ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA Iis Arsyad¹, Syaiful Darman dan Achmad Rizal²
[email protected] ¹Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako ²Dosen Program Studi Magister Ilmu-ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako
Abstract This study aimed to analyze the level of sustainability of aquaculture Minapolitan based in the Sarasa village Dapurang subdistrict, Mamuju Utara regency. The method used is RAPFISH analysis method using 5 dimensions of human resources, natural resources, institutional, technological and infrastructure. The results showed that the sustainability status Minapolitan based aquaculture in the Sarasa village Dapurang subdistrict, Mamuju Utara regency categorized quite sustainable because the resulting index value of 65.33. Status sustainability Sarasa Minapolitan in the village in terms of dimensions less sustainable technologies. Thus, the preparation and implementation of policies that can improve the condition of the sustainability of farming in the Sarasa village Minapolitan Dapurang subdistrict, Mamuju Utara regency deemed necessary. Keywords: Sustainability Analysis, Mamuju Utara regency, Minapolitan Indonesia merupakan salah satu Negara dengan garis pantai terpanjang, sehingga dapat diasumsikan bahwa Indonesia sebagai Negara yang memiliki potensi yang sangat besar dari segi kelautan dan perikanannya. Namun, meskipun memiliki potensi yang sangat besar tetapi belum terkelola dengan optimal, sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mensejahterakan pelaku usaha dibidang perikanan khususnya petambak dan nelayan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengeluarkan kebijakan strategis dalam upaya pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan konsep Minapolitan. Minapolitan adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak sektor kelautan dan perikanan dalam rangka peningkatan pendapatan rakyat. Pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan konsepsi Minapolitan dikembangkan melalui peningkatkan efisiensi dan optimalisasi
keunggulan komparatif dan kompetitif daerah sesuai dengan eksistensi kegiatan pra produksi, produksi, pengolahan dan/atau pemasaran, serta jasa pendukung lainnya, yang dilakukan secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan. Kabupaten Mamuju Utara memiliki panjang garis pantai 138,23 km dengan wilayah sebagian besar berbatasan dengan pantai. Secara administratif pemerintahan Kabupaten Mamuju Utara memiliki Dua Belas wilayah kecamatan dimana sepuluh wilayah Kecamatan berada di pesisir Selat Makassar yang terdiri dari 33 Desa pantai dengan luas kewenangan laut sekitar 1135 km2. Sesuai dengan letak geografisnya wilayah pesisir Kabupaten Mamuju Utara memiliki sumberdaya alam yang cukup menunjang pertumbuhan ekonomi, potensial dan strategis. Hal ini disebabkan, sebahagian luas daerah Kabupaten Mamuju Utara merupakan daerah pesisir sehingga kawasan pantai Mamuju Utara memiliki sumberdaya yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan perikanan yang
72
73 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 72-77
terpadu (Minapolitan) yang berbasis pada budidaya udang. Luas areal tambak potensial di Kabupaten Mamuju Utara sebesar 13.669,65 Ha namun total luasan tambak yang telah diusahakan atau dikelola oleh petani tambak baru seluas 5.974 Ha yang pengelolaannya masih bersifat tradisional, sisanya masih merupakan lahan tidur (DKP Mamuju Utara, 2013). Kabupaten Mamuju Utara merupakan salah satu kabupaten yang menerapkan konsep minapolitan, namun untuk mengetahui tingkat keberlanjutan kawasan yang digunakan sebagai kawasan minapolitan beberapa kondisi kawasan yang sebaiknya diperhatikan adalah kondisi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, kelembagaan, tekhnologi dan infrastruktur. Untuk itu penelitian tentang analisis keberlanjutan kawasan minapolitan budidaya di Kecamatan Dapurang penting untuk dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat di kawasan tersebut. METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September - November 2014 bertempat di areal pertambakan calon kawasan minapolitan Desa Sarasa Kecamatan Dapurang Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, wawancara semi terstruktur dengan bantuan alat pencatat, perekam suara dan menggunakan alat perekam gambar. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, kueisioner dan pengamatan di lapangan serta para stakeholder yang menjadi sasaran evaluasi keberlanjutan. Data sekunder diperoleh dari
ISSN: 2089-8630
studi literatur dan referensi yang relevan dengan kebutuhan seperti laporan tahunan dan data-data terkait Minapolitan di Kecamatan Dapurang, Kabupaten Mamuju Utara. Dalam pendekatan kuantitatif yang dilakukan, digunakan kuisioner yang disebarkan dengan menggunakan pendekatan secara sensus mengingat jumlah pemilik tambak yang sedikit. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan petambak dan dinas yang berhubungan dengan Kawasan Minapolitan yakni Dinas Kelautan dan Perikanan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengisian kuesioner dilakukan terhadap 20 responden petani serta para pakar dari instansi terkait yang dipilih secara sengaja (purposive). Analisa Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, diperoleh dengan wawancara langsung terhadap pakar (tokoh masyarakat, pemerintah kelurahan/ desa) dan stakeholder yang menjadi sampel penelitian dengan menggunakan panduan wawancara. Data sekunder diperoleh dari kantor-kantor pemerintah, instansi maupun dinas-dinas terkait. Metode yang digunakan untuk mengetahui status keberlanjutan pengembangan kawasaan minapolitan adalah Rap-Minapolitan dengan menggunakan pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS) yang diadopsi dari program Rapfish (Rapid Assesment Techniques for Fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia (Kavanagh dalam Fauzi dan Anna, 2002). Metode RAPFISH (Rapid Appraisal Technique for Evaluating Fisheries Sustainability) yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia di tahun
Iis Arsyad, dkk. Analisis Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Budidaya di Desa Sarasa Kecamatan Dapurang …74
1999. Metode RAPFISH dilakukan dengan menilai atribut yang terdapat pada setiap dimensi pengelolaan perikanan. Secara ringkas metode RAPFISH diuraikan dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Penentuan Atribut Keberlanjutan. Penelitian ini menggunakan 14 atribut dari lima dimensi. 2. Penentuan Nilai Setiap Atribut. Setiap atribut diberikan salah satu nilai dari ketiga kategori nilai yang telah ditentukan. Pemberian nilai terhadap setiap atribut memberikan gambaran terhadap kondisi keberlanjutan kawasan minapolitan, apakah baik ataupun buruk. 3. Ordinasi RAPFISH (Multidimensional Scaling). Ordinasi RAPFISH dengan metode MDS (Multidimensional Scaling) digunakan untuk menentukan satu titik (nilai) yang mencerminkan posisi relatif dari perikanan minapolitan. Hasil analisis yang baik menunjukkan nilai stress yang lebih kecil dari 0,25 (S < 0,25). 4. Penentuan status keberlanjutan pengelolaan kawasan minapolitan berdasarkan pada indeks keberlanjutan perikanan. Indeks keberlanjutan perikanan mempunyai selang antara 0-100. Nilai indeks keberlanjutan mengacu pada Budianto dalam Fitrianti (2014), yang membagi status keberlanjutan dalam 4 kategori: Tidak Berkelanjutan selang nilai 0-25, Kurang Berkelanjutan selang nilai 26-50, Cukup Berkelanjutan selang nilai 51-75 dan Sangat Berkelanjutan selang nilai 76-100. 5. Analisis Monte Carlo dan Analisis Laverage. Analisis Monte Carlo digunakan untuk mengetahui kestabilan hasil ordinasi RAPFISH. Analisis Monte Carlo pada metode RAPFISH dilakukan sebanyak 25 kali ulangan dengan teknik scatter plot. Kestabilan indeks keberlanjutan yang dihasilkan tercermin oleh plot yang mengumpul, sedangkan jika hasil menunjukkan plot menyebar dapat diartikan terdapat gangguan atau
aspek ketidakpastian dalam hasil analisis. Analisis Laverage dilakukan untuk mengetahui atribut apa saja yang sensitif dari seluruh dimensi yang digunakan.Atribut paling sensitif akan memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan dalam bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) yaitu pada sumbu X (skala keberlanjutan). HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Mamuju Utara terletak pada garis 0º 40’ 10” - 1º 50’ 12” Lintang Selatan dan 119º 25’ 26” - 119º 50’ 20” Bujur Timur. Kabupaten Mamuju Utara merupakan Kabupaten yang terletak di bagian utara dari Provinsi Sulawesi Barat dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah Kabupaten Mamuju Utara adalah sebesar 3.043,75 Km2. Berdasarkan data yang ada di BPS tahun 2013, jumlah peduduk Kabupaten Mamuju Utara tercatat sebanyak 148.129 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (2015), penduduk usia kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Mamuju Utara pada tahun 2013 sebanyak 67.700 orang. Usaha pengembangan kawasan minapolitan budidaya merupakan suatu mata rantai yang sangat berhubungan dengan prospek wilayah seperti karateristik dan kualitas sumberdaya manusia, sumberdaya alam, kelembagaan, teknologi dan infrastruktur yang ada dikawasan minapolitan budidaya tersebut, semakin baik karateristik dan kualitas suatu kawasan akan mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama
75 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 72-77
dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kajian potensi kawasan budidaya ikan harus mempertimbangkan berbagai aspek, meliputi lingkungan perairan (parameter fisika, biologi, dan ekologi), sosial ekonomi dan infrastruktur (Treece dalam Radiarta, dkk., 2012). Penilaian status keberlanjutan kawasan minapolitan, dilakukan dengan menggunakan
metode RAPFISH terhadap 5 (lima) dimensi yaitu dimensi sumberdaya manusia, dimensi sumberdaya alam, dimensi kelembagaan, dimensi teknologi dan dimensi infrastruktur. Status keberlanjutan kawasan minapolitan diwakilkan oleh besar kecilnya kisaran nilai yang dihasilkan dalam analisis ordinasi RAPFISH pada Gambar 1
RAPFISH Ordination
60 Other Distingishing Features
ISSN: 2089-8630
UP 40 20 0
65.33039093
BAD 0
Real Fisheries
GOOD 20
40
60
80
-20
100
120
References Anchors
-40 DOWN
-60
Fisheries Sustainability
Gambar 1. Nilai Indeks Keberlanjutan Gabungan Beberapa Dimensi Setelah dilakukan analisis Rap-Insus COREMAG terhadap setiap dimensi maka dilakukan juga analisis secara multidimensi yaitu dengan mengakomodasi semua dimensi baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam, kelembagaan, infrastruktur dan teknologi. Hasil analisis Rap-Insus COREMAG terhadap 5 (lima) dimensi terkait pengelolaan kawasan minapolitan di Desa Sarasa Kecamatan Dapurang, didapatkan nilai indeks keberlanjutan multidimensi sebesar 65,33 (Gambar 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi pengelolaan kawasan minapolitan di Desa Sarasa, Kecamatan Dapurang Kabupaten Mamuju Utara berada dalam kategori cukup berkelanjutan karena termasuk kedalam skala 51,00-75,00. Dengan demikian, nilai indeks keberlanjutan multidimensi dalam pengelolaan kawasan minapolitan di Desa Sarasa Kecamatan Dapurang, berada pada
batas pertengahan pada kategori pengelolaan kawasan minapolitan yang cukup berkelanjutan. Hal ini terjadi karena dari kelima dimensi yang dipertimbangkan, hanya terdapat satu dimensi dalam pengelolaan kawasan minapolitan yang berada pada skala kurang berkelanjutan, yaitu dimensi teknologi yakni 42,41, seperti yang tercermin dari diagram layang pada Gambar 2. Sedangkan dimensi sumberdaya alam menjadi satu-satunya dimensi dalam kondisi sangat berkelanjutan, dimensi sumberdaya manusia, dimensi kelembagaan dan dimensi infrastruktur dalam kondisi cukup berkelanjutan. Dimensi sumberdaya alam dalam kondisi sangat berkelanjutan karena hampir seluruh atribut sumberdaya alam berkategori baik, sedangkan pada dimensi teknologi didominasi oleh atribut yang berkriteria nilai buruk.
Iis Arsyad, dkk. Analisis Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Budidaya di Desa Sarasa Kecamatan Dapurang …76
Indikator penting yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi teknologi yaitu teknologi budidaya dan pasca panen. Kurangnya penerapan tekhnologi pada usaha budidaya yang dilakukan memiliki pengaruh besar dalam keberlanjutan teknologi. Hal ini terkait dengan kualitas organisme yang dihasilkan. Organisme yang dibudidayakan secara intensif tentu memiliki mutu lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara tradisional atau semi intensif. Indikator teknologi yang perlu mendapat perhatian saat budidaya di tambak Desa Sarasa adalah pemberian pakan, pengaturan kualitas air dan penanganan pasca
panen. Umumnya masyarakat pembudidaya tambak di Desa Sarasa tidak memberikan pakan pada organisme yang dibudidayakan, hal ini dapat berakibat fatal bagi organisme yang dibudidayakan khususnya udang karena udang cenderung bersifat kanibalisme. Hal ini tentu akan berdampak pada penurunan jumlah hasil produksi yang semestinya diperoleh. Maka pengelolaan yang ada harus diperbaiki dengan mengoptimalkan penerapan dimensi yang kurang berkelanjutan dan mempertahankan atau meningkatkan penerapan dimensi-dimensi yang sudah berkelanjutan.
Aspek
KELEMBAGAAN 75.58
100 80 60 40 20 0
53.59 INFRASTRUKTUR
SDM 66.03 100 SDA Aspek 42.41
TEKNOLOGI
Gambar 2. Diagram Layang Indeks Keberlanjutan antar Dimensi RAPFISH Ordination - Monte Carlo Scatter Plot Other Distingishing Features
Hasil ordinasi RAPFISH diuji dengan menggunakan analisis Monte Carlo untuk menilai kestabilan dari nilai indeks keberlanjutan kawasan minapolitan yang dihasilkan. Hasil analisis Monte Carlo memperlihatkan adanya plot yang mengumpul/mengelompok (Gambar 3). Hal ini berarti bahwa hasil ordinasi dalam menentukan status keberlanjutan kawasan minapolitan di Kabupaten Mamuju Utara berada pada posisi yang stabil dan tidak mengalami gangguan, dapat dipertanggungjawabkan, serta baik dan valid untuk diaplikasikan.
60 40 20 0 -20
0
50
100
150
-40 -60
Fisheries Sustainability
Gambar 3. Kestabilan nilai ordinasi RAPFISH dengan teknik Monte Carlo
77 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 72-77
Strategi pengelolaan kawasan minapolitan secara berkelanjutan dilakukan dengan memprioritaskan dimensi-dimensi yang kurang berkelanjutan dan atribut-atribut sensitif dari tiap dimensi. Pada dimensi teknologi, strategi pengelolaan kawasan minapolitan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan peningkatan penerapan teknologi mulai dari pembenihan hingga penanganan hasil budidaya. Dukungan pemerintah dalam menyediakan bantuan teknologi tersebut sangat diperlukan guna meningkatkan dan menyukseskan program pengembangan minapolitan serta membantu meringankan beban petambak di kawasan minapolitan. Sedangkan dari dimensi infrastruktur dengan nilai indeks 53,59 meskipun tergolong cukup berkelanjutan namun hampir berada pada batas bawah pada indeks pengelolaan kawasan minapolitan yang berkelanjutan, strategi pengelolaan kawasan minapolitan dari dimensi infrastruktur yang perlu dilakukan yaitu dengan meningkatkan pembangunan sarana jalan produksi yang masih sangat minim dan perlu ditingkatkan pembangunannya, guna memperlancar kegiatan usaha budidaya serta distribusi hasil budidaya. KESIMPULAN Secara multidimensi, pengelolaan pada kawasan minapolitan di Kecamatan Dapurang, Kabupaten Mamuju Utara termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (65,33). Status keberlanjutan pengelolaan kawasan minapolitan di Kecamatan Dapurang, Kabupaten Mamuju Utara pada masing-masing dimensi yaitu dimensi sumberdaya manusia cukup berkelanjutan (66,03), dimensi sumberdaya alam sangat berkelanjutan (100), dimensi kelembagaan cukup berkelanjutan (75,58), dimensi teknologi kurang berkelanjutan (42,41) dan dimensi infrastruktur cukup berkelanjutan (53,59). Dimensi yang menjadi prioritas
ISSN: 2089-8630
untuk diperbaiki adalah dimensi Tekhnologi yang termasuk dalam kategori kurang. Dimensi yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah dimensi infrastruktur. UCAPAN TERIMA KASIH Terwujudnya artikel ini tidak lepas dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada bapak Prof. Dr. Ir. Syaiful Darman, M.P. dan bapak Ir. Achmad Rizal, M.App.Sc., Ph.D. yang telah ikhlas meluangkan waktunya memberikan petunjuk, bimbingan, masukan dan nasehat yang sangat berharga dalam penulisan artikel ini. DAFTAR RUJUKAN Badan Pusat Statistik, 2015. Mamuju Utara Dalam Angka. Kabupaten Mamuju Utara. DKP Mamuju Utara, 2013. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Fauzi, A dan S. Anna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan: Aplikasi Pendekatan RAPFISH (studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta). Jurnal Pesisir dan Lautan. Vol. 4(3) : 43 – 55. Fitrianti, R. S, Kamal M. M., dan Kurnia R., 2014. Analisis Keberlanjutan Perikanan Ikan Terbang di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Jurnal perikanan 118-127 Radiarta I. N., Subagja, J. Saputra A., dan Erlania, 2012. Pengembangan Budidaya Ikan Lele di Kawasan Minapolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat: Aspek Kesesuaian Lahan, Implementasi Produksi, dan Strategi Pengembangan. Jurnal Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320