EPP. Vol. 10 No.2. 2013 : 28 – 35
28
ANALISIS KEBUTUHAN DAN KEMAMPUAN PENYEDIAAN KONSUMSI PANGAN (PADI DAN PALAWIJA) DI KABUPATEN TANA TIDUNG (Analysis of Need and Provision Ability of Food Consumption in Tana Tidung Regency) Al Hibnu Abdillah Program Studi Agribisnis Universitas Mulawarman ABSTRACT The purpose of the study was to determine the need and capability of the supply of food consumption in Tana Tidung Regency in 2010 and 2011 . Research was conducted in June and September 2013 in Tana Tidung Regency. The type of data used are secondary data, ie data Tana Tidung Regency total population in 2010 and 2011, and the data of agricultural commodities (rice and pulses), namely rice, corn, soybean, cassava, sweet potatoes, peanuts, and green beans in 2010 and 2011. Methods of data analysis is descriptive analysis using measures of food needs for consumption and commodities, such as rice, maize, soybean, cassava, sweet potatoes, peanuts and green beans. Commodities wereachieved the food need in TanaTidung Regency in 2011 werecorn, cassava and sweet potatoes. For while some commodities were not achieve the foodneed level yet which still improved to result the production. They were rice, soybean, peanuts and greenbean.
Keyword: Need and Provision Ability, Food Consuption. PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan yang paling pokok dalam kehidupan manusia. Keberadaannya mutlak dibutuhkan untuk manusia agar dapat mempertahankan keberlangsungan hidup. Kehadirannya disadari secara penuh oleh manusia bahwasanya tanpa adanya pangan, hal ini merupakan yang membahayakan bagi mereka untuk dapat melanjutkan proses hidup kedepannya. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tana Tidung, 2013). Makanan pokok masyarakat Indonesia secara umum, yakni padi dan palawija. Padi sendiri merupakan komoditi pangan yang utama dan diterima secara luas penduduk. Sementara untuk palawija adalah tanaman hasil panen kedua setelah padi. Tanaman palawija meliputi jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau. 7 komoditi diatasmerupakan komoditi strategis bagi pangan di Indonesia. Selain itu merupakan indikator dari Badan Pusat Statistik untuk mengukur konsumsi pangan di Indonesia. Kabupaten Tana Tidung adalah Kabupaten yang baru berdiri di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten dengan luas wilayah 4.828,58 km2 atau 2,22 % dari luas wilayah ProvinsiKalimantan Timuryang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bulungan yang kemudian mengalami pemekaran tahun 2007, untuk sekarang mengalami peningkatan jumlah penduduk
untuk setiap tahunnya. Menurut Tana Tidung Dalam Angka 2012 (2013), jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 15.202 jiwa, dantahun 2011meningkat sebanyak 16.356 jiwa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung, 2012). Analisis kebutuhan dan kemampuan pangan adalah kegiatan penelitian yang mengarah kepada menghitung dan mengkaji kebutuhan penduduk terhadap pangan di suatu wilayah, serta mengkaji kemampuan dan kesanggupan produksi pangan di wilayah tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah tersebut.Sebagaimana yangtelah dipaparkan diatas, bahwa antara jumlah penduduk,kebutuhan konsumsi penduduk di Kabupaten Tana Tidung dankemampuan pangan yang ingin dikaji, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kebutuhan dan kemampuan penyediaan konsumsi pangan di Kabupaten Tana Tidung. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni hingga September 2013. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, yakni berupa data kependudukan dan pertanian tahun 2010 dan 2011. Data sekunder yang diperoleh dari informasi pihak-pihak terkait, yaitu: 1. Jumlah penduduk di Kabupaten Tana Tidung tahun 2010 dan 2011. 2. Data pangan dari jenis komoditi pertanian yakni padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi
Analisis Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Tana Tidung (Al Hibnu Abdillah)
jalar, kacang tanah, dan kacang hijau, beserta luas areal tanam, luas areal panen, dan produksi masing-masing jenis komoditidi Kabupaten Tana Tidung tahun 2010 dan 2011.
b.
5.
Metode Analisis Data Untuk menghitung kebutuhan dan kemampuan penyediaan konsumsi pangan menggunakan analisis deskritif dengan menggunakan ukuranukuran kebutuhan pangan untuk konsumsi dan komoditi, yang mana masing-masing komoditi bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan, 2006) : Analisis Kebutuhan Padi dan Palawija 1. Jumlah produksi padi siap konsumsi dan jumlah kebutuhan padi untuk konsumsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a. Jumlah produksi beras siap konsumsi = jumlah produksi beras – jumlah beras bukan untuk konsumsi b. Jumlah produksi beras = jumlah produksi gabah x 65% c. Jumlah produksi beras bukan untuk konsumsi = jumlah produksi beras x 11% d. Jumlah kebutuhan beras untuk konsumsi = jumlah penduduk x 113 kg beras/kapita/tahun-1 2. Jumlah produksi jagung siap konsumsi dan jumlah kebutuhan jagung untuk konsumsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a. Jumlah produksi jagung siap konsumsi = Jumlah produksi jagung x 86% b. Jumlah kebutuhan jagung untuk konsumsi = jumlah penduduk x 4,78 kg/kapita/tahun-1 3. Jumlah produksi kedelai siap konsumsi dan jumlah kebutuhan kedelai untuk konsumsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a. Jumlah produksi kedelai siap konsumsi = jumlah produksi kedelai x 90,5% b. Jumlah kebutuhan kedelai untuk konsumsi = jumlah penduduk x 6,90 kg/kapita/tahun-1 4. Jumlah produksi ubi kayu siap konsumsi dan jumlah kebutuhan ubi kayu untuk konsumsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a. Jumlah produksi ubi kayu siap konsumsi = jumlah produksi ubi kayu x 85%
29
6.
7.
Jumlah kebutuhan ubi kayu untuk konsumsi = jumlah penduduk x 12,42 kg/kapita/tahun-1 Jumlah produksi ubi jalar siap konsumsi dan jumlah kebutuhan ubi jalar untuk konsumsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a. Jumlah produksi ubi jalar siap konsumsi = jumlah produksi ubi jalar x 88% b. Jumlah kebutuhan ubi jalar untuk konsumsi = jumlah penduduk x 5,09 kg/kapita/tahun-1 Jumlah produksi kacang tanah siap konsumsi dan jumlah kebutuhan kacang tanah untuk konsumsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a. Jumlah produksi kacang tanah siap konsumsi = jumlah produksi kacang tanah x 91,1% b. Jumlah kebutuhan kacang tanah untuk konsumsi = jumlah penduduk x 3, 92 kg/kapita/tahun-1 Jumlah produksi kacang hijau siap konsumsi dan jumlah kebutuhan kacang hijau untuk konsumsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a. Jumlah produksi kacang hijau siap konsumsi = jumlah produksi kacang hijau x 90,7% b. Jumlah kebutuhan kacang hijau untuk konsumsi = jumlah penduduk x 1,36 kg/kapita/tahun-1
Analisis Kemampuan Padi dan Palawija Untuk menghitung kemampuan penyediaan konsumsi pangan dan presentase penyediaan pangan bisa dihitung dengan cara dibawah ini : Kemampuan Penyediaan Pangan = Produksi Pangan di Kabupaten Tana Tidung – Kebutuhan Pangan di Kabupaten Tana Tidung Presentase Penyediaan Pangan =
x
100% Berdasarkan dari perhitungan diatas, maka jika kemampuan penyediaan pangan memiliki presentase penyediaan lebih dari 100%, maka kemampuan penyediaan pangan untuk komoditi tersebut di Kabupaten Tana Tidung mampu terpenuhi. Sementara jika kemampuan penyediaan pangan memiliki hasil presentase penyediaan kurang dari 100%, maka kemampuan penyediaan pangan untuk komoditi tersebut di Kabupaten Tana Tidung belum mampu terpenuhi. .
EPP. Vol. 10 No.2. 2013 : 28 – 35
30
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kebutuhan dan Konsumsi Pangan
Kemampuan
Penyediaan
Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Padi Dalam suatu wilayah kebutuhan terhadap jumlah pangan (padi) oleh penduduk mutlak diperlukan. Kemampuan penyediaan padi yang siap dikonsumsi masyarakat didasarkan atas keterkaitan antara jumlah produksi yang dihasilkan dan penduduk dihitung setiap tahunnya. Berasarkan dari data tahun terakhir yakni tahun 2011, jumlah penduduk di Tana Tidung sebanyak 16.356 jiwa, dengan asumsi rata-rata tiap orang mengkonsumsi beras sebanyak 113 kg/kapita/tahun-1. Dengan data tersebut maka adapun jumlah beras yang dibutuhkan untuk dikonsumsi oleh penduduk di Tana Tidung pada tahun tersebut adalah sebanyak 1.848,22 ton.Adapun jumlah produksi beras untuk tahun 2011 adalah sebanyak 1.729,65 ton, yang perhitungannya didapat berupa jumlah produksi padi/gabah dikalikan dengan 65%. Sementara itu produksi padi siap konsumsi dalam bentuk beras pada tahun yang sama sebanyak1.539,39 ton, dimana jumlah ini diperoleh dari produksi beras yang sebanyak 1.729,65 ton dikurangi dengan jumlah produksi beras bukan untuk konsumsi (yang didapat dari jumlah produksi beras/gabah dikali 11%, yang mana digunakan untuk pakan ternak, benih dan lain-lain). Untuk data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kemampuan Penyediaan Konsumsi Padi (Beras) di Tana Tidung Berdasarkan Produksi Padi Tahun 2010 dan 2011 Tahun
Jumlah Penduduk
Produksi Gabah /Padi (ton)
2010 2011
15.202 16.356
2.727 2.661
Produksi Siap Konsumsi (ton) 1.583,07 1.539,40
Kebutuhan Konsumsi (ton)
Surplus / Minus (ton)
% Penyediaan
1.717,82 1.848,22
-134,75 -308,83
92,15 83,30
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (diolah/dianalisis) Setelah dilakukan perhitungan maka diketahui kebutuhan konsumsi padi penduduk untuk tahun 2010 sebanyak 1.717,82 ton dan 1.848,22 ton untuk tahun 2011.Terjadi kenaikan kebutuhan sebesar 130,4di tahun 2011 dari tahun sebelumnya. Kedua nilai tersebut jauh lebih besar daripada jumlah produksi padi yang siap untuk dikonsumsi dengan nilai sebesar 1.583,07 ton untuk tahun 2010 dan 1.539,40 ton untuk tahun 2011. Jika dilihatdari produksi beras yang tersedia setelah dilakukan, maka untuk tahun 2010 terjadi defisit sebesar minus 134,75. Kondisi ini juga berlanjut pada tahun 2011 dengan defisit sebesar minus 308,83 ton. Walaupun kondisi kedua tahun tersebut sama-sama mengalami defisit produksi padi, nilai defisit beras yang dialami di tahun 2011 lebih besar dari tahun 2010, dengan selisih nilai sebesar 174,08 ton. Berdasarkan dari perhitungan diatas maka pada
tahun 2010 dan 2011 Kabupaten Tana Tidung belum mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras bagi penduduknya.Melihat kondisi padi di kabupaten yang berada pada kondisi minus untuk penyediaan konsumsi, maka perlu kiranya dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan produksi padi agar mendapatkan penyediaan konsumsi pangan yang surplus kedepannya. Adapun langkah yang bisa dilakukan adalah : 1. Menggunakan bibit unggul dengan varietas benih yang memiliki daya produksi yang tinggi dan daya tahan terhadap hama dan penyakit. 2. Pemeliharaan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit lebih ditingkatkan. 3. Pengairan untuk padi harus disediakan, karena hambatan utama dalam produksi padi adalah dari pengairan. Hal ini bisa disiasati dengan cara pemberian fasilitas irigasi oleh pemerintah kabupaten. Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Jagung Perhitungan kebutuhan dan kemampuan penyediaan konsumsi jagung dihitung berdasarkan atas jumlah penduduk dan produksi jagung setiap tahunnya. Produksi jagung di Tana Tidung menurut dari data tahun terakhir yakni tahun 2011 sebanyak 138 ton. Adapun produksi jagung yang siap dikonsumsi untuk tahun 2011 sebanyak 118,7 ton, yang mana perhitungannya didapat dari jumlah produksi jagung dikalikan dengan 86%. Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Tana Tidung terhadap jagung sebanyak 78,18 ton, dengan perhitungan jumlah penduduk dikalikan dengan asumsi konsumsi jagung per kapita sebanyak 4,78 kg/kapita/tahun-1. Melihat dari perhitungan data tahun terakhir seperti diatas, maka penyediaan jagung mengalami surplus sebesar 40,52 ton,namun surplus penyediaan produksi jagung di tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 76,14 ton. Untukdata selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kemampuan Penyediaan Konsumsi Jagung di Tana Tidung Berdasarkan Produksi Jagung Tahun 2010 dan 2011 Tahun
Jumlah Penduduk
Produksi Jagung (ton)
2010 2011
15.202 16.356
173 138
Produksi Siap Konsumsi (ton) 148,8 118,7
Kebutuhan Konsumsi (ton)
Surplus / Minus (ton)
% Penyediaan
72,66 78,18
76,14 40,52
204,79 151,82
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (diolah/dianalisis) Produksi komoditi jagung di tahun 2011 yang mengalami penurunan dari tahun 2010 mempengaruhi dari produksi jagung yang siap untuk dikonsumsi yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya. Dari sisi jumlah penduduk di tahun 2011 lebih banyak dari 2010, yang kemudian mempengaruhi nilai dari kebutuhan konsumsi dari pangan tersebut. Setelah dilakukan perhitungan seperti tabel diatas maka didapatkan
Analisis Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Tana Tidung (Al Hibnu Abdillah)
hasil bahwa komoditi jagung tahun 2010 mendapatkan surplus yang lebih banyak sebanyak 76,14 ton dibanding tahun 2011 yang sebanyak 40,52 ton. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tana Tidung dapat memenuhi kebutuhan jagung untuk penduduknya di tahun 2010 dan 2011.
langkah-langkah untuk meningkatkan produksi padi agar mendapatkan penyediaan konsumsi pangan yang surplus. Adapun langkah yang bisa dilakukan adalah : 1. Menggunakan bibit unggul dengan varietas benih yang memiliki daya produksi yang tinggi dan daya tahan terhadap hama dan penyakit. 2. Pemeliharaan tanaman berupa pemupukan, penyiangan, serta pengendalian terhadap hama dan penyakit lebih ditingkatkan. 3. Pengairan untuk padi harus disediakan, karena hambatan utama dalam produksi padi adalah dari pengairan. Hal ini bisa disiasati dengan cara pemberian fasilitas irigasi oleh pemerintah kabupaten. 4. Memperluas areal tanam, bisa dengan membuka lahan baru ataupun memanfaatkan lahan yang tidak terpakai.
Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Kedelai Perhitungan kebutuhan dan kemampuan penyediaan konsumsi kedelai dihitung berdasarkan atas jumlah penduduk dan produksi kedelai setiap tahunnya. Berdasarkan dari data pada tahun 2011 jumlah kedelai yang dibutuhkan oleh penduduk sebanyak 112,85 ton, dengan perhitungan yang didapat dari jumlah penduduk dikalikan dengan asumsi kebutuhan sebesar 6,90 kg/kapita/tahun-1. Adapun pada tahun tersebut kedelai yang diproduksi sebanyak 10 ton. Dengan demikian jumlah kedelai yang siap dikonsumsi oleh masyarakat pada tahun demikian sebanyak 9,05 ton, dengan perhitungan produksi kedelai dikalikan dengan 90,5%. Setelah dihitung maka penyediaan kedelai di tahun tersebut mengalami hasil yang defisit sebesar 103,8 ton. Jumlah defisit dengan nilai yang besar. Data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kemampuan Penyediaan Konsumsi Kedelai di Tana Tidung Berdasarkan Produksi Kedelai Tahun 2010 dan 2011 Tahun
Jumlah Penduduk
Produksi Kedelai (ton)
2010 2011
15.202 16.356
28 10
Produksi Siap Konsumsi (ton) 25,34 9,05
Kebutuhan Konsumsi (ton)
Surplus / Minus (ton)
% Penyediaan
104,9 112,85
-79,56 -103,8
24,15 8,01
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (diolah/dianalisis) Produksi kedelai tahun 2010 sebanyak 28 ton memiliki selisih produksi yang lebih banyak dibanding tahun 2011 yang mempunyai produksi 10 ton. Kelanjutannya kemudian ialah produksi siap konsumsi kedelai untuk tahun 2010 juga lebih banyak dibandingkan produksi siap konsumsi tahun 2011. Namun dari sisi jumlah penduduk yang ada di tahun 2011 lebih banyak dibandingkan 2010 mempunyai dampak terhadap kebutuhan konsumsi kedelai. Sehingga kemudian yang terjadi ialah setelah dihitung seperti hasil dari tabel atas untuk tahun 2010 jumlah kedelai mendapatkan nilai yang defisit sebanyak 79,56 ton.Sama halnya dengan tahun 2010 yang mana di tahun ini jumlah kedelai mengalami defisit hingga minus 103,8 ton. Dengan ini maka jumlah kedelai di tahun 2011 memiliki hasil yang sedikit dibandingkan tahun 2010. Kaitannya ialah berdasarkan data diatas maka bisa disimpulkan bahwa untuk tahun 2010 dan 2011 kebutuhan penduduk terhadap kedelai di Tana Tidung belum mampu untuk terpenuhi.Sama seperti halnya padi, kedelai juga berada pada kondisi minus, maka perlu kiranya dilakukan
31
Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan KonsumsiUbi Kayu Perhitungan kebutuhan dan kemampuan penyediaan konsumsi ubi kayu dihitung berdasarkan atas jumlah penduduk dan produksi ubi kayu setiap tahunnya. Berdasarkan dari data pada tahun 2011 jumlah ubi kayu yang dibutuhkan oleh penduduk sebanyak 203,14 ton. Hasil ini didapat dari jumlah penduduk di tahun tersebut dikali asumsi terhadap kebutuhan ubi kayu sebesar 12,42 kg/kapita/tahun-1. Sedangkan produksi ubi kayu sendiri di kabupaten tersebut di tahun 2011 sebanyak 728 ton. Sementara itu produksi ubi kayu siap konsumsi sebesar 618,8 ton, yang mana hasilnya didapat dari produksi ubi kayu dikali 85%. Setelah produksi yang siap konsumsi dikurangi dengan kebutuhan konsumsi maka bisa didapatkan hasil berupa surplus sebesar 415,66, dengan presentase penyediaan sebesar 304,61%. Untuk data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 15. Tabel 15.
Kemampuan Penyediaan Konsumsi Ubi Kayu di Tana Tidung Berdasarkan Produksi Ubi Kayu Tahun 2010 dan 2011
Tahun
Jumlah Penduduk
Produksi Ubi Kayu (ton)
2010 2011
15.202 16.356
406 728
Produksi Siap Konsumsi (ton) 345,1 618,8
Kebutuhan Konsumsi (ton)
Surplus / Minus (ton)
% Penyediaan
189 203,14
156,1 415,66
182,6 304,61
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (diolah/dianalisis) Dengan jumlah produksi yang besar di tahun 2010 sebanyak 406 ton, dan jumlah produksi siap konsumsi sebanyak 189 ton, yang selanjutnya dikurangi terhadap kebutuhan penduduk, rasanya bisa dipastikan bahwa ubi kayu bisa memenuhi kebutuhan penduduk dengan produksi surplus sebanyak 156,1 ton. Selang pada tahun berikutnya, jumlah produksi yang meningkat maka tentunya
EPP. Vol. 10 No.2. 2013 : 28 – 35
32
jumlah produksi siap konsumsi. Namun kenaikan produksi ini diiringi pula dengan meningkatnya jumlah penduduk di kabupaten ini, maka kaitannya ialah kebutuhan konsumsi penduduk terhadap ubi kayu juga pasti meningkat. Setelah dilakukan perhitungan maka jumlah produksi ubi kayu mengalami surplus sebesar 415,66 ton. Hal ini berarti jumlah produksi ubi kayu yang mendapatkan surplus untuk tahun 2011 lebih banyak dibandingkan tahun 2011 dengan selisih sebanyak 259,56 ton. Dengan jumlah surplus yang sebesar itu berarti Tana Tidung sudah mampu untuk memenuhi penyediaan ubi kayuuntuk tahun 2010 dan 2011. Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Ubi Jalar Seperti halnya perhitungan kebutuhan dan kemampuan penyediaan ubi kayu, perhitungan kebutuhan dan kemampuan penyediaan konsumsi ubi jalar juga dihitung berdasarkan atas jumlah penduduk dan produksi ubi jalar setiap tahunnya. Dari data tahun 2011 dengan jumlah penduduk sebanyak 16.256 jiwa, sementara dengan asumsi kebutuhan 5,09 kg/kapita/tahun-1, maka diketahui kebutuhan terhadap ubi jalar di tahun tersebut sebanyak 83,25 ton. Untuk produksi ubi jalar sendiri diketahui sebanyak 126 ton. Dengan produksi yang demikian itu yang selanjutnya dikalikan 88% maka didapatlah produksi ubi jalar yang siap konsumsi sebanyak 110,9 ton. Kemudian setelah produksi siap konsumsi dikurang dengan kebutuhan konsumsi maka diketahui bahwa penyediaan ubi jalar berada pada nilai yang surplus, dengan kelebihan produksi sebanyak 27,65 ton. Adapun presentase penyediaan ubi jalar sebesar 113,21%. Data selengkap bisa dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Kemampuan Penyediaan Konsumsi Ubi Jalar di Tana Tidung Berdasarkan Produksi Ubi Jalar Tahun 2010 dan 2011 Tahun
Jumlah Penduduk
Produksi Ubi Jalar (ton)
2010 2011
15.202 16.356
134 126
Produksi Siap Konsumsi (ton) 118 110,9
Kebutuhan Konsumsi (ton)
Surplus / Minus (ton)
% Penyediaan
77,37 83,25
40,63 27,65
152,51 133,21
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (diolah/dianalisis) Produksi ubi jalar tahun 2011 diketahui sebesar 134 ton. Sementara itu produksi siap dikonsumsi di tahun 2011 diketahui sebesar 118 ton, dengan kebutuhan konsumsi penduduk sebesar 77,37 ton. Setelah dihitung didapatkan hasil bahwa produksi ubi jalar terdapat surplus sebesar 40,63 ton. Tahun berikutnya produksi ubi tahun sebesar 126 ton, dan produksi siap dikonsumsi sebesar 110,9 ton, sementara dengan kebutuhan konsumsi penduduk sebesar 83,25 ton. Setelah dihitung didapatkan hasil bahwa produksi ubi jalar terdapat surplus sebesar 40,63 ton. Hanya saja ketika tahun 2011 terjadi penurunan produksi siap konsumsi
walaupun masih surplus yakni sebesar 27,65 ton. Ini berarti terjadi selisih 12,98 ton. Kendati demikian jika melihat dari nilai surplus yang didapatkan pada kedua tahun tersebut, maka disimpulkan bahwa Kabupaten Tana Tidung sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduknya terhadap konsumsi ubi jalar. Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Kacang Tanah Perhitungan kebutuhan dan kemampuan penyediaan konsumsi kacang tanah diketahui perhitungannya didasarkan atas jumlah penduduk dan produksi kacang tanah setiap tahunnya. Kebutuhan konsumsi kacang tanah diketahui sebesar 64,11 ton, yang mana diketahui dari jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 16.356 jiwa dikalikan asumsi kebutuhan untuk kacang tanah sebanyak 3,92 kg/kapita/tahun-1. Sementara itu produksi kacang tanah tahun 2011 hanya sebanyak 4 ton. Dari produksiitu kemudian dikalikan 91,1% maka didapatlah produksi kacang tanah siap konsumsi dengan nilaisebanyak 3,64 ton. Selanjutnya produksi siap konsumsi tersebut dikurang dengan kebutuhan konsumsi maka diketahui bahwa penyediaan kacang tanahuntuk Kabupaten Tana Tidung berada pada nilai yang defisit, dengan nilai kekurangan produksi sebanyak minus 60,47 ton, dengan presentase penyediaan kacang tanah sebesar 5,7%. Data tentang hasil perhitungan bisa dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Kemampuan Penyediaan Konsumsi Kacang Tanah di Tana Tidung Berdasarkan Produksi Kacang Tanah Tahun 2010 dan 2011 Tahun
Jumlah Penduduk
Produksi Kacang Tanah (ton)
2010 2011
15.202 16.356
17 4
Produksi Siap Konsumsi (ton) 15,5 3,64
Kebutuhan Konsumsi (ton)
Surplus / Minus (ton)
59,6 64,11
-44,1 -60,47
Presenta se Penyedi aan (%) 26,01 5,7
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (diolah/dianalisis) Seperti yang ada pada Tabel diatas, dari perhitungan yang telah dilakukan bahwa produksi kacang tanah siap konsumsi untuk tahun 2010 sebanyak 15,5 ton, sedangkan tahun 2011 sebanyak 3,64 ton. Berarti pada tahun 2011 terjadi penurunan dari tahun 2010 sebanyak 11,86 ton. Kemudian untuk jumlah kebutuhan penduduk terhadap kacang tanah tahun 2010 adalah sebesar 59,6 ton, sedangkan tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 64,11 ton. Kemudian yang terjadi selanjutnya setelah dihitung ialah didapatkan hasil bahwa untuk kedua tahun tersebut masing-masing mengalami defisit, dengan nilai minus 44,1 ton di tahun 2010 dan minus 60,47 ton di tahun 2011. Kendati samasama mengalami defisit produksi siap konsumsi, nyatanya defisit yang terjadipada tahun 2011 mengalami angka minus yang lebih besar lagi dibandingkan tahun 2010 dengan selisih minus
Analisis Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Tana Tidung (Al Hibnu Abdillah)
16,37. Ini berarti di kedua tahun tersebut Kabupaten Tana Tidung belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi kacang tanah bagi penduduknya.Untuk mengantisipasi kondisi minus seperti ini terjadi pada tahun-tahun berikutnya, perlunya tindakan untuk memperluas areal tanam menjadi lebih banyak dengan pembukaan lahan baru. Kemudian mengajak dan memberdayakan tentang prospek kedepannya komoditi kacang tanah kepada masyarakat, terutama petani. Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Kacang Hijau Berdasarkan data pada tahun 2011, jumlah penduduk diketahui sebanyak 16.356 jiwa, sedangkan produksi kacang hijau tidak ada tercatat. Perhitungan dari jumlah penduduk dikalikan dengan asumsi kebutuhan masyarakat sebesar 1,36 kg/kapita/tahun-1. Dengan rumus yang demikian didapatkan hasil kebutuhan konsumsi penduduk sebanyak 22,24 ton. Untuk jumlah produksi yang siap dikonsumsi tidak ada yang tercatat. Hal ini berkaitan dengan jumlah produksi yang telah dijelaskan diatas yang mana pada tahun 2011 tidak ada produksi yang tercatat. Untuk perhitungan rumus mengetahui produksi siap konsumsi berasal dari produksi kacang hijau dikalikan dengan 90,7%. Melihat dari paparan diatas maka untuk penyediaan produksi kacang hijau berada tingkat yang minus sebesar 22,24 ton, presentase penyediaan 0% Dengan demikian Kabupaten Tana Tidung belum mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduknya di tahun 2011. Untuk data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Kemampuan Penyediaan Konsumsi Kacang Hijau di Tana Tidung Berdasarkan Produksi Kacang Hijau Tahun 2010 dan 2011 Tahun
Jumlah Penduduk
Produksi Kacang Hijau (ton)
2010 2011
15.202 16.356
1 0
Produksi Siap Konsumsi (ton) 0,90 0
Kebutuhan Konsumsi (ton)
Surplus / Minus (ton)
Presentase Penyediaan (%)
20,7 22,24
-19,8 -22,24
4,34 0
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (diolah/dianalisis) * : Data tidak tersedia Seperti yang ada pada Tabel diatas, dari perhitungan yang telah dilakukan bahwa produksi ubi jalar siap konsumsi untuk tahun 2010 sebanyak 0,90 ton, sedangkan tahun 2011 tidak ada produksi yang siap dikonsumsi karena dari produksi kacang tanah sendiri tidak ada. Berarti pada tahun 2011 terjadi penurunan dari tahun 2010 sebanyak 0,90 ton. Kemudian untuk jumlah kebutuhan penduduk terhadap kacang tanahtahun 2010 adalah sebesar 20,7 ton, sedangkan tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 22,24 ton. Setelah dihitung ialah didapatkan hasil bahwa untuk kedua tahun tersebut masing-masing mengalami defisit, dengan nilai minus 19,8 ton untuk tahun 2010 dan minus 22,24 ton untuk tahun 2011. Kendati sama-sama
33
mengalami defisit produksi siap konsumsi, nyatanya defisit yang terjadi di tahun 2011 mengalami angka minus yang lebih besar lagi dibandingkan tahun 2010 dengan selisih minus 2,24 ton. Ini berarti di kedua tahun tersebut Kabupaten Tana Tidung belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi kacang tanah bagi penduduknya.Dengan kondisi yang tidak mengalami produksi pada tahun 2011 yang berdampak pada minusnya penyediaan pangan, jelas hal ini mengkhawatirkan demi memenuhi kebutuhan penduduk di kabupaten. Sama dengan kondisi yang dialami kacang tanah, maka kedepannya perlu tindakan dari pemerintah untuk mengadakan penyuluhan dari pemerintah kepada petani tentang prospek kacang hijau. Dukungan dari pemerintah kabupaten juga dibutuhkan dengan pemberian bibit unggul, pupuk, obat untuk hama dan penyakit bersubsidi. Perluasan sektor lahan juga perlu dilakukan guna membudidayakan komoditi ini. Permasalahan yang Dihadapi Beserta Penyelesaiannya Pemaparan data sebelumnya yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat terhadap masing-masing pangan mendapatkan hasil yang beragam. Dari 7 tanaman pangan yang dianalisa apakah mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kabupaten Tana Tidungpada tahun 2010 dan 2011, ada 3 komoditi yang dikatakan mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk pada tahun tersebut, yakni jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Dari data yang didapatkan dari sumber hingga analisa yang dilakukan berupa hasil dan penjelasannya, tentu timbul pertanyaan mengapa defisit produksi pangan untuk konsumsi masyarakat bisa terjadi. Inilah yang menjadi permasalahan untuk dianalisa lebih lanjut. Berdasarkan dari penelitian penulis di lapangan, terdapat beberapa alasan permasalahan yang berkaitan dengan dampaknya penurunan produksi pada pangan di Kabupaten Tana Tidung. Hal-hal tersebut yakni: 1. Kurang dikembangkannya komoditi pangan yang memiliki nilai presentase penyediaan kurang, sehingga diketahui komoditi tersebut memiliki jumlah produksi yang defisit. 2. Sarana pendukung pertanian berupa irigasi,alsintan, benih, pupuk, akses jalan masih banyak yang kurang tersedia untuk menunjang produksi pertanian, sehingga mengakibatkan kurang optimalnya proses produksi. Hal yang perlu diperhatikan untuk sarana pendukung adalah irigasi, karena diwilayah Kabupaten Tana Tidung akses irigasi sangatlah minim, sehingga menjadi kelemahan untuk proses
EPP. Vol. 10 No.2. 2013 : 28 – 35
3.
4.
pengairan dan berdampak pada kurangnya hasil produksi. Kaitannya dengan menurunnya produksi untuk beberapa komoditi, ini bisa dilihat terjadinya penurunan luas tanam dan luas panen pada tahun 2011 dari tahun 2010. Hal ini bisa dikatakan bahwa kurangnya kegiatan pembukaan ataupun pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman. Masyarakat di Kabupaten Tana Tidung kurang berminat untuk bekerja di pertanian, khususnya 6 tanaman pangan diatas selain tanaman padi. Jika dilihat pada tabel 2 diatas tentang pekerjaan utama penduduk Kabupaten Tana Tidung memang lebih dari separuh penduduk Kabupaten Tana Tidung bekerja di sektor pertanian. Namun berdasarkan fakta di lapangan penduduk lebih banyak yang bekerja di sektor perkebunan dan perikanan dibanding sektor pertanian berupa persawahan dan perladangan. Penduduk terlebih lagi bagi kalangan muda menganggap perkebunan lebih menjanjikan hasil yang lebih banyak dibanding persawahan. Selain itu penduduk Kabupaten Tana Tidung telah banyak yang berpikir bahwa pertanian berupa persawahan dan perladangan kurang begitu menjanjikan untuk dijadikan sebagai peluang usaha. Dengan demikian pelaku pertanian mengalami kekosongan sehingga menyebabkan sedikitnya jumlah produksi tiap-tiap pangan. Selain itu penduduk banyak yang mencari penghasilan ke kota-kota besar, sehingga penduduk yang di desa berkurang.
Melihat dari paparan masalah diatas, secara garis besar bisa dikatakan bahwa menurunannya produksi pangan di Kabupaten Tana Tidung disebabkan oleh kurangnya sarana pendukung pertanian dan minat penduduk untuk terjun pada sektor pertanian. Maka berikut iniadalah solusi untuk peningkatan produksi dan produktivitas pertanian di wilayah Kabupaten Tana Tidung: 1. Perlunya lebih dikembangkannya komoditi pangan yang mengalami nilai penyediaan yang kurang, sehingga kedepannya komoditi pangan tersebut akan memiliki nilai produksi yang berlebih. Kemudian dengan produksi yang berlebih itu bisa dimaksimalkan dengan proses pascapanen, yang akan meningkatkan nilai guna dari hasil komoditi tersebut. 2. Perlu ditambahnya penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, seperti
34
pembuatan sarana irigasi dari pemerintah untuk lebih banyak lagi di daerah pertanian, sehingga kebutuhan air untuk tanaman bisa terpenuhi dan terjamin. Selain itu perlunya sarana-sarana yang berkaitan dengan produksi pertanian, seperti alsintan, benih, pupuk harus lebih banyak dikembangkan dan diberikan kepada para petani guna meningkatkan produktivitas pertaniannya. 3. Bisa dengan memperluas areal tanam, bisa dengan membuka lahan baru ataupun memanfaatkan lahan yang tidak terpakai. 4. Perlu untuk lebih memberdayakan kepada masyarakat, khususnya para pemuda agar diberikan motivasi mengenai pentingnya sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bagi masyarakat luas. Disamping itu juga perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat bahwa pertanian berupa cocok tanam di persawahan dan perladangan mempunyai peluang usaha yang lebih menjanjikan. Kedepannya para penduduk dibimbing agar mau terjun ke lahan pertanian agar mau bekerja di lahan pertanian, kemudian para petani perlu dilakukan kembali pembinaan mengenai informasi-informasi seputar produksi pertanian yang terbaru, yang dengannya memberi dampak meningkatnya SDM bagi para petani. Adapun dengan melakukan program-program yang ada diatas, maka diharapkan usaha-usaha yang berkaitan dengan peningkatan produksi dan produktivitas pertanian di wilayah Kabupaten Tana Tidung bisa tercapai. Dengan demikian maka untuk waktu-waktu kedepannya kebutuhan penduduk terhadap pangan bisa terpenuhi.
KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil studi dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan ; (i) banyaknya beras yang dihasilkan oleh penduduk Kabupaten Tana Tidung dengan ukuran 113 kg per kapita per tahun adalah 1.848,22 ton, namun kemampuan produksi beras yang dihasilkan hanya sebesar 1.539,40 ton, sehingga masih kekurangan sebesar 308,83 ton,(ii) sedangkan kebutuhan jagung dengan ukuran 4,78 kg per kapita per tahun adalah 78,18 ton, dan kemampuan produksi jagung yang dihasilkan sebesar 118,7 ton, sehingga kebutuhan jagung sudah bisa dipenuhi dengan surplus sebesar 40,52 ton, (iii) kebutuhan kedelai dengan ukuran 6,90 kg per kapita per tahun adalah 112,85 ton, namun kemampuan produksi yang dihasilkan hanya sebesar 9,05 ton, sehingga masih kekurangan sebesar 103,8 ton, (iv) sementara kebutuhan ubi
Analisis Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Tana Tidung (Al Hibnu Abdillah)
kayu dengan ukuran 12,42 kg per kapita per tahun adalah 203,14ton, dan kemampuan produksi ubi kayu yang dihasilkan sebesar 618,8 ton, sehingga kebutuhan ubi kayu sudah bisa dipenuhi dengan surplus sebesar 415,66 ton, (v) kebutuhan ubi jalar dengan 5,09 kg per kapita per tahun adalah 83,25 ton, dan kemampuan produksi produksi ubi jalar yang dihasilkan sebesar 110,9 ton, sehingga kebutuhan ubi jalar sudah bisa dipenuhi dengan surplus sebesar 27,65 ton, (vi) sementara kebutuhan kacang tanah dengan ukuran 3,92 kg per kapita per tahun adalah 64,11 ton, namun kemampuan produksi yang dihasilkan hanya sebesar 3,64 ton, sehingga masih kekurangan sebesar 60,47 ton, (vii) sedangkan kebutuhan kacang hijau dengan ukuran 1,36 kg per kapita per tahun adalah 22,24 ton, sementara kemampuan produksi yang dihasilkan hanya sebesar 0 ton, sehingga masih kekurangan sebesar 22,24 ton.
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, S. dan Y.B. Kadarusman. 2003. Teori Ekonomi Mikro. BPFE, Yogyakarta Andrianto, T.T. dan Novo Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai Kacang Hijau Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta Badan Pusat Statistik. 2012. Tana Tidung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Tana Tidung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tana Tidung. 2013. Penyusunan Pemetaan Desa Rawan Pangan di Kabupaten Tana Tidung.Tana Tidung Laporan Akhir Pembuatan Databese Pertanian dan Pemetaan Potensi Peternakan Kabupaten Bulungan. 2006. Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan. Bulungan Munir, R. dan Budiarto. 1973. Population Theory. Bina Aksara, Jakarta Nurmala, T. 1998. Serealia Sumber Karbohirat Utama. Rineka Cipta, Jakarta Prapnomo, Y. 2001. Pengolahan Jagung Sebagai Industri Kecil. Angkasa, Bandung Rosyidi, S. 2009. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Rajawali Pers, Jakarta Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budi Daya dan Pascapanen.Kanisius, Yogyakarta
35
Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pascapanen.Kanisius, Yogyakarta Sarwanto, T.A. 2006. Kedelai Budidaya Dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Biji Akar. Penebar Swadaya, Jakarta Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta Suprapto. 1996. Bertanam Swadaya, Jakarta
Jagung.Penebar
Suprapto. 1996. Bertanam Kacang Tanah.Penebar Swadaya, Jakarta