dilakukan, perusahaan akan memperoleh keuntungan usaha (laba kotor) sebesar Rp 0,2413,-. Pada tahun 2008 dan 2009 nilai rasio mengalami penurunan. Penurunan drastis terjadi pada tahun 2008. Hal ini disebabkan karena laba kotor yang diterima perusahaan sangat kecil akibat tingginya harga pokok penjualan
yang tidak diimbangi dengan hasil penjualan. Harga pokok
penjualan yang tinggi disebabkan karena naiknya biaya – biaya yang tidak efisien. b. Rasio Marjin Laba Bersih (net profit margin) Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi/usaha,beban lain-lain dan pajak sehubungan dengan penjualan. Rasio ini merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik dan secara relative semakin rendah harga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi Pada Gambar 10 terlihat erkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan trend meningkat. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah sebesar 5,19 persen yang berarti bahwa setiap Rp 1,00,penjualan yang dilakukan, perusahaan akan memperoleh keuntungan usaha (laba bersih) sebesar Rp 0,0519,-. Peningkatan ini dsebabkan naiknya laba bersih yang diperoleh perusahaan karena biaya-biaya yang ditanggung perusahaan semakin kecil seperti biya operasi dan biaya pinjaman. Kondisi
peningkatan
tersebut
menunjukkan
meningkatkannya
kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba bersih. Peningkatan yang
53
terjadi pada penjualan belum tentu dapat meningkatkan marjin laba bersih karena harus memperhitungkan faktor-faktor pengurang yang biasanya turut mengalami kenaikan seiring dengan naiknya penjualan. c. Rasio return on investment (ROI) Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Rasio ini juga membandingkan laba operasional dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik. Pada Gambar 10 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan trend meningkat. Nilai rata-rata dari rasio ni ini adalah sebesar 2,96 persen yang berarti bahwa setiap Rp 1,00,aktiva yang diinvestasikan akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,0296,-. Dengan kondisi tersebut, PT. Musi Hutan Persada sudah cukup baik karena nilai ROInya terus meningkat. Peningkatan itu disebabkan oleh laba bersih yang terus meningkat yang berkaitan dengan naiknya nilai penjualan. Standar yang digunakan dalam pengukuran rasio ini biasanya dibandingkan dengan tingkat suku bunga umum yang berlaku pada saat itu., jika nilainya lebih besar makan akan lebih menarik bagi investor. Sedangkan nilai rasio ini lebih kecil dari tingkat suku bunga bank maka investor akan menanamkan modalnya pada Bank. ROI merupakan rasio yang umumnya ingin dikeahui oleh investor. Sehingga besar kecilnya nilai ROI merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya dalam usaha. d. Rasio return on equity (ROE) Rasio ini menunjukkan produktivitas dana-dana pemilik perusahaan. Rasio ini membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka semakin baik karena posisi modal pemilik semakin kuat. Pada Gambar 10 terlihat perkembangan nilai rasio ini selama 4 periode yaitu tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan trend meningkat. Peningkatan drastis terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 14,07 persen. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan modal sendiri perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga pendapatan yang diterima pemilik perusahaan meningkat.
54
Nilai rata-rata dari rasio ini adalah sebesar 11,98 persen yang berarti bahwa setiap Rp 1,00,- modal yang diinvestasikan akan menghasilkan laba sebesar Rp 0,1198,-. Peningkatan rasio ini terjadi akibat meningkatnya laba bersih yang lebih besar dibandingkan peningkatan modal sendiri. 4.9. Analisis Du Pont Analisis Du Pont menunjukkan bagaimana rasio aktivitas dan profit marjin berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat pengembangan (ROE) yang dihasilkan suatu perusahaan. ROE digunakan untuk mengetahui cara meningkatkan prestasi perusahaan dan untuk melihat efektivitas pengelolaan sumer daya dalam rangka memaksimalkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi pemegang saham. Hasil analisis Du Pont PT. Musi Hutan Persada periode 2007 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Du Pont PT.Musi Hutan Persada Periode 2007-2010 No
Keterangan Return On Activa (ROA) Return On Equity (ROE) 1-Rasio Hutang
1 2 3
2007
2008
2009
2010
RataRata
1.38 6.40 21.57
1.55 7.24 21.36
3.48 14.07 24.72
5.41 20.22 26.78
2.96 11.98 23.61
Sumber: Laporan Keuangan PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010 (diolah) Perkembangan nilai ROE dan komponen Du Pont lainnya PT. Musi Hutan Persada periode (2007-2010) dapat dilihat dalam Gambar 11. Du Pont Return O n Activa (RO A)
Re turn O n Equity (RO E)
1-Rasio Hutang
Persentase (%)
40 30 20 10 0
21.57
21.36
6.4 1.38
7.24 1.55
24.72
26.78 20.22
14.07
2007
3.48
2008
2009
5.41 2010
Tahun
Gambar 11 Perkembangan Nilai ROE dan Komponen Du Pont lainnya PT. Musi Hutan Persada Periode 2007-2010.
55
Pada Gambar 11 diatas terlihat bahwa perkembangan nilai ROE PT. Musi Hutan Persada selama 4 periode terakhir pengamatan yaitu tahun 2007 sampai 2010 cenderung mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat dengan nilai rata-rata 11,98 persen. Di tahun 2007 nilai ROE perusahaan bernilai 6,4 persen. Kemudian di tahun 2008 kembali meningkat menjadi 7,24 persen. Hal ini disebabkan oleh karena nilai ROA mengalami peningkatan juga sebesar 0,17 persen sehingga di tahun 2008 nilai ROA PT. Musi Hutan Persada sebesar 1,55 persen dibanding tahun 2007 yang hanya sebesar 1,38 persen dan proporsi hutang yang digunakan (rasio hutang) juga mengalami peningkatan. Dimana rasio hutang perusahaan di tahun 2008 sebesar 78,64 persen meningkat sebesar 0,21 persen dimana nilai rasio hutang PT. Musi Hutan Persada hanya bernilai 78,43 persen. Pada tahun 2009 dan 2010 nilai ROE PT.Musi Hutan Persada terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Nilai ROE perusahaan di tahun 2009 mengalami peningkatan kembali, jumlah peningkatannya sebesar 6,83 persen dari tahun 2008 sehingga nilai ROE perusahaan di tahun 2009 bernilai 14,07 persen. Kemudian meningkat kembali di tahun 2010, peningkatan ini membawa perusahaan mencapai nilai ROE di tahun tersebut dengan nilai 20,22 persen atau meningkat sebesar 6,15 persen, walaupun peningkatannya menurun dibanding tahun 2009. Peningkatan nilai ROE ini juga disebabkan oleh nilai ROA juga mengalami peningkatan. Nilai ROA di tahun 2009 bernilai 3,48 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 1,55 persen dan nilai ROA PT. Musi Hutan Persada di tahun 2010 meningkat sebesar 1,93 persen. Nilai ROA di tahun 2010 sebesar 5,41 persen. Kecenderungan peningkatan nilai ROE seperti yang terlihat dalam gambar 9, dikarenakan nilai tingkat pengembalian aktiva atau Return On Activa (ROA) mengalami peningkatan dengan rata-rata untuk empat periode yaitu periode 2007 sampai 2010 sebesar 2,96 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan. Peningkatan nilai ROA ini disebabkan karena selam periode tersebut PT. Musi Hutan Persada mengalami peningkatan laba bersih. Dimana laba bersih tahun 2008 meningkat sebesar 21,82 persen dibanding tahun 2007.
56
Kemudian laba bersih di tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan kembali sehingga laba bersih perusahaan di tahun tersebut bernilai 275,50 persen dan 447,11 persen. Selain laba bersih, nilai perputaran aktiva juga mempengaruhi nilai ROA. Rata-rata nilai perputaran aktiva perusahaan yaitu sebesar, 0,54 persen. Penjualan yang terus meningkat juga ikut mempengaruhi nilai ROA. Dimana nilai penjualan rata-rata yang didapat PT. Musi Hutan Persada yaitu sebesar 127,46 persen. Perkembangan nilai ROE yang cenderung meningkat mencerminkan tingginya efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan dalam upaya memaksimalkan tingkat keuntungan perusahaan. Pada tahun 2010 didapat nilai ROE terbesar, ini menunjukkan kinerja perusahaan yang terus membaik. 4.10. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Dengan melihat kondisi keuangan dan analisis rasio maupun du pont selama 4 periode pengamatan yaitu tahun 2007 sampai 2010 menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor yang berasal dari internal perusahaan seperti penjualan, harga pokok penjualan, biaya, aktiva, kewajiban dan ekuitas. Dimana biaya-biaya tersebut dapat mempengaruhi keuangan perusahaan. Selain hal tersebut sumber daya manusia juga menjadi salah satu faktor internal yang mempengaruhi perusahaan, semakin baik kinerja sumber daya manusia perusahaan maka akan meningkatkan pendapatan (laba) perusahaan. Dengan adanya peningkatan penjualan, maka marjin laba dan perputaran aktiva juga akan mengalami peningkatan. Adanya peningkatan margin laba dan perputaran aktiva secara bersama-sama akan meningkatkan nilai ROI PT. Musi Hutan Persada. Peningkatan penjualan dan memperkecil harga pokok produksi dan biaya-biaya dapat ebih meningkatkan laba bersih perusahaan. Selain itu, jumlah modal ikut berpengaruh karena modal perusahaan belum mampu menutupi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya terhadap para krditur dengan modal sendiri. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja perusahaan di antaranya adalah seperti cuaca dan pihak lain yang ikut bekerja sama pada PT. Musi Hutan Persada serta pemerintah. Cuaca sangat mempengaruhi dalam
