ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPRINGATE IDA dan SANDY SANTOSO UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
[email protected] Abstrak: In Indonesia at 1998 has experienced a financial crisis which resulted in 80% of 280 companies that go public have even collapsed due to the company's asset value is far below the nominal rate debt or loan out their cities. This situation reoccurred in 2008, which resulted in some companies have to declare himself bankrupt. So, the aim of this research is to analysis the bankruptcy of Gozco Plantation Tbk and PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk with Springate Method for the Period 2007-2009. The analysis technique used is the financial ratio analysis techniques and engineering analysis models Springate bankruptcy. After doing the analysis and calculation of financial ratios can be said Gozco Plantation Tbk has better performance when compared with PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk. It is also seemingly on the calculation model Springate bankruptcy which very clearly states that Gozco Plantation Tbk continuously undergoing improvement while PT Bakrie Sumatra Plantation decline from year to year. It is expected that the research can assist investors in making investment decision. Keywords:
Financial Crisis, Bankruptcy, Financial Ratio Analysis, Springate Bankruptcy Model
PENDAHULUAN
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas (Endri 2009). Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti (Adnan dan Kurniasih 2000) yaitu kegagalan ekonomi (economic failure) dan kegagalan keuangan (financial failure). Kebangkrutan/ kegagalan perusahaan membuat para investor dan kreditur merasa khawatir akan keadaan perusahaan. Untuk memperkecil rasa kekhawatiran kreditur dan investor sebenarnya risiko kebangkrutan perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupa-
Fanny dan Saputra (2000), Basri D alam (1998) menemukan bahwa pada tahun 1998
sekitar 80% dari 280 perusahaan yang sudah go public bisa dikategorikan telah mengalami kebangkrutan karena nilai asset perusahaanperusahaan tersebut jauh di bawah angka nominal utang atau pinjaman luar negerinya. Fakta ini membuat banyak sekali peneliti melakukan penelitian sejauh mana kebangkrutan tersebut dapat diprediksikan beberapa waktu lalu sebelum kebangkrutan tersebut benar-benar terjadi. Adapun salah satu peneliti yang melakukan analisis kebangkrutan ini adalah Weston dan Brigham (1993) yang menyatakan bahwa perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi total kewajibannya.
17
Media Bisnis
kan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta kinerja perusahaan sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan dilaksanakan di kemudian hari. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah maupun stakeholders yang lain. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan utuk memahami informasi laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Selain itu, prediksi kebangkrutan juga penting dilakukan oleh perusahaan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan akan merugikan banyak pihak antara lain: investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur yang dirugikan karena terjadinya default (gagal bayar), karyawan perusahaan karena terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) serta manajemen perusahaan itu sendiri. Karena itu, perlu dilakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam mengelola keseimbangan modalnya yang diinterpretasikan dalam analisis kebangkrutan usaha (prediksi kebangkrutan). Secara empiris prediksi kebangkrutan atau likuidasi dapat dibuktikan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Dari penjabaran di atas menarik untuk dilakukan penelitian mengenai kebangkrutan. Analisis kebangkrutan ini dilakukan dengan mengambil sampel industri/perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia. Industri perkebunan dipilih karena industri perkebunan merupakan salah satu industri yang memberikan kontribusi bagi kemajuan negara Indonesia. Adapun dari banyak industri perkebunan di Indonesia dipilih dua perusahaan perkebunan untuk dijadikan
18
Maret
