ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Propinsi Lampung, tetapi rata-rata produktivitasnya masih relatif rendah. Salah satu upaya yang cukup prospektif dalam peningkatan produktivitas jagung yaitu dengan menggunakan benih jagung hibrida.. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan usahatani dan saluran pemasaran jagung hibrida di Kabupaten Lampung Selatan.Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan, yang merupakan daerah produsen jagung terbesar. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan wawancara kepada petani dengan menggunakan kuisioner. Responden dalam penelitian ini adalah petani jagung hibrida sebanyak 44 petani, yang dipilih dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari bulan Februari—Juli 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan usahatani atas biaya tunai dan atas biaya total masing-masing sebesar Rp. 6.294.723,53 dan Rp. 5.464.071,15. Nisbahpenerimaanpetaniterhadapbiayatunaisebesar 2,33. Hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1.000 biaya tunai yang dikeluarkan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 2.330. Nisbahpenerimaanterhadapbiaya tunai lebih besar dari satu (R/C >1), menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima oleh petani lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.Rasio profit marjin pada saluran pemasaran ini adalah 0,00. Hal ini berarti saluran pemasaran lebih efisien dari pada saluran pemasaran yang pertama, karena petani langsung menjual jagung ke pabrik pakan akibatnya share yang diterima petani sebesar 100 persen. Hal ini berarti keuntungan yang diterima petani lebih besar dari saluran pemasaran pertama. Kata Kunci: Keuntungan, usahatani, jagung, pemasaran.
PENDAHULUAN
Pengembangan
jagung
yang
dicanangkan
pemerintah
dalam
rangka
peningkatan produktivitasnya dilakukan dengan dua cara yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi. Salah satu upaya intensifikasi ini bisa dilakukan dengan menekankan pada peningkatan kualitas produk melalui perbaikan teknik budidaya dengan menggunakan benih hibrida. (Tjionger’s, 2001). Produksi jagung Lampung mencapai 1.339.074 ton dengan luas areal panen seluas 368.325 ha atau sekitar 10,18 persen dari luas areal panen jagung nasional. Produktivitas jagung Propinsi Lampung juga masih rendah apabila dibandingkan
172
dengan produktivitas jagung nasional yaitu hanya mencapai 3,64 ton/ha sehingga masih memiliki potensi untuk ditingkatkan (Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2006) Rendahnya produktivitas komoditas jagung secara tidak langsung berkorelasi dengan rendahnya pendapatan petani. Selain produksi yang rendah, rendahnya harga jagung dan cenderung tidak stabil yang diakibatkan oleh mutu, kualitas hasil yang kurang memenuhi standar dan daya saing yang masih rendah, semakin mempersulit keadaan petani. Rendahnya mutu, kualitas dan daya saing tersebut dikarenakan masih banyaknya petani yang menggunakan benih lokal dalam usahataninya. Sehingga diperlukan suatu perubahan pola usahatani khususnya dalam hal penggunaan benih varietas hibrida, dan adanya suatu penetrasi pasar yang lebih luas guna menaikkan daya saing komoditas jagung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya keuntungan usaha tani petani jagung beserta pemasarannya. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan wawancara kepada petani dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan. Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani jagung yang menggunakan benih jagung hibrida di Kabupaten Lampung Selatan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling), dengan pertimbangan bahwa responden di daerah penelitian terdapat keseragaman (homogenitas) pada masing-masing lahan baik dari segi penggunaan input yang meliputi lahan, peralatan, pupuk, tenaga kerja, maupun output yang dihasilkannya. PenentuanjumlahsampelrespondenmenggunakanrumusSugiarto, danOetomo (2003), yaitu: NZ2S2 n= Nd2 + Z2S2 dimana : n = Jumlah sampel N
= Jumlah populasi
Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,64)
173
Siagian,
Sunarto,
S2
= Varian sampel (5%)
d = Derajat penyimpangan (5%)
Setelah melakukan survei awal, diketahui jumlah petani jagung di Desa Sukadamai sebanyak 240 orang petani, sehingga jumlah responden yang didapat menurut rumus di atas sebanyak 44 orang petani.
