ANALISIS KEADAAN SERANGAN OPT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA SUMATERA TAHUN 2015 Oleh: Muklasin dan Syahnen Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Jl. Asrama No. 124, Kel. Cinta Damai, Kec. Medan Helvetia, Medan-20126 Telp. (061) 8470504, Fax (061) 8466771 I. Pendahuluan Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan utama di
Pulau
Sumatera.
Menurut
data
Direktorat
Perlindungan
PerkebunanTahun 2016, luas perkebunan kelapa sawit milik rakyat pada Tahun 2015 mencapai 3.526.582 ha yang tersebar di 10 provinsi. Perkebunan kelapa sawit terluas terdapat di Propinsi Riau, yaitu dengan luas 1.389.301 ha, atau setara dengan 39% dari seluruh luas perkebunan di Pulau Sumatera (Gambar 1).
[CATEGORY [CATEGORY NAME], [VALUE] NAME], [VALUE] ([PERCENTAGE]) ([PERCENTAGE])
[CATEGORY NAME], [VALUE] ([PERCENTAGE])
[CATEGORY NAME], [VALUE] ([PERCENTAGE]) [CATEGORY NAME], [VALUE] ([PERCENTAGE])
[CATEGORY NAME], [VALUE] [CATEGORY ([PERCENTAGE]) NAME], [VALUE] ([PERCENTAGE])
[CATEGORY NAME], [VALUE] ([PERCENTAGE])
[CATEGORY NAME], [VALUE] ([PERCENTAGE])
[CATEGORY NAME], [VALUE] ([PERCENTAGE])
Sumber: Ditlinbun, 2016.
Gambar 1. Luas Komoditas Kelapa Sawit (ha) di Wilayah KerjaSumatera Tahun 2015. Luas perkebunan kelapa sawit di pulau Sumatera diperkirakan akan terus meningkat karena potensinya masih sangat besar. Dari sudut pandang ekonomi hal ini tentu sangat menggembirakan, tapi dari sudut
proteksi tanaman kondisi seperti ini sudah barang tentu menjadi tantangan tersendiri. Peningkatan luas areal perkebunan akan selalu diikuti oleh luas serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Semakin luas areal terserang OPT semakin tinggi kerugian yang ditimbulkannya. Oleh sebab itu perlu diwaspadai agar luas serangan OPT dapat terkendali. Berdasarkan laporan Ditlinbun Tahun 2015 OPT utama yang menyerang tanaman kelapa sawit dan terjadi sepanjang tahun ada 4 jenis, yaitu ulat api (Setora sp., Parasasp., Darna sp., Thoseasp. dan Hidari irava), babi hutan (Sus pitatus), Tikus (Rattus sp.) dan penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) (Ditlinbun, 2016).
II. Metodologi Data luas serangan OPT komoditas kelapa sawit Regional Sumatera, meliputi Aceh, Sumatera Uara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung, Tahun 2015 diperoleh dari Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan. Analisis data dilakukan secara analisis deskriptif. Data ditabulasi dan dihitung luas tingkat serangan berat dan tingkat serangan ringan. Selanjutnya data luas serangan OPT digrafikkan dengan bentuk Column Chart, kemudian dipetakan dan diberi warna dengan 4 kategori, yaitu:
Merah
= keadaan serangan kategori sangat luas
Kuning
= keadaanserangan kategori luas
Hijau Muda = keadaanserangan kategori sedang
Hijau Tua
= keadaanserangan kategori rendah
III. Hasil dan Pembahasan A. Hama Ulat Api Hama ulat api (ulat pemakan daun) selalu menjadi kendala dan serangannya biasanya sporadik dan eksplosif. Kehadiran hama ini sulit diprediksi. Serangan dapat muncul tiba-tiba dengan luasan yang sangat tinggi dan populasinya pun cukup banyak sehingga menimbulkan
2
kerusakan yang sangat berarti. Tanaman yang terserang berat daunnya habis dan tinggal lidi. Bila kondisi ini terjadi tanaman butuh waktu sampai 2 tahun untuk dapat kembali berproduksi secara normal. Pada Triwulan IV Tahun 2015serangan hama ulat api menjadi masalah di Prop. Sumatera Utara. Perkebunan kelapa sawit milik rakyat terserang hama ulat api hingga seluas 2.601,90 ha (Gambar 2). Serangan ulat apijuga terjadi di Aceh, Sumbar, Riau, Jambi dan Lampung, dengan luasan yang rendah. Serangan hama ulat api biasanya terjadi pada musim kemarau. Seringkali serangan baru terdeteksi pada saat tingkat serangan sudah berat dan meliputi wilayah yang luas (eksplosif). Hal ini disebabkan karena terlambat dalam deteksi serangan ulat api. Ulat
api
termasuk
kategori
serangga
dengan
strategi
perkembangan r. Serangga dengan strategi ini memiliki kemampuan berkembang biak yang sangat tinggi, telur yang dihasilkan banyak dan waktu yang diperlukan untuk satu generasi sangat singkat. Untuk hama dengan strategi r perlu pengamatan dini yang lebih teliti dan rutin, sehingga kejadian serangan eksplosi dapat dihindari.