57
perusahaan ini. Karena apabila cuaca dalam keadaan bagus maka proses penebangan kayu juga akan berjalan lancar. Proses penebangan kayu yang lancar
dapat
mempengaruhi
pendapatan
perusahaan
karena
apabila
penebangan berjalan lancar, pengiriman kayu ke PT. Tanjung Enim Lestari dapat berjalan lancar. Kerja sama dengan pihak lain dalam mengelola hutan bersama masyarakat
(MHBM)
dan
mengelola
hutan
rakyat
program
yang
menempatkan masyarakat sekitar hutan sebagai mitra sejajar pengusaha HTI dalam mengelola hutan tanaman industri, suksesnya program ini dapat mendukung perusahaan dalam melaksanakan proses usahanya. Sedangkan program mengelola hutan rakyat (MHR) merupakan program penanaman tanaman HTI dengan pola bagi hasil antara perusahaan dengan pemilik lahan. Suksesnya program MHR ini dapat meningkatkan penjualan perusahaan. Selain itu, penanaman modal dari PT. Inhutani V dan PT. Tanjung Enim Lestari juga dapat mempengaruhi. Karena modal perusahaan berasal dari PT. Inhutani V sebesar 40% dan PT. Tanjung Enim Lestari 60%. Kebijakan pemerintah juga ikut andil dalam hal ini karena dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan. Seperti kebijakannya mengenai UU kehutanan dan lain-lain. 4.11. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat dimunculkan dalam penelitian ini adalah bagaimana menciptakan kinerja keuangan yang lebih baik sehingga dapat memberikan nilai yang positif bagi perusahaan pada tahun-tahun yang akan datang, untuk itu diperlukan cara-cara agar kinerja keuangan perusahaan meningkat seperti: a. Untuk memperbaiki likuiditas dan solvabilitas perusahaan maka perusahaan harus meningkatkan jumlah kas pada perusahaan dengan cara melakukan lebih banyak transaksi penjualan
secara tunai, serta
mengurangi penumpukan persediaan. b. Untuk lebih meningkatkan profitabilitas pada perusahaan, maka sebaiknya perusahaan lebih menekan lagi biaya-biaya yang ditimbulkan dari
58
keseluruhan
kegiatan
perusahaan,
sehingga
laba
yang
diperoleh
perusahaan seimbang dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. c. Perusahaan hendaknya menstabilkan tingkat perputaran semua unsur modal kerja yang ada, terutama pada persediaan dan piutang
KESIMPULAN DAN SARAN
1.Kesimpulan a. Perkembangan keuangan PT. Musi Hutan Persada selama 4 tahun pengamatan dengan menggunakan analisis trend pada sisi aktiva menunjukkan komponen aktiva lancar dan aktiva tetap yang cenderung mengalami peningkatan secara fluktuatif. Walaupun aktiva tetap di tahun 2008 sempat mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan nilai beban yang ditangguhkan disertai dengan peningkatan amortisasi. Sedangkan untuk aktiva lain-lain cenderung mengalami penurunan di tahun 2008 dan 2009. Sementara pada sisi pasiva kondisinya menunjukkan kecenderungan yang meningkat kecuali kewajiban jangka panjang
yang
kondisinya
menunjukkan
penurunan.
Penurunan
ini
dikarenakan hutang kepada pemegang saham menjadi ditiadakan. Pada laporan laba rugi terlihat bahwa komponen penjualan, harga pokok penjualan, dan laba bersih cenderung meningkat pada setiap tahunnya. Sedangkan pada komponen laba kotor dan biaya cenderung mengalami penurunan.
Dengan
adanya
penurunan
biaya-biaya
ini
sangat
menguntungkan bagi perusahaan karena dapat meningkatkan laba bersih yang diperoleh perusahaan. b. Hasil analisis rasio memperlihatkan tingkat likuiditas perusahaan cenderung menurun. Walaupun begitu, perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek karena aktiva yang tersedia mampu memenuhi kewajiban lancarnya. Tetapi apabila tanpa persediaan, perusahaan masih belum mampu memenuhi kewajiban lancarnya. Sedangkan tingkat solvabiltas cukup beresiko karena rasio total hutang dan total aktiva mengindikasikan perusahaan sering melakukan peminjaman dengan pihak luar. Selain itu rasio total hutang dengan modal sendiri menunjukkan rendahnya kemampuan modal perusahaan dalam
menjamin kewajiban perusahaan.
