i
ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN PENETAPAN PRIORITAS PEMASOK PADA PT. CITRA ABADI SEJATI
LILIS SUSWENTY
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dan Penetapan Prioritas Pemasok pada PT. Citra Abadi Sejati adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013 Lilis Suswenty NIM H24114052
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
v
ABSTRAK
LILIS SUSWENTY. Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dan Penetapan Prioritas Pemasok. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN. Bahan baku merupakan salah satu aset penting bagi perusahaan yang menjadi faktor keberhasilan proses produksi. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh teknik yang tepat dalam membuat perencanaan kebutuhan bahan baku serta memilih pemasok yang tepat agar bahan baku dapat dipasok dengan kualitas, kuantitas dan waktu yang tepat. Teknik perencanaan kebutuhan kain dengan total biaya persediaan terkecil berturut – turut adalah Lot For Lot (LFL) dengan biaya Rp. 675.900, Economic Order Quantity (EOQ) dengan biaya Rp. 1.029.471, teknik perusahaan sebesar Rp. 3.218.700, dan yang terakhir adalah teknik Lot For Lot + Safety Stock (LFL + SS) yaitu Rp. 3.319.199. Untuk bahan baku benang, teknik dengan total biaya persediaan paling rendah berturut – turut adalah LFL dengan biaya Rp. 7.300, EOQ sebesar Rp. 105.914, teknik perusahaan sebesar Rp. 1.018.072, dan yang terakhir teknik LFL + SS yaitu Rp. 2.364.996. Pemilihan pemasok untuk bahan baku kain memiliki tiga kriteria yaitu quality, price, dan lead time. Alternatif pemasok bahan baku kain dengan urutan terbaik yaitu Silver Reed dengan bobot 0,525, Winitex dengan bobot 0,261, dan Far-East dengan bobot 0,214. Sedangkan untuk bahan baku benang memiliki empat kriteria yaitu, quality, price, paymenterm, dan fleksibility. Alternatif pemasok bahan baku benang dengan urutan terbaik yaitu Coats dengan bobot 0,613, Gunze dengan bobot 0,264, dan Amann dengan bobot 0,124. Kata kunci : bahan baku, prioritas pemasok, LFL, EOQ
ABSTRACT
LILIS SUSWENTY. The analysis of Material Requirement Planning and supplier priority determination. Supervised by ALIM SETIAWAN. Material is one of an important asset for a company which becomes the factor of success production process. This research is to obtain exact technic on making Material Requirement Planning and choosing the appropriate supplier in order that the material can be supplied precisely in quality, quantity and time as well. The technic of fabric requirement planning in the most minimal inventory cost is LFL in Rp. 675.900, EOQ in Rp. 1.029.471, the company technic in Rp. 3.218.700, and LFL + SS as much as Rp. 3.319.199. The technic with the most minimal cost for thread is LFL in Rp.7300, EOQ in Rp. 105.914, the technic used by company in Rp. 1.018.072, and LFL + SS as much as Rp. 2.364.996. Determining the fabric supplier have three criteria, they are quality, price, and lead time. The alternative for each fabric supplier with the best order is in the value of SilverReed in 0,525, Winitex in 0,261 and Far-East in 0,214. Determining the thread supplier have four criteria, they are quality, price, paymenterm and fleksibility. The alternative for each thread supplier rank is in the value of Coats in 0,613, Gunze in 0,264 and Amann in 0,124. Key words : material, supplier priority, LFL, EOQ.
vii
ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN PENETAPAN PRIORITAS PEMASOK PADA PT. CITRA ABADI SEJATI
LILIS SUSWENTY
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ix
Judul Skripsi : Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dan Penetapan Prioritas Pemasok pada PT. Citra Abadi Sejati Nama : Lilis Suswenty NIM : H24114052
Disetujui Oleh
Alim Setiawan S, STP, MSi Pembimbing I
Diketahui Oleh
Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 sampai Juli 2013 ini ialah teori perencanaan persediaan dan pemilihan pemasok dengan judul Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dan Prioritas Pemilihan Pemasok PT. Citra Abadi Sejati. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP, Msi selaku dosen pembimbing. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak PT. Citra Abadi Sejati Cileungsi khususnya kepada ibu Jumirah dan bapak Wijay selaku kepala HRD, bapak Dede Jamaluddin selaku staf produksi, ibu Dede selaku staf merchindising, dan ibu Mira selaku staf purchasing yang telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua (Rahidin dan Sumiaty), atas segala doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih juga kepada guru (Supriadi) dan sahabat-sahabat terbaik atas dukungannya, serta seluruh keluarga besar Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB atas kenangan selama menempuh pendidikan. Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin
Bogor, Juli 2013
Lilis Suswenty
xi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Kerangka Pemikiran
2
Tujuan Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
4
METODE PENELITIAN
4
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
4
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
4
Metode Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Proses Produksi
5
Prosedur Pengadaan Bahan Baku
7
Data Produksi
8
Biaya Persediaan BOM (Bill Of Material)
9 9
Persediaan dan Lead Time
10
Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku
11
Kebijakan Pengendalian Persediaan Pada PT. CAS
11
Pengendalian Persediaan Pada Menggunakan Teknik LFL
12
Pengendalian persediaan pada menggunakan metode EOQ
15
Evaluasi Terhadap Pengolahan Biaya Persediaan
16
Penetapan Pemasok dengan Metode Analitical Hirarchy Process (AHP)
17
Hasil Pengolahan Data Pemilihan Pemasok Kain dan Benang
18
Consistency Ratio (CR)
18
Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN
20 21
Simpulan
21
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
22
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Laporan rencana dan aktual pengiriman produk PT. CAS, 2013 Jadwal Pengiriman Short Skirt Tahun 2013 Komponen Biaya Persediaan Bahan Baku PT. CAS Tabel Kebutuhan Bahan Baku PT. CAS, 2013 Data Lead time, on hand, dan minimum order Bahan Baku Rencana kebutuhan kain pada perusahaan Rencana kebutuhan benang pada perusahaan Rencana kebutuhan kain dengan teknik LFL Rencana Kebutuhan Kain dengan Teknik LFL + SS Rencana Kebutuhan Benang dengan Teknik LFL Rencana kebutuhan bahan baku benang dengan teknik LFL + SS Kuantitas EOQ Perencanaan kebutuhan kain dengan teknik EOQ Perencanaan kebutuhan benang dengan teknik EOQ Perbandingan Biaya Persediaan Kain PT. CAS, 2013 Perbandingan Biaya Persediaan Benang PT. CAS, 2013 Tabel Bobot Pemasok Kain Tabel Bobot Pemasok Benang
1 8 9 10 11 12 12 13 14 14 15 15 16 16 17 17 19 20
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kerangka Pemikiran Alur proses produksi Alur pengadaan bahan baku Diagram Bill Of Material Struktur hierarki pemilihan pemasok kain Struktur hierarki pemasok benang
3 6 7 10 19 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Perhitungan EOQ Menggunakan Software POM Kuesioner Penelitian Menggunakan Teknik AHP Pengolahan AHP Pemasok Kain Menggunakan Expert Choice Pengolahan AHP Pemasok Benang Menggunakan Expert Choice Perhitungan AHP Bahan Baku Kain Secara Manual Perhitungan AHP Bahan Baku Benang Secara Manual
25 26 29 31 33 39
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Persediaan adalah barang - barang perusahaan meliputi bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, barang pelengkap, dan komponen - komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Handoko 2000). Tanpa penanganan yang baik, persediaan bisa menjadi masalah yang sangat serius dalam hal pendapatan dan hubungan terhadap pelanggan. Perencanaan persediaan bahan baku juga sangat menentukan keberlangsungan kegiatan manufaktur. Kekurangan persediaan bahan baku mengakibatkan kegiatan produksi terhambat dan merubah jadwal induk produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada biaya yang lebih besar lagi. Kelebihan persediaan bahan baku juga menjadi masalah yang cukup serius yaitu meningkatnya biaya penyimpanan, penurunan laba, atau bahkan keusangan bahan baku. Perencanaan kebutuhan bahan baku ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP). MRP adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan bahan baku dalam proses produksi, sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan (Astana 2007). Tujuan dari MRP sendiri adalah untuk meminimalkan persediaan, mengurangi resiko keterlambatan produksi, komitmen dengan jadwal induk produksi yang sudah di buat, serta melakukan penjadwalan terhadap jumlah pembelian bahan baku. Untuk menunjang pemesanan bahan baku, pemasok menjadi salah satu bagian penting karena pemasok diharapkan mampu menyediakan bahan baku sesuai dengan kualitas, jumlah, harga, maupun waktu yang dibutuhkan untuk pemesanan. Dalam penetapan prioritas pemasok digunakan metode Analytical Hierarchy Procces (AHP) yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara melakukan pembobotan. AHP memungkinkan kita untuk menstruktur suatu sistem serta lingkungannya dalam bagian – bagian yang saling berinteraksi, lalu mensistensis bagian – bagian ini dengan mengukur dan membuat peringkat pengaruh terhadap kesuluruhan sistem (Saaty 1991). PT. Citra Abadi Sejati (CAS) merupakan salah satu perusahaan manufaktur khusus nya di bidang garmen yang menggunakan bahan baku sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan produksinya. Keterlambatan kedatangan bahan baku merupakan hal yang seharusnya dihindari, karena bisa berdampak pada keterlambatan pengiriman barang jadi kepada konsumen. Perencanaan dan aktual pengiriman produk kepada konsumen dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Laporan rencana dan aktual pengiriman produk PT. CAS, 2013 No 1 2 3 4 5
