.
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Skripsi)
Oleh
Restiana
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010
ABSTRAK POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh Restiana1), Agus Imron2), R Hanung Ismono2) Provinsi Lampung merupakan produsen jagung ketiga di Indonesia. Mestinya kebutuhan jagung di Lampung sudah dapat terpenuhi oleh produksi jagung domestik, Namun kenyataannya masih banyak perusahaan pakan ternak di Provinsi Lampung yang verproduksi di bawah kapasitas optimumnya. Hal ini menunjukkan belum terpenuhinya kebutuhan jagung di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola distribuís dan saluran pemasaran jagung, serta menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan di 2 desa yaitu Desa Ruguk Kecamatan Ketapang dan Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar. Responden dalam penelitian ini adalah petani jagung dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyampaian jagung hingga berada ditangan konsumen, serta beberapa konsumen jagung. Penelitiaan ini menggunakan metode simple random sampling untuk petani dan snowball sampling untuk lembaga pemasaran, sehingga diperoleh 51 petani jagung, 12 pedagang dan 3 konsumen jagung sebagai responden. Penelitian ini menggunakan metode analisis margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung yang dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberNovember 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 pola distribusi untuk jagung di Kabupaten Lampung Selatan. Jagung di Kabupaten Lampung Selatan didistribusikan ke tiga konsumen yaitu peternakan ayam di Lampung, perusahaan pakan ternak Lampung dan perusahaan pakan ternak di luar Lampung. Produksi jagung yang didistribusikan ke luar Lampung sebesar 22,48 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Nilai RPM yang diperoleh belum merata dan elastisitas transmisi harganya sangat kecil yaitu hanya 0,446. 1) Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung 2) Dosen jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Restiana
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian
Pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unila
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010
Judul
: Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Nama
: Restiana
NPM
: 0514021011
Jurusan/ Program Studi
: Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Fakultas
: Pertanian
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Agus Imron, M.S. NIP 195908111987031003
Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P. NIP 196206231986031003
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P. NIP 196206231986031003
Mengesahkan
I. Tim Penguji Ketua
: Dr. Ir. Agus Imron, M.S. NIP 195908111987031003
:
Sekertaris
: Dr. Ir. Hanung Ismono, M.S. NIP 196206231986031003
:
Penguji Bukan pembimbing : Ir. Eka Kasymir, M.S. NIP 196306181988031003
II. Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 26 Mei 2010
:
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 16 juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Darmono dan Sriyani.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Darma Wanita Purnama Tunggal pada tahun 1994, menyelesaikan sekolah dasar di SDN 1 Purnama Tunggal pada tahun 2000, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah tingkat pertama di SLTP 1 Yapindo pada tahun 2003, dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Terbanggi Besar pada tahun 2005.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada tahun 2005 melalui program PMDK . Penulis mengambil program studi Agribisnis jurusan Sosial Ekonomi Pertanian pada Universitas Lampung. Penulis melakukan praktek umum di Divisi Plantation PT. Sweet Indolampung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang pada bulan juli- agustus 2008, dengan tema Manajemen Pengelolaan Usahatani Tebu di PT. Sweet Indolampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat serta kuasa-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian skripsi yang berjudul ― Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan‖ ini tepat pada waktunya.
Dengan selesainya laporan penelitian (skripsi) ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, antara lain: 1.
Bapak Dr. Ir. Agus Imron, M.S, selaku Dosen Pembimbing pertama atas saran, nasehat serta bimbingan yang diberikan.
2.
Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Pembimbing kedua atas saran, nasehat serta bimbingan yang diberikan.
3.
Bapak Ir. Eka Kasymir, M.S, selaku Pembahas atas saran dan kritik yang diberikan.
4.
Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
5.
Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertaniaan Universitas Lampung.
6.
Bapak, Ibu serta adik tercinta dirumah yang merupakan sumber energi terbesar kedua setelah makanan, atas segala doa, dukungan mental, moral maupun material yang telah diberikan.
7.
Bapak Alm. Darmono tercinta atas kerja keras serta semangat dan kebanggaan tersendiri yang telah diberikan yang tidak akan pernah saya lupakan,
8.
Teman-Teman Sosek'05 tercinta, Ganis, Agey, Anggun, Dayang, Vita, Eni, Pie, Shinta, Yuli, Ninda, Dita, Ade, Oksa, Tio , Atey, Nining, Mbe, Fitri, Mita, Resi, Dela, Mary, Friska, Twe, April, Budi, Indro, Arif, Ari, Deni, Sutris, Niko, Koko, & Oki, atas semua dorongan motivasi, kritik, saran dan dukungan mental yang selalu diberikan kepada penulis.
9.
Kakak- kakak tingkat, mba Arica, kak Fauzan, kak Ian, kak Eka, mba Yeni, dll yang sudah banyak membantu.
10. Mba Iin, mas Bo, mas Kardi atas bantuannya selama ini. 11. Teman-teman kosan Istiqomah tercinta, semoga kita selalu istiqomah.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat berharga. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Penulis,
Restiana
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
vii
I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar belakang ..............................................................................
1
B. Tujuan penelitian ..........................................................................
8
C. Manfaat penelitian ........................................................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .......
9
A. Tinjauan pustaka ........................................................................... 1. Komoditas jagung ................................................................... 2. Tataniaga pemasaran .............................................................. 3. Efisiensi tataniaga/ pemasaran ...............................................
9 9 12 17
B. Penelitian terdahulu ......................................................................
19
C. Kerangka pemikiran ......................................................................
21
III. METODE PENELITIAN ................................................................
24
A. Konsep dasar dan batasan opersional ..........................................
24
B Lokasi dan waktu penelitian ........................................................
26
C. Metode pengumpulan data ...........................................................
28
D. Metode tahapan analisis ............................................................... 1. Saluran pemasaran .......... ...................................................... 2. Analisis marjin pemasaran ..................................................... 3. Analisis elastisitas transmisi harga ........................................
29 30 30 30
IV.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .........................
32
A. Lokasi penelitian ..........................................................................
32
B. Kondisi topografi dan iklim ..........................................................
33
C. Keadaan demografi daerah ..........................................................
33
D. Sarana dan prasarana .....................................................................
35
E. Kondisi umum perdagangan ........................................................
39
F. Kebijaksanaan pertanian ...............................................................
41
V.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
42
A. Keadaan umum ..............................................................................
42
1. 2. 3. 4.
Karakteristik petani jagung .................................................... Keadaan umum usahatani jagung ........................................ Karakteristik pedagang jagung .............................................. Konsumen ...............................................................................
42 49 50 55
B. Analisis pola distribusi ..................................................................
55
C. Analisis sistem pemasaran ..........................................................
57
1. Karakteristik lembaga pemasaran .......................................... 2. Keragaan pasar ........................................................................ a. Saluran pemasaran ............................................................ b. Analisis margin pemasaran .............................................. c. Analisis elastisitas transmisi harga ..................................
57 59 59 68 85
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
88
A Kesimpulan.....................................................................................
88
B Saran ..............................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
90
LAMPIRAN .............................................................................................
92
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung nasional tahun 2007—2008 .........................................................................................
2
2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2005—2008 .......................................................................................
3
3. Produksi pabrik pakan di Propinsi Lampung tahun 2005--2006 ......
4
4. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung tahun 2006--2007 di Provinsi Lampung .............................................
5
5. Perkembangan harga jagung pada tingkat produsen dan konsumen di Provinsi Lampung tahun 2000--2008 ............................................
6
6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan Menurut jenis kelamin tahun 2007......................................................
34
7. Sebaran matapencaharian penduduk di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007 ..........................................................................
34
8. Sarana jalan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis permukaan tahun 2007 .........................................................................
36
9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung tahun 2007........ ..
37
10. Perkembangan koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung Selatan ............................................................................................. .
38
11. Industri menengah dan besar di Kabupaten Lampung Selatan .......
40
12. Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan........ ..
42
13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan........ ..........................................................................................
43
14. Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan........ .........................................................................
44
Tabel
Halaman
15. Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan........ ..................................................
44
16. Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten Lampung Selatan...............................................................................
45
17. Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam usahatani dan pemasaran hasilnya...........................................
47
18. Sebaran umur pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan.....
50
19. Sebaran tingkat pendidikan pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan..... ............................................................................
51
20. Sebaran pengalaman dagang pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan..... ............................................................................
51
21. Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam usahanya ...................................................................
52
22. Alokasi jagung hasil usahatani di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan tempat tahun 2009 ...........................................................
56
23. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran pertama di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
59
24. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedua di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
70
25. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketiga di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
71
26. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempat di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
72
27. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kelima di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
74
28. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keenam di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
75
29. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketujuh di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
76
30. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedelapan di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
77
Tabel
Halaman
31. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesembilan di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
78
32. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesepuluh di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
80
33. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesebelas di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
81
34. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keduabelas di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
82
35. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketigabelas di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
83
36. Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempatbelas di Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009.........................................
84
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Pohon industri jagung ..........................................................................
11
2. Kerangka pemikiran pola distribusi dan efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan ..............................................
23
3. Bagan utama saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan ...................................................................................................
59
4. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan yang berakhir di industri ternak ..........................................................
60
5. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan yang berakhir di industri pakan ternak di Luar Lampung .................
61
6. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan yang berakhir di industri pakan ternak di Lampung .........................
64
7. Bagan alokasi jagung di Kabupaten Lampung Selatan ....................
91
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel
Halaman
37. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten Lampung Selatan .............................................................................
92
38. Luas tanam dan produksi jagung di Kecamatan Ketapang ………
92
39. Luas tanam jagung di Kecamatan Natar ........................................
93
40. Identitas responden petani ……………………………………….
94
41. Identitas responden pedagang ……………………………………
96
42. Identitas responden konsumen ......................................................
96
43. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung responden petani dalam HKP ...........................................................................
97
44. Biaya produksi responden petani dalam satu musim tanam ..........
99
45. Daftar kepemilikan modal petani jagung di Kaabupaten Lampung Selatan ………………………………………………….
103
46. Daftar kepemilikan modal pedagang jagung di Kaabupaten Lampung Selatan ………………………………………………….
104
47. Data volume, harga dan penerimaan responden petani ...............
105
48. Data volume, harga dan penerimaan responden pedagang ...........
106
49. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil ....
107
50. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar ....
107
51. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah .......................................................................................
108
52. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada konsumen industri .............................................................................................
108
Tabel
Halaman
53. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen langsung ..........................................................................................
108
54. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada pedagang besar ...............................................................................
109
55. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah ..................................................................
109
56. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada pabrik pakan Lampung ....................................................................
109
57. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada pabrik pakan Lampung ....................................................................
109
58. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah ..................................................................
110
59. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada ternak ayam ...................................................................................
110
60. Sebaran harga di tingkat harga konsumen dan harga di tingkat produsen …………………………………………………………..
111
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat utama selain gandum dan padi di beberapa Negara. Suhardi (2002) dalam bukunya Hutan dan Kebun sebagai Sumber Pangan Nasional mengungkapkan bahwa jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras di Indonesia. Suhardi dalam bukunya juga memaparkan bahwa jagung mengandung setidaknya 73.7gram karbohidrat dalam 100gram jagung pipilan kering, sedangkan beras kurang lebih mengandung 78.9gram karbohidrat dalam 100gram beras. Selain sebagai bahan pangan jagung juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan, industri makanan, industri biofuel dan industri lainnya. Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sehingga komoditas jagung mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia.
Jagung yang memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia memerlukan perhatian khusus untuk menjaga ketersediaanya bagi pemenuhan kebutuhan nasional. Upaya menjaga ketersediaan jagung yang lebih intensif diperlukan menanggapi semakin meningkatnya kebutuhan jagung. Upaya peningkatan ketersediaan jagung dapat dilakukan secara intensifikasi, yaitu dimulai dari
daerah-daerah sentra penghasil jagung. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, tepatnya sentra produksi jagung ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari pangsa produksi dan luas areal panen jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Nasional No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Provinsi
2007
2008
Jawa Timur Jawa Tengah Lampung Sulawesi Selatan Sumatra Utara Jawa Barat NTT Gorontalo Daerah lainnya
Luas Produksi Persent*) Lahan (ha) (ton) (%) 1.153.496 425.218 32.00 571.013 223.399 16.81 369.971 134.682 10.14 262.436 96.995 7.30 229.882 80.485 6.06 113.373 57.751 4.35 217.478 51.436 3.87 119.027 57.278 4.31 593.648 206.007 15.17
Luas Produksi Persent*) Lahan (ha) (ton) (%) 1.235.933 505.310 30.96 639.354 267.991 16.42 387.259 180.872 11.08 287.181 120.575 7.39 240.413 109.896 6.73 118.976 64.064 3.92 267.215 66.834 4.09 156.436 75.359 4.62 670.546 241.487 14.79
Jawa Luar Jawa Total
1.914.854 1.715.470 3.630.324
2.071.752 1.931.561 4.003.313
734.263 594.489 1.328.752
55.26 44.47 100.00
867.936 764.455 1.632.392
53.17 46.83 100.00
Sumber: BPS, Statistik Indonesia. *) Persentasi produksi tiap daerah terhadap total produksi Indonesia Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung. Sumbangsih Lampung dalam ketersediaan jagung nasional sebesar 10.14persen dalam produksi jagung nasional pada tahun 2007 yang kemudian meningkat menjadi 11.08persen pada tahun berikutnya. Peningkatan produksi jagung di Propinsi Lampung didukung oleh kegiatan perluasan lahan jagung dan peningkatan produktivitas karena kondisi lahanya mendukung, dapat dilihat dari peningkatan luas lahan dan produksi pada table diatas, sehingga dalam upaya peningkatan ketersediaan jagung nasional Lampung merupakan salah satu daerah sentra yang memiliki peran strategis.
Produksi jagung di Provinsi Lampung pada beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari pencapaian produksi jagung Provinsi Lampung yang mendekati sasaran yang direncanakan pemerintah daerah, bahkan pada tahun 2008 lalu produksi jagung yang dihasilkan mampu melebihi rencana yaitu sekitar 10.02 persen di atas sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2005— 2008 No
Tahun
Sasaran (ton)
Realisasi (ton)
Pencapaian sasaran (%)
1 2005 1.262.847 1.439.000 2 2006 1.373.416 1.183.982 3 2007 1.508.925 1.346.821 4 2008 1.566.285 1.723.183 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung 2005—2008
113.95 86.21 89.26 110.02
Data di atas menunjukkan keberhasilan produksi jagung beberapa tahun terakhir. Produksi yang dihasilkan dari tahun ketahun menunjukkan perkembangan yang cukup baik, terjadi kenaikan produksi, dan jika dibandingkan dengan sasaran produksi yang ditetapkan pemerintah daerah selalu mampu mencapai hasil lebih dari 80 persen. Pada tahun 2008 lalu produksi yang dihasilkan mampu melebihi sasaran yang ditetapkan.
Produksi jagung yang cukup baik seperti ditunjukkan dalam tabel di atas seharusnya sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam provinsi, tetapi data dari Dinas Peternakan Provinsi Lampung menyebutkan bahwa beberapa perusahaan pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang. Belum tercapainya produksi pakan ternak pada kapasitas terpasang ini diduga karena kurangnya jagung sebagai bahan baku, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006 No
1 2 3
Nama Pabrik
PT. Japfa Compeed Indonesia PT. Sentra Profeed Intermitra PT. Vistagrain Corporation.
Sumber:
Kapasitas Terpasang (ton)
Produksi Tahun (ton)
Persentase penggunaan kapasitas(%)
2005
2006
200.000,00
91.594,55
131.003,00
45.8
65.5
168.000,00
42.905,00
47.460,00
25.54
28.25
160.000,00
90.900,00
101.150,00
56.81
63.22
2005
2006
Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006, Dinas Peternakan Provinsi Lampung.
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan pakan ternak di Provinsi Lampung masih berproduksi jauh di bawah kapasitas optimum atau kapasitas terpasangnya. Produksi beberapa perusahaan pakan ternak hingga tahun 2006 lalu tidak lebih dari 60persen bahkan ada yang beroprasi dibawah 30persen. Keadaan ini menggambarkan bahwa perusahaan masih mengalami kendala terutama dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk usahanya yang bersifat kontinyu. Selain itu, informasi dari Kantor Bea dan Cukai (BC) serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Lampung menyebutkankan bahwa impor jagung ke Lampung selama 10 bulan tahun 2007 mencapai 17,193ribu ton. Impor jagung tersebut digunakan untuk bahan baku dan mendukung kelancaran proses produksi, di antaranya industri pakan ternak.
Kondisi Lampung yang merupakan sentra produksi jagung dan produksinya yang semakin baik seharusnya mampu memenuhi kebutuhan di daerah, akan tetapi pada kenyataanya konsumen (pabrik pakan ternak) masih mengalami kekurangan dan mengandalkan import. Keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang alokasi produksi jagung di Provinsi Lampung.
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung sekaligus merupakan sentra produksi jagung ke-2 setelah Kabupaten Lampung Timur di Provinsi Lampung. Data terakhir hingga tahun 2007 lalu, Kabupaten Lampung Selatan menyumbang lebih dari seperempat produksi jagung di Provinsi Lampung atau sekitar 27.78 persen dari keseluruhan produksi jagung di Propinsi Lampung. Angka 27.78 persen merupakan angka yang cukup besar dan menandakan bahwa Kabupaten Lampung Selatan memiliki peran serta potensi yang cukup besar dalam pengembangan usahatani jagung menunjang kegiatan swasembada jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung tahun 2006—2007 di Provinsi Lampung No
Kabupaten
1 2 3
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Bandar Lampung Metro
4 5 6 7 8 9 10 11
Lampung
2006 Luas Produksi Prdktivts Pers*) (ha) (kw) (kw/ha) (%) 943 2.950 31.28 0.25 9.637 32.890 34.13 2.78 92.251 344.511 37.34 29.10
2007 Luas Produksi Prktivts Pers*) (ha) (kw) (kw/ha) (%) 939 2.996 31.91 0.22 8.211 28.887 35.18 2.14 97.917 374.099 38.21 27.78
99.566 79.522 29.468 10.582 9.980 0 226 465
112.797 91.872 33.429 10.987 12.837 0 176 806
349.652 285.450 98.104 35.022 32.945 0 845 1.613
35.12 35.90 33.29 33.10 33.01 0.00 37.39 34.69
29.53 24.11 8.29 2.96 2.78 0.00 0.07 0.14
332.640 1.183.982 35.59 100.00
408.201 337.305 113.010 36.582 42.307 0 674 2.760
36.19 30.31 36.71 25.04 33.81 8.39 33.30 2.72 32.96 3.14 0.00 0.00 38.30 0.05 34.24 0.20
369.971 1.346.821 36.40 100.00
Sumber: Lampung Dalam Angka 2008, BPS. *)Persentase produksi jagung tiap daerah terhadap total produksi jagung Lampung
Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi jagung kedua setelah Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten Lampung Selatan juga merupakan kabupaten yang lokasinya berbatasan dengan pelabuhan, sehingga akses komoditas jagung Kabupaten Lampung Selatan untuk keluar Lampung lebih mudah. Dengan demikian, untuk mengetahui bagaimana dan
kemana aliran hasil produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan perlu diadakan penelitian mengenai pola distribusi dari komoditas jagung tersebut.
Keberhasilan produksi jagung tidak memberikan dampak yang berarti bila tidak diimbangi dengan peningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani dipengaruhi oleh produktivitas usahatani jagung dan harga dari komoditas jagung yang dihasilkan. Produktivitas usahatani jagung ditentukan oleh efisiensi produksi dalam usahatani. Sementara harga jagung yang diterima petani dipengaruhi oleh efisiensi pemasaran jagung yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada, dari tahun ke tahun terlihat adanya peningkatan produksi jagung di Lampung, sementara untuk harga yang diterima oleh petani dari tahun ke tahun masih relative rendah. Perbedaan harga jagung yang diterima petani dan pabrik memiliki rentang yang cukup lebar menandakan masih belum efisiensinya pemasaran jagung yang terjadi, seperti terlihat pada Tabel 5.
Table 5. Perkembangan harga pada tingkat produsen dan konsumen di Provinsi Lampung tahun 2000—2008 No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 rata-rata
Harga di tingkat petani (KA 40%) (Rp/ kg) 770 895 913 928 977 1062 1158 1325 1945 1863 1183.6
Harga di tingkat Pabrik (KA 40%) (Rp/ kg) 970 1179 1241 1168 1359 2040 1701 1945 2300 2182 1608.5
Selisih Harga 200 284 328 240 382 988 543 620 355 319 425.9
Persent selisih (%)*) 25.97 31.73 35.93 25.86 39.10 93.03 46.89 46.79 18.25 17.12
Pertumb uhan**) 0.42 0.15 -0.27 0.59 1.59 -0.45 0.14 -0.43 -0.10
35.98
Sumber: Badan Pusat Statistik 2000--2009 *) Persentase selisih harga di tingkat petani dan pabrik terhadap harga petani **) Pertumbuhan selisih harga pada tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya
Harga jagung di tingkat petani dan pabrik menunjukkan perbedaan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Margin pemasaran yang merupakan selisih dari kedua harga tersebut cukup tinggi. Persentase selisih harga di tingkat petani dan konsumen memiliki nilai yang beragam dari 17,12—93,03 persen menunjukkan tingkat korelasi di kedua harga tersebut tidak stabil. Pada kolom pertumbuhan nilai positif menunjukkan terjadinya kenaikan harga dan nilai negative untuk keadaan penurunan harga. Nilai positif yang terjadi memiliki range cukup lebar (0,14—1,59). Data tersebut menggambarkan kenaikan harga di tingkat konsumen memiliki pengaruh yang sedikit terhadap perubahan harga di tingkat petani (korelasi rendah). Rendahnya tingkat korelasi yang tergambar dari data tersebut dapat dijadikan salah satu indikasi belum efisienya saluran pemasaran.
Pencapaian sasaran produksi jagung yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dan kondisi pabrik pakan ternak yang masih beroprasi dibawah kapasitas optimumnya serta tingginya margin pemasaran jagung merupakan salah satu permasalahan jagung yang ada di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, penelitian tentang pola distribusi dan efisiensi pemasaran jagung ini sangat diperlukan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengatasi permasalahan komoditas jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut 1. Bagaimanakah pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan? 2. Apakah pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan sudah efisien?
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah 1. Mengetahui pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan. 2. Menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
C. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi 1. Petani, pedagang perantara dan konsumen sebagai bahan pertimbangan dalam memasarkan jagung. 2. Instansi terkait, sebagai bahan informasi untuk pembuatan kebijakan yang terkait dengan masalah kinerja pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan. 3. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pembanding bagi penelitian selanjutnya mengenai pemasaran jagung.
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Komoditas Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat digolongkan dalam berbagai macam kelompok tanaman seperti, a) Kelompok tanaman pangan, jika yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan pangan pokok. b) Kelompok tanaman hortikultura, jika jagung yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai buah meja, sayuran dan obat-obatan, yang tergolong dalam kelompok ini adalah jagung manis dan jagung muda yang belum berisi (soleng). c) Kelompok tanaman perkebunan, jika tanaman tersebut diusahakan pada lahan yang luas disertai manajemen yang baik dan hasilnya digunakan sebagai bahan baku industri. Jagung merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi cukup baik dan dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Menurut Najiyati (1992), manfaat tanaman jagung bisaa digunakan untuk tiga tujuan utama: a) Sebagai bahan makanan pokok terutama di daerah tropis,
b) Makanan untuk ternak hewan dan unggas, terutama di negara-negara industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak dan c) Sebagai bahan baku untuk banyak hasil-hasil industri.;
Tanaman jagung merupakan tanaman yang hampir tidak memiliki nilai sisa selain bijinya yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bagian tanaman jagung lainya pun dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti halnya bentuk kerajinan maupun bahan bakar. Jagung memiliki banyak manfaat dan pilihan dalam memanfaatkanya, usia memanenpun dapat merubah kegunaan dari jagung tersebut. Bonggol jagung dalam usia muda belum menghasilkan biji dimanfaatkan sebagai sayuran, sedangkan dalam usia lebih tua dapat dimanfaatkan sebagai buah meja dan pada usia tua dalam keadaan kering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri seperti industri pakan, industri biofuel dan sebagainya. Kegunaan jagung lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
Daun dan batang
Pakan ternak
Kompos
Jagung
Baby corn
Sayuran
Industi pakan Jagung muda
Buah meja
Tepung Jagung Industri makanan
Biji
Buah
Industri biofuel Industri lainnya
Jagung tua Tongkol
Kulit jagung
Bahan bakar
Bahan bakar Kerajinan tangan
Gambar 1. Pohon Industri Jagung
Makanan jajanan
2. Tataniaga Pertanian (Marketing)
Pemasaran atau tataniaga merupakan rangkaian kegiatan pendistribusian suatu barang. Nasruddin dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian menyatakan bahwa tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan pemindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ketangan konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Saluran tataniaga adalah jalur yang dilalui komoditas dari titik produsen sampai titik konsumen terakhir. Hal yang dapat dipelajari dengan mengikuti saluran tataniaga suatu produk antara lain adalah: a) Jumlah produk yang dijual petani kepada tengkulak atau langsung ke konsumen akhir atau ke pedagang besar b) Peranan dari pelaku tataniaga termasuk peranan petani c) Tempat terjadinya informasi
Dalam Kegiatan pemasaran atau pendistribusian barang hingga sampai pada tangan konsumen terdapat berbagai kegiatan, diantaranya adalah kegiatan pembeliandan penjualan yang berarti pemindahan hak milik serta kegiatan pemindahan barang yang berkenaan dengan pengangkutan yang berarti pemindahan lokasi, seperti di paparkan oleh Nasruddin dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian, beliau menyebutkan bahwa fungsi dalam proses tataniaga adalah sebagai berikut:
a) Pembelian/ buying, merupakan suatu fungsi yang bersangkutan dengan pemindahan dan atau pemilikan sejumlah barang yang dimaksudkan sebagai persediaan produksi ataupun untuk mencukupi kebutuhan. b) Penjualan dan penyebaran, kegiatan-kegiatan untuk mencari dan atau mengusahakan agar barang-barang yang telah diproduksi atau yang telah dimiliki mendapatkan permintaan-permintaan pasar (para konsumen) yang cukup baik atau banyak, terutama mengenai kuantitasnya dan harganya yang cukup menguntungkan. c) Pengangkutan dan transportasi, memindahkan suatu produk dari sumber penghasilannya ke pasar atau ke tempat konsumennya pada waktu yang tertentu yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan atau kepentingan pasar atau konsumen.
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan pendistribusian barang hingga sampai pada tangan konsumen. Dalam kelancaran kegiatan tersebut terdapat peran dari lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang dimaksud adalah segala usaha yang berkaitan dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat, seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan agen-agen atau perusahaan dagang, perbankan, perusahaan pengepakan, perusahaan angkutan usaha pertanggungan dan lain sebagainya. Perusahaan dagang, perusahaan pengepakan, perusahaan angkutan usaha pertanggungan, kesemuaanya memegang peranan dalam penyampaian produk-produk itu ke pasar (konsumen) dengan menjamin sampainya produk-produk itu ke tangan konsumen (pasar) tanpa ada kerusakankerusakan di samping waktu penyampaian yang tepat.
Kegiatan pemasaran yang merupakan pemindahan barang berdasarkan hak milik maupun lokasi pasti akan menimbulkan resiko dalam setiap kegiatannya terutama untuk barang-barang hasil pertanian yang mudah rusak. McCarthy dalam bukunya yang berjudul Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial Global, mengemukakan bahwa resiko merupakan fungsi yang bersangkutan dengan kerugian. Resiko timbul apabila suatu kegiatan dalam tataniaga dilakukan tanpa mengetahui hasil-hasil yang akan diperoleh, atau dilakukan dengan kemungkinan bahwa hasilnya akan sebaliknya, maka karena itulah dengan pertimbangan, perhitungan dan perencanaan yang sematang-matangnya (mantap). Macam resiko yang dihadapi: a) Resiko kepemilikan b) Resiko keuangan c) Kerugian karena kecelakaan d) Kerugian karena perikatan e) Kerugian karena tatakerja f) Kerugian karena pengaruh cuaca Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting, terutama berkaitan dengan harga hasil usahatani yang akan diperoleh bagi produsen serta upaya penyebaran suatu barang ke tempat lain yang membutuhkan. Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting salah satunya bagi ketersedian barang ditempat lain yang membutuhkan, seperti ungkapan Kotler yang dikutip oleh Soekartawi dalam bukunya ada lima faktor yang menyebabkan mengapa pemasaran itu penting, diantaranya adalah:
a) Jumlah produk yang dijual menurun, b) Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun, c) Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen, d) Kompetisi yang semakin tajam, e) Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan
Produk-produk hasil pertanian memiliki karakteristik yang berbada berkenaan dengan daya simpan atau tingkat kerusakannya maupun keadaan produsennya. Soekartawi (1991) pun menambahkan pentingnya pemasaran untuk komoditas pertanian bahwa untuk komoditas pertanian pemasaran terjadi bukan saja ditentukan oleh lima aspek tersebut tetapi juga aspek lain yaitu: a) Kebutuhan yang mendesak, b) Tingkat komersialisasi produsen (petani), c) Keadaan harga yang menguntungkan, d) Karena peraturan. Pentingnya pemasaran dalam penyebaran barang dan kontribusinya dalam ketersediaan barang di suatu daerah merupakan hal yang sangat mendukung bagi kelancaran kegiatan ekonomi disuatu daerah. Kegiatan pemasaran disamping berperan dalam ketersediaan dan penyebaran barang juga berperan dalam perolehan harga yang lebih baik.
Dalam kegiatan pemasaran terdapat peran dari lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Pola yang dibentuk oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut disebut dengan rantai pemasaran. Dalam karyanya yang berjudul manajemen pemasaran Mursyid (1993) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya rantai
pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen sering dirugikan, yaitu sebagai berikut: a) Pasar yang tidak bekerja secara sempurna, b) Lemahnya informasi pasar, c) Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar, d) Lemahnya posisi produsen )petani) untuk melakukan penawaran untuk mendapatkan harga yang baik, e) Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun-temurun.
Manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan pemasaran terutama keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran menarik beberapa masyarakat yang akhirnya menekuni kegiatan tersebut. Banyaknya lembaga pemasaran merupakan salah satu penyebab semakin panjangnya rantai pemasaran. Mursid (1993) mengemukakan beberapa faktor yang menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran antaralain adalah a) Jarak antara produsen ke konsumen, makin jauh maka makin panjang saluran pemasarannya, b) Cepat lambatnya produk rusak, produk yang cepat rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek, c) Skala produksi, semakin kecil skala produksi semakin panjang saluran pemasarannya, d) Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung mampu memperpendek saluran, e) Derajat standarisasi, makin identik produk makin panjang salurannya,
f) Kemeruahan produk, biaya pemindahan tinggi saluran terpendek, g) Nilai unit dari suatu produk, makin rendah nilai unit suatu produk semakin panjang saluran pemasarannya, h) Bentuk pemakaian produk, produk yang dapat digunakan untuk berbagai bentuk pemakaian bisaanya saluran tataniaganya lebih rumit dan panjang, i) Struktur pasar, struktur pasar yang berbentuk monopoli bisaanya saluran tataniaganya lebih pendek dibanding struktur pasar yang lain.
Panjangnya saluran pemasaran menimbulkan beberapa pengaruh diantaranya adalah tingginya margin pemasaran. Tingginya margin pemasaran menggambarkan perbedaan harga yang tinggi antara harga ditingkat produsen dan harga pada tingkat konsumen. Keadaan tersebut dapat berarti dua kemungkinan yaitu produsen dirugikan karena harga yang diterima terlalu rendah karena ditekan atau konsumen dirugikan karena harga yang diterima terlalu tinggi karena margin dibebankan pada harga tersebut.
3. Efisiensi Tataniaga/ Pemasaran
Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua pihak merasa diuntungkan dengan adanya kegiatan pemasaran tersebut. Suatu kegiatan pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau diukur dengan efisiensi pemasaran. Efisiensi tataniaga merupakan salah satu ukuran untuk menilai kinerja pasar. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan rasio input-output. 1
Cara mengukur efisiensi tataniaga menurut Nasruddin (1996) dapat melalui: a) Margin tataniaga b) Analisis syarat-syarat pasar bersaing sempurna c) Analisis keterpaduan pasar d) Harga pada tingkat konsumen e) tersedianya fasilitas fisik tataniaga.
Cara yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya menggunakan cara tersebut yaitu dengan melihat besarnya margin pemasaran dan rasio profit margin dari masing-masing lembaga pemasaran. Marjin tataniaga dirumuskan sebagai perbedaan antara harga yang diterima produsen dan harga yang diterima konsumen. Nasrudin (1996) dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi margin tataniaga adalah sebagai berikut: a) Biaya tataniaga b) Tingkat persaingan antara para pedagang c) Strategi-strategi yang ditunjukkan oleh para pedagang d) Sikap para pedagang terhadap resiko e) Banyaknya perantara yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa ke konsumen akhir.
Dalam penelitian ini yang diukur untuk menentukan margin pemasaran secara kuantitatif adalah biaya produksi, biaya pemasaran dan keuntungan dari masingmasing lembaga pemasaran. Sedangkan faktor lain digunakan dalam pmbahasan efisiensi pemasaran secara kualitatif.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian Fansuri tahun 2008 dengan metode SPC menghasilkan kesimpulan bahwa pemasaran jagung di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Mayoritas responden berada pada klasifikasi rendah atau banyak responden tidak melakukan yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian. Tetapi ada beberapa kelompok tani yang ketua kelompoknya mau mengkoordinir hasil panen anggotanya, kemudian mereka menjualnya pada pabrik besar dengan harga yang lebih mahal dari pada menjual kepada tengkulak.
Penelitian Irawan tahun 2005 menggunakan analisis margin, koefisien korelasi harg dan elastisitas transmisi harga menghasilkan kesimpulan bahwa pemasaran jagung di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur belum efisien hal ini dilihat dari perolehan margin pemasaran ditingkat petani yang lebih rendah dibandingkan dengan perolehan margin pemasaran yang diperoleh lembaga pemasaran yang lainnya. Petani menjual hasil usahataninya ke pedagang kecil yang sebelumnya memberikan modal untuk usahataninya, sehingga harga yang berlaku adalah harga yang ditentukan oleh pedagang kecil.
Penelitian Remonaldi tahun 2009 menghasilkan kesimpulan bahwa saluran pemasaran jagung di Kabupaten Tanggamus sebagian besar dari petani ke pedang pengumpul atau gudang silo, hal tersebut ditujukan untuk menghemat biaya pemasaran, selain itu hasil produksi yang dihasilkan petani relatif kecil sehingga tidak memungkinkan untuk dijual langsung ke pabrik pengolahan
jagung. Selanjutnya pedagang kecil atau gudang silo tersebut langsung menjual ke pedagang besar atau eksportir seperti PT. CPI (Caroen Phokhpan Indonesia).
Penelitian Susanto pada tahun 2007 menghasilkan kesimpulan bahwa pemasaran jagung di Kecamatan Ketapang belum efisien ditunjukkan dengan nilai elastisitas transmisi harga yang masih di atas angka 1. Struktur pasar jagung di Kecamatan Ketapang berada dalam kondisi tidak sempurna, nilai koefisien korelasi harganya dibawah 1.
Penelitian Sadikin tahun 2000 menghasilkan kesimpulan bahwa harga jagung di tingkat petani lebih rendah dibanding dengan harga sosial yang seharusnya diterima, berkaitan dengan dua faktor klasik, yaitu (1) Lembaga pemasaran output belum berfungsi efektif dan tidak transparan, sehingga rantai pemasaran panjang dan biaya pemasaran tinggi, dan (2) Posisi tawar petani lemah sehingga petani menjadi penerima harga yang masif dan sekaligus sangat ta'at terhadap kemauan dan keputusan pedagang. Timpangnya distribusi regionalitas intensifikasi jagung antara daerah Jawa dan luar Jawa,sebab meskipun saat ini kontribusi produksi jagung luar Jawa terhadap produksi jagung nasional hanya sekitar 39 persen.
C. Kerangka Pemikiran
Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dan mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Lampung merupakan sentra produksi Jagung ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Propinsi Lampung.
Produksi dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung menunjukkan perkembangan yang cukup baik bahkan pada tahun 2008 lalu. Produksi jagung Lampung dapat melebihi sasaran produksi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah atau dinas terkait. Sementaraitu, dilihat dari segi konsumsi perusahan pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih beroprasi di bawah kapasitas optimumnya dan salah satunya disebabkan oleh kurangnyan pasokan jagung sebagai bahan baku. Surplus dari produksi suatu komoditas seharusnya diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dalam wilayah tertentu, terutama untuk industri yang berperan sebagai konsumen terbesar yang menyerap komoditas tersebut. Terlebih lagi jika konsumen tersebut merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan ekonomi dan sosial yang sangat pokok. Seperti halnya industri pakan ternak yang berbahan baku jagung, hasil dari kegiatan pakan ternak tersebut adalah menghasilkan makanan untuk ternak. Apabila jumlahnya tidak tercukupi akan terjadi kelangkaan pakan, yang mengakibatkan harga pakan naik, dan jika harga pakan naik maka produksi daging ayam akan turun dan akhirnya berimbas pada menurunnya tingkat pemenuhan gizi pada masyarakat. Dengan demikian,
perlu dianalisis pola distribusi dan saluran pemasaran jagung untuk mengetahui kemana saja aliran komoditas jagung di kabupaten Lampung Selatan.
Panjang pendeknya saluran pemasaran dan siapa saja yang terlibat dalam saluran pemasaran menentukan bagaimana struktur pasar dan bagaimana struktur pasar yang terbentuk berpengaruh pada pembentukan harga barang. Tujuan dari usahatani jagung adalah memperoleh keuntungan yang maksimum bagi petani sebagai pelaku utama usahatani. Finansial usaha tani lebih dipengaruhi oleh harga jual yang diterima petani, sedangkan tingkat harga yang diterima petani dipengaruhi oleh tingkat efisiensi pemasaran dari komoditi yang dihasilkan.
Analisis margin pemasaran dan koefisien korelasi harga merupakan alat yang saling mendukung dan sering digunakan untuk menentukan efisiensi suatu pemasaran. Integrasi pasar dianalisis menggunakan elastisitas transmisi harga, terutama untuk melihat perubahan harga produk di tingkat produsen yang ditransmisikan ke harga konsumen.
Jagung
Produksi dan Produktivitas mampu melebihi sasaran Pemda
Dinamika jagung di Propinsi Lampung
Konsumen mengeluh kekurarang suplay jagung
Usaha tani jagung
Output (produksi)
Harga input
Harga Output Produksi > Konsumsi tapi konsumen masih merasa kekurangan suplay untuk konsumsi
Input
Penerimaan
Biaya Produksi
Keuntungan Pola Distribusi ?
Efisiensi Pemasaran? Kinerja pasar a. Saluran pemasaran b. Margin pemasaran c. Elastisitas transmisi harga
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
III.
METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk tentang variable yang akan diteliti dan sangat penting untuk dianalisis (data-data yang berhubungan dengan tujuan penelitian). Batasan operasional disusun dengan tujuan untuk membatasi ruang lingkup variabel yang digunakan serta untuk menghindari penafsiran yang berbeda dari istilah yang digunakan dalam penelitian.
Distribusi yang dimaksud dalam penelitian adalah proses pemindahan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain.
Pola distribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alokasi suatu komoditas menurut kegunaan dan tempat.
Sistem pemasaran dalam penelitian ini ditinjau dari pendekatan serba lembaga (institutional approach) yaitu pendekatan dari segi lembaga-lembaga atau organisasi yang terkait dalam hal pemasaran jagung.
Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga yang digunakan untuk menyampaikan komoditas jagung dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembelian, pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan dari petani jagung ke konsumen akhir.
Petani produsen adalah petani jagung yang termasuk dalam sampel penelitian.
Pengangkut adalah orang yang melakukan pengaturan secara bersama-sama dalam pengangkutan jagung.
Pedagang kecil adalah orang yang membeli jagung langsung dari petani produsen dan berada di desa dan kecamatan.
Pedagang besar adalah orang yang membeli jagung dari agen atau pedagang kecil di kabupaten.
Eksportir atau pedagang antar daerah adalah badan usaha yang melakukan pembelian jagung dari pedagang besar maupun dari pedagang kecil kecil yang berada di daerahnya dan menjual jagung ke luar daerah.
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan, baik oleh petani maupun pedagang untuk memasarkan jagung sampai ke konsumen akhir, meliputi biaya sortasi, greeding, packging, pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya penyusutan, dan biayabiaya lainnya dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).
Harga beli adalah harga yang dibayar oleh masing-masing lembaga pemasaran dan konsumen untuk mendapatkan jagung, dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).
Pasar dalam hal ini adalah suatu tempat (lokasi) dimana terjadi transaksi jual beli jagung dan sebagai tempat terbentuknya harga.
Pemasaran dalam hal ini adalah keragaan dari kegiatan yang meliputi penyampaian jagung atau jasa-jasa yang diberikan dalam bisnis jagung.
Harga jual adalah harga yang berlaku untuk menjual jagung pada tiap lembaga pemasaran dan konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).
Volume pembelian adalah jumlah produksi yang dibeli oleh lembaga-lembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
Volume penjualan adalah jumlah produksi yang dijual oleh petani maupun lembagalembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
Konsumen akhir adalah lembaga pemasaran terakhir yang membeli jagung.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Lampung Selatan tepatnya di Kecamatan Natar dan Ketapang. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan September--November 2009. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi jagung kedua setelah Lampung Timur. Sedangkan Kecamatan Ketapang dan Natar merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat ditabel 27—29 pada lampiran. Jumlah sample ditentukan atas pertimbangan jumlah populasi dari masing-masing desa. Populasi penelitian adalah 446 petani jagung dari desa Tanjung Sari kecamatan Natar dan
589 petani jagung dari desa Ruguk Kecamatan Ketapang. Responden dipilih secara acak (Sample Random Sampling) berjumlah 51 petani dengan total 1035 Petani jagung di kedua kecamatan tersebut.
Penentuan jumlah sample mengacu pada Sugiarto (2003), dengan perhitungan sebagai barikut: NZ2 S2 n = Nd2 + Z2 S2 Keterangan: n
= Jumlah Sample
N
= Jumlah anggota dalam populasi
Z
= Derajat kepercayaan (1.96)
S2
= Varian sample (5%)
d
= Derajat Penyimpangan ( 5%) 1035 * (1.645)2 * 0.05
n =
1035 * (0.05)2 + (1.645)2 * 0.05 n =
140,037= 51 2,723
Untuk sample setiap kelompok ditentukan proporsional dengan menggunakan rumus Natsir (1988), yaitu: ni =
Ni * n N
Keterangan: ni = Jumlah sample Ni = Jumlah Anggota N = Jumlah Anggota dalam Populasi n = Jumlah Sample secara keseluruhan Sample desa Tanjung Sari
= 446
* 51
= 21,9768
= 22
1035 Sample desa Ruguk
= 589 * 51 1035
= 29,0232
= 29
Untuk lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam pemasaran jagung di lokasi penelitian, menggunakan snowball sampling, cara pengambilan sample dengan teknik ini dilakukan secara berantai. Mulai dari ukuran yang terkecil makin lama makin besar. Dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan interview terhadap seorang responden petani, selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan calon responden berikutnya. Hal ini dilakukan sedemikian rupa sehingga didapat suatu rantai pemasaran.
C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui observasi, wawancara dan penyebaran angket atau kuisioner, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer didapat melalui hasil wawancara langsung kepada responden berdasarkan atas daftar pertanyaan yang telah disusun. Responden dalam penelitian ini adalah para petani, pedagang kecil, pedagang besar, serta lembaga lain yang terlibat dalam saluran tataniaga jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang berhubungan dengan objek penelitian. Data sekunder tersebut antara lain didapat didapat dari Dinas Pertanian, Badan Pusat
Statistik, website Departemen Perdagangan Indonesia, skripsi peneliti terdahulu, jurnal penelitian dan literature yang berhubungan dengan topik penelitian.
Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: biaya produksi, jumlah produksi, nilai penjualan, volume penjualan, harga jual, harga beli, volume pembelian, biaya pemasaran, keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran, margin pemasaran, dan lembaga pemasaran. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan pada pengkajian pola distribusi, saluran pemasaran dan jenis konsumen, keuntungan petani, dan distribusi keuntungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis margin pemasaran, korelasi harga dan elastisitas transmisi harga.
D. Model Tahapan Analisis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistic. Analisis deskriptif meliputi gambaran hasil pengamatan di lapangan untuk melihat pola distrbusi, struktur pasar, distribusi jagung beserta lembaga-lembaga yang terlibat. Analisis statistic digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran yang meliputi analisis margin pemasaran, koefisiensi harga dan elastisitas transmisi harga. Jenis model tahapan analisis yang dapat digunakan pada analisis pemasaran antara lain:
Kinerja pasar a. Saluran pemasaran Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif kualitatif, mulai dari tingkat produsen jagung melalui lembaga-lembaga pemasaran hingga sampai pada konsumen. Selain itu dilihat juga fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran jagung.
b. Analisis Margin Pemasaran MP = Pr – Pf
MP = ΣBi + ΣKi
atau
Keterangan: MP = Margin pemasaran Pr = Harga tingkat pengecer Pf = Harga tingkat petani ΣBi= Jumlah biaya yang dikeluarkan lembaga – lembaga pemasaran (B1,B2,B3…..Bn) ΣKi= Jumlah keuntungan yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran (K1,K2,K3...Kn)
Rasio profit marjin (RPM), RPM =
i
bti
c. Analisis Elastisitas Transmisi Harga Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat pasar lainnya. (Hasyim 2003 dalam Setiawan 2010) Rumus elastisitas Transmisi Harga: = δPf x Pr δPr Pf Karena harga ditingkat produsen (Pf) linear terhadap harga ditingkat konsumen (Pr) atau Et
secara matematis dituliskan sebagai berikut: Pf
= a + b Pr
Keterangan: Et
= Elastisitas Transmisi harga
a
= intersep (titik potong)
b
= koeficien regresi atau slope
Pr
= Harga rata-rata komoditas di tingkat konsumen
Pf
= Harga rata-rata komoditas di tingkat petani
Criteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim, 1994): 1. Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah bersaing sempurna, dan system tataniaga yang terjadi sudah efisien. 2. Et > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dari pada laju perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopoli atau oligopoly dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga yang berlaku belum efisien. 3. Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari pada laju perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga yang berlaku belum efisien.
IV.
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kabupaten Lampung Selatan terbentuk pada tahun 1956 yang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatra Selatan. Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 4 tahun 1956 tentang Pembentukan daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatra Selatan sebanyak 14 kabupaten yang diantaranya adalah Kabupaten Lampung Selatan. Saat ini Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari daerah tingkat II yang ada di Propinsi Lampung. Secara administrative Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 17 kecamatan dan salanjutnya terdiri dari 251 desa/ kelurahan (248 desa dan 3 kelurahan). Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.109,74km2, dengan kantor pusat di Kota Kalianda yang merupakan ibukota Kabupaten Lampung Selatan. Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur, sebelah selatan dengan Selat Sunda, sebelah barat dengan Kabupaten Pesawaran dan sebelah timut dengan Laut Jawa.
B. Kondisi Topografi dan Iklim
Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari segi geologinya sebagian besar terdiri dari batuan endesit, ditutupi turfazam, pegunungan vulkanis muda serta dataran alluvial berawa-rawa dengan pohon bakau. Jenis tanah yang paling mendominasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah tanah latosol yang hampir menutupi seluruh wilayah barat dan sebagian besar dari bagian tengah, tanah podsolid yang tersebar pada wilayah bagian utara, tanah hidromorf yang tersebar pada wilayah bagian timur, serta tanah alluvial yang tersebar pada wilayah pantai bagian timur Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak pada 105014’ -- 105045’ BT dan 5015’ -60 LS, sehingga wilayah Kabupaten Lampung Selatan tergolong dalam wilayah tropis. Kabupaten Lampung Selatan memiliki iklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan curah hujan rata-rata 161,8 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan 13,1 hari/bulan. Rata-rata temperaturnya berselang antara 22,9 oC--32,4oC, dengan kelembaban relative 56,8--93,1% dan tekanan udara 936,2--1008,1 Nbs.
C. Keadaan Demografi Daerah
Penduduk Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari perbandingan jeniskelamin penduduk jumlah pria dan wanita tidak berbeda jauh, berdasarkan proyeksi tahun 2007 berjumlah 923.002 jiwa yang terdiri dari 478.786 jiwa laki-laki dan 444.216 perempuan. Sebagaimana dapat dilihat pada Table 10,
Tabel 6.
Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut Jenis Kelamin Tahun 2007
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) 1 Laki-laki 478.786 2 Perempuan 444.216 3 Total 923.002 Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008
Persentase (%) 51,87 48,13 100,00
Table diatas menggambarkan perbandingan yang tidak berbeda jauh antara penduduk pria dan wanita, jumlah penduduk pria lebih banyak dengan selisih 34.570 jiwa atau sekitar 2.64 persen dari keseluruhan penduduk di Kabupaten Lampung Selatan.
Matapencaharian yang dilakukan oleh penduduk di Kabupaten Lampung Selatan umumnya bervariasi, lebih dari 50 persen penduduk didominasi dengan matapencaharian bidang hasil bumi seperti pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sebagian penduduk juga sudah mulai menjamah kegiatan perdagangan dan industri pengolahan yang turut mendorong kemajuan ekonomi daerah. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 11,
Tabel 7. Sebaran mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lampung Selatan No
Mata pencaharian
1 Pertanian, kehutanan,perburuan dan perikanan 2 Industri Pengolahan 3 Perdagangan 4 Jasa 5 Lainnya total Sumber: BPS Kabupaten Lampung Selatan 2007
Jumlah (jiwa) 339.290 54.829 80.529 35.917 59.492 570.057
Persentase (%) 59,52 9,62 14,13 6,30 10,44 100,00
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan banyak memanfaatkan kegiatan berkenaan dengan hasil alam yang sudah diturun-temurunkan dari nenek moyang, dan juga merupakan penompang bagi kegiatan lainnya. Usaha perniagaan sepertinya sudah dilirik dan ditekuni hampir seperempat penduduk di Kabupaten Lampung Selatan, sebagian penduduk sudah memulai untuk mengembangkan industri pengolahan guna menampung berbagai hasil bumi masyarakatnya, kemudian jasa dan jenis pekerjaan yang lainya.
D. Sarana dan Prasaran
Kesediaan sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam mendukung kegiatan dan aktifitas penduduk, keadaan sarana dan sarana yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan penduduk khususnya pertanian, selain itu keadaan sarana dan prasarana menunjukkan tingkat kesejahteraan dan keadaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.
Kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang sangat mendukung dilihat dari sarana dan prasarana diantaranya adalah wilayahnya yang dilewati dua jalur jalan lintas Sumatera (tengah dan timur), terdapat bandar udara (Branti), termasuk kawasan industri (Tanjung bintang) serta terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni yang berperan sebagai salah satu pintu penghubung Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Jarak pelabuhan Bakauheni ke pelabuhan Merak yang berada di Pulau Jawa yaitu + 30 km, dengan waktu tempuh kapal penyeberangan sekitar 2,5 jam.
Hal ini menunjukkan potensi besar dalam perdagangan di Kabupaten Lampung Selatan karena wilayahnya berdekatan dengan Pulau Jawa khususnya Jakarta, kota tersebut merupakan pusat perkembangan industri. Intensitas permintaan berbagai jenis barang di daerah tersebut cukup tinggi. Sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Lampung Selatan khususnya jalan dan angkutan sudah memadai, sebagaimana dapat dilihat pada Table 12,
Tabel 8. Sarana Jalan dan Angkutan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis permukaan tahun 2007 Keadaan Jalan Jalan Jalan Jumlah Negara Propinsi Kabupaten Jalan (km) Jenis permukaan: 159,95 315,36 850,48 1325,79 Aspal 224,80 224,80 Kerikil 204,30 204,30 Tanah 2,22 2,22 Tidak dirinci Angkutan Darat (unit) Truk Pick up Bus Angkutan desa Kendaraan tak umum Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008
657 274 60 197 2.071
Table diatas menunjukkan sarana dan prasarana berbentuk jalan dan angkutan di Kabupaten Lampung Selatan sudah memadai, sebagian besar jalan negara dan jalan propinsi sudah diaspal. Jalan kabupaten sebagian besar juga sudah diaspal hanya beberapa yang masih kerikil dan tanah yaitu sekitar kurang lebih 30persen. Keadaan tersebut menandakan bahwa kondisi jalan untuk perhubungan dan distribusi barang seharusnya tidak mendapat kendala berat.
Sarana dan prasarana lain diantaranya adalah silo jagung. Silo jagung yang dimaksud adalah silo jagung yang dikelola oleh beberapa gapoktan yang merupakan salah satu usaha pengembangan dan perbaikan penanganan pascapanen serta pemasaran jagung dilakukan melalui pengembangan alat pengering dan silo di setiap sentra produksi jagung. Pengembangan silo jagung diarahkan untuk mewujudkan sistem usaha agroindustri yang terpadu dengan gapoktan yang berperan sebagai pemasok jagung pipilan kering bermutu kepada industri pakan ternak atau pasar. Keberadaan silo jagung ditujukan untuk menampung hasil panen anggota kelompoknya meningkatkan mutu serta memperkuat posisi di pasar. Silo jagung di Propinsi Lampung sudah dikembangkan di beberapa daerah sentra produksi jagung dan salah satunya berada di Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel 9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung Tahun 2007 Jumlah (unit) 1
Pelaksana (Gapoktan) Sri Merta
Bandar Agung
1
Harapan Jaya
Bandar Mataram
Terbanggi Ilir
1
Sumber Tani
Sukoharjo
Panggung Rejo
1
Maju Lestari
No.
Kabupaten
Kecamatan
Desa
1
Lampung Selatan
Ketapang
Sumur
2
Lampung Timur
Bandar Sribhawono
3
Lampung Tengah
4
Tanggamus
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampun g, 2007
Keberadaan silo jagung memberikan keuntungkan lebih bagi petani terutama dalam kegiatan pemasaran, sehingga petani jagung di daerah tersebut memiliki alternatif lebih banyak dalam memasarkan jagung, serta memperoleh kesempatan lebih untuk meningkatkan nilai hasil usahataninya.
Sarana lain yang juga penting adalah keberadaan koperasi sebagai lembaga penunjang dalam kegiatan permodalan dan pengadaan barang. Keberadaan koperasi dapat mendukung kelancaran perekonomian suatu daerah. Koperasi merupakan salah satu lembaga yang disarankan dikembangkan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan anggotanya. Koperasi terdiri dari beberapa jenis koprasi yang dibedakan berdarkan fungsi dan kegunaanya, seperti pada tabel berikut.
Tabel 10. Perkembangan Koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007-2008 No Jenis Koperasi Jumlah Koperasi 2007 2008 1 Koperasi unit desa 23 23 2 Koperasi pertanian 92 95 3 Koperasi simpan pinjam 6 6 4 Koperasi perkebunan 4 4 5 Koperasi peternakan 2 2 6 Koperasi perikanan 13 13 7 Koperasi perkreditan 10 10 8 Koperasi serba usaha 1 1 9 Koperasi pondok pesantren 30 33 10 Koperasi pedagang pasar 10 10 11 Primkopti 1 1 12 Koperasi pegawai RI 32 32 13 Koperasi TNI 3 3 14 Koperasi Pepabri 2 2 15 Koperasi industri 5 6 16 Koperasi wanita 10 12 17 Koperasi angkatan 3 3 18 Koperasi buruh 36 35 19 Koperasi jasa 15 15 20 Koperasi mahasiswa 1 1 21 Koperasi pedagang kaki lima 1 1 22 Koperasi jamu 1 1 23 Koperasi produksi 2 2 24 Koperasi konsumsi 1 1 25 Koperasi lainya 9 10 Jumlah 315 326 Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan. Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS
Tabel diatas menunjukkan keberadaan koperasi di Kabupaten Lampung Selatan yang tergolong lengkap jenisnya dan banyak jumlahnya, sehingga dapat dikatakan mampu mendukung kelancaran perekonomian daerah Kabupaten Lampung Selatan. Koperasi yang paling dekat dengan petani diantaranya adalah koperasi unit desa, koperasi pertanian serta koperasi simpan pinjam yang dapat membantu mereka yang bermasalah dalam permodalan dan pemasaran pada kegiatan pertanian.
E. Kondisi Umum Perdagangan dan Perindustrian
Kondisi perdagangan dan perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan adanya aktifitas beberapa lembaga pemasaran dan industri. Lembaga pemasaran yang dimaksud antara lain adalah para pedagang pada berbagai tingkatan dan kategori, diantaranya: 1. pedagang kecil, mereka yang mengumpulkan hasil usahatani petani dari daerahnya atau beberapa desa yang lokasinya tidak jauh dari desanya, yang kemudian dijual kepada pedagang yang lebih besar. 2. pedagang besar, mereka melakukan pembelian atau pencarian jagung lebih dari berbagai kecamatan bahkan sampai keluar kabupaten, sifatnya continue. 3. pedagang antar daerah, mereka melakukan pembelian dari beberapa tempat di propinsi Lampung, kemudian melakukan beberapa perlakuan seperti pengopenan untuk memperoleh jagung dengan mutu yang baik dan memperpanjang daya simpannya. Jagung yang telah dikumpulkan dijual ke beberapa konsumen industri yang ada di luar daerah Lampung.
Kondisi perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan aktivitas beberapa industri. Kemajuan di bidang industri membawa dampak pada perbaikan ekonomi dilihat dari semakin terbukanya lapangan pekerjaan dan terserapnya hasil bumi. Beberapa industri merupakan konsumen dari beberapa komoditas pertanian, yang berarti semakin terjaminya pasar untuk produk pertanian. Kondisi industri menengah dan besar di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 11. Industri Menengah dan Besar di Kabupten Lampung Selatan 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Jenis Usaha Minuman ringan Es balok Nata de koko Tepung kelapa Minyak kelapa Tapioka Palet gaplek Pakan ternak Pakan udang Sortase kopi/jagung/lada Mie instan Kacang atom Rempah-rempah Pengolahan udang Pengolahan kayu Furnitur dari kayu Karoseri Particle board Kotak kertas/karton Cor beton Bantalan beton Mie kering Sabut kelapa Genteng beton Genteng glazur Batu andesit Produk alumunium Perbengkelan Kopi bubuk Kertas budaya Arang batok ART dari plastik Komponen bahan bangunan
Jumlah Usaha 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 7 2 7 1 1 2 1 1
Kapasitan Produksi 25900000 65000 2100000 3600 600 1732000 25000 216 155 28430 123840 300000 100000 100000 16750 45090 290 22000 500 50000 150000 7500 14000 1000000 450000 245000 1500000 10000 75 150 150 600 9000
Satuan Liter Ton Kaleng Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Bungkus Ton Ton Ton M3 Unit Unit M3 Ton Buah Buah Ton Ton Buah Buah M3 Buah Unit Ton Ton Ton Ton Unit
Tabel 11. Lanjutan No Jenis Usaha
Jumlah Kapasitan Satuan Usaha Produksi 34 Industri sabun deterjen 1 100 Ton 35 Lampung post 1 1440000 Eksemplar 36 Pengeringan jagung 4 8000 Ton 37 Peleburan accu 1 300 Ton 38 Carbon aktif 1 2500 Ton 39 Reparasi kapal 1 1200 Unit 40 Kerupuk 1 100 Ton 41 Briket batu bara 1 12000 Ton jumlah 65 35464146 Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan. Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS
Industri menengah dan besar pada tabel diatas menunjukkan aktivitas dari kegiatan perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan. Beberapa industri merupakan konsumen dari hasil pertanian, diantaranya jagung. Industri pengolahan jagung yang ada di kabupaten Lampung Selatan sudah beragam dan mulai berkembang diantaranya industri pakan ternak dan pakan udang berskala menengah, pengeringan jagung dan sortasi jagung.
F. Kebijaksanaan Pertanian
Kebijakan pemerintah tentang jagung diantaranya adalah berbagai kebijakan dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas tanaman, seperti pemberian bantuan dan penyuluhan. Sementara dibidang pemasaranya salah satunya adalah penetapan Harga Minimum Regional (HMR) jagung di Propinsi Lampung yaitu 1600/kg pada kadar air 40% dengan SK No6/186/III.09/HK/09. Penetapan HMR ini berdasarkan kesepakatan bersama industri pakan ternak dan petani jagung di Lampung pada rapat Koordinasi Masyarakat Agribisnis Jagung Lampung pada tanggal 2 Februari 2009.
V.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
1. Karakteristik Petani a. Umur Petani Umur dapat mempengaruhi aktivitas dan produktifitas. Rata-rata petani yang menjadi responden berusia 35—54 tahun. Usia tersebut tergolong usia cukup produktif dimana pada usia tersebut petani masih dapat melakukan kegiatan usahatani dengan maksimal, distribusi umur petani didaerah penellitian, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 12. Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan No 1 2 3 4 Rata-rata
Golongan umur (th) 5--19 20--34 35--54 >54 40.73 Jumlah
Jumlah (orang) 0 14 34 3 51
Persentase (%) 0.00 27.45 66.67 5.88 100.00
tabel diatas menunjukkan bahwa petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong usia produktif dengan persentase usia produktif 66.67 persen dari keseluruhan responden petani jagung, sehingga diharapkan hasil usahatani yang dilakukan merupakan hasil yang maksimum. Rata-rata usia petani jagung adalah 40.73 tahun yang masih tergolong dalam usia produktif.
b. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan mempengaruhi kreatifitas dan kemampuan sumberdaya manusia dalam menerima inovasi. Bagi petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih mudah menerima inovasi sedangkan petani dengan tingkat pendidikan rendah cenderung introvert.
Tabel 13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan No 1 2 3 4
Tingkat pendidikan SD SMP SMA Diploma/ Sarjana Jumlah
Jumlah (orang) 39 7 1 4 51
Persentase (%) 76.47 13.73 1.96 7.84 100.00
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata memiliki pendidikan terakhir yang dimiliki petani adalah SD dengan presentasi 76.47 persen dari keseluruhan responden petani yang diteliti, sehingga sebagian besar petani memiliki tingkat pendidika yang masih rendah serta termasuk kaku dengan inovasi dan hanya mengandalkan pengalaman usahatani yang diturunkan oleh orang tuanya.
c. Jumlah Tanggungan Keluarga Semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi pengeluaran rumah tangga. Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan didominasi dengan petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang sedikit yaitu kurang dari sama dengan tiga, keluarga yang dimaksud adalah keluarga kecil atau mereka yang anak-anaknya sudah mapan atau sudah bekerja sendiri. Sebagaimana dapat dilihat pada Table 14,
Tabel 14. Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan No Tingkat Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase pendidikan (orang) (orang) (%) 1 Keluarga Kecil <=3 25 49.00 2 Keluarga Sedang 4--5 17 33.33 3 Keluarga Besar >5 9 17.65 Jumlah 51 100.00 Berdasarkan table diatas sebagian besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong keluarga kecil dengan jumlah tanggungan keluarganya kurang dari atau sama dengan 3, dimana dalam keluarga itu kepala keluarga hanya membiayai hidup istri dan 2 anak, sehingga pengeluaran rumah tangganya masih ringan.
d. Pengalaman Usahatani Jagung Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan usahatani, semakin lama dan banyak pengalaman yang dimiliki semakin matang pengetahuan dan kecakapan petani dalam mengelola usaha taninya. Sebagian besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan adalah petani baru yang memiliki pengalaman usahatani selama kurang dari 5 tahun, umumnya mereka baru mencoba dan masih merupakan kegiatan sampingan. Petani di Kabupaten Lampung Selatan juga tidak sedikit pula yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 11 tahun berusahatani jagung. Sebagaimana dapat dilihat pada Table 15, Tabel 15. Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan No Pengalaman Usahatani (th) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 <5 25 49.02 2 5--10 10 19.61 3 >11 16 31.37 Rata-rata 8.5 Jumlah 51 100.00
Berdasarkan tabel diatas beberapa petani jagung memiliki pengalaman usahatani jagung kurang dari 5 tahun atau masih dalam proses belajar sebanyak 49.02 persen sedangkan sebanyak 31.37 persen responden petani sudah dari kecil memang menanam jagung dapat dilihat dari pengalaman usahataninya atau lebih dari 10 tahun. Sementara itu dilihat dari rata-rata pengalaman yang dimiliki petani responden adalah selama 8.5 tahun.
e. Keanggotaan dalam Kelompoktani Kelompoktani merupakan wadah yang ditawarkan oleh pemerintah untuk membantu petani dalam mengembangkan usahataninya. Fasilitas yang diberikan melalui kelompoktani adalah informasi, penyuluhan serta berbagai bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan kelompoktani seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan petani melalui pelatihan dan pengorganisasian, serta memperkuat posisi petani dalam pasar. Kesadaran akan pentingnya keberadaan kelompoktani bagi kemajuan usahatani petani dapat dilihat dari keaktifan serta keikutsertaan petani dalam kelompoktani, berikut gambaran keikutsertaan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam kelompoktani.
Tabel 16. Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten Lampung Selatan. No Keterangan Jumlah Persentase (orang) 1
Anggota kelompoktani Memasarkan melalui kelompoktani Memasarkan sendiri
2
Bukan Anggota kelompoktani Total
(%)
43
84,31
3
6,98
40
93,02
8
15,69
51
100,00
Table diatas menunjukkan bahwa sebagian besar petani sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan manfaat kelompoktani dilihat dari keikutsertaanya dalam kelompoktani. Salah satu latarbelakangnya adalah program bantuan benih dan pupuk dari pemerintah yang mewajibkan keanggotaan dalam kelompoktani. Kegiatan kelompoktani yang berjalan sampai saat ini lebih banyak aktif dalam kegiatan tersebut, masing-masing kelompoktani memiliki pertimbangan dan kebijakan dalam pengelolaan bantuan dan pengutan tersebut.
Kegiatan pemasaran hasil usahatani dari anggota kelompoktani masih belum banyak dilakukan padahal itu merupakan salah satu cara untuk memperkuat posisi petani dalam harga dan tawar menawar dibandingkan memasarkan sendiri-sendiri. Kelompoktani yang melakukan kegiatan tersebut baru sebagian kecil, umumnya ketua kelompoktani hanya sebatas membantu anggotanya dan adapula yang berperan sebagai pedagang kecil (mengambil keuntungan sendiri).
f.
Kepemilikan Modal Usahatani
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan usahatani. Para petani membutuhkan modal untuk memulai usahataninya, modal merupakan salah satu kelemahan bagi petani di Indonesia yang sebagian tergolong miskin. Petani jagung di lampung juga tergolong petani miskin dimana sebagian petani melakukan pinjaman untuk memulai usahataninya. Pinjaman yang dilakukan mempengaruhi tindakan petani dalam penjualan hasil usahataninya serta perolehan harga dan semakin menegaskan lemahnya posisi petani. Para pemberi modal umumnya merupakan pedagang jagung, pinjaman itu mereka istilahkan dengan investasi kepada petani yang nantinya petani akan
menjual hasil usahataninya kalau tidak merekapun memperoleh keuntungan dengan lebih meninggikan jumlah pengembalian pinjaman.
Kebutuhan modal untuk pembiayaan usahatani tidak hanya di bidang produksi tetapi juga pada bidang pemasaran hasil-hasil produksi. Modal yang dimiliki petani pada umumnya hanya dialokasikan untuk membiayai kegiatan usahatani yang dilakukan. Sebagian besar petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran karena biaya pemasaran di daerah tersebut ditanggung oleh pembeli (pedagang kecil), seperti biaya pemipilan dan biaya transportasi, sehingga yang memperoleh tambahan nilai dari kegiatan pasca panen adalah pedagang. Berikut akan disajikan gambaran kepemilikan modal yang dibedakan dari penguasaan lahan oleh petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel 17. Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam usahatani dan pemasaran hasilnya No
1 2 3
4 5
Keterangan
Jumlah petani Jenis Kepemilikan Modal Sendiri Pinjam Bebas Terikat Kepemilikan Sarana penunjang Alat pipil jagung Lantai jemur Kendaraan Gudang
<1ha Orang % 20 39
Penguasaan Lahan 1-2ha >2ha Orang % Orang % 25 49 6 12
10 10 6 4
50 50 60 40
10 15 8 7
40 60 53 47
4 2 2 0
67 33 100 0
0 0 0 0
0 0 0 0
2 0 0 0
4 0 0 0
2 0 1 1
4 0 2 2
Total % 100 100
Table diatas menunjukkan sebaran perbandingan kepemilikan modal serta keterikatan dalam penjualan berdasarkan penguasaan lahan yang dimiliki. Petani jagung di
Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar memiliki lahan sedang yaitu 1—2ha. Petani yang memiliki lahan lebih dari 2ha sebagian besar menggunakan modal sendiri dalam usahataninya hal ini dilatarbelakangi bahwa petani dengan lahan yang lebih luas akan memiliki keuntungan lebih banyak karena biaya/ha yang dikeluarkannya semakin rendah, mereka masih bisa menyimpan keuntungan usahatani sebelumnya sebagai modal usahatani berikutnya, data perhitungan lebih jelas dapat dilihat di Table 45 pada lampiran.
Pinjaman tidak selamanya merugikan selama proporsi dan perjanjian yang dibuat tidak merugikan salah satu pihak atau menekan pihak yang lain. System pinjaman yang diberikan kepada petani di Kabupaten Lampung Selatan sudah lebih baik, petani tidak lagi diikat oleh perjanjian ijon tapi bebas memilih pasar atau pembeli meskipun masih ada yang sifatnya memaksa dan mengikat. Modal yang digunakan oleh petani seharusnya tidak hanya dalam usahatani tetapi juga modal untuk kegiatan pemasaran agar memperoleh harga lebih baik. Modal untuk pemasaran diantaranya adalah untuk pemipilan, pengangkutan, penggudangan, pengeringan dan sebagainya.
Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan sampai saat ini masih belum menekankan pada kegiatan kemandirian dalam pemasaran, sebagian besar hanya melakukan kegiatan sampai pada pemanenan dan kegiatan berikutnya dilakukan oleh pedagang dan pedaganglah yang menikmati keuntungan tambahannya. Pilihan tersebut dipilih oleh petani dengan pertimbangan efisiensi waktu dan biaya. Petani yang memiliki lahan sempit dan hasil sedikit akan merasa kegiatan tersebut justru akan membeban pada biaya yang akan mereka keluarkan berbeda dengan petani yang memiliki lahan luas kegiatan
tersebut justru memberikan keuntungan taambahan bagi mereka. Hal terbaik yang bisa disarankan adalah bergabungnya para petani kecil untuk memperoleh kekuatan serta pengelolaan yang lebih tepat guna untuk kegiatan pemasaran sehingga keuntungan tambahan tersebut juga dapat dinikmati oleh petani secara bersama-sama.
2. Keadaan Umum Usahatani Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pokok yang ditanam oleh petani di Kabupaten Lampung Selatan. Teknologi budidaya pertanian pada umumnya telah dilakukan oleh petani secara baik, mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Petani menerapkan teknik budidaya yang sudah mereka peroleh sebelumnya ditambah lagi masukan dari kelompoktani. Alasan pemilihan jagung sebagai komoditas yang diusahakan adalah karena mereka berpendapat bahwa jagung memiliki umur panen yang singkat dan jelasnya pasar untuk hasil usahataninya.
Kendala yang paling dikeluhkan oleh petani adalah kelangkaan dan keterlambatan pupuk sehingga produksi yang dihasilkan kadaang kurang optimal. Keuntungan yang diperoleh dari usahatani jagung masih rendah karena harga yang diterima tidak sebanding dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Rincian biaya dalam pengelolaan usahatani lebih jelas dapat dilihat di table 43 dan 44 pada lampiran.
3. Karakteristik Pedagang Jagung a. Umum Pedagang Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden pedagang jagung yang ada di Kabupaten Lampung Selatan memiliki umur yang berkisar antara 37-46 tahun atau 38 persen dari seluruh pedagang yang menjadi responden. Rata-rata umur pedagang kecil adalah 39 tahun, pedagang besar 42 tahun, dan rata-rata umur pedagang antar pulau 42 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden pedagang memiliki umur yang produktif, sehingga pedagang cukup potensial untuk melakukan usahanya. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran umur pedagang Jagung di Kabupaten Lampung Selatan No
1 2 3 4
Golongan umur (tahun) 17-26 27-36 37-46 46-58 Jumlah Rata-rata
Jumlah responden (jiwa) Pedagang kecil Pedagang Pedagang antar kecil Besar Daerah 1 1 1 3 2 0 1 2 0 5 5 1 39 43 35
% 0 27 46 27 100
b. Tingkat Pendidikan Pedagang Berdasarkan hasil penelitian pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan rata-rata memiliki tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 8 jiwa, sisanya tamatan SMP dan SMA masing-masing sebanyak 4 dan 5 jiwa. Pedagang kecil mayoritas memiliki tingkat pendidikan SD. Pedagang besar memiliki tingkat pendidikan rata-rata tamatan SD dan SMP masing sebanyak 3 jiwa. Rata-rata tingkat pendidikan pedagang antar daerah adalah SMA.
Tabel 19. Sebaran pendidikan pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan No
1 2 3 4
Jumlah responden (jiwa) Pendidikan (tahun) Pedagang Pedagang P Antar Total Kecil Besar Daerah SD 4 3 7 SMP 1 1 2 SMA 1 1 2 D/S 0 Jumlah 5 7 1 11
% 64 18 18 100
c. Pengalaman Berdagang Jagung Pengalaman menjadi pedagang jagung merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan penentu dalam keberhasilan usahanya. Semakin lama dan banyaknya pengalaman yang dimiliki pedagang dalam berdagang maka semakin banyak informasi pemasaran yang di miliki pedagang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pedagang jagung memiliki pengalaman berdagang selama kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 76.5 persen, sedangkan yang berpengalaman lebih dari 11 tahun hanya 23.5 persen, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Sebaran pengalaman pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan No
1 2
Pengalaman (tahun) ≤10 ≥11 Jumlah
Pedagang kecil 4 1 5
Jumlah responden (jiwa) Pedagang P Antar Total Besar daerah 3 7 2 1 4 5 1 11
% 64 36 100
d. Permodalan Pedagang Modal merupakan hal penting dalam suatu usaha. Sumber modal ada 2 macam yaitu modal sendiri dan modal pinjaman, sedangkan menurut bentuknya modal ada yang berbentuk uang adapun yang berbentuk peralatan dan bangunan. Modal yang diamati
disini adalah kepemilikan modal para lembaga pemasaran atas beberapa peralatan dan bangunan yang mereka miliki serta permasalahan yang dihadapi. Berikut akan disajikan gambaran kepemilikan modal yang dibedakan dari penguasaan lahan oleh petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel 21. Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam usahanya No Keterangan Lembaga Pemasaran (%) PK PB PAD Orang % Orang % % 1 Jenis Kepemilikan Modal 5 45 5 45 10 2 Sendiri 2 40 5 100 100 3 Pinjam 3 60 0 0 0 Bebas 2 67 0 0 0 Terikat 1 33 0 0 0 4 Kepemilikan Sarana penunjang 5 Alat pipil jagung 3 60 5 100 0 6 Lantai jemur 3 60 3 60 0 7 Kendaraan 0 0 4 80 100 8 Gudang 1 20 5 100 100 9 Alat oven 0 0 0 0 100 Kepemilikan modal pada setiap lembaga umumnya sudah mandiri terutama pedagang besar sudah sendiri, sedangkan pedagang kecil masih banyak yang sifatnya baru mencoba untuk menekuni modal merekapun ditopang oleh beberapa pedagang yang lebih besar dari mereka dengan sistem terikat harus jual ke mereka meskipun ada juga yang tidak mengharuskan demikian. Kepemilikan untuk alat-alat penunjang dalam kegiatan pemasaran bagi pedagang kecil baru sebagian kecil yang dikuasai tapi sarana yang ditawarkan oleh daerah cukup membantu dengan adanya banyak jasa penyewaan baik alat pipil maupun kendaraan, data perhitungan lebih jelas dapat dilihat di Table 36 pada lampiran.
Pedagang kecil umumnya melihat kondisi harga yang ditawarkan selama ini mereka lebih memilih menjual kepada yang dirasakan lebih menguntungkan, karena banyak pedagang lebih besar mendatangi mereka dengan membawa alat pipil dan kendaraan. Pedagang antar daerah sudah memanfaatkan teknologi lebih baik berupa alat oven dan gudang untuk meningkatkan kualitas jagung yang mereka terima agar jagung yang mereka jual bisa bersaing.
e. Karakteristik Usaha Lokasi pedagang kecil dalam penelitian ini berada di Kecamatan Natar, Ketapang dan Tanjung Bintang. Pedagang kecil di ketiga kecamatan tersebut berada di wilayah yang mudah untuk dijangkau dekat rumah petani atau pinggir jalan. Pedagang besar di beberapa kecamatan tersebut tidak hanya membeli jagung tetapi juga memperdagangkan komoditas pertanian yang lain diantaranya adalah padi dan kelapa karena pedagang tidak bisa hanya mengandalkan jagung yang sifatnya musiman, dan beberapa petani juga mengusahakan komoditas tersebut.
Para pedagang membeli jagung langsung ke petani dalam bentuk gelondongan, Pembelian jagung dilakukan di lahan petani, baik di kebun atau rumah. Pedagang membeli jagung dalam bentuk gelondongan yang perhitungannya karungan yang dalam 1 karung jika dijadikan pipilan mencapai 30 kg jagung pipilan, selain itu ada pula pedagang yang membawa angkutan dan mesin perontok jagung ke lahan petani sehingga perhitungannya menjadi kg,
Jagung yang dibeli oleh pedagang sebagian dijemur beberapa hari di lantai jemur dan dimasukkan lagi kedalam karung untuk mempermudah pengangkutan. Meskipun
demikian ada pula pedagang jagung yang setelah jagung dirontok pedagang langsung menjualnya ke pedagang yang lebih besar dalam keadaan basah. Petani ataupun pedagang yang menjual jagung langsung ke pabrik ternak dan peternak ayam harus memipil dan menjemur terlebih dahulu jagung yang diperolehnya karena pabrik maupun peternak ayam umumnya sudah mempunyai standar kualitas jagung yang akan mereka beli berdasarkan kadar airnya.
Pedagang antar daerah umumnya sudah memiliki alat open sendiri sebagai pertimbangan sifat penjualannya yang continue dan jumlah transaksinya yang besar, jika hanya disimpan dengan kadar air tinggi dalam waktu lama digudang dikhawatirkan akan rusak. Pedagang membeli semua jenis jagung yang ditawarkan, tidak dibedakan antara varietas maupun jenis jagung, karena untuk jagung yang membedakan harganya adalah kualitas yang diukur dengan tingkat kekeringan dan kadar air (kegiatan pasca panen), jagung yang kadar airnya lebih rendah daya tahannya lebih lama.
Penjualan dilakukan tidak pasti karena untuk menghemat biaya umumnya penjualan dilakukan tiap jumlah jagung memenuhi 1 angkutan yaitu kurang lebih 2.5 ton atau 8ton. Pedagang umumnya menyimpan jagung yang dibeli di rumah mereka atau ada juga yang membelinya menunggu beberapa petani panen secara bersamaan untuk memenuhi 1 angkutan penuh. Informasi harga diketahui pedagang dari pedagang lain dan harga yang dipasang di pabrik atau berasal dari calo yang menunggu di gudang. Pembentukan harga ditentukan oleh pabrik yang kemudian oleh petani dan pedagang dilakukan tawar menawar. Harga ditetapkan sesuai dengan mutu jagung. Mutu jagung dibedakan menjadi 4 yaitu jagung pipilan kering, jagung pipilan basah, jagung gelondongan kering
dan jagung gelondongan basah. Jagung pipilan kering umumnya adalah jagung yang sudah dipipil dan dijemur dengan kadar air<30 persen, sementara jagung pipilan basah adalah jagung yang hanya dipipil saja tanpa penjemuran dengan kadar airnya >30 persen. Jagung gelondongan kering adalah jagung yang dipanen pada usia tua dan musim kemarau, sedangkan yang basah bisaanya dipanen pada musim hujan.
Jagung yang dibeli diangkut dengan truk atau mobil L--300 dengan kapasitas 2.5 ton dan hino dengan kapasitas 8ton. Kendaraan tersebut bisaanya disewakan oleh seseorang yang memang menyewakan kendaraan sekaligus mesin perontok jagung. Sistem pembayaran sesuai kesepakatan pedagang dan yang menyewakan, umumnya ongkos sewa sudah umum atau pasaran yang ada didaerah tersebut. Jumlah jagung dari pedagang besar dan kecil yang dikirimkan tergantung dari jumlah yang ada, sementara jika pedagang antar pulau tergantung dari permintaan pabrik yang diluar daerah.
4. Karakteristik Konsumen Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yang menjadi konsumen jagung adalah para perusahaan pakan ternak didalam maupun diluar daerah serta peternak ayam skala mikro. Para konsumen memperoleh jagung dari para pedagang kecil dan pedagang antar daerah. Perusahaan pakan ternak memperoleh jagung dari pedagang maupun petani dengan ketentuan kualitas produk memiliki kadar air 30--45 persen sedangkan para peternak ayam membeli jagung dalam keadaan lebih kering kurang lebih 30 persen.
B. Analisis Pola Distribusi
Komoditas jagung sampai saat ini pengelolaanya banyak diserahkan pada swasta, pemerintah sampai saat ini belum banyak campur tangannya dalam upaya perbaikan system distribusi dan pemasaran jagung yang baik. Realisasi dilapangan yang terjadi dianggap mampu memenuhi sasaran yang dirumuskan oleh pemerintah daerah tahun 2008 lalu. Pemerintah belum mengatasi atau turut andil dalam penetapan kebijakan seperti kebijakan harga dan distribusi sehingga beberapa kegiatan kebijakan justru memberikan dampak yang kurang responsible. Alokasi jagung yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara lain dapat dilihat pada Table 22, (lebih terinci dapat dilihat pada Bagan 7 pada lampiran). Tabel 22. Alokasi jagung yang diproduksi oleh Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan tempat Keterangan disalurkan ke Jumlah (ton) Persen(%) Lokal: Peternakan 216,755 74,23 Industri Pakan ternak lokal 9,600 3,29 Total Lokal 226,355 77,52 Luar Lampung : Jawa 51,653 17,69 Sumatra 13,987 4,79 Total Luar Lampung 65,640 22,48 Total 291,995 100,00 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, 22,48 persen dari produksi jagung lampung ternyata didistribusikan keluar Propinsi Lampung dengan pertimbangan harga dan langganan para pedagang dengan perusahaan-perusahaan yang ada di luar lampung. Para pedagang mengasumsikan bahwa kebutuhan jagung pabrik yang ada di Lampung sudah dapat dipenuhi oleh petani maupun pedagang yang selama ini menjual ke pabrik. Sementara dari pihak pabrik kebutuhan dalam Lampung belum terpenuhi, terjadi keluhan kelangkaan dan harga diberbagai posisi. Mengakibatkan pabrik pakan mengambil
tindakan import jagung dengan alasan memenuhi kebutuhan jagung, dan yang menjadi korbanya adalah petani karena harga jagungnya akan turun. Jagung di Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar didistribusikan ke perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung karena memang Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra industri pakan ternak di Provinsi Lampung. Perusahaaan pakan ternak yang ada di Kabupaten Lampung Selatan ada 3 perusahaan besar yaitu PT. Japfa Confead Indonesia, PT. Sierat Produce dan PT. Caroen Pokhpan Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Bintang. PT. Japfa Confead Indonesia sendiri menyebar gudang dibeberapa daerah sentra produksi jagung sehingga memudahkan perolehan jagung.
C. Analisis Sistem Pemasaran 1. Karakteristik Lembaga Pemasaran a. Pedagang kecil, mereka membeli dan mengumpulkan jagung dari wilayahnya yang kemudian di jual ke pedagang yang lebih besar ataupun gudang jagung, umumnya hanya menjadi pengumpul hasil panen milik tetangganya yang masih dalam 1-2 desa dalam kecamatan. Mereka melakukan kegiatan pembelian dan penjualan serta turut serta dalam penetapan harga beli maupun jual dengan mendasarkan pada harga gudang saat itu. Pedagang kecil dilihat dari permodalan dan memulai usahanya dibedakan menjadi dua ketegori. Kategori pertama adalah pedagang kecil yang memiliki modal kepercayaan dan kejujuran dari petani disekitarnya, petani baru memperoleh uang hasil penjualan setelah pedagang berhasil menjual jagung tersebut. Kategori kedua adalah pedagang kecil yang memiliki modal berupa materi sehingga mereka langsung membeli jagung petani
dan membayarnya dan tidak harus menunggu jagung terjual. Modal awal yang digunakan pedagang kecil kategori kedua berfariasi dari 30—60juta rupiah. b. Pedagang besar, mereka melakukan pembelian dalam jumlah besar dengan menyebarkan beberapa agen atau calo di beberapa wilayah untuk memperoleh informasi petani mana yang akan menjual hasil panennya. Mereka melakukan kegiatan pembelian dan penjualan serta turut serta dalam penetapan harga beli sedangkan untuk harga jual mereka mencari alternative harga dari beberapa gudang dan perusahaan pakan ternak yang memberikan keuntungan paling baik bagi mereka, pedagang besar mengumpulkan jagung dari petani yang ada di berbagai desa berbagai kecamatan, bahkan sampai luar kecamatan. Modal yang digunakan pedagang besar mencapai lebih dari 60juta bahkan hingga 100juta rupiah. c. Pedagang antar daerah, pedagang yang mengumpulkan jagung dari berbagai tempat di Propinsi Lampung dan menyalurkannya ke beberapa daerah yang berada di luar Lampung. Perlakuan pasca pembelian yang dilakukan lebih banyak seperti kegiatan pengopenan dan penyimpanan dalam jumlah besar untuk stok. Penggunaan modal oleh pedagang antar daerah adalah lebih dari 100juta rupiah karena untuk gudang dan open.
2. Keragaan Pasar a. Analisis Saluran Pemasaran Saluran pemasaran jagung yang terbentuk di Kabupaten Lampung Selatan ada 14 saluran diantaranya adalah sebagai berikut:
9,8%
Pedagang kecil
13,72%
28,57%
28,57% 42,86%
Petani
50,98%
Pedagang besar 27,27%
Pedagang antar daerah
3,92% 18,18% 54,54% 20 %
Ternak ayam 21,57%
Pakan ternak lampung
80%
Pakan ternak luar lampung
Gambar 3. Bagan utama saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 14 rantai pemasaran atau saluran pemasaran. Petani memiliki banyak pilihan dalam menjual usahataninya yaitu kepada pedagang kecil, pedagang besar, pedagang antar daerah, ternak ayam dan
perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Produksi jagung dari petani sebagian besar dijual ke pedagang besar dan pedagang besar sebagian besar menjual langsung ke perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Konsumen jagung di Kabupaten Lampung Selatan adalah pengusaha ternak ayam dan pabrik pakan ternak di luar maupun dalam Provinsi Lampung. Saluran pemasaran yang terbentuk dapat dilihat seperti pada masing-masing bagan berikut,
2
Petani
Pedagang besar
2
Ternak ayam
1 Gambar 4. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri ternak ayam
Saluran pemasaran jagung yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut: i.
Alternatif saluran pertama petani ternak ayam
Saluran pertama yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada ternak ayam. Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan pengangkutan guna meningkatkan mutu hasil usahataninya sehingga bisa diterima konsumen tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut.
ii.
Alternatif saluran kedua petani pedagang besar ternak ayam
saluran kedua yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada ternak ayam tetapi melalui jasa pedagang besar. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung
hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
Pedagang 3 kecil 4
Petani
5
Pedagang besar
6
Pedagang antar daerah
Pakan ternak luar lampung
Gambar 5. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri pakan ternak di luar lampung
iii.
Alternatif saluran ketiga petani pedagang kecil pedagang antar daerah pakan ternak luar Lampung
Saluran pemasaran ketiga adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang kecil dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang menjual hasil usahataninya pada pedagang antar daerah biasanya melakukan kegiatan pemipilan dan pengeringan. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk
menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
iv.
Alternatif saluran keempat petani pedagang kecil pedagang besar pedagang antar daerah pakan ternak luarLampung
Saluran pemasaran keempat adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran yaitu pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang menjual hasil usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan kegiatan pemipilan dan pengeringan hanya sebatas mengumpulkan hasil usahatani dari beberapa petani. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
v.
Alternatif saluran kelima
petani pedagang besar pedagang antar daerah pakan ternak luar Lampung
Saluran pemasaran kelima adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran yaitu pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
vi.
Alternatif saluran keenam petani pedagang antar daerah pakan ternak luar Lampung
Saluran pemasaran keenam adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa pedagang antar daerah. Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan pengangkutan guna meningkatkan mutu hasil usahataninya sehingga bisa diterima pedagang tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung.
Pedagang kecil
Petani
9 10 11; 12 Pedagang besar 13
8
7
9 11 Pedagang besar antar daerah
10 12 Pakan ternak lampung
14 Gambar 6. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri pakan ternak di lampung
vii.
Alternatif saluran ketujuh petani pedagang kecil pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran ketujuh adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang kecil. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
viii.
Alternatif saluran kedelapan petani pedagang kecil pedagang antar daerahpakan ternak Lampung
Saluran pemasaran kedelapan adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang kecil dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
ix.
Alternatif saluran kesembilan
petani pedagang kecil pedagang besar pedagang antar daerah pakan ternak Lampung Saluran pemasaran kesembilan adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran yaitu pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang menjual hasil usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan kegiatan pemipilan dan pengeringan hanya sebatas mengumpulkan hasil usahatani dari beberapa petani. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit. x.
Alternatif saluran kesepuluh
petani pedagang kecil pedagang besar pakan ternak Lampung Saluran pemasaran kesepuluh adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang kecil dan pedagang besar. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang menjual hasil usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan kegiatan pemipilan dan pengeringan hanya sebatas mengumpulkan hasil usahatani dari beberapa petani. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan.
xi.
Alternatif saluran kesebelas
petanipedagang besar pedagang antar daerah pakan ternak Lampung Saluran pemasaran kelima adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran yaitu pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit. xii.
Alternatif saluran keduabelas petani pedagang besar pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran kelima adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang besar. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan pengangkutan sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
xiii.
Alternatif saluran ketigabelas petani pedagang antar daerah pakan ternak Lampung
Saluran pemasaran keenam adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang antar daerah. Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan pengangkutan guna meningkatkan mutu hasil usahataninya sehingga bisa diterima pedagang tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan pengumpulan pengopenan untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung.
xiv.
Alternatif saluran keempatbelas petani pakan ternak Lampung
Saluran pertama yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada pabrik pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan pengangkutan guna meningkatkan mutu hasil usahataninya sehingga bisa diterima konsumen tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut. Keuntungan dengan menjual langsung ke perusahaan pakan ternak adalah petani memperoleh tambahan nilai dari kegiatan pascapanennya dan memperoleh harga jual yang lebih tinggi.
Hasil usahatani jagung di Kabupaten Lampung Selatan lebih banyak diserap oleh perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Hal tersebut disebabkan karena di Kabupaten Lampung Selatan sendiri merupakan sentra industri pakan ternak di Provinsi Lampung, setidaknya terdapat 3 perusahaan pakan ternak skala besar. Hal tersebut memudahkan petani dan lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasarkan jagung sehingga mereka tidak merasa kesulitan memperoleh pasar.
b. Analisis Marjin Pemasaran Marjin pemasaran merupakan selisih harga antara harga jual petani dengan pelaku pasar di atasnya. Marjin pemasaran berpengaruh langsung terhadap pembentukan harga di tingkat produsen. Hasil penelitian di Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan ada 14 saluran pemasaran, berikut akan disajikan analisis margin pemasaran dari setiap saluran pemasaran yang terbentuk. Tabel 23 menunjukkan analisis margin pemasaran pada
saluran pertama, yaitu petani langsung menjual hasil usahataninya ke konsumen, dimana biaya pemasaran keseluruhan ditanggugng oleh petani. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 1 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No Uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 Petani biaya produksi 1092,04 64,21 biaya pemasaran 441,00 25,93 pemipilan 400,00 23,52 Pengangkutan 32,50 1,91 tenaga kerja 8,50 0,50 Operasional 0,00 0,00 Penyusutan 0,00 0,00 total biaya 1533,04 90,14 Margin 167,74 9,86 profit margin 608,74 35,79 0,11 harga jual 1700,78 100,00 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) hanya satu, karena petani langsung menjual hasil usahataninya ke konsumen dengan nilai RPM Rp 0.11/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.11/kg.
Tabel 24 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kedua, yaitu petani melalui 1 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar, dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 2 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 1117,56 57,31 margin 510,63 26,19 profit margin 510,63 26,19 0,46 harga jual 1628,20 83,50 2 pedagang besar biaya produksi 643,62 33,01 pemipilan 45,00 2,31 pengangkutan 50,00 2,56 tenaga kerja 30,00 1,54 penyusutan 40,00 2,05 margin 156,81 8,04 profit margin 321,81 16,50 0,24 harga jual 1950,00 100,00 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.46/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.46/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 25 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran ketiga, yaitu petani melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya, sebelum hasil diterima oleh konsumen petani terlebih dahulu menjual hasil usahataninya ke pedagang besar kemudian pedagang besar menjualnya ke pedagang antar daerah. Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 3 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 847,30 46,57 margin 785,03 21,28 profit margin 785,03 21,28 0,93 harga jual 1619,70 67,84 2 pedagang kecil biaya pemasaran 231,00 9,63 pemipilan 30,00 1,25 pengangkutan 100,00 4,17 tenaga kerja 100,00 4,17 operasional 1,00 0,04 penyusutan 0,00 0,00 margin 249,30 10,39 profit margin 480,30 20,01 1,08 harga jual 2100,00 87,50 3 pedagang antar daerah biaya pemasaran 600,00 25,00 pengangkutan 175,00 7,29 tenaga kerja 50,00 2,08 operasional 1,00 0,04 penyusutan 20,00 0,83 margin 54,00 2,25 profit margin 300,00 12,50 0,09 harga jual 2400,00 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 1.08/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1.08/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 26 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keempat, yaitu petani melalui 3 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani melalui pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah sebelum hasil usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani tidak
mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 4 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 847,30 35,30 margin 772,40 32,18 profit margin 772,40 32,18 0,91 harga jual 1619,70 67,49 2 pedagang kecil biaya pemasaran 81,66 3,40 pemipilan 28,33 1,18 pengangkutan 0,00 0,00 tenaga kerja 53,33 2,22 operasional 0,00 0,00 penyusutan 0,00 0,00 margin 81,97 3,42 profit margin 163,63 6,82 1,00 harga jual 1783,33 74,31 3 pedagang besar biaya pemasaran 172,67 7,19 pengangkutan 36,67 1,53 tenaga kerja 91,67 3,82 operasional 1 0,04 penyusutan 43,33 1,81 margin 117,33 4,89 profit margin 290,00 12,08 0,679504 harga jual 2073,33 86,39 4 pedagang antar daerah biaya pemasaran 236 9,83 pengangkutan 175 7,29 tenaga kerja 50 2,08 operasional 1 0,04 penyusutan 10 0,42 margin 90,67 3,78 profit margin 326,67 13,61 0,384195 harga jual 2400 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang kecil, yaitu Rp 1,00/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,00/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 27 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kelima, yaitu petani melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar dan pedagang antar daerah, dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 27.
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.50/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.50/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 27. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 5 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 1117,56 48,91 margin 510,63 22,35 profit margin 510,63 22,35 0,46 harga jual 1628,20 71,26 2 pedagang besar biaya pemasaran 226,00 9,89 pemipilan 36,67 1,60 pengangkutan 53,33 2,33 tenaga kerja 91,67 4,01 operasional 1,00 0,04 penyusutan 43,33 1,90 margin 64,00 2,80 profit margin 290,00 12,69 0,28 harga jual 2073,00 90,72 3 pedagang antar daerah biaya pemasaran 141 6,17 pengangkutan 80 3,50 tenaga kerja 50 2,19 operasional 1 0,04 penyusutan 10 0,44 margin 71 3,11 profit margin 212 9,28 0,50 harga jual 2285 100,00
Tabel 28 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keenam, yaitu petani melalui 1 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang antar daerah, dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa petani mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena petani berusaha untuk melakukan kegiatan pasca panen dan memasarkannya sendiri ke pedagang dengan pertimbangan harga yang ditawarkan kepada petani, pada keadaan ini petani dibebankan biaya pemasaran. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 6 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 949,4 43,15 biaya pemasaran 140 6,36 pemipilan 28 1,27 pengangkutan 53 2,40 tenaga kerja 9 0,41 operasional 50 2,27 penyusutan 0 0 total biaya 1089,4 49,52 margin 517,58 23,53 profit margin 657,58 29,89 0,47 harga jual 1606,98 73,04 2 pedagang antar daerah biaya pemasaran 376 17,09 pengangkutan 175 7,95 tenaga kerja 50 2,28 operasional 1 0,05 penyusutan 150 6,82 margin 217,02 9,86 profit margin 593,02 26,96 0,58 harga jual 2200 100 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang antar daerah, yaitu Rp 0.58/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.58/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran hampir merata. Tabel 29 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran ketujuh, yaitu petani melalui 1 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani melalui pedagang kecil sebelum hasil usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin
keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 7 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 847,30 42,01 margin 785,03 38,93 profit margin 785,03 38,93 0,93 harga jual 1619,70 80,32 2 pedagang kecil biaya pemasaran 249,33 12,36 pemipilan 28,33 1,40 pengangkutan 65,00 3,22 tenaga kerja 110,00 5,45 operasional 1,00 0,05 penyusutan 45,00 2,23 margin 147,00 7,29 profit margin 396,97 19,68 0,59 . harga jual 2016,67 100,00 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.93/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.93/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 30 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kedelapan, yaitu petani melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani melalui pedagang kecil dan pedagang besar sebelum hasil usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin
pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 8 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 847,30 37,33 margin 785,03 34,58 profit margin 785,03 34,58 0,93 harga jual 1619,70 71,35 2 pedagang kecil biaya pemasaran 231,00 10,18 pemipilan 30,00 1,32 pengangkutan 100,00 4,41 tenaga kerja 100,00 4,41 operasional 1,00 0,04 penyusutan 0,00 0,00 margin 249,30 10,98 profit margin 480,30 21,16 1,08 harga jual 2100,00 92,51 3 pedagang antar daerah biaya pemasaran 151,00 6,65 pengangkutan 80,00 3,52 tenaga kerja 50,00 2,20 operasional 1,00 0,04 penyusutan 20,00 0,88 margin 19,00 0,84 profit margin 170,00 7,49 0,13 harga jual 2270,00 100,00 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang kecil, yaitu Rp 1,08/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,08/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 31 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kesembilan, yaitu petani melalui 3 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani melalui pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah sebelum hasil
usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 9 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 847,30 37,08 margin 772,40 33,80 profit margin 772,40 33,80 0,91 harga jual 1619,70 70,88 2 pedagang kecil biaya pemasaran 81,66 3,57 pemipilan 28,33 1,24 pengangkutan 0,00 0,00 tenaga kerja 53,33 2,33 operasional 0,00 0,00 penyusutan 0,00 0,00 margin 81,97 3,59 profit margin 163,63 7,16 1,00 harga jual 1783,33 78,05 3 pedagang besar biaya pemasaran 172,67 7,56 pengangkutan 36,67 1,60 tenaga kerja 91,67 4,01 operasional 1 0,04 penyusutan 43,33 1,90 margin 117,33 5,13 profit margin 290,00 12,69 0,679504 harga jual 2073,33 90,74 4 pedagang antar daerah biaya pemasaran 141 6,17 pengangkutan 80 3,50 tenaga kerja 50 2,19 operasional 1 0,04 penyusutan 10 0,44 margin 70,67 3,09
profit margin 211,67 9,26 0,501206 harga jual 2285 100,00 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 1,00/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,00/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 32 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kesepuluh, yaitu petani melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya. Petani melalui pedagang kecil dan pedagang besar sebelum hasil usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 32.
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 1,00/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,00/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 32. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 10 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No Uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 847,30 38,90 Margin 772,40 35,46 profit margin 772,40 35,46 0,91 harga jual 1619,70 74,36 2 pedagang kecil biaya pemasaran 81,66 3,75 pemipilan 28,33 1,30 Pengangkutan 0,00 0,00 tenaga kerja 53,33 2,45 Operasional 0,00 0,00 Penyusutan 0,00 0,00 Margin 81,97 3,76 profit margin 163,63 7,51 1,00 harga jual 1783,33 81,87 3 pedagang besar biaya pemasaran 222,67 10,22 Pengangkutan 81,67 3,75 tenaga kerja 95,83 4,40 Operasional 1 0,05 Penyusutan 44,17 2,03 Margin 172,33 7,91 profit margin 395,00 18,13 0,773926 harga jual 2178,33 100,00
Tabel 33 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kesebelas, yaitu petani melalui 2 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil diterima oleh konsumen diataranya adalah pedagang besar dan pedagang antar daerah. Dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 11 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 1117,56 46,57 margin 510,63 21,28 profit margin 510,63 21,28 0,46 harga jual 1628,20 67,84 2 pedagang besar biaya pemasaran 226,00 9,42 pemipilan 36,67 1,53 pengangkutan 53,33 2,22 tenaga kerja 91,67 3,82 operasional 1,00 0,04 penyusutan 43,33 1,81 margin 64,00 2,67 profit margin 290,00 12,08 0,28 harga jual 2073,00 86,38 3 pedagang antar daerah biaya pemasaran 236 9,83 pengangkutan 175 7,29 tenaga kerja 50 2,08 operasional 1 0,04 penyusutan 10 0,42 margin 91 3,79 profit margin 327 13,6 0,38 harga jual 2400 100 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.46/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.46/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 34 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keduabelas, yaitu petani melalui 1lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar, dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut.
Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 12 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 1117,56 51,30 margin 510,63 23,44 profit margin 510,63 23,44 0,46 harga jual 1628,20 74,75 2 pedagang besar biaya produksi 268,50 12,33 pemipilan 45,83 2,10 pengangkutan 81,67 3,75 tenaga kerja 95,83 4,40 operasional 1,00 0,05 penyusutan 44,17 2,03 margin 281,64 12,93 profit margin 550,14 25,26 1,05 harga jual 2178,33 100,00 3 pabrik Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp1.05/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1.05/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata.
Tabel 35 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran ketigabelas, yaitu petani melalui 1 lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil usahataninya sebelum hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang antar daerah, dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa petani mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena petani berusaha untuk melakukan kegiatan pasca panen dan memasarkannya sendiri ke pedagang dengan pertimbangan harga yang ditawarkan kepada petani, pada
keadaan ini petani dibebankan biaya pemasaran. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 13 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 949,4 45,21 biaya pemasaran 140 6,67 pemipilan 28 1,33 pengangkutan 53 2,52 tenaga kerja 9 0,43 operasional 50 2,38 penyusutan 0 0 total biaya 1089,4 51,87 margin 517,58 24,65 profit margin 657,58 31,31 0,48 harga jual 1606,98 76,52 2 pedagang antar daerah biaya produksi 281 13,38 pengangkutan 80 3,81 tenaga kerja 50 2,38 operasional 1 0,05 penyusutan 150 7,14 margin 212,02 10,09 profit margin 493,02 23,48 0,75 harga jual 2100 100 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang antar daerah , yaitu Rp 0.75/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.75/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran belum merata. Tabel 36 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keempatbelas yaitu petani langsung menjual hasil usahataninya ke konsumen, dimana biaya pemasaran
keseluruhan ditanggugng oleh petani. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 14 di Kabupaten Lampung Selatan, 2009 No uraian harga (Rp) share (%) RPM 1 petani biaya produksi 1072,85 56,75 biaya pemasaran 122,08 6,46 pemipilan 35,45 1,88 pengangkutan 66,36 3,51 tenaga kerja 19,27 1,02 operasional 1,00 0,05 penyusutan 0,00 0,00 total biaya 1194,93 63,20 margin 639,42 33,82 profit margin 817,62 43,25 0,54 harga jual 1890,62 100,00 Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) hanya ada satu yaitu Rp 0.54/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0.54/kg. saluran pemasaran ini dirasakan paling efisien dimana salurannya pendek dan margin yang diperoleh petani juga cukup baik namun ummumnya petani yang menggunakan saluran ini adalah petani yang memiliki luas lahan cukup luas. Mau melakukan kegiatan pasca panen untuk meningkatkan nilai hasil usahataninya.
Dilihat dari hasil analisis margin pemasaran yang diperoleh dari 14 saluran pemasaran yang ada secara keseluruhan margin yang diperoleh dari masing-masing lembaga belum merata, selain itu dilihat dari struktur pasar yang terbentuk dan siapa yang paling berperan dalam penetapan harga pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan masih belum efisien karena pasar yang terbentuk bersifat oligopsoni dimana pabrik pakan ternak besar yang berperan sebagai penentu harga.
d. Analisis Elastisitas Transmisi Harga Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat pasar lainnya. Transmisi harga diukur melalui regresi sederhana diantara 2 harga antara 2 tingkat pasar, kemudian dihitung elastisitasnya. Hasil analisis regresi linier sederhana adalah sebagai berikut: No 1
R Square 0.089
F 4.776
Constant 933.032
Coefficients 0.358
Hasil tersebut memperoleh persamaan sebagai berikut: Pf = bo + bi Pr Et
Pf = 933.032 + 0,358Pr
= αPf x Pr αPr Pf
= bi x 2099,03 = 0,358 x 1,246 = 1684,04
0,446
Berdasarkan hasil regresi sederhana diperoleh nilai R2 sebesar 0.089 yang berarti bahwa antara harga jagung ditingkat petani dan harga jagung di tingkat konsumen tidak memiliki hubungan yang erat.
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai elastisitas transmisi harga sebesar 0.446 yang berarti nilai Et <1, yang artinya laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dibandingkan dengan laju perubahan harga di tingkat petani. Keadaan ini bermakna bahwa pasar yang dihadapi tidak bersaing sempurna dan belum efisien.
Hasil analisis margin pemasaran dan nilai elastisitas transmisi harga menunjukkan bahwa pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Jika diamati lebih lanjut struktur pasar jagung yang terbentuk di Kabupaten Lampung Selatan bersifat oligopsoni oleh perusahaan pakan ternak skala besar.
Pabrik pakan ternak besar menentukan harga dan memasangnya di gudang sehingga siapapun bisa melihat harga jagung yang ada tanpa adanya kegiatan tawar menawar, dan jika dengan harga tersebut mereka masih kekurangan stok mereka akan melakukan import jagung untuk memenuhi kebutuhan jagung mereka. Harga jagung tersebut yang oleh para pabrik lain dijadikan pertimbangan dalam menetapkan harga jagung yang akan mereka beli. Kondisi seperti itu menggambarkan bahwa petani dalam menetapkan harga jual dan memilih untuk menjual hasil usahataninya tidak berdasarkan perhitungan biaya yang mereka keluarkan tapi hanya mempertimbangkan saluran mana yang bisa memberikan keuntungan lebih baik, meskipun masih ada yang sifatnya seperti tengkulak dimana pinjam disitu jual dengan harga dtentukan tengkulak.
Kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran umumnya adalah harga dimana mereka merasa harga yang mereka peroleh masih tergolong rendah dinbandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan untuk menghasilkan, terutama adalah biaya pupuk. Sementara dalam kebebasan dalam menjual dan mencari pembeli tidak dirasakan sulit karena banyaknya pilihan saluran pemasaran yang ada, sehingga masalah yang mereka rasakan hanya pada harga yang rendah.
Masalah lain yang muncul adalah dari segi produksi seperti kurangnya pemahaman mereka tentang kesesuaian lahan, ketersediaan factor produksi. Ketersediaan factor
produksi tersebut seperti keterlambatan pupuk, kurangnya kegiatan penyuluhan dalam menyelesaikan masalah usahatani di lapangan. Keadaan tersebut mengakibatkan produksi yang dihasilkan petani belum maksimal.
Masalah pemasaran mengenai harga bisa diatasi salah satunya dengan produksi yang tinggi sehingga meskipun harga rendah tapi karena volume tinggi jadi penerimaan meningkat dan mampu menutupi biaya usahatani. Berbagai produk pemerintah seperti program-program penyuluhan dan bantuan seperti benih dan pupuk sangat baik sekali tapi seharusnya pemerintah juga memberikan tindakan lanjutan seperti pengawasan program-program tersebut agar tidak disalah gunakan dan dapat tepat sasaran. Pemerintah seharusnya melakukan peninjauan kembali apakah perlu atau tidak campurtangan pemerintah dalam penetapan harga dan kebijakan import untuk menunjang kegiatan pemasaran agar lebih efisien.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung yang di lakukan di Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut: 1) Pola distribusi jagung di Kabupaten Lampung terdiri dari 3 pola yaitu jagung yang berakhir di industri ternak ayam di Propinsi Lampung, jagung yang berakhir di idustri pakan ternak lokal dan jagung yang berakhir di industri pakan ternak luar Lampung. Pola distribusi yang paling dominan adalah jagung yang berakhir di industri pakan ternak lokal sebesar 74,23% sementara jagung yang didistribusikan ke luar Lampung sebesar 22,48%, atas pertimbangan harga dan permintaan. 2) Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan masih tergolong belum efisien dilihat dari nilai RPM yang belum merata dan nilai elastisitas transmisi harga yang tidak sama dengan 1. Rantai pemasaran yang paling efisien adalah rantai yang berawal dari petani yang menjual hasil usahataninya langsung ke perusahaan pakan ternak, yang ditunjukkan oleh nilai RPM yang lebih merata. Hal ini terjadi dikarena mereka bisa merasakan tambahan nilai dari kegiatan pasca panen yang dilakukan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Petani hendaknya bergabung dalam kelompoktani atau gapoktan untuk menjual langsung hasil usahataninya ke pabrik pakan ternak. 2) Pemerintah perlu mendorong dan memfasilitasi bergabungnya petani dalam kelompoktani atau gapoktan untuk dapat kemitraan langsung dengan pabrik pakan ternak untuk menampung jagung petani. 3) Peneliti lain, melakukan penelitian lebih mendalam mengenai pemasaran dengan melihat dan menganalisis struktur pasar dan prilaku lembaga pemasaran jagung.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius: Yogyakarta. BPS Lampung. 2008. Lampung Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik: Bandar Lampung. BPS Lampung Selatan. 2008. Lampung Selatan Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik: Lampung Selatan. BPS Lampung Selatan. 2008. Ketapang Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik: Lampung Selatan. Fansuri, Heri. 2008. Hukum Komunikasi Interpersonal Penyuluh Pertanian Lapang dengan Petani Terhadap Penerapan Sapta Usahatani Jagung di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung. Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri Persaingan, Monopoli dan Regulasi. PT. Pustaka LP3ES Indonesia: Jakarta. Irawan, Ade Indra. 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Jagung di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung. Kotler, Philip.1993. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta. McCarthy, Jerome. 1995. Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial Global. Binarupa Aksara: Jakarta. Mursid. M. 1993. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara: Jakarta. Najiyati, Sri. 1992. Palawija Budidya dan Analisis Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya: Jakarta. Nasruddin, Wasrob. 1996. Tataniaga Pertanian. Universitas Terbuka: Jakarta.
Remonaldi, Yoga. 2009. Analisis Penggunaan Benih dan Daya Saing Usahatani Jagung Hibrida di Kabupaten Tanggamus. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung. Sevilla, Consuelo G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI-Prees: Jakarta. Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Soeratno, M. Ec dan Lincolin Arsyad, M.Sc. 1988. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. UPP AMP YKPN: Yogyakarta. Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Suhardi, 2002. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Kanisius: Yogyakarta. Susanto, Ari. 2007. Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Jagung di Kecamatan Ketapang Lampung Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Tabel 37. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Lampung Selatan No
Nama Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Natar Jati Agung Tanjung Bintang Merbau Mataram Katibung Sidomulyo Candi Puro Kalianda Raja Basa Palas Seragi Penengahan Ketapang Total/ rata-rata
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
10175 8550 6059 5857 7835 7354 2552 4085 85 7366 3217 9847 14200 87182
42654.3 35779 26873.8 26027.8 35117.8 32850.9 11111.5 17621.6 376.3 31167.1 13352 40787 60748.8 374468
Produktivitas (ton/ha) 41.90 41.85 44.35 44.44 44.82 44.67 43.54 43.14 44.27 42.31 41.50 41.42 42.78 42.78
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Selatan 2008
Tabel 38. Luas Tanam dan Produksi Jagung di Kecamatan Ketapang No
Nama Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sumur Ruguk Tri Dharmayoga Legundi Ketapang Bangun Rejo Karang Sari Sri Pendowo Sumber Nadi Taman Sari Kemukus Lebung Nala Sidoasih Pematang Pasir berudung Total
Luas Tanam (ha) 2.354 2.600 375 2.750 1.150 1.150 2.300 1.450 317 1.025 2.000 1.350 7 13 8 18.903
Sumber: BPS, Ketapang dalam angka 2007
Produksi (ton) 14.594,80 16.120,00 2.325,00 17.050,00 7.130,00 7.130,00 14.260,00 8.990,00 2.300,00 6.355,00 12.400,00 8.370,00 43,40 80,60 49,60 117.196,60
Table 39. Luas Tanam Jagung di Kecamatan Natar No
Nama Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Haji Mena Sidosari Natar Pemanggilan Merak Batin Muara Putih Kerawang Sari Negara Ratu Rejo Sari Tanjung Sari Bumi Sari Total
Luas Tanam (ha) 130 155 92 75 325 785 1.150 610 170 1.110 130
No
Nama Desa
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Candi Mas Branti Raya Haduyang Banjar Negeri Mandah Relung Helok Rulung Raya Purwo Sari Bandarjo Suka Damai Pancasila
Luas Tanam (ha) 950 640 390 280 840 660 395 1.375 255 1.165 235 11.737
Sumber: KCD Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Natar, 2008
Tabel 40. Identitas Responden Petani No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama suwiyono amri suwiyono tutuk raharjo sarwini sarman ismail kusmawan suratman suharno mat nasir daud langgah i da bagus made suta basri kr pak saman kamran abidin rohmat robet tonimbar m. Wasiludin m. Ilyas basirun supardi sarnim muharno wagiman kodrat jumadi darto supardi
Alamat mekar sari sribasuki sribasuli sribasuki tasik tasik taman rejo taman rejo ruguk induk ruguk induk pepandu ruguk induk taman harum pandu mulya cilacap cilacap cilacap cilacap mekar sari kramat baru kramat baru gunung goci gunung goci gunung goci gunung goci gunung goci cilacap
Umur 52 40 60 68 35 30 31 27 50 30 47 41 40 39 27 50 26 43 50 40 40 36 35 38 40 33 40
Suku jawa jawa jawa jawa lampung sunda jatim jawa lampung lampung bali lampung lampung sunda jawa jatim jatim jawa lampung jawa jawa jabar jawa jawa jawa jawa jawa
Pendidikan sarjana sd sd sd sd sd sd smp sd sd sd smp smp sd sma sd sd d2 d2 sd smp smp sd sd sd smp smp
Pengalaman berusahatani 5 10 6 2 5 2 7 5 4 4 10 3 11 4 3 35 2 7 12 14 10 6 24 5 7 6 4
Jumlah tanggungan 5 3 0 0 1 4 3 2 6 5 3 4 3 3 2 3 4 6 3 3 4 5 5 4 5 2 3
Pekerjaan sampingan Guru Buruh Guru Pedagang Guru Guru -
Tabel 40. Lanjutan No 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Nama zulkarnaen pendi tijan rohadin sadirin hardiman pungut jumadi mahyo sahuri jamingun ngadiran lasiman bagas irwanto turino turimin riono ujang suyanto sukamto suwarno suanto puji jatmiko jainudin
Alamat mekar jaya mekar jaya tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari
Umur 34 30 50 36 42 50 44 58 30 40 40 53 53 29 45 53 39 52 37 29 30 43 32 40
Suku lampung lampung jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa jawa
Pendidikan d2 sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd sd
Pengalaman berusahatani 9 3 30 7 22 30 5 10 11 10 10 9 6 4 20 5 3 2 5 5 4 3 3 5
Jumlah tanggungan 3 8 4 3 3 5 3 6 3 6 6 6 5 2 4 6 4 9 2 2 3 4 3 5
Pekerjaan sampingan guru Pedagang Buruh Pedagang Buruh Buruh Buruh -
Tabel 41. Identitas Responden Pedagang No 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama sunarto nyoman suparte samino m. Tohir wayan budi ase pak abas slamet riyadi suhendi bagas irwanto sadirin hermawan
Alamat gunung goci tasik gunung goci cilacap mekar jaya mekar jaya mekar jaya tunas jaya tunas jaya tunas jaya tanjung bintang
Umur 38 40 49 40 35 60 39 51 29 42 35
Suku jawa bali jawa jawa bali jawa jawa sunda jawa jawa padang
Pendidikan sd smp sd sd sma sd smp SD sd sd sma
Pengalaman berdagang 15 19 1 10 3 32 8 10 6 5 18
Jumlah Tanggungan 3 5 4 18 10 5 3
Pekerjaan Sampingan Ketua Keltan Dealer Ketu Keltan Warung RT Produksi Kopra Ketu Keltan Warung RT -
Tabel 42. Identitas Responden Konsumen Jumlah tanggungan No 1
Nama Supartono
Alamat Tanjung sari
Umur 30
Suku Jawa
Pdd Sd
2
Sandi kristian
Metro kibang
47
China
3
Juniarny glory
Bekasi
32
Jawa
Pekerjaan
Pglm 7
3
Peternak ayam
S1
22
4
Pegawai pabrik pakan
S1
9
-
Pegawai pabrik pakan
Tabel 43. penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung responden petani dalam HKP tenaga kerja No 1
Nama suwiyono amri suwiyono
Luas Lahan
Bajak P
Tanam
W
HKP
P
semprot 1
W
HKP
semprot 2
P
W
HKP
pupuk
P
W
HKP
P
W
panen
HKP
P
W
HKP
total hkp
harga
nilai
3,000
54
0
54
0
30
24
18
0
18
18
0
18
0
30
24
55
45
91
229
25000
5725000
2
tutuk raharjo
1,500
27
0
27
2
10
10
8
0
8
8
0
8
2
12
11,6
37
25
57
121,6
25000
3040000
3
sarwini
0,250
6
0
6
0
4
3,2
1
0
1
1
0
1
0
4
3,2
4
5
8
22,4
25000
560000
4
sarman
0,250
3
0
3
2
0
2
2
0
2
2
0
2
2
0
2
5
6
9,8
20,8
25000
520000
5
ismail
1,000
18
0
18
2
8
8,4
6
0
6
6
0
6
2
8
8,4
16
20
32
78,8
25000
1970000
6
kusmawan
2,000
36
0
36
2
17
15,6
12
0
12
12
0
12
2
17
15,6
35
45
71
162,2
25000
4055000
7
suratman
1,000
18
0
18
1
10
9
6
0
6
6
0
6
1
10
9
16
22
33,6
81,6
25000
2040000
8
suharno
2,000
36
0
36
2
18
16,4
10
0
10
10
0
10
2
18
16,4
64
40
96
184,8
25000
4620000
9
0,045
2
0
2
2
2
3,6
1
0
1
1
0
1
2
2
3,6
6
5
10
21,2
25000
530000
0,045
2
0
2
2
2
3,6
1
0
1
1
0
1
2
2
3,6
8
5
12
23,2
25000
580000
11
mat nasir daud langgah i da bagus made suta
1,000
18
0
18
0
12
9,6
6
0
6
6
0
6
0
10
8
33
20
49
96,6
25000
2415000
12
basri kr
0,250
6
0
6
2
2
3,6
2
0
2
2
0
2
2
2
3,6
4
3
6,4
23,6
25000
590000
13
pak saman
2,250
40,5
0
40,5
2
20
18
12
0
12
12
0
12
2
20
18
65
45
101
201,5
25000
5037500
14
kamran
0,500
6
0
6
2
2
3,6
2
0
2
2
0
2
2
2
3,6
9
12
18,6
35,8
25000
895000
15
abidin
1,000
18
0
18
0
10
8
6
0
6
6
0
6
0
10
8
34
22
51,6
97,6
25000
2440000
16
0,750
6
0
6
2
6
6,8
4
0
4
4
0
4
2
6
6,8
4
5
8
35,6
25000
890000
17
rohmat robet tonimbar
0,750
8
0
8
2
10
10
6
0
6
6
0
6
2
10
10
16
18
30,4
70,4
25000
1760000
18
m. Wasiludin
2,000
36
0
36
0
25
20
12
0
12
12
0
12
0
25
20
20
25
40
140
25000
3500000
19
m. Ilyas
1,250
22,5
0
22,5
0
10
8
6
0
6
6
0
6
0
10
8
15
19
30,2
80,7
25000
2017500
20
basirun
2,750
49,5
0
49,5
2
22
19,6
15
0
15
15
0
15
2
22
19,6
24
28
46,4
165,1
25000
4127500
21
supardi
0,750
8
0
8
2
8
8,4
6
0
6
6
0
6
2
8
8,4
13
16
25,8
62,6
25000
1565000
22
sarnim
2,000
36
0
36
2
22
19,6
10
0
10
10
0
10
2
22
19,6
63
40
95
190,2
25000
4755000
23
muharno
0,500
6
0
6
2
2
3,6
3
0
3
3
0
3
2
2
3,6
9
15
21
40,2
25000
1005000
24
wagiman kodrat jumadi
0,500
8
0
8
2
2
3,6
3
0
3
3
0
3
2
2
3,6
10
13
20,4
41,6
25000
1040000
0,500
6
0
6
1
4
4,2
3
0
3
3
0
3
1
5
5
9
10
17
38,2
25000
955000
10
25
Tabel 43. Lanjutan tenaga kerja No
Nama
Luas Lahan
Bajak P
Tanam
W
HKP
P
semprot 1
W
HKP
semprot 2
P
W
HKP
pupuk
P
W
HKP
P
W
panen
HKP
P
W
HKP
total hkp
harga
nilai
26
darto
3,000
54
0
54
0
30
24
15
0
15
15
0
15
0
30
24
87
60
135
267
25000
6675000
27
supardi
1,000
18
0
18
2
10
10
8
0
8
8
0
8
2
10
10
18
20
34
88
25000
2200000
28
zulkarnaen
0,750
15
0
15
0
10
8
6
0
6
6
0
6
0
10
8
22
17
35,6
78,6
25000
1965000
29
pendi
2,000
36
0
36
0
20
16
9
0
9
9
0
9
0
20
16
15
18
29,4
115,4
25000
2885000
30
tijan
1,000
18
0
18
2
7
7,6
6
0
6
6
0
6
2
7
7,6
18
20
34
79,2
25000
1980000
31
rohadin
1,000
18
0
18
2
8
8,4
6
0
6
6
0
6
0
10
8
17
24
36,2
82,6
25000
2065000
32
sadirin
8,000
144
0
144
0
80
64
48
0
48
48
0
48
0
80
64
120
160
248
616
25000
15400000
33
hardiman
1,000
18
0
18
6
2
7,6
3
0
3
3
0
3
6
2
7,6
18
20
34
73,2
25000
1830000
34
pungut
1,750
31,5
0
31,5
1
16
13,8
10
0
10
10
0
10
1
16
13,8
35
45
71
150,1
25000
3752500
35
jumadi
1,000
18
0
18
0
10
8
6
0
6
6
0
6
0
10
8
12
20
28
74
25000
1850000
36
mahyo
1,000
18
0
18
0
12
9,6
8
0
8
8
0
8
0
15
12
31
20
47
102,6
25000
2565000
37
sahuri
1,000
18
0
18
15
0
15
5
0
5
5
0
5
0
15
12
0
0
0
55
25000
1375000
38
jamingun
0,500
6
0
6
1
4
4,2
3
0
3
3
0
3
1
4
4,2
8
10
16
36,4
25000
910000
39
ngadiran
2,000
36
0
36
1
21
17,8
10
0
10
10
0
10
0
20
16
51
45
87
176,8
25000
4420000
40
2,000
36
0
36
0
20
16
12
0
12
12
0
12
0
20
16
30
45
66
158
25000
3950000
41
lasiman bagas irwanto
1,000
18
0
18
1
8
7,4
6
0
6
6
0
6
0
10
8
27
20
43
88,4
25000
2210000
42
turino
1,000
18
0
18
4
6
8,8
4
0
4
4
0
4
4
6
8,8
27
20
43
86,6
25000
2165000
43
turimin
0,500
6
0
6
2
2
3,6
4
0
4
4
0
4
2
2
3,6
8
12
17,6
38,8
25000
970000
44
riono
0,500
6
0
6
2
2
3,6
2
0
2
2
0
2
2
2
3,6
11
12
20,6
37,8
25000
945000
45
ujang
0,250
3
0
3
2
1
2,8
1
0
1
1
0
1
2
2
3,6
6
8
12,4
23,8
25000
595000
46
suyanto
1,500
27
0
27
1
16
13,8
10
0
10
10
0
10
2
14
13,2
26
30
50
124
25000
3100000
47
sukamto
1,000
18
0
18
1
11
9,8
6
0
6
6
0
6
1
11
9,8
15
25
35
84,6
25000
2115000
48
suwarno
0,500
6
0
6
1
4
4,2
2
0
2
2
0
2
1
4
4,2
8
15
20
38,4
25000
960000
49
suanto
0,500
4
0
4
1
4
4,2
3
0
3
3
0
3
1
4
4,2
8
11
16,8
35,2
25000
880000
50
puji jatmiko
0,750
8
0
8
1
8
7,4
6
0
6
6
0
6
1
8
7,4
8
10
16
50,8
25000
1270000
51
jainudin
0,500
6
0
6
1
4
4,2
3
0
3
3
0
3
1
4
4,2
8
10
16
36,4
25000
910000
Tabel 44. Biaya Produksi Responden Petani dalam satu musim tanam pupuk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama suwiyono amri suwiyono tutuk raharjo sarwini sarman ismail kusmawan suratman suharno mat nasir daud langgah i da bagus made suta basri kr pak saman kamran abidin rohmat robet tonimbar m. Wasiludin m. Ilyas basirun supardi sarnim muharno wagiman kodrat jumadi darto supardi
Luas Lahan 3.000 1.500 0.250 0.250 1.000 2.000 1.000 2.000 0.045 0.045 1.000 0.250 2.250 0.500 1.000 0.750 0.750 2.000 1.250 2.750 0.750 2.000 0.500 0.500 0.500 3.000 1.000
Penyusutan alat 87600 48000 59500 48000 58667 70500 58000 58667 43667 57000 62333 30167 57667 45333 57000 58667 59000 107000 49667 57667 56667 59833 43167 51000 59334 102000 58834
∑ 60 30 5 5 20 40 12.5 35 2.5 2.5 20 5 41.25 7 20 15 15 40 25 50 12 40 8 10 8 60 15
benih harga 33000 46000 46000 33000 33000 33000 34000 33000 33000 33000 40000 33000 33000 33000 40000 28000 40000 33000 33000 34000 33000 45000 33000 34000 33000 31000 33000
nilai 1980000 1380000 230000 165000 660000 1320000 425000 1155000 82500 82500 800000 165000 1361250 231000 800000 420000 600000 1320000 825000 1700000 396000 1800000 264000 340000 264000 1860000 495000
∑ 1500 200 100 100 400 400 300 800 70 100 400 100 1000 200 300 0 150 400 500 1000 300 400 150 250 200 1200 350
tsp harga 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2400 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600 2600
nilai 3900000 520000 260000 260000 1040000 1040000 780000 2080000 182000 260000 1040000 260000 2600000 520000 720000 0 390000 1040000 1300000 2600000 780000 1040000 390000 650000 520000 3120000 910000
∑ 2500 1000 200 100 400 600 400 1200 120 100 600 200 1500 400 400 400 300 800 750 1500 400 800 150 300 500 1500 500
Urea harga 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 2000 1400 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300
nilai 3250000 1300000 260000 130000 520000 780000 520000 1560000 156000 130000 780000 260000 1950000 520000 800000 560000 390000 1040000 975000 1950000 520000 1040000 195000 390000 650000 1950000 650000
Tabel 44. Lanjutan
No 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Nama zulkarnaen pendi tijan rohadin sadirin hardiman pungut jumadi mahyo sahuri jamingun ngadiran lasiman bagas irwanto turino turimin riono ujang suyanto sukamto suwarno suanto puji jatmiko jainudin
Luas Lahan 0.750 2.000 1.000 1.000 8.000 1.000 1.750 1.000 1.000 1.000 0.500 2.000 2.000 1.000 1.000 0.500 0.500 0.250 1.500 1.000 0.500 0.500 0.750 0.500
Penyusutan alat 57000 73000 57000 43667 105667 73000 63000 83334 58000 49667 49500 72500 58000 58000 58000 56000 47133 42667 55000 58333 48667 49667 56500 59000
∑ 15 25 20 15 150 15 25 15 15 20 8 40 45 20 15 10 10 5 20 18 10 8 15 10
benih harga 33000 40000 33000 33000 40000 33000 40000 33000 34000 34000 33000 33000 40000 46000 33000 33000 30000 33000 33000 40000 40000 34000 33000 33000
nilai 495000 1000000 660000 495000 6000000 495000 1000000 495000 510000 680000 264000 1320000 1800000 920000 495000 330000 300000 165000 660000 720000 400000 272000 495000 330000
∑ 250 200 200 150 1500 300 300 180 200 200 100 350 400 250 200 150 200 100 200 250 200 150 250 100
pupuk tsp harga nilai ∑ 2600 650000 400 2600 520000 300 2600 520000 550 2600 390000 500 2600 3900000 3500 2600 780000 500 2600 780000 750 2600 468000 420 2600 520000 600 2600 520000 450 2600 260000 200 2600 910000 850 2600 1040000 1000 2600 650000 400 2600 520000 450 2600 390000 200 2600 520000 300 2600 260000 200 2600 520000 1000 2600 650000 500 2600 520000 300 2600 390000 250 2600 650000 400 2600 260000 200
Urea harga 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300
nilai 520000 390000 715000 650000 4550000 650000 975000 546000 780000 585000 260000 1105000 1300000 520000 585000 260000 390000 260000 1300000 650000 390000 325000 520000 260000
Tabel 44. Lanjutan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama suwiyono amri suwiyono tutuk raharjo sarwini sarman ismail kusmawan suratman suharno mat nasir daud langgah i da bagus made suta basri kr pak saman kamran abidin rohmat robet tonimbar m. Wasiludin m. Ilyas basirun supardi sarnim muharno wagiman kodrat jumadi darto supardi
Luas Lahan 3.000 1.500 0.250 0.250 1.000 2.000 1.000 2.000 0.045 0.045 1.000 0.250 2.250 0.500 1.000 0.750 0.750 2.000 1.250 2.750 0.750 2.000 0.500 0.500 0.500 3.000 1.000
rondof ∑ harga 12 65000 6 70000 1 65000 1 70000 4 65000 7 70000 5 65000 6 65000 1 70000 0 70000 4 70000 2 65000 8 65000 1 65000 0 65000 2 65000 4.5 80000 8 70000 5 70000 8 70000 2 65000 8 65000 2 70000 2 65000 3 65000 14 70000 5 65000
obat gramaxon ∑ harga 5 45000 3 50000 1 45000 1 40000 0 50000 3 40000 4 45000 4 45000 2 50000 4 50000 2 40000 1 45000 5 45000 1 45000 4 50000 1 45000 4.5 50000 6 45000 3 45000 5 50000 1 45000 5 50000 1 50000 1 45000 1 45000 6 50000 3 45000
tenaga kerja nilai 1005000 570000 110000 110000 260000 610000 505000 570000 170000 200000 360000 175000 745000 110000 200000 175000 585000 830000 485000 810000 175000 770000 190000 175000 240000 1280000 460000
HKP 229 121.6 22.4 20.8 78.8 162.2 81.6 184.8 21.2 23.2 96.6 23.6 201.5 35.8 97.6 35.6 70.4 140 80.7 165.1 62.6 190.2 40.2 41.6 38.2 267 88
Harga 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000
nilai 5725000 3040000 560000 520000 1970000 4055000 2040000 4620000 530000 580000 2415000 590000 5037500 895000 2440000 890000 1760000 3500000 2017500 4127500 1565000 4755000 1005000 1040000 955000 6675000 2200000
biaya produksi 15947600 6858000 1479500 1233000 4508667 7875500 4328000 10043667 1164167 1309500 5457333 1480167 11751417 2321333 5017000 2103667 3784000 7837000 5652167 11245167 3492667 9464833 2087167 2646000 2688334 14987000 4773834
produksi rata2 13605 5790 1275 650 2250 4150 3945 9250 1590 1425 5205 780 16305 2900 6500 1450 5525 5190 5535 5310 2720 9000 3000 3000 3000 21000 3950
biaya rata2/kg 1172.19 1184.46 1160.39 1896.92 2003.85 1897.71 1097.08 1085.80 732.18 918.95 1048.48 1897.65 720.72 800.46 771.85 1450.80 684.89 1510.02 1021.17 2117.73 1284.07 1051.65 695.72 882.00 896.11 713.67 1208.57
Tabel 44. Lanjutan
No 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Nama zulkarnaen pendi tijan rohadin sadirin hardiman pungut jumadi mahyo sahuri jamingun ngadiran lasiman bagas irwanto turino turimin riono ujang suyanto sukamto suwarno suanto puji jatmiko jainudin
Luas Lahan 0.750 2.000 1.000 1.000 8.000 1.000 1.750 1.000 1.000 1.000 0.500 2.000 2.000 1.000 1.000 0.500 0.500 0.250 1.500 1.000 0.500 0.500 0.750 0.500
rondof ∑ harga 13 65000 0 65000 3 65000 2 65000 32 65000 3 65000 6 65000 4 65000 4 65000 4 65000 4 70000 8 70000 11 70000 5 65000 4 65000 2 65000 3 70000 2 65000 5 70000 5 70000 1 70000 2 65000 2 65000 1 65000
obat gramaxon ∑ harga 0 40000 35 50000 2 50000 2 45000 16 45000 1 50000 3 50000 2 45000 3 45000 3 45000 1 40000 5 40000 4 50000 3 45000 2 45000 1 45000 0 45000 1 40000 3 50000 2 40000 1 50000 1 45000 1 45000 1 45000
tenaga kerja nilai 845000 1750000 295000 220000 2800000 245000 540000 350000 395000 395000 320000 760000 970000 460000 350000 175000 210000 170000 500000 430000 120000 175000 175000 110000
HKP 78.6 115.4 79.2 82.6 616 73.2 150.1 74 102.6 55 36.4 176.8 158 88.4 86.6 38.8 37.8 23.8 124 84.6 38.4 35.2 50.8 36.4
Harga 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 25000
nilai 1965000 2885000 1980000 2065000 15400000 1830000 3752500 1850000 2565000 1375000 910000 4420000 3950000 2210000 2165000 970000 945000 595000 3100000 2115000 960000 880000 1270000 910000
biaya produksi 4532000 6618000 4227000 3863667 32755667 4073000 7110500 3792334 4828000 3604667 2063500 8587500 9118000 4818000 4173000 2181000 2412133 1492667 6135000 4623333 2438667 2091667 3166500 1929000
produksi rata2 3825 5550 6000 4950 36500 5000 8450 2150 4000 4000 1350 9000 11500 6000 5000 2150 1350 600 9250 6900 3150 2900 3000 2300
biaya rata2/kg 1184.84 1192.43 704.50 780.54 897.42 814.60 841.48 1763.88 1207.00 901.17 1528.52 954.17 792.87 803.00 834.60 1014.42 1786.77 2487.78 663.24 670.05 774.18 721.26 1055.50 838.70
155
Tabel 45. Daftar kepemilikan Modal petani jagung di Kaabupaten Lampung Selatan Modal sendiri no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
nama suwiyono amri suwiyono tutuk raharjo sarwini sarman ismail kusmawan suratman suharno mat nasir daud langgah i da bagus made suta basri kr pak saman kamran abidin rohmat robet tonimbar m. Wasiludin m. Ilyas basirun supardi sarnim muharno wagiman kodrat jumadi darto supardi zulkarnaen pendi tijan rohadin sadirin hardiman pungut jumadi mahyo sahuri jamingun ngadiran lasiman bagas irwanto
alamat
luas lahan
mekar sari sribasuki sribasuli sribasuki tasik tasik taman rejo taman rejo ruguk induk ruguk induk pepandu ruguk induk taman harum pandu mulya cilacap cilacap cilacap cilacap mekar sari kramat baru kramat baru gunung goci gunung goci gunung goci gunung goci gunung goci cilacap mekar jaya mekar jaya tanjung sari 1 tanjung sari 5 tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari
3.000 1.500 0.250 0.250 1.000 2.000 1.000 2.000 0.045 0.045 1.000 0.250 2.250 0.500 1.000 0.750 0.750 2.000 1.250 2.750 0.045 2.000 0.500 0.500 0.500 3.000 1.000 3.750 2.000 1.000 1.000 8.000 1.000 1.750 1.000 1.000 1.000 0.500 2.000 2.000 1.000
1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
pinjaman
Alat dan Bangunan
bebas
terikat
0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
alat pipil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lantai jemur
gudang
kendaraan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
156
Tabel 45. Lanjutan Modal
no 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
nama turino turimin riono ujang suyanto sukamto suwarno suanto puji jatmiko jainudin
alamat tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari tanjung sari
luas lahan 1.000 0.500 0.500 0.250 1.500 1.000 0.500 0.500 0.750 0.500
sendiri 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 24
Pinjaman Terik bebas at 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 16 11
Alat dan Bangunan alat pipil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
lantai jemur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
gudang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kendaraan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Tabel 46. Daftar kepemilikan Modal pedagang jagung di Kaabupaten Lampung Selatan modal sendiri no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
nama sunarto nyoman suparte samino m. Tohir wayan budi ase pak abas slamet riyadi suhendi bagas irwanto sadirin Herwanto
Gunung Goci Tasik Gunung Goci Cilacap Mekar Jaya Mekar Jaya Mekar Jaya Tunas Jaya Tunas Jaya Tunas Jaya Tanjung Bintang
0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8
pinjaman bebas terikat 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 1
alat pipil 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 9
Alat dan Bangunan lantai jemur gudang 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 6 11
kendaraan 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 5
157
Tabel 47. Data Volume, Harga dan Penerimaan Responden Petani No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama suwiyono amri suwiyono tutuk raharjo sarwini sarman ismail kusmawan suratman suharno mat nasir daud langgah i da bagus made suta basri kr pak saman kamran abidin rohmat robet tonimbar m. Wasiludin m. Ilyas basirun supardi sarnim muharno wagiman kodrat jumadi darto supardi zulkarnaen pendi tijan rohadin sadirin hardiman pungut jumadi mahyo sahuri jamingun ngadiran lasiman bagas irwanto turino turimin riono ujang
Volume (kg) 13605 5790 1275 650 2250 4150 3945 9250 1590 1425 5205 780 16305 2900 6500 1450 5525 5190 5535 5310 2720 9000 3000 3000 3000 21000 3950 3825 5550 6000 4950 36500 5000 8450 2150 4000 4000 1350 9000 11500 6000 5000 2150 1350 600
Harga Jual 1955.46 1652.68 1454.90 1784.62 1500.00 1872.29 1926.87 1905.41 1600.00 1956.14 1522.09 1602.56 1830.30 2031.03 1792.31 1503.45 2130.77 1555.49 1618.07 1541.43 2011.76 2100.00 2400.00 1860.00 1633.33 1825.00 1940.51 1566.67 1833.33 1866.67 1463.64 1953.42 2000.00 1730.18 1534.88 1500.00 1500.00 1537.04 1533.33 1478.26 1400.00 1460.00 1200.00 1548.15 1800.00
Penerimaan 26604000 9569000 1855000 1160000 3375000 7770000 7601500 17625000 2544000 2787500 7922500 1250000 29843000 5890000 11650000 2180000 11772500 8073000 8956000 8185000 5472000 18900000 7200000 5580000 4900000 38325000 7665000 5992500 10175000 11200000 7245000 71300000 10000000 14620000 3300000 6000000 6000000 2075000 13800000 17000000 8400000 7300000 2580000 2090000 1080000
158
Tabel 47. Lanjutan No 46 47 48 49 50 51
Nama suyanto sukamto suwarno suanto puji jatmiko jainudin
Volume 9250 6900 3150 2900 3000 2300
Harga Jual 1383.78 1600.00 1261.90 1355.17 1300.00 1556.80
Penerimaan 12800000 11040000 3975000 3930000 3900000 3580640
Tabel 48. Data Volume, Harga dan Penerimaan Responden Pedagang No 1
Nama Sunarto
2
nyoman suparte
4
samino
5
m. Tohir
6
wayan budi ase
7
pak abas
8
slamet riyadi
9
suhendi
10
bagas irwanto
11
sadirin
12
Hermawan
Pembelian Σ harga 250000 1300 60000 1800 1000000 500000 100 30000 1500 350 180 765 5000 2300
1500 1700 53000 1500 53000 52000 54000 56000 45000 49000
25000 10000 5000 3000 240000
48000 55000 50000 53000 1500
50000 50000 50000 200000 100000
1400 1300 1800 1600 1800
6336000 7920000
1800 2100
Penjualan Σ harga 155000 1700 77000 1800 59290 2100 800000 2150 400000 2200 100 55000 30000 1764 1500 55000 350 56000 180 57000 20000 2200 80000 2270 32000 2270 32000 2295 32000 2700 700000 2100 200000 2400 151500 2050 90900 1975 150000 2150 40000 2000 30000 1900 12000 1850 50000 1700 50000 1600 50000 2000 195000 2200 45000 2000 75000 2000 3000000 2200 3600000 2200 3600000 2200 3000000 2200
Penerimaan
93609000 250000000 8120000
6100000
76380000 200000000 81102500
121700000
40000000
169000000
4963200000
159
Tabel 49. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil No 1 2 3 4 5 6 7
Nama pak saman robet tonimbar wagiman kodrat jumadi turimin suyanto puji jatmiko Rata-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 16305 5525 3000 3000 2150 8250 3000
Biaya Produksi 652.80 684.89 882.00 962.78 1014.42 590.27 1055.50 834.67
Pipil 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Biaya Pemasaran Angkut Tk O 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Susut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
HPtn 1830.00 2130.77 1860.00 1633.33 1200.00 1383.78 1300.00 1619.70
45230 15.49%
Tabel 50. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama suwiyono amri tutuk raharjo sarwini sarman mat nasir daud langgah i da bagus made suta basri kr m. Wasiludin m. Ilyas basirun supardi zulkarnaen pendi rohadin hardiman pungut mahyo sahuri jamingun lasiman turino ujang suwarno suanto jainudin Rata-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 13605 5790 1275 650 1590 1425 5205 780 5190 5535 5310 2720 3825 5550 4950 5000 8450 4000 4000 1350 11500 5000 600 3150 2900 2300 111470.00 38.18%
Biaya Produksi 1128.09 1067.88 1160.39 1896.92 732.18 918.95 962.02 1897.65 1336.61 847.27 1847.02 1284.07 1184.84 1030.27 689.63 724.60 748.28 1094.50 769.92 1454.44 714.61 744.60 2487.78 774.18 721.26 838.70 847.30
Pipil 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Biaya Pemasaran angkut tk O 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
susut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
HPtn 1955.46 1652.68 1454.90 1784.62 1600.00 1956.14 1522.09 1602.56 1555.49 1618.07 1541.43 2011.76 1566.67 1833.33 1463.64 2000.00 1730.18 1534.88 1500.00 1537.04 1478.26 1460.00 1800.00 1261.90 1355.17 1556.80 1628.20
160
Tabel 51. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah No
Nama
1 2 3 4 5
ngadiran bagas irwanto riono sukamto sadirin Rata-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 9000 6000 16350 6900 36500
Biaya Produksi 828.61 728.00 1786.77 604.83 798.79 949.40
Pipil 25.00 30.00 25.00 30.00 30.00 28.00
Biaya Pemasaran angkut tk O 25.00 10.00 50.00 70.00 10.00 50.00 30.00 5.00 50.00 70.00 10.00 50.00 70.00 10.00 50.00 53.00 9.00 50.00
susut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
HPtn 1533.33 1400.00 1548.15 1600.00 1953.42 1606.98
59750.00 20.46%
Tabel 52. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen Industri No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ismail kusmawan suratman suharno kamran abidin rohmat sarnim darto muharno supardi Rat-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 2250 4150 3945 9250 2900 6500 1450 9000 21000 3000 2720
Biaya Produksi 1803.85 1680.84 983.02 988.50 800.46 708.77 1450.80 951.65 649.38 695.72 1088.31 1072.85
pipil 50.00 30.00 25.00 50.00 30.00 30.00 25.00 50.00 50.00 0.00 50.00 35.45
Biaya Pemasaran angkut tk o susut 70.00 10.00 1.00 0.00 70.00 10.00 1.00 0.00 70.00 10.00 1.00 0.00 90.00 32.00 1.00 0.00 70.00 10.00 1.00 0.00 70.00 20.00 1.00 0.00 70.00 10.00 1.00 0.00 75.00 50.00 1.00 0.00 75.00 50.00 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 70.00 10.00 1.00 0.00 66.36 19.27 1.00 0.00
HPtn 1500.00 1872.29 1926.87 1905.41 2031.03 1792.31 1503.45 2100.00 1825.00 2400.00 1940.51 1890.62
67395.00 23.08%
Tabel 53. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen Langsung No
Nama 1 2
tijan jumadi Rata-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 6000 2150 8150.00 2.79%
Biaya Produksi 629.50 1554.57 1092.04
pipil 300.00 500.00 400.00
Biaya Pemasaran angkut tk o 25.00 7.00 0.00 40.00 10.00 0.00 32.50 8.50 0.00
susut 0.00 0.00 0.00
HPtn 1866.67 1534.88 1700.78
161
Tabel 54. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pedagang Besar No
Nama 1 2
M. Tohir Samino Rat-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 60900.00 3000.00
H Beli 1619.70 1619.70 1619.70
pipil 30.00 25.00 28.75
angkut 0.00 0.00 25.00
Biaya Pemasaran tk o 100.00 0.00 30.00 0.00 65.00 0.25
susut 0.00 0.00 0.00
Hjual 1850.00 1700.00 1862.50
63900.00 10.60%
Tabel 55. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pedagang A Daerah No
Nama 1 2
M. Tohir Samino Rat-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 77000.00 150000.00
H Beli 1619.70 1619.70 1619.70
pipil 30.00 30.00 30.00
Biaya Pemasaran angkut tk o 0.00 30.00 0.00 100.00 100.00 1.00 50.00 65.00 0.50
susut 0.00 0.00 0.00
Hjual 1800.00 2100.00 1950.00
227000.00 37.65%
Tabel 56. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pabrik Pakan Lampung No
Nama 1 2 3
M.Tohir Sunarto Samino Rat-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 50000.00 232000.00 30000.00
H Beli 1619.70 1619.70 1619.70 1619.70
pipil 30.00 30.00 25.00 28.33
Biaya Pemasaran angkut tk o 60.00 130.00 1.00 60.00 100.00 1.00 75.00 100.00 1.00 65.00 110.00 1.00
susut 40.00 65.00 30.00 45.00
Hjual 2100.00 2000.00 1950.00 2016.67
312000.00 51.75%
Tabel 57. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Pabrik Pakan Lampung No 1 2 3 4 5 6
Nama slamet riyadi wayan budiase pak abas suhendi nyoman suparte sadirin Rat-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 240000.00 144000.00 900000.00 190000.00 1500000.00 180000.00 3154000.00 94.21%
H Beli 1628.20 1628.20 1628.20 1628.20 1628.20 1628.20 1628.20
pipil 50.00 50.00 40.00 30.00 75.00 30.00 45.83
angkut 80.00 60.00 75.00 100.00 75.00 100.00 81.67
Biaya Pemasaran tk o 100.00 1.00 75.00 1.00 100.00 1.00 100.00 1.00 100.00 1.00 100.00 1.00 95.83 1.00
susut 45.00 50.00 40.00 30.00 50.00 50.00 44.17
Hjual 2050.00 2270.00 2250.00 2150.00 2150.00 2200.00 2178.33
162
Tabel 58. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Pedagang A Daerah No
Nama
1 2 3
Wayan Budiase Suhendi Sadirin Rata-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 32000.00 30000.00 90000.00
H Beli
pipil
1628.20 1628.20 1628.20 1628.20
50.00 30.00 30.00 36.67
Biaya Pemasaran angkut tk o 60.00 50.00 50.00 53.33
75.00 100.00 100.00 91.67
1.00 1.00 1.00 1.00
susut
Hjual
50.00 30.00 50.00 43.33
2100.00 2050.00 2070.00 2073.33
152000.00 4.54%
Tabel 59. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Ternak Ayam No
Nama 1 2
Suhendi Sadirin Rata-rata Jumlah Persentase
Produksi/ Musim (kg) 12000.00 30000.00 42000.00 1.25
H Beli 1628.20 1628.20 1628.20
pipil 60.00 30.00 45.00
Biaya Pemasaran angkut tk o 50.00 30.00 0.00 50.00 30.00 0.00 50.00 30.00 0.00
susut 30.00 50.00 40.00
Hjual 1900.00 2000.00 1950.00
163
Tabel 60. Sebaran harga di tingkat konsumen dan di tingkat produsen No
Nama
Pf
Pr
1 pak saman
1830,00
2178,00
2 robet tonimbar
2130,77
2321,00
3 wagiman
1860,00
2263,00
4 kodrat jumadi
1633,33
2100,00
5 turimin
1200,00
1950,00
6 suyanto
1383,78
2000,00
7 puji jatmiko
1300,00
2000,00
8 suwiyono amri suwiyono
1955,46
2270,00
9 tutuk raharjo
1652,68
2250,00
10 sarwini
1454,90
2050,00
11 sarman
1784,62
2250,00
12 mat nasir
1600,00
2200,00
13 daud langgah
1956,14
2270,00
14 i da bagus made suta
1522,09
2150,00
15 basri kr
1602,56
2200,00
16 m. Wasiludin
1555,49
2150,00
17 m. Ilyas
1618,07
2250,00
18 basirun
1541,43
2150,00
19 supardi
2011,76
2321,00
20 zulkarnaen
1566,67
2200,00
21 pendi
1833,33
2270,00
22 rohadin
1463,64
2050,00
23 hardiman
2000,00
2263,00
24 pungut
1730,18
2250,00
25 mahyo
1534,88
2150,00
26 sahuri
1500,00
2150,00
27 jamingun
1537,04
2150,00
28 lasiman
1478,26
2150,00
29 turino
1460,00
2050,00
164
No
Nama
Pf
Pr
30 ujang
1800,00
2270,00
31 suwarno
1261,90
1950,00
32 suanto
1355,17
2050,00
33 jainudin
1556,80
2200,00
34 ngadiran
1533,33
2270,00
35 bagas irwanto
1400,00
2100,00
36 riono
1548,15
2285,00
37 sukamto
1600,00
2321,00
38 sadirin
1953,42
2400,00
39 ismail
1500,00
1500,00
40 kusmawan
1872,29
1872,29
41 suratman
1926,87
1926,87
42 suharno
1905,41
1905,41
43 kamran
2031,03
2031,03
44 abidin
1792,31
1792,31
45 rohmat
1503,45
1503,45
46 sarnim
2100,00
2100,00
47 darto
1825,00
1825,00
48 muharno
2400,00
2400,00
49 supardi
1940,51
1940,51
50 tijan
1866,67
1866,67
51 jumadi
1534,88
1534,88
1684,40
2099,03
Rata-rata
165
Regression Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
a
Pr
b
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pf
Model Summary
Model
R
1
.298
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.089
.070
242.771
a. Predictors: (Constant), Pr
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
281483.154
1
281483.154
Residual
2887945.399
49
58937.661
Total
3169428.553
50
F
Sig.
4.776
.034
a
a. Predictors: (Constant), Pr b. Dependent Variable: Pf
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Pr
a. Dependent Variable: Pf
Std. Error
933.032
345.489
.358
.164
Coefficients Beta
t
.298
Sig.
2.701
.009
2.185
.034