ANALISIS KESESUAIAN PEMASOK BAHAN BAKU ROTI TAWAR SPESIAL(RTS) DENGAN KRITERIA YANG DITETAPKAN OLEH PERUSAHAAN (Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo)
Oleh EKA ASTRIANI H24097036
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN
EKA ASTRIANI. H24097036. Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) Dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo). Di bawah bimbingan HETI MULYATI dan ALIM SETIAWAN S PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) adalah sebuah perusahaan yang memproduksi roti yang permintaannya selalu meningkat. Salah satu produk yang diproduksi PT NIC yang permintaannya terus meningkat adalah roti tawar spesial (RTS). Meningkatnya permintaan RTS, mendorong PT NIC untuk memenuhi permintaan pasar dan pelanggan. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan pengelolaan rantai pasokan, khususnya analisis kriteria dan pemilihan pemasok bahan baku RTS. Pemasok berperan sangat penting bagi kelancaran operasional perusahaan. Pemasok bahan baku yang akan dinilai adalah PT Adyaceda,PT Jaya Fermex, dan PT Nusa Indah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC, (2) mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC, (3) menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT NIC, dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang dipertimbangkan PT NIC dalam memilih pemasok. Responden untuk kuesioner identifikasi rantai pasokan dan PHA adalah Spv. PPIC, Purchasing dan QC PT NIC. Metode pengambilan sampel tersebut menggunakan metode pengambilan sampel non acak yaitu judgement sampling. Pengolahan data secara horizontal menggunakan Proses Hirarki Analitik dan untuk pengolahan data secara vertikal menggunakan Microsoft Excel. Pemilihan pemasok yang selama ini berlangsung di PT NIC dilakukan dengan mengaudit pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok tersebut, PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan dipasok oleh pemasok, kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan perusahaan, kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan perusahaan, referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi pemasok. Analisis PHA menunjukkan Kriteria yang menjadi prioritas utama dalam memilih pemasok bahan baku RTS di PT NIC adalah kualitas dengan bobot 0,216. Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dengan kinerja paling baik yaitu PT Jaya Fermex dengan bobot 0,337.
ANALISIS KESESUAIAN PEMASOK BAHAN BAKU ROTI TAWAR SPESIAL(RTS) DENGAN KRITERIA YANG DITETAPKAN OLEH PERUSAHAAN (Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh EKA ASTRIANI H24097036
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
Nama NIM
: Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT Nippon Indosari Corpindo) : Eka Astriani : H24097036
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
(Heti Mulyati, S.TP, MT)
(Alim Setiawan S, S.TP, M.Si.)
NIP 19770812 200501 2 001
NIP 19820227 200912 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP 19610123 198601 1 0002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 1 Juni 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan Bapak Abdul Chalik dan Ibu Fakhiroh. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2000 di Sekolah Dasar Negeri Bekasi Timur 3. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 3 Bekasi. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2006 di SMA Yayasan Pendidikan Islam (YPI) “45” Bekasi. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Diploma (D3) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk (USM) IPB dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan (D3) dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Saat duduk dibangku kuliah, penulis menjadi pengurus dalam acara Tour de Java PPMJ Field Trip sebagai Seksi Konsumsi pada tahun 2008.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen, FEM IPB. Pemilihan pemasok PT NIC merupakan hal yang strategis untuk keberlangsungan perusahaan. Kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan perusahaan dalam memilih pemasok digunakan sebagai dasar untuk menilai pemasok bahan baku utama Roti Tawar Spesial (RTS). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kriteria pemilihan pemasok di PT NIC dengan kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan. RTS merupakan produk PT NIC, dimana trend permintaan setiap tahunnya meningkat. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin Ya Robbal Alamin
Bogor, Desember 2011
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak baik secara moril maupun materil dan tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2.
Bapak R.Dikky Indrawan, SP, MM, sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan pengarahan, saran, dan motivasi
untuk terus
berprestasi. 3.
Kedua orang tua dan adikku Fikri Hidayat atas kasih sayang dan ketulusan atas segala dukungan moril, materil, waktu, tenaga, dan doa yang tak terbatas.
4.
Bapak Ir. Yusuf Hadi, MM sebagai Direktur Utama yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di PT Nippon Indosari Corpindo.
5.
Supervisor Production Planning and Inventory Control Ibu Wahyuni, SE atas bimbingan dan arahan selama penulis melakukan penelitian.
6.
Staf Departemen SCM dan staf Production Planning and Inventory Control (PPIC) yang banyak membantu dalam pengumpulan data, wawancara dan bimbingan untuk penulisan skripsi ini.
7.
Seluruh karyawan PT. Nippon Indosari Corpindo yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
8.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB atas segala bantuan yang diberikan selama penulis jadi mahasiswa.
9.
Riki Ariwanda yang senantiasa meluangkan waktu dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Rekan-rekan satu bimbingan: Nola Noviawati dan M. Rivaldi, Mursaliena Noor Laela, Izni Sorfina, Intan Sudarwati, Irma Oktavia, R.M Farida yang telah bersama-sama saling memberikan motivasi selama proses bimbingan dan
penyusunan
skripsi
ini.
Sahabat-sahabatku
Firsty
Dilliana
Romadhanti, Febri Ani Anggari, dan Gita pertiwi yang telah memberikan
v
semangat, mengarahkan, dan doa yang diberikan. Teman-teman terbaik Program alih Jenis Manajemen, FEM IPB Angkatan 7 yang selalu bersama-sama membuat kenangan dan memberikan dukungannya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya, khususnya yang terkait dengan kriteria pemasok.
vi
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................
v
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xi
PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................
1 1 3 3 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2.1. Rantai Pasok ........................................................................... 2.2. Manajemen Rantai Pasokan .................................................... 2.2.1 Prinsip Dasar Manajemen Rantai Pasokan ................... 2.2.2 Tujuan Strategis Pada Manajemen Rantai Pasokan ...... 2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok .................................................... 2.4. Proses Hirarki Analitik ............................................................ 2.5. Penelitian Terdahulu ...............................................................
5 5 6 9 9 10 12 15
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................ 3.2. Tahapan Penelitian ................................................................... 3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 3.4. Jenis dan Metode Pengambilan data ......................................... 3.5. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 3.6. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................
17 17 18 20 20 21 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 4.1. Gambar Umum Perusahaan ..................................................... 4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan ............................... 4.1.2 Sumber Daya Manusia .................................................. 4.2. Identifikasi Rantai Pasokan ......................................................
26 26 26 26 29
I.
vii
Halaman
4.2.1 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku 4.2.2 Analisis Proses Pengendalian Bahan Baku ................... 4.2.3 Proses Produksi RTS .................................................... 4.2.4 Distribusi ..................................................................... 4.2.5 Aliran Informasi .......................................................... 4.2.6 Sistem Pembayaran Bahan Baku dan Produk ............... 4.3. Analisis Pemilihan Pemasok, Kriteria-kriteria, dan Sub kriteria Bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok RTS ............................................................. 4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemasok ....................................... 4.3.2 Identifikasi Sub Kriteria dalam Memilih Pemasok ....... 4.3.3 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal .................... 4.4. Pemasok yang Memiliki Kriteria Tertinggi .............................. 4.5. Implikasi Manajerial ...............................................................
32 35 37 46 46 47
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 1. Kesimpulan ............................................................................. 2. Saran .......................................................................................
62 62 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
63
LAMPIRAN ..........................................................................................
65
viii
48 48 50 54 60 61
DAFTAR TABEL
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Halaman Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok ...................................... Tujuan, jenis dan metode pengumpulan dan analisis data ................ Nilai skala banding berpasangan .................................................... Bahan baku dan pemasok untuk produksi RTS di PT NIC............... Produk roti PT NIC ......................................................................... Standar proses make up roti tawar (dividing) PT NIC ...................... Standar proses make up roti tawar (slicing) PT NIC ........................ Standar proses pengemasan roti tawar PT NIC ................................ Bobot dan prioritas elemen kriteria pemilihan pemasok RTS .......... Bobot dan prioritas elemen sub kriteria pemilihan pemasok RTS .... Pemasok yang memiliki kesesuaian tinggi dengan kriteria perusahaan ......................................................................................
ix
10 21 23 31 37 39 41 41 55 56 60
DAFTAR GAMBAR
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Halaman Aliran rantai pasokan ..................................................................... Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir .................................................................. Struktur hirarki fungsional ............................................................. Kerangka pemikiran penelitian........................................................ Tahapan penelitian ......................................................................... Struktur hirarki .............................................................................. Identifikasi rantai pasokan PT NIC ................................................. Skema aliran barang, finansial, dan informasi pada rantai pasok PT NIC .......................................................................................... Bagan alir proses pembelian bahan baku PT NIC ............................ Mekanisme penerimaan bahan baku ................................................ Peta proses operasi pembuatan RTS PT NIC ................................... Struktur hirarki pemilihan pemasok RTS di PT NIC ....................... Bobot kriteria dan sub kriteria berdasarkan metode PHA ...............
x
5 8 14 18 19 22 30 30 34 36 44 54 55
DAFTAR LAMPIRAN
No 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman Kuesioner identifikasi rantai pasokan ............................................. Kuesioner proses hirarki analitik ..................................................... Struktur organisasi PT NIC ............................................................. Hasil olah data kriteria pemasok menggunakan Expert Choice ....... Hasil olah data kriteria pemasok secara vertikal menggunakan Microsoft Excel ..............................................................................
xi
66 72 84 85 89
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Makanan memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan industri nasional. Industri makanan, minuman dan tembakau memberikan kontribusi 34,35 persen atas pertumbuhan industri nasional non-migas berdasarkan data Kementerian Perindustrian
(Kemenperin)
tahun 2010.
Pertumbuhan tersebut diiringi dengan volume peningkatan penjualan pada tahun 2007 yang mencapai Rp 383 triliun, volume tersebut meningkat sampai dengan 58 persen pada tahun 2010 yaitu mencapai Rp 605 triliun (GAPMMI, 2011). Industri roti atau bakery merupakan salah satu jenis industri yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman. Industri roti di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Industri roti rumahan (home industry), biasanya produk roti yang dikeluarkan tanpa merek dagang dengan area distribusi mencapai 20 km, (2) industri roti masal (industrial), industri ini tidak terlalu banyak dengan area distribusi 100-150 km, dan (3) Industri Boutique Bakery, ditandai dengan adanya toko sendiri dan oven biasanya ada di toko serta menjual jenis kue juga (Halomoan, 2007) Roti tidak lagi hanya menjadi bahan makanan tambahan, tetapi sudah dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok. Berdasarkan data Kemenperin (2010) industri roti dan sejenisnya telah mampu menghasilkan output total sebesar Rp 7,69 triliun dengan nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 2,29 triliun dari 718 perusahaan yang terdaftar. PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) merupakan perusahaan industri roti berskala usaha besar dan area distribusinya sekitar 100-150 km dari pabriknya. PT NIC merupakan perusahaan roti besar dan mempunyai visi untuk menjadi pimpinan pasar penjualan roti untuk daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Jawa Barat, dan Lampung. Roti yang diproduksi PT NIC terkenal dengan nama “Sari Roti”. PT NIC memproduksi roti dengan karakteristik umur simpan yang sangat singkat yaitu maksimum 5 (lima) hari. Dengan demikian, kecepatan dan ketepatan dalam hal pengadaan bahan baku, produksi, sampai distribusi sangat diperlukan. PT NIC dituntut untuk memberikan jaminan
2
mutu produk yang berkualitas serta pelayanan yang memuaskan bagi konsumen. Hal tersebut tidak lepas dari peranan pemasok bahan baku yang berkomitmen untuk menjaga agar pengiriman pasokan tidak terhambat, serta waktu pengiriman yang tepat sehingga proses produksi dapat tercapai. Salah satu roti produksi PT NIC adalah roti tawar spesial (RTS), RTS merupakan roti tawar yang mempunyai perbedaan rasa dengan roti tawar lainnya yaitu tidak terdapat tambahan cokelat atau kismis sehingga banyak konsumen yang
menyukainya.
Data
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
menunjukkan pada tahun 2005 konsumsi nasional roti tawar sekitar 460 juta pcs. Angka ini meningkat sebesar 61 persen pada tahun 2008 sehingga menjadi sekitar 742 juta pcs (Mulyadi 2010). Permintaan RTS sebesar 2.359.926 pcs untuk bulan Februari 2011, 2.724.121 pcs untuk bulan Maret 2011 dan 2.592.915 pcs untuk bulan April 2011. Permintaan tersebut sangat signifikan apabila dibandingkan dengan permintaan roti tawar lainnya di PT NIC seperti Roti Tawar Kupas (RKU) yang rata-rata hanya sekitar 900.000 pcs perbulan. Saat ini konsumen roti tidak lagi identik dengan masyarakat perkotaan tetapi juga sudah merambah ke masyarakat pedesaan. Roti yang dihasilkan PT NIC didistribusikan ke agen, regular outlet seperti supermarket, minimarket dan Proviand en Drank/P&D, serta institusi pemerintah dan pendidikan. Perusahaaan telah menerapkan manajemen rantai pasokan yang merupakan konsep atau mekanisme dalam koordinasi, kooperasi, dan kolaborasi antar pemasok, manufaktur, dan jaringan dari distribusi dan ritel. Perusahaan yang memprioritaskan manajemen rantai pasokan menawarkan peluang baru sehingga dapat mengurangi biaya, meningkatkan mutu dan tanggapan mengenai pengurangan waktu pengiriman (Hatani, 2008). Rantai pasokan dapat memberikan kesempatan bagi peningkatan keseluruhan kinerja secara hati-hati dalam mengatur mata rantai antara organisasi daripada hanya memfokuskan perhatian terhadap isu operasi di dalam setiap perusahaan (Tracey dan Vonderembse, 2004). Selain itu, pemilihan pemasok juga merupakan sebuah strategi dalam meningkatkan kinerja sebuah perusahaan. Dengan pemilihan pemasok yang tepat diharapkan dapat mendukung rencana perusahaan.
3
Pada saat ini PT NIC belum memiliki suatu sistem penilaian kriteria pemasok yang sudah baku. Selama ini PT NIC melakukan pemilihan dan penilaian pemasok bahan baku berdasarkan kepercayaan dan hubungan yang telah terjalin antara PT NIC dengan pemasok yang sudah ada, sampai saat ini analisis yang memadai terhadap kriteria pemasok dan pemilihan pemasok belum dilakukan di PT NIC. Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian ”Analisis Kesesuaian Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) dengan Kriteria yang ditetapkan oleh Perusahaan (Studi Kasus: PT NIC)”. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan Masalah dari penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana kondisi rantai pasokan untuk produk RTS di PT NIC?
2.
Bagaimana proses pemilihan pemasok bahan baku yang selama ini dilakukan oleh PT NIC?
3.
Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari Penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC.
2.
Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC.
3.
Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Supply Chain Management (SCM) yang mengelola persediaan dan pengendalian bahan baku. Kriteria yang diidentifikasi difokuskan kepada pemilihan pemasok RTS. Teknik pengambilan keputusan menggunakan teknik Proses Hirarki Analitik (PHA).
4
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: 1.
Bagi Penulis Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan menemukan solusi sebagai perwujudan dari aplikasi ilmu yang diperoleh.
2.
Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dan masukan mengenai bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasional perusahaan, menjaga hubungan kerjasama dengan pemasok dan pelanggannya.
3.
Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dan referensi penelitian khususnya manajemen rantai pasokan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rantai Pasok Rantai pasokan atau rantai pengadaan adalah sistem yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan. Mata rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan, yang mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang atau jasa tersebut (Indrajit, 2002). Konsep rantai pasokan merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan internal masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang dari bahan dasar sampai bahan jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang (Indrajit, 2002). Gambar 1 menunjukkan aliran yang terjadi pada rantai pasokan. Informasi Penjadwalan Pemasok
Konsumen
Arus Kas
Persediaan
Arus Pesanan Arus Kredit Arus Bahan Baku
Pemasok Persediaan
Perusahaan Manufaktur
Konsumen Persediaan
Pemasok Persediaan Distributor
Konsumen
Gambar 1. Aliran rantai pasokan (Heizer dan Render, 2006)
Menurut Chopra dkk. (2001), tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai pasokan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan. Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. Dalam sebuah rantai pasokan, jaringan
6
perusahaan-perusahaan secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Strategi rantai pasokan adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang rantai pasokan yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada rantai pasokan tersebut (Pujawan 2005). Strategi tidak bisa dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang diharapkan akan tercapai, untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka rantai pasokan harus bisa menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi. 2.2. Manajemen Rantai Pasokan Manajemen rantai pasokan adalah sebuah sistem untuk membuat suatu produk dan menyampaikannya kepada konsumen dari sudut struktural (Kalakota, dalam Irghandi, 2008). Menurut Irghandi (2008) munculnya manajemen rantai pasokan dilatar belakangi oleh 2 (dua) hal pokok, yaitu: 1. Praktik manajemen logistik tradisional pada era modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif 2. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat. Kuatnya sebuah rantai pasokan tergantung pada kekuatan seluruh elemen yang ada di dalamnya. Sebuah pabrik yang sehat dan efisien tidak akan banyak berarti apabila pemasoknya tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu (Pujawan, 2005). Menurut Jebarus dalam Yusman (2009), manajemen rantai pasokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari pemasok, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Menurut Kalakota dalam Irghandi (2008), manajemen rantai pasokan merupakan koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai pasokan bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai, yaitu:
7
x Arus bahan melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. x Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah. x Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal
pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat 3 (tiga) macam komponen rantai pasokan, yaitu: a. Bagian Hulu Rantai Pasokan Bagian hulu rantai pasokan meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (dapat berupa manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan pada penyalur dapat diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kebutuhan dan semua jalur asal material. Contohnya langsung dari pertambangan, perkebunan dan lain-lain. Pada bagian hulu rantai pasokan, pengadaan merupakan aktivitas yang mendapat prioritas utama. b. Bagian Internal Rantai Pasokan Bagian internal rantai pasokan meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur menjadi produk perusahaan itu. Pada bagian internal rantai pasokan, perhatian utama difokuskan pada manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan. c. Bagian Hilir Rantai Pasokan Bagian hilir rantai pasok meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai pasokan, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan pelayanan purna jual. Menurut Pujawan (2005) pada suatu rantai pasokan biasanya ada 3 (tiga) macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir
8
dari hulu ke hilir (downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu (upstream). Yang ketiga adalaran aliran informasi yang terjadi dari hulu kehilir maupun sebaliknya. Rantai pasok adalah sistem yang terdiri dari pemasok, produsen, transportasi, distributor dan ritel yang ada untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Gambar 2 menunjukkan rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir. Kelompok 2 Pemasok
Kelompok 1 Pemasok
Kelompok 1 Konsumen
1 2
P E M A S O K
P e m a s o k
A W A L
Kelompok 2 Konsumen
Kelompok 3 Konsumen Akhir
1 1
1
2 n
n 1
K O N S U M E N
1 2
2
n
n
1 2
3
3
1
n 1
n 2 n n
n
1
1
n
n
K o n s u m e n
A K H I R
Keterangan: Hubungan pengelolaan
Inti perusahaan
Hubungan monitoring
Anggota inti perusahaan
Tidak ada hubungan
Bukan anggota inti perusahaan
Bukan Anggota
Gambar 2. Rancangan manajemen rantai pasokan dari pemasok awal sampai konsumen akhir (Lambert, Cooper dan Pagh, 1998)
9
2.2.1 Prinsip Dasar Manajemen Rantai Pasokan Manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok paling ideal sampai ke konsumen paling akhir dengan menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan yang sama. Berdasarkan hal tersebut, Said (2006) menyatakan bahwa prinsip dasar manajemen rantai pasokan meliputi 5 (lima) hal yaitu: 1. Prinsip integrasi artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian manajemen rantai pasokan berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan. 2. Prinsip jejaring artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras. 3. Prinsip ujung ke ujung artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir. 4. Prinsip saling tergantung artinya setiap elemen dalam manajemen rantai pasokan menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan. 5. Prinsip komunikasi artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan
untuk menjadi ketepatan informasi dan material. 2.2.2 Tujuan Strategis Pada Manajemen Rantai Pasokan Tujuan utama manajemen rantai pasokan adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang paling efisien, termasuk kapasitas distribusi, persediaan, dan sumber daya manusia. Beberapa perusahaan memilih untuk mengalihdayakan manajemen rantai pasokan mereka dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga (Poluha dalam Hatani, 2008). Menurut Jebarus dalam Yusman (2009), manajemen rantai pasokan menerapkan sebuah pola yang memungkinkan ada interaksi yang harmonis dan selaras antara pihak perusahaan dan pemasok sehingga manajemen logistiknya tidak lagi bersifat adversarial. Pemilihan pemasok dilakukan dengan tujuan mendapatkan jaminan akan ketersediaan barang yang bisa mendukung kelangsungan produksi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan kemampuan perusahaan, sehingga perlu upaya kedua belah pihak untuk mencapai
10
komitmen menjadi mata rantai yang saling berkoordinasi untuk menyalurkan seluruh kebutuhan bahan sesuai yang dibutuhkan. 2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok Pemilihan pemasok merupakan kegiatan strategis, terutama apabila pemasok tersebut akan memasok bahan baku yang akan digunakan dalam kegiatan produksi. Kriteria pemilihan merupakan salah satu hal penting dalam pemilihan pemasok (Pujawan, 2005) Menurut Pujawan (2005), secara umum banyak permintaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Bagaimanapun juga, seringkali pemilihan pemasok membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan. Tabel 1 menunjukkan kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok yang bisa digunakan untuk memilih pemasok. Tabel 1. Kriteria pemilihan atau evaluasi pemasok No Kriteria 1 Kualitas 2 Pengiriman 3 Sejarah kinerja 4 Garansi dan kebijakan tuntutan 5 Harga 6 Kemampuan teknis 7 Posisi keuangan 8 Prosedur komplain 9 Sistem komunikasi 10 Reputasi dan posisi di dunia industri 11 Keinginan untuk berbisnis 12 Manajemen dan organisasi 13 Kontrol operasi 14 Perbaikan layanan 15 Sikap 16 Kesan 17 Kemampuan pengemasan 18 Catatan terkait dengan tenaga kerja 19 Lokasi geografis 20 Jumlah usaha di masa lalu 21 Bantuan pelatihan 22 Perencanaan timbal balik Sumber: Dickson dalam Pujawan (2005)
Nilai 3,5 3,4 3,0 2,8 2,8 2,8 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,3 2,2 2,2 2,1 2,1 2,0 2,0 1,9 1,6 1,5 0,6
11
Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat pemasok diperoleh, maka perusahaan harus melakukan pemilihan. Perusahaan akan memilih satu atau beberapa dari alternatif yang ada melalui perengkingan. Perengkingan dilakukan untuk memnentukan mana pemasok yang akan dipilih atau mana yang akan dijadikan sebagai pemasok utama dan mana yang akan dijadikan pemasok cadangan (Pujawan 2005). Pemilihan pemasok dalam manajemen ratai pasokan menjadi pemting sebagai akibat adanya kompetisi antara rantai pasokan pada perusahaan. Trend menunjukkan bahwa konsumen menginginkan harga yang lebih murah, produk yang berkualitas tinggi, pengiriman yang tepat waktu serta pelayanan purna jual yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melakukan pemilihan pemasok (Vani, 2007). Evaluasi pemasok dilakukan apabila bahan baku yang sama dapat diperoleh lebih dari satu pemasok (Gaspersz dalam Irghandi 2008). Menurut Chopra dkk (2006), perusahaan dapat memilih pemasok berdasarkan beberapa mekanisme yaitu penawaran kompetetif, sistem lelang, atau negosiasi langsung. Mekanisme yang digunakan harus tetap menekankan pada biaya total yang dikeluarkan oleh pemasok dan tidak hanya pada harga penjualannya. Sebelum memilih pemasok, perusahaan harus memutuskan akan menggunakan pemasok tunggal atau banyak pemasok sebagai sumber dari produk. Pemasok tunggal hanya melayani pemesanan produk yang spesifik. Sedangkan
banyak
pemasok
dapat
meningkatkan
persaingan
dan
ada
kemungkinan produk gagal untuk dikirim. Trend globalisasi menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang berskala besar telah menghubungkan rantai pasokan di hulu ke hilir untuk mengefisienkan biaya. Kerjasama dengan sedikit pemasok dapat meningkatkan kualitas dengan menggunakan sumber pasokan yang berbiaya rendah (Chopra dkk, 2006).
12
2.4. Proses Hirarki Analitik Proses hirarki analitik (PHA) adalah sebuah teknik pengambilan keputusan, dimana dilakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penetapan nilai kemungkinan untuk variabel, dan penetapan nilai yang semuanya bertujuan untuk mendapatkan alternatif terbaik . Teknik PHA menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Teknik ini juga menyediakan prosedur untuk memeriksa kekonsistenan dalam penilaian sehingga mengurangi bias dalam pengambilan keputusan (Firdaus dan Farid, 2008). PHA telah digunakan secara luas karena memiliki tiga fungsi utama, yaitu: 1.
Structuring Complexity PHA membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang komplek dengan menyusunnya menjadi hirarki yang lebih terstruktur.
2.
Measurement on a Ratio Scale Setiap elemen-elemen yang ada dalam hirarki memiliki prioritas yang diukur menggunakan rasio skala prioritas.
3.
Synthesis Dalam membuat keputusan atas masalah dengan berbagai elemen pembentuknya, PHA dapat mengkombinasikannya. PHA adalah salah satu model pengambilan keputusan yang berusaha
menutupi semua kekurangan dari model-model berikutnya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi satu bentuk hirarki. Model PHA adalah suatu model pengambilan keputusan komprehensif, artinya memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus. Menurut Permadi (1992), keunggulan dan kelemahan PHA dibandingkan dengan metode pengambilan keputusan pengambilan keputusan yang lain sebagai berikut:
13
a. Keunggulan Memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Sedangkan model sebelumnya hanya menggunakan input yang kuantitatif atau berasal dari data sekunder. Suatu
model
pengambilan
keputusan
yang
komprehensif,
memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif. Mampu memcahkan masalah yang multi objectives dan multi criterias. Kebanyakan model yang sudah ada hanya memakai single objectives dengan multi criteria. b. Kelemahan Ketergantungan PHA kepada input berupa persepsi seseorang yang expert akan membuat hasil akhir dari model ini menjadi tidak ada artinya apabila pakar memberikan penilaian yang keliru. Bentuk struktur hirarkinya sangat sederhana. Bagi para pengambil keputusan yang terbiasa dengan model PHA yang terlihat sederhana bukan model yang sesuai untuk pengambilan keputusan. 2.4.1 Hirarki Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarkis dan akhirnya melakukan penilaian atas elemen-elemen tersebut sekaligus menentukan keputusan apa yang akan diambil. Bentuk hirarki ada yang linear atau non linear. Bentuk hirarki yang linear atau satu arah misalnya elemen terpenting atau yang paling utama terletak paling atas, elemen yang kurang penting di bawahnya dan yang paling tidak penting terletak paling bawah. Elemen-elemen pada level teratas akan mempengaruhi elemen-elemen dibawahnya dan seterusnya sampai level terakhir. Selain bentuk linear ada juga bentuk hirarki non linear dimana hubungannya lebih dari satu arah. Pada jenis hirarki ini dapat diketahui dengan pasti, mana elemen-elemen terpenting mana yang kurang penting atau dimana level satu, level dua, dan level terakhir. Pada bentuk ini, alternatif keputusan yang akan diambil tidak cukup dengan melihat hanya satu level saja seperti level
14
terakhir pada hirarki linear, melainkan harus melihat semua level atau keseluruhan hirarki (Permadi, 1992). Secara umum, hirarki dapat dibagi menjadi dua jenis (Saaty, 1991): Hirarki Struktural Dalam hirarki ini, masalah yang kompleks diuraikan menjadi komponenkomponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat strukturalnya. Misalnya membagi-bagi objek menjadi sejumlah gugusan, sub gugusan, dan gugusan yang lebih kecil lagi. Hirarki fungsional Hirarki fungsional menguraikan masalah yang kompleks menjadi elemenelemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka. Setiap perangkat elemen dalam hirarki fungsional menduduki satu tingkat hirarki. Tingkat puncak disebut fokus, terdiri atas satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat-tingkat berikutnya masing-masing dapat memiliki beberapa elemen. Gambar 3 merupakan contoh struktur hirarki fungsional (Permadi 1992)
Utimate Goal
Kriteria
Kriteria
Kriteria
Sub Kriteria
Sub Kriteria
Sub Kriteria
Alternatif
Alternatif
Alternatif
Gambar 3. Struktur hirarki fungsional (Permadi, 1992)
15
2.5. Penelitian Terdahulu Studi tentang analisis pemilihan pemasok dilakukan oleh Suryani (2010). Peneliti melakukan analisis pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ dengan menggunakan proses hirarki analitik. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT XYZ, dan metode hirarki analitik untuk memilih pemasok, kriteria, dan subkriteria yang dipertimbangkan PT XYZ dalam memilih pemasok. Responden untuk kuesioner identifikasi rantai pasokan adalah Direktur Utama PT XYZ. Sedangkan untuk responden kuesioner PHA adalah Direktur Utama, Manajer Kebun, dan Supervisor Panen dan Pascapanen. Metode pengambilan sampel tersebut menggunakan metode pengambilan sampel non acak yaitu judgement sampling. Bungsu (2010), melakukan penelitian mengenai Kajian kriteria pemasok Buah-buahan dengan Proses Hirarki Analitis (Studi kasus Divisi Produce, Giant Hypermarket Botani Square Bogor). Penelitian inibertujuan untuk (1) Menganalisa proses pengadaan dan pengendalian buah-buahn dan pengendalian di Giant
Hypermarket
Botani
Square
khususnya
Divisi
Produce,
(2)
Mengidentifikasikan kriteria yang diprioritaskan Giant dalam memilih pemasok buah-buahan, (3) Menyusun struktur hirarki dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Giant dengan Proses Hirarki Analitis. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proses pengadaan buah-buahan di Giant Hypermarket Botani Square diawali dengan perencanaan pembelian yang dilakukan oleh Divisi Produce. Tahap selanjutnya yaitu memeriksa kualitas buahbuahan. Apabila ada cacat, maka dikembalikan ke pemasok. Selanjutnya buahbuahan yang diterima sebagian disimpan kegudang dan sebagian lagi diletakkan dikeranjang. Struktur Hirarki dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Giant dengan PHA terdiri atas kriteria (kualitas, biaya operasional, lead time, kemitraan dan sistem pembayaran), sub kriteria dan alternatif (pemasok A, B, C, dan D). Alternatif pemasok yang diprioritaskan Giant dalam pengadaan dan pengendalian buah-buahan yaitu pemasok D (0,488) yang memiliki beberapa kriteria yaitu buah-buahan yang dipasok merupakan buah-buahan yang berkualitas, mudah bernegosiasi dalam hal biaya operasional, tepat waktu, dan
16
sesuai pesanan, menjaga kemitraan, dan bersedia untuk dibayar dalam jangka 28 hari setelah penerimaan buah-buahan di Giant.