Produk BLK Pats BWO Pats RTQ Pats DPL Pats INB Pats
Tujuan Pengiriman USA USA USA USA USA
Jumlah Produk(pcs) 1.221 1.221 1.221 1.221 1.221
Media Transportasi Laut Laut Laut Laut Laut
Rencana Pengiriman 16 Mei 2013 16 Mei 2013 23 Mei 2013 23 Mei 2013 23 Mei 2013
Aktual Pengiriman 31 Mei 2013 31 Mei 2013 31 Mei 2013 31 Mei 2013 31 Mei 2013
2
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa, pengiriman untuk produk Pats bulan Mei rata - rata terlambat satu sampai dua minggu. Hal ini sangat tidak diinginkan oleh pihak perusahaan maupun konsumen, untuk itu saya mencoba mengambil judul penelitian mengenai perencanaan kebutuhan bahan baku dan pemilihan pemasok dengan harapan tidak akan terjadi lagi keterlambatan pengiriman kepada konsumen. PT. CAS selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumennya dan selalu mengevaluasi setiap kesalahan agar tidak terulang lagi. Hal ini menjadikan PT. CAS semakin berkembang dan hingga saat ini sudah memiliki tiga cabang yang tergabung dalam Busana Apparel Group. Salah satu cabangnya adalah PT. CAS Cileungsi. PT. CAS merupakan perusahaan garmen terbesar di Indonesia dan diakui oleh beberapa merek internasional seperti Talbots, Ann Inc (Ann Taylor), Liz Claiborne, Calvin Klein, Polo Jeans, Philip Van Hausen, JC Penny, Esprit, Mexx, dan Hugo Boss. Salah satu produk yang di produksi oleh perusahaan ini adalah Short Skirt yang merupakan permintaan dari Ann Taylor. Perusahaan tidak akan mencapai sebuah strategi berbiaya rendah tanpa manajemen persediaan yang baik (Heizer dan Render 2010). Untuk itu PT. CAS selalu berusaha untuk memperbaiki manajemen persediaannya agar lebih efisien dalam segi biaya. Selain itu pemilihan pemasok juga sangat penting agar dapat mendukung rencana persediaan bahan baku yang sudah dibuat.
Perumusan Masalah PT. CAS dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa PT. CAS merupakan salah satu perusahaan garmen terbesar di Indonesia yang dipercayai oleh beberapa merek terkenal dan mampu mengekspor hampir 330.000 pcs pakaian setiap bulannya. PT. CAS selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumennya agar terus mendapat kepercayaan dan bahkan menambah konsumen baru. Namun dalam proses produksinya, sering kali bahan baku yang akan digunakan terlambat datang sehingga proses produksi harus terhenti, selain itu masalah lain yang sering terjadi adalah bahan baku yang didatangkan oleh pemasok sering kali tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, baik dari segi kualitas maupun warna dari bahan baku tersebut. Maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. 2.
Bagaimana metode pemesanan bahan baku agar barang yang dipesan dapat didatangkan sesuai yang diinginkan perusahaan. Siapa pemasok yang ditunjuk untuk tiap bahan baku agar barang yang dipesan sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan dasar pemikiran dari penelitian yang memuat teori maupun konsep-konsep yang akan dijadikan dasar penelitian dan saling berkaitan antar variabel. Sesuai dengan Purnomo (2007), langkah-langkah yang digunkaan untuk memecahkan permasalahan penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran dan disajikan pada Gambar 1.
3
Identifikasi kondisi perencanaan bahan baku dan penetapan pemasok yang handal
Pengumpulan data: Penjualan perusahaan Kebutuhan bahan baku Status persediaan Pemasok bahan baku
Identifikasi Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dengan Metode MRP (L4L dan EOQ)
Penentuan Prioritas Pemasok Menggunakan Metode AHP
Analisis perbandingan model pengendalian persediaan
Prioritas pemasok
Rekomendasi untuk Perusahaan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan Gambar 1, kerangka pemikiran pada penelitian ini diawali dengan melakukan identifikasi terhadap perencanaan pembelian bahan baku dan penetapan pemasok oleh perusahaan. Selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data mengenai penjualan perusahaan, kebutuhan bahan baku per model per periode, status persediaan bahan baku, dan pemasok bahan baku. Kerangka pemikiran selanjutnya dibagi menjadi dua bagian. Tahap pertama peneliti melakukan identifikasi terhadap perencanaan kebutuhan bahan baku menggunakan metode MRP dengan teknik LFL dan EOQ, selanjutnya melakukan perbandingan kedua teknik tersebut dan teknik yang digunakan oleh perusahaan. Tahap kedua yang dilakukan adalah dengan menentukan prioritas pemasok yang akan dipilih dengan menggunakan metode AHP, selanjutnya adalah memperoleh prioritas pemasok yang akan dipilih. Hasil dari kedua bagian ini akan dijadikan rekomendasi untuk perusahaan.
Tujuan Penelitian Secara umum penelitian bertujuan untuk meningkatkan keefisienan perusahaan dalam mendatangkan bahan baku. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Membandingkan teknik penentuan jumlah produk yang digunakan perusahaan dengan teknik LFL, LFL + SS, EOQ. 2. Menganalisis dan memilih pemasok yang seharusnya dipakai oleh perusahaan.
4
Ruang Lingkup Penelitian Agar pembahasan yang dijabarkan tidak bias dan lebih terarah, maka penelitian ini difokuskan untuk menganalisis metode perencanaan kebutuhan bahan baku yang seharusnya digunakan oleh perusahaan dan menentukan pemasok yang akan dijadikan pemasok bahan baku.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu unit cabang Busana Apparel Group yaitu PT. CAS unit Cileungsi yang berlokasi di Jl. Raya Jonggol KM 2,5, Kampung Sawah, Cileungsi - Bogor, Jawa Barat, Indonesia. PT. CAS Cileungsi berdiri di atas tanah seluas 48.000 m dengan luas bangunan 19.560 m dan mulai beroperasi pada 31 Oktober 1983. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu I triwulan yaitu pada bulan Mei, Juni, dan Juli tahun 2013. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian, data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari bagian HRD, marchendising, produksi, dan bagian gudang. Wawancara langsung juga dilakukan kepada bagian purchasing dengan menggunakan alat instrumen berupa kuesioner. Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen tertulis. Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari laporan purchas order, jadwal produksi, data pemasok, dokumen perusahaan, data bahan baku, serta jadwal pengiriman. Menurut Umar (2002), tipologi data dilihat dari sumbernya terdiri dari dua yaitu data primer dan sekunder
Metode Analisis Data Metode yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu MRP. MRP adalah teknik perencanaan dan teknik penjadwalan yang digunakan perusahaan manufaktur sebagai sarana komunikasi perihal aliran material atau barang. Menurut (Heizer dan Render 2012) ada beberapa cara yang digunakan untuk menentukan ukuran lot dalam system MRP. 1. LFL Merupakan salah satu teknik penentuan ukuran lot yang memproduksi tepat dengan jumlah yang diperlukan. LFL adalah sistem MRP yang menghasilkan produk hanya jika dibutuhkan, dengan tidak ada persediaan pengaman dan tidak ada antisipasi pesanan yang akan datang. 2. EOQ EOQ adalah sebuah teknik statistik yang menggunakan rata-rata, sedangkan prosedur MRP mengasumsikan permintaan diketahui yang digambarkan dalam sebuah jadwal induk produksi. EOQ lebih mudah dipakai ketika
5
terdapat permintaan bebas yang relatif tetap, bukan ketika permintaan diketahui. Metode analisis kedua yang digunakan adalah AHP. AHP adalah salah satu metode dalam sistem pengambilan keputusan yang menggunakan beberapa variabel dengan proses analisis bertingkat, (Nasibu 2009). Menurut (Marimin 2008), ide dasar prinsip kerja AHP adalah : 1. Penyusunan Hierarki Persoalan yang akan diselesaikan akan diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasanagn. Menurut Saaty dalam Marimin (2008), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya dan dimulai dari level hierarki paling atas. 3. Penentuan Prioritas Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. 4. Konsistensi Logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan harus mempunyai hubungan cardinal dan ordinal. Metode AHP mampu memecahkan masalah yang multi obyektif dan multi kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki, sehingga dapat dikatakan model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif (Harsono et al 2009). Penyelesain AHP dilakukan dengan Expert Choice. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011), Expert Choice merupakan salah satu software AHP yang memiliki kelebihan dibanding criterium decision plus. Kelebihan Expert Choice, antara lain memiliki tampilan antarmuka yang lebih menarik, mampu untuk mengintegrasikan pendapatan pakar, dan tidak membatasi level dari struktur hierarki.
