DETERMINAN KINERJA INTELLECTUAL CAPITAL DI BANK : KASUS INDONESIA PANGGAH SETIAWAN A W SITI MUTMAINAH, SE., M.Si., Akt.
ABSTRACT
The objective of this study is to investigate the determinants of intellectual capital performance in the Indonesian banks. Dependent variable used in this study is intellectual capital performance. Independent variable used in this study are investment in IT system, bank efficiency, barriers to entry, efficiency of investment in intellectual capital, bank profitability, and bank risk. Samples of this study are banks companies which listed on Indonesia Stock Exchange (IDX), for the observation period of 2008 until 2009. Samples were collected by purposive sampling method and resulted in 50 firms the samples. This study using The Pulic Model (Value Added Intellectual Coefficient – VAICTM) as the efficiency measure of three intellectual capital component; physical capital coefficient (VACA), human capital coefficient (VAHC), and structural capital coefficient (STVA) This study used linear regression for analyzing data. The results showed that bank profitability significant effect to the intellectual capital performance. Investment in IT systems, bank efficiency, barriers to entry, efficiency of investment in intellectual capital and bank risk not significant effect to the intellectual capital performance. Keywords : Intellectual capital, Human Capital, VAIC™, Banks, Indonesia
1
PENDAHULUAN Di era informasi seperti ini, pengaruh globalisasi menyebabkan munculnya inovasi teknologi, serta pesatnya perkembangan teknologi informasi. Oleh karena itu untuk dapat bertahan dalam dunia bisnis, maka perusahaan harus mengubah strategi bisnis yang semula didasarkan pada industri yang berbasis tenaga kerja (labour-based business) menuju industri yang berbasis pengetahuan (knowledge-based business). Goh (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan strategi knowledge–based business dapat digunakan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Usoff et al (dalam ElBannany, 2008) yang menyatakan ilmu pengetahuan merupakan kunci sumber daya ekonomi yang dominan dan kemungkinan juga sebagai sumber keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Penerapan knowledge-based industries tersebut diharapkan mampu menciptakan nilai tersendiri bagi perusahaan. Dengan adanya perubahan strategi bisnis
dari
labour-based
business
menjadi
knowledge-based
industries,
penggunaan aset berwujud (tangible asset) menjadi kurang penting dari pada aset tidak berwujud (intangible asset). Sekarang ini, logika bisnis didasarkan pada pencapaian keberhasilaan penciptaan nilai (value creation) dalam perusahaan. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang. Hal tersebut dapat tercapai dengan investasi pada sumber daya intelektual dan peningkatan mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah aktiva tidak berwujud (Ulum, 2009). Oleh karena itu penting untuk dilakukan penilaian terhadap aset tidak berwujud, salah satunya intellectual capital. IC merupakan sumber daya yang unik karena terdapat perbedaan pada tiap-tiap perusahaan sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain. Hal inilah yang akan menjadikan IC sebagai salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan untuk menciptakan value added perusahaan dan nantinya akan tercapai 2
keunggulan kompetitif perusahaan. Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). Salah satu komponen IC yang terpenting didalam perusahaan adalah human capital. Menurut Pablos (2003) dalam El-Bannany (2008) human capital dapat memperbaiki kekuatan dan efisiensi perusahaan, sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif. Goh (2005) berpendapat bahwa aktivitas perusahaan sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu physical capital dan human capital. Human capital tidak dapat menjalankan aktivitasnya tanpa adanya physical capital, dan begitu juga sebaliknya. Pada sektor pertanian dan perindustrian, physical capital (seperti tanah tenaga kerja) lebih penting daripada intellectual capital dalam proses penciptaan nilai. Namun pada sektor perbankan, intellectual capital (seperti ilmu pengetahuan) lebih penting dari pada physical capital dalam proses penciptaan nilai (El-Bannany, 2008). Inilah salah satu alasan penelitian pada sektor perbankan. Pendapat El-Bannany tersebut juga diperkuat oleh pendapat Mavridis (2004) yang menyatakan bahwa sektor perbankan adalah area yang menarik dan ideal untuk penelitian intellectual capital karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang paling intensif IC-nya dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan bisnisnya. Selain itu, dari aspek intellectual capital, secara keseluruhan karyawan disektor perbankan lebih homogen dibandingkan sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka dalam Ulum, 2008). Penelitian ini dilakukan di sektor perbankan Indonesia pada periode waktu tahun 2008-2009 untuk perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan alasan bahwa perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diharapkan memiliki prospek kinerja yang lebih bagus daripada perusahaan lain yang belum listing di BEI. Hal ini akan memberikan keunggulan kompetitif tersendiri bagi perusahaan tersebut.