Analisis Keuntungan Usahatani Ubi Kayu Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani ubi kayu. Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun, dirumuskan :
Y .Py
X i .Pxi
BTT ...................................................... (3)
Keterangan : π= Pendapatan (Rp) Y= Produksi (Kg) Py
= Hargahasilproduksi (Rp/Kg)
ΣXi
= Jumlahfaktorproduksike i ( i = 1,2,3,….n)
Px
= Hargaproduksike i (Rp)
BTT
= Biayatetap total (Rp)
Untukmengetahuiapakahusahataniubikayumenguntungkanatautidakbagipetani, makadigunakananalisisimbanganpenerimaandanbiaya yang dirumuskan :
R/C
PT ................................................................................. BT
(4)
Keterangan : R/C
= Nisbah antara penerimaan dengan biaya
PT
= Penerimaan total
BT
= Biaya total yang dikeluarkan oleh petani
Jika R/C > 1, maka usahatani ubi kayu yang diusahakan mengalami keuntungan. Jika R/C < 1, maka usahatani ubi kayu yang diusahakan mengalami kerugian.
174
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keuntungan adalah penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik berupa biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan.Hasil panen jagung yang dijual petani sesuai dengan harga yang berlaku dipasaran saat itu (tentunya dengan mempertimbangkan kualitas jagung) merupakan penerimaan yang diperoleh petani. Penerimaan petani dalam usahatani jagung hibrida dengan luasan 1 hektar sebesar Rp. 11.030.599,27 dengan produksi rata-rata per hektar sebesar 6.510,34 kg. Penerimaan tersebut diperoleh dari hasil produksi dengan harga jual jagung yaitu Rp. 1694,32 per kg. Biaya-biaya yang digunakan dalam usahatani jagung hibrida dibagi atas biaya tunai dan biaya yang tak diperhitungkan. Biaya tunai sebesar Rp.4.735.875,74 dan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp.830.652,48; sehingga total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 5.566.528,42.
Tabel 1. Analisis keuntungan usahatani jagung hibrida per hektar di Kab. Lampung Selatan
N o 1
Uraian
S atuan
Ha rga (Rp)
Nilai (Rp)
Penerimaan K Produksi
2
Ju mlah
6.51
1.6
11.03
0,34
94,32
0.599,27
K
20,9
35.
742.8
9
386,36
32,15
K
359,
1.3
492.5
20
71,14
18,41
205,
1.7
356.0
93
28,81
13,75
112,
6.8
768.0
05
54,55
20,66
31.
64.79
2,08
157,89
6,12
1,95
71.
