JEMI, Vol. 1, No. 1, Desember 2010
INTELLECTUAL CAPITAL PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA Myrna Sofia, SE, M.Si (Universitas Maritim Raja Ali Haji)
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan mengestimasi value added intellectual coeficient (VAIC) dalam pengukuran kinerja yang berbasis pada nilai pada perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama 4 tahun yaitu 2006, 2007, 2008 & 2009, dengan jumlah sample penelitian sebanyak 80 perusahaan perbankan, yang melaporkan laporan keuangan tahunan selama tahun penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang meliputi : Laporan laba rugi dan neraca, yang diperoleh dari website bank Indonesia, www.bi.go.id. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja perusahaan perbankan di Indonesia selama waktu penelitian mengalami fluktuasi, dimana dari tahun 2006 ke tahun 2007 kinerja yang diukur dari VAIC mengalami penurunan kemudian tahun 2008 mengalami peningkatan dan tahun 2009 mengalami penurunan kembali. Perbandingan VAIC antara perbankan persero dan swasta, dimana bank persero selama tahun penelitian tidak masuk sebagai top of the top performance, sedangkan perbakan swasta menduduki top of the top performance selama tahun penelitian, hal ini berarti bahwa perbankan persero belum maksimal dalam mengelola kekayaan intellectual dibandingkan perbankan swasta. Kata
kunci:
Intellectual Capital, Perbankan Indonesia, Added Intellectual Coefficient (VAIC)
Value
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya persaingan di dunia bisnis mendorong perusahaan bersaing untuk memperoleh competitive advantage. Salah satu cara yang ditempuh oleh perusahaan adalah dengan melakukan pengelolaan asset atau kekayaan perusahaan secara maksimal. Salah satu sumber asset yang terpenting dalam perusahaan adalah asset tak berwujud atau intangible asset. Menurut Harrison and Sulvann, 2000 mengatakan bahwa praktek pengelolaan aset tidak berwujud (intangible assest) telah meningkat secara dramatis sejak tahun 1990-an. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible assest tersebut adalah intellectual capital yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty and Guthrie, 2000; Sullivan and Sullivan, 2000).
65
INTELLECTUAL CAPITAL PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA
Pengukuran yang tepat terhadap intellectual capital perusahaan belum bisa ditetapkan. Contohnya, penelitian yang dilakukan oleh Pulic (1998; 2000) tidak melakukan pengukuran secara langsung terhadap IC perusahaan, tetapi Pulic mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient – VAIC™). Physical capital (VACA – value added capital employed), human capital (VAHU – value added human capital), dan structural capital (STVA – structural capital value added) merupakan komponen utama dari VAIC™ . (Ulum, 2008). Penelitian yang berkaitan dengan intellectual capital yaitu penelitian yang dilakukan oleh Firer and Williams (2003) yang menggunakan sampel 75 perusahaan publik dari 4 jenis industri di Afrika Selatan. Chen et al. (2005) melakukan hal yang sama dengan menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan. Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan masing-masing di Jepang dan India sebagai sampel. Penelitian yang berkaitan dengan IC di Indonesia, pernah dilakukan oleh Ivada (2004) yang meneliti tentang persepsi akuntan atas pengakuan dan pelaporan IC. Kemundian Astuti (2004) menguji hubungan IC terhadap kinerja perusahaan di Jawa Tengah dengan menggunakan instrument kuesioner yang dibangun oleh Bontis (1998). Serta Ivada dan Bawono (2004) mengkaji Intellectual Capital Realization Process (ICRP) terkait dengan upaya untuk memetakan dan membentuk persediaan IC bagi perusahaan. Sedangkan Setiarso (2006) mengkaji IC untuk pemberdayaan UKM. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2008), perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada jumlah sample dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2008) sampel penelitian pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 24 perusahaan sedangkan total perusahaan perbankan di Indonesia 130 sehingga, sample yang digunakan tidak dapat digunakan untuk mengeneralisir populasi,maka penulis mencoba menggeneralisir populasi dengan melakukan penelitian pada seluruh perusahaan perbankan Indonesia, baik go public maupun non go public, dimana datanya diperoleh dari publikasi laporan keuangan perusahaan perbankan Indonesia pada website Bank Indonesia. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Intellectual capital pada sektor perbankan di Indonesia? TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Intellectual capital pada sektor perbankan di Indonesia?