17
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak 6 persen yaitu dari 24.652.480 pcs pada tahun 2009 naik menjadi 26.137.030 pcs pada tahun 2010. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk memberikan pelayanan yang prima, pengiriman tepat waktu dengan produk yang berkualitas, sehingga konsumen merasa puas sehingga perusahaan dapat memenangkan persaingan. Kelancaran sistem produksi umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
ini merupakan komponen-komponen proses produksi dan
pengelolaan rantai pasok. Beberapa komponen yang memiliki pengaruh terhadap kelancaran sistem produksi yaitu, pelayanan operator/mesin, tata letak, penanganan bahan baku dan bahan jadi, pengadaan bahan baku, pengiriman dan lain-lain. Rantai pasokan berkaitan langsung dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Rantai pasokan melibatkan interaksi dengan aliran informasi dan aliran kredit. Selain itu rantai pasokan juga melibatkan hubungan antara perusahaan dengan pemasok. Hubungan dengan pemasok sebaiknya harus dibina secara intensif untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Penilaian kinerja pemasok merupakan komponen yang penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan, mengefisienkan proses dan waktu produksi, dan menjamin kualitas produk sehingga perusahaan bisa siap untuk menghadapi persaingan yang kompetitif. Selain itu, efisiensi waktu dalam proses pengiriman bahan baku juga termasuk dalam kriteria penilaian kinerja pemasok. Oleh karena itu, perusahaan akan mengambil keputusan untuk melakukan kontrak jangka panjang dengan pemasok atau mencari pemasok yang lebih baik dari pemasok sebelumnya. Analisis rantai pasokan dan kriteria pemilihan pemasok bahan baku untuk RTS pada PT NIC diperlukan karena produk tersebut merupakan produk yang memiliki permintaan paling besar dibandingkan dengan produk lainnya yang sejenis. Kesesuaian pemasok dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
18
perusahaan merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan optimal dari pemasok karena pemasok yang dipilih oleh perusahaan memenuhi kriteria pemasok yang ditetapkan oleh perusahaan dengan nilai paling tinggi. Rantai pasokan akan sangat mempengaruhi proses rantai pasokan secara menyeluruh. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Peningkatan jumlah permintan RTS
Persaingan antara industri roti
Visi dan Misi PT NIC untuk menjadi perusahaan terbesar di Indonesia di bidang bakery product
Mengelola rantai pasokan
Distributor
Perusahaan
Pemasok
Wholesaler
Retailer
Konsumen akhir
Pemasok merupakan bagian strategis perusahaan
Pemilihan kriteria pemasok untuk kelancaran produksi PT NIC
Kriteria yang sudah ditetapkan oleh perusahaan
Peningkatan daya saing, mengefisienkan proses dan waktu produksi, peningkatan kualitas PT NIC
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari penentuan topik sampai dengan kesimpulan. Tahapan-tahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
19
Identifikasi minat penelitian Penentuan objek penelitian Studi pustaka dan diskusi Pemilihan topik penelitian
1. 2. 3.
1. 2. 3.
Perumusan Masalah: Bagaimana proses pengadaan bahan baku RTS di PT NIC? Bagaimana proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC? Siapa pemasok yang dipilih oleh PT NIC, yang disesuaikan berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok bahan baku RTS? Tujuan Penelitian: Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC. Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan PT NIC Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok RTS
Rancangan pengumpulan data: Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data Penyusunan kuesioner dan panduan wawancara Pengumpulan data lapangan x Pengisian kuesioner x Observasi dan wawancara Input data Pengolahan data
Kualitatif
Kuantitatif
Identifikasi rantai pasokan dan proses pemilihan bahan baku
Kesesuaian pemasok dengan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaaan dengan PHA
Hasil dan pembahasan Kesimpulan dan Saran
Gambar 5. Tahapan penelitian
20
3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT NIC, yang berlangsung selama empat bulan mulai April hingga Juli 2011 di Cikarang Industrial Estate , Bekasi – Jawa Barat. 3.4. Jenis dan Metode Pengambilan data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan diperoleh dari dokumen-dokumen
PT NIC, jurnal, hasil penelitian
terdahulu, internet maupun BPS. Metode pengambilan data yang digunakan adalah: 1. Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan, identifikasi rantai pasokan RTS dan analisis kriteria pemilihan pemasok dengan pendekatan PHA. Responden Supervisor PPIC,
purchasing,
Supervisor QC raw material. Wawancara dilakukan berdasarkan pada kuesioner ang dibuat. 2. Observasi lapang. Teknik ini dilakukan dengan pengamatan di lapangan oleh peneliti terhadap rantai pasokan dan analisis kriteria pemilihan pemasok di PT NIC. 3. Studi literatur berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Peneliti mencari literatur yang sesuai dengan permasalahan topik penelitian, diantaranya literatur yang berjudul manajemen rantai pasokan, pengambilan keputusan yang dianggap berkaitan dengan objek yang diteliti. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu a. Kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasok, proses pemilihan pemasok bahan baku di PT NIC, dan b. Kuesioner untuk menilai kesesuaian kriteria yang sudah ditetapkan perusahaan dengan pemasok bahan baku RTS. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Tabel 2 menunjukkan tujuan, jenis, metode pengumpulan dan analisis data yang dilakukan.
21
Tabel 2. Tujuan, jenis, metode pengumpulan dan analisis data No
Tujuan
Jenis Data
1
Menganalisis rantai pasokan untuk RTS di PT NIC
Primer dan sekunder
2
Mengidentifikasi proses pemilihan pemasok yang selama ini dilakukan oleh PT NIC.
Primer
3
Menganalisis pemasok yang dipilih oleh PT NIC, beserta kriteria dan sub kriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam memilih pemasok RTS
Primer
Metode Pengumpulan Data x Wawancara x Observasi langsung x Kuesioner x Studi pustaka x Wawancara x Observasi langsung x x x x
Wawancara Observasi langsung Kuesioner Studi pustaka
Analisis Data Deskriptif
Deskriptif
Metode PHA
3.5. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini juga biasa disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Ada beberapa jenis cara pengambilan sampel dengan teknik ini, namun untuk penelitian ini menggunakan judgement sampling. Peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan diantaranya responden memahami kondisi pemasok perusahaan dan menjadi pengambil keputusan dalam memilih pemasok perusahaan. Jumlah responden yang digunakan untuk mengetahui kriteria pemilihan pemasok bahan baku RTS adalah 3 (tiga) orang terdiri dari Supervisor Planning Production Inventory Control (PPIC), bagian purchasing, dan Supervisor QC raw material. 3.6. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif dan kuantitatif.
Analisis
kualitatif dilakukan dengan
menggunakan metode proses hirarki analitik (PHA). Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi rantai pasokan pada
22
PT NIC, pemasok bahan baku RTS dan kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja pemasok pada RTS. Tujuan PHA dalam penelitian ini adalah untuk menilai kinerja pemasok yang terbaik pada pemasok RTS. PHA cukup mengandalkan intuisi sebagi input utamanya. Namun, intuisi tersebut harus cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi. Tahapannya dalam menyelesaikan masalah dengan metode PHA adalah sebagai berikut: 1.
Identifikasi Sistem Identifikasi sistem dapat dilakukan dengan mempelajari literatur, berdiskusi dengan para pakar, untuk memperkaya ide dan konsep yang relevan dengan masalah.
2.
Penyusunan Struktur Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario. Abstraksi dari sebuah struktur hirarki dapat dilihat dari Gambar 6.
G
F1
F2
F3
Fn
Faktor
A1
A2
A3
An
Aktor
T1
T2
T3
Tn
Tujuan
S1
S2
S3
Sn
Skenario
Gambar 6. Struktur hirarki (Saaty dalam Bungsu, 2010)
23
Keterangan: Goal (G)
: Tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan
F1, F2, F3, Fn
: Faktor-faktor atau kriteria yang dapat mempengaruhi tujuan utama (G)
A1, A2, A3, An
: Aktor yang berpengaruh dalam mengambil keputusan
T1, T2, T3, Tn
: Beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan
S1, S2, S3, Sn
: Skenario atau alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
3.
Membuat matriks banding berpasangan Untuk mengisi matriks banding berpasangan digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 3. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.
Tabel 3. Nilai skala banding berpasangan Tingkat Kepentingan 1
Definisi
Penjelasan
Kedua elemen sama Dua elemen menyumbangkan sama pentingnya besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit 3 Daripada elemen yang menyokong satu elemen atas yang lainnya, elemen yang satu lainnya sedikit penting Pengalaman dan pertimbangan kuat 5 Elemen yang satu sangat menyokong satu elemen atas yang penting daripada yang lainnya lainnya Suatu elemen dengan kuat disokong 7 Suatu elemen jelas lebih dan dominannya telah terlibat dalam penting dibanding yang praktek lainnya 9 Suatu elemen mutlak lebih Bukti yang menyokong elemen yang penting dibanding yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat lain penegasan yang kuat 2, 4, 6, 8 Nilai antara dua penilaian Kompromi diperlukan diantara dua yang berdekatan pertimbangan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber: Saaty dalam Bungsu (2010)
24
4.
Melakukan perbandingan dan penilaian Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan peringkat matriks di langkah 3.
5.
Mensintesis berbagai pertimbangan dan membobotkan
vektor-vektor
prioritas, yaitu memasukkan nilai-nilai berdasarkan nilai skala banding berpasangan. Dalam proses ini terdapat dua tahap pengolahan, yaitu pengolahan horizontal dan vertikal. Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Tahapannya adalah sebagai berikut: a. Perkalian baris (z) dengan rumus: ........................................................(1)
b. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen
…………………………………………… (2)
eVPi adalah elemen vektor prioritas ke-1 c. Perhitungan nilai eigen maksimum VA = aij u VP dengan VA = (Vai) ………………………………… (3) VB = VA/VP dengan VB = (Vbi) ………………………………… (4) ………………………... (5) VA = VB = vektor antara d. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI): Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut:
25
…………………………………………………… (6) Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR § Rumus CR adalah: …………………………………………………………. (7)
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory yang berupa tabel berikut ini: N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
RI
0,00
0,00
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
1,51
1,48
1,56
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan PT NIC secara resmi didirikan pada tahun 1994, yang dibuat di hadapan Notaris Liliana Arif Gondoutomo, SH dan telah mendapatkan persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2.11.525.NT.01.01.Th.94 pada tanggal 2 Agustus 1994. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang, yaitu antara PT. Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima Banking Co. Ltd. Visi PT NIC yaitu “menjadi perusahaan terbesar di Indonesia di bidang bakery products dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau bagi rakyat Indonesia”. Sedangkan misinya yaitu membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu tinggi, sehat, halal dan aman bagi pelanggan. Perusahaan ini bergerak di bidang industri makanan, khususnya produk bakeri. Perusahaan didirikan diatas lahan seluas 10.277 m2 di Cikarang Industrial Estate, Bekasi – Jawa Barat. Pabrik utama PT NIC memiliki luas tanah 13.515 m2 dengan luas bangunan 10.277 m2, dengan bangunan yang terdiri dari produksi roti tawar, area produksi roti manis, ruangan gudang dan silo, area teknik, serta gudang finish good. Perusahaan ini mempunyai kapasitas awal produksi sebesar 3138 ton/tahun. PT NIC saat ini mempunyai 4 (empat) pabrik dengan pabrik utama berlokasi di Jl. Jababeka XIIA Blok W. 4.1.2 Sumber Daya Manusia Dalam pencapaian visi, misi dan kebijakan mutu yang sudah ditetapkan, disusun suatu struktur organisasi yang berfungsi sebagai sistem pengaturan umpan balik antara atasan dan karyawan. Struktur organisasi PT NIC dapat dilihat pada Lampiran 3.
27
Tugas dan tanggungjawab yang dimiliki masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Presiden Direktur Presiden Direktur memiliki wewenang penuh terhadap perusahaan. Dalam tugasnya, presiden direktur dibantu oleh seorang direktur. 2. Direktur Direktur memiliki tugas dan tanggungjawab atas jalannya kegiatan operasional perusahaan. Dalam tugasnya, direktur dibantu oleh seorang General Manager. 3. General Manager (GM) GM merupakan pemimpin dalam suatu perusahaan. Dalam melakukan tugasnya GM dibantu oleh seorang sekretaris. GM bertanggungjawab atas berlangsungnya segala kegiatan perusahaan untuk mencapai prestasi yang tinggi
dalam
menghasilkan
produk-produk
yang
berkualitas.
GM
bertanggung jawab langsung kepada direktur. 4. Asistant General Manager (AGM) Finance and Accounting AGM Finance and Accounting bertanggung jawab atas cash flow keuangan yang dilakukan oleh PT NIC termasuk pembukuannya. 5. Product Development and Quality Assurance (PDQA) Manager PDQA Manager bertanggungjawab terhadap pengembangan produk, menciptakan produk baru, dan pengawasan bahan baku, pengawasan mutu produk. 6. Sales and Marketing Manager Sales and Marketing Manager bertanggung jawab terhadap penjualan produk, biasanya dilakukan penargetan jumlah penjualan yang harus dicapai. 7. Supply Chain Management (SCM) Manager SCM Manager ini bertugas dalam hal inventori bahan baku, pendistribusian produk jadi. SCM Manager membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu : a. Product Planning and Inventory Control (PPIC) b. Distribution Superindent c. Finish Good (FG) dan Krat
28
8. Assistant General Manager (AGM) Plant AGM Plant bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional produksi roti. 9. Human Resources and Development-General Affair (HRD-GA) Manager HRD-GA Manager bertanggung jawab terhadap hal yang berhubungan dengan hak dan kewajiban SDM PT NIC serta kegiatan operasional perusahaan secara umum. Setiap manager masing-masing departemen dibantu oleh beberapa orang Supervisor untuk setiap Sub Departemen yang dipimpinnya. Dalam menjalankan tugasnya, Supervisor dibantu oleh group leader yang memimpin beberapa karyawan sebagai crew. Jumlah tenaga kerja PT NIC adalah 914 karyawan (pada periode April 2009). Latar belakang pendidikan tenaga kerja PT NIC sangat beragam, dengan presentasi masing-masing yaitu SLTA sebesar 50%, D1 – D3 sebesar 20 persen, S1 sebesar 25 persen dan S2 atau lebih tinggi sebesar 5 persen. Keragaman ini karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan. Untuk Jumlah Karyawan periode Maret 2011 untuk Cikarang Plant 1 : ± 250 orang, Cikarang Plant 2 : ± 350 orang, Pasuruan plant
: ± 250 orang,
Semarang Plant : ± 100 orang. Penetapan waktu dan jam kerja karyawan di PT NIC adalah: 1. Lima hari kerja dan dua hari libur berlaku bagi staff office, dengan jam kerja normal adalah sebagai berikut: hari Senin sampai hari Kamis pukul 08.00 – 17.00 WIB dengan istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Hari Jumat mulai bekerja pada pukul 08.00 – 17.00 WIB dengan istirahat pukul 11.30 – 13.00 WIB. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu merupakan hari libur. 2. Enam hari kerja dalam seminggu dengan jumlah jam kerja sebanyak 7 (tujuh) jam sehari dan waktu istirahat selama 1 (satu) jam untuk karyawan non staff. Pembagian waktu kerja menjadi 3 (tiga) shift, yaitu shift pertama mulai pukul 07.00 – 15.00 WIB, shift kedua dimulai pada pukul 15.00 – 23.00 WIB, dan shift ketiga dimulai pada pukul 23.00 – 07.00 WIB. Sistem upah kerja untuk karyawan produksi PT NIC berdasarkan pada Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku di Cikarang, Bekasi. Gaji pokok
29
ditetapkan berdasarkan jabatan, golongan, pendidikan, keahlian, prestasi dan pengalaman kerja. Selain gaji pokok, karyawan juga mendapatkan tunjangan seperti tunjangan kesehatan, tunjangan premi hadir, tunjangan transportasi dan tunjangan hari raya. Sistem penggajian dilakukan pada setiap bulannya. 4.2. Identifikasi Rantai Pasokan Pada penyediaan bahan baku perusahaan, PT NIC harus mampu menyediakan kebutuhan dengan cepat agar proses produksi tidak terhambat. Komunikasi antara PT NIC dengan pemasok harus berjalan dengan baik, agar pemenuhan kebutuhan untuk proses produksi berjalan baik. Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam maupun luar negeri. Bahan pengemas seperti kwick lock, yaitu segel untuk mengunci kemasan roti PT NIC agar roti yang diproduksi tidak terkontaminasi diimpor dari Malaysia dan Australia. Pemesanan kwick lock dilakukan dengan waktu tunggu yang cukup lama yaitu 3 (tiga) bulan dengan jumlah besar. Waktu pengiriman bahan baku juga ditentukan dan dipengaruhi oleh kapasitas gudang dan kebutuhan produksi. Bahan baku utama seperti terigu dikirim setiap hari. Sedangkan bahan baku lainnya seperti garam rata-rata 3 (tiga) kali dalam seminggu dan calcium provionat rata-rata 1 (satu) kali dalam seminggu. Frekuensi kedatangan bahan baku ditentukan berdasarkan kontrak kerjasama yang dilakukan oleh PT NIC dengan pemasok. Pemasok yang bekerja sama dengan PT NIC tahun 2011 antara lain PT Bogasari, PT Jaya Fermex, PT Adyaceda, PT Sumber Laut, dan lain-lain. Beberapa pemasok yang menyediakan lebih dari satu bahan baku diantaranya adalah PT Adyaceda dan PT Jaya Fermex. Hal tersebut bisa membuat pemasok yang terlibat semakin sedikit, karena dengan sedikitnya pemasok yang terlibat dalam rantai pasokan, maka kontrak kerjasama dapat lebih ditingkatkan dan loyalitas dari pemasok dapat meningkat. Walaupun demikian, PT NIC sendiri memiliki beberapa alternatif pemasok. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok saja dan kebijakan tersebut dilakukan agar tidak ada permainan harga dari pemasok.
30
Gambar 7 memperlihatkan identifikasi rantai pasok yang dilakukan pada PT NIC dan Gambar 8 menunjukkan aliran barang, finansial dan informasi pada rantai pasokan PT NIC. Pada Tabel 4 diperlihatkan jenis bahan baku yang digunakan untuk produksi RTS dan pemasok yang terlibat pada PT NIC.
Supermarket
Minimarket K O N S U M E N
Pemasok lokal: 1. PT Bogasari 2. PT Jaya Fermex 3. PT Sumber laut 4. PT Nusa Indah 5. PT Super Exim 6. PT Sumber Roso 7. PT Antar Tirta 8. PT Supernova 9. PT Perkasa Teknik 10. PT Puratos 11. PT Halim Sakti 12. PT Adyaceda 13. PT Sinar Meadow
Distribution Channel PT NIC (Dept. SCM)
Sales Office Institusi Pemerintah Agen
Pemasok internasional: 1. Kwick lock Australia 2. Kwick lock Malaysia
Sample
Gambar 7. Identifikasi rantai pasokan PT NIC (PT NIC, 2011)
Konsumen Akhir
Dept. SCM
Produksi
Sales Office
Pemasok
Purchasing
Agen & Regular Outlet
PT NIC Keterangan: Aliran Barang Aliran Informasi
Aliran Finansial
Gambar 8. Skema aliran barang, finansial, dan informasi pada rantai pasok PT NIC (PT NIC, 2011)
31
Tabel 4. Bahan baku dan pemasok untuk produksi RTS di PT NIC No. Bahan Baku Pemasok Lokal 1 Tepung Terigu 2 Ragi 3 Garam 4 Gula
Nama Perusahaan PT Bogasari PT Jaya Fermex PT Sumber Laut PT Nusa Indah
5
Milk Skim Powder
PT Sumber Roso PT Antatirta
6
Shortening
PT Sinar Meadow
7 8 9
Palmia Olex
PT Adyaceda PT Adyaceda
10
Bread Improver
11 12
Shortening Vegetable Oil
PT Sinar Meadow PT Sinar Meadow PT Adyaceda
13
Malinda Baker Fat
PT Adyaceda
Coding Foil Roti Tawar Etiket RTS
PT Perkasa Teknik PT Super Exim PT Supernova PT Puratos
PT Jaya Fermex
Pemasok Luar Negeri 1 Kwick Lock
PT Kwick Lock Ltd Australia PT Kwick Lock Ltd Malaysia
Sumber : PT NIC (2011)
Peluang terjadinya suatu permasalahan pada rantai pasokan sangat besar, dari masalah pengiriman bahan baku oleh pemasok sampai pada pengiriman produk ke konsumen. Berikut ini adalah identifikasi permasalahan rantai pasok pada PT NIC berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara: 1.
Pengiriman bahan baku mengalami keterlambatan, disebabkan oleh: a. Masalah transportasi, seperti transportasi pemasok tidak tersedia, dan kemacetan lalu lintas. b. Pihak PT NIC terlambat dalam pemberian PO kepada pemasok.
2.
Pengiriman bahan baku terlalu cepat dari yang dijadwalkan oleh pemasok, disebabkan oleh keterbatasan sarana transportasi pemasok, sehingga pemasok memaksakan untuk melakukan pengiriman sebelum waktu yang dijadwalkan.
3.
Ketidaksesuaian jumlah dan jenis bahan baku yang dikirimkan pemasok, disebabkan oleh beberapa bahan baku yang rusak selama perjalanan menuju PT NIC, contohnya telur pecah, ragi rusak, dan lain-lain.
32
4.
Keterlambatan pengiriman produk ke distributor dan konsumen, disebabkan oleh: a. Keterlambatan atau pengiriman bahan baku terlalu cepat oleh pemasok sehingga terjadi perubahan jadwal produksi. b. Proses produksi tidak berjalan dengan lancer yang diakibatkan oleh adanya hal-hal yang tidak diduga seperti kerusakan mesin dan lain-lain. Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat bahwa permasalahan pada rantai
pasokan PT NIC terdapat pada proses penyaluran bahan baku oleh pemasok, ketidaksesuaian bahan baku yang dikirimkan pemasok, dan penyaluran produk dari PT NIC ke distributor dan konsumen. Masalah-masalah tersebut akan menyebabkan terganggunya proses produksi dari rencana yang telah ditetapkan. 4.2.1 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku Mekanisme pengadaan bahan baku yang dilakukan PT NIC yaitu dengan melihat persediaan bahan baku yang ada di gudang setiap hari (stock opname daily), kemudian secara periodik bagian PPIC akan menganalisa persediaan perbandingan dengan menggunakan software System Application Product in Data Processing (SAP). Apabila di dalam planning sheet Began on Hand (BOH) sudah menunjukan mendekati lead time pemesanannya maka bagian PPIC akan mengeluarkan Purchase Requisition (PR) ke bagian Purchasing yang akan mengeluarkan PO untuk pemesanan barang kemudian di release oleh bagian Accounting. Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam maupun luar negeri. Sistem pembelian bahan baku yang dilakukan PT NIC melalui beberapa proses, yaitu: a.
Team Sales mengeluarkan Order to Factory (OTF) kepada Bagian PPIC.
b.
Bagian PPIC melakukan perhitungan Material Requirement Planning (MRP) atas dasar Order To Factory (OTF) yang telah dibuat.
c.
Berdasarkan perhitungan MRP maka bagian PPIC akan menerbitkan PR untuk bahan baku meminta persetujuan dari Manager SCM.
33
d.
Apabila PR tersebut disetujui maka akan diberikan kepada Bagian Purchasing. Bagian Purchasing akan mencari pemasok dan melakukan negosiasi dengan surat penawaran barang berikut harga, perincian spesifikasi dan term of payment.
e.
Bagian Purchasing kemudian membuat Canvas Sheet minimal beberapa pemasok yang akan dibandingkan untuk spesifikasi barang yang sama.
f.
Bagian Purchasing kemudian menerbitkan form Purchase Order (PO) pada modul purchase order sub- menu purchase order entry.
g.
Setelah menerbitkan PO, bagian Purchasing melakukan pengisian kolom kuantitas dan harga sesuai permintaan dan melakukan posting ke sistem Accpac lalu mengirim form PO.
h.
PO kemudian dikirim kepada pihak manajemen terkait, yaitu Departemen Keuangan dan General Manager untuk meminta persetujuan.
i.
Apabila PO disetujui oleh pihak manjemen sesuai dengan ketentuan, maka dilakukan pemesanan bahan baku dengan mengirimkan PO ke pemasok yang dipilih.
j.
Apabila PO yang diterima oleh pemasok disetujui, maka pengiriman bahan baku dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
k.
Bahan baku yang telah dikirim oleh pemasok akan diterima oleh Bagian Bahan Baku untuk diperiksa apakah barang yang dikirim sesuai dengan PO yang dikirim beserta keadaan dari bahan baku yang dikirim. Proses pembelian bahan baku ini sesuatu yang sangat penting karena apabila
terjadi keterlambatan terhadap bahan baku dapat mengganggu proses produksi dan berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan konsumen. Bagan proses pembelian bahan baku dapat dilihat pada Gambar 9.
34
Departemen PPIC
Departemen Purchasing
Bagian Gudang Bahan Baku
Pemasok
Proses Persetujuan
OTF Lengkap
Proses MRP
Persetujuan
Proses menerbitkan
Proses menerbitkan
Purchase Order
Purchase Requisition
Proses Verifikasi
Didaftarkan untuk persetujuan
Setuju?
Tidak Setuju?
Tidak
Ya
Proses Penerimaan
Disetujui Ya
Konfirmasi Pemesanan Proses Persetujuan
Didaftarkan untuk persetujuan Setuju?
Tidak Ya
Persiapan pengiriman PO
Pengiriman PO ke pemasok via fax
Ya
Tidak
Setuju?
Penerimaan PO
Sumber: PT NIC (2011)
34
Gambar 9. Bagan alir proses pembelian bahan baku PT NIC
35
4.2.2 Analisis Proses Pengendalian Bahan Baku Bahan baku yang dipakai oleh PT NIC diperoleh dari pemasok lokal dan internasional. Tahapan Instruksi Kerja Penerimaan Bahan Baku (Incoming RM/ Raw material) : 1. Setiap kedatangan bahan baku atau kemasan, petugas QA yang ditunjuk melakukan pemeriksaan terhadap jumlah serta satuan kedatangan barang seperti karton, sak, pack, jerigen dan lain-lain serta memeriksa surat jalan dari pemasok. 2. Setelah mengetahui jumlah kedatangan barang maka dilakukan sampling untuk memeriksa sampel yang dilakukan sesuai dengan prosedur sampling dan Table Military Standard. Sistem inspeksi
bahan baku yang masuk
memiliki pengecualian yaitu untuk bahan baku bulk seperti tepung terigu. 3. Menyiapkan lembar inspeksi (Incoming RM Inspection Report) yaitu pemeriksaan kualitas bahan baku dan atau kesesuaian parameter peneriksaan dengan Certificate of Analysis (COA). 4. Mengisi hasil pemeriksaan pada lembar tersebut. Bahan baku dan kemasan yang telah dibuka kemasannya untuk keperluan pemeriksaan harus ditutup kembali dengan baik untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas. Selain itu, menempelkan stiker “Quality Inspection” pada kemasan bahan baku dan kemasan. 5. Menentukan jumlah penolakan dan penerimaan bahan baku dan kemasan dengan berpedoman pada Table Military Standar. a. AC: Acceptable Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan baku yang tidak mengakibatkan penolakan seluruh bahan yang dikirim, melainkan penolakan hanya terhadap bahan baku dan kemasan yang tidak sesuai saja. b. RE: Rejection Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan baku dan kemasan yang tidak sesuai yang mengakibatkan penolakan seluruh bahan yang dikirim. 6. Setiap penolakan RM dibuat surat keluhan tertulis oleh bagian QA dan didistribusikan ke purchasing, PPIC dan pemasok.
36
7. Setelah dapat dipastikan jumlah bahan baku dan kemasan yang dapat diterima, maka akan diterbitkan surat penerimaan (Receiving Slip) oleh bagian gudang bahan baku. Petugas QA yang ditunjuk membubuhkan stempel “QC Passed” pada Receiving Slip dan surat jalan. Stempel QC passed harus dilengkapi dengan nama, paraf dan tanggal penerimaan oleh petugas sebagai bukti bahwa bahan baku dan kemasan telah lolos dari pemeriksaan kualitas pada saat kedatangan. Bagan Proses Penerimaan bahan baku PT NIC dapat dilihat pada Gambar 10.
Bahan baku datang
2. Diperiksa barang yang diterima sesuai jumlahnya. 3. Memeriksa surat jalan dari pemasok.
Melakukan sampling
Menyiapkan lembar inspeksi (Incoming RM Inspection Report)
Mengisi hasil pemeriksaan
Tidak OK Ya
Menentukan jumlah penolakan dan di distribusikan kepada purchasing, PPIC, dan pemasok
Penerbitan surat penerimaan (receiving slip) oleh bagian gudang bahan baku
Gambar 10. Mekanisme penerimaan bahan baku (PT NIC, 2011)
37
4.2.3 Proses Produksi RTS Sistem produksi di PT NIC termasuk jenis produksi kelompok (batch), yaitu memproduksi dalam kelompok-kelompok yang memiliki kisaran berat tertentu berdasarkan jumlah bahan baku yang digunakan. Proses produksi untuk suatu kelompok roti tidak menunggu kelompok roti sebelumnya selesai, tetapi dilakukan secara kontinyu dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan alat dan mempersingkat waktu kerja. PT NIC memproduksi berbagai jenis roti yaitu roti tawar (white bread), roti manis (sweet bread), atau roti isi (filled bread), roti krim (sandroll), roti sobek (tear of bread), roti burger (bun bread), roti plain roll dan remah roti (bread crumb). Tabel 5 menyajikan berbagai jenis dan kode roti yang diproduksi oleh PT NIC. Tabel 5. Produk roti PT NIC No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jenis Roti Roti Tawar Spesial Roti Tawar Kupas Roti Tawar Gandum Roti Cokelat Chips Roti Isi Sarikaya Roti Isi Strawberry Roti Isi Cokelat Roti Isi Keju Roti Isi Kelapa Roti Isi Cokelat Keju Roti Isi Beef Barbeque Roti Isi Chicken Teriyaki Roti Isi Krim Cokelat Roti Isi Krim Mocca Roti Isi Krim Cokelat Vanilla Roti Isi Krim Keju
Kode RTS RKU RTG RCC ISK IST ICK IKJ IKL ICC IBQ ICT SRC SRM SCV SCC
No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Jenis Roti Roti Sobek Cokelat Srikaya Roti Sobek Cokelat Cokelat Roti Sobek Cokelat Keju Roti Sobek Isi Cokelat Strawberry Roti Sobek Isi Cokelat Nanas Roti Sobek Isi Cokelat Blueberry Sandwich Cokelat Sandwich Peanut Unbreanded Burger Roti Kasur Keju Roti Plain Roll Roti Burger SR Roti Burger Wijen Chiffon Cake Pandan Chiffon Cake Cokelat Chiffon Cake Strawberry
Kode TCS TOC TCC TST TCN TCB SCK SAP UBB RKJ PR BUR BWI CCP CCC CCS
Sumber : PT NIC (2011)
Proses produksi RTS di PT NIC yang terdiri dari beberapa tahap proses pembuatan yaitu: 1.
Scalling Scalling adalah proses penimbangan dan penyiapan bahan baku.
Penimbangan bahan baku dilakukan berdasarkan formula yang dikeluarkan oleh Sub Departemen Product Development. Bahan baku yang telah ditimbang diperiksa oleh petugas Quality Control (QC), kemudian dibungkus rapi plastik dan disimpan atau diletakkan dalam krat sebelum diserahkan ke bagian produksi.
38
Penyiapan bahan baku memerlukan waktu ± 10 jam. Dalam 1 (satu) hari terdapat 2 (dua) kali serah terima bahan baku kepada produksi. Estimasi waktu yang diperlukan untuk melakukan proses penimbangan dan penyiapan bahan baku adalah sebagai berikut: Pukul 07.00 – 15.00 WIB dilakukan penyiapan bahan baku, pukul 15.00 – 16.00 WIB (rit 1) dilakukan serah terima bahan baku untuk produksi pada pukul 17.00 dan pukul 22.00 – 23.00 WIB (rit 2) dilakukan serah terima bahan baku untuk produksi pukul 23.00 WIB. 2.
Sponge Mixing Proses pengadukan dalam pembuatan adonan roti di PT NIC dilakukan
dalam dua tahapan proses yaitu sponge dan dough mixing. Sponge mixing adalah proses pengadukan pertama, yaitu bahan baku diaduk agar tercampur secara merata. Pembentukan sponge meliputi pencampuran sebagian adonan seperti ragi, terigu (yang dialirkan dari silo), air, softer, emulsifier dengan waktu pengadukan selama 5 menit (low speed selama 3 menit dan high speed 2 menit) dengan suhu sekitar ± 23°C. Tujuan dari proses sponge mixing adalah untuk mencampurkan bahan baku serta memperbanyak sel secara merata untuk menimbulkan aroma atau karakteristik dari adonan. 3.
Fermentasi Setelah adonan sponge terbentuk kemudian dibawa menggunakan box
menuju ke ruangan fermentasi awal dan difermentasi selama 2,5 jam pada suhu 27,75°C. Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme menghasilkan gas CO2, alkohol, dan asam. 4.
Dough Mixing Dough mixing merupakan proses pengadukan kedua. Setelah difermentasi
dan adonan mulai mengembang, adonan mengalami proses pengadukan kedua dengan penambahan terigu, gula, garam, skim milk powder, calcium, full cream, shortening, dan Palmia BOS untuk dicampur manjadi adonan dough dengan waktu mixing 9 (sembilan) menit. Standar
proses mixing tersebut dibuat
berdasarkan hasil riset dari bagian Pengembangan Produk dari Departemen Product Development and Quality Assurance (PDQA).