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi PT. CAS bergerak di bidang garmen yang semua produksinya berdasarkan make to order termasuk bahan baku yang digunakan sesuai dengan permintaan buyer. Dalam penelitian ini peneliti fokus pada satu jenis pakaian wanita yaitu Short Skirt yang merupakan permintaan dari buyer Aan Taylor dan akan dikirim ke Kanada. Bahan baku yang paling banyak digunakan untuk produk Short Skirt adalah kain, benang, dan beberapa asesoris. Kain yang digunakan dibuat dari 65% fabric wow poly dan 35% cotton, sedangkan benang yang digunakan adalah tipe
6
spun poly tex 40. Asesoris yang digunakan untuk membuat Short Skirt adalah interlining, label, size label, dan zipper, sedangkan untuk finishing dibutuhkan poly bag dan pengemasan carton cuter. Proses produksi produk Short Skirt dikerjakan oleh 34 orang karyawan yang terampil dan terlatih yang akan dibagi kedalam beberapa lini kerja dengan target produksi 37 pcs per jam. Alur produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Pemotongan
Jahit
QC Jahit
Setrika
Pencucian
Aksesoris
QC Akhir
Pengemasan
Gambar 2. Alur proses produksi Dari Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa proses produksi terdiri dari beberapa tahap, yaitu : 1. Pemotongan atau pengguntingan Proses pemotongan atau pengguntingan kain adalah tahap yang dilakukan berdasarkan pola yang sudah dibuat sesuai dengan permintaan konsumen. Pemotongan kain harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil potongan sesuai dengan pola dan memudahkan pada saat proses menjahit. 2. Jahit Proses menjahit yaitu menyatukan potongan-potongan yang sudah digunting termasuk pemasangan zipper. Proses menjahit dilakukan dengan sangat rapi sehingga meminimalisir adanya produk reject. 3. Quality Control Jahit Quality Control pertama dilakukan dalam bentuk pemeriksaan dari hasil pada tahapan pemotongan dan jahit, termasuk juga mengukur panjang dari Short Skirt berdasarkan ukuran. Apabila ditemukan kesalahan maka akan dikembalikan pada proses pengguntingan untuk di proses ulang jika memungkinkan. 4. Setrika Tahap setrika dilakukan setelah melewati tahap quality control pertama, setelah menjadi Short Skirt, kemudian akan disetrika untuk merapikan jahitan. 5. Pencucian Tahap pencucian dilakukan oleh mitra perusahaan yang sudah terpercaya. Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengerutan pada Short Skirt setelah dicuci. 6. Asesoris Pemasangan asesoris dilakukan setelah proses pencucian agar asesoris yang di pasang tidak rusak. Asesoris yang dipasang adalah merek dan lebel harga.
7
7.
8.
Quality Control Akhir Proses quality control terakhir dilakukan setelah semua proses selesai, tujuannya untuk memeriksa hasil dari setiap tahap, termasuk memeriksa kain, kerapihan benang, penempatan merek, dan penempatan lebel harga. Pengemasan Tahapan akhir dari proses produksi adalah pengemasan. Tujuan dari tahapan pengemasan adalah untuk melindungi produk. Pada tahap pengemasan, produk akan dilipat sesuai ketentuan yang diterapkan yang kemudian dimasukkan kedalam polybag untuk disusun kedalam kardus.
Prosedur Pengadaan Bahan Baku Pembelian bahan baku dilakukan karena perusahaan tidak memproduksi bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Bahan baku yang digunakan dalam membuat Short Skirt sebagian didatangkan dari luar negri (impor) dan sebagian lagi dari lokal. Pola produksi pada perusahaan adalah make to order dengan fokus dapat memenuhi permintaan sesuai dengan kualitas, jumlah, serta pengiriman yang diminta oleh konsumen. Prosedur pengadaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 3. Buyyer order
MD confirm
MD order bahan baku
Bagian keuangan bayar
Proses pemasok
Pemasok kirim bahan baku (lead time)
Clearing
Terima barang
Pemeriksaan oleh QC
Gambar 3. Alur pengadaan bahan baku Berdasarkan Gambar 3, pengadaan bahan baku dilakukan oleh bagian Merchandising (MD) yang diawali dengan menerima order dari pihak konsumen. Selanjutnya bagian MD akan mengirimkan daftar kebutuhan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi kepada bagian gudang. Bagian gudang akan memeriksa ketersediaan bahan baku untuk mengetahui berapa jumlah kebutuhan bersih yang harus di terima. Bagian gudang akan memberikan laporan kebutuhan bersih bahan baku setelah memeriksa ketersediaan digudang. MD akan menerima purchase order (PO) dari bagian gudang untuk dilakukan pemesanan kepada pemasok sesuai dengan PO. Pemasok yang menyanggupi dan yang terpilih akan menyiapkan bahan baku sesuai PO, sementara pemasok menyiapkan bahan
8
baku, bagian keuangan akan membayar sesuai dengan harga dan ketentuan yang disepakati. Tahap selanjutnya adalah pengiriman barang dari pemasok ke Indonesia, barang yang sampai di Indonesia akan dilakukan proses clearing yaitu proses pemeriksaan penyesuaian antara dokumen dengan barang, selanjutnya adalah penerimaan bahan baku di gudang oleh bagian gudang. Tahap terakhir adalah pemeriksaan kualitas bahan baku oleh bagian quality control secara acak sebanyak 10% dari jumlah keseluruhan bahan baku yang datang. Keluar masuknya bahan baku menggunakan sistem first in first out (FIFO), yaitu bahan baku yang pertama kali masuk kegudang akan dikeluarkan terlebih dahulu untuk diproduksi.
Data Produksi PT CAS memproduksi beberapa jenis pakaian yang memiliki model yang berubah - ubah setiap tahunnya, salah satu jenis pakaian yang diproduksi adalah Short Skirt yang juga memiliki beberapa model dan bahan baku yang berbedabeda. Pada penelitian ini model Short Skirt yang dipilih adalah Short Skirt yang berbahan baku kain corduroy yang akan dikirim ke beberapa negara. Jadwal pengiriman produk tahun 2013 dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jadwal pengiriman Short Skirt tahun 2013 No
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
Jumlah Penjualan (pcs)
Tujuan Penjualan
Kebutuhan Bahan Baku (m) Kain Benang
3000
Louisville
5400
8400
1600
Louisville
2880
4480
5200
Canada
9360
14560
Sumber: Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 2, tahun 2013 PT. CAS produksi Short Skirt dimulai pada bulan Februari yaitu sebanyak 3000 pcs dengan tujuan pengiriman adalah Louisville. Permintaan kedua pada bulan Juli sebanyak 1600 pcs dengan tujuan pengiriman Louisville. Permintaan terakhir untuk tahun ini pada September sebanyak 5200 pcs dengan tujuan pengiriman Canada. Berdasarkan tabel diatas total permintaan untuk Short Skirt pada tahun 2013 sebanyak 9.800 pcs dengan total kebutuhan bahan baku adalah 17.640 m kain dan 27.440 m benang.
