ANALISIS KINERJA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM DESA PASIR EURIH, KECAMATAN TAMAN SARI KABUPATEN BOGOR
Oleh: YULITA RIANI PUTRI A14104075
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
YULITA RIANI PUTRI. Analisis Kinerja Agrowisata Rumah Sutera Alam. Di bawah bimbingan BAYU KRISNAMURTI. Industri pariwisata secara nasional merupakan sektor yang cukup berpengaruh dalam menggerakkan roda perekonomian. Sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar ketiga dari sektor non migas pada tahun 2007 (BPS, 2007). Keunggulan sektor pariwisata yaitu: merupakan sektor jasa yang menyatu dengan kehidupan masyarakatdan sinergetik karena keterkaitan yang erat dengan berbagai bidang dan sektor lainnya (Deptan, 2008). Salah satu cara untuk memanfaatkan potensi ini adalah dengan mengadakan diversifikasi wisata, yaitu menggabungkan sektor pariwisata dengan sektor pertanian dalam bentuk wisata pertanian (agrowisata). Selama ini, pembangunan pertanian diidentikkan dengan kegiatan peningkatan produksi semata sehingga menyebabkan banyak bidang usaha lain kurang tergarap (Deptan, 2008). Sementara pengembangan dan perpaduan antara sektor pariwisata dan sektor pertanian akan menghasilkan suatu konsep yang berbasis pertanian yang layak jual. Konsumsi jasa lingkungan dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu kebutuhan seiring berkembangnya jaman. Sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Barat, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi cukup besar dalam mengembangkan agrowisata. Salah satu agrowisata yang ada di Kabupaten Bogor yaitu Rumah Sutera Alam. Rumah Sutra Alam (RSA) adalah agrowisata yang sedang berkembang dan merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang persuteraan alam. RSA awalnya didirikan dengan tujuan untuk mengisi waktu luang seorang pensiunan perkebunan Bapak Tatang Gozali pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2002 bermitra dengan PT Indojado sebagai petani penghasil kokon tetapi hanya bertahan selama beberapa bulan. Semenjak itu RSA berusaha memperluas usahanya secara bertahap dengan mencoba menghasilkan benang sutera. Ulat sutera merupakan budidaya yang jarang dilakukan di Indonesia sehingga menarik minat dan perhatian masyarakat untuk mengetahui proses serta hasil budidayanya. Karena itu pada tahun 2006 RSA membuka menjadikan kebun budidayanya sebagai objek wisata. Perubahan orientasi usaha ini menyebabkan beberapa perubahan kinerja pada RSA. Meskipun baru berjalan sekitar 2 tahun, namun tahun 2007 RSA mengalami peningkatan pengunjung hampir dua kali lipatnya dari tahun 2006. Perubahan orientasi juga dialami dialami agrowisata lainnya seperti Taman Wisata Mekarsari (TWM) yang mampu menarik ratusan ribu pengunjung dalam setahun. Semula agrowisata ini berupa Taman Buah Mekarsari dan menjadi TWM pada tahun 2004. Perubahan orientasi usaha ini ternyata menyebabkan jumlah pengunjung di TWM mengalami peningkatan tiap tahunnya sejak tahun 2004. Karena itu RSA menjadikan TWM sebagai perusahaan acuan untuk mendapatkan kinerja terbaik dari TWM. Dalam kaitan dengan pengembangan usaha, terdapat suatu alat manajemen yang populer pada tahun 1990-an dan makin banyak diterapkan dalam dunia bisnis, yaitu benchmarking. Benchmarking yaitu proses mengukur kinerja internal
organisasi kemudian mengidentifikasi, memahamim dan mengadaptasi praktikpraktik terbaik dari organisasi lain yang merupakan organisasi terbaik dalam industrinya (Kusnoto, 2001). Melalui metdse inilah RSA dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan memakai TWM sebagai mitra benchmarking. Beberapa kriteria dalam memilih TWM sebagai mitra benchmarking yaitu memiliki tipe bisnis yang sama (agrowisata); memiliki proses produksi yang serupa (memiliki proses budidaya dalam kegiatan wisatanya); memiliki struktur organisasi, profil karyawan (meliputi tim kerja dan pemberdayaan), dan gaya pembuatan keputusan pihak manajemen yang lebih baik; dan sama-sama mengalami perubahan orientasi usaha dalam perkembangannya. Analisis benchmarking menurut Arifin (2002) dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu menentukan faktor-faktor kritis, menyebarkan kuesioner untuk menentukan bobot dan rating setiap faktor, dan memetakan masing-masing posisi perusahaan pada Jaring Laba-Laba. Setelah itu melakukan analisis perbandingan berdasarkan kesenjangan yang terjadi diantara kedua perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa total nilai skor TWM (3,147) lebih besar dibanding RSA (1,853). Dari keenam faktor kritis tersebut TWM unggul pada faktor promosi, produk wisata, sarana dan prasarana, dan pelayanan. Sementara RSA memiliki kinerja yang lebih unggul pada faktor harga produk dan aksesibilitas menuju lokasi. Faktor-faktor kritis penentu kinerja pengembangan perusahaan agrowisata yaitu: (1) produk wisata yang merupakan hal utama yang dilihat dari sebuah agrowisata, dapat berupa produk maupun budidaya; (2) harga produk, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk; (3) sarana dan prasarana, agrowisata sebagai objek wisata sebaiknya memberikan kemudahan bagi pengunjung dengan melengkapi kebutuhan sarana dan prasarananya; (4) promosi, salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen; (5) aksesibilitas menuju lokasi, berupa kemudahan transportasi mencapai lokasi baik melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum; dan (6) pelayanan, agrowisata sebagai perusahaan yang mengutamakan bidang jasa harus memberikan pelayanan yang dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi peningkatan kinerja bagi Rumah Sutera Alam yaitu memperbaiki kinerja yang berada di bawah Taman Wisata Mekarsari: (1) pemeliharaan terhadap sarana promosi yang sudah ada, memperluas jangkauan promosi, dan bekerja sama dengan pihak luar; (2) pengembangan jenis produk wisata Rumah Sutera Alam yang menyisipkan unsur entertainment disamping edukasi dan wisata; (3) melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada; dan (4) meningkatkan kinerja pelayanannya.
ANALISIS KINERJA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM DESA PASIR EURIH, KECAMATAN TAMAN SARI KABUPATEN BOGOR
Oleh: YULITA RIANI PUTRI A14104075
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul : Analisis Kinerja Agrowisata Rumah Sutera Alam, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor Nama : Yulita Riani Putri NRP : A14104075
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS NIP. 131 846 869
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP.131 124 019
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS KINERJA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM DESA, PASIR EURIH, KECAMATAN TAMAN SARI, KABUPATEN BOGOR ” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA
MANAPUN
UNTUK
TUJUAN
MEMPEROLEH
GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor,
Juli 2008
Yulita Riani Putri A14104075
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 21 Juli 1986 dari keluarga Bapak Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, MAgr dan Ibu Ir. Cherryta Yunia, MMA. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Polisi 1 Bogor dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 6 Bogor. Kemudian, pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan dan kelembagaan kampus. Organisasi yang pernah diikuti penulis adalah IAAS (International Association ) periode 2004-2010. Pada tahun 2004/2005 penulis juga mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa MISETA staf Departemen Informasi dan Teknologi, kemudian pada tahun 2005/2006 menjadi Sekretaris Umum MISETA. Pada tahun 2006/2007 penulis menjadi pengurus BEM Faperta menjadi staf Departemen Dalam Negeri.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Agrowisata Rumah Sutera Alam, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor” bertujuan untuk menentukan faktor-faktor kritis penentu kinerja pengembangan perusahaan agrowisata dan merumuskan strategi peningkatan kinerja bagi agrowisata Rumah Sutera Alam. Metode yang digunakan yaitu benchmarking yang merupakan suatu alat manajemen untuk mengembangkan organisasi dengan menjadikan organisasi lain yang lebih baik sebagai acuan. Organisasi yang dijadikan acuan yaitu Taman Wisata Mekarsari dengan alasan bahwa Mekarsari juga mengalami perubahan orientasi usaha dalam perkembangan usahanya seperti Rumah Sutera Alam. Melalui metode tersebut diharapkan Rumah Sutera Alam dapat meningkatkan kinerja perusahaannya dengan mengadaptasi kinerja terbaik dari Mekarsari. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya. Penulis telah mencoba menyusun skripsi ini dengan sebaik mungkin. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Bogor, Juli 2008
Yulita Riani Putri A14104075
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan Analisis Kinerja Agrowisata Rumah Sutera Alam, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor ini tidak terlepas dari bantuan seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, MAgr (Ayah), Ir. Cherryta Yunia, MMA (Ibu), serta Yuri Suryahadi, S.Hut (Kakak) atas kasih sayang, doa yang tiada henti, serta dorongan moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kemudahan, nasehat, dan bimbingan serta kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Anita Primasawari, SP, Msi sebagai dosen penguji dari wakil Departemen atas segala kritik dan saran yang telah diberikan. 5. Bapak H. Tatang Gozali, Ibu Hj. Ani Gozali sebagai pemilik Rumah Sutera Alam, terima kasih atas dukungannya selama penulis melakukan penelitian. 6. Dr. Ir. Reza Tirtawinata, MS, Drs. Edwin A Indradi, dan Mba Siti Muniati dari pihak Taman Wisata Mekarsari, terima kasih atas dukungannya. 7. Eva Yolanda, SP, MM yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Sekretariat Program Studi Manajemen Agribisnis (Mbak Dian, Mbak Dewi, Mas Hamid dan Mas Piyan) serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Agribisnis, Faperta IPB yang telah banyak membantu penulis. 9. Fandy Akhdiar, SP atas kasih sayang, kesabaran, doa dan dukungan yang selalu dicurahkan kepada penulis. Thanks for the inspirations and loves you had brought that makes me who I am now. Always Luv U. 10. Ir. H. Dedo Koswara, Hj. Yeni Maryani, A Johan, Fakhry, Denisa, terima kasih atas dukungan dan doa kepada penulis. 11. Nana, Diyoth, Ima, Meta, Eva, Tina, Agun, Nyit-Nyit, atas kesetiaan dan perhatiannya selama ini. My Life is Incomplete Without You Guys. 12. Wanq, Adys, Bapuq, Tifha, Sevia, Remmy, Cahyo, atas bantuan, kasih sayang dan solidaritasnya. Thanks for the loves and joys you u’ve bring in to my life. 13. Wuri, Agita, Mita, Sinta, Erika, Yanti, Eka, Boris, Pchan, Andri, for the happy times we’ve been through. 14. Seluruh AGB’ers (39,40,41) Teh Nisa, Teh Icha, Panji, Nuy, Icha, Kiki, Tuti, Mimi, Yustika, para Bimbingan Pak Bayu, dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 15. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis
Bogor, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ...................................................................................... i DAFTAR GAMBAR................................................................................. ii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ iii I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agrowisata................................................................................ 11 2.1.1 Definisi Agrowisata ...................................................... 11 2.1.2 Tujuan dan Manfaat Agrowisata ................................... 12 2.1.3 Pengembangan Agrowisata ........................................... 12 2.1.4 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata .................................................................... 14 2.1.5 Permasalahan dalam Pengembangan Agrowisata ........ 16 2.1.6 Manfaat Pengembangan Agrowisata ............................ 18 2.2 Analisis Kinerja: Benchmarking............................................... 19 2.2.1 Definisi Benchmarking................................................... 20 2.2.2 Konsep Benchmarking.................................................... 21 2.2.3 Jenis-Jenis Benchmarking .............................................. 24 2.2.4 Manfaat Benchmarking .................................................. 28 2.2.5 Faktor Kritis Keberhasilan Kinerja (Critical Success Factor/CSF).................................................................... 29 2.3 Penelitian Terdahulu................................................................. 30 2.4 Kerangka Pemikiran Analisis Kinerja ...................................... 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 36 3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 37 3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................... 38 3.3.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 38 3.3.2 Analisis Benchmarking.................................................... 39 a. Tahap Input ................................................................. 39 b. Tahap Perbandingan.................................................... 41 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Rumah Sutera Alam................................................................. 44 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan........................ 44 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan.............................................. 45 4.1.3 Lokasi Perusahaan ........................................................ 45 4.1.4 Operasional Perusahaan ................................................ 46
4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan .................................... 50 4.2 Taman Wisata Mekarsari ......................................................... 51 4.2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan........................ 51 4.2.2 Visi dan Misi Perusahaan.............................................. 53 4.2.3 Lokasi Perusahaan ........................................................ 54 4.2.4 Operasional Perusahaan ................................................ 54 4.2.5 Struktur Organisasi Perusahaan .................................... 64 V.
ANALISA KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN 5.1 Identifikasi Faktor Kritis Kinerja Pengembangan Agrowisata .. 65 5.1.1 Produk Wisata ................................................................. 65 5.1.2 Harga Produk .................................................................. 66 5.1.3 Sarana dan Prasarana ...................................................... 66 5.1.4 Promosi ........................................................................... 68 5.1.5 Aksesibilitas Menuju Lokasi........................................... 68 5.1.6 Pelayanan ........................................................................ 68 5.2 Analisis Kinerja ......................................................................... 71 5.2.1 Produk Wisata ................................................................. 71 5.2.2 Harga Produki ................................................................. 75 5.2.3 Sarana dan Prasarana ...................................................... 77 5.2.4 Promosi ........................................................................... 80 5.2.5 Aksesibilitas Menuju Lokasi........................................... 82 5.2.6 Pelayanan ........................................................................ 82 5.2.7 Gambaran Persepsi Pengunjung ..................................... 88 5.3 Tahap Perbandingan.................................................................. 93 5.3.1 Promosi ......................................................................... 94 5.3.2 Produk Wisata ............................................................... 96 5.3.3 Sarana dan Prasarana .................................................... 98 5.3.4 Pelayanan ...................................................................... 99 5.3.5 Harga Produk .............................................................. 100 5.3.6 Aksesibilitas Menuju Lokasi....................................... 101 5.4 Strategi Peningkatan Kinerja Bagi Rumah Sutera Alam ........ 101 5.3.1 Promosi ....................................................................... 101 5.3.2 Produk Wisata ............................................................. 102 5.3.3 Sarana dan Prasarana .................................................. 106 5.3.4 Pelayanan .................................................................... 107
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ............................................................................. 110 6.2 Saran ........................................................................................ 111 DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 112
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Penerimaan Devisa Negara Tahun 2004-2007 ............................................. 1 2. Jumlah Pengunjung Rumah Sutera Alam ..................................................... 6 3. Jumlah Pengunjung Taman Wisata Mekarsari ............................................. 9 4. Penilaian Bobot Faktor Kritis .................................................................... 41 5. Matriks Perbandingan Kinerja .................................................................... 42 6. Daftar Harga Paket-Paket Wisata Taman Wisata Mekarsari ..................... 60 7. Nilai Bobot Faktor-Faktor Kritis ................................................................ 70 8. Perbandingan Harga per Orang Rumah Sutera Alam dan Taman Wisata Mekarsari.................................................................................................... 77 9. Perbandingan Sarana dan Prasarana ........................................................... 80 10. Rating Rata-Rata Faktor-Faktor Kritis Rumah Sutera Alam ...................... 86 11. Rating Rata-Rata Faktor-Faktor Kritis Taman Wisata Mekarsari .............. 87 12. Matriks Kinerja Rumah Sutera Alam dan Taman Wisata Mekarsari ......... 87 13. Hasil Wawancara dengan Pengunjung Rumah Sutera Alam ...................... 90 14. Hasil Wawancara dengan Pengunjung Taman Wisata Mekarsari .............. 92 15. Matriks Perbandingan Kinerja .................................................................... 93 16. Tabel Strategi Peningkatan Kinerja bagi Rumah Sutera Alam................. 109
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Analisis Kinerja Benchmarking .................................................................. 35 2. Diagram Jaring Laba-Laba ......................................................................... 43 3. Struktur Organisasi Rumah Sutera Alam.................................................... 51 4. Jumlah Pengunjung Rumah Sutera Alam berdasarkan Paket Wisata ......... 71 5. Jumlah Pengunjung Taman Wisata Mekarsari berdasarkan Paket Wisata . 73 6. Diagram Jaring Laba-Laba Rumah Sutera Alam dan Taman Wisata Mekarsari ............................................................................ 94
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Struktur Organisasi PT Mekar Unggul Sari........................................ 114 2. Daftar Harga Fasilitas Wisata di Taman Wisata Mekarsari................ 115 3. Perhitungan Bobot Masing-Masing Responden ................................. 116 4. Perhitungan Rating Masing-Masing Responden ................................ 117 5. Foto-Foto di Rumah Sutera Alam....................................................... 119 6. Foto-Foto di Taman Wisata Mekarsari ............................................... 121
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Industri pariwisata secara nasional merupakan sektor yang cukup
berpengaruh dalam menggerakkan roda perekonomian. Sektor pariwisata telah menjadi salah satu sumber devisa yang potensial dari sektor non-migas dan merupakan penyumbang devisa terbesar ketiga pada tahun 2007 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Beberapa hal yang menyebabkan sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai tumpuan ekonomi adalah: (1) pariwisata merupakan sektor jasa yang menyatu dengan kehidupan masyarakat; (2) pariwisata mempunyai kekuatan sinergetik karena keterkaitan yang erat dengan berbagai bidang dan sektor lainnya; (3) dan tumpuan pariwisata sebagai kekuatan daya saing negara terletak pada sumber daya yang terolah dan memiliki ciri khas atau keunikan tersendiri (Deptan, 2008).
Tabel 1. Penerimaan Devisa Negara Tahun 2004-2007 (Juta US $) Jenis Komoditi 2004 2005 2006 2007 Minyak & gas bumi 15.587,50 19.231,59 21.209,50 17.464,52 Minyak kelapa sawit 3.233,22 3.756,28 4.817,64 5.997,75 Pariwisata 4,797,88 4.521,90 4.474,97 5.345,98 Karet Olahan 2.853,52 3.545,68 5.465,14 5.008,69 Pakaian Jadi 4.271,65 4.966,91 5.608,16 4.739,74 Alat Listrik 3.406,91 4.364,11 4.448,74 3.947,72 Tekstil 3.301,55 3.703,95 3.908,76 3.474,75 Bahan kimia 1.799,56 2079,91 2.697,38 3.031,23 Kertas & bagian dari kertas 2.227,83 2.324,77 2.859,22 2.742,11 Makanan olahan 1.407,17 1.806,31 1.965,56 1.818,41 Kayu olahan 3.136,69 3.086,16 3.324,97 1.157,20 Sumber : BPS, 2007
Pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi. Jenis pariwisata berdasarkan motif yaitu wisata konvensi, wisata buru, wisata ziarah, wisata budaya, dan wisata belanja. Sementara jenis pariwisata berdasarkan lokasi yaitu wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam atau konservasi, wisata pertanian atau agrowisata, dan sebagainya. Salah satu cara untuk memanfaatkan potensi sektor pariwisata ini adalah dengan mengadakan diversifikasi wisata, yaitu memanfaatkan sektor pariwisata dengan sektor pertanian dalam bentuk wisata pertanian atau lebih dikenal dengan agrowisata. Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam hayati dan ekosistem yang sangat beragam seharusnya dapat mengoptimalkan kelebihan atau kekuatan yang dimilikinya. Komoditi pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan budaya berpeluang menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia. Selama ini, pembangunan pertanian diidentikkan dengan kegiatan peningkatan produksi (proses budidaya atau agronomi) semata, pembangunan pertanian seakan terlepas dengan pembangunan sektor-sektor lainnya, dan perhatian yang besar terhadap komoditas tertentu menyebabkan banyak bidang-bidang usaha lain kurang tergarap (Deptan, 2008). Pengembangan dan perpaduan antara sektor pariwisata dan sektor pertanian akan menghasilkan suatu konsep yang berbasis pertanian yang layak jual. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, memelihara budaya serta teknologi lokal dan menjaga kondisi lingkungan alamnya. Konsumsi jasa lingkungan (trend back to nature) dalam bentuk
komoditas wisata bagi sebagian masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu kebutuhan seiring berkembangnya zaman yang mengakibatkan perubahan gaya hidup, preferensi dan motivasi masyarakat yang terus berubah dan berkembang. Wisata pertanian semakin digemari masyarakat, mereka umumnya ingin mengetahui produk pertanian sekaligus suasana lokasi wisata tersebut (Deptan, 2008). Wisata pertanian (agrowisata) merupakan usaha di bidang jasa yang tidak hanya menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan sinyal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah. Dengan demikian agrowisata dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian, dan ekonomi nasional. Saat ini agrowisata sudah mulai berkembang, ditandai dengan hadirnya sejumlah tempat yang diusahakan sebagai objek wisata agro. Propinsi Jawa Barat memiliki tempat-tempat wisata dengan bentuk dan ciri khas masing-masing yang sama-sama mengandalkan nuansa alam sebagai jasa yang ditawarkannya. Sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi cukup besar dalam mengembangkan agrowisata. Perkembangan agrowisata ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat-tempat agrowisata di Kabupaten Bogor. Bogor sebagai tempat peristirahatan dan objek wisata dapat menjadi pilihan utama baik warga sekitar Bogor maupun daerah lainnya. Hal ini dikarenakan letaknya yang strategis, iklimnya yang sejuk, dan dekat dengan kota besar.
Kabupaten Bogor memiliki banyak obyek wisata alam dengan kesejukan serta keindahan alam pegunungan, sehingga Kabupaten Bogor menjadi salah satu kawasan primadona Jawa Barat dan telah dijadikan sebagai salah satu “Seven Wonder of West Java” (Travel Club, 2007). Potensi Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Bogor terbagi menjadi 3 Daerah Tujuan Wisata (DTW), yaitu: (1) kawasan Bogor Selatan yang terdiri atas Taman Wisata Agro Gunung Mas, Taman Safari Indonesia, Taman Rekreasi Lido, Wisata Agro Durian, dan Taman Wisata Riung Gunung; (2) kawasan Bogor Utara yang terdiri atas Kota Wisata Kampung Cina, Taman Wisata Mekarsari, Taman Wisata Pasir Mukti, dan Taman Wisata Gunung Pancar; dan (3) kawasan Bogor Barat yang terdiri atas Kampung Wisata Cinangneng, Wisata Agro Inagro, Gunung Salak Endah, dan kawasan perkemahan (Bogor Regency Tourism Profile, 2007). Salah satu objek wisata alam yang ada di Bogor yaitu Rumah Sutera Alam yang terletak di Kawasan Ciapus, Kabupaten Bogor Barat. Objek wisata ini menawarkan wisata alam sekaligus menambah pengetahuan (wisata edukasi) mengenai budidaya ulat sutera. Kegiatan wisata ini dimulai dari industri hulu sampai hilir yaitu mulai dari penanaman murbei, pembibitan dan pemeliharaan ulat sutera, produksi kokon, pemintalan benang, penenunan kain sutera, hingga tahap pencelupan warna pada kain sutera.