Begitu pula dengan rasio modal sendiri dengan total aktiva karena modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan unuk membiayai aktiva terlalu sedikit. Dari rasio aktivitas terlihat rasio perputaran piutang
60
dan rasio perputaran mengalami peningkatan di dua tahun terakhir pengamatan. Walaupun terjadi peningkatan nilai rasio perputaran aktiva PT. Musi Hutan Persada masih dikatakan belum baik karena perusahaan belum mampu menginvestasikan aktivanya secara optimal. Sementara rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan cukup baik karena perusahaan cukup efisien dalam pengoperasian aktivanya Sedangkan untuk rasio rasio perputaran piutang, perusahaan melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak 5 kali atau jangka waktu penagihan piutang sebanyak 68 hari. Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung mengalami peningkatan hal ini mencerminkan telah efisiennya pengelolaan sumber daya perusahaan dalam memaksimalkan keuntungsn. Tetapi rasio marjin laba kotor mengalami kecenderungan turun setiap tahunnya. Berdasarkan hasil analisis Du Pont, perkembangan kinerja keuangan perusahaan cenderung meningkat. Hal ini dicerminkan dari nilai ROE yang cenderung meningkat. Peningkatan ROE ini disebabkan oleh tingkat profitabilitas perusahaan yang cenderung meningkat untuk 4 tahun terakhir. Berdasarkan forcasting untuk tahun 2011, komponen neraca yang diramalkan akan naik yaitu aktiva lancar,kewajiban lancar dan ekuitas. Sedangkan untuk komponen laba rugi yang diramalkan akan mengalami peningkatan yaitu penjualan, harga pook penjualan,laba kotor, serta laba bersih. c. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berasal dari internal perusahaan antara lain yaitu penjualan, biaya dan aktiva serta Sumber Daya Manusia. Dengan adanya peningkatan penjualan maka marjin laba dan perputaran aktiva juga akan mengalami peningkatan sehingga akan meningkatkan nilai ROI perusahaan. Sedangkan faktor eksternal seperti cuaca dan pihak lain yang ikut bekerja sama dengan PT. Musi Hutan Persada serta pemerintah yang sifatnya sementara dan tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. 2.Saran a. Perusahaan harus meningkatkan jumlah kas pada perusahaan, dengan cara melakukan lebih banyak transaksi penjualan secara tunai, serta mengurangi penumpukan persediaan.
61
b. Perusahaan menambah jumlah modal sehingga perusahaan mampu menutupi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya terhadap para kreditur dengan modal sendiri.
c. Peningkatan keuntungan dapat dengan meminimalkan biaya-biaya seperti biaya operasi dan lain-lain serta meningkatkan angka penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E. F dan J. F. Houstoun. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat, Jakarta. Budiman, H. 2006. Analisis Perkembangan Kinerja Keuangan PT. Pupuk Kujang (Persero) Cikampek. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Harahap, S. S. 2002. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hariri, E. 2010. Evaluasi Kinerja Keuangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Pada Anggota Kelompok Sea Farming Di Pulau Panggang. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Heizer. J. dan B. Render. 2005. Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta. Lukviarman. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Andalas University Press, Padang. Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen. Konsep, Manfaat, Dan Rekayasa. Edisi 3. Universitas Gajah Mada. Salemba Empat, Jakarta. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Liberty, Yogyakarta. Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Ghalia, Jakarta. Pelatihan Analisis PAD Trenggalek. Pdf (application /pdf object) http://www.rofiq.web.id/files/Pelatihan%20Analisis%20PAD%20Trengga lek.pdf [7 Agustus 2011]. PT. Musi Hutan Persada. 2007. Laporan Keuangan PT. Musi Hutan Persada Tahun 2007. PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim. _____________________. 2008. Laporan Keuangan PT. Musi Hutan Persada Tahun 2008. PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim. _____________________. 2009. Laporan Keuangan PT. Musi Hutan Persada Tahun 2009. PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim. _____________________. 2010. Laporan Keuangan PT. Musi Hutan Persada Tahun 2010. PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim. Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
63
Suseno, I. 2010. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bimatama Indonesia Estetika. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
64
Lampiran 1. Laporan Laba Rugi 31 Desember 2007
PT. MUSI HUTAN PERSADA LAPORAN LABA RUGI 31 DESEMBER 2007
1. Penjualan
263.910.311.820
2. Harga Pokok Penjualan a. Persediaan Awal
21.996.739.339
b. Biaya Produksi - Pembiayaan Produksi - Penyusutan dan Amortisasi
170.851.801.958 22.755.684.446
Sub. Total Biaya Produksi
193.607.486.404
c. Kayu Tersedia untuk Dijual
215.604.225.743
d. Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan
Laba (Rugi) Kotor
45.385.809.409 170.218.416.334
93.691.895.486
3. Biaya Operasi, Bunga Pinjaman, dan Biaya Lain-lain a. Biaya Operasi
10.314.882.367
b. Bunga Pinjaman
42.752.177.996
c. Biaya Lain-lain
29.236.205.764
Total Biaya Operasi, Bunga Pinjaman, dan Biaya Lain-lain
82.303.266.127
4. Laba (Rugi) Sebelum Pajak
11.388.629.359
5. Pajak Penghasilan Badan
3.399.088.808
6. Laba (Rugi) Setelah Pajak
7.989.540.551
65
Lampiran 2. Laporan Laba Rugi 31 Desember 2008
PT. MUSI HUTAN PERSADA LAPORAN LABA RUGI 31 DESEMBER 2008
1. Penjualan
286.254.088.691
2. Harga Pokok Penjualan a. Persediaan Awal
45.385.809.406
b. Biaya Produksi - Pembiayaan Produksi - Penyusutan dan Amortisasi
262.960.389.286 25.141.853.820
Sub. Total Biaya Produksi
288.102.243.106
c. Kayu Tersedia untuk Dijual
333.488.052.512
d. Persediaan Akhir
108.126.330.444
Harga Pokok Penjualan
225.361.722.068
Laba (Rugi) Kotor
60.892.366.623
3. Biaya Operasi, Bunga Pinjaman, dan Biaya Lain-lain a. Biaya Operasi b. Bunga Pinjaman c. Biaya Lain-lain
8.455.004.016 38.306.795.587 251.460.178
Total Biaya Operasi, Bunga Pinjaman, dan Biaya Lain-lain
47.013.259.781
4. Laba (Rugi) Sebelum Pajak
13.879.106.842
5. Pajak Penghasilan Badan
4.146.232.052
6. Laba (Rugi) Setelah Pajak
9.732.874.790
66
Lampiran 3. Laporan Laba Rugi 31 Desember 2009
PT. MUSI HUTAN PERSADA LAPORAN LABA RUGI 31 DESEMBER 2009
1. Penjualan
370.719.376.901
2. Harga Pokok Penjualan a. Persediaan Awal
108.126.330.444
b. Biaya Produksi - Pembiayaan Produksi - Penyusutan dan Amortisasi
280.611.350.627 27.528.023.195
Sub. Total Biaya Produksi
308.139.373.822
c. Kayu Tersedia untuk Dijual
416.265.704.266
d. Persediaan Akhir
114.904.852.466
Harga Pokok Penjualan
301.360.851.800
Laba (Rugi) Kotor
69.358.525.101
3. Biaya Operasi, Bunga Pinjaman, dan Biaya Lain-lain a. Biaya Operasi
11.080.000.000
b. Bunga Pinjaman
26.860.122.504
c. Biaya Lain-lain Total Biaya Operasi, Bunga Pinjaman, dan Biaya Lain-lain
37.940.122.504
4. Laba (Rugi) Sebelum Pajak
31.418.402.597
5. Pajak Penghasilan Badan
9.407.020.781
6. Laba (Rugi) Setelah Pajak
22.011.381.816
67
Lampiran 4. Laporan Laba Rugi 31 Desember 2010
PT. MUSI HUTAN PERSADA LAPORAN LABA RUGI 31 DESEMBER 2010
1. Penjualan
424.648.472.640
2. Harga Pokok Penjualan a. Persediaan Awal
114.904.852.466
b. Biaya Produksi - Pembiayaan Produksi - Penyusutan dan Amortisasi
316.540.643.211 28.841380.933
Sub. Total Biaya Produksi
345.382.024.144
c. Kayu Tersedia untuk Dijual
460.286.876.610
d. Persediaan Akhir
124.927.178.364
Harga Pokok Penjualan
335.359.698.246
Laba (Rugi) Kotor
89.288.774.394
3. Biaya Operasi, Bunga Pinjaman, dan Biaya Lain-lain a. Biaya Operasi
14.351.257.673
b. Bunga Pinjaman
23.905.632.467
c. Biaya Lain-lain
29.236.205.764
