Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404
FEBRUARI 2014
Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Pediwang Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara
Ontje Fransisca Winesty Tutupary1
[email protected]
Cornelia Dolfina Maatoke2
[email protected] Abstract The overall of the business analysis needs to be done, so farmers can find out how much they will be or has been obtained and the feasibilily of their business can be known with certainty. Based on the description, the purpose of this study was to analyze the results of operations and feasibility of the cultivation of seaweed is made by seaweed farmers in the Pediwang Village. The method used descriptive method for the analysis of aspects of the business and investment criteria. Analysis of the business consists of operating income analysis, analysis of revenue-cost ratio (R/C), analysis of the break-even point (BEP) and the analysis of the return on the investments (ROI) while to determine the appropriateness of the cultivation in the Pediwang Village be reviewed based on the analysis of the benefits of investment criteria cost ratio (B/C). Based on analysis of revenue and revenue cost ratio (R / C) can be interpreted that the cultivation of seaweed in the Pediwang Village experienced gains, while based on analysis of break even point (BEP) it's
will be achieved when the cultivation of seaweed produce the wet seaweed as much as 12.293 Kg and dry seaweed as much as 6.147 Kg or break even will be achieved at the price of wet seaweed Rp 2,185 / kg, and dried seaweed is Rp. 2,428 / kg, and based on the analysis of the return on the investments (ROI) for the production of wet seaweed this effort resulted in a gain of 83% of the total costs incurred and for the production of dried seaweed gain of 229% of the total costs incurred. Based on the analysis of investmet criteria Benefit Cost Ratio (B/C) the cultivation of seaweed in the Pediwang Village is feasible. Keywords: Seaweed farming, business analysis, business feasibility, Pediwang village.
1 2
Staf Pengajar pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Universitas Halmahera. Staf Pengajar pada Program Studi Agroforestri Universitas Halmahera.
Page | 128
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404
Pendahuluan Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang, maupun daun sejati, tetapi hanya mempunyai batang yang disebut thallus (Anggadiredja ddk., 2011). Sejak berabad-abad yang lalu rumput laut atau alga (sea weed) telah dimanfaatkan penduduk pantai di Indonesia untuk bahan pangan dan obatobatan. Saat ini, pemanfaatannya telah mengalami kemajuan yang sangat pesat yaitu olahan rumput laut kini dapat dijadikan agar-agar, algin, karaginan (carrageenan) dan furselaran (furcellaran) vang merupakan bahan baku penting dalam industri makanan, farmasi, kosmetik dan lain-lain (Kordi. 2010). Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan rumput laut, maka kebutuhan rumput laut terus menunjukan peningkatan, baik pasar domestik maupun pasar dunia merupakan prospek bagi pengembangan rumput laut di Indonesia (Kordi, 2011). Salah satu bentuk pengembangan rumput laut diawali dengan upaya budidaya rumput laut yang dimulai pada tahun 1986, yang bertujuan untuk menjamin pemasokan bahan baku dalam mendorong perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia (Anggadiredja ddk.,201 l). Anggadiredja ddk.,(2011) menyatakan bahwa terdapat 782 jenis rumput laut diperairan Indonesia dan hanya 18 jenis dari 5 genus yang sudah diperdagangkan dan dari kelima warga tersebut hanya ada dua genus yang sudah dibudidayakan, salah satunya yaitu Eucheuma. Wilayah sebaran budidaya Eucheuma saat ini terus berkembang diseluruh Indonesia, salah satunya yaitu di kawasan Maluku (P. Seram, P.Osi, Kepulauan Aru dan Halmahera).
FEBRUARI 2014
Salah satu lokasi budidaya rumput laut Eucheuma yang dilakukan di Halmahera terdapat di Desa Pediwang Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara. Dalam memulai usaha budidaya rumput laut, beberapa anggota masyarakat membentuk satu kelompok pembudidaya dan menerima bantuan pengadaan bibit rumput laut dan wadah budidayanya dari Program Pengembangan Usaha Mina Masyarakat Perdesaan (PUMPBudidaya) yang merupakan salah satu program yang bertujuan untuk mengembangkan usaha masyarakat pesisir. Program PUMP-Budidaya sangat membantu masyarakat dalam kegiatan usaha budidaya rumput laut, kerena tidak memerlukan biaya atau modal pribadi dalam memulai usaha budidaya. Meskipun demikian, gambaran keseluruhan dari analisis usaha menyangkut modal yang ditanamkan maupun laba yang diperoleh perlu dilakukan, sehingga ketika pembudidaya berupaya untuk melakukan usaha budidaya secara mandiri maka pembudidaya dapat mengetahui seberapa besar keuntungan yang akan atau telah diperoleh sehingga kelayakan usahanya dapat diketahui dengan pasti. Kordi (2011) mengemukakan bahuwa tujuan utama dalam suatu usaha yaitu memperoleh keuntungan. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh, maka usaha akan semakin berkembang. Petani atau pengusaha dapat mengetahui seberapa besar keuntungan yang akan atau telah diperoleh dengan membuat suatu analisis usaha. Hasil analisis nantinya dapat digunakan untuk menilai kelayakan usaha yang dijalankan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil usaha dan kelayakan usaha budidaya rumput laut dilakukan oleh pembudidaya rumput laut di Desa Pediwang. Page | 128
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404
Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa
FEBRUARI 2014
Pediwang Kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara.
Utara
Gambar 1. Peta lokasi penelitian 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pada metode deskriptif pemecahan masalah adaah dengan cara menggambarkan objek penelitian pada keadaan sekarang berdasarkan faktafakta sebagaimana adanya dan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan (Siregar 2012). 3. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data gabungan (kualitatif dan kuantitatif) mengenai proses budidaya rumput laut, mulai dari persiapan wadah budidaya (alat dan bahan) hingga pelaksanaan budidaya dan penjualan hasil usaha. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Wawancara yaitu pengumpulan informasi dengan cara
melakukan tanya jawab dengan pihak yang berkompeten, sedangkan observasi atau pengamatan langsung yaitu melakukan penelitian langsung terhadap kondsi lingkungan objek penelitian (Sugiyono, 2002 dalam Siregar 2012). Wawancara dilakukan kepada responden/pembudidaya rumput laut dengan menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur, yang berisi tentang identitas pembudidaya, teknik budidaya dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya serta harga jual rumput laut. Sedangkan observasi merupakan pengamatan langsung untuk melihat proses budidaya. 4.
Analisis data Dalam penelitian ini digunakan analisis usaha, yaitu analisis jangka pendek atau analisis yang dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan Page | 129
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404
yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Dalam menganalisis hasil usaha budidaya rumput laut menggunakan perhitungan rugi-laba (Anggadiredja, 2011) dan analisis yang umumnya dipakai yaitu Break-even Point (BEP), Return Of Investment (ROI) dan Benefit Cost Ratio (B/C) (Indriani dan Suminarsih, 2003). Analisis pendapatan usaha dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: π = TR – TC Keterangan: π = Pendapatan usaha TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost) Dengan kriteria: TR > TC: Usaha menguntungkan TR = TC: Usaha pada titik keseimbangan (titik impas) TR < TC: Usaha mengalami kerugian
(BEP) dianalisis dengan rumus menurut Kordi (2011): BEP(Kg) = BEP(Rp) = d.
a.
Analisis Revenue–Cost Ratio (R/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu (1 tahun) apakah menguntungkan. Rumus untuk menghitung Revenue–Cost Ratio (R/C) yaitu: R/C = TR/TC Keterangan: TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost) Dengan kriteria: R/C > 1 : Usaha menguntungkan R/C = 1 : Usaha impas R/C < 1 : Usaha rugi b.
c.
Break even point adalah suatu keadaan dimana modal telah kembali semua atau pengeluaran sama dengan pendapatan, atau keadaan titik impas yaitu merupakan keadaan dimana penerimaan perusahaan (TR) sama dengan biaya yang ditanggung (TC), atau TR = TC. Break-event Point
FEBRUARI 2014
Return on invesment (ROI) adalah nilai keuntungan yang diperoleh dari sejumlah modal. Return On Invesment (ROI) dianalisis dengan rumus menurut Indriani dan Suminarsih (2003):
ROI = e.
Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C) dianalisis dengan rumus menurut Indriani dan Suminarsih (2003): B/C =
Pembahasan 1. Gambaran Umum Budidaya Beberapa gambaran umum budidaya rumput laut di perairan Desa Pediwang dapat dijelaskan sebagai berikut: a) budidaya rumput laut di Desa Pediwang merupakan usaha yang dilakukan oleh satu kelompok budidaya yang terdiri dari 10 orang. b) budidaya rumput laut yang dilakukan oleh pembudidaya di Desa Pediwang menggunakan bibit Eucheuma sp., dan menggunakan metode jalur (kombinasi metode long line dan metode rakit). c) luas lahan budidaya rumput laut di perairan Desa Pediwang yaitu 0,7 ha, yang terdiri dari 14 unit/petak budidaya rumput laut, dengan ukuran 10 x 50 m/unit. Pada tiap unit terdapat 12 tali ris dengan panjang 50 m dan jarak antar tali ris ± 70 cm. Pada Page | 129
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404
d)
e)
f)
g)
bagian ujung setiap unit diberi jangkar beton dan pelampung utama. Pada setiap 1,5 m tali ris diberi pelampung yang terbuat dari botol aqua bekas 600 ml. kebutuhan bibit rumput laut yaitu 3.000 Kg atau 3 Ton untuk 14 unit budidaya rumput laut. Berat setiap rumpun ± 50-150 gr dan jarak antar rumpun yaitu 30 cm. dalam satu tahun terdapat 3 kali produksi rumput laut, dengan 1 kali produksi ±1,5 bulan atau 45 hari. Hasil produksi rumput laut di Desa Pediwang selama 3 kali produksi yaitu 7.500 Kg atau 7,5 Ton. hasil produksi rumput laut di Desa Pediwang dijual dalam bentuk basah. Meskipun demikian analisis hasil usaha yang dilakukan akan mengkaji hasil produksi rumput laut basah dan kering sehingga dapat dilakukan perbandingan. harga penjualan rumput laut basah yaitu Rp.4000/Kg dan rumput laut kering Rp. 8000/Kg analisis hasil usaha rumput laut
FEBRUARI 2014
2. Analisis Hasil Usaha Budidaya Rumput Laut Sebelum dilakukan anaisis hasil usaha, perlu diketahui biaya produksi atau besarnya modal usaha yang dikeluarkan selama melakukan usaha budidaya rumput laut. Biaya produksi mencakup dua macam yaitu biaya tetap dan biaya variabel (Indriani dan Suminarsih, 2003). Dalam penelitian ini yang masuk dalam biaya tetap yaitu bibit dan wadah budidaya, sedangkan yang masuk dalam biaya variabel yaitu biaya perawatan, panen dan biaya lainlain atau biaya tak terduga. Pengelompokan biaya tetap dan biaya variabel mengacu kepada Indriani dan Suminarsih (2003) yang menyatakan bahwa biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya bibit, bambu, tali plastik, pisau dan lainlain, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang penggunaannya habis atau dianggap habis dalam satu masa produksi, misalnya tenaga kerja. Rincian biaya tetap dan biaya variabel yang dibutuhkan oleh pembudidaya rumput laut di perairan Desa Pediwang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rincian Biaya Tetap dan Biaya Variabel Kebutuhan
Satuan
Jumlah
A. Biaya Tetap Kg 3,000 1. Bibit 2. Wadah Budidaya: Tali ris no. 6 Kg 560 Tali jangkar no. 10 Kg 17 Tali rafia Roll 5 Pelampung Aqua Buah 5,000 Pelampung Besar Buah 34 Perahu jukung Unit 3 Jangkar Buah 34 Pisau Buah 5 Bambu Buah 42 Total Biaya Tetap
Harga Satuan
Jumlah/produksi Jumlah/tahun (Rp) (Rp)
4,000
12,000,000
12,000,000
45,000 45,000 25,000 350 125,000 500,000 33,000 10,000 7,500
25,200,000 765,000 125,000 1,750,000 4,250,000 1,500,000 1,122,000 50,000 315,000
25,200,000 765,000 375,000 1,750,000 4,250,000 1,500,000 1,122,000 50,000 630,000
47,077,000
47,642,000 Page | 130
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404 B. Biaya Variabel 1. Biaya Perawatan Minggu 6 60,000 2. Biaya Panen Hari 1 150,000 Total Biaya Variabel Total Biaya (Biaya tetap+ Biaya variabel)
Berdasarkan tabel 1, total biaya tetap sebesar Rp. 47,077,000/produksi dan meningkat menjadi Rp 47,642,000/tahun (untuk tiga kali produksi). Adanya peningkatan biaya tetap disebabkan oleh adanya penambahan biaya untuk komponen wadah budidaya, yaitu tali rafia mengalami pergantian sebanyak 3 kali dan bambu sebanyak 2 kali dalam setahun. Biaya variabel terdiri dari biaya perawatan dan panen, dengan nilai total sebesar Rp. 510,000/produksi meningkat menjadi Rp 1.530,000/tahun (untuk tiga kali produksi). Biaya perawatan dihitung 6 minggu untuk satu kali produksi rumput laut. Rincian biaya perawatan terdiri dari konsumsi/snack 2 orang untuk 6 hari kerja/minggu. Biaya panen dihitung 1 kali konsunsi untuk 10 orang anggota kelompok budidaya dalam satu kali produksi rumput laut.
360,000 150,000 510,000 47,587,000
FEBRUARI 2014
1,080,000 450,000 1,530,000 49,172,000
Berdasarkan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel maka total biaya produksi rumput laut di perairan Desa Pediwang sebesar Rp. 47,587,000/ produksi dan Rp. 49,172,000/tahun. a.
Analisis Pendapatan Usaha Pendapatan usaha diperoleh dari penerimaan total dikurangi dengan biaya total. Penerimaan total diperoleh dari hasil produksi rumput laut basah maupun kering dikalikan dengan harga jual. Untuk 7,500 Kg rumput laut basah dengan harga jual Rp.4000/Kg diperoleh penerimaan total sebesar Rp. 30,000,000/produksi atau Rp. 90,000,000/tahun. Dari hasil produksi rumput laut kering 6,750 Kg dengan harga jual Rp.8000/Kg diperoleh Rp. 54,000,000/produksi atau Rp.162,000,000/ tahun. Rincian pendapatan usaha disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rincian Pendapatan Usaha Budidaya Rumput Laut di Perairan Desa Pediwang NO A.
B.
C. D.
URAIAN
JUMLAH/PRODUKSI (RP)
JUMLAH TOTAL / TAHUN (RP)
12,000,000 35,077,000 47,077,000
12,000,000 35,642,000 47,642,000
Biaya Perawatan
360,000
1,080,000
Biaya Panen
150,000
450,000
Total biaya variabel
510,000
1,530,000
47,587,000
49,172,000
7,500
22,500
Biaya Tetap Bibit (Kg) Wadah Budidaya Total Biaya Tetap Biaya Variabel
Biaya Total (TC) atau Modal Produksi (A+B) Penerimaan Total (TR) Hasil Produksi Basah (Kg)
Page | 129
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404
E.
Hasil Produksi Kering (Kg) Penerimaan Produksi Basah (Rp. 4000/Kg) Penerimaan Produksi Kering (Rp.8000/Kg) Pendapatan Usaha/Laba Usaha (π) Pendapatan Usaha RL Basah (Rp) Pendapatan Usaha RL Kering (Rp)
Berdasarkan rincian Tabel 2, pendapatan usaha pada tiap masa produksi untuk rumput laut basah, diperoleh penerimaan total (TR) Rp. 30,000,000/produksi < biaya total (TC) Rp. 47,587,000/produksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha mengalami kerugian untuk satu kali produksi karena diperoleh pendapatan usaha rumput laut basah sebesar – 17,587,000. Pendapatan usaha pada tiap masa produksi untuk rumput laut kering diperoleh penerimaan total (TR) Rp. 54,000,000/produksi >biaya total (TC) Rp. 47,587,000/produksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha mengalami keuntungan karena diperoleh pendapatan usaha rumput laut kering sebesar Rp. 6,413,000/produksi. Berdasarkan gambaran hasil analisis pendapatan usaha, nampak bahwa pada awal masa produksi pembudidaya mengalami kerugian ketika rumput laut dijual dalam kondisi basah (diproduksi sebagai bibit), namun jika dilakukan penjualah rumput laut dalam bentuk kering maka pembudidaya akan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, pembudidaya rumput laut di Desa Pediwang perlu melakukan kegiatan tambahan berupa penjemuran rumput laut hasil produksi basah, jika ingin memproduksi rumput laut kering yang lebih menguntungkan. Revenue-Cost Ratio (R/C) Analisis revenue cost ratio menunjukkan manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha b.
FEBRUARI 2014
6,750 30,000,000
20,250 90,000,000
54,000,000
162,000,000
-17,587,000 6,413,000
40,828,000 112,828,000
budidaya rumput laut selama 3 kali produksi (1 tahun). Hasil analisis revenue-cost ratio (R/C) tergantung dari pendapatan/total revenue dan pengeluaran/total cost (TC). Berdasarkan hasil perhitungan analisis revenue cost ratio (R/C) diperoleh nilai (R/C) untuk produksi rumput laut basah yaitu 1,8 dan rumput laut kering yaitu 3,3. Berdasarkan kriteria revenue cost ratio (R/C), untuk produksi rumput laut basah maupun kering diperoleh nilai R/C > 1 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa usaha budidaya rumput laut di perairan Desa Pediwang menguntungkan, baik untuk produksi rumput laut dalam bentuk basah (sebagai bibit) maupun dalam bentuk kering. Meskipun untuk produksi rumput laut basah dan kering menguntungkan, namun berdasarkan kisaran nilai RC yang diperoleh maka, produksi rumput laut kering lebih menguntungkan dibanding produksi rumput laut basah. Meskipun demikian, untuk produksi rumput laut kering pembudidaya masih memerlukan waktu penjemuran dan juga diperlukan biaya tambahan untuk menyediakan sarana penjemuran. c. Analisis Break Event Point (BEP) BEP menunjukkan suatu gambaran produksi setiap tahun yang harus dicapai untuk memperoleh titik impas (tidak untung dan tidak rugi). Keadaan titik impas merupakan keadaan dimana penerimaan usaha rumput laut (TR) sama dengan biaya yang di Page | 129
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404
tanggung (TC) atau TR=TC. Gambaran produksi setiap tahun disajikan dalam bentuk berat (BEP (Kg)) dan rupiah (BEP(Rp). Berdasarkan hasil analisis, diperoleh BEP(Kg) untuk rumput laut basah yaitu 12,293 Kg, yang berarti titik impas akan dicapai saat budidaya menghasilkan rumput laut basah sebanyak 12,293 Kg. Sedangkan BEP(Kg) untuk rumput laut kering yaitu 6,147 Kg yang berarti titik impas akan dicapai saat budidaya menghasilkan rumput laut kering sebanyak 6,147 Kg . Berdasarkan hasil analisis, diperoleh BEP(Rp) untuk rumput laut basah yaitu Rp. 2,185 yang artinya, titik impas akan dicapai pada harga jual rumput laut sebesar Rp. 2,185/Kg. BEP(Rp) untuk rumput laut kering yaitu Rp. 2,428 yang artinya titik impas akan dicapai pada harga jual rumput laut sebesar Rp. 2,428/Kg. Return on invesment (ROI) Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi diperoleh nilai ROI untuk produksi rumput laut basah sebesar 83 %, yang berarti bahwa usaha ini menghasilkan keuntungan sebesar 83 % dari total biaya yang dikeluarkan. Artinya setiap modal sebesar Rp.100 di peroleh keuntungan sebesar Rp.83.00. sedangkan untuk produksi rumput laut kering diperoleh nilai ROI sebesar 229 %, yang berarti bahwa usaha ini menghasilkan keuntungan sebesar 229% dari total biaya yang dikeluarkan. Artinya setiap modal sebesar Rp.100 di peroleh keuntungan sebesar Rp. 229.00. d.
Benefit Cost Ratio (B/C) Analisis B/C ratio merupakan perbandingan antara keuntungan dan biaya produksi. Berdasarkan perhitungan B/C ratio, diperoleh nilai B/C ratio untuk produksi rumput laut basah yaitu 1,8 dan untuk produksi rumput laut kering yaitu 3,3. Berdasarkan kriteria B/C, karena nilai e.
FEBRUARI 2014
B/C ratio yang diperoleh lebih besar dari 1 maka dapat diinterpretasikan bahwa usaha budidaya rumput laut di perairan Desa Pediwang layak dilaksanakan, atau dapat dijelaskan bahwa dengan modal Rp.49.172.000 dapat diperoleh hasil penjualan untuk produksi rumput laut basah sebesar 1,8 kali jumlah modal dan untuk produksi rumput laut kering diperoleh hasil penjualan sebesar 3,3 kali jumlah modal. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pendapatan usaha dan revenue cost ratio (R/C) dapat diinterpretasikan bahwa usaha budidaya rumput laut di perairan Desa Pediwang mengalami keuntungan, sedangkan berdasarkan BEP titik impas akan dicapai saat budidaya rumput laut menghasilkan rumput laut basah sebanyak 12,293 Kg dan rumput laut kering sebanyak 6,147 Kg atau titik impas akan dicapai pada harga jual rumput laut basah sebesar Rp. 2,185/Kg, dan rumput laut kering sebesar Rp. 2,428/Kg, dan berdasarkan analisis return on investmen (ROI) untuk produksi rumput laut basah usaha ini menghasilkan keuntungan sebesar 83 % dari total biaya yang dikeluarkan dan untuk produksi rumput laut kering keuntungan sebesar 229% dari total biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan analisis kriteria investasi Benefit Cost Ratio (B/C), usaha budidaya rumput laut di perairan Desa Pediwang layak dilaksanakan. Daftar Pustaka Anggadiredja Jana T, A. Zatnika, H. Purwoto dan Sri Istini. 2011. Rumput Laut (Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial). Penebar Swadaya. Jakarta.
Page | 129
Jurnal UNIERA Volume 3 Nomor 1; ISSN 2086-0404
Indriani H dan Suminarsih E. 2003. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Kordi, M. Ghufran H. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan ObatObatan. Andi Offset, Yogjakarta.
FEBRUARI 2014
............., 2011. Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di Laut dan Tambak. Andi. Yogjakarta. Siregar Syofian, 2012. Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Page | 130