perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS KINERJA INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ESTIMASI RANKING BANK (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 - 2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh : B. ANINDYA NANDI W NIM. F0208050
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ESTIMASI RANKING BANK (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 - 2010)
B. ANINDYA NANDI W F0208050
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dan menganalisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) yang dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator) untuk kemudian dibuat peringkat bank di Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan tahunan, sampel dalam penelitian ini berjumlah 110 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama empat tahun (2007 2010). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis VAIC™ (Value Added Intellectual Coefficient) dan pengujian regresi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara keseluruhan, selama empat tahun perusahaan perbankan memiliki kinerja yang baik (54 Perusahaan Perbankan masuk ke dalam kategori “top performers”, 43 Perusahaan Perbankan masuk ke dalam kategori “good performers”, dan 10 Perusahaan Perbankan masuk ke dalam kategori “common performers”, sisanya hanya 3 Perusahaan Perbankan saja yang masuk ke dalam kategori “bad performers”). Pengujian regresi menununjukkan bahwa CE (capital employed) memiliki kekuatan hubungan yang sama dengan HC (human capital), yaitu berkisar antara 62% 72% terhadap VA (value added). Keterbatasan penelitian ini adalah periode pengamatan yang pendek (hanya 4 tahun), kurang tersedianya data laporan keuangan, dan hanya nilai VAICTM dari penelitian Ulum (2008) saja yang digunakan sebagai parameter.
Kata kunci: intellectual capital, bank, Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM), BPI (Business Performance commitIndicator), to user Human Capital (HC), Capital Employed (CE), Value Added (VA)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
INTELLECTUAL CAPITAL PERFORMANCE ANALYSIS TOWARD ESTIMATE OF RANKING BANK (Empirical Study on Banking Company in Indonesia Stock Exchange during 2007 - 2010)
B. ANINDYA NANDI W F0208050
The objective of this research is to estimate and analysis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) which is considered as BPI (Business Performance Indicator), then be ranked bank in Indonesia. Data used are annual reports, samples in this study are 110 banking company that registered in Indonesia Stock Exchange during four years (2007 – 2010). Data analysis methods used are VAIC™ (Value Added Intellectual Coefficient) analysis and regression test. VAICTM calculation result showed that the overall banking company for four years have good performance (54 Banking Company into the category of “top performers”, 43 Banking Company into the category of “good performers”, and 10 Banking Company into the category of “common performers”, remains just 3 Banking Company are entered into the category “bad performers”). Regression testing shows that the CE (capital employed) has the same strength of relationship with HC (human capital), it ranged between 62% - 72% to VA (value added). Limitations of this study are short observation period (only 4 years), lack of available financial statement data, and only the VAICTM value of Ulum research (2008) used as a parameter.
Keywords: intellectual capital, bank, Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM), BPI (Business Performance Indicator), Human Capital (HC), Capital Employed (CE), Value Added (VA) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN *Almarhum Ayah Djoko Praptono, *Ibundaku sang wonderwoman dan Adik tercinta, *Yangti ku yang luar biasa yang telah bahagia disisiNya, *Penyemangatku
calon
Menteri
Keuangan,
Mardiansah
yang selalu mendampingi Chunyung, *Charolina yang setia setiap saat membantu dan menemani, *Sinta my old friend and the best friend i ever had, *Hendriyani sahabatku yang berada nun jauh di sana, *Ibu Emi (IPOT) trimakasih atas bimbingan olah data, *Bapak Profesor Hartono yang selalu bersedia dengan sabar menuntunku sampai terseleseikannya skripsi ini *Bapak Harmadi, pembimbing akademikku yang sangat care dengan perkembangan studi anak didiknya, *Meme, Aulia, Patria, Risma yang selalu siap antar jaga, *Sahabat-sahabatku tersayang Manajemen Angkatan 2008 (Susi, Dina, Ambar, Nunu, Juwi, Rhyka, Maria, Dewi, Tika, Andesthi, Silvi dan semuanya yg tak bisa ditulis satu-satu) yang selalu memberikan arti persahabatan di setiap harihariku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita
adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil” -
Mario Teguh –
Jangan menolak perubahan hanya karena kita takut kehilangan yang telah dimiliki, karena dengannya kita merendahkan nilai yang bisa kita capai melalui perubahan itu -
“Menabung
Mario Teguh -
untuk hari esok yang lebih baik” - Penulis-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segenap puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Intellectual Capital Terhadap Estimasi Ranking Bank (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2010)”, yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat lepas dari bantuan banyak pihak. Dengan selesainya skripsi ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian dan pemberian ilmunya baik akademis maupun non akademis. 2. Dr. Hunik Sri Rining S, M. Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 3. Prof. Dr. Hartono, M.S., selaku pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan kritik, saran, nasehat dan bimbingan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi. 4. Bapak dan Ibu Staff Pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh studi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan kenyamanan dan kemudahan selama penulis menempuh proses studi. 6. Teman-teman Manajemen angkatan 2008, yang telah memberikan semangat, bantuan dan doa. Penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua yang membacanya.
Surakarta, 15 Maret 2012 Penulis,
B. Anindya Nandi W
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i Halaman Persetujuan Pembimbing ....................................................................... ii Halaman Pengesahan ........................................................................................... iii Halaman Persembahan...........................................................................................iv Halaman Motto...................................................................................................... v Kata Pengantar ..................................................................................................... vi Daftar Isi.............................................................................................................. vii Daftar Tabel ........................................................................................................ vii Daftar Gambar ...................................................................................................... ix Abstrak .................................................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI A. DEFINISI INTANGIBLE ASSET ............................................................. 6 B. DEFINISI INTELLECTUAL CAPITAL.................................................... 10 C. KOMPONEN & KLASIFIKASI INTELLECTUAL CAPITAL ................ 14 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. VALUE ADDED INTELLECTUAL COEFFICIENT (VAICTM) ............... 15 E. PENELITIAN TERDAHULU.................................................................. 21 1. VAICTM Sebagai Ukuran Kinerja Intellectual Capital ....................... 21 a) Studi Mavridis (2004) .................................................................. 21 b) Studi Kamath (2007) ................................................................... 22 c) Studi Ulum (2008) ....................................................................... 23 2. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan ....................................... 25 a) Studi Bontis (1998) ...................................................................... 25 b) Studi Bontis et al. (2000) ............................................................ 25 c) Studi Astuti dan Sabeni (2005) ................................................... 26 d) Studi Firer dan Williams (2003) ................................................. 26 e) Studi Chen et al. (2005) .............................................................. 28 f) Studi Tan et al. (2007) ................................................................. 28 g) Studi Ulum (2008a) ..................................................................... 29 i) Studi Ulum (2009) ....................................................................... 30 F. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................... 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN ....................................................... 35 B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL ..... 35 1. Populasi sampel ........................................................................... 35 2. Teknik pengambilan sampel......................................................... 36 commit to user C. METODE PENGUMPULAN DATA ...................................................... 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. SUMBER DATA ..................................................................................... 41 E. METODE ANALISIS DATA .................................................................. 41 1. Tahapan Perhitungan VAICTM .................................................... 43 2. Tahapan Peringkat Bank Berdasarkan Penelitian Ulum .............. 46 3. Tahapan Perhitungan Regresi....................................................... 46 a) Uji Normalitas Data................................................................. 47 b) Uji Asumsi Klasik ................................................................... 48 i. Multikolinearitas ............................................................. 48 ii. Autokorelasi ................................................................... 48 c) Heteroskesdastisitas................................................................. 49
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. STATISTIK DESKRIPTIF ...................................................................... 50 B. ANALISIS DATA .................................................................................... 51 1. Peringkat Bank Berdasarkan Penelitian Ulum (2008) ................. 51 2. Linier Regression dengan Ordinary Least Squares (OLS) .......... 57 a) Uji Normalitas Data................................................................. 58 b) Uji Asumsi Klasik ................................................................... 59 i. Multikolinearitas ............................................................. 59 ii. Autokorelasi ................................................................... 60 c) Heteroskesdastisitas................................................................. 61 C. PEMBAHASAN ...................................................................................... 61 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V. PENUTUP A. KESIMPULAN ........................................................................................ 81 B. KETERBATASAN .................................................................................. 82 C. SARAN .................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel II.1
Perbandingan Standar Akuntansi Aktiva Tidak Berwujud ......... 6
Tabel II.2
Kronologi Konstribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC ................................................... 10
Tabel II.3
Perbandingan Konsep IC Menurut Beberapa Peneliti .............. 13
Tabel II.4
Klasifikasi Intellectual Capital ................................................. 15
Tabel II.5
Ringkasan Penelitian Empiris Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan................................................................................. 31
Tabel III.1
Daftar Nama Perusahaan ........................................................... 36
Tabel IV.1
Descriptive Statistics ................................................................. 50
Tabel IV.2
Mean of VAHC, VACE and VAIC ............................................. 51
Tabel IV.3
Tabel IV.4 (Perhitungan VAICTM Tahun 2007) ....................... 52
Tabel IV.4
Tabel IV.5 (Perhitungan VAICTM Tahun 2008) ....................... 54
Tabel IV.5
Tabel IV.6 (Perhitungan VAICTM Tahun 2009) ....................... 56
Tabel IV.6
Tabel IV.7 (Perhitungan VAICTM Tahun 2010) ....................... 57
Tabel IV.7
Regression Result – Overall Banking Sector ............................ 57
Tabel IV.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .................................... 58
Tabel IV.9
Uji Multikolinearitas ................................................................. 59
Tabel IV.10
Uji Autokorelasi ........................................................................ 60
Tabel IV.11
Capital Employed Bank Mutiara................................................74
Tabel IV.12 Descriptive Overall of Ranking Bank..........................................77 Tabel IV.13 Rekapitulasi Ranking Perbankan..................................................79 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran .................................................................. 34
Gambar IV.1 Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 61 Gambar IV.2 Rekapitulasi Ranking Perbankan................................................80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum, kekayaan perusahaan merupakan salah satu tolok ukur di dalam menilai keberhasilan di dalam dunia bisnis dan ekonomi. Oleh karena itu, setiap perusahaan selalu bersaing untuk mencari dan memiliki kekayaan sebanyak-banyaknya, baik secara kualitas maupun kuantitas. Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Kemampuan perusahaan untuk dapat terus berinovasi dan dapat mencapai tujuannya terwujud jika perusahaan tersebut secara efektif menggunakan sumber daya pengetahuan atau intellectual capital (Roos et al.,1997 dalam Sangkala 2006). Menurut International Federation of Accountants (IFAC), Intellectual Capital memiliki sinonim dengan intellectual property (hak intelektual), intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (asset pengetahuan), modal ini dapat diartikan sebagai saham atau modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki perusahaan. commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Stewart (2002) menjelaskan bahwa intellectual capital dapat dipahami dalam tiga hal. Pertama, keseluruhan dari apapun yang seseorang ketahui di dalam perusahaan yang dapat memberikan keunggulan bersaing. Kedua, materi
intelektual
–
pengetahuan,
informasi,
intellectual
property,
pengalaman – yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Ketiga, paket pengetahuan yang bermanfaat. Kelebihan dari perspektif intellectual capital adalah menyediakan kerangka kerja untuk menjelaskan proses penciptaan nilai (value creation process) dalam kaitannya antara sumber daya dengan shareholders value. Selain itu intellectual capital memberikan pandangan menyeluruh mengenai perusahaan dan lebih bersifat praktik daripada konseptual, artinya intellectual capital sangat praktis dan dapat dilakukan dari pendekatan manajerial Sangkala (2006). Fenomena intellectual capital mulai berkembang di Indonesia terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No.19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkanbarang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002).
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesulitan terbesar dalam melaporkan Intellectual Capital, dan aktiva tidak berwujud lainnya adalah dalam penilaiannya. Untuk itu perusahaan perlu memberikan informasi non financial yang terkait dengan Intellectual Capital dan aktiva tidak berwujud.
Salah satu pengukuran kinerja intellectual capital adalah (Value Added Intellectual Coeficient - VAIC™). Metode VAIC™ dikembangkan oleh Ante Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan (Ulum, 2009). Komponen utama dari VAIC™ dapat dilihat dari sumber daya perusahaan – physical capital, human capital, dan structural capital. Penggunaan model Pulic (VAIC™) menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam mengelola dan memaksimalkan kekayaan intelektualnya untuk menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan dalam penciptaan nilai (value creation) suatu perusahaan (Ulum, 2008). Penelitian ini mengukur kinerja intellectual capital pada perusahaan perbankan dan kemudian membuat peringkat bank berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) yang diukur menggunakan VAIC™. VAIC™ dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator).
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Ulum (2008), hasil perhitungan kinerja intellectual capital berdasarkan model VAIC™ masing-masing bank selanjutnya diklasifikasikan ke dalam empat kategori yang didasarkan pada skor VAIC™ masing-masing bank (Ulum, 2008), yaitu: (1) Top Performers – skor VAIC™ di atas 3; (2) Good Performers – skor VAIC™ antara 2,0 sampai dengan 2,99; (3) Common Performers – skor VAIC™ antara 1,5 sampai dengan 1,99; (4) Bad Performers – skor VAIC™ di bawah 1,5. Sektor perbankan secara umum adalah sektor yang ideal untuk penelitian IC, karena: a. Tersedia data yang reliabel dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh masing-masing bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (yang dapat diperoleh dari neraca serta laporan laba/rugi) b. Sektor perbankan adalah “intellectually” intensif (Firer dan William, 2003) c. Secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan “intellectually” lebih homogen dibandingkan dengan sektor yang lainnya (Kubo dan Saka, 2002)
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Intellectual Capital Terhadap Estimasi Ranking Bank Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 - 2010.” commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu : “Bagaimana kinerja intellectual capital berdasarkan model Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) terhadap estimasi ranking bank perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?” C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang selanjutnya dijadikan sebagai peringkat bank. D. MANFAAT Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : a.
Bagi Peneliti: Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang intellectual capital dan metode pengukurannya yang diterapkan dalam perusahaan perbankan.
b.
Bagi Perusahaan Perbankan: Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan untuk dapat lebih mengelola intellectual capital untuk meningkatkan nilai perusahaan.
c.
Bagi Pihak Lain: (i) Menambah dan memperluas wawasan tentang intellectual capital dalam meningkatkan nilai perusahaan. (ii) Sebagai referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang lebih luas. commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Intangible Asset Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aktiva tidak berwujud IC. Intangibles telah dirujuk sebagai goodwill dan IC adalah bagian dari goodwill. PSAK 19 (revisi 2000) mendefinisikan aktiva tidak berwujud sebagai aktiva non-moneter yang dapat didefinisikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administrasi. Tabel II.1 meringkas perbandingan diantara standar akuntansi tentang aktiva tidak berwujud. Tabel II.1 Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud
FRS 10
IAS 38
APB 17
PSAK 19
Goodwill dan
Intangible
Intangible
Aktiva Tidak
Intangible
Assets
Assets
Berwujud
Assets Definisi
Aktiva tetap
Aktiva non-
Tidak ada
Aktiva non
Intangible
non-
moneter yang
definisi
moneter yang
Assets
keuangan
dapat
yang
dapat
yang tidak
diidentifikasi
eksplisit.
diidentifikasi dan
mempunyai
dan tidak
tidak mempunyai
wujud fisik
mempunyai
wujud fisik serta
tetapi dapat
wujud fisik
dimiliki untuk
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.1 Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud (lanjutan)
FRS 10
IAS 38
APB 17
PSAK 19
Goodwill dan
Intangible
Intangible
Aktiva Tidak
Intangible
Assets
Assets
Berwujud
Assets diidentifikasi
serta dimiliki
digunakan dalam
dan
untuk
menghasilkan
dikendalikan
digunakan
atau
oleh entitas
dalam
menyerahkan
melalui
menghasilkan
barang atau jasa,
penjagaan
atau
disewakan
dan undang-
menyerahkan
kepada pihak
undang.
barang atau
lainnya, atau
jasa,
untuk tujuan
disewakan
administratif.
kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Klasifikasi
Suatu
Ilmu
Diklasifikasi Ilmu
Intangible
kategori:
pengetahuan
kan
pengetahuan dan
Assets
aktiva tidak
dan
berdasarkan
teknologi, desain
berwujud
teknologi,
beberapa
dan
yang
desain dan
dasar yang
implementasi
memiliki ciri,
implementasi
berbeda:
sistem atau
fungsi atau
sistem atau
dapat
proses baru,
kegunaan
proses baru,
diidenti-
lisensi, hak
yang sama di
kekayaan,
dalam bisnis
lisensi, hak fikasi, cara commit to user kekayaan perolehan-
perusahaan,
intelektual,
nya, masa
pengetahuan
misalnya
pengetahuan
manfaat
mengenai pasar 7
intelektual,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.1 Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud (lanjutan)
FRS 10
IAS 38
APB 17
PSAK 19
Goodwill dan
Intangible
Intangible
Aktiva Tidak
Intangible
Assets
Assets
Berwujud
Assets lisensi kuota,
mengenai
yang
dan merek
paten, hak
pasar dan
diharapkan,
dagang
cipta,
merek
dapat
(termasuk merek
franchises
dagang.
dipisahkan
produk/brand
dan
dari
names).
trademarks.
keseluruhan perusahaan.
Pengakuan
Suatu aktiva
Aktiva tidak
Suatu aktiva
Aktiva tidak
(recognition)
tidak
berwujud
tidak
berwujud diakui
berwujud
tidak diakui
berwujud
jika, dan hanya
yang
jika, dan
yang
jika:
dikembang-
hanya jika:
dikembang-
(a) Kemung-
kan secara
kemungkinan
kan secara
kinan besar
internal
besar
internal
perusahaan
mungkin
perusahaan
harus diakui
akan
dikapitalisasi
akan
jika:
memperoleh
hanya jika ia
memperoleh
(a) Secara
manfaat
memiliki
manfaat
khusus
ekonomi
nilai pasar
ekonomis
dapat
masa depan
yang dapat
masa depan
diidenti-
dari aktiva
diketahui.
dari aktiva
fikasi;
tersebut;
tersebut;
(b)Memiliki
(b) Biaya
biaya
umur
perolehan
perolehan commit to user
jelas
aktiva
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.1 Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud (lanjutan)
FRS 10
IAS 38
APB 17
PSAK 19
Goodwill dan
Intangible
Intangible
Aktiva Tidak
Intangible
Assets
Assets
Berwujud
Assets aktiva
(c) Dapat
tersebut dapat
dipisah-
diukur secara
kan dari
andal.
keselu-
dapat diukur secara andal.
ruhan entitas. Amortisasi
Aktiva tidak
Jumlah yang
Aktiva tidak
Jumlah yang
berwujud
dapat
berwujud
dapat
yang
diamortisasi
harus
diamortisasi dari
memiliki
dari aktiva
diatmortisasi aktiva tidak
masa manfaat tidak
melalui
berwujud harus
ekonomis
pembebanan
dialokasikan
yang terbatas, harus
secara
secara sistematis
maka aktiva
sistematis
berdasarkan
tersebut harus secara
selama
perkiraan terbaik
diamortisasi
sistematis
periode
dari masa
secara
berdasarkan
pendapatan
manfaatnya.
sistematis
perkiraan
berdasarkan
Pada umunnya
selama masa
terbaik dari
masa
masa manfaat
manfaat
masa
manfaat
suatu aktiva
tersebut.
manfaatnya.
yang
tidak berwujud
Sedangkan
diperkirakan
tidak akan
aktiva tidak
.
melebihi 20
berwujud
berwujud
dialokasikan
commit to user
tahun
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.1 Perbandingan Standar Akuntansi Tentang Aktiva Tidak Berwujud (lanjutan)
FRS 10
IAS 38
APB 17
PSAK 19
Goodwill dan
Intangible
Intangible
Aktiva Tidak
Intangible
Assets
Assets
Berwujud
Assets yang masa
Amortisasi harus
manfaat
mulai dihitung
ekonomisnya
saat aktiva siap
tidak dapat
untuk digunakan
didefinisikan, maka aktiva tersebut tidak dapat diamortisasi Sumber: Brennan dan Connell (2000); IAI (2002) B. Definisi Intellectual Capital Tabel II.2 Kronologi Konstribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC Periode Awal 1980-an
Progress Muncul
pemahaman
umum
tentang
intangible
value
(biasanya disebut “goodwill”) Pertengahan
Era informasi (information age) memegang peranan, dan
1980-an
selisih (gap) antara nilai buku dan nilai pasar semakin tampak jelas di beberapa perusahaan.
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.2 Kronologi Konstribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC (lanjutan) Periode Akhir 1990-an
Progress Awal usaha para konsultan (praktisi) untuk membantu laporan/akun yang mengukur intellectual capital (Sveiby; 1988).
Awal 1990-an
Prakarsa secara sistematis untuk mengukur dan melaporkan persediaan perusahaan atas intellectual capital kepada pihak eksternal (misalnya: Celemi and Skandia; SCI, 1995) Pada tahun 1990, Skandia AFS menugaskan Leif Edvinsson sebagai “Directur Intellectual Capital”. Hal ini adalah untuk kali pertama bahwa tugas pengelolaan intellectual capital diangkat pada posisi formal dan mendapatkan legitimasi perusahaan. Kaplon
dan
Norton
memperkenalkan
konsep
tentang
balanced scorecard (1992). Pertengahan
Nonaka dan Takeuchi (1995) mempersentasikan karya yang
1990-an
sangat
berpengaruh
terhadap
perusahaan”. Meskipun
“penciptaan
pengetahuan
buku ini berkonsentrasi
pada
„knowledge‟, pembedaan antara pengetahuan dan intellectual capital dalam buku ini cukup menunjukan bahwa mereka fokus pada intellectual capital. Pada tahun 1994, suplemen laporan tahunan Skandia dihasilkan. Suplemen ini fokus pada penyajian dan penilaian persediaan perusahaan atas intellectual capital. Visualisasi IC menarik minat perusahaan lain untuk mengikuti petunjuk Skandia. Sensasi lainnya terjadi pada tahun 1995 ketika Celemi commit to user menggunakan knowledge audit untuk menawarkan suatu taksiran detail atas pernyataan intellectual capitalnya.
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.2 Kronologi Konstribusi Signifikan terhadap Pengidentifikasian, Pengukuran dan Pelaporan IC (lanjutan) Periode
Progress Para pioner intellectual capital mempublikasikan buku-buku laris dengan topik IC (Kaplan dan Norton, 1996; Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby, 1997). Karya Edvinsson dan Malone lebih banyak
mengupas
tentang proses dan
bagaimana pengukuran IC. Akhir 1990-an
Intellectual capital menjadi topik populer dengan konferensi para peneliti dan akademik, working paper, dan publikasi lainnya menemukan audiens. Pada tahun 1999, OECD menyelenggarakan simposium internasional tentang intellectual capital di Amsterdam.
Sumber: Petty dan Guthrie (2000) Sementara itu Williams (2001) mendefinisikan intellectual capital sebagai berikut: The enhanced value of a firm attributable to assets, generally of an intangible nature, resulting from the compony’s organization function, process and infomation technology networks, the competency and efficiency of its employees and its relationship whit its customers. Intellectual capital assets are developed from (a) the creation of new knowlage and innovation; (b) application of present knowlage to present issues and concerns that enchanceemployees
and
customers;
(c)
packaging,
processing
and
transmission of knowlage; and (d) the acquisition of present knowlage commit to user created through research and learning.
