THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
ANALISIS KEBUTUHAN BUKU AJAR MATEMATIKA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK SISWA SMP KELAS VII Ika Putri Astriyana Sari1), Suparman2). Program Magister Pendidikan Matematika, Universitas Ahmad Dahlan email:
[email protected] 2 Program Magister Pendidikan Matematika, Universitas Ahmad Dahlan email:
[email protected] 1
Abstrak Buku ajar matematika SMP Kelas VII yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa yang menyebabkan siswa kurang aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT) untuk siswa SMP kelas VII. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Pleret dari 110 siswa dan 2 guru matematika. Teknik pengambilan sumber data yaitu dengan cara non-probability sampling. Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 52 siswa dan 2 guru matematika. Teknik pengumpulan data yaitu non tes. Instrumen penelitian yaitu wawancara dan angket. Analisis data yang digunakan adalah data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa persentase respon siswa mencapai 96,154% dan persentase respon guru mencapai 100% membutuhkan buku ajar matematika yang dapat membuat siswa lebih aktif, yaitu buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT). Penelitian lanjutan berupa pengembangan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together dan akan diukur keefektifitasannya. Kata kunci:Analisis kebutuhan, Buku Ajar, Matematika. 1. PENDAHULUAN Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk meningkatkan kepribadian dan kemampuan manusia baik di dalam ataupun di luar sekolah. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Salah satu mata pelajaran yang wajib di semua tingkat pendidikan, dari tingkat dasar hingga tingkat menengah atas, adalah matematika. Matematika merupakan salah satu kunci untuk menguasai ilmu lain, hal itu sebagaimana dikemukakan oleh Suherman, Erman, dkk (2003) bahwa “matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain”. Dengan kata lain, keberhasilan dalam mempelajari berbagai ilmu ditandai dengan keberhasilan dalam mempelajari ilmu
matematika. Oleh sebab itu matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang memegang peran yang sangat penting dalam pendidikan. Matematika memiliki peran yang besar di era globalisasi seperti saat ini, sehingga penguasaan pada bidang studi matematika harus dapat dioptimalkan pada setiap orang, supaya kedepannya mampu mengembangkan pola berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan kreatif. Hal tersebut supaya dapat membantu menghadapi permasalahan sehari - hari dalam situasi tertentu. Hudojono, Herman (1988) menyatakan bahwa matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir manusia yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Pembelajaran merupakan sesuatu yang dilakukan siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya
1544
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2010). Sedangkan pembelajaran menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20 adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Atas dasar isi pasal 1 ayat 20 tersebut maka peran guru dalam pembelajaran adalah menciptakan situasi agar terjadinya interaksi antar siswa, interaksi siswa siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar. Dalam hal ini guru dapat berperan sebagai inspirator, fasilitator, dan narasumber agar terwujudnya interaksiinteraksi tersebut. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang dilakukan guru saja, lebih dari itu bahwa pembelajaran diperoleh sendiri oleh siswa pada saat berlangsungnyaproses belajar yang didalamnya meliputi berbagai pengalaman seperti dari sumber belajar yang berupa buku ajar yang diperoleh langsung oleh siswa melalui berbagai media yang ada. Menurut Abdul, Majid (2008) Sumber belajar adalah informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media yang dapat membantu siswa dalam belajar dan untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Sumber belajar akan bermakna bagi peserta didik dan guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkan sebagai sumber belajar. Oleh karena itu, sumber belajar sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien jika tersedia sumber belajar yaitu bahan ajar dalam bentuk buku ajar. Buku ajar adalah bahan-bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Pannen dan Purwanto, 2001).Buku ajar dapat membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Buku ajar dapat digunakan siswa sebagai alat bantu dalam memperoleh pengalaman belajar pada proses pembelajaran bersama dengan guru maupun pada proses belajar mandiri. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan
UAD, Yogyakarta
menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar (Depdiknas, 2008). Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket, pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang penting dalam menghadapi permasalahan sehari-hari, tetapi faktanya, pelajaran matematika bukan merupakan mata pelajaran yang menarik bagi siswa dan mata pelajaran matematika dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang sulit.. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, diperoleh fakta bahwa guru belum berperan sebagai fasilitator. Siswa belum terlibat aktif dan keaktifan belajar siswa masih rendah. Buku ajar yang tersedia belum mengkondisikan agar siswa aktif dan tidak melatih kerjasama siswa. Buku ajar yang tersedia belum berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT). Menurut Trianto (2007) Numbered Head Together (NHT) adalah merupakan jenispembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.Model pembelajaran NHT ini merupakan suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok di mana siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di kelas dengan bekerjasama antara 4-5 orang dalam satu kelompok (Lie,A, 2002). Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu (1) Apakah siswa membutuhkan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran model pembelajaran Number Head Together (NHT)?. Dari rumusan masalah diatas, maka peneliti perlu untuk melakukan analisis kebutuhan buku ajar matematika siswa kelas VII SMP, dan tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kebutuhan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT). Penelitian lanjutan berupa
1545
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
pengembangan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT) dan akan diukur keefektifan dari pengembangan buku ajar tersebut. 2. METODE PENELITIAN Salah satu pendukung keberhasilan suatu penelitian ilmiah adalah kecermatan dalam penggunaan metode penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Syaodih Nana, S (2012) Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi – asumsi dasar, pandangan – pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu – isu yang dihadapi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sukardi (2011) penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu gejala atas dasar data yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini hanya berusaha menggambarkan secara jelas pertanyaan yang telah dibuat, disediakan dan telah ditentukan sebelum peneliti terjun ke lapangan. Penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis sebagai petunjuk arah atau guide dalam penelitian. Pembahasan penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian kata-kata (deskriptif). Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan buku ajar siswa berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT). Penelitian ini di laksanakan di SMP Muhammadiyah Pleret. Teknik dalam pengambilan sampel dapat dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu penyempelan peluang (probability sampling, penyempelan non-peluang (non-probability sampling). Teknik pengambilan sumber data/sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa, guru matemtika dan kepala sekolah yang ada di SMP Muhammadiyah Pleret. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VII yang berperan sebagai responden, guru yang dimaksud adalah guru
UAD, Yogyakarta
matematika kelas VII yang berperan sebagai responden dan penghubung antara peneliti dengan siswa saat pengisian angket, dan kepala sekolah yang memberikan informasi atau data yang terkait dengan siswa kelas VII dan guru matematika kelas VII di SMP Muhammadiyah Pleret. Prosedur dalam penelitian ini meliputi tahap pesiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis dan tahap penulisan laporan. Langkah pengumpulan data yaitu membuat kisi-kisi pertanyaan angket, membuat pertanyaan angket, validasi angket, yang terakhir melakukan pengumpulan data menggunakan angket yang telah dibuat dan di validasi oleh validator. Validator yang dimaksud adalah dosen ahli dibidang metodologi penelitian pendidikan. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data terhadap hasil yang diperoleh. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh tersusun sistematis dan lebih mudah untuk menafsirkannya sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti. Data yang dianalisis yaitu data hasil wawancara dan hasil angket. Teknik pengumpulan data adalah non tes. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan angket. Alasan melakukan wawancara yaitu untuk melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti. Alasan menggunakan angket yaitu mempermudah peneliti untuk menganalisa pokok permasalahan yang dihadapi. Data dan informasi yang diperoleh diolah dengan metode kualitatif. Wawancara dilakukan pada siswa, guru matematika dan kepala sekolahdi SMP Muhammadiyah Pleret. Angket diberikan kepada siswa kelas VII dan guru matematika kelas VII SMP Muhammadiyah Pleret. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana hasilnya akan digunakan untuk mendeskripsikan respon siswa dan respon guru tentang kebutuhan buku ajar matematika kelas VII. Penelitian lanjutan dari analisis kebutuhan buku ajar ini adalah pengembangan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran model pembelajaran Number Head Together
1546
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
(NHT) dan kemudian akan diukur keefektifitasannya dari buku ajar tersebut.
UAD, Yogyakarta
Respon siswa terhadap kebutuhan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together(NHT) 120.00
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian deskripsi ini tidak diperlukan hipotesa, karena tidak dimaksudkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Analisis kebutuhan buku ajar matematika berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah SMP Muhammadiyah Pleret. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekoalah, buku ajar yang digunakan oleh siswa kelas VII masih terbatas, yaitu hanya 1 buku yang digunakan sebagai pegangan, selebihnya siswa mencatat penjelasan dari guru matematika. Di SMP Muhammadiyah Pleret belum ada buku ajar yang membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Oleh karena itu dibutuhkan buku ajar matematika yang mampu membuat siswa aktif. Selanjutnya analisis dilakukan terhadap siswa dan guru. Analisis berdasarkan respon siswa dan respon guru diketahui melalui angket yang diberikan ketika melakukan pengumpulan data. Angket diberikan kepada siswa kelas VII C, VII D dan guru matematika SMP Muhammadiyah Pleret. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Februari 2017.Hasil perhitungan angket respon siswa dan angket respon guru dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 dibawah ini. Tabel 1. Respon guru terhadap kebutuhan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT).
Inisial Nama Guru Matematika
No
1. 2.
T P Jumlah
Persentase kebutuhan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT) 100% 100% 100%
100.00 94.23
100.00
96.15 92.31 92.31 88.46 88.46 82.69
84.62
90.38
76.92
80.00
60.00
96.15 90.3892.31
92.31
59.62
57.69
53.85
61.54 51.92
40.00
20.00
0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Presentase skor tiap butir pertanyaan
Gambar 1. Respon siswa terhadap kebutuhan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT) per butir soal. Tabel 1. Menunjukkan persentase dari respon guru melalui angket yang diberikan kepada guru yang ada di SMP Muhammadiyah Pleret yang disajikan dalam bentuk tabel. Banyak butir pertanyaan pada angket guru yaitu 20 butir soal. Pada penelitian ini diambil 2 guru matematika yang dijadikan sampel dalam menganalisis kebutuhan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT). Gambar 1. Menunjukkan persentase skor tiap butir pertanyaan dari respon siswa melalui angket yang diberikan kepada siswa yang ada di SMP Muhammadiyah Pleret yang disajikan dalam bentuk grafik. Banyak butir pertanyaan pada angket siswa yaitu 20 butir soal. Jumlah siswa kelas VII ada 110 siswa dan diambil 52 siswa sebagai sampel dalam menganalisis kebutuhan buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT). Berdasarkan respon guru pada butir pertanyaan nomer 19 pada angket yang dibuat untuk guru, diperoleh persentase 100% dari gurumatematika SMP Muhammadiyah Pleret membutuhkan buku ajar matematika yang dapat membuat siswa lebih aktif, yaitu buku ajar matematika berbasis model pembelajaran
1547
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Number Head Together (NHT) dan respon siswa pada butir pertanyaan nomer 20 pada angket yang dibuat dibuat untuk guru, diperolehpersentase 96,154% dari siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Pleret membutuhkan buku ajar matematika yang dapat membuat siswa lebih aktif, yaitu buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT). 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa dan guru matematika di SMP Muhammadiyah Pleret membutuhkan buku ajar matematika yang dapat membuat siswa lebih aktif dan mempermudah guru dalam mengarahkan siswa saat proses belajar mengajardimana buku ajar tersebut adalah buku ajar berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT).Berdasarkan hasil penelitian, presentase kebutuhan siswa terhadap buku ajar matematika berbasis model pembelajaran Number Head Together (NHT) mencapai 96,154% dan persentase kebutuhan guru terhadap buku ajar mencapai 100%dari presentase maksimal 100%. 5. DAFTAR PUSTAKA [1]Abdul, Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. [2]Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. [3]Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdinas. [4]Hudojono, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
1548
UAD, Yogyakarta
[5]Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. [6]Lie, A.2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di RuangRuang Kelas. Jakarta: Gramedia. [7]Panen.P. dan Purwanto. 2001. Penulisan Buku Ajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas Pusat Pengembangan Aktivitas Akademik Universitas Terbuka [8]Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA. [9]Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara. [10]Syaodih Nana, S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [11]Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.