138.7
g
BiayaProduksi I. BiayaTunai
Benih
Pupuk Urea
g
g K
PupukTSP
g K
PupukKCl
g 1
Insektisida Herbisida
00 ml L
175
t H TK LuarKeluarga
KP
49,2 9
Pajak
1,00
SewaLahan BiayaTransportasi
1,00
282,89
20,26
20. 000,00 25. 000,00 750 .000,00 434 .680,34
963.2 94,32 25.00 0,00 750.0 00,00 434.6 80,34 4.735. 875,74
20. 000,00 151 .005,28 0,0 821
257.3 09,09 151.0 05,28 422.3 38,11 830.6 52,48
Total BiayaTunai II. Biayadiperhitungkan H TK Keluarga
KP
PenyusutanAlat Bunga Modal Total Biayadiperhitungkan
5.566. 528,42
III. Total Biaya 3
Keuntungan I. Keuntungan Atas Biaya
6.294. 723,53 5.464. 071,15
Tunai II. Keuntungan Atas Biaya Total 4
12,8 7
R/C Ratio I. R/C Ratio Atas Biaya
Tunai
2,33 II. R/C Ratio Atas Biaya
Total
1,98
Pada Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa keuntungan usahatani atas biaya tunai dan atas biaya total masing-masing sebesar Rp.6.294.723,53 dan Rp. 5.464.071,15. Nisbahpenerimaanpetaniterhadapbiayatunaisebesar 2,33. Hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1.000 biaya tunai yang dikeluarkan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 2.330. Nisbahpenerimaanterhadapbiaya tunai lebih besar dari satu (R/C >1), menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima oleh petani lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Hal ini berarti petani masih memperoleh keuntungan atas usahatani yang diusahakan. Pemasaran Pemasaran jagung merupakan proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan untuk menyampaikan komoditas jagung dari petani jagung ke konsumen akhir (pabrik pakan ternak). Saluran pemasaran merupakan lembaga pemasaran atau
176
serangkaian lembaga pemasaran yang digunakan dengan menyelenggarakan kegiatan pemasaran yaitu transportasi dan handling (penanganan). Kegiatan penanganan meliputi bongkar muat, penjemuran, dan pengemasan. Dalam pergerakan komoditas jagung dari petani produsen ke konsumen akhir terdapat pedagang-pedagang perantara diantaranya pedagang pengumpul yang hanya membeli jagung dari petani produsen. Hasil pembelian jagung dari petani dikumpulkan dan selanjutnya dijual kembali ke pabrik penampung hasil, selanjutnya dari pabrik penampungan jagung tersebut dijual ke pabrik pakan ternak. Selain sistem pemasaran di atas, terdapat juga sebagian kecil petani yang menjual hasil jagungnya ke pabrik penampungan, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang semakin tinggi, dimana harga yang berlaku di pabrik penampungan biasanya lebih tinggi daripada harga di pedagang pengumpul. Hal ini dapat dimaklumi karena proses handling jagung juga memerlukan biaya sehingga sebagian selisih harga dialokasikan untuk kegiatan handling. Saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Gambar 3.
Pedagang pengumpul Pabrik pakan ternak
Petani jagung Pabrik/gudang penampungan
Gambar 1. Saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa saluran pemasaran yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan pada umumnya terbagi atas dua model, yaitu : 1. Petani
Pedagang pengumpul
Pabrik pakan
2. Petani
Pabrik penampungan
Pabrik pakan
Berdasarkan gambar tersebut, ternyata semakin pendek rantai saluran pemasaran akan menguntungkan petani. Hal ini karena perbedaan harga yang relatif besar, dimana harga yang diterima petani apabila menjual jagungnya di pedagang pengumpul sebesar Rp 1.694,32/kg
dan apabila dijual ke pabrik atau gudang
penampungan sebesar Rp 1.987/kg. Kabupaten Lampung Selatan secara umum memiliki harga jagung yang relatif tinggi daripada kabupaten atau daerah lain. Hal ini dikarenakan Kabupaten Lampung Selatan memiliki letak yang relatif dekat dengan
177
pabrik pakan ternak dan terdapat gudang penampungan hasil seperti PT. Charoen Phokpan Indonesia (PT. CPI), PT. Japfa Comfeed, dll. yang membeli jagung dari pedagang-pedagang pengumpul atau dari petani langsung, sehingga biaya-biaya yang digunakan untuk proses handling khususnya bongkar muat dan transportasi lebih sedikit, karena jaraknya yang relatif dekat sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap harga jagung. Marjin Pemasaran
Salah satu indikator yang digunakan dalam menentukan efisiensi suatu sistem pemasaran adalah marjin pemasaran. Marjin pemasaran mempunyai peranan penting dalam menentukan besar kecilnya pendapatan petani produsen dari penjualan hasil panennya. Hal ini dikarenakan marjin pemasaran berpengaruh secara langsung terhadap pembentukan harga yang terjadi di tingkat petani produsen. Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga beli di tingkat lembaga pemasaran dengan harga jualnya.