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.3 merangkum dan membandingkan beberapa konsep IC menurut para peneliti. Tabel II.3 Perbandingan Konsep IC Menurut Beberapa Peneliti Brooking (UK)
Roos (UK)
Stewart (USA)
Bontis (Kanada)
Human-centered
Human capital
Human capital
Human capital
assets
Competence,
Employees are an
The individual level
Skill, abilities and
attitude, and
organization’s most
knowlage that each
expertise, problem
intellectual agility
importanr assets
employee processes
Infrastructure assets
Organizational
Structural capital
Structural capital
All the technologies,
capital
Knowledge
Non-human assets
process and
Organizational,
embedded,
or organizational
methodologhies that
innovation,
information
capitabilities used
enable company to
processes,
teknologi
to meet market
function
intellectual,
solving abilities and leadership styles
requitments
property, and cultural assets Intellectual property
Renewal and
Structural capital
Intellectual property
Know-how,
development capital
All parents, plans
Unlike, IC, IP is a
trademarks and
New parents and
and trademarks
protected a legal
patents
training efforts
Market assets
Relational capital
Customer capital
Relational capital
Brands, customers
Relationship which
Market information
Customer capital is
loyality and
include internal and
used to capture and
only one future of
distribution channels
external
retain customers
the knowledge
definitional
stakeholders
embedded in organizational relationship
Sumber: Bontis et al,. (2000) commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Komponen & Klasifikasi Intellectual Capital Konsep-konsep tentang intellectual capital tersebut di atas kemudian telah mengarahkan beberapa peneliti untuk mengembangkan komponen spesifik atas IC. Leif Edvisson misalnya, menyatakan bahwa intellectual capital suatu perusahaan adalah jumlah dari human capital dan structural capital perusahaan tersebut (Edvinsson and Malone (1997). Penelitian yang lain, seperti Brinker (1997) dan Skyrme and Associaties (2000) memperluas kategori yang telah diidentifikasi oleh Edvinsson dengan memasukan kategori ketiga, yaitu customer capital. Brooking (1996) menyatakan bahwa IC merupakan fungsi dari empat tipe aset, yaitu: (1) market assets, (2) intellectual
property
assets,
(3)
human-centered
assets,
dan
(4)
infrastructural assets. Lebih lanjut, Draper (1997) menyajikan suatu skema klasifikasi yang lebih luas. Draper menyatakan bahwa komponen utama dari intellectual capital terdiri dari enam kategori yaitu: (1) human capital, (2) structural capital, (3) customer capital, (4) organizational capital, (5) innovation capital, dan (6) process capital. IFAC (1998) mengklasifikasikan intellectual capital dalam tiga kategori, yaitu: (1) Organizational Capital, (2) Relational Capital, dan (3) Human Capital. Organizational Capital meliputi a) intellectual property dan b) infrastructure assets. Tabel II.4 menyajikan pengklasifikasian tersebut berikut komponenkomponennya:
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.4 Klasifikasi Intellectual Capital Organizational Capital
Relational Capital
Human Capital
Intellectual Property
Brands
Know-how
Patents
Customers
Education
Copyrights
Customers loyalty
Vocational qualificational
Design right
Backlog orders
Work-related knowledge
Trade secret
Company names
Trademarks
Distribution channels
Service marks
Business
Infrastructure Assets:
Collaborations
Work-related competencies
Management
Licencing agreements
Enterpreneurial spirit,
philoshopy
Favourable contracts
innovatineveness, proactive
Franchising agreements
and reactive abilities,
Corporate culture Manajemen processes Information system Networking system
changeability Psychomatric valuation
Financial relations
Sumber: IFAC (1998) D. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. (VAICTM) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dihitung dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi). commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. Output (OUT) mereprensentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalan IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labor expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity). VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan. commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary dan wage cost adalah indikator dari HC perusahaan. Hubungan ketiga adalah Structural Capital Coefficient (STVA), yang menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya, semakin kecil kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC. Kemudian menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM (Tan et al., 2007). Secara lebih ringkas, formulasi dan tahapan perhitungan VAIC TM adalah sebagai berikut: Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA) VA dihitung sebagai selisih anntara output dan input (Pulic, 1999). VA = OUT – IN commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dimana: a.
OUT = Output (total penjualan pendapatan lain).
b.
IN = Input (beban penjualan dan biaya-biaya lain, selain beban karyawan).
Value Added (VA) juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai berikut: VA = OP + EC + D + A Dimana: a.
OP = operating profit (laba operasi)
b.
EC = employee cost (beban karyawan)
c.
D = depreciation (depresiasi)
d.
A = amortization (amortasi)
Tahap Kedua: Menghitung Value Added Capital Employed (VACA) VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. VACA = VA/CE Dimana: a.
VACA = Value Added Capital Employed (rasio dari VA terhadap CE).
b.
VA
= Value Added
c.
CE
= Capital Employed (dana yang tersedia dari ekuitas + laba bersih). commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahap Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital (VAHU) VAHU menunjukkan baerapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU = VA/HC Dimana: a.
VAHU = Value Added Human Capital
b.
VA
= Value Added
c.
HC
= Human Capital (beban karyawan).
Tahap Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added (STVA) Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA. STVA = SC/VA Dimana: a.
STVA = Structural Capital Value Added
b.
SC
= Structural Capital (VA – HC)
c.
VA
= Value Added.
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahap Kelima: Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) VAICTM mengidentifikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA. VAICTM = VACA + VAHU + STVA Keunggulan metode VAICTM adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan. E. PENELITIAN TERDAHULU 1. VAICTM Sebagai Ukuran Kinerja Intellectual Capital Penggunaan VAICTM sebagai alat untuk mengukur kinerja intelektual capital telah diaplikasikan untuk kali pertama oleh Pulic dengan sample 30 perusahaan (diambil secara acak) yang terdaftar di FTSE 250 London, Inggris. Penelitian ini menghasilkan sebuah deskripsi tentang efisiensi pengguna sumber daya dalam penciptaan nilai bagi perusahaan (Ulum, 2009).
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di tahun-tahun berikutnya, VAICTM telah digunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kinerja modal intelektual perusahaan. Beberapa diantaranya adalah yang dilakukan oleh Mavridis di Jepang, Kamath di India, dan Ulum di Indonesia. a. Studi Mavridis (2004) Mavridis (2004) menggunakan VAICTM sebagai instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan di sektor perbankan di Jepang. Dalam penelitian ini, Mavridis menggunakan VAICTM untuk melakukan perangkingan terhadap 141 bank yang terdiri dari: City Banks (9 bank), Regional Banks (64 bank), Members of the Second Association of Regional Banks (57 bank), Trust Banks (8 bank), dan Long Term Credit Banks (3 bank). Menurutnya, sektor perbankan dipilih karena: 1. Data yang dibutuhkan tersedia pada laporan-laporan yang dipublikasikan (neraca, laba rugi) 2. Bisnis di sektor perbankan secara intelektual lebih intensif (intellectually intensive) 3. Keseluruhan staf di sektor perbankan secara intelektual lebih homogen.
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan dengan menggunakan VAICTM kemudian disebut sebagai Business Performance Indicator (BPI). Dalam konteks ini, kinerja bank dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori, yaitu: “Top ten performers” (BPI-1) mencakup 10 bank dengan nilai BPI 2.02 sampai dengan 7.48. “Good performers” (BPI-2) mencakup 91 bank dengan nilai BPI antara 1.04 sampai dengan 1.97. “Common performers” (BPI-3) mencakup 21 perusahaan dengan nilai BPI antara 0.03 sampai dengan 0.97. “Bad performers” (BPI-4) meliputi 18 perusahaan terakhir dengan nilai BPI negative antara -20.13 sampai dengan -28.47. b. Studi Kamath (2007) Hampir sama dengan penelitian Mavridis di Jepang, Kamath (2007) juga membuktikan bahwa VAICTM dapat dijadikan sebagai instrument
untuk
melakukan
pemeringkatan
terhadap
sektor
perbankan di India berdasarkan kinerja IC-nya. Dalam hal ini, Kamath menggunakan data 98 bank di India yang terdiri: 8 State Bank of India and Associates, 19 Nationalized banks, 41 Foreign Banks, dan 30 Private Sector Domestic Banks.
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti halnya Mavridis, Kamath juga mengelompokkan kinerja bank berdasarkan IC ke dalam 4 (empat) kategori, perbedaannya terletak
pada
nilai
VAICTM
yang
dijadikan
dasar
untuk
mengelompokkan bank, yaitu: “Top ten performers” – bank dengan nilai VAICTM diatas 5; “Good performers” – bank dengan nilai VAICTM antara 4 dan 5; “Common performers” – bank dengan nilai VAICTM antara 2.5 dan 4; “Bad performers” – bank dengan nilai VAICTM dibawah 2.5. Salah satu temuan ini adalah bahwa bank-bank asing mendominasi di urutan teratas dalam pemeringkatan. Artinya, kinerja IC bank-bank regional dan bank nasional India berada dibawah kinerja IC bank-bank asing. Justifikasi yang dinyatakan Kamath adalah bahwa di India, bank-bank asing relatif memiliki sumber daya baik manusia, infrastruktur, maupun jaringan yang lebih baik dan memadai dibandingkan dengan bank-bank regional dan nasional. c. Studi Ulum (2008) Hal serupa telah dilakukan oleh Ulum dengan melibatkan seluruh perusahaan perbankan di Indonesia, baik yang go public maupun tidak. Data yang digunakan adalah laporan keuangan periode 2004-2006.
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data BI, jumlah bank di Indonesia per Desember 2006 adalah 130 bank yang terdiri dari bank persero (5), bank umum swasta nasional (BUSN) devisa (35), BUSN non-devisa (36), BPD (26, bank campuran (17), dan bank asing (11). Pemilihan sektor perbankan sebagai objek penelitian mengacu pada penelitian Firer dan William (2003) yang menyebutkan sektor perbankan sebagai salah satu sektor yang merupakan IC intensive industry sector. Selain itu, sektor perbankan dipilih karena dari aspek intelektual secara keseluruhan, karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka, 2002). Homogenitas ini penting untuk memastikan bahwa seluruh karyawan memiliki tingkat pengetahuan yang tidak terlalu beragam (heterogen), sehingga perlakuan terhadap human capital-nya menjadi lebih objektif. Menggunakan basis skor VAICTM dalam pengelompokan kinerja bank seperti yang dibuat oleh Mavridis dan Kamath, Ulum menemukan bahwa secara umum, kinerja IC perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2004 masuk dalam kategori “top performers”. Berbeda dengan temuan Kamath di India yang menyebutkan bahwa bank-bank asing mendominasi di rangking teratas, bank asing commit totidak user mendominasi di urutan teratas. yang beroperasi di Indonesia
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bahkan, dari 11 bank asing, hanya 2 bank yang masuk dalam 10 besar di tahun 2006, yaitu Deutsche Bank dan The Bank of Tokyo Mitsubishi masing-masing diurutan ke-7 dan ke-9 dengan skor VAICTM 7.460 dan 6.004. Sementara Standart Chartered Bank (4.715) dan Bank of America (4.438) menyusul posisi ke-14 dan 18. 2. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan Hubungan intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peniliti dalam berbagai pendekatan di beberapa Negara. a. Studi Bontis (1998) Bontis (1998b) mengawali penelitian tentang IC dengan melakukan eksplorasi hubungan diantara komponen-komponen IC (human capital, customer capital, dan structural capital). Penelitian tersebut menggunakan instrumen kuesioner (Bontis, 1998a) dan mengelompokkan industri dalam kategori jasa dan nonjasa. b. Studi Bontis et al. (2000) Penelitian sejenis kemudian dilakukan di Malaysia pada tahun 2000 oleh Bontis et al. Sample penelitian ini adalah mahasiswa MBA part-time di Kuala Lumpur dan Seremban. Jumlah respondennya sebanyak 107 mahasiswa, 60% responden bekerja di industri jasa dan 40% di industri nonjasa. commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini menggunakan instrumen questionnaire yang disusun oleh Nick Bontis (1998a) dan telah digunakan kali pertama di Kanada (1998b). c. Studi Astuti dan Sabeni (2005) Astuti dan Sabeni (2005) yang menguji hubungan IC terhadap kinerja perusahaan di Jawa Tengah dengan menggunakan instrument kuesioner yang dibangun oleh Bontis (1998a). hasil penelitian ini membuktikan bahwa (1) Human Capital berhubungan positif dan signifikan dengan Customer Capital; (2) Human Capital berhubungan positif dan signifikan dengan Structural Capital; (3) Customer Capital berhubungan
positif
dan
tidak
signifikan
dengan
Business
Performance; dan (4) Structural Capital berhubungan positif dan signifikan dengan Business Performance. d. Studi Firer dan Williams (2003) Penelitian lainnya yang menguji hubungan IC dengan kinerja perusahaan dilakukan oleh Firer dan Williams (2003). Mereka menguji hubungan VAICTM dengan kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa physical capital merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada beberapa hal yang menarik dari penelitian Firer dan Williams ini. Pertama, temuan ini menunjukkan bahwa pasar di Afrika Selatan memberikan perhatian dan penekanan lebih pada return dari aset-aset
sumber
Konsekuensinya,
daya
fisik
(physical
perusahaan-perusahaan
yang
resource
assets).
mengindikasikan
bahwa aset fisiknya dikelola secara efektif dalam menghasilkan return akan dinilai lebih tinggi oleh pasar. Kedua, meskipun tampak bahwa pasar memberikan apresiasi terhadap aset sumber daya manusia (human resource assets), temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pasar mungkin akan bereaksi negatif jika perusahaan berkonsentrasi pada pengembangan SDM yang membebani sumber daya fisik perusahaan. Ketiga, temuan empiris menunjukkan bahwa pasar Afrika Selatan tampak memberikan perhatian yang kurang signifikan terhadap structural capital resource dibandingkan dengan physical capital dan human capital resources. Secara keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa secara umum pasar Afrika Selatan lebih memberikan perhatian dan penilaian terhadap aset fisik perusahaan daripada sumber daya intellectual capital.
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Studi Chen et al. (2005) Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC TM) untuk menguji hubungan antara IC dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan Pulic di Taiwan. Kinerja keuangan yang digunakan adalah market-to-book value ratios of equity, return on equity (ROE), return on assets (ROA), growth in revenue (GR), dan employee productivity (EP). Hasilnya menunjukkan bahwa IC berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Bahkan, Chen et al. (2005) juga membuktikan bahwa IC dapat menjadi salah satu indikator untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa investor mungkin memberikan penilaian yang berbeda terhadap tiga komponen VAICTM (yaitu physical capital, human capital, dan structural capital). f. Studi Tan et al. (2007) Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapore sebagai sampel penelitian untuk melihat pengaruh IC terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan yang digunakan adalah ROE, earning per share (EPS), dan annual stock return (ASR).
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasilnya konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005) bahwa IC berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan. IC juga berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rata-rata pertumbuhan IC suatu perusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini mengindikasikan bahwa kontribusi IC terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. g. Studi Ulum (2008a) Di Indonesia, penelitian yang menggunakan instrument VAICTM untuk melihat hubungan/pengaruh IC terhadap kinerja perusahaan dilakukan oleh Ulum pada tahun 2007 (Ulum, 2008a). Hipotesis Pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa IC (VAICTM) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam konteks ini, IC diuji terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tahun yang sama. Berdasarkan hasil pengujian dengan PLS diketahui bahwa terbukti terdapat pengaruh IC (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan selama tiga tahun pengamatan 2004-2006. Sehingga dengan demikian maka berarti H1 diterima. Hipotesa Kedua adalah bahwa IC (VAICTM) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Dalam konteks ini, commitkeuangan to user perusahaan dan output PLS IC diuji terhadap kinerja
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh IC (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan, baik untuk periode 20042005, maupun 2005-2006. Sehingga dengan demikian maka berarti H2 diterima. Secara umum, hasil pengujian terhadap H1 dan H2 penelitian ini relatif sama dengan temuan Firer dan Williams (2003) dalam hal: (1) tidak seluruh komponen VAICTM Memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, dan (2) bahwa tidak semua ukuran kinerja keuangan yang digunakan berkolerasi dengan komponen-komponen VAICTM. IC (VAICTM) tidak hanya berpengaruh secara positif terhadap kinerja perusahaan tahun berjalan, bahkan IC (VAICTM) juga dapat memprediksi kinerja keuangan masa depan. h. Studi Ulum (2009) Pengelolaan customer capital yang baik akan menyebabkan kompetensi dalam aktivitas organisasi atau respon terhadap perubahan pasar dapat dikembangkan. Penelitian ini menguji dan memodifikasi model yang disarankan Bontis (1998b) yang disebut sebagai diamond specification. Dalam model ini, customer capital tidak berhubungan dengan structural capital,
melainkan
langsung berhubungan commit to user
dengan
business
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
performance. Modifikasi yang Ulum lakukan adalah dengan menguji model hubungan semua komponen IC dengan kinerja keuangan. Menggunakan instrument kuesioner yang dikembangkan oleh Bontis (1998), penelitian ini mengambil sampel karyawan dan/atau manajer perusahaan di Jawa Timur yang tengah menempuh studi lanjut (master) di kelas eksekutif (akhir pekan) pada PTN/PTS di Malang. Analisis data menggunakan partial least square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa human capital (HC) berhubungan dengan structural capital (SC) dan customer capital (CC), CC berhubungan dengan SC. Sementara SC dan CC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan kajian Bontis (2008b). Tabel II.6 Ringkasan Penelitian Empiris Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan
Peneliti
Negara
Metode
Hasil HC berhubungan SC dan CC; CC berhubungan dengan SC; CC dan SC
Bontis (1998b)
Kanada
Kuesioner, PLS
berhubungan dengan kinerja industri. HC berhubungan dengan SC dan CC; CC berhubungan dengan
Bontis et al.
Malaysia
Kuisioner, PLS
(2000)
SC; SC berhubungan dengan kinerja industri.
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.6 Ringkasan Penelitian Empiris Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan (lanjutan)
Peneliti
Negara
Metode
Hasil
Firer dan Williams Afrika Selatan
VAICTM, Regresi
VAICTM berhubungan
(2003)
linier
dengan kinerja perusahaan (ROA, ATO, MB). HC berhubungan dengan SC dan CC; CC dan SC
Astuti dan Sabeni
Indonesia
Kuesioner, AMOS
(2005)
berhubungan dengan kinerja industri. VAICTM digunakan merangking perusahaan
Mavidris (2004)
Jepang
VAICTM, Regresi
perbankan di Jepang berdasarkan kinerja IC. IC berpengaruh terhadap
Chen et al. (2005)
Taiwan
VAICTM, Korelasi, nilai pasar dan kinerja Regresi
perusahaan; R&D berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. VAICTM digunakan untuk merangking
Kamath (2007)
India
VAICTM , Regresi
perusahaan perbankan di India berdasarkan kinerja IC. IC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa
commit to user
kini maupun masa mendatang; rata-rata pertumbuhan IC
32 berhubungan positif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.6 Ringkasan Penelitian Empiris Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan (lanjutan)
Peneliti Tan et al. (2007)
Negara Singapore
Metode TM
VAIC , PLS
Hasil dengan kinerja perusahaan di masa mendatang; kontribusi IC terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya.
VAICTM digunakan untuk merangking 130 Ulum (2008c)
Indonesia
VAICTM, regresi
perusahaan perbankan di Indonesia berdasarkan kinerja IC. IC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang; rata-rata pertumbuhan IC
Ulum (2008a,b)
Indonesia
VAICTM, PLS
berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. HC berhubungan dengan
Ulum (2009)
Indonesia
Kuesioner, PLS
SC dan CC; CC berhubungan dengan SC; SC dan CC berhubungan dengan kinerja perusahaan.
Sumber: Diolah dari beberapa hasil penelitian, 2011
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. KERANGKA PEMIKIRAN Suatu indikator yang dapat digunakan dalam menghitung efisiensi nilai yang dihasilkan dari perusahaan, yaitu VAIC™ (Value Added Intellectual Coefficient) yang didapat dengan menggabungkan VACA (Value Added Capital Employed), VAHU (Value Added Human Capital ), dan STVA (Structural Capital Value Added). VAIC™ adalah suatu indikator intellectual capital yang menitikberatkan pada efisiensi total perusahaan. Hasil perhitungan dengan menggunakan VAIC™ kemudian disebut sebagai Business Performance Indicator (BPI) yang dikelompokkan dalam 4 kategori, yakni top performers, good performers, common performers, dan bad performers (Ulum, 2008).
VAIC™ (Value Added Intellectual Capital) VACA (Value Added Capital Employed) VAHU (Value Added Human Capital) STVA (Structural Capital Value Added)
Penentuan Peringkat Bank (Business Permormance Indicator - BPI)
Sumber: Pulic (1999) dan Ulum (2008)
Gambar II.1 : Kerangka Pemikiran
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang berupa data laporan keuangan tahunan. Data sekunder juga dapat diperoleh dari media internet, jurnal, dan buku-buku referensi. Data laporan keuangan tersebut diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan website masing-masing bank yang digunakan untuk sampel. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil periode waktu 4 tahun, antara periode tahun 2007 hingga 2010. B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Penarikan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling, yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Salah satu jenis purposive sampling adalah judgement sampling, yaitu memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”. commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Teknik pengambilan sampel Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria sampel yang ditentukan. Kriteria yang digunakan: a. Perusahaan yang bergerak di sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu tahun 2007 – 2010. b. Tersedia data yang reliabel dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh masing-masing bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (yang dapat diperoleh dari neraca serta laporan laba/rugi). Dari purposive sampling diperoleh data sebanyak 110 perusahaan perbankan pada tahun 2007 – 2010 yang masuk dalam kriteria, yaitu: Tabel III. 1 Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010 NO
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN
1
Bank Agroniaga Tbk
2007
2
Bank Agroniaga Tbk
2008
3
Bank Agroniaga Tbk
2009
4
Bank Agroniaga Tbk
2010
5
Bank Artha Graha Internasional Tbk
2007
6
Bank Artha Graha Internasional Tbk
2008
7
Bank Artha Graha Internasional Tbk
2009
8
Bank Artha Graha Internasional Tbk
2010
9
Bank Bukopin Tbk
2007
10
Bank Bukopin Tbk
2008
11
Bank Bukopin Tbk
2009
12
Bank Bukopin Tbk
2010
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel III. 1 Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010 (lanjutan)
NO
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN
13
Bank Bumi Arta Tbk
2007
14
Bank Bumi Arta Tbk
2008
15
Bank Bumi Arta Tbk
2009
16
Bank Bumi Arta Tbk
2010
17
Bank Capital Indonesia Tbk
2007
18
Bank Capital Indonesia Tbk
2008
19
Bank Capital Indonesia Tbk
2009
20
Bank Capital Indonesia Tbk
2010
21
Bank Central Asia Tbk
2007
22
Bank Central Asia Tbk
2008
23
Bank Central Asia Tbk
2009
24
Bank Central Asia Tbk
2010
25
Bank CIMB Niaga Tbk
2007
26
Bank CIMB Niaga Tbk
2008
27
Bank CIMB Niaga Tbk
2009
28
Bank CIMB Niaga Tbk
2010
29
Bank Danamon Indonesia Tbk
2007
30
Bank Danamon Indonesia Tbk
2008
31
Bank Danamon Indonesia Tbk
2009
32
Bank Danamon Indonesia Tbk
2010
33
Bank Ekonomi Raharja Tbk
2008
34
Bank Ekonomi Raharja Tbk
2009
35
Bank Ekonomi Raharja Tbk
2010
36
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
2007
37
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
2008
38
Bank Himpunan Saudara 1906toTbk commit user
2009
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel III. 1 Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010 (lanjutan)
NO
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN
39
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
2010
40
Bank ICB Bumiputera Tbk
2007
41
Bank ICB Bumiputera Tbk
2008
42
Bank ICB Bumiputera Tbk
2009
43
Bank ICB Bumiputera Tbk
2010
44
Bank Internasional Indonesia Tbk
2007
45
Bank Internasional Indonesia Tbk
2008
46
Bank Internasional Indonesia Tbk
2009
47
Bank Internasional Indonesia Tbk
2010
48
Bank Kesawan Tbk
2007
49
Bank Kesawan Tbk
2008
50
Bank Kesawan Tbk
2009
51
Bank Kesawan Tbk
2010
52
Bank Mandiri (Persero) Tbk
2007
53
Bank Mandiri (Persero) Tbk
2008
54
Bank Mandiri (Persero) Tbk
2009
55
Bank Mandiri (Persero) Tbk
2010
56
Bank Mayapada Internasional Tbk
2007
57
Bank Mayapada Internasional Tbk
2008
58
Bank Mayapada Internasional Tbk
2009
59
Bank Mayapada Internasional Tbk
2010
60
Bank Mega Tbk
2007
61
Bank Mega Tbk
2008
62
Bank Mega Tbk
2009
63
Bank Mega Tbk
2010
64
Bank Mutiara Tbk
commit to user
2007
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel III. 1 Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010 (lanjutan)
NO
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN
65
Bank Mutiara Tbk
2008
66
Bank Mutiara Tbk
2009
67
Bank Mutiara Tbk
2010
68
Bank Negara Indonesia Tbk
2007
69
Bank Negara Indonesia Tbk
2008
70
Bank Negara Indonesia Tbk
2009
71
Bank Negara Indonesia Tbk
2010
72
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
2007
73
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
2008
74
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
2009
75
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
2010
76
Bank OCBC NISP Tbk
2007
77
Bank OCBC NISP Tbk
2008
78
Bank OCBC NISP Tbk
2009
79
Bank OCBC NISP Tbk
2010
80
Bank Pan Indonesia Tbk
2007
81
Bank Pan Indonesia Tbk
2008
82
Bank Pan Indonesia Tbk
2009
83
Bank Pan Indonesia Tbk
2010
84
Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten Tbk
2010
85
Bank Permata Tbk
2007
86
Bank Permata Tbk
2008
87
Bank Permata Tbk
2009
88
Bank Permata Tbk
2010
89
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
2007
90
Bank Rakyat Indonesiacommit (Persero) Tbk to user
2008
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel III. 1 Daftar Nama Perusahaan dari tahun 2007 – 2010 (lanjutan)
NO
NAMA PERUSAHAAN
TAHUN
91
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
2009
92
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
2010
93
Bank Sinarmas Tbk
2010
94
Bank Swadesi Tbk
2007
95
Bank Swadesi Tbk
2008
96
Bank Swadesi Tbk
2009
97
Bank Swadesi Tbk
2010
98
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
2009
99
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
2010
100
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
2008
101
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
2009
102
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
2010
103
Bank Victoria International Tbk
2007
104
Bank Victoria International Tbk
2008
105
Bank Victoria International Tbk
2009
106
Bank Victoria International Tbk
2010
107
Bank Windu Kentjana International Tbk
2007
108
Bank Windu Kentjana International Tbk
2008
109
Bank Windu Kentjana International Tbk
2009
110
Bank Windu Kentjana International Tbk
2010
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 1. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data pendukung berupa literatur jurnal penelitianpenelitian, serta laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan masalah yang akan diteliti. 2. Tahap kedua dilakukan dengan mengumpulkan data-data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
D. SUMBER DATA Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan saham perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20072010. Penentuan sampel berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan. E. METODE ANALISIS DATA Penelitian ini menggunakan model Pulic (VAICTM) untuk menyusun ranking perbankan di Indonesia. Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. (VAICTM) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi). Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan. Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary and wage cost adalah indikator dari HC perusahaan. commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan ketiga adalah “structural capital coefficient” (STVA), yang menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, SC dependen terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya, semakin kecil kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000). Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM (Tan et al., 2007). Proses analisis dilakukan dalam dua tahap berikut: 1.
Tahapan Perhitungan VAICTM Pertama: Menghitung Value Added (VA) : VA dihitung sebagai selisih anntara output dan input (Pulic, 1999). VA = OP + EC + D + A Dimana: OP = operating profit (labacommit operasi) to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EC = employee cost (beban karyawan) D = depreciation (depresiasi) A = amortization (amortasi) Kedua: Menghitung Value Added Capital Employed (VACA) : VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. VACA = VA/CE Dimana: VACA = Value Added Capital Employed VA
= Value Added
VE
= Capital Employed (dana yang tersedia, ekuitas + laba bersih)
Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital (VAHU) : VAHU menunjukkan baerapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi. VAHU = VA/HC Dimana: VAHU = Value Added Human Capital commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VA
= Value Added
HC
= Human Capital (beban karyawan)
Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added (STVA) : Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. STVA = SC/VA Dimana: STVA = Structural Capital Value Added SC
= Structural Capital (VA – HC)
VA
= Value Added
Kelima: Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) : VAICTM mengidintifikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA. VAICTM = VACA + VAHU + STVA Keunggulan metode VAICTM adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibutuhkan untuk menghitung VAICTM tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan. 2. Tahapan Perhitungan Peringkat Bank Berdasarkan Penelitian Ulum (2008)
Berdasarkan penelitian Ulum (2008), hasil
perhitungan kinerja
intellectual capital berdasarkan model VAIC™ masing-masing bank diklasifikasikan ke dalam empat kategori yang didasarkan pada skor VAIC masing-masing bank, yaitu: Top performers – skor VAIC™ di atas 3. Good performers – skor VAIC™ antara 2,0 sampai dengan 2,99. Common performers – skor VAIC™ antara 1,5 sampai dengan 1,99. Bad performers – skor VAIC™ di bawah 1,5. 3. Tahapan Perhitungan Regresi Karena VA dipengaruhi oleh efisiensi dari HC dan CE (Pulic, 1998), maka dalam penelitian ini digunakan dua (2) linier regression (SPSS) dengan menggunakan model ordinary least squares (OLS). Inti metode OLS adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan sertiap observasi terhadap garis tersebut (Ghozali 2005). Model yang digunakan adalah sebagai berikut: VA = ƒ (CE) VA = ƒ (HC)
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas model regresi tersebut yaitu dengan analisis grafik (normal P-P plot) dan analisis statistik (analisis Z skor skewness dan kurtosis) one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian normalitas pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak normal. Dan apabila ZHitung > ZTabel maka data berdistribusi normal, dan apabila ZHitung < ZTabel maka data berdistribusi tidak normal. b. Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara variabel independen yang menjelaskan model regresi (Gujarati, 2009). Bila terjadi hubungan linier yang sempurna pada beberapa atau semua variabel independen maka terdapat korelasi yang sangat kuat diantara variabel independen. 2. Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar unsur gangguan pada observasi dengan unsur gangguan pada observasi lain (Gujarati, 2009). Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan metode pengumpulan timeseries. Metode paling terkenal untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi adalah menggunakan pengujian Durbin-Watson. Bila nilai uji statistik Durbin-Watson lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 maka residual dari model regresi berganda tidak bersifat independen atau terjadi auto korelasi (Gujarati, 2009). commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Heteroskesdastisitas Heteroskesdastisitas adalah penyebaran data regresi yang tidak sama (hetero). Terjadi manakala residual dari model yang diamati tidak memiliki varians konstan dari satu observasi ke observasi lain (Gujarati, 2009). Pengujian dilakukan untuk mengetahui gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studeized Delete Residual nilai tersebut. Model yang baik memiliki hubungan antara nilai yang diprediksi dengan SDR nilai tersebut bisa dikatakan bersifat homoskesdatisitas (Gujarati, 2009).
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. STATISTIK DESKRIPTIF Analisis deskriptif merupakan metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Penelitian deskriptif
dilakukan untuk mengetahui dan menjadi
mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi (Sekaran, 2006). Tabel IV.1 Descriptive Statistics
Variabel
N
VA
110
CE
110
HC
110
Minimum
Mean
Std. Deviation
(6.790.855.000.000) 23.380.452.000.000
2.759.667.681.559
4.864.508.337.956
(8.816.574.000.000) 50.761.106.000.000
7.615.905.959.785
11.838.485.388.770
1.119.825.241.509
1.736.317.826.514
8.128.188.000
Maximum
8.675.721.000.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
Dari Tabel IV.1 dapat disimpulkan bahwa variabel CE (Capital Employed) memiliki nilai maximum, nilai mean, dan nilai standar deviasi yang paling besar diantara kedua variabel yang lain. Tetapi variabel CE memiliki nilai minimum yang paling kecil, jika dibandingkan dengan variabel HC (Human Capital).
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV.2
Kategori VAHC VACE VAIC
Mean of VAHC, VACE and VAIC 2008 2009 0.27 2.28 0.33 0.30 1.11 3.09
2007 2.37 0.30 3.13
2010 2.34 0.31 3.18
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
Dari Tabel IV.2 terlihat bahwa VAHC mengalami penurunan nilai dari tahun ke tahun, sedangkan VACE menghasilkan mean yang cenderung konstan antara 0,30 hingga 0.33. Kemudian VAICTM sebagai komponen utama penelitian, menghasilkan mean yang berkisar antara 3,09 sampai dengan 3,18. Kecuali VAICTM pada tahun 2008 yang turun hingga mencapai nilai 1,11 (hal ini disebabkan karena adanya perhitungan data dari Bank Mutiara yang memiliki hasil negatif cukup besar).
B. ANALISIS DATA 1. Peringkat Bank Berdasarkan Penelitian Ulum (2008)
Berdasarkan penelitian Ulum (2008), hasil perhitungan kinerja intellectual capital berdasarkan model VAIC™ diklasifikasikan ke dalam empat kategori yang didasarkan pada skor VAIC masingmasing bank, yaitu: Top performers – skor VAIC™ di atas 3. Good performers – skor VAIC™ antara 2,0 sampai 2,99. Common performers – skor VAIC™ antara 1,5 sampai 1,99. Bad performers – skor VAIC™ di bawah 1,5. commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Daftar bank yang termasuk dalam “top performers” : Tabel IV. 3 Daftar Bank yang Termasuk “Top Performers” TAHUN
2007
2008
NAMA BANK
VAIC
Bank Pan Indonesia Tbk
6,69
Bank Victoria International Tbk
5,40
Bank Mega Tbk
4,46
Bank Central Asia Tbk
4,42
Bank Capital Indonesia Tbk
3,98
Bank CIMB Niaga Tbk
3,70
Bank Danamon Indonesia Tbk
3,70
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
3,67
Bank Mandiri (Persero) Tbk
3,64
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
3,42
Bank Bukopin Tbk
3,38
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
3,17
Bank Bumi Arta Tbk
3,08
Bank Pan Indonesia Tbk
4,96
Bank Central Asia Tbk
4,55
Bank Ekonomi Raharja Tbk
4,21
Bank Mandiri (Persero) Tbk
3,87
Bank Swadesi Tbk
3,64
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
3,59
Bank Mega Tbk
3,57
Bank Victoria International Tbk
3,52
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
3,45
Bank Bukopin Tbk
3,29
Bank Capital Indonesia Tbk
3,26
Bank Himpunan Saudara 1906toTbk commit user
3,23
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. 3 Daftar Bank yang Termasuk “Top Performers” (lanjutan)
TAHUN
2009
2010
NAMA BANK
VAIC
Bank Pan Indonesia Tbk
4,96
Bank Swadesi Tbk
4,79
Bank Mutiara Tbk
4,42
Bank Mandiri (Persero) Tbk
4,31
Bank Central Asia Tbk
4,27
Bank Victoria International Tbk
3,90
Bank Ekonomi Raharja Tbk
3,79
Bank Capital Indonesia Tbk
3,77
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
3,37
Bank CIMB Niaga Tbk
3,23
Bank Bukopin Tbk
3,23
Bank Mega Tbk
3,10
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
3,03
Bank Pan Indonesia Tbk
4,91
Bank Victoria International Tbk
4,58
Bank Mandiri (Persero) Tbk
4,55
Bank Central Asia Tbk
4,50
Bank Swadesi Tbk
4,28
Bank CIMB Niaga Tbk
3,89
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
3,81
Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten Tbk
3,80
Bank Mutiara Tbk
3,61
Bank Mega Tbk
3,56
Bank Negara Indonesia Tbk to user commit
3,31
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. 3 Daftar Bank yang Termasuk “Top Performers” (lanjutan)
TAHUN
NAMA BANK
VAIC
Bank Danamon Indonesia Tbk
3,27
Bank Bukopin Tbk
3,26
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
3,20
Bank Sinarmas Tbk
3,18
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
3,12
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
b) Daftar bank yang termasuk dalam “good performers” : Tabel IV. 4 Daftar Bank yang Termasuk “Good Performers” TAHUN
2007
2008
NAMA BANK
VAIC
Bank Windu Kentjana International Tbk
2,92
Bank Mayapada Internasional Tbk
2,89
Bank Permata Tbk
2,72
Bank OCBC NISP Tbk
2,53
Bank Swadesi Tbk
2,46
Bank Internasional Indonesia Tbk
2,37
Bank Agroniaga Tbk
2,25
Bank Negara Indonesia Tbk
2,19
Bank Kesawan Tbk
2,17
Bank ICB Bumiputera Tbk Tbk
2,07
Bank Danamon Indonesia Tbk
2,97
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
2,86
Bank CIMB Niaga Tbk
2,81
Bank Internasional Indonesia Tbk
2,73
commit to user Bank OCBC NISP Tbk
2,64
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. 4 Daftar Bank yang Termasuk “Good Performers” (lanjutan)
TAHUN
NAMA BANK
VAIC
Bank Permata Tbk
2,58
Bank Negara Indonesia Tbk
2,53
Bank Mayapada Internasional Tbk
2,45
Bank Bumi Arta Tbk
2,40
Bank Windu Kentjana International Tbk
2,05
Bank Negara Indonesia Tbk
2,96
Bank Danamon Indonesia Tbk
2,92
Bank OCBC NISP Tbk
2,79
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
2,74
Bank Bumi Arta Tbk
2,69
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
2,67
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
2,62
Bank Windu Kentjana International Tbk
2,51
Bank Permata Tbk
2,50
Bank ICB Bumiputera Tbk Tbk
2,47
Bank Mayapada Internasional Tbk
2,31
Bank Capital Indonesia Tbk
2,96
Bank Ekonomi Raharja Tbk
2,96
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
2,85
Bank Nusantara Parahyangan Tbk
2,70
Bank OCBC NISP Tbk
2,64
Bank Permata Tbk
2,64
Bank Mayapada Internasional Tbk
2,51
Bank Bumi Arta Tbkcommit to user
2,45
2009
2010
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. 4 Daftar Bank yang Termasuk “Good Performers” (lanjutan)
TAHUN
NAMA BANK
VAIC
Bank Artha Graha Internasional Tbk
2,41
Bank Windu Kentjana International Tbk
2,29
Bank Internasional Indonesia Tbk
2,28
Bank Agroniaga Tbk
2,28
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
c) Daftar bank yang termasuk dalam “common performers”: Tabel IV.5 Daftar Bank yang Termasuk “Common Performers” TAHUN 2009
2010
NAMA BANK
VAIC
Bank Artha Graha Internasional Tbk
1,97
Bank Agroniaga Tbk
1,87
Bank Kesawan Tbk
1,83
Bank Internasional Indonesia Tbk
1,62
Bank Kesawan Tbk
1,95
Bank ICB Bumiputera Tbk Tbk
1,61
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Daftar bank yang termasuk dalam “bad performers”: Tabel IV.6 Daftar Bank yang Termasuk “Bad Performers” TAHUN 2007
NAMA BANK
VAIC
Bank Mutiara Tbk
-0,83
Bank Kesawan Tbk
1,25
Bank Mutiara Tbk
-47,59
2008 Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
2. Linier Regression dengan Ordinary Least Squares (OLS) Tabel IV.7 Regression Result – Overall Banking Sector CE & VA
R
R square
2007 2008 2009 2010
0.814 0.823 0.788 0.852
0.663 0.677 0.621 0.727
R
R square
0.791 0.833 0.805 0.850
0.626 0.695 0.648 0.723
HC & VA 2007 2008 2009 2010
Adjusted R square
DurbinWatson
0.647 0.661 0.605 0.714 Adjusted R square