1.2
Perumusan Masalah Rumah Sutera Alam merupakan suatu usaha yang bergerak di dalam bidang
persuteraan alam. Persuteraan alam merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari
penanaman
murbai,
pembibitan
dan
pemeliharaan
ulat
sutera
(Bombyx mori L.), pemintalan benang, penenunan kain, sampai pada pemasaran kain sutera. Usaha ini termasuk pada usaha industri rumah tangga yang relatif mudah dikerjakan, berteknologi sederhana, bersifat padat karya, cepat menghasilkan dan bernilai ekonomis tinggi. Selain itu kegiatan persuteraan alam memberikan beberapa manfaat, diantaranya: (1) mudah dilaksanakan dan memberikan hasil dalam waktu yang relatif singkat; (2) memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat khususnya di pedesaan; (3) memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya; dan (4) mendukung kegiatan reboisasi dan penghijauan serta meningkatkan devisa negara (Bank Indonesia, 2008). Komoditas ulat sutera hanya dapat dikembangkan di negara-negara tropis. Keadaan ini merupakan peluang bagi Indonesia yang sebagai salah satu negara tropis untuk mengembangkan komoditas tersebut. Berbagai keunggulan yang dimiliki antara lain: (1) geografis alam Indonesia sangat mendukung untuk menghasilkan murbei dan kokon yang baik dalam jumlah besar; (2) produk sutera memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak digemari di dalam negeri dan luar negeri; (3) persuteraan alam dapat dikelola masyarakat pedesaan secara luas; (4) permintaan pasar produk sutera baik domestik maupun ekspor cenderung meningkat; dan (5) permintaan pasar produk sutera biasanya digemari konsumen kelas menengah atas dan kelas atas sehingga cenderung tidak terpengaruh kondisi perekonomian (Dephut, 2008). Rumah Sutera Alam (RSA) terletak di Jalan Raya Ciapus No 100 Km 8 Rt/Rw 05/07 Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. RSA awalnya didirikan dengan tujuan untuk mengisi waktu luang seorang pensiunan perkebunan, Bapak Tatang Gozali pada tahun 2001 dengan menanam pohon
Murbei. Tahun 2002 RSA bermitra dengan PT Indojado Suryapratama yang berada di Sukabumi dengan menjadi petani penghasil kokon. Pada tahun yang sama RSA berhenti bermitra dengan PT Indojado dan memutuskan untuk memperluas usahanya secara bertahap dengan mencoba menghasilkan benang sutera melalui pengadaan mesin-mesin baru. Pesuteraan alam merupakan budidaya yang jarang dilakukan di Indonesia sehingga menarik minat dan perhatian masyarakat untuk melihat dan mengetahui proses serta hasil budidaya yang dilakukan oleh RSA. Melihat respon yang positif dari para pengunjung, maka sejak bulan Maret 2006 RSA menjadikan kebun budidayanya menjadi objek wisata bagi masyarakat. Wisata yang ditawarkan berupa wisata edukatif yang mengajarkan bagaimana proses pertumbuhan ulat sutera sampai menjadi sebuah kain sutera. Perubahan orientasi usaha ini menyebabkan beberapa perubahan kinerja pada RSA. Meskipun RSA merupakan usaha agrowisata yang baru berjalan sekitar dua tahun, namun minat masyarakat akan keberadaan RSA sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari jumlah pengunjung pada tahun kedua yang mengalami peningkatan hampir dua kali lipatnya dari tahun pertama seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Pengunjung Rumah Sutera Alam Tahun Jumlah Pengunjung (orang) 2006* 1.979 2007 3.572 2008** 2.300 Keterangan: *) : Data Maret – Desember 2006 **) : Data Januari – Juni 2008 Sumber : Laporan Pengunjung Rumah Sutera Alam (2008)
Jumlah pengunjung rata-rata RSA pada tahun 2007 yaitu sebanyak 12 orang per hari, selain itu dari enam hari wisata selama seminggu (Senin hingga Sabtu) hanya dua samapi dengan tiga hari yang terisi oleh kegiatan wisata. Pengunjung yang datang rata-rata rombongan dari sekolah, dan beberapa rombongan pegawai serta masyarakat umum. Rombongan sekolah yang datang ke RSA pada tahun 2007 yaitu empat sekolah dari Bogor, dan enam sekolah dari Jakarta. Sementara masih banyak sekolah lain, baik daerah Bogor, Jakarta, dan sekitarnya yang masih belum mengunjungi oleh RSA. Jangkauan daerah asal pengunjung pun masih kecil karena sebagian besar baru berasal dari daerah sekitar Bogor, seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor, dan Cibubur. RSA sebagai agrowisata yang baru berkembang
ingin
memperbaiki
kekurangan
tersebut,
yaitu
dengan
mengidentifikasi faktor-faktor kritis penentu kinerja apa saja yang dibutuhkan dalam mengembangkan perusahaan agrowisata. Dalam kaitan dengan pengembangan usaha, terdapat suatu alat manajemen yang banyak digunakan pada tahun 1990-an dalam dunia bisnis, yaitu Benchmarking. Benchmarking adalah proses mengidentifikasi, mempelajari, dan mengadaptasi praktik dan proses terbaik dari organisasi manapun, dimanapun, yang dapat membantu organisasi memperbaiki kinerja. Dari definisi tersebut secara garis besar dapat disimpulkan bahwa benchmarking merupakan suatu metode untuk mengembangkan organisasi dengan menjadikan organisasi lain yang lebih baik sebagai acuan dan menyesuaikannya dengan kondisi organisasi. Karena itu RSA perlu mencari perusahaan lain yang lebih baik dan dapat dijadikan acuan dalam proses pengembangan usahanya. Salah satu keuntungan yang diperoleh dari benchmarking yaitu dapat meningkatkan pemahaman
mengenai sistem dan praktek bisnis dalam menetapkan faktor-faktor kritis penentu dan ukuran yang benar mengenai pengukuran kinerja. Taman Wisata Mekarsari (TWM) dipilih menjadi perusahaan acuan karena memiliki beberapa persamaan dengan RSA, yaitu memiliki tipe bisnis yang sama (agrowisata); memiliki proses produksi yang serupa (memiliki proses budidaya dalam kegiatan wisatanya); memiliki struktur organisasi, profil karyawan (meliputi tim kerja dan pemberdayaan), dan gaya pembuatan keputusan pihak manajemen yang lebih baik. Hal lain yang menyebabkan TWM dipilih yaitu karena
TWM
juga
mengalami
perubahan
orientasi
usaha
dalam
perkembangannya. Semula agrowisata ini berupa Taman Buah Mekarsari dan menjadi Taman Wisata Mekarsari pada tahun 2004. Perubahan orientasi usaha ini ternyata menyebabkan jumlah pengunjung di TWM mengalami peningkatan tiap tahunnya sejak tahun 2004. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel terlihat bahwa TWM mengalami penurunan pengunjung yang cukup signifikan dari tahun 1997 ke tahun 1998, kemudian dari tahun 1998 hingga 2003 mengalami fluktuasi pengunjung (rata-rata menurun). Tahun 2004, terjadi reposisi struktur manajemen sekaligus perubahan citra dari Taman Buah Mekar Sari (TBM) menjadi Taman Wisata Mekar Sari. Perubahan ini terjadi seiring perubahan karakter yang awalnya mengedepankan tanaman buah sebagai andalan menjadi mengedepankan wisata agro secara umum. Berdasarkan alasan-alasan tersebut RSA menjadikan TWM sebagai perusahaan acuan untuk mendapatkan kinerja terbaik dari TWM.
Tabel 3. Jumlah Pengunjung Taman Wisata Mekarsari Tahun Jumlah Pengunjung 1996 870.023 1997 806.433 1998 373.245 1999 257.358 2000 307.366 2001 290.001 2002 269.514 2003 274.650 2004 310.170 2005 377.439 2006 450.250 Sumber: Laporan Pengunjung Taman Wisata Mekarsari (2007) Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor kritis penentu kinerja apa saja untuk pengembangan perusahaan agrowisata? 2. Strategi peningkatan kinerja apa saja yang dapat dilakukan agrowisata Rumah Sutera Alam?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Menentukan faktor-faktor kritis penentu kinerja pengembangan perusahaan agrowisata 2. Merumuskan strategi peningkatan kinerja yang dapat dilakukan agrowisata Rumah Sutera Alam
1.4
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat
dijadikan sebagai rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti: 1. Pihak manajemen perusahaan dan pengelola Rumah Sutera Alam dalam menentukan strategi pengembangan usahanya 2. Pemerintah dalam mempertimbangkan rumusan kebijakan kepariwisataan dan mengembangkan daerah-daerah tujuan wisata yang memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi objek wisata 3. Peneliti lain sebagai bahan acuan dalam penelitian terkait dengan agrowisata 4. Masyarakat umum untuk tambahan wawasan, pengetahuan, dan pembelajaran
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agrowisata 2.1.1 Definisi Agrowisata Agrowisata secara umum dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan atau taman (Farmstop, 2008). Agrowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala, dan bentuk sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Deptan, 2008). Menurut Asosiasi Wisata Agro Indonesia dalam Aryanto (2006), wisata agro merupakan suatu bentuk wisata yang sangat spesifik, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan dan keunikan alam sekaligus menikmati produk agro atau dapat tinggal di lingkungan pertanian, terlibat dalam proses produksi yang kesemuanya dilakukan untuk dapat mengalami, menikmati, mempelajari, dan menghayati bagian dari kehidupan keseharian yang berlangsung di suatu lingkungan pertanian.
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Agrowisata Tujuan dari agrowisata adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, dapat meningkatkan pendapatan petani, serta melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Deptan, 2008). Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang saat ini semakin pesat. Manfaat dari agrowisata antara lain (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996): 1. Meningkatkan konservasi lingkungan 2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam 3. Memberikan nilai rekreasi 4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan 5. Mendapatkan keuntungan ekonomi
2.1.3 Pengembangan Agrowisata Pembangunan dan pengembangan agrowisata mempunyai tujuan ganda yaitu membantu meningkatkan perolehan devisa negara, membantu meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar. Sedangkan di pihak lain dapat menambah jenis dan variasi produk pariwisata Indonesia. Pengembangan usaha agrowisata membutuhkan manajemen yang baik diantara sub sistem, yaitu
diantara ketersediaan sarana dan prasarana wisata, objek yang dijual, promosi, dan pelayanannya. Pengembangan agrowisata dapat diarahkan menjadi agrowisata ruangan tertutup, ruangan terbuka atau kombinasi antara keduanya. Pengembangan agrowisata tertutup dapat berupa koleksi alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah sejarah penggunaan lahan dan pengolahan pertanian. Agrowisata ruang terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usaha tani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata terbuka adalah flora dan fauna yang dipelihara, maupun liar, pemandangan alam yang indah di sekitar kawasan, proses budidaya dan pasca panen serta atraksi pertanian local yang unik. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan (Deptan, 2008). 1. Agrowisata Ruangan Terbuka Alami Agrowisata ruangan terbuka alami dilakukan pada areal dimana kegiatan yang dilakukan dalam obyek wisata tersebut adalah murni kegiatan pertanian seharihari yang biasa dilakukan tanpa rekayasa apapun. Atraksi-atraksi yang ditampilkan adalah usaha pertanian yang dilakukan petani setempat yang dapat lebih ditonjolkan tetapi tidak mengurangi nilai estetika alaminya. Fasilitas pendukung kenyamanan wisatawan tetap disediakan selama tidak bertentangan dengan kultur alami yang ada. 2. Agrowisata Ruangan Terbuka Buatan Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasankawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat.
Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Atraksiatraksi yang akan dijadikan objek wisata pun dapat disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan atraksi yang menarik. Dalam pengembangan agrowisata ruang terbuka campur tangan dalam pengaturan alam dan usaha pertanian yang dilakukan sangat dominan. Fasilitas pendukung untuk agrowisata ini tetap disediakan asal tidak menganggu ekosistem alaminya. Fungsi manajemen dapat dijalankan oleh suatu pengelola namun untuk atraksi pertanian tetap dijalankan petani lokal.
2.1.4 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan agrowisata secara efektif dan efisien sehingga upaya yang akan dilakukan dapat terintegrasi dan berjalan dengan baik. Deptan (2008) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan agrowisata, diantaranya adalah: 1. Sumberdaya manusia Sumber daya manusia meliputi kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan pengelola agrowisata dalam menyediakan, mengemas, menyajikan paketpaket wisata yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke agrowisata tersebut. Keberhasilan dari pengembangan agrowisata sangat tergantung pada kompetensi dari sumberdaya manusia yang terlibat dalam agrowisata tersebut, dalam hal ini keberadaan atau peran pemandu wisata dinilai sangat penting sehingga diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai agrowisata.
Ketersediaan dan upaya penyiapan tenaga pemandu wisata agro saat ini dinilai masih terbatas. 2. Sumberdaya alam dan lingkungan Sumberdaya alam dan lingkungan mencakup objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu, upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian sumberdaya alam yang dijual sangat menentukan keberlanjutan agrowisata. Kondisi lingkungan masyarakat sekitar menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun atraksi wisata yang ditawarkan namun jika berada di masyarakat yang tidak menerimanya maka akan menyulitkan dalam pemasaran agrowisata. 3. Promosi Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan agrowisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel, bandara, restoran, dan lainnya). Untuk menjalankan usaha promosi diperlukan kerjasama antara pengelola agrowisata dengan biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan. Salah satu metode promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan obyek wisata agro adalah metode "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen atau wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.
4. Dukungan sarana dan prasarana Kehadiran wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi, transportasi, dan kesadaran masyarakat sekitarnya. Upaya menghilangkan halhal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan suasana santai serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu diciptakan. Selain itu, dukungan berupa kebijakan pemerintah yang kondusif merupakan kerangka dasar yang diperlukan untuk mendorong perkembangan agrowisata. 5. Kelembagaan Pengembangan agrowisata memerlukan dukungan semua pihak, diantaranya pemerintah, swasta, lembaga terkait seperti biro perjalanan wisata, perhotelan, perguruan tinggi, serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya agrowisata. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan.
2.1.5 Permasalahan dalam Pengembangan Agrowisata Tirtawinata dan Fachruddin (1996) mengemukakan beberapa permasalahan dalam pengembangan dan pengelolaan sebuah agrowisata antara lain: 1. Potensi agrowisata yang belum dikembangkan sepenuhnya Indonesia memiliki potensi agrowisata yang sangat beragam, meliputi pemandangan alam yang berlatar belakang pertanian, teknologi budidaya komoditas pertanian yang khas, atraksi budaya pertanian setempat, dan sebagainya. Keunggulan-keunggulan tersebut saat ini belum sepenuhnya dikembangkan.
2. Promosi dan pemasaran agrowisata yang masih terbatas sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut Kegiatan promosi dan pemasaran agrowisata masih terbatas pada promosi individu, sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya kerjasama antara biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan agar kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan dapat lebih baik. 3. Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan Kesadaran pengunjung terhadap lingkungan terutama di kawasa agrowisata sangat penting, karena tanpa adanya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan, kelestarian sebuah agrowisata akan menjadi rusak. 4. Koordinasi antar sektor dan instansi terkait yang belum berkembang Dalam pengembangan agrowisata diperlukan sebuah koordinasi yang baik dari semua sektor dan instansi terkait, yang meliputi pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat atau petani sebagai subjek, dan dunia usaha pariwisata sebagai penggerak perekonomian rakyat. 5. Terbatasnya kemampuan manajerial di bidang pariwisata Kemampuan manajerial di bidang pariwisata mutlak diperlukan, karena tanpa adanya kemampuan manajerial yang baik maka pengembangan sebuah agrowisata juga tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai agrowisata. 6. Belum adanya peraturan yang lengkap tentang agrowisata Di Indonesia, pemerintah belum mengeluarkan peraturan dan pengembangan yang lengkap mengenai pengembangan agrowisata ke depan.
2.1.6 Manfaat Pengembangan Agrowisata Pengembangan agrowisata membawa berbagai manfaat yang dapat diuraikan sebagai berikut (Deptan, 2008): 1. Melestarikan Sumberdaya Alam Agrowisata pada dasarnya merupakan bisnis yang sangat mengandalkan keunikan, keaslian, kenyamanan, dan keindahan alam. Agrowisata termasuk ke dalam wisata ekologi, yaitu perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar. Konsekuensi logis dari hal ini adalah pengusaha agrowisata harus senantiasa menjaga kualitas lingkungan alam, terutama dalam wilayah yang dijelajahi oleh wisatawan. 2. Mengkonversi Teknologi Lokal Keunikan teknologi lokal yang merupakan hasil dari seleksi alam merupakan aset bagi agrowisata karena keunikan teknologi lokal tersebut menjadi sebuah atraksi yang menarik bagi wisatawan. Dengan demikian teknologi lokal yang merupakan teknologi asli bangsa ini dapat terus dilestarikan. Salah satu contoh teknologi lokal yang berhasil digunakan adalah talun kebun atau pekarangan di masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. 3. Meningkatkan Pendapatan Petani dan Masyarakat Sekitar Selain memberikan nilai keindahan, kenyamanan, dan pengetahuan atraksi agrowisata dapat mendatangkan pendapatan bagi petani serta masyarakat sekitar. Wisatawan yang berkunjung akan menjadi konsumen produk pertanian yang dihasilkan sehingga pemasaran hasil pertanian menjadi lebih efisien. Kesadaran petani untuk menjaga kualitas lingkungan mereka akan
menambah kelanggengan produksi mereka sehingga dengan sendirinya pendapatan mereka akan meningkat. Bagi masyarakat sekitar, banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung dapat membuka peluang usaha untuk menjual jasa dan hasil produk pertanian agrowisata tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan.
2.2 Analisis Kinerja : Benchmarking Dalam kaitan dengan peningkatan kinerja, terdapat suatu alat manajemen yang marak pada tahun 1990-an dan makin banyak diterapkan dalam dunia bisnis, yaitu Benchmarking. Benchmarking merupakan proses alamiah dari berbagai konsep seperti analisis pesaing dan pasar, program peningkatan mutu, dan penilaian kinerja. Peran benchmarking sendiri dilihat dalam hubungannya dengan organisasi
yang
secara
terus-menerus
memperhatikan
dirinya
sendiri,
menganalisis kinerja dan proses-proses internal organisasi, dan secara berkesinambungan menerapkan perbaikan (Bendell et al et al, 1996). APQC
(American
Productivity
Quality
Center)
mendefinisikan
benchmarking sebagai proses mengidentifikasi, mempelajari, dan mengadaptasi praktik-praktik dan proses terbaik dari organisasi manapun, dimanapun, yang dapat membantu organisasi memperbaiki kinerja. Dari definisi tersebut secara garis besar dapat disimpulkan bahwa benchmarking merupakan suatu metode untuk mengembangkan organisasi dengan menjadikan organisasi lain yang lebih baik sebagai acuan dan menyesuaikannya dengan kondisi organisasi.
2.2.1 Definisi Benchmarking Kamus Webster memberikan definisi bench mark (dua kata) sebagai ”titik rujukan untuk pembuatan ukuran”. Dalam perspektif bisnis, definisi yang lebih disukai adalah definisi yang digunakan oleh Inc Corning, benchmarking (satu kata) sebagai ”proses untuk menemukan komponen pembeda yang kuat dari produk, jasa, atau fungsi terhadap (perusahaan-perusahaan) terbaik di pasaran” (Kusnoto, 2000). Benchmarking adalah proses yang memungkinkan diperoleh perbandingan input, proses, atau output antar (atau bagian dari lembaga) atau di dalam suatu lembaga. UNESCO mendefinisikan benchmarking sebagai suatu metode baku untuk
menghimpun
dan
melaporkan
data
pelaksanaan
penting
yang
memungkinkan terjadinya pembandingan kinerja diantara organisasi atau program yang berbeda, yang biasanya digunakan untuk membangun praktik baik, mendiagnosis masalah kinerja, dan mengidentifikasi kekuatan (Watson, 1996). Definisi lain benchmarking yaitu proses mengukur proses internal organisasi kemudian mengidentifikasi, memahami, dan mengadaptasi praktik-praktik terbaik dari organisasi lain yang merupakan organisasi terbaik dalam industrinya. Benchmarking mengumpulkan informasi-informasi eksplisit yang kadang terlewatkan seperti pertimbangan-pertimbangan serta kemungkinan-kemungkinan yang baik bagi organisasi (APQC, 2008). Benchmarking merupakan metode untuk memantapkan strategi yang ditempuh melalui kajian atas praktek-praktek mengenai strategi, proses bisnis, dan sistem-sistem yang dikembangkan perusahaan kelas dunia. Hal ini merupakan kunci bagi perusahaan-perusahaan yang tetap ingin survive, berkembang, serta
berkibar di masa depan. Definisi benchmarking bagi organisasi belajar dianalogikan dengan individu yang mempelajari hal-hal baru, organisasi yang menyalurkan dan mendistribusikan pengetahuannya di lingkungannya disarankan untuk menggunakan definisi benchmarking sebagai memutuskan apa yang penting, memahami bagaimana melakukannya, dan bagaimana sebaiknya melaksanakannya, serta menerapkan apa yang telah dipelajari guna terus-menerus meningkatkan kualitas yang lebih baik daripada sebelumnya. (Kusnoto,2000). Peran benchmarking sebenarnya harus dilihat dalam hubungannya dengan organisasi
yang
secara
terus-menerus
memperhatikan
dirinya
sendiri,
menganalisis kinerja dan proses-proses internal organisasi, dan secara berkesinambungan menerapkan perbaikan (Bendell et al, 1996). Tom Hinton dan Schaefer dalam Kusnoto mengatakan bahwa benchmarking diperlukan untuk menyempurnakan strategi manajemen perubahan yang berfokus pada pelanggan, yang meliputi aspek-aspek strategi korporat, organisasi, dan operasional.
2.2.2 Konsep Benchmarking Pelaksanaan metode benchmarking diperlukan dua pihak, yaitu (1) Pihak pelaku
benchmarking
yaitu
organisasi
atau
perusahaan
yang
ingin
mengembangkan bagian-bagian dari usahanya menjadi lebih baik; (2) Pihak mitra benchmarking yaitu organisasi atau perusahaan yang terbaik yang dijadikan contoh (acuan) bagi organisasi atau perusahaan pelaku benchmarking. Sebagai pihak pelaku benchmarking menganalisis diri sendiri adalah langkah awal terpenting guna memperoleh efektivitas benchmarking. Salah satu aturan fundamental benchmarking adalah mengetahui proses, produk, dan pelayanan
dalam perusahaan sendiri, sebelum memahami hal-hal yang sama pada perusahaan lain yang akan di-benchmark. Hal ini dianggap penting mengingat melalui pemahaman terhadap situasi internal, kita dapat merealisasi peningkatan kualitas. Tanpa pemahaman akurat mengenai situasi internal, akan sulit mengetahui kesenjangan potensial yang ada antara aktivitas dan hasil di perusahaan kita dengan perusahaan lain. Analisis yang akurat mengenai situasi internal merupakan kunci untuk melakukan perbaikan melalui benchmarking. Mitra benchmarking adalah organisasi yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan praktek benchmarking. Menemukan mitra benchmarking dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui: − Penelitian literatur − Mencari informasi dari asosiasi perdagangan dan profesional − Melakukan konsultasi dengan konsultan − Mengadakan diskusi dengan pemegang saham − Informasi dari pemasok utama mesin-mesin, teknologi proses, dan bahan baku − Mendengar pendapat dan keluhan pelanggan-pelanggan utama Pemilihan mitra benchmarking penting untuk menetapkan proses-proses yang dapat dibandingkan dan potensial bagi perubahan lompatan kuantum. Salah satu hal yang dilakukan untuk menemukan perusahaan-perusahaan yang telah melakukan praktek terbaik, yang akan dijadikan mitra benchmarking adalah menghubungi mereka. Kemudian menjelaskan tujuan, misalnya untuk mengkaji proses-proses yang dilakukan dalam perusahaan tersebut guna memperbaiki proses yang ada di perusahaan kita.
Kunjungan lapangan penting untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai sistem dan proses-proses praktek terbaik yang digunakan perusahaanperusahaan tersebut. Selanjutnya melakukan benchmarking berdasarkan data kinerja perusahaan sendiri dan mitra benchmarking guna memperbaiki sistem dan proses-proses di perusahaan kita (Kusnoto, 2000). Sejumlah persyaratan
untuk memilih mitra-mitra benchmarking harus
ditetapkan, berdasarkan sasaran benchmarking, atau untuk menentukan tingkat relevansi yang mungkin dimiliki perusahaan mana pun sebagai mitra benchmarking
potensial.
Kriteria
seleksi
digunakan
untuk
menentukan
”lingkungan belajar” yang tepat bagi perusahaan yang akan melakukan benchmarking.
Memilih
mitra
benchmarking
yang
tidak
cocok
dapat
mengakibatkan implementasi yang tidak efektif dari faktor-faktor kritis keberhasilan sukses yang ditemukan selama benchmarking. Daftar berikut menawarkan
seperangkat
kondisi
yang
dapat
dipertimbangkan
pembentukan seperangkat kriteria spesifik untuk studi benchmarking: a. tipe bisnis b. budaya perusahaan c. struktur organisasi d. profil karyawan (meliputi tim kerja dan pemberdayaan) e. demografi perusahaan (ukuran, stabilitas, dan reputasi merk) f. ukuran atau kerumitan produk g. teknologi produk h. teknologi proses i. saluran-saluran distribusi
dalam
j. pendekatan dan volume produksi k. gaya pembuatan keputusan pihak manajemen Kriteria-kriteria ini memberikan basis yang lebih rasional dan lengkap untuk memilih perusahaan-perusahaan mitra benchmarking, dan membantu mencegah agar
pertimbangan-pertimbangan
emosional
tidak
terlalu
mempengaruhi
pemilihan perusahaan sasaran terbaik dalam benchmarking (Watson, 1996).
2.2.3 Jenis-Jenis Benchmarking Memutuskan siapa yang akan dijadikan pembanding dalam benchmarking tergantung pada subyek yang dipilih untuk melakukan benchmarking, sumberdaya yang mungkin tersedia, dan tantangan organisasi yang telah siap untuk dihadapi. Secara umum, sering kali terlihat ada empat jenis benchmarking yang berbeda, masing-masing pendekatan memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri (Bendell et al, 1996 dan Kusnoto, 2000). 1. Benchmarking internal Benchmarking internal melakukan pembuatan perbandingan-perbandingan dengan berbagai bagian lain di dalam organisasi yang sama. Benchmarking ini dapat dilakukan terhadap bagian lain, lokasi lain, atau perusahaan-perusahaan besar yang memiliki unit-unit bisnis yang berbeda. Salah satu unit tersebut dapat menjadi mitra benchmarking bagi unit lainnnya. misalnya, seperti yang dilakukan Hewlett-Packard (HP) yang membandingkan divisi produksi berkapasitas tinggi di HP yang berada di San Diego, Greeley, Roseville, Vancouver, Loveland, Boise, dan Cupertino. Tujuan benchmarking internal
adalah untuk mengidentifikasi standar-standar kinerja internal dalam organisasi. Keuntungan benchmarking internal adalah: a. Mendorong adanya urun rembug informasi dan menciptakan proses komunikasi yang terbuka b. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan segera melalui identifikasi praktek terbaik dan mentransfernya ke bagian-bagian lain dalam organisasi c. Memberikan perusahaan pengalaman praktek terbaik sebelum melakukan benchmarking eksternal d. Relatif mudah memperoleh semua informasi yang diperlukan Kerugian benchmarking internal adalah semakin menguatnya pandangan internal yang mengabaikan perusahaan-perusahaan lain yang sebenarnya memiliki keunggulan di atas perusahaan tersebut dan tidak menghasilkan usaha perbaikan sebaik benchmarking kompetitif. 2. Benchmarking kompetitif Bechmarking kompetitif dilakukan terhadap para pesaing langsung dalam pasar yang sama. Misalnya, Coca-Cola melakukan benchmarking terhadap Pepsi, Apple terhadap IBM, atau General Motor terhadap Ford. Tujuannya adalah membandingkan cara-cara yang dilakukan perusahaan-perusahaan sejenis dalam pasar yang sama yang memiliki produk atau pelayanan lebih kompetitif, dan mengidentifikasi bagaimana cara menyainginya dengan cara yang sama atau lebih baik. Keuntungan benchmarking kompetitif adalah dalam waktu bersamaan, suatu perusahaan dapat melihat bagaimana para pesaing mereka melakukan sesuatu sekaligus mengukur kinerjanya. Sedangkan kerugiannya
adalah hal ini sangat sulit dilakukan, terutama dalam memperoleh informasi detail yang dibutuhkan tanpa melakukan spionase industri, praktek curang lainnya, atau melanggar peraturan perdagangan. 3. Benchmarking fungsional atau industri Benchmarking fungsional atau industri melakukan perbandingan-perbandingan dengan berbagai organisasi yang biasanya tidak bersaing namun mempunyai persamaan kegiatan fungsi yang sama, seperti dalam bidang manufaktur, atau dalam fungsi tertentu yang dianggap memiliki keunggulan, misalnya manajemen SDM. Benchmarking dalam industri yang sama juga dapat dilakukan terhadap produk atau pelayanan tidak dalam pasar yang sama. Misalnya, perusahaan sepeda motor melakukan benchmarking terhadap industri mobil, atau seperti yang dilakukan Hewlett Packard terhadap Xerox dalam mengembangkan manajemen bisnis pemasok tepat. Keuntungan besar yang diperoleh dari tipe benchmarking ini adalah lebih mudah dapat memperoleh mitra untuk di-benchmark. Informasi yang diperoleh dari perusahaan mitra benchmarking tidak akan lari ke perusahaan lain yang memintanya untuk dijadikan mitra benchmarking. Sedangkan kerugiannya adalah dari segi biaya. Di samping itu, perusahaan yang terkenal menjadi mitra benchmarking merasa dieksploitasi, dan mungkin akses untuk masuk agak dibatasi. 4. Benchmarking generik atau proses Benchmarking generik atau proses selangkah lebih maju dan memungkinkan perbandingan proses-proses bisnis yang berlaku pada berbagai fungsi dan di dalam industri yang benar-benar berbeda. Contohnya adalah pembandingan cara penggudangan yang efisien pada perusahaan Xerox (mesin fotokopi)
dengan L.L Bean (Perusahaan yang memproduksi alat-alat memancing). Hasil benchmarking ini dipergunakan perusahaan yang menjalankan proyek benchmarking untuk memperbaiki fungsi-fungsi dan proses-proses yang berlaku dalam organisasi. Misalnya, fungsi SDM diubah menjadi proses rekrutmen, pelatihan, dan hubungan industrial. Demikian pula fungsi manajemen klaim di perusahaan asuransi dapat dibongkar menjadi proses pembuatan klaim, investigasi, dan penilaian. Suatu perusahaan tidak harus melakukan benchmarking terhadap seluruh proses dalam organisasi serupa atau bahkan dalam industri yang mirip dengan industrinya. Yang perlu dipertimbangkan adalah memfokuskan pada prosesproses yang unggul saja, ketimbang pada praktek-praktek lainnya. Keuntungan melakukan benchmarking adalah sering ditemukannya ide-ide untuk melakukan terobosan guna melakukan perubahan, sehingga sangat potensial bagi pengungkapan praktek-praktek terbaik. Kerugiannya adalah pelaksanaannya sangat sulit. Membutuhkan persiapan yang teliti, keterbukaan pikiran, penerapan yang kreatif, dan tentu saja komitmen dari manajemen senior. Selain itu biaya yang dibutuhkan sangat besar, waktu pelaksanaan yang lama, dan upaya mental dan fisik yang cukup berat. Namun demikian banyak perusahaan merasa yakin pengeluaran tersebut sangat berarti bagi penciptaan kualitas dan peningkatan kinerja perusahaan. Suatu hal yang perlu dipersiapkan
perusahaan
dalam melakukan
benchmarking adalah database, dimana seluruh informasi yang ditemukan disimpan dan diolah. Di samping itu perusahaan juga perlu mempersiapkan respon (jawaban) atas daftar pertanyaan yang dibutuhkan dalam menyusun
laporan tentang kinerja berdasarkan database secara keseluruhan, dengan bantuan informasi yang diperlukan untuk mengukurnya. Kesulitan melakukan praktek benchmarking yang berfokus pada proses bisnis biasanya terletak pada penyusunan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Setiap pertanyaan harus mampu menggambarkan secara detail bagaimana perusahaan melaksanakan proses tersebut pada saat ini sebagai bahan untuk dibandingkan dengan mitra benchmarking yang telah dipilih khusus. Di samping itu, perusahaan perlu memutuskan ruang lingkup proses yang perlu ditingkatkan menjadi praktek terbaik.
2.2.4
Manfaat Benchmarking Banyak keuntungan yang diperoleh dari praktek Benchmarking terhadap
peningkatan kualitas, baik pelayanan jasa seperti pengiriman, atau pada manufaktur dalam hal pengurangan waktu, pengurangan produksi, penyimpanan, dan distribusi. Tetapi, sebagaimana perubahan lainnya, benchmarking hanya dapat bermanfaat jika dilakukan dengan tujuan yang jelas. Secara umum, praktek benchmarking bertujuan untuk meningkatkan kualitas secara berkesinambungan, terutama dalam hal pengurangan biaya, peningkatan kecepatan proses produksi, atau pelayanan. Secara lengkap, manfaat praktek benchmarking adalah : 1. Meningkatkan pemahaman mengenai sistem dan praktek bisnis 2. Menetapkan faktor-faktor kunci keberhasilan dan ukuran-ukuran yang benar mengenai pengukuran produktivitas
3. Mengeluarkan ide-ide baru yang dibutuhkan untuk memimpin organisasi guna meningkatkan kualitas secara berkesinambungan atau melakukan terobosanterobosan perubahan 4. Meningkatkan pemahaman dan memenuhi kebutuhan pelanggan 5. Meningkatkan pemahaman atas kondisi eksternal yang mengarah pada penetapan tujuan-tujuan yang lebih relevan 6. Menjadi lebih kompetitif di pasar global 7. Menjadi lebih sadar mengenai praktek terbaik dalam manajemen 8. Meningkatkan semangat untuk melakukan perubahan
2.2.5
Faktor Kritis Keberhasilan Kinerja (Critical Success Factor/CSF) Faktor-faktor kritis keberhasilan kinerja (critical success factors/CSF)
adalah karakteristik-karakteristik, kondisi-kondisi, atau variabel-variabel yang memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan konsumen akan keluaran (yang berupa produk atau jasa atau keduanya) yang dihasilkan proses-proses bisnis tertentu, dan yang dengan demikian bersifat menentukan bagi sukses bisnis secara keseluruhan. Faktor-faktor ini mencerminkan aspek-aspek prospek bisnis yang dapat diukur serta diamati, yang bila dijalankan dengan baik akan menghasilkan pertumbuhan dan kesuksesan bisnis yang berkelanjutan. Pendeknya, ini merupakan sejumlah kecil faktor menentukan yang memiliki dampak terbesar di segenap sistem bisnis. Contoh-contoh faktor kritis keberhasilan kinerja antara lain adalah manajemen biaya, mutu produk dalam persepsi konsumen, ciri-ciri desain produk, serta citra perusahaan. (Watson, 1996).
Sebuah pendekatan terpadu terhadap penilaian dapat diperoleh dengan menandai CSF. Faktor-faktor ini mewakili sejumlah kecil petunjuk kunci yang bisa menunjukkan kemampuan memuaskan ke arah sasaran-sasaran, organisasi biasanya akan merasa berhasil dalam jalur perbaikan mutu. Penetapan faktor keberhasilan kritis perlu dilengkapi agar mencerminkan gambaran secara menyeluruh (Bendell et al, 1995). Faktor kritis keberhasilan kinerja ini digunakan untuk mengukur atau membandingkan kinerja perusahaan pelaku benchmarking dengan perusahaan mitra benchmarking yang nantinya akan menghasilkan perbedaan kinerja serta perbaikan kinerja bagi perusahaan pelaku.
2.3 Penelitian Terdahulu Gracia (1996) melakukan penelitian mengenai Aplikasi Metode Patok Duga (Benchmarking) dalam Kinerja Usaha Koperasi (Studi Kasus pada KUD Mandiri Tani Mukti dan KUD Mandiri Inti Sarwa Mukti, Kabupaten Bandung). Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan metode Patok Duga dengan menganalisis kinerja KUD Tani Mukti (KUD TM) sebagai pelaku Patok Duga dan KUD Sarwa Mukti (KUD SM) sebagai mitra Patok Duga. Hasil yang didapatkan diharapkan bisa memberikan saran pengembangan bagi peningkatan kinerja KUD TM dan masukan-masukan bagi KUD SM. Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan untuk dijadikan perbandingan terdiri dari aspek manajemen usaha (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling) dan manajemen sumber daya manusia KUD SM lebih unggul namun kelemahan terletak pada persentase nilai tambah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kualitas susu pada KUD tersebut. Pada KUD SM, ditemui bahwa kegiatan penyuluhan, baik yang bersifat formal
ataupun non formal kurang dilakukan sehingga tingkat kesadaran peternak rendah. Sedangkan untuk unit perkreditan, di KUD TM kurang diminatinya simpan pinjam yang diberikan oleh pihak KUD, sehingga tingkat partisipasi anggotanya kecil dan banyaknya anggota yang tidak aktif dan sering menunggak dalam pembayarannya. Saran pengembangan bagi KUD SM adalah usaha meningkatkan kualitas susunya dengan memberikan pendidikan dasar bagi petugas lapang mengenai pengetahuan manajemen sapi dan pemberian makanan yang benar. Bagi KUD TM sendiri dianjurkan untuk tetap melakukan peningkatan dalam kualitas dan kuantitas susu melalui pengambilan kredit yang ditawarkan oleh bank-bank tertentu. Bagi unit perkreditan KUD TM disarankan untuk menerapkan sistem perkreditan SPAJ (Simpan Pinjam Antar Jemput) yang dilaksanakan KUD SM. Aryanto (2006) melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe), Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan menganalisis kekuatan dan kelemahan yang ada pada KaWePe serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh KaWePe, serta merumuskan strategi yang sebaiknya dilakukan KaWePe dalam menjalankan usahanya. Faktor yang menjadi kekuatan utama memiliki sungai yang dapat dinikmati pengunjung dan tidak ditemui di objek wisata agro lain sejenis dan KaWePe sebagai pionir dalam wisata edukasi pertanian. Sedangkan yang menjadi kelemahan utama yaitu belum ada bagian penelitian dan pengembangan pada perusahaan. Faktor peluang yang direspon oleh perusahaan adalah kecenderungan wisatawan yang ingin menikmati segala sesuatu yang unik dan tradisional. Sedangkan faktor ancaman yang direspon oleh
perusahaan adalah hambatan masuk industri wisata agro hampir tidak ada dan menyebabkan banyak munculnya pendatang baru. Dari hasil analisis matriks IE diperoleh posisi KaWePe pada saat ini berada di kuadran V yang merupakan posisi “Pertahankan dan Pelihara” (hold and maintain). Posisi ini menggambarkan KaWePe dalam kondisi internal rata-rata respon perusahaan terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang. Hasil analisis matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan. Pengambilan keputusan melalui analisis QSPM menunjukkan bahwa priorotas strategi yang direkomendasikan untuk dijalankan oleh perusahaan berdasarkan nilai tertinggi yaitu mempertaankan ciri khas sebagai wisata edutainment bidang pertanian. Hasil QSPM ini merupakan strategi yang dihasilkan melalui pemaduan kondisi internal dan eksternal pada matriks IE dan matriks SWOT.
2.4 Kerangka Pemikiran Analisis Kinerja Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan mitra lebih baik dari perusahaan pelaku, artinya perusahaan mitra tersebut memiliki kinerja bisnis yang baik dan telah menerapkan strategi bisnis tertentu yang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam wilayah kerjanya sehingga dapat dijadikan sebagai mitra benchmarking. Melalui pendekatan benchmarking inilah Rumah Sutera Alam (RSA) dapat meningkatkan kinerja perusahaannya dengan memakai Taman Wisata Mekarsari (TWM) sebagai perusahaan mitra benchmarking. Jenis benchmarking yang digunakan dalam analisis ini yaitu benchmarking kompetitif, yaitu dilakukan terhadap perusahaan-
perusahaan sejenis dalam pasar yang sama yang memiliki produk atau pelayanan lebih kompetitif. Kriteria yang digunakan dalam memilih perusahaan mitra benchmarking yaitu: (1) bergerak di bidang atau bisnis yang sama yaitu agrowisata; (2) memiliki proses produksi yang sama atau serupa yaitu memiliki proses budidaya dalam kegiatan wisatanya; (3) memiliki struktur organisasi, profil karyawan, serta gaya keputusan pihak manajemen yang lebih baik; (4) kemudian persamaan perkembangan dari keduanya yaitu mengalami perubahan orientasi usaha dalam perkembangannya. TWM dipilih karena memiliki kriteria tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengukur kinerja masing-masing perusahaan (Rumah Sutera Alam dan Taman Wisata Mekarsari). Masing-masing perusahaan diukur kinerjanya melalui faktor-faktor kritis penentu kinerja yang paling mempengaruhi kinerjanya. Setelah dilakukan pengukuran kinerja tersebut, dilakukan metode benchmarking dengan membandingkan kinerja TWM dengan RSA. Dari hasil perbandingan tersebut akan terlihat kesenjangan diantara kedua perusahaan yang kemudian dianalisis dengan menggunakan spider-web analysis. Dari hasil spider-web analysis tersebut akan terlihat kesenjangan mana yang perlu diperbaiki dan merumuskan strategi peningkatan kinerja yang sesuai bagi RSA untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan Benchmarking dalam mengidentifikasi, mempelajari, dan mengadaptasi praktek-praktek dan proses terbaik dari organisasi lain ini menurut Arifin (2002) yaitu: 1. Menentukan daftar faktor-faktor kritis keberhasilan (CSF) Penentuan faktor kritis keberhasilan yang merupakan faktor penting dalam mengukur masing-masing kinerja perusahaan
2. Menentukan data-data yang diperlukan Data-data dan informasi yang terkait dikumpulkan dan digali lebih lanjut berdasarkan faktor keberhasilan kritis yang akan di-benchmark 3. Melakukan metode benchmarking Langkah selanjutnya adalah melakukan metode benchmarking dengan menggunakan data-data dan informasi yang diperoleh 4. Melakukan analisis Spider-Web dan menentukan besarnya perbedaan Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan spider-web, dari analisis tersebut dapat diketahui besarnya perbedaan yang terjadi antara perusahaan pelaku dengan perusahaan mitra benchmarking 5. Merumuskan strategi peningkatan kinerja bagi perusahaan pelaku Tahap terakhir merupakan perumusan dari apa yang telah dianalisa, kemudian memberikan saran berupa strategi untuk mengatasi perbedaan yang terjadi
Rumah Sutera Alam sebagai Agrowisata yang Baru Berkembang
Identifikasi Faktor Kritis Pengembangan Perusahaan Agrowisata
Kinerja Perusahaan Taman Wisata Mekar Sari (TWM)
Benchmarking
Kinerja Perusahaan Rumah Sutera Alam (RSA)
Spider Web Analysis
Strategi Peningkatan Kinerja Bagi Rumah Sutera Alam
Gambar 1. Analisis Kinerja Benchmarking
III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Agrowisata Rumah Sutera Alam sebagai objek
penelitian, yang terletak di Jalan Raya Ciapus No 100 Km 8 Rt/Rw 05/07 Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa objek agrowisata ini sebagai usaha yang tergolong baru, yaitu baru dibuka untuk umum pada tahun 2006 dan termasuk dalam industri agrowisata yang saat ini sedang berkembang. Rumah Sutera Alam merupakan wisata edukasi yang menjelaskan proses budidaya ulat sutera dari hulu ke hilir sehingga menjadikan Rumah Sutera Alam menjadi unik dan menarik untuk diteliti. Penelitian juga dilakukan di Taman Wisata Mekarsari sebagai perusahaan mitra, yang terletak di Jalan Raya Cileungsi Jonggol Km 3, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Taman Wisata Mekarsari merupakan objek agrowisata yang lebih dahulu berkembang dan dikenal masyarakat sehingga dijadikan perusahaan mitra bagi Rumah Sutera Alam. Selain itu berdasarkan kriteria pemilihan mitra benchmarking yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya Taman Wisata Mekarsari memenuhi kriteria diantaranya yaitu: l. memiliki tipe bisnis yang sama yaitu agrowisata m. memiliki proses produksi yang serupa yaitu memiliki proses budidaya dalam kegiatan wisatanya
n. memiliki struktur organisasi, profil karyawan (meliputi tim kerja dan pemberdayaan), gaya pembuatan keputusan pihak manajemen yang lebih baik o. mengalami perubahan orientasi usaha dalam perkembangannya Perbedaan besar antara Taman Wisata Mekarsari (TWM) selain dari kriteria tersebut yaitu dari jenis dan skala usaha. TWM dan Rumah Sutera Alam (RSA) bergerak di bisang agrowisata, namun TWM dapat menyeimbangkan antara unsur edukasi dan wisata, sementara RSA baru mengedepankan unsur edukasi saja. Hal inilah yang membuat nilai lebih TWM di mata konsumen sehingga banyak pengunjung melakukan kunjungan ulang. Skala TWM sudah mencapai nasional bahkan menuju internasional, sementara RSA saat ini masih mengusahakan mencapai skala nasional. Dasar-dasar itulah yang membuat TWM dijadikan sebagai perusahaan mitra benchmarking bagi RSA. Pengambilan data di kedua tempat dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2008.
3.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pemilik Rumah Sutera alam, Divisi Marketing and Sales Taman Wisata Mekarsari, dan Wakil Sekjen DPP AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia). Selain itu data juga diperoleh dari pengunjung RSA dan TWM guna memperoleh informasi tambahan sebagai pendukung data yang diperoleh. Data primer juga diperoleh melalui observasi dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada kegiatan-kegiatan yang ada pada masingmasing perusahaan.
Data sekunder yang merupakan data primer diperoleh dari data-data perusahaan mengenai agrowisata, laporan-laporan manajemen, laporan penelitian terdahulu, artikel serta literatur yang relevan dengan masalah penelitian, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, serta lingkungan perpustakaan Institut Pertanian Bogor.
3.3
Metode Pengambilan Responden Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan
menyebarkan kuisoner kepada pihak perusahaan dan pengunjung. Pemilihan responden dari pihak perusahaan menggunakan metode experimental judgement, yaitu dengan memilih secara sengaja sampel yang akan diteliti sebagai responden dengan pertimbangan bahwa responden harus memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap penelitian ini dari kedua agrowisata serta memiliki pengaruh dan keterlibatan yang tinggi dalam perusahaan. Sementara responden dari pengunjung dipilih melalui metode convenience sampling dengan pendekatan non-probability sampling, yaitu ketika responden yang dijadikan sample sedang berada pada lokasi penelitian dan bersedia diwawancara. Satu kuisioner dibatasi untuk satu keluarga atau rombongan karena diangga keputusan mengenai lokasi wisata merupakan keputusan bersama, sementara untuk rombongan bukan keluarga kuisioner diberikan pada masingmasing pengunjung. Jumlah pengunjung yang dipilih dari RSA dan TWM masing-masing sebanyak sepuluh orang. Jumlah ini diambil untuk mendapatkan persepi dari pengunjung untuk masing-masing tempat.
3.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas analisis deskriptif dan
analisis Benchmarking. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk tabel, gambar, dan uraian. Pendekatan secara kuantitatif lebih mudah dipahami dan diterapkan, tetapi pendekatan kualitatif juga perlu dilakukan untuk menerjemahan angka-angka yang didapat dari hasil penelitian.
3.4.1
Analisis Deskriptif Metode deskriptif menurut Whitney dalam Nazir (1999) yaitu pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat. Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kinerja perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi riil perusahaan.
3.4.2
Analisis Benchmarking Analisis benchmarking yang harus dilakukan perusahaan menurut Arifin
(2002) melalui beberapa tahapan yaitu menentukan faktor-faktor kritis keberhasilan (CSF), menyebarkan kuesioner untuk menentukan bobot dan rating CSF, mengolah data hasil kuesioner dan memetakan posisi masing-masing posisi perusahaan pada Jaring Laba-Laba (Spider Web). Setelah itu melakukan analisis kesenjangan yang terjadi untuk menentukan strategi peningkatan kinerja. Pihak lain yang dilibatkan selain pihak perusahaan yaitu tenaga ahli/pakar yang diminta untuk memberi penilaian terhadap faktor-faktor tersebut.
a.
Tahap Input Pada tahap ini input yang akan dimasukkan yaitu faktor-faktor kritis
keberhasilan pada masing-masing perusahaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap input ini yaitu: 1. Tahap identifikasi faktor kritis penentu kinerja dalam industri agrowisata Tahap identifikasi faktor kritis kinerja, yaitu dengan cara mendaftarkan semua faktor-faktor kritis yang mempengaruhi keberhasilan kinerja pengembangan industri agrowisata. Penentuan faktor-faktor ini kritis penentu kinerja ini dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak yang berkepentingan pada masingmasing perusahaan, pengamatan secara langsung, pendapat ahli dalam bidang agrowisata, serta buku ’Daya Tarik dan Pengelolaan Ahrowisata”. Masing-masing perusahaan dinilai kinerjanya berdasarkan faktor-faktor tersebut. 2. Pemberian bobot pada setiap faktor Penentuan bobot pada setiap faktor perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan responden dengan menggunakan metode paired comparison (perbandingan berpasangan) yang dikembangkan oleh Kinnear dan Taylor (1991). Responden yang dipilh yaitu pemilik RSA, Divisi Marketing and Sales TWM, dan Wakil Sekjen DPP AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia). Metode tersebut digunakan untuk membandingkan masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingan. Untuk menentukan bobot dari setiap faktor digunakan skala 1, 2, 3. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1. Bentuk dari nilai pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Kritis Faktor Kritis Keberhasilan A B C D ... Total
A
B
C
D
...
Total
Bobot
1
Sumber: David, 2006
Keterangan : Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = Jika faktor horisontal kurang penting daripada faktor vertikal 2 = Jika faktor horisontal sama penting daripada faktor vertikal 3 = Jika faktor horisontal lebih penting daripada faktor vertikal
Bobot dari setiap variabel menentukan proporsi nilai setiap faktor terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
ai =
Keterangan :
xi n
∑x i =1
i
ai = bobot masing-masing faktor sukses kritis xi = nilai faktor sukses kritis i n = jumlah keseluruhan faktor
3. Penentuan rating Penentuan rating/nilai peringkat dilakukan oleh responden yang sama dengan pembobotan dan dilakukan terhadap masing-masing perusahaan. Untuk mengukur pengaruh setiap faktor terhadap kondisi perusahaan digunakan rating dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor kritis keberhasilan yang menandakan kondisi perusahaan saat ini.
Skala nilai peringkat yang digunakan yaitu: 1 = jika kondisi perusahaan di bawah rata-rata perusahaan pembanding 2 = jika kondisi perusahaan sedikit di bawah rata-rata perusahaan pembanding 3 = jika kondisi perusahaan sedikit di atas rata-rata perusahaan pembanding 4 = jika kondisi perusahaan di atas rata-rata perusahaan pembanding
b.