objek penelitian yaitu Gozco Plantation Tbk dan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk. Kedua perusahaan ini dipilih sebagai sampel karena dari delapan perusahaan perkebunan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya kedua perusahaan ini telah melaporkan laporan keuangannya hingga periode tahun 2009. Di samping itu yang menjadi faktor pertimbangan pemilihan kedua perusahaan ini adalah harga saham kedua perusahaan ini yang berada jauh di bawah harga saham perkebunan lainnya yaitu dua ratus tujuh puluh lima rupiah (Rp.275,-) untuk PT Bakrie Sumatra Plantation (UNSP) dan tiga ratus enam puluh lima rupiah (Rp.365,-) untuk Gozco Plantation Tbk (Gzco). Harga ini jauh di bawah harga wajar saham industri perkebunan. Oleh karena kedua alasan di atas maka dianalisis keadaan kedua perusahaan tersebut di atas dengan menggunakan metode analisis kebangkrutan. Analisis kebangkrutan dipilih untuk melakukan analisis bagi kedua perusahaan di atas karena dengan menggunakan analisis kebangkrutan, keadaan/kinerja kedua perusahaan di atas dapat dilihat dengan lebih jelas. Pertimbangan lain dalam memilih PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk sebagai objek penelitian yaitu segala pemasalahan yang ada di tubuh perusahaan Bakrie baik masalah lumpur lapindo, masalah tunggakan pajak PT Bumi Resourche.Tbk dan beberapa waktu belakangan ini mengenai ketidakmampuan Bakrie Life dalam memenuhi kewajibannya dalam membayarkan klaim para pemegang asuransinya sedikit banyak pasti akan mempengaruhi kinerja anak perusahaan Bakrie lainnya yang salah satunya adalah PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk. Untuk mengetahui kinerja kedua perusahaan di atas kita dapat menggunakan metode analisis kebangkrutan. Salah satu metode kebangkrutan yang dapat digunakan adalah metode analisis kebangkrutan Springate. Model ini dikembangkan oleh Springate (1978) dengan menggunakan analisis multidiskriminan, dengan menggunakan 40 perusahaan sebagai sampelnya. Model ini dapat digunakan untuk
2011
memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5% (Fanny dan Saputra 2000). Dari penjelasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebangkrutan pada Gozco Plantation Tbk dan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk dengan menggunakan metode Springate untuk periode 2007-2009. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian dan organisasi penulisan. Kedua, menguraikan rerangka teoritis. Ketiga, metoda penelitian terdiri atas jenis penelitian, populasi dan sampel, dan definisi operasionalisasi variabel penelitian. Keempat, hasil penelitian yang berisi pembahasan dari perhitungan analisis kebangkrutan dengan metode Springate. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS Kebangkrutan adalah suatu kondisi di saat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut UU Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya. Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam dan Bursa Efek dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak emiten atau perusahaan publik mengalami
Ida/Sandy Santoso
kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan yang dimaksud (Yani dan Widjaja 2004). Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam dan Bursa Efek dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan yang dimaksud. Jenis dan Penyebab Kebangkrutan Usaha Menurut Gitman (2000) kegagalan bisnis merupakan keadaan yang tidak menguntungkan. Walaupun mayoritas perusahaan gagal antara tahun pertama dan tahun kedua sejak beroperasinya perusahaan tersebut, perusahaan lain tetap bertumbuh, mapan dan gagal bahkan lebih banyak. Kegagalan dari sebuah bisnis dapat ditinjau dalam beberapa sudut pandang dan dapat disebabkan oleh satu atau beberapa penyebab. Jenis-jenis kegagalan bisnis (Gitman 2000): (1) Technical Insolvency (ketidakmapuan secara teknis), adalah kegagalan bisnis yang terjadi ketika suatu perusahaan tidak mampu membayar kewajiban yang akan jatuh tempo, (2) Bankruptcy (kebangkrutan), adalah kegagalan bisnis yang terjadi ketika kewajiban suatu perusahaan melampaui nilai pasar dari aset yang dimilikinya. Menurut Gitman (2000) ada 3 penyebab utama kegagalan bisnis, yaitu: (1) Mismanagement (kesalahan manajemen). Ada banyak kegagalan spesifik dalam pengelolaan dapat mengakibatkan kegagalan sebuah perusahaan. Ekspansi yang berlebihan, kebijakan keuangan yang buruk, tenaga penjualan yang tidak efisien
19
Media Bisnis
dan biaya produksi yang tinggi dapat secara satuan atau dalam kombinasi menyebabkan kegagalan, (2) Economic Activity (aktivitas ekonomi). Apabila kondisi ekonomi dalam keadaan resesi, penjualan dapat menurun secara tibatiba, membuat perusahaan dalam kondisi biaya tetap yang tinggi dan juga ketidakcukupan laba untuk menutupi biaya yang tinggi tersebut. Ditambah lagi kenaikan suku bunga sebelum terjadi resesi dapat menjadi penyebab masalah arus kas dan mengakibatkan bertambahnya kesulitan perusahaan dalam mendapatkan dan mempertahankan kebutuhan keuangan, (3) Corporate Maturity (kemapanan perusahaan). Layaknya produk, sebuah perusahaan melewati tahap kelahiran, berkembang, kemapanan dan pada akhirnya penurunan. Manajemen perusahaan seharusnya mencoba untuk memperpanjang tahap perkembangan perusahaan melalui penelitian, produk baru dan merger. Ketika sebuah perusahaan sudah berada di puncak kejayaannya dan mulai menurun, perusahaan tersebut akan diakuisisi oleh perusahaan lain atau dilikuidasi sebelum perusahaan tersebut dinyatakan gagal (bangkrut). Perencanaan manajemen yang efektif seharusnya dapat membantu perusahaan untuk menunda penurunan dan kegagalan secara total. Menurut Sartono (1994), ada tiga jenis kegagalan perusahaan yaitu: (1) Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, bilamana perusahaan tidak dapat memenuhi akan kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi aset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya, (2) Perusahaan yang menghadapi legally solvent, jika nilai aset perusahaan lebih rendah daripada nilai hutang perusahaan, (3) Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar hutangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit. Sebab utama kegagalan suatu perusahaan adalah manajemen perusahaan yang kurang kompeten (Weston dan Brigham 1993). Sementara menurut Riyanto (2001) faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan
20
Maret
menjadi dua yaitu: (1) Sebab Intern/sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri, yang meliputi sebab finansiil maupun non finansiil. Sebab-sebab finansiil antara lain adanya hutang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang berat bagi perusahaan itu, hutang lancar yang terlalu besar di atas aktiva lancar perusahaan, lambatnya pengumpulan piutang dan banyaknya piutang tak tertagih (bad debts), kesalahan dalam dividend policy, dan tidak cukupnya dana-dana penyusutan. Sebab-sebab non finansiil antara lain adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan seperti kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan, kesalahan dalam penentuan produk yang dihasilkan, kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan, kurang baiknya struktur organisasi perusahaan, kesalahan dalam pemiihan pimpinan perusahaan, adanya managerial incompetence seperti kesalahan dalam kebijakan pembelian, produksi dan marketing, dan adanya ekspansi yang berlebihan, (2) Sebab ekstern, adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan dan yang berada di luar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau badan usaha itu sendiri antara lain persaingan secara global, berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, dan kondisi ekonomi secara makro. Informasi kebangkrutan yang dimiliki oleh perusahaan akan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti investor, kreditur, pemerintah, dan bagi karyawan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu analisis kebangkrutan usaha perlu dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan diidentifikasi maka semakin baik bagi manajemen perusahaan karena bisa melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan
2011
Ida/Sandy Santoso
dengan menggunakan rasio keuangan. Selain itu analisis kebangkrutan usaha juga bisa dilakukan dengan metode Z-score model Altman, Foster, Zmijewski dan Springate. Dari beberapa metode kebangkrutan di atas, penelitian ini menggunakan analisis kebangkrutan model Springate. Springate Model Model ini dikembangkan oleh Springate (1978) dengan menggunakan analisis multidiskriminan, dengan menggunakan 40 perusahaan sebagai sampelnya. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi suau kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5%. Dengan model yang sama, Botheras (1979) mendapatkan hasil dengan tingkat keakuratan 88%. Sands (1980) melakukan pengujian dengan tingkat keakuratan mencapai 83%. Model yang berhasil dikembangkan oleh Springate adalah (Fanny dan Saputra 2000): S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D Keterangan: A
Working Capital Total Assets
B
EBIT Total Assets
C
EBIT Current Liabilitie s
D
Sales Total Assets
Dengan kriteria penilaian apabila nilai S < 0,862 maka perusahaan dikategorikan bangkrut dan apabila nilai S > 0,862 maka perusahaan dikategorikan tidak bangkrut.
METODA PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Tujuan penelitian deskriptif adalah memberikan sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya yang kemudian penelitian ini membantu untuk memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut atau membuat keputusan tertentu yang sederhana (Sekaran 2006). Populasi Dan Sampel Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang ingin diinvestigasi oleh peneliti (Searan 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor perkebunan yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia. Untuk memfokuskan penelitian ini maka diambil sampel untuk mewakili populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu pengambilan sampel non-probabilitas yang informasi data penelitiannya diperoleh dari anggota populasi dan informasi tersebut dapat dengan mudah diakses oleh peneliti (Sekaran 2006). Oleh sebab itu penelitian ini mengambil perusahaan Gozco Plantation Tbk dan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk sebagai sampel karena data yang diperlukan telah dipublikasikan dan dapat diakses dengan mudah. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah menjelaskan karakteristik dari obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan di dalam penelitian (Hartono 2005). Elemen-elemen variabel yang diteliti dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.
21
Media Bisnis
Maret
Tabel 1 Definisi operasional variable Metode Analisis Analisis Rasio Keuangan
Variabel Penelitian
Kriteria Penilaian
1. Rasio Likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, rasio likuiditas terdiri dari: a. Current Ratio = CA / CL b. Quick Ratio = (CA-I) / CL c. Cash Ratio = Cash / CL d. Working Capital To Asset Ratio = (CA-CL) / TA
Membandingkan keadaan posisi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode penelitian apakah membaik/ memburuk.
2. Rasio Aktivitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan aset oleh perusahaan, rasio aktivitas terdiri dari: a. Collection Period Ratio = AR / S b. Inventory Turnover Ratio = COGS / I c. Fixed Asset Turnover Ratio = S / FA d. Total Asset Turnover Ratio = S / TA 3. Rasio Solvabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, rasio solvabilitas terdiri dari: a. Debt To Asset Ratio = TD / TA b. Debt To Equity Ratio = TD / SE c. Time Interest Earned Ratio = EBIT / IE d. Debt To Total Asset Ratio = CL / TA e. Equity Multiplier Ratio = TA / SE 4. Rasio Profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, rasio profitabilitas terdiri dari: a. Gross Profit Margin = GP / S b. Net Profit Margin = EAT / S c. Return On Investment = EAT / TA d. Return On Equity = EAT / SE Analisis Kebangkrutan The Springate Dengan fungsi persamaan : Model S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D Dimana : A = WC / TA B = EBIT / TA C = EBT / CL D = S / TA
22
Apabila nilai S < 0,862 maka perusahaan dikategorikan bangkrut dan apabila nilai S > 0,862 maka perusahaan dikategorikan tidak bangkrut.
2011
Ida/Sandy Santoso
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karena kebangkrutan itu merupakan persoalan yang serius dan memakan biaya, maka jika ada early warning system yang bisa mendeteksi potensi kebangkrutan sejak awal, manajemen akan sangat terbantu. Manajemen perusahaan bisa melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sedini mungkin untuk menghindari kebangkrutan (Hanafi 2004). Untuk memprediksi kebangkrutan dengan model Springate dan mendapatkan nilai S, maka terlebih dahulu kita menghitung rasio-rasio yang diperlukan untuk mendapatkan hasil pada metode ini.
Hasil Perhitungan Rasio Model Springate Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio-rasio dalam model Springate: Working Capital To Total Asset Ratio (A) Working capital to asset ratio digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Supardi dan Mastuti 2003). Working capital to asset ratio PT Bakrie Sumatra Plantation dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Working Capital to Asset Ratio PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk Periode Current assets Current liabilities Total assets A
2007 1.427.343.468 449.843.843 4.310.903.584 0.23
2008 732.998.570 473.418.159 4.700.318.837 0.055
2009 666.219.885 659.502.236 5.071.797.313 0.0013
Working capital to asset ratio Gozco Plantation Tbk dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Working Capital to Asset Ratio Gozco PlantationTbk Periode Current assets Current liabilities Total assets A
2007
2008
2009
75.056.928.859 50.495.779.064 1.018.105.383.237 0.024
374.382.778.055 71.730.078.523 1.428.610.334.862 0,21
363.843.288.697 127.362.627.247 1.993.045.927.634 0,12
EBIT To Total Asset Ratio (B) EBIT to total asset ratio digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan (Supardi dan Mastuti 2003:80). EBIT to total asset ratio PT Bakrie Sumatra Plantation dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
23
Media Bisnis
Maret
Tabel 4 EBIT to Total Assets Ratio PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk Periode EBIT Total assets B
2007
2008
2009
488.871.203 4.310.903.584 0,11
759.696.914 4.700.318.837 0,16
470.323.022 5.071.797.313 0,09
EBIT to total asset ratio Gozco Plantation Tbk dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 EBIT to Total Assets Ratio Gozco Plantation Tbk Periode
2007
EBIT Total assets B
60.714.120.167 1.018.105.383.237 0,06
2008 98.348.586.424 1.428.610.334.862 0,07
2009 121.482.302.898 1.993.045.927.634 0.061
EBT To Current Liabilities ratio (C) EBT to current liabilities ratio bertujuan mengukur perbandingan antara laba sebelum pajak yang telah dipotong dengan bunga terhadap hutang lancar. Rasio ini dihitung agar manajemen perusahaan dapat mengetahui berapa laba yang telah dipotong dengan beban bunga dapat menutupi hutang lancar yang ada, dengan kata lain rasio ini mengukur apakah laba sebelum pajak yang telah dikurangi dengan bunga dapat menutupi hutang lancar yang dimiliki perusahaan. EBT To Current Liabilities ratio PT Bakrie Sumatra Plantation dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6 EBT to Current Liabilities PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk Periode EBT Current liabilities C
2007
2008
2009
343.929.786 449.843.843 0,76
279.775.393 473.418.159 0,59
367.866.945 659.502.236 0,56
EBT To Current Liabilities ratio Gozco Plantation Tbk dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 EBT to Current Liabilities Gozco Plantation Tbk
24
Periode
2007
2008
2009
EBT Current liabilities C
40.553.196.492 50.495.779.064 0,8
63.880.044.581 71.730.078.523 0,89
203.065.153.980 127.362.627.247 1,59
2011
Ida/Sandy Santoso
Sales To Total Asset Ratio (D) Sales to total asset ratio digunakan untuk mengukur kemampuan manjemen dalam menghadapi kondisi persaingan dan kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan (Supardi dan Mastuti 2003). Sales to total asset ratio PT Bakrie Sumatra Plantation dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8 Sales to Total Assets PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk Periode Sales Total Asset D
2007 1.949.017.782 4.310.903.584 0,45
2008 2.931.418.722 4.700.318.837 0,62
2009 2.325.282.030 5.071.797.313 0,46
Sales to total asset ratio Gozco Plantation Tbk dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 9 Sales to Total Assets Gozco Plantation Tbk Periode Sales Total Asset D
2007 132.795.046.806 1.018.105.383.237 0,13
2008 290.790.810.001 1.428.610.334.862 0,2
2009 407.905.583.636 1.993.045.927.634 0,21
Hasil Perhitungan (S) Pada Model Springate Setelah mendapatkan nilai-nilai rasio A, B, C dan D kita perlu mengaplikasikan nilai-nilai rasio ini ke dalam rumus model Springate untuk mendapatkan nilai S yang menunjukkan apakah perusahaan termasuk dalam kriteria bangkrut atau tidak bangkrut. Berikut adalah hasil perhitungan nilai S pada model Springate, yaitu: Tabel 10 Perhitungan Nilai S PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk Periode A B C D S
2007 2008 0,23 0,055 0,11 0,16 0,76 0,59 0,45 0,62 S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D 1.26 1.18
Dari tabel di atas dapat kita dapat mengetahui kondisi kebangkrutan perusahaan dengan menilai nilai S sesuai dengan kriteria model Springate: Untuk tahun 2007 nilai S perusahaan 1,26 nilai S ini > 0,862 maka perusahaan dikategorikan tidak bangkrut.
2009 0,0013 0,09 0,56 0,46 0.83
Untuk tahun 2008 nilai S perusahaan 1,18 nilai S ini > 0,862 maka perusahaan dikategorikan tidak bangkrut. Untuk tahun 2009 nilai S perusahaan 0,83 nilai S ini < 0,862 maka perusahaan dikategorikan bangkrut.
25
Media Bisnis
Maret
Tabel 11 Perhitungan Nilai S Gozco Plantation Tbk Periode A B C D S
2007
0.024 0,21 0,06 0,07 0,8 0,89 0,13 0,2 S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D 0,79 1.02
Dari tabel di atas kita dapat mengetahui kondisi kebangkrutan perusahaan dengan menilai nilai S sesuai dengan kriteria model Springate: Untuk tahun 2007 nilai S perusahaan 0,79 nilai S ini < 0,862 maka perusahaan dikategorikan bangkrut. Untuk tahun 2008 nilai S perusahaan 1,02 nilai S ini > 0,862 maka perusahaan dikategorikan tidak bangkrut. Untuk tahun 2009 nilai S perusahaan 1,44 nilai S ini > 0,862 maka perusahaan dikategorikan tidak bangkrut. Pembahasan Model Springate PT Bakrie Sumatra Plantation PT Bakrie Sumatra Plantation pada tahun 2007-2008 tidak mengalami masalah yang dapat membuat perusahaan mengalami suatu kebangkrutan namun pada tahun 2009 keadaan ini berubah cukup signifikan yang menjadikan perusahaan harus memasuki ambang kebangkrutan. Keadaan ini apabila dilihat dari perhitungan rasio lebih disebabkan pada penurunan cadangan kas, penurunan laba usaha, dan kenaikan hutang lancar perusahaan yang cukup signifikan. Apabila perusahaan dapat segera mengatasi permasalahan ini maka diharapkan perusahaan di tahun-tahun berikutnya dapat keluar dari zona kebangkrutan.
26
2008
2009 0,12 0.061 1,59 0,21 1.44
Gozco Plantation Tbk Gozco Plantation Tbk pada tahun 2007 berada pada zona kebangkrutan. Hal ini disebabkan oleh kecilnya cadangan kas yang dimiliki perusahaan. Untuk faktor-faktor lainnya tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan. Namun pada tahun 2008-2009 perusahaan dapat memperbaiki keadaan ini sehingga perusahaan dapat keluar dari zona kebangkrutan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Dari analisis rasio keuangan yang dilakukan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk selama kurun waktu 2007-2009 menyatakan bahwa perusahaan terus mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Hal ini semakin diperkuat dengan hasil analisis kebangkrutan model Springate yang menyatakan bahwa PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk pada tahun 2009 berada dalam keadaan tidak sehat/menuju kebangkrutan. (2) Dari analisis rasio keuangan yang dilakukan pada Gozco Plantation Tbk selama kurun waktu 2007-2009 memperlihatkan bahwa perusahaan mengalami perbaikan kinerja. Perbaikan kinerja ini diperkuat oleh hasil analisis kebangkrutan model Springate yang menyatakan bahwa Gozco Plantation Tbk pada tahun 2007 berada dalam keadaan tidak sehat/menuju kebangkrutan. Namun keadaan ini kembali membaik pada tahun 2008-2009.
2011
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (1) Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi perusahaan sehingga untuk periode yang akan datang perusahaan dapat memperbaiki kinerjanya hingga menjadi lebih baik lagi. (2) Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan
Ida/Sandy Santoso
bagi calon investor yang ingin mulai berinvestasi sebaiknya selalu memperhatikan kinerja dan kesehatan perusahaan tempat investor berinvestasi agar investasi yang ditanamkan inverstor dapat memberikan keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA Adnan, Muhammad Akhyar dan Eha Kurniasih. 2000. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Dengan Pendekatan Altman. Jurnal Auditing dan Akuntansi Indonesia. Volume 4. No.2 Desember. Yogyakarta. Endri. 2009. Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Metode Altman’s Z-Score. Perbanas Quarterly Review, Vol. 2 No. 1. Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2000. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan , Pertumbuhan Perusahaan, Dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta). SNA VIII. Solo. 15-16 September. Gitman, Lawrence J. 2000. Principles of Managerial Finance. 9th Edition. Addison-Wesley Longman Limited. Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Jogiyanto, H. M. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- pengalaman. Yogyakarta: BPFE. Sartono. R. Agus. 1994. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Bussiness. 4th Edition. (Diterjemahkan Oleh: Kwan Men Yon). Jakarta: Salemba Empat. Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1993. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. 2004. Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
27