9
Biaya Persediaan Menurut Rangkuti (2002), dalam pengambilan keputusan untuk menentukan jumlah persediaan, umumnya biaya – biaya variabel yang perlu diperhitungkan meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya persediaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena melakukan persediaan bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi. Biaya persediaan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan kain dan benang yang merupakan bahan baku yang paling banyak digunakan dalam proses produksi. Biaya persediaan pada penelitian ini berdasarkan asumsi yang dibuat oleh perusahaan dan dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akibat adanya pemesanan bahan baku. Total biaya pemesanan bahan baku diperoleh dari pengalian biaya pemesanan per pesanan dengan frekuensi pemesanan dalam setahun. Komponen biaya pemesanan bahan baku kain dan benang meliputi biaya transportasi untuk setiap kali pemesanan dan komunikasi yaitu penggunaan internet untuk mengirim email. Biaya penyimpanan adalah biaya yang timbul akibat dari penyimpanan bahan baku di gudang. Bahan baku kain dan benang disimpan bersamaan dengan kain dan benang untuk produk lain, sehingga biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah bahan baku dari produk lain, hasilnya merupakan biaya simpan per meter dalam setahun. Komponen biaya persediaan yang di asumsikan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komponen biaya persediaan bahan baku PT. CAS Biaya Bahan Baku (Rp) per Periode No Biaya Persediaan Kain Benang 1 Biaya pemesanan Biaya internet dan telepon 5.000 5.000 Biaya transportasi 220.300 2.300 Total biaya pemesanan 225.300 7.300 400 84 2 Biaya penyimpanan Sumber : Data diolah (2013) Pada Tabel 3 diketahui bahwa biaya total untuk biaya pemesanan adalah Rp 225.300 untuk bahan baku kain dan Rp 7.300 untuk bahan baku benang, sedangkan biaya penyimpanan untuk kain adalah sebesar Rp 400 untuk setiap meternya dalam satu tahun dan Rp 84 untuk setiap meternya dalam satu tahun untuk benang.
Bill Of Material (BOM) BOM merupakan gambaran sistematis kebutuhan bahan baku untuk satu pcs produk yang dibuat dalam bentuk diagram dengan keterangan produk yang dihasilkan dari komponen bahan baku pembuatnya. Dalam pembuatan BOM perusahaan harus mengetahui daftar kebutuhan bahan baku serta jumlah yang akan digunakan untuk membuat satu pcs produk. Daftar bahan baku dan jumlah
10
yang dibutuhkan untuk satu pcs Short Skirt dan total kebutuhan bahan baku pada tahun 2013 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Tabel kebutuhan bahan baku PT. CAS, 2013 No 1 2 3 4 5 6
Bahan Baku Kain Benang Interlining Label Size Lebel Zipper
Kebutuhan per pcs 1,8 2,8 0,8 1 1 1
Total Kebutuhan 17640 m 27440 m 7840 m 9800 pcs 9800 pcs 9800 pcs
Sumber : Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa untuk membuat satu pcs Short Skirt dibutuhkan 6 jenis bahan baku. Dalam praktiknya, tipe BOM tergantung dari produk akhir yang dibuat. Produk akhir yang rumit dibuat dari ratusan bahan baku akan memiliki BOM yang rumit, sebaliknya jika produk akhir yang sederhana maka BOM yang dibuat juga sederhana. Pada pembuatan suatu struktur produk (BOM), produk akhir didefenisikan sebagai level 0. Komponen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk akhir ini disebut parent part dan didefenisikan sebagai level 1 dalam struktur produk. Level dibawahnya adalah komponen dan selanjutnya disebut level sub komponen. Struktur produk Short Skirt berdasarkan levelnya dapat dilihat pada Gambar 4. Skirt (1)
Kain (1,8 m)
Benang (2,8 m)
Zipper (1 pcs)
Interlining (0,8 m)
Level 0
Label (1 pcs)
Size label (1 pcs)
Level 1
Gambar 4. Diagram BOM Berdasarkan Gambar 4, Short Skirt merupakan produk akhir yang cukup sederhana dan hanya memiliki level nol sebagai produk akhir, dan level satu sebagai bahan baku pembuatnya.
Persediaan dan Lead Time Input penting lain yang dibutuhkan dalam penyusunan perencanaan kebutuhan bahan baku adalah persediaan yang tersedia digudang yang siap digunakan (on hand), lead time serta minimum pembelian untuk masing - masing bahan baku. Jumlah persediaan digudang dapat dilihat pada sistem ERP yang digunakan perusahaan. Menurut Assauri (2008), lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan baku yang dipesan tersebut diterima oleh gudang persediaan. Setiap bahan baku memiliki lead time yang berbeda - beda tergantung lokasi area produksi pemasok atau berdasarkan kesepakatan yang dibuat. Lead time yang ditetapkan berdasarkan
11
lamanya pemasok menyediakan bahan baku ditambah waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk bahan baku sampai di gudang. Sedangkan untuk pembelian, pemasok biasanya menetapkan minimum pembelian untuk setiap bahan baku agar perusahaan dapat membeli dengan harga yang normal, tetapi pada kenyataannya untuk perusahaan yang bersifat make to order tidak jarang bahan baku yang digunakan hanya untuk satu model saja dan bahan baku yang digunakan dibawah jumlah minimum order. Dalam hal ini perusahaan sudah memiliki hubungan yang baik terhadap pemasok sehingga perusahaan dapat memperoleh barang sesuai yang dibutuhkan dan dalam kisaran harga yang cukup normal. Persediaan yang dapat digunakan untuk tahun 2013 tersedia pada Tabel 5. Tabel 5. Data lead time, on hand, dan minimum order bahan baku No Bahan Baku Lead Time (week) On Hand Minimum Order 1 Kain (m) 4 1230 10000 2 Benang (m) 2 18184 5000 3 Interlining (m) 2 1300 300 4 Label (pcs) 2 950 150 5 Size Label (pcs) 2 800 150 6 Zipper (pcs) 2 1900 12 Sumber : Data diolah (2013) Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata - rata lead time bahan baku adalah dua minggu dengan jumlah persediaan terbanyak adalah benang dan persediaan yang paling sedikit adalah size label. Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pengendalian persediaan bahan baku menggunakan analisis bertujuan agar produksi dapat terus berjalan, efektif, dan efisien. Pada penelitian ini akan dibahas pengendalian persediaan yang dilakukan oleh PT. CAS dan kemudian dibandingkan dengan metode MRP dengan dua teknik pengukuran lot size yaitu LFL dan EOQ. Pertanyaan yang akan dijawab dalam membuat analisis MRP pada penelitian ini yaitu : 1. Permintaan, yaitu jumlah produk yang diminta konsumen 2. Kebutuhan kotor, yaitu hasil kali antara permintaan dengan kebutuhan bahan baku dalam satu pcs produk. 3. On hand atau persediaan ditangan, yaitu sediaan yang ada di gudang atau perusahaan 4. Kebutuhan bersih, yaitu selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan yang ada. 5. Jadwal penerimaan pesanan material 6. Jadwal pemesanan material sesuai lead time masing-masing bahan baku Prinsip pengendalian persediaan bahan baku adalah untuk meminimumkan total biaya persediaan bahan baku dan menjaga ketersediaan bahan baku agar proses produksi dapat terus berjalan. Kebijakan Pengendalian Persediaan Pada PT. CAS Dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku, PT. CAS melakukan pemesanan bahan baku berdasarkan kebutuhan bersih ditambah 30%
12
(resiko kehabisan bahan baku sebesar 70%) dari jumlah kebutuhan bersih. Namun untuk penggunaan nya, perusahaan tetap menggunakan sistem FIFO. Kebutuhan kotor diperoleh dari jumlah permintaan Short Skirt dikali kebutuhan kain per pcs Short Skirt yaitu 1,8 m. Penghitungan MRP Short Skirt untuk bahan baku kain yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rencana kebutuhan kain pada perusahaan Kebutuhan Bahan Baku Kain Tahun 2013 (m) Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 0kt
Komponen
Jan Feb Permintaan 3000 (pcs) Kebutuhan 5400 Kotor On Hand 1230 1230 1251 1251 1251 1251 Kebutuhan 4170 Bersih Jadwal 5421 Penerimaan Jadwal 5421 2118 Pemesanan
1600
5200
2880
9360
1251
489
489
1629
8871
2118
11532
Nov
Des
2661 2661 2661
11532