Tahap Perbandingan Tahap yang kedua yaitu tahap perbandingan dengan membandingkan nilai
skor setiap faktor kritis keberhasilan pada masing-masing perusahaan. Total nilai skor diperoleh melalui perkalian bobot dan rating pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor. Rating mengacu pada kondisi perusahaan (company-based), sedangkan bobot mengacu pada keadaan industri perusahaan (industry-based). Hasil perhitungan data yang diperoleh pada masing-masing perusahaan dimasukkan ke dalam Matriks Perbandingan Kinerja.
Tabel 5. Matriks Perbandingan Kinerja Faktor-Faktor Kritis
Bobot
Total
1,00
Objek Penelitian Rating Skor
Objek Pembanding Rating Skor
1. 2. .. .. .. ..
Sumber: Arifin, 2007
Setelah itu masing-masing nilai skor dari setiap faktor kritis dimasukkan ke dalam Diagram Jaring Laba-Laba (Spider Web). Data diolah dengan menggunakan fasilitas grafik Radar yang dimiliki Microsoft Excel 2007 untuk
memudahkan analisis data. Dari hasil tersebut akan terlihat bagaimana perbedaan kinerja yang terjadi diantara kedua perusahaan dan melakukan perbaikan terutama bagi objek penelitian yang melakukan studi benchmaking. Gambar 2. Diagram Jaring laba-Laba CSF 1 1 0.8
CSF 6
0.6
CSF 2
0.4 0.2 0
CSF 5
CSF 3 Objek Penelitian Objek Pembanding CSF 4
Sumber: Arifin, 2007
IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1
Rumah Sutera Alam
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Rumah Sutera Alam awalnya didirikan dengan tujuan untuk mengisi waktu luang seorang pensiunan perkebunan, Bapak Tatang Gozali. Bapak Tatang memulai usahanya dengan menanam pohon Murbei, yang merupakan pakan ulat sutera pada tanggal 17 Agustus 2001. Tidak lama setelah itu RSA menjadi petani penghasil kokon bagi perusahaan penghasil benang sutera yang berada di Sukabumi PT Indojado. Pada tahun 2002 RSA tidak lagi menjadi petani penghasil kokon bagi PT Indojado dan mulai mengembangkan usahanya dengan mencoba menghasilkan benang sutera. RSA mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari sentra-sentra persuteraan alam dan membeli mesin-mesin bekas penghasil benang sutera. Namun benang sutera yang dihasilkan RSA ternyata ditolak karena kualitas yang dihasilkan masih di bawah standar. Penolakan tersebut membuat RSA melengkapi alat produksi lainnya serta konsultasi ke berbagai ahli agar kualitas benang sutera yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ada. Demikian seterusnya hingga RSA memiliki serangkaian proses produksi mulai dari menanam murbei, memelihara ulat sutera, proses pengolahan benang sutera, hingga proses penenunan menggunakan mesin Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Persuteraan alam merupakan budidaya yang jarang dilakukan di Indonesia sehingga menarik minat dan perhatian masyarakat untuk melihat dan mengetahui proses serta hasil budidaya yang dilakukan oleh RSA. Proses budidaya ulat sutera
mulai dari hulu sampai hilir ini merupakan konsep eduwisata yang menarik dan unik sehingga Bapak Tatang akhirnya memutuskan untuk membuka RSA sebagai objek wisata pada bulan Maret 2006. Perubahan orientasi perusahaan menjadi konsep wisata alam ini juga dilatarbelakangi oleh biaya produksi yang terus meningkat tanpa diimbangi pemasukan yang mencukupi. Meskipun saat ini RSA sudah melakukan produksi hingga tahap pencelupan warna pada kain sutera, RSA hanya mengolah 30 persen benang sutera yang diproduksi menjadi kain langsung kepada konsumen dalam bentuk kain maupun produk jadi (seperti kerudung, mukena, pakaian, kaos, dan lain-lain). Sisa benang sutera lainnya dijual kepada perusahaan penenunan di Garut, Majalaya, Pekalongan, dan Banyuwangi.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi Rumah Sutera Alam adalah menjadikan Rumah Sutera Alam sebagai pusat pengembangan industri sutera di Indonesia, dengan semangat meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan. Sedangkan misi Rumah Sutera Alam adalah: 1.
Memperkenalkan proses produksi sutera
2.
Menghasilkan kualitas produk yang bermutu tinggi
3.
Bekerjasama dengan pihak luar di dalam pengembangan sutera
4.1.3 Lokasi Perusahaan Rumah Sutera Alam terletak di Jalan Raya Ciapus No 100 Km 8 Rt/Rw 05/07 Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Lokasi RSA
berada di bawah kaki Gunung Salak dengan ketinggian 450-500 meter di atas permukaan laut. Kelembaban udara berkisar antara 86 persen – 90 persen dengan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara 230 C – 280 C, sedangkan pada malam hari berkisar antara 220 C – 250 C. Luas areal yang dimilki RSA sebesar 4 ha, dimana 2 ha digunakan untuk kebun murbei dan yang 2 ha digunakan untuk budidaya ulat sutera, bangunan pabrik, cottage, rumah pemilik, dan sebagainya. RSA memiliki lokasi cukup strategis karena terletak 8 km dari bawah kaki Gunung Salak. Akses untuk mencapai lokasi Rumah Sutera Alam cukup mudah ditempuh baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Selain itu wilayah RSA berdekatan dengan objek wisata lainnya seperti panorama Gunung Salak Endah, dan wisata bumi perkemahan Gunung Bunder.
4.1.4 Operasional Perusahaan Rumah Sutera Alam (RSA) dibuka untuk umum sebagai objek wisata pada hari Senin - Sabtu pukul 08.00 - 16.00 WIB, dan tutup pada hari Minggu serta selama bulan Ramadhan. Pengunjung tidak dikenakan tiket masuk dan tidak ada tarif parkir, mereka hanya perlu membayar untuk konsumsi makanan. Lapangan parkir di RSA dibagi menjadi dua, pertama di depan pintu gerbang RSA untuk mobil dan motor, sedangkan yang kedua berada di samping RSA khusus untuk bus kecil. Harga paket wisata di RSA untuk paket eduwisata mengenai budidaya ulat sutera dibagi dua, yaitu paket Sutera Alam Tour 1 dengan biaya Rp.30.000/orang untuk pelajar dan Rp.40.000/orang untuk umum. Harga tersebut sudah termasuk
welcome drink, makanan kecil, makan siang dan pemandu. Paket kedua yaitu paket Sutera Alam Tour 2 dengan biaya Rp.10.000/orang untuk pelajar dan Rp.15.000/orang untuk umum. Harga tersebut sudah termasuk welcome drink, makanan kecil, dan pemandu. Selain paket eduwisata, RSA juga menyediakan beberapa paket wisata lainnya yaitu paket wisata malam hari, paket pelatihan dan pengembangan agribisnis ulat sutera, seminar mengenai prospek pengembangan agribisnis ulat sutera, dan paket gathering. Paket wisata malam hari ditujukan bagi pengunjung yang ingin bermalam di lokasi RSA dihiasi pemandangan Gunung Salak dengan suasana yang asri serta udara yang sejuk. Pengunjung diajak berkeliling di daerah sekitar RSA sambil melihat keseharian masyarakat sekitar. Penginapan yang disediakan untuk paket ini yaitu 3 unit cottage, salah satunya bernuansa Jepang. Fasilitas berupa 2 kamar tidur, TV, kulkas, dapur, ruang keluarga, serta kamar mandi dengan water heater. Meskipun tanpa pemandu, pengunjung yang mengambil paket ini juga dapat melihat budidaya ulat sutera yang ada di lokasi RSA tanpa dipungut biaya. Harga untuk wisata malam hari yaitu Rp 500.000/cottage. Paket pelatihan dan pengembangan agribisnis ulat sutera disediakan RSA yang bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan Pemerintah Daerah. Program ini ditujukan bagi siapa saja yang tertarik mengenai teknik pembuatan benang sutera yang berasal dari kokon. Program ini bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada pengunjung mengenai budidaya ulat sutera dari hulu hingga hilir meliputi penanaman murbei, pembibitan dan pemeliharaan ulat sutera, pemintalan benang, penenunan kain menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), sampai pada pencelupan warna pada kain sutera. Fasilitas yang akan
diberikan adalah ruang kelas pelatihan dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelatihan, tenaga pengajar profesional yang telah berpengalaman, dan tempat praktek lapang, mulai dari kebun murbei, rumah ulat kecil dan besar, tempat pemintalan benang, dan penenunan dengan ATBM. Harga untuk paket pelatihan dan pengembangan agribisnis ulat sutera yaitu Rp 2.000.000/orang. Seminar mengenai prospek dan pengembangan agribisnis ulat sutera ditujukan bagi para pengunjung khususnya hobbies atau pengusaha yang tertarik untuk mengembangkan usaha di bidang persuteraan alam. Pengadaan program ini pada tergantung banyaknya permintaan pengunjung atau permintaan dari lembaga terkait seperti Departemen Kehutanan maupun instansi lain. Harga yang diberikan untuk paket seminar ini disesuaikan dengan disesuaikan dengan jumlah peserta, pembicara, serta fasilitas yang diinginkan peserta. Paket gathering ditujukan bagi pengunjung yang ingin berkumpul dengan komunitasnya sambil menikmati pemandangan alam yang ada di lokasi RSA. Pengunjung yang datang bisa berasal dari perkumpulan suatu karyawan organisasi, ibu-ibu arisan, perusahaan, lembaga, dan sebagainya. Harga yang diberikan untuk paket gathering ini disesuaikan dengan jumlah pengunjung serta fasilitas yang diinginkan. RSA juga memiliki sebuah galeri kecil yang berisi produk-produk olahan dari budidaya ulat sutera yang dapat dibeli pengunjung seperti kain sutera, pasmina, kerudung, sapu tangan, kebaya, baju batik, dan sebagainya. Harga produk tersebut beraneka ragam mulai dari Rp 15.000 – Rp 500.000. Aneka cinderamata yang disediakan berupa pin, kaos, serta gantungan kunci kokon kering dengan kisaran harga Rp 3.000 – Rp 50.000. Disamping produk olahan
dari hasil budidaya ulat sutera, RSA juga membuat teh murbei berupa teh celup dengan ramuan khusus dari pemilik. Harga teh murbei ini yaitu Rp 15.000/kotak. Sarana dan prasarana yang disediakan RSA dalam memberikan kemudahan bagi para pengunjung yaitu papan tulisan ”Rumah Sutera” yang berada di pintu gerbang masuk, areal tempat parkir, toilet yang berada di sekitar lokasi wisata, tempat ibadah berupa dua buah musholla, 3 unit cottages bagi pengunjung yang ingin menginap, ruang pertemuan berupa gazebo, serta beberapa unit bermain anak-anak. Pengunjung yang datang kebanyakan mengetahui keberadaan RSA dari teman, rekan kerja, atau saudaranya. Meskipun begitu, beberapa pengunjung yang datang mengetahui RSA dari stasiun televisi (Trans TV, O Channel, RCTI, EL Shinta, Metro TV, TPI, Trans 7, dan SCTV) dan media cetak (Paras, Bobo, Idea, Kreatif, Radar Bogor, Kompas, dan Tempo). RSA pernah mengadakan kerjasama dengan restoran McDonald yang berada di Padjajaran Bogor pada tahun 2007 dengan menyediakan brosur mengenai RSA, namun kerjasama ini hanya berlangsung selama beberapa bulan. RSA juga memiliki website resmi www.rumahsuteraalam.com yang dibuat sejak tahun 2003. Website ini memuat keterangan mengenai alamat RSA, fasilitas yang disediakan, serta nomor telepon dan email RSA. Perjalanan menuju lokasi RSA jika ditempuh dari pintu tol Bogor sekitar 40 menit jika lalu lintas sedang lancar, dan sekitar 1 jam jika lalu lintas sedang ramai. Angkutan umum menuju RSA tersedia mulai dari terminal kota Bogor, pengunjung dapat menggunakan mobil bernomor 06 jurusan Ciheuleut – Ramayana, turun di Bogor Trade Mall dan melanjutkan dengan mobil bernomor 03 jurusan Ramayana – Ciapus. Keadaan jalan menuju lokasi RSA sudah
beraspal, sedikit sempit, namun kendaran besar seperti bus dapat melewatinya. Rencana pelebaran jalan sudah menjadi agenda Pemerintah Kabupaten Bogor, namun realisasinya belum dapat dilaksanakan pada tahun ini. Pengunjung terutama dari luar kota sering kebingungan menemukan lokasi RSA karena minimnya papan petunjuk informasi mengenai lokasi dan arah menuju RSA.
4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi Rumah Sutera Alam masih bersifat sederhana dengan posisi kunci diduduki oleh kerabat atau keluarga pemilik. Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya RSA dikelola langsung oleh pemiliknya yaitu Bapak Tatang Gozali yang dibantu oleh istrinya Ibu Ani Gozali sebagai sekretaris merangkap bendahara. Susunan organisasi terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian penjualan, bagian produksi, dan bagian umum. Bagian penjualan bertugas menginformasikan sekaligus mempromosikan kepada pengunjung terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan. Bagian produksi mencakup budidaya ulat sutera, pemeliharaan atraksi wisata dan gudang stok, serta pemandu wisata. Bagian umum bertugas menghitung volume penjualan kain sutera, bagian keamanan, serta kebersihan. RSA memberlakukan jam kerja bagi seluruh karyawan mulai hari Senin-Sabtu pukul 08.00-16.00 WIB dengan jam istirahat pukul 12.00 - 13.00 WIB. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di RSA sebanyak 25 orang. Komposisi karyawan yaitu bagian pemandu wisata 3 orang, bagian pabrik 9 orang, bagian keamanan 2 orang, bagian kebersihan 5 orang, bagian kebun 4 orang dan bagian galeri 2 orang. Struktur organisasi RSA dapat dilihat pada Gambar 3.
Pemilik/Pengelola Rumah Sutera Alam
Sekretaris/ Bendahara
Bagian Penjualan
Direktur Produksi
Direktur Umum dan Keuangan
Gambar 3. Struktur Organisasi Rumah Sutera Alam
4.2
Taman Wisata Mekar Sari
4.2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Taman Wisata Mekarsari yang diprakasai dan dipelopori oleh almarhumah Ibu Tien Soeharto merupakan bagian dari manajemen PT Mekar Unggul Sari (PT MUS). PT MUS didirikan pada tanggal 14 April 1994. Taman Wisata Mekarsari yang dulu dikenal dengan Taman Buah Mekarsari dimiliki oleh Yayasan Purna Bhakti Pertiwi dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 1995, sedangkan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 1995 bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia. Perintisan tanaman dilakukan sejak tahun 1989 yang kemudian ditindaklanjuti dengan penanaman tanaman-tanaman buah lainnya yang ada pada tahun 1992. Proses pembangunan Taman Wisata Mekarsari mengalami empat tahapan pembangunan. Tahap I meliputi pembangunan sarana penunjang, penanaman tanaman, serta pembangunan instalansi pipa air dan listrik. Pembangunan tahap II
meliputi pembangunan gedung pengelola, lapangan parkir, gedung supermaket buah, restoran, shelter, kereta keliling, tempat ibadah, toilet, dan sarana lainnya. Pembangunan tahap III meliputi pembangunan laboratorium, gudang pasca panen, pool kendaraan, kebun percobaan, sarana pengolah limbah, rumah kaca, ruang pompa dan pembangkit tenaga listrik. Pembangunan tahap IV meliputi pembangunan hotel (yang masih dalam tahap pembangunan), ruang pertemuan dan taman di sekitar danau serta arena bermain. Tahun 2004, di bawah pimpinan Bapak Hari Tanjung, SIK, MM sebagai General Manager, terjadi reposisi perubahan struktur manajemen sekaligus perubahan image dari Taman Buah Mekar Sari (TBM) menjadi Taman Wisata Mekar Sari (TWM). Perubahan ini terjadi seiring perubahan karakter yang awalnya mengedepankan tanaman buah sebagai andalan menjadi mengedepankan wisata. Hal ini sesuai dengan slogan baru TWM yaitu ”Wisata di Tengah Taman Buah”. Reposisi TWM dilatarbelakangi oleh semakin menurunnya jumlah pengunjung dan banyaknya keluhan pengunjung yang buahnya tidak selalu tersedia setiap saat, sementara buah-buahan sifatnya musiman. Areal kebun buah yang ada di TWM mengikuti pola daun Lamtoro Gung. Pola ini dipilih karena Lamtoro Gung merupakan simbol tanaman yang serba guna sebagai pelestari lingkungan hidup, dan dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. TBM membagi areal kebun buahnya menjadi 5 blok A, B, C, D, dan E; namun semenjak perubahan karakter menjadi TWM pembagiannya berubah menjadi zona wisata. Dengan luas sebesar 264 ha zona wisata yang ada di TWM terbagi menjadi enam yaitu Family Walk, Green Land, Central Park, Mediteran, Water Park, serta Festival Point.
4.2.2 Visi dan Misi Perusahaan Taman Wisata Mekarsari dibangun dengan landasan keinginan luhur untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum tani melalui pembangunan industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh, serta mengangkat derajat buahbuahan Indonesia baik di dalam negeri maupun di mata dunia. Visi Taman Wisata Mekarsari adalah untuk menciptakan kebun hortikultura dengan teknologi canggih sebagai kebun produksi, kebun percontohan, dan obyek pariwisata atau agrowisata. Sedangkan misi Taman Wisata Mekarsari antara lain: 1. Menciptakan kebun hortikultura, yang terdiri dari kebun buah-buahan, sayursayuran, bunga-bungaan, dan tanaman hias, yang berfungsi sebagai kebun produksi, koleksi, dan sekaligus sebagai sumber plasma nutfah 2. Memberikan alternatif obyek wisata baru bagi wisatawan asing maupun domestik 3. Menciptakan lapangan kerja baru bagi lingkungan Kecamatan Cileungsi 4. Sebagai taman rekreasi hortikultura yang kelak dapat dikembangkan menjadi pusat studi hortikultura terutama bagi tanaman buah-buahan dan sayuran dataran rendah 5. Memanfaatkan secara maksimum segenap potensi lahan dengan azas keselarasan keseimbangan lingkungan kerja tetap terjaga 6. Secara ekonomi diharapkan proyek ini dapat mendatangkan keuntungan
4.2.3 Lokasi Perusahaan Taman Wisata Mekarsari/ TWM terletak di Jalan Raya Cileungsi Jonggol Km 3 Cileungsi Bogor. TWM berada di Desa Mekarsari, Dayeuh, Mampir, dan Cileungsi Kidul, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas areal sebesar ± 264 Ha dan berada pada ketinggian 70-80 meter di atas permukaan laut dengan topografi datar hingga bergelombang dengan kemiringan 0-8%. Tanah di kawasan TWM mengandung latosol coklat dengan struktur tanah yang gembur. TWM memiliki lokasi strategis sehingga mudah dicapai dari segala arah. TWM hanya berjarak ± 30 km dari Jakarta, ± 20 km dari Bekasi, dan ± 45 km dari Bogor. Kemudahan transportasi ke TWM didukung dengan adanya jalan layang (fly over) yang menghubungkan antara Jakarta – Cibubur – Cileungsi – Bogor – Jonggol – Cianjur – Bandung - Sukabumi. Selain itu wilayah TWM juga dekat dengan daerah pemukiman, seperti Kota Wisata, Legenda Wisata, dan Raffles Hills.
4.2.4 Operasional Perusahaan TWM dibuka untuk umum sebagai objek wisata pada hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 09.00 - 16.30 WIB, dan tutup pada hari Senin serta hari ulang tahun TWM yang jatuh pada tanggal 14 Oktober. Harga tiket masuk untuk dewasa dan anak-anak pada hari Selasa-Jumat sebesar Rp 10.000, sedangkan harga tiket dewasa untuk hari Sabtu, Minggu, dan hari libur sebesar Rp 10.000, dan harga tiket anak (2-6 tahun) sebesar Rp 9.000. Harga tiket tersebut belum termasuk wahana/wisata yang berada di TWM. Tiket parkir bis Rp 20.000/unit, tiket parkir sedan Rp 10.000/unit, dan tiket parkir untuk motor Rp 3.000/unit.
Taman Wisata Mekarsari menyediakan berbagai macam jenis layanan produk wisata yang dikemas dalam berbagai paket wisata. Paket-paket wisata yang ada dikemas dengan menarik dan unik agar pengunjung tidak merasa bosan jika datang berkunjung ke TWM. Paket-paket wisata yang ada di Taman Wisata Mekarsari yaitu: 1. Paket Back To The Green World yaitu berwisata ke kebun melon, salak, belimbing. Dilanjutkan pengalaman menanam, membuat media tanam, dan tur nursery. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, pemandu budidaya, tenda peneduh, tikar, dan welcome banner. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: parsel buah atau cinderamata/grup, jus Mekarsari, buah 1 kg/orang, tanaman sayur, koin Kids’s Fun Valley, tiket Family Garden dan parkir bis. 2. Paket Atmosphere Fiesta yaitu berwisata di alam terbuka dan tur keliling kebun. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, tenda peneduh, tikar, panggung, listrik, sound system, meja skriting, dan welcome banner. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: parsel buah atau cinderamata/grup, jus Mekarsari, kursi futura dan parkir bis. 3. Paket Tour of Environment yaitu wisata edukasi peduli lingkungan dengan judul mengolah hasil alam menjadi bermanfaat. Kegiatan yang dilakukan yaitu praktek membuat kompos, tur Family Garden, dan tur keliling kebun. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, instruktur budidaya, dan welcome banner. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: parsel buah atau cinderamata/grup, paket kompos, tiket Family Garden, dan parkis bis.
4. Paket Rare Plant Adventure yaitu jalan sehat atau bersepeda mengelilingi koleksi tanaman langka Mekarsari, tur keliling kebun, dan mengamati ekosistem kebun. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, instruktur workshop, dan tiket 6 unit. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: jus Mekarsari, smart games, dan parkir bis. 5. Paket The Tropical Camp yaitu bersahabat dengan alam di tengah Mekarsari ditemani api unggun, belajar menganyam, tur keliling kebun, dan mengamati ekosistem kebun. Tema yang dipilih dapat Lakeside, Jungle, Garden, Farm, dan lain-lain. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis seperti jus Mekarsari, parkir bis, kereta keliling, pemandu wisata, dan instruktur workshop. Harga untuk paket ini disesuaikan dengan jumlah pengunjung serta fasilitas yang dibeli pengunjung. 6. Paket Smart Adventure yaitu wisata edukasi alam dan tanaman sambil berekreasi. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengenal budidaya tanaman secara vegetatif, kultur jaringan, biologi bunga, anatomi tumbuhan, mengenal buahbuahan khas Indonesia, dan mengamati ekosistem kebun yang dikemas dalam program observasi tur. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis seperti parsel buah atau cinderamata/grup, jus Mekarsari, tanaman praktek/orang, dan parkir bis. 7. Paket The Bamboo’s Life yaitu mengenal koleksi tanaman bambu dengan berbagai varietasnya, serta mengupas manfaatnya. Dilanjutkan menikmati spesial traditional show, belajar bermain angklung, dan membuat kerajinan bambu/menganyam. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis seperti yaitu
kereta keliling, tour leader, instruktur budidaya, tikar, listrik, dan welcome banner. 8. Paket B-Day On Park yaitu penyelenggaraan acara pesta perayaan ulang tahun bersama kerabat dekat di tengah taman buah. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, wireless loudspeaker, listrik, tenda peneduh, tikar, meja skirting, dan spanduk ’Happy Birthday’. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: welcome act ’maskot’, paket cinderamata mini untuk undangan, hadiah bagi yang berulang tahun, koin Kid’s Fun Valley, tiket masuk, kereta keliling, dan parkir mobil. 9. Paket Company Gathering yaitu paket bagi pengunjung yang ingin berkumpul di taman acara tematik yang berkapasitas luas. Pilihan nuansa yang disediakan yaitu tropical, mediterania, paradiso, dan palm beach yang dilengkapi fasilitas acara pesta. Tema yang dipilih dapat Lakeside, Jungle, Garden, Farm, dan lain-lain. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis seperti sajian musik organ tunggal, parsel buah/grup, dan gratis parkir bis. Harga untuk paket ini disesuaikan dengan jumlah pengunjung serta fasilitas yang dibeli pengunjung. 10. Paket Play ’n Play yaitu tur keliling kebun yang dikemas dalam program belajar dan bermain yang seru, bermain beragam permainan berwawasan lingkungan dan budaya serta adu ketangkasan di alam terbuka berhadiah cinderamata Mekarsari. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, tenda peneduh, tikar, dan welcome banner. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: parsel buah atau cinderamata/grup, snack buah/peserta, koin Kid’s Fun Valley/peserta, hadiah games, dan parkir bis.