3
Namun pada kenyataannya sekitar pada tahun 2008-2009 terdapat beberapa perusahaan yang mengalami kerugian dan delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan tersebut mengalami penurunan, khususnya dilihat dari kinerja human capital. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pendapat Kuryanto (2007) yang menyatakan bahwa kinerja intellectual capital berpengaruh pada kinerja perusahaan. Metode VAICTM digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan di sektor perbankan. Model ini mampu menjelaskan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). Sedangkan variabel independen penelitian ini meliputi : investasi pada teknologi informasi, efisiensi bank, hambatan memasuki pasar, efisiensi investasi pada intellectual capital, profitabilitas bank, dan resiko bank.
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS Resource-Based Theory Resource-Based Theory merupakan suatu pemikiran yang meyakini bahwa sebuah perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif apabila memiliki sumber daya yang unggul. Penyatuan aset berwujud dan aset tidak berwujud merupakan strategi potensial untuk meningkatkan kinerja. Salah satu aset tidak berwujud yang penting di dalam perusahaan adalah intellectual capital. Intellectual capital dianggap sebagai sumber daya yang mampu meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga berdampak pada value creation bagi perusahaan. Dengan kata lain kinerja intellectual capital juga akan berpengaruh terhadap kinerja sebuah perusahaan. Human Capital Theory Teori ini juga mendukung pendapat dari Pablos (2003) dalam El-Bannany (2008) yang menyatakan human capital adalah salah satu komponen intellectual 4
capital yang merupakan sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan, yang dapat memperbaiki kekuatan dan efisiensi perusahaan, sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif. Menurut El-Bannany (2008) karyawan yang dikenal sebagai human capital memainkan peranan penting dalam penciptaan nilai yang dapat menciptakan peningkatan efisiensi. Mereka akan memberikan keuntungan sehingga perusahaan mampu bersaing di pangsa pasar. Intellectual Capital Terdapat banyak sumber yang menjelaskan definisi intellectual capital dan beberapa diantaranya :
Menurut Mavridis (2005) “An intangible asset with potential to create value for the enterprise and the society itself”
Menurut Kamath (2007) “Any creation of human intellect or mind”
Menurut Advinsson dan Malone (1997) dalam Kamath (2007) “Knowledge that can be converted to value”
Menurut Martinez dan Garci-Meca (2005) dalam El-Bannany (2008) “The knowledge, information, intellectual property and experience that can be put to use to create wealth”
Menurut Brooking (1996) dalam El-Bannany (2008) “Given to the combined intangible assets which enable the company function”
Dari penjelasan beberapa sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa intellectual capital adalah termasuk aset tidak berwujud. Selain itu intellectual capiatal
merupakan
suatu
ilmu
pengetahuan
atau
pengalaman
yang
mencerminkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang karyawan yang dapat digunakan untuk memperoleh keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Pada literatur tersebut dijelaskan definisi intellectual capital secara umum. Namun dalam penelitian ini salah satu komponen yang terpenting adalah human capital (HC). Menurut Chen et al. (2004) dalam El-Bannany (2008) human 5
capital merupakan beberapa faktor seperti ilmu pengetahuan, skill, kemampuan dan sikap yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam melayani pelanggan yang dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa human capital merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan untuk menaikkan kualitas dan pelayanan terhadap pelanggan, yang mungkin hal tersebut dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga akan menaikkan nilai perusahaan tersebut. Hipotesis Pada sektor perbankan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja intellectual capital, seperti : investasi pada sistem IT, efisiensi bank, hambatan memasuki pasar, efisiensi pada IC, profitabilitas bank, dan resiko bank. 1. Pengaruh Investasi pada Sistem IT terhadap Kinerja Intellectual Capital Investasi pada teknologi informasi merupakan alokasi dana untuk pengadaan dan pemeliharaan sistem teknologi informasi di perusahaan perbankan, baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Keberadaan sistem teknologi informasi seperti sistem komputer di dalam sebuah perusahaan sangatlah penting. Sebagai contohnya pada saat ini semakin banyak komputer yang berada di meja karyawan di sebuah perusahaan. Hal ini menandakan bahwa sangat pentingnya sistem komputer di sebuah perusahaan. Sistem teknologi informasi sangat penting fungsinya, hal ini akan memberikan kemudahan bagi karyawan dalam melakukan aktivitas pekerjaanya. Secara tidak langsung ini akan meningkatkan kinerja dari karyawan (human capital) di dalam perusahaan tersebut, dan diharapkan ketika semakin tinggi investasi pada sistem teknologi informasi semakin tinggi pula kinerja intellectual capitalnya. Sehingga akan berkontribusi yang bagus terhadap kinerja perusahaan. 6
Dari fakta diatas maka dapat ditarik hipotesis yang pertama sebagai berikut : H1 Tingkatan investasi pada sistem teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital 2.
Pengaruh Efisiensi Bank terhadap Kinerja Intellectual Capital Efisiensi
bank
menunjukkan
suatu
tingkatan
keberhasilan
yang
ditunjukkan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan tujuan yang telah dicapainya. Pada pembahasan yang kedua ini human capital memainkan peranan penting untuk menurunkan biaya produksi pada sektor perbankan dan mampu menciptakan diferensiasi produk (ElBannany, 2008). Kondisi ini juga memberikan motivasi bagi karyawan bank untuk terus berinovasi atau mengembangkan proses bisnis sehingga menjaga market share perusahaan agar terus meningkat denga cara menarik lebih banyak pelanggan. Ini dapat diasumsikan jika efisiensi bank dihubungkan dengan human capital maka akan berpengaruh antara kinerja human capital dan pangsa harga saham bank tersebut. Dari pembahasan diatas dapat ditarik hipotesis yang kedua : H2 Efisiensi relatif bank berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital 3. Pengaruh Hambatan Memasuki Pasar
terhadap Kinerja Intellectual
Capital Hambatan memasuki pasar dapat diartikan sebagai halangan yang dialami oleh perusahaan untuk masuk kedalam persaingan usaha yang sejenis. Kemampuan sebuah perusahaan untuk mengatasi masalah hambatan memasuki pasar ini sangat tergantung pada aset yang dimilki oleh perusahaan. Aset digunakan sebagai pengukuran karena dianggap sebagai investasi awal untuk memasuki persaingan. Ketika sebuah perusahaan 7
akan memasuki tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi maka dibutuhkan aset sebagai modal untuk mengatasi hambatan memasuki pasar tersebut. Perusahaan yang masuk ke dalam tingkat persaingan usaha yang tinggi, tentunya akan cenderung untuk mendorong dan memotivasi karyawan mereka untuk berinovasi. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan merasa tidak ingin tersaingi oleh perusahaan lain. Kondisi tersebut berdampak positif terhadap kinerja karyawan (human capital). Dari pembahasan diatas dapat ditarik hipotesis yang ketiga : H3 Hambatan memasuki pasar pada perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital 4. Pengaruh Efisiensi Investasi pada IC terhadap Kinerja Intellectual Capital Efisiensi investasi pada intellectual capital menunjukkan tingkatan keberhasilan pengguanaan investasi pada human capital yang berupa pelatihan dan kompetensi. Kaanan dan Aulbur (2004) dalam El-Bannany (2008) berpendapat bahwa human capital dapat didefinisikan sebagai penjumlahan nilai investasi pada karyawan, kemampuan dan masa depan. Investasi pada human capital diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penciptaan nilai perusahaan. Hasil investasi akan lebih efisien, jika investasi tersebut memberikan kontribusi pada kenaikan penciptaan nilai perusahaan dan ini akan memberikan motivasi tersendiri bagi karyawan bank (human capital) untuk berinovasi seperti menciptakan produk dan pelayanan baru atau mengembangkan proses bisnis untuk menjaga efisiensi investasi pada intellectual capital. Dari fakta tersebut dapat ditarik hipotesis yang keempat : H4 Rasio biaya karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital
8
5. Pengaruh Profitabilitas Bank terhadap Kinerja Intellectual Capital Proitabilitas
bank
pengembalian
menunjukkan
sesuai
yang
suatu
tingkat
menunjukkan
pencapaian
efektivitas
atau
operasional
keseluruhan perusahaan. El-Bannany (2008) berpendapat pada umumnya laporan keuangan perusahaan
dapat
diklasifikasikan
menjadi
hasil
positif
yang
mencerminkan laba perusahaan dan hasil negatif yang mencerminkan rugi bagi perusahaan. Kerugian dapat dianggap sebagai hal yang luar biasa karena akan menyita waktu bagi direktur perusahaan untuk mencari penyebab kerugian tersebut. Apabila waktu direktur tersita hanya untuk mencari permasalahan kerugian, maka mereka akan kehilangan waktu untuk aktivitas mereka yang lebih bermanfaat bagi perusahaan seperti melakukan inovasi yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Di sisi lain, laba dapat juga dianggap sebagai hasil yang luar biasa karena direktur mampu melakukan kegiatan lain yang berguna bagi persahaan, seperti melatih karyawan untuk berinovasi yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Sehingga hal tersebut dapat diharapkan danya pengaruh positif profitabilitas bank terhadap kinerja human capital. Berdasarkan pernyataan diatas dapat diambil hipotesis selanjutnya : H5 Profitabilitas bank berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital 6. Pengaruh Resiko Bank terhadap Kinerja Intellectual Capital Resiko bank menunjukkan suatu kendala yang harus dihadapi bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Patton dan Zelenka (1997) dalam El-Bannany (2008) menyatakan bahwa persentase aset tidak berwujud merupakan bagian yang luas dari kinerja masa depan perusahaan yang tergantung pada resiko aset. Ini dapat dianggap bahwa peningkatan persentase aset tidak berwujud akan memberikan kesan pada human capital (sebagai aset tidak berwujud) 9
bahwa keberadaan mereka sangat penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan dan memotivasi mereka untuk terus berinovasi yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Ini akan berpengaruh positif antara resiko bank dan human capital. Dari pendapat diatas dapat diambil hipotesis yang terakhir, yaitu : H6 Resiko bank berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Intellectual Capital. Public (1998) dalam Ulum (2009) menyatakan bahwa metode value added intellectual capital (VAICTM) digunakan untuk mengukur kinerja intellectual capital, karena dianggap lebih tepat daripada metode lain. Tahaptahap untuk menghitung VAICTM adalah sebagai berikut : Tahap Pertama : Menghitung Value Added (VA). VA = OUT – IN OUT
= Output : total penjualan dan pendapatan lain.