39
5.
Floor Time Floor time adalah proses pengistirahatan adonan, adonan yang sudah
terbentuk didiamkan sejenak selama lima menit. 6.
Dividing Proses dividing adalah pemotongan adonan dengan berat sesuai dengan
standar adonan (memperkecil ukuran sesuai dengan standar, menjaga konsistensi berat adonan). Setelah adonan melewati masa floor time kemudian adonan tersebut dinaikkan ke dalam devider yang secara bertahap akan memotongmotong adonan sesuai dengan berat yang sudah ditetapkan. Persyaratan standar proses make up (pemotongan adonan) di PT NIC dapat dilihat pada pada Tabel 6. Tabel 6. Standar proses make up roti tawar (dividing) PT NIC Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial Roti Tawar Gandum Roti Cokelat Chips Roti Tawar Kupas Sumber : PT NIC (2011)
RTS RTG RCC RKU
7.
Devider Speed (Stoke/menit) 17 16 15 16
Berat (gram) 337,5 ± 2,5 315,0 ± 2,5 313,0 ± 2,5 337,5 ± 2,5
Floor Time (menit) 5 5 5 5
Rounding Rounding adalah proses pembulatan adonan sehingga membentuk lapisan
tipis pada permukaan adonan, kemudian adonan tersebut masuk ke dalam wadahwadah pada mesin Over Head Proofing (OHP) sebagai proses intermediate proofing, yaitu proses relaksasi adonan atau pengistirahatan adonan sehingga adonan mudah untuk dibentuk, dengan waktu 17 – 18 menit. 8.
Sheeting Proses sheeting yaitu proses pemipihan adonan yang bertujuan agar gas
yang terbentuk tersalurkan secara merata pada adonan sehingga produk akhir yang dihasilkan memiliki pori-pori yang halus dan seragam. 9.
Moulding Setelah adonan melalui proses sheeting kemudian adonan dibentuk sesuai
dengan bentuk produk akhir yang diinginkan yang disebut dengan proses moulding.
40
10.
Panning Panning adalah proses peletakkan adonan pada loyang dengan posisi
rekatan adonan di bagian bawah. 11.
Final Proofing Adonan yang sudah masuk ke dalam loyang kemudian disusun ke dalam rak
dengan jumlah penyusunan pada berjumlah 5 (lima) baris dan disimpan di dalam ruang fermentasi dengan suhu 38°C dan kelembapan ruangan 80 persen selama 50 menit. Fermentasi ini merupakan fermentasi akhir yaitu untuk mengembangkan adonan hingga mencapai volume yang diinginkan. Pada waktu fermentasi terkadang adonan lambat mengembang, oleh karena itu waktu tidak selalu mempengaruhi pengembangan adonan, PT NIC mempunyai indikator selain waktu untuk mengetahui selesainya proses fermentasi yaitu dengan ketinggian adonan ± 80 persen dari tinggi loyang. 12.
Baking Baking merupakan proses pemanggangan adonan. Adonan yang sudah
melewati proses fermentasi yang kedua di masukkan ke dalam oven dengan suhu 150°C untuk Zone I, Zone II 165°C dan Zone III 170°C selama 35 menit 33 detik 13.
Deppaning Setelah roti keluar dari oven, maka roti sudah matang dan dilakukan proses
pengeluaran roti dari cetakannya proses ini disebut deppaning. 14.
Cooling Roti yang telah matang selanjutnya didinginkan dalam suhu ruang dengan
cooling conveyor dan roti berputar-putar mengikuti aliran conveyor selama ±4 jam sampai roti bersuhu 33 ± 2°C. Proses cooling tersebut bertujuan agar mempermudah proses slicing (proses pemotongan roti) tanpa adanya kerusakan serta mencegah kondensasi setelah produk dikemas. Kadar air yang hilang selama pendinginan sekitar 2 – 3%. 15.
Sortasi Sortasi adalah proses pemisahan produk RTS yang tidak sesuai dengan
standar PT NIC contohnya roti penyok atau bentuk roti tidak sesuai ukuran standar RTS PT NIC.
41
16.
Slicing Proses slicing adalah proses pemotongan RTS setelah pendinginan. Pada
RTS pemotongan dilakukan hingga roti menjadi 10 irisan. Persyaratan standar proses slicing (pemotongan produk akhir) PT NIC dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Standar proses make up roti tawar (slicing) PT NIC Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial Roti Tawar Gandum Roti Cokelat Chips Roti Tawar Kupas Sumber : PT NIC (2011)
RTS RTG RCC RKU
17.
Jumlah Slice/Pack 10 10 10 10
Target Berat Bersih (gram) Standard Minimum 370 359 366 355 275 267 200 194
Packaging Setelah proses slicing RTS selesai dan sesuai dengan ukuran standar roti,
proses selanjutnya adalah proses pengemasan roti. Roti yang sudah berada dalam kemasan disegel dan dikunci menggunakan kwick lock. Proses pengemasan ini dilakukan
agar
roti
yang
sudah
dikemas
tidak
terkontaminasi
dan
mempertahankan kadar air dalam produk. Standar proses pengemasan roti tawar di PT NIC selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Standar proses pengemasan roti tawar PT NIC Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial Roti Tawar Gandum Roti Cokelat Chips Roti Tawar Kupas Sumber : PT NIC(2011)
RTS RTG RCC RKU
Cooling Time (Jam) 2 – 2,5 2 – 2,5 2 – 2,5 4–5
Temperatur Roti (°C) 33 – 37 33 – 37 33 – 37 < 28
Kadaluwarsa (Hari) H+5 H+5 H+5 H+5
Pemakaian kwick lock yang berwarna bertujuan agar mempermudah dalam membedakan tanggal kadaluwarsa produk yang berada di pasaran dan agar lebih terlihat produk mana yang masih fresh dan produk mana yang sudah melewati tanggal kadaluarsa harus sudah ditarik. Pemakaian kwick lock didasarkan pada hari produksi yaitu: Senin berwarna kuning, Selasa berwarna biru, Rabu berwarna merah, Kamis berwarna hijau, Jumat berwarna oranye, Sabtu berwarna cokelat, dan Minggu berwarna putih.
42
18.
Metal detecting Produk yang sudah terkemas dilewatkan ke alat metal detector (pendeteksi
logam) untuk mendeteksi apabila terdapat campuran logam dalam produk. Hal ini dikarenakan untuk menghindari adanya bahaya logam yang masuk ke dalam adonan yang bisa berasal dari mesin produksi, loyang dan lain sebagainya. 19.
Sortasi II Proses ini adalah pemisahan produk RTS yang telah dikemas atau dalam
pengemasannya tidak sesuai standar dan kebijakan PT NIC, contohnya dalam penguncian kwick lock terkadang sering tidak terkunci rapat atau kemasan yang rusak proses tersebut dilakukan oleh bagian Quality Control. 20.
Kratting Produk yang telah melewati proses sortasi yang kedua kemudian disimpan
di dalam krat-krat dan siap untuk didistribusikan, proses ini disebut kratting. 21.
Finish Goods Produk akhir yang sudah dikemas dan disimpan di krat sesuai dengan
Standard Operating Procedure (SOP), kemudian dilakukan serah terima dari bagian Produksi ke bagian Gudang Finish Goods (FG) dan dilakukan proses penyimpanan sementara untuk setiap jenis produk. Sebelum roti didistribusikan ke pelanggan, terlebih dahulu harus dilakukan proses picking, yaitu pemisahan dan pengelompokkan roti sesuai dengan permintaan pelanggan, berdasarkan pada pesanan yang ada. Proses picking produk akhir harus sesuai dengan estimasi yang merupakan data permintaan aktual dari konsumen. Selanjutnya dilakukan proses loading yaitu gudang mengeluarkan barang berdasarkan Delivery Note (DN) atau surat jalan yang disediakan oleh Administration Sales. Pada saat yang sama juga ada proses unloading artinya menerima barang dari luar atau konsumen yang akan dicocokan antara fisik dengan Delivery Note atau Nota Pengembalian Barang. Langkah-langkah dalam proses serah terima roti antara bagian Produksi – Gudang FG yaitu: 1. Roti keluar dari produksi dilakukan pencatatan dan penghitungan pada Product Output Control (POC).
43
2. Roti yang sudah terhitung dan tercatat ditempatkan sesuai jenis, rasa dan tempat penempatannya berdasarkan kriteria roti yaitu: penempatan roti fresh, penempatan roti First In First Out (FIFO), penempatan roti H+2, penempatan roti saat dilakukan receiving. Dalam penyimpanan finish goods seringkali terdapat kelebihan persediaan akibat kelebihan produksi. Jumlah stock berlebih tersebut biasanya sisa poduk hari sebelumnya ditambah dengan POC setelah dikurangi produk yang didistribusikan tiap 24 jam. Waktu penyimpanan maksimum stock adalah 2 (dua) hari dikarenakan usia roti hanya 5 (lima) hari dari tanggal produksi. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC ditunjukkan pada Gambar 11.
44
PETA PROSES OPERASI Nama Obyek
: Roti Tawar Spesial
Dibuat Oleh
: Eka Astriani
Tanggal Dipetakan
: 20 Juli 2011
O.1 = Penimbangan Bahan Baku dan Persiapan 10 jam I.1
= Pemeriksaan Penimbangan
O.2 = Sponge Mixing
5’ 2,5 jam
O.3 = Fermentasi
9’
O.4 = Dough Mixing
5’
D.1 = Floor Time
5’
O.5 = Dividing
5’
O.6 = Rounding
13’
D.2 = Intermediate Proofing
5’
O.7 = Sheeting
30’
O.8 = Moulding
15’
O.9 = Panning
1
Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC
45
1 60’
35’ 33”
30’
2,5 jam
D.3 = Final Proofing
O.10 = Baking
O.11 = Depanning
D.4 = Cooling
10’
I.2
30’
O.12 = Slicing
30’
O.13 = Packaging
15’
I.3
= Metal Detecting
10’
I.4
= Sortasi
20’
O.14 = Krating
= Sortasi
S.1 = Storage Finish Goods
Ringkasan = Total Kegiatan
= 14
Total Waktu = 20 jam 32 menit 33 detik
= 4 = 4 = 1
Lanjutan Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC
46
4.2.4 Distribusi Proses distribusi dilakukan dengan bantuan perusahaan rekanan yang diatur untuk mendistribusikan ke masing-masing wilayah distribusi. Distribusi menggunakan truk berukuran sedang pengiriman ke distributor dapat dilakukan hanya sekali atau beberapa transit tergantung dari distributor yang dituju. Setiap armada truk transit hanya di outlet untuk Distribution Channel (DC) dan stock point. Sedangkan untuk RO dan institusi, setiap armada transit bisa mendistribusikan lebih dari 8 (delapan) outlet. Sedangkan untuk agen, setiap armada truk transit di 3 atau 4 outlet, hal ini disebabkan jumlah pesanan dari setiap outlet berbeda. Produk yang telah sampai kepada distributor, pada hari yang sama juga disalurkan ke konsumen akhir. Perusahaan rekanan untuk proses distribusi tersebut antara lain PT Bangun Putra Karawang (BPK), PT Adira Logistic dan PT. Wira Logistic (Astriani, 2009). 4.2.5 Aliran Informasi Aliran informasi merupakan hal yang wajib dan dibutuhkan dilakukan oleh PT NIC, baik informasi yang diperoleh dari pemasok maupun pelanggan. Hal yang pertama yaitu komunikasi dengan pelanggan, dilakukan dengan penyebaran informasi produk dengan mengirimkan contoh produk, informasi produk dan perusahaan. Hal selanjutnya adalah komunikasi dengan pemasok. Teknik komunikasi PT NIC dengan pemasok antara lain: setiap bulan bagian QC bahan baku mendatangi pemasok untuk memeriksa dan mengaudit pemasok, mengirimkan PO kepada pemasok, seperti jenis produk, jumlah produk yang dipesan, hingga tanggal pengiriman dan penerimaan produk dari pemasok. Alat komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pemasok adalah berupa telepon, faximile, dan surat elektronik (Astriani, 2009). PT NIC melakukan kontrak dengan pemasok per 1 (satu) tahun yang bertujuan untuk efisiensi biaya karena adanya potongan harga. Kontrak tersebut hanya berlaku untuk bahan baku tertentu saja, seperti keju, cokelat dan tepung. Kontrak tersebut akan diperbaharui kembali setelah 1 (satu) tahun dengan mengkaji hasil yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Kontrak dapat dilakukan untuk membuat kesepakatan frekuensi kedatangan bahan baku dalam jumlah yang lebih kecil untuk setiap pengirimannya. Selain itu, masalah kualitas dapat
47
ditingkatkan dari pihak pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi salah satu tindakan pemborosan yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap bahan yang datang. Pemeriksaan penerimaan bahan yang datang dapat dikurangi atau mungkin dapat dihilangkan apabila pemasok bertanggung jawab penuh terhadap kualitas bahan baku yang disepakati dalam kontrak yang lebih efektif dan efisien. Dalam kasus yang ditemui di lapangan saat terjadi ketidaksesuaian berat, jumlah atau kerusakan material yang datang, diperlukan waktu menunggu untuk memutuskan apakah bahan baku diterima atau tidak. Dengan adanya kontrak jangka panjang dapat diatur dan disepakati mengenai penanganan kasus tersebut, sehingga tidak terjadi waktu menunggu yang cukup lama (Astriani 2009). 4.2.6 Sistem Pembayaran Bahan Baku dan Produk Pembayaran kepada pemasok dilakukan dengan menggunakan jasa perbankan. Pembayaran oleh PT NIC kepada pemasok baik lokal maupun luar negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah bahan baku diterima. Pembayaran dilakukan secara satu kali bayar setelah dilakukan pengecekan bahan baku dan faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Sistem pembayaran oleh distributor dan konsumen dilakukan secara transfer ke rekening bank milik PT NIC. Pembayaran oleh distributor dilakukan setelah penghitungan jenis roti yang dikirimkan dan yang dikembalikan. Sedangkan untuk institusi tidak ada pengembalian roti. Hal yang serupa juga berlaku untuk agen, kecuali sedang ada promosi jenis roti baru oleh PT NIC. Jangka pembayaran adalah 30 hari untuk Channels Dc and Ro (supermarket, minimarket, dan P&D). Pembayaran untuk agen dan institusi dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari (Astriani, 2009).
48
4.3. Analisis Pemilihan Pemasok, Kriteria-kriteria, dan Subkriteria bahan baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam Memilih Pemasok RTS Kriteria pemilihan pemasok merupakan hal yang dipertimbangkan oleh PT NIC dalam memilih perusahaan sebagai rekanan kerjasama untuk memasok bahan baku yang diperlukan. Tujuan utama pemilihan pemasok yaitu agar didapatkan kontinuitas produksi, keterjaminan kualitas bahan baku, dan juga kualitas produk yang dihasilkan. 4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemasok Pemasok yang memasok bahan-bahan ke PT NIC akan berhubungan langsung dengan bagian proses produksi. Oleh karena itu pemilihan pemasok yang akan bekerjasama dengan PT NIC dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti prosedur pemilihan berikut ini: 1.
Sebelum melakukan pesanan pada pemasok baru, PT NIC melakukan audit pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok tersebut.
2.
PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan dipasok oleh pemasok melalui sertifikasi halal dari badan yang disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia.
3.
Mengutamakan perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan yang belum memiliki sertifikat ISO dapat bekerjasama dengan PT NIC selama sistem yang dijalankan oleh perusahaannya berjalan dengan baik.
4.
Kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan perusahaan.
5.
Kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan perusahaan.
6.
Referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi pemasok.
