ANALISIS KEMENANGAN PARTAI NASIONALIS DAN KEKALAHAN PARTAI KOMUNIS DI TIONGKOK DARATAN Elisabeth Victoria Aryon, Yosep Adi Sutjipto, Sugiato Lim Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir/45, Palmerah, Jakarta barat, 021-53276730
[email protected];
[email protected] ;
[email protected]
ABSTRACT This study is to research about the factors of victory achieved by Communist Party in ideological state in China and factors of mistake or defeat done by Nationalist Party in China. through library research related research themes,this thesis concludes some victory factors of Communist Party,those are the trauma of western influences causing the folk in China become inconvident to Nationalism, and villages strategy in surrounding city and land allocation attracting folks symphaty, as well as some factors that cause the defeat of Nationalist Party, those are corruption and inflation, as well as the imprecision in selecting troop. By using apropiate or exact strategy, Communist Party with their socialist understanding can be ideology in China Keywords: Nationalist, Communist, Ideology, China
ABSTRAK Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor kemenangan yang di raih oleh Partai Komunis dalam meraih kedudukan ideologi di China dan faktor-faktor kekalahan atau kesalahan yang dilakukan oleh Partai Nasionalis di China.Melalui studi pustaka terkait tema penelitian, skripsi ini menyimpulkan beberapa faktor kemenangan Partai Komunis antara lain Trauma akan pengaruh dari barat membuat rakyat di China kurang percaya terhadap Nasionalis dan Strategi desa mengepung kota dan pembagian lahan menarik simpatik rakyat serta beberapa faktor penyebab kekalahan Partai Nasionalis antara lain korupsi dan inflasi serta ketidaktepatan memilih pasukan. Dengan menggunakan strategi yang tepat, maka Partai Komunis dengan paham sosialisnya dapat menjadi ideologi di Tiongkok. Kata kunci :Komunis,Nasionalis, Ideologi, Tiongkok
1
2
PENDAHULUAN Sejarah dapat menjadi pengetahuan dan pelajaran untuk masa sekarang dan masa depan yang dapat dipergunakan sebagai acuan kepemimpinan sebuah negara.Seperti hal nya Tiongkok pada masa perang saudara antara Partai Komunis dan Partai Nasionalis.Selama periode perang saudara di Tiongkok, banyak sekali hal yang dapat dan patut ditelaah kembali terutama dalam hal pengambilan kebijakan yang menentukan nasib rakyat dan negara.Oleh karena itu pada bagian ini diulas secara singkat latar belakang sejarah Tiongkok semenjak terjadinya Revolusi Xin Hai yang menandakan runtuhnya rezim feodal dan berdirinya republik yang kemudian membawa Tiongkok kepada lembaran sejarah baru. Sejak masa akhir Dinasti Qing sampai masa awal periode Republik (1911-1949), Tiongkok mengalami perubahan reformasi internal.Pada saat itu munculah seorang pemimpin bernama Sun Yat Sen yang ingin menggulingkan dinasti Qing karena menganggap dinasti Qing adalah bangsa penjajah dan pemerintahannya bersifat feodal dan diktatoris serta membawa dampak yang buruk bagi Tiongkok.akhirnya Sun Yat Sen berhasil menggulingkan dinasti Qing dan mulai terjadi perubahan sistem pemerintahan di Tiongkok yang dikenal dengan revolusi 1911. Revolusi 1911 memiliki dua tujuan yaitu meggulingkan dinasti Qing dan mendirikan pemerintahan yang demokratis ( Partai Nasionalis). Setelah Dinasti Qing berhasil diruntuhkan, akan tetapi pemerintahan yang demokratis belum bisa tercapai karena berkuasanya para warlord (komandan militer) yang tidak mendukung pemerintahan yang demokratis seperti yang ingin dicapai oleh Sun Yat Sen. Seiring berjalan nya waktu pada tahun 1921 Partai Komunis muncul sebagai partai besar yang juga mendapat simpatik dari rakyat dimana pada saat itu mayoritas penduduk di Tiongkok bermata pencaharian sebagai petani. Dengan kondisi seperti ini, Partai Komunis menggunakan keadaan yang ada dengan cara menarik kaum tani untuk masuk dan mendukung Partai Komunis, sehingga tidak dapat dipungkiri jika sebagian besar anggota Partai Komunis pada saat itu adalah kaum tani. Sehingga Partai Nasionalis meremehkan Partai Komunis yang anggotanya sebagian besar terdiri dari kaum tani, terlebih lagi Partai Nasionalis mendapat bantuan dalam bidang ekonomi dan militer dari negara Amerika Serikat.Sehingga membuat Partai Nasionalis menjadi lebih percaya diri untuk mendapatkan kekuasaan sepenuhnya di Tiongkok. Tetapi dalam kenyataanya, yang terjadi justru sebaliknya.Partai Nasionalis kalah dan Partai Komunis lah yang menang dan mendapatkan kekuasaan sepenuhnya di Tiongkok pada tahun 1949. Dengan latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang menyebabkan kekalahan Partai Nasionalis dan kemenangan Partai Komunis masa itu. Berdasarkan buku Imanuel Hsu (1999) yang berjudul “Rise of the Chinese People’s Republic”. Yaitu “The United States quickly came to the aid of the Nationalists. It authorized the transportation of their troops to the occupied areas and the landing of 50,000 American marines in key ports and communication centers to await the arrival of nationalist forces. Three government armies were airlifted to Peiping, Tientsin, Shanghai, and Nanking, and subsequently a total of half a million troops were transported to the various partsof the country.” Kutipan diatas merupakan salah satu kesalahan Partai Nasionalis karena dengan bantuan yang cukup besar dan kuat dari Amerika, seharusnya Partai Nasionalis memiliki peluang besar untuk memenangkan perang dan kedudukan di Tiongkok pada saat itu. Kutipan buku karya Jeffrey N. Wasserstrom yang berjudul Tiongkok di abad 21 mengatakan bahwa “Namun yang sama atau bahkan lebih penting adalah kegagalan Chiang menjalankan negara secara efektif di akhir tahun 1940-an, yang terlibat jelas dengan inflasi yang menurun begitu tajam, hingga penduduk kota kadang memerlukan gerobak penuh dengan uang yang hampir tak ada harganya untuk membeli beras.”Kutipan diatas merupakan salah satu kesalahan Partai Nasionalis dalam meraih simpatik dari rakyat Tiongkok.Reputasi yang diraih Komunis di antara para buruh dan petani sebagai organisasi yang mengedepankan kepentingan rakyat. Dan keinginan semua rakyat Tiongkok akan masa damai pada saat itu. Berdasarkan artikelRevolusi China ( Febrina Windy, Revolusi China, 2013) Apa yang gagal disadari kaum imperialis AS dan Chiang Kai-shek adalah bahwa senjata paling efektif yang ada di tangan Partai Komunis Tiongkok bukanlah senapan atau tank, tetapi propaganda. Partai Komunis Tiongkok menjanjikan kepada kaum tak bertanah dan kaum tani yang kelaparan bahwa dengan berjuang untuk Partai Komunis Tiongkok mereka akan bisa merebut tanah pertanian dari para tuantanah. Dalam hampir semua kasus, daerah pedesaan sekitar dan kota-kota kecil telah berada di bawah kontrol Partai Komunis Tiongkok jauh sebelum kota-kota besarnya.Inilah asal-muasal teori Mao, “Desa Mengepung Kota”.Kutipan diatas merupakan salah satu strategi yang dilancarkan Mao Zedong untuk memenangkan perebutan wilayah melawan Chiang Kai Shek. Berdasarkan penelitian Roring dan dan Albert P. J yang berjudul “Keterlibatan Uni Soviet Dan Amerika Serikat Dalam Konflik Partai Komunis Tiongkok – Kuo Min Tang 1945 –
3
1949.”parapemimpin pasukan Kuo Min Tang (KMT) ini kebanyakan tidak peduli terhadap keberhasilan peperangan. Mereka lebih mementingkan menggunakan kedudukannya untuk memperkaya diri.Korupsi banyak dilakukan dengan melebihkan jumlah pasukannya sehingga mereka bisa mendapatkan bahan makanan dan uang.
METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui studi pustaka dan wawancara.Studi pustaka yang penulis lakukan adalah dengan mempelajari buku, artikel, jurnal dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian penulis.Wawancara yang penulis lakukan adalah dengan mewawancarai pakar Sinologi yaitu Bapak Prof. A.Dahana. Fokus peneliti ada pada buku – buku dan jurnal serta hasil wawancara dari pakar sejarah Tiongkok mengenai Partai Nasionalis dan Partai Komunis di Tiongkok.
HASIL DAN BAHASAN Partai Komunis yang didirikan pada tahun 1921 jika dilihat kenyataan nya tidak memilki kekuatan yang besar untuk melawan Partai Nasionalis yang sudah memiliki kekuatan ekonomi dan militer yang kuat, termasuk memiliki anggota dan dukungan yang banyak. Namun, dibawah kepemimpinan Mao Zedong Partai Komunis membuktikan bahwa dengan strategi-strategi dan semangat pantang menyerah mampu menggulingkan Partai Nasionalis.Berikut bahasan mengenai beberapa faktor kemenangan Partai Komunis dan faktor kekalahan Partai Nasionalis. Faktor kemenangan Partai Komunis Strategi dari partai Komunis Tiongkok untuk mengumpulkan massa melalui konferensi bersama Partai Nasionalis di Tiongkok. Tiongkok merupakan negara yang memiliki sejarah cukup tua.Negara ini dipimpin oleh berbagai dinasti.Salah satunya adalah dinasti Qing.Dinasti Qing berdiri sejak tahun 1644-1911 di Tiongkok dan merupakan dinasti asing terakhir yang ada di Tiongkok. dikatakan sebagai dinasti yang asing karena dinasti ini didirikan oleh orang Manchuria yang bukan keturunan asli Tionghoa/non-Han, hanya saja orang Manchuria ini banyak mengadopsi budaya Han, bahasa, literatur dan filsafat bangsa Han digunakan secara umum oleh penguasa Qing dan pemerintah Qing juga berusaha mengangkat orang-orang Han sebagai pejabat tinggi. Tetapi Sun Yat Sen beranggapan bahwa dinasti Qing adalah bangsa penjajah dan pemerintahannya bersifat feodal dan diktatoris serta membawa dampak yang buruk bagi Tiongkok, sehingga munculah rasa ingin mengubah hal tersebut dan akhirnya Sun Yat Sen berhasil menggulingkan dinasti Qing dan mulai terjadi perubahan sistem pemerintahan di Tiongkok yang dikenal dengan revolusi 1911. Revolusi 1911 memiliki dua tujuan yaitu meggulingkan dinasti Manchu dan mendirikan pemerintahan yang demokratis. Dinasti Manchu memang sudah digulingkan, tetapi pemerintahan yang demokratis belum bisa tercapai oleh Sun Yat Sen. Pada tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan Partai Nasionalis, tetapi Partai Nasionalis tetap belum bisa mewujudkan pemerintahan yang demokratis seperti tujuan awal dari revolusi 1911karena berkuasanya para warlord (komandan militer) yang tidak mendukung pemerintahan yang demokratis yang ingin dicapai oleh Sun Yat Sen. Seiring berjalan nya waktu Partai Komunis muncul pada tahun 1921, tetapi pada saat itu Partai Komunis baru muncul dan belum memiliki banyak massa atau anggota yang mendukung Partai Komunis. Pada saat itu Partai Nasionalis dan Partai Komunis memang memiliki kelemahan masingmasing, namun Partai Nasionalis dan Partai Komunis masih sibuk membangun kekuatan masingmasing partai, tetapi akhirnya Partai Komunis pada kongres kedua berpendapat bahwa selama para warlord masih berkuasa maka pemerintahan demokratis tidak akan terjadi dan selama demokrasi belum tercapai maka revolusi sosial tidak dapat dilaksanakan. Partai Komunis memutuskan bahwa satu-satunya jalan untuk melawan para warlord adalah dengan berjuang bersama Partai Nasionalis mengalahkan kekuasaan para warlord di Tiongkok. Kemudian pada sidang istimewa Partai Komunis Tiongkok di Nanhu,Guangzhou, pada tanggal 22 agustus 1922, Maring (Utusan dari Uni Soviet) yang baru kembali dari Guangzhou, setelah menemui Sun Yat Sen, mengusulkan agar anggota Partai Komunis Tiongkok masuk dalam Partai Nasionalis Tiongkok dan menggunakan unsur organisasi tersebut untuk tujuan mengembangkan propaganda mereka dan mengembangkan hubungan mereka dengan massa.
4
Long March Kerjasama antara Partai Nasionalis dan Partai Komunis memang membuahkan hasil, Partai Komunis bisa lebih melebarkan sayapnya dengan mengumpulkan massa dan melakukan propaganda. Tetapi pada saat itu salah satu orang kepercayaan Chiang Kai Shek yaitu Wang Qingwei membaca telegram dan mulai menyadari bahwa Uni Soviet atau Partai Komunis ingin merubah revolusi nasional menjadi Tiongkok Komunis. Tetapi kaum buruh dan tani mengadakan gerakan revolusioner, kaum petani merampas tanah milik tuan tanah lalu membagikan kepada petani penggarap. Pada saat itu Chiang Kai Shek segera mengerahkan pasukannya, menangkap buruh-buruh yang mogok dan menggeledah rumah-rumah yang dicurigai sebagai pusat pemimpin gerakan pemogokan dan sabotase.Peristiwa ini menyebabkan terputusnya hubungan antara Partai Nasionalis dan Partai Komunis dan juga menandakan berakhirnya front persatuan.Setelah berakhirnya kerjasama mereka, Partai Komunis mulai banyak diserang dan akhirnya mereka mulai menyebar ke tempat yang lebih strategis dan mulai melakukan Long March. Long March merupakan salah satu kejadian penting dan bersejarah bagi Partai Komunis Tiongkok dalam upayanya untuk menjadikan Komunis sebagai ideologi di Tiongkok dan dengan kata lain juga untuk menang melawan Partai Nasionalis di Tiongkok. Selain itu, salah satu alasan Partai Komunis melakukan Long March ialah Mendekatkan diri kepada Rusia, agar mudah mendapatkan bantuan ekonomi dan militer. Selain itu Tujuan dariLong March adalah untuk menghimpun kaum Komunis dari pedesaan melalui petani dan menargetkan provinsi Shanxi di wilayah utara Tiongkok sebagai target penguasaan mereka. Selama perjalanan Long March ini juga sangat tidak mudah.Awal perjalanan ini dimulai dari Hunan.Pasukan tentara merah (pasukan Partai Komunis Tiongkok) yang ikut dengan Mao Zedong adalah sekitar 87.000 pasukan. Partai Komunis juga mencari tempat yang aman untuk beristirahat dan perjalanan ini sepanjang 6000 mil dari titik keberangkatan Partai Komunis dan melewati 18 barisan pegunungan serta 24 sungai dan terjadi pada oktober 1934. Dan pada akhir perjalanan “Long March” di Yanan-Shanxi pada oktober 1935, jumlah pasukan tentara merah yang masih bertahan hidup hanya kurang lebih 8000 orang dan perjalanan ini selama 368 hari. Jika saja Long March tersebut gagal, PKC tidak akan memiliki kesempatan untuk menguasai Tiongkok pada saat itu. Partai Komunis melakukan propaganda selama Long March dengan cara Partai Komunis menjanjikan lahan kepada para petani jika mereka mendukung kegerakan Partai Komunis.Partai Komunis melakukan hal ini karena mereka ingin mendapatkan simpati dari rakyat, karena Partai Komunis mengetahui bahwa Partai Nasionalis memberikan pajak-pajak kepada kaum – kaum kelas rendah untuk memperkaya orang yang memiliki kekuasaan. Oleh karena itu Partai Komunis tidak tinggal diam dengan kejadian itu semua dan memanfaatkan kondisi tersebut dengan baik.Partai Komunis menjanjikan tanah kepada kaum tani, sehingga para petani semakin percaya dengan keberadaan Partai Komunis untuk mensejahterakan kaum proletar. Dengan cara ini Partai Komunis mendapat banyak pasukan untuk bertempur melawan Partai Nasionalis karena sebagian besar penduduk di Tiongkok adalah kaum tani. Cara ini cukup efektif untuk membuat Partai Nasionalis semakin kesulitan untuk menguasai Tiongkok. Trauma akan pengaruh dari barat membuat rakyat di Tiongkok kurang percaya terhadap Nasionalis Salah satu faktor kemenangan Partai Komunis adalah karena rakyat Tiongkok memiliki sejarah kuat dengan imperialisme dan kolonialisme dari penjajah, yaitu dari Inggris.kolonialisme adalah paham yang mendasari suatu negara untuk menguasai negara lain yang mengakibatkan terjadinya perpindahan sumber daya alam dari negara yang di jajah ke negara penjajah, sedangkan imperialisme adalah paham yang mendasari suatu negara untuk menguasai negara lain yang dilakukan dengan membentuk pemerintahan jajahan dengan tujuan untuk menguasai seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan militer. Inggris pada tujuan awalnya diijinkan masuk ke Tiongkok untuk berdagang, tetapi Inggris masuk ke Tiongkok dengan maksud lain yaitu melalui pasar opium berusaha untuk meruntuhkan kekuasaan dan kekuatan dinasti Qing. Kekalahan terbesar Tiongkok pada saat itu adalah karena mereka menggunakan teknologi persenjataan dan strategi perang, tetapi Inggris menggunakkan opium untuk menghancurkan generasi muda di Tiongkok ternyata terbukti lebih efektif dalam melemahkan kekuasaan dan kekuatan di Tiongkok.Ketika dinasti Qing sudah dikalahkan oleh Inggris, maka Tiongkok dengan terpaksa memberikan sebagian wilayah nya, yaitu HongKong untuk koloni Inggris. Dari kisah sejarah diatas, kolonialisme dan imperialisme Inggris meninggalkan trauma mendalam sehingga rakyat Tiongkok, khususnya rakyat tidak terlalu percaya terhadap ideologi Partai Nasionalis yang dibantu oleh Amerika Serikat yang juga identik dengan imperialisme dan kolonialisme,sehingga rakyat Tiongkok saat itu
5
lebih memiliki trauma terhadap Partai Nasionalis dan hal ini membantu Partai Komunis dalam menarik simpatik dari rakyat. Menggunakan teori Marx Lenin dan dikembangkan menjadi teori Maoisme yang cocok untuk Tiongkok Kelahiran Partai Komunis Tiongkok salah satunya merupakan imbas dari keberhasilan revolusi Bolshevik Uni Soviet.Revolusi Bolshevik Uni Soviet adalah konsep pemerintahan sosialis yang menggunakan ideologi Komunisme.Konsep pemerintahan Komunisme ini mendapat banyak simpatisan, terutama dari negara yang memiliki sejarah kolonialisme dan imperialisme yang panjang termasuk rakyat Tiongkok.Masuknya ideologi Komunis ini membuka pikiran baru bagi Tiongkok, baik secara intelektual dan ideologi serta pemerintah dan militer.Pemimpin dari Uni Soviet adalah Lenin.Lenin mengembangkan teori dari Marx dalam penerapan Komunisme di Uni Soviet.isi dari teori marx dan lenin ini adalah menunjukkan jalan bagi kaum proletariat untuk dapat bebas dari perbudakan yang membelenggu semua kelas rendah yang tertindas. Teori ini memiliki doktrin yaitu perjuangan kelas.Teori dari marx dan lenin ini juga menjadi acuan dari teori yang digunakan oleh Mao Zedong sebagai dasar dari ideology Partai Komunis. Hanya saja teori dari marx dan Lenin dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan Tiongkok pada saat itu, jika kaum proletariat di Uni Soviet adalah kaum buruh, maka Mao Zedong menyesuaikan dengan keadaan di Tiongkok bahwa kaum proletariat di Tiongkok adalah kaum tani. Partai Komunis Tiongkok kemudian menghimpun anggota yang kebanyakan berasal dari kaum tani dan di tahun-tahun berikutnya Komunis Tiongkok mampu menyaingi kepopuleran Partai Nasionalis Tiongkok dibawah kepemimpinan Sun Yat Sen karena teori pemikiran Mao ini bisa mengambil hati rakyat. Strategi desa mengepung kota dan pembagian lahan menarik simpatik rakyat Sebenarnya kaum Nasionalis bisa memenangkan kedudukan di Tiongkok karena begitu besarnya bantuan berupa militer dan perekonomian yang diberikan oleh Amerika terhadap Partai Nasionalis.Ternyata bukan soal senapan, tank maupun bantuan perekonomian yang kuat dari Amerika, tetapi propaganda. Pada saat Long March, Mao Zedong dan TPR ( Tentara Pembebasan Rakyat, berasal dari Komunis) melakukan propaganda dengan menjanjikan kepada kaum tak bertanah dan kaum tani yang kelaparan bahwa dengan berjuang untuk TPR mereka akan bisa merebut tanah pertanian dari para tuan tanah. Komunis juga berjanji bahwa jika mereka menang mereka akan membagi – bagikan lahan, dan hal ini membuat Partai Komunis mendapat banyak dukungan di banyak desa, terutama karena beredarnya kabar tentang program reformasi tanah (di mana kepemilikan tanah diambil dari para tuan tanah dan kadang mereka dipukuli atau bahkan dibunuh) telah berlangsung selama bertahun-tahun di wilayah yang berada di bawah kekuasaan Partai Komunis. Dalam hampir semua kasus, daerah pedesaan sekitar dan kota-kota kecil telah berada dibawah kontrol TPR jauh sebelum kota-kota besarnya.Dengan strategi “desa mengepung kota”, Partai Komunis Tiongkok berhasil menyingkiran Kuo Min Tang dan pada tanggal 1 Oktober 1949. Pada saat pasukan Partai Nasionalis kalah melawan Partai Komunis, Partai Komunis tidak menghabisi pasukan Partai Nasionalis, tetapi Partai Komunis mengajak bergabung dengan memberikan makanan kepada pasukan tersebut, sehingga pasukan Partai Nasionalis semakin lama semakin banyak yang bergabung dengan Partai Komunis. Gerakan Anti Korupsi Partai Komunis Korupsi yang di lakukan oleh Partai Nasionalis secara besar – besaran selama menjabat, membuat rakyat semakin kurang percaya dengan keberadaan Partai Nasionalis.Hal ini membuat Partai Komunis tidak tinggal diam dan mengeluarkan beberapa kampanye anti korupsi di partainya.setelah Mao Zedong menjabat pun sebenarnya korupsi itu masih ada, sehingga membuat Mao Zedong semakin gencar dalam membuat strategi revolusioner dengan cara mengeluarkan peraturan partainya yaitu tiga anti (sanfa) yaitu anti pemborosan, pencurian dan birokratis. Apabila Partai Komunis menemukan kader – kader yang melakukan korupsi, orang tersebut akan di pecat, dipenjara atau di hukum mati. Hal ini dilakukan agar koruptor jera dengan perbuatannya. Setelah strategi ini berhasil , Mao Zedong pun mengeluarkan strategi tambahan yaitu wufan yang di tujukan kepada pengusaha swasta agar menghindari adanya suap menyuap dan bayar pajak, sehingga kaum kapitalis di Tiongkok segera di tumpas. Strategi ini secara resmi dilakukan pada tahun 1950an. Namun Partai Komunis sedikit demi sedikit sudah menjalankan strategi ini setelah Long March pada tahun 1936. Dengan dua cara ini lah Partai Komunis dapat meraih kemenangannya dan mempertahankan kemenangannya sampai saat ini.
6
Faktor Kekalahan Partai Nasionalis Korupsi dan Inflasi Para pemimpin pasukan Kuo Min Tang ini kebanyakan tidak peduli terhadap keberhasilan peperangan.Mereka lebih mementingkan menggunakkan kedudukan untuk memperkaya diri.Korupsi banyak dilakukan dengan mengelabuhi para pemimpin – pemimpin Kuo Min Tang dan Amerika dengan melebihkan jumlah pasukannya sehingga mereka bisa mendapatkan bahan makanan dan uang. Pada saat Chiang memimpin terlihat jelas inflasi yang menurun begitu tajam akibat mencetak uang terlalu banyak hingga penduduk kota kadang memerlukan gerobak penuh dengan uang yang hampir tak ada harganya untuk membeli beras.(Jeffrey.N Wasserstrom.2014.64) Karena Kuo Min Tang merasa dirinya berkuasa dan memanfaatkan itu untuk ke hal yang negatif yang mengakibatkan Negara Tiongkok semakin bangkrut. Selain itu beberapa pemimpin Kuomintang juga memeras secara terang – terangan , apa bila petani (kaum proletar) tidak memberikan hasil buminya, kaum proletar itu akan di siksa, dan di anggap sebagai komunis oleh Partai Nasionalis. Karena hal tersebut di anggap menentang kebijakan peraturan Kuomintang. Dan posisi petani itu pun semakin sulit , karena petani tersebut akan berada di desa secara terus menerus. Apabila kaum petani tersebut menjual hasil buminya ke kota, kaum proletar tersebut akan di paksa membayar uang sogokan atau menyerahkan beberapa barang dagangannya. Hal ini di lakukan oleh pemerintah Tiongkok di kepemimpinan Chiang Kai Shek, karena lemahnya kepemimpinan pada saat Chiang Kai Shek berkuasa, sehingga para pemimpin perang serta pasukan – pasukannya melakukan korupsi. Tidak melatih tentaranya dengan baik Dalam Perang Revolusioner antara Kuo Min Tang dan Partai Komunis Tiongkok ini, Kuo Min Tang lebih unggul dalam jumlah pasukan, perbekalan dan persenjataan. Pada waktu itu KMT mempunyai pasukan sebanyak hampir tiga setengah kali lipat daripada TPR (Tentara Pembebasan Rakyat).Sumber-sumber materialnya pun jauh lebih unggul.Ia mempunyai akses ke industri-industri modern dan sarana-sarana komunikasi modern, yang justru tidak dimiliki oleh TPR. Secara teoritis, Chiang dapat meraih kemenangan dengan mudah karena dirinya merasa aman karena ia dibentengi oleh kekuatan Amerika yang merupakan salah satu kekuatan militer yang di takuti di dunia. Namun begitu tidak sesuai dengan kenyataan, sejak pertengahan tahun 1947 mereka justru terus mengalami kekalahan.Menurut Jendral David Barr kekalahan Kuo Min Tang ini bukanlah disebabkan oleh kekurangan persenjataan atau perbekalan, tetapi kekalahan mereka lebih banyak diakibatkan oleh kepemimpinan yang buruk dan turunnya semangat tempur pasukan Nasionalis.Keadaan kepemimpinan yang serba berkecukupan ini sangat jauh berbeda dengan bawahannya.Mereka tidak mendapatkan cukup makanan, pakaian, uang, dan pelayanan kesehatan.Kemampuan tempur pasukan Nasionalis juga sangat lemah.Pemimpin mereka kebanyakan mengabaikan latihan dan motivasi – motivasi yang berguna untuk memperkuat mental para tentara Partai Nasionalis.Namun, hal yang paling penting adalah tidak adanya pendidikan politik bagi seluruh pasukan.Mereka yang kebanyakan berasal dari selatan tidak mengerti mengapa harus bertempur di wilayah utara dan timur laut Tiongkok yang letaknya jauh dari daerah asal mereka.Kesemuanya ini mengakibatkan turun nya semangat tempur pasukan Nasionalis.Berbeda dengan strategi Partai Komunis dalam melatih tentaranya.Partai Komunis sangat mempersiapkan pasukan-pasukan dan tentara – tentara dari Partai Komunis dan menyusun beberapa strategi. Salah satunya adalah Rusia sudah merencanakan beberapa strategi sebelum Long March tanpa di ketahui oleh Partai Nasionalis yaitu dengan mengirimkan beberapa pemimpin pasukan Rusia ke Tiongkok untuk melatih tentara – tentara Partai Komunis dan memberikan pelatihan – pelatihan strategi perang untuk merencanakan beberapa pemberontakan – pemberontakan di Tiongkok di dalam kubu Partai Nasionalis. Ketidaktepatan memilih pasukan Chiang Kai Sek juga memilih pemimpin dan anggota pasukan berperangnya bukan berdasarkan pada kemampuan berperang atau prestasi mereka, melainkan Ia lebih menekankan pada orang-orang yang setia padanya terutama berasal dari Akademi Militer Whampoa (akademi militer di Tiongkok yang pernah di pimpin oleh Chiang Kai Shek). Hal ini dilakukan demi menjaga dukungan para pengikutnya terhadap kedudukannya, Akibatnya banyak pemimpin yang ditunjuk tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman militer sehingga mereka banyak melakukan kesalahan dalam strategi pertempuran dan banyak yang cepat menyerah hanya disebabkan oleh propaganda PKC.
7
Pertahanan yang semakin lemah karena penyerangan di Manchuria oleh Jepang dan Uni Soviet Pada tahun 1931 Jepang berhasil menduduki Manchuria.Jepang ingin menguasai Tiongkok dengan menyerang Tiongkok bagian utara.Pada saat itu Tiongkok dipimpin oleh Chiang Kai Shek.Rakyat juga percaya kepada kepemimpinan Chiang Kai Shek pada saat itu.Karena penyerbuan militer Jepang yang gencar sehingga banyak dari tentara Partai Nasionalis berperang melawan Jepang. Walaupun pada waktu itu Partai Komunis ikut bersatu dengan Partai Nasionalis dalam melawan Jepang, namun Partai Nasionalis menjadi pagar kekuatan Tiongkok pada waktu itu, sehingga semakin berkurangnya pasukan Partai Nasionalis. Selain itu, pada Tahun 1947 ketika Uni Soviet sudah semakin percaya bahwa kemenangan Tiongkok ada di tangan Partai Komunis, bantuan Uni Soviet kepada Partai Komunis semakin besar. Uni Soviet menguasai daerah Manchuria, pada saat itu pasukan terbesar dari tentara Nasionalis pergi ke Manchuria untuk mempertahankan daerah tersebut melawan tentara Uni Soviet, disaat bersamaan pasukan dari Partai Komunis semakin sulit dikendalikan oleh Partai Nasionalis. Dengan situasi yang sulit ini Partai Nasionalis semakin tidak mampu untuk melawan Partai Komunis, Sehingga memperburuk keadaan Partai Nasionalis.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis, kami menemukan beberapa faktor kekalahan Partai Nasionalis antara lain: terjadinya korupsi dan inflasi, ketidaktepatan dalam memilih pasukan perang, tidak melatih tentaranya dengan baik serta kesalahan strategi akhir yang dilakukan Partai Nasionalis dalam mempertahankan pasukan nya. Sedangkan beberapa faktor kemenangan Partai Komunis antara lain: strategi yang tepat di terapkan di Tiongkok oleh Mao, seperti strategi desa mengepung kota, mengadakan long march dan menggunakan teori Marx Lenin menjadi Teori Maoisme serta trauma dari Rakyat Tiongkok terhadap imperialisme dan kolonialisme yang terjadi saat kepemimpinan Nasionalis, sehingga Komunis lebih mudah dalam mengambil hati rakyat. Pemerintah bisa belajar dari kesalahan- kesalahan yang dilakukan oleh Partai Nasionalis dalam memperjuangkan ideologi nya untuk dijadikan dasar ideologi di Tiongkok. Pada saat itu, Partai Nasionalis diberikan bantuan ekonomi dan militer yag besar dari Amerika Serikat tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik karena terlalu nyaman dan percaya diri dengan kemenangan yang mereka raih tanpa melihat situasi kondisi rakyat di Tiongkok. Mereka hanya fokus dengan memperbesar Partai mereka dan kaum-kaum kelas atas tanpa memperhatikan kepentingan rakyat kelas rendah.Padahal mayoritas penduduk Tiongkok adalah rakyat menengah kebawah atau petani dan kesempatan ini digunakan oleh Partai Komunis untuk membuat strategi perang, menarik simpati rakyat dengan mengutamakan kaum proletar. Strategi serta pemikiran Mao, selaku pemimpin dari Partai Komunis sangat cocok dan tepat dengan Tiongkok serta sifat pantang menyerah walaupun memiliki anggota yang lebih sedikit di bandingkan dengan Nasionalis lah yang membuat Partai Komunis bisa menang melawan Partai Nasionalis.
REFERENSI
董保存.赫鲁晓夫忆:斯大林用菠萝罐头伤害了毛泽东[N].人民网-文史频道,25-04-20 树军等编.万里长征亲历记[M].北京:中共中央党校出版社,1996 周振甫撰.万里长征[M].上海:开明书店,1951 莫里斯.迈斯纳。毛泽东的中国及其后[M].香港:中文大学出版社,2005 杨天石. 找寻真实的蒋介石[M] 太原: 山西出版集团山西人民出版社,2009 .
Eastman, Llyod E. (1984). Seeds of Destruction: Nationalist China in War and Revolution 1937-1949. California: Stanford University Press. Guillermaz, Jacques. (1972). A History of The Chinese Communist Party 1921-1949. London: Anne Destenay Trans. Hsu, I. (1999). The Rise of Modern China. New York: Oxford University. Kaufman, A. A. (2010). The “Century of Humiliation,” Then and Now: Chinnese Perceptions of The International Order. Vol 25. H. 1-33. Mao, Z. (1959). On People’s Democratic Dictatorship. Peking: Foreign Language Press North, C. R. (1963). Moscow and Chinese Communist. California: Stanford University Press. Pepper, Suzanne. (1999). Civil War in China: The Political Struggle, 1945 – 1949. Oxford: Oxford University Press. Romagnolo, David J. (1969). Carry The Revolution Through to The End 1948. Peking: Foreign Languages Press.
8
Roring, Albert P. J. Tidak dicantumkan tahun.Keterlibatan Uni Soviet dan Amerika Serikat dalam Konflik Partai Komunis Cina – Kuomintang 1945 – 1949. Scharm, Stuart. (1989). The Thought of Mao Tse-Tung. London: Cambridge University. Suroso, S. (2001).Asal-usul Teori Sosialisme, Marxisme sampai Komune Paris. Jakarta: Pustaka Pena. Wasserstein, Bernard. (2007). The History of Europe. Oxford: Oxford Press University, diakses 12 Juli 2015 dari http://www.jurnalphobia.org/2010/03/revolusi-bolshevik-dan-revolusi-china1949-garis-besar-saja/ Wassertorm, J. N. (2014). Tiongkok di abad 21. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Wilbur, C. M. (1968).Sun Yasten: Frustrated Patiot. New York: Columbia University Press. Windy, F. (2013).Revolusi China. Diakses 6 Maret 2015 dari http://febrina-windyfisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-87896-Ideide%20politik-Revolusi%20China.html Woods, Alan. (2010). Revolusi Tiongkok 1949. Diakses 20 Juli 2015 dari http://www.militanindonesia.org/teori-4/sejarah/8047-revolusi-tiongkok.html
RIWAYAT PENULIS Elisabeth Victoria Aryon, lahir di Jakarta, 8 April 1993.Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA Abdi Siswa, pada tahun 2011.Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang sastra pada tahun 2015. Yosep Adi Sutjipto,lahir di kota Bekasi, 7 Februari 1993. Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA Marsudirini Bekasi, pada tahun 2011.Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang sastra pada tahun 2015. Sugiato Lim, lahir dikota Mentok Bangka, 20 Juli 1989. Menamatkan S1 Jurusan Chinese Language and Culture di BLCU(Beijing Languages and Culture University) pada tahun 2010 dan S2 Jurusan Master of Teaching Chinese to Speakers of Other Language di BLCU (Beijing Language and Culture University) pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai FM SCC Sastra China Binus University.