Pada Tabel 6 dapat dilihat, kebutuhan bersih pada bulan Februari diperoleh dari kebutuhan kotor dikurang persediaan (on hand). Sedangkan kebutuhan yang dipesan adalah 5421 m yang merupaka penjumlahan dari kebutuhan kotor 4170 m ditambah 30% dari jumlah kebutuhan kotor. Untuk perhitungan perencanaan persediaan benang menurut metode perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rencana kebutuhan benang pada perusahaan Komponen
Jan
Kebutuhan Bahan Baku Benang Tahun 2013 (m) Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 0kt
Nov Des Permintaan 3000 1600 5200 (pcs) Kebutuhan 8400 4480 14560 Kotor On Hand 18184 9784 9784 9784 9784 9784 5304 5304 5304 2777 2777 2777 Kebutuhan 9256 Bersih Jadwal 12033 Penerimaan Jadwal 12033 Pemesanan
Pada Tabel 7, kebutuhan benang untuk kegiatan produksi bulan Februari dan Juli dapat dipenuhi dengan persediaan benang yang masih ada. Pada produksi bulan September, persediaan yang tersedia adalah 5304 m, sehingga kebutuhan bersih adalah 9256 m. Sedangkan kebutuhan yang dipesan sejumlah 12033 m yang merupakan penjumlahan dari kebutuhan bersih yaitu 5304 m ditambah 30% dari kebutuhan bersih tersebut. Pengendalian Persediaan Pada Menggunakan Teknik LFL Teknik LFL yaitu memproduksi sesuai dengan kebutuhan bersih. Keputusan ini konsisten dengan sasaran sistem MRP, yaitu memenuhi kebutuhan
13
yang dependen. Maka sebuah sistem MRP harus menghasilkan unit hanya jika dibutuhkan, dengan tidak ada persediaan pengaman dan tidak ada antisipasi pesanan yang akan datang. Dalam teknik ini, perusahaan memesan tepat sebesar yang dibutuhkan tanpa persediaan pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut. Pesanan dilakukan sebesar kebutuhan bersih, yaitu kebutuhan kotor dikurangi persediaan yang ada di tangan pada periode awal dan diharapkan pesanan akan diterima pada saat barang dibutuhkan (Putra 2008). Penentuan rencana kebutuhan bahan baku menggunakan teknik LFL, yaitu dengan nol persediaan masih dapat memberikan resiko kekurangan bahan baku yang disebabkan oleh kenaikan permintaan, maupun adanya bahan baku yang reject sehingga tidak dapat digunakan. Untuk itu, dalam penelitian ini dilakukan perhitungan jumlah persediaan pengaman yang tepat, tujuannya adalah mengurangi resiko yang muncul akibat kenaikan permintaan produk. Sesuai Taryana (2008), rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan pengaman adalah sebagai berikut : µ=
∑
σdLT =
∑(
)² 1/2
ss = Z σdLT
Keterangan : µ = Permintaan rerata Xi = Jumlah pemakaian selama pemesanan N = frekuensi pemesanan σdLT = Standardeviasi permintaan selama waktu tunggu SS = Safety stock (persediaan pengaman) Z = Jumlah standar deviasi normal Sebelum menghitung persediaan bahan baku menggunakan teknik LFL + SS, dilakukan perhitungan menggunakan teknik LFL. Penghitungan MRP menggunakan teknik LFL untuk bahan baku kain dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rencana kebutuhan kain dengan teknik LFL Kebutuhan Bahan Baku Kain Tahun 2013 (m) Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 0kt Nov Des Permintaan (pcs) 3000 1600 5200 Kebutuhan Kotor 5400 2880 9360 On Hand 1230 1230 0 0 0 0 0 3414 0 0 0 0 Kebutuhan 4170 534 Bersih 5946 Jadwal 4170 2880 9360 Penerimaan Jadwal 4170 2880 9360 Pemesanan Komponen
Jan
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat produksi bulan Februari masih terdapat persediaan digudang, sehingga kebutuhan bersih di peroleh dari pengurangan kebutuhan kotor dengan persediaan yaitu 4170 m. Pada produksi bulan Juli dan September sudah tidak memiliki persediaan sehingga harus memesan sejumlah dengan kebutuhan kotor yang sama dengan kebutuhan bersih. Selanjutnya menghitung persediaan pengaman untuk bahan baku kain dengan tingkat pelayanan 90% (resiko kehabisan persediaan hanya 10% sepanjang waktu). Dengan menggunakan tabel normal, ditemukan nilai Z adalah
14
1,28 standar deviasi dari reratanya. Perhitungan perencanaan kebutuhan benang dengan teknik LFL + SS dapat dilihat pada Tabel 9. µ
=
= 5880 (
)
(
σdLT = SS = 2667 x 1,28 = 3414
)² (
)² 1/2
= 2667
Tabel 9. Rencana kebutuhan kain dengan teknik LFL + SS Kebutuhan Bahan Baku Kain Tahun 2013 (m) Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 0kt Nov Des Permintaan (pcs) 3000 1600 5200 Kebutuhan Kotor 5400 2880 9360 On Hand 1230 1230 3414 3414 3414 3414 3414 3414 3414 3414 3414 3414 Kebutuhan 7584 2880 Bersih 9360 Jadwal 7584 2880 9360 Penerimaan Jadwal 7584 2880 9360 Pemesanan Komponen
Jan
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa perusahaan harus memiliki persediaan pengaman sejumlah 3414 m kain. Hal ini sangat berbeda dengan teknik LFL yang menerapkan nol persediaan pengaman. Perhitungan perencanaan kebutuhan benang dengan teknik LFL dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rencana kebutuhan benang dengan teknik LFL Permintaan (pcs)
Feb 3000
Kebutuhan Bahan Baku Benang Tahun 2013 (m) Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 0kt Nov Des 1600 5200
Kebutuhan Kotor
8400
4480
Komponen
On Hand Kebutuhan Bersih Jadwal Penerimaan Jadwal Pemesanan
Jan
18184 9784
14560
9784 9784 9784 9784 5304 5304 5304
0
0
0
9256 9256 9256
Berdasarkan Tabel 10, diketahui persediaan bahan baku masih mencukupi hingga produksi pada bulan Juli dan masih memiliki persediaan sebesar 5304 m, namun persediaan ini tidak mencukupi untuk kegiatan produksi pada bulan September sehingga perlu diadakan pembelian sejumlah kebutuhan bersih yaitu 9256 m. Selanjutnya menghitung persediaan pengaman untuk bahan baku benang dengan tingkat pelayanan 90% (resiko kehabisan persediaan hanya 10% sepanjang waktu). Dengan menggunakan tabel normal, ditemukan nilai Z adalah 1,28 standar deviasi dari reratanya. Perhitungan perencanaan kebutuhan benang dengan teknik LFL + SS dapat dilihat pada Tabel 11.
15
²
1/2 σdLT = = 14560 SS = 14560 x 1,28 = 18637
Tabel 11. Rencana kebutuhan bahan baku benang dengan teknik LFL + SS Komponen
Jan
Feb
Kebutuhan Bahan Baku Benang Tahun 2013 (m) Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 0kt
Permintaan 3000 (pcs) Kebutuhan 8400 Kotor On Hand 18184 18637 18637 18637 18637 18637 Kebutuhan 8853 Bersih Jadwal 8853 Penerimaan Jadwal 8853 4480 Pemesanan
1600
5200
4480
14560
Nov
Des
18637 18637 18637 18637 18637 18637 4480
14560
4480
14560 14560
Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa perusahaan harus memiliki persediaan pengaman sejumlah 18637 m benang dan memiliki frekuensi pembelian sebanyak tiga kali. Hal ini sangat berbeda dengan teknik LFL yang menerapkan nol persediaan pengaman dan frekuensi pembelian hanya satu kali karena persediaan lama yang dimiliki masih mencukupi kebutuhan produksi sampai bulan Juli. Pengendalian persediaan pada menggunakan metode EOQ EOQ adalah sebuah teknik statistik yang menggunakan permintaaan ratarata untuk satu tahun. Penghitungan EOQ untuk bahan baku kain dan benang dapat dilihat pada Tabel 12. Berbeda dengan teknik LFL, jumlah kuantitas yang akan di pesan pada teknik EOQ harus melalui perhitungan terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : Q = nilai EOQ (pcs) 1/2 Q = (2DS/H) D = permintaan per tahun Biaya Pemesanan = SD / Q S = biaya pemesanan per pesanan Biaya penyimpanan = HQ / 2 H = biaya penyimpanan per tahun Tabel 12. Kuantitas EOQ Bahan Baku Permintaan (pcs) Kain Benang
5880 9147
Biaya Pemesanan Biaya EOQ (pcs) (Rp) Penyimpanan (Rp) 514.671 514800 2574 52.952 52.962 1261
Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa permintaan merupakan rata - rata dari jumlah permintaan dalam setahun, sedangkan biaya pesan dan biaya simpan merupakan biaya yang diperoleh dari asumsi perusahaan. Perhitungan menggunakan software POM dapat dilihat pada Lampiran 1. Perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku kain dengan teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 13.