49
Pemilihan pemasok di PT NIC dilakuan dengan berbagai pertimbangan tertentu. Kriteria yang digunakan PT NIC dalam pemilihan pemasok RTS yaitu: 1. Kehalalan (P) Kriteria kehalalan merupakan kriteria yang penting dalam pemilihan pemasok RTS. Hal utama yang dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok RTS di PT NIC karena bahan baku yang digunakan harus mempunyai sertifikat halal. Produk halal ialah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat agama Islam. 2. Kualitas (Q) Kualitas merupakan salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok RTS yang dilakukan oleh PT NIC. Pemasok RTS harus memberikan kualitas bahan baku yang terbaik untuk menghasilkan produk yang enak dan bergizi sesuai dengan slogan dari PT NIC itu sendiri. 3. Harga (R) Kriteria harga merupakan kriteria yang dipertimbangkan PT NIC dalam pemilihan pemasok bahan baku RTS. Harga sering kali merupakan salah satu penentu utama dalam menentukan pemasok. Hal ini karena harga bahan baku akan menentukan besar biaya produksi dan akhirnya mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dalam penjualan. 4. Ketersediaan Barang (S) Kriteria ini menunjukkan kemampuan pemasok dalam menyediakan bahan baku yang dipesan oleh PT NIC, baik itu memenuhi pesanan yang rutin ataupun pesanan mendadak. Kemampuan pemasok dalam menyediakan bahan baku jika PT NIC melakukan pesanan yang mendadak terkait dengan kapasitas persediaan yang dimiliki pemasok tersebut. PT NIC akan memilih pemasok dengan pengololaan manajemen persediaan yang baik. 5. Reputasi Pemasok (T) Reputasi pemasok merupakan kemampuan pemasok membangun citra yang baik sehingga dipercaya PT NIC untuk dipilih menjadi pemasok. Apabila reputasi pemasok tersebut baik maka secara otomatis PT NIC akan mempertimbangkannya untuk dijadikan pemasok tetap. Reputasi pemasok
50
terkait dengan perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal, dan dipercaya oleh perusahaan. 6. Waktu Pengiriman (U) Ketepatan waktu pengiriman juga banyak dipertimbangkan PT NIC dalam pemilihan pemasok RTS. Ketepatan waktu pengiriman yang dimaksud adalah kemampuan pemasok dalam pengiriman bahan baku tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran, sehingga tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi PT NIC. 4.3.2 Identifikasi Sub Kriteria dalam Memilih Pemasok RTS a.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Halal Sub kriteria yang dipertimbangkan adalah dokumen pendukung lengkap,
audit lapangan dan sertifikat kehalalan internasional yang diakui oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). 1. Dokumen Pendukung Lengkap (P1) Kemampuan pemasok untuk menunjukkan dan menyediakan dokumen pendukung yang lengkap yang berhubungan dengan kehalalan bahan baku akan menjadi pertimbangan PT NIC untuk memilihnya menjadi pemasok bahan baku PT NIC. 2. Audit Lapangan (P2) Kemampuan pemasok untuk menunjukkan kesesuaian antara dokumen yang diberikan pemasok dengan kondisi aktual di lapangan yang berhubungan dengan kehalalan bahan baku juga merupakan faktor yang dipertimbangkan pemasok yang bersangkutan. 3. Sertifikasi kehalalan internasional yang diakui oleh (LPPOM MUI) (P3) Pemasok yang mempunyai sertifikat halal yang dikeluarkan atau diakui oleh LPPOM MUI akan memiliki peluang lebih baik untuk menjadi pemasok di PT NIC dibandingkan dengan pemasok yang tidak mempunyai sertifikat kehalalan produk.
51
b.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Kualitas 1. Kesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1) Perjanjian tertulis antara PT NIC dan pemasok mengenai spesifikasi bahan baku merupakan suatu pedoman bagi pemasok untuk menyediakan bahan baku seperti yang tertulis dalam perjanjian. Apabila pemasok sudah bisa memenuhi spesifikasi bahan baku maka PT NIC akan lebih mempercayainya untuk menjadi pemasok di PT NIC. 2. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q2) Kemampuan pemasok untuk memberikan kualitas yang konsisten juga memperbesar peluang pemasok untuk terpilih menjadi pemasok yang akan digunakan PT NIC. Jika pemasok sudah bisa menyediakan bahan baku dengan kualitas konsisten maka akan membuat PT NIC akan lebih memprioritaskan pemasok tersebut dan akan menggunakan pemasok tersebut untuk jangka panjang jika mampu mempertahankan kualitas dengan konsisten. 3. Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan babas bakteri (Q3) Kemampuan pemasok menyediakan bahan baku yang bebas dari cacat dan bebas bakteri akan memperbesar kemungkinan pemasok tersebut menjadi pemasok PT NIC.
c.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Harga 1. Kesesuaian harga (R1) Kemampuan pemasok dalam memberikan harga yang sesuai dengan kulitas bahan baku yang ditawarkan, sehingga akan menarik minat PT NIC untuk memilihnya menjadi pemasok PT NIC. Harga bahan baku yang lebih mahal tidak menjadi masalah jika pemasok bisa menyesuaikan harga tersebut dengan kualitas bahan baku yang disediakan. 2. Kemampuan memberikan diskon (R2) Pemasok yang bisa memberikan potongan harga atau diskon kepada pelanggan yang memesan dalam jumlah tertentu akan menarik minat PT NIC untuk memilih pemasok tersebut. 3. Mekanisme pembayaran yang mudah (R3)
52
PT NIC akan lebih tertarik dengan pemasok yang bisa memberikan kemudahan dalam melakukan transsaksi. Jika pemasok bisa memberikan sistem pembayaran yang mudah baik itu jangku waktu pembayaran transaksi yang tidak rumit akan lebih disenangi PT NIC untuk menjadi pemasoknya. d.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Ketersediaan Barang 1. Kemampuan memenuhi pesanan (S1) PT NIC akan memilih pemasok yang bisa memenuhi pesanan rutinnya. Jika perusahaan memiliki permintaan yang tinggi maka akan mencari pemasok yang skala produksinya besar untuk memenuhi pesanannya. 2. Persediaan untuk pesanan mendadak (S2) PT NIC kadang-kadang melakukan pesanan mendadak. Apabila PT NIC tidak mempunyai persediaan maka akan melakukan pemesanan bahan baku. Oleh karena itu, PT NIC akan mencari dan memilih pemasok bahan baku dengan manajemen persediaan yang baik agar bisa memenuhi pesanan mendadak dari PT NIC.
e.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Reputasi Pemasok 1. Perusahaan pemasok dan produknya telah banyak dikenal (T1) Apabila perusahaan pemasok dan produknya banyak dikenal berarti salah satu alasannya adalah banyak perusahaan yang menggunakannya sebagai pemasok dan berarti pemasok tersebut mempunyai reputasi yang baik. 2. Dipercaya oleh perusahaan (T2) Kepercayaan sangat susah untuk didapatkan. Kepercayaam yang dimaksud disini merupakan bentuk keyakinan dari PT NIC pada pemasok. Misalnya PT NIC menggunakan pemasok Jaya Fermex, karena PT NIC percaya bahwa pemasok tersebut mampu memenuhi keinginan pelanggannya dan PT NIC merasa puas.
f.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Waktu Pengiriman 1. Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu (U1) PT NIC akan senang kepada pemasok yang mampu mengirimkan pesanan tepat waktu, karena dengan tepat waktu pesanan datang maka
53
kegiatan produksi juga bisa berjalan dengan lancar. Oleh karena itu sub kriteria ini perlu dipertimbangkan dalam memilih pemasok. 2. Lead time pengiriman yang singkat(U2) PT NIC akan lebih lebih cenderung memilih pemasok bahan baku yang memiliki waktu tunggu yang relatif singkat. Selain itu, waktu tunggu yang singkat akan menghemat biaya lain-lain. 3. Kemampuan menangani masalah sistem transportasi (U3) Kemampuan menangani masalah sistem transportasi adalah kemampuan pemasok dalam mengetahui masalah yang berhubungan dengan distribusi bahan baku dari perusahaan pemasok ke PT NIC. Bagaimana pemasok mencari jalan alternatif apabila jalan yang biasa digunakan rusak atau macet, akan tetapi bahan baku harus sampai tepat waktu. Hal ini penting untuk diperhatikan, sehingga perlu dipertimbangkan dalam memilih pemasok. Struktur hirarki pemilihan pemasok dapat dilihat pada Gambar 12.
54
Pemilihan Pemasok RTS di PT Nippon Indosari Corpindo
Goal
Kriteria
SubKriteria
Halal
Kualitas
Harga
Dokumen pendukung lengkap
Kesesuaian bhn baku dgn spesifikasi yg sudah ditetapkan
Kesesuaian harga
Audit lapangan
Sertifikat kehalalan internasio nal yang diakui LPPOM MUI
Pemasok
Kemampuan memberi kualitas yg konsisten
Kemampuan memberi diskon Mekanisme pembayaran yang mudah
Ketersediaan Barang
Kemampuan memenuhi pesanan Persediaan untuk pesanan mendadak
Reputasi Pemasok
Waktu Pengiriman
Perusahaan pemasok & produknya sudah banyak dikenal Dipercaya perusahaan
PT Jaya Fermex
Lead time pengiriman yang singkat Kemampuan menangani masalah sistem transporttasi
Penyediaan bhn baku tanpa cacat & bebas bakteri
PT Adyaceda
Kemampuan mengirim pesanan tepat waktu
PT Nusa Indah
Gambar 12. Struktur hirarki pemilihan pemasok RTS di PT NIC
4.3.3 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal Berdasarkan hasil pengolahan data secara horizontal pada tingkat kedua (kriteria) dengan metode PHA maka diperoleh bahwa kriteria yang paling berpengaruh dalam memilih pemasok bahan baku RTS pada PT NIC adalah kualitas dengan bobot 0,216. Bobot kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada Gambar 13 berikut.
55
Pemilihan Pemasok RTS di PT Nippon Indosari Corpindo
Goal
Kriteria
Halal
Kualitas
Harga
(0,192)
(0,216)
Ketersediaan Barang
(0,102)
(0,213)
Kesesuaian harga
Kemampuan memenuhi pesanan
Dokumen pendukung lengkap (0,415)
SubKriteria
Kesesuaian bhn baku dgn spesifikasi yg sudah ditetapkan
Audit lapangan
(0,333)
(0,344)
Kemampuan memberi kualitas yg konsisten
Sertifikat kehalalan internasio nal yang diakui LPPOM MUI (0,241)
(0,333)
Penyediaan bhn baku tanpa cacat & bebas bakteri
(0,336)
(0,542)
Kemampuan memberi diskon
Persediaan untuk pesanan mendadak
(0,210)
(0,458)
Mekanisme pembayaran yang mudah
Reputasi Pemasok
Waktu Pengiriman
(0,066)
(0,210)
Perusahaan pemasok & produknya sudah banyak dikenal
(0,416)
(0,712)
Dipercaya perusahaan
Lead time pengiriman yang singkat (0,291)
(0,288)
Kemampuan menangani masalah sistem transporttasi
(0,454)
(0,333)
Pemasok
Kemampuan mengirim pesanan tepat waktu
(0,293)
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
(0,333)
(0,337)
(0,328)
Gambar 13. Bobot kriteria dan sub kriteria berdasarkan metode PHA
Tabel 9 dan Tabel 10 berikut menunjukkan bobot dan prioritas untuk masingmasing kriteria dan sub kriteria pemilihan pemasok bahan baku RTS di PT NIC. Kriteria dan sub kriteria akan dibahas sebagai berikut. Tabel 9. Bobot dan prioritas elemen kriteria pemilihan pemasok RTS No 1 2 3 4 5 6
Kriteria Kualitas Ketersediaan Barang Waktu Pengiriman Halal Harga Reputasi Pemasok
Bobot 0,216 0,213 0,210 0,192 0,102 0,066
Prioritas 1 2 3 4 5 6
56
Tabel 10. Bobot dan prioritas elemen sub kriteria pemilihan pemasok RTS No 1
Kriteria Kualitas (Q)
2
Ketersediaan Barang (S)
3
Waktu Pengiriman (U)
4
Halal (P)
5
Harga (R)
6
Reputasi Pemasok (T)
a.
Sub Kriteria 1. Kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditentukan (Q1) 2. Konsistensi kualitas (Q2) 3. Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas bakteri (Q3) 1. Kemampuan memenuhi pesanan (S1) 2. Persediaan untuk pesanan mendadak (P2)
Bobot 0,333 0,333 0,333
Prioritas Sama PentingNya
0,540 0,460
1 2
1. Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu (U1) 2. Leadtime pengiriman yang singkat (U2) 3. Kemampuan menangani masalah sistem transportasi (U3) 1. Dokumen pendukung lengkap (P1) 2. Audit lapangan (P2) 3. Sertifikasi kehalalan internasional yang diakui oleh LPPOM MUI (P3) 1. Kesesuaian harga (R1) 2. Kemampuan memberikan diskon (R2) 3. Mekanisme pembayaran yang mudah (R3) 1. Perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal (T1) 2. Dipercaya Perusahaan (T2)
0,416 0,291 0,293
1 3 2
0,415 0,344 0,241
1 2 3
0,336 0,210 0,454
2 3 1
0,712 0,288
1 2
Kriteria Kualitas Kualitas merupakan kriteria yang menjadi prioritas pertama dengan bobot
0,216. Kriteria ini menjadi pertimbangan PT NIC untuk memilih pemasok bahan baku RTS di PT NIC. Hal ini disebabkan bahwa PT NIC sangat berkomitmen terhadap tingginya kualitas produk-produk yang dihasilkan. Kualitas bahan baku yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih pemasok bahan baku secara berturutturut adalah ketersediaan barang (0,213), waktu pengiriman (0,210), halal (0,192), harga (0,102) dan reputasi pemasok (0,066). Berdasarkan Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa pada kriteria kualitas, sub kriteria kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditentukan, kemampuan memberikan kualitas yang konsisten dan penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas bakteri memperoleh bobot yang sama yaitu 0,333. Hal ini menegaskan bahwa ketiga sub kriteria tersebut merupakan elemen yang penting
57
dalam pemilihan pemasok, karena tiga elemen tersebut sangat saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. b.
Kriteria Ketersediaan Bahan Baku Kriteria yang menjadi prioritas kedua adalah ketersediaan barang dengan
bobot 0,213. Pemasok harus mampu memenuhi pesanan PT NIC kapan saja, tidak hanya pesanan rutin yang dilakukan PT NIC. Perusahaan melihat apakah pemasok mampu menyediakan bahan baku apabila ada pesanan secara mendadak. Hal ini menjadi pertimbangan karena pada beberapa kondisi tertentu PT NIC akan melakukan permintaan mendadak terhadap bahan baku untuk memenuhi permintaan konsumen. PT NIC akan mencari pemasok yang bisa memenuhi permintaan pesanan dalam jumlah skala besar untuk memenuhi pesanannya. Sub kriteria yang menjadi prioritas pertama berdasarkan Tabel 11 adalah kemampuan memenuhi pesanan dengan bobot 0,542. Sedangkan untuk prioritas yang kedua adalah persediaan untuk pesanan mendadak dengan bobot 0,458. Pemasok yang bekerjasama dengan PT NIC harus siap dengan permintaan bahan baku yang mendadak atau diluar jadwal pengiriman yang sudah ditentukan. Jika pemasok tidak bisa memenuhi permintaan bahan baku yang mendadak maka PT NIC akan memeriksa buffer stock yang dimiliki oleh PT NIC di pabrik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan stock bahan baku di gudang. Jika bahan baku tidak tersedia, maka PT NIC akan memesan ke pemasok yang lain. c.
Kriteria Waktu Pengiriman Kriteria prioritas ketiga adalah waktu pengiriman dengan bobot 0,210.
Waktu merupakan hal yang penting bagi perusahaan. PT NIC yang berada di Kawasan Industri Jababeka Cikarang sangat membutuhkan pemasok yang bisa mengirimkan pesanan tepat waktu ke lokasi perusahaan, agar jadwal produksi PT NIC dapat berjalan dengan lancar. Ketepatan waktu pengiriman bahan baku juga akan mempengaruhi ketepatan waktu PT NIC untuk memenuhi permintaan RTS di pasaran. Sub kriteria yang menjadi prioritas utama untuk kriteria ini adalah kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu. Besarnya bobot yang dihasilkan yaitu 0,416. Beberapa waktu pengiriman bahan baku RTS biasanya telah
58
disepakati oleh pemasok dan PT NIC contohnya untuk pengiriman terigu dan ragi dikirim dari hari senin sampai sabtu, untuk etiket RTS dikirim seminggu sekali. Sub kriteria dengan prioritas kedua dan ketiga berturut-turut adalah kemampuan mengatasi masalah sistem transportasi (0,293) dan lead time pengiriman yang singkat (0,291). d.
Kriteria Kehalalan Bahan Baku Kriteria yang menjadi prioritas keempat adalah kriteria kehalalan bahan
baku dengan bobot 0,192. Kehalalan bahan baku juga merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan. Meskipun hanya berada pada prioritas keempat akan tetapi melihat dari bobotnya yang tidak berbeda jauh dari kriteria-kriteria di atasnya, maka dapat dilihat bahwa PT NIC sangat memperhatikan aspek kehalalan bahan baku untuk produksinya. Hal ini diperlukan karena PT NIC merupakan produsen makanan yang harus memperhatikan aspek kehalalan produknya mulai dari bahan baku, proses, sampai dengan produk jadinya. Sub kriteria yang menjadi prioritas utama dalam kriteria halal adalah dokumen pendukung lengkap dengan bobot 0,415. PT NIC akan memilih pemasok yang memiliki dokumen pendukung lengkap. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen sistem mutu, yang mencakup panduan mutu dan prosedur baku yang dibuat oleh perusahaan misalnya SOP produksi pembuatan bahan baku RTS, dan juga sertifikat kehalalan yang dimiliki oleh pemasok. Sub kriteria yang kedua adalah audit lapangan dengan bobot 0,344. Pada waktu yang sudah ditetapkan, tim dari PT NIC yang dilengkapi dengan surat tugas dan identitas diri, akan mengadakan pemeriksaan (audit) ke pemasok. Selama pemeriksaan
(audit)
berlangsung,
pemasok
diminta
bantuannya
untuk
memberikan informasi yang jujur dan jelas mengenai spesifikasi bahan baku tersebut. Sub kriteria yang menjadi prioritas ketiga adalah sertifikat kehalalan internasional yang diakui LPPOM MUI dengan bobot 0,454. e.
Kriteria Harga Kriteria yang menjadi prioritas kelima adalah kriteria harga dengan bobot
0,102. Harga bukan merupakan prioritas utama dalam memilih pemasok bahan baku RTS pada PT NIC. Namun demikian, harga tetap menjadi pertimbangan PT NIC dalam memilih pemasok. Harga menjadi prioritas kelima dibawah kualitas,
59
ketersediaan barang, waktu pengiriman, dan halal karena besarnya harga bergantung pada kualitas bahan baku dan beberapa variabel lainnya sesuai dengan kriteria prioritas. PT NIC tidak terlalu mempermasalahkan harga dalam mencari pemasok bahan baku RTS, yang penting pemasok tersebut dapat memenuhi kualitas, ketersediaan barang, waktu kirim dan kehalalan. Sub kriteria yang menjadi prioritas pertama adalah mekanisme pembayaran yang mudah (0,454). Pelaksanaan pembayaran di PT NIC dilakukan dengan menggunakan sistem yang menggunakan jasa bank. Pembayaran oleh PT NIC kepada pemasok baik lokal maupun luar negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah bahan baku diterima. Pembayaran dilakukan secara satu kali bayar setelah dilakukan pengecekan bahan baku dan faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Sub kriteria yang menjadi prioritas kedua adalah kesesuaian harga dengan bobot 0,336 dan yang menjadi prioritas ketiga adalah kemampuan memberikan diskon bobot 0,210. f.
Kriteria Reputasi Pemasok Kriteria yang menjadi prioritas terakhir adalah reputasi pemasok dengan
bobot 0,066. Kriteria ini tidak terlalu diprioritaskan oleh PT NIC dalam memilih pemasok RTS. Hal ini karena selama pemasok dapat memenuhi semua permintaan sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh PT NIC, maka pemasok tersebut tetap menjadi pemasok di PT NIC walaupun reputasi perusahaan pemasok tersebut tidaklah terlalu bagus. Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dan produknya yang sudah banyak dikenal berarti memiliki reputasi baik, jujur, dan dikenal mampu memberikan permintaan bahan baku dengan baik akan dipercaya oleh PT NIC untuk dijadikan pemasok baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Prioritas kedua adalah pemasok dapat dipercaya oleh perusahaan dengan bobot 0,288. Mendapatkan kepercayaan dari perusahaan lain sangat berarti untuk membuat perusahaan memilihnya menjadi pemasok salah satunya kepercayaan PT NIC untuk para pemasoknya.
60
4.4. Pemasok yang Memiliki Kriteria Tertinggi Pengolahan secara vertikal menunjukkan pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap sasaran utama (ultimate goal). Pengolahan vertikal menunjukkan pemasok yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PT NIC dengan masing-masing bobot yang telah didapatkan dalam masingmasing hirarki. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pemasok yang memiliki kesesuaian tinggi dengan kriteria Perusahaan No
Nama Pemasok
Bobot
Prioritas
1
PT Jaya Fermex
0,337
1
2
PT Adyaceda
0,333
2
3
PT Nusa Indah
0,328
3
Berdasarkan Tabel 12, pemasok PT Jaya Fermex memiliki bobot paling tinggi dibandingkan dengan pemasok yang lainnya yaitu dengan bobot 0,337. Hal tersebut dikarenakan pemasok selama ini memperlihatkan kinerja yang baik terutama dalam hal memenuhi kriteria yang telah diprioritaskan. Kriteria tersebut yaitu kualitas (0,333), halal (0,333), ketersediaan dalam memenuhi barang (0,336), waktu pengiriman yang tepat waktu dengan bobot (0,347), penentuan harga (0,346), dan juga reputasi pemasok yang baik dan jujur (0,325). Demikian juga apabila dilihat dari bobot sub kriteria yang diperoleh. PT Jaya Fermex juga memperlihatkan kinerja yang baik pada sub kriteria yang diprioritaskan yaitu kemampuan memenuhi pesanan (0,333), kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu (0,333), dokumen pendukung kehalalan lengkap (0,333), mekanisme pembayaran yang mudah (0,333), perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal (0,333), serta ketiga sub kriteria pada kriteria kualitas dengan bobot sebesar 0,333. Hal ini berarti dilihat berdasarkan analisis kriteria pemasok RTS pada PT NIC, PT Jaya Fermex merupakan pemasok yang memiliki kesesuaian berdasarkan penilaian kriteria dengan bobot paling tinggi dibanding dengan PT Adyaceda (0,333) dan PT Nusa Indah (0,328).
61
4.5. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian, maka prioritas pemasok bahan baku yang akan dipilih sebagai pemasok bahan baku RTS adalah pemasok yang mampu menyediakan bahan baku dengan kualitas yang baik yang sesuai dengan permintaan PT NIC. Hal ini mengimplikasikan bahwa PT NIC perlu untuk terus selektif dalam memilih pemasok dengan memperhatikan kualitas bahan baku yang mampu disediakan oleh pamasok. Di samping itu, komunikasi lebih lanjut yang intensif dengan pemasok dapat dilakukan PT NIC untuk memperbaiki kinerja pemasok yang masih dianggap kurang baik. Dilihat dari sisi manajemen sumber daya, diharapkan kepada perusahaan untuk terus menjaga kualitas bahan baku yang diterima dari pemasok antara lain dengan melakukan audit lapangan yang teratur dan efektif serta pendekatan dengan pihak pemasok, sehingga akan meningkatkan juga kualitas produksi dari perusahaan.
62
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Model rantai pasokan PT NIC terdiri dari 3 (tiga) aliran. (1) aliran barang dari hulu ke hilir, anggotanya adalah pemasok, perusahaan, distributor, wholesaler, retailer, dan konsumen akhir, (2) aliran informasi dari hilir ke hulu, berupa informasi penjadwalan, dan pesanan, (3) aliran finansial dari hulu ke hilir, berupa aliran uang secara tunai. b. Pemilihan pemasok yang selama ini berlangsung di PT NIC dilakukan dengan mengaudit pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok tersebut, PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan dipasok oleh pemasok, kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan perusahaan, kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan perusahaan, referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi pemasok. c. Kriteria yang menjadi prioritas utama dalam memilih pemasok bahan baku RTS di PT NIC adalah kualitas dengan bobot 0,216. Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dengan kinerja paling baik yaitu PT Jaya Fermex dengan bobot 0,337.
2. Saran a. PT NIC sebaiknya melakukan hubungan baik dengan semua pihak yang terkait dengan perusahaan, khususnya dengan pihak pemasok agar transaksi bisnis berjalan lancar dan saling menguntungkan, serta berusaha menciptakan
hubungan
yang
bersifat
kekeluargaan
dan
saling
menghormati agar tercipta kerjasama dalam jangka waktu yang panjang. b. Komunikasi lebih lanjut dengan pemasok dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja untuk pemasok yang kurang baik.
63
DAFTAR PUSTAKA Astriani, E. 2009. Mempelajari Penilaian Kinerja Pemasok Roti Coklat Chip di PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang, Bekasi. Tugas Akhir pada Program Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bungsu, I.P. 2010. Kajian Pemilihan Pemasok Buah- Buahan dengan Proses Hirarki Analitik (Studi Kasus: Divisi Produce, Giant Hypermarket Botani Square, Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manejemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Chopra, S. S. Sodhi. ManMohan. 2001. Supply Chain. http://wikipedia.org/ wiki/Supply_Chain. [11 Juli 2009] Firdaus, M., dan M.A. Farid. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih Untuk Manajemen dan Bisnis. IPB Press, Bogor. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI). 2011. Outlook Industry Makanan Minuman 2011: Tantangan Kenaikan Harga Bahan Baku Pangan & Peningkatan Daya. http://www.gapmmi.or.id/cetak.php?id=96 [29 Mei 2011]. Halomoan, J.D. 2007. Pengendalian persediaan bahan baku di PT Nippon Indosari Corpindo, Cikarang Bekasi. Skripsi pada Departemen Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Hatani, L. 2008. Analisis Criteria Supplier-Selection terhadap kinerja perusahaan perikanan di PPS Kendari. http://lib.unhalu.ac.id/files/hata/J.1CRITERIA%20 SUPPLIER-SELECTION%20.pdf [2 Juli 2009]. Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Salemba Empat, Jakarta Indrajit, R.E, Djokopranoto R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Irghandi, R. 2008. Proses produksi. [11 Juli 2009].
http://one.indoskripsi.com/node/6772
Kementerian Perindustrian (Kemenperin). 2010. Karakteristik Penting Data Industri Besar dan Sedang Tahun 2010. http://www.kemenperin.go.id [29 Mei 2011].
64
Lambert, Cooper, Pagh. 1998. A strategic framework for supply chain oriented logistics.http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3705/is_200501/ai_n157160 69 / [11 Juli 2009]. Mulyadi, J. 2010. Tren Konsumsi Roti Sebagai Makanan Pokok Masyarakat Indonesia. http://bataviase.co.id/node/196255 [29 Mei 2011] Permadi, B.S. 1992. AHP. PAU-EK-UI, Jakarta. PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC). 2011. Proses Pembuatan Roti Tawar Spesial. PT. Nippon Indosari Corpindo, Cikarang. Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya. Saaty, T.L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman Presindo, Jakarta. Said, A.I. 2006. Produktifitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management. PPM, Jakarta. Tracey and Vonderembse. 2004. Building Supply Chain : A Key To Enhancing Manufacturing Performance. Journal of Business Mid-American 15:10-20. Turban, Rainer, Porter. 2004. Supply Chain Management. http://id.wikipedia.org/ wiki/ Manajemen_ rantai_suplai. [11 Juli 2009]. Vani, D. 2007. Evaluasi Kinerja Pemasok berdasarkan Tingkat Efisiensi Menggunakan Metode AHP dan DEA. (Studi Kasus; PT BMS) = Performance Evaluation of Supplier based on Eficiency Rate Using AHP and DEA Methods. (Case: PT BMS). http://www.lib.eng.ui.ac.id/ opac/themes/ina/detail.jsp?id=48174&lokasi=lokal [29 Mei 2011]. Yusman. 2009. Manajemen Rantai Pasok. http://www.scribd.com/doc/2238583/ manajemen-rantai-pasokan [11 Juli 2009].
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner identifikasi rantai pasokan
66
ANALISIS KRITERIA PEMILIHAN PEMASOK ROTI TAWAR SPESIAL DI PT.NIPPON INDOSARI CORPINDO CIKARANG, BEKASI
Bapak/Ibu yang terhormat, Saya Eka Astriani/H24097036, adalah mahasiswa manajemen semester 3 di IPB. Pada saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul Analisis Penilaian Kinerja Pemasok Roti Tawar Spesial dengan Menggunakan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyelesaian tugas akhir di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor. Saya mohon kerja sama dari Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini agar bisa membantu proses pengambilan data penelitian yang sedang dilakukan. Kuesioner ini adalah kuesioner tahap pertama yang disusun untuk mengidentifikasikan system rantai pasokan di PT NIC, khususnya rantai pasokan bagian hulu yaitu pemasok. Manajemen rantai pasokan adalah pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam memperoleh bahan mentah menjadi barang yang setengah jadi dan barang jadi, kemudian bagaimana mengirimkan produk tersebut ke pelanggan melalui jalur distribusi. Saya mengharapkan Bapak/Ibu dapat memberikan informasi yang akurat dan jujur sehingga informasi yang disajikan dapat dipertanggung jawabkan. Atas perhatian dan kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. Bogor, July 2011 Identitas Responden Nama
:………………………………….
Jabatan
:………………………………….
Alamat Kantor :…………………………………. Telepon/Fax :………………………………….
67
Lanjutan Lampiran 1.
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Pada tahun berapa PT NIC berdiri? 2. Ada berapa jenis macam roti utama?sebutkan! 3. Apa Visi dan Misi PT NIC?
yang
diproduksi
di
pabrik
B. Pemasok Roti Tawar Spesial 1. Bagaimana PT NIC mendapatkan informasi tentang pemasok bahan baku roti tawar special yang dilakukan oleh perusahaan? a. Mencari informasi sendiri b. Melalui media internet c. Lainnya, sebutkan………………………………………………… 2. Berapa kali dalam sebulan perusahaan melakukan pemesanan bahan baku RTS? Jenis Bahan Baku Waktu Pemesanan
3. Berapa jumlah pengiriman bahan baku dari pemasok dalam sekali pengiriman? ………………………………………………………………………...... 4. Darimana saja pemasok bahan baku RTS? a. Lokal b. Impor, sebutkan…………………………………………………….. 5. Bagaimana sistem pemesanan bahan baku RTS dari pemasok? ……………………………………………………….............................. 6. Bagaimana sistem pegangkutan bahan baku RTS yang sudah dipesan dari pemasok hingga sampai ke pabrik? ………………………………………………………………………….. 7. Seberapa baik hubungan kemitraan antara perusahaan dengan pemasok bahan baku RTS? .................................................................................................................. 8. Sebutkan contoh hubungan-hubungan kemitraan antara perusahaan dengan pemasoknya? a. ……………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………… 9. Apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam memilih pemasok? a. …………………………………………………………………….... b. ……………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………… 10. Hal-hal apa saja yang dipertimbangkan dalam menentukan faktorfaktor tersebut? …………………………………………………………………………..
68
Lanjutan Lampiran 1.
11. Siapa saja dalam perusahaan yang berpengaruh dalam mengambil keputusan memilih pemasok yang digunakan perusahaan? ………………………………………………………………………….. 12. Apa tujuan perusahaan dalam memilih pemasok? ………………………………………………………………………...... 13. Apakah perusahaan sudah melakukan pemilihan kriteria pemasok bahan baku? a. Ya b. tidak 14. Jika ya, apa saja kriteria yang dinilai dalam melakukan penilaian kinerja pemasok? ………………………………………………………………………….. C. Persediaan 1. Apakah perusahaan mempunyai persedian bahan baku RTS?................. 2. Bagaimana bentuk persediaan yang selama ini dilakukan perusahaan? a. Stok Produk (persediaan dalam jumlah besar) b. Just In Time (Persediaan sesuai dalam jumlah besar) c. Lainnya……………………………………………………………... 3. Bagaimana proses penerimaan bahan baku RTS? a. Bahan baku diterima oleh perusahaan b. Bahan baku diambil dari pemasok c. Lainnya, sebutkan………………………………………………….. 4. Apa yang dilakukan perusahaan jika bahan baku sudah menurun kualitasnya? a. Dikembalikan ke pemasok
c. Lainnya, sebutkan…….......
b. Langsung dibuang D. Produksi 1. Berapa jumlah rata-rata produksi RTS per bulan?................................... 2. Berapa jumlah rata-rata permintaan RTS per bulan?............................... 3. Bagaimana proses penentuan kebijakan produksi? a. Ditentukan oleh manajemen perusahaan berdasarkan permintaan b. Kesepakatan antara manajemen perusahaan dan para pekerja c. Lainnya, sebutkan…………………………………………………..