IN
= Input : beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan).
Tahap Kedua : Menghitung Value Added Capital Employed (VACA). VACA = VA/CE Dalam hal ini : VACA = Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap CE VA
= Value Added
CE
= Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas) 10
Tahap Ketiga : Menghitung Value Added Human Capital (VAHC). VAHC = VA/HC Dalam hal ini : VAHC = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC VA
= Value Added
HC
= Human Capital : beban karyawan
Tahap Keempat : Menghitung Structural Capital Value Added (STVA). STVA = SC/VA Dalam hal ini : STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap VA SC
= Structural Capital : VA - HC
VA
= Value Added
Tahap Kelima : menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM).. VAICTM = VACA+ VAHC + STVA
Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Investasi pada Sistem IT (X1) Investasi pada sistem IT dapat diartikan sebagai alokasi dana untuk pengadaan dan pemeliharaan sistem teknologi informasi di perusahaan perbankan baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Perhitungan logaritma terkait biaya total untuk pembelian hardware dan software yang terdapat pada equipment cost pada bank i pada tahun t dapat mencerminkan level investasi pada sistem IT sebagai dasar perhitungan (El-Bannany, 2008). 2. Efisiensi Bank (X2) Efisiensi bank merupakan suatu tingkatan keberhasilan yang ditunjukkan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan tujuan yang telah dicapainya. Menurut El-Bannany (2008) terdapat dua pendekatan yang 11
dapat digunakan sebagai pengukuran efisiensi bank yaitu jangka pada deposito atau aset. Tetapi total aset lebih baik digunakan untuk mengukur efisiensi bank yang dapat menunjukkan pengukuran yang lebih komperhensif karena terdapat sumber yang berbeda untuk efisiensi seperti aset tidak berwujud. Jadi untuk mengukur efisiensi relatif bank menggunakan rasio total aset dibagi banking market asset. 3. Hambatan Memasuki Pasar (X3) Hambatan memasuki pasar merupakan hambatan yang dialami oleh perusahaan untuk memasuki pasar yang sejenis. Depoers (2000) dalam ElBannany (2008) menyatakan bahwa dalam hambatan memasuki pasar terdapat kemungkinan pentingnya investasi yang dapat dimasuki pada sektor tersebut. Jumlah investasi yang diperlukan untuk memasuki persaingan ditunjukkan oleh rasio aset tetap terhadap total aset. Aset tetap digunakan sebagai pengukuran karena dianggap sebagai investasi awal untuk memasuki persaingan. Jadi rasio aset tetap dibagi total aset bank i pada tahun t digunakan untuk mengukur hambatan memasuki pasar. 4. Efisiensi pada Investasi IC (X4) Efisiensi pada investasi IC merupakan tingkat keberhasilan penggunaan investasi pada human capital yang berupa pelatihan dan kompetensi. Semakin efisien investasi pada human capital, maka investasi pada intellectual capital akan semakin berperan pada penciptaan nilai perusahaan. Untuk mengukur efisiensi pada investasi IC menggunakan rasio biaya karyawan dibagi total pendapatan pada bank i pada tahun t. Biaya karyawan menunjukkan total investasi pada intellectual capital yang dikeluarkan. Total pendapatan menunjukkan hasil yang didapatkan dari investasi pada IC tersebut. Jika kedua hal tersebut dibandingkan maka didapat efisiensi investasi pada IC bank i pada tahun t.
12
5. Profitabilitas Bank (X5) Profitabilitas bank menunjukkan suatu tingkat pencapaian pengembalian
sesuai
yang
menunjukkan
efektivitas
atau
operasional
keseluruhan perusahaan. Menurut El-Bannany (2008) profitabilitas perusahaan dapat ditunjukkan oleh laba kotor atau laba sebelum pajak (EBIT) yang dibagi dengan ekuitas shareholder untuk bank i pada tahun t. Semakin besar perhitungan profitabilitas maka semakin besar pula keuntungan yang dicapai bank, sehingga kemungkinan kecil juga terjadinya permasalahan dalam perusahaan. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak, sedangkan ekuitas shareholder merupakan modal untuk operasional bank. 6. Resiko Bank (X6) Resiko bank merupakan kendala yang harus dihadapi bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Resiko bank adalah mengukur antara tingkatan resiko dengan tingkatan pengembalian yang didapatkan. Resiko bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya karyawan dibagi total asset. Biaya karyawan menunjukkan besaran nilai dari human capital. Persentase biaya karyawan ini akan memberikan kesan pada human capital sebagai aset tidak berwujud bahwa mereka memiliki kontribusi besar dalam kesuksesan perusahaan. Hal tersebut akan berpengaruh secara langsung pada kinerja intellectual capital. ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran suatu data atau deskripsi persebaran data yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi yang digunakan dalam penelitian.
13
Descriptive Statistics N
Minimum Maximum 6.49
Mean
Std. Deviation
Y
50
.93
3.2556
1.24772
X1
50
9.3209
12.6718 1.116253E1
.9402633
X2
50
.0006
.1557
.027554
.0425306
X3
50
.0032
.0537
.019986
.0130353
X4
50
.1275
.4547
.281890
.0723683
X5
50
.0116
.3946
.157298
.1035348
X6
50
.0049
.0411
.016560
.0071845
Valid N (listwise)
50
Sumber : Data sekunder diolah 2011 Variabel Y (VAIC) menunjukkan kinerja intellectual capital sebuah perusahaan. Variabel VAIC mempunyai rentang nilai minimum sebesar 0,93 sampai nilai maksimum sebesar 6,49 sedangkan mean menunjukkan nilai 3,2556 dengan
standar
deviasi
1,2477.
Semakin
tinggi
nilai
VAIC
berarti
mengindikasikan semakin tinggi pula kinerja IC perusahaan. Variabel X1 menunjukkan tingkatan investasi pada sistem teknologi informasi. Nilai tersebut didapatkan dari equipment cost perusahaan sebuah perusahaan. Variabel X1 mempunyai nilai berkisar antara 9, 3209 (9 miliar) sampai dengan 12,6718 (12 miliar) sedangkan mean menunjukkan nilai 11,1625 (11 miliar) dengan standar deviasi 0,9402. Semakin tinggi nilai equipment cost maka semakin tinggi pula investasi pada sistem teknologi informasi. Variabel X2 menunjukkan efisiensi relatif bank. Efisiensi relatif bank didapatkan dari rasio total aset terhadap banking market asset. Variabel X2 mempunyai nilai berkisar antara 0,0006 sampai dengan 0,1557 sedangkan mean menunjukkan nilai 0.0275 dengan standar deviasi 0,0425. Semakin tinggi nilai efisiensi bank berarti semakin tinggi nilai asset, sehingga semakin rendah pula 14
pengaruh shareholders terhadap kebijakan perusahaan, di mana konteks penelitian ini adalah intellectual capital. Variabel X3 menunjukkan hambatan memasuki pasar. Hambatan memasuki pasar didapatkan dari rasio aset tetap dan total aset. Variabel X3 mempunyai nilai berkisar antara 0,0032 sampai dengan 0,0537 sedangkan mean menunjukkan nilai 0,0199 dengan standar deviasi 0,0130. Semakin tinggi nilai hambatan memasuki pasar berarti semakin tinggi nilai aset tetap perusahaan. Variabel X4 menunjukkan efisiensi investasi pada intellectual capital. Efisiensi investasi pada intellectual capital didapatkan dari rasio biaya karyawan terhadap total pendapatan. Variabel X4 mempunyai nilai berkisar antara 0,1275 sampai dengan 0,4547 sedangkan mean menunjukkan nilai 0,2818 dengan standar deviasi 0,0723. Semakin tinggi nilai efisiensi investasi pada intellectual capital berarti semakin rendah nilai biaya karyawan dan jika semakin rendah nilai biaya karyawan berarti perusahaan tersebut kurang efisien. Variabel X5 menunjukkan profitabilitas bank. Profitabilitas bank didapatkan dari rasio net profit terhadap shareholders equity. Variabel X5 mempunyai nilai berkisar 0,0116 antara sampai dengan 0,3946 sedangkan mean menunjukkan nilai 0,1572 dengan standar deviasi 0,1035. Semakin tinggi nilai profitabilitas bank berarti semakin tinggi pula laba yang dihasilkan perusahaan yang berarti dapat menjamin profitabilitas sebuah perusahaan. Variabel X6 menunjukkan resiko bank. Resiko bank didapatkan dari rasio biaya karyawan terhadap total aset. Variabel X6 mempunyai nilai berkisar 0,0049 antara sampai dengan 0,0411 sedangkan mean menunjukkan nilai 0,0165 dengan standar deviasi 0,0071. Semakin rendah nilai biaya karyawan maka akan mengakibatkan semakin tinggi nilai resiko perusahaan.
15
Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji normal atau tidaknya distribusi data variabel dependen dan variabel independen dalam suatu model regresi.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
50
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.58686502
Absolute
.090
Positive
.086
Negative
-.090
Kolmogorov-Smirnov Z
.638
Asymp. Sig. (2-tailed)
.810
a. Test distribution is Normal.
