PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMPN 15 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh : Nikolas Damar Pramudya 111414076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMPN 15 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh : Nikolas Damar Pramudya 111414076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain , kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilimiah.
Yogyakarta, 22 Februari 2016 Peneliti,
Nikolas Damar Pramudya
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Nikolas Damar Pramudya
Nomor Mahasiswa
: 111414076
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SMPN 15 YOGYAKARTA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 22 Februari 2016 Yang menyatakan
Nikolas Damar Pramudya vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Mengikuti Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta
Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076
Latar belakang penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dikenalkan oleh kemendikbud dalam Kurikulum 2013. Permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan melakukan observasi, penyebaran angket, dan wawancara. Instrumen penelitian yang dipakai adalah angket guru dan siswa, lembar observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas, serta pedoman wawancara guru dan siswa. Hasil penelitian menunjukan bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari. Penyebab munculnya kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti: (1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, (2) guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40%, (3) persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40% dan kesulitan yang muncul dari diri siswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, (2) perasaan takut yang dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguan bahasa, (4) siswa mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan penalaran. Kata Kunci: Pendekatan saintifik, kesulitan belajar, dan pembelajaran matematika
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Analysis Learning Difficulties Grade VIII in Mathematics Learning Following the Scientific Approach in SMPN 15 Yogyakarta
Nikolas Damar Pramudya NIM: 111414076
The background of this research was class VIII SMPN 15 Yogyakarta with learning difficulties in following the teaching of mathematics with a scientific approach introduced by Kemendikbud in Curriculum 2013. Such problems made researchers interested in conducting further research. The purpose of this study to determined the cause of students experiencing difficulties in the learning process of mathematics with a scientific approach This research was a quantitative and qualitative research. Data obtained by observation, questionnaires, and interviews. The research instrument used was a questionnaire teachers and students, learning and activity observation sheet of students in the classroom, as well as interview guides teachers and students. The results showed form of learning difficulty eighth grade students who appeared in learning mathematics content and presentation of the relation with the approach of the scientific was the difficulty in understanding the arrow diagram, the difficulty of asked a question of relationships, difficulties in determined the arrow diagram of two sets with this form of reasoning, difficulty in trying related determined relationships in the form of reasoning, and difficulties in concluding the matter and presentation of relationships that have been learned. The cause of the emergence of learning difficulties in mathematics learning material relations and presenting the relation with the approach of scientific because of the difficulties caused by teachers such as: (1) the teacher wasn’t directing students to ask and concluded, (2) teachers didn’t prepare the implementation stages observe well with the acquisition of a percentage 40%, (3) the issue of the reasoning given fairly difficult, (4) lack of skills and understanding of teachers in implementing the learning process with the approach of the scientific with the acquisition of a percentage of 40% and the difficulties that arise from the students themselves, such as: (1) lack of awareness of students to learn and willing to follow the learning process, (2) the fear that a dominant appears, (3) students experience language impairments, (4) students impaired recall, (5) students impaired reasoning.
Keywords: scientific approach, learning difficulties, and mathematics learning
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv HALAMAN KEASLIAN KARYA ................................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILIMIAH............................................................................................. vi ABSTRAK......................................................................................................... vii ABSTRACT........................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI...................................................................................................... x DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang ............................................................................. 1 B. Identifikasi masalah ..................................................................... 5 C. Pembatasan masalah .................................................................... 5 D. Rumusan masalah ........................................................................ 5 E. Tujuan penelitian ......................................................................... 6 F. Manfaat penelitian........................................................................ 6 G. Batasan istilah.............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Analisis ........................................................................................ 9 B. Belajar dan Pembelajaran ............................................................ 10 C. Filosofi dan Paradigma Belajar ................................................... 16 D. Kesulitan Belajar ......................................................................... 22 E. Kesulitan Belajar Matematika ..................................................... 27 x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Pendekatan Saintifik..................................................................... 32 G. Relasi ........................................................................................... 35 H. Penelitian Yang Relevan............................................................... 38 I. Kerangka Berfikir ......................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................ 43 B. Subjek Penelitian ......................................................................... 43 C. Objek Penelitian............................................................................ 43 D. Bentuk Data.................................................................................. 43 E. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 44 F. Instrumen Penelitian...................................................................... 45 G. Teknik Analisis Data..................................................................... 52 H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian................................................... 55 I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ............................................................................ 57 B. Pembahasan ................................................................................. 87 C. Keterbatasan peneliti ................................................................... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................. 104 B. Saran ............................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 108 DAFTAR TABEL LAMPIRAN
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1.1: Hasil Observasi Pembelajaran........................................................... 111 Tabel 1.2: Hasil Observasi Aktivitas Siswa........................................................ 113 Tabel 1.3: Hasil Angket Guru............................................................................. 114 Tabel 1.4: Hasil Angket Siswa............................................................................ 115
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A Transkrip wawancara guru.................................................................................. 116 Transkrip wawancara siswa................................................................................ 121 LAMPIRAN B Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)......................................................... 122 Lembar Kegiatan Siswa (LKS)........................................................................... 133 LAMPIRAN C Lembar Observasi Pembelajaran dan Angket Guru........................................... 136 Lembar Aktivitas dan Angket Siswa.................................................................. 140 Pedoman Wawancara Guru dan Siswa............................................................... 144 Lembar Validasi.................................................................................................. 148 DOKUMENTASI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sistem kurikulum di Indonesia telah mengalami transisi dari Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013, dan prosesnya sudah berjalan selama 3 (2013-2016). Menteri pendidikan saat itu Nuh (2013) menyampaikan bahwa beberapa perubahan mendasar darim kurikulum tahun 2006 ke kurikulum 2013 meliputi penataan pola pikir, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses dan penyesuaian beban. Sedangkan elemen yang berubah antara lain standar kompetensi kulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran
sebagaimana
dimaksud
meliputi
mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Pada tahun 2014 pelaksanaan Kurikulum 2013 sempat dihentikan untuk dilakukan evaluasi akibat beberapa pemasalahan. Baswedan (2014) mengatakan bahwa hampir di 208.000 sekolah mengalami masalah, terlebih para guru yang belum siap. Baswedan juga memberitahukan bahwa Kurikulum 2013 masih dalam uji coba, namun beberapa sekolah yang terpilih masih menjalankannya sebagai percontohan. Anies memberitahukan bahwa akan dibentuk tim revisi Kurikulum 2013 (K13)
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
untuk SD, SMP dan SMA yang diketuai oleh Suyanto (Guru Besar Universitas Negri Yogyakarta) dengan harapan dapat terselesaikan November 2015. Pada permasalahan tersebut peneliti tertarik dengan pendekatan baru dalam Kurikulum 2013 yang mengenalkan beberapa tahapan seperti: mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring. Pendekatan tersebut oleh pemerintah (Kemendikbud) dikenalkan dengan nama pendekatan saintifik atau pendekatan ilimiah (scientific approach). Tujuan diberlakukannya pendekatan saintifik agar siswa mampu merumuskan sendiri apa yang dipelajarinya secara mandiri dan mampu mengembangkan sikap keilmuan dalam diri siswa. Seperti yang dijelaskan Nuh bahwa pendidikan yang berjalan akan berbasis science bukan bentuk hapalan lagi. Anak dikenalkan untuk melihat, memperhatikan, bertanya, observasi, sehingga tidak lagi diorientasikan kepada hafalan-hafalan. Selain itu dengan pendekatan saintifik peranan guru dalam proses pembelajaran dapat lebih memberi kekebebasan siswa untuk berpendapat dan mampun menjadi pendamping untuk siswanya. perancangan
tahapan
dalam
pendekatan
saintifik
Akan tetapi, belum
dapat
terealisasikan dengan semestinya akibat dari terkendalanya proses yang berjalan di lapangan. Terlebih pendekatan saintifik yang diterapkan ke dalam model pembelajaran matematika. Kendala tersebut ditemukan peneliti ketika melaksanakan PPL di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta di tahun 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Selama pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berlangsung, peneliti melakukan pengamatan di kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Hasil pengamatan di kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta menunjukan keseluruhan siswa kelas VII yang berjumlah 94 siswa mengalami kesulitan saat berproses dengan pendekatan saintifik. Siswa kesulitan mengamati persoalan matematika yang diberikan, siswa kesulitan menanya saat diminta menanyakan sesuatu, siswa kesulitan menalar saat diberi persoalan, siswa kesulitan mencoba persoalan yang diberikan, dan siswa kesulitan menyimpulkan saat diminta untuk membuat kesimpulan dari materi yang diperoleh. Pada akhirnya kendala tersebut menjadi pertanyaan bagi peneliti, apakah permasalahan tersebut muncul akibat dari diri siswa atau dari diri guru yang masih kurang dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berbagai refrensi buku tidak menuangkan alasan secara lengkap mengapa kesulitan tersebut bisa terjadi pada siswa sehingga peneliti tertarik untuk meninjau lebih lanjut dengan mengkajinya dengan penelitian lain terkait pendekatan saintifik. Penelitian yang ditulis oleh Efriana (2014) menunjukan hasil yang bertolak belakang dengan pengamatan peneliti di lapangan. Menurut Efriana proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model pembelajaan discovery leaning dan menjadikan kelas VII MTsN di Palu Barat sebagai subjek penelitian dapat berjalan baik dan sesuai harapan. Bahkan hasil penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dan adanya antusias dari siswa selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
pembelajaran berlangsung. Penelitian Atsnan dan Gazali (2013) juga mengutarakan bahwa penggunaan pendekatan saintifik mampu membuat siswa lebih dapat memaknai proses pembelajaran yang terjadi. Siswa dapat memahami konsep secara utuh terutama sampai pada hal-hal sepele yang biasanya menjadi miskonsepsi. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti melakukan penelitian di SMPN 15 Yogyakarta yang setiap kelasnya dibagi menjadi 7 kelas reguler (Kelas A- Kelas G) dan 3 kelas khusus atau program KMS (Kelas H – Kelas J). Peneliti menjadikan siswa kelas VIII J SMPN 15 Yogyakarta sebagai subjek penelitian. Alasan dijadikannya siswa kelas VIII J SMPN 15 Yogyakarta sebagai subjek penelitian karena memiliki kendala yang sama dalam pelaksanakan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik. Siswa mengalami kesulitan belajar saat mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. Informasi tersebut diperoleh dari hasil wawancara singkat dengan salah satu guru matematika yang bersangkutan. Guru mengatakan bahwa siswa kelas khusus kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik, siswa mengalami kesulitan belajar, dan sulit untuk diatur sehingga guru kesulitan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru juga menceritakan bahwa sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian di kelas khusus dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran, namun hasil yang diperoleh sama. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik di SMPN 15 Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah paparkan peneliti membuat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kemendikbud mengubah kurikulum yang digunakan dari Kurikulum 2006 (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. 2. Guru kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik sesuai aturan Kurikulum 2013. 3. Siswa kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. 4. Siswa mengalami kesulitan belajar pada saat tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.
C. Pembatasan masalah Penelitian ini dibatasi permasalahan seputar kesulitan belajar siswa kelas VIII dan penyebabnya dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya.
D. Rumusan masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah diuraikan peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
1. Apa bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaan matematika materi relasi dan penyajiannya dengan pendekatan saintifik? 2. Apa yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya dengan pendekatan saintifik?
E. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin peneliti capai dari penelitian yang dilakukan yakni mendeskripsikan kesulitan belajar yang muncul dan penyebab munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya dengan pendekatan saintifik.
F. Manfaat penelitian 1. Manfaat bagi peneliti: Memacu penelitian lebih lanjut, peneliti semakin mengerti situasi yang dialami oleh siswa kelas VIII di SMPN 15 Yogyakarta disaat mengikuti proses pembelajaran matematika materi relasi dan penyajiannya dengan menggunakan pendekatan saintifik. Selain itu peneliti mendapatkan ilmu terkait cara menjadi guru yang baik dan ideal saat melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya peneliti dapat melakukan pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
2. Manfaat bagi sekolah: Sekolah dapat memahami kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pihak sekolah dapat memberikan fasilitas penunjang proses pembelajaran matematika untuk guru agar pelaksanaannya di kelas berjalan sesuai tujuan. Guru yang terlibat pun kedepannya dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik lebih baik lagi, mengembangkan secara mandiri, dan dapat berinovasi.
G. Batasan Istilah 1. Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami informasi dari suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan di lapangan dengan menggunakan suatu metode tersendiri. 2. Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan manusia untuk membangun suatu pemahaman dari apa yang dialaminya selama hidup. 3. Pembelajaran adalah penunjang proses belajar manusia yang melibatkan pengalaman atau pendidik sebagai pendamping dalam pengembangan
diri
individu
menjadi
pribadi
yang
dapat
merekonstruksi pengalaman, berkongnitif, berinteraksi, memperkuat diri, membangun gaya belajar dan mengontrol diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
4. Kesulitan belajar adalah permasalahan individu dalam proses belajar akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses pembentukan individu selama proses pembelajaran. 5. Kesulitan belajar matematika adalah kesulitan belajar yang dialamai oleh anak didik karena kesalahan proses pembelajaran matematika yang berlangsung dan keterbatasan yang ada dalam diri siswa untuk memahami matematika. 6. Pendekatan saintifik adalah suatu metode atau pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan melibatbatkan tahapan terurut di dalamnya, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan. 7. Relasi adalah hubungan antara dua himpunan A ke himpunan B, dalam urutan tertentu melalui perkalian skalar A X B yang dapat disajikan dengan berbagai bentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian analisis Menurut Rangkuti (2009: 14-16) analisis adalah kegiatan memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi, lalu memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memperoleh penyelesaian atau pemecahan masalah. Rangkuti juga menambahkan untuk melakuakan suatu analisis diperlukannya kerangka analisis kasus seperti: 1. Memahami situasi dan informasi yang ada 2. Memahami permasalahan yang terjadi. Baik masalah bersifat umum maupun spesifik. 3. Menciptakan atau memberikan berbagai alternatif penyelesaian. 4. Evaluasi pilihan alternati dan pilih yang terbaik serta memberikan berbagai kemungkinan yang terjadi.
Selanjutnya Miles dan Huberman (1992: 73) berpendapat bahwa dalam melakukan suatu analisis dibutuhkan suatu metode agar kedepannya sangat bermanfaat selama proses pengumpulan data berlangsung terlebih dalam penelitian kualitatif. Metode yang digunakan bertujuan untuk mempermudah peneliti lapangan untuk
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan-catatan lapangan yang ditulis tangan, didekte, atau rekaman-rekaman audio tentang peristiwa di lapangan. Para peneliti kualitatif biasanya akan menyajikan hasil informasi dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapangan tertulis. Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami informasi dari suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan di lapangan dengan menggunakan suatu metode tersendiri.
B. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan bagian yang melekat pada diri manusia sebagai interaksi langsung dengan apa yang dialaminya selama hidup. Pencapaian yang dihasilkan dari proses belajar tersebutlah yang selanjutnya dinamakan dengan pembelajaran sehingga belajar dan pembelajaran dapat dikatakan satu kesatuan pemahaman yang saling terkait. Hal tersebut serupa dengan pemikiran Daryanto dan Raharjo (2012: 211) sekaligus menegaskan bahwa belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling terkait. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tersebut menjadi salah satu upaya pembelajaran yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi. Pola tingkah laku yang terbentuk selama proses pembelajaran pun dapat dilihat dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental maupun fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Lain halnya dengan Siregar dan Nara (2010: 3- 4) yang mencoba memilah pengertian belajar dan pembelajaran berdasarkan cirinya. Mereka berpendapat bahwa pengertian belajar merupakan proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek, seperti: bertambahnya pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan, menafsirkan, dan perubahan sebagai pribadi. Dari pengertian tersebut mereka mencirikan proses belajar sebagai berikut: 1. Adanya kemampuan baru atau perubahan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat, melainkan menetap atau dapat disimpan, 3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. 4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik, kelelahan, atau pengaruh obat-obatan.
Selanjutnya pengertian pembelajaran menurut Siregar dan Nara merangkum pendapat Miarso (1993) bahwa pembelajaran adalah usaha pendidik yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali. Dari pengertian tersebut mereka juga mencirikan proses pembelajaran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja. 2. Pembelajaran seharusnya membuat siswa belajar. 3. Memiliki tujuan yang sudah ditetapkan 4. Pelaksanaan terkendali
Bila ditinjau dari hal yang mempengaruhi, Daryanto dan Raharjo (2012: 212-213) berpendapat bahwa proses belajar dan pembelajaran yang terjadi pada diri individu dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni: 1. Faktor internal Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari dalam diri individu seperti kecerdasan yang dimiliki, bakat, keterampilan, minat, motivasi, kondisi fisik dan mental. Sedangkan dalam proses pembelajaran, pengaruh ini muncul dari dalam diri fasilitator belajar (orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat, peristiwa, alam). Contohnya pada lingkungan sekolah, peserta didik semakin mengalami kesulitan belajar karena guru tidak memiliki kemahiran dalam menjelaskan materi atau orang tua tidak berpengetahuan.
2. Faktor Eksternal Terkait proses belajar, pengaruh ini muncul dari luar individu, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan dalam proses pembelajaran pengaruh ini muncul dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
luar diri fasilitator belajar. Contohnya guru sedang tertimpa masalah sehingga berdampak pada proses belajar.
Slameto (2010: 54-72) lebih memperinci faktor-faktor yang mempengaruh proses belajar, yakni: 1. Faktor internal a. Faktor jasmani: kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor Psikologi: inteligensi, perhatian, minat, bakat,motif, kematangan dan kesiapan. c. Faktor kelelahan: banyak aktifitas atau badan terasa capek.
2. Faktor eksternal a. Faktor Keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, aturan sekolah, alat peraga, waktu sekolah, dan tugas rumah. c. Faktor Masyarakat: kegiatan dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Dari definisi dan faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran menjelaskan bahwa permasalahan dalam belajar dan pembelajaran memiliki kompleksitas yang tinggi. Banyak hal yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran baik dari sudut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
pandang anak didik maupun pendidik. Akan tetapi, untuk konteks pembelajaran di kelas dibutuhkan pendidik yang kompeten dalam mempersiapkan pembelajaran agar anak didik mampu terbangun keinginan untuk belajar dan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan mudah. Untuk mempermudah memahami permasalahan tersebut, berikut penjelasannya secara skema:
PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS Pemimpin/ Pendamping/ yang membawa/ pembuat proses pembelajaran
Yang mengikuti proses pembelajaran
INPUT
PENDIDIK
ANAK DIDIK
OUTPUT
Pengetahuan Keterampilan Sikap
BELAJAR Menanggulangi
Profesionalitas
Permasalahan Internal
Permasalahan Eksternal
Gambar 2.1: Skema Proses Pembelajaran Di Kelas
Secara skema proses pembelajaran di kelas menjelaskan bahwa pembelajaran di kelas dapat terjadi bila ada pendidik sebagai pembawa atau pendamping proses pembelajaran dan ada anak didik sebagai peserta pembelajaran. Selanjutnya dalam proses pembelajaran dapat dibagi menjadi dua wilayah, yakni wilayah pendidik dan wilayah anak didik. Pada wilayah pendidik peranan seorang pendidik adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
1. Memberikan input kepada anak didik dengan metode yang dibawa. 2. Mampu membantu siswa dalam menjalankan proses belajar dengan saling berinteraksi. 3. Menjadikan anak didik sebagai tempat belajar berinteraksi dan perbaikan diri. 4. Metode yang dibawa mampu menanggulangi permasalahan interen siswa secara profesional. 5. Mampu membawa proses pembelajaran secara profesional agar siswa tidak mengalami permasalahan eksternal berupa permasalahan yang muncul akibat pendidik. 6. Membantu anak didik dalam mengembangkan diri sehingga outputnya menghasilkan pribadi yang idel, yakni pribadi yang berkembang dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan manusia untuk membangun suatu pemahaman dari apa yang dialaminya selama hidup. Penunjang tercapainya belajar tersebutlah yang selanjutnya dinamakan dengan pembelajaran, sehingga belajar dan pembelajaran dapat dikatakan sebagai satu kesatuan pemahaman yang saling terkait.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
C. Filosofi dan Paradigma Pembelajaran Pembelajaran sering disalahartikan oleh para pendidik, sehingga proses pembelajaran yang diberikan kepada anak didik dapat salah dimengerti atau tidak diterima pada semestinya. Ini disebabkan oleh pemahaman pendidik tentang pembelajaran yang tidak terbangun secara utuh. Semestinya pemahaman tersebut didasari pengetahuan akan filosofi, dan paradigma pembelajaran. 1. Filosofi Pembelajaran Landasan filosofi secara pemahaman dikemukakan oleh Schunk (2012: 6-10) bahwa pembelajaran mengacu pada studi tentang asal mula, karakteistik, batasan, dan metode pengetahuan. Studi tersebut berisikan cara belajar sesuatu yang baru, mencari sumber pengetahuan, serta ilustrasi cara belajar manusia. Studi tersebut juga mempelajari keterkaitan dengan lingkungan yang dikenal dengan istilah rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme mengacu pada gagasan bahwa pengetahuan diperoleh dari akal tanpa panca indra, contohnya manusia mampu membayangkan konsep abstrak seperti bangun datar dan sebagainya yang ada dalam matematika. Berbeda dengan empirisme yang berkebalikan dengan rasionalisme, empirisme lebih mengacu pada pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Contohnya manusia memperoleh pengetahuan melalui hasil pengamatan yang dialamainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
2. Paradigma Pembelajaran Paradigma pembelajaran menjadi dasar pemikiran dalam menjalankan proses pembelajaran yang ideal. Paradigma ini dijelaskan oleh Huda (2014: 37-70) menjadi beberapa paradikma teoritis sebagai berikut: a. Pembelajaran sebagai rekonstruksi pengalaman Diambil dari Bogner (2008: 1) yang merangkum pemikiran Dewey tentang pembelajaran dengan mengatakan bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang dapat memberikan nilai lebih pada makna pengalaman tersebut dan meningkatkan kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. Dalam hal tersebut Bogner menjabarkan menjadi beberapa pemahaman sederhana bahwa
pembelajaran
merupakan
proses
alamiah
yang
distimulasi oleh suatu problemik, pembelajaran merupakan proses
aktif,
pembelajaran
merupakan
proses
refleksi,
pembelajaran melibatkan kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan
antar
gagasan,
dan
pembelajaran
merupakan aktivitas mental.
b. Pembelajaran sebagai perkembangan kognitif Menurut Piaget, pembelajaran mampu mempengaruhi kemampuan kognitif anak berdasarkan tahapan usia. Prinsip dasarnya bahwa apa yang dialami anak dikembangkannya melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
proses asimilasi dan akomodasi. Tahap asimilasi muncul ketika ada kesan baru yang sesuai dengan skema kognitif seorang anak. Sedangkan tahap akomodasi muncul ketika seorang anak mengubah skema kognitif yang dimiliki sehimgga pembelajaran menjadi meningkat ke yang lebih tinggi.
c. Pembelajaran sebagai konstruksi sosiokultural Teori ini didasari pembelajaran yang terkait konstruksi pengetahuan yang terjalin antar individu dan masyarakat. Menurut Vygotsky, sejak lahir individu merupakan makhluk sosial sehingga sangat bergantung pada kondisi sekitarnya. Saat berada di dalam keluarga, orang tua menjadi pembimbing utama dalam proses pembelajaran agar dapat lebih memahami ilmu yang diperoleh. Setiap ilmu yang diterimanya sebagai informasi dapat diolahnya tanpa bantuan guru dan meminta bantuan orang tua. Bila bantuan yang diberikan orang tua masih dirasa kurang dapat meminta bantuan teman yang lebih kompeten.
d. Pembelajaran sebagai pembelajaran ekologis Menurut Bronfenbrenner (1979) komponen-komponen ekologis mencakup beragam aspek yang dapat mempengaruhi proses belajar manusia. Teori pembelajaran Bronfenbrenne menekankan pada analisis proses perkembangan yang kompleks dan dinamis. Bronfenbrenne pun juga mendefinisikan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
ekologis sebagai sesuatu yang progresif dari suatu adaptasi timbalbalik antara perkembangan individu dan lingkungan yang mengitarinya seperti keluarga, sekolah, agama, tetangga, kondisi politik atau media masa.
e. Pembelajaran sebagai kolaborasi individu-individu Wenger (1998) menyatakan bahwa interaksi dengan orang lain dapat membantu individu menjalani proses pembelajaran yang lebih
positif.
Artinya,
individu
dapat
mengembangkan
pengetahuannya lebih luas melalui interaksi. Sehingga dalam proses
pembelajaran
formal,
terkadang
dilakukan
metode
pembelajaran dengan cara diskusi kelompok agar terjalin interaksi dan lebih mudah mengembangkan pengetahuan tiap individu.
f. Pembelajaran sebagai representasi gaya belajar individu Suatu kasus membuktikan bahwa gaya belajar antara individu satu dengan yang lainnya berbeda, seperti cara belajar anak yang satu perlu kondisi yang tenang sedangkan anak yang lain butuh suasana dengan alunan musik. Hal tersebut menjadi tuntutan guru agar mampu memahami gaya belajar siswanya. Menurut Schiering (1999) gaya belajar demikian merupakan campuran karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikologis yang menjadi indikator kondisi belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
g. Pembelajaran sebagai perkembangan efektifitas diri Bandura (1977) menyatakan secara khusus membahas berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang saat berada dalam kondisi tertentu. Efektifitas diri membawa individu untuk
terus
berjuang
mengontrol
peristiwa-peristiwa
yang
berpengaruh terhadap kehidupannya. Hal tersebut dapat dipicu oleh tingkat motivasi, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki.
h. Pembelajaran sebagai pemberdayaan Pemahaman pemberdayaan disini terkait cara individu untuk memperkuat diri dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, bagaimana kebutuhan dan minat individu dapat tercapai. Dalam hal ini guru diminta untuk berusaha menempatkan siswa dalam situasi yang memungkinkan mereka agar memiliki semangat dan kepercayaan diri.
Berdasarkan dua pemahaman diatas yang diambil dari sudut pandang filosofis dan paradigmanya, pembelajaran memiliki artian bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri untuk berproses dalam pembelajaran dan membangun pemahamannya sendiri baik secara rasional, empiris, atau metodelogi yang berlaku. Selanjutnya pemahaman
yang
individu, seperti:
terbangun
dapat
meningkatkan
kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
1. Kemampuan untuk mengkaitkan antar pengalaman yang pernah dialami
secara
reflektif
dan
merekonstruksinya
menjadi
pemahaman baru untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. 2. Kemampuan kongnitif yang lebih berkembang secara asimilasi dan akomodasi. 3. Kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat dengan pengetahuan yang dimiliki. 4. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar. 5. Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. 6. Kemampuan untuk membangun gaya belajar yang dimiliki individu 7. Kemampuan untuk mengontrol diri atas peristiwa-peristiwa yang dialami sehingga individu dapat mengelola permasalahannya. 8. Kemampuan untuk memperkuat diri dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga kebutuhan dan minat individu dapat tetap tercapai.
Pembelajaran adalah penunjang suatu proses belajar manusia yang melibatkan pengalaman atau pendidik sebagai pendamping dalam pengembangan
diri
individu
menjadi
pribadi
yang
dapat
merekonstruksi pengalaman, berkongnitif, berinteraksi, memperkuat diri, membangun gaya belajar dan mengontrol diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
D. Kesulitan Belajar Seorang pendidik dalam memberikan pembelajaran kepada anak didiknya sering menemukan masalah dalam diri anak didik seperti kesulitan dalam memahami suatu informsi baik secara lisan ataupun tulisan yang diterimanya sehingga anak didik mengalami hambatan dalam perkembangan pengetahuannya. Hal tersebut menimbulan pertanyaan dari berbagai ahli baik dalam bidang pendidikan, psikologi maupun kedokteran. Para ahli berkeyakinan bahwa hal tersebut menjadi masalah dasar dalam proses belajar yang dialami
oleh
seorang
individu,
sehingga
untuk
selanjutnya
permasalahan tersebut dikenal dengan istilah kesulitan belajar. Secara definisi, Jamaris (2014: 3-6) menjelaskan bahwa kesulitan belajar dapat disebut dengan istilah learning disability, yakni suatu kelainan pada individu yang mengalami kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran secara efektif. Jamaris berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut sulit untuk dipecahkan karena bersifat komplek. Akan tetapi, Jamaris meyakini bahwa kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat inteligensi dari individu, namun individu tersebut kesulitan dalam menguasai keterampilan belajar dan mengalami disfungsi otak. Tidak jauh berbeda dengan Abdurrahman (2012: 4-5) yang meyakini bahwa kesulitan belajar terjadi akibat adanya disfungsi neorologis, kesulitan-kesulitan dalam tugas akademik, kesenjangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
antara prestasi dan potensi, dan pengeluaran dari penyebab lain. Dari akibat-akibat tersebut jelaskannya bahwa kesulitan belajar disebabkan karena adanya gangguan fungsi neurologis pada otak yang mengalami kelainan, kesulitan belajar dapat berwujud sebagai kekurangan dalam suatu bidang akademik tertentu, dan dapat berwujud penyesuaian sosial seperti keterampilan kehidupan sehari-hari. DePorter
dan
Hernacki
(2010)
berpendapat
sekaligus
menambahkan bahwa kesulitan belajar juga terjadi karena individu tidak tahu bagaimana cara belajar (1-14), gaya belajar yang tidak sesuai (109-118), dan terkendala dalam mencatat informasi yang diterimanya. Dengan kata lain, kesulitan yang dialami oleh anak didik tidak selalu karena kondisi fisik maupun psikologis, melainkan juga dapat disebabkan oleh ketidaktahuan individu terkait cara belajar, gaya belajar, dan cara mencatat. Contohnya seorang anak memiliki potensi baik, cara guru mengajar materi di sekolah baik, tetapi sesampai dirumah dia tidak belajar karena tidak tahu cara belajar dari catatannya sendiri. Lain halnya dengan Smith (2013: 75-83) yang mendefinisikan kesulitan belajar secara pengakuan pemerintah federal bahwa kesulitan belajar merupakan gangguan psikologis dasar yang meliputi gangguan bahasa, lisan atau tulisan, mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis mengeja, atau melakukan perhitungan matematis. Gangguangangguan tersebut bersifat internal dan diperkirakan penyebabnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
adalah tidak berfungsinya sistem saraf pusat. Selanjutnya Smith menjabarkan gangguan tersebut sesuai hasil penelitian para ahli sebagi berikut: 1. Masalah-masalah bahasa Penelitian (Gibbs dan Cooper: 1989) pada siswa sekolah dasar, ditemukan bahwa hampir 90% dari 242 siswa yang telah diklasifikasikan sebagai berkesulitan belajar ternyata mempunyai kesulitan bahasa pada tingkat ringan sampai dengan sedang. (Terrel: 1990) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa hambatan bahasa mampu mempengaruhi prestasi akademis seorang siswa. Masalah-masalah bahasa seringkali menyangkut kesulitan dalam memahami orang lain, berbicara dengan jelas, menentukan kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan kurangnya
kemampuan
dalam
mengatur
bahasa
untuk
berkomunikasi secara efektif.
2. Masalah-masalah perhatian dan aktivitas Para psikolog perkembangan telah mencatat bahwa kemampuan
anak-anak
memfokuskan
perhatiannya
akan
bertambah seiring dengan usianya. Anak-anak yang masih kesil tidak dapat diharapkan memfokuskan perhatiannya pada suatu benda, peristiwa atau orang dalam waktu yang lama. Mereka mudah terganggu oelh setiap stimulus yang baru. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zukier dan Hagen (1978), anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
anak lebih mampu untuk mengabaikan informasi yang kurang menonjol dan berkonsentrasi pada tugas yang dipelajari. Oleh sebab itu guru yang efektif harus memiliki kepekaan terhadap sifat anak-anak. Selain itu Epstein (1985) mengungkap bahwa pada umumnya para siswa dengan kategori berkesulitan belajar mempunyai masalah perhatian dan meyakini permasalahan tersebut akan mengalami kontroversial yang terus berlanjut.
3. Masalah-masalah daya ingat Penelitian Swanson dkk. (1990) terkait masalah daya ingat ditemukan bahwa dari hasil tes kemampuan memori ditemukan siswa yang mempunyai hambatan belajar dan yang tidak. Siswa yang mengalami hambatan belajar menunjukan berkurangnya fungsi memori dengan tidak adanya strategi memori yang efektif. Ketika anak diberikan angka untuk dihafalkan, anak berkesulitan belajar tidak dapat secara spontan melakukan strategi-strategi untuk mengingan.
4. Masalah-masalah kognisi Istilah kognisi digunakan dalam menggambarkan proses analisis masalah, membuat perencanaan, dan pengaturan yang diperlukan bagi solusi masalah tersebut. Anak-anak berkesulitan belajar sering memunculkan sikap di dalam kelas yang menunjukan kurang kemampuan dalam menganalisis, membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
perencanaan dan pengaturan suatu masalah. Mereka cenderung tergesa-gesa dan sangat tidak menyadari pentingnya suatu perencanaan, menganalisis dan pengaturan. Kesadaran yang membentuk suatu strategi tersebut dinamakan metakognisi. Reid dan Hresko (1981) berpendapat bahwa tidak adanya kesadaran tersebut merupakan ciri utama sebagai penyandang kesulitan belajar.
5. Masalah sosial dan emosi Menurut Pearl (1992) siswa berkesulitan belajar ada pada resiko memiliki permasalahan sosial dan emosional. Licht (1987) menemukan pengalaman kegagalan yang berulang menciptakan suatu hubungan di mana si anak mengembangkan kepercayaan dirinya yang mengarah pada perilaku adaptasi yang salah.
Kesulitan belajar yang dialami individu adalah akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses pembentukan individu selama proses pembelajaran. Permasalahan fisik dan psikolgis sejak lahir menyebabkan individu mengalami kendala dalam keterampilan dan kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Kesulitan belajar adalah permasalahan individu dalam proses belajar akibat dari kondisi fisik atau psikologis sejak lahir dan proses pembentukan individu selama proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
E. Kesulitan Belajar Matematika Matematika menjadi salah satu bidang studi yang peranannya sangat penting dalam kehidupan karena dalam matematika diajak untuk memahami suatu permasalahan yang dapat berupa pola, keterkaitan teori satu dengan yang lain dan penalaran. Tujuan dari mempelajari matematika pun jelas, yakni mendorong siswa agar dapat memecahkan masalah secara kritis, logis dan rasional. Akan tetapi, proses pembelajaran matematika yang berlangsung dirasa sulit untuk dipahami sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika. Runtukahu dan Kandou (2014: 52-55) berpendapat bahwa penyebab kesulitan belajar matematika yang dialami anak SD dan SMP karena bentuk pemahaman matematika yang terstruktur. Setiap pemahaman merupakan suatu prasyarat untuk pemahaman berikutnya. Contohnya sebelum belajar operasi hitung bilangan bulat, prasyarat yang harus sudah dipahami ialah mampu berhitung dan berbahasa. Pra konsep bilangan antara lain simbol-simbol bilangan, menghitung maju, menghitung mundur, menghitung dua-dua atau lima-lima, dan menghitung
sambil
menganalisis.
Jika
anak
tidak
dapat
menjumlahkan, maka ia akan mengalami kesukaran dalam perkalian dan seterusnya. Sebagai dampaknya, anak mengalami stres karena kemampuannya tidak sama dengan teman sekelasnya. Guru sering kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
kurang memperhatikan konsep matematika sewaktu mengajar dan sekedar memberikan konsep sebagai bentuk hapalan. Oleh sebab itu Jamaris (2014: 177-179) berpendapat bahwa dalam pembelajaran perlu mempertimbangkan hal-hal seperti: menekankan temuan bukan hapalan, mengeksplorasi pola, dan merumuskan hasil pengamatan. Dengan demikian siswa dapat memilih dan menerapkan berbagai strategi terkait matematika dan maknanya. Terkait makna pembelajaran matematika, Jamaris juga berpendapat bahwa matematika bukan hanya belajar aritmatik saja melainkan juga melatih cara berfikir ilimiah dan sebagai sarana kehidupan sehari-hari. Matematika memiliki cara berfikir yang bersifat deduktif, keterkaitan antar konsep, dan dalam penerapannya di kehidupan dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Tidak berbeda jauh dengan Mulyadi (2010: 174-178) yang menjelaskan bahwa kesulitan belajar matematika atau disebut juga diskalkulia (dyscaculis) (Lerner: 1981). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan
system
saraf
pusat,
sehingga
menyebabkan
ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan kapasitas seseorang. Mulyadi menambahkan, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders bahwa ketidakmampuan terkait keterampilan matematika dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Linguistik (berhubungan dengan mengerti istilah matematika), (2) keterampilan perseptual (kemampuan mengenali dan mengerti simbol dan mengurutkan angka), (3) keterampilan matematika (penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan urutan operasi dasar), (4) keterampilan atensional (menyalin angka dan mengamati simbol dengan
benar).
mengklarisifikasikan
Disamping
itu
permasalahan
beberapa dalam
peneliti
matematika
telah menjadi
beberapa kategori, yaitu: (1) kesulitan belajar menghitung dengan arti, (2) kesulitan menguasai sistem kardinal dan ordinal, (3) kesulitan melakukan operasi aritmatika, (4) kesulitan dalam membayangkan objek. Menurut Lerner ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar yaitu: 1. Gangguan hubungan keruangan Hubungan keruangan seperti depan-belakang, atas-bawah, tinggi-rendah, awal-akhir, dan jauh dekat seharusnya sudah dikuasai oleh anak pada saat belum masuk SD. Hubungan keruangan tersebut diperoleh dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial atau melalui permainan. Permasalahan lain muncul ketika anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga tidak memberi dukungan untuk terselenggaranya suatu situasi kondusif agar dapat terjadi situasi. Gangguan fungsi otak dapat juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan dalam memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
hubungan keruangan, sehingga dapat mengganggu pemahaman anak tentang sistem bilangan. Contohnya seorang anak yang tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4.
2. Abnormalitas Persepsi Visual Kesulitan persepsi visual adalah kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Anak yang mengalami kesulitan tersebut merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Contohnya seorang anak yang kesulitan ketika mereka diminta untuk menjumlahkan dua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Mereka akan menghitung satu-persatu anggota pada tiap kelompok terlebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.
3. Asosiasi visual-motor Kesulitan belajar matematika karena tidak dapatnya anak untuk
menghitung
benda-benda
secara
berurutan
sambil
menyebut bilangannya. Contohnya saat proses menghitung, anak baru memegang benda keempat tetapi telah mengucapkan “enam”. Permasalahan tersebut terkesan hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
4. Kesulitan mengenali dan memahami simbol Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal simbol dan menggunakan simbolsimbol matematika seperti =, -, +, <, > dan sebagainya. Kesulitan seperti ini dapat disebabkan oleh gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
5. Kesulitan dalam bahasa dan membaca Gangguan bahasa dan membaca berpengaruk terhadap kemampuan anak saat memecahkan permasalahan matematika berbentuk cerita, sehingga berpengaruh di bidang matematika.
6. Performance IQ lebih rendah daripada skor verbal IQ Berdasarkan hasil tes intelegensi dengan menggunakan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) menunjukan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ (Performance Intelligence Quotien) yang jauh lebih rendah daripada skor VIQ (Verbal Intellegence Quotient). Tes intelegensi memiliki dua subtes, tes verbal dan tes kinerja. Hasil tes yang diperoleh menunjukan adanya kesulitan dalam memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual, adanya gangguan asosiasi visual-motor.
kesulitan belajar matematika adalah kesulitan belajar yang dialamai oleh anak didik karena kesalahan proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
matematika yang berlangsung dan keterbatasan yang ada dalam diri siswa untuk memahami matematika.
F. Pendekatan saintifik Pendekatan saintifik atau pendekatan ilimiah (scientific approach) adalah pendekatan yang ada di dalam Kurikulum 2013 dan disarankan
oleh
pemerintah
(Kemendikbud
2013)
untuk
menerapkannya ke dalam pembelajaran. Berikut kriteri dalam menjalankan pembelajaran dengan saintifik: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira. 2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukati gurupeserta didik terbebas dari penyimpangan berfikir logis. 3. Mendorong siswa berfikir kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah, dan mengaplikasikannya. 4. Mendorong siswa agar dapat melihat perbedaan atau kesamaan dari permasalahan yang ada. 5. Mendorong siswa agar mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran 6. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
7. Tujan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik dalam penyajiannya. Berdasarkan kriteria yang ada, pendekatan ilmiah dilaksanakan melalu kegiatan atau tahapan mengamati (observasing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking).
Peraturan dari Kemendikbud nomor 103 tahun 2014 (lampir B hal 27) menjelaskan bahwa tahapan dalam pendekatan ilimiah terdiri dari: 1. Mengamati (Peserta didik diajak untuk mengamati dengan indra seperti
melihat,
mendengar
atau
meraba
terkait
materi
pembelajaran yang disajikan dengan atau tanpa alat peraga) 2. Menanya (Peserta didik diajak untuk membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.) 3. Menalar (Peserta didik diajak untuk menalar dengan cara berfikir dan mengkaitkan antar konsep atau teori terkait persoalan yang sudah disajikan) 4. Mencoba (Peserta didik diajak untuk mencoba mengerjakan persoalan secara mandiri atau kelompok)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
5. Mengkomunikasikan (Peserta didik diajak untuk menyimpulkan secara materi yang sudah dipelajari, menyusun laporan atau menyajikan laporan)
Secara skema tahapan dalam pendekatan saintifik dapat digambarkan alur pelaksanaanya di dalam proses pembelajaran matematika. Berikut skema yang dapat dibentuk: ANAK DIDIK PEMAHAMAN/ KONSEP
5.Menyimpulkan
1.Mengamati
2.Menanya
PERMASALAHAN
KASUS BERTINGKAT
3.Menalar 4.Mencoba
LATIHAN
Gambar 2.2: Skema alur tahapan Pendekatan Saintifik Pada tahapan awal, anak didik diajak untuk mengamati suatu permasalahan yang ada. Anak didik menggali informasi dari permasalahan tersebut dan akan diolah sekaligus disimpannya menjadi sebuah pemahaman atau konsep. Berdasarkan hasil pengamatan dan pemahaman yang diperoleh, anak didik diharapkan dapat mengajukan pertanyaan pada tahapan kedua dan jawaban dari pertanyaan tersebut akan disimpannya dan direkonstruksi menjadi sebuah pemahaman baru. Selanjutnya pada tahapan ketiga anak didik diajak untuk menalar dari kasus yang tidak jauh dari permasalahan yang diamati. Saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
menalar anak didik diharapkan mampu menggunakan pemahaman yang sudah diketahuinya. Pada tahapan keempat anak didik diajak untuk mencoba mengerjakan latihan baik secara mandiri maupun kelompok. Selanjutnya di tahapan terakhir siswa diajak untuk menyimpulkan dari apa yang sudah diamati, dipelajari dan dipahami. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu metode atau pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan melibatbatkan tahapan terurut di dalamnya, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan.
G. Relasi Wibisono (2008: 87) menjelaskan pemahaman suatu relasi dalam sebuah gambaran ada tidaknya interaksi atau koneksi antar elemen-elemen dari dua atau lebih himpunan dalam urutan tertentu. Secara definisi sebuah relasi melalui perkalian skalar pada koordinat cartesian dimana sumbu-x mewakili variabel x dan sumbu-y mewakili variabel y. Misalkan variabel x dan y adalah bilangan real dalam interval tertutup, atau misalkan himpunan X={x1,x2} dan Y={y1,y2} maka perkalian skalar yang dapat diperoleh:
X x Y = {(x1,y1), (x1,y2), (x2,y1), (x2,y2)} Y x X = {(y1,x1), (y1,x2), (y2,x1), (y2,x2)} X x X = {(x1,x1), (x1,x2), (x2,x1), (x2,x2)}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Y x Y = {(y1,y1), (y1,y2), (y2,y1), (y2,y2)} Sama halnya dengan Guritman dan Supriyo (2004: 61-62) yang mendefinisikan relasi sebagai hubungan dari himpunan A ke himpunan B dengan sembarang subhimpunan A x B dengan notasi:
A x B = {(a, b) | a
A, b
B}
Setiap anggota dari A x B, misalnya (a, b), disebaut sebagai pasangan terurut, kemudian a dan b disebut sebagai komponen pertamam dan kedua dari (a, b). Untuk secara umum suatu relasi dapat disimbolkan dengan R dimana x berada dalam R dengan y bila dan hanya bila terdapat suatu fungsi F(x, y). Jadi dapat dituliska sebagai berikut:
xRy
F(x, y)
Untuk memaparkan suatu relasi Wibisono (2008: 77-78) membuatnya ke dalam bentuk koordinat, matrik, dan pemetaan. Berikut contoh paparan yang disajikan dengan R={(Microsoft, Windows), (IBM, Os/2), (Macintosh, MacOS)}.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
1. Koordinat
Tanda titik pada gambar menjelaskan bahwa pasangan tersebut terdapat relasi yang menghubungkan kedua anggota himpunan.
2. Matrik
Nilai 1 menunjukan bila adanya relasi antara dua pasangan terurut dan 0 menujukan tidak adanya relasi antara dua elemen terurut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
3. Pemetaan
Relasi adalah hubungan antara dua himpunan A ke himpunan B, dalam urutan tertentu melalui perkalian skalar A x B yang dapat disajikan dengan berbagai bentuk.
H. Penelitian yang relevan Untuk menunjang penelitian lebih lanjut terkait proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, peneliti menggunakan jurnal dan makalah sebagai dasar kajian penelitian yang relevan, seperti penelitian: a. Efriana (2014) Tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut untuk memperoleh deskripsi tentang penerapan pendekatan scientific yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Palu Barat pada materi keliling dan luas daerah layang-layang. Penulis memadukan pendekatan scientific dengan model pembelajaran discovery
learning
sebagai
alternatif
pembelajaran
agar
kedepannya siswa akan merasakan proses pembelajaran yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
berkesan dan bermakna. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sesuai dengan pengembangan yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian yang dilakukan adalah seluruh siswa kelas VII MTsN Palu Barat yang berjumlah 34 siswa yang terdaftar pada tahun 2013/2014. Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan penulis dengan melakukan observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes akhir tindakan yang dianalisis dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 92–99), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dikatakan berhasil, jika aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran di dalam kelas dan aktivitas seluruh siswa selama mengikuti proses pembelajaran melalui lembar observasi yang dianalisis minimal pada kategori baik, serta meningkatnya hasil belajar siswa. Pada siklus I dan siklus II, hasil belajar dikatakan meningkat apabila peneliti dalam menyajikan materi keliling dan luas daerah layang-layang dapat dipahami oleh siswa, yang ditandai dengan sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal keliling dan luas daerah layang-layang dengan benar. Dalam pembahasan dikatakan bahwa proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
model pembelajaan discovery leaning dan kelas VII MTsN, Palu Barat, dapat berjalan baik dan sesuai harapan. Peran Guru dalam mengelola proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran terbilang baik. Bahkan dari hasil penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dan adanya antusias dari siswa selama berproses pembelajaran. Siswa dapat menyelesaikan soal keliling dan luas daerah layanglayang dengan benar.
b. Atsnan dan Gazali (2013). Dalam jurnal yang ditulis oleh Astnan dan Gazali berisikan penerapan pendekatan secara teoritis dan praksisnya dalam pembuatan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Secara teoritis dikatakan
bahwa
penerapan
pendekatan
saintifik
pada
pembelajaran matematika perlu melibatkan kerjasama antar disiplin ilmu, seperti matematika dengan ilmu pengetahuan lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran ke arah belajar yang komprehemsif dan multidimensional mengenai isi dan konsep matematika. Selanjutnya dengan pendekatan saintifik diharapka siswa dapat lebih tertarik untuk mempelajari matematika. Secara praksisnya Atsnan dan Gazali menuangkannya dalam bentuk
LKS yang sudah dikaji secara teoritis agar dalam
pelaksanaannya tidak menimbulkan miskonsepsi atau ambiguitas, sehingga siswa lebih tertarik mempelajari matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Efriana dapat disimpulkan
bahwa
pelaksanaan
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan saintifik dapat meningkatkan antusias siswa selama proses belajar, serta sesuai dengan penelitian yang dilakuakn oleh Astnan dan Gazali bahwa siswa lebih tertarik mempelajari matematika dengan LKS yang dipersiapkan.
I. Kerangka berfikir Kesulitan belajar yang dialami siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik menjadi permasalahan yang ingin digali lebih dalam untuk dicari faktor apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Penyebab tersebut dapat ditinjau dari bebagai faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan dari luar siswa, sehingga siswa mengalami kendala selama mengikuti pembelajaran di kelas. Untuk meninjau permasalahan tersebut peneliti melakukan penelitian dengan melakukan pengamatan atau observasi pembelajaran di observasi aktivitas siswa di kelas.
kelas dan
Untuk menggali lebih dalam
permasalahan tersebut, peneliti melakukan penyebaran angket dan dilanjut dengan wawancara guru dan siswa. Penyebaran angket dan wawancara guru dilakukan untuk menggali kendala apa saja yang di alamai saat melaksanakan proses pembelajaran. Penyebaran angket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
dan wawancara siswa dilakukan untuk menggali kendala dari dalam diri siswa. Tahap terakhir peneliti melakukan analisis dari hasil observasi, angket dan wawancara berupa persentase dan informasi sesuai dengan indikator. Hasil analisis yang diperoleh dikelompokan untuk dilihat permasalahan yang sering nampak dan dikaitkan dengan teori yang terkait. Pemilahan hasil analisis dilakukan secara sistematis dan
dikelompokkan
berdasarkan
permasalahan
yang
serupa.
Keseluruhan hasil analisis dapat dibuat kesimpulan terkait apa yang menyebabkan siswa kelas VIII SMPN 15 Yogyakarta mengalami kesulitan belajar dalam mengikuti pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan cara melakukan observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas, memberikan angket kepada siswa dan guru, serta melakukan wawancara guru dan siswa.
B. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII J di SMPN 15 Yogyakarta yang berasal dari masyarakat menengah kebawah (program KMS).
C. Objek penelitian Objek yang menjadi penelitian adalah pendekatan saintifik dan kesulitan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
D. Bentuk data Bentuk data yang disajkan adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil lembar observasi proses pembelajaran, aktivitas siswa dikelas, hasil angket siswa dan angket guru. Data kualitatif berupa hasil wawancara guru dan wawancara siswa.
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
E. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas, penyebaran angket di akhir pembelajaran untuk guru dan siswa, serta wawancara guru dan siswa. 1. Observasi proses pembelajaran Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data dilapangan terkait proses pembelajaran matematika yang terjadi di dalam kelas dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pengumpulan data observasi ini akan dibantu dengan instrumen penelitian yang sudah disediakan.
2. Observasi aktivitas siswa Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data dilapangan terkait aktivitas siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung
dengan
menggunakan
pendekatan
saintifik.
Pengumpulan data observasi ini dibantu dengan instrumen penelitian yang sudah disediakan. Data yang dicari lebih berfokus pada kesulitan siswa dalam mengikuti tahapan pendekatan saintifik.
3. Angket guru Pengumpulan data dengan angket guru ini bertujuan untuk memperoleh data secara personal terkait peranan dan kendalanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
dalam membuat perangkat pembelajaran dan permasalahan saat melakukan proses pembelajaran.
4. Angket siswa Pengumpulan data dengan angket siswa ini bertujuan untuk memperoleh data masing-masing siswa terkait kesulitan yang dihadapi sebagai siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik.
5. Wawancara guru Pengumpulan data dengan melakukan wawancara guru bertujuan untuk menggali data lebih dalam dari angket yang diberikan. Bentuk data yang disajikan berupa transkrip wawancar guru.
6. Wawancara siswa Pengumpulan data dengan melakukan wawancara siswa bertujuan untuk menggali data lebih dalam dari angket siswa yang diberikan. Akan dipilih 5 siswa untuk diwawancarai secara acak hasil observasi aktivitas siswa dikelas. Bentuk data yang diperoleh berupa transkrip wawancara siswa.
F. Instrumen penelitian Instrumen penelitian yang dipersiapkan oleh penulis berupa lembar observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
lembar angket untuk guru dan siswa, serta lembar wawancara guru dan siswa. 1. Lembar observasi Lembar observasi yang disediakan berbentuk behavioral checklist dengan memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan tanda cek (√), sesuai dengan ide (Herdiansyah: 136). Lembar observasi ini dibagi menjadi dua, yakni: a. Lembar observasi pembelajaran Lembar
observasi
proses
pembelajaran
dibuat
berlandaskan kisi-kisi yang berisikan aspek yang akan diamati sesuai dengan indikator yang ada. Dari indikator tersebut dijabarkan menjadi butir-butir kegiatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Setiap butir akan diberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia yang menandakan muncul atau tidaknya dari hasil pengamatan. Berikut kisi-kisi yang disediakan:
Tabel 3.1: Kisi-kisi lembar observasi proses pembelajaran No
Aspek yang diamati
Indikator
a.
1.
Kegiatan Pembuka
b. c. d. e. f.
No Butir Mengucapkan salam kepada 1 siswa Melakukan absensi siswa 2 Mengatur situasi kelas 3 Melakukan kegiatan 4 apersepsi Memberi motivasi kepada 5 siswa Menyampaikan tujuan 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
pembelajaran a. Menjalankan tahapan 7 mengamati b. Mendampingi siswa dalam 8 mengamati c. Menjalankan tahapan 9 menanya
2
3
4
Kegiatan inti
d. Mendampingi siswa agar dapat bertanya e. Menjalankan tahapan menalar f. Mendampingi siswa dalam menalar g. Menjalankan tahapan mencoba h. Mendampingi siswa dalam mencoba i. Menjalankan tahapan menyimpulkan j. Mendampingi siswa dalam menyimpulkan k. Menarik kesimpulan seluruh siswa a. Membuat rangkuman keseluruhan materi b. Membuat evaluasi c. Melakukan refleksi
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kegiatan penutup
Pelaksanaan RPP
d. Melakukan tindak lanjut 21 untuk pertemuan selanjutnya e. Memberikan tugas untuk 22 siswa Melakukan pembelajaran sesuai RPP 23
b. Lembar observasi aktivitas siswa Lembar observasi aktivitas siswa dibuat berlandaskan kisi-kisi yang berisikan aspek yang akan diamati sesuai dengan indikator yang ada. Dari indikator tersebut dijabarkan menjadi butir-butir kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Setiap butir akan diberikan tanda cek (√) pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
kolom yang tersedia yang menandakan muncul atau tidaknya dari hasil pengamatan. Berikut kisi-kisi yang disediakan:
Tabel 3.2: Kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa No 1 2
Aspek yang diamati Kegiatan pembuka Kegiatan inti
Indikator Kesiapan pembelajaran Tahap mengamati a. Mengikuti proses mengamati. b. Permasalahan dalam proses mengamati. Tahap menanya a. Keterlibatan dalam menanya persoalan. b. Permasalahan dalam menanya. Tahap menalar Permasalahan dalam menalar Tahap mencoba a. Keterlibatan dalam mencoba persoalan. b. Permasalahan dalam mencoba. Tahap menyimpulkan Permasalahan dalam menyimpulkan
No Butir 1-4
5-7 8
9, 11 10
12, 13 14-15 16
18-19
2. Angket Angket yang dibuat merupakan angket berstruktur dengan jawaban tidak bebas. Pengisian angket berdasarkan dengan kesesuaian pernyataan yang sudah di validasi oleh validator dan memberikan tanda centang pada kolom jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
a. Angket guru Lembar angket guru dirancang sesuai dengan kisi-kisi yang disediakan dengan indikator sebagai dasar pernyataan. Selanjutnya pernyataan tersebut menjadi penilaian diri guru terkait tidakan yang dilakukan, kesesuaian dengan perasaan atau ide yang ada. Berikut kisi-kisi angket guru:
Tabel 3.3: Kisi-kisi angket guru No 1
2
3
4
Indikator Kesiapan RPP a. Mempersiapkan RPP b. Kesesuaian RPP dengan Kurikulum 2013 c. Permasalahan dalam pembuatan RPP dengan pendekatan saintifik Pendekatan saintifik a. Pandangan pendekatan saintifik bila diterapkan untuk siswa b. Hasil yang dicapai dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan metode lain. Kegiatan pembuka a. Mengucapkan salam di awal pembelajaran b. Mengkondisikan kelas c. Melakukan absensi d. Melakukan apersepsi e. Memotivasi siswa Kegiatan Inti a. Pengamatan terkait kesulitan siswa dalam mengamati b. Pendampingan siswa saat proses mengamati c. Peranan diri dalam mendampingi siswa d. Memberikan contoh cara bertanya e. Pengamatan terkait kesulitan siswa dalam bertanya f. Relasi dan interaksi dengan siswa g. Persiapan diri dalam melaksanakan pembelajaran h. Pendampingan siswa saat tahap mencoba persoalan yang diberikan i. Pendampingan siswa saat menyimpulkan materi yang telah dipeljari
No Butir 1,4 2 3
5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17, 1922 18, 21 23 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
5
Kegiatan Penutup a. Membuat rangkuman b. Melakukan evaluasi c. Melakukan refleksi bersama d. Memberitahukan pembelajaran selanjutnya e. Memberikan tugas untuk siswa
25 26 27 28 29
b. Angket siswa Lembar angket siswa dirancang sesuai dengan kisi-kisi yang disediakan dengan indikator sebagai dasar pernyataan. Selanjutnya pernyataan tersebut menjadi penilaian diri siswa terkait tidakan yang dilakukan, kesesuaian dengan perasaan atau ide yang ada. Berikut kisi-kisi angket siswa:
Tabel 3.4: Kisi-kisi angket siswa No 1
2
Indikator Minat siswa a. Ketertarikan dengan matematika b. Penyebab ketertarik dengan matematika c. Pendapat tentang matematika Tahapan dalam pendekatan saintifik a. Permasalahan dalam tahapan mengamati b. Sikap yang diambil dalam tahapan mengamati c. Permasalahan dalam tahapan menanya d. Sikap yang diambil saat tahapan menanya e. Permasalahan dalam tahapan mencoba
3
f. Sikap yang diambil saat tahapan mencoba g. Permasalahan dalam tahapan menyimpulkan h. Sikap yang diambil dalam tahapan menyimpulkan Cara guru mengajar
No Butir 1 2, 3, 5 4 6, 8, 9 7 10-15, 17 16 20, 22, 21 18, 19 25, 26 24, 27 23
3. Pedoman wawancara Pedoman wawancara yang disediakan berbentuk terstruktur sesuai dengan pemahaman (Herdiansyah: 121-122). Daftar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
pertanyaan sudah dipersiapkan dan telah divalidasi, kecepatan wawancara terkendali, dan tidak ada improvisasi selama proses wawancara. a. Wawancara guru Lembar wawancara guru dibuat sesuai dengan kisi-kisi yang sudah dirancang dengan indikator yang ada sebagai landasan dalam mengajukan pertanyaan. Berikut kisi-kisinya: Tabel 3.5: Kisi-kisi pedoman wawanara guru No 1 2
Indikator Persiapan RPP Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik Pendapat terkait keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Upaya dan hasil sebagai guru Masukan untuk para guru dan pemerintah
3 4 5
No Butir 1 2 3-4 6 7
b. Wawancara siswa Lembar wawancara guru dibuat sesuai dengan kisi-kisi yang sudah dirancang dengan indikator yang ada sebagai landasan dalam mengajukan pertanyaan. Berikut kisi-kisinya: Tabel 3.6: Kisi-kisi pedoman wawanara siswa No 1 2 3 4 5
Indikator Pendapat terkait proses pembelajaran yang dibawakan guru Keterlibatan dan kesulitan siswa dalam mengamati Kesulitan siswa dalam bertanya Kesulitan siswa dalam mencoba Kesulitan siswa dalam menyimpulkan
No Butir 1,2 3-4 5,6 7 8, 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
G. Teknik analisis data Teknik analisis data akan dilakukan secara bertahap, yakni (1) melakukan observasi proses belajar dan aktifitas siswa di kelas, (2) memberikan angket kepada guru dan siswa, dan (3) melakukan wawancara guru dan siswa. 1. Analisis hasil observasi proses pembelajaran dan akvifitas siswa di kelas Tahapan ini dilakukan pertama kali dengan tujuan untuk memperoleh data berupa hasil pengamatan selama proses belajar dan hasil pengamatan terkait aktifitas di kelas. Hasil pengamatan akan sesuai dengan lembar observasi yang sudah dibuat penelit. Indikator dari lembar observasi proses pembelajaran berupa pelaksanaan RPP yang dibuat oleh guru, kesiapan guru dalam memberikan pembelajaran matematika kepada siswa, dan cara guru dalam
menerapkan
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Indikator dari lembar observasi aktivitas siswa berupa antusias siswa selama proses pembelajaran di kelas, dan respon siswa terkait tahapan dalam pendekatan saintifik yang sudah dipersiapkan guru. Setiap indikator pada kedua lembar observasi terdapat suatu pernyataan dan jika pernyataan tersebut terlaksana maka akan diberikan tanda (√) pada kolom pilihan “ya” dan “tidak”. Selanjutnya untuk pilihan “ya” akan diberikan skor 1 dan “tidak” akan diberi skor 0. Seluruh skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
pada tiap pilihan pernyataan akan ditotal dan dicari persentase rataratanya. Berikut rumusan yang digunakan untuk analisis kedua hasil observasi:
Rata-rata =
Persentase ketercapaian =
Persentase
ketercapaian
yang
x 100%
diperoleh
menunjukan
banyaknya indikator yang terlaksana dalam proses observasi pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas dalam bentuk persentase. Contohnya, jika hasil persentase menunjukan mendekati 100% maka dapat dikatakan indikator yang terlaksana terbilang ideal atau jika hasil persentase menunjukan kurang dari 50% maka dapat dikatakan indikator yang terlaksana terbilang kurang.
2. Analisis hasil angket guru dan siswa Dalam analisis hasil angket guru dan siswa, peneliti menggunakan Skala Likert sebagai alat ukur jawaban dari suatu pernyataan pada indikator yang sudah ditentukan secara spesifik. Setiap jawaban mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dengan tingkat skor tersendiri sesuai dengan Sugiyono (2011: 136-138), contohnya: a. Sangat setuju/ selalu, sangat positif diberi skor 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
b. Setuju/ sering, positif diberi skor 4 c. Ragu-ragu/ kadang-kadang, netral diberi skor 3 d. Tidak setuju/ hampir tidak pernah, negatif diberi skor 2 e. Sangat tidak setuju/ tidak pernah, sangat negatif diberi skor 1
Sebaliknya jika suatu pernyataan bersifat negatif maka pemberian skor untuk jawaban sangat setuju/ selalu diberi skor 1, setuju/ sering diberi skor 2 dan seterusnya. Pada instrumen peneliti menggunakan empat jawaban, sehingga skor yang diberikan untuk pernyataan positif yaitu: Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif diberikan skor sperti jawaban Sangat Setuju (SS) = 1 dan seterusnya. Selanjutnya peneliti menjumlahkan seluruh skor yang sudah diakumulasi dengan banyaknya penjawab pada suatu pernyataan. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dibagi dengan jumlah skor ideal (4 x banyak penjawab) untuk memperoleh ratarata. Hasil rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan 100% untuk menentukan persentase tingkat persetujuan. Berikut rumusannya:
Rata-rata skor =
Persentase =
x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Perolehan persentase yang diperoleh hasil dari angket guru dan siswa menunjukan tingkat persetujuan dari guru dan siswa terkait pernyataan yang ada pada angket. Jika persentase yang diperoleh lebih dari 50% maka dapat dikatakan bahwa guru dan siswa setuju dengan pernyataan yang ada pada angket. Sebaliknya jika persentase yang diperoleh kurang dari 50% maka dapat dikatakan bahwa guru dan siswa tidak setuju dengan pernyataan yang ada pada angket.
3. Analisis hasil wawancara guru dan siswa Setelah membagi angket kepada guru dan siswa selanjutnya dilakukan wawancara kepada guru dan siswa untuk menggali lebih dalam secara personal. Wawancara guru dilakukan untuk menggali lebih dalam terkait permasalahan yang dihadapi dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Begitu juga dengan siswa, wawancara dilakukan untuk meninjau lebih dalam terkait kendala yang dihadapi saat mengikuti tahapan pada pendekatan saintifik. Selanjutnya hasil wawancara diolah dan dijadikan sebagai tolak ukur dari hasil observasi dan angket.
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan prosedur penelitian. Adapun tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan meliputi penyusunan dan pengajuan proposal, mengajukan ijin penelitian, serta penyusunan instrumen dan perangkat penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti akan melaksanakan penelitian dengan metode yang sudah direncanakan. 3. Tahap Penyelesaian Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan penyusunan laporan penelitian. I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian Berdasarkan dengan prosedur pelaksanaan penelitian yang telah dibuat. Jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.7: Jadwal pelaksanaan penelitian No 1 2 3 4
Tahap/ Kegiatan penelitan Pengajuan proposal ke pihak terkait Menyusun instrumen dan perangkat penelitian Melaksanakan penelitian Analisi data dan penyusunan laporan
Waktu pelaksanaan Akhir September 2015 Awal September 2015 Oktober 2015 Oktober-November 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian Hasil penelitian yang disajaikan dibagi menjadi tiga bagian, yakni hasil observasi, hasil angket, dan hasil wawancara. Penyajian hasil observasi sesuai dengan instrumen yang sudah dipersiapkan dalam metode penelitian.
1. Hasil observasi Observasi yang dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2015, dari pukul 08.50-10.25 (ada jeda istirahat 15 menit) diperoleh hasil observasi proses pembelajaran dan aktivitas siswa di kelas sebagai berikut:
a. Hasil observasi proses pembelajaran Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran di kelas, persentase rata-rata ketercapaian indikator yang terlaksana adalah 52 %. Indikator yang nampak dalam proses pembelajaran masih jauh dari proses pembelajaran yang ideal, karena dari 23 indikator yang ada hanya 12 yang (dapat dilihat pada lampiran tabel 1.1). Untuk lebih memperjelas, berikut deskripsi kegiatan yang dibagi kedalam 4 aspek pengamatan:
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
1) Kegiatan pembuka Pada kegiatan pembuka terdapat 6 indikator kegiatan yang harus tercapai. Perolehan persentase rata-rata ketercapaian indikator pada kegiatan pembuka adalah 67 %. Ada 2 indikator kegiatan yang tidak terlaksana, yakni guru tidak melakukan kegiatan absensi (no 2) dan guru tidak memberi motivasi untuk siswa (no 5). Selebihnya untuk kegiatan seperti mengucapkan salam, mengatur situasi kelas, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran sudah terlaksana. Guru membuka pelajaran dengan salam, tanpa melakukan absensi dan mencoba untuk mengkondisikan kelas agar tenang, walaupun hasilnya masih ada siswa yang tidak merespon guru dan tetap ramai. Apersepsi yang dilakukan guru kurang mendalam seputar relasi, tidak menunjukan sikap memotivasi, dan terkesan terburu-buru sehingga tujuan pembelajaran terkait relasi tidak tersampaikan dengan baik.
2) Kegiatan inti Pada kegiatan inti terdapat 11 indikator kegiatan yang
harus
tercapai.
Perolehan
persentase
rata-rata
ketercapaian indikator kegiatan pada kegiatan inti adalah adalah 64%. Ada 4 indikator yang tidak terlaksana, yakni: (a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
guru tidak melaksanakan tahapan menanya (no 9), (b) guru tidak mendampingi siswa agar dapat bertanya (no 10), (c) guru tidak menjalankan tahapan menyimpulkan (no 15), dan (d) guru tidak mendampingi siswa untuk menyimpulkan (no 16), sisanya
indikator
sudah
terlaksana.
Untuk
deskripsi
pelaksanaannya, sesuai dengan keterangan yang tercantum, pada tahapan mengamati guru hanya memanfaatkan papan tulis
sebagai
media
pembelajaran
untuk
menjelaskan
pemahaman relasi dengan menggambarkan diagram panah dan relasinya (relasi yang diberikan sesuai dengan lampiran RPP, kegiatan inti nomer urut 1). Selama tahap mengamati, guru mencoba untuk mendampingi siswa agar lebih mudah memahami diagram panah dan relasinya. Setelah tahapan mengamati, guru langsung masuk pada tahapan menalar tanpa melakukan tahapan menanya. Pada tahapan menalar siswa diberikan persoalan yang lebih rumit seperti pada gambar 4.1. Siswa diminta untuk menalar terkait relasi “Satu kurangnya dari dua kali A” dengan A={1,2,3,4} dan B={1,2,3,. . .,8} dan siswa diminta untuk menentukan diagram panahnya. Saat siswa kesulitan dalam menalar, terlihat dari tidak adanya siswa yang bisa menjawab, guru meminta salah satu siswa untuk maju dan mendampinginya dalam menjawab persoalan. Selanjutnya secara mandiri siswa diminta untuk maju membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
diagram
panah
yang belum
terjawab dan guru
ikut
mendampingi saat proses menjawab seperti gambar 4.2.
Gambar 4.1: Siswa selesai memberikan tanda panah.
Gambar 4.2: Guru menjelaskan ulah hasil pekerjaan siswa.
Tahap selanjutnya adalah tahap mencoba dan guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara mandiri, cukup dengan teman sebangku, depan dan belakang. Selama proses diskusi ada dua guru bantu yang ikut mendampingi dengan cara mendatangi tiap kelompok. Setelah
kegiatan
diskusi,
guru
meminta
siswa
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
mengkomunikasikan hasil diskusinya di depan kelas seperti pada gambar 4.3.
Gambar 4.3: Siswa mengkomunikasikan hasil diskusinya.
Gambar 4.4: Guru menjelaskan ulang hasil diskusi siswa.
Setelah kelompok selesai mengkomunikasikan hasil diskusinya, guru masuk ke kegiatan penutup tanpa melakukan tahapan menyimpulkan. Guru hanya meminta persetujuan dari kelompok lain terkait benar atau tidaknya pekerjaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
dipaparkan kelompok yang telah maju. Dalam RPP guru menuliskan
tahapan
menyimpulkan
sebagai
tahapan
mengasosiasi (lampiran RPP, kegiatan inti nomer urut 9) dengan isi siswa menyimpulkan cara menyajikan relasi dalam bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan, tabel dan diagram titik.
3) Kegiatan penutup Pada kegiatan penutup terdapat 5 indikator yang harus tercapai. Perolehan persentase rata-rata ketercapaian indikator adalah 20%. Hanya 1 indikator yang terlaksana dan 4 indikator lainnya tidak terlaksana. Indikator yang terlaksana terkait membuat rangkuman dan pemberian tugas untuk siswa. Secara deskripsi kegiatan, guru tidak memberikan rangkuman dari keseluruhan materi yang telah dipelajari, namun guru memngajak siswa secara interaktif untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari . Akibat keterbatasan waktu guru tidak sempat
melakukan
refleksi,
evaluasi,
dan
memberi
perencanaan untuk materi kedepannya. Di akhir waktu guru memberikan tugas terkait fungsi dan bukan fungsi yang kedepannya Selebihnya
akan guru
dipelajari
di
membagikan
pertemuan hasil
selanjutnya. UTS
dan
mendiskusikannya dengan seluruh siswa dikarenakan nilai yang diperoleh tidak tuntas semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
4) Pelaksanaan RPP Berdasarkan
ketercapaian
pelaksanaan
RPP
(ditinjau dari lampiran RPP) dalam pembelajaran di kelas tidak terpenuhi dan perolehan persentase rata-ratanya hanya 43%. Ada 12 kegiatan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran dari 21 kegiatan yang sudah dibuat oleh guru.
b. Hasil observasi aktivitas siswa di kelas Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa di kelas, perolehan persentase rata-rata ketercapaian indikator adalah 42%. Perolehan persentase tersebut menunjukan bahwa ketercapaian yang diperoleh jauh dari harapan karena kurang dari setengahnya, dari 19 indikator hanya 8 yang terpenuhi (dapat dilihat pada lampiran tabel 1.2). Untuk lebih memperjelas, berikut deskripsi hasil observasi aktivitas siswa dikelas selama proses pembelajaran: 1) Kegiatan pembuka Perolehan persentase ketercapaian pada kegiatan pembuka adalah 33%. Ada 2 dari 4 indikator yang belum tertpenuhi. Saat proses pembelajaran sudah dimulai masih ada siswa yang berada diluar kelas. Siswa yang ada di dalam kelas sudah duduk di bangku masing-masing. Suasana kelas pada kegiatan pembuka tidak kondusif. Siswa nampak ramai dan masih sibuk sendiri, berbicara atau bercanda dengan teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
sekelas. Terkait persiapan buku catatan atau buku paket, sebagian siswa sudah mempersiapkannya. Saat guru sudah mulai memasuki kegiatan apersepsi, siswa cenderung tidak memperhatikan dan beberapa ada yang melamun.
2) Kegiatan inti Perolehan persentase rata-rata ketercapaian
pada
kegiatan inti adalah 40%. Ada 9 dari 15 indikator yang tidak tercapai dalam kegiatan inti. Berikut deskripsi kegiatan inti yang dibagi sesuai dengan tahapan dalam pendekatan saintifik: a) Tahapan mengamati Saat
proses mengamati
sedang berlangsung,
mulanya siswa masih duduk ditempat masing-masing dan tidak banyak siswa yang ikut mengamati. Ditengah proses, siswa yang tadinya di luar kelas, mulai masuk kelas dan menyebabkan beberapa siswa harus pindah tempat duduk. Suasana kelas menjadi terganggu dengan kedatangan mereka. Saat guru menjalankan tahapan mengamati dan memberikan pertanyaan pada seluruh siswa terkait apa yang sudah diamati, tidak ada siswa yang menanggapi. Siswa cenderung diam atau beberapa ada yang sibuk berbicara dengan teman sebangkunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
b) Tahapan menanya Di dalam kegiatan inti tahapan menanya tidak nampak di bawakan oleh guru, namun aktivitas menanya yang dilakukan siswa lebih cenderung muncul secara mandiri ketika berada di luar tahapan menanya. Siswa dapat bertanya secara mandiri ketika tahapan mencoba dalam diskusi kelompok. Pada RPP kegiatan inti no urut 2 (lampiran RPP) guru menuliskan bahwa saat tahapan menanya siswa diharapkan bertaya, “Apa hubungan antara dua
himpunan
tersebut?”
yang
mengarah
pada
permasalahan pada tahapan mengamati.
c) Tahapan menalar Pada tahapan menalar siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis persoalan yang diberikan oleh guru. Ada siswa yang menanyakan maksud dari persoalan tersebut dan ada juga yang tidak memperhatika atau berbicara dengan teman sebangku.
d) Tahapan mencoba Tahapan mencoba dilakukan dengan model diskusi kelompok.
Selama
diskusi
beberapa
siswa
dalam
kelompok tidak ikut terlibat dalam pengerjaannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
cenderung diam atau membicarakan hal lain. Terlebih kelompok yang duduk di bangku paling belakang. Mereka tidak berdiskusi melainkan sibuk dengan melakukan candaan atau saling bergurau. Selama proses diskusi beberapa siswa ada yang bertanya secara mandiri terkait kesulitan yang ditemukan dalam lembar kerjanya, tetapi ada juga yang menanyakan hal-hal diluar konteks.
e) Tahapan menyimpulkan Pada kegiatan inti, tahapan menyimpulkan tidak nampak dilakukan oleh guru, sehingga tidak ada aktivitas siswa yang dapat diamati. Jika meninjau RPP yang dibuat oleg guru (kegiatan inti nomer urut 4 dan 9, dengan sebutan mengasosiasi), maka seharusnya aktivitas yang diharapkan siswa dapat menyimpulkan definisi dari suatu relasi serta cara menyajikan relasi dalam bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan, tabel dan diagram titik. Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari, sesuai RPP (lampiran RPP), sehingga aktivitas yang diharapkan yaitu siswa mampu menyimpulkan terkait relasi dan penyajian relasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
2. Hasil angket guru Berdasarkan hasil angket guru (dapat dilihat pada lampiran tabel 1.3), perolehah persentase rata-rata suatu pernyataan adalah 60% sebagai persentase tertinggi sekaligus persentase yang paling banyak diperoleh pada suatu pernyataan dan 40% sebagai perolehan persentase terendah. Perolehan persentase 60% dapat ditunjukan pada indikator yang dideskripsikan sebagai berikut: a. Kesiapan RPP Guru sudah mempersiapkan RPP dengan baik (no 1), sesuai aturan Kurikulum 2013 (no 2), tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan RPP (no 3) dan yakin dengan RPP yang telah dipersiapkan untuk proses pembelajaran dapat berjalan sesuai tujuan (no 4).
b. Pendapat tentang pendekatan saintifik Guru sepakat bila pendekatan saintifik baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran matematika (no 5). Guru sudah
melaksanakan
proses
pembelajaran
menggunakan
pendekatan saintifik dengan berbagai metode dan hasil yang diperoleh baik (no 6).
c. Kegiatan pembuka Pada kegiatan pembukaan guru merasa sudah menjalankan seluruh tahapan seperti mengucapkan salam (no 7), melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
absensi (no butir 9), mengkondisikan kelas agar kondusif (no 8), melakukan apersepsi (no butir 10) dan memotovasi siswa (no 11).
d. Kegiatan inti Pada kegitan inti guru merasa siswa tidak kesulitan dalam proses mengamati (no 12) dan selama proses berlangsung sudah dilakukan pendampingan dalam mengamati (no 13). Siswa dirasa kesulitan dalam membuat pertanyaan (no 16) dan guru merasa sudah mengarahkan siswa agar dapat bertanya (no 15).
Guru
sependapat bahwa siswa kesulitan mencoba karena tidak tahu cara mengerjakan
(no
23).
Guru
merasa
sudah
melakukan
pendampingan agar siswa dapat menyimpulkan (no 24). Guru merasa sudah berelasi dan berinteraksi dengan siswa, bersikap tegas, terbuka dan memberi motivasi untuk siswa (no 17-20 dan no 22).
e. Kegiatan penutup Pada kegiatan penutup guru merasa sudah menjalankan seluruh kegiatan seperti membuat rangkuman (no butir 25), melakukan evaluasi (no butir 26), mengajak siswa untuk berefleksi (no butir 27), memberitahukan siswa materi yang akan dipelajari selanjutnya (no butir 28) dan memberi tugas untuk siswa (no butir 29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Selanjutnya untuk perolehan persentase rata-rata 40% dapat ditunjukan pada kegiatan inti seperti: guru merasa tidak maksimal dalam mendampingi siswa dikarenakan siswa sulit untuk diatur (no butir 14), guru merasa siswa kesulitan mengamati karena persiapan dalam mengajar tidak lengkap (no butir 18), dan guru merasa kesulitan dalam menjalankan pendekatan saintifik (no butir 21).
3. Hasil angket siswa Angket diberikan kepada siswa sepuluh menit terakhir sebelum kegiatan pembelajaran selesai. Angket yang di bagikan sebanyak 33 lembar sesuai dengan banyaknya siswa yang masuk dan dikembalikan sama banyaknya. Dari hasil pengolahan data angket siswa (dapat dilihat pada lampiran tabel 1.4) diperoleh rata-rata score akhir berbentuk persentase yang kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang. Berikut penyajian data berdasarkan minat siswa dan tahapan dalam pendekatan saintifik: a. Minat Siswa Berikut penyajian data minat siswa yang diolah dari hasil rata-rata skor akhir dan di ubah dalam bentuk persentase.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Gambar 4.5: Hasil persentase minat siswa Hasil pengolahan data menunjukan perolehan persentase pada pernyataan “saya tidak menyukai matematika” adalah 66%, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai matematika. Pernyataan tersebut didukung dengan perolehan persentase 58% yang menunjukan bahwa siswa suka dengan matematika karena mudah dan 71% yang menunjukan bahwa siswa menyukai matematika karena cara guru mengajar menyenangkan. Pada pernyataan “saya merasa matematika sulit dipahami”
perolehan
persentasenya
adalah
57%
yang
menunjukan bahwa siswa merasa matematika cukup mudah untuk dipahami. Secara keseluruhan berdasarkan persentase rata-rata yang diperoleh menunjukan bahwa siswa minat dengan matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
b. Tahapan dalam pendekatan saintifik Dari hasil pengolahan angket diperoleh hasil persentase setiap tahapan pada pendekatan saintifik. Berikut penyajian data tahapan dalam pendekatan saintifik yang diolah berdasarkan hasil rata-rata skore akhir yang kemudian diubah dalam bentuk persentase serta disajikan dalam bentuk diagram batang.
1) Tahapan mengamati
Gambar 4.6: Hasil persentase tahapan mengamati Pada tahapan mengamati perolehan persentase rata-rata pernyataan “saya merasa kesulitan dalam mengamati persoalan matematika yang dibawakan oleh guru” adalah 57%. Siswa tidak merasa kesulitan dalam mengamati persoalan. Hal tersebut didukung dengan pernyataan siswa merasa tahu cara mengamati dan sebagian mudah dalam mengamati dengan perolehan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
persentase rata-rata 73% dan 57%. Perolehan pesentase rata-rata pernyataan “saya lebih memilih berbicara dengan teman dari pada mengamati.” adalah 73%, hal tersebut menunjukan bahwa mereka
fokus
dalam
mengerjakan.
Secara
keseluruhan
berdasarkan persentase rata-rata yang diperoleh menunjukan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengamati.
2) Tahapan menanya
Gambar 4.7: Hasil persentase tahapan menanya Pada tahapan menanya, perolehan persentase rata-rata pernyataan “saya tidak tahu apa yang ingin ditanyakan bila diminta untuk bertanya” adalah 61% yang menunjukan bahwa siswa tahu terkait apa yang ingin ditanyakan. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan mereka merasa bertanya itu mudah dan mereka tahu cara bertanya dengan perolehan persentase rata-rata 69% dan 77%. Berdasarkan perolehan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
persentase rata-rata pernyataan “saya berani bertanya bila belum paham” adalah 80%. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan bahwa mereka berani bertanya karena tidak takut dianggap bodoh dan tidak takut dimarahi guru dengan perolehan persentase rata-rata masing-masing 73% dan 77%. Selanjutnya perolehan persentase rata-rata yang menunjukan siswa akan bertanya bila belum paham adalah 64%. Secara keseluruhan berdasarkan persentase rata-rata yang diperoleh menunjukan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dalam bertanya karena siswa tahu cara bertanya, siswa merasa bertanya itu mudah, dan siswa tidak takut untuk bertanya, sehingga siswa akan bertanya bila belum paham.
3) Tahapan mencoba
Gambar 4.8: Hasil persentase tahapan mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Pada tahapan mencoba, perolehan persentase rata-rata pada pernyataan “saya tidak tertarik mengerjakan soal karena tidak paham dari awal” adalah 67%. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa siswa tertarik dalam mengerjakan soal karena siswa paham materi yang disampaikan dari awal. Pernyataan tersebut pun menunjukan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan saat mencoba karena tidak paham materi yang diberikan dari awal. Perolehan persentase rata-rata pernyataan “saya mau mengerjakan persoalan bila mendapat poin tambahan” adalah 52% yang menunjukan bahwa siswa mau mengerjakan persoalan jika ada poin tambahan yang kedepannya dapat dijadikan sebagai motivasi untuk siswa agar mau berusaha. Selanjutnya siswa merasa suka dengan guru dan berani mengerjakan soal dengan perolehan persentase rata-rata 72% dan 71%. Siswa juga memilih mengerjakan soal dari pada berbicara dengan teman yang terlihat dari perolehan persentase rata-rata 69%. Secara keseluruhan berdasarkan persentase ratarata yang diperoleh menunjukan bahwa siswa tidak kesulitan saat mencoba persoalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
4) Tahapan menyimpulkan
Gambar 4.9: Hasil persentase tahapan menyimpulkan Pada tahapan menyimpulkan, perolehan persentase ratarata 64% pada pernyataan “saya tidak tahu apa yang harus disimpulkan dari apa yang harus dipelajari” menunjukan bahwa siswa merasa tahu apa yang harus disimpulkan dari materi yang sudah diberikan. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan bahwa siswa dapat dengan mudah menarik kesimpulan dan dapat berpendapat dari apa yang sudah dipelajari dengan perolehan persentase rata-rata 66% dan 69%. Terlebih pernyataan
siswa
dengan
perolehan
score
67%
yang
menunjukan bahwa siswa merasa senang bila diminta untuk berpendapat. Secara keseluruhan berdasarkan persentase ratarata yang diperoleh menunjukan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyimpulkan karena siswa tahu apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
harus disimpulkan, siswa merasa mudah untuk menyimpulkan dan siswa merasa senang saat diminta untuk menyimpulkan.
4. Hasil wawancara Pada tanggal 21 Oktober 2015, wawancara guru dilakukan saat pada jam istirahat dan wawancara siswa dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan (terlampir pada lampiran A): a. Hasil wawancara guru Wawancara dilakukan pada jam istirahat pukul 09.30 – 09.45 di ruang guru. Dalam wawancara tersebut peneliti menggali informasi sesuai dengan pedoman wawancara guru yang sudah dibuat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dideskripsikan bahwa guru sudah mempersiapkan RPP jauh hari sebelumnya untuk empat kali pertemuan dan tidak mengalami kendala dalam pembuatannya (dapat dilihat pada lampiran a.1). Peneliti
:
Guru
:
Sejauh apa persiapan pembuatan RPP yang anda lakukan? Persiapan dilakukan di awal Bab dibuat 4 pertemuan. Untuk kendalanya tidak ada.
Untuk proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik guru merasa siswa susah untuk diarahkan agar dapat menanya dengan
pertanyaan-pertanyaan
yang
relevan,
sesuai
tujuan
pembelajaran (lampiran a.1). Peneliti
: Apa yang anda rasakan saat melaksanakan pembelajaran di kelas dengan pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
saintifik dan metode yang diberikan? : Siswa susah diarahkan untuk menanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
Guru
Guru juga merasa siswa terkendala pada kegiatan mengomunikasikan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang, lebih cenderung main dan berbicara dengan teman lain. Dari permasalahan tersebut guru merasa kegiatan pembelajaran tidak maksimal dalam mengomunikasikan atau menanya. Guru juga merasa bahwa siswa yang dihadapinya selama proses pembelajaran terlihat kurang termotivasi untuk belajar. Peneliti
:
Guru
:
Apa yang anda rasakan saat melaksanakan pembelajaran di kelas dengan pendekatan saintifik dan metode yang diberikan? . . . Kemudia dikegiatan mengomunikasikan untuk kelas yang saya ampu agak terkendala dibandingkan kelas lain. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang, lebih cenderung main dan ngobrol sehingga tidak maksimal dalam mengomunikasikan atau menanya. Terlihat kurang termotivasi untuk belajar.
Tanggapan guru terkait siswa yang berkesulitan belajar dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih merasa bahwa pada dasarnya pendekatan saintifik tetap dijalankan, tetapi saat proses evaluasi nilai yang diperoleh siswa tidak mencapai batas ketuntasan sehingga harus dilakukan remidial. Peneliti
Guru
: Apa tanggapan anda dengan siswa yang kesulitan mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik? : Pada dasarnya Saintifik tetep saya jalankan pada semestinya tetapi anak-anak saat dilakukan proses evaluasi nilai yang diperoleh tidak mencapai batas ketuntasan, sehingga saya harus melakukan remidial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
klasikal atau satu kelas, tidak menggunakan saintifik lagi.
Upaya yang dilakukan guru agar siswa mampu mengikuti proses pembelajaran adalah dengan memberikan motivasi agar siswa lebih kondusif dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas. Peneliti
Guru
: Sejauh ini upaya apa yang sudah anda lakukan agar siswa mampu mengikuti proses pembelajaran? : Upaya saya dengan memberikan motivasi agar mereka dapat belajar dengan kondusif dan lebih bertanggung jawab di dalam mengerjakan tugas-tugas, baik itu individu maupun kelompok. Dengan begitu diharapkan pembelajaran dapat optimal.
Guru merasa bahwa hasil dari upayanya melaksanakan proses pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik membuat siswa lebih mudah mengingat karena mengikuti proses menemukan rumus, tetapi untuk penguasaan variasi soal-soal siswa cenderung lemah. Peneliti
Guru
: Apa hasil dari upaya yang sudah anda lakukan? Perubahan apa yang nampak pada siswa? : Untuk perubahan dengan menggunakan Saintifik ini dalam proses menemukan rumus lebih mengena. Jadi siswa lebih mudah mengingat karena mengikuti prosesnya, menemukan sendiri. Akan tetapi untuk penguasaan variasi soal-soal, terlebih matematika, siswa cenderung lemah. Bila pemberian variasi soal diberikan akan terhambat oleh waktu.
Masukan dari guru untuk para guru matematika agar guru lebih
mempersiapkan
RPP,
prota,
prosen
terlebih
media
pembelajaran agar saat prosesnya dapat berjalan Untuk pemerintah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
guru mengharapkan aturan yang diberlakukan tidak menimbulkan perdebatan dikalangan para guru, contohnya dalam perlu atau tidaknya penulisan tujuan pada RPP. Peneliti
:
Guru
:
Apakah anda punya masukan untuk para guru matematika serta pemerintah? Masukan yang pertama untuk para guru lebih mempersiapkan lagi RPP, prota, prosen terlebih media pembelajaran agar saat prosesnya dapat berjalan lebih optimal. Selanjutnya untuk pemerintah lebih ke aturan, karena ada beberapa aturan yang menimbulkan perdebatan dikalangan guru-guru terkait pembuatan RPP dalam menuliskan tujuan, itu boleh ditulis boleh tidak, hal itu sepertinya sederhana tetapi menimbulkan permasalahan dikalangan guruguru.
b. Hasil wawancara siswa Wawancara siswa dilakukan diluar jam pembelajaran tepatnya setelah pembelajaran selesai dengan memilih 5 siswa yang sudah ditentukan oleh guru. Setiap siswa ditanya satu-persatu untuk menggali lebih informasi terkait kendala yang dirasakan selama proses pembelajaran dikelas. Berikut deskripsi hasil wawancara kelima siswa terkait proses pembelajaran yang dibawakan oleh guru dan keterlibatan atau kesulitan siswa dalam mengikuti tahapan dalam pendekatan saintifik: 1) Proses pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara, Kelima siswa merasa proses pembelajaran yang dibawakan oleh guru terasa menyenangkan (dapat dilihat pada lampiran a.2.1-a.2.5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Mereka merasa senang karena tidak banyak aturan yang diberikan oleh guru sehingga siswa merasa nyaman (lampiran a.2.1, a.2.2, c.2.5 baris 4). Peneliti
Siswa 1
: Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? : Senang mas : Senangnya bagaimana? Mungkin bisa dijelaskan : Ga banyak aturan dan enak
Peneliti
:
Siswa 2 Peneliti Siswa 2
: : :
Peneliti
:
Siswa 5 Peneliti Siswa 5
: : :
Siswa 1 Peneliti
Apa yang dirasakan selama pembelajaran dengan guru kalian tadi? Senang mas Senangnya bagaimana? Ga ada halangan, bisa bebas
proses
Apa yang dirasakan selama pembelajaran dengan guru kalian tadi? Senang Senangnya bagaimana? Guru menyenangkan
proses
Menurut siswa 4 cara guru dalam mengajar dapat membuat mereka menjadi paham (lampiran a.2.4). Diperjelas oleh siswa 5 bahwa cara guru dalam mengajar membuatnya paham karena guru mau mengulang untuk menjelaskan ( lampiran a.2.5, baris 6). Peneliti Siswa 4
: Apakah kamu merasa kesulitan dengan cara mengajar guru kalian? Apa alasannya? : Tidak mas, kadang langsung paham
Peneliti
:
Siswa 5
:
Apakah kamu merasa kesulitan dengan cara mengajar guru kalian? Apa alasannya? Tidak mas, karena diulang-ulang saat menjelaskan
Berbeda dengan siswa 2 dan siswa 3 yang merasa kesulitan dalam memahami penjelasan guru (lampiran a.2.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
dan a.2.3). Siswa 2 merasa kesulitan saat guru menjelaskan diagram panah (lampiran a.2.2) dan siswa 3 merasa bahwa matematika pada dasarnya sulit dipahami (lampiran a.2.3). Peneliti Siswa 2 Peneliti Siswa 2
: Apakah kamu merasa kesulitan dengan cara mengajar guru kalian? Apa alasannya? : Sedikit kesulitan : Kesulitan dibagian apa? : Menentukan diagram panahnya.
Peneliti
:
Siswa 3 Peneliti Siswa 3
: : :
Apakah kamu merasa kesulitan dengan cara mengajar guru kalian? Apa alasannya? Lumayan sulit mas Kesulitan dibagian apa? Lupa mas, matematika memang sulit
2) Tahapan mengamati Pada tahapan mengamati siswa 1 tidak ikut mengamati dengan alasan mengantuk dan lapar, tetapi paham dengan materi yang diberikan.
Untuk sisanya, keempat siswa ikut
mengamati. Mereka merasa bingung dan kesulitan (lampiran a.2.2, a.2.4, dan a.2.5) serta kesulitan dalam memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru (lampiran a.2.3 baris 10). Peneliti
:
Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Ikut mengamati, kadang bingung
Siswa 2
:
Peneliti
:
Siswa 3
:
Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Ikut mengamati, tapi sulit memahami
Peneliti
:
Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Siswa 4
:
Peneliti
:
Siswa 5
:
untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Ikut mengamati, sempat kesulitan dan bingung Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Ikut mengamati, sempat kesulitan
Siswa 2 kesulitan dalam membuat diagram panah (lampiran a.2.2), siswa 3 kesulitan kerena penjelasan dari guru terlalu cepat (lampiran a.2.3), siswa 4 kesulitan memahami soal yang disajikan dalam bentuk penalaran (lampiran a.2.4), dan siswa 5 kesulitan karena tidak fokus saat memperhatikan dan sempat berbicara dengan teman (lampiran a.2.5). Peneliti Siswa 2
: :
Apa yang buat kamu bingung? Menghubungkan diagram panahnya.
Peneliti Siswa 3
: :
Sulit memahaminya bagaimana? Gurunya kecepetan
Peneliti
Siswa 4
: Sulit dan bingungnya dibagian apa? Saat diminta menentukan relasi dalam bentuk perkalian? : Iya yang itu, saat diminta mengalikan
Peneliti Siswa 5
: Sulit dibagian apa? : Lupa
Peneliti
: Lho kenapa lupa? Ikut memperhatikan atau ngobrol dengan teman? : Sempat ngobrol
Siswa 5
3) Tahapan menanya Pada tahapan menanya, keseluruhan siswa mengalami permasalahan dalam bertanya. Siswa 1 punya keberanian untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
bertanya tetapi keberanian itu tertutupi rasa takut bila dipermalukan teman-teman dan tidak tahu cara bertanya (lampiran a.2.1). Peneliti Siswa 1 Peneliti
: : :
Siswa 1
:
Kamu berani bertanya? Saya kadang berani mas Berarti kamu ada rasa takut untuk bertanya? Apa yang buat kamu takut? Malu mas, nanti dipermalukan sama temanteman
Untuk siswa 2 cenderung merasa bingung terkait apa yang harus ditanyakan serta merasa bingung, takut dan malu bila pertanyaan yang disampaikan salah. Siswa 2 hanya mengetahui cara bertanya dengan angkat tangan (lampiran a.2.2). Peneliti
Siswa 2 Peneliti Siswa 2 Peneliti Siswa 2 Peneliti Siswa 2
: Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa yang kamu rasakan? : Bingung mau tanya apa. : Tapi kamu tahu cara bertanya? : Tau mas, dengan angkat tangan kan mas maksudnya? : Betul itu cara kalau kamu mau bertanya, tapi apakah kamu berani bertanya? : Takut sebetulnya : Apa yang buat kamu takut? : Malu mas kalau salah
Selanjutnya untuk siswa 3, dia merasa tahu cara bertanya, tahu cara membuat pertanyaan, tetapi niatannya untuk bertanya tidak dapat tersampaikan karena malu dan takut salah (lampiran a.2.3). Peneliti
:
Siswa 3
:
Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa yang kamu rasakan? Ragu-ragu, takut pertanyaannya salah, malu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Peneliti Siswa 3 Peneliti
: : :
Siswa 3 Peneliti Siswa 3
: : :
Tapi kamu tahu cara bertanya? Tau mas Cara membuat pertanyaan dengan kalimat tanya apakah juga tahu? Tahu mas Apa yang buat kamu tidak bertanya? Malu mas, takut kalau salah
Sama halnya dengan siswa 4 dan siswa 5 yang merasa bahwa dirinya tahu cara bertanya, tahu cara membuat pertanyaan, tetapi niatannya untuk bertanya tidak tersampaikan karena ada rasa takut dianggap bodoh dan bingung dengan apa yang harus ditanyakan (lampiran a.2.4 dan a.2.5). Peneliti
:
Siswa 4
:
Peneliti
:
Siswa 5
:
Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa kamu bisa bertanya? Apa yang kamu rasakan? Tidak bisa tanya, rasanya deg-degan, takut dikira bodoh tu lho mas Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa kamu bisa bertanya? Apa yang kamu rasakan? Tidak bisa tanya, takut salah
4) Tahapan mencoba Pada tahapan mencoba, siswa 1 dalam diskusi ikut mencoba tetapi tidak sampai akhir diskusi (lampiran a.2.1). Peneliti
Siswa 1
: Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan? : Tidak ikut mencoba mas tetapi sebelumnya mencoba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Untuk siswa 2, selama proses diskusi dia ikut mencoba mengerjakan persoalan dan mampu menjawab bahwa dia kesulitan pada saat menentukan relasi (lampiran a.2.2).
Peneliti
:
Siswa 2
:
Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan? Ikut mencoba, kesulitan didiagramnya
Sama halnya dengan siswa 3 yang ikut mencoba dan mengarjakan tetapi lupa dengan persoalan yang ada di LKS (lampiran a.2.3). Peneliti
Siswa 3 Peneliti Siswa 3
: Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan? : Ikut mencoba dan mengerjakan : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba mengerjakan? : Lupa mas apa yang dikerjakan
Sedangkan siswa 4 dan siswa 5 merasa kesulitan saat mencoba mengerjakan LKS nomer iii dan iv (lampiran a.2.4 dan a.2.5). Peneliti Siswa 4 Peneliti Siswa 5
:
Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba mengerjakan? : Merasa susah no iii dan iv : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba mengerjakan? : Merasa susah no iii dan iv
5) Tahapan menyimpulkan Siswa 1 tidak dapat menyimpulkan karenana dari awal sudah
tidak
memperhatikan
tetapi
dia
merasa
punya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
keberanian untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari (lampiran a.2.1). Peneliti
Siswa 1 Peneliti Siswa 1
: Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Coba simpulkan. : Apa ya mas. (Tidak bisa menyimpulkan karena tidak memperhatikan). : Tetapi kamu berani membuat kesimpulan bila diminta gurumu menyimpulkan? : Kalau bisa berani mas.
Siswa 2 merasa dirinya dapat memberi kesimpulan tetapi ketika ditanya hal apa yang sudah dipelajari, dia merasa bingung dan bila diminta guru untuk menyimpulkan, dia tidak berani karena takut salah (lampiran a.2.2). Peneliti
Siswa 2 Peneliti Siswa 2 Peneliti Siswa 2
: Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu bisa menyimpulkan? : Bisa mas : Kira-kira apa yang sudah kamu pelajari barusan? Coba simpulkan. : Apa ya mas, bingung : Tetapi kamu berani membuat kesimpulan bila diminta gurumu menyimpulkan? : Ga berani mas, bingung, malu kalau salah
Sama halnya dengan siswa 3, siswa 4, dan siswa 5 yang cenderung merasa berani dan dapat menyimpulkan namun merasa bingung dengan apa yang harus disimpulkan dan takut salah (lampiran a.2.3, a.2.4, dan a.2.5). Peneliti
Siswa 3
: Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu bisa menyimpulkan? : Sulit menyimpulkan, bingung mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Peneliti Siswa 3 Peneliti
Siswa 4 Peneliti Siswa 4 Peneliti
Siswa 5 Peneliti Siswa 5 Peneliti Siswa 5
menyimpulkan apa : Tetapi kamu berani membuat kesimpulan bila diminta gurumu menyimpulkan? : Tidak berani, susah memberi kesimpulan : Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu bisa menyimpulkan? : Bisa menyimpulkan tetapi tidak berani : Apa yang membuat kamu tidak berani bertanya? : Takut salah : Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? : Tidak tahu, bingung : Tetapi kamu berani menyimpulkan? : Berani : Apa yang membuat kamu tidak menyimpulkan? : Takut saja, nanti salah
B. Pembahasan Proses pembelajaran yang ideal perlu melibatkan seorang pendidik yang memiliki kesiapan dalam menjalankan suatu metode. Tujuan dari adanya kesiapan tersebut agar siswa yang ikut terlibat mampu mengikuti proses dan mengalami proses belajar tanpa mengalami kesulitan. Seorang pendidik memiliki peranan sebagai fasilitator yang bertugas untuk membantu siswa dalam menjalankan proses belajar, menanggulangi permasalahan interen siswa secara profesional, membawa proses pembelajaran secara profesional, mengembangkan siswa sehingga outputnya menghasilkan pribadi yang ideal (pribadi yang berkembang dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap). Akan tetapi, peranan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
guru secara keseluruhan tidak dapat disalahan karena permasalahan dalam diri siswa juga begitu komplek untuk ditangani. Hal tersebut menjadi tolak ukur peneliti untuk membahas lebih lanjut sama seperti permasalahan yang ditemukan di lapangan. Peneliti menemukan permasalahan pada siswa yang terlihat kesulitan belajar saat mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dibawakan oleh guru. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut dari hasil instrumen penelitian, peneliti menemukan penyebab dari kesulitan yang dialami siswa. Berikut penyebab kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas dengan menggunakan pendekatan saintifik: 1. Kegiatan pembuka Penyebab kesulitan tersebut bermula dari peranan guru dalam menjalankan proses awal pembelajaran yaitu kegiatan pembuka. Guru tidak mengkondisikan kelas sampai seluruh siswa bisa tenang dan kondusif untuk belajar. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi pembelajaran (tabel 1.1) dan hasil observasi aktivitas siswa (tabel 1.2). Saat melakukan apersepsi, guru kurang mendalam dalam mebahas materi relasi yang akan dipelajari selanjutnya. Guru tidak menunjukan sikap memotivasi siswa dan terkesan terburu-buru sehingga tujuan pembelajaran tidak tersampaikan dengan baik. Bahkan sesungguhnya pembelajaran di awal dapat dikatakan tidak optimal karena belum sepenuhnya terjadi interaksi antar guru dengan siswa. Terlihat juga dari
kondisi
siswa
yang
belum
mempersiapkan
diri,
tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
memperhatikan penjelasan guru dan masih ada siswa yang berada diluar kelas. Siswa tidak menunjukan kesadarannya untuk belajar dan mau mengikuti pembelajaran, sama seperti yang dirasakan guru dalam hasil angket bahwa siswa sulit diatur (tabel 1.3) dan hasil wawancara guru yang mengatakan bahwa siswa kurang termotivasi untuk belajar (lampiran a.1). Peneliti : Apa yang anda rasakan saat melaksanakan pembelajaran di kelas dengan pendekatan saintifik dan metode yang diberikan? Guru : . . . Aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang, lebih cenderung main dan ngobrol sehingga tidak maksimal dalam mengomunikasikan atau menanya. Terlihat kurang termotivasi untuk belajar.
Permasalahan tersebut sangat bertolak belakang dengan hasil angket siswa (tabel 1.4) yang menunjukan bahwa mereka minat dengan matematika. Jika siswa minat dengan matematika maka seharusnya siswa sadar untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran. Jika ditinjau dari hasil angket siswa (tabel 1.4 no 3) dan wawancara siswa (lampiran a.2.1-a.2.5) yang menunjukan bahwa cara guru mengajar menyenangkan dan tidak banyak aturan maka tidak salah jika siswa mengambil sikap untuk tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Peneliti
:
Siswa 1 Peneliti Siswa 1
: : :
Peneliti
:
Siswa 2
:
Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Senang mas Senangnya bagaimana? Mungkin bisa dijelaskan Ga banyak aturan dan enak Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Senang mas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Peneliti Siswa 2
: :
Senangnya bagaimana? Ga ada halangan, bisa bebas
Peneliti
:
Siswa 3 Peneliti Siswa 3
: : :
Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Senang mas Senangnya bagaimana? Gurunya enak
Peneliti
:
Siswa 4 Peneliti Siswa 4
: : :
Peneliti
: Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? : Senang : Senangnya bagaimana? : Guru menyenangkan
Siswa 5 Peneliti Siswa 5
Apa yang dirasakan selama proses pembelajaran dengan guru kalian tadi? Senang mas Senangnya bagaimana? Gurunya asik, lucu
Jadi peranan guru dalam kegiatan pembuka sangat diperlukan, terlebih dapat mengarahkan siswa secara tegas untuk tetap fokus pada proses belajar dan pembelajaran. Dengan begitu proses pembelajaran yang terjadi diawal akan selaras dengan proses selanjutnya dan sesuai dengan pengertian Miarso (1993) dalam Siregar dan Nara (2010:3-4) bahwa pembelajaran adalah usaha pendidik secara sadar untuk mengendalikan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan dan mampu membuat siswa belajar.
2. Kegiatan inti Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Guru tidak mengalami permasalahan dan merasa yakin dalam pelaksanaannya dan yakin dapat berjalan sesuai tujuan pembelajaran (hasli angket guru, tabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
1.3). Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara siswa menunjukan adanya permasalahan dalam menjalankan tahapan pendekatan saintifik sebagai berikut:
a. Permasalahan dalam tahapan mengamati Pada tahapan mengamati, guru menggunakan papan tulis sebagai media untuk menjelaskan materi relasi (hasil observasi pembelajaran). Penggunaan media papan tulis terkesan minimal dan menyebabkan siswa kesulitan dalam mengamati dan memilih untuk berbicara dengan teman, ada yang merasa bingung, dan mengantuk (hasil wawancara siswa tahapan mengamati). Peneliti
Siswa 1
Peneliti
Siswa 2 Peneliti
Siswa 3 Peneliti
Siswa 4
Peneliti
: Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? : Tidak ikut mas karena ngantuk, lapar belum sarapan : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? : Ikut mengamati, kadang bingung : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? : Ikut mengamati, tapi sulit memahami : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? : Ikut mengamati, sempat kesulitan dan bingung : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Siswa 5
untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? : Ikut mengamati, sempat kesulitan
Permasalahan tersebut disadari oleh guru yang terbukti dari hasil angket guru yang menunjukan bahwa guru merasa tidak mempersiapkan pelaksanaanya secara lengkap dengan perolehan persentase 40 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan mengikuti proses tahapan mengamati akibat kurangnya persiapan guru dalam pelaksanaannya. Secara aturan tahapan mengamati dalam pendekatan saintifik menjadi dasar siswa untuk membangun pemahaman dari hasil pengamatannya sesuai dengan skema alur tahapan saintifik. Pada tahapan awal pendekatan saintifik siswa diajak untuk mengamati suatu bentuk permasalahan yang ada. Cara dalam mengamati dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk melihat, mendengar, atau meraba. Tujuannya adalah mengajak anak untuk melakukan proses mengolah informasi dari hasil pengamatannya. Jika guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati secara maksimal maka informasi yang diperoleh siswa pun tidak dapat disimpan dengan baik. Secara paradikma tahapan mengamati sesungguhnya menjadi dasar proses pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan
kemampuan
kognitifnya
(Piaget)
serta
merekonstruksi pengalaman (Bogner: 2008) yang dimilikinya, sesuai dengan penjelasan Huda (2014:37-70) terkait paradikma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
pembelajaran. Selanjutnya, jika pada tahapan mengamati siswa sudah terkendala maka pada tahapan selanjutnya siswa juga akan mengalami kendala, sehingga dalam prosesnya tidak boleh terjadi miss saat mengamati (skema alur tahapan saintifik). Permasalahan dalam tahapan mengamati dapat juga muncul dari diri siswa seperti mengalami kesulitan belajar dan tidak tahu gaya belajar yang dimiliki, sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih memilih berbicara dengan temannya. Oleh sebab itu peranan guru dalam mendampingi dan mengarahkan siswa sangat dibutuhkan.
b. Permasalahan dalam tahapan menanya Tahapan menanya padas pembelajaran tidak nampak dilakukan oleh guru. Akan tetapi, permasalahan dalam tahapan menanya dapat digali melalui hasil wawancara guru (lampiran a.1) yang mengatakan bahwa siswa sulit diarahkan untuk menanya, dengan kata lain siswa mengalami kesulitan dalam menanya. Peneliti
:
Guru
:
Apa yang anda rasakan saat melaksanakan pembelajaran di kelas dengan pendekatan saintifik dan metode yang diberikan? Siswa susah diarahkan untuk menanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan pembelajaran . . .
Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan hasil angket siswa yang menyatakan bahwa siswa tahu apa yang ingin ditanyakan, tahu cara bertanya, berani bertanya, tidak takut dikatakan bodoh dan merasa paham sehingga tidak bertanya. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
ditinjau dari hasil wawancara, maka diperoleh pengakuan bahwa sisiwa mengalami kesulitan untuk bertanya karena tidak tahu cara bertanya. Siswa bingung dengan apa yang ingin ditanyakan, siswa takut salah dan takut dipermalukan. Peneliti
Siswa 1 Peneliti Siswa 1 Peneliti
: Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa yang kamu rasakan? : Tidak tau mas : Tapi kamu bisa bertanya? : Bisa kalau tau
Siswa 2 Peneliti Siswa 2
: Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa yang kamu rasakan? : Bingung mau tanya apa. : Tapi kamu tahu cara bertanya? : Tau mas, dengan angkat tangan kan mas maksudnya? : Betul itu cara kalau kamu mau bertanya, tapi apakah kamu berani bertanya? : Takut sebetulnya : Apa yang buat kamu takut? : Malu mas kalau salah
Peneliti
:
Siswa 3 Peneliti Siswa 3 Peneliti
: : : :
Siswa 3 Peneliti Siswa 3
: : :
Peneliti
: Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa kamu bisa bertanya? Apa yang kamu rasakan? : Tidak bisa tanya, rasanya deg-degan, takut dikira bodoh tu lho mas : Tapi kamu tahu cara bertanya? : Tau mas, cuma bingung : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat
Siswa 2 Peneliti Siswa 2 Peneliti
Siswa 4 Peneliti Siswa 4 Peneliti
Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa yang kamu rasakan? Ragu-ragu, takut pertanyaannya salah, malu Tapi kamu tahu cara bertanya? Tau mas Cara membuat pertanyaan dengan kalimat tanya apakah juga tahu? Tahu mas Apa yang buat kamu tidak bertanya? Malu mas, takut kalau salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Siswa 4 Peneliti Siswa 4 Peneliti
Siswa 5 Peneliti Siswa 5 Peneliti Siswa 5 Peneliti Siswa 5
tanya apakah juga tahu? : Tahu mas : Apa yang buat kamu tidak bertanya? : Cuma bingung mas : Saat proses pembelajaran tadi, jika kamu diminta untuk bertanya dari persoalan yang diberikan, apa kamu bisa bertanya? Apa yang kamu rasakan? : Tidak bisa tanya, takut salah : Tapi kamu tahu cara bertanya? : Tau mas : Cara membuat pertanyaan dengan kalimat tanya apakah juga tahu? : Tahu mas : Apa yang buat kamu tidak bertanya? : Tidak tahu mau tanya apa
Siswa 1 yang merasa tidak tahu cara bertanya dan bingung dengan apa yang ingin ditanyakan adalah siswa yang pada saat tahapan mengamati mengalami miss dalam mengamati karena pada saat tahapan mengamati tidak ikut mengamati. Peneliti
:
Siswa 1
:
Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mengamati persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mengamati? Apa yang kamu rasakan? Tidak ikut mas . . .
Secara skema alur pendekatan saintifik, siswa yang tidak maksimal dalam mengamati tidak menyimpan sebuah pemahaman atau konsep secara utuh. Dalam Smith (2013: 75-83) kesulitan menanya yang dialami siswa juga papat disebabkan karena siswa mengalami gangguan bahasa. Gangguan bahasa yang dialami siswa berupa kesulitan untuk menentukan kata yang benar serta kemampuan untuk menentuk berkomunikasi secara efektif (Gibbs dan Cooper:1989). Untuk menanggulangi permasalahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
dihadapi siswa saat kesulitan menanya adalah dengan menjadikan guru sebagai pendamping sekaligus pengarah bagi siswa, agar kedepannya siswa dapat bertanya, berani dan terampil. Dari hasil angket guru menunjukan bahwa guru merasa sudah melakukan pengarahan untuk siswa, tetapi bagi peneliti pengarahan yang diberikan tidak nampak.
c. Permasalahan dalam tahapan menalar Pada tahapan menalar peneliti menemukan permasalahan bahwa
siswa
kesulita
untuk
melakukan
penalaran
terkait
permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa diminta untuk menambahkan tanda panah yang menunjukan relasi A ke B.
Satu kurangnya Dari dua kali A
A
B .1 .2 .3 .4 .5 .7 .8
1. 2. 3. 4. Gambar 4.10: Soal penalaran
Berdasarkan
hasil
observasi,
siswa
tidak
merespon
permasalahan yang diberikan oleh guru. Selanjutnya guru meminta siswa yang terpilih untuk maju menyelesaikan permasalahan. Guru membantu siswa dalam membuat panah sehingga siswa dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
menyelesaikan dan memahami permasalahan yang diberikan. Permasalahan yang diberikan guru terbilang sulit untuk siswa, karena relasi yang digunakan melibatkan operasi pengurangan dan perkalian. Siswa sulit untuk memahami dan membayangkan maksud dari relasi yang diberikan. Secara
keseluruhan
dapat
dikatakan
bahwa
siswa
mengalami kesulitan dalam menalar. Kesulitan menalar yang dialami siswa disebabkan karena masalah daya ingat Swanto dkk. (1990) dalam Smith. Dari gambar 4.5 dapat dilihal bahwa soal penalaran yang diberikan melibatkan pemahaman terkait bilangan dan seharusnya siswa dapat mengingat pemahaman terkait bilangan, dengan kata lain siswa mengalami masalah daya ingat atau masalah memori sehingga tidak dapat mengingat pemahaman yang pernah dipelajari. Smith juga mengatakan bahwa siswa mengalami gangguan kognisi sehingga sulit dalam melakukan analisis masalah, membuat perencanaan dan pengaturan yang diperlukan bagi solusi masalah tersebut secara sadar. Jika mengambil contoh persoalan gambar 4.5 dengan relasi “satu kurangnya dari dua kali A”, maka diperoleh juga kesulitan siswa dalam memahami maksud dari relasi “satu kurangnya dari dua kali A”, sehingga dapat dikatakan juga bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami bahasa (Mulyadi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Jadi siswa mengalami kesulitan menalar karena gangguan dalam diri siswa berupa gangguan bahasa, memahami dan kemampuan kognitif, sehingga peranan guru dalam mendampingi siswa sangatlah penting.
d. Permasalahan dalam tahapan mencoba Pada tahapan mencoba, guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Hal tersebut sudah sesuai dengan paradikma pembelajaran bahwa dengan melakukan diskusi kelompok
siswa
pengetahuannya
dapat
berinteraksi
(Wenger:
1998)
dan
dalam
mengembangkan Huda.
Menjadi
permasalahan ketika guru tidak mengelompokkan siswa secara acak, sehingga kelompok yang terbentuk tidak kondusif untuk mencoba permasalahan dalam LKS yang diberikan. Kondisi kelompok yang tidak kondusif menjadi penyebab kesulitan siswa dalam tahapan mencoba. Ditinjau dari hasil angket siswa diperoleh kesimpulan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan saat menoba, namun dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa siswa tidak menyelesaikan permasalahan pada LKS sampai. Siswa merasa kesulitan saat diminta untuk menentukan relasi dari no iii dan iv pada LKS. Peneliti
Siswa 4 Peneliti
: Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan? : Ikut mencoba : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Siswa 4 Peneliti
Siswa 5 Peneliti Siswa 5
mengerjakan? : Merasa susah no iii dan iv : Saat proses pembelajaran tadi, kamu diminta untuk mencoba persoalan yang diberikan, Apakah kamu ikut mencoba? Apa yang kamu rasakan? : Ikut mencoba : Lalu apa yang kamu rasakan saat mencoba mengerjakan? : Merasa susah no iii dan iv
Gambar 4.11: Persoalan dalam LKS Pada gambar 4.6 kesulitan siswa dalam mencoba saat menemukan permasalahan terkait bilangan seperti pada no iii dan iv. Permasalahan no i dan ii terlihat mudah karena tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan no iii dan iv yang perlu mengkaitkan dengan pemahaman tentang bilangan. Siswa tidak mampu mengingat materi bilangan berbangkat dan kelipatan suatu bilangan yang pernah dipelajari. Siswa mengalami permasalahan dalam memahami persoalan yang disajikan. Pada tahapan mencoba siswa menunjukan sikap berani untuk bertanya secara mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
(hasil observasi aktivitas siswa). Ada indikasi bahwa permasalahan pada tahapan menanya cukup terjawab pada tahapan mencoba. Siswa lebih nyaman bertanya bukan saat sesi bertanya. Jadi dari permasalahan tersebut siswa mengalami kesulitan mencoba untuk kasus-kasus tertentu seperti persoalan yang membutuhkan penalaran seperti contoh no iii dan iv.
e. Permasalahan dalam tahapan menyimpulkan Saat menampakkan
peneliti
melakukan
tahapan
observasi,
menyimpulkan
guru
dalam
tidak proses
pembelajarannya. Guru tidak melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari. Berdasarkan RPP (lampiran RPP hal 18) yang dibuat oleh guru, tahapan menyimpulkan tidak dituliskan pada kegiatan inti dan digantikan dengan tahapan mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Pada pelaksanaannya guru melaksanakan tahapan mengomunikasikan dengan meminta siswa untuk maju menjelaskan hasil diskusi (lampiran RPP no urut 8 hal 18). Pada RPP tahapan menyimpulkan dituliskan dalam kegiatan penutup (lampiran RPP no urut 1 hal 18). Selanjutnya peneliti menggunakan hasil wawancara siswa untuk menggalinya. Saat wawancara, peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan terkait materi yang sudah dipelajari. Hasil yang diperoleh siswa tidak mampu menyimpulkan karena lupa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
bingung dengan materi yang sudah dipelajari (lampiran a.2.2, a.2.3, dan a.2.5). Peneliti
: Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kalian rasakan? Apakah kamu bisa menyimpulkan? : Bisa mas : Kira-kira apa yang sudah kamu pelajari barusan? Coba simpulkan. : Apa ya mas, bingung : Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu bisa menyimpulkan? : Sulit menyimpulkan, bingung mau menyimpulkan apa
Siswa 2 Peneliti Siswa 2 Peneliti
Siswa 3
Peneliti
: Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? : Tidak tahu, bingung
Siswa 5
Ada juga siswa yang tidak memperhatikan dari awal sehingga tidak mengerti dan tidak dapat memberi kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari (lampiran a.2.1). Peneliti
:
Siswa 1
:
Saat proses pembelajaran tadi, kalian diminta untuk menyimpulkan persoalan yang sudah diberikan, Apa yang kamu rasakan? Coba simpulkan. Apa ya mas. (Tidak bisa menyimpulkan karena tidak memperhatikan).
Siswa merasa berani dan dapat menyimpulkan, tetapi ada juga siswa yang merasa takut saat guru meminta mereka untuk menyimpulkan (lampiran a.2.2, a.2.3, a.2.4, dan a.2.5). Peneliti Siswa 2
: Tetapi kamu berani membuat kesimpulan bila diminta gurumu menyimpulkan? : Ga berani mas, bingung, malu kalau salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
Peneliti Siswa 3 Siswa 4 Peneliti Siswa 4 Peneliti Siswa 5 Peneliti Siswa 5
Pernyataan
: Tetapi kamu berani membuat kesimpulan bila diminta gurumu menyimpulkan? : Tidak berani, susah memberi kesimpulan : Bisa menyimpulkan tetapi tidak berani : Apa yang membuat kamu tidak berani bertanya? : Takut salah : Tetapi kamu berani menyimpulkan? : Berani : Apa yang membuat kamu menyimpulkan? : Takut saja, nanti salah
siswa
merasa
bingung
dengan
tidak
bentuk
kesimpulan yang akan disampaikan sesuai dengan Smith bahwa siswa mengalami masalah bahasa sehingga sulit untuk menentukan kata yang benar untuk mengungkapkan ide dan kurangnya kemampuan dalam mengatur bahasa untuk berkomunikasi secara efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan menyimpulkan
karena
masalah
atau
gangguan
bahasa
serta
ditambahnya rasa takut yang muncul dalam diri siswa.
3. Kegiatan penutup Pada kegiatan penutup peranan guru dalam berinteraksi dengan siswa tidak terlalu terlihat karena keterbatasan waktu. Guru terkesan terburu-buru dalam memberikan kesimpulan, melakukan refleksi, dan evaluasi (hasil observasi pembelajaran). Ada siswa yang menanggapi kesimpulan yang disampaikan oleh guru tetapi hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
sebagian. Selanjutnya proses pembelajaran ditutup dengan tugas terkait fungsi dan bukan fungsi, serta membagikan hasil UTS.
C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian terkait observasi, angket, serta pelaksanaan wawancara guru dan siswa sehingga hasil dan pembahasan yang dipaparkan oleh peneliti tidak sepenuhnya menjawab permasalahan. Pada saat observasi hanya menggunakan satu orang sebagai observer yakni peneliti sendiri sehingga ada kemungkinan terjadi bias saat observasi berlangsung. Keterbatasan angket terletak pada bentuk kuisioner yang disajikan. Jawaban pada kuisioner terbatas pada jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan, sangat tidak setuju. Pada wawancara guru peneliti tidak dapat leluasa menggali informasi dan menanyakan tiap pertanyaan yang sudah dibuat karena keterbatasan waktu. Saat wawancara guru hanya tersedia waktu 15 menit dan terasa terburu-buru karena guru mempersiapkan waktu pembelajaran selanjutnya. Untuk wawancara siswa hanya tersedia waktu 25 menit untuk 5 siswa sehingga tidak dapat menanyakan lebih dalam penyebab kesulitan belajar yang mereka alami, terlebih proses yang berlangsung terasa terburu-buru karena siswa harus segera mengikuti jam pelajaran selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk kesulitan belajar siswa kelas VIII yang muncul dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik adalah kesulitan dalam memahami diagram panah, kesulitan dalam menanyakan persoalan relasi, kesulitan dalam menentukan diagram panah dua buah himpunan dengan bentuk penalaran, kesulitan dalam mencoba terkait menentukan relasi dalam bentuk penalaran, dan kesulitan dalam menyimpulkan materi dan penyajian relasi yang sudah dipelajari. Penyebab munculnya kesulitan belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika materi relasi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik karena kesulitan yang disebabkan oleh guru seperti: (1) guru kurang mengarahkan siswa agar dapat bertanya dan menyimpulkan, (2) guru tidak mempersiapkan pelaksanaan tahapan mengamati dengan baik dengan perolehan persentase 40%, (3) persoalan penalaran yang diberikan terbilang sulit, (4) kurangnya keterampilan dan pemahaman guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan perolehan persentase 40%, dan kesulitan yang muncul dari siswa sendiri seperti: (1) kurangnya kesadaran siswa untuk belajar dan mau mengikuti proses pembelajaran, (2) perasaan takut yang
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
dominan muncul, (3) siswa mengalami gangguan bahasa, (4) siswa mengalami gangguan mengingat, (5) siswa mengalami gangguan penalaran. B. Saran Berdasarkan kesimpulan peneliti memberikan saran untuk guru, siswa, dan peneliti lebih lanjut agar kesulitan belajar yang muncul dan penyebabnya dalam pembelajaran matematika materi dan penyajian relasi dengan pendekatan saintifik dapat teratasi. 1. Saran untuk guru Pada pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik perlu dipersiapkan segala penunjang proses pembelajaran. Guru sudah mulai memperhitungkan hal apa saja yang dapat diberikan untuk siswa dan bagaimana cara agar siswa dapat terbangun keinginannya untuk belajar. Tugas guru bukan hanya menjalankan proses pembelajaran, melainkan juga memikirkan apa yang dapat diberikan untuk siswa. Guru sebaiknya membuat suatu inovasi seperti menggunakan alat peraga, film, atau suatu permaianan agar siswa terbangun keingintahuannya dan siswa merasa tertarik untuk mengamati.
Pada
tahapan
menanya,
menalar,
mencoba
dan
menyimpulkan, guru sebaiknya mampu memposisikan dirinya sebagai pendamping untuk siswa. Contohnya pada tahapan menanya, guru dapat mendampingi dan mengarahkan siswa secara bertahap, mengarahkan siswa terkait cara membuat pertanyaan dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
pengamatan, memotivasinya, sehingga kedepannya siswa menjadi pribadi yang lebih percaya diri untuk bertanya.
2. Saran untuk siswa Siswa dapat membangun kesadaran terkait pentingnya belajar dan mengikuti proses pembelajaran di kelas, sehingga tugas guru di kelas tidak terlalu terbuang untuk mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan. Pada saat mengikuti proses pendekatan saintifk siswa sebaiknya ikut mengamati permasalahan yang diberikan oleh guru, siswa lebih memberanikan diri untuk bertanya dan menyimpulkan tanpa memikirkan salah atau malu terlebih dahulu, siswa lebih giat dalam mencoba persoalan dan pantang menyerah, jika tidak bisa maka bertanyalah pada guru.
3. Saran untuk peneliti selanjutnya Penelitian ini pada tahap observasi peneliti hanya menggunakan satu observer sehingga untuk penelitian lebih lanjut observer yang diberikan minimal 3 observer. Bentuk kuisioner yang disajikan juga terbatas pada jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat lebih variatif seperti menggunakan jawaban selalu, sering, kadang-kadang atau yang lainnya. Pada tahap wawancara peneliti hanya menggunakan seorang guru dan 5 siswa kelas VIII J di SMPN 15 Yogyakarta sebagai narasumber. Untuk penelitian lebih lanjut peneliti dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
menambahkan jumlah guru sebagai narasumber dan jumlah siswa dengan sampel yang lebih beragam lagi. Pelaksanaan wawancara guru dan siswa juga terbatas oleh waktu sehingga untuk penelitian lebih lanjut dapat lebih mempersiapkan dan
mempertimbangkan waktu
untuk pelaksanaan wawancara. Selanjutnya peneliti dapat meneruskan penelitian ini terkait kesimpulan yang dihasilkan dengan melakukan pengembangan atau pengkajian lebih mendalam lagi.