1
ANALISIS KEMAMPUAN REAKSI KAKI, DAYA LEDAK TUNGKAI, DAN KELENTUKAN DENGAN KETERAMPILAN SMASH SEPAKTAKRAW Arifuddin Usman Dosen Jurusan Penjaskesrek FIK UNM Abstract This research aims at finding out; (1) the correlation between foot reaction ability toward the skill of sepaktakraw smashing; (2) the correlation between the leg power toward the skill of sepaktakraw smashing;(3) the correlation between flexibility toward the skill of sepaktakraw smashing; and (4) the correlation between foot reaction ability, leg power, and flexibility toward the skill of sepaktakraw smashing This research was a descriptive research which used correlation research design. The population was students of MAN 1, North Sinjai, Sinjai regency 2009/2010 academic year. The samples taken used random technique. The data were analyzed by using correlation coefficient analysis, and regression analysis through SPSS 11 program at significance level of = 0,05. The research results showed that; (1) there is a significant correlation between foot reaction ability toward the skill of sepaktakraw smashing, which is account for r0 = 0,538; (2) there is a significant correlation between leg power toward the skill of sepaktakraw smashing, which is account for r0 = 0,698; (3) there is a significant correlation between flexibility toward the skill of sepaktakraw smashing, which is account for r0 = 0,578; and (4) there is a significant correlation between foot reaction ability, leg power, and flexibility toward the skill of sepaktakraw smashing, which is account for r0 = 0,797. Kata kunci: Smash sepaktakraw, reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan Proses gerakan smash dalam permainan sepaktakraw adalah pemain harus melakukan reaksi kaki yang cepat untuk mengantisipasi umpan, melompat dengan kekuatan maksimal disertai gerakan badan dan sepakan yang luwes, cepat dan tepat. Pada saat melakukan smash sepaktakraw, pemain harus memaksimalkan kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, meliukkan badan sambil bergerak cepat ke arah datangnya bola, dan menyepak bola dengan keras di atas net. Smash dalam permainan sepaktakraw memerlukan reaksi kaki yang cepat untuk bergerak ke arah bola atau antisipasi arah umpan, lentingan bola, dan jenis putaran bola. Smasher harus mampu melangkah dengan reaksi yang cepat untuk menentukan posisi tubuh yang tepat pada saat akan melompat dan menyepak bola di atas net. Smash sepaktakraw memerlukan timing yang tepat antara posisi sebelum melompat, loncatan di udara, ayunan kaki sepak dengan laju dan ketinggian bola yang diumpankan oleh apit, sehingga kemampuan reaksi kaki sangat menentukan. Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam smash sepaktakraw merupakan reaksi-reaksi motorik yang dihasilkan dari proses rangsangan pendengaran, syaraf penglihatan, dan syaraf perintah melalui proses informasi pada sistem syaraf. Gerakan untuk melompat dan menyepak bola di atas net dan
2
mengantisipasi bola yang diumpan tekong dimulai dari pendengaran pada sepakan tekong, perhatian atau penglihatan terhadap bola yang diumpan, kemudian timbul perintah dari syaraf spinal untuk merespon dalam bentuk reaksi kaki, diteruskan dengan melompat dan menyepak bola di atas net ke lapangan lawan. Daya ledak tungkai adalah kemampuan tungkai untuk melakukan gerakangerakan dengan kontraksi otot maksimal yang ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan kontraksi otot tungkai. Daya ledak tungkai memberikan kemampuan untuk melompat lebih tinggi atau lebih kuat dan cepat serta untuk menyepak bola di atas net dengan lebih keras dan tajam pada saat melakukan smash sepaktakraw. Daya ledak tungkai memberikan tenaga yang kuat dan cepat untuk melakukan gerakan smash sepaktakraw mulai dari loncatan, putaran badan disertai ayunan kaki sepak dengan tenaga maksimal sehingga bola yang dismash lebih tajam. Smash dalam permainan sepaktakraw harus dilakukan dengan gerakan yang luwes. Pada saat melompat untuk menyepak bola di atas net, smasher harus meliukkan badan dan melengkungkan badan sesuai keadaan bola yang akan dismash. Kelentukan dapat menentukan kemampuan bergerak untuk melakukan smash secara luwes karena ruang gerak persendian lebih luas dan elastis. Kelentukan menentukan kualitas gerakan tungkai dan gerakan badan untuk menjangkau bola pada saat melakukan smash sepaktakraw sehingga smash dapat dikontrol dengan tepat. Keterampilan smash sepaktakraw Smash sepaktakraw adalah gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerak terakhir dari serangan dalam permainan sepaktakraw. Kegagalan melakukan smash akan memberikan peluang pihak lawan untuk menyerang balik atau bola mati di lapangan sendiri ataupun keluar lapangan permainan. Keberhasilan melakukan smash akan memberikan poin atau angka untuk regu penyerang. Smash dalam permainan sepaktakraw dapat dilakukan dengan menggunakan: 1. Kepala a. Dahi/kening b. Samping kanan kepala c. Samping kiri kepala d. Bahagian belakang kepala 2. Kaki a. Kaki bahagian dalam b. Bahagian kura kaki c. Bahagian samping luar kaki d. Telapak kaki (Darwis, 1992: 69) Hal-hal yang harus diperhatikan seorang pemain untuk melakukan smash sepaktakraw yaitu; pemain harus memusatkan perhatian pada bola, tidak boleh ragu-ragu untuk melakukan smash dan pemain harus mengambil keputusan yang tepat, tentukan ke mana smash akan diarahkan, melompat dengan ketinggian secukupnya sesuai dengan keperluan atau bila perlu lebih tinggi lagi agar smashnya lebih sempurna, menyepak bola di atas net dilakukan saat lompatan tertinggi, waktu melakukan smash jangan sampai net/jaring tersentuh, dan mata diarahkan ke bola.
3
Kemampuan reaksi kaki Kemampuan reaksi dalam istilah yang sebenarnya adalah reaction time adalah gerak pertama yang dilakukan setelah menerima stimulus. Kemampuan reaksi kaki menentukan gerakan untuk melakukan smash sepaktakraw yaitu ketepatan posisi, lompatan yang sesuai dengan umpan, serta sepakan bola di atas net yang tepat. Keterlambatan melakukan reaksi terhadap bola yang diumpan tekong menyebabkan antisipasi kurang akurat sehingga smash yang dilakukan tidak sempurna atau tidak terarah, tersangkut di net, atau keluar lapangan permainan. Menurut Harsono (1988: 217) bahwa “waktu reaksi adalah waktu antara pemberian rangsangan (stimulus) dengan gerakan pertama.” Misalnya; suara bola yang disepak oleh tekong menyebabkan kita bergerak untuk mengantisipasi bola yang diumpan selanjutnya melompat untuk melakukan smash. Pendapat Oxendine (1984) yang dikutip oleh Harsono (1988: 217) bahwa “the period from the stimulus to the beginning of the response. Gerakan-gerakan yang dilakukan untuk menyepak bola atau bergerak ke arah bola untuk mengantisipasi umpan merupakan respon terhadap stimulus yang datang. Respon tersebut berupa kemampuan reaksi kaki untuk menyepak bola yang datangnya relatif cepat. Menurut Wilmore (1977) yang dikutip oleh Harsono (1988: 216) bahwa “kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu strength, waktu reaksi (reaction time), dan flexibility.” Diajurkan agar dalam berlatih untuk memperkembangkan kecepatan gerak dalam bermain sepaktakraw, harus pula dilatih kekuatan, kemampuan reaksi, kelentukan, dan tidak hanya semata-mata berlatih kecepatan saja. Sajoto (1988: 54) mengemukakan pentingnya kemampuan reaksi untuk menunjang kecepatan gerakan, bahwa “kecepatan dipengaruhi oleh waktu reaksi, yaitu waktu mulai mendengar aba-aba sampai gerakan pertama dilakukan, maupun waktu gerak, yaitu waktu yang dipakai untuk menempuh jarak.” Menurut Sajoto (1988: 55) bahwa “waktu reaksi anak-anak yang lebih tua, lebih cepat dibanding waktu reaksi anak-anak yang lebih muda.” Hasil penelitian Craty (1978) yang dikutip oleh Sajoto (1988: 55) bahwa “waktu reaksi anak usia 3-5 tahun dua kali lebih lambat, dibanding anak-anak dewasa, walaupun setelah usia itu ada perbaikan reaksi mereka.” Kemampuan reaksi dapat disebabkan oleh tingkat kematangan dari susunan syarat dan kemampuan memproses informasi. Pendapat Oxendine (1984) yang dikutip oleh Sajoto (1988: 217) bahwa “reaction time berkembang selama masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya sekitar “… late teens or early twenties.” Menurut Harsono (1988: 217) bahwa “waktu reaksi dapat dilatih menjadi semakin singkat dengan cara berlatih reaksi secara berulang-ulang.” Kemampuan mempertahankan konsentrasi pada gerakan-gerakan smash sepaktakraw dapat memberikan kecermatan sepakan sehingga smash lebih keras dan terarah. Kemampuan reaksi tergantung pada proses rangsangan syaraf pendengaran dan syaraf perintah atau penglihatan. Rangsangan pendengaran misalnya pada bunyi bola yang disepak oleh lawan menyebabkan pemain melakukan reaksi dengan cepat untuk mengambil posisi, sekaligus merupakan usaha untuk mengembalikan bola ke lapangan lawan, atau melakukan umpan agar dapat dismash oleh apit. Rangsangan syaraf perintah yaitu setelah bola yang disepak oleh lawan ke lapangan
4
kita, menyebabkan syaraf-syaraf spinal memberi perintah kepada kaki untuk mengontrol bola yang datang sehingga bola dapat dikembalikan atau diumpan. Rangsangan syaraf penglihatan yang menentukan kemampuan reaksi kaki, misalnya bola yang datang dari hasil sepakan lawan, melalui penglihatan kita sehingga menimbulkan rangsangan untuk mengambil posisi dan mengontrol bola yang datang dan berusaha melakukan umpan yang baik atau mengembalikan bola ke lapangan permainan lawan. Kemampuan mempertahankan konsentrasi pada gerakan-gerakan menyepak bola yang dilakukan pada saat bermain sepaktakraw dapat memberikan pengaruh positif untuk mengembangkan kemampuan reaksi kaki dalam bermain sepaktakraw. Konsentrasi yang kurang untuk melakukan smash sepaktakraw menyebabkan gerakan reaksi menjadi lambat karena proses informasi pada stimulus yakni bola yang datang menjadi terlambat diproses melalui sistem syarat spinal. Daya ledak tungkai Teknik cabang olahraga yang dilakukan dengan gerakan yang sangat cepat disertai tenaga yang maksimal seperti smash sepaktakraw, sangat ditentukan oleh daya ledak tungkai untuk mencapai kekuatan dan kecepatan smash. Daya ledak tungkai menentukan kekuatan dan kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk meloncat lebih tinggi sambil membalikkan badan disertai ayunan tungkai untuk menyepak bola di atas net dengan kontraksi maksimal. Daya ledak sering pula disebut dengan istilah power. “Di dalam power, kecuali ada strength terdapat pula kecepatan” (Harsono, 1988: 199). Ateng (1992: 140) memberikan istilah “daya ledak sebagai tenaga otot yang diartikan sebagai kemampuan untuk melepaskan kekuatan otot secara maksimal dalam waktu sesingkat-singkanya.” Seseorang dikatakan mempunyai daya ledak yang baik apabila individu memiliki; (1) tingkat kekuatan otot yang tinggi; (2) tingkat kecepatan yang tinggi; dan (3) tingkat kemampuan yang tinggi dalam mengintegrasikan kecepatan dan kekuatan otot (Ateng, 1992: 140). Daya ledak adalah hasil dari “force x velocity, di mana force sepadan (equivalent) dengan strength, dan velocity dengan speed” (Harsono, 1988: 199). “The importance of power in athletics can be readily appreciated. In most sport activities, the greatest energy produced in the shortest period of time is prime factor in successful performance” (Fox, 1984: 11). Daya ledak ditentukan oleh kecepatan kontraksi pada saat mengerahkan kekuatan untuk menampilkan suatu gerakan. “Power is the ability of an athlete to overcome resistances by a high speed of contraction” (Harre, 1982: 108). Fox, et al (1988: 64) mengatakan bahwa “power is used to express work done in a unit of time. Rahantoknam (1988: 124) memberi kategori daya ledak anaerobik sebagai berikut: 1. Keterampilan daya ledak anaerobik, seperti lari cepat dan drive dalam golf, yang berlangsung kurang dari 30 detik. 2. Keterampilan daya ledak anaerobik, seperti lari jarak menengah, yang berlangsung dari satu sampai dua menit.
5
Proses gerakan smash sepaktakraw berlangsung kurang dari 30 detik sehingga tergolong dalam keterampilan daya ledak anaerobik. Keterampilan smash sepaktakraw sangat tergantung dari kualitas daya ledak otot tungkai. Jansen, et al (1983: 168) memberikan petunjuk umum dalam mengembangkan daya ledak bahwa “power can be increasing by increasing strength without sacrificing speed, by increasing speed of movement without sacrificing strength, or by increasing both speed and strength.” Kelentukan Smash dalam permainan sepaktakraw dilakukan dengan loncatan secara luwes dan gerakan-gerakan tungkai untuk menyepak bola dengan cepat dan kuat. Kualitas kelentukan memungkinkan otot-otot atau sekelompok otot untuk berkontraksi memanfaatkan ruang gerak persendian secara maksimal untuk menyepak bola dalam melakukan smash sepaktakraw secara cepat, tepat, terarah, dan lebih keras. “Kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen” (Harsono, 1988: 163). Menurut Harsono (1988: 163) bahwa “kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi.” Menurut Rahantoknam (1988: 125) bahwa “fleksibilitas merupakan rentang gerakan persendian yang ada pada satu atau sekelompok persendian.” Elastisitas otot memungkinkan untuk menguasai keterampilan teknik dalam berbagai cabang olahraga lebih cepat, karena gerakangerakan yang sulit akan dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelentukan. Menurut Rahantoknam (1988: 125) kelentukan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu: Fleksibilitas statis meliputi rentangan gerakan sederhana, seperti tunduk perlahan-lahan dan sentuh ubin. Fleksibilitas dinamis adalah kecakapan untuk menggunakan rentangan gerakan sendi dalam penampilan kegiatan fisik, dengan tingkat kecepatan yang diperlukan dalam penampilan. Menurut Harsono (1988: 163) bahwa kelentukan yang dimiliki seseorang bermanfaat sebagai berikut: 1. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi. 2. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelicahan (agility). 3. Membantu memperkembangkan prestasi. 4. Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan-gerakan. 5. Membantu memperbaiki sikap tubuh. Menurut Sumosardjuno (1987: 59) bahwa “kelentukan badan ditentukan oleh jaringan pengikat di dalam dan sekitar persendian serta otot-otot, dan juga tergantung pada bentuk kerangka persendian tersebut.” Baley (1982: 153) mengemukakan bahwa “An improvement in flexibility can result in a improvement in athletic performance. An increase in flexibility permits the athlete to exert force over a greater distance and the thereby to generate greater force.” Untuk mengembangkan kelentukan dapat dilakukan melalui latihan-latihan peregangan
6
otot dan latihan memperluas ruang gerak sendi-sendi, seperti: (1) peregangan dinamis; (2) peregangan statis; (3) peregangan pasif, dan (4) peregangan kontraksi relaksasi” (Harsono, 1988: 164). Peningkatan kelentukan memungkinkan seorang atlet untuk mengarahkan gaya yang lebih besar. Konsep kerangka pikir yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu: Reaksi kaki Keterampilan smash sepaktakraw
Daya ledak tungkai
Kelentukan
Alur kerangka pikir pada Gambar 1 memberikan gambaran bahwa jika siswa memiliki kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan yang baik, maka diduga siswa mampu menampilkan keterampilan smash sepaktakraw yang lebih baik.
Metode Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw. Variabel-variabel penelitian yang terlibat yaitu; (1) variabel bebas yaitu kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan; dan (2) variabel terikat yaitu keterampilan smash sepaktakraw. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional, sebagai berikut: X1
X2
X3
X3 Keterangan: X1 = Variabel kemampuan reaksi kaki. X2 = Variabel daya ledak tungkai.
Y
7
X3 = Variabel kelentukan. Y = Variabel keterampilan smash sepaktakraw. Batasan dan ruang lingkup kajian penelitian yaitu; (1) Kemampuan reaksi kaki adalah kecepatan melakukan gerakan awal yang dibutuhkan kaki setelah adanya stimulus, yang ditentukan dengan kemampuan bereaksi secara cepat sesuai dengan rangsangan yang diterima; (2) Daya ledak tungkai adalah kemampuan melakukan gerakan dengan kekuatan dan kecepatan kontraksi maksimal dalam waktu sesingkat-sesingkatnya melalui kemampuan vertical jump; (3) Kelentukan adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan secara luwes dengan memanfaatkan ruang gerakan persendian dan elstisitas otot-otot melalui lentuk togok ke depan; dan (4) Keterampilan smash sepaktakraw adalah tingkat kecakapan siswa melakukan smash dalam permainan sepaktakraw dengan ketepatan sasaran. Populasi dan Sampel Pelaksanaan penelitian ini bertempat di MAN 1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai, sehingga populasi penelitian secara keseluruhan adalah siswa MAN 1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai yang terdaftar pada tahun 2009/2010. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random sampling terhadap seluruh siswa putra MAN 1 Sinjai Utara Kabupaten Sinjai yang aktif mengikuti pelajaran di sekolah. Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 46 orang siswa. Teknik Pengumpulan Data Untuk variabel kemampuan reaksi kaki, pengukuran yang digunakan yaitu “The Nelson Foot Reaction Test” (Johnson & Nelson, 1982: 248) dengan tingkat validitas face validity dan reliabilitas 0.85. Untuk variabel daya ledak tungkai, pengukuran yang digunakan adalah “vertical jump test” (Johnson & Nelson, 1982: 201), dengan tingkat validitas 0,78 dan reliabilitas 0,93. Untuk variabel kelentukan, pengukuran yang digunakan yaitu forward flexion of trunk test (Johnson & Nelson, 1982: 79) dengan tingkat validitas dapat diterima “face validity was accepted for this test” dan reliabilitas 0,97. Untuk variabel keterampilan smash sepaktakraw, pengukuran yang digunakan adalah tes smash sepaktakraw dengan ketepatan sasaran sebanyak 10 kali kesempatan melakukan smash. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan, yaitu; (1) analisis statistik deskriptif; (2) uji normalitas data; (3) uji linieritas; dan (3) pengujian hipotesis melalui analisis koefisien korelasi product moment (r), analisis koefisien korelasi ganda (R), dan analisis regresi ganda tiga prediktor pada taraf signifikan = 0,05 dengan menggunakan program SPSS 11.
8
HASIL Data penelitian yang diperoleh yaitu data kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, kelentukan, dan keterampilan smash sepaktakraw. Tabel 1. Hasil analisis deskriptif Nilai Statistik
n
Ratarata
Stand. Dev.
Maks
Min
X
Varians
Data kemampuan reaksi kaki (poin)
46
35,439
4,613
43,60
22,70
1630
21,281
46
51,174
7,237
65
35
2354
52,369
Data kelentukan (centimeter)
46
16,022
4,924
28
4
737
24,244
Data keterampilan smash sepaktakraw (poin)
46
9,609
4,499
18
2
442
20,243
Data daya ledak tungkai (centimeter)
Data kemampuan reaksi kaki, diperoleh nilai rata-rata sebesar 35,439 poin dan standar deviasi 4,613 poin. Kemampuan reaksi kaki maksimum yang dicapai siswa adalah 43,60 poin dan minimum sebesar 22,70 poin. Data daya ledak tungkai, diperoleh nilai rata-rata sebesar 51,174 centimeter dan standar deviasi 7,237 centimeter. Daya ledak tungkai maksimum yang dimiliki siswa adalah 65 centimeter dan minimum sebesar 35 centimeter. Data kelentukan, diperoleh nilai rata-rata sebesar 16,022 centimeter dan standar deviasi 4,924 centimeter. Kelentukan maksimum yang dicapai siswa adalah 28 centimeter dan minimum sebesar empat centimeter. Data keterampilan smash sepaktakraw, diperoleh nilai rata-rata sebesar 9,609 poin dan standar deviasi 4,499 poin. Keterampilan smash sepaktakraw maksimum yang dicapai siswa adalah 18 poin dan minimum dua poin. Tabel 2. Hasil uji linieritas
Reaksi kaki * Smash sepaktakraw Daya ledak tungkai * Smash sepaktakraw Kelentukan * Smash sepaktakraw
df
Linearity
Sum of Squares 277.524
F
Sig.
1
Mean Square 277.524
14.841
.001
Linearity
1149.117
1
1149.117
38.110
.000
Linearity
364.701
1
364.701
20.056
.000
Hasil uji linieritas data kemampuan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw, diperoleh nilai F = 14,841 dengan probabilitas linierity 0,001 < 0,05,
9
berarti H0 ditolak dan H1 diterima berarti linieritas kemampuan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw terpenuhi. Hasil uji linieritas data daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw, diperoleh nilai F = 38,110 dengan probabilitas linierity 0,000 < 0,05, berarti H0 ditolak dan H1 diterima berarti linieritas daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw terpenuhi. Hasil uji linieritas data kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw, diperoleh nilai F = 20,056 dengan probabilitas linierity 0,000 < 0,05, berarti H0 ditolak dan H1 diterima berarti linieritas kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw terpenuhi. Tabel 3. Hasil analisis koefisien korelasi
Hubungan kemampuan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw Hubungan daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw Hubungan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw Hubungan kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw
n
r0
Sig.
Nilai Kritis
Ket.
46
0,538
0,000
0,05
H1 diterima
46
0,698
0,000
0,05
H1 diterima
46
0,578
0,000
0,05
H1 diterima
46
0,797
0,000
0,05
H1 diterima
Hasil analisis koefisien korelasi product moment (r) data kemampuan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw, diperoleh nilai r0 = 0,538 dengan probabilitas 0,000 lebih kecil daripada nilai kritis = 0,05 (sig. 0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan kemampuan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw. Nilai r0 = 0,538, diperoleh koefisien determinasi = 0,5382 = 0,290, berarti kemampuan reaksi kaki dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan sebesar 29,0 persen terhadap keterampilan smash sepaktakraw dan sisanya sebesar 71,0 persen ditentukan oleh faktor lain. Hasil analisis koefisien korelasi product moment (r) data daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw, ternyata diperoleh nilai r0 = 0,698 dengan probabilitas 0,000 lebih kecil daripada nilai kritis = 0,05 (sig. 0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw. Nilai r0 = 0,698 tersebut, diperoleh koefisien determinasi = 0,6982 = 0,488, berarti daya ledak tungkai dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan sebesar 48,8 persen
10
terhadap keterampilan smash sepaktakraw dan sisanya sebesar 51,2 persen ditentukan oleh faktor lain. Hasil analisis koefisien korelasi product moment (r) data kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw, ternyata diperoleh nilai r0 = 0,578 dengan probabilitas 0,000 lebih kecil daripada nilai kritis = 0,05 (sig. 0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw. Nilai r0 = 0,578 tersebut, diperoleh koefisien determinasi = 0,5782 = 0,334, berarti kelentukan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan sebesar 33,4 persen terhadap keterampilan smash sepaktakraw dan sisanya sebesar 66,6 persen ditentukan oleh faktor lain. Hasil analisis koefisien korelasi ganda tiga prediktor (R) data kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw, diperoleh nilai R0 = 0,797 dengan probabilitas 0,000 lebih kecil daripada nilai kritis = 0,05 (sig. 0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw. Nilai R0 = 0,797 tersebut, diperoleh koefisien determinasi = 0,7972 = 0,636, berarti kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan secara bersama-sama dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan sebesar 63,6 persen terhadap keterampilan smash sepaktakraw dan sisanya sebesar 36,4 persen ditentukan oleh faktor lain. Tabel 4. Hasil analisis regresi n Hubungan kemampuan reaksi kaki (X1) daya ledak tungkai (X2), dan kelentukan (X3) dengan keterampilan smash sepaktakraw (Y).
46
Konstan
-19,485
Koef. Reg b1 = 0,306
t
Sig.
Nilai Kritis
Ket
3,147
0,003
0,05
H1 diterima
b2 = 0,283
4,022
0,000
0,05
H1 diterima
b3 = 0,235
2,343
0,024
0,05
H1 diterima
Hasil analisis regresi melalui SPSS 11 data kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw, diperoleh nilai konstan atau koefisien a = -19,485, sedangkan koefisien regresi diperoleh koefisien b1 = 0,306, koefisien b2 = 0,283, dan koefisien regresi b3 = 0,235. Koefisien regresi tersebut menentukan persamaan regresi kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw yaitu Ŷ = -19,485 + 0,306X3 + 0,283X1 + 0,235X2.
11
PEMBAHASAN Keterampilan smash sepaktakraw memerlukan antisipasi bola terutama pada saat melompat untuk menyepak bola di atas net sehingga ketepatan sasaran smash dapat tercapai. Mengantisipasi bola sebelum melakukan smash sepaktakraw, memerulukan timing yang tepat antara bola, gerakan kaki, melompat, dan menyepak bola di atas net. Kemampuan reaksi kaki yang baik memberikan kemampuan bagi siswa untuk mengambil posisi yang tepat untuk melakukan smash sepaktakraw. Kemampuan reaksi kaki yang kurang baik menyebabkan siswa selalu terlambat menentukan posisi untuk melompat dan menyepak bola di atas net. Keadaan bola yang akan dismash selalu berbeda-beda terutama tinggi rendahnya umpan, cepat lambatnya laju bola, arah serta putaran bola sehingga diperlukan kemampuan reaksi kaki untuk mengantisipasi bola dan menentukan model gerakan smash yang akan dilakukan. Daya ledak tungkai dapat memberikan kemampuan untuk pengembangan kekuatan otot dan kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk meloncat lebih tinggi sambil membalikkan badan disertai ayunan tungkai untuk menyepak bola di atas net dengan kontraksi maksimal. Teknik cabang olahraga yang dilakukan dengan gerakan yang sangat cepat disertai tenaga yang maksimal seperti smash sepaktakraw, sangat ditentukan oleh daya ledak tungkai. Apabila daya ledak otot tungkai kurang baik, maka gerakan-gerakan lompatan dan ayunan tungkai untuk menyepak bola menjadi lemah, sehingga tidak mampu mencapai smash yang optimal. Siswa yang mempunyai kelentukan yang baik akan mampu menggerakkan tungkai secara luwes pada saat melakukan smash sepaktakraw. Gerakan kaki sepak yang kurang elastis akan menjadi kaku sehingga gerakan untuk meyepak bola menjadi terhalang dan smash sepaktakraw yang dilakukan menjadi lemah dan tidak terarah. Kelentukan dapat menentukan elastisitas gerakan ayunan tungkai atau gerakan seluruh badan untuk meyepak bola dengan kekuatan dan kecepatan sepakan secara maksimal sehingga bola yang dismash lebih keras dan terarah. Sepakan-sepakan yang terarah dalam melakukan smash sepaktakraw memerlukan kelentukan untuk menunjang koordinasi gerakan smash. Kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan sangat diperlukan dalam proses smash sepaktakraw mulai pada saat ancang-ancang, melompat, ketika badan berada di udara sehingga kemampuan persepsi kemampuan reaksi kaki sangat menentukan. Smash sepaktakraw memerlukan kemampuan reaksi kaki terutama untuk mengantisipasi umpan atau arah bola yang akan dismash. Keterlambatan melakukan reaksi terhadap bola yang diumpan tekong menyebabkan antisipasi kurang akurat sehingga smash yang dilakukan tidak sempurna, tidak terarah, tersangkut di net, atau keluar lapangan permainan. Gerakan-gerakan yang dilakukan untuk melakukan smash sepaktakraw merupakan respon terhadap stimulus. Respon tersebut berupa kemampuan reaksi kaki untuk mengambil posisi, melompat, dan menyepak bola di atas net. Daya ledak tungkai dapat memberikan kemampuan pengembangan kekuatan otot dan kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk meloncat lebih tinggi sambil membalikkan badan disertai ayunan tungkai untuk menyepak bola di atas net dengan kontraksi maksimal. Daya ledak tungkai dapat menunjang kemampuan
12
bergerak secara maksimal sehingga tidak mudah mengalami kelelahan meskipun melakukan smash secara berulang-ulang dan bermain dalam jangka waktu relatif lama. Smash sepaktakraw harus dilakukan dengan loncatan yang luwes dan gerakan-gerakan tungkai yang cepat dan kuat untuk menyepak bola. Kelentukan menentukan kemampuan otot-otot atau sekelompok otot untuk berkontraksi memanfaatkan ruang gerak persendian secara maksimal untuk menyepak bola pada saat melakukan smash sepaktakraw.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian ini, sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan kemampuan reaksi kaki dengan keterampilan smash sepaktakraw, dengan nilai r0 = 0,538. 2. Ada hubungan yang signifikan daya ledak tungkai dengan keterampilan smash sepaktakraw, dengan nilai r0 = 0,698. 3. Ada hubungan yang signifikan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw, dengan nilai r0 = 0,578. 4. Ada hubungan yang signifikan kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan dengan keterampilan smash sepaktakraw, dengan nilai R0 = 0,797. Saran yang dikemukakan antara lain: 1. Guru pendidikan jasmani di sekolah diharapkan agar terlebih dahulu dapat meningkatkan daya ledak tungkai, kelentukan, serta memperhatikan kemampuan kemampuan reaksi kaki siswa dalam proses belajar/latihan keterampilan smash sepaktakraw untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. 2. Pembina dan pelatih olahraga sepaktakraw di kabupaten/kota maupun Propinsi Sulawesi Selatan diharapkan dapat memberikan membina siswa-siswa sekolah lanjutan yang memiliki kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan yang lebih baik untuk mengembangkan potensinya pada cabang olahraga sepaktakraw. 3. Hendaknya bahwa kemampuan reaksi kaki, daya ledak tungkai, dan kelentukan dapat dijadikan sebagai indikator untuk memilih dan menentukan siswa atau atlet pemula yang berbakat pada cabang olahraga sepaktakraw. 4. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar, agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan disempurnakan, khususnya dalam menentukan faktor-faktor yang dapat menunjang keterampilan smash sepaktakraw baik fisik maupun struktur tubuh.
DAFTAR PUSTAKA Ateng, Abdul Kadir. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Baley, James A. 1982. The Athletes Guide; Increasing Strength, Power and Agility. West Nyack, N.Y: Parker Publishing Company Inc.
13
Darwis, Ratinus. 1992. Olahraga Pilihan Sepaktakraw. Jakarta: Dirjen Dikti, P2TK Fox, E.L. 1984. Sport Physiology. 2nd ed. New York: Sounders College Publishing Fox, E.L. Bowers, R.W. Foss, M.L. 1988 The Physiological Basis of Physical Education and Athletics. New York: Saunders College Publishing Harre, D. 1982. Principle of Sport Training Introduction to Theory and Methode of Training. Berlin: Sport Verlag Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma Jansen, C.R. Gordon W. Bengester, B.L. 1983. Applied Kinesiology and Biomechanics. New York: Mc Graw Hill Book Company Johnson, Barry L. Nelson, Jack K. 1982. Practical Measurement for Evaluation in Physical Education. Delhi, India: Kolhapur Road, Kamla Nagar Rahantoknam, B.E. 1988. Belajar Motorik; Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Dirjen Dikti. P2LPTK Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: FPOK IKIP Semarang Sumosardjuno, Sadoso. 1987. Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta: PT. Gramedia