Tabel 2. Analisis marjin pemasaran jagung hibrida pada saluranpemasaran I di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008
No
Uraian
Harga
Share (%)
RPM
(Rp/Kg) 1
Hargajualpetani
1.695
85,30
2
Hargajual PP
1.987
100,00
Biaya-biaya :
160
8,05
- Pemipilan
50
2,52
- Transportasi
40
2,01
- Pengemasan
45
2,26
- Bongkarmuat
25
1,26
Marjinpemasaran
292
14,70
Profit marjin
132
3
Hargabelipabrikpakan
1.987
178
1,83 100,00
Pada Tabel 2 di atas terlihat bahwa pada saluran pemasaran I, petani menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul sebesar Rp 1.695/kg. Petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran karena pedagang pengumpul langsung mendatangi petani di ladang atau di rumah petani, sehingga pedagang pengumpul yang menanggung semua biaya pemasaran. Biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 160/kg dan memperoleh marjin pemasaran sebesar Rp 292/kg dengan rasio profit marjin sebesar 1,83. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul I akan mendatangkan keuntungan sebesar Rp 1,83.
Pada saluran pemasaran II, petani jagung langsung menjual jagung hasil panennya ke pabrik penampung (pabrik pakan), sehingga petani mengeluarkan biaya pemasaran. Biaya pemasaran yang dikeluarkan petani meliputi biaya pemipilan, biaya transportasi, biaya pengemasan, dan biaya bongkar muat seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 3. Analisis marjin pemasaran jagung hibrida pada saluran pemasaran II di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008
No 1
2
Uraian Harga jual petani Biaya-biaya : - Pemipilan - Transportasi - Pengemasan - Bongkar muat Marjin pemasaran Hargabelipabrikpakan
Harga (Rp/kg) 1.987 160 50 40 45 25 0 1.987
Share (%)
RPM
100,00 8,05 2,52 2,01 2,26 1,26 0,00 100,00
Pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa rasio profit marjin pada saluran pemasaran ini adalah 0,00. Hal ini berarti saluran pemasaran lebih efisien dari pada saluran pemasaran yang pertama, karena petani langsung menjual jagung ke pabrik pakan
179
akibatnya share yang diterima petani sebesar 100 persen. Hal ini berarti keuntungan yang diterima petani lebih besar dari saluran pemasaran pertama.
KESIMPULAN
1. Keuntungan usahatani atas biaya tunai dan atas biaya total masing-masing sebesar
Rp.
6.294.723,53
dan
Rp.
5.464.071,15.
Nisbahpenerimaanpetaniterhadapbiayatunaisebesar 2,33. Hal ini berarti bahwa setiap Rp. 1.000 biaya tunai yang dikeluarkan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 2.330. Nisbahpenerimaanterhadapbiaya tunai lebih besar dari satu (R/C >1), menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima oleh petani lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Hal ini berarti petani masih memperoleh keuntungan atas usahatani yang diusahakan. 2. Rasio profit marjin pada saluran pemasaran ini adalah 0,00. Hal ini berarti saluran pemasaran lebih efisien dari pada saluran pemasaran yang pertama, karena petani langsung menjual jagung ke pabrik pakan akibatnya share yang diterima petani sebesar 100 persen. Hal ini berarti keuntungan yang diterima petani lebih besar dari saluran pemasaran pertama.
180
DAFTAR PUSTAKA
.Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2006. Lampung dalam Angka. BPS Propinsi Lampung.
Badan
Pusat
Statistik
Propinsi
Lampung.
2007.
Lampung
dalamAngka.Kerjasama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung.
Gittinger.J.P. 1993.AnalisisProyek-ProyekPertanian; Edisi II.DiterjemahkanOleh P. Sutomodan K. Magin.Universitas Indonesia Press.Jakarta. 579 halaman.
Sugiarto, D. Siagian, L.S. Sunarto, dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
181