Total Biaya Operasi, Bunga Pinjaman, dan Biaya Lain-lain
38.256.890.140
4. Laba (Rugi) Sebelum Pajak
51.031.884.254
5. Pajak Penghasilan Badan
15..031.884.254
6. Laba (Rugi) Setelah Pajak
35.722.318.988
68
Lampiran 5. Hasil Forecasting Komponen Neraca Menggunakan Minitab
69
70
Lampiran 6. Hasil Forecasting Komponen Laba Rugi Menggunakan Minitab
71
72
Lampiran 7. Laporan Neraca 31 Desember 2007
PT. MUSI HUTAN PERSADA LAPORAN NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan setara kas Piutang Persediaan Uang muka Pendapatan yang masih harus diterima Jumlah Aktiva Lancar Penyertaan
28.784.538.072 57.087.340.095 45.385.809.409 5.704.766.948 9.302.090 136.971.756.614 1.560.000.000
HTI Siap Tebang Bersih
324.039.735.966
Aktiva Tetap Bangunan Sarana dan prasarana penghubung Mesin dan peralatan lapangan Peralatan dan perabot kantor Kendaraan bermotor Nilai perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku Aktiva tetap Aktiva dalam penyelesaian Jumlah Akiva Tetap
8.071.939.282 49.110.089.844 86.940.873.676 1.314.858.740 2.242.139.617 147.679.901.159 (35.331.838.343) 112.348.062.816 1.627.816.303 113.975.879.119
Aktiva Lain-lain Beban ditangguhkan Amortisasi beban ditangguhkan Jumlah Aktiva Lain-lain JUMLAH AKTIVA
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Hutang Usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Pinjaman DR-Jangka pendek Uang muka penjualan kayu bulat Jumlah Kewajiban Lancar
22.390.669.353 2.058.571.575 1.190.712.378 39.053.613.870 10.333.782.360 75.027.349.536
Kewajiban Jangka Panjang Hutang kepada pemegang saham Pinjaman DR-Jangka panjang Hutang BPTG Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
546.910.449 272.511.798.328 105.554.550.140 378.613.258.917
Ekuitas Modal Disetor PMP PT (Persero) Inhutani V (40%) PMS PT Enim Musi Lestari (60%) Laba ditahan Laba tahun Berjalan Jumlah Ekuitas
43.344.000.000 65.016.000.000 8.382.967.318 7.989.540.551 124.732.507.869
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
578.373.116.322
3.232.265.262 (1.406.520.639) 1.825.744.623 578.373.116.322
73
Lampiran 8. Laporan Neraca 31 Desember 2008
PT. MUSI HUTAN PERSADA LAPORAN NERACA 31 DESEMBER 2008 AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan setara kas Piutang Persediaan Uang muka Pendapatan yang masih harus diterima Jumlah Aktiva Lancar Penyertaan HTI Siap Tebang Bersih Aktiva Tetap Bangunan Sarana dan prasarana penghubung Mesin dan peralatan lapangan Peralatan dan perabot kantor Kendaraan bermotor Nilai perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku Aktiva tetap Aktiva dalam penyelesaian Jumlah Akiva Tetap Aktiva Lain-lain Beban ditangguhkan Amortisasi beban ditangguhkan Jumlah Aktiva Lain-lain JUMLAH AKTIVA
26.455.213.331 62.199.378.036 108.126.330.444 8.156.872.908 14.914.440 204.952.709.159 1.560.000.000 314.209.934.899
8.448.142.180 65.529.385.469 88.989.467.636 2.034.498.284 2.242.139.617 167.243.633.186 (60.106.247.450) 107.137.385.736 107.137.385.736
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Hutang Usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Pinjaman DR-Jangka pendek Uang muka penjualan kayu bulat Jumlah Kewajiban Lancar
36.953.675.864 3.478.621.019 20.724.939.636 33.214.095.692 42.333.782.357 136.705.114.568
Kewajiban Jangka Panjang Hutang kepada pemegang saham Pinjaman DR-Jangka panjang Hutang BPTG Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
252.749.442.337 105.554.550.140 358.303.992.477
Ekuitas Modal Disetor PMP PT (Persero) Inhutani V (40%) PMS PT Enim Musi Lestari (60%) Laba ditahan Laba tahun Berjalan Jumlah Ekuitas
43.344.000.000 65.016.000.000 16.372.507.869 9.732.874.790 134.465.382.659
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
629.474.489.704
3.388.425.262 (1.773.965.352) 1.614.459.910 629.474.489.704
74
Lampiran 9. Laporan Neraca 31 Desember 2009
PT. MUSI HUTAN PERSADA LAPORAN NERACA 31 DESEMBER 2009 AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan setara kas Piutang Persediaan Uang muka Pendapatan yang masih harus diterima Jumlah Aktiva Lancar Penyertaan HTI Siap Tebang Bersih Aktiva Tetap Bangunan Sarana dan prasarana penghubung Mesin dan peralatan lapangan Peralatan dan perabot kantor Kendaraan bermotor Nilai perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku Aktiva tetap Aktiva dalam penyelesaian Jumlah Akiva Tetap Aktiva Lain-lain Beban ditangguhkan Amortisasi beban ditangguhkan Jumlah Aktiva Lain-lain JUMLAH AKTIVA
28.918.537.072 70.382.532.415 114.904.852.466 947.061.872 7.371.660 215.160.355.485 1.560.000.000 304.380.133.832
10.772.342.180 90.666.895.431 91.651.067.636 2.494.498.284 2.242.139.617 197.826.943.148 (87.156.592.517) 110.670.350.631 110.670.350.631
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Hutang Usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Pinjaman DR-Jangka pendek Uang muka penjualan kayu bulat Jumlah Kewajiban Lancar
34.457.465.117 3.965.138.376 28.930.300.734 36.798.394.781 39.733.782.357 143.885.081.365
Kewajiban Jangka Panjang Hutang kepada pemegang saham Pinjaman DR-Jangka panjang Hutang BPTG Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
226.991.225.750 105.554.550.140 332.545.775.890
Ekuitas Modal Disetor PMP PT (Persero) Inhutani V (40%) PMS PT Enim Musi Lestari (60%) Laba ditahan Laba tahun Berjalan Jumlah Ekuitas
43.344.000.000 65.016.000.000 26.105.382.659 22.011.381.816 156.476.764.475
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
632.907.621.730
3.388.425.262 (2.251.643.480) 1.136.781.782 632.907.621.730
75
Lampiran 10. Laporan Neraca 31 Desember 2010
PT. MUSI HUTAN PERSADA LAPORAN NERACA 31 DESEMBER 2010 AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan setara kas Piutang Persediaan Uang muka Pendapatan yang masih harus diterima Jumlah Aktiva Lancar Penyertaan HTI Siap Tebang Bersih Aktiva Tetap Bangunan Sarana dan prasarana penghubung Mesin dan peralatan lapangan Peralatan dan perabot kantor Kendaraan bermotor Nilai perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku Aktiva tetap Aktiva dalam penyelesaian Jumlah Akiva Tetap Aktiva Lain-lain Beban ditangguhkan Amortisasi beban ditangguhkan Jumlah Aktiva Lain-lain JUMLAH AKTIVA
44.898.171.341 61.921.080.198 124.927.178.364 1.183.827.340 9.214.577 232.939.471.820 1.560.000.000 285.475.167.290
13.465.427.725 113.333.619.289 114.563.834.545 3.118.122.856 2.802.674.522 247.283.678.937 (108.945.740.647) 138.337.938.290 138.337.938.290
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Hutang Usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Pinjaman DR-Jangka pendek Uang muka penjualan kayu bulat Jumlah Kewajiban Lancar
38.407.411.140 5.807.672.970 26.898.455.661 37.733.573.220 41.643.775.738 150.490.888.729
Kewajiban Jangka Panjang Hutang kepada pemegang saham Pinjaman DR-Jangka panjang Hutang BPTG Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
216.991.225.750 105.554.550.140 332.545.775.890
Ekuitas Modal Disetor PMP PT (Persero) Inhutani V (40%) PMS PT Enim Musi Lestari (60%) Laba ditahan Laba tahun Berjalan Jumlah Ekuitas
43.344.000.000 65.016.000.000 32.614.571.020 35.722.318.988 176.696.890.008
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
659.773.554.627
4.235.531.578 (2.814.554.351) 1.420.977.227 659.733.554.627
76
Lampiran 11. Analisis Trend Terhadap Laporan Neraca Tahun 2007-2010 (%) PT. MUSI HUTAN PERSADA Analisis Trend Terhadap Laporan Neraca Tahun 2007-2010 (%) Tahun
Trend (%)
Komponen
Aktiva Lancar Aktiva Tetap Aktiva Lainlain Kewajiban Lancar Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas
2007 2008 136,971,756,6 204,952,709,1 14 59 113,975,879,1 107,137,385,7 19 36
2009 215,160,355,4 85 110,670,350,6 31
2010 232,939,471,8 20 138,337,938,2 90
1,825,744,623 1,614,459,910 75,027,349,53 136,705,114,5 6 68
1,136,781,782 143,885,081,3 65