11. Paket Hebring Package yaitu kumpul bersama untuk acara arisan dalam nuansa taman. Dilengkapi fasilitas gathering dan tur keliling kebun. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, taman acara, tenda peneduh, tikar, listrik, meja skirting, wireless loudspeaker, dan welcome banner. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: parsel buah atau cinderamata/grup, jus Mekarsari, dan parkir bis. 12. Paket Paddy Village yaitu berwisata kembali ke tradisi bangsa dan menikmati suasana alam pedesaan. Kegiatan yang dilakukan yaitu atraksi membajak sawah, praktek menanam padi, melukis caping, lomba menangkap ikan, menikmati makanan tradisional, dan memandikan kerbau. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, pemandu budidaya, dan welcome banner. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: parsel buah atau cinderamata/grup, air mineral, makanan tradisional, tiket Family Garden, dan parkis bis. 13. Paket Kids Adventure yaitu observasi aneka ragam koleksi tanaman Mekarsari, pengenalan kehidupan alam pedesaan, berkunjung ke Baby Zoo, mengenal aneka keunikan tanaman langka, serta belajar budidaya dan manfaat bambu. Fasilitas yang diberikan yaitu kereta keliling, tour leader, tikar, listrik, dan welcome banner. Pengunjung juga mendapat fasilitas gratis: parsel buah atau cinderamata/grup, air mineral, koin Kid’s Fun Valley, tiket Family Garden, dan parkir bis. 14. Paket Green Land Tour yaitu berwisata ke kebun Melon dengan observasi budidaya tanaman hidroponik dan atraksi petik melon, mengunjungi taman konservasi Deer Park dengan atraksi memberi makan Rusa Tutul, serta
berwisata ke kebun Salak dengan atraksi petik Salak. Harga tiket buah termasuk buah Salak ½ kg, 1 buah Belimbing, jus Mekarsari, cinderamata, bibit tanaman 1 pohon, dan tiket Family Garden dengan harga Rp 40.000/orang. 15. Paket Local Tour bagi pengunjung yang datang tanpa pemesanan sebelumnya dan hanya disediakan pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. Paket Local Tour terdiri dari 3 paket wisata, yaitu: a. Tropical Exotic yaitu berwisata mengenal keunikan tanaman Markisa dan membuat jus Markisa, bersepeda menyusuri kebun koleksi tanaman langka, dan berkreasi di taman nuansa padang pasir (Mediteran Park) sambil membuat terarium. Harga tiket sudah termasuk 1 cup Nata de Aloe, 1 paket program terarium, pemandu tur, dan wisata kelililing kebun menggunakan kereta keliling dengan harga Rp 45.000/orang. b. Paddy Legend yaitu tur museum alat pertanian modern, atraksi menanam padi di sawah dan memandikan kerbau, serta belajar dan berkreasi dengan bambu. Harga tiket sudah termasuk 1 buah topi caping, 1 paket workshop menganyam, dan tiket Family Garden dengan harga Rp 25.000/orang. c. Smart Cultivation yaitu petualangan cinta tanaman. Pengunjung dapat memilih program budidaya yang disediakan yaitu: (1) program menanan tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman hias, atau anggrek; (2) program perbanyakan seperti cangkok, okulasi, sambung, dan stek; (3) atau program terarium yaitu menanam tanaman dalam gelas. Harga tiket sudah termasuk jus Markisa, workshop budidaya, dan tiket Family Garden dengan harga Rp 25.000/orang.
16. Paket Outbond. Sabut Kelapa Outbond merupakan tempat untuk menguji nyali, kekompakan, sekaligus membangun teamwork. Beberapa permainan yang disediakan: (1) Kelapa dengan 2 High Rope Tracks dan Low Ropes Game dengan harga Rp 65.000/orang; (2) Pelepah meliputi Cargo Net, Elvis Walk, Canopy Trail, Little Cargo, Flying Fox dengan harga Rp 35.000/orang; (3) Lidi meliputi Diagonal Beam, Quick Train, Dino Boys, Little Cargo, Flying Fox dengan harga Rp 32.000/orang; (4) Janur meliputi Monkey Bridge, Canopy Trail, Burma, Bridge, Flying Fox Kid dengan harga Rp 27.000/orang; (5) Manggar meliputi Tree House, Crazy Web,and Rappelling dengan harga Rp 25.000/orang; dan (6) Batok meliputi Low Rope Games (3 game) dengan harga Rp 15.000/orang.
Tabel 6. Daftar Harga Paket-Paket Wisata di Taman Wisata Mekarsari Smart Adventure Orang Harga 30-49 Rp 60.000 50-99 Rp 55.000 100-149 Rp 52.000 150-199 Rp 50.000 200-300 Rp 49.000
Atmosphere Fiesta Orang Harga 50-99 Rp.60.000 100-149 Rp.45.000 150-199 Rp.42.000 200-300 Rp.38.000
Play 'n Orang 30-49 50-99 100-149 >150
Bamboo's Life Orang Harga 30-49 Rp 57.500 50-99 Rp 45.000 100-149 Rp 37.500 >150 Rp 34.000
Play Harga Rp 55.000 Rp 50.000 Rp 42.500 Rp 40.000
Tour of Environment Orang Harga 30-49 Rp 38.000 50-99 Rp 34.000 100-149 Rp 30.000 >150 Rp 28.000
Paddy Village Orang 30-49 50-99 100-149 >150
Back To The Green World Orang Harga + 30-49 Rp 75.000 Rp.80.000 50-99 Rp.70.000 Rp.75.000 100-149 Rp.68.000 Rp.70.000 >150 Rp.65.000 Rp.68.000.
Rare Plant Adventure Orang Harga 20-29 Rp 45.000 20-29 Rp 55.000
Harga Rp 52.500 Rp 50.000 Rp 48.000 Rp 47.500
+ Walk Biking
Hebring Package Orang Harga 30-49 Rp 55.000
Lanjutan Tabel 6 Kid’s Adventure Orang 30-49 50-99 100-149
Harga Rp 42.500 Rp 37.500 Rp 32.500
B-day On Park Orang 30-49 50-99 100-149
Harga Rp 72.500 Rp 62.500 Rp 57.500
Pengunjung dapat langsung mendatangi pusat informasi di Graha Krida Sari untuk mengambil paket wisata apa yang ingin dinikmati. Beberapa paket wisata seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya harus melakukan pemesanan terlebih dahulu, kecuali untuk paket Green Land Tour, Local Tour, dan Outbond. Keuntungan bagi pengunjung yang tidak mengambil paket wisata yaitu mereka leluasa memilih wahana atau atraksi mana yang akan dinikmati. Pengunjung dapat memilih kendaraan mana yang akan dikendarai untuk berkeliling dan berhenti di tempat-tempat wisata mana yang akan dikunjungi. Harga tiket kereta keliling Rp 10.000/orang, sepeda tandem Rp 15.000/unit, dan tuk-tuk Rp 20.000/unit. Harga tiket masuk Family Garden Rp 3.000/orang. Wisata yang disediakan di Family Garden yaitu memancing di kolam pancing (Rp 10.000-Rp 20.000/kg sesuai jenis ikan yang dipancing) dengan biaya alat sewa pancing Rp 15.000/unit, menunggang kuda Poni khusus bagi anak-anak dibawah 10 tahun dengan biaya Rp 5.000/kuda, petik sayur dengan biaya sesuai banyaknya sayuran yang dipetik (berkisar antara Rp 3.000 – Rp 10.000/kg sesuai jenis sayuran yang dipetik), serta kincir angin dan wahana melihat Baby Zoo yang tidak dipungut biaya. Wisata Kid’s Fun Valley tidak dikenakan biaya masuk, namun pengunjung harus membeli koin untuk dapat menikmati wahana yang ada di sana dengan harga per koin Rp 5.000. Arena Country Side yang berada di Kid’s Fun Valley yaitu wahana mengelilingi lintasan bergelombang dengan mengendarai kendaraan
ATV seharga Rp 30.000/unit. Wisata melihat-lihat menara pandang serta bangunan air terjun dengan harga Rp 2.000/orang, wisata kanal dengan harga tiket Rp 10.000/orang, berperahu dengan perahu bebek dengan harga tiket Rp 15.000/perahu. TWM juga menyediakan toko buah-buahan dan sayuran segar, Garden Center bagi pengunjung yang ingin membeli aneka bibit tanaman buah, tanaman hias maupun tanaman obat unggul, berbagai pupuk dan sarana produksi tanaman berkualitas khas Mekarsari serta toko cinderamata yang bertema buah-buahan dan TWM. Cinderamata yang disediakan bermacam-macam seperti kaos, tas, gantungan kunci, stiker, asbak, vas bunga, tempelan kulkas, penggaris, topi, kipas, pensil, pulpen, mug mini, boneka buah-buahan, payung, handuk, jaket berbentuk buah, dan sebagainya dengan kisaran harga Rp 2.500 - Rp 100.000. Sarana dan prasarana yang disediakan TWM dalam memberikan kemudahan bagi para pengunjung yaitu penyediaan papan informasi berisi tanda-tanda dan atau tulisan yang berisi penjelasan mengenai arah dan lokasi TWM (pemasangan billboard di sekitar pintu keluar jalan tol Jagorawi di Cibubur, Kecamatan Cileungsi serta di sekitar jalan raya menuju Jonggol), pintu gerbang tiket bagi pengunjung umum dan pintu gerbang Bali bagi para undangan/tamu khusus, penyediaan areal parkir yang luas, penyediaan pusat informasi di Gedung Graha Krida Sari, toilet yang tersebar di berbagai zona wisata, satu ruang musholla di belakang Gedung Graha Krida Sari, arena pujasera yang menyediakan aneka makanan dan minuman, tiga unit Rumah Pohon Leo bagi pengunjung yang ingin menginap (Rp 715.000/unit pada hari Sabtu dan Minggu serta Rp 550.000/unit pada hari Senin–Jumat), berbagai jenis ruangan atau tempat pertemuan (ruang
Manggis, Jambu, Salak, Belimbing, Taman Kebun, Taman Family Garden, Taman Paradiso, Saung Family Garden, Saung Melon Park, serta Peturasan yang dapat dilihat pada Lampiran 2), dan penyediaan sarana bermain anak-anak yang tersebar di berbagai zona. Pengunjung yang datang kebanyakan mengetahui keberadaan TWM melalui iklan dari beberapa staiun televisi (Trans TV, RCTI, Trans 7, Metro TV, dan TPI) dan melalui teman, rekan kerja, atau saudaranya. Perubahan orientasi perusahaan yang awalnya mengedepankan tanaman buah sebagai andalan menjadi mengedepankan wisata membuat pola pikir perusahaan berorientasi ke pasar. Hal itulah yang membuat Divisi Marketing and Sales di struktur organisasi TWM menjadi divisi yang sangat menentukan bagi perusahaan. Berbagai kegiatan promosi yang sudah dilakukan TWM diantaranya melalui media cetak seperti majalah anak-anak (Bobo), dan koran dengan skala nasional seperti Kompas. Pembuatan spanduk, baliho, serta pemasangan poster dilakukan TWM jika ada event khusus maupun event reguler yang akan diadakan. Mekarsari juga bekerjasama dengan beberapa event organizer yang mengundang public figure di dalam kegiatan Mekarsari. Dokumentasi kegiatan tersebut dipasang di dalam Gedung Graha Krida Sari. Situs resmi TWM yaitu www.mekarsari.com memuat informasi mengenai denah lokasi menuju TWM dan jalur angkutan umum yang tersedia, profil perusahaan, zona wisata yang ada, kalender kegiatan pada bulan ini, foto-foto kegiatan yang pernah dilakukan di TWM, serta daftar kunjungan bulan ini. Perjalanan menuju lokasi TWM jika ditempuh dari pintu tol Bogor sekitar 45 menit jika lalu lintas sedang lancar, dan sekitar 1 jam jika lalu lintas sedang
ramai. Angkutan umum menuju TWM (dari arah Jakarta) yaitu angkot no 121 jurusan Rambutan – Cileungsi, minibus no K56 jurusan UKI – Cileungsi, serta bis jurusan Kalideres – Cileungsi dan Senen – Cileungsi. Keadaan jalan menuju lokasi TWM sudah sangat baik, namun terkadang terjadi kemacetan karena daerah tersebut merupakan daerah industri dan daerah tujuan wisata.
4.2.5 Struktur Organisasi Perusahaan Dalam melaksanakan manajemennya PT MUS dipimpin seorang General Manager yang dibantu oleh Legal, Sekretariat, dan Advisor Management. General Manager dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur Utama. General Manager membawahi enam kepala divisi yaitu Divisi Komersil, Divisi Operasional, Divisi Akuntansi dan Keuangan, Divisi Agro, Divisi Marketing and Sales, dan Divisi Pengembangan Proyek Khusus. PT MUS menerapkan jam kerja karyawan yang dibedakan menjadi dua sistem. Sistem pertama yaitu lima hari waktu kerja mulai hari Senin-Jumat dengan jam kerja pukul 08.00 - 17.00 WIB dan istirahat pukul 12.00 - 13.00 WIB. Sistem yang kedua yaitu enam hari kerja mulai hari Senin-Sabtu dengan jam kerja pukul 08.00-17.00 WIB dan istirahat pukul 11.00-13.00 WIB. Sedangkan untuk bulan Ramadhan jam pulang kerja dimajukan menjadi pukul 16.00 WIB. Pada hari Sabtu dan Minggu diberlakukan sistem shift untuk mengantisipasi keadaan tugastugas operasional yang harus dilakukan pada kedua hari libur tersebut. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di PT MUS adalah 611 orang. Struktur organisasi PT MUS secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.
V ANALISIS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
5.1
Identifikasi Faktor Kritis Kinerja Pengembangan Agrowisata Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang mampu mengenali dan
berinteraksi
secara
menguntungkan
terhadap
kebutuhan-kebutuhan
dan
kecenderungan-kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungannya (Kotler, 2002). Perusahaan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor kritis apa saja yang berada di lingkungan perusahaan yang mampu meningkatkan kinerja perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Faktor-faktor ini mewakili sejumlah kecil petunjuk kunci yang bisa menunjukkan kemampuan memuaskan ke arah sasaran-sasaran, organisasi biasanya akan merasa berhasil dalam jalur perbaikan mutu (Bendell et al, 1995). Faktor kritis di setiap industri berbeda-beda, termasuk industri agrowisata. Berdasarkan buku ”Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata”, wawancara dengan pakar agrowisata, konsumen yang berkunjung,
pengamatan
di
lapangan,
ada
enam
faktor
kritis
kinerja
pengembangan dalam industri agrowisata. Berikut penjelasan dari setiap faktor. 5.1.1 Produk Wisata Produk wisata yang ditawarkan merupakan hal utama yang dilihat dari sebuah agrowisata. Objek wisata yang khas, menarik, dan unik dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Pengelola agrowisata harus benar-benar memahami apa yang menjadi kekhasan objek wisata tersebut agar dapat mengemasnya menjadi wisata yang berkesan bagi pengunjung, dan menarik pengunjung melakukan kunjungan ulang.
Objek agrowisata dapat menampilkan berbagai jenis produk dan atau budidaya, seperti agrowisata perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura, sayuran dan bunga, buah-buahan, perikanan, dan peternakan. Selain objek wisata di atas, pengelola dapat menambahkan beberapa wisata/wahana lain yang menarik agar pengunjung tidak merasa bosan dan melakukan kunjungan ulang (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). 5.1.2 Harga Produk Harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Konsumen akan membeli suatu produk apabila ada keseimbangan antara harga jual dengan kepuasan yang akan didapat. Salah satu keputusan sulit yang dihadapi suatu perusahaan adalah menetapkan harga. Cara penetapan harga yang dipakai bagi setiap perusahaan didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba, tetapi kombinasi optimal dari faktorfaktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk, pasar, lokasi, dan tujuan perusahaan. Pengelola objek agrowisata harus dapat menentukan harga jual yang tepat bagi produk wisata yang akan dijual. Penentuan harga jual yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. 5.1.3 Sarana dan Prasarana Agrowisata sebagai objek wisata sebaiknya memberikan kemudahan bagi pengunjung dengan melengkapi kebutuhan sarana dan prasarananya. Sarana pelayanan sebaiknya didirikan di lokasi yang tepat dan strategis agar dapat berfungsi secara maksimal. Penyediaan sarana dan prasarana dapat dilakukan
melalui dua pendekatan yaitu dengan memanfaatkan semua sarana dan prasarana yang masih berfungsi baik dan melakukan perbaikan jika diperlukan, atau dengan membangun sarana dan prasarana yang dianggap masih kurang. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan: (1) papan informasi yang berisi keterangan atau penjelasan mengenai arah dan lokasi tempat agrowisata berada sehingga memudahkan pengunjung yang belum pernah mendatangi lokasi; (2) pintu gerbang yang merupakan pintu keluar masuk resmi bagi pengunjung kawasan agrowisata; (3) tempat parkir, luas tempat parkir harus proposional dengan jumlah rata-rata kendaraan pada saat ramai pengunjung; (4) pusat informasi, merupakan tempat dan pusat kegiatan yang melayani pengunjung yang ingin mengetahui dan mendapatkan keterangan mengenai agrowisata; (5) toilet, sebaiknya dibangun di lokasi yang mudah dijangkau dan jumlahnya memadai pada saat ramai pengunjung; (6) tempat ibadah, kewajiban shalat lima waktu mungkin harus dilakukan ketika pengunjung yang beragama Islam berada di dalam kawasan agrowisata; (7) tempat makan, melakukan aktivitas berkeliling di dalam kawasan agrowisata memerlukan energi, terutama jika pengunjung datang dari jauh; (8) penginapan, dapat dibuat sebagai bagian yang menyatu dengan lingkungan objek agrowisata, dan akan bermanfaat terutama bagi pengunjung yang datang dari jauh; (9) ruang pertemuan, kegiatan pariwisata biasanya identik dengan kunjungan rombongan, sehingga penyediaan ruang pertemuan ini dapat digunakan pengunjung yang ingin mengadakan kegiatan di lokasi agrowisata; dan (10) sarana bermain anak, pengunjung potensial agrowisata adalah rombongan keluarga dan atau siswa sekolah dasar, sehingga anak-anak yang datang tidak cepat merasa bosan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).
5.1.4 Promosi Promosi adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengadakan promosi yaitu dengan memanfaatkan jalur-jalur promosi yang memungkinkan. Jalur promosi tersebut dapat berupa kerjasama dengan biro perjalanan, lembaga pariwisata, pemerintah setempat, penggunaan media audio visual, media cetak, website, dan lain-lain (Kotler,2002). 5.1.5 Aksesibilitas Menuju Lokasi Kemudahan transportasi mencapai lokasi baik melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum sangat mempengaruhi jumlah arus pengunjung yang datang. Untuk itu diperlukan sarana jalan yang baik dari segi fisik dan keamanan. Penyediaan sarana perhubungan ini memerlukan dukungan dari pemerintah setempat (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). 5.1.6 Pelayanan Agrowisata sebagai perusahaan yang mengutamakan bidang jasa harus memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen. Konsumen yang puas akan pelayanan yang diberikan suatu perusahaan dapat menjadi pelanggan yang potensial. Objek wisata perlu ditangani oleh tenaga kerja yang profesional. Karyawan memiliki peranan penting karena terlibat langsung dalam kegiatan penyampaian produk ke tangan konsumen. Pemandu wisata harus menguasai bidang objek wisata tersebut serta komunikatif dengan pengunjung. Oleh karena itu diperlukan tenaga terampil yang memiliki keahlian di bidangnya masingmasing. Kesan dari usaha jasa khususnya tempat wisata, diukur dari orang-orang
yang memberikan pelayanan kepada pengunjung atau pelanggan. Para karyawan dilatih untuk mengembangkan sikap-sikap baru terhadap para pelanggan dengan menekankan bahwa perusahaan tersebut ingin memuaskan pelanggan. Bebrapa sikap tersebut yaitu: a.
Keramahan dan Kesopanan Agrowisata dalam melayani setiap pengunjung mewajibkan karyawannya
untuk selalu ramah dan sopan. Keramahan dan kesopanan dapat memberikan citra yang baik bagi pengunjung. Secara psikologis pengunjung merasa dekat dengan karyawan, sehingga pengunjung betah dan nyama berada di lokasi wisata. b.
Kesigapan Melayani Pengunjung Kesigapan melayani pengunjung merupakan suatu hal yang harus dimiliki
setiap perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Setiap kebutuhan pengunjung sebaiknya ditanggapi secara cepat oleh perusahaan (karyawan). Dengan begitu pengunjung dapat segera mendapat pelayanan yang diperlukan tanpa harus menunggu lama. c.
Pengetahuan Karyawan Pengetahuan karyawan mengenai perusahaan dan objek wisata yang ada di
dalamnya sangatlah penting. Dengan begitu apabila ada pengunjung yang bertanya, pemandu/karyawan dapat memberikan penjelasan kepada pengunjung. d.
Tanggapan terhadap Keluhan Pengunjung merupakan sumber pendapatan bagi jasa wisata. Pihak
perusahaan harus tanggap terhadap setiap keluhan pengunjung dan terbuka terhadap saran dan kritik. Selain membuat pengunjung merasa dihargai, juga dapat membantu perusahaan dalam memperbaiki kinerjanya.
e.
Jumlah Karyawan Jumlah karyawan yang ada mempengaruhi kualitas pelayanan. Apabila
jumlah karyawan (terutama pemandu wisata) tidak mampu mengimbangi jumlah pengunjung ketika ramai, hal ini akan menyebabkan citra yang kurang baik di mata pengunjung terhadap perusahaan. f.
Jam Operasional Wisata Kegiatan wisata identik dengan kegiatan rombongan keluarga atau suatu
grup. Aktivitas manusia pada hari kerja selama 8-10 jam membuat mereka semua sulit berkumpul pada hari kerja. Karena itu hari libur nasional atau akhir pekan (hari Sabtu dan Minggu) sering dijadikan hari dimana mereka semua berkumpul ke suatu tempat wisata dan berlibur dari aktivitas sehari-harinya.
Tabel 7. Nilai Bobot Faktor-Faktor Kritis Faktor-Faktor Kritis Produk Wisata Harga Produk Sarana dan prasarana Promosi Aksesibilitas Menuju Lokasi Pelayanan Total
Bobot Responden Ke1 2 3 0,207 0,207 0,217 0,172 0,138 0,200 0,121 0,155 0,150 0,207 0,224 0,117 0,138 0,121 0,150 0,155 0,155 0,167 1,000 1,000 1,000
Bobot Rataan 0,210 0,170 0,142 0,183 0,136 0,159 1,000
Berdasarkan hasil pengolahan data dari kuesioner oleh responden dari pihak perusahaan diperoleh informasi mengenai nilai bobot terhadap setiap faktor kritis yang mempengaruhi kinerja suatu agrowisata. Perhitungan pada masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil pembobotan diketahui bahwa produk wisata menempati urutan pertama dikuti oleh promosi, harga produk, pelayanan, sarana dan prasarana, dan terakhir aksesibilitas menuju lokasi.
5.2
Analisis Kinerja
5.2.1 Produk Wisata Rumah Sutera Alam Paket wisata yang ditawarkan RSA ada lima yaitu paket eduwisata, wisata malam hari, pelatihan dan pengembangan agribisnis ulat sutera, seminar mengenai prospek dan pengembangan agribisnis ulat sutera, serta paket gathering. Dari seluruh paket yang ada paket eduwisata Sutera Alam Tour merupakan paket yang paling digemari, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Rumah Sutera Alam
Sutera Alam Tour Wisata Malam Hari Pelatihan & Pengembangan Seminar Prospek Ulat Sutera Gathering
Gambar 4. Jumlah Pengunjung Rumah Sutera Alam berdasarkan Paket Wisata
Pada paket Sutera Alam Tour pengunjung diajak berkeliling mulai dari melihat tanaman murbei serta jenis-jenisnya, setelah itu pengunjung diajak ke RUK (Ruangan Ulat Kecil) dan RUB (Ruangan Ulat Besar). Disini pengunjung dapat melihat perubahan-perubahan ulat tersebut hingga menjadi kepompong. Setelah itu pengunjung melihat ke ruang pemintalan yang memisahkan benang
dari kepompong dan ke ruang penenunan yang memperlihatkan bagaimana dari benang tersebut dibentuk menjadi sehelai kain sutera polos. Kain tersebut dibawa ke ruang ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk membentuk corak pada kain sutera tersebut, setelah itu kain tersebut dibawa ke ruang pencelupan warna. Proses budidaya ulat sutera dari hulu ke hilir ini merupakan keunggulan dari RSA karena ulat sutera merupakan budidaya yang jarang dilakukan. Pengunjung yang datang rata-rata ingin mengetahui bagaimana proses pembuatan kain sutera secara keseluruhan, selain itu suasana alamnya yang sejuk dan tenang membuat pengunjung senang untuk berlama-lama di RSA. Setelah melihat bagaimana proses pembuatan kain tersebut, pemandu mengajak pengunjung ke galeri RSA yang menjual berbagai produk olahan dari ulat sutera tersebut dan cinderamata dari RSA. Keunggulan lain dari RSA yaitu produk olahannya yang beragam dan digemari pengunjung terutama dari kalangan ibu-ibu. Meskipun begitu beberapa pengunjung merasa bahwa produk wisata yang ada di RSA perlu ditambah, mengingat masih terdapat beberapa lahan kosong yang tidak terpakai. Bagi pengunjung yang sudah melihat bagaimana proses budidaya ulat sutera, ada kemungkinan mereka tidak akan kembali untuk melihat hal yang sama dan lebih memilih melihat agrowisata lain. Oleh karena itu RSA perlu mensiasati bagaimana agar pengunjung tidak bosan melakukan kunjungan ulang, dapat dengan menonjolkan suasana alamnya yang sejuk dan tenang atau memanfaatkan lahan kosong yang tidak terpakai untuk produk lainnya.
Taman Wisata Mekarsari Paket wisata yang ditawarkan TWM ada bervariasi seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. TWM terkenal dengan taman buahnya, oleh karena itu dari seluruh paket yang ada paket wisata keliling kebun buah (greenland tour) merupakan paket yang paling digemari pengunjung, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Taman Wisata Mekarsari
Paddy Village Back To The Green World Tour of Environment The Bamboo's Life Smart Adventure Green Land Tour Outbond Sabut Kelapa Lain-lain
Gambar 5. Jumlah Pengunjung Taman Wisata Mekarsari berdasarkan Paket Wisata
Kebun buah yang dapat dikunjungi hanya ada tiga yaitu kebun Melon, Salak, dan Belimbing. Sementara jenis-jenis buah lainnya hanya dapat dilihat dari jauh ketika berkeliling dengan kereta keliling karena tidak semua buah yang ada sedang pada musimnya ketika pengunjung datang. Pengunjung mengunjungi Kebun Melon terlebih dahulu dengan menggunakan kereta keliling yang disediakan di Gedung Graha Krida Sari. Pengunjung diturunkan di Kebun Melon
dan berkeliling area kebun, di sini pengunjung dapat membeli buah Melon segar yang dijual per kilogram. Untuk melanjutkan perjalanan ke Kebun Salak, pengunjung harus menunggu kedatangan kereta berikutnya. Sama seperti di kebun Melon, pengunjung berkeliling area kebun Salak yang ada dan dapat membeli buah Salak yang dijual per kilogram. Setelah pengunjung juga harus menunggu kedatangan kereta berikutnya untuk melanjutkan perjalanan ke Kebun Belimbing. Di Kebun Belimbing, kegiatannya pun sama seperti Kebun Melon dan Salak. Di Kebun Melon pengunjung dapat menukarkan kuponnya untuk mendapatkan jus Mekarsari, kemudian selama perjalanan dari Kebun Melon ke Kebun Salak dan dari Kebun Salak ke Kebun Belimbing pemandu menceritakan berbagai jenis buah-buahan yang dilewati serta manfaat dan julukan masing-masing buah. Dengan luas sebesar 264 ha dan ditanami berbagai jenis buah-buahan, beberapa pengunjung menyayangkan mengapa hanya tiga kebun buah saja yang dapat dilihat di TWM. Padahal bagi orang tua atau guru sekolah yang membawa anak-anaknya berkunjung ingin memperlihatkan bagaimana bentuk pohon, daun, serta buahnya kepada anak-anaknya agar mereka tidak asing dengan buah-buahan yang ada di Indonesia. Meskipun begitu pengunjung tidak merasakan kekecewaan yang lama karena terhibur dengan wisata lain yang menarik dan aneka sarana bermain anak yang tersebar di berbagai zona wisata. Selain paket kebun buah, paket outbond merupakan paket yang digemari pengunjung, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5. Beberapa pengunjung melakukan kunjungan ulang karena sengaja ingin menikmati permainan Sabut Kelapa Outbbond yang beragam selama sehari penuh. Produk wisata yang beragam di TWM merupakan keunggulan sendiri di mata pengunjung karena jika wisata kebun buah atau
outbond sedang ramai, pengunjung dapat menikmati wisata lainnya yang ada di TWM seperti wisata Danau Cipicung, wisata kanal, aneka permainan di Water Land, dan bermain di arena Family Garden Bagi pengunjung yang ingin merasakan buah-buahan dari Mekarsari mereka dapat membelinya di toko buah dan sayuran segar yang disediakan. TWM juga menyediakan Garden Center bagi para pecinta hias, areal ini termasuk ramai didatangi pengunjung karena selain terdapat aneka bibit, pupuk, aneka tanamana hias dan tanaman obat, pengunjung juga dapat berkonsultasi dengan petugas Garden Center tentang masalah tanaman dan mendapat berbagai tips menanam, tips perawatan tanaman, tips memanen buah dan sebagainya. Toko cinderamata merupakan toko yang sering dikunjung pengunjung pada saat akhir kunjungan, pengunjung dapat memilih beraneka ragam cinderamata yang disediakan TWM. Cinderamata yang paling sering dibeli pengunjung yaitu kaos, stiker, gantungan kunci, mug, tempelan kulkas, topi, pulpen, asbak, dan penggaris. 5.2.2 Harga Produk Rumah Sutera Alam RSA tidak membebankan tiket pengunjung dan tarif parkir, pengunjung hanya perlu membayar satu kali mencakup biaya konsumsi dan pemandu wisata. Pengunjung rata-rata puas dengan harga yang diberikan karena bagi mereka harga tersebut termasuk murah jika dibandingkan dengan fasilitas yang diperoleh. Harga produk olahannya pun lebih murah dibanding toko sutera lainnya, selain itu pengunjung juga melihat secara langsung bagaimana proses pembuatannya sehingga kualitasnya terjamin. Oleh karena itu RSA mendapat rating rata-rata yang besar pada faktor harga produk.
Taman Wisata Mekarsari Pengunjung sebelum memasuki kawasan TWM akan dikenakan tiket pengunjung dan tiket parkir kendaraan di pintu gerbang tiket, harga tersebut belum termasuk jenis wisata yang akan dipilih. Pengunjung dapat memilih jenis wisata yang akan diambil di Gedung Graha Krida Sari. Kelebihan dari sistem tiket ini yaitu pengunjung tidak perlu membayar untuk seluruh paket wisata yang ada di TWM. Namun di sisi lain pengunjung merasa dikenakan biaya setiap menikmati wahana atau zona wisata lain yang ada di TWM, seperti tiket Family Garden, wisata melihat-lihat menara pandang, bangunan air terjun, dan sebagainya. Hal ini membuat pengunjung merasa terlalu sering mengeluarkan biaya di dalam lokasi TWM. Pengunjung berharap TWM sebaiknya mengadakan tiket terusan seperti pada Dunia Fantasi, sehingga mereka tidak perlu membayar berkali-kali di dalam kawasan agrowisata. Harga buah serta tanaman hias yang dijual menurut pengunjung termasuk mahal jika dibanding toko buah dan tanaman hias lainnya, sementara pengunjung tidak melihat secara langsung seperti bagaimana proses budidayanya secara keseluruhan sehingga kualitasnya mungkin saja sama dengan toko buah lainnya. Cinderamata yang dijual beraneka ragam dari jumlah dan bentuk, namun untuk produk olahannya baru berupa keripik buah dan jus saja.
Tabel 8. Perbandingan Harga per Orang Rumah Sutera Alam dan Taman Wisata Mekarsari Rumah Sutera Alam Taman Wisata Mekarsari * Green Land Tour Rp 40.000 * Sutera Alam Tour Rp 40.000 - welcome drink - welcome drink - buah Salak 1 kg - snack pembuka - 1 buah Belimbing - tiket pengunjung * Tiket Pengunjung/orang Rp 10.000 - tiket parkir * Tiket parkir (roda empat) Rp 10.000 - makan siang * Makan Siang Rp 25.000 - snack penutup * Snack Rp 10.000 *Total Rp 105.000 *Total Rp 40.000
5.2.3 Sarana dan Prasarana Rumah Sutera Alam Sarana dan prasarana di RSA secara keseluruhan sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa sarana penting yang tidak ada. RSA belum menyediakan papan informasi yang berisi keterangan mengenai arah dan lokasi menuju RSA. Bagi pengunjung yang belum pernah datang ke RSA terutama dari luar kota hal ini cukup membingungkan karena banyak persimpangan jalan menuju lokasi. Beberapa pengunjung mengatakan bahwa mereka melewati lokasi RSA sebelumnya karena papan tulisan ‘Rumah Sutera’ yang terlalu kecil dan pintu gerbang yang tidak mencolok. RSA juga belum memiliki gedung atau kantor pusat informasi bagi pengunjung. Penyediaan pusat informasi di lokasi RSA sampai saat ini dilakukan langsung melalui percakapan dengan pemilik RSA, jika pemilik tidak berada di lokasi maka melalui karyawan yang berada di lokasi. Hal ini cukup menyulitkan bagi beberapa pengunjung yang datang secara mendadak tanpa melakukan pemesanan terlebih dahulu karena mereka kurang mendapat informasi yang diinginkan secara lebih lengkap.
Penyediaan tempat ibadah dan toilet di RSA sudah berada di lokasi strategis yang mudah dijangkau pengunjung dan jumlahnya cukup memadai jika sedang ramai pengunjung. Kebersihan dari kedua tempat tersebut selalu diperiksa dan dicek setiap hari oleh petugas kebersihan. Selama ini, penyediaan tempat makan bagi pengunjung dilakukan di ruang gazebo dengan bentuk prasmanan, serta di teras belakang rumah pemilik yang bersebelahan dengan gazebo. Pengunjung juga dapat memilih makanan yang disediakan dalam kotak untuk dibawa pulang dalam perjalanan. Hal ini cukup menyulitkan bagi pengunjung yang datang secara mendadak karena RSA tidak menyediakan tempat makan siap saji. Penyediaan sarana penginapan berupa tiga rumah sampai saat ini tidak menjadi kendala. Ruang pertemuan yang ada di RSA baru dilakukan di gazebo yang terletak dekat dengan galeri, hal ini juga menjadi kendala karena RSA tidak bisa menerima kunjungan rombongan besar (lebih dari 50 orang) lebih dari satu rombongan karena tidak memiliki ruang pertemuan lain. Penyediaan sarana bermain bagi anak-anak yang ada di lokasi RSA berupa papan luncuran, ayunan, dan kolam renang yang jumlahnya masih sedikit, sehingga apabila ada rombongan anak-anak datang banyak yang tidak mendapat giliran bermain. Taman Wisata Mekarsari Pemasangan papan informasi menuju lokasi TWM sudah jelas dan diletakkan di tempat-tempat strategis seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pintu gerbang TWM pun mencolok dengan spanduk bertulisan Mekarsari yang besar sehingga meskipun pengunjung tersebut baru datang untuk pertama kalinya mereka tidak mudah tersesat. Areal parkir yang disediakan masih memadai meskipun sedang ramai pengunjung. Penyediaan informasi di dalam
Gedung Graha Krida Sari sudah lengkap didukung tenaga pemandu yang terampil. Di sini pengunjung juga dapat mengetahui kegiatan/event yang sedang dilakukan TWM serta kalender panen buah pada hari itu. Agar mempermudah pengunjung memilih paket wisata yang diambil TWM menyediakan aneka brosur yang berisi kegiatan, fasilitas, serta harga masing-masing paket disertai peta lokasi TWM. Selain itu terdapat Teater Dewi Sri yang menayangkan film mengenai buah-buahan serta penjelasan singkat mengenai Taman Wisata Mekarsari. Penyediaan toilet di lokasi TWM ditempatkan di setiap wahana yang ada di lokasi TWM agar memudahkan pengunjung TWM juga menyediakan satu buah musholla yang terletak di belakang Gedung Graha Krida Sari. Arena pujasera yang ada di lokasi yaitu KFC yang bekerjasama dengan PT Fast Food Indonesia, cafe LA Midolia bekerjasama dengan warga setempat, serta kantin kecil yang menyediakan berbagai aneka makanan ringan seperti tahu palembang, baso, mie ayam, nasi timbel, dan sebagainya yang bekerjasama dengan warga sekitar. Sarana penginapan di TWM baru berupa tiga unit Rumah Pohon Leo dengan kapasitas masing-masing untuk 1 keluarga berjumlah 4 orang. Dengan luas areal sebesar 264 ha TWM menyediakan berbagai jenis ruangan dan tempat pertemuan seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bagi pengunjung yang ingin berkumpul dengan kerabat, teman kantor, dan sebagainya. Masing-masing ruangan memiliki kapasitas pengunjung yang dapat disesuaikan kebutuhan pengunjung dengan mengandalkan nuansa alam sebagi temanya. Pengunjung dapat membawa fasilitas sendiri seperti tenda, panggung, perlengkapan acara, dan fasilitas elektronik namun akan dikenakan biaya sebesar 5% dari tarif yang dikenakan. TWM menyediakan beberapa sarana bermain anak di berbagai zona
wisata seperti jungkat-jungkit, papan luncuran, dan ayunan TWM juga membuat zona wisata khusus untuk anak-anak Kids Fun Valley berbagai wahana menarik, seperti monorail, boom-boom car, dan ATV.
Tabel 9. Perbandingan Sarana dan Prasarana Rumah Sutera Alam Papan Informasi Pintu Gerbang Tempat Parkir √ Pusat Informasi Toilet √ Tempat Ibadah √ Tempat Makan √ Penginapan √ Ruang Pertemuan √ Sarana Bermain Anak-Anak √
Taman Wisata Mekarsari √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5.2.4 Promosi Rumah Sutera Alam Promosi yang dilakukan oleh RSA sampai saat ini diantaranya melalui media cetak, media elektronik, internet, serta brosur. Media cetak yang telah datang yaitu surat kabar (Tempo, Radar Bogor) dan majalah (Paras, Bobo, Idea, Kreatif). Media elektronik yaitu melalui stasiun TV (Trans TV, SCTV, RCTI, O Channel, El Shinta, Metro TV, TPI, dan Trans 7) yang meliputi kegiatan di RSA. RSA juga pernah mengadakan kerjasama dengan McDonald Padjajaran Bogor dengan menyediakan brosur tetapi tidak berjalan lama. Promosi yang disebutkan di atas dilakukan secara kebetulan dan atas inisiatif pihak yang memasang iklan sehingga RSA tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Website resmi RSA www.rumahsuteraalam.com yang dibuat sejak tahun 2003. Website ini memuat keterangan mengenai alamat RSA, fasilitas yang
disediakan, serta nomor telepon dan email RSA. Desain website RSA sejak dibuat sampai saat ini belum mengalami perubahan, selain itu tidak ditampilkan denah lokasi dan foto-foto kegiatan RSA. Promosi individu/mulut ke mulut merupakan promosi yang efektif menurut RSA karena pengunjung yang datang rata-rata mengetahui keberadaan RSA dari teman, rekan kerja, atau saudaranya. Hal ini dikarenakan RSA kurang memanfaatkan dan memelihara promosi yang sudah dilakukan oleh pihak luar, sementara RSA seharusnya dapat menarik pengunjung yang jauh lebih banyak dengan potensi yang dimiliki. Taman Wisata Mekarsari Kegiatan promosi merupakan kegiatan yang menjadi perhatian besar bagi TWM semenjak terjadinya perubahan orientasi menjadi wisata. Berbagai kegiatan promosi dilakukan Divisi Marketing and Sales dalam rangka memperkenalkan citra baru Mekarsari dan mempromosikan berbagai kegiatan, produk, maupun wisata baru yang ada. Pengunjung yang datang rata-rata mengetahui TWM dari iklan maupun acara liputan mengenai TWM pada stasiun televisi. Pemasangan iklan di majalah maupun koran berskala nasional juga dilakukan TWM untuk menarik segmen pengunjung tertentu yang potensial seperti pada majalah Bobo untuk menarik segmen siswa Sekolah Dasar. Pemasangan poster-poster, baliho, penyebaran leaflet dilakukan apabila TWM sedang mengadakan acara besar yang mengundang public figure atau ketika sedang mengadakan pameran yang berlangsung di lokasi. Mekarsari juga bekerjasama dengan beberapa event organizer yang mengundang public figure di dalam kegiatan Mekarsari. Dokumentasi kegiatan tersebut dipasang di dalam Gedung Graha Krida Sari. Kemudahan pengunjung dalam mengetahui TWM dapat dilihat dari situs resmi
www.mekarsari.com yang memuat informasi mengenai denah lokasi menuju TWM dan jalur angkutan umum yang tesedia, profil perusahaan, zona wisata yang ada, kalender kegiatan pada bulan ini, foto-foto kegiatan yang pernah dilakukan di TWM, daftar kunjungan bulan ini, dan selalu di-up to date setiap bulannya. 5.2.5 Aksesibilitas Menuju Lokasi Rumah Sutera Alam Keadaan jalan menuju RSA sudah beraspal namun masih termasuk sempit untuk jalan raya, meskipun begitu kendaraan besar seperti bus masih bisa mengaksesnya. Angkutan umum yang tersedia pun sudah memadai dan tidak rumit. Keadaan alam yang sejuk menuju RSA, tingkat kemacetan yang rendah dinilai memiliki nilai lebih bagi pengunjung, ditambah banyak pemandangan menarik menuju RSA yang jarang dilihat di kota besar. Taman Wisata Mekarsari Keadaan jalan menuju TWM sudah sangat baik namun karena terletak di daerah industri dan kawasan wisata, tingkat kemacetannya cukup tinggi terutama sore hari ketika aktivitas wisata berakhir. Angkutan umum yang tersedia pun sudah memadai dan tidak rumit. Perjalanan menuju lokasi TWM dinilai pengunjung sama dengan perjalanan menuju kota Jakarta yang identik dengan macet, panas, gersang, berdebu, dan tidak nyaman. 5.2.6 Pelayanan Rumah Sutera Alam a.
Keramahan dan Kesopanan Rumah Sutera Alam dalam melayani setiap pengunjung selalu bersikap
ramah dan sopan. Selain itu pemilik selalu turun langsung menemui pelanggan
dan menemaninya berkeliling setiap berkunjung, hal ini membuat pengunjung merasa dihargai oleh Rumah Sutera Alam. Sikap kekeluargaan ini membuat nilai lebih Rumah Sutera Alam di mata pengunjung. b.
Kesigapan Melayani Pengunjung Kesigapan karyawan/pemandu membutuhkan kecepatan dan kecekatan
dalam melayani kebutuhan pengunjung. Karyawan/pemandu di RSA sedikit kurang tanggap dalam melayani kebutuhan pengunjung dan sering terlihat mondar-mandir sehingga jika sulit dipanggil apabila pengunjung membutuhkan. c.
Pengetahuan Karyawan Pengetahuan karyawan/pemandu RSA mengenai perusahaan dan budidaya
ulat sutera sangat penting. Pengetahuan yang wajib diketahui pemandu RSA yaitu mengenai cara berkebun murbei, penetesan telur ulat sutera, pemeliharaan ulat kecil dan ulat besar, pembentukan kokon, pemisahan kokon dengan benang sutera, pemintalan, penenunan, dan pencelupan warna pada kain sutera. Dengan begitu karyawan/pemandu dapat menjelaskan kepada pengunjung apabila ada yang bertanya. Pelatihan on the job training juga diberikan RSA kepada karyawan yang baru bekerja dengan didampingi trainee. d.
Tanggapan terhadap Keluhan RSA sebagai agrowisata yang baru berkembang tentu masih banyak
kekurangannya terutama di bidang pelayanan yang berhubungan langsung dengan pengunjung. Karena itu pemilik RSA selalu turun langsung menemani pengunjung berkeliling untuk mengetahui seperti apa pandangan pengunjung terhadap RSA.
e.
Jumlah Karyawan Jumlah karyawan yang ada di RSA masih tergolong sedikit yaitu sekitar 25
orang dan sering menjadi kendala apabila ramai pengunjung. Pemandu wisata merupakan salah satu hal terpenting yang ada pada agrowisata. Jumlah pemandu wisata RSA sebanyak 3 orang terkadang tidak mencukupi jika pengunjung sedang ramai. Kondisi ini berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan RSA kepada pengunjung menjadi kurang maksimal. f.
Jam Operasional Wisata RSA menutup objek wisatanya untuk umum pada hari libur nasional dan
hari Minggu. Hal ini dikarenakan pemilik meliburkan karyawannya pada hari tersebut dan pemilik terkadang membuka objek wisata untuk berkumpul bersama keluarga besarnya pada hari tersebut. Taman Wisata Mekarsari a.
Keramahan dan Kesopanan Karyawan Taman Wisata Mekarsari mulai dari gerbang tiket hingga
karyawan di setiap zona wisata melayani setiap pengunjungnya dengan ramah dan sopan. Pelayanan menjadi bagian terpenting dalam usaha jasa, karena itu TWM berusaha memberikan citra/kesan yang baik di mata pengunjung dengan memperlihatkan sikap yang ramah dan sopan kepada pengunjung. b.
Kesigapan Melayani Pengunjung Kesigapan karyawan TWM dalam melayani pengunjung terlihat dengan
ditempatkannya bebrapa karyawan di masing-masing pos/zona wisata. Dengan begitu meskipun sedang ramai, pengunjung tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan pelayanan.
c.
Pengetahuan Karyawan Pengetahuan karyawan TWM mengenai perusahaannya dan objek wisata
yang ada di dalamnya sangat penting. Objek wisata yang ada sebagian besar mengenai buah-buahan, sehingga seluruh karyawan harus mengetahui tentang buah-buahan secara umum. TWM mengadakan beberapa pelaihan bagi karyawannya untuk meningkatkan kinerja pelayanannya. Pelatihan yang pernah diadakan diantaranya We Care, Service Excellent, dan pelatihan bahasa Inggris. Dengan begitu para karyawan dan pemandu siap menjawab apabila ada pengunjung yang bertanya. d.
Tanggapan terhadap Keluhan Kepuasan dan keinginan konsumen merupakan hal yang sangat diperhatikan
TWM. Pihak perusahaan terbuka untuk menerima saran dan kritik. Untuk menanggapi keluhan pengunjung TWM mengadakan rapat rutin yang diadakan secara berkala untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan melalui rapat mingguan, triwulan, semester, serta rapat tahunan. Dari hasil evaluasi kinerja ini manajemen (PT MUS) dapat menilai bagaimana tanggapan/keluhan pengunjung terhadap TWM, sehingga dapat dilakukan perbaikan yang bersifat positif baik bagi perusahaan dan pengunjung. e.
Jumlah Karyawan Jumlah karyawan yang ada di PT MUS saat ini yaitu 611 orang. Pemandu
wisata merupakan salah satu hal terpenting yang ada pada agrowisata. Sampai saat ini jumlah pemandu yang ada di TWM tidak menjadi kendala apabila ramai pengunjung. Apabila sedang ramai pengunjung (musim liburan sekolah atau libur
nasional) TWM menyewa beberapa tenaga kerja lepas untuk mengantisipasi padatnya pengunjung. f.
Jam Operasional Wisata TWM tetap membuka kegiatan wisatanya pada hari libur nasional dan hari
Minggu karena pada hari-hari tersebut jumlah pengunjung yang datang hampir meningkat dua kali lipatnya bahkan lebih. Karena itu perusahaan mengadakan sistem shift pada karyawannya untuk bergantian bekerja. Namun pada hari Senin objek wisata tutup karen pada hari itu dilakukan pembersihan terhadap seluruh sarana dan prasarana serta areal wisata yang ada di TWM. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rating rata-rata RSA terhadap setiap faktor kritis. Perhitungan pada masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari tabel 10 terlihat bahwa harga produk menempati urutan pertama diikuti oleh aksesibilitas menuju lokasi, pelayanan, produk wisata, dan promosi serta sarana dan prasarana menempati peringkat terakhir.
Tabel 10. Rating Rata-Rata Faktor-Faktor Kritis Rumah Sutera Alam Faktor-Faktor Kritis Produk Wisata Harga Produk Sarana dan Prasarana Promosi Aksesibilitas Menuju Lokasi Pelayanan
1 2 3 1 1 3 3
Rating Responden Ke2 3 1 1 3 4 1 1 1 1 3 2 2 2
Rating Rataan 1,333 3,333 1,000 1,000 2,667 2,333
Nilai rating rata-rata pada TWM dapat dilihat pada Tabel 11. Dari tabel terlihat bahwa bahwa promosi, pelayanan, serta sarana dan fasilitas menempati urutan pertama, diikuti produk wisata, aksesibilitas menuju lokasi, dan harga produk menempati peringkat terakhir.
Tabel 11. Rating Rata-Rata Faktor-Faktor Kritis Taman Wisata Mekarsari Faktor-Faktor Kritis Produk Wisata Harga Produk Sarana dan Prasarana Promosi Aksesibilitas Menuju Lokasi Pelayanan
Tabel 12.