1.693 2.229 1.995 2.344 DurbinWatson
0.609 0.680 0.632 0.710
1.475 2.174 1.904 2.105
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
Hasil pengujian dengan regresi tersebut menunjukkan nilai R2 yang berkisar antara 0,621 – 0,727. Dengan demikian terbukti bahwa VA secara dominan ditentukan oleh HC dan CE sebagaimana asumsi model Pulic. Dalam penelitian ini, CE memiliki kekuatan hubungan yang sama dengan commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HC, yaitu berkisar antara 62% - 72% terhadap VA selama kurun waktu 2007 - 2010. Untuk mendapatkan hasil regresi di atas, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan pengujian asumsi klasik yang merupakan syarat untuk melakukan analisis regresi. 1. Uji Normalitas Data Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data digunakan uji statistik Kolmogrof-Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan p-value yang diperoleh dengan tingkatan signifikansi yang ditetapkan sebesar 5%. Apabila Asymp. Sig. (2tailed) > nilai tabel signifikansi (Sig.), maka data memiliki distribusi normal. Tabel IV.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N
99
Normal Parameters(a,b)
Mean
-,0131528
Std. Deviation Most Extreme Differences
1497510207752,03200000
Absolute
,108
Positive
,103
Negative
-,108
Kolmogorov-Smirnov Z
1,079
Asymp. Sig. (2-tailed)
,195
a Test distribution is Normal. b Calculated from data
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil output SPSS Tabel IV.8 menunjukkan bahwa proksi Unstandardized Residual berdistribusi normal, karena memiliki tingkat signifikansi > 0,05. 2. Uji Asumsi Klasik a) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas
dapat
diukur
dengan
menggunakan
Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa variabel
yang
digunakan
dalam
model
terbebas
dari
multikolinearitas. Menurut Gujarati (2009), multikoleniaritas terjadi ketika VIF > 10. Tabel IV.9 Uji Multikolinearitas Coefficients(a)
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error -
3147199816 3340,650 LNCE
LNHC
Beta
t
2860905349
2864787126
96,510
48,102
5427568864
2647045733
99,984
38,962
Sig.
Tolerance
VIF
-11,001
,000
,427
2,341
,021
,119
8,425
,374
2,050
,043
,119
8,425
581,276
6705527445
Collinearity Statistics
a Dependent Variable: VA
Dari Tabel IV.9 di atas ditunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1. commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Uji Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar unsur gangguan pada observasi dengan unsur gangguan pada observasi lain (Gujarati, 2009).Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan metode Durbin-Watson (DW test). Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan patokan nilai Durbin-Watson hitung yang berkisar antara 0 dan 4 (Gujarati, 2009). Bila nilai uji statistik Durbin-Watson lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 maka residual dari model regresi berganda tidak bersifat independen atau terjadi autokorelasi. Tabel IV.10 Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
1
Durbin-Watson
15130288627 ,788(a)
,621
,613
1,740 29,736
a Predictors: (Constant), LNHC, LNCE b Dependent Variable: VA
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil output SPSS di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,740 yakni lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3. Hal ini menunjukkan bahwa residual random atau acak, sehingga tidak terjadi autokorelasi. 3. Uji Heteroskesdastisitas Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005 : 105). Gambar IV.1 Uji Heteroskesdastisitas
Scatterplot Dependent Variable: LNVA 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Penyebaran titik yang acak mengindikasikan tidak adanya heterokesdastisitas. commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. PEMBAHASAN 1. Peringkat Bank Berdasarkan Penelitian Ulum (2008)
a) Daftar bank yang termasuk dalam “top performers” Dari Tabel IV.3 terlihat bahwa PT Bank Pan Indonesia, Tbk menduduki peringkat pertama selama kurun waktu empat tahun berturut-turut (2007, 2008, 2009 dan 2010), sehingga menunjukkan bahwa Bank Pan Indonesia berhasil mengelola intellectual capital dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari akun human capital Bank Pan yang kurang dari Rp 800 miliar, jika dibandingkan dengan Bank-bank Pemerintah yang mencapai triliunan rupiah. Selain itu, operating profit dan capital employed (laba bersih + ekuitas) Bank Pan cukup besar, berkisar antara Rp 1 triliun hingga Rp 13 triliun. Hal ini membuktikan bahwa Bank Pan cukup efisien dalam mengelola tenaga kerja dan maksimal dalam menghasilkan laba operasi. Selain itu per Juni 2009, Bank Pan tercatat sebagai bank ke-7 terbesar di Indonesia dari segi total aset Rp.71,2 triliun dan dengan permodalan mencapai Rp. 9,8 triliun. PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) menduduki peringkat ke-4 pada tahun 2007, peringkat ke-2 pada tahun 2008, peringkat ke-5 pada tahun 2009, dan peringkat ke-4 pada tahun 2010. Hal ini bisa dilihat dari segi pengelolaan sumber daya manusia yang kurang efisien, karena selama kurun waktu empat tahun (2007 – 2010) human capital BCA mencapai hingga Rp 4,5 triliun. BCA adalah bank swasta commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbesar di Indonesia, dan terbukti dalam penelitian ini BCA selalu masuk ranking lima besar selama empat tahun berturut-turut. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) merupakan bank yang menempati posisi kedua yang memiliki aset Rp 306,7 triliun pada tahun 2010 sebagai Bank BUMN. BRI fokus pada pengembangan kredit usaha kecil. Walaupun termasuk ke dalam Bank BUMN nomor dua, namun BRI tidak masuk ke dalam ranking lima besar selama empat tahun berturut-turut. BRI menduduki peringkat ke-8 pada tahun 2007, peringkat ke-6 pada tahun 2008, peringkat ke-9 pada tahun 2009, dan peringkat ke-7 pada tahun 2010. Hal ini disebabkan karena human capital BRI yang terlalu besar mencapai Rp 8,6 triliun (human capital terbesar dibandingkan dengan perusahaan perbankan yang lain selama empat tahun berturut-turut), hal ini wajar karena kantor kas dan kantor cabang BRI yang tersebar di hampir setiap pelosok nusantara sehingga membutuhkan biaya tenaga kerja yang besar. PT Bank Mandiri, Tbk adalah Bank BUMN yang berada di posisi teratas dengan pangsa aset 13,76% dari total aset perbankan di Indonesia. Bank milik negara ini beraset Rp 371,67 triliun. Komposisi saham pemerintah tercatat 66,7% dan publik sebanyak 33,3%. Bank Mandiri termasuk ke dalam ranking lima besar selama tiga tahun berturut turut: menduduki peringkat ke-4 pada tahun 2008, peringkat ke-4 pada tahun 2009, dan peringkat ke-3 pada tahun 2010. commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PT Bank Victoria, Tbk memperoleh ijin dari Bank Indonesia sebagai Pedagang Valuta Asing pada tahun 1997. Dari hasil penelitian ini Bank Victoria menduduki peringkat ke-2 pada tahun 2007, peringkat ke-8 pada tahun 2008, peringkat ke-6 pada tahun 2009, dan peringkat ke-2 pada tahun 2010. Selain itu, Bank Victoria mendapatkan penghargaan dari Banking Efficiency Award 2008 (pemberian penghargaan kepada bank-bank yang memiliki tingkat efisiensi yang baik) yang digelar oleh Harian Bisnis Indonesia, dan Bank Victoria terpilih sebagai Bank Yang Paling Efisien untuk Kategori Bank dengan Aset Rp 5 - 10 triliun. PT Bank Swadesi, Tbk mengumumkan pergantian nama menjadi PT Bank of India Indonesia, Tbk per 1 Desember 2011 dan berhasil menduduki ranking lima besar kategori “top performers” selama tiga tahun berturut-turut (tahun 2008, 2009, dan 2010). Pada tahun 2009 Bank Swadesi berada di urutan kedua, hal ini dapat terbukti dari kinerjanya yang baik, sehingga pada tahun 2009 berhasil meraih penghargaan sebagai “the Most Resilient Bank 2009” (untuk kategori bank dengan aset Rp kurang dari Rp 10 triliun), hal ini juga dapat terlihat dari human capital Bank Swadesi yang sedikit berkisar antara Rp 17 miliar – Rp 21 miliar selama empat tahun berturut-turut. PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk telah diakuisisi oleh HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited, sehingga Bank Ekonomi sudah resmi menjadi anggota dari Grup HSBC pada tanggal 22 Mei 2009. commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada awal pencatatannya sebagai anggota bursa pada tahun 2008, Bank Ekonomi berhasil menduduki peringkat tiga sebagai kategori bank “top performers” pada tahun 2008. Namun dua tahun berikutnya, ranking Bank Ekonomi semakin turun yaitu menduduki peringkat ke-7 kategori “top performers” dan peringkat ke-2 kategori “good performers”. PT Bank CIMB Niaga, Tbk merupakan bank terbesar kelima di Indonesia
dilihat
dari
sisi
aset,
dan
diakui
prestasi
serta
keunggulannya di bidang pelayanan nasabah dan pengembangan manajemen. Dari hasil penelitian ini Bank CIMB Niaga berhasil menduduki peringkat sepuluh besar kategori “top performers” selama tahun 2007, 2009, dan 2010. Pada tahun 2008 ranking bank CIMB Niaga merosot ke kategori “good performers” karena capital employed-nya merosot dari Rp 10,5 miliar menjadi Rp 9 miliar. Namun, pada tahun 2009 bank CIMB Niaga kembali masuk ke kategori “top performers” karena adanya peningkatan capital employed yang cukup besar menjadi Rp 1,5 triliun, hal ini disebabkan karena adanya penggabungan Bank CIMB Niaga dan Bank Lippo pada bulan 1 November 2008. b) Daftar bank yang termasuk dalam “good performers” PT Bank Windu Kentjana International, Tbk atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Bank Windu”, adalah Bank Umum Devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dan merupakan hasil merger commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antara PT Bank Multicor, Tbk dan PT Bank Windu Kentjana, Tbk pada tanggal 8 Februari 2008. Dapat dilihat dari tabel IV.4 bahwa pada tahun 2007 Bank Windu menduduki peringkat pertama kategori “good performers”, namun pada tiga tahun berikutnya ranking Bank Windu terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena laba operasi (operating profit) Bank Windu merosot tajam dari tahun 2007 sebesar Rp 26 miliar menjadi Rp 9 miliar pada tahun 2008, dan diimbangi juga dengan human capital-nya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Pada kategori “good performers” Bank BNI terus menerus mengalami peningkatan peringkat, yaitu pada tahun 2007 menduduki peringkat ke-8, pada tahun 2008 barada di peringkat ke-7, dan pada tahun 2009 melejit menjadi ranking pertama. Bukan hanya itu, pada tahun 2010 Bank BNI berhasil masuk ke dalam kategori “top performers”. Hal ini terlihat dari capital employed-nya yang mengalami kenaikan selama empat tahun terakhir, yaitu berkisar antara Rp 16 triliun sampai dengan Rp 37 triliun. Selain itu, laba operasi-nya juga mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 5 triliun dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Hal ini juga diperkuat pembuktian Bank BNI yang semakin baik dalam mengelola IC-nya dengan menyabet beberapa penghargaan
atas
prestasi dalam commit to user
menjalankan
bisnis
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkelanjutan (sutainability business), BNI meraih penghargaan dari Asia Responsible Entepreneurship Award 2009. PT Bank Permata, Tbk dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International, Tbk mengambil alih Bank Permata dan memulai proses transformasi secara besar-besaran di dalam organisasi. Selama empat tahun (tahun 2007 – 2010) dari hasil penelitian ini, Bank Permata termasuk ke dalam kategori “good performers”, terutama pada tahun 2007 Bank Permata berhasil menduduki peringkat ketiga. Namun, pada tiga tahun berikutnya peringkat berfluktuatif
dan
cenderung
mengalami
Bank Permata selalu penurunan.
