ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang) Analysis of Water Supply and Water Demand for Carrying Capacity Assessment (Case Study of Malang) Dianindya Novita Admadhani*, Alexander Tunggul Sutan Haji, dan Liliya Dewi Susanawati Jurusan Keteknikan Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145 *Penulis Korespondensi, Email :
[email protected] Abstrak : Beragam bentuk aktivitas manusia yang tidak pernah lepas dari penggunaan sumberdaya air pada akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap sumberdaya air sendiri dan lingkungan apabila status daya dukung lingkungan telah terlampaui. Status daya dukung lingkungan dapat diketahui dari rasio antara ketersediaan air dan kebutuhan akan penggunaan air. Hal tersebutlah yang menjadi tujuan utama dilakukannya penelitian ini. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan penentuan status daya dukung lingkungan tiap kecamatan di Kota Malang ditampilkan secara spasial dengan menggunakan program ArcView GIS 3.3. Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan sumberdaya air terbesar pada kecamatan Kedungkandang sebesar 142.99 Juta m 3/tahun, dan terkecil Klojen yaitu 31.65 Juta m3/tahun, sedangkan kebutuhan air untuk berbagai peruntukkan (pertanian, domestik, non-domestik, industri, dan pemeliharaan sungai) tahun 2012 terbesar pada kecamatan Lowokwaru sebesar 44.91 Juta m3/tahun, dan terkecil pada Klojen yaitu 21.94 Juta m3/tahun, proyeksi tahun 2032 menyatakan kebutuhan air terbesar pada kecamatan Kedungkandang sebesar 53.14 Juta m3/tahun, dan terkecil pada Klojen yaitu 21.94 Juta m 3/tahun. Berdasarkan rasio ketersedian dan kebutuhan air tiap kecamatan di Kota Malang dapat diketahui status daya dukung lingkungan kecamatan Kedungkandang dan Sukun dinyatakan aman dengan nilai rasio berturut-turut adalah 2.7 dan 2.3, sedangkan untuk 3 kecamatan lainnya yaitu Klojen, Blimbing dan Lowokwaru masih berstatus aman bersyarat. Kata Kunci : Neraca air, rasio ketersedian dan kebutuhan air, proyeksi Abstract : Various forms of human activity that never loose from the use of water resources in the end can lead to negative effects on water resources and environment if the carrying capacity has been exceeded. The carrying capacity can be determined from the ratio between water supply and the need for water usage. Those things that the main purpose of doing this research. Research done by quantitative method and the determination of each sub-district in the city of Malang displayed by using spatial GIS ArcView 3.3 program. The result of this research explains that the largest water supply is 142,99 million m³/year at Kedungkandang and the smallest is 31.65 million m3/year at Klojen, While the water demand for the various usage (agricultural, domestic, non-domestic, industrial, and maintenance of river) in 2012, the largest is 44.91 million m3/year at Lowokwaru, and the smallest is 21.94 million m 3/year at Klojen. The forecast in 2032 explain the bigest of water demand that is 53.14 million m3/year at Kedungkandang, and the smallest is 21.94 million m3/year. Based on ratio water supply and demand explain the carrying capacity of Kedungkandang and Sukun is safe by the ratio of successive values are 2.7 and 2.3, whereas for the other three districts, namely Klojen, Blimbing and Lowokwaru still secure conditional status. Keyword : Water Balance, Malang’s Water Demand, Ratio of Water Supply and Demand, ArcView GIS 3.3
PENDAHULUAN Air merupakan salah satu unsur alam yang sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan kehidupan makhluk hidup khususnya manusia. Selain digunakan untuk keperluan minum dan rumah tangga, air juga dimanfaatkan dalam aspek kehidupan lainnya yaitu untuk pertanian, perkebunan, perumahan, industri, pariwisata, dan lain-lain. Meningkatnya populasi penduduk pada lokasi studi (Kota Malang) memicu adanya aktivitas-aktivitas baru yang berpengaruh pada pola penggunaan air yang tersedia, dimana pada akhirnya menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan air bahkan pula dapat menimbulkan bencana lingkungan apabila daya dukung lingkungan terhadap air telah terlampaui. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2009 pasal 1, daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan berdasarkan tiga pendekatan, salah satunya dengan pendekatan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Tujuan dilaksanakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketersediaan sumberdaya air, mengetahui kebutuhan air tahun 2012 dan proyeksinya hingga tahun 2032, dan menentukan status daya dukung lingkungan berdasarkan ketersedian dan kebutuhan air Kota Malang tahun 2012 hingga 2032. METODE PENELITIAN ALAT Penelitian ini menggunakan PC (Personal Computer) sebagai hardware pengolah input data, sedangkan software yang digunakan adalah Ms. Office Excel 2007 untuk mengolah data non spasial dengan menggunakan rumus statistik, dan ArcView GIS 3.3 digunakan untuk pengolahan data spasial
DATA Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data non spasial dan data spasial. Data non spasial tersebut antara lain : a. Data iklim Kota Malang tahun 2003-2012 b. Data curah hujan harian Kota Malang tahun 2003-2012 dari 3 stasiun pengamatan diantaranya Sta. hujan Blimbing, Sta. hujan Kedungkandang, dan Sta. Hujan Sukun. c. Data Debit Sungai Brantas dan Sungai Metro tahun 2003-2012 d. Data penduduk di Kota Malang tahun 2003-2010 e. Data industri di Kota Malang tahun 2007-2011 f. Data luas sawah irigasi di Kota Malang tahun 2004-2010 g. Data jumlah dan jenis ternak di Kota Malang tahun 2009-2011 Sedangkan data spasial antara lain : a. Peta batas administrasi Kota Malang skala 1 : 110.435 b. Peta topografi Kota Malang skala 1 : 110.435 c. Peta penggunaan lahan Kota Malang skala 1 : 110.435 d. Peta Letak Stasiun Hujan 3 stasiun pengamatan Skala 1 : 110.435 METODE Metode penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus-rumus statistik. Penentuan status daya dukung lingkungan berdasar pada perbandingan antara ketersediaan air yang ada dengan kebutuhan air yang diperuntukkan bagi kegiatan masyarakat di kawasan tersebut.
Gambar 3.1 Diagram alir pelaksanaan pengolahan dat
HASIL DAN PEMBAHASAN KETERSEDIAAN AIR Ketersediaan air adalah sejumlah air yang tersedia yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Pada studi kasus kali ini potensi ketersediaan air yang diperhitungkan adalah ketersediaan air hujan yang dihitung berdasarkan data curah hujan harian dan ketersediaan air sungai yang dihitung berdasarkan data debit sungai. Pada kasus ini yang dijadikan sebagai data masukan potensi ketersediaan air di Kota Malang adalah volume curah hujan rerata daerah yang jatuh pada DAS/wilayah Malang dan debit aliran sungai yang mengalir menuju malang. Ketersediaan air di Kota Malang mempunyai cakupan wilayah administratif yang meliputi 5 kecamatan diantaranya adalah : Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan Klojen, Kecamatan Blimbing, dan Kecamatan Lowokwaru. Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km². Ketersediaan air hujan yang dimaksud adalah volume air hujan ratarata daerah Kota Malang yang dihitung guna mengetahui berapa besarnya volume air rata-rata daerah yang diterima sistem hidrologi pada wilayah tersebut. Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut sebagai curah hujan daerah dan dinyatakan dalam mm (Sosrodarsono, 1980). Ketersediaan air hujan dihitung sebagai volume hujan rerata daerah bulanan yang dihitung dengan Metode Poligon Thiessen. Tabel 1. Ketersediaan Air Hujan pada Tiap Kecamatan di Kota Malang No
Kecamatan
Luas (km²)
Volume Air Hujan (Juta m³)
1
Kedungkandang
39.89
72.520
2
Sukun
20.97
38.124
3
Klojen
8.83
16.053
4
Blimbing
17.77
32.306
5
Lowokwaru
22.60
41.087
Total
110.06
Sumber : Hasil Perhitungan
200.090
Dalam penentuan ketersediaan air sungai diperlukan data debit sungai yang mengalir pada sistem (wilayah/DAS) (Triatmodjo, 2010). Menurut Soemarto (1993) penentuan debit andalan dalam suatu pekerjaan biasanya dicari terlebih dahulu guna penentuan debit perencaraan yang diharapkan tersedia di sungai. Ketersediaan air sungai sebagai input ketersediaan air didapat dari hasil perhitungan debit andalan Sungai Brantas dan Sungai Metro dimana hasil perhitungan debit andalan Sungai Brantas dijadikan input potensi sumberdaya air untuk 4 wilayah kecamatan di Kota Malang selain kecamatan Sukun, dan hasil perhitungan Sungai Metro dijadikan input potensi sumberdaya air di kecamatan Sukun. Data debit Sungai Brantas dan Sungai metro serta hasil perhitungan debit andalan dengan Metode Bulan Dasar Perencanaan. Debit dengan keandalan 80% yang ditetapkan sebagai ketersediaan air sungai. Tabel 2. No
Ketersediaan Air Sungai tiap Wilayah di Kota Malang Kecamatan
Debit (80%)
Luas (km²)
(Juta m³/tahun)
1
Kedungkandang
39.89
2
Sukun
20.97
70.469 77.623
3
Klojen
8.83
15.599
4
Blimbing
17.77
31.392
5
Lowokwaru
22.60
39.925
Sumber : Hasil Perhitungan Total ketersediaan air di setiap wilayah administrasi Kota Malang dihitung dengan menjumlahkan ketersediaan air hujan dengan ketersediaan air sungai yang mengaliri kota Malang (debit andalan 80%). Tabel 3. Total Ketersediaan Air pada Tiap Wilayah di Kota Malang Komponen Ketersediaan
Volume Air (Juta m³/tahun) Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowokwaru
Ketersediaan Air Hujan 72.520
38.124
16.053
32.306
41.087
Qrata-rata
110.966
78.427
24.563
49.433
62.869
Q70%
81.544
77.937
18.050
36.326
46.199
Q80%
70.469
77.623
15.599
31.392
39.925
Q90%
54.585
76.855
12.083
24.316
30.926
Total Ketersediaan
142.990
115.747
31.652
63.698
81.012
Ketersediaan Air Sungai
Sumber : Hasil Perhitungan
KEBUTUHAN AIR Kebutuhan air adalah sejumlah air yang digunakan untuk berbagai peruntukkan/kegiatan masyarakat dalam wilayah tersebut. Dalam kasus ini kebutuhan air yang diperhitungkan menurut sumber data yang diperoleh yaitu kebutuhan air pertanian (kebutuhan air irigasi dan peternakan), kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik, kebutuhan air industri, dan kebutuhan air untuk pemeliharaan/penggelontoran sungai. Kebutuhan air irigasi di Kota Malang dihitung berdasarkan luas baku sawah dan dianalisa dengan perhitungan Pola Tata Tanam 15 harian dengan metode PU (water balance). Kebutuhan air irigasi yang diperhitungkan adalah yang memanfaatkan air irigasi permukaan karena rata-rata petani mengairi areal sawahnya dengan menggunakan air sungai. Kebutuhan air irigasi dihitung dengan persamaan (Triatmodjo, 2010) : (𝐸𝑡𝑐 +𝐼𝑅+𝑊𝐿𝑅 +𝑃−𝑅𝑒 )
𝐾𝐴𝐼 = ×𝐴 𝐼𝐸 Dimana : KAI = kebutuhan air irigasi (m³/hari) Etc = penggunaan air komsumtif/ air untuk tanaman (m/hr) IR = kehilangan air irgasi ditingkat persawahan (m/hr) WLR = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (m) P = perkolasi (m/hari) Re = curah hujan efektif (m/hari) IE = efisiensi irigasi (%) A = luas areal irigasi (m²) Tabel 4. Kebutuhan Air Irigasi di Kota Malang No
Kecamatan
Baku Sawah
Kebutuhan Air Irigasi
(Ha)
Juta m^3/tahun
1 Kedungkandang
320.73
7.826
2 Sukun
320.73
7.852
3 Klojen
-
-
4 Blimbing
129.49
3.242
5 Lowokwaru
294.83
7.069
1065.78
25.989
Total
Sumber : Hasil Perhitungan
Kebutuhan air peternakan adalah sejumlah kebutuhan air yang digunakan untuk pembudidayaan hewan ternak Jenis ternak yang dikembangbiakan untuk kegiatan peternakan di Kota Malang berdasarkan data jumlah ternak yang didapat baik dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian dari tahun 2008 hingga tahun 2011 umumnya adalah Sapi, Kerbau, Kuda, Kambing, Domba, dan Ayam Kampung, Ayam Ras, dan Itik manila (Unggas). Kebutuhan air untuk ternak diestimasi dengan cara mengalikan jumlah ternak dengan tingkat kebutuhan air berdasarkan persamaan sebagai berikut Triatmodjo (2010) : 365 𝑄𝑡 = 𝑞(𝑐/𝑏/ℎ) × 𝑃(𝑐/𝑏/ℎ ) + 𝑞(𝑠/𝑔) × 100 𝑃(𝑠/𝑔)+𝑞(𝑃𝑖)×𝑃(𝑃𝑖)+ 𝑞(𝑃𝑜)×
𝑃(𝑃𝑜) Dengan : 𝑄𝑡 = kebutuhan air untuk ternak (liter/hari) atau (m³/tahun) 𝑞(𝑐/𝑏/ℎ ) = kebutuhan air untuk sapi/kerbau/kuda ( liter/ekor/hari) (2-5) 𝑞(𝑠/𝑔) = kebutuhan air untuk kambing/domba (liter/ekor/hari) 𝑞(𝑃𝑖 ) = kebutuhan air untuk babi (liter/ekor/hari) 𝑞(𝑃𝑜 ) = kebutuhan air untuk unggas (liter/ekor/hari) 𝑃(𝑐/𝑏/ℎ ) = jumlah sapi/kerbau/kuda (ekor) 𝑃(𝑠/𝑔) = jumlah kambing/domba (ekor) 𝑃(𝑃𝑖) = jumlah babi (ekor) 𝑃 𝑃𝑜 = jumlah unggas (ekor)
Tabel 5. Kebutuhan Air Peternakan Tiap Kecamatan di Kota Malang Tahun 2012 No
Jenis Ternak
Kecamatan
(Ekor) 1 Kedungkandang
(Ekor)
Juta m^3/tahun
Kambing/Domba
649
5
161014
0.6
517
40
198
5
0.0940
0.0525
Kecamatan
Penduduk
Total Kebutuhan Air Domestik
Total Kebutuhan Air Non Domestik
(Jiwa)
(Juta m³)
(Juta m³)
1 Kedungkandang
176917
8.741
3.497
2 Sukun
184051
9.094
3.638
3 Klojen
107388
5.306
2.122
203445
0.6
4 Blimbing
174743
8.634
3.454
0
40
5 Lowokwaru
188614
9.319
3.728
Kambing/Domba
62
5
5435
0.6
831712
41.095
16.438
677
40
Unggas Sapi/Kerbau/Kuda Kambing/Domba Unggas Sapi/Kerbau/Kuda Kambing/Domba Unggas
175
5
20074
0.6
890
40
249
5
15015
0.6
Total
0.0013
0.0146
0.0167 0.1791
Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang ada di Kota Malang dan standar kebutuhan air oleh DPU Cipta Karya (1996) untuk ukuran kota. Tabel 6. Kebutuhan Air Domestik di Kota Malang Tahun 2012 Kecamatan
Jumlah
Standar
Penduduk
Kebutuhan Air
Kebutuhan Air Penduduk
(Jiwa)
(liter/jiwa/hari)
Juta m^3/tahun
1 Kedungkandang
176917
135
8.718
2 Sukun
184051
135
9.069
3 Klojen
107388
135
5.292
4 Blimbing
174743
135
5 Lowokwaru
188614
135
Jumlah
831712
Jumlah
Sumber : Hasil Perhitungan
Sumber : hasil Perhitungan
No
Jumlah No
Sapi/Kerbau/Kuda
Unggas
5 Lowokwaru
(lt/ekor/hari) 40
Kambing/Domba
4 Blimbing
Kebutuhan Air Peternakan
3941
Sapi/Kerbau/Kuda
3 Klojen
Kebutuhan Air
Sapi/Kerbau/Kuda Unggas
2 Sukun
Standar
Jumlah Ternak
Tabel 7. Kebutuhan Air Non Domestik Tiap Kecamatan di Kota Malang Tahun 2012
8.610
Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri. Namun besar kebutuhan air industri ditentukan oleh kebutuhan air untuk diproses, bahan baku industri dan kebutuhan air untuk produktifitas industri. Pada umumnya kebutuhan air industri yang berdasarkan tenaga kerja menggunakan kebutuhan sebesar 500 liter/tenaga kerja/hari dan yang berdasarkan jumlah unit industri menggunakan kebutuhan sebesar 2.000 lt/unit/hari. Tabel 8. Kebutuhan Air Industri Tiap Kecamatan di Kota Malang Tahun 2012 No
Kecamatan
Sumber : Hasil Perhitungan Perhitungan besarnya kebutuhan air perkotaan (municipal) adalah dengan menggunakan standar kebutuhan air perkotaan yang didasarkan pada kebutuhan air rumah tangga. Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan prosentase dari jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar antara 25% - 40% dari kebutuhan air rumah tangga.
Standar Kebutuhan Air
Kebutuhan Air Industri Juta m^3/tahun
(Unit)
(liter/unit/hari)
1 Kedungkandang
20
2000
0.015
2 Sukun
73
2000
0.053
3 Klojen
18
2000
0.013
4 Blimbing
56
2000
0.041
5 Lowokwaru
20
2000
0.015
9.294 40.983
Jumlah Unit Industri
Jumlah
0.137
Sumber : Hasil Perhitungan Kebutuhan air untuk pemeliharaan/ penggelontoran sungai diestimasi berdasarkan perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai.
Tabel 9. Kebutuhan Air untuk Pemeliharaan/Penggelontoran Sungai Jumlah
Standar
Penduduk
Kebutuhan Air
(Jiwa)
(liter/orang/hari)
1 Kedungkandang
176917
360
23.247
2 Sukun
184051
360
24.184
3 Klojen
107388
360
14.111
4 Blimbing
174743
360
22.961
5 Lowokwaru
188614
360
No
Kecamatan
Jumlah
Total
24.784 109.287
Sumber : Hasil Perhitungan PROYEKSI KEBUTUHAN AIR Proyeksi kebutuhan air tiap kecamatan di Kota Malang untuk berbagai peruntukkan pada tahun mendatang mulai tahun 2012 hingga 2032 dilakukan dengan pemilihan metode proyeksi, metode proyeksi tersebut diantaranya (Dajan, 1986): 1. Metode Geometri 2. Metode Aritmatik 3. Metode Eksponensial Dari ketiga metode untuk menentukan proyeksi maka harus dilakukan Pemilihan metode proyeksi di atas berdasarkan cara pengujian statistik yakni berdasarkan pada nilai koefisien korelasi yang terbesar mendekati +1. Untuk memperhitungkan kebutuhan air irigasi pada masa mendatang maka perlu dilakukan proyeksi terhadap luas tanam. Sedangkan untuk memperhitungkan kebutuhan air penduduk (domestik), non domestik, dan kebutuhan air untuk pemeliharaan/ penggelontoran sungai pada tahun 2032 mendatang perlu dilakukan proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2032. Sama halnya untuk perhitungan kebutuhan air industri dan kebutuhan air peternakan pada tahun 2032 mendatang, perhitungan dilakukan dengan memproyeksikan terlebih dahulu jumlah industri di Kota Malang hingga tahun 2032 (untuk perhitungan kebutuhan air industri) dan memproyeksikan jumlah ternak berdasarkan jenis ternak di Kota Malang hingga tahun 2032.
PENENTUAN STATUS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS NERACA AIR Kriteria status daya dukung lingkungan berbasis neraca air tidak cukup dinyatakan dengan surplu/defisit saja. Namun untuk menunjukan besaran relatif, perlu juga dinyatakan dengan nilai rasio supply/demand. Supply menunjukan jumlah ketersediaan air di wilayah tersebut yaitu berupa jumlah ketersediaan air dari volume curah hujan rerata daerah dan debit aliran sungai dengan keandalan 80%, sedangkan demand menunjukan jumlah kebutuhan air pada setiap penggunaan lahan atau tata guna lahan pada wilayah tersebut. Penentuan status daya dukung lingkungan terhadap pengelolaan serta penggunaan sumberdaya air dilakukan dengan membandingkan total ketersediaan air dan total kebutuhan air. Tabel 4.10. Perhitungan Status Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air Kota Malang Tahun 2012 Volume Air (Juta m³/tahun)
Komponen Neraca Air
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowokwaru
Ketersediaan Air Hujan 72.520
38.124
16.053
32.306
41.087
Qrata-rata
110.966
78.427
24.563
49.433
62.869
Q70%
81.544
77.937
18.050
36.326
46.199
Q80%
70.469
77.623
15.599
31.392
39.925
Q90%
54.585
76.855
12.083
24.316
30.926
Total Ketersediaan
142.990
115.747
31.652
63.698
81.012
Keb. Air Pertanian
7.920
7.904
0.001
3.257
7.086
Keb. Air Domestik
8.718
9.069
5.292
8.610
9.294
Keb. Air Non Domestik
3.497
3.638
2.122
3.454
3.728
Keb. Air Industri
0.015
0.053
0.013
0.041
0.015
Keb. Air Penggelontoran
23.247
24.184
14.111
22.961
24.784
Total Kebutuhan
43.396
44.849
21.539
38.323
44.906
Surplus
99.594
70.898
10.113
25.376
36.106
Ketersediaan Air Sungai
Status DDL Nilai Keterangan
3.3
2.6
1.5
1.7
1.8
Aman
Aman
Aman Bersyarat
Aman Bersyarat
Aman Bersyarat
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.11. Perhitungan Status Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air Kota Malang Tahun 2032 Volume Air (Juta m³/tahun)
Komponen Neraca Air
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowokwaru
Ketersediaan Air Hujan 72.520
38.124
16.053
32.306
41.087
Qrata-rata
110.966
78.427
24.563
49.433
62.869
Q70%
81.544
77.937
18.050
36.326
46.199
Q80%
70.469
77.623
15.599
31.392
39.925
Q90%
54.585
76.855
12.083
24.316
30.926
Total Ketersediaan
142.990
115.747
31.652
63.698
81.012
Keb. Air Pertanian
17.187
12.407
0.115
4.605
8.325
Keb. Air Domestik
9.920
10.320
6.021
9.798
10.576
Keb. Air Non Domestik
3.979
4.139
2.415
3.930
4.242
Keb. Air Industri
0.015
0.055
0.013
0.042
0.015
Keb. Air Penggelontoran
22.044
22.933
13.381
21.773
23.501
Total Kebutuhan
53.145
49.853
21.945
40.148
46.659
Surplus
89.845
65.893
9.707
23.551
34.353
Ketersediaan Air Sungai
Status DDL Nilai Keterangan
2.7
2.3
1.4
1.6
1.7
Aman
Aman
Aman Bersyarat
Aman Bersyarat
Aman Bersyarat
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 2
Peta Status Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air Kota Malang Tahun 2012
Gambar 2
Peta Status Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air Kota Malang Tahun 2012
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Berdasarkan hasil perhitungan besarnya curah hujan rerata daerah dan debit aliran sungai dapat diketahui besarnya ketersediaan air di Kota Malang. ketersediaan air untuk Kec. Kedungkandang sebesar 142,990 Juta m³/tahun, Kec. Sukun 115,747 Juta m³/tahun, Kec. Klojen 31,652 Juta m³/tahun, Kec. Blimbing 63,698 Juta m³/tahun, dan Kec. Lowokwaru sebesar 81,012 Juta m³/tahun. Maka besarnya ketersediaan air di Kota Malang sebesar 435,099 Juta m³/tahun. 2. Besarnya kebutuhan air di Kota Malang untuk berbagai peruntukkan (pertanian, domestik, non domestik, industri, pemeliharaan sungai) tahun 2012 yaitu pada Kec. Kedungkandang sebesar 43,396 Juta m³/tahun, Kec. Sukun 44,849 Juta m³/tahun, Kec. Klojen 21,539 Juta m³/tahun, Kec. Blimbing 38,323 Juta m³/tahun, dan Kec. Lowokwaru sebesar 44,906 Juta m³/tahun. Maka besarnya kebutuhan air di Kota Malang tahun 2012 sebesar 193,013 Juta m³/tahun. Dan
kebutuhan air di Kota Malang untuk tahun 2032 mendatang yaitu pada Kec. Kedungkandang sebesar 53,145 Juta m³/tahun, Kec. Sukun 49,853 Juta m³/tahun, Kec. Klojen 21,945 Juta m³/tahun, Kec. Blimbing 40,148 Juta m³/tahun, dan Kec. Lowokwaru sebesar 46,659 Juta m³/tahun. Maka besarnya kebutuhan air di Kota Malang untuk tahun 2032 mendatang sebesar 211,750 Juta m³/tahun. 3. Hasil analisis ketersediaan air dan kebutuhan air menyatakan bahwa status daya dukung lingkungan aspek sumberdaya air Kota Malang tahun 2012 dan prediksinya hingga tahun 2032 dapat dikatakan aman untuk Kecamatan Kedungkandang dan Sukun, sedangkan untuk 3 kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Lowokwaru, Blimbing, dan Klojen masih membutuhkan pengawasan dikarenanakan status daya dukung lingkungannya masih dikatakan aman bersyarat. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disarankan dan rekomendasi sebagai berikut : 1. Hasil dari studi ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan bagi pemerintah kota untuk melakukan sebuah kajian tentang kondisi ketersediaan air dan dapat dijadikan masukan bagi pengelola sumberdaya air di Kota Malang untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya air yang memperhatikan status daya dukung lingkungan wilayah tersebut. 2. Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, disarankan agar peneliti berikutnya dapat memperhitungkan komponen-komponen ketersediaan air yang menjadi potensi sumberdaya air dalam kota Malang.
DAFTAR PUSTAKA Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid I. LP3ES. Jakarta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 dalam Penataan Ruang Wilayah Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1980. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Pradnya Paramita. Jakarta. Soemarto, C.D. 1993. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya.