i
ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU WANITA WIRAUSAHA
INDAH PURWANTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Indah Purwanti NIM H34134073
iv
v
ABSTRAK INDAH PURWANTI. Analisis Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha. Dibimbing oleh BURHANUDDIN. Adanya krisis ekonomi merupakan akibat dari pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun sehingga menyebabkan timbulnya masalah pengangguran. Salah satu solusinya yaitu dengan jalur wirausaha. Kewirausahaan merupakan salah satu faktor pendorong kemajuan perekonomian Indonesia. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh pria saja, wanita juga. Saat ini, peranan wanita wirausaha memang masih menjadi minoritas, namun perkembangan wirausaha dalam suatu negara tidak lepas dari partisipasi dan peran wanita. Peran tersebut dimainkan oleh keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yaitu warung kelontong. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik personal, karakter wanita, dan perilaku wanita wirausaha serta menganalisis hubungan antara karakteristik personal, karakter wanita dengan perilaku wanita wirausaha. Metode pengumpulan sampel yaitu snowball dan quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah deskriptif, ChiSquare dan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat karakter wanita yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku wanita wirausaha pada taraf nyata 0.01 dan 0.05. Sedangkan, hanya beberapa karakteristik personal yang memiliki hubungan nyata dengan perilaku wanita wirausaha. Kata kunci: karakter, perilaku, wanita, warung kelontong, wirausaha
ABSTRACT INDAH PURWANTI. Characteristic and Behaviour Analysis of Women Entrepreneur. Supervised by BURHANUDDIN. Crisis of economic was result of declining world economic growth that make unemployment over there. The entrepreneurship was the right way for this problem. Entrepreneurship is one of the Indonesian economic driving progress. It is not only conducted by the men, women too. Nowdays, women entrepreneur were minority, but entrepreneurship in some country can not be separated from the participant and role of women. The role was from micro, small, and medium entreprises (UMKM) such as a grocery store. The goal of this research is to analyze the personal characteristic, entrepreneur character, behaviour of women entrepreneur, and also analyze the relationship between personal characteristic, enrepreneur character with behaviour of women entrepreneur. The sample generating method is snowball and quota sampling. Instrument used is questionnaire. The analysis tools used are descriptive, chi-square and rank spearman. The result of this research shows that there is a relation between of women character and behaviour of women entrepreneur on the real level of 0.01 and 0.05. However, there is only a few personal characteristic which has a significant relation with behaviour of women entrepreneur. Key words: behaviour, character, entrepreneur, grocery store, women
vi
vii
ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU WANITA WIRAUSAHA
INDAH PURWANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
viii
x
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah kewirausahaan, dengan judul Analisis Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin MM selaku dosen pembimbing, Dr Ir Netti Tinaprila MM selaku dosen evaluator pada kolokium dan dosen penguji utama pada sidang, dan Dr Ir Wahyu Budi Priatna MM sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberi saran. Penghargaan terbesar penulis hadiahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan 4, Dicky Umbara, Melinda Fatmawati, Eka dari Sekolah Pascasarjana Statistika, dan teman-teman sebimbingan skripsi Jusni Erina Purba dan Noverina Amanda. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Indah Purwanti
xii
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Wanita Wirausaha Karakteristik Personal Karakter Wirausaha Perilaku Kewirausahaan KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Wirausaha dan Kewirausahaan Wanita Wirausaha (Women Entrepreneur) Karakteristik Personal Karakter Wirausaha Perilaku Kewirausahaan Karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Data dan Instrumensi Jenis dan Sumber Data Instrumensi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Statistika Deskriptif Analisis Korelasi Rank Spearman Analisis Chi-Square Definisi Operasional GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Warung Kelontong Wilayah Kecamatan Bogor Barat HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Personal Usia Tingkat Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga Status Pekerjaan Suami Lama Usaha Karakter Wirausaha Perilaku Wanita Wirausaha
xv xv xv 1 1 4 5 5 6 6 7 7 8 9 9 9 10 12 12 13 15 16 17 17 18 18 18 18 19 20 20 21 22 22 23 23 25 26 26 26 26 27 28 28 29 30
xiv
Hubungan Karakteristik Personal dengan Perilaku Wanita Wirausaha Hubungan Karakter Wirausaha dengan Perilaku Wanita Wirausaha SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
34 37 40 40 41 41 45 53
xv
DAFTAR TABEL 1 Jumlah unit UMKM dan usaha besar di Indonesia (ribu unit) 2 Distribusi responden menurut usia pada wanita wirausaha warung 3 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan pada wanita wirausaha 4 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada wanita 5 Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada wanita 6 Distribusi responden menurut lama usaha pada wanita wirausaha warung 7 Tingkat kekuatan karakter wirausaha pedagang warung kelontong 8 Hasil perhitungan nilai standar deviasi pada perilaku wanita wirausaha 9 Distribusi responden menurut perilaku wanita wirausaha 10 Hasil uji Rank Spearman antara karakteristik personal terhadap perilaku 11 Hasil uji Chi-Square antara karakteristik personal dengan perilaku wanita 12 Hubungan antara karakter wanita terhadap perilaku wanita wirausaha
3 26 27 28 28 29 29 30 30 34 34 37
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran karakteristik dan perilaku wanita wirausaha 2 Contoh warung kelontong di kecamatan Bogor Barat 3 Wilayah kecamatan Bogor Barat
17 24 25
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji validitas dan reliabilitas 45 2 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakter wirausaha dengan perilaku wanita wirausaha 49 3 Data diri responden 51
xvi
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Selain memberikan dampak positif, adanya pembangunan juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah. Selama ini pembangunan hanya memprioritaskan perkembangan pada sektor ekonomi, sedangkan sektor lain hanya bersifat menunjang atau melengkapi sektor ekonomi. Adanya krisis ekonomi merupakan salah satu akibat dari pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun sehingga menyebabkan timbulnya masalah baru yaitu tenaga kerja dan kesempatan kerja. Hal ini menjadi masalah yang sangat serius bagi bangsa Indonesia, ketika banyaknya industri-industri besar harus mengurangi jumlah tenaga kerjanya yang disebabkan oleh krisis ekonomi dunia. Pengurangan jumlah tenaga kerja tersebut menimbulkan keresahan sosial. Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan terjadinya penawaran tenaga kerja yang berlebihan, sehingga memicu bertambahnya angka pengangguran karena permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja yang semakin terbatas. Salah satu solusi mengatasi masalah pengangguran adalah dengan berusaha menciptakan lapangan pekerjaan sendiri melalui jalur wirausaha. Berdasarkan fakta tersebut, kewirausahaan (entrepreneurship) akan memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia khususnya dalam mengatasi masalah pengangguran. Semakin banyak jumlah orang-orang yang berwirausaha tentunya akan meningkatkan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Di Indonesia, kesempatan kerja dengan berwirausaha dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh semua jenjang karakteristik angkatan kerja Indonesia, sehingga selain mampu menciptakan lapangan pekerjaan, juga dapat menyerap angkatan kerja Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Keberadaan para wirausahawan juga dapat mengentaskan kemiskinan, menyejahterakan masyarakat, serta sebagai generator pembangunan ekonomi negara dan tentunya dapat mengurangi tingkat kriminalitas. Harefa dan Siadari (2006) menyatakan bahwa sejarah pun membuktikan para wirausahawanlah yang sering kali menjadi motor perubahan perekonomian, tidak hanya pada saat perekonomian negara sedang berjaya, melainkan juga ketika perekonomian negara sedang berada pada saat-saat sulit. Data BPS (2012) melaporkan bahwa perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia tahun 2011 memiliki persentase sebesar 50.37 dan 49.63 persen1. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk di Indonesia lebih didominasi oleh laki-laki. Meskipun demikian, perempuan memiliki peran yang sama seperti laki-laki dalam pembangunan nasional Indonesia. Casson et al. dalam Sumantri (2013) menyatakan bahwa perkembangan kewirausahaan saat ini masih dikuasai oleh kaum pria. Hal tersebut dikarenakan secara historis kewirausahaan merupakan bidang kekuasaan bagi 1
[BPS]. Badan Pusat Statistika. 2012. Persentase penduduk menurut Provinsi dan jenis kelamin tahun 2009-2011. [Internet]. [diunduh 2014 November 29]. Tersedia pada : www.bps.go.id
2
kaum pria. Peranan women entrepreneur atau biasa disebut wanita wirausaha memang masih menjadi minoritas, namun secara keseluruhan dinamika perkembangan wirausaha dalam suatu negara tidak lepas dari partisipasi dan peran wanita. Jati (2009) mengemukakan bahwa partisipasi perempuan sebagai wirausaha meningkat cukup tajam selama satu dekade terakhir dan ternyata makin signifikan baik di negara maju maupun negara-negara sedang berkembang. Meski demikian, pertumbuhan jumlah perempuan pemilik usaha (women-owned business) secara sistematis tetap lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan data BPS (2009), terdapat 3.9 juta perempuan angkatan kerja yang termasuk ke dalam pengangguran dan 30 juta perempuan yang hanya bekerja mengurus rumah tangga dan tidak mandiri secara ekonomi. Jika pun mereka bekerja, 72 persen dari perempuan Indonesia bekerja di sektor pertanian, 28 persen bekerja di sektor non-pertanian dan 19.63 persen bekerja di sektor informal. Data juga menunjukkan bahwa penghasilan pekerja perempuan 50 persen lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki. Di Indonesia, keberadaan wirausaha menjadi sangat penting dan memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia. Peran tersebut dimainkan oleh keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dapat menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Pengusaha UMKM merupakan fondasi bagi perkembangan ekonomi di Indonesia. Pengusaha mikro, kecil dan menengah menjadi motor inovasi dan perkembangan nasional karena dapat membuka lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa nasional serta berkontribusi dalam PDB dan memberantas kemiskinan sehingga keberadaannya dianggap sangat penting. Salah satu pelaku ekonomi yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan UMKM adalah wanita wirausaha. Menurut Tambunan (2012), UMKM baik di negara-negara berkembang atau miskin, termasuk Indonesia, banyak wanita melakukan kegiatan ekonomi di luar rumah seperti menjadi pedagang kecil, pemilik warung, atau membantu suami mengelola usaha rumahtangga semata-mata untuk menambah pendapatan keluarga. Partisipasi wanita wirausaha dalam pertumbuhan ekonomi sangatlah penting, tidak hanya untuk menurunkan tingkat kemiskinan di kalangan perempuan, tetapi juga sebagai langkah penting menuju peningkatan pendapatan rumah tangga dan mendorong pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan. Saat ini, peran wanita sebagai pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia lambat laun ternyata makin meningkatkan perekonomian rakyat. Data kepemilikan UMKM menunjukkan bahwa sebanyak 60 persen usaha mikro dikelola oleh wanita yang menjadi energi bagi perkembangan ekonomi2. Saat ini jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, dimana pertumbuhan rata-rata sebesar 2.40 persen atau rata-rata tumbuh 1 281 245 unit setiap tahunnya, Jumlah tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebesar 107 657 509 orang pada tahun 2012 (Depkop 2013). Dengan demikian, secara keseluruhan pangsa pasar UMKM mencapai 99 persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 97.16 persen, 2
InfobankNews. 2011. Ferdian: 60% UMKM Dikelola Pengusaha Wanita [Internet]. [diunduh 2014 November 29]. Tersedia pada: http://www.infobanknews.com/2011/12/60-umkm-dikelolapengusaha-wanita
3
sementara sisa pangsanya dimiliki oleh Usaha Besar. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah unit UMKM dan usaha besar di Indonesia (ribu unit) Skala Usaha UMKM Usaha mikro Usaha kecil Usaha menengah USAHA BESAR Unit Usaha
Tahun 2008
2009
51 409.61
52 764.60
50 847.77
2010
Rata-rata pertumbuhan (%)
2011
2012
53 823.73
55 206.44
56 534.59
2.40
52 176.80
53 207.50
54 559.97
55 856.18
2.38
522.12
546.68
573.60
602.20
629.42
4.78
39.72
41.13
42.63
44.28
48.99
5.43
4.65
4.68
4.84
4.95
4.97
1.68
51 414.26
52 769.28
53 828.57
55 211.40
56 539.56
2.40
Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013, diolah
Rata-rata pertumbuhan UMKM menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, terutama usaha menengah dengan pertumbuhan 5.43 persen per tahun. Keberadaan wirausaha wanita dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia. Peran wanita sebagai pelaku usaha mikro dalam perekonomian Indonesia lambat laun ternyata makin meningkatkan perekonomian rakyat. Oleh karena itu, peluang untuk meningkatkan UMKM melaluli kontribusi dari wanita wirausaha sangat besar. Salah satu UMKM yang banyak diminati oleh wanita wirausaha yaitu usaha warung kelontong. Warung kelontong merupakan salah satu dari beragam jenis usaha yang banyak dijalankan oleh wanita wirausaha. Biasanya yang diperjualbelikan di warung kelontong merupakan bahan-bahan sembako, jajanan makanan dan minuman ringan, keperluan sehari-hari, dan sebagainya. Terdapat 3 kelebihan menjadi ibu rumah tangga sekaligus menjadi pemilik usaha warung kelontong, yakni: 1. Dapat memberikan banyak waktu dan perhatian terhadap perkembangan anak-anak karena keduanya berada dalam satu lokasi yang sama. 2. Dapat memberikan tambahan bagi pendapatan keuangan keluarga, bahkan bagi sebagaian orang menjadi sumber pendapatan keluarga yang utama. 3. Dapat memberikan kesempatan bagi usahanya untuk berkembang menjadi lebih terorganisir, memberikan banyak waktu agar belajar dari proses bagaimana mengembangkan usaha yang sedang dirintis. Karena pada umumnya usaha di rumah ini dapat dimulai dari modal yang kecil, biaya operasional yang lebih kecil, dan dapat dimulai saat ini juga. Adanya peluang bagi usaha tersebut dan selalu tersedianya konsumen membuat usaha warung kelontong makin menjamur diberbagai wilayah penduduk, tak terkecuali di Kota Bogor. Hampir disetiap wilayah perumahan di Bogor pasti terdapat lebih dari satu usaha warung kelontong yang rata-rata dijalankan oleh wanita wirausaha yang juga berperan sebagai ibu rumah tangga.
4
Desakan akan kebutuhan ekonomi yang semakin lama semakin meningkat menjadi alasan mengapa beberapa wanita wirausaha tersebut berinisiatif untuk menjalankan usaha warung kelontong.
Rumusan Masalah Kesadaran wanita Indonesia untuk maju dan berkembang dalam ekonomi dan keluarga dapat membantu peningkatan dan berkembangnya bibit-bibit jiwa wanita wirausaha. Kondisi krisis ekonomi secara tidak langsung mendukung tumbuhnya jiwa kewirausahaan kaum wanita dalam rangka menciptakan kemandirian ekonomi pribadi dan keluarga. Hal yang terpenting dari fakta tersebut yaitu kaum wanita dapat mandiri tanpa harus tergantung pada suaminya dalam batas-batas tertentu. Disamping itu, dengan adanya jiwa kewirausahaan, maka kaum wanita juga bisa memiliki kemandirian secara finansial dalam keluarga sehingga wanita wirausaha memiliki kekuatan sendiri untuk melakukan apapun, serta membuka akses ke semua jaringan. Dalam Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun I - 2006 menjelaskan bahwa wanita berpotensi untuk melakukan berbagai kegiatan produktif yang menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga dan lebih luas lagi ekonomi nasional. Pada kenyataannya, banyak kaum wanita yang hingga kini belum menyadari kemampuan mereka untuk berwirausaha. Hal yang menjadi seringkali menjadi pertimbangan yaitu karena adanya kewajiban dalam rumah tangga yang harus dilakukan setiap hari. Padahal hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik, sehingga tidak ada yang harus dikorbankan ketika seorang wanita ingin memulai berwirausaha. Terjadinya krisis ekonomi merupakan salah satu dampak dari terpuruknya sektor industri, namun sektor informal justru masih mampu bertahan. Sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, selain untuk menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Pada umumnya, sektor informal lebih sering dianggap mampu bertahan hidup dibandingkan sektor usaha lain. Hal ini terjadi karena sektor informal relatif lebih bebas atau tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mudah untuk beradaptasi dengan usahanya. Salah satu contoh sektor perekonomian di bidang informal adalah warung tradisional atau biasa disebut warung rumah tangga atau warung kelontong. Warung kelontong cukup banyak diminati oleh wanita untuk melakukan usaha. Selain mudah untuk didirikan, bidang informal ini berpotensi untuk menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan secara langsung serta lokasinya yang berada dirumah sehingga memudahkan mereka untuk menjalankan usaha sekaligus menjalankan kewajiban rumah tangga. Usaha tradisional secara umum merupakan bisnis keluarga yang tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerap tenaga kerja. Seiiring berkembangnya jaman, warung tradisional semakin lama semakin mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena munculnya pasar modern yang dinilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel.
5
Wanita wirausaha memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda dengan pelaku wirausaha pria karena wanita wirausaha menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pengusaha. Pemilihan keputusan untuk menjadi wanita wirausaha dalam menjalankan usaha warung kelontong tersebut biasanya didominasi oleh kebutuhan akan peningkatan pendapatan rumah tangga dan untuk memanfaatkan waktu luang sebagai ibu rumah tangga. Dalam hal ini, wanita wirausaha merupakan pihak utama yang berperan dalam keberlangsungan usahanya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi wanita wirausaha dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaannya. Namun, dari sekian banyak faktor tersebut, penelitian ini memfokuskan pada beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi perilaku wirausaha, yaitu dari segi sumberdaya manusia (SDM) dalam hal ini wanita wirausaha sebagai pelaku usahanya. Faktor karakteristik, baik karakteristik personal maupun karakter wirausaha, diperkirakan mempengaruhi perilaku wanita wirausaha dalam mengelola usahanya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Namun, pada kenyataannya, setiap individu memiliki karakteristik dan perilaku yang berbedabeda dalam menjalankan suatu usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik personal dan karakter wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor? 2. Bagaimana perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik personal dan karakter wirausaha dengan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor?
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian mengenai Karakteristik dan Perilaku Wanita Wirausaha adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik personal dan karakter wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor. 2. Mengidentifikasi perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik personal dan karakter wirausaha dengan perilaku kewirausahaan wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dan difokuskan kepada wanita wirausaha pedagang warung kelontong dan untuk mengetahui hubungan antara karakter wirausaha terhadap perilaku wanita wirausaha, sehingga memiliki batasan untuk menganalisis karakter dan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong. Wilayah yang dijadikan lokasi penelitian yaitu warung kelontong kecamatan
6
Bogor Barat. Karakteristik warung kelontong yang difokuskan pada warung yang menjual barang secara eceran, tidak dalam partai besar (grosir). Wanita wirausaha yang dibatasi yaitu pedagang wanita yang menjalankan usaha tanpa memperhatikan status kepemilikannya. Pembatasan dilakukan hanya pada lingkup perilaku wanita wirausaha tanpa melihat atau membandingkan dengan perilaku wirausaha pria.
TINJAUAN PUSTAKA Wanita Wirausaha Muljaningsih et al (2013) menyatakan bahwa motivasi internal seorang wanita berwirausaha adalah untuk pemenuhan diri sebagai motivator penting dalam memulai suatu bisnis. Wanita wirausaha di negara maju termotivasi oleh adanya kebutuhan untuk berprestasi. Sementara itu, motivasi wanita dalam berwirausaha di negara berkembang karena adanya faktor kombinasi antara faktor pendorong dan daya tarik. Didalam perjalanan menjalankan kegiatan usaha, seorang wanita wirausaha memiliki berbagai tantangan ataupun kendala dalam berwirausaha. Meskipun, pada dasarnya proses berwirausaha antara pria dan wanita adalah sama. Namun, pada pada kenyataannya praktek berwirausaha yang dijalankan oleh seorang wanita cenderung sering mengalami hambatan dari berbagai dimensi. Pada akhirnya akan mencegah dari adanya penyadaran akan potensi diri yang dimiliki. Ardhanari (2007), menjelaskan bahwa wirausaha perempuan adalah karakteristik personal yang diakibatkan oleh beban kerja akibat peran ganda seorang perempuan. Selain itu adanya karakteristik struktural, yaitu hambatan terhadap akses permodalan (syarat dan agunan) dan akses pemasaran di mana perempuan memiliki akses informasi pemasaran yang rendah. Tambunan (2012) menyatakan bahwa adanya keterlibatan wanita wirausaha di pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, selain melakukan tugas-tugas rumah tangga memberikan dampak-dampak positif. Adanya keteribatan tersebut status sosial dari wanita wirausaha meningkat di mata keluarga dan masyarakat di sekitar lingkungannya. Hal tersebut terjadi sejak mereka sanggup menghasilkan pendapatan bagi keluarga mereka, dan di mata komunitas mereka, mereka dilihat sebagai wanita pengusaha. Septianingsih (2012) menyatakan bahwa wanita wirausaha sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha karena wanita pengusaha lebih bertanggungjawab dan dapat dipercaya dalam masalah pengelolaan keuangan usaha. Wanita juga cenderung lebih peka terhadap kebutuhan pasar sehingga dapat membuka peluang usaha. Wanita pengusaha cenderung memperlakukan orang lain secara bebasdan cenderung lebih berpandangan ke masa depan ketika membuat suatu keputusan. Dan wanita pengusaha cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka. Achmad (2012) menyatakan bahwa wanita cukup mudah dalam memulai usaha dari unit kecil yang mudah didirikan tanpa modal yang besar (karena tidak memerlukan ruangan khusus yang besar seperti pabrik) dan kesiapan organisasi
7
dan manajemen. Wanita juga dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar.
Karakteristik Personal Penelitian kewirausahaan sering menggunakan karakteristik personal untuk diteliti. Rakhmat dalam Ramanti (2006) mendefinisikan karakteristik personal sebagai ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia, yaitu karakteristik personal dan karakteristik situasional. Karakteristik personal adalah faktor-faktor yang melekat pada diri individu, sedangkan karakteristik situasional sebagai faktor-faktor yang yang timbul dari luar individu dan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Pambudy (1999) menyebutkan bahwa karakteristik personal yang perlu diteliti adalah umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama beternak, dan penghasilan. Lionberger dalam Pambudy (1999) menyebutkan bahwa karakteristik personal atau karakteristik individu yang perlu diperhatikan adalah meliputi umur, pendidikan, dan karakter psikologis. Karakter psikologis berkaitan dengan rasionalitas, fleksibilitas mentalorientasi pada usaha tani sebagai bisnis serta kemudahan dalam menerima inovasi. Penelitian kewirausahaan sering menggunakan karakteristik personal untuk diteliti. Karakteristik responden yang dianalisis oleh Azzahra (2009) adalah karakteristik individu para mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM yang meliputi jenis kelamin, fakultas, minor, IPK, uang saku per bulan, pekerjaan ayah dan ibu, daerah, bidang usaha, keikutsertaan pada PKMK dan PPKM, dan pengambilan mata kuliah kewirausahaan. Sedangkan, Mavrudah (2013) menganalisis karakteristik individu yang meliputi pekerjaan suami, pendapatan, jumlah keluarga, asal daerah, lama usaha, sumber modal awal, pinjaman, waktu yang digunakan untuk usaha, dan persentase kebutuhan keluarga yang telah tercukupi. Selain karakteristik individu tersebut, dianalisis pula karakteristik kelompok responden yang meliputi lama bergabung, motivasi bergabung, harapan, mekanisme pengambilan keputusan, keinginan anggota, intensitas rapat, pelayanan kelompok, dan suasana kelompok. Dirlanudin (2010) menjelaskan bahwa seorang wirausaha memiliki faktor individu berupa, karakteristik biologis, yaitu: umur, jenis kelamin, pendidikan; latar belakang wirausaha, yaitu: pengalaman usaha, alasan berusaha, pekerjaan orang tua dan keluarga, dan motivasi, yaitu sebagai dorongan kuat untuk melakukan suatu usaha, seperti: ketekunan, kegigihan, dan kemauan keras untuk berhasil. Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan, variabel karakteristik individu yang diamati berupa usia, pendidikan formal, status pekerjaan suami, jumlah anggota keluarga, dan lama usaha.
Karakter Wirausaha Nugroho (2006) menyatakan bahwa karakter wirausaha yang memiliki rasa tanggungjawab pada mahasiswa di Universitas Trunojoyo berada pada
8
tingkatan sedang dan tidak ada yang miliki rasa tanggungjawab yang rendah pada jiwa kewirausahaannya. Sedangkan untuk sikap dalam menerima risiko berada pada tingkatan tinggi yang artinya sebagian besar memiliki kemampuan dalam mengambil risiko, meskipun secara umum banyak yang menghindar ketika dihadapi oleh risiko dalam usahanya. Kepercayaan diri merupakan sikap positif dari individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan yang dihadapinya. Tingkat keperccayaan diri yang ditemukan pada responden menghasilkan tingkat percayaan diri pada tingkatan sedang. Hal tersebut menggambarkan sebagian besar responden belum memiliki tingkat percaya diri dalam menjalankan usahanya. Pada orientasi jangka panjang, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki orientasi jangka panjang yang tinggi. Hal tersebut tercermin dari sikap, berpikir jauh kedepan, mempunyai keinginan-keinginan yang harus dicapai, memiliki sikap optimis dalam pencapaian keinginan, danmengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai keinginan. Kesimpulan yang didapatkan dari oenelitian tersebut yaitu hanya variabel orientasi jangka panjang saja yang banyak dimiliki oleh responden dalam tahapan yang sangat tinggi yaitu 7 persen.
Perilaku Kewirausahaan Pada penelitian Azzahra (2009), Fauzah (2013), dan Mavrudah (2013), karakteristik responden dianalisis untuk dihubungkan dengan perilaku wirausaha responden. Perilaku wirausaha tersebut meliputi pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan tindakan/keterampilan wirausaha. Fauzah (2013) menyatakan bahwa karakteristik yang diperkirakan mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ. Perilaku kewirausahaan pedagang yang dianalisis terdiri dari pengetahuan (kemampuan berpikir), sikap (respon/tanggapan secara emosional), dan keterampilan kewirausahaan (kemampuan bertindak). Perilaku kewirausahaan tersebutlah yang kemudian dapat meningkatkan motivasi pedagang untuk terus berwirausaha hingga mencapai sasaran yang diinginkan pedagang. Hasil penelitian Azzahra (2009) menunjukkan bahwa karakteristik minor agribisnis berpengaruh nyata terhadap perilaku sikap wirausaha mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM. Hal ini dapat terjadi karena pengambilan minor agribisnis akanmemberikan pandangan dan persepsi positif mengenai profesi wirausaha sehingga mempengaruhi sikap wirausaha responden. Pekerjaan ayah dan ibu memiliki pengaruh nyata terhadap tindakan wirausaha. Hal ini disebabkan karena ayah dan ibu dalam hal ini dijadikan role model untuk hidup dengan lebih baik dengan menjadi seorang wirausaha. Karakteristik suku daerah berhubungan nyata dengan sikap dan tindakan wirausaha, karena adanya pandangan dan persepsi positif terhadap profesi wirausaha oleh beberapa suku daerah di Indonesia seperti suku Padang, sehingga mempengaruhi sikap wirausaha responden dan adanya adat atau kebiasaan di suku daerah yang lebih cepat dalam bertindak dan melakukan sesuatu dibandingkan dengan suku daerah yang lain. Karakteristik keikutsertaan pada seminar/pelatihan kewirausahaan berhubungan nyata dengan sikap, tindakan, dan perilaku wirausaha mahasiswa IPB peserta
9
PKMK dan PPKM. Selanjutnya, pengambilan MK Kewirausahaan memiliki hubungan nyata dengan sikap dan perilaku wirausaha. Hal ini berarti kuliah kewirausahaan yang diikuti responden membentuk sikap positif tentang wirausaha hingga berpengaruh juga terhadap perilaku wirausahanya, namun tidak berpengaruh nyata dari sisi kognitif dan tindakan responden untuk berwirausaha. Hasil penelitian Ramanti (2006) menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga memiliki hubungan nyata dengan sikap dan keterampilan dalam berwirausaha. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar keluarga, maka kebutuhan ekonomi keluarga juga akan semakin besar. Kondisi tersebut akan mendorong wanita peternak untuk mampu mencukupi kebutuhan keluarga dengan jalan meningatkan sikap dan keterampilan berwirausaha dalam mencari dan menerapkan informasi usaha ternak ayam buras agar nantinya dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, motivasi beternak juga berhubungan nyata dengan sikap wirausaha. Hal ini dikarenakan wanita peternka yang memiliki motivasi tinggi akan terpacu untuk berusaha selalu tanggap terhadap peluangpeluang usaha yang menyangkut kemampuan memuaskan pelanggan, menjaga mutu, dan tidak ketergantungan kepada pelanggan.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Wirausaha dan Kewirausahaan Kewirausahaan (entrepreneurship) atau wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kata wiraswasta merupakan gabungan dari kata wira (berarti gagah, berani, perkasa) dan swasta merupakan paduan dari dua kata swa (berarti sendiri, mandiri) dan sta (berarti berdiri), jadi wiraswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri (Riyanti 2003). Kata wiraswasta sendiri lebih dikenal dengan kata wirausaha yang merupakan gabungan dari kata wira (pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani, dan berwatak agung) dan usaha (perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu), jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu (Basrowi 2011). Wirausaha yaitu orang yang memiliki kemampuan melihat serta menilai peluang-peluang bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mengambil sebuah tindakan yang tepat guna untuk meraih kesuksesan. Wirausaha biasa disebut entrepreneur, seorang yang yang membangun sumber daya kerja, orang yang membawa perubahan, inovasi yang mampu meningkatkan suatu nilai yang lebih besar dari sebelumnya. Seorang wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia mengambil risiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk
10
mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya (Riyanti 2003). Dahulu kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan, artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memilki bakat kewirausahaan dapat mengembangakan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memilki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memilki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuni. Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20 kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan “Ondernemer”, di Jerman dikenal dengan “Unternehmer”. Di beberapa negara, kewirausahaan memilki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal, penerimaan, dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan dan sebagainya. Kewirausahaan merupakan suatu kualitas dari sikap seseorang bukan hanya sebatas keahlian. Seorang wirausahawan memerlukan kepribadian yang tahan banting, selalu mencari peluang, dan memiliki visi. Kewirausahaan mempunyai karakteristik yang umum serta berasal dari kelas yang sama, bahkan pada zaman sekarang wirausahawan berasal dari semua kelas sosial. Sehingga kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau dengan menciptakan organisasi untuk mencapai peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Empat keuntungan yang diperoleh apabila seseorang memutuskan berwirausaha yaitu (Kasmir 2006): 1. Meningkatnya harga diri (membentuk kelas tersendiri dan wibawa tertentu seperti disegani dan dihormati) 2. Memperoleh penghasilan sendiri (jauh lebih baik dibandingkan menjadi pegawai) 3. Ide dan motivasi untuk maju lebih besar (menangkap peluang dan mewujudkannya) 4. Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung kepada orang lain (tidak pernah pensiun dan dapat diteruskan generasi selanjutnya). Wanita Wirausaha (Women Entrepreneur) Menurut Zimmerer (2001), Jika diperhatikan entrepreneur yang ada di masyarakat saat ini maka di jumpai berbagai macam profil wirausaha, yaitu: 1. Women Entrepreneur Banyak wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini di dorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memeperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi dengan pekerjaan sebelumnya, dan lain sebagainya. 2. Minority Entrepreneur
11
Kaum minoritas terutama di negara Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga negara pada umum nya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kegiatan sehari hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu. 3. Immigrant Entrepreneur Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non-formal yang di mulai dari berdagang kecil kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah. 4. Part-time Entrepreneur Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time merupakn pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part time tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain, misalnya seorang pegawai dalam sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi dan berhenti menjadi pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan hobinya. 5. Home-Based Entrepreneur Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangga, misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan mengirim kue-kue tersebut ke toko-toko eceran di sekitar tempatnya. 6. Family owned Entrepreneur Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak maju di buka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan. 7. Co-Preneurs Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as co-ownners of their businesses. (Copreneurs adalah pasangan wirausaha yang bekerja bersama – sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka). Copreneurs ini berbeda dengan usaha keluarga yang disebut sebagai usaha Mom and Pop (Pop as “boss” and Mom as “subordinate” atau ayah sebagai pemimpin dan ibu berada di bawah kekuasaan ayah). Copreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggungjawab divisi-divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada. Menurut Alma (2010), adanya wanita wirausaha dimotivasi oleh keinginan untuk membuka bisnis atas dasar prestasi dan keinginan untuk menunjukkan pengembangan bakat wanita. Ada beberapa faktor yang menunjang berkembangnya wanita wirausaha bidang kewirausahaan, yaitu:
12
a.
b. c. d.
e.
Naluri kewanitaan yang bekerja lebih cermat, pandai mengantisipasi masa depan, menjaga keharmonisan, kerja sama dalam rumah tangga dapat diterapkan dalam kehidupan usaha. Mendidik anggota keluarga agar berhasil dikemudian hari, dapat dikembangkan dalam personil manajemen perusahaan. Faktor adat istiadat, contohnya di bali dan sumatra barat, dimana wanita memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam, membuat kue, aneka masakan, kosmetika, mendorong lahirnya wanita pengusaha yang mengembangkan komoditi tersebut. Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita karir, menjadi pegawai, atau membuka usaha sendiri dalam berbagai bidang usaha.
Karakteristik Personal Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap manusia memiliki karakteristik individu/personal yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Rakhmat (2001), karakteristik individu adalah ciri yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola sikap. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia yaitu faktor personal dan faktor situasional. Karakteristik biografikal (personal) dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan masa kerja. Menurut Rachmat (2006), karakteristik seseorang akan mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan informasi apa yang masih diingat, tergantung dari karakteristik individu, seperti tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, kepribadian, dan lain-lain. Ilyas (2002) menyatakan bahwa karakteristik individu dapat dikategorikan menjadi dua yaitu demografik dan psikografik. Karakteristik demografi mencakup jenis kelamin, umur, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, ras, agama, kebangsaan, ukuran keluarga, dan tingkat sosial. Sedangkan gaya hidup dan kepribadian merupakan karakteristik psikografik. Karakteristik pribadi merupakan ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas-tugas hingga selesai atau memecahkan masalah. Karakteristik pribadi juga merupakan kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah dengan menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kerja individu. Karakter Wirausaha Karakter adalah situasi pribadi seseorang yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Dalam membangun karakter yang kuat, dibutuhkan motivasi dan komitmen yang tinggi agar tantangan yang dihadapi selama mengelola usaha tidak menjadikan mentalnya lemah. Menurut Hisrich (2002) kepribadian atau karakter seorang wirausaha yaitu memiliki kontrol internal, orientasi terhadap perubahan, berkomitmen terhadap tugas, pemimpin visioner, dan memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan.
13
Alma (2010) menyatakan bahwa karakter wanita dalam melakukan wirausaha memiliki kepribadian yang bersifat penuh toleransi dan fleksibel, hemat, realistis dan kreatif, percaya diri, bertanggungjawab, antusias dan enerjik, serta mampu berhubungan dengan lingkungan masyarakat dan memiliki medium level of self confidence, dimana tingkat kepercayaan diri wanita wirausaha masih lebih rendah dibandingkan dengan pria wirausaha. Suryana (2001) menyatakan bahwa kebutuhan berprestasi yang dimiliki oleh wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif untuk berprestasi umumnya memiliki ciri-ciri yaitu ingin mengatasi sendiri persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya, selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan, memiliki tanggungjawab personal yang tinggi, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menghadapi setiap masalah yang menimpa usahanya. Justin (2001) menyatakan bahwa karakteristik wirausaha yaitu kebutuhan akan keberhasilan setiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan keberhasilannya.Orang yang memiliki tingkat keberhasilan yang rendah akan merasa puas pada status yang diiliki, sedangkan orang yang memiliki tingkat kebutuhan keberhasilan yang tinggi akan senang bersaing dengan standart keunggulan dan memilih untuk bertanggungjawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan kepadanya. Dorongan akan keberhasilan tersebut akan tampak pada pribadi yang antusias untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Karakteristik percaya diri orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depan mereka, banyak wirausaha yang sukses adalah orang yang memiliki percaya diri , mengakui adanya masalah tetapi mempercayai kemampuan dirinya sendiri untuk mengatasi masalah. Perilaku Kewirausahaan Winardi (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Kesatuan dasar perilaku adalah sebuah aktivitas, sebenarnya semua perilaku merupakan suatu seri aktivitas. Pola perilaku dapat berbeda tetapi proses terjadinya adalah hal yang mendasar bagi semua individu, yakni terjadi disebabkan, digerakkan dan ditunjukkan pada sasaran. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, perilaku manusia dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, kebutuhan, harapan, dan pengalamannya. Perilaku wirausaha mencakup tiga hal yaitu pengetahuan, sikap mental dan keterampilan serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang. Ciri yang dimiliki perilaku kewirausahaan adalah mempunyai kemiripan dengan orang yang mempunyai motif berprestasi (need of achievement) yaitu: (a) senantiasa berusaha untuk mempeoleh hasil yang lebih baik dari apa yang telah diperoleh, (b) berani mengambil resiko pada taraf rata-rata, (c) mempunyai tanggungjawab pribadi, dan (d) senantiasa menginginkan segera umpan balik hasil pekerjaannya untuk mengevaluasi dan memperbaiki tindakannya dimasa depan. Dhanotiya (2012) menyatakan bahwa perilaku wanita wirausaha terdiri dari 5 macam yaitu kemampuan mengambil risiko, disiplin, melayani pelanggan,
14
teratur menabung, dan kemandirian. Ciri-ciri utama perilaku kewirausahaan seseorang adalah selalu terlibat dalam setiap situasi kerja, tidak mudah menyerah, tidak memberi kesempatan berpangku tangan. Terdapat ciri psikologik yang selalu dijumpai dan tampil pada perilaku wirausaha yang berhasil, yaitu: (1) selalu tanggap terhadap peluang dan kesempatan berusaha yang berkaitan dengan peluang kinerjanya, (2) selalu berusaha memperbaiki prestasi, menggunakan umpan balik, menyenangi tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu lebih baik dari sebelumnya, (3) selalu bergaul dengan siapa saja, membina kenalan, mencari kenalan baru dan berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi, (4) dalam berusaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya kesempatan berpangku tangan, mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada pekerjaan, dan memiliki tenaga terlibat terus menerus dalam pekerjaannya, (5) optimisme bahwa usahanya akan berhasil. Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam kegiatan konkrit, jarang terlihat ragu-ragu. Menurut Hendro (2011), perilaku dapat diartikan sebagai langkah dan tindakan seseorang yang dilakukan untuk menghadapi dan menyiasati pekerjaan sehari-hari. Energik dan penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan tugas. Perilaku wirausaha dalam setiap tindakannya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu: 1. Perilaku wirausaha secara individu, meliputi: a. Teguh pendiriannya b. Selalu yakin dengan apa yang dikerjakan, sehingga cenderung keras kepala. Namun, sebenarnya memiliki konsep dan alasan yang kuat dalam melakukan sesuatu c. Berpikir positif dalam mendengar serta menanggapi suatu kritik dan saran d. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan (visioner) e. Berperilaku professional dalam arti memiliki tanggung jawab, komitmen tinggi, disiplin, berusaha tetap konsisten pada pendiriannya, serta jujur dan terbuka f. Optimis akan segala perilaku yang dilakukan g. Selalu berorientasi “pasti ada jalan keluar” sehingga selalu berpikir kreatif dan inovatif untuk menemukan solusi 2. Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan, meliputi: a. Berperilaku baik b. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi c. Berpenampilan rapi dan ingin disukai oleh setiap orang d. Senang memotivasi orang lain untuk tujuan yang baik 3. Perilaku wirausaha dalam pekerjaaan, meliputi: a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan kuat pada hasil yang sempurna. b. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu berkeinginan untuk cepat menyelesaikan pekerjaan c. Gila bekerja (workaholic) dan bekerja dengan baik sehingga tidak menyukai kelemahan.
15
d. e. f. 4.
5.
Haus akan prestasi sempurna Paling menyukai pekerjaan baru dan menantang Kreatif dan inovatif, sehingga selalu mempunyai ide-ide yang cemerlang dan bisa keluar dari tekanan Perilaku wirausaha dalam menghadapi risiko, meliputi: a. Mengevaluasi risiko dan dampaknya terlebih dahulu b. Tidak takut terhadap risiko, karena kuat dalam intuisi c. Waspada dan antisipatif, sehingga selalu berperilaku proaktif d. Mencari keputusan yang tepat dan optimal Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan, meliputi: a. Seorang pemimpin yang berani dalam mengambil keputusan b. Berperilaku dengan penuh kehati-hatian, karena menjadi contoh bagi yang lain c. Membuat karyawan tenang dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan. d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar
Karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia Sektor informal adalah semua kegiatan usaha yang tidak memiliki ikatanikatan organisatoris secara formal kelembagaan (seperti mereka yang menjadi pegawai dan bekerja di kantor-kantor) atau tidak serupa dengan organisasi perkantoran, dan dapat diidentikkan dengan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), dimana termasuk ke dalam badan usaha milik swasta. Akses atau pintu-pintu untuk memasuki sektor informal dalam bentuk UMKM relatif sangat terbuka, terutama bagi mereka yang mampu melihat peluang usaha yang dilihat dari kebutuhan/keinginan sekelompok pembeli (segmen pasar) (Nitisusastro 2009). Pelaku usaha yang bergerak di UMKM Indonesia sendiri secara keseluruhan mencapai 99 persen pelaku usaha yang ada di Indonesia pada tahun 2012 (Depkop 2013). Usaha kecil adalah para pelaku UMKM dapat disebut sebagai wirausahawan, karena para pelaku wirausaha UMKM mampu melihat dan menangkap peluang usaha yang ada di pasar, memiliki unsur-unsur bakat, sejumlah sifat, atau pembawaan sebagai seorang wirausahawan seperti kemauan dan rasa percaya diri yang tinggi; fokus pada sasaran; mau bekerja keras; mengambil risiko; berani bertanggung jawab; dan mampu berinovasi. Berdasarkan Undang – Undang Dasar Nomor 9 Tahun 1995 Pasal 5, menyebutkan bahwa usaha kecil adalah : 1. Usaha yang berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki. Dikuasai baik langsung tau tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 2. Berbentuk usaha perorangan, tidak berbadan hukum termasuk koperasi. 3. Kriteria usaha beromset bersih Rp 1 juta sampai dengan Rp 1 milyar per tahun. Usaha kecil dengan karakteristik usahanya yang serba terbatas memiliki sejumlah kekuatan dan kelemahan. Kekuatan usaha kecil yang dimaksud adalah usaha kecil mampu mengembangkan kreativitas usaha baru, melakukan inovasi, ketergantungan usaha besar terhadap usaha kecil, dan memiliki daya tahan usaha kecil pasca krisis tahun 1998. Sedangkan kelemahan usaha kecil yaitu lemahnya
16
keterampilan manajemen, tingkat kegagalan yang cukup tinggi, dan keterbatasan sumberdaya (Nitisusastro 2009). Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku wirausaha yang bersangkutan dalam menjalankan usaha. Karakteristik menjadi pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.
Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional merupakan suatu landasan yang berdasarkan teori yang digunakan untuk menentukan urutan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam suatu penelitian. Salah satu profil pelaku wirausaha yang akan dikaji lebih lanjut ialah wanita wirausaha khususnya dalam melakukan usaha warung kelontong. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana seorang wanita wirausaha mampu menjadi seorang wirausahawan yang saat ini masih menjadi kalangan minoritas. Upaya wanita wirausaha dalam berusaha untuk mencari peluang dan kesempatan berusaha tentunya sangat memerlukan pembinaan dan peningkatan kemampuan dari segi karakter maupun perilakunya dalam menjalankan usaha. Menumbuhkan karakter dan perilaku yang baik didalam diri seorang wanita wirausaha perlu diarahkan agar mereka memiliki kekuatan dan kesempatan diri dalam bekerja sama untuk mencapai segala sesuatu yang dibutuhkan. Pada penelitian ini, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada wanita wirausaha pedagang warung kelontong. Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai karakteristik personal responden, bagaimana karakter dari setiap wanita wirausaha yang diwawancarai serta perilaku wanita dalam menjalankan usahanya. Karakteristik personal yang digunakan dalam penelitian ini meliputi usia, status pendidikan, status pekerjaan suami, jumlah anggota keluarga, dan lama usaha. Sementara itu, karakter wanita wirausaha yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cermat, dapat dipercaya, bertanggungjawab, hemat, dan antusias. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara karakteristik personal dengan perilaku wanita wirausaha, serta melakukan uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara karakter wirausaha dengan perilaku wanita wirausaha. Dengan demikian, kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
17
Wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kecamatan Bogor Barat Perbedaan karakteristik personal, karakter wanita, dan perilaku wanita wirausaha dalam menjalankan usaha warung kelontong
Karakteristik Personal 1. 2. 3. 4. 5.
Usia Status pendidikan Status pekerjaan suami Jumlah anggota keluarga Lama usaha
Karakter Wirausaha 1. 2. 3. 4. 5.
Cermat Dapat dipercaya Bertanggungjawab Hemat Antusias
Perilaku Wanita Wirausaha 1. 2. 3. 4. 5.
Disiplin Berani mengambil risiko Melayani pelanggan Teratur menabung Mandiri
Gambar 1 Kerangka pemikiran karakteristik dan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pedagang warung kelontong di Kota Bogor, Jawa Barat, dengan memilih satu kecamatan yang akan dijadikan sebagai studi kasus yaitu kecamatan Bogor Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dari BPS (2013), kecamatan Bogor Barat memiliki jumlah pedagang warung kelontong paling banyak dibanding kecamatan Bogor lainnya. Pengumpulan data dilakukan selama bulan April hingga Mei 2015.
18
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode snowball dan quota sampling. Pada awalnya akan dipilih satu kecamatan di Kota Bogor, yaitu Kecamatan Bogor Barat yang akan dijadikan lokasi penelitian karena lokasi tersebut memiliki jumlah pedagang paling banyak dibandingkan dengan wilayah lainnya yaitu sebesar 1 252 warung kelontong. Lalu sampel diambil dengan membatasi warung dengan pelaku pedagang wanita yang menjalankan usaha tanpa memperhatikan status kepemilikannya. Jumlah responden yang digunakan yaitu 30 orang karena menurut Sekaran (2006), penelitian korelasional memiliki jumlah sampel minimum sebanyak 30 subjek. Metode pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode snowball sampling dengan bertanya dari warung satu ke warung lainnya untuk memperoleh informasi mengenai lokasi warung dengan pedagang wanita wirausaha, lalu dikombinasikan dengan metode quota sampling setelah memenuhi batas yang telah ditentukan.
Data dan Instrumensi Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh seorang peneliti umumnya dari hasil observasi terhadap situasi sosial atau diperoleh dari tangan pertama atau subjek (informan) melalui proses wawancara (Mukhtar 2013). Data primer berupa keterangan mengenai karakteristik personal, karakter wanita wirausaha dan perilaku wirausahanya. Dalam penelitian ini juga digunakan teknik wawancara dengan mengisi kuesioner untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai responden. Kuesioner berisi pertanyaan yang mengarah kepada pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau ketiga. Data sekunder dikenal juga sebagai data-data pendukung (Mukhtar 2013). Data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur dan buku-buku yang relevan dengan topik penelitian. Literatur yang terkait dengan topik penelitian diperoleh dengan mempelajari penelitian-penelitian terdahulu, sedangkan buku-buku yang dipelajari yaitu yang berkaitan dengan kewirausahaan dan wanita wirausaha. Selain itu, data sekunder lainnya berupa data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan studi literatur baik melalui media massa maupun media elektronik. Instrumensi Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu kuesioner (questionnaire). Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner tersebut diuji reliabilitas dan validitasnya. Uji reliabilitas dan validitas dilakukan kepada 10 responden. 1.
Uji validitas Uji validitas menyatakan bahwa sejauh mana alat pengukur mampu mengukur apa yang diinginkan dari data sebuah kuesioner (Umar 2005). Dengan
19
kata lain, pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur. Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam uji validitas adalah: a. Uji validitas sebenarnya digunakan untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel. b. Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok variabel tertentu. c. Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Hasilnya dibandingkan dengan r tabel│df= n-k dengan tingkat kesalahan 5 persen. d. Jika rtabel < rhitung, maka butir soal disebut valid. 2.
Uji reliabilitas Reliabilitas atau keandalan merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstrukkonstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Nugroho 2005). Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Teknik pengukuran keandalan instrumen yang digunakan adalah teknik Alfa Cronbach yaitu koefisien keandalan yang menunjukkan seberapa baiknya item atau butir dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Hal-hal pokok dalam uji reliabilitas adalah (Noor 2011): a. Kuesioner tersebut mencerminkan konstruk sebagai dimensi untuk variabel yang disusun dalam bentuk pertanyaan. b. Uji reliabilitas disusun secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan. c. Jika nilai alpha > 0.60, disebut reliabel. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan alat SPSS 20.00 for windows. Pada awalnya jumlah butir pernyataan untuk karakter wanita dan perilaku wanita wirausaha sebanyak 65 butir. Setelah diuji validitas dan reliabilitas terdapat 13 butir pernyataan yang tidak valid, sehingga pernyataan yang tidak valid dihapus dari daftar. Beberapa pernyataan digantikan dengan pernyataan baru yang memang telah diuji validitasnya atau diganti dengan pernyataan yang diambil dari sumber bacaan atau referensi buku. Sehingga jumlah pernyataan yang digunakan hingga kuesioner disebar terdapat 52 butir.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Metode survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Metode survei bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang mewakili daerah/obyek itu dengan benar sehingga tidak semua individu di dalam populasi diamati, melainkan hanya satu bagian dari populasi yang disebut contoh (sampel). Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti karena umumnya terdapat pedagang yang terkendala kesibukan pada waktu pengisian kuesioner dan agar
20
seluruh pertanyaan terisi dengan jelas dan sesuai dengan harapan. Pengisian kuesioner dilakukan di lokasi masing-masing pedagang warung kelontong. Pertanyaan kuesioner terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan kebebasan responden memberikan jawaban sesuai dengan cara atau pendapatnya. Sedangkan pada pertanyaan tertutup, responden hanya memilih jawaban di antara pilihan alternatif jawaban yang sudah disediakan. Responden terbuka dan bebas merespon setiap pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan terbuka dan tertutup diberikan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik responden. Pertanyaan tentang karakteristik personal diberikan dalam bentuk pertanyaan terbuka, sedangkan pertanyaan untuk unsur karakter wanita dan perilaku wanita dan perilaku wanita wirausaha diberikan dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban skala likert dengan lima kategori mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju
Metode Pengolahan Data Analisis Statistika Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisis statistika deskriptif. Analisis statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakter wanita dan perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di Kota Bogor yang diperoleh dari kuesioner. Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden antara karakteristik personal dan perilaku wanita wirausaha. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dari masing-masing variabel yang dianalisis. Menurut Nazir (2005), nilai pusat digunakan untuk mewakili keseluruhan skor yang terdapat dalam data. Jenis ukuran nilai pusat yang dipakai adalah rata rata hitung (mean). Mean adalah kecenderungan tengah yang memberikan gambaran umum dari suatu seri pengamatan. Rata-rata hitung dapat dirumuskan sebagai berikut: ∑ Keterangan: : nilai rata-rata μ Xi : pengamatan ke-i N : jumlah data Standar deviasi adalah ukuran-ukuran keragaman atau variasi dari suatu kelompok data dari nilai rata-rata, yang dirumuskan sebagai berikut: √
∑
∑
21
Berikut ini merupakan kriteria penilaian menggunakanan nilai standar deviasi yaitu: < X – Standar deviasi = Rendah X ± Standar deviasi = Sedang > X – Standar deviasi = Tinggi
skor
kuesioner
dengan
Analisis Korelasi Rank Spearman Analisis korelasi dapat dikatakan sebagai suatu hubungan timbal balik atau sebab akibat antara dua buah kejadian. Namun, pada realitasnya tidak semua hubungan seperti di atas dapat menimbulkan sebab akibat sehingga perlu dilakukan pengujian secara benar tentang hubungan tersebut. Analisis korelasi Rank Spearman dapat dikembangkan untuk menguji apakah beberapa ukuran ordinal berhubungan satu sama lain atau tidak (Nazir 2005). Analisis ini dilakukan dengan alat bantu berupa software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 20.00 for Windows. Nazir (2005) menyatakan bahwa rumus korelasi rank spearman untuk sampel berukuran besar (n≥30) yang digunakan adalah sebagai berikut: (√
)
√
Keterangan : rs = Rank spearman n = Banyak jenjang Sedangkan, nilai rs dirumuskan sebagai berikut: –∑ √
Dimana, ∑
∑
∑
∑
Keterangan: tx = banyaknya observasi sama pada variabel x untuk rank tertentu ty = banyaknya observasi sama pada variabel y untuk rank tertentu di = perbedaan rank x dan rank y pada observasi ke-i i = observasi ke-i, untuk i = 1, 2, ... n Σ = jumlahkan untuk seluruh kasus angka sama Kategori korelasi Rank Spearman: 0 < |rs| < 0.2 : Berkorelasi sangat lemah 0.2 ≤ |rs| < 0.4 : Berkorelasi lemah 0.4 ≤ |rs| < 0.6 : Berkorelasi sedang 0.6 ≤ |rs| < 0.8 : Berkorelasi kuat 0.8 ≤ |rs| < 1 : Berkorelasi sangat kuat (sempurna)
22
Rentang skala untuk untuk melihat tingkat kekuatan pada karakter wanita wirausaha digunakan rumus skala linear numerik dari Situmora (2004) yaitu:
Dimana: m : skor tertinggi n : skor terendah b : jumlah skala atau kategori yang akan dibuat Sehingga, ditemukan batas skala yang akan digunakan yaitu sebagai berikut: 1.0 < α < 2.3 : Lemah 2.3 ≤ α < 3.6 : Sedang 3.6 ≤ α < 5.0 : Kuat Analisis Chi-Square Nazir (2005) menyatakan bahwa uji Chi-Square digunakan untuk menguji apakah beberapa ukuran nominal berhubungan satu sama lain atau tidak. Uji tersebut berguna untuk menguji apakah dua atau lebih populasi mempunyai distribisi yang sama. Uji Chi-Square digunakan dalam penelitian untuk mencari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi dan menyatakannya dalam dugaan sementara. Teknik untuk menguji apakah dugaan yang diamati cukup mendekati dugaan yang diharapkan yaitu dengan rumus sebagai berikut: ∑∑
Keterangan : x2 : Chi-Square Oij : banyaknya kasus yang diamati dalam kategori ke-ij Eij : banyak yang diharapkan dalam kategori ke-ij dibawah H0 ∑ : penjumlahan semua kategori (k)
Definisi Operasional 1. 2.
3. 4.
Usia merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Status pekerjaan suami merupakan kondisi atau keadaan yang aktual terhadap posisi seseorang (suami) didalam suatu organisasi atau kelompok tertentu. Jumlah anggota keluarga yaitu jumlah keseluruhan anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah biasanya terdiri dari jumlah anggota keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya.
23
5. 6. 7. 8.
9. 10. 11.
12.
13.
14.
15.
Lama usaha merupakan rentang waktu yang berlangsung sejak awal mula pendirian usaha hingga saat ini. Cermat yaitu melakukan segala sesuatu dengan teliti dan hati hati. Dapat dipercaya yaitu mampu menjalankan suatu kegiatan sesuai dengan tujuan awal dengan penuh keyakinan untuk berhasil. Bertanggungjawab yaitu kewajiban menanggung dan memikul segala sesuatunya karena adanya kesadaran dan pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Hemat yaitu berhati-hati dalam menggunakan materi, tenaga dan pikiran yang tersedia. Antusias yaitu mengandung makna bergairah, bergelora, berkobar-kobar, bersemangat, membara, menggebu, menggelegak, menyala (semangat). Disiplin dimaksud yaitu kemampuan dalam menghargai waktu, ketepatan komitmen wirausaha terhadap tugas dan pekerjaannya. Berkaitan juga dengan peraturan, tata tertib, norma, dan lain sebagainya. Teratur menabung yaitu kemampuan wirausaha dalam menyediakan dana secara rutin untuk keperluan dimasa yang akan datang baik bersifat mendesak ataupun tidak, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Berani mengambil risiko yaitu keadaan dimana terjadi reaksi seseorang atau tindakan seorang dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Dengan kata lain berarti siap rugi, namun kerugian yang telah diperhitungkan dan selalu antisipasi terhadap segala kemungkinan terburuk. Apabila risiko yang diperoleh adalah sebuah kegagalan, maka wirausaha harus menganalisis sumber kegagalan atau hambatan dalam pencapaian tujuan dari semua usaha yang telah dikerjakannya. Melayani pelanggan yaitu adanya aspek-aspek perilaku yang mendukung jalannya suatu kegiatan pemasaran dengan cara tertentu agar konsumen menjadi merasa puas. Mandiri yaitu sikap untuk tidak menggantungkan keputusan kepada orang lain dalam mengambil tindakan, membuat keputusan, serta dalam memilih berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Warung Kelontong Pengertian warung kelontong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didapatkan dari Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) 3 yaitu warung yang berarti toko kecil tempat menjual barang kelontong atau makanan. Sedangkan kelontong yang berarti alat kelentungan yang selalu dibunyikan oleh penjaja barang dagangan untuk menarik perhatian pembeli dan barang-barang untuk keperluan sehari-hari.
3
Wordpress. 2011. Usaha Toko Kelontong [Internet]. [diunduh 2015 Juli 29]. Tersedia pada: http://kamus.sabda.org/kamus/warung/2011/6/24)
24
Warung kelontong merupakan salah satu dari beragamn jenis usaha yang banyak dijalankan oleh wanita wirausaha. Biasanya yang diperjualbelikan di warung kelontong merupakan bahan-bahan sembako, jajanan makanan dan minuman ringan, keperluan sehari-hari, dan sebagainya. Warung kelontong menjualbelikan produk-produknya secara eceran. Warung ini ditemukan berdampingan dengan pemilik rumah yang tidak jauh dengan masyarakat seperti perkampungan, perumahan dan yang sering ditemui didalam gang. Warung kelontong merupakan usaha pertama kali yang melayani kebutuhan masyarakat sebelum minimarket. Warung kelontong dapat dimulai dari modal yang kecil, biaya operasional yang kecil, sehingga dapat memberikan tambahan bagi pendapatan keuangan keluarga, bahkan bagi sebagian menjadikannya sebagai sumber pendapatan keluarga yang utama. Warung kelontong termasuk kedalam usaha kecil menengah yang lebih fokus pada barang-barang kebutuhan rumah tangga, sehingga target konsumennya yaitu ibu rumah tangga, anak-anak, hingga bapak-bapak disekitar kompleks lokasi warung tersebut berdiri. Gambar 2 menujukkan contoh karakteristik warung kelontong yang ada di kecamatan Bogor Barat.
Gambar 2 Contoh warung kelontong di kecamatan Bogor Barat Berikut ini merupakan karakteristik yang ada pada warung kelontong, di kecamatan Bogor Barat yaitu sebagai berikut: 1. Posisi warung strategis Warung kelontong biasanya mudah untuk dijangkau, mudah dilihat dari kejauhan, dan letaknya diantara pemukiman yang padat penduduk. 2. Penentuan harga Harga yang ditawarkan untuk pembeli diusahakan dengan harga yang murah untuk menjadi daya tarik pembeli, agar warung kelontong terkenal murah meskipun tidak semua barang dijual murah karena tentunya margin keuntungannya hanya sedikit. 3. Kelengkapan barang Warung kelontong biasanya menjual kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh banyak ibu rumah tangga disekitar lokasi warung, sehingga kelengkapan produk menjadi salah satu daya tarik pembeli. 4. Pelayanan
25
5.
6.
Pelayanan yang baik juga menentukan keberhasilan dari usaha warung kelontong. Misalnya dengan menyediakan jasa antar untuk produk yang dibeli konsumen. Cara memajang barang Produk-produk yang dijual biasanya ditata secara rapi dan teratur agar terlihat lengkap dan untuk memudahkan konsumen dalam mencari produk yang dibutuhkan. Biasanya digunakan etalase untuk menjual produk-produk keperluan rumahtangga, rak-rak untuk menjual makanan, lemari pendingin untuk menjual minuman, dan sebagainya. Jam operasional Biasanya warung kelontong dijalankan mulai pukul 6 pagi hingga pukul 12 malam tergantung dari setiap individu yang menjalankannya. Warung kelontong diusahakan buka setiap hari dengan waktu operasional yang panjang karena menjual kebutuhan sehari-hari yang pastinya dibutuhkan setiap orang.
Wilayah Kecamatan Bogor Barat Kecamatan Bogor Barat merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota Bogor, dengan luas wilayah 3 174.00 Ha. Kecamatan Bogor Barat terbagi atas 16 kelurahan yaitu Balungbangjaya, Bubulak, Cilendek Barat, Cilendek Timur, Curug, Curugmekar, Gunungbatu, Loji, Margajaya, Menteng, Pasirjaya, Pasirkuda, Pasirmulya, Semplak, Sindangbarang dan Situgede. Kecamatan Bogor Barat memiliki jumlah kepadatan penduduk sebesar 170 664 jiwa.
Gambar 3 Wilayah kecamatan Bogor Barat Kondisi fisik kecamatan Bogor Barat secara topografi mempunyai kemiringan/slove 0-2 persen dan 3-15 persen yang merupakan lahan yang baik untuk mendukung kegiatan perkotaan seperti pemukiman, perkantoran, perdagangan, industri, pariwisata, pertanian dan lain-lain. Berdasarkan data yang diperoleh, kecamatan Bogor Barat juga mempunyai curah hujan yang cukup tinggi seperti daerah Bogor lainnya yaitu antara 3 500 hingga 4 500 mm/tahun dimana Kelurahan-kelurahan yang berada di wilayah bagian utara mempunyai spesifikasi rata-rata curah hujan antara 3 500 hingga 4 000 mm/tahun dan 4 000 hingga 4 500 mm/tahun. Intensitas curah hujan minimum terjadi pada bulan April hingga Oktober antara 128 hingga 345 mm/tahun. Sedangkan kondisi suhu seperti halnya wilayah Bogor lainnya yaitu berkisar antara 260 C hingga 340
26
C dengan kelembaban udara menjadikan kecamatan Bogor Barat sangat cocok untuk dijadikan kawasan pemukiman. Adapun batasan-batasan dari wilayah kecamatan Bogor Barat yaitu : a. Sebelah utara : berbatasan dengan kecamatan Kemang kabupaten Bogor; b. Sebelah timur : berbatasan dengan kecamatan Bogor Tengah dan kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor; c. Sebelah selatan : berbatasan dengan kecamatan Bogor Selatan dan kecamatan Ciomas kabupaten Bogor; d. Sebelah barat : berbatasan dengan kecamatan Dramaga kabupaten Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Personal Usia Distribusi usia responden pada penelitian ini digolongkan ke dalam 3 kategori usia, yaitu kategori usia <34 tahun, usia 34-46 tahun, dan usia >46 tahun. Tabel 2 menunjukkan distribusi responden menurut usia yang didominasi oleh responden dengan usia pada rentang 34-46 tahun dengan persentase sebesar 50 persen, selanjutnya kategori usia <34 tahun dengan persentase sebesar 33.33 persen, serta kategori terendah yaitu pada rentang usia >46 tahun dengan persentase sebesar 16.67 persen (Tabel 2). Kategori dengan rentang usia 34-46 tahun memiliki distribusi usia tertinggi dan didukung oleh pernyataan Jati (2009), usia pada rentang tersebut merupakan usia produktif bagi wanita wirausaha untuk melakukan usaha yang mewakili sektor UMKM. Selain itu, menurut Hisrich dan Munich dalam Ramanti (2006), wanita akan memulai berwirausaha pada usia 35 hingga 45 tahun. Meskipun, pada dasarnya tidak ada batasan usia bagi seseorang untuk terjun pertama kali sebagai wirausaha. Tabel 2 Distribusi responden menurut usia pada wanita wirausaha warung kelontong Usia (tahun) <34 34-46 >46
Jumlah (orang) 10 15 5
Persentase (%) 33.33 50.00 16.67
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang dianalisis pada penelitian ini merupakan tingkat pendidikan formal. Tingkat pendidikan terbagi menjadi 3 kategori yaitu kategori rendah untuk responden yang tidak bersekolah atau berpendidikan SD, kategori sedang untuk responden dengan pendidikan terakhir SMP, dan kategori tinggi untuk responden dengan pendidikan terakhir di SMA. Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden didominasi dengan tingkat pendidikan yang sedang yakni SMP dengan persentase sebesar 50.00 persen, kemudian diikuti dengan tingkat pendidikan rendah yaitu sebesar 36.67 persen dan pendidikan tinggi sebesar 13.33 persen (Tabel 3).
27
Pada dasarnya, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kualitas sumberdaya wanita wirausaha. Selain itu, (Riyanti 2003) menyatakan bahwa pendidikan juga berperan penting ketika wirausaha mengatasi permasalahan di dalam menjalankan usