ANALISIS KESESUAIAN PELAKSANAAN PENGUKURAN KAYU BULAT TERHADAP PENERIMAAN KAYU BULAT PADA SATU PERUSAHAAN INDUSTRI KAYU DI KABUPATEN BURU
ELISABET TRESIA SIREGAR
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pengukuran Kayu Bulat terhadap Penerimaan Kayu Bulat pada Satu Perusahaan Industri Kayu di Kabupaten Buru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2017
Elisabet Tresia Siregar NIM E14110027
ii
ABSTRAK ELISABET TRESIA SIREGAR. Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pengukuran Kayu Bulat terhadap Penerimaan Kayu Bulat pada Satu Perusahaan Industri Kayu di Kabupaten Buru. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) merupakan sentra penerimaan kayu bulat dari berbagai sumber dan proses awal terjadinya perubahan bentuk dari bahan baku kayu bulat menjadi hasil olahan. Pengukuran kayu bulat pada IUIPHHK memiliki peranan penting dalam upaya peningkatan pendapatan negara dari hasil hutan kayu, berupa Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan pengukuran kayu bulat terhadap penerimaan kayu bulat di log yard IUIPHHK PT. Waenibe Wood Industries dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pengukuran kayu bulat di PT. WWI sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik dalam pemeriksaan administratif maupun pemeriksaan fisik kayu bulat. Kata kunci : pendapatan negara, pengukuran, kayu bulat
ABSTRACT ELISABET TRESIA SIREGAR. Analyse of the Suitability of Implementing the Measurement of Log against the Acceptance of Log at a Timber Industry in Buru district. Supervised by JUANG RATA MATANGARAN. Timber industry is the center of acceptance of log from different sources and first process changes the shape of the log from raw materials being wood products. Measurement of log at primary timber forest products industry have much more role in our effort to increase government revenue wood products, that are received from forest royalty and reforestation fund. The purpose of this research is to analyse the suitability of implementing the inspection log measurement against acceptance of log at the IUIPHHK PT. WWI’s log yard implemented in accordance with the applicable. The result of this research shows that execution of measurement of log in PT. WWI implemented in conformity with the regulation in administrative and physical examination.
Keywords
: government revenue, log, measurement
iii
ANALISIS KESESUAIAN PELAKSANAAN PENGUKURAN KAYU BULAT TERHADAP PENERIMAAN KAYU BULAT PADA SATU PERUSAHAAN INDUSTRI KAYU DI KABUPATEN BURU
ELISABET TRESIA SIREGAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
iv
v
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah memberikan cinta dan kasihNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengukuran kayu bulat, dengan judul “Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pemeriksaan Pengukuran Kayu Bulat terhadap Penerimaan Kayu Bulat pada Satu Perusahaan Industri Kayu di Kabupaten Buru”. Tujuannya untuk menganalisis kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan pengukuran kayu bulat terhadap penerimaan kayu bulat sesuai ketentuan yang berlaku. Agar peranan hutan dapat dimanfaatkan secara maksimal maka diperlukan peraturan dan kebijakan dalam pengelolaan hutan. Pengukuran kayu bulat erat pula kaitannya dengan hak negara berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kesalahan perhitungan volume kayu bulat akan mempengaruhi pembayaran Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR) oleh perusahaan kayu dan dapat menyebabkan kerugian negara. Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan doa, bimbingan, dukungan dan kerja sama dengan berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof Dr Ir Juang R. Matangaran, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan serta memberikan saran dan motivasi kepada penulis selama mengerjakan skripsi. 2. Prof Dr Ir Herry Purnomo, MComp sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, memberikan arahan serta motivasi kepada penulis selama menjadi mahasiswi di Departemen Manajemen Hutan. 3. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan Departemen Manajemen Hutan atas ilmu dan bantuannya yang telah diberikan kepada penulis. 4. Bapak Mikael Siregar (alm.) dan ibu Rida Sianipar, Erna, Doni, Tari, Leo, Kevin, Nisi, Rahel dan Jeremy Thian sebagai orang tua, kakak, abang dan keponakan yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi dan doa kepada penulis. 5. Teman-teman Manajemen Hutan 48 yang telah memberikan motivasi, perhatian dan doa kepada penulis. Sahabat-sahabat baik penulis Kartika, Heddina, Metalia, Junita, Nisa, teman-teman Pemuda Garam Dunia (Kk Tommy, Jeje, Cete, Barto, Wilson, Reza, Ivan, Martina, Filander, Martua, Robby, Anthony, Bonita, Kleden, Chella, Laurentia, Tyas), Pendampingan St. Tarsisius (Yosephine, Cindy, Vina, Topher, Geffary), Dwi Regies (Claudia, Iga, Elsy, Yose), KeMaKI 48, Pondok Kantika (Nina, Lenni, Tessa), Combat 48, Rintara Jaya, Gladi Madya 6 atas semua bantuan dan kebersamaannya. 6. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk penyempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan. Bogor, Mei 2017 Elisabet Tresia Siregar
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
METODE
3
Tempat dan Waktu
3
Alat dan Bahan
3
Jenis dan Sumber Data
3
Prosedur Pengumpulan Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Penerimaan Kayu Bulat
6
Pengukuran Diameter Batang
7
Pengukuran Panjang Batang
8
Perhitungan Volume Batang
8
Perbandingan Volume Batang antar Pengukur dalam Tiga Partai Kayu
9
Uji Beda Nilai Tengah
10
Perbadingan Volume Batang per Batang Kayu Bulat
11
Alat Ukur
12
Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR)
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
29
viii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kapasitas IUIPHHK PT. WWI Hasil pengukuran dimensi diameter batang Analisis Ragam hasil pengukuran dimensi diameter batang Uji BNT pengukuran diameter Hasil pengukuran dimensi panjang batang Analisis Ragam hasil pengukuran dimensi panjang batang Hasil perhitungan volume batang Analisis Ragam hasil perhitungan volume batang Uji BNT perhitungan volume Perhitungan volume batang antar pengukur Perbandingan volume batang antar pengukur ketiga partai Uji Beda Nilai Tengah oleh P3KB Uji Beda Nilai Tengah oleh P2SKSKB Uji Beda Nilai Tengah oleh Peneliti
6 7 7 7 8 8 9 9 9 10 10 10 11 11
DAFTAR GAMBAR 1 Contoh pengukuran kayu bulat 2 Cacat growong
4 5
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil pengukuran partai kayu pertama 2 Hasil pengukuran partai kayu kedua 3 Hasil pengukuran partai kayu ketiga
15 19 24
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Potensi hutan alam sebagai penghasil kayu bulat semakin menurun, di sisi lain permintaan kayu terutama sebagai bahan baku industri pengolahan kayu makin bertambah. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. Hasil hutan merupakan benda-benda hayati yang berupa hasil hutan kayu (HHK) dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) selain tumbuhan dan satwa liar yang dipungut dari hutan negara (Kemenhut 2006). Untuk mengatur hasil hutan tersebut maka harus dilakukan kegiatan yang meliputi penatausahaan hasil hutan mencakup perencanaan produksi, panen, dan kelengkapan dokumen kayu bulat. Penatausahaan hasil hutan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan pedoman kepada semua pihak yang melakukan usaha atau kegiatan di bidang kehutanan. Kelestarian hutan, pendapatan negara, dan pemanfaatan hasil hutan secara optimal dapat dicapai dengan penatausahaan hasil hutan yang tertib dan lancar. Pemanenan hutan merupakan salah satu kegiatan dalam pengelolaan hutan di Indonesia. Pemanenan hasil hutan merupakan kegiatan untuk memanfaatan kayu dengan cara mengubah tegakan pohon berdiri menjadi kayu bulat dan dipasarkan keluar hutan untuk dimanfaatkan sesuai dengan penggunaannya (Mujetahid 2010). Pemanenan hutan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang dapat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Hutan juga menjadi modal dasar dalam pembangunan nasional. Suhartana dan Yuniawati (2007) menyebutkan bahwa pemanenan hutan merupakan kegiatan yang terdiri atas 4 elemen pekerjaan, yaitu penebangan, penyaradan, muat bongkar dan pengangkutan. Pemanfaatan hutan perlu memperhatikan azas kelestarian produksi dan konservasi. Pemenuhan kebutuhan manusia akan kayu, membuat hasil hutan kayu menjadi komoditi perdagangan yang memiliki peluang cukup, baik di dalam maupun luar negeri. Hal inilah yang mencipatakan adanya keterikatan antara produsen dan konsumen. Produsen melihat hal ini sebagai peluang untuk memperoleh keuntungan optimal dengan terlebih dahulu mengo lah bahan baku kayu bulat menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Hal ini menimbulkan konsekuensi semakin meningkatnya kebutuhan bahan baku kayu bulat bagi Izin Usaha Industri Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK). Sementara di pihak lain, potensi hutan untuk pengadaan kayu sudah menurun. Tahapan pemeriksaan pengukuran hasil hutan kayu memiliki peranan penting dalam upaya peningkatan pengamanan hak negara. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan pengukuran pada penerimaan kayu bulat di log yard IUIPHHK. Pertimbangaannya, IUIPHHK merupakan sentra penerimaan kayu bulat dari berbagai sumber dan di IUIPHHK merupakan proses tahap awal terjadinya perubahan bentuk dari bahan baku kayu bulat
2
menjadi hasil olahan. Dengan demikian, pemeriksaan penguku r terhadap penerimaan kayu bulat di log yard IUIPHHK sebagai salah satu upaya pengawasan, lebih efektif dibanding dengan pemeriksaan pengukuran dibanding pada tahap kegiatan lainnya. Diperlukan peraturan dan kebijakan dalam pengelolaan hutan agar peranan hutan yang produktif dapat dimanfaatkan secara maksimal. Adapun peraturan yang mengatur tentang penatausahaan hasil hutan, antara lain : (1).Peraturan Menteri Kehutanan No. P.55/Menhut -II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal Dari Hutan Negara; (2 ). SK Dirjen PH No.163/KPTS-II/2003 tanggal 26 Mei 2003 tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan; (3). Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: 14 Tahun 2009 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia; (4). Peraturan Menteri Kehutanan No. P.41/Menhut-II/2014 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan Alam. Dalam upaya peningkatan pengendalian peredaran hasil hutan maka Menteri Kehutanan melalui Keputusan No.P.55/ Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara yang menetapkan penggunaan Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB), Faktur Angkut Kayu Bulat (FA-KB), Faktur Angkut Kayu Olahan (FAKO), Faktur Angkut Hasil Hutan Bukan Kayu (FA-HHBK) sebagai dokumen pengangkutan yang sah. Tata cara pengukuran kayu bulat rimba telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: P.14/VI-BIKPHH/2009 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. Teknis pelaksanaan pemeriksaan pengukuran kayu bulat memiliki peran penting dan berpengaruh langsung terhadap hasil yang akan diperoleh, yaitu jenis kayu, diameter, dan panjang kayu bulat. Diameter dan panjang kayu bulat ini diperlukan untuk menghitung volume kayu bulat. Pentingnya mengetahui volume kayu bulat untuk perhitungan pembayaran kewajiban iuran kehutanan baik berupa PSDH, DR dan berkaitan langsung dengan harga jual kayu. Teknis pemeriksaan yang berbeda, kemungkinan besar akan menghasilkan output yang berbeda pula, baik terhadap batang per batang kayu bulat maupun terhadap seluruh partai kayu bulat. Hal ini sangat rentan terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan dalam perhitungan dan penetapan besarnya pungutan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR). Oleh karena itu, diperlukan analisis lebih lanjut tentang pengukuran terhadap penerimaan kayu bulat di log yard IUIPHHK. Penelitian ini belum memiliki data pembanding karena baru pertama kali dilakukan penelitian yang menyangkut tema ini. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan pengukuran kayu bulat terhadap penerimaan kayu bulat di log yard IUPHHK dan industri kayu dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran diameter, panjang dan perhitungan volume oleh tiga pengukur, yaitu P3KB (Pejabat
3
Pemeriksa Penerimaan Kayu Bulat), P2SKSKB (Pejabat Penerbit Surat Keterangan Sah Kayu Bulat) yang terdapat dalam Dokumen SKSKB dan pengukuran oleh peneliti sendiri. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi masukan bagi instansi dan perusahaan terkait untuk mendorong terwujudnya pelaksanaan pemeriksaan pengukuran terhadap penerimaan kayu bulat pada salah satu industri kayu di Pulau Buru yang menjadi sampel penelitian serta IUIPHHK lain di wilayah Maluku.
METODE
Tempat dan Waktu Pengambilan data pengukuran kayu bulat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan di IUIPHHK PT. Wainibe Wood Industries (PT. WWI) Pulau Buru, Maluku. Untuk mendukung data atau informasi yang diperoleh di lapangan, dilakukan konsultasi dengan instansi terkait dalam yaitu Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BPPHP) Wilayah XVI Ambon. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pengambilan data di lapangan yaitu pita ukur 25M untuk mengukur panjang kayu bulat, scale stick untuk mengukur diameter kayu bulat, tally sheet untuk mencatat data di lapangan, meteran jahit untuk mengukur diameter terpanjang dan terpendek kayu, kamera, alat tulis, kalkulator. Adapun alat yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah seperangkat laptop dengan software Ms. Word 2010 dan Ms. Excel 2010. Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah kayu bulat yang berada pada log yard industri kayu tersebut. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan, berupa data jenis kayu, diameter dan panjang kayu. Selanjutnya, data sekunder merupakan data yang diperoleh dari IUIPHHK meliputi data letak, luas dan kondisi umum lokasi penelitian serta data penerimaan kayu bulat.
4
Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan di TPK IUIPHHK PT. WWI. Kayu bulat yang digunakan adalah hasil pembelian dari beberapa IUPHHK di Pulau Buru. Teknik yang digunakan adalah purposive random sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut : 1. Orientasi lokasi penelitian 2. Pemeriksaan ukuran dilakukan mengikuti Perdirjen Bina Usaha Kehutanan P.3/VI-BIKPHH/2014 terhadap sampel yang diambil secara acak dengan ketentuan : a) Apabila jumlah batang dari satu partai kurang atau sama dengan 100 batang maka jumlah sampelnya adalah 100 % b) Apabila jumlah batang dari satu partai antara 101 sampai dengan 1000, maka jumlah sampelnya minimal adalah 100 batang c) Apabila jumlah batang dari satu partai lebih dari 1000 batang, maka jumlah sampelnya adalah 10%. 3. Melakukan pengukuran kayu dalam 3 (tiga) kali penerimaan kayu, sampel yang diambil sama dengan sampel yang diambil oleh petugas kehutanan di Industri dalam hal ini P3KB (Pejabat Pemeriksa Penerimaan Kayu Bulat) 4. Membandingkan hasil pengukuran kayu dengan hasil pengukuran kayu yang dilakukan P3KB dan Daftar Kayu Bulat (DKB) yang terdapat dalam SKSKB (Surat Keterangan Sah Kayu Bulat) 5. Konsultasi dan konfirmasi dengan instansi terkait, yaitu BPPHP Wilayah XVI Ambon. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan mengikuti tahapan tahapan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui isi / volume kayu bulat sesuai Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: P.14/VIBIKPHH/2009, maka dihitung dengan rumus Brereton Metric : ⁄
Keterangan : V = (m3 ) D = Du = Dp = (cm) L = (m) =
Volume kayu bulat Diameter Diameter ujung (cm) Diameter pangkal Panjang kayu bulat Konstanta (3.14)
d1 = diameter ujung terpendek d2 = diameter ujung terpanjang d3 = diameter pangkal terpendek d4 = diameter pangkal terpanjang
5
L d1 d3
d2
2.
d4
Gambar 1 Contoh pengukuran kayu bulat Untuk mengetahui isi / volume growong maka dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan : Dg = diameter growong terbesar D = diameter log
Dg
3. 4.
Gambar 2 Cacat growong Untuk mengetahui isi/volume bersih maka digunakan rumus: Dilakukan perbandingan diameter, panjang dan volume dari ketiga partai. Dilanjutkan dengan Analisis Ragam (Analysis of Variance) dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (Least Significance Different/LSD). Serta digunakan Uji Beda Nilai Tengah dari tiap partai untuk melihat keragaman internal dari batang per batang tiap partai kayu bulat. Hasil pengukuran dan perhitungan yang dibandingkan antara pengukuran kayu bulat oleh P3KB terhadap P2SKSKB serta Peneliti.
.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Identitas Perusahaan Perseroan Terbatas Waenibe Wood Industries merupakan Perseroan Terbatas (PT) yang bergerak dalam bidang usaha Izin Usaha Industri Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) sesuai dengan SK Menteri Kehutanan Nomor : SK.4601/Menhut-VI/2005 tanggal 27 September 2005. Kantor pusat PT. WWI beralamat di Wisma Barito Pasific, Jalan S.Parman Kavling 62-63, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan untuk kantor cabang beralamat di Desa Waenibe, Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. PT.WWI dikepalai oleh Tn. Phung Budijaya Santoso.
6
Jenis dan Kapasitas Produksi IUIPHHK IUIPHHK PT. Waenibe Wood Industries (PT. WWI) merupakan industri yang memiliki kapasitas produksi > 6 000 m3. Kapasitas IUIPHHK PT. Waenibe Wood Industries, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kapasitas IUIPHHK PT. WWI Jenis Kapasitas (m3/tahun) Kayu Lapis 18 000 Veneer 36 000 Kayu Gergajian 42 000 Serpihan Kayu 0 Pulp 0 Sumber : Laporan Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri Tahun 2014
Penerimaan Kayu Bulat Selama penelitian, penerimaan kayu bulat di log yard PT. WWI sebanyak 3 partai kayu. Partai kayu pertama sebanyak 338 kayu bulat, terdiri atas 297 batang kelompok Meranti dan 41 batang kelompok Rimba Campuran. Partai kayu pertama berasal dari IUPHHK (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) PT. Maluku Sentosa. Partai kayu kedua sebanyak 268 batang kayu bulat, keseluruhannya dari kelompok Meranti. Partai kayu kedua berasal dari PT. Gema Hutani Lestari. Partai kayu ketiga sebanyak 264 batang kayu bulat, keseluruhannya dari kelompok Meranti. Partai kayu ketiga berasal dari PT. Maluku Sentosa. Diambil dari masing-masing partai kayu sebanyak 100 batang meranti sebagai sampel penelitian. Data yang digunakan yaitu dokumen SKSKB (Surat Keterangan Sah Kayu Bulat) yang disahkan oleh P2SKSKB (Pejabat Penerbit Surat Keterangan Sah Kayu Bulat) yang pengukurannya dilakukan di TPK IUPHHK. Data lain yang dipergunakan yaitu dokumen hasil pengukuran kayu bulat oleh P3KB (Pejabat Pemeriksa Penerimaan Kayu Bulat) yang pengukurannya dilakukan di logyard IUIPHHK. Data yang diperiksa pada saat melaksanakan penerimaan kayu bulat berupa data tentang partai kayu, pemeriksaan kebenaran data administratif yang ada pada dokumen SKSKB, serta pemeriksaan fisik kayu. Data tentang partai kayu meliputi nomor dan tanggal pengiriman, perusahaan pengirim, jenis alat angkut, Daftar Kayu Bulat (DKB), jumlah batang, volume total serta perusahaan tujuan pengiriman. Pemeriksaan kebenaran dokumen SKSKB meliputi pengisian dokumen SKSKB; jenis alat angkut; kebenaran masa berlaku SKSKB; jenis, jumlah dan volume total; nama, jabatan, nomor register dan tanda tangan P2SKSKB; penomoran dan tanda pengenal perusahaan. Pemeriksaan fisik kayu bulat meliputi hal penandaan kayu (nomor, diameter, panjang, jenis) ataupun
7
dalam melakukan pengukuran pada sampel batang (100 batang atau 10%) dari seluruh partai kayu . Pengukuran Diameter Batang Hasil pengukuran diameter batang menurut P3KB, P2SKSKB dan Peneliti dapat dilihat pada Tabel 2 sedangkan analisis keragaman hasil pengukurannya disajikan pada Tabel 3.
Perlakuan P3KB P2SKSKB Peneliti Total
Tabel 2 Hasil pengukuran dimensi diameter batang Partai kayu Rata-Rata Total (m) (m) I (m) II (m) III (m) 63.13 78.42 62.60 204.15 68.050 62.66 78.19 61.66 202.51 67.503 63.03 78.41 62.18 203.62 67.873 188.82 235.02 186.44 610.28 67.809
Tabel 3 Analisis Ragam hasil pengukuran dimensi diameter batang Ftabel SK Db JK KT Fhitung 0.05 0.01 Perlakuan 2 0.467 0.233 7.027 * 5.14 10.920 Kelompok 2 500.013 250.007 7 524.027** 5.14 10.920 Galat 4 0.133 0.033 Total 8 500.613 tn = berbeda tidak nyata; * = berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata
Berdasarkan hasil analisis keragaman yang tertera pada Tabel 3, menjelaskan bahwa untuk faktor perlakuan = 0.05 diperoleh Fhit > Ftab. Hal ini menunjukan bahwa terjadi perbedaan pengukuran diameter dari setiap perlakuan yang dilakukan oleh P3KB, P2SKSKB, dan Peneliti. Sedangkan untuk faktor perlakuan = 0.01 diperoleh Fhit < Ftab, hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap pengukuran diameter dari setiap perlakuan yang dilakukan oleh P3KB, P2SKSKB, dan Peneliti. Terdapat perbedaan yang nyata untuk = 0.05 maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Tabel 4 Uji BNT pengukuran diameter RataBesar Perlakuan BNT rata beda P2SKSKB 67.503 0.547 0.317
P3KB
Ratarata 68.050
P3KB
68.050
Peneliti
67.873
0.177
0.317
P2SKSKB
67.503
Peneliti
67.873
0.370
0.317
Perlakuan
Keterangan Berbeda nyata Tidak berbeda nyata Berbeda nyata
Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan terjadi perbedaan nyata hasil pengukuran diameter oleh P3KB terhadap P2SKSKB dan P2SKSKB
8
terhadap Peneliti. Sedangkan hasil pengukuran diameter oleh P3KB terhadap Peneliti tidak berbeda nyata. Perbedaan pengukuran dimensi diameter kayu bulat dapat terjadi karena dalam menentukan diameter harus terlebih dahulu menentukan diameter terpanjang dan terpendek dari bontos ujung dan pangkal serta membutuhkan ketelitian. Apabila terjadi kesalahan maka diameter yang didapat akan berbeda. Pengukuran Panjang Batang Hasil pengukuran diameter batang menurut P3KB, P2SKSKB dan Peneliti dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan analisis keragaman hasil pengukurannya terdapat pada Tabel 6.
Perlakuan P3KB P2SKSKB Peneliti Total
Tabel 5 Hasil pengukuran dimensi panjang batang Partai kayu Total (m) I (m) II(m) III (m) 1362.6 1332.4 1251.1 3946.1 1362.6 1332.4 1251.1 3946.1 1362.6 1332.4 1251.1 3946.1 4087.8 3997.2 3753.3 11838.3
Rata-Rata (m) 1315.367 1315.367 1315.367 1315.367
Tabel 6 Analisis Ragam hasil pengukuran dimensi panjang batang Ftabel SK Db JK KT Fhitung 0.05 0.01 Perlakuan 2 0.000 0.000 0 5.14 10.92 Kelompok 2 19953.980 9976.990 ∞ 5.14 10.92 Galat 4 0.000 0.000 Total 8 19953.980 tn = berbeda tidak nyata; * = berbeda nyata, ** = berbeda sangat nyata
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Tabel 6 menjelaskan bahwa untuk faktor perlakuan = 0.05 diperoleh Fhit < Ftab, hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi perbedaan pengukuran panjang dari setiap perlakuan yang dilakukan oleh P3KB, P2SKSKB, dan Peneliti. Demikian juga faktor perlakuan = 0.01. Hal ini mungkin terjadi karena interval pembulatan yang cukup besar yang terjadi pada saat pengukuran panjang kayu di lapangan yang mengakibatkan kecilnya kemungkinan adanya perbedaan atau selisih. Perhitungan Volume Batang Hasil perhitungan volume batang menurut P3KB, P2SKSKB dan Peneliti dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan analisis keragaman terdapat pada Tabel 8.
9
Perlakuan P3KB P2SKSKB Peneliti Total
SK Perlakuan Kelompok Galat Total
Tabel 7 Hasil perhitungan volume batang Partai kayu Total (m3) 3 I (m ) II (m3) III (m3) 435.18 657.31 388.16 1480.65 425.70 652.98 377.79 1456.47 432.08 656.96 383.62 1472.66 1292.96 1967.25 1149.57 4409.78
Rata-Rata (m3) 493.550 485.490 490.887 489.976
Tabel 8 Analisis Ragam hasil perhitungan volume batang Ftabel Db JK KT Fhitung 0.05 0.01 2 101.181 50.590 18.127* 5.140 10.920 2 127092.031 63546.015 22768.778** 5.140 10.920 4 11.164 2.791 8 127214.376
tn = berbeda tidak nyata; * = berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata
Berdasarkan hasil analisis keragaman yang tertera pada Tabel 8 menjelaskan bahwa untuk faktor perlakuan = 0.05 dan = 0.01 diperoleh Fhit > Ftab, hal ini menunjukan bahwa terjadi perbedaan perhitungan volume dari setiap perlakuan yang dilakukan oleh P3KB, P2SKSKB, dan Peneliti. Terdapat perbedaan yang nyata untuk = 0.05 maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT. Tabel 9 Uji BNT perhitungan volume RataRataBesar Perlakuan Perlakuan BNT rata rata beda P3KB 493.550 P2SKSKB 485.490 8.060 2.908 P3KB
493.550 Peneliti
490.887
2.663
2.908
P2SKSKB 485.400 Peneliti
490.887
5.397
2.908
Keterangan Berbeda nyata Tidak berbeda nyata Berbeda nyata
Hasil uji BNT menunjukkan terjadi perbedaan nyata hasil perhitungan volume oleh P3KB terhadap P2SKSKB dan P2SKSKB terhadap Peneliti. Sedangkan, hasil perhitungan volume oleh P3KB terhadap Peneliti tidak berbeda nyata. Perbedaan perhitungan volume disebabkan karena adanya perbedaan dalam pengukuran diameter yang berpengaruh terhadap perhitungan volume. Perbandingan Volume Batang antar Pengukur dalam Tiga Partai Kayu Perdirjen Usaha Kehutanan No. P.3/VI-BIKPHH/2014 menyatakan apabila jumlah batang dari satu partai kayu antara 101 sampai 1000, maka jumlah sampelnya minimal adalah 100 batang. Maka, dari masing-masing partai kayu bulat yang diterima di log yard PT. WWI diambil sebanyak 100 batang meranti sebagai sampel penelitian. Hasil perhitungan volume batang antar pengukur dapat dilihat pada Tabel 10.
10
Partai 1 Partai 2 Partai 3
Tabel 10 Perhitungan volume batang antar pengukur P3KB (m3) P2SKSKB(m3) Peneliti (m3) 435.18 425.70 432.08 657.31 652.98 656.96 388.16 377.79 383.62
Sesuai Perdirjen Usaha Kehutanan No. P.3/VI-BIKPHH/2014 perbedaan atau selisih volume sampel kayu (baik selisih lebih maupun selisih kurang) antara yang tercantum dalam Dokumen SKSKB dengan hasil pemeriksaan fisik kayu besarnya tidak melebihi 5%. Dari hasil perbandingan volume pada Tabel 10 dicoba membandingkan antara P3KB denan P2SKSB, P2SKSKB dengan Peneliti dan P3KB dengan Peneliti. Hasil perbandingan volume batang masing-masing partai kayu antar peneliti dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Perbandingan volume batang antar pengukur tiga partai kayu P3KB vs P2SKSKB P2SKSKB vs Peneliti P3KB vs Peneliti (%) (%) (%) Partai 1 2.18 0.73 1.47 Partai 2 0.66 0.61 0.05 Partai 3 2.67 1.54 1.17 Hasil perbandingan volume batang antar pengukur masing-masing partai kurang dari 5%, hal ini sudah sesuai dengan Perdirjen Usaha Kehutanan No. P.3/VI-BIKPHH/2014 sehingga dokumen dari ketiga partai kayu tersebut dinyatakan sah. Uji Beda Nilai Tengah Hasil perhitungan volume kayu bulat menurut P3KB pada tiga partai kayu dapat dilihat pada Tabel 12.
Partai 1 Partai 2 Partai 3
Tabel 12 Uji Beda Nilai Tengah oleh P3KB Median R2 R 4.026196 2.462598 1.569257 6.138435 7.546799 2.747144 3.694899 1.218864 1.104022
Σ nilai z 20.75 15.82 16.91
Ketelitian merupakan pertimbangan utama dalam pengukuran serta perhitungan volume kayu bulat, maka dari hasil perbandingan nilai z ketiga partai dicari yang bernilai z lebih besar yaitu pada Partai 1. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tampilan relatif dari P3KB dalam pengukuran dan hasil perhitungan volume kayu bulat Partai 1 lebih baik daripada tampilan relatif pada Partai 2 dan Partai 3. Hasil perhitungan volume kayu bulat menurut P2SKSKB pada tiga partai kayu dapat dilihat pada Tabel 13.
11
Partai 1 Partai 2 Partai 3
Tabel 13 Uji Beda Nilai Tengah oleh P2SKSKB Median R2 R 3.960556 1.971561 1.404123 6.085955 7.381541 2.716899 3.500653 1.381122 1.175211
Σ nilai z 21.11 16.34 23.60
Ketelitian merupakan pertimbangan utama dalam pengukuran serta perhitungan volume kayu bulat, maka dari hasil perbandingan nilai z ketiga partai dicari yang bernilai z lebih besar yaitu pada Partai 3. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tampilan relatif dari P2SKSKB dalam pengukuran dan hasil perhitungan volume kayu bulat Partai 3 lebih baik daripada tampilan relatif pada Partai 1 dan Partai 2. Hasil perhitungan volume kayu bulat menurut Peneliti pada tiga partai kayu dapat dilihat pada Tabel 14.
Partai 1 Partai 2 Partai 3
Tabel 14 Uji Beda Nilai Tengah oleh Peneliti Median R2 R 4.005116 2.164615 1.471263 6.138435 7.521392 2.742516 3.593409 1.309349 1.144268
Σ nilai z 21.46 15.72 21.22
Ketelitian merupakan pertimbangan utama dalam pengukuran serta perhitungan volume kayu bulat, maka dari hasil perbandingan nilai z ketiga partai dicari yang bernilai z lebih besar yaitu pada Partai 1. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tampilan relatif dari Peneliti dalam pengukuran dan hasil perhitungan volume kayu bulat Partai 1 lebih baik daripada tampilan relatif pada Partai 2 dan Partai 3. Perbandingan Volume Batang Per Batang Kayu Bulat Membandingkan volume batang per batang kayu bulat pada tiga partai penerimaan kayu bulat penting untuk melihat keragaman internal dari tiap partai. Volume kayu pada Partai 1 bila dibandingkan terdapat 19 kayu bulat dari 100 kayu bulat yang memiliki volume sama. Sisanya yaitu pengukuran oleh P3KB lebih kecil sebanyak 36 kayu bulat dan pengukuran oleh P2SKSKB lebih kecil sebanyak 45 kayu bulat. Volume kayu pada Partai 2 bila dibandingkan terdapat 22 kayu bulat dari 100 kayu bulat yang memiliki volume sama. Sisanya yaitu pengukuran oleh P3KB lebih kecil sebanyak 35 kayu bulat dan pengukuran oleh P2SKSKB lebih kecil sebanyak 43 kayu bulat. Volume kayu pada Partai 3 bila dibandingkan terdapat 8 kayu bulat dari 100 kayu bulat yang memiliki volume sama. Sisanya yaitu pengukuran oleh P3KB lebih kecil sebanyak 35 kayu bulat dan pengukuran oleh P2SKSKB lebih kecil sebanyak 57 kayu bulat. Hasil perhitungan volume ketiga partai kayu bulat menunjukkan perhitungan volume oleh P2SKSKB relatif lebih kecil dibandingkan hasil
12
perhitungan volume oleh P3KB dan Peneliti. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kembang susut kayu selama perjalanan dari TPK IUPHHK sampai ke log yard IUIPHHK. Perbedaan dalam perhitungan volume kayu bulat tersebut juga akan mempengaruhi pembayaran PSDH dan DR oleh IUPHHK. Alat Ukur Pengukuran adalah suatu proses mengaitkan angka secara empirik dan obyektif pada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sehingga angka yang diperoleh dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek yang diukur. Ketelitian adalah kemampuan dari alat ukur untuk memberikan indikasi pendekatan terhadap nilai sebenarnya dari obyek yang diukur. Ketelitian berkaitan dengan alat ukur yang digunakan saat pengukuran. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi dalam skala tertentu. Saat penelitian di lapangan ditemukan beberapa alat yang seharusnya sudah diganti karena keusangan alat. Scale stick yang digunakan untuk mengukur diameter batang oleh P3KB sudah perlu diganti, karena angka yang tertera sudah buram dan sudah agak berkarat. Meteran jahit yang digunakan untuk mengukur diameter terpanjang dan terpendek kayu masih dalam keadaan bagus, namun dengan masa pakai hampir 3 tahun sudah tentu mengalami proses memuai. Pita ukur 25 meter yang digunakan untuk mengukur panjang batang sudah sebaiknya diganti, dikarenakan satuan yang menunjukkan angka 0 sampai 17 sentimeter sudah putus sehingga P3KB hanya berusaha memprediksi titik awal pita ukur tersebut. Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR) Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) adalah pungutan (royalty) yang dikenakan kepada pemegang izin perusahaan sebagai pengganti nilai instrinsik hasil hutan yang dipungut dari hutan negara. Kayu bulat yang dikenakan PSDH mencakup kayu bulat yang berasal dari hutan alam dan dari hutan tanaman. Dana Reboisasi (DR) dipungut dari kegiatan eksploitasi hutan, yang digunakan untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan serta kegiatan pendukungnya, dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutanalam, hasil penebangan (land clearing) areal hutan alam, hutan tanaman yang dibiayai negara, dari hasil sitaan, dari penjualan tegakan dan dari hutan desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999, besarnya DR antara US$ 13-16 per m untuk kelompok meranti dan US$ 10,5-13 per m untuk kelompok rimba campuran, tergantung wilayah perusahaan beroperasi (Erwinsyah et al. 2012) Kesalahan perhitungan volume kayu bulat oleh P2SKSKB akan mempengaruhi pembayaran PSDH dan DR oleh IUPHHK. Apabila rentang selisih terlalu jauh, ada kemungkinan dilakukan manipulasi data sehingga menguntungkan salah satu pihak. Hal ini akan berdampak pula pada kerugian negara karena berkurangnya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
13
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemeriksaan administratif dan pemeriksaan fisik kayu bulat di log yard PT. WWI telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jumlah sampel pemeriksaan untuk tiap partai kayu yang diterima di log yard PT. WWI adalah 100 (seratus) batang karena masing-masing partainya berjumlah antara 101 sampai dengan 1000 batang. Tidak ada perbedaan jumah batang, jenis kayu dan perbedaan volume tidak melebihi 5%, sehingga dokumen dari ketiga partai kayu bulat tersebut dinyatakan sah menurut peraturan yang berlaku. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nyata terhadap hasil pengukuran diameter oleh P3KB terhadap P2SKSKB dan P2SKSKB terhadap Peneliti. Hal ini dikarenakan dalam pengukuran diameter perlu terlebih dahulu menentukan diameter terpanjang dan terpendek yang membutuhkan ketelitian. Terlihat juga perbedaan nyata terhadap hasil perhitungan volume oleh P3KB terhadap P2SKSKB dan P2SKSKB terhadap Peneliti. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pengukuran diameter yang berpengaruh terhadap perhitungan volume. Perbedaan perhitungan volume dapat terjadi dikarenakan kembang susut kayu selama perjalanan dari TPK IUPHHK sampai ke log yard IUIPHHK. Rentang selisih perhitungan volume kayu bulat yang masih diperbolehkan yaitu 5%. Namun, apabila rentang selisih tersebut terlalu jauh ada kemungkinan dilakukan manipulasi data dan akan berdampak pula pada kerugian negara karena berkurangnya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Saran Dalam rangka meningkatkan kinerja Pejabat Pemeriksa Penerimaan Kayu Bulat (P3KB) dan Pejabat Penerbit Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (P2SKSKB) disarankan untuk lebih memperhatikan ketelitian pada saat melakukan kegiatan pengukuran, terutama saat penentuan diameter terpanjang dan terpendek pada kayu bulat karena sangat mempengaruhi hasil pengukuran diameter yang juga akan mempengaruhi perhitungan volume serta lebih memperhatikan kelayakan alat pengukuran.
14
DAFTAR PUSTAKA Erwinsyah, Harianto, Sinaga BM, Simangunsong BCH. 2012. Dampak kebijakan provisi sumberdaya hutan dan dana reboisasi terhadap kesejahteraan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 10(1):15 36. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 55 Tahun 2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara. Jakarta (ID): Kemenhut. ______. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: 3 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pembuatan/Pengesahan LHP dan Pemeriksaan Penerimaan Kayu. ______. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: 14 Tahun 2009 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. ______. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan Alam. Jakarta (ID): Kemenhut [PT.WWI] Perseroan Terbatas Wainibe Wood Industries. 2014. Laporan Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri Tahun 2014. Buru(ID): PT.WWI. Mujetahid A. 2010. Analisis biaya penebangan pada hutan jati rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial. 6(2):108 115. Suhartana S, Yuniawati. 2007. Penggunaan alat pemanenan kayu yang efisien: studi kasus di satu perusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal Wahana Foresta 1(2):1 12
15 Lampiran1 Hasil pengukuran partai kayu pertama Data hasil pengukuran P3KB No Nomor Pjg Vol batang Jenis d (cm) (m) (m3) 1 2767 Meranti 13.60 57 3.47 2 2764 Meranti 13.30 61 3.89 3 1545 Meranti 13.00 64 4.18 4 4879 Meranti 15.10 46 2.51 5 3991 Meranti 10.10 61 2.95 6 3788 Meranti 14.10 53 3.11 7 1430 Meranti 17.70 47 3.07 8 3913 Meranti 18.60 46 3.09 9 3756 Meranti 12.10 55 2.87 10 4572 Meranti 12.20 59 3.34 11 883 Meranti 9.60 67 3.38 12 5037 Meranti 18.50 79 9.07 13 1294 Meranti 13.20 60 3.73 14 1158 Meranti 17.10 62 5.16 15 3331 Meranti 19.50 60 5.51 16 2866 Meranti 17.50 72 7.13 17 1458 Meranti 11.80 66 4.04 18 4063 Meranti 10.20 68 3.70 19 1941 Meranti 10.70 62 3.23 20 3874 Meranti 10.50 70 4.04 21 1843 Meranti 13.30 73 5.57 22 4049 Meranti 13.60 73 5.69 23 4011 Meranti 11.50 55 2.73
Data hasil pengukuran P2SKSKB Pjg Vol Jenis d (cm) (m) (m3) Meranti 13.60 58 3.59 Meranti 13.30 66 4.55 Meranti 13.00 64 4.18 Meranti 15.10 48 2.73 Meranti 10.10 62 3.05 Meranti 14.10 55 3.35 Meranti 17.70 50 3.48 Meranti 18.60 41 2.46 Meranti 12.10 56 2.98 Meranti 12.20 60 3.45 Meranti 9.60 66 3.28 Meranti 18.50 75 8.17 Meranti 13.20 60 3.73 Meranti 17.10 58 4.52 Meranti 19.50 60 5.51 Meranti 17.50 70 6.73 Meranti 11.80 65 3.92 Meranti 10.20 70 3.93 Meranti 10.70 62 3.23 Meranti 10.50 69 3.93 Meranti 13.30 75 5.88 Meranti 13.60 73 5.69 Meranti 11.50 58 3.04
Data hasil pengukuran Peneliti Pjg Vol Jenis d (cm) (cm) (m3) Meranti 13.60 58 3.59 Meranti 13.30 65 4.41 Meranti 13.00 64 4.18 Meranti 15.10 47 2.62 Meranti 10.10 61 2.95 Meranti 14.10 55 3.35 Meranti 17.70 49 3.34 Meranti 18.60 43 2.70 Meranti 12.10 55 2.87 Meranti 12.20 59 3.34 Meranti 9.60 66 3.28 Meranti 18.50 77 8.61 Meranti 13.20 60 3.73 Meranti 17.10 60 4.83 Meranti 19.50 60 5.51 Meranti 17.50 71 6.93 Meranti 11.80 66 4.04 Meranti 10.20 69 3.81 Meranti 10.70 62 3.23 Meranti 10.50 69 3.93 Meranti 13.30 74 5.72 Meranti 13.60 73 5.69 Meranti 11.50 57 2.93
15
29
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematangsiantar, Sumatera Utara pada tanggal 30 April 1993. Penulis adalah putri ketiga dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Mikael Siregar dan Ibu Rida Sianipar. Pendidikan formal ditempuh di TK Swasta Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar, SD Swasta Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar, SMP Swasta Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar, SMA Swasta Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar. Tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan. Selama masa perkuliahan, penulis pernah dipercaya menjadi Wakil Ketua UKM Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (2014), Sekretaris organisasi mahasiswa daerah Ikatan Mahasiswa Siantar Sekitarnya, Anggota divisi PSDM pada himpunan profesi Forest Management Students Club (2012), Ketua Hari Kasih KeMaKI (2012), Ketua divisi acara Reuni Akbar Katolik IPB (2013), Ketua divisi perlengkapan Natal Civa IPB (2013) dan Ketua Umum Natal Civitas Akademika IPB (2014). Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama berada di IPB diantaranya magang mandiri di Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (2013), Pelatihan Kepemimpinan Gladi Madya (2014), Praktek Kerja Lapang di PT. Salaki Mandiri Sejahtera di Papua (2015), Ekspedisi Nusantara Jaya yang diselenggarakan Kementerian Koordinasi Kemaritiman di daerah Karimun Jawa (2015), internship di Amartha Microfinance (2016), Indonesian Youth Day di Manado (2016). Penulis juga lolos dalam program beasiswa PPA/BBM yang dibiayai DIKTI. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Kesesuaian Pelaksanaan Pengukuran Kayu Bulat terhadap Penerimaan Kayu Bulat pada Satu Perusahaan Industri Kayu di Kabupaten Buru” dibawah bimbingan Prof Dr Ir Juang R. Matangaran, MS.