Luas Serangan (ha)
3.000,00 2.500,00 2.000,00 1.500,00 1.000,00 500,00 0,00 ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
KEPRI
JAMBI
SUMSEL
BABEL
BENGKUL U
LAMPUNG
Ringan
139,20
2.601,90
50,00
60,70
0,00
173,00
0,00
0,00
0,00
143,00
Berat
54,00
0,00
36,00
36,00
0,00
102,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Propinsi
Sumber: Ditlinbun, 2016
Gambar 2. Grafik Luas Serangan Hama Ulat Api di Wilayah Kerja Sumatera Triwulan IV Tahun 2015.
3
Gambar 3. Peta Sebaran Serangan Ulat Api di Wilayah Kerja Sumatera Tahun 2015 Peta sebaran serangan hama ulat api dapat dilihat pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa Propinsi Sumatera Utara merupakan satu-satunya wilayah dengan areal serangan ulat api sangat luas. Dalam peta, kategori serangan tersebut ditandai dengan warna merah. Selanjutnya Jambi masuk kategori luas (kuning). Sedangkan Aceh dan Lampung masuk kategori sedang (hijau muda). Sementara provinsi yang lain termasuk kategori rendah.
B. Hama Babi Hutan Hama babi hutan (Sus pitatus)menjadi masalah di 4 provinsi, yaitu Aceh, Sumbar, Riau dan Jambi. Babi hutan umumnya menyerang kelapa sawit hingga berumur sekitar 24 bulan. Babi biasanya mencari makan menjelang subuh dan pada sore sampai menjelang malam. Babi hutan merupakan salah satu hama utama pada perkebunan kelapa sawit di Sumut, Bengkulu, Jambi dan Riau. Hama ini menimbulkan kerugian yang cukup besar terutama pada tanaman muda. Serangan babi hutan pada
4
tanaman muda dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Dalam satu malam seekor babi hutan dapat merusak puluhan batang tanaman (Fauzi, 2012). Luas serangan babi hutantertinggi pada Triwulan IV Tahun 2015 terjadi di Riau, yaitu mencapai 2.027,75 ha, kemudian Aceh 1.618,70 ha dan Jambi 679 ha (Gambar 4). Serangan berat tertinggi terjadi di Aceh. Serangan berat hama babi hutan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Babi hutan membongkar tanaman hingga tumbang, kemudian memakan bagian umbutnya hingga tinggal pelepah (Fauzi, 2012). Peta sebaran serangan hama babi hutan Tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 5. Dari Gambar 5 terlihat bahwa Propinsi Aceh dan Riau merupakan daerah serangan dengan kategori sangat luas (merah). Sementara Propinsi Jambi merupakan provinsi dengan kategori luas (kuning). Perlu diwaspadai agar setiap kategori luas serangan jangan berubah lebih merugikan. Bila luas serangan meningkat, warna hijau tua dapat berubah menjadi hijau muda, hijau muda menjadi kuning dan kuning
Luas Serangan (ha)
menjadi merah.
2.000,00 1.800,00 1.600,00 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00
Ringan Berat
ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
KEPRI
JAMBI
SUMSEL
BABEL
BENGKUL U
LAMPUNG
1.048,10
0,00
270,00
1.715,85
0,00
372,00
0,00
0,00
0,00
0,00
570,60
0,00
122,00
311,50
0,00
307,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Propinsi
Sumber: Ditlinbun, 2016
Gambar 4. Grafik Luas Serangan Hama Babi Hutan (ha) di Wilayah Kerja Sumatera Triwulan IV Tahun 2015.
5
Gambar 5. Peta Sebaran Serangan Hama Babi Hutan di Wilayah Kerja Sumatera Tahun 2015
C. Hama Tikus (Rattus sp.) Serangan hama tikus terlihat sangat dominan di perkebunan kelapa sawit di Propinsi Sumatera Utara. Luas serangan hama ini pada Triwulan IV Tahun 2015 mencapai 30.416,38 ha. Luas serangan ini berbeda jauh bila dibandingkan dengan provinsi lain. Propinsi Aceh 1.101,7 ha, Lampung 1,052 ha, Jambi 497 ha, Sumbar 481 ha dan Riau 97,3 ha (Gambar 6). Ada beberapa jenis tikus yang merusak tanaman kelapa sawit, yaitu tikus belukar (Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus rumah (Rattus diardii) dan tikus hama (Rattus exulans). Keempat jenis tikus ini dapat hidup dan berkembang biak di perkebunan kelapa sawit (Lubis dan Widanarko, 2012). Tikus belukar merupakan jenis tikus yang menimbulkan kerugian terbesar. Hal ini disebabkan tikus dapat mengerat di setiap pelepah dan titik tumbuh tanaman muda serta memakan bunga dan buah.