1 3 2 4 4 2 4
Rating Responden Ke2 3 4 4 1 2 4 4 4 4 2 3 4 4
Rating Rataan 3,667 1,667 4,000 4,000 2,333 4,000
Matriks Kinerja Rumah Sutera Alam dan Taman Wisata Mekarsari
Faktor-Faktor Kritis
Produk Wisata
Harga Produk
Sarana dan Prasarana
Promosi
Aksesibilitas Menuju Lokasi
Rumah Sutera Alam
Taman Wisata Mekarsari
▪ Paket Sutera Alam Tour yaitu paket yang pengunjungnnya paling banyak ▪ Keunggulan dari agrowisata RSA yaitu proses budidaya ulat suteranya yang unik dari hulu ke hilir ▪ Suasana alam yang sejuk dan tenang membuat pengunjung betah berlama-lama di RSA ▪ Pengunjung hanya membayar satu kali paket wisata yang mencakup biaya konsumsi dan pemandu. Selain itu tidak dikenakan tarif pengunjung dan parkir. ▪ Harga Sutera Alam Tour Rp 40.000/orang Sarana dan prasarana yang belum ada yaitu papan informasi, pintu gerbang, dan pusat informasi. ▪ Kegiatan promosi masih bersifat pasif karena dilakukan atas inisiatif pihak peliput ▪ Meskipun memiliki situs resmi tetapi desain, informasi, foto kegiatan tidak mengalami perubahan sejak pertama dibuat tahun 2003 Perjalanan menuju lokasi RSA tidak terlalu macet karena terletak di pinggiran kota, selain itu pemandangan alamnya masih asri dan sejuk.
▪ Paket wisata keliling kebun buah Green Land Tour dan paket outbond merupakan paket yang pengunjungnya paling banyak ▪ Terdapatnya berbagai macam paket/wahana wisata sehingga pengunjung dapat menikmati wisata lainnya ketika ramai pengunjung ▪ Pengunjung membayar tiket pengunjung dan kendaraan di pintu gerbang masuk. Setelah itu pengunjung dapat memilih dan membayar paket/wahana wisata mana yang akan diambil. ▪ Harga Green Land Tour,makan siang,dll Rp 105.000/orang Seluruh sarana dan prasarana yang ada sudah lengkap. ▪ Kegiatan promosi dilakukan secara intensif oleh Divis Marketing and Sales ▪ Bekerjasama dengan event organizer, radio, majalah, dll ▪ Informasi yang disediakan dalam situs resminya selalu di up to date setiap minggunya Perjalanan menuju lokasi TWM dinilai pengunjung sama dengan perjalanan menuju kota Jakarta yang identik dengan macet, panas, dan gersang.
Lanjutan Tabel 12 Faktor-Faktor Kritis
Pelayanan
Rumah Sutera Alam
Taman Wisata Mekarsari
▪ Ramah dan Sopan ▪ Kurang sigap dalam melayani pengunjung ▪ Pengetahuan karyawan dilakukan melalui on the job training didampingi trainee ▪ Tanggapan terhadap keluhan pengunjung dilakukan melalui pemiliki dengan menemani pengunjung berkeliling ▪ Jumlah karyawan yang ada termasuk pemandu menjadi kendala jika ramai pengunjung ▪ Tutup pada hari Minggu dan hari libur nasional
▪ Ramah dan Sopan ▪ Sigap dalam melayani pengunjung ▪ Pengetahuan karyawan didukung dengan berbagai kegiatan pelatihan yang menunjang ▪ Tanggapan terhadap keluhan dilakukan melalui evaluasi kinerja yang diadakan secara berkala & rutin ▪ Jumlah karyawan yang ada termasuk pemandu tidak menjadi kendala jika ramai pengunjung ▪ Kegiatan wisata tetap dibuka pada hari Minggu dan hari libur nasional dengan menggunakan sistem shift
5.2.7 Gambaran Persepsi Pengunjung Mengetahui bagaimana persepsi pengunjung terhadap objek wisata yang sedang dikelola dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya dalam memenuhi kebutuhan konsumennya. Pengambilan responden dilakukan secara acak yaitu kepada pengunjung yang sedang berada pada lokasi penelitian. a.
Rumah Sutera Alam Pengunjung yang datang ke RSA memiliki alasan yang berbeda-beda. Dari
sepuluh responden, enam orang menjawab alasan utama mereka yaitu untuk menambah pengetahuan, dua orang untuk rekreasi/hiburan, dan dua orang untuk berkumpul dengan kerabat dekatnya. Pengunjung sebagian besar berasal dari daerah Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor, dan Cibubur. Asal responden terbanyak yaitu Jakarta sebanyak enam orang, yang merupakan pasar potensial bagi objek wisata mengingat penduduk Jakarta saat ini cenderung membutuhkan suatu jenis rekreasi yang unik, alami, dan tidak terdapat di ibukota. Sementara dua orang dari
Bogor, satu orang dari Bekasi, dan satu orang dari Cibubur. Dari sepuluh responden, sembilan responden pernah mengunjungi objek wisata lain selain RSA, yaitu Taman Wisata Mekarsari, Kebun Raya Bogor, Taman Bunga Cipanas, dan Gunung Mas. Tujuh dari sepuluh responden sudah pernah melakukan kunjungan ke RSA sebelumnya. Alasan mereka melakukan kunjungan ulang yaitu ingin menikmati suasana yang tenang dan udaranya yang sejuk sambil menikmati masakan tradisional, dan sebagian kecil menjawab karena ingin membeli produk kain sutera dari galeri RSA. Sedangkan bagi responden yang melakukan kunjungan untuk pertama kalinya yaitu karena mereka tertarik dengan proses budidaya ulat suteranya. Enam responden berkunjung pada hari kerja karena mereka berasal dari rombongan sekolah, perkumpulan dan rombongan grup tertentu. Sementara empat responden lain memilih hari libur atau hari Sabtu karena sebagian besar berasal dari rombongan keluarga. Pengunjung menyayangkan mengapa RSA menutup objek wisatanya pada hari Minggu, sementara pada hari libur seperti itu banyak keluarga yang melakukan rekreasi. Sumber informasi yang mempengaruhi pengunjung rata-rata berasal dari keluarga, teman, majalah, dan televisi. Sebanyak empat orang responden mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi mengenai RSA dari televisi, tiga orang dari teman, dua orang dari anggota keluarga, dan satu orang dari majalah. Bagi pengunjung yang berasal dari luar Bogor, menemukan lokasi RSA sepertinya menjadi kendala, karena responden yang berasal dari luar Bogor mengatakan bahwa cukup kesulitan menemukan lokasi RSA karena minimnya papan informasi ke arah menuju lokasi. Hasil yang didapat dari kunjungan ke RSA yaitu seluruh responden mengatakan puas dengan
pelayanan yang diberikan karena sesuai dengan harga yang diberikan. Meskipun ada beberapa catatan yang diberikan yaitu penambahan variasi produk wisata seperti outbond, pemasangan papan informasi yang menunjukkan lokasi RSA, penyediaan pusat informasi, tempat makan siap saji, penjualan tanaman hias, dan penambahan sarana bermain anak.
Tabel 13. Hasil Wawancara dengan Pengunjung Rumah Sutera Alam Jumlah (orang) 1. Alasan berkunjung Menambah Pengetahuan Rekreasi/hiburan Berkumpul dengan kerabat dekatnya Jumlah 2. Sumber informasi Televisi Teman Keluarga Majalah Jumlah 3. Asal responden Jakarta Bogor Bekasi Cibubur Jumlah 4. Pengalaman berkunjung ke agrowisata lain Pernah Tidak pernah Jumlah 5. Melakukan kunjungan ulang ke RSA Pernah Tidak pernah Jumlah 6. Waktu yang dipilih untuk berkunjung Hari libur/akhir pekan Hari kerja Jumlah
Persentase (%)
6 2 2 10
60 % 20 % 20 % 100 %
4 3 2 1 10
40 % 30 % 20 % 10 % 100 %
6 2 1 1 10
60 % 20 % 10 % 10 % 100 %
9 1 10
90 % 10 % 100 %
7 3 10
70 % 30 % 100 %
4 6 10
40 % 60 % 100 %
b.
Taman Wisata Mekarsari Alasan tujuh dari responden yang mengunjungi TWM yaitu untuk
rekreasi/hiburan, dua orang untuk menambah pengetahuan, dan satu orang untuk penelitian. Pengunjung sebagian besar berasal dari wilayah Jabodetabek, sementara tiga responden berasal dari Jakarta, satu orang dari Depok, satu orang dari Bekasi, dua orang dari Bogor,dua orang dari Bandung, dan satu orang dari Purwakarta. Lima dari sepuluh responden pernah mengunjungi objek wisata lain selain TWM, yaitu Kebun Wisata Pasirmukti, Vin’s Berry, Kebun Teh Kerinci, dan Gunung Mas. Dari sepuluh responden, delapan orang sudah pernah melakukan kunjungan ke TWM sebelumnya. Alasan mereka melakukan kunjungan ulang yaitu untuk mengajak anggota keluarga lain atau teman yang belum pernah mendatangi TWM, menikmati wisata dikelilingi nuansa alam, serta ingin menikmati Sabut Kelapa Outbond dan sarana bermain lainnya. Sementara bagi pengunjung yang baru datang pertama kalinya yaitu karena ingin tahu seperti apa TWM yang sering muncul di televisi dan sering melihat stiker TWM ada di mobil-mobil. Delapan responden memilih hari untuk berkunjung yaitu hari Sabtu, Minggu, hari libur, dan musim liburan sekolah. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden berasal dari rombongan keluarga dan teman. Sumber informasi yang mempengaruhi pengunjung rata-rata berasal dari televisi dan teman, dengan enam responden mengetahui dari televisi dan empat responden dari teman. Hasil yang didapat dari kunjungan ke TWM yaitu pengunjung mengatakan cukup puas karena tempatnya mudah dijangkau, tidak sulit ditemukan, dan sarana prasarana yang disediakan memadai. Adapun saran perbaikan yang diberikan, yaitu
penerapan tiket terusan agar tidak terlalu sering mengeluarkan biaya di dalam lokasi, penambahan beberapa shelter atau pohon yang rindang karena cuaca di TWM sangat panas, tempat parkir yang letaknya cukup jauh dari lokasi, dan sarana toilet yang kurang memadai jika pengunjung sedang ramai.
Tabel 14. Hasil Wawancara dengan Pengunjung Taman Wisata Mekarsari Jumlah (orang) 1. Alasan berkunjung Rekreasi/hiburan Menambah pengetahuan Penelitian Jumlah 2. Sumber informasi Televisi Teman Jumlah 3. Asal responden Jakarta Depok Bekasi Bogor Bandung Purwakarta Jumlah 4. Pengalaman berkunjung ke agrowisata lain Pernah Tidak pernah Jumlah 5. Melakukan kunjungan ulang ke TWM Pernah Tidak pernah Jumlah 6. Waktu yang dipilih untuk berkunjung Hari libur/akhir pekan Hari kerja Jumlah
Persentase (%)
7 2 1 10
70 % 20 % 10 % 100 %
6 4 10
60 % 40 % 100 %
3 1 1 2 2 1 10
30 % 10 % 10 % 20 % 20 % 10 % 100 %
5 5 10
50 % 50 % 100 %
8 2 10
80 % 20 % 100 %
8 2 10
80 % 20 % 100 %
5.3
Tahap Perbandingan Tahap ini membandingkan kinerja yang terjadi diantara Rumah Sutera Alam
dengan Taman Wisata Mekarsari. Kinerja yang diukur dapat dilihat melalui nilai skor yang terjadi pada masing-masing perusahaan pada Tabel 15. Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa secara keseluruhan total nilai skor Rumah Sutera Alam (1,853) lebih kecil dibanding Taman Wisata Mekarsari (3,147).
Tabel 15. Matriks Perbandingan Kinerja No
Faktor Kritis Keberhasilan
Bobot
1 Produk Wisata 2 Harga Produk 3 Sarana dan Fasilitas 4 Promosi 5 Aksesibilitas Menuju Lokasi 6 Pelayanan Total
0.210 0.170 0.142 0.183 0.136 0.159 1.000
Rumah Sutera Alam Rating Skor 1.333 0.280 3.333 0.567 1.000 0.142 1.000 0.183 2.667 0.363 2.000 0.318 1.853
Taman Wisata Mekarsari Rating Skor 3.667 0.771 1.667 0.284 4.000 0.568 4.000 0.730 2.333 0.318 3.000 0.477 3.147
Untuk promosi, produk wisata, sarana dan prasarana, dan pelayanan Rumah Sutera Alam berada di bawah Taman Wisata Mekarsari. Sementara untuk harga produk dan aksesibilitas menuju lokasi Rumah Sutera Alam memiliki nilai skor yang lebih tinggi. Perbedaan (gap) nilai skor yang terjadi diantara kedua perusahaan dapat dilihat pada Gambar 6.
Produk Wisata 0.80 0.60
Pelayanan
0.40
Harga Produk
0.20 0.00
Aksesibilitas Menuju Lokasi
Sarana dan Prasarana
Promosi
Rumah Sutera Alam Taman Wisata Mekarsari
Gambar 6. Diagram Jaring Laba-Laba Rumah Sutera Alam dan Taman Wisata Mekarsari
5.3.1 Promosi TWM memiliki nilai kinerja yang lebih unggul (0,730) dibandingkan dengan Rumah Sutera Alam (0,183). Keunggulan TWM terletak pada banyaknya kegiatan promosi yang dilakukan, kerjasama dengan pihak luar yang mendukung, serta pemeliharaan terhadap sarana promosi yang telah dilakukan. Stasiun TV yang meliput TWM lebih sedikit dibanding RSA tetapi frekuensi penayangannya lebih sering. Website yang telah dibuat di-up date setiap hari dan dimasukkan berbagai informasi terbaru, seperti jadwal pemesanan kunjungan bulan ini, dan kalender kegiatan bulan ini. Di dalam website juga terdapat denah lokasi menuju TWM disertai sarana angkutan umum yang bisa digunakan, peta lokasi kawasan zona wisata, foto-foto kegiatan dan fasilitas yang ada, serta paket-paket yang tersedia di TWM. Beberapa media cetak yang memasang artikel mengenai TWM
juga ditunjukkan di dalam website. Pemasangan iklan melalui radio lokal juga dilakukan jika ada event-event yang menarik pangsa pasar tertentu. Misalnya ketika TWM mengadakan acara mengundang penyanyi dangdut, promosi kegiatan tersebut salah satunya melalui radio Megaswara. Selain melalui radio TWM juga menyebarkan poster, pemasangan baliho, dan menyebarkan brosur di tempattempat strategis. TWM mengadakan kerjasama dengan beberapa event organizer dalam mengadakan suatu acara yang mengundang public figure. Dokumentasi dari kegiatan ini dipajang di Gedung Graha Krida Sari sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Promosi lain yang dilakukan yaitu pemberian diskon bagi rombongan pengunjung dengan jumlah tertentu dan pemberian beberapa fasilitas gratis. TWM juga ikut bergabung dalam agenda tujuan wisata di Kabupaten Bogor Utara bekerjasama dengan pemerintah setempat. Keunggulan lain TWM yaitu kegiatan promosi yang dilakukan Divisi Marketing and Sales ini didukung oleh karyawan yang ahli di bidangnya (profesional) serta jangkauan promosi yang luas. Promosi yang dilakukan RSA masih bersifat pasif. Media cetak dan stasiun TV yang meliput kegiatan RSA selama ini dilakukan atas inisiatif dari pihak peliput. Pemeliharaan sarana promosi yang sudah ada juga tidak dilakukan RSA, seperti informasi yang terdapat di website. Informasi yang terdapat di website sejak pertama dibuat tahun 2003 hingga saat ini tidak berubah. Alamat lokasi RSA yang tidak lengkap juga tidak didukung dengan gambar denah lokasi menuju RSA ataupun sarana angkutan umum yang dapat digunakan. Penjelasan mengenai paket-paket yang tersedia, pemesanan kunjungan pada bulan ini, media cetak yang memuat artikel mengenai RSA, serta foto-foto kegiatan yang ada tidak tersedia di
dalam website. Kelemahan lain RSA yaitu tidak mengadakan kerja sama dengan pihak luar yang mendukung untuk kegiatan promosi yang dilakukan. Pihak luar yang pernah membantu RSA dalam promosi yaitu McDonald yang berada di Padjajaran karena RSA sering memesan makanan sehingga pihak McDonald menyediakan brosur mengenai RSA yang diletakkan di restoran. Namun promosi ini hanya bertahan sesaat karena RSA sudah jarang memesan dan hubungan kerja sama yang pernah terjalin tersebut menjadi renggang. Permasalahan ini kembali kepada kurangnya pemeliharaan terhadap sarana promosi yang sudah dilakukan. 5.3.2 Produk Wisata TWM memiliki nilai kinerja yang lebih unggul (0,771) dibandingkan dengan RSA (0,280). Keunggulan TWM terletak pada banyaknya variasi produk dan paket wisata yang ditawarkan, dapat memanfaatkan setiap lahan yang ada untuk dijadikan wahana wisata, serta penyediaan variasi cinderamata yang banyak dan menarik. TWM juga pandai mengemas paket wisata sehingga konsumen dapat leluasa memilih paket sesuai keinginan dan kebutuhannya. Paket-paket wisata yang disediakan TWM mengandung unsur edukasi dan entertainment (edutainment) sehingga pengunjung yang paling banyak berkunjung yaitu rombongan dari sekolah-sekolah maupun lembaga pendidikan. Banyaknya variasi produk wisata yang ada tidak seluruhnya berasal dari TWM, beberapa wahana diadakan berdasarkan kerja sama dengan pihak luar. Sabut Kelapa Outbond merupakan bentuk kerjasama TWM dengan PT Savana Indonesia dengan TWM menyediakan tempat sementara PT Savana Indonesia menyediakan peralatan Outbond beserta pemandunya. Selain itu Rumah Pohon Leo yang bekerja sama dengan Keripik Leo dalam hal pendanaan. Perkembangan produk selanjutnya
yaitu kerja sama dengan Taman Safari untuk pengadaan Taman Burung Mini di lokasi TWM, dimana TWM menyediakan tempat dan Taman Safari menyediakan burungnya. Cinderamata yang disediakan TWM juga bervariasi dan menarik sehingga pengunjung dapat leluasa memilih cinderamata yang akan dibeli. Cinderamata dapat menjadi kenang-kenangan bagi pengunjung yang pernah ke TWM dan merupakan promosi secara tidak langsung ke konsumen lain yang belum pernah berkunjung ke TWM. Paket-paket yang ditawarkan RSA jumlahnya sedikit dan kurang memadu unsur entertainment, sementara selama ini pengunjung yang paling sering berkunjung murid-murid sekolah khususnya murid sekolah dasar. RSA belum memanfaatkan potensi seluruh lahan yang ada di lokasi untuk dijadikan paket wisata serta belum memanfaatkan peluang kerjasama dengan pihak luar yang dapat mendukung usaha agowisatanya. Penyediaan cinderamata pun masih terbatas yaitu berupa kaos, pin, dan gantungan kokon kering. Meskipun begitu produk olahan yang dihasilkan RSA bervariasi. RSA sebaiknya mulai menciptakan paket-paket baru yang lebih menarik dan bernuansa entertainment dengan tetap memadukan unsur eduwisata, memanfaatkan lahan-lahan yang belum terpakai, dan bekerja sama dengan pihak luar yang mendukung seperti biro travel perjalanan, pemerintah daerah Kabupaten Bogor, dinas pariwisata, pengusaha, dan lain-lain sehingga dapat menarik pengunjung yang lebih banyak dan memiliki pelanggan. Tidak seluruh areal RSA digunakan untuk budidaya ulat sutera, terdapat beberapa lahan kosong yang tidak dipergunakan dan hanya diisi rumput liar. Di dalam lokasi RSA terdapat kolam pancing yang cukup luas, kolam pancing ini tidak dibuka untuk umum dan hanya boleh dipergunakan oleh
keluarga besar pemilik. Alat pancing yang tersedia pun jumlahnya cukup banyak (10 unit) dan masih berfungsi dengan baik. Di areal lokasi RSA juga terdapat berbagai macam jenis pohon, tanaman buah, bunga dan beberapa pohon langka. Pemilik RSA memiliki koleksi tanaman-tanaman hias yang dirintis sejak lama dan jumlahnya cukup banyak. Pengunjung ibu-ibu sering ingin membeli tanaman hias tersebut tetapi tidak dijual oleh pemilik. Hal ini merupakan peluang yang dapat dikembangkan. 5.3.3
Sarana dan Prasarana TWM memiliki nilai kinerja yang lebih unggul (0,568) dibandingkan
dengan Rumah Sutera Alam (0,142). Keunggulan TWM terletak pada sarana dan prasarana yang lengkap agar pengunjung yang datang, terutama pengunjung dari luar kota, mendapat kenyamanan begitu tiba di TWM. Meskipun sarana dan prasarana yang ada sudah lengkap tetapi TWM terus melakukan pembangunan sarana dan prasarana yang dirasa masih kurang oleh pengunjung serta pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang ada. Keunggulan lainnya yaitu RSA melakukan kerjasama dengan pihak luar dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam hal pendanaan, salah satunya Keripik Leo dalam pembangunan Rumah Pohon. Arena tempat makan yang tersedia pun hasil kerja sama dengan pihak luar seperti KFC, Café La Midolia, dan masyarakat setempat. Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, beberapa sarana dan prasarana yang tersedia di RSA belum sepenuhnya lengkap. Lokasi RSA yang harus melewati beberapa persimpangan tentu sangat membingungkan terutama bagi pengunjung dari luar kota, oleh karena itu sebaiknya RSA memasang papan informasi yang menunjukkan arah ke lokasi RSA. Papan informasi yang berada di
gerbang masuk RSA sebaiknya diperbesar dan mencolok. Tahun ini pemilik RSA merencanakan pembangunan gedung/pusat informasi yang disatukan bersama cafe dengan menggunakan modal pribadi. Pembangunan gedung tersebut sebetulnya sudah direncanakan pada tahun sebelumnya, tetapi karena pemilik ingin menggunakan modal pribadi maka realisasinya baru dilaksanakan pada tahun ini. Kelebihan dari penggunaan modal pribadi yaitu perusahaan tidak memiliki hutang pada pihak lain dan keuntungan yang diperoleh dapat langsung digunakan untuk pengembangan perusahaan. Sedangkan kekurangannya yaitu kemungkinan tercampurnya dana pribadi dengan dana perusahaan. Penyediaan sarana bermain anak-anak yang ada jumlahnya masih sedikit dan sebaiknya perlu menambah beberapa unit lagi karena pengunjung yang sering datang yaitu muridmurid sekolah dasar yang jumlahnya diatas 50 orang. 5.3.4 Pelayanan Taman Wisata Mekarsari memiliki nilai kinerja yang lebih unggul (0,477) dibandingkan dengan Rumah Sutera Alam (0,318). Keunggulan TWM terletak pada kesigapan karyawannya dalam melayani pengunjung, pengadaan berbagai pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan karyawannya, pengadaan evaluasi kegiatan secara berkala dan rutin, jumlah karyawan yang memadai jika ramai pengunjung, dan dibukanya objek wisata TWM pada hari libur nasional dan hari Minggu. Pada hari libur nasional dan hari Minggu TWM tetap melakukan aktivitas wisatanya dengan melakukan sistem shift. Keluhan pengunjung merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh pihak TWM, hal ini terlihat dengan dilakukannya evaluasi kegiatan yang dilakukan secara rutin melalui rapat mingguan, triwulan, semester, serta rapat tahunan. Perusahaan juga melakukan
berbagai pelatihan, seminar, dan training dalam rangka meningkatkan pengetahuan karyawannya. Pelayanan yang diberikan RSA kepada para pengunjung bersifat kekeluargaan dan terbuka bagi siapa saja. Pengunjung yang datang jarang mengeluhkan pelayanan yang diberikan, kecuali untuk sarana tempat makan siap saji, jumlah pemandu yang tersedia ketika ramai serta tutupnya RSA pada hari Minggu. Pemilik masih ragu untuk menambah jumlah pemandu karena merasa RSA masih berada dalam skala yang kecil, selain itu mencari pemandu yang mengerti persuteraan alam jarang dan sulit. Pelatihan, seminar, maupun training untuk para karyawan masih minim dilakukan RSA. Training yang dilakukan baru berupa on the job training selama tiga bulan bagi karyawan baru yang didampingi oleh trainee. 5.3.5 Harga Produk Rumah Sutera Alam memiliki nilai kinerja yang lebih unggul (0,567) dibandingkan dengan Rumah Sutera Alam (0,284). Keunggulan RSA terletak pada harga yang diterapkan tergolong murah dibandingkan TWM dengan fasilitas yang sama, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 8. RSA tidak memungut biaya parkir, serta biaya tiket masuk kepada pengunjung. Pengunjung hanya dikenakan biaya satu kali saja yaitu biaya pemesanan paket. TWM yang memiliki produk wisata, jumlah karyawan yang banyak, serta areal yang luas memerlukan dana yang tidak sedikit untuk pemeliharaannya. Penetapan harga yang diberikan juga disesuaikan dengan kualitas yang diberikan, walaupun tergolong mahal. Peningkatan beberapa tarif dari tahun 2007 ke 2008 cukup signifikan seperti biaya tiket parkir yang meningkat dua kali lipat. Disamping itu pengunjung merasa
terlalu sering mengeluarkan biaya di dalam lokasi TWM setiap memasuki zona wisata atau beberapa wahana yang ada. 5.3.6 Aksesibilitas Menuju Lokasi Kondisi jalan menuju lokasi RSA dan TWM secara umum sudah cukup baik dan angkutan umum yang tersedia sudah memadai dan tersedia setiap waktu. Perbedaan kinerja yang terjadi pun tidak terlalu besar (0,045). Rumah Sutera Alam memiliki nilai kinerja yang lebih unggul (0,363) dibandingkan dengan Rumah Sutera Alam (0,318), namun bukan berarti aksesibilitas Taman Wisata Mekarsari lebih buruk. Keunggulan RSA terletak pada tingkat kemacetan lalu lintas yang tidak padat serta suasana alam yang sejuk menuju lokasi. Hal ini dikarenakan daerah sekitar RSA bukan merupakan daerah pusat kota melainkan pinggiran kota. Sementara pada TWM tingkat kemacetan cukup padat karena lokasi tersebut merupakan kota industri dan daerah kota wisata.
5.4
Strategi Peningkatan Kinerja Bagi Rumah Sutera Alam RSA sebaiknya memperbaiki kinerja yang berada di bawah TWM sesuai
dengan besarnya gap yang terjadi pada Diagram Jaring Laba-Laba. Urutannya yaitu promosi, kemudian produk wisata, sarana dan prasarana, serta pelayanan. 5.4.1 Promosi Keunggulan TWM dalam kegiatan promosinya yaitu pemeliharaan TWM terhadap sarana promosi yang sudah dilakukan dan jaringan kerja sama yang luas dengan pihak luar. Promosi yang sudah dilakukan RSA sebaiknya dipelihara dan jangkauannya diperluas melalui kerja sama dengan pihak luar. Kegiatan yang dapat dilakukan RSA yaitu:
1. Penambahan
informasi
secara
detail
dalam
website
www.rumahsuteraalam.com. Beberapa informasi yang tidak terdapat di website TWM dibandingkan website RSA yaitu denah dan sarana angkutan umum menuju lokasi RSA, foto-foto kegiatan yang telah dilakukan, penjelasan mengenai paket-paket wisata yang terdapat di lokasi, jadwal pemesanan kunjungan pada bulan ini, serta pemasangan artikel-artikel yang dibuat media cetak. Keunggulan TWM lainnya yaitu website selalu di-up date setiap saat oleh perusahaan.
RSA sebaiknya mulai meng-up date situs
resminya dan melengkapi informasi-informasi yang disebutkan di atas. 2. Kerja sama dengan pihak luar dalam menginformasikan keberadaan RSA juga perlu dilakukan, misalnya kerja sama yang pernah terjalin dengan McDonald dibina kembali, dan penginformasian mengenai keberadaan RSA ke pemerintah setempat (daerah) sebagai salah satu tujuan wisata di Kabupaten Bogor Selatan. 3. Pembentukan divisi khusus seperti Marketing and Sales yang ada di TWM sebaiknya dibentuk pula oleh RSA. Pembentukan divisi ini sebaiknya didukung dengan perekrutan karyawan yang ahli di bidangnya, dengan begitu kegiatan promosi yang dilakukan lebih terarah dan terkonsep. Bagian penjualan yang ada di RSA dapat ditambah dengan bagian promosi yang ahli. 5.4.2 Produk Wisata RSA sebaiknya mulai menciptakan aneka produk atau wahana wisata lainnya dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada dan disisipkan pula unsur entertainment dalam produknya. Penambahan produk atau paket wisata tentu memerlukan dana untuk pelaksanaannya, hal ini dapat disiasati dengan mulai
bekerja sama dengan pihak-pihak luar yang mendukung. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa keunggulan TWM terletak pada pemanfaatan seluruh potensi lahan yang ada serta jaringan kerja sama dengan pihak luar. Beberapa hal yang dapat dilakukan RSA yaitu: 1. Memasukkan wisata kebun ke dalam paket eduwisata budidaya ulat sutera. Sambil mengelilingi areal lokasi RSA pemandu dapat memperkenalkan berbagai macam jenis pohon, tanaman buah, bunga dan beberapa pohon langka yang ada di kawasan. Pengenalan aneka pohon, tanaman buah, dan bunga tersebut sebaiknya didukung pemasangan papan nama dalam dua jenis bahasa yaitu Indonesia dan Latin. Dengan begitu pengunjung dapat menerima unsur edukasi yang lebih banyak lagi. 2. Memanfaatkan areal kolam pancing yang ada untuk dijadikan paket wisata memancing. Paket kolam pancing yang ada di TWM juga merupakan lokasi yang sering dikunjungi terutama pengunjung dengan rombongan keluarga. Sistem yang digunakan dapat dipelajari dari TWM yaitu penyewaan alat pancing untuk masing-masing unit dan dikenakan biaya tambahan sesuai dengan berat ikan yang dipancing. 3. Beberapa stasiun TV yang meliput kegiatan RSA memberikan copy dari rekaman tersebut. Rekaman film ini dapat dimanfaatkan RSA sebagai Pemutaran film bagi pengunjung yang tidak mengambil paket eduwisata (misalnya paket gathering) sehingga mereka tetap mendapat unsur edukasi. pemutaran film dapat dilakukan pada saat sebelum berkeliling lokasi, saat makan, ataupun saat hidangan snack.
4. Koleksi tanaman hias yang dimiliki pemilik dapat dijadikan suatu areal tersendiri, misalnya seperti bursa tanaman hias. Koleksi tanaman yang dimiliki pemilik meskipun banyak tetapi jenis yang tersedia sedikit. Penambahan jenis tanaman hias ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui pembelian tanaman hias dengan dana pribadi atau melakukan kerja sama dengan pengusaha tanaman hias/perusahaan nursery yang berada di sekitar Bogor. Garden Center yang berada di lokasi TWM juga menawarkan aneka tanaman buah dan tanaman hias beserta bibitnya. Penyediaan tanaman buah dan tanaman hias tersebut tidak seluruhnya berasal dari TWM melainkan bekerja sama juga dengan pengusaha tanaman hias. 5. Salah satu kegiatan yang ditawarkan dalam paket eduwisata budidaya ulat sutera yaitu teknik pembuatan teh murbei dari daun murbei. Proses pengeringan daun murbei selama ini dilakukan di Sukabumi dan teknik pembuatan teh serta pengemasan teh dilakukan di RSA. Pemilik dapat membeli alat pengering daun teh tersebut dan diletakkan di lokasi RSA yang tidak terpakai. Dengan begitu RSA dapat menawarkan paket eduwisata lainnya yaitu berkeliling melihat proses pembuatan teh murbei mulai dari daun murbei hingga menjadi teh dalam kemasan (hulu ke hilir). 6. Pemanfaatan beberapa lahan yang tidak terpakai dapat dijadikan sarana outbond yang menarik. Sabut Kelapa Outbond yang berada di lokasi TWM juga merupakan salah satu wahana yang baru didirikan dan bekerja sama dengan PT Savana Indonesia. TWM menyediakan tempat/areal outbond sementara PT Savana Indonesia menyiapkan peralatan dan pemandunya. RSA sebaiknya mulai memilih perusahaan mana yang akan dijadikan mitra kerja
karena penyediaan Outbond ini merupakan hal yang paling sering ditanyakan oleh pengunjung RSA. Bentuk kerjasama ini merupakan bentuk kerja sama yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. RSA tidak perlu membeli peralatan outbond yang cukup mahal dan tidak perlu bersusah payah mencari pemandu yang ahli. Bagi pihak perusahaan outbond pun mereka diuntungkan karena jasa mereka terpakai. 7. Paket-paket yang ada di RSA sebaiknya disisipkan unsur entertaiment agar pengunjung yang kebanyakan siswa rombongan sekolah ini tidak cepat bosan. Aneka games yang menarik bisa disisipkan di tengah-tengah acara. Beberapa paket wisata di TWM menyediakan beragam permainan menarik yang tetap memadukan unsur edukasi yang berwawasan lingkungan dan budaya serta adu ketangkasan di alam terbuka berhadiah cinderamata menarik. RSA dapat pula menyisipkan beragam permainan dan adu ketangkasan di lokasi RSA. Permainan yang disediakan disesuaikan dengan usia pengunjung yang datang. 8. Salah satu daya tarik TWM yaitu penyediaan toko cinderamata yang menawarkan berbagai macam aneka cinderamata mengenai buah-buahan yang unik dan menarik. Toko cinderamata ini ramai pada saat kepulangan kunjungan mereka di TWM. Beberapa cinderamata yang paling sering dibeli yaitu stiker, topi, kaos, tempelan kulkas, mug mini, pensil, pulpen, penggaris Mekarsari, dan gantungan kunci buah-buahan. Cinderamata yang tersedia di RSA baru sebatas berupa kaos, gantungan kokon kering, dan pin. Sebaiknya RSA menambah cinderamata seperti stiker, topi, tempelan kulkas, mug mini, pulpen, pensil, dan penggaris RSA.
5.4.3
Sarana dan Prasarana Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur pendukung
penting yang dilihat konsumen. Keunggulan TWM yaitu terus melengkapi serta memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di TWM dengan tujuan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang berkunjung. Beberapa sarana dan prasarana yang tidak dimiliki RSA dibandingkan TWM yaitu pemasangan papan informasi yang berada di lokasi-lokasi strategis, pemasangan papan informasi yang besar dan menarik di pintu gerbang masuk, tempat makan, gedung pusat informasi, serta kelengkapan sarana bermain anak-anak. 1. Pemasangan papan informasi yang berada di lokasi tertentu memerlukan kerja sama dengan pemerintah daerah, lokasi pemasangan papan tersebut sebaiknya diletakkan di tempat strategis dan persimpangan jalan, seperti pertigaan arah Ciapus, pertigaan di tanjakan Bosbow (Gunung Batu), serta di sekitar pusat kota. Papan informasi di depan pintu gerbang RSA sebaiknya segera dipasang karena selama ini banyak pengunjung yang datang awalnya melewati RSA. Pemasangan papan ini tidak perlu terlalu besar tetapi cukup besar untuk dilihat dan menarik perhatian (eye catching). 2. Rencana pembangunan gedung informasi yang disatukan dengan cafe sebaiknya memuat informasi yang lengkap seperti yang dilakukan TWM. Penyediaan brosur yang disediakan harus bersifat informatif dengan memuat berbagai paket yang disediakan, harga masing-masing paket disertai foto-foto kegiatan tersebut yang telah dilakukan sebelumnya. Pemasangan artikelartikel mengenai RSA serta foto-foto kegiatan yang telah dilakukan sebaiknya dipajang di gedung ini seperti yang dilakukan TWM. Cafe/restoran yang ada
sebaiknya menyediakan berbagai jenis makanan siap saji seperti yang ada di lokasi TWM dan dapat pula menyediakan makanan-makanan khas Bogor atau makanan tradisional. Penyediaan jenis makanan ini bisa dilakukan kerja sama dengan pihak restoran/jasa boga lainnya sehingga selain pemilik tidak perlu bersusah payah memikirkan jenis makanan yang disediakan juga tidak perlu mengeluarkan dana yang lebih besar lagi. RSA hanya menyediakan tempat sementara mitra kerja RSA menyediakan makanan yang disajikan. 3. Unit sarana bermain yang ada saat ini masih sedikit (untuk 4-5 orang) untuk permainan papan luncuran dan ayunan, sehingga penambahan beberapa unit permainan ini sebaiknya dilakukan RSA mengingat rombongan kunjungan yang datang adalah murid-murid sekolah. Penambahan sarana lainnya seperti jungkat-jungkit juga bisa menambah variasi permainan. 5.4.4
Pelayanan Kesan dari usaha jasa khususnya tempat wisata dilihat pelayanan yang
diberikan kepada pengunjung atau pelanggan. RSA dapat mempelajari beberapa kinerja pelayanan yang baik dari TWM. Saran mengenai pelayanan bagi RSA diantaranya yaitu: 1. Menempatkan karyawan yang ada sesuai dengan tugasnya masing-masing ketika ada pengunjung, sehingga karyawan yang mondar-mandir di sekitar lokasi dapat dihindarkan. Selain itu pengunjung juga dapat dengan mudah mencari karyawan dan karyawan sigap melayani apabila diperlukan. 2. Pelatihan seperti bahasa Inggris, seminar mengenai perkembangan ulat sutera, service excellent, dan sebagainya yang berhubungan untuk meningkatkan pengetahuan karyawan sebaiknya mulai dilakukan RSA. Terutama pelatihan
bahasa Inggris, karena sudah dua tahun ini RSA memiliki pengunjung dari luar negeri dan samapi saat ini itu masih menjadi kendala. 3. RSA sebaiknya mulai mengadakan evaluasi kinerja terhadap kepuasan pengunjung, dengan begitu setiap keluhan yang masuk dapat menjadi masukan bagi peningkatan kinerja RSA. 4. Jumlah pemandu RSA sebaiknya mulai ditingkatkan, dengan begitu tidak menjadi kendala apabila ramai pengunjung. Pemnadu yang dipilih juga sebaiknya yang sesuainya dengan keahliannya dan komunikatif dengan pengunjung terutama anak-anak. 5. RSA sebaiknya mulai membuka objek wisatanya untuk umum pada hari libur nasional dan hari Minggu, karena pada hari-hari tersebut merupakan hari yang potensial bagi kunjungan keluarga. RSA dapat menerapkan sistem shift untuk karyawannya agar bergantian bertugas pada hari libur tersebut.
Tabel 16. Tabel Strategi Peningkatan Kinerja bagi Rumah Sutera Alam Faktor Kritis Promosi
Produk Wisata
Sarana dan Prasarana
Pelayanan
Jangka Pendek 1. Penambahan informasi dalam website 2. Melakukan kerja sama dengan pihak luar 1. Wisata kebun 2. Wisata memancing 3. Pemutaran film 4. Mengadakan aneka games menarik 5. Kerja sama dengan perusahaan tanaman hias mengadakan bursa tanaman hias 6. Kerja sama dengan pihak luar untuk mengadakan outbond 7. Penambahan aneka cinderamata 1. Pembangunan gedung informasi dan cafe 2. Pemasangan papan informasi di lokasi strategis 1. Menempatkan karyawan yang ada sesuai dengan tugasnya masingmasing ketika ada pengunjung 2. Membuka objek wisatanya pada hari libur nasional dan hari Minggu 3. Menambah jumlah pemandu wisata 4. Melakukan evaluasi kinerja
Jangka Menengah
Jangka Panjang
Pembentukan divisi khusus bagian promosi atau pemasaran
Mempertahankan/ meningkatkan strategi yang sudah dilakukan
Membeli mesin Mempertahankan/ meningkatkan pengering daun teh strategi yang untuk wisata teh sudah dilakukan murbei
Melengkapi sarana unit bermain anak
Mengadakan pelatihan (seperti Bahasa Iggris), seminar, maupun training
Mempertahankan/ meningkatkan strategi yang sudah dilakukan
Mempertahankan/ meningkatkan strategi yang sudah dilakukan
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dihasilkan dari analisis adalah:
1.
Faktor-faktor kritis kinerja pengembangan perusahaan agrowisata yaitu: (1) produk wisata yang merupakan hal utama yang dilihat dari sebuah agrowisata, dapat berupa produk maupun budidaya; (2) harga produk, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk; (3) sarana dan prasarana, agrowisata sebagai objek wisata sebaiknya memberikan kemudahan bagi pengunjung dengan melengkapi kebutuhan sarana dan prasarananya; (4) promosi, salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen; (5) aksesibilitas menuju lokasi, berupa kemudahan transportasi mencapai lokasi baik melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum; dan (6) pelayanan, agrowisata sebagai perusahaan yang mengutamakan bidang jasa harus memberikan pelayanan yang dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan konsumen.
2.
Strategi peningkatan kinerja bagi Rumah Sutera Alam yaitu memperbaiki kinerja
yang
berada
di
bawah
Taman
Wisata
Mekarsari:
(1) pemeliharaan terhadap sarana promosi yang sudah ada, memperluas jangkauan promosi, dan bekerja sama dengan pihak luar; (2) pengembangan jenis produk wisata Rumah Sutera Alam yang menyisipkan unsur entertainment disamping edukasi dan wisata; (3) melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada; dan (4) meningkatkan kinerja pelayanannya.
6.2
Saran Saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Rumah Sutera Alam sebaiknya melakukan pembukuan (laporan keuangan secara resmi), dengan begitu kemungkinan tercampurnya dana pribadi dengan dana perusahaan tidak terjadi, dapat mengurangi pengalokasian dana kepada pengeluaran yang tidak perlu, serta dapat meilhat perkembangan tingkat laba maupun kondisi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. 2. Rumah Sutera Alam mulai menerapkan manajemen profesional, merekrut karyawan sesuai keahlian masing-masing, dan menerapkan aturan personalia. 3. Rumah Sutera Alam sebaiknya mengikuti kegiatan-kegiatan pameran, expo, dan sebagainya dalam rangka memperkenalkan perusahaannya kepada umum.
DAFTAR PUSTAKA
American Productivity Quality Center (APQC). 2008. Benchmarking Methodology. http://apqc.org/BenchmarkingMethodology.pdf Arifin, Johar. 2002. Cara Cerdas Menilai Kinerja Perusahaan (Aspek Finansial dan Non Finansial) Berbasis Komputer. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Aryanto, Yugo. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Kebun Wisata Pasir Mukti (KAWEPE), Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bank Indonesia. 2008. Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon. http://www.bi.go.id/sipuk/id/ [ Diakses pada tanggal 14 Februari 2008]. Bendell, Tony et al. 1995. Benchmarking For Competitive Advantage. Terjemahan. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Bisnis Indonesia Online. 2004. Sutera Alam sang Primadona yang Tertidur. Artikel edisi 24 Juli 2004. http://www.bisnis.com/servlet [ Diakses pada tanggal 19 Februari 2008]. BPS. 2007. Data Statistik Kebudayaan dan Pariwisata 2007. Badan Pusat Statistik. Jakarta. David, Fred. 2006. Manajemen Strategis Konsep. Edisi Kesepuluh. Terjemahan. PT.Prehallindo. Jakarta. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2007. Profile Pariwisata Kabupaten Bogor. Bogor. Dephut. 2008. Budidaya Ulat Sutera. http://.dephut.go.id/Informasi/.html [ Diakses pada 19 Februari 2008]. Deptan. 2008. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. www.database.deptan.go.id/agrowisata/index.asp [ Diakses pada tanggal 16 Februari 2008]. Farmstop. 2008. About Agrotourism. www.farmstop.com/aboutagritourism.asp [ Diakses pada tanggal 20 Februari 2008].
Gracia, Vincetia. 1996. Aplikasi Metode Patok Duga (Benchmarking) dalam Kinerja Usaha Koperasi (Sudi Kasus pada KUD Mandiri Tani Mukti dan KUD Mansiri Inti Sarwa Mukti), Kabupaten Bandung. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Information and Article. 2007. Penetapan Harga Jual. www.information&article.com/2007/11/penetapan-harga-jual.html [Diakses pada tanggal 15 April 2008]. John,
Reh F. 2008. How To Use Benchmarking in Bussiness. www.management.about.com/cs [Diakses pada tanggal 13 Maret 2008].
Kusnoto, Hendra. 2001. The World’s Best Management Practices. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. PT Prehallindo. Jakarta. Liputan 6 SCTV. 2007. Menyingkap Serat Sutera. http://www.liputan6.com/progsus [Diakses pada 19 Februari 2008]. Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. 2008. Potensi Agribisnis Sutera Alam. http://www.tasikmalaya.go.id/potensidaerah/agribisnis/sutera.html [Diakses pada tanggal 25 Februari 2008] Rumah Sutera Alam. Batu Gede Sutera Alam. [Diakses pada tanggal 27 Februari 2008].
www.rumahsuteraalam.com
Taman Wisata Mekarsari. Amazing Tourism Park. www.tamanwisatamekarsari.com [Diakses pada tanggal 26 Maret 2008]. Tirtawinata, Reza & Fachruddin, Lisdiana. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Travel Club. 2007. Pesona Wisata Kabupaten Bogor. Majalah Travel Club Edisi 24 Desember 2007. http://cybertravel.cbn.net.id/cbprtl/common [ Diakses pada tanggal 20 April 2008] Watson, Gregory H. 1996. Strategic Management. Terjemahan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lampiran 3. Perhitungan Bobot Masing-Masing Responden Responden 1 (Rumah Sutera Alam/Pemilik) CSF
A
A B
1
B
C
D
E
F
3
3
1
3
2
12
0.207
3
1
3
2
10
0.172
2
2
1
7
0.121
3
1
12
0.207
3
8
0.138
9
0.155
58
1
C
1
1
D
3
3
2
E
1
1
2
1
F
2
2
1
3
1
Total
Total
Bobot
Responden 2 (Taman Wisata Mekarsari/Divisi Marketing and Sales) CSF
A
A
B
C
D
E
F
2
2
3
3
2
12
0.207
1
1
3
1
8
0.138
1
2
1
9
0.155
3
3
13
0.224
2
7
0.121
9
0.155
58
1
B
2
C
2
3
D
1
3
3
E
1
1
2
1
F
2
3
1
1
2
Total
Total
Bobot
Responden 3 (Ahli Agrowisata/Wakil Sekjen DPP AWAI) CSF
A
A B
1
B
C
D
E
F
3
3
3
2
2
13
0.217
2
3
3
3
12
0.200
3
2
1
9
0.150
1
3
7
0.117
1
9
0.150
10
0.167
60
1
C
1
2
D
1
1
1
E
2
1
2
3
F
2
1
3
1
Total
3
Total
Bobot
Lampiran 4. Perhitungan Rating Masing-Masing Responden Rating Rumah Sutera Alam Responden 1 No
Faktor Kritis Keberhasilan
1
2
1
Objek Wisata
2
Harga Produk
3
Sarana dan Fasilitas
√
4
Promosi
√
5
Aksesibilitas Menuju Lokasi
√
6
Pelayanan
√
3
4
3
4
√ √
Responden 2 No
Faktor Kritis Keberhasilan
1
2
1
Objek Wisata
√
2
Harga Produk
3
Sarana dan Fasilitas
√
4
Promosi
√
5
Aksesibilitas Menuju Lokasi
√
6
Pelayanan
√
√
Responden 3 No
Faktor Kritis Keberhasilan
1
Objek Wisata
2
Harga Produk
1
2
3
4
√ √
3
Sarana dan Fasilitas
√
4
Promosi
√
5
Aksesibilitas Menuju Lokasi
6
Pelayanan
√ √
Rating Taman Wisata Mekarsari Responden 1 No
Faktor Kritis Keberhasilan
1
2
3
4
1
Objek Wisata
√
2
Harga Produk
3
Sarana dan Fasilitas
√
4
Promosi
√
5
Aksesibilitas Menuju Lokasi
6
Pelayanan
√
√ √
Responden 2 No
Faktor Kritis Keberhasilan
1
Objek Wisata
2
Harga Produk
1
2
3
4 √
√
3
Sarana dan Fasilitas
√
4
Promosi
√
5
Aksesibilitas Menuju Lokasi
6
Pelayanan
√ √
Responden 3 No
Faktor Kritis Keberhasilan
1
Objek Wisata
2
Harga Produk
3
Sarana dan Fasilitas
4
Promosi
5
Aksesibilitas Menuju Lokasi
6
Pelayanan
1
2
3
4 √
√ √ √ √ √
Lampiran 5. Foto-Foto di Rumah Sutera Alam
Pintu Gerbang Masuk
Ruang Gazebo
Cottage
Kebun Murbei
Ulat Kecil
Kokon
Ulat Besar
Alat Pemisah Benang dari Kokon
Kokon Setelah Diambil Benangnya
Alat Tenun Bukan Mesin
Galeri Rumah Sutera Alam
Kebaya dan Baju Sutera
Ruang Raw Silk
Koleksi Tanaman Hias
Kain Sutera
Hasil Kain Sutera Lainnya
Lampiran 6. Foto-Foto di Taman Wisata Mekarsari
Gerbang Tiket
Gerbang Buah
Bangunan Air Terjun
Menara Pandang
Gedung Graha Krida Sari
Kegiatan Festival
Green House
Kebun Melon
Agro Festival 2008 Bus Mekarsari
Sabut Kelapa Outbond
Rusa Tutul
Family Garden
Wisata Air
Country Side
Toko Souvenir