66
JEMI, Vol. 1, No. 1, Desember 2010
TELAAH TEORI Salah satu teori yang melatarbelakangi penelitian ini adalah teori yang berkaitan dengan stakeholder, dimana teori ini menganggap bahwa stakeholder memiliki posisi yang powerfull pada suatu perusahaan. Kelompok stakeholder yang dimaksud adalah pihak-pihak yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan/atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan. DEFINISI INTELLECTUAL CAPITAL Secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga (3) konstruk utama dari IC, yaitu: human capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Secara sederhana, HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya (Bontis et al., 2000). HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis (Hudson, 1993) dalam Ulum, 2008. SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui bisnis (Bontis et al., 2000). THE PULIC MODEL Metode VAIC™ dikembangkan oleh Pulic (1998) didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. (Ulum, 2008) Outputs (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar. Inputs (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah capital employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. (Ulum, 2008). Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. ‘Value Added Human Capital’ (VAHC) menunjukkan berapa
67
INTELLECTUAL CAPITAL PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA
banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan coefisien-coefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAIC™: METODE PENELITIAN Populasi dan Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang beroperasi di Indonesia sampai dengan tahun 2009 dan secara rutin (tri wulan) melaporkan posisi keuangannya kepada Bank Indonesia (BI). Berdasarkan data BI jumlah bank di Indonesia per Desember 2009 adalah 151 bank yang terdiri dari bank persero 5 perusahaan, bank umum swasta nasional (BUSN) devisa 45 bank, bank umum swasta nasional non devisa sebanyak 36 bank, bank pembangunan daerah (BPD) 36 bank, bank campuran 28 perusahaan dan bank asing sebanyak 11 bank Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu bank-bank yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan periode Desember 2006, 2007, 2008 dan 2009. Berdasarkan kriteria tersebut diatas diperolehlah jumlah sampel peelitian sebanyak 80 perusahaan yang melaporkan laporan keuangan selama tahun penelitian dan lengkap sehingga sisa dari 151 dikurang 80 bank yaitu sebanyak 71 bank yang tutup, merger dan tidak melaporkan laporan keuangan ke BI selama tahun penelitian. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing bank, yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan periode Desember 2006, 2007, 2008 dan 2009. Laporan keuangan tersebut diperoleh melalui website resmi BI (www.bi.go.id), website resmi masing-masing bank. Justifikasi ini ditegaskan oleh Sekaran (2003) dan Cooper & Emory (1995) dalam Ulum, 2008 bahwa data sekunder salah satunya dapat diperoleh melalui internet. Teknik Analisis Data Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa penelitian ini menggunakan model Pulic (VAICTM) untuk menyusun rangking perbankan di Indonesia. Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja IC yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU),dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998; 1999; 2000).
68
JEMI, Vol. 1, No. 1, Desember 2010
Formulasi perhitungan VAIC™ adalah sebagai berikut: VA = OUT-IN Ket : Output (OUT) Total penjualan dan pendapatan lain. Input (IN) Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan). Value Added (VA) Selisih antara Output dan Input VACA = VA/CE Ket : VACA = Value Added Capital Employed CE = Capital Employed – Dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih). Rasio dari VA terhadap CE. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. VAHU = VA/HC Ket : Human Capital (HC) – Beban karyawan. Value Added Human Capital (VAHU) – Rasio dari VA terhadap HC. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi. STVA = SC/VA Ket: Structural Capital (SC) – VA - HC Structural Capital Value Added (STVA) – Rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai: Dari konstruk diatas value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) – Mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi. Dan VAIC™ dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAICTM = VACA + VAHU + STVA HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN Gambaran Umum Sektor Perbankan di Indonesia Data dari Bank Indonesia yang secara resmi dipublikasi pada bulan Februari 2010 menunjukkan bahwa sistem perbankan Indonesia terdiri dari enam (6) jenis bank, yaitu: Bank Persero (5), BUSN Devisa (45), BUSN Non-Devisa (36), BPD (26), Bank Campuran (28), dan Bank Asing (11). Gambar 1 di bawah ini menunjukkan komposisi jumlah masing-masing jenis bank di Indonesia. Ditinjau dari segi kepemilikan aset, bank persero memiliki nilai aset terbesar pada tahun 2006, disusul BUSN Devisa. Hal ini terjadi sampai tahun–tahun berikutnya yaitu tahun 2007, 2008 & 2009 dimana nilai aset persero tetap lebih unggul jika dibandingkan dengan BUSN Devisa. Gambar 2 berikut ini mengilustrasikan nilai aset masing-masing jenis bank.
69
INTELLECTUAL CAPITAL PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA
Gambar 1: Jumlah Bank di Indonesia Berdasarkan Jenis
Bank Persero 11 5 28
BUSN Devisa
45
BUSN Non Devisa BPD 26
Bank Campuran
36
Bank Asing
Gambar 2: Nilai Aset Bank di Indonesia (dalam Jutaan Rupiah) 1,200,000,000 1,000,000,000 800,000,000 600,000,000 400,000,000 200,000,000 2006 Bank Persero BPD
2007 Bank Devisa Bank Campuran
2008
2009
Bank Non Devisa Bank Asing
Berbeda dengan jumlah kredit yang disalurkan berdasarkan sektor ekonomi. BUSN Devisa menyalurkan hampir 40% dari total kredit yang disalurkan dunia perbankan Indonesia pada tahun 2006 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 1 % yaitu sebesar 41% sedangkan tahun 2008 turun 1% menjadi 40% dan tahun 2009 tetap 40%. Untuk bank persero tahun 2006 menyalurkan hampir 36% dari total kredit yang disalurkan dunia perbankan, tahun 2007 turun menjadi 35%, tahun 2008 naik menjadi 36% dan tahun 2009 naik lagi menjadi 39%. Hal ini menunjukkan bahwa BUSN devisa lebih banyak menyalurkan kredit daripada bank persero meskipun dari jumlah asset yang dimiliki oleh BUSN devisa lebih rendah dari jumlah asset bank persero. Gambar 3: Persentase Kredit yang Disalurkan Pada Sektor Perbankan
70
JEMI, Vol. 1, No. 1, Desember 2010
Deskriptive Statistik Nilai mean pendapatan dan beban operasional masing-masing jenis bank ditunjukkan di tabel 1. Tabel 1: Rata-rata Jumlah Pendapatan dan Beban (dalam jutaan rupiah)
Kategori Revenue Expense
2006 2007 2008 2009 2,233,895 2,268,221 2,700,249 3,131,517 1,648,805 1,601,516 2,002,680 2,154,437
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan di sektor perbankan mampu memperoleh pendapatan lebih dari 2 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan di tahun 2006 dan 2007. Sedangkan tahun 2008 & 2009 selisih antara pendapatan dan beban tidak mencapai dua kali lipat, dimana tahun 2008 selisih antara pendapatan dan beban hanya Rp 700.000. Tabel 2: Mean of HC, CE and VA (in million Rp) Kategori HC CE VA SC
2006 294.558 2.332.819 879.649 585.091
2007 354.152 2.574.777 1.020.858 666.705
2008 409.568 2.717.243 1.107.137 697.569
2009 457.479 3.265.324 1.395.415 937.936
Tabel 2 dan tabel 3 masing-masing menjelaskan nilai mean dari HC,CE,VA dan SC (tabel 2) serta nilai mean dari VAHC,VACE,SCVA dan VAIC (tabel 3). Tabel 3: Mean of VAHC, VACE, SCVA and VAIC
Kategori
2006
2007
2008
2009
VAHC
3.1742 2.7715 2.9806 2.6215
VACE
0.4282 0.3616 0.3415 0.3176
SCVA
3.4038 2.6515 2.9431 2.5361
VAIC
4.0327 3.7091 3.8031 3.3640
Terjadi penurunan nilai VAIC (BIP) sektor perbankan tahun 2007 dibandingkan pada tahun 2006. Penurunan ini disebabkan karena faktor yang membentuk VAIC, yaitu VAHC, VACE dan SCVA juga mengalami penurunan. Nilai mean VAIC tahun 2006 adalah 4,03 turun hingga 3.71 pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 naik menjadi 3.80 sedangkan pada tahun 2009 turun menjadi 3.36.
71
INTELLECTUAL CAPITAL PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA
Peringkat Bank Berdasarkan BPI (VAIC) Hasil perhitungan kinerja IC berdasarkan model VAIC masingmasing bank diklasifikasikan ke dalam 4 kategori, yaitu: (1) Top performers – skor VAICTM diatas 3 (2) Good performers – skor VAICTM antara 2,0 sampai 2,99 (3) Common performers – skor VAICTM antara 1,5 sampai 1,99 (4) Bad performers – skor VAICTM dibawah 1,5 Secara keseluruhan rata-rata skor VAICTM sample penelitian ini mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada peringkat “top performance” Secara keseluruhan terdapat 5 bank teratas yang masuk kedalam top performance. Berikut jenis bank dan tahun penelitian top performance dengan urutan 1 sampai 5 secara keseluruhan. Tabel 4 Peringkat Top Performance Bank (1-5) Secara Keseluruhan No. 1 2 3 4 5
Tahun 2006 Bank Woori Indonesia ‘(C) Bank Keb Indonesia (BPD) ANZ Panin Bank ‘(C) Bank Sumitomo Mitsui Indonesia‘( C) The Hongkong & Shanghai B.C ‘(A)
2007 Bank Woori Indonesia ‘(C) Bank Keb Indonesia (BPD) PT. Bank UOB Indonesia‘(C ) ANZ Panin Bank ‘(C)
2008 Bank Woori Indonesia ‘(C) Bank Keb Indonesia (BPD) PT. Bank UOB Indonesia‘(C ) PT. Bank Maybank Syariah Indonesia(‘C)
2009 Bank Woori Indonesia ‘(C) Bank Keb Indonesia (BPD) PT. Bank UOB Indonesia‘(C ) PT. Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (‘C)
PT. Bank Mestika (D)
PT. Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (‘C)
PT. Bank Maybank Syariah Indonesia(‘C)
Ket. (A) = Bank Asing,( C) = Bank Campuran, (D) = Bank BUSN Devisa
Dari table 4 diatas dapat dianalisis bahwa selama tahun penelitian secara umum top performance yang tertinggi dengan rangking top performance 1 sampai 5 diduduki mayoritas oleh bank campuran. Sedangkan bank persero tidak bisa menduduki peringkat 1 sampai 5, hal ini menunjukkan bahwa bank Woori Indonesia yang paling efisien dalam menggunakan kekayaannya dibandingkan dengan bank lainnya. Hal ini berkaitan dengan kebijakan tentang pengelolaan tenaga kerja. Bank Woori mampu menciptakan value added yang lebih baik dengan menggunakan input yang lebih minimal. Sedangkan jika dilihat dari jenis bank dan tahun penelitian bank yang termasuk dalam top performance adalah sebagai berikut. Tabel 5 Peringkat Top Performance Berdasarkan Jenis Bank dan Tahun No.
Jenis Bank
1
Asing
2 3
BPD Campuran
4
BUSN Devisa
5
BUSN Non Devisa
6
Persero
Tahun 2006 The Hongkong & Shanghai BPD Kaltim Bank Woori Indonesia Bank Pan Indonesia, Tbk PT. Liman Internasional Bank PT. Bank Mandiri, Tbk
2007 The Bank Tokyo Mitshubishi BPD Kaltim Bank Woori Indonesia Bank Mestika
2008 City Bank N.A
PT. Liman Internasional Bank PT. Bank Rakyat Indonesia
Bank Harda Internasional
72
BPD Kaltim Bank Woori Indonesia Bank Mestika
PT. Bank Mandiri, Tbk
2009 The Bank Tokyo Mitshubishi BPD Kaltim Bank Woori Indonesia Bank Mestika Bank Pundi Indonesia PT. Bank Mandiri, Tbk
JEMI, Vol. 1, No. 1, Desember 2010
Berdasarkan table 5 diatas bahwa untuk jenis bank asing, The Bank Tokyo Mitshubishi mengungguli peringkat teratas top performance selama dua tahun yaitu tahun 2007 & 2008, sedangkan untuk bank BPD selama 4 tahun berturut turut Bank Kaltim menduduki rangking teratas sebagai top performance. Pada jenis bank campuran bank Woori Indonesia menduduki sebagai top performance selama empat tahun berturut-turut. Bank BUSN Devisa yaitu bank Mestika menduduki rangking teratas top performance selama 3 tahun mulai tahun 2007 sampai tahun 2009. Pada Bank BUSN Non Devisa rangking teratas untuk top performance adalah PT. Liman Internasional Bank yang mengungguli peringkat teratas dari top performance selama dua tahun yaitu tahun 2006 dan tahun 2007. Sedangkan untuk bank persero peringkat teratas dari top performance adalah bank Mandiri, Tbk selama tiga tahun yaitu tahun 2006, 2008 dan 2009 sedangkan pada tahun 2007 diduduki oleh Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Sedangkan bank yang masuk dalam kategori “Bad performers” secara keseluruhan berjumlah 22 bank dimana tahun 2006 sebanyak 6 bank, tahun 2007 menjadi 5 bank, dan tahun 2008 mencapai 7 serta pada tahun 2009 mencapai 5 bank. Secara keseluruhan jumlah bank yang masuk bad performances yang paling banyak adalah tahun 2008, hal ini mungkin disebabkan oleh krisis ekonomi yang terjadi selama tahun 2008, sebagaimana disajikan dalam tabel 6 berikut: Tabel 6 Daftar Nama Bank yang Masuk “Bad Performance” Secara Keseluruhan
Tahun 2006 PT BANK BISNIS INTERNASIONAL (Non Devisa) PT.BANK GANESHA (Devisa) PT BANK ANDARA (Non Devisa) PT BANK MAYORA (Non Devisa) PT NATIONALNOBU (Non Devisa)
Tahun 2007
Tahun 2008
PT BANK ARTOS INDONESIA (Non Devisa)
PT BANK ARTOS INDONESIA (Non Devisa)
PT BANK HARDA INTERNASIONAL (Non Devisa) PT NATIONALNOBU (Non Devisa) PT. BPD SUMSEL & BABEL (BPD) BANK WINDHU KENJANA INTERNASIONAL, TBK (Campuran)
PT. BANK MAYAPADA IMTER TBK (Devisa)
PT BANK MAYORA (Non Devisa) PT.BANK HANA (Devisa) PT. BANK MUTIARA (Devisa) PT BANK PUNDI INDONESIA (Non Devisa) PT BANK ANDARA (Non Devisa) PT. BANK OCBC NISP, TBK (Devisa)
Tahun 2009 PT.BANK (Devisa)
HANA
PT BANK ARTOS INDONESIA (Non Devisa) PT. BANK PERSONA PERDANA (Campuran) PT BANK ANDARA (Non Devisa) PT.BANK GANESHA (Devisa)
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perusahaan perbankan yang masuk kedalam bad performance pada tahun 2006 bank BUSN Non Devisa 4 bank, BUSN Devisa 2 bank, tahun 2007 BUSN Non devisa 3 bank, BPD 1 bank dan Campuran 1 bank, tahun 2008 BUSN Non Devisa 4 bank, BUSN Devisa 3 bank sedangkan tahun 2009 BUSN Devisa 2, BUSN Non Devisa 2 bank, dan bank Campuran 1. Secara keseluruhan jenis bank yang paling mendominasi masuk sebagai bad performances adalah bank BUNS Non Devisa yaitu yang berjumlah 13 bank.
73
INTELLECTUAL CAPITAL PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA
Penggunaan model Pulic (VAICTM) menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam mengelola dan memaksimalkan kekayaan intelektualnya untuk menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama 4 tahun periode akuntansi Bank Woori Indonesia Tbk yang merupakan representasi dari top of the top performance yang merupakan bank campuran yang memiliki skor VAICTM paling tinggi. Dimana bank persero tidak bisa mencapai top of the top performance. Hal ini menarik karena total aset bank persero, yang lebih besar dibandingkan bank campuran atau bank lainnya. Temuan ini juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan, bank persero belum mampu mengungguli dalam menggunakan kekayaannya dibandingkan dengan bank swasta. Termasuk dalam hal ini adalah kebijakan tentang pengelolaan tenaga kerja. Bank swasta secara umum memiliki strategi yang lebih ‘intellect’ dibandingkan bank persero. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa bank swasta mampu menciptakan value added yang lebih baik dengan menggunakan input yang lebih minimal. Dengan kata lain, bank persero cenderung melakukan “investasi” yang cenderung berlebihan’ di bagian tenaga kerja. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat fluktuasi kinerja bank-bank di Indonesia dari tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 ditinjau dari perspektif intellectual capital. Secara keseluruhan, IC performance sektor perbankan mengalami fluktuasi dimana tahun 2006 relatif lebih baik pada tahun 2007 dan 2008 mengalami peningkatan sedikit tapi tahun 2009 kembali turun. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah bank yang masuk kategori “top performers” di tahun 2006 berjumlah 54 bank, tahun 2007 turun menjadi 52 bank dan tahun 2008 naik lagi menjadi 54 bank sedangkan tahun 2009 jumlah bank yang masuk kedalam top performance turun menjadi 46 bank. KETERBATASAN Beberapa keterbatasan penelitian ini antara lain: 1. 2.
3.
Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan menyertakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bank Indonesia. Di samping itu, periode waktu penelitian dapat diperpanjang (misalnya untuk 5 tahun) agar dapat dilakukan analisis yang lebih objektif terhadap tren kinerja IC masing-masing bank. Untuk penelitian selanjutnya bisa melakukan pengujian pengaruh IC terhadap performance pada perusahaan yang dijadikan sample penelitian ini.
74
JEMI, Vol. 1, No. 1, Desember 2010
DAFTAR PUSTAKA Astuti, Partiwi Dwi. 2004. “Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance”. Tesis. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang. Bontis, N. 1998. “Intellectual capital: an exploratory study that develops measures and models”. Management Decision, Vol. 36 No. 2, p. 63. Bontis, N., Keow, W.C.C., Richardson, S. 2000. “Intellectual capital and business performance in Malaysian industries”. Journal of Intellectual Capital Vol. 1 No. 1. pp. 85-100. Chen, M.C., Cheng, S.J., Hwang, Y. 2005. “An empirical investigation of the relationship between intellectual capital and firms’ market value and financial performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 N0. 2. pp. 159-176 Firer, S. and Williams, S.M. 2003. “Intellectual capital and traditional measures of corporate performance”. Journal of Intellectual Capital Vol. 4 No. 3. pp. 348-360. Harrison, S., and Sullivan, P.H. 2000. “Profitting form intellectual capital; Learning from leading companies”. Journal of Intellectual Capital Vol. 1 No. 1. pp. 33-46. Ivada, Elvia. 2004. “Persepsi Akuntan atas Pengakuan dan Pelaporan Intelectual Capital”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3 NO. 2: 153-166 Ivada, Elvia dan Bawono, Andy Dwi Bayu. 2006. “Intellectual Capital Realization Process (ICRP), Sebuah Upaya Memetakan dan Membentuk Persediaan Intellectual Capital bagi Perusahaan”. BENEFIT Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 10 (2). pp. 177-193. Kamath, G.B. 2007. “The intellectual capital performance of Indian banking sector”. Journal of Intellectual Capital Vol. 8 No. 1. pp. 96-123. Petty, P. and Guthrie, J. 2000. “Intellectual capital literature review: measurement, reporting and management”. Journal of Intellectual Capital, Vol. 1 No. 2, pp. 155-75. Pulic, A. 1998. “Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy”, available at: www.measuring-ip.at/OPapers/Pulic/Vaictxt/vaictxt.html (accessed December 2006) Pulic, A. 2000. “VAICTM – an accounting tool for IC management”, available at: www.measuring-ip.at/Papers/ham99txt.htm (accessed November 2006). Setiarso, Bambang. 2006. Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) dan Modal Intelektual (Intellectual Capital) Untuk Pemberdayaan UKM. Available at: www.ilmukomputer.com (accessed April 2007). Sekaran, U. 2003. “Research methods for business, a skill building approach” 4th ed. John Wiley & Sons, Inc. NY. Ulum, Ihyaul. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 10 No. 2, November 2008: 77-84.
75
INTELLECTUAL CAPITAL PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA
76