ANALISIS KINERJA BIDANG KEBUDAYAAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SEMARANG (Penanganan Lunturnya Nilai-Nilai Budaya Masyarakat di Kota Semarang) Oleh : Sarwo Edi dan Dyah Hariani1 Email :
[email protected] ABSTRACT The era of globalization, the erosion of local culture in Indonesia, declining interest and public concern Semarang city of art and culture, and performance Cultural Affairs D.C.T Semarang into the background in this study. The research objective to analyze the performance of Cultural Affairs D.C.T Semarang and describe the factors supporting and inhibiting performance of Cultural Affairs D.C.T Semarang in dealing with the erosion of cultural values of the people in the city of Semarang. This study uses the theory of organizational performance with five dimensions of organizational performance namely productivity, quality of service, responsiveness, responsibility, and accountability, while also enabling and inhibiting factors are derived from the internal and external environments. The approach used qualitative descriptive. The technique of collecting data through interviews, documentation, and literature study with employees of Cultural Affairs D.C.T informant Semarang. The results showed that the performance of Cultural Affairs D.C.T Semarang in handling the erosion of cultural values of the people in the city of Semarang can be said is good, but not yet maximal because there are constraints on the dimensions of productivity and quality of service that is the lack of coordination and cooperation and the lack of community participation. Supporting factors such as the objectives in the Strategic Plan 2010-2015 D.C.T Semarang year, the organizational structure is very good, quality human resources, the attitude of discipline and mutual cooperation, RPJMD policy, economic conditions and their budgets, community participation when a big event, and public criticism and suggestions. While the inhibiting factors that limited human resources, regulations, central and local government is so strict about the grant, the absence of authority in the national film industry, certification of cultural heritage, and preservation of the Java language, limited budget, and lack of participation, interest and public awareness to conservation culture. Suggested of Cultural Affairs can improve productivity, maximize cooperation has been established, adding cooperation networks, and coordinate with the Central Government and R.E.A Semarang. Keywords: Globalization, Performance, Culture 1
Departemen Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro.
1
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era
globalisasi
merupakan
era
dianut
oleh
suatu
negara
keterbukaan dan kebebasan yang
menyebar
membawa
dan
informasi dan komunikasi dengan
negatif bagi suatu negara, salah
cepat tanpa terkendali, nilai-nilai
satunya negara Indonesia, dampak
budaya asing tersebut dibawa oleh
positif yang dibawa oleh globalisasi
negara-negara maju yang sejatinya
yaitu berupa pesatnya kemajuan
menjadi aktor utama dari globalisasi
IPTEK
dan
saat ini, karena merekalah yang lebih
Teknologi), pesatnya perkembangan
unggul dalam menguasai IPTEK,
IPTEK
dengan
mereka berusaha menyebarkan dan
perkembangan teknologi informasi
menanamkan nilai-nilai budaya yang
dan
dengan
ada di negara mereka ke seluruh
berkembangnya teknologi informasi
negara-negara di dunia termasuk di
dan komunikasi, kini jarak bukanlah
Indonesia.
dampak
(Ilmu
ini
positif
Pengetahuan
ditunjukkan
komunikasi,
menjadi sebuah hambatan lagi dalam berinteraksi,
hal
inilah
melalui
yang
teknologi
Kini, nilai-nilai budaya asing
yang
yang sudah lama masuk ke negara
sekaligus memicu dampak negatif
kita
dari
sendiri
mengikis nilai-nilai budaya lokal
diantaranya yaitu masuknya nilai-
yang kita miliki. Beberapa hal yang
nilai budaya asing yang tidak sesuai
termasuk budaya lokal diantaranya
dengan
adalah cerita rakyat, lagu daerah,
globalisasi
nilai-nilai
itu
budaya
yang
2
lama-kelamaan
semakin
3
ritual
kedaerahan,
istiadat
diharapkan menjadi Kota Tujuan
daerah, dan segala sesuatu yang
Wisata yang berdaya saing, dapat
bersifat kedaerahan.
melayani
Dinas
adat
Kubudayaan
dan
maupun
wisatawan wisatawan
nusantara
mancanegara.
Pariwisata merupakan salah satu
Tercapainya Visi tersebut hanya
Satuan
Daerah
akan terlaksana jika Misi organisasi
tugas
dijalankan dengan baik, Misi Dinas
melaksanakan urusan pemerintahan
Kebudayaan dan Pariwisata Kota
daerah di bidang kebudayaan dan
Semarang yaitu:
pariwisata berdasarkan azas otonomi
1) Mewujudkan
Kerja
(SKPD)
dan
Perangkat
yang
tugas
mempunyai
perbantuan.
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang memiliki Visi “Semarang Sebagai Kota Tujuan Wisata yang Berdaya
Saing”.
“yang
Berdaya
sumber
daya
manusia (SDM) pariwisata yang berkualitas dan profesional. 2) Mewujudkan
pelestarian
nilai-
nilai budaya, kesenian tradisional dikalangan
masyarakat,
serta
Saing” artinya sarana dan prasarana
benda cagar budaya dan bangunan
pariwisata
bersejarah.
yang
dimiliki
seperti
hotel, restoran maupun rumah makan
3) Meningkatkan
kualitas
dan
bersaing dengan kota metropolitan
kuantitas keanekaragaman obyek
lain
Semarang
dan daya tarik budaya dan wisata.
menjadi setara. Jadi, Visi tersebut
4) Meningkatkan kualitas sarana dan
sehingga
Kota
mengandung pengertian bahwa lima
jasa,
tahun ke depan Kota Semarang
dengan
budaya
dan
pariwisata
memfasilitasi
dan
4
meningkatkan
kerjasama
antar
pelaku budaya dan pariwisata. Berdasarkan dapat
hal
tersebut,
disimpulkan bahwa Dinas
menjaga kelestarian budaya baik benda maupun tak benda yang dimiliki
Kota
Semarang.
Kota
Semarang sebagai salah satu kota
Kebudayaan dan Pariwisata Kota
budaya
yang
Semarang berperan dan memiliki
panjang
dan
wewenang
dalam
selama 468 tahun. Kota Semarang
lunturnya
nilai-nilai
menangani budaya
memiliki
memiliki telah
sejarah
berkembang
berbagai
potensi
dan
masyarakat di Kota Semarang, dalam
warisan budaya baik benda maupun
hal
studi
tak benda yang berkembang dan
pengamatan di Bidang Kebudayaan,
diwariskan dari generasi ke generasi,
dimana
beberapa
ini
peneliti
memilih
Bidang
Kebudayaan
warisan
berupa
menangani urusan pemerintah daerah
bangunan
di bidang kebudayaan. Permasalahan
terkenal
lunturnya
Lawangsewu, Masjid Kauman dan
budaya
yang
yang
merupakan salah satu bidang yang
nilai-nilai
benda
budaya
cagar
merupakan
budaya
diantaranya
Blenduk,
yaitu:
masyarakat Kota Semarang telah
Layur,
menjadi salah satu isu strategis di
Tambaksari, Klenteng Tay Kak Sie,
dalam Renstra Dinas Kebudayaan
Mercusuar Tanjung Mas, dan masih
dan Pariwisata Kota Semarang tahun
banyak lagi yang tidak biasa peneliti
2010-2015, salah satu wujud dari
sebutkan satu persatu. Sedangkan
penanganan
nilai-nilai
beberapa warisan budaya yang tak
budaya itu sendiri dengan tetap
benda diantaranya yaitu yang telah
lunturnya
Greja
yang
Stasiun
5
mendapatkan
pengakuan
secara
jenis budaya berdasarkan kategori
internasional (seperti: batik, keris,
yang
wayang
mendapat
Permendikbud Nomor 106 Tahun
pengakuan nasional (seperti: lumpia,
2013 tentang Warisan Budaya Tak
bandeng presto, warag ngendhok).
Benda Indonesia yang dapat dilihat
Selain itu juga ada beberapa jenis-
pada
kulit)
dan
ditetapkan
Tabel
1.1
dalam
berikut:
Tabel 1.1 Jenis- jenis Warisan Budaya Tak Benda Kota Semarang No 1
Kategori Tradisi dan ekspresi (termasuk bahasa)
lisan
Seni pertunjukan
2
3
4
5
Adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan
Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta Keterampilan dan kerajinan tradisional
Jenis Mata Budaya Penganten Semarangan (Manten Kaji) Dialek Semarangan Rumah Semarangan (sulur bangunan) Gambang Semarangan dan Tariannya Gending-gending Semarangan (Prau Layar, Modernisasi Desa, Simpang Lima Ria) Ketoprak Wayang kulit Trutuk Wayang Orang Pusat Kesenian Sobokarti (pusat kegiatan berlatih dan kegiatan berkesenian) Tradisi Dugderan dan Warak Ngendog (ritus perayaan) Sesaji Rewanda (Goa Kreo Gunungpati) Kirab Bende Nangkasawit Ruwatan Pengetahuan dan kebiasaan tentang alam dan pengaruhnya pada corak pada seni batik dan kuliner. Merawat Mata Air. Batik Semarangan dan perkembangannya Kuliner: Lunpia (Lungpia); Bandeng Presto; Mie Kopyok, Tahu Gimbal, Wedang Tahu dan Wingko Babat, Roti Ganjel Rel dan Gulai Bustaman.
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2015
Hal bahwa
tersebut
Kota
kekayaan dilestarikan,
menunjukkan
Semarang
budaya namun
karena pengaruh tren globalisasi,
memilki
minat dan kepedulian masyarakat
harus
Kota Semarang terhadap seni dan
sayangnya
budaya semakin menurun, hal ini
yang
6
dapat kita amati bahwa dari jumlah
jumlah grup kebudayaan terhadap
grup kesenian di Kota Semarang
10.000
selama 3 tahun terkahir (2013-2015)
relatif kecil. Hal ini menunjukkan
menunjukkan peningkatan dari 200
bahwa masih kurang responsifnya
buah pada tahun 2013 menjadi 415
masyarakat
buah pada tahun 2015, demikian pula
tradisional Kota Semarang. Berikut
rasio
gambaran
jumlah
grup
kebudayaan
jumlah
penduduk
terhadap
perkembangan
masih
budaya
jumlah
terhadap 10.000 jumlah penduduk
grup kebudayaan Kota Semarang
Kota Semarang yaitu dari 1,26 pada
selama
tahun 2013 menjadi 2,60 pada tahun
sebagaimana dalam tabel 1.2 berikut
2015. Namun jika dilihat dari rasio
:
3
tahun
(2013-2015)
Tabel 1.2 Rasio Grup Kebudayaan Kota Semarang Tahun 2013-2015 Tahun Uraian Jumlah Grup Kebudayaan
2013
2014
2015
200
354
415
1.581.014 1.583.188 1.596.036
Jumlah Penduduk
1,26
Rasio/10.000 penduduk
2,23
2,60
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2015 (data diolah)
Berdasarkan
tersebut,
nilai budaya masyarakat di Kota
maka untuk melihat sejauh mana
Semarang dapat dilihat dari capaian
peran
dan
indikator kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang pada
Dinas
hal
Kebudayaan
Pariwisata
Kota
Semarang
khususnya
Bidang
Kebudayaan
dalam menangani lunturnya nilai-
urusan
Kebudayaan.
Capaian
indikator kinerja Dinas Kebudayaan
7
dan Pariwisata Kota Semarang pada
dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut:
urusan Kebudayaan tahun 2011-2015 Tabel 1.3 Capaian Indikator Kinerja Program RPJMD pada Urusan Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2011-2015 N O A 1
2011 INDIKATOR Realisasi Target /% Program Pengembangan Nilai Budaya Meningkatkan pelestarian nilai 4 Keg tradisional adat 3 Keg (133,33) budaya sebesar
2012 Realisasi Target /%
KINERJA 2013 Realisasi Target /%
2014 Realisasi Target /%
2015 Realisasi Target /%
3 Keg
2 Keg (66,67)
3 Keg
4 Keg (133,33)
3 Keg
4 Keg (133,33)
3 Keg
4 Keg (133,33)
3 Keg
1 Keg (33,33)
3 Keg
2 Keg (66,67)
3 Keg
5 Keg (166,67)
3 Keg
5 Keg (166,67)
3 Keg
7 Keg (233,33)
3 Keg
7 Keg (233,33)
3 Keg
7 Keg (233,33)
3 Keg
7 Keg (233,33)
10% per tahun B 1
C 1
D 1
Program PengelolaanKekayaan Budaya Meningkatkan pelestarian 4 Keg kekayaan 3 Keg (133,33) budaya sebesar 10% per tahun
Program Pengelolaan Keragaman Budaya Meningkatkan pelestarian kekayaan seni 8 Keg 7 keg 5 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg budaya daerah (266,67) (233,33) (166,67) sebesar 10% per tahun Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Seni Budaya Daerah Meningkatkan kerjasama 5 Keg 0 Keg 0 Keg pengelolaan 3 Keg 3 Keg 3 Keg (166,67) (0) (0) kekayaan seni budaya daerah
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2015 (data diolah)
Tabel
1.3
menunjukkan
yang fluktuatif. Berdasarkan latar
bahwa kinerja Bidang Kebudayaan
belakang
yang
dipaparkan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
sebelumnya,
Kota Semarang tahun 2011-2015
menyusun dan melakukan penelitian
mengalami capaian realisasi kinerja
dengan
peneliti
judul,
hendak
“ANALISIS
8
KINERJA KEBUDAYAN
Kota Semarang.
DINAS
KEBUDAYAAN
DAN
PARIWISATA
KOTA
SEMARANG Lunturnya
nilai budaya masyarakat di
BIDANG
(Penanganan Nilai-Nilai
Budaya
1.3 Kerangka Pemikiran Teoritis 1.3.1 Kinerja Organisasi Kinerja
organisasi
merupakan
pencapaian hasil (outcome) pada
Masyarakat di Kota Semarang)”.
level atau unit analisis organisasi.
1.2 Tujuan Penelitian
Kinerja pada level organisasi terkait
1) Menganalisis kinerja Bidang Kebudayaan
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Semarang
dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi,
dan
manajemen
organisasi (Sudarmanto, 2009: 7).
dalam
Bastian
menggambarkan
menangani lunturnya nilai-
kinerja organisasi tentang tingkat
nilai budaya masyarakat di
pencapaian pelaksanaan tugas dalam
Kota Semarang.
suatu
2) Mendeskripsikan faktor
pendukung
dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan
dan visi organisasi (Nogi, 2005:
Dinas
175). Dimensi atau indikator kinerja
Kebudayaan dan Pariwisata
merupakan
Kota
menjadi
ukuran
kineja.
Ukuran-ukuran
Semarang
upaya
faktor-
penghambat kinerja Bidang Kebudayaan
organisasi,
dalam
menangani lunturnya nilai-
aspek-aspek dalam
yang menilai tersebut
dijadikan tolak ukur dalam menilai
9
kinerja. Indikator kinerja organisasi adalah
ukuran
kualitatif tingkat
kuantitatif
yang
dan
menggambarkan
pencapaian
sasaran
atau
Di sisi lain Dwiyanto dkk (2002: 48-49) dalam Nogi (2005: 176-178)
mengemukakan
dari tingkat kinerja suatu organisasi
tujuan (Bastian, dalam Nogi, 2005:
publik
175) yang telah ditetapkan dengan
berikut:
memperhitungkan
1. Produktivitas,
elemen-elemen
secara
lengkap
indikator berikut:
2. Kualitas layanan,
1. Indikator masukan (inputs),
3. Responsivitas,
2. Indikator keluaran (outputs),
4. Responsibilitas,
3. Indikator hasil (outcomes),
5. dan Akuntabilitas.
4. Indikator manfaat (benefits), 5. dan Indikator dampak (impacts). Selanjutnya,
Kumorotomo,
ukuran
sebagai
Berdasarkan berbagai dimensi kinerja yang sudah ada, maka peniliti ingin
memfokuskan
hanya
pada
1996 dalam Sudarmanto (2009: 16-
beberapa dimensi saja, diantaranya
17)
adalah:
merumuskan
4
indikator
penilaian terhadap kinerja organisasi,
Produktivitas.
yaitu:
Kualitas layanan.
a. Efisiensi,
Responsivitas.
b. Efektivitas,
Responsibilitas.
c. Keadilan,
Akuntabilitas.
d. dan Daya tanggap.
1.3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja Organisasi
10
Kinerja
organisasi
tidak
hanya
a) Beban Tugas;
dipengaruhi oleh kinerja individual
b) Paradigma Bekerja;
atau
c) Unsur
kinerja
tim
saja,
namun
3P
(Personalia,
dipengaruhi oleh faktor yang lebih
Pembiayaan dan Prasarana dan
luas dan kompleks, misalnya faktor
Sarana);
lingkungan internal dan eksternal.
d) Niat dan Kemauan Bekerja Keras.
(Atmosoeprapto, 2001: 11-19 dalam
Berdasarkan berbagai faktor
Nogi, 2005: 181) mengemukakan
pendukung dan penghambat yang
faktor internal dan faktor eksternal
mempengaruhi
berikut ini:
yang sudah dipaparkan di atas, maka
1. Faktor eksternal
peneliti ingin memfokuskan hanya
kinerja
a. Faktor politik,
pada
b. Faktor ekonomi,
diantaranya adalah:
c. dan Faktor sosial.
a) Faktor
2. Faktor internal
beberapa
organisasi
faktor
lingkungan
internal
meliputi:
a. Tujuan organisasi,
1) Tujuan Organisasi.
b. Struktur organisasi,
2) Struktur Organisasi.
c. Sumber daya manusia,
3) Sumber Daya Manusia.
d. Budaya organisasi.
4) Budaya Organisasi.
Menurut Masana Sembiring (2012:
111-112)
mempengaruhi
saja,
faktor
kinerja
pemerintah antara lain:
yang
organisasi
b) Faktor
lingkungan
meliputi: 1) Faktor Politik. 2) Faktor Ekonomi.
eksternal
11
3) Faktor Sosial.
pengumpulan
data
melalui
1.3.3 Kebudayaan
wawancara, dokumentasi, dan studi
Budaya atau kebudayaan berasal dari
kepustakaan
bahasa Sanskerta, yaitu buddhaya,
pegawai
dan merupakan bentuk jamak dari
Disbudpar Kota Semarang. Dalam
buddhi (budi dan akal, diartikan
menguji
sebagai
data, peneliti menggunakan teknik
hal-hal
yang
berkaitan
dengan Bidang
kualitas
informan Kebudayaan
data/keabsahan
dengan budi dan akal manusia.
triangulasi dengan sumber.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
disebut culture, yang berasal dari
2.1 Kinerja Bidang Kebudayaan dalam Menangani Lunturnya Nilai-Nilai Budaya Masyarakat di Kota Semarang
kata Latin Colere, yaitu mengolah tanah atau bertani. Kata culture
2.1.1 Produktivitas kadang
diterjamahkan
sebagai Produktivitas Bidang Kebudayaan
“kultur” dalam bahasa Indonesia. dalam penelitian ini dilihat dari Kebudayaan atau culture adalah kesesuaian program kegiatan yang keseluruhan pemikiran dan benda dijalankan
Bidang
Kebudayaan
yang dibuat atau diciptakan oleh dengan manusia
dalam
target
dan
sasaran,
perkembangan keberhasilan program kegiatan yang
sejarahnya. (dalam Wahyu, 2008: dijalankan Bidang Kebudayaan, dan 95). upaya
peningkatan
keberhasilan
1.3.4 Metode Penelitian program Pendekatan
yang
Kebudayaan. deskriptif
kualitatif.
kegiatan
Bidang
digunakan Program
kegiatan
Teknik Bidang Kebudayaan rata-rata sudah
12
sesuai
target
dan sasaran
yang
Budayawan melalui lomba-lomba
ditetapkan dalam RPJMD tahun
kebudayaan,
2011-2015.
orang-orang yang ahli di bidangnya
Keberhasilan
bekerjasama
dengan
pelaksanaan program kegiatan telah
seperti
menunjukkan hasil yang cukup baik,
Akademisi, dan Komunitas Seni dan
dari
Budaya,
segi
kuantitas
Bidang
Budayawan,
Politisi,
memodifikasi
tampilan
Kebudayaan rata-rata telah berhasil
pertunjukkan
mencapai target, walaupun belum
mendengarkan
bisa
masyarakat, dan melibatkan generasi
mencakup
keseluruhan
kebudayaan,
muda
keterbatasan Sumber Daya Manusia
budaya.
dan anggaran, sedangkan dari segi
2.1.2 Kualitas Layanan
kualitas Bidang Kebudayaan telah
Kualitas
berhasil mengemas tampilan acara
sejauh mana kinerja suatu organisasi
kebudayaan sehingga meningkatkan
dalam melayani masyarakat secara
minat masyarakat.
baik.
untuk
keberhasilan pembuatan
meningkatkan
diantaranya perencanaan
ikut
dari
masyarakat Kota Semarang, karena
Upaya
untuk
masukkan
layanan
Bentuk
diberikan
melestarikan
menunjukkan
pelayanan
Bidang
yang
Kebudayaan
yaitu
diantaranya yaitu pelayanan kepada
seperti
para Seniman/ Budayawan yang
agenda, panduan kerja, dan kerangka
tergabung
acuan
dan
seni/grup kesenian salah satunya di
menampilkan budaya yang belum
Taman Budaya Raden Saleh dan
dilestarikan,
Pusat Kesenian Sobokarti, bentuk
kerja,
menggali
mendukung
para
dalam
sanggar-sanggar
13
pelayanan yang diberikan berupa
pelayanan
pembinaan,
masyarakat sangat relatif karena
fasilitasi
dan
pembiayaan atraksi budaya.
dengan
harapan
tergantung pada masyarakat yang
Kendala yang dihadapi yaitu
sudah terpenuhi fasilitasnya.
keterbatasan sumber daya manusia
2.1.3 Responsivitas
dan
Responsivitas adalah kemampuan
anggaran,
koordinasi
dan
kerjasama yang tidak sesuai harapan
Bidang
ketika
mengenali kebutuhan masyarakat,
event
besar
seperti
Kebudayaan
dalam
penyelenggaraan acara Dugderan,
menyusun
agenda
penyerahan SPJ yang dibuat oleh
pelayanan,
serta
masyarakat
yang
program-program pelayanan publik
diberikan dari Bidang Kebudayaan
yang sesuai dengan kebutuhan dan
yang tidak tepat waktu, beberapa
masukkan dari masyarakat.
atas
fasilitasi
dan
prioritas
pengembangan
kelompok/sanggar seni budaya yang
Berdasarkan hasil penelitian,
tidak menyatu dalam melestarikan
dapat diketahui bahwa kegiatan yang
budaya, dan tidak adanya orang yang
dilakukan Bidang Kebudayaan dalam
ahli budaya di Bidang Kebudayaan
rangka
Pelayanan sudah
sesuai
yang dengan
menggali
kebutuhan
diberikan
masyarakat
yaitu
Musrenbang,
harapan
Sarasehan,
Seminar,
Dialog,
masyarakat,
tetapi
tidak
bisa
Sosialisasi, dan penyediaan fasilitas
menyeluruh
karena
keterbatasan
keluhan masyarakat melalui website,
terploting,
email dan media sosial internet.
sehingga kepuasan atau kesesuaian
Sikap Bidang Kebudayaan dalam
anggaran
dan
sudah
14
menanggapi kebutuhan masyarakat
ditujukkan kepada pejabat publik dan
selalu terbuka dan mau menerima
masyarakat umum.
semua masukkan dari masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian,
2.1.4 Responsibilitas
dapat
Responsibilitas dalam penelitian ini
pertanggungjawaban
menjelaskan
Kebudayaan
tugas
tentang
Bidang
pelaksanaan
Bidang cukup
baik,
dengan
adanya
kesesuaian pelaksanaan tugas yang
pembuatan
dokumen
laporan
dijalankan dengan kebutuhan dan
anggaran dan hasil kinerja dalam
kebijakan yang ada. Berdasarkan
periode tertentu, transparansi dan
hasil
pelaporan
dapat
dan
sudah
bahwa
ditunjukkan
penelitian,
Kebudayaan
diketahui
diketahui
hasil
kinerja
Bidang
bahwa pelaksanaan tugas Bidang
Kebudayaan juga sudah cukup baik.
Kebudayaan
2.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja Bidang Kebudayaan
karena
sudah
sesuai
kebutuhan
dan
cukup
dengan
baik
tupoksi, yang
Berdasarkan hasil penelitian faktor
disusun dalam dokumen perencanaan
pendukung dan pendorong kinerja
seperti RPJMD, Renstra, dan Renja.
Bidang Kebudayaan dapat dilihat
2.1.5 Akuntabilitas
dari tabel 2.1 berikut :
Akuntabilitas
kebijakan
merupakan
pertanggungjawaban suatu organisasi terhadap kinerjanya yang dilaporkan dalam
bentuk
dokumen
yang
15
Tabel 2.1 Rekapitulasi Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja Bidang Kebudayan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang No 1)
Fenomena Tujuan Organisasi
2)
Struktur Organisasi
3)
Sumber Daya Manusia
4)
Budaya Organisasi
5)
Faktor Politik
6)
Faktor Ekonomi
Faktor Pendukung Tujuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang termuat di dalam Dokumen Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 20102015 yang dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan program dan kegiatan Bidang Kebudayaan. Struktur Organisasi yang sangat baik. Adanya pegawai yang mengikuti Diklat dan memiliki kemampuan bahasa Inggris dan Jawa.
Faktor Penghambat Tidak ada
Tidak ada
Jumlah sumber daya manusia/pegawai yang terbatas dan tidak adanya pegawai yang berlatar belakang pendidikan Budaya, Sejarah, Arkeolog, dan Arsitek. organisasi yang ada Tidak ada mendukung seperti penerapan kedisiplinan absensi dan gotong dalam melaksanakan
Budaya cukup adanya melalui royong tugas. Kebijakan yang mendukung seperti Bidang Kebudayaan dalam merencanakan dan melaksanakan program dan kegiatan mengacu pada kebijakan yang sudah disepakati bersama salah satunya kebijakan yang dijadikan dasar dalam membuat RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah).
Adanya peraturan Pemerintah Pusat dan Daerah yang begitu ketat tentang pemberian dana hibah, sehingga banyak kelompok/sanggar seni budaya yang tidak mendapat dana hibah karena tidak memenuhi persyaratan dalam peraturan tersebut, akhirnya anggaran dikembalikan ke kas Daerah, selain itu juga peraturan pemerintah daerah yang memuat beberapa poin dalam UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, poin tersebut adalah tidak adanya wewenang Daerah dalam perfilman nasional dan pemberian sertifikasi Bangunan Cagar Budaya serta tidak adanya kewenangan dalam melestarikan bahasa Jawa/Dialek Semarangan. Kondisi ekonomi masyarakat Anggaran yang terbatas. Kota Semarang mulai dari pengusaha besar sampai masyarakat kecil melalui
16
7)
ekonomi kreatif. Adanya dukungan berupa partisipasi dari masyarakat yang cukup tinggi dalam meramaikan pelaksanaan program dan kegiatan Bidang Kebudayaan, dukungan tersebut datang dari kelompok seniman, pengusaha besar dan kecil, organisasi kepemudaan, kelompok keagamaan, kemudian dari lembaga pendidikan dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi, dan masyarakat umum. Selain itu, masukkan dari masyarakat baik itu berupa kritik maupun saran juga mendukung bagi perbaikan dan peningkatan kinerja Bidang Kebudayaan.
Faktor Sosial
Kurangnya Inisiatif masyarakat untuk bekerjasama dengan Bidang Kebudayaan, salah satu contohnya yaitu terkadang ketika kelompok seni budaya mengadakan kegiatan, mereka tidak mau memberitahu Bidang Kebudayaan, selain itu, kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian budaya juga menjadi penghambat bagi kinerja Bidang Kebudayaan.
Sumber: Diolah dari Hasil Wawancara Peneliti 3. PENUTUP
organisasi yang sangat baik, kualitas
3.1 Kesimpulan
SDM yang cukup mendukung, sikap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kedisiplinan dan gotong royong,
kinerja
kebijakan dalam RPJMD, kondisi
Bidang
Kebudayaan
Disbudpar Kota Semarang dalam
ekonomi
penanganan
mendukung, partisipasi masyarakat
budaya
lunturnya
masyarakat
nilai-nilai di
Kota
masyarakat
yang
yang tinggi, dan kritik serta saran
Semarang dapat dikatakan sudah
masyarakat.
baik,
kendala
penghambatnya yaitu keterbatasan
keterbatasan anggaran dan SDM,
jumlah SDM, peraturan Pemerintah
kurangnya koordinasi dan kerjasama.
Pusat dan Daerah yang begitu ketat
Faktor pendukungnya yaitu tujuan
tentang pemberian dana hibah, tidak
dalam
Kota
adanya kewenangan dalam perfilman
Semarang tahun 2010-2015, struktur
nasional, sertifikasi cagar budaya,
walaupun
Renstra
ada
Disbudpar
Sedangkan
faktor
17
dan
pelestarian
anggaran
yang
Bahasa
Jawa,
terbatas,
dan
teknologi digital atau lainnya, agar menarik minat
masyarakat
Kota
kurangnya Inisiatif masyarakat untuk
Semarang khususnya dan luar Kota
bekerjasama
Semarang pada era globalisasi ini.
dengan
Bidang
Kebudayaan, minat dan kepedulian
4. DAFTAR PUSTAKA
masyarakat
Handoko, Hani. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
terhadap
pelestarian
budaya. Indrawijaya, Adam. 2009. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
3.2 Saran Disarankan
Bidang
Kebudayaan
dapat
meningkatkan
produktivitasnya,
berkoordinasi
dengan Pemerintah Pusat dan BKD Kota
Semarang,
memaksimalkan
kerjasama yang sudah terbentuk, menambah dengan
para
survey, dan harus
jaringan
lebih
kerjasama
donatur,
lembaga
pihak swasta lainnya, kreatif
menggunakan
lagi
anggaran
dalam yang
tersedia, perlu mengadakan inovasi pelaksanaan program dan kegiatan pelestarian budaya Kota Semarang yang
dikemas
dalam
bentuk
J. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Keban, Yeremias. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Gavamedia: Yogyakarta. Koentjoroningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Kurniati, Annisa, A., Purnaweni, H., Yuningsih, T. (2015). Analisis Kinerja Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang: Studi Kasus di UPTD Kampoeng Wisata Taman Lele. Journal of Public Policy and Management Review, 4 (3), 9-10. Dalam http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jppmr /article/view/8882/8632. Diunduh pada pada 29 November 2015. Latief, Hi Fandi. (2013). Kinerja Pembangunan Sektor
18
Pariwisata: Studi pada Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Pulau Morotai. Journal of Governance and Public Policy, 1(1) (April): 1719. Dalam http://mip.umy.ac.id/phocadow nload/jgpp/fandi%20hi%20lati ef.pdf. Diunduh pada 7 Desember 2015. Liliweri, Alo. 2007. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS. Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Permatasari, I., Widowati, N., & Rengga, A. (2013). Analisis Kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. Journal of Public Policy and Management Review, 2(2), 171-180. Dalam http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jppmr /article/view/2362. Diunduh pada 7 Desember 2015. Sembiring, Masana. 2012. Budaya dan Kinerja Organisasi. Fokus Media: Bandung. Sudarmanto.2009. Kinerja & Pengembangan Kompetensi SDM. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung. Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik. Grasindo: Jakarta. Wahyu, Ramdani. 2008. Ilmu Budaya Dasar. CV. Pustaka Setia: Bandung. Dokumen Pemerintah : Lampiran Capaian Indikator Kinerja Program RPJMD pada Urusan Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 20112015. Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2010-2015. Sumber Internet : http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/ lamanbahasa/artikel/306 Diakses pada 9 September 2016 Pukul 13.08. www.pariwisata.semarangkota.go.id www.semarangkota.go.id