16
Tabel 13. Perencanaan kebutuhan kain dengan teknik EOQ Kebutuhan Bahan Baku Kain Tahun 2013 (m) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 0kt Nov Des Permintaan (pcs) 3000 1600 5200 Kebutuhan 5400 2880 9360 Kotor On Hand 1230 1230 978 978 978 978 978 672 672 1608 1608 1608 Kebutuhan 4170 1902 8688 Bersih Jadwal 5148 2574 10296 Penerimaan Jadwal 5148 2574 10296 Pemesanan Komponen
Berdasarkan Tabel 13, produksi pada bulan Februari memiliki kebutuhan bersih 4170 m, namun jumlah yang dipesan sebanyak 5148 m yang merupakan hasil kelipatan dari jumlah kuantitas yaitu 2574 m. Perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku benang dengan teknik EOQ disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Perencanaan kebutuhan benang dengan teknik EOQ Komponen
Jan
Feb Permintaan (pcs) 3000 Kebutuhan Kotor 8400 On Hand 18184 9784 Kebutuhan Bersih Jadwal Penerimaan Jadwal Pemesanan
Kebutuhan Bahan Baku Benang Tahun 2013 (m) Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 0kt Nov Des 1600 5200 4480 14560 9784 9784 9784 9784 5304 5304 5304 832 832 832 9256 10088 10088
Berdasarkan Tabel 14, persediaan benang masih mencukupi sampai kegiatan produksi bulan Juli. Untuk produksi bulan September, kebutuhan bersih yang dibutuhkan adalah 9256 m, namun pemesanan yang dilakukan sebanyak 10088 m yang merupakan kelipatan delapan dari jumlah kuantitas benang yaitu 1261 m. Evaluasi Terhadap Pengolahan Biaya Persediaan Metode yang digunakan perusahaan dalam merencanakan kebutuhan bahan baku dan biaya yang dikeluarkan dapat dibandingkan dengan metode MRP. Perusahaan akan mengetahui metode yang tepat untuk digunakan dalam membuat perencanaan kebutuhan bahan baku secara optimal. Hal ini bertujuan untuk mendukung kelancaran proses produksi dan efisiensi dalam hal biaya. Lebih jelasnya hasil dari analisis perbandingan biaya persediaan kain dengan teknik perusahaan, LFL, LFL + SS dan EOQ tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 15.
17
Tabel 15. Perbandingan biaya persediaan kain PT. CAS, 2013 Komponen Pemesanan Penyimpanan Total
Biaya Perbandingan Teknik MRP (Rp) LFL + SS Perusahaan LFL EOQ 675.900 675.900 675.900 514.671 2.643.200 2.542.800 514.800 3.319.100 3.218.700 675.900 1.029.471
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa metode dengan total biaya persediaan paling besar yaitu LFL + SS sebesar Rp 3.319.100, dimana biaya pemesanan dikali dengan frekuensi pembelian, sedangkan biaya penyimpanan diperoleh dari rata – rata pembelian bahan baku dikali dengan biaya penyimpanan per tahun. Perhitungan biaya pemesanan dan penyimpinan metode LFL + SS sama dengan perhitungan dengan metode LFL dan metode yang digunakan oleh perusahaan. Urutan metode dengan total biaya persediaan tertinggi kedua adalah perusahaan yaitu Rp 3.218.700. Urutan metode dengan total biaya tertinggi ketiga adalah metode EOQ yaitu Rp 1.029.471, dimana biaya pemesanan dan penyimpanan diperoleh berdasarkan perhitungan yang dijelaskan pada Tabel 10. Sediaan tertinggi keempat atau yang paling kecil adalah LFL yaitu Rp 675.900. Perbandingan biaya persediaan untuk bahan baku benang dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perbandingan biaya persediaan benang PT. CAS, 2013 Komponen Pemesanan Penyimpanan Total
Biaya Perbandingan Teknik MRP (Rp) LFL + SS Perusahaan LFL EOQ 21.900 7.300 7.300 52.952 2.343.096 1.010.772 52.962 2.364.996 1.018.072 7.300 105.914
Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat bahwa metode dengan total biaya persediaan paling besar yaitu LFL + SS sebesar Rp 2.364.996, dimana biaya pemesanan dikali dengan frekuensi pembelian, sedangkan biaya penyimpanan diperoleh dari rata – rata pembelian bahan baku dikali dengan biaya penyimpanan per tahun. Perhitungan biaya pemesanan dan penyimpinan metode LFL + SS sama dengan perhitungan dengan metode LFL dan metode yang digunakan oleh perusahaan. Urutan metode dengan total biaya persediaan tertinggi kedua adalah perusahaan yaitu Rp 1.018.072. Urutan metode dengan total biaya tertinggi ketiga adalah metode EOQ yaitu Rp 105.914, dimana biaya pemesanan dan penyimpanan diperoleh berdasarkan perhitungan yang dijelaskan pada Tabel 10. Sediaan tertinggi keempat atau yang paling kecil adalah LFL yaitu Rp 7.300. Penetapan Pemasok dengan Metode Analitical Hirarchy Process (AHP) PT. CAS merupakan salah satu perusahaan Garmen terbesar di Indonesia yang mendapat kepercayaan memproduksi pakaian dari beberapa merek ternama di dunia. Untuk selalu menjaga kualitas produknya, PT. CAS selalu memperhatikan bahan baku yang digunakan dengan cara melakukan pemilihan pemasok terhadap bahan bakunya, sehingga dapat memenuhi permintaan buyer sesuai dengan kualitas, harga dan waktu pengiriman yang tepat.
18
Sesuai dengan Limbong (2013), sebelum dilakukan pembelian bahan baku terlebih dahulu dilakukan pemilihan pemasok. Langkah awal dalam pemilihan pemasok adalah mempersiapkan daftar calon pemasok yang telah dipilih dan dianggap pantas. Menurut marimin (2008), AHP adalah metode yang digunakan untuk menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur menjadi bagian - bagian yang tertata dalam hierarki. Keunggulan yang diperoleh dari AHP adalah dapat menjelaskan proses pengambilan keputusan karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak. Dalam penelitian ini akan dibuat hierarki terhadap pemasok bahan baku kain dan benang. Hierarki terdiri dari beberapa tingkatan, tingkat paling atas adalah sasaran atau tujuan utama yaitu memilih pemasok yang terbaik, tingkat kedua adalah kriteria yang dianggap paling penting oleh perusahaan yaitu, quality, price, dan lead time untuk bahan baku kain, sedangkan untuk bahan baku benang adalah quality, price, paymenterm, dan fleksibility, dan tingkat ketiga adalah alternatif yang merupakan nama - nama pemasok yang akan dipilih, untuk bahan baku kain pemasok yang dipilih yaitu,Winitex, Far-East, dan SilverReed, sedangkan untuk bahan baku benang alternatif pemasok yang dipilih yaitu Gunze, Amann, dan Coats. Hasil Pengolahan Data Pemilihan Pemasok Kain dan Benang Pengumpulan data pemilihan pemasok diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan alat instrumen berupa kuesioner. Kuesioner penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. Sesuai Mardhikawarih et al (2012), kuesioner bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan kriteria dan subkriteria dalam proses pemilihan pemasok. Penilaian tentang keputusan pemilihan pemasok memerlukan beberapa responden sebagai dasar penentuan bobot kriteria dan subkriteria dan bobot alternatif pemasok. Data yang diperoleh dari kuesioner yang ditujukan kepada manajer purchasing dan staf purchasing, sesuai dengan Sulistiana dan Yuliawati (2012) data tersebut kemudian digabungkan menggunakan rata-rata geometrik. Keterangan : G = rata-rata geometrik N = jumlah responden ∏ xi = penilaian oleh resonden ke i G= П = perkalian Hasil penilaian dari gabungan ini kemudian akan dilakukan pengkuadratan matriks atau perkalian matriks sampai nilai eigen yang diperoleh tidak berbeda sampai empat desimal. Consistency Ratio (CR) CR merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Penentuan parameter ini dilakukan dengan cara mengalikan matriks gabung dengan nilai eigen untuk memperoleh Weight Sum Vektor, kemudian menghitung Consistency Vektor dengan jalan menentukan nilai rata-rata dari Weight Sum Vektor. Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dengan menggunakan rumus : CI =
(π
)
n = banyaknya alternative
19
CR dihitung dengan cara membagikan nilai CI dengan nilai Random Indeks (RI) yang diperoleh dari tabel Oarkridge (CR = CI / RI). Untuk n = 3, nilai RI adalah 0,58. Penilaian perbandingan dikatakan konsisten jika CR tidak lebih dari 0, 10. Perhitungan lebih rinci secara manual dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Struktur hierarki pemilihan pemasok kain PT. CAS beserta bobot masing-masing elemennya dapat dilihat pada Gambar 5. Sasaran
Kriteria Alternatif
Memilih pemasok kain Quality (0,583)
Price (0,117)
Leadtime (0,300)
Winitex (0,196)
Winitex (0,142)
Winitex (0,540)
Far-east (0,216)
Far-east (0,285)
Far-east (0,163)
Silverreed (0,588)
Silverreed (0,573)
Silverreed (0,297)
Gambar 5. Struktur hierarki pemilihan pemasok kain Berdasarkan Gambar 5, pemilihan pemasok dalam proses pembelian kain memiliki tiga kriteria. Kriteria dengan bobot paling besar berturut-turut yaitu quality dengan bobot 0,583, lead time 0,300, dan price 0, 117, serta memiliki tiga Alternatif pemasok yaitu Winitex, Far-east, dan SilverReed. Hasil perkalian matriks nilai eigen untuk setiap alternatif kain dengan bobot kriteria adalah jumlah bobot yang diperoleh setiap pemasok. Pemasok yang memiliki nilai bobot paling tinggi adalah pemasok yang paling berpeluang untuk dipilih sebagai pemasok bahan baku. Urutan rangking pemasok untuk bahan baku kain dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Tabel bobot pemasok kain Pemasok Winitex Far-east Silverreed Jumlah
Quality 0,196 0,216 0,588 1,000
Bobot Price Lead Time 0,142 0,540 0,285 0,163 0,573 0,297 1,000 1,000
Bobot Kriteria 0,583 0,117 0,300 1,000
Hasil Pemilihan Pemasok 0,261 0,214 0,525 1,000
Rangking 2 3 1
Berdasarkan Tabel 17, urutan pemasokkain yang dipilih berdasarkan rangking masing-masing yaitu SilverReed dengan nilai 0,525, Winitex dengan nilai 0,261, dan yang terakhir adalah Far-east menempati rangking 3 dengan nilai 0,214. Perhitungan menggunakan software Expert Choice dapat dilihat pada Lampiran 3. Struktur hierarki beserta bobot masing-masing elemennya untuk pemilihan pemasok benang, dapat dilihat pada Gambar 6.