6
35.000,00
Luas Serangan (ha)
30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
KEPRI
JAMBI
SUMSEL
BABEL
BENGKUL U
LAMPUNG
Ringan
690,00
30.461,3
305,00
88,55
0,00
358,00
0,00
0,00
0,00
1.042,00
Berat
411,70
0,00
176,00
8,75
0,00
139,00
0,00
0,00
0,00
10,00
Propinsi
Sumber: Ditlinbun, 2016
Gambar 6. Grafik Luas Serangan Hama Tikus (Rattus sp.) di Wilayah KerjaSumatera Triwulan IV Tahun 2015.
Gambar 7. Peta Sebaran Serangan Hama Tikus (Rattus sp.) di Wilayah Kerja Sumatera Tahun 2015
7
Tikus dewasa mampu beranak tiap dua bulan sekali dengan jumlah anak dapat mencapai 10 ekor tiap kali beranak. Hama ini menyerang tanaman pada semua umur, mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan (Fauzi, 2012). Serangan tikus ini berkaitan dengan letak kebun, cara pengelolaan kebun, keberadaan musuh alami dan upaya pengendalian hama yang dilakukan.
D. Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.) Penyakit busuk pangkal batang merupakan penyakit utama yang paling berbahaya bagi perkebunan kelapa sawit. Gejala serangan terlihat bila tanaman sudah terserang berat. Hal inilah yang menyulitkan tindakan pengendalian penyakit ini. Penyakit ini sudah menyerang hampir semua perkebunan kelapa sawit. Serangan semakin berat pada penanaman generasi kedua, ketiga dan seterusnya. Di Sumatera sendiri serangan penyakit ini sudah menyebar hampir ke seluruh provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Barat dan Bengkulu. Berdasarkan data dari Ditlinbun pada Tahun 2015 serangan ringan penyakit busuk pangkal batang tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu mencapai luas 77.587,31 ha (Gambar 8). Berikutnya adalah Aceh seluas 1.267, 50 ha, Riau seluas 485,2 ha, Bengkulu seluas 377 ha, Sumbar seluas 45 ha dan Jambi seluas 6 ha. Pada awal ditemukan, penyakit ini hanya menyerang tanaman tua (>25 tahun). Namun saat ini penyakit sudah banyak ditemukan pada tanaman muda yang berumur antara 10-15 tahun (Pahan, 2008). Bahkan dari pengamatan BBPPTP Medan di lapangan telah ditemukan serangan penyakit ini menyerang tanaman umur di bawah 5 tahun.
8
90.000,00 80.000,00
Luas Serangan (ha)
70.000,00 60.000,00 50.000,00 40.000,00 30.000,00 20.000,00 10.000,00 0,00 ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
KEPRI
JAMBI
SUMSEL
BABEL
BENGKUL U
LAMPUNG
Ringan
1.008,50
77.587,3
28,00
381,00
0,00
3,00
0,00
0,00
354,00
0,00
Berat
259,00
0,00
17,00
104,20
0,00
3,00
0,00
0,00
23,00
0,00
Propinsi
Sumber: Ditlinbun, 2016
Gambar 8. Grafik Luas Serangan Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.) di Wilayah Kerja Sumatera Triwulan IV Tahun 2015.
Gambar 9. Peta Sebaran Serangan Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.) di Wilayah Kerja Sumatera Tahun 2015 9
IV. Kesimpulan 1. Hama dan penyakit utama yang menyerang komoditas kelapa sawit di Sumatera adalah ulat api (Setora sp., Parasasp., Darna sp., Thoseasp. dan Hidari irava), babi hutan (Sus pitatus), Tikus (Rattus sp.) dan penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.). 2. Luas dan tingkat serangan pada setiap OPT bervariasi pada masingmasing propinsi. Luas areal serangan digambarkan dalam peta dengan 4 (empat) warna. Merah berarti sangat luas, kuning berarti luas, hijau muda berarti sedang dan hijau tua berarti rendah. 3. Berdasarkan kategori luas seranganulat api, provinsi dengan kategori merah adalah Propinsi Sumatera Utara. Untuk serangan hamababi hutan provinsi dengan kategori merah adalah Aceh dan Riau. Untuk serangan hamatikus, provinsi dengan kategori merah adalahAceh, Sumatera Utara dan Lampung. Untuk serangan penyakit busuk pangkal batangprovinsi dengan kategori merah adalah Sumatera Utara.
Referensi: Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, R. H. Paeru. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Lubis, R. E. dan A. Widanarko. 2012. Buku Pintar Kelapa Sawit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
10
Filename: KEADAAN SERANGAN OPT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA SUMATERA TAHUN 2015 Directory: D:\tulisan ilmiah\JUNI 2016 Template: C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot m Title: Subject: Author: ASUS Keywords: Comments: Creation Date: 16/06/2016 10:50:00 Change Number: 197 Last Saved On: 30/06/2016 9:40:00 Last Saved By: ASUS Total Editing Time: 570 Minutes Last Printed On: 01/07/2016 8:59:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 10 Number of Words: 1.543 (approx.) Number of Characters: 8.799 (approx.)
