PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN PENETAPAN PRIORITAS PEMASOK DI PT. SURYA MAS ABADI Agus Purnomo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan
Hasil penelitian yang dipublikasikan pada Majalah Ilmiah (Jurnal) Nasional tidak Terakreditasi : Jurnal Infomatek FT-UNPAS, Volume 9, Nomor 2, Juni 2007, Hal. 139-150, ISSN-1411-0865.
Abstrak : Perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku bertujuan untuk menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan sesuai dengan jadwal induk produksi, sehingga dapat mengurangi risiko karena keterlambatan produksi dan pengiriman ke pelanggan. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana merencanakan kebutuhan bahan baku produk Ringgo yang diproduksi oleh PT. Surya Mas Abadi serta bagaimana menentukan prioritas pemasok yang handal agar dapat menjamin pasokan bahan baku dalam jangka panjang. Metode yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan bahan baku adalah MRP (Material Requirement Planning) dan untuk menetapkan prioritas pemasok yang handal adalah AHP (Analytical Hierarchy Procces). Hasil perhitungan MRP terdapat beberapa bahan baku yang Planned Order Release (PORel)-nya keluar dari horizon perencanaan karena planning horizon tidak melebihi jumlah waktu terpanjang dari waktu tenggang produk yaitu 12 periode, sementara jumlah waktu terpanjang dari waktu tenggang adalah 13 periode, sehingga PORel ada yang tidak tercakup dalam perencanaan yang bersangkutan. Hasil penetapan prioritas kriteria yaitu pertama kriteria kualitas dengan bobot 0,456, yang kedua kriteria ekonomi dengan bobot 0,246, yang ketiga kriteria pelayanan dengan bobot 0,228 dan yang keempat adalah kriteria pengiriman dengan bobot 0,071. Sedangkan prioritas pemasok yang handal adalah PT. KAO dengan bobot 0,446 kedua yaitu PT. COGNIS dengan bobot 0,352 dan yang ketiga PT. RODIA dengan bobot 0,202. Kata Kunci : Material Requirement Planning, Analytical Hierarchy Procces, Persediaan, Planned Order Release, Prioritas Pemasok.
I. PENDAHULUAN Persediaan adalah barang-barang perusahaan berupa bahan baku, barang setengah jadi, produk jadi, produk sampingan (waste), barang-barang suplai yang akan diproses lebih lanjut atau belum dijual, Bowersox et
al. [1]. Persediaaan merupakan salah satu asset yang paling mahal di banyak
perusahaan, mencerminkan sebanyak 40 persen dari modal yang diinvestasikan. Perusahaan dapat mengurangi biaya persediaan dengan cara menurunkan tingkat persediaan yang dimiliki (on hand inventory), namun pelanggan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan (optimasi) antara investasi persediaan dengan tingkat pelayanan konsumen, Render & Heizer [2]. Persediaan merupakan salah satu keputusan yang paling riskan dalam manajemen logistik. Tanpa penangan yang tepat dalam persediaan maka akan menimbulkan permasalahan pemasaran yang serius dalam meningkatkan penghasilan dan memelihara hubungan dengan pelanggan, Waters-Fuller [3]. Perencanaan persediaan juga sangat menentukan bagi operasi manufaktur. Kekurangan bahan mentah dapat menghentikan produksi atau merubah jadwal produksi, yang pada gilirannya akan meningkatkan ongkos dan kemungkinan akan menyebabkan kekurangan produk jadi. Kelebihan persediaanpun akan menimbulkan masalah seperti akan meningkatkan biaya
dan menurunkan laba (profitability) karena meningkatnya biaya
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
1
pergudangan, keterkaitan modal, kerusakan (deterioration), premi asuransi yang berlebihan, meningkatkan pajak, dan bahkan kekunoan (obsolescence), Giménez & Ventura [4]. PT. Surya Mas Abadi (SMA) adalah produsen produk produk perawatan dan pembersih peralatan rumah tangga berkualitas tinggi dengan merek Ringgo, dan produk dengan penjualannya paling besar adalah Dishwashing Jeruk Nipis (DJP) yang dipasarkan melalui
ritel-ritel di Indonesia. Untuk
memproduksi DJP sesuai dengan kebutuhan pelanggan pada tahun 2006 yang tertera di Jadwal Induk Produksi, maka diperlukan perencanaan kebutuhan bahan baku baik jumlah maupun waktu pemesanannya. Bahan baku DJP
terdiri dari Comperland KD RI, Emal 270 N, Rhodacal LSS -
40M/RL, EDTA, Formalin, NACL, Citric Acid, Dark Green NCK, dan Lemon 26.500. Perencanaan kebutuhan bahan baku dihitung dengan menggunakan metode MRP (Material Requirement Planning) yaitu metode perencanaan dan pengendalian persediaan pesanan dan inventory untuk komponenkomponen dependent demand, Tersine [5]. Sedangkan tujuan MRP adalah menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi jadwal produksi, dan menjamin tersedianya produk jadi bagi konsumen, dan menjaga tingkat persediaan pada kondisi yang minimum, serta merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan maupun aktivitas pembelian, Smith [6]. Untuk menjamin kelancaran pasokan bahan baku yang telah direncanakan dengan MRP, maka dibutuhkan para pemasok yang handal berupa ketepatan : jumlah pengiriman, mutu bahan baku, waktu pengiriman, harga, kontrak pembelian, dan pelayanan purna jual. Sampai saat ini PT. SMA belum pernah menetapkan prioritas pemasok yang handal yang akan dijadikan mitra utama untuk berkolaborasi dalam jangka panjang. Untuk menetapkan prioritas pemasok yang handal digunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Procces), yaitu metode yang membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat, Saaty [7].
II.
METODE PENELITIAN
Langkah-langkah yang digunakan untuk memecahkan permasalahan penelitian ini disajikan pada Gambar 1, dan metode pemecahan masalah penelitian diuraikan sebagai berikut :
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
2
Mulai
Perumusan Masalah : Belum direncanakan dengan baik kebutuhan bahan baku dan belum ditetapkan pemasok yang handal untuk bermitra dalam jangka panjang
Tujuan Penelitian : 1. Merencanakan kebutuhan bahan baku dengan metode MRP. 2. Menetapkan prioritas pemasok yang handal dengan metode AHP
Pengumpulan data : - MPS - Bill Of Material - Status Persediaan - Supplier bahan baku
Perencanaan kebutuhan bahan baku dengan menggunakan metoda MRP
Penentuan prioritas supplier menggunakan metoda AHP
Planned Order Release
Prioritas Supplier
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan
selesai
Gambar 1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Penelitian
2.1. Material Requirement Planning (MRP) Adapun langkah-langkah perhitungan MRP adalah sebagai berikut : 1.) Menentukan gross requirement G(t) untuk semua tingkat n item tiap periode waktu. (kebutuhan tingkat 0 berasal dari MPS, dan kebutuhan untuk item selanjutnya tingkat yang lebih rendah berasal dari planned order releases item induk). 2.) Scheduled receipts (yang juga dikenal dengan on-order, pesanan terbuka, atau pesanan terencana): bahan siap dipesan (pesanan siap dilepas) dan diharapkan bisa segera diterima. 3.) Hitung Projected on hand H(t) untuk semua tingkat n pada periode waktu t. (Bagi gross requirements pada periode waktu t dari scheduled receipts dan planned order receipts untuk periode waktu t dan projected on hand dari periode waktu sebelumnya, yaitu : H(t)=S(t)+P(t)+H(t-1)-G(t). 4.) Tentukan net requirements N(t) untuk semua tingkat n item pada periode waktu t. (Dari “gross requirements” dibagi “scheduled receipts” untuk periode waktu t dan “projected on hand” dari periode sebelumnya, yaitu : N(t)=G(t)-S(t)-H(t-1). Jika N(t)< 0, maka N(t) = 0.
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
3
5.) Lot size (Q) net requirement dalam planned order receipts P(t). (Jika N(t)≥Q, maka P(t)=N(t); jika 0
2.2. Analytical Hierachy Process (AHP) Tahapan pengerjaan metode AHP adalah sebagai berikut : a. Perancangan Struktur Hierarki Pada proses perancangan struktur hierarki ini menggunakan metoda Analitical Hierarchy Process (AHP). Hierarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan. b. Penyusunan Kuisioner Kuisioner diperlukan sebagai alat pengumpulan data guna memperoleh data yang dibutuhkan dalam menentukan penilaian kriteria. Pada kuisioner ini dilakukan pula pembobotan kuisioner yang didapatkan dari skala perbandingan untuk proses perhitungan dengan menggunakan metoda AHP.
c.
Penentuan Responden Dalam penentuan responden yang terpilih, diperlukan responden yang benar-benar kompeten terhadap permasalahan yang dihadapi sebagai upaya agar responden dapat memberikan penilaiaan terhadap kriteria atau elemen dalam setiap level pada struktur hierarki. Responden yang dipilih yaitu : Kepala divisi QC, Kepala divisi R &D; dan Kepala divisi Purchasing.
d. Penyebaran Kuisioner Penyebaran kuisioner ini merupakan pengumpulan data untuk proses perhitungan AHP. e. Pengolahan Data Pengolahan data ini diawali dengan menghitung dengan menghitung rata-rata geometric dari responden yang mengisi data matrik perbandingan sehingga diperoleh sebuah set data matrik perbandingan rata-rata. Kemudian dilakukan pengujian konsistensi hierarki. Adapun tahap-tahap dalam melakukan perhitungan dengan menggunakan metode ini ialah : 1. Menghitung Matrik Perbandingan Berpasangan Setelah memperoleh hasil penilaiaan perbandingan antar elemen yang diperoleh dari kuisioner, maka dimasukkan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Kemudian dilakukan perhitungan Geometric Mean, yaitu : Aij = (Z1 x Z2 x … x Zn)
1/n
2. Perhitungan Bobot dan Prioritas tiap Elemen Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
4
a. Jumlah kolom matriks perbandingan berpasangan, yaitu : Σ Kolom = Σ Nilai setiap sel pada kolom. b. Matrik perbandingan berpasangan dengan bobot hasil normalisasi, yaitu : Bobot normalisasi = (Σ normalisasi baris/n) c.
Menghitung eigen Value, yaitu λmaks = Σ (Σ kolom X Σbaris bobot normalisasi
d. Menghitung Consistency Indeks (CI), yaitu : 𝐶𝐼 =
𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑛
e. Menghitung Consistency Ratio (CR) , yaitu : 𝐶𝑅 =
𝑛−1 𝐶𝐼 𝑅𝑎𝑛𝑑𝑜𝑚 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥
Seluruh matrik perbandingan harus terlebih dahulu diuji tingkat konsistensinya. Pengujian konsistensi ini berfungsi untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan oleh penilai masih konsisten dalam memberikan penilaiaan tingkat kepentingan. Parameter yang digunakan dalam pengujian ini ialah Consistency Ratio (CR). Sebuah matriks perbandingan berpasangan dikatakan konsisten apabila nilai CR ≤ 10 %. 3. Menghitung konsistensi Hirarki Dalam melakukan pengujian konsistensi hirarki, digunakan parameter Consistency Ratio of Hirarchy (CRH). Suatu hirarki dinyatakan konsisten apabila nilai CRH nya tidak lebih dari 0,1. 4. Perhitungan prioritas global Langkah selanjutnya ialah menghitung nilai bobot keseluruhan atau Overall. Perhitungan prioritas global dailakukan untuk mengetahui bobot setiap kriteria, sub kriteria, dan alternatif yang ada pada keseluruhan hierarki, yaitu : Prioritas global =
𝑛 𝑖=1
(Bobot keseluruhan x
Bobot pada level di atasnya) 5. Penentuan Prioritas Alternatif yang Terpilih Dari hasil pembobotan selanjutnya maka dapat diperoleh alternatif yang memiliki bobot yang paling besar, yang dijadikan alternatif.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dengan MRP Jadwal induk produksi (MPS) PT Surya Mas Abadi (SMA) Ringgo Dishwashing. J. Nipis dalam satuan Kg pada periode perencanaan Oktober s.d. Desember 2006 (12 minggu), disajikan pada Table 1. Tabel 1. Jadwal Induk Produksi Ringgo Dishwashing. J. Nipis
Periode Demand (kg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 2500 2500 2500 2500
Struktur produk Ringgo Dishwashing. J. Nipis yang menjelaskan komposisi kebutuhan material atau komponen untuk membuat produk dengan jumlah tertentu yang mewakili end item, digambarkan pada Gambar 2.
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
5
1
1000
Dishwashing Jeruk Nipis
0
869.67 3
Air
6.5
3
63
Comperland Emal 270 N KD RI
3
10
Rhodacal Lss-40M/RL
3
0,1
EDTA
3
Level 0
1
Formalin
3
45
NACL
3
0,2
3
Citrik Acid
0,030
Dark Green NCK
12
4.5
Lemon 26.500
Level 1
Gambar 2. Struktur Produk Ringgo Dishwashing. J. Nipis
Sedangkan Status Persediaan Ringgo Dishwashing. J. Nipis dan bahan bakunya yang ada di persediaan gudang perusahaan, lead time pemrosesan Ringgo Dishwashing. J. Nipis dan lead time pemesanan setiap bahan baku, serta lot size-nya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Status Persediaan Dishwashing Jeruk Nipis
Perhitungan MRP Diswashing. J. Nipis disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. MRP Produk Dishwashing. J. Nipis
Sedangkan contoh perhitungan MRP untuk salah satu bahan baku yaitu NACL disajikan pada Tabel 4.
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
6
Tabel 4. MRP Bahan Baku NACL
Planned Order Release untuk hasil perhitungan MRP, dengan bahan baku yang di-pegging dengan produk lainnya direkap pada Tabel 5. Tabel 5. Rekap Planned Order Release Dishwashing. J. Nipis Material Diswhashing. J. Nipis Comperland KD RI (Peging D. J. Nipis, D. Lemon, H. Apple, & H. Strawbeeri)
Emal 270 N (Peging D.J.Nipis, D.Lemon, H.Apple, & H. Strawberi)
Rhodacal LSS-40M/RL (Peging D.J.Nipis & D.Lemon)
EDTA (Peging D.J.Nipis, D.Lemon, H.Apple, H.Straw, Pl Lemon, & Pl Lavender)
Formalin (Peging D.J.Nipis,D.Lem,H.App,H.Straw, Pl.Lem,Pl.Lav,Pw.Blu,Pw.Pik,S.Blu,S.Pik)
NACL (Peging D.J.Nipis, D.Lemon, H.Apple, & H.Strawberi)
Citric Acid (Peging D.J. Nipis, D.Lemon, H.Apple, & H,Strawberi)
Dark Green NCK (Peging D.J.Nipis, H.Apple, & H.Strawberi)
Lemon 26.500 Air (Peging D.J.Nipis,D.Lem,H.App,H.Straw, Pl.Lem,Pl.Lav,Pw.Blu,Pw.Pik,S.Blu,S.Pik,Kbl)
Planned Order Release 3 4 5 1000 1000 1000
Past Due 1000
1 1000
2 1000
6 1000
7 1000
8 2500
9 2500
10 2500
11 2500
12 0
0
0
0
0
0
0
200
0
0
0
0
0
0
400
400
400
0
400
400
600
600
200
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
200
0
0
0
0
0
200
0
0
0
0
150
150
200
50
200
200
300
300
250
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19000
17000
18000
19000
18000
17000
26000
31000
32000
32000
14000
0
Dalam perhitungan MRP ada beberapa bahan baku yang planned order release nya keluar dari horizon perencanaan yaitu Comperland KD RI, Emal 270 N, EDTA, NACL, Lemon Moon R 0108381, Adogen 442, Naga Blue 927, Natrosol 250 HHRP, Organism Soft, dan Blue Sky. Ini disebabkan karena planning horizon tidak melebihi jumlah waktu terpanjang dari waktu tenggang (lead time) produk yaitu 12 periode, sementara jumlah waktu terpanjang dari waktu tenggang adalah 13 periode, sehingga planned order release ada yang tidak tercakup dalam perencanaan yang bersangkutan. Namun semua bahan baku yang keluar dari planned order release telah diantisipasi oleh pihak direksi, dengan cara memesanan di luar horizon perencanaan.
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
7
Pengadaan bahan baku sebelumnya perusahaan hanya memesan bila persediaan bahan baku di gudang tinggal sedikit, sehingga menimbulkan banyak resiko, mulai dari resiko keterlambatan datangnya bahan baku, kekurangan persediaan bahan baku sehingga dapat menghambat proses produksi, atau jika kelebihan persediaan maka akan meningkatnya dana yang menganggur, dan menimbulkan kerusakan barang karena disimpan terlalu lama. Jika dibandingkan perencanaan bahan baku melalui pendekatan MRP, perusahaan dapat meminimalkan persediaan bahan baku, mengurangi resiko keterlambatan datangnya bahan baku, dan pemesanan bahan baku dapat terjadwal sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan selalu tersedia pada tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat bahan baku, sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
3.2. Penetapan Pemasok yang handal dengan Metoda Analitical Hirarchy Prosess (AHP) Dari Hasil pengumpulan data dengan kuisioner, kemudian dilakukan pengolahan data untuk menentukan prioritas
pemasok yang handal dengan menggunakan metode AHP, serta setelah
dihitung konsistensi hirarki maka prioritas berdasarkan bobot keseluruhan yang disajikan pada Tabel 5 dan pada Gambar 3. Tabel 5. Prioritas untuk tiap tingkat hirarki
Level 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
Elemen Kualitas Ekonomi Pelayanan Pengiriman Kesesuaian Spesifikasi Barang Harga Klaim Jaminan Kerusakan Resposibilitas Waktu Kirim Kondisi Bahan Baku Keadaan Pengemasan Cara Pembayaran Fleksibilitas Pembayaran Potongan Harga Ongkos Kirim Jumlah Kirim PT. KAO PT. COGNIS PT. RODIA
Bobot 0,456 0,246 0,228 0,071 0,248 0,163 0,152 0,141 0,076 0,045 0,034 0,032 0,029 0,027 0,026 0,015 0,011 0,446 0,352 0,202
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
Prioritas 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3
8
Penentuan Prioritas Pemilihan Supplier Terbaik
Ekonomi 0,246
Fleksibilitas Pembayaran 0,027
Potongan Harga 0,026
Pengiriman 0,071
Harga 0,163
Cara Pembayaran 0,029
Waktu Kirim 0,045
PT. KAO 0,446
Ongkos Kirim 0,015
Kualitas 0,456
Jumlah Kirim 0,011
Kondisi bahan baku 0,034
Kesesuaian spesifikasi barang 0,248
PT. RODIA 0,202
Keadaan pengemasan 0,032
Pelayanan 0,228
Jaminan Kerusakan 0,141
Klaim 0,152
Responsibilitas 0,076
PT. COGNIS 0,352
Gambar 3. Model Hierarki Analisis dan Hasil Pembobotan
Dari hasil pembobotan kriteria pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kriteria yang menempati urutan paling atas yaitu kriteria kualitas, kualitas bahan baku tersebut ketika tiba di gudang, bahan baku yang diterima harus diyakinkan dalam kualitas yang baik, keadaan kemasan yang tidak rusak dan mutu yang sesuai dengan standar dan dilengkapi dengan dokumen penyerahan, ini dimungkinkan adanya jaminan kerusakan. Urutan kedua dari level kriteria yaitu kriteria ekonomi. Perusahaan tentunya memperhitungkan mengenai harga yang ditawarkan lebih kompetitif dibandingkan dengan yang lain yang diberikan oleh pemasok. Urutan yang ketiga yaitu kriteria pelayanan. Pihak perusahaan sebagai konsumen bisa merasakan kepuasan pelayanan yang diberikan oleh pihak pemasok. Sedangkan urutan yang keempat yaitu kriteria pengiriman, diharapkan bahan baku yang akan digunakan dapat tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan serta tersedia pada waktu yang tepat, sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Dari hasil yang didapat terlihat bahwa PT. KAO memiliki bobot terbesar, yaitu 0,446 dan sekaligus menjadi pemasok terbaik yang memiliki prioritas utama dalam pemesanan bahan baku. Hal ini menunjukkan bahwa PT. KAO dianggap memiliki kemampuan yang handal untuk dapat memenuhi permintaan PT. Naga Corigo Kencana dalam hal aktivitas pengadaan bahan baku, karena memiliki kriteria utama yang disyaratkan oleh perusahaan, seperti harga, cara pembayaran, waktu kirim, ongkos kirim, jumlah kirim, kondisi bahan baku, keadaan pengemasan, jaminan kerusakan, dan klaim. Dengan bobot yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan PT. COGNIS dan PT. RODIA. Prioritas selanjutnya adalah PT. COGNIS dengan bobot 0,352, dimana pemasok ini merupakan alternatif kedua yang menjadi prioritas dalam seleksi pemasok terbaik. PT. COGNIS memiliki keunggulan pada faktor potongan harga, kesesuaian spesifikasi barang, dan resposibilitas. Alternatif terakhir yaitu PT.
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
9
RODIA dengan bobot prioritas 0,202. PT. RODIA tidak memiliki kelebihan dibandingkan dengan kedua pemasok yang tadi. Dengan diketahuinya alternatif dalam seleksi pemasok, maka hasil ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk memilih pemasok yang diprioritaskan untuk kerjasama kemitraan jangka panjang
dengan tetap memperhatikan urutan kriteria yaitu pertama
kualitas, kedua ekonomi, ketiga pelayanan, dan keempat pengiriman.
IV. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan bahan baku dengan metode MRP telah dapat menghitung dengan tepat baik jumlah dan kapan bahan baku tersebut harus dipesan agar perusahaan dapat memproduski sesuai dengan Jadwal Induk Produksi. 2. PT. KAO merupakan pemasok yang paling handal dibandingkan dengan 2 pemasok lainnya, sehingga perusahaan dapat menjadikan pemasok ini sebagai mitra kerjasama dalam jangka panjang.
V. DAFTAR RUJUKAN [1]
Bowersox et al., (2002), Supply Chain Logistics Management. Boston : McGraw-Hill.
[2]
Render, B. and Heizer J. 2001. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. Terjemahan Kresnohadi Ariyoto. Jakarta : Salemba Empat.
[3]
Waters-Fuller, N., (1995), JIT Purchasing and Supply: A Review of the Literature. International Journal of Operations and Production Management, Vol. 15 No. 9, pp. 220-236.
[4] Giménez, C. & Ventura, E., (2005),
Logistics-production, logistics-marketing and external
integration: Their impact on performance. International Journal of Operations & Production Management, vol. 25, no. 1, pp. 20-38. th
[5] Tersine, R. J., (1994), Principles Of Inventory and Materials Management, 4 . Ed., London, Prentice Hall. [6] Smith, S. B., (1989),
Computer based Production and Inventory Control, Prentice Hall
International. [7] Saaty,
T. L., (2005), Multi Criteria
Decision Making The Analytical Hierarchy Process,
Planning Priority, Setting Dissource Allocation, University of Pittsburg.
Agus Purnomo – Jurusan Teknik Industri UNPAS
10