Hasil uji normalitas terhadap data residual menunjukan bahwa besarnya Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,810 diatas tingkat signifikansi 0.05, sehingga dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi normal. Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) X1
.321
3.111
X2
.295
3.384
16
X3
.880
1.136
X4
.439
2.279
X5
.368
2.721
X6
.373
2.679
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data diolah tahun 2011 Berdasarkan tabel coeficients, nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10 dan nilai VIF tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi ini. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa distribusi data tidak teratur dan tidak membentuk pola tertentu dan tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
17
Uji Autokorelasi Nilai Durbin-Watson b
Model Summary
Model
R
1
R Square
.882
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.779
.748
Durbin-Watson
.62647
1.854
Uji Autokorelasi du
d
4 – du
1,822
1,854
2,178
Pada tabel terlihat bahwa nilai d untuk tahun penelitian adalah 1,854. Nilai tersebut terletak pada du < d < 4 – du. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tersebut terbebas dari masalah autokorelasi.
Pengujian Uji Hipotesis Uji Simultan (F test) Uji F digunakan untuk mengetahui pengeruh secara bersama antara variable-variable independen terhadap variabel dependen. Uji Simultan (F Test) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
59.407
6
9.901
Residual
16.876
43
.392
Total
76.283
49
F 25.228
Sig. .000
a
Berdasarkan tabel, diperoleh Fhitung sebesar 25,228 yang berarti lebih besar dari Ftabel 2,29. Tingkat signifikan 0,000 jauh di bawah 0,05, sehingga 18
dapat disimpulkan bahwa 6 variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi varibel dependen yaitu Kinerja Intellectual Capital-VAICTMit (Y). Uji Koofisien Determinasi (R2) Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berikut hasil pengujian R2 : Uji Koefisien Determinasi (R2) b
Model Summary
Model
R
1
R Square
.882
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.779
.748
Durbin-Watson
.62647
1.854
Berdasarkan tabel, nilai adjusted R Square adalah 0,748. Hal ini berarti, keenam variabel independen mempengaruhi tingkat Kinerja Intellectual Capital sebesar 74,8%. Sedangkan sekitar 25,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi ini. Analisis Regresi Berganda Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen dan variabel kontrol terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang ditunjukan tabel. Uji Regresi Berganda Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 5.633
1.832
X1
.012
.168
X2
.840
3.871
19
Coefficients Beta
t
Sig.
3.074
.004
.009
.071
.943
.029
.217
.829
X3
1.408
7.318
.015
.192
.848
X4
-10.630
1.867
-.617
-5.694
.000
X5
4.826
1.426
.400
3.385
.002
X6
-19.646
20.389
-.113
-.964
.341
a. Dependent Variable: Y
Dari hasil uji regresi tersebut, persamaan regresi adalah sebagai berikut: Y = 5,633 + 0,012 X1 + 0,840 X2 + 1,408 X3 – 10,630 X4 + 4,826 X5 19,646 X6 Uji Parsial (t test) Menurut Ghozali (2007), t test pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa nilai t hitung Investasi pada sistem IT (X1), Efisiensi bank (X2), Hambatan memasuki pasar (X3), dan Resiko bank (X6) kurang dari nilai t tabel dan tingkat signifikansi diatas 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga secara individu variabel Investasi pada sistem IT (X1), Efisiensi bank (X2), Hambatan memasuki pasar (X3), dan Resiko bank (X6) tidak berpengaruh terhadap Kinerja Intellectual Capital-VAICTMit (Y). Nilai t hitung Efisiensi pada investasi IC (X4) dan Profitabilitas bank (X5) lebih dari nilai t tabel dan tingkat signifikansi diatas 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga secara individu variabel Efisiensi pada investasi IC (X4) dan Profitabilitas bank (X5) berpengaruh terhadap Kinerja Intellectual CapitalVAICTMit (Y). Namun hasil t hitung dari Efisiensi pada investasi IC (X4) menunjukkan nilai negatif ini berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh namun berlawanan arah atau tidak sesuai harapan.
20
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X1 mempunyai nilai sebesar 0,943 > 0,05, maka hipotesis pertama ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel investasi pada sistem IT tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan El-Bannany (2008) yang menemukan bahwa investasi pada sistem IT berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Investasi pada sistem teknologi informasi sangat penting fungsinya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan dari karyawan (human capital) juga tidak kalah penting. Setinggi-tingginya investasi yang dikeluarkan pada teknologi informasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan dari karyawan (human capital). Hal tersebut sependapat dengan Goh (2005) yang berpendapat bahwa aktivitas perusahaan sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu physical capital dan human capital. Human capital tidak dapat menjalankan aktivitasnya tanpa adanya physical capital, dan begitu juga sebaliknya. Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X2 mempunyai nilai sebesar 0,829 > 0,05, maka hipotesis kedua ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel efisiensi bank tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa stakeholders tidak peduli terhadap kepentingan perusahaan yang seharusnya stakeholders mampu berkontribusi pada perusahaan untuk menciptakan efisiensi bank. Jika efisiensi bank tercapai maka mampu memotivasi kinerja human capital, namun pada kenyataannya tidak. Ini terbukti dari nilai efisiensi bank yang tinggi, sehingga menyebabkan tingginya aset yang menganggur di sebuah perusahaan dan tidak menciptakan efisiensi bank. Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X3 mempunyai nilai sebesar 0,848 > 0,05, maka hipotesis ketiga ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel hambatan memasuki pasar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Dalam konteks penelitian ini hambatan memasuki pasar tidak 21
berpengaruh terhadap kinerja karyawan karena perusahaan yang terlindungi dari kompetisi dari sektornya oleh hambatan memasuki pasar yang besar akan cenderung untuk tidak memotivasi karyawan mereka untuk berinovasi. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan merasa tidak akan tersaingi oleh perusahaan lain. Jadi perusahaan akan mempertahankan kinerja yang sudah ada. Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X4 mempunyai nilai sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel efisiensi pada investasi IC berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital, namun menunjukkan hubungan yang negatif. Ini terbukti dari arah yang berlawanan dari hipotesisnya, sehingga hipotesis keempat ditolak. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan El-Bannany (2008) yang menemukan bahwa variabel efisiensi pada investasi IC berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital, namun menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini mungkin disebabkan karena aktivitas inovasi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penciptaan nilai perusahaan yang mencerminkan efisiensi intellectual capital tidak hanya berhubungan dengan human capital saja. Proses inovasi yang dihasilkan oleh bank bisa ditimbulkan oleh faktor lain seperti structural capital atau physical capital. Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X5 mempunyai nilai sebesar 0,002 < 0,05, maka hipotesis kelima diterima. Hal ini berarti bahwa variabel profitabilitas bank berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan ElBannany (2008) yang menemukan bahwa bank dengan profit yang baik akan cenderung terus memotivasi karyawan demi menjaga profitabilitasnya. Hal ini membawa pengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital. Jadi semakin tinggi profitabilitas bank maka kinerja intellectual capital juga akan meningkat. Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X6 mempunyai nilai sebesar 0,341 > 0,05, maka hipotesis keenam ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel resiko bank efisiensi bank tidak berpengaruh secara signifikan terhadap 22
kinerja intellectual capital. Hal ini disebabkan karena data dalam laporan keuangan sampel tidak memisahkan antara tangible asset dengan intangible asset. Dalam hal ini intangible asset sebagai proksi pengukuran resiko bank hanya dicerminkan oleh biaya karyawan, seharusnya resiko bank yang dicerminkan oleh intangible asset sebagai aset yang beresiko tidak hanya dicerminkan oleh biaya karyawan saja.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Hasil dari pengujian investasi pada sistem IT menunjukkan hubungan yang positif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Investasi pada sistem teknologi informasi sangat penting fungsinya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan dari karyawan (human capital) juga tidak kalah penting. Investasi yang dikeluarkan pada teknologi informasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan dari karyawan (human capital). Hasil dari pengujian efisiensi bank IT menunjukkan hubungan yang positif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa stakeholders tidak peduli terhadap kepentingan perusahaan yang seharusnya stakeholders mampu berkontribusi pada perusahaan untuk menciptakan efisiensi bank. Jika efisiensi bank tercapai maka mampu memotivasi kinerja human capital, namun pada kenyataannya tidak. Ini terbukti dari nilai efisiensi bank yang tinggi, sehingga menyebabkan tingginya aset yang menganggur di sebuah perusahaan dan tidak menciptakan efisiensi bank. Hasil dari pengujian hambatan memasuki pasar menunjukkan hubungan yang positif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Hambatan memasuki pasar tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan karena perusahaan yang terlindungi dari kompetisi dari sektornya oleh hambatan memasuki pasar yang besar akan cenderung untuk tidak 23