Hal
ini
dikarenakan karena human capital yang terus menerus mengalami kenaikan dari Rp 772 miliar menjadi Rp 1,2 triliun selama kurun waktu empat tahun. Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Saat ini mayoritas saham Bank NISP dimiliki oleh OCBC Group yang berlokasi di Singapura. OCBC merupakan penyedia jasa perbankan dan asuransi terbesar di commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Singapura. Peringkat Bank OCBC NISP berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) terus mengalami fluktuatif pada kategori “good performers”. Terlihat pada tabel IV.4 bahwa pada tahun 2007 berada di posisi keempat, setahun kemudian pada tahun 2008 berada di posisi kelima, dan pada tahun 2009 melejit ke posisi tiga (hal ini terbukti dengan adanya penghargaan sebagai Retail Bank of the Year Indonesia in Asian Banking & Finance Retail Banking Awards 2009 dari Asian Banking & Finance Magazine), namun pada tahun 2010 turun kembali ke posisi lima. Walaupun jika dilihat dari akun laba operasi dan capital employed-nya yang terus mengalami peningkatan, tetapi jumlah total capital employed dan laba operasi Bank OCBC NISP masih kurang jika dibandingkan dengan pesaingnya yang masuk dalam kategori “good performers” (seperti Bank Permata dan Bank Danamon yang menghasilkan capital employed dan laba operasi yang lebih besar). PT Bank Internasional Indonesia, Tbk (BII) adalah salah satu bank terbesar di Indonesia dengan jaringan internasional yang memiliki 337 cabang termasuk lima kantor cabang syariah dan lima kantor cabang luar negeri. Dari hasil perhitungan VAIC, pada tahun 2008, BII menduduki posisi ke-4 dalam kategori “good performers”. Peringkat BII berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) juga cenderung mengalami fluktuatif, dapat dilihat pada tabel IV.4 pada tahun 2007 menduduki peringkat keenam dan pada tahun 2010 commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menduduki peringkat ke-11. Bahkan pada tahun 2009, ranking BII merosot ke posisi empat dan masuk ke dalam kategori “common performers”. PT. Bank Danamon, Tbk adalah salah satu bank valuta asing pertama di Indonesia dan salah satu institusi keuangan terbesar di Indonesia dari jumlah pegawai. Berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) untuk kategori “good performers”, Bank Danamon menduduki peringkat pertama pada tahun 2008 dan peringkat kedua pada tahun 2009 (terbukti dengan penghargaan sebagai Best Trade Finance Bank dari Asia Country Awards). Ranking Bank Danamon dalam kategori “good performers” cukup baik, bahkan pada tahun 2007 dan 2010 Bank Danamon berhasil masuk ke dalam kategori “top performers”. Hal ini juga dapat dilihat dari laba operasi Bank Danamon cukup besar hingga mencapai Rp 4 triliun, selain itu capital employed Bank Danamon yang terus mengalami kenaikan dari Rp 12 triliun menjadi Rp 21 triliun. c) Daftar bank yang termasuk dalam “common performers” PT Bank Artha Graha, Tbk merupakan hasil merger antara Bank Interpacific dan Bank Artha Graha pada tahun 2005. Dalam kategori “common performers” berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) Bank Artha Graha memiliki peringkat yang baik, dapat dilihat pada tabel IV.5 Bank Artha Graha menduduki peringkat pertama pada tahun 2007, peringkat ke-2 pada tahun 2008, peringkat ke-3 pada commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tahun 2009. Bahkan pada tahun 2010 Bank Artha Graha masuk ke dalam kategori “good performers” dan menduduki peringkat ke-9. Dalam kategori “common performers” Bank Artha Graha memiliki laba operasi paling besar diantara bank lain (Bank Agroniaga dan Bank ICB Bumiputera), berkisar antara Rp 31 miliar hingga Rp 129 miliar. PT Bank ICB Bumiputera, Tbk merupakan bank yang berhasil bertahan untuk menjadi bank yang sehat dalam Kategori A dan tidak memerlukan rekapitalisasi pada saat krisis moneter. Berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) Bank ICB Bumiputera masuk ke dalam kategori “common performers”, dapat dilihat pada tabel IV.5 Bank ICB Bumiputera menduduki peringkat pertama pada tahun 2008 dan peringkat ke-2 pada tahun 2010. Bahkan pada tahun 2007 dan 2009 Bank ICB Bumiputera masuk ke dalam kategori “good performers” (dapat dilihat pada tabel IV.4) dan menduduki peringkat ke-10 pada tahun 2007 dan 2009. Bank ICB Bumiputera memiliki laba operasi terbesar kedua dalam kategori “common performers”, berkisar antara Rp 24 miliar hingga Rp 95 miliar. Dalam kategori “common performers” Bank ICB Bumiputera memiliki capital employed terbesar yang berkisar antara Rp 506 miliar hingga Rp 8,6 triliun.
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PT Bank Agroniaga, Tbk pada mulanya didirikan atas pemahaman
sepenuhnya
dari
Dana
Pensiun
Perkebunan
(DAPENBUN) sebagai pengelola dana pensiun karyawan seluruh PT Perkebunan Nusantara, bahwa agrobisnis di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan. Maka pada saat pemerintah mengeluarkan kebijakan yang memberi kemudahan untuk membuka usaha bank pada tanggal 27 Oktober 1988, DAPENBUN mempergunakan kesempatan ini untuk mendirikan bank yang kegiatan usaha utamanya membantu pembiayaan di bidang agrobisnis. Dapat dilihat dari tabel IV.5 bahwa berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) untuk kategori “common performers” Bank Agroniaga berada di posisi ketiga pada tahun 2008 dan naik ke posisi kedua pada tahun 2009. d) Daftar bank yang termasuk dalam “bad performers” PT Bank Mutiara, Tbk (yang sebelumnya bernama Bank Century) merupakan bank yang diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada tanggal 21 November 2008, dan di-rebranding pada tanggal 3 Oktober 2009 dengan sebelumnya ditetapkan SK Gubernur BI melalui surat No. 11/47/KEP.GBI/2009 tertanggal 16 September 2009. Dapat dilihat pada tabel IV.6 bahwa pada tahun 2007 Bank Mutiara merupakan satu-satunya bank yang berada dalam kategori “bad performers”, sedangkan pada tahun 2008 Bank Mutiara juga masih dalam kategori “bad performers” dengan nilai VAICTM minus 47,59.
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kinerja Bank Mutiara pada tahun 2007 dan 2008 semakin memburuk karena adanya masalah internal perusahaan yang sebelumnya bernama Bank Century, terbukti dengan laba operasi Bank Mutiara yang minus Rp 6,9 triliun dan capital employed yang juga menghasilkan angka minus hingga Rp 8,8 triliun pada tahun 2008. Namun, pada tahun 2009 dan 2010 Bank Mutiara menunjukkan kinerja yang cukup baik dan berhasil masuk ke dalam kategori “top performers”, hal ini terjadi karena akhir tahun 2008 Bank Mutiara diambil alih oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), sehingga tahun 2009 adalah awal manajemen baru dalam menyehatkan kembali Bank Mutiara. PT Bank Kesawan, Tbk termasuk bank yang memiliki ranking fluktuatif dalam penelitian ini, pada tabel IV.6 terlihat bahwa Bank Kesawan berada di posisi pertama tahun 2008 dengan nilai VAICTM 1,25. Sedangkan, pada tahun 2007 Bank Kesawan masuk ke dalam kategori “good performers”, dan bahkan pada tahun 2009 dan 2010 Bank Kesawan masuk ke dalam kategori “common performers” dengan peringkat ketiga pada tahun 2009 dan peringkat pertama pada tahun 2010.
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Capital Employed (Laba + Ekuitas) Untuk Bank Dengan Ranking yang Sama (Bank Danamon & Bank CIMB Niaga Tahun 2007) Dapat dilihat dari Tabel IV.3 bahwa Bank Danamon dan Bank CIMB Niaga memiliki nilai VAICTM yang sama, yaitu sebesar 3,70 sehingga kedua Bank ini berada pada peringkat yang sama. Untuk mengetahui bank mana yang berkinerja lebih baik (dimana bank memiliki peringkat sama), maka dapat dilihat dari komponen Capital Employed-nya (CE). Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan. Sedangkan CE sendiri terbentuk dari hasil penjumlahan antara laba dan ekuitas. Maka, untuk itu penulis memproksikannya dengan ROE (Return on Equity). Return on Equity (ROE) merupakan salah alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Dalam perhitungannya, secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama setahun terakhir. ROE bisa memberikan gambaran tiga hal pokok : - Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability) - Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management) - Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage).