Lanjutan Lampiran 1.
69
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kelancaran proses produksi RTS? a. Keterlambatan bahan baku yang datang b. Kerusakan alat/mesin c. Lainnya, sebutkan………………………………………………….. 5. Apa yang dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut? a. ………………………………………………………. b. ………………………………………………………. c. ………………………………………………………. 6. Apabila dilihat dari segi mutu, apakah RTS yang dihasilkan sudah memenuhi keinginan pelanggan? a. Ya, adakah standar mutu yang sudah diterima? Apa?................................................................ b. Tidak, dari segi……………………………… Usaha yang dilakukan untuk mengatasinya? …………………………………………….. E. Distribusi 1. Bagaimana bentuk distribusi produk yang selama ini digunakan? a. Menggunakan distributor perusahaan b. Pelanggan langsung mengambil ke perusahaan c. Menggunakan perusahaan jasa distributor independen d. Lainnya, sebutkan……………………………………. 2. Jika menggunakan distributor independen, jenis distributor yang digunakan? a. Distributor besar b. Retailer c. Agen d. Lainnya, sebutkan………………………………………….. 3. Jika menggunakan distributor independen untuk menyalurkan roti, bentuk kerjasama apa yang dilakukan antara perusahaan dengan distributor? a. Sistem kontrak b. Dipesan tanpa ada perjanjian secara langsung
70
Lanjutan Lampiran 1.
4. Permasalahan yang sering dihadapi dalam masalah distribusi? a. Keterlambatan dalam pendistribusian produk sampai ke pelanggan b. Kerusakan pada yang didistribusikan c. Lainnya, sebutkan………………………………………………….. F. Sumber Daya Manusia 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang dimiliki? Divisi/Bagian
Jumlah pekerja
2. Fasilitas apa saja yang diberikan kepada karyawan selain gaji? a. ……………………………………………………………. b. ……………………………………………………………. c. ……………………………………………………………. 3. Bagaimana pengaturan jam kerja yang berlaku di PT NIC? ………………………………………………………………… ………………………………………………………………… G. Aliran Informasi 1. Bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh PT NIC terhadap pemasok? ............................................................................................................. ............................................................................................................. 2. Bagaimna PT NIC melakukan komunikasi dengan pelanggan? ............................................................................................................. ............................................................................................................. 3. Berapa lama PT NIC melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok? ............................................................................................................. .............................................................................................................
Lanjutan Lampiran 1.
71
H. Finansial 1. Bagaimana pembayaran yang dilakukan oleh PT NIC terhadap pemasok? ............................................................................................................. ............................................................................................................. 2. Bagaimana pembayaran yang dilakukan oleh distributor ke PT NIC? ............................................................................................................. .............................................................................................................
KUESIONER PENELITIAN
BAHAN BAKU ROTI TAWAR SPESIAL (RTS) DI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK
Oleh Eka Astriani H24097036
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
Dalam rangka menyelesaikan studi/tugas akhir di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, saya Eka Astriani, berharap Bapak dan Ibu untuk mengisi kuesioner ini, yang berjudul “ Analisis Kriteria Pemilihan Pemasok Bahan Baku Roti Tawar Spesial (RTS) di PT Nippon Indosari Corpindo dengan Menggunakan Proses Hirarki Analitik”. Kuesioner ini dibuat untuk mendukung proses akhir pengolahan data dalam rangka pemecahan masalah. Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dari tingkat kriteria, subkriteria, dan alternatif strategi untuk memilih kriteria pemasok yang tepat bagi perusahaan. Landasan utama pengisian kuesioner ini adalah sebuah struktur hirarki keputusan dengan komponen – komponen lengkap yang disusun berdasarkan literatur, hasil observasi, dan pendapat pihak terkait dalam perusahaan. Penyusunan hirarki ini sebenarnya disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini.
Lampiran 2. Kuesioner proses hirarki analitik
ANALISIS KRITERIA PEMILIHAN PEMASOK
Responden yang terhormat,
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Eka Astriani H24097036
72
2011
II. PETUNJUK PENGISIAN 1. Pada bagian ini, anda diminta untuk
Nama
:
Jenis Kelamin
: Pria/Wanita
Usia
: a. 25-35 tahun b. 36-45 tahun c. 46-55 tahun d. 56 tahun ke atas
Pendidikan Terakhir
: a. SMA atau Sederajat b. Diploma c. Sarjana d. Pasca Sarjana (S2/S3)
Jabatan
lalu memberi tanda X (silang) nilai perbandingannya 2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan. 3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9, definisi dari skala yang digunakan untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut:
:
Lama Bekerja di Perusahaan ini : a. 2-5 tahun b. 6-9 tahun c. > 10 tahun Tanggal Pengisian
membandingkan antara elemen A dan elemen B,
Lanjutan Lampiran 2.
I. DATA RESPONDEN
:…………………………
Nilai komparasi (A dibandingkan B) 1 3 5 7 9 2,4,6,8
Definisi A dan B sama pentingnya A sedikit lebih penting daripada B A lebih penting daripada B A sangat jelas lebih penting daripada B A mutlak lebih penting dari B
Nilai-nilai diantara dua pertimbangan 73
A.
Kriteria
Anda diminta untuk membandingkan tingkat
1.
Halal (P). Kemampuan pemasok untuk menyediakan bahan baku yang mempunyai sertifikat halal yang diakui LPPOM MUI. Kualitas (Q). Kemampuan pemasok dalam memberikan kualitas bahan baku yang terbaik untuk memenuhi kepuasaan pelanggan. Harga (R). Kemampuan pemasok untuk mengontrol komponen – komponen yang berhubungan dengan harga. Ketersediaan Barang (S). Kemampuan pemasok dalam menyediakan sayuran yang dipesan oleh perusahaan. Baik itu memenuhi pesanan yang rutin maupun pesanan yang mendadak. Reputasi Pemasok (T). Kemampuan pemasok membangun citra yang baik sehingga dipercaya untuk dipilih menjadi pemasok. Waktu Pengiriman (U). Kemampuan pemasok dalam mengirimkan bahan baku yang tepat waktu, dan sesuai dengan pesanan yang diminta oleh perusahaan.
kepentingan antara HARGA dan KUALITAS A Harga
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B
2.
Kualitas 3.
4.
5.
6.
74
B. Sub Kriteria 1. Sub kriteria dari halal adalah Dokumen pendukung lengkap (P1), Audit Lapangan (P2), Sertifikat kehalalan internasional yang diakui LPPOM MUI (P3). 2. Sub kriteria dari kualitas adalah Kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1), Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas
Lanjutan Lampiran 2.
Contoh:
4.
5.
6.
C. A P P P P P Q Q Q Q R R R S S T
Alternatif Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
B Q R S T U R S T U S T U T U U
Lanjutan Lampiran 2.
3.
bakteri (Q2), Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3). Sub kriteria dari harga adalah kesesuaian harga (R1), kemampuan memberikan diskon (R2), mekanisme pembayaran yang mudah (R3). Sub kriteria dari ketersediaan barang adalah kemampuan memenuhi pesanan (S1), persediaan untuk pesanan mendadak (S2). Sub kriteria dari reputasi pemasok adalah perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal (T1), dipercaya perusahaan (T2). Sub kriteria dari waktu pengiriman adalah kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu (U1), leadtime pengiriman yang singkat (U2), kemampuan menangani masalah sistem transportasi (U3).
1. Alternatif 1. PT Adyaceda 2. Alternatif 2. PT Jaya Fermex 3. Alternatif 3. PT Nusa Indah
75
III. PENGISIAN KUESIONER Keterangan : Dalam menentukan bobot prioritas alternatif terdapat enam kriteria yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek Halal (P), kualitas (Q), Harga (R), Ketersediaan barang (S), Reputasi pemasok (T), Waktu kirim (U). Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu kriteria
a. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub kriteria yang satu dengan yang lainnya dalam konteks pengaruh kehalalan (P) untuk strategi pemilihan pemasok
Memilih Pemasok bahan baku RTS di PT NIC
Halal
Kualit as
Harga
Ketersedi aan Barang
Reputasi Pemasok
Kehalalan (P)
Dokumen Pendukung Lengkap (P1)
Waktu Kirim
Keterangan: Sub kriteria dari masing-masing kriteria adalah kriteria P(P1, P2, dan P3), kriteria Q(Q1, Q2, dan Q3), kriteria R (R1, R2), kriteria S (S1, S2), T (T1,T2,), kriteria U (U1, U2, dn U3).
A P1 P1 P2
Audit Lapangan (P2)
Sertifikat kehalalan internasional yang diakui LPPOM MUI (P3)
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
Lanjutan Lampiran 2.
dengan kriteria lain dalam menentukan bobot penentuan prioritas alternatif strategi.
B P2 P3 P3
b. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh kualitas (Q) untuk strategi pemilihan pemasok Kualitas
Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas bakteri (Q2)
Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3)
76
Kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1)
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
B Q2 Q3 Q3
Ketersediaan Barang (S)
c. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub kriteria yang satu dengan sub kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh harga (R) untuk strategi pemilihan pemasok. A S1
Harga (R)
Kesesuaian Harga (R1)
Kemampuan memeberikan diskon (R2)
Persediaan untuk pesanan mendadak (S2)
Kemampuan memenuhi pesanan (S1)
Nilai Perbandingan 98765432123456789
Lanjutan Lampiran 2.
A Q1 Q1 Q2
B S2
e. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh kualitas (T) untuk strategi pemilihan pemasok
Mekanisme pembayaran yang mudah (R3)
Reputasi Pemasok (T)
A R1 R1 R2
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
Dipercaya perusahaan (T1)
B R2 R3 R3
d. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh kualitas (S) untuk strategi pemilihan pemasok
A T1
Perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal (T2)
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B T2
77
f. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara sub kriteria yang lainnya dalam konteks pengaruh kualitas (S) untuk strategi pemilihan pemasok
Kemampuan memenuhi pesanan (U1)
A U1 U1 U2
Kelancaran dalam menangani masalah sistem transportasi (U2)
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
Sertifikat kehalalan internasional yang diakui oleh LPPOM MUI Persediaan untuk pesanan mendadak (U3)
PT Adyaceda
A
B U2 U3 U3
PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
2. Keterangan: Ada tiga alternatif strategi pemilihan pemasok yang akan dinilai bobot prioritasnya dalam strategi pemilihan pemasok yaitu: pemasok 1 : PT Adyaceda, pemasok 2: PT Sinar Meadow, pemasok 3: PT kwick lock
1.
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks seritifikat Sertifikat kehalalan internasional yang diakui oleh LPPOM MUI
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
B PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
Lanjutan Lampiran 2.
Waktu Pengiriman (U)
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks seritifikat Audit Lapangan (P2). Audit Lapangan
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
78
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
dalam konteks Kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
B PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
Kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B
PT Adyaceda
3.
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks Dokumen Pendukung Lengkap (P3) Dokumen pendukung lengkap
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
5. A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
B PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
98765432123456789 98765432123456789
PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas bakteri Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas bakteri
PT Adyaceda
4.
Lanjutan Lampiran 2.
PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya 79
PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
6.
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
B PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B
PT Adyaceda
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
7.
98765432123456789 98765432123456789
PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B
PT Adyaceda
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT JF
8.
98765432123456789 98765432123456789
PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks Kemampuan memberikan diskon Kemampuan memberikan diskon
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
80
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks Kesesuaian harga
Kesesuaian harga
Lanjutan Lampiran 2.
A
PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
9.
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
B PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks Mekanisme pembayaran yang mudah Mekanisme pembayaran yang mudah
PT Adyaceda
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
PT Jaya Fermex
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
PT Nusa Indah
B PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
PT Adyaceda
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B
98765432123456789 98765432123456789
PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
11. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks persediaan untuk pesanan mendadak Persediaan untuk pesanan mendadak
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
81
10. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks Kemampuan memenuhi pesanan
Kemampuan memenuhi pesanan
Lanjutan Lampiran 2.
A
Kemampuan memenuhi pesanan
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B
13. PT Adyaceda
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
98765432123456789 98765432123456789
Dipercaya perusahaan
PT Jaya Fermex
PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
B PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
14.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu
PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
13.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks dipercaya perusahaan
PT Adyaceda
A
Lanjutan Lampiran 2.
12. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal
Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B
PT Adyaceda
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
98765432123456789 98765432123456789
PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
PT Nusa Indah
82
Leadtime pengiriman yang singkat
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
Nilai Perbandingan 98765432123456789
B
PT Adyaceda
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
98765432123456789 98765432123456789
A PT Adyaceda PT Adyaceda PT Jaya Fermex
Nilai Perbandingan 98765432123456789 98765432123456789 98765432123456789
B PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
Lanjutan Lampiran 2.
15. Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks leadtime pengiriman yang singkat
PT Jaya Fermex PT Nusa Indah PT Nusa Indah
16.Bandingkan tingkat kepentingan relatif antar pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dalam konteks kemampuan menangani masalah sistem transportasi Kemampuan menangani masalah sistem transportasi
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
83
PT Nusa Indah
STRUKTUR ORGANISASI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Lampiran 3. Struktur organisasi PT NIC 84
Lampiran 4. Hasil olah data kriteria pemasok menggunakan Expert Choice
85
Lanjutan Lampiran 4.
86
Lanjutan Lampiran 4.
87
Lanjutan Lampiran 4.
88
Lampiran 5. Hasil olah data kriteria pemasok secara vertikal menggunakan Microsoft Excel
Kriteria Halal VP Kriteria Halal PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah
Kualitas VP Kriteria Kualitas PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah
Kriteria Harga VP Kriteria Harga PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah
Kriteria Ketersediaan Barang VP Kriteria KB PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah
Reputasi Pemasok VP kriteria RP PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah
Dokumen Pendukung 0.415 0.333 0.333 0.333
Audit Lapangan 0.344 0.333 0.333 0.333
Sertifikat Halal 0.241 0.333 0.333 0.333
Kesesuaian Bahan Baku 0.333 0.333 0.333 0.333
Kualitas Konsisten 0.333 0.333 0.333 0.333
Bahan Baku Tanpa Cacat 0.333 0.333 0.333 0.333
Kesesuaian Harga 0.336 0.333 0.333 0.333 Kemampuan Memenuhi Pesanan 0.542 0.371 0.371 0.257 Perusahaan dan Produk Sudah Banyak Dikenal 0.712 0.333 0.333 0.333
Diskon 0.21 0.276 0.394 0.333
Pembayaran Mudah 0.454 0.333 0.333 0.333
Persediaan Pesanan Mendadak 0.458 0.375 0.294 0.332
Bobot 0.333 0.333 0.333
Bobot 0.333 0.333 0.333
Bobot 0.321 0.346 0.333
Bobot 0.373 0.336 0.291
Dipercaya Perusahaan
Bobot
0.288 0.519 0.304 0.177
0.387 0.325 0.288
89
90
Lanjutan Lampiran 5.
Kriteria Waktu Pengiriman VP Kriteria WP PT Adyaceda PT Jaya Fermex PT Nusa Indah
Pengiriman Tepat Waktu 0.416 0.333 0.333 0.333
Lead Time Singkat 0.291 0.221 0.319 0.46
Menangani Sistem Transportasi 0.293 0.274 0.396 0.33
Bobot 0.283 0.347 0.369
R. Pemasok 0.066
Waktu Pengiriman 0.21
Bobot
Prioritas
0.102
K. Barang 0.213
0.333
0.321
0.373
0.387
0.283
0.333
2
0.333
0.333
0.346
0.336
0.325
0.347
0.337
1
0.333
0.333
0.333
0.291
0.288
0.369
0.328
3
Kriteria
Halal
Kualitas
Harga
VP Kriteria
0.192
0.216
PT Adyaceda
0.333
PT Jaya Fermex PT Nusa Indah