20
Sasaran Kriteria Alternatif
Memilih Pemasok Benang
Fleksibilitas (0,272)
Quality(0,483)
Price (0,088)
Payment (0,157)
Gunze (0,309)
Gunze (0,258)
Gunze(0,228)
Gunze (0,206)
Amann (0,109)
Amann (0,105)
Amann (0,152)
Amann (0,139)
Coats (0,582)
Coats (0,637)
Coats (0,620)
Coats (0,655)
Gambar 6. Struktur hierarki pemasok benang Berdasarkan Gambar 6, Pembelian kain memiliki empat kriteria. Kriteria dengan bobot paling tinggi masing - masing yaitu quality dengan bobot 0,483, fleksibility 0,272, payment 0,157, dan price 0,088, serta memiliki tiga Alternatif pemasok yaitu Gunze, Amann, dan Coats. Hasil perkalian matriks nilai eigen untuk setiap alternatif benang dengan bobot kriteria adalah jumlah bobot yang diperoleh setiap pemasok. Pemasok yang memiliki nilai bobot paling tinggi adalah pemasok yang paling berpeluang untuk dipilih sebagai pemasok bahan baku Urutan rangking untuk pemasok benang dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Tabel bobot pemasok benang Gunze Amann Coats
Quality 0,309 0,109 0,582
Price 0,258 0,105 0,637
Bobot Payment 0,228 0,152 0,620
Fleksibilitas 0,206 0,139 0,655
Jumlah
1,000
1,000
1,000
1,000
Pemasok
Bobot Kriteria 0,483 0,088 0,157 0,272 1,000
Hasil Pemilihan 0,264 0,124 0,613
Rangking 2 3 1
1,000
Berdasarkan Tabel 18, pemasok yang dipilih berdasarkan rangking untuk bahan baku benang adalah Coats yang menempati rangking 1 dengan nilai 0,613, Gunze 0,264 menempati rangking 2, dan Amann 0,124 yang menempati rangking 3. Perhitungan menggunakan software Expert Choice dapat dilihat pada Lampiran 4.
Implikasi Manajerial Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku merupakan kebutuhan utama dalam proses produksi, karena bahan baku inilah yang nantinya akan diolah menjadi produk jadi. Untuk itu, perencanaan kebutuhan bahan baku merupakan kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan untuk kelancaran proses produksi dan berpengaruh pada total waktu pelaksanaan kegiatan produksi serta biaya yang dibutuhkan. Selain itu peran pemasok juga dianggap penting dalam mendukung perencanaan kebutuhan bahan baku, sehingga perlu dilakukan pemilihan terhadap beberapa pemasok yang memungkinkan untuk dijadikan pemasok bahan baku.
21
PT. CAS merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia dibidang garmen. Hal ini ditandai dengan kepercayaan yang diterima PT. CAS dari beberapa merek terkenal dunia, salah satunya adalah Ann Taylor yang merupakan buyer untuk beberapa produk pakaian yang salah satunya adalah Skirt. Skirt dibuat dari beberapa bahan baku, yaitu kain jenis corduray, benang, interlining, zipper, label, dan size label. Adapun urutan proses produksi pembuatan skirt adalah pemotongan, jahit, quality control jahit, setrika, pencucian, aksesoris, quality control akhir, dan pengemasan. Kegiatan produksi yang dilakukan pada PT. CAS bersifat make to order, oleh karena itu semua kegiatan produksi dimulai dari permintaan buyer beserta jadwal pengirimannya, selanjutnya adalah membuat BOM untuk mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku berdasarkan jumlah produk yang diminta buyer. Pada penelitian ini, perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan adalah membandingkan perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan dengan teknik LFL, LFL + SS, dan EOQ. Berdasarkan hasil analisis perbandingan diperoleh teknik dengan total biaya persediaan paling kecil untuk bahan baku kain yaitu LFL, EOQ, teknik perusahaan, dan yang terakhir adalah teknik LFL + SS. Untuk bahan baku benang, teknik perencanaan persediaan dengan urutan total biaya persediaan paling rendah adalah LFL, EOQ, teknik yang digunakan perusahaan, dan LFL + SS.
Selain perencanaan kebutuhan bahan baku, hal lain yang diperhatikan adalah pemasok dari bahan baku itu sendiri. Untuk mendapat pemasok yang sesuai dengan kebutuhan dilakukan pemilihan pemasok dengan menggunakan alat analisis AHP yang dilakukan secara manual dan menggunakan software Exper Choice. Berdasarkan hasil analisis pemilihan pemasok untuk bahan baku kain, urutan pemasok yang dipilih dengan bobot tertinggi yaitu SilverReed, Winitex, dan Far-East. Sedangkan untuk bahan baku benang, pemasok dengan urutan bobot paling besaradalah Coats, Gunze, dan Amann. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian dari pembahasan hasil penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa pokok pemiikiran yang dapat dijadikan kesimpulan dalam penelitian ini. Kesimpulan yang dirumuskan merupakan jawaban dari tujuan penelitian, antara lain : 1. Perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan empat metode yaitu teknik yang digunakan oleh perusahaan, teknik LFL, LFL + SS, dan teknik EOQ. Berdasarkan hasil perbandingan total biaya persediaan bahan baku kain dan benang yang harus dikeluarkan, urutan teknik dengan total biaya terkecil adalah LFL, urutan kedua adalah teknik EOQ, urutan ketiga adalah teknik yang digunakan oleh perusahaan, dan yang keempat adalah teknik LFL + SS. 2. Pemilihan pemasok untuk bahan baku kain dan benang memiliki kriteria dan alternatif yang berbeda. Pemilihan pemasok kain menggunakan tiga kriteria yaitu, quality, price, dan lead time. Bahan baku kain memiliki tiga alternatif pemasok. Berdasarkan urutannya, pemasok yang menempati rangking pertama
22
dengan bobot paling besar yaitu SilverReed. Pemasok yang menempati rangking kedua yaitu Winitex, dan pemasok yang menempati rangking ketiga dengan bobot paling kecil yaitu Far-East. Pemilihan pemasok benang memiliki empat kriteria yaitu, quality, price, paymenterm, dan fleksibility. Berdasarkan urutannya, pemasok yang menempati rangking pertama dengan bobot paling besar yaitu Coats. Pemasok yang menempati rangking kedua yaitu Gunze, dan pemasok yang menempati rangking ketiga dengan bobot paling kecil yaitu Amann. Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai bahan pertimbangan perusahaan, yaitu : 1. Perusahaan membuat pencatatan khusus untuk satu jenis bahan baku, atau dikelompokkan dalam satu jenis produk akhir agar mempermudah perusahaan dalam memeriksasetiap status bahan baku. 2. Perusahaan merekap seluruh data dengan rapi dalam komputer agar dapat dilihat kembali oleh pemegang pcs komputer selanjutnya. 3. Perusahaan mempertimbangkan hasil penelitian dalam hal penerapan MRP dan AHP yang dapat membuat perencanaan kebutuhan bahan baku serta pemasok secara tepat juga mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan, sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Assuari S. 2008. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta (ID) : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Astana NY. 2007. Perencanaan Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode Material Requirement Planning. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. 11 (2) : 184 194 Haming M dan Nurnajamuddin M. 2007. Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa.Jakarta (ID): Bumi Aksara. Handoko TH. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta (ID):BPFE. Harsono A, Prassetyo H, Arqom N. 2009. Metode Pemilihan Pemasok Sayuran Di Supermarket Dengan Metode AHP Dan Promethee. Jurnal Itenas Rekayasa. 4 (13) : 184 - 195 Heizer J. and B. Render. 2010. Operations Manajement. Edisi 9 Terjemahan. Jakarta (ID): Salemba Empat Limbong I. 2013. Manajemen Pengadaan Material Bangunan Dengan Menggunakan Metode Material Requirement Planning. Jurnal Sipil Statik. 1 (6) : 421-429 Mardhikawarih DA, Jauhari WA, Rosyidi CN. 2012. Pemilihan Pemasok Drum Pelumas Industri Mengunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process. Jurnal teknik industri UNS. 11 (1) : 67 – 74. Marimin. 2008. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan. Jakarta (ID): Grasindo
23
Marimin dan Maghfiroh N. 2011. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Pres Nasibu IZ. 2009. Penetapan Metode AHP Dalam Sistem Pendukung Keputusan Penempatan Karyawan Menggunakan Aplikasi Expert Choice. Jurnal Pelangi. 2 (5): 180-193. Putra DE. 2008. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kulit Pada PT Mastrotto Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Purnomo A. 2007. Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dan Penetapan Prioritas Pemasok Di PT. Surya Mas Abadi. Jurnal Informatek FT-UNPAS. 9 (2): 139-150. Rangkuti F. (2002). Manajemen Persediaan Aplikasi Bisnis. Jakarta (ID) : Raja Grafindo Persada. Taryana N. 2008. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Produk Sepatu Dengan Pendekatan Lot Sizing Dalam Mendukung Sistem MRP [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saaty TL. 1991. Decision Making For Leaders The Analytical Heirarchy Process For Decisions In Complex World. Edisi 1 Terjemahan. Jakarta (ID) : Pustaka Binaman Pressindo Sulistiana W dan Yuliawati E. 2012. Analisis Pemilihan Supplier Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process. Jurnal Teknik Industri FT-Universitas45. 12 (20): 47-53. Umar H. 2007. Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta (ID): Rajawali Pers.
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1. Perhitungan EOQ Menggunakan Software POM
26
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Menggunakan Teknik AHP KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN PENETAPAN PRIORITAS PEMASOK PADA PT. CITRA ABADI SEJATI
IDENTITAS RESPONDEN Nama
:……………………………
Jabatan: ……………………………
Dimohon agar Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini secara obyektif dan benar, karena kuesioner ini merupakan alat bantu penelitian untuk memperoleh data yang akurat.
Peneliti: Lilis Suswenty H24114052
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
27
Lanjutan lampiran 2 A. Penentuan Bobot Nilai dan defenisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty adalah sebagai berikut : Nilai 1 3 5 7 9 2,4,6,8 1/(2-9)
Keterangan Faktor Vertikal sama penting dengan Faktor Horisontal Faktor Vertikal lebih penting dengan Faktor Horisontal Faktor Vertikal jelas lebih penting dengan Faktor Horisontal Faktor Vertikal sangat jelas lebih penting dengan Faktor Horisontal Faktor Vertikal mutlak lebih penting dengan Faktor Horisontal Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan Kebalikan dari keterangan nilai 2-9
B. Struktur Hierarki Kain Pemilihan pemasok kain
Sasaran Kriteria
Quality
Price
Leadtime
Alternatif
Winitex Far-east SilverReed
Winitex Far-east SilverReed
Winitex Far-east SilverReed
C. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Kain Quality Price Lead time
Quality 1
Price
Lead time
1 1
1. Pembobotan Quality Winitex Far-east SilverReed
Winitex 1
Far-east
SilverReed
1 1
2. Pembobotan Price Winitex Far-east SilverReed
Winitex 1
Far-east
SilverReed
1 1
3. Pembobotan Lead time Winitex Far-east SilverReed
Winitex 1
Far-east
SilverReed
1 1
28
Lanjutan lampiran 2 D. Struktur Hierarki Benang Pemilihan pemasok Benang
Sasaran Kriteria Alternat if
Quality
Price
Paymenterm
Gunze Amann Coats
Gunze Amann Coats
Gunze Amann Coats
E. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Benang Quality Price Payment Term Fleksibilitas
Quality 1
Price
Payment Term
1 1 1
1. Pembobotan Quality Gunze Amann Coats
Gunze 1
Amann
Coats
1 1
2. Pembobotan Price Gunze Amann Coats
Gunze 1
Amann
Coats
1 1
3. Pembobotan Payment Term Gunze Amann Coats
Gunze 1
Amann
Coats
1 1
4. Pembobotan Fleksibility Gunze Amann Coats
Fleksibilitas
Gunze 1
Amann
Coats
1 1
Fleksibility Gunze Amann Coats
29
Lampiran 3. Pengolahan AHP Pemasok Kain Menggunakan Expert Choice A.
Perbandingan antar kriteria terhadap goal
B.
Perbandingan antar alternatif terhadap kriteria
30
Lanjutan lampiran 3
31
Lampiran 4. Pengolahan AHP Pemasok Benang Menggunakan Expert Choice A.
Perbandingan antar kriteria terhadap goal
B.
Perbandingan antar alternatif terhadap kriteria
32
Lanjutan lampiran 4
33
Lampiran 5. Perhitungan AHP Bahan Baku Kain Secara Manual Pakar 1
Pakar 2 Quality price lead time
Pakar 3 Quality
price
lead time
GABUNGAN Quality
price
lead time
Quality
price
lead time
Quality
1,000 5,000
2,000
Quality
1,000
3,000
2,000
Quality
1,000
5,000
3,000
Quality
1,000
25,649
7,559
price
0,200 1,000
0,333
price
0,333
1,000
0,333
price
0,200
1,000
0,333
price
0,038
1,000
0,076
lead time
0,500 0,333
1,000
lead time
0,500
3,000
1,000
lead time
0,333
3,000
1,000
lead time
0,132
6,238
1,000
Iterasi 1 1,000
25,649
7,559
0,038
1,000
0,076
0,132
6,238
1,000
x
1,000
25,649
7,559
0,038
1,000
0,076
0,132
6,238
1,000
=
2,972
98,451
17,067
jumlah baris 118,491
0,086
2,449
0,439
2,974
0,021
0,501
15,862
2,472
18,835
0,134
jumlah
140,299
1
jumlah hasil baris normalisasi
iterasi 2 2,972
98,451 17,067
2,972 98,451 17,067
0,086
2,449
0,439
x 0,086 2,449
0,439
0,501
15,862
2,472
0,501 15,862
2,472
=
25,850 804,420 136,133 966,402
0,844
0,686
21,428
3,628
25,742
0,022
4,092
127,381 21,625
153,097
0,134
jumlah 1145,242
1
hasil normalisasi 0,845
matriks berpasangan beserta nilai eigen Quality
price
lead time nilai eigen
Quality
1,000
25,649
7,559
0,844
price
0,038
1,000
0,076
0,022
lead time
0,132
6,238
1,000
0,134
34
Lanjutan lampiran 5
35
Lanjutan lampiran 5
36
Lanjutan lampiran 5
37
Lanjutan lampiran 5
38
Lanjutan lampiran 5
39
lampiran 6. Perhitungan AHP Bahan Baku Benang Secara Manual
40
Lanjutan lampiran 6
41
Lanjutan lampiran 6
42
Lanjutan lampiran 6
43
Lanjutan lampiran 6
Quality Gunze 0,090 Amann 0,016 Coats 0,894
Price paymen term fleksibilitas bobot kriteria hasil pemilihan rangking 0,097 0,564 0,095 0,739 0,117 2 0,024 0,028 0,017 0,014 0,017 3 0,880 0,408 0,887 0,054 0,866 1 0,194
44
Lanjutan lampiran 6
45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan tanggal 9 April 1991, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Rahidin dan ibu Sumiati. Menempuh pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negri 116894 Kuala Beringin tahun 1996 dan lulus pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas Swasta Galih Agung Medan dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Diploma Tiga pada Program Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/Jasa. Bergabung pada organisasi AKMAPESA dan telah mengadakan beberapa seminar ilmiah. Setelah lulus pada tahun 2011, penulis melanjutkan kuliah di Program Alih Jenis Manajemen IPB jurusan Manajemen. Pada akhir studinya, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dan Penetapan Prioritas Pemasok pada PT. Citra Abadi Sejati”. Bergabung pada organisasi Executive of Management sebagai sekretaris II. Mengikuti program Pekan Kreatif Mahasiswa dibidang pengabdian masyarakat (PKMM) dan lolos didanai oleh DIKTI tahun 2012.