memotivasi karyawan mereka untuk berinovasi. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan merasa tidak akan tersaingi oleh perusahaan lain. Jadi perusahaan akan mempertahankan kinerja yang sudah ada. Hasil dari pengujian efisiensi pada investasi IC menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja intellectual capital, namun menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini mungkin disebabkan karena aktivitas inovasi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penciptaan nilai perusahaan yang mencerminkan efisiensi intellectual capital tidak hanya berhubungan dengan human capital saja. Proses inovasi yang dihasilkan oleh bank bisa ditimbulkan oleh faktor lain seperti structural capital atau physical capital. Hasil dari pengujian profitabilitas bank menunjukkan hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Hal ini disebabkan karena bank dengan profit yang baik akan cenderung terus memotivasi karyawan demi menjaga profitabilitasnya. Hal ini membawa pengaruh positif
terhadap kinerja intellectual capital. Jadi semakin tinggi
profitabilitas bank maka kinerja intellectual capital juga akan meningkat. Hasil dari pengujian resiko bank menunjukan hubungan yang negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Ini mengindikasikan bahwa variabel resiko bank menunjukkan hubungan yang negatif, ketika sebuah bank mengalami resiko maka ini akan berdampak negatif terhadap kinerja karyawan sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja intellectual capital. Dalam penelitian ini resiko bank tidak berpengaruh signifikan karena data dalam laporan keuangan sampel tidak memisahkan antara tangible asset dengan intangible asset. Dalam hal ini intangible asset sebagai proksi pengukuran resiko bank hanya dicerminkan oleh biaya karyawan, seharusnya resiko bank yang dicerminkan oleh intangible asset sebagai aset yang beresiko tidak hanya dicerminkan oleh biaya karyawan saja. Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu pada variabel investasi pada sistem IT terdapat sedikit perusahaan yang mengungkapkan secara 24
jelas biaya yang dikeluarkan untuk investasi pada sistem IT, sehingga pada penelitian ini
menggunakan proksi
lain sebagai
pengukurannya,
yaitu
menggunakan equipment cost. Dalam penelitian ini proksi tersebut diharapkan mampu mewakili untuk pengukuran dari biaya yang dikeluarkan untuk investasi pada sistem IT. Pada variabel resiko bank juga terdapat sedikit perusahaan yang mengungkapkan secara jelas nilai intangible asset dari sebuah perusahaan, sehingga pada penelitian ini menggunakan proksi lain sebagai pengukurannya, yaitu menggunakan biaya karyawan. Dalam penelitian ini proksi tersebut diharapkan mampu mewakili untuk pengukuran dari resiko bank karena biaya karyawan mencerminkan nilai dari human capital sebuah perusahaan. Sedangkan human capital merupakan salah satu komponen dari intellectual capital dan IC termasuk intangible asset atau aset tidak berwujud. Di mana dalam penelitian sebelumnya nilai dari intangible asset atau aset tidak berwujud digunakan sebagai pengukuran. Saran yang diberikan untuk penelitian mendatang, sehingga diharapkan diperoleh pemahaman yang luas mengenai determinan kinerja intellectual capital di sektor perbankan adalah diharapkan pada penelitian selanjutnya pada variabel investasi pada sistem IT menggunakan proksi biaya yang dikeluarkan untuk investasi pada sistem IT saja, atau menggunakan proksi lain yang tepat agar hasilnya lebih akurat. Diharapkan pada penelitian selanjutnya pada variabel resiko bank menggunakan proksi yang mampu mewakili resiko bank seperti nilai intangible asset atau aset tidak berwujud saja, atau menggunakan proksi lain yang tepat agar hasilnya lebih akurat. Perlu dilakukanya penelitian lebih lanjut tentang intellectual capital di Indonesia. Ini disebabkan karena masih sedikit penelitian tentang kinerja IC, terutama determinan kinerja intellectual capital.
25
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. Partiwi. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance
dengan Diamon Spesification : Sebuah Persepektif
Akuntansi. SNA VIII Solo. Bontis, N., Keow, W. dan Richardson, S. 2000. “Intellectual capital and business performance in Malaysian industries”. Journal of Intellectual capital, Vol. 1 No. 1, pp. 85-100. Bank Indonesia. Statistik perbankan Indonesia. Vol.9 No.1 januari 2011. ISSN: 2086-2954. El-Bannany, Magdi. 2008. “A study of determinants of intellectual capital performance in banks: the UK case”. Journal of Intellectual capital, Vol. 9 No. 3, pp. 487-498. Ghozali, Imam. 2007. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”. Badan penerbit UNDIP : Semarang. Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”. Badan penerbit UNDIP : Semarang. Goh, P. 2005. “Intellectual capital performance of commercial banks in Malaysia”. Journal of Intellectual capital, Vol. 6 No. 3, pp. 385-396. Kamath, G. Barathi. 2007.
“The intellectual capital performance of Indian
banking sector”. Journal of Intellectual Capital, Vol.8 No.1, pp. 96-123. Mavridis, G. Dimitrios. 2004. “The intellectual capital performance of the Japanese banking sector”. Journal of Intellectual Capital, Vol.5 No.1, pp. 99-115. Mavridis, G. Dimitrios. 2005. “Intellectual capital performance drivers in the Greek banking sector”. Journal of Intellectual Capital, Vol.6 No.1, pp. 127-140.
26
Petty, R. dan Guthrie, J. 2000. “Intellectual capital literature review : Measurement, reporting, and management”. Journal of Intellectual Capital, Vol.1 No.2, pp. 155-176. Simorangkir, O.P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank. Perbit Ghalia Indonesia. Bogor. Solikhah, Badingatus. Implikasi Intellectual Capital terhadap
Financial
Performance, Growth, dan Market Value: Studi Empiris dengan Pendekatan Simplistic Specification. SNA XIII Purwokerto. Ting, Irene Wei Kiong dan Lean, Hooi Hooi. 2009. “Intellectual capital performance of financial institutions in Malaysia”. Journal of Intellectual Capital, Vol.10 No.4, pp. 588-599. Ulum, Ihlayul. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. SNA XI Pontianak. Ulum, Ihyaul. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No.2, November 2008: 77-84. Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yalama, Abdullah dan Coskun, Metin. 2007. “Intellectual capital performance of quoted banks on the Istanbul stock exchange market”.
Journal of
Intellectual Capital, Vol.8 No.2, pp. 256-271. Yusuf dan Sawitri, Peni. Modal Intelektual dan Market Performance PerusahaanPerusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan , Vol.3 Oktober 2009. ISSN: 1858-2559
27