1,420,977,227 150,490,888,7 29
378,613,258,9 358,303,992,4 17 77 124,732,507,8 134,465,382,6 69 59
332,545,775,8 90 156,476,764,4 75
332,545,775,8 90 176,696,890,0 08
200 7 100
2008 149.6 3
100
94.00
2009 2010 157.0 170.0 8 6 121.3 97.10 7
100
88.43 182.2 1
62.26 77.83 191.7 200.5 8 8
94.64 107.8 0
87.83 87.83 125.4 141.6 5 6
100
100 100
RataRata(%) 144.19 103.12 82.13 168.64
92.58 118.73
77
Lampiran 12. Analisis Trend Terhadap Laporan Laba Rugi Tahun 2007-2010 (%)
PT. MUSI HUTAN PERSADA Analisis Trend Terhadap Laporan Laba Rugi Tahun 2007-2010 (%) Tahun
Trend (%)
Komponen 2007 Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Laba Bersih
170,218,416,334 93,691,895,486 82,303,266,127
2008 286,254,088,69 1 225,361,722,06 8 60,892,366,623 47,013,259,781
2009 370,719,376,90 1 301,360,851,80 0 69,358,525,101 37,940,122,504
2010 424,648,472,64 0 335,359,698,24 6 89,288,774,394 38,256,890,140
7,989,540,551
9,732,874,790
22,011,381,816
35,722,318,988
263,910,311,820
200 7 100 100 100 100 100
2008 108.4 7 132.4 0 64.99 57.12 121.8 2
2009 140.4 7 177.0 4 74.03 46.10 275.5 0
2010 160.9 1 197.0 2 95.30 46.48 447.1 1
Rata-Rata (%) 127.46 151.61 83.58 62.43 236.11
78
PT. MUSI HUTAN PERSADA
Lampiran 13.Analisis Trend Terhadap Forecasting Laporan Neraca Tahun 2007-2011 (%)
79
Analisis Trend Terhadap Forecasting Laporan Neraca Tahun 2007-2011 (%) Komponen Aktiva Lancar Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain Kewajiban Lancar Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas
2007
2008
Tahun 2009
2010
2011
2007
Trend (%) 2008 2009
2010
2011
RataRata(%)
136,971,756,614
204,952,709,159
215,160,355,485
232,939,471,820
291,950,148,326
100
149.63
157.08
170.06
213.15
157.99
113,975,879,119
107,137,385,736
110,670,350,631
138,337,938,290
136,317,140,223
100
94.00
97.10
121.37
119.60
106.42
1,825,744,623
1,614,459,910
1,136,781,782
1,420,977,227
1,121,258,259.54
100
88.43
62.26
77.83
61.41
77.99
75,027,349,536
136,705,114,568
143,885,081,365
150,490,888,729
208,405,073,798
100
182.21
191.78
200.58
277.77
190.47
378,613,258,917 124,732,507,869
358,303,992,477 134,465,382,659
332,545,775,890 156,476,764,475
332,545,775,890 176,696,890,008
311,658,692,324 311,658,692,324
100 100
94.64 107.80
87.83 125.45
87.83 141.66
82.32 249.86
90.52 144.96
Lampiran 14. .Analisis Trend Terhadap Forecasting Laporan Laba Rugi Tahun 2007-2011 (%) PT. MUSI HUTAN PERSADA
80
Analisis Trend Terhadap Forecasting Laporan Laba Rugi Tahun 2007-2011 (%)
Komponen Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Laba Bersih
2007 263,910,311,820
2008 286,254,088,691
Tahun 2009 370,719,376,901
2010 424,648,472,640
2011 503,296,638,421
2007 100
2008 108.47
170,218,416,334 93,691,895,486 82,303,266,127 7,989,540,551
225,361,722,068 60,892,366,623 47,013,259,781 9,732,874,790
301,360,851,800 69,358,525,101 37,940,122,504 22,011,381,816
335,359,698,246 89,288,774,394 38,256,890,140 35,722,318,988
446,222,037,323 76,823,797,975 25,974,697,182 59,292,859,467
100 100 100 100
132.40 64.99 57.12 121.82
Trend (%) 2009 2010 140.47 160.91
177.04 74.03 46.10 275.50
197.02 95.30 46.48 447.11
2011 190.71
RataRata(%) 140.11
262.15 82.00 31.56 742.13
173.72 83.26 56.25 337.31
81
Lampiran 15. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI PT. MUSI HUTAN PERSADA Board of Director Head of Internal Control Devision
GM.Administration / Financial
Head of HRD Division
Head of Financial Division
Head of Accounting Division
Area Manager Sibanjeriji
Planting Unit
GM. Operasional
Head of General Division
Head of Community Division
Area Manager Benakat
Harvesting Unit
Planting Unit
Head of Planting Division
Area Manager Lematang
Harvesting Unit
Planting Unit
Harvesting Unit
Head of Harvesting Division
Head of Road Constrution Division
Head of Transport Division
Head of Planning Division
Head of R&D Division
Head of Logistic Division
Head of Service Division