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tahun 2007 Bank Danamon memiliki laba bersih dan ekuitas masing-masing sebesar Rp 2,1 triliun dan Rp 10 miliar, sehingga Bank Danamon menghasilkan ROE sebesar 19,54%. Sedangkan pada tahun 2007 Bank CIMB Niaga memiliki laba bersih dan ekuitas masing-masing sebesar Rp 1,5 triliun dan Rp 9 miliar, dan Bank Danamon menghasilkan ROE sebesar 16,61%. Sehingga Bank Danamon menghasilkan kinerja yang lebih baik dilihat dari ROE (perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas) daripada Bank CIMB Niaga, walaupun keduanya berada pada posisi peringkat yang sama dengan nilai VAICTM yang sama sebesar 3,70. 3. Bank Dengan Hasil Perhitungan yang Ekstrem (Bank Mutiara) Tabel IV. 11 Capital Employed Bank Mutiara TAHUN 2007 2008 2009 2010
EKUITAS 768.565.000.000 (1.535.424.000.000) 569.109.000.000 774.193.000.000
LABA BERSIH (195.174.000.000) (7.281.150.000.000) 265.483.000.000 217.963.000.000
CAPITAL EMPLOYED 573.391.000.000 (8.816.574.000.000) 834.592.000.000 992.156.000.000
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
Dapat dilihat pada tabel IV.11 bahwa pada tahun 2007 dan 2008 Bank Mutiara memiliki laba bersih yang negatif (mengalami kerugian yang cukup besar). Hal ini disebabkan oleh keadaan tidak bisa membayar dana permintaan dari nasabah atau umumnya disebut sebagai kalah kliring, keadaan ini hingga membuat terjadinya kepanikan atau rush dalam penarikan dana pada Bank Century (yang sekarang adalah Bank Mutiara). commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya pada tanggal 14 November 2008 manajemen Bank Century melapor kejadian tersebut serta ikut mengajukan permohonan untuk mendapatkan fasilitas pendanaan darurat kepada Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) selanjutnya pada tanggal 20 November 2008 Bank Indonesia (BI) melakukan penetapan status Bank Century menjadi bank gagal. Menteri Keuangan yang dijabat oleh Sri Mulyani selaku Ketua dari Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) mengadakan rapat untuk pembahasan nasib Bank Century, dalam rapat tersebut, Bank Indonesia (BI) diwakili oleh Gubenur Bank Indonesia yang dijabat oleh Boediono melalui data per 31 Oktober 2008 menyatakan bahwa rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Century telah minus hingga 3,52 persen, dalam agenda rapat tersebut antara lain turut dibahas dampak yang akan terjadi atau akan timbul apakah akan berdampak sistemik, seperti dalam istilah teknis disebut bank run atau run on the bank bila Bank Century diperlakukan sebagai bank gagal yang akan dilikuidasi kemudian dalam rapat tersebut diputuskan untuk menyerahkan Bank Century kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada November 2008, sehingga tahun 2009 adalah awal manajemen baru dalam menyehatkan kembali Bank Mutiara. Hal ini membawa perubahan kinerja Bank Mutiara pada tahun 2007 dan 2008 yang memburuk dengan laba operasi Bank Mutiara yang minus Rp 6,9 triliun dan capital employed yang juga menghasilkan angka minus hingga Rp 8,8 triliun pada tahun 2008. Pada tahun 2009 dan 2010 Bank commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mutiara menunjukkan kinerja yang cukup baik dan berhasil masuk ke dalam kategori “top performers” dengan laba bersih mencapai Rp 217 miliar dan ekuitas yang naik menjadi Rp 774 miliar. 4. Kinerja Intellectual Capital
Berdasarkan Model
Value Added
Intellectual Coefficient (VAIC™) Terhadap Estimasi Ranking Bank Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan VAICTM yang kemudian dibuat peringkat bank berdasarkan Business Performance Indicator (BPI) menurut Ulum (2008),
kinerja Intellectual Capital perbankan secara
keseluruhan cukup baik, hal ini terlihat dari sedikitnya bank yang berada di kategori “bad performers” (hanya terdapat 3 bank saja), selain itu terlihat dari banyaknya bank yang berada di kategori “top performers” (terdapat 54 bank) dan kategori “good performers” (terdapat 43 bank). 5. Hasil Linier Regression dengan Ordinary Least Squares (OLS) Dari hasil pengujian regresi, untuk masing-masing variabel tiap tahunnya diperoleh nilai R2 yang berkisar antara 0,621 – 0,727 (lihat tabel IV.7). Sedangkan untuk perhitungan regresi secara keseluruhan diperoleh nilai R2 sebesar 0,621 (lihat tabel IV.10). Dengan demikian dalam penelitian ini, kekuatan hubungan CE (Capital Employed) dengan HC (Human Capital) memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 62% terhadap VA (Value Added) selama kurun waktu 2007 – 2010.
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Descriptive Overall of Ranking Bank
Tabel IV.12 Descriptive Overall of Ranking Bank
Kategori
Bank Top Performers
Bank Good Performers
Bank Common Performers
Bank Bad Performers
Tahun
Nilai VAICTM Tertinggi
Mean
Terendah
2007
6,69
4,05
3,08
2008
4,96
3,76
3,23
2009
4,96
3,86
3,03
2010
4,91
3,80
3,12
2007
2,92
2,46
2,07
2008
2,97
2,60
2,05
2009
2,96
2,65
2,31
2010
2,96
2,58
2,28
2007
1,82
1,82
1,82
2008
1,87
1,70
1,52
2009
1,97
1,82
1,62
2010
1,95
1,78
1,61
2007
-0,83
-0,83
-0,83
2008
1,25
-23,17
-47,59
2009
-
-
-
2010
-
-
-
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
Dari tabel IV.12 pada kategori bank top performers, terlihat bahwa nilai VAICTM tertinggi 6,69 diperoleh Bank Pan Indonesia pada tahun 2007 dan terendah adalah Bank Himpunan Saudara dengan nilai sebesar 3,03 pada tahun 2009, dan pada tahun 2009 kategori bank good performers menghasilkan nilai mean terbesar 2,65. Bank Pan Indonesia, Tbk berada commit to user pada peringkat pertama selama empat tahun berturut-turut.
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada kategori bank good performers, terlihat bahwa nilai VAICTM tertinggi 2,97 adalah Bank Danamon pada tahun 2008 dan terendah adalah Bank Windu Kentjana International dengan nilai sebesar 2,05 pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 kategori bank good performers menghasilkan nilai mean terbesar 2,65. Namun, pada tahun 2009 dan 2010 terdapat skor VAICTM dengan nilai yang sama yaitu 2,96. Jika dibandingkan dengan diproksikan oleh ROE (Return on Equity) yaitu perbandingan antar komponen CE-nya (laba dengan ekuitas) maka Bank Negara Indonesia (BNI) menghasilkan ROE yang jauh lebih besar yaitu sebesar 13% pada tahun 2009, dibandingkan dengan Bank Capital Indonesia yang hanya menghasilkan ROE sebesar 4%. Pada kategori bank common performers, terlihat bahwa nilai VAICTM tertinggi 1,97 adalah Bank Artha Graha Internasional pada tahun 2009 dan terendah adalah Bank Agroniaga dengan nilai sebesar 1,52 pada tahun 2008, dan pada tahun 2007 & 2009 kategori bank common performers menghasilkan nilai mean terbesar 1,82. Pada tahun 2007 hanya terdapat sattu bank saja yang masuk dalam kategori ini, yaitu Bank Artha Graha Internasional. Pada kategori bank bad performers, nilai VAICTM tertinggi 1,25 adalah Bank Kesawan pada tahun 2008 dan terendah adalah Bank Mutiara dengan nilai sebesar -47,59 pada tahun 2008, dan pada tahun 2007 kategori bank bad performers menghasilkan nilai mean terbesar -0,83. Pada tahun 2009 dan 2010 tidak ada bank yang masuk dalam kategori ini. commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Rekapitulasi Ranking Perbankan Tahun 2007 – 2010 Tabel IV.13 Rekapitulasi Ranking Perbankan Kategori Bank Bank Top Performers Bank Good Performers Bank Common Performers Bank Bad Performers
2007
2008
2009
2010
13 10 1 1
12 10 3 2
13 11 4 0
16 12 2 0
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (data diolah)
Kinerja Intellectual Capital perbankan secara keseluruhan selama kurun waktu empat tahun cukup baik, hal ini terlihat dari sedikitnya bank yang berada di kategori “bad performers” semakin menurun dari tahun ke tahun, bahkan pada tahun 2009 dan 2010 tidak ada satu pun bank yang masuk dalam kategori ini. Selain itu terlihat dari banyaknya bank yang berada di kategori “top performers” (terdapat 54 bank), yang cenderung mengalami peningkatan jumlah dari tahun 2007 sebanyak 13 bank dan tahun 2010 sebanyak 16 bank yang berhasil dan kategori “top performers”. Untuk kategori “good performers” (terdapat 43 bank) juga cukup baik karena dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan jumlah sebanyak 10 bank pada tahun 2007 dan 2008, dan terdapat sebanyak 11 bank dan 12 bank masing-masing pada tahun 2009 dan 2010.
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.2 Rekapitulasi Ranking Perbankan
Dari Grafik terlihat bahwa Bank kategori Top Performers dan Good Performers dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan jumlah, Bank kategori Common Performers selalu berfluktuatif jumlahnya dari tahun ke tahun, sedangkan Bank kategori Bad Performers cenderung mengalami penurunan selama kurun waktu 2007 – 2010.
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, terutama pada analisis data bab IV dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Pada tahun 2010 kinerja perusahaan perbankan ditinjau dari perspektif intellectual capital (dilihat dari rata-rata nilai VAICTM) memiliki kinerja yang paling baik dengan nilai 3,18 jika dibandingkan tahun 2007 dengan nilai 3,13 dan tahun 2009 dengan nilai 3,09. Sedangkan pada tahun 2008 kinerja perusahaan perbankan merosot dengan nilai 1,11. 2. Secara umum pada tahun 2007 – 2010 kinerja intellectual capital perusahaan perbankan di Indonesia sangat baik. Hal ini terlihat dari sebanyak 54 perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia termasuk dalam kategori “top performers” dengan nilai VAIC™ yang berkisar antara 3,03 hingga 6,69. 3. Sebanyak 43 perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia selama empat tahun berturut-turut, termasuk ke dalam kategori “good performers” dengan nilai VAICTM yang berkisar antara 2,05 hingga 2,97. 4. Pada tahun 2007 – 2010, sebanyak 10 perusahaan perbankan termasuk dalam kategori “common performers” dengan nilai VAIC™ yang berkisar antara 1,52 hingga 1,97.
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Pada tahun 2007 dan 2008, hanya terdapat 3 perusahaan perbankan yang masuk ke dalam kategori “bad performers” dengan nilai VAIC™ yang berkisar antara −47,59 hingga 1,25. 6. Dari hasil “Regression Result – Overall Banking Sector” CE (capital employed) memiliki kekuatan hubungan yang sama dengan HC (human capital), yaitu berkisar antara 62% - 72% terhadap VA (value added) selama kurun waktu 2007 - 2010. B. KETERBATASAN Di dalam penelitian ini penulis menghadapi beberapa keterbatasan yang dihadapi. Beberapa hal tersebut tidak berpengaruh secara besar pada hasil penelitian, walaupun beberapa keterbatasan masih memberikan hambatan dalam penelitian ini. Beberapa keterbatasan yang dihadapi penulis, antara lain: 1. Periode pengamatan yang hanya empat tahun (tahun 2007 – 2010) membuat perbandingan kinerja dalam penelitian ini terkesan sempit sehingga tidak cukup objektif untuk menggambarkan kinerja IC suatu bank. 2. Kurang tersedianya data laporan keuangan yang diterbitkan oleh masingmasing bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga mengurangi jumlah sampel perusahaan perbankan yang akan digunakan dalam penelitian. commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Hanya beberapa jenis bank yang dianalisis, yaitu sebagian besar bank umum swasta yang memiliki laporan keuangan lengkap dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sementara itu bank umum swasta yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Selain itu, Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan bank umum swasta syariah tidak dimasukkan ke dalam analisis perhitungan. Hanya satu BPD saja yang masuk ke dalam analisis, yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. Dengan demikian penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan terhadap seluruh perusahaan perbankan di Indonesia. 4. Hanya nilai VAICTM dari penelitian Ulum (2008) saja yang digunakan sebagai parameter (alat ukur), sedangkan nilai VAICTM yang berdasarkan penelitian Kamath (2007) dan Mavridis (2004) tidak dimasukkan dalam perhitungan sebagai parameter. 5. Terdapat kesulitan jika akan membuat parameter yang baru untuk menentukkan kategori nilai VAICTM agar hasil perankingan menjadi lebih objektif. C. SARAN 1. Bagi Perusahaan Perbankan Dengan mengetahui peringkat bank, perusahaan perbankan (manajemen bank dan pemegang saham) dapat lebih meningkatkan kinerja intellectual capital dengan mengelolanya secara maksimal. Jika kinerja IC mereka berada pada posisi yang belum maksimal, maka dapat dilakukan commit to user kebijakan/tindakan yang lebih tepat untuk mengalokasikan sumber daya 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
organisasi agar dapat menciptakan nilai bagi perusahaan (firm’s value creation). 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Melakukan penelitian tentang intellectual capital pada sektor lain, misalnya sektor manufaktur atau sektor jasa selain perbankan. b. Periode pengamatan yang diperpanjang (lebih dari empat tahun), sehingga cukup objektif untuk menggambarkan kinerja IC suatu bank. c. Menyertakan seluruh jenis bank sebagai sampel (semua bank umum swasta, bank pembangunan daerah, bank pemerintah, dan bank syariah), agar dapat dilakukan analisis yang lebih objektif terhadap kinerja IC masing-masing jenis bank sebagaimana dilakukan oleh Kamath (2007) yang meneliti 98 bank dari berbagai jenis bank di India selama tahun 2000 – 2004. d. Menggunakan nilai VAICTM berdasarkan penelitian Kamath (2007) dan
Mavridis
(2004),
sehingga
dapat
diperbandingkan
hasil
perankingan dari tiap-tiap peneliti (Ulum, Kamath, dan Mavridis). e. Membuat parameter yang baru untuk menentukan kategori nilai VAICTM agar hasil perankingan menjadi lebih objektif sesuai dengan hasil perhitungan yang diperoleh. f. Untuk bank dengan ranking yang sama, sebaiknya diperinci kembali komponen Capital Employed-nya, sehingga dapat diperbandingkan dengan jelas bank mana yang memiliki kinerja Intellectual Capital yang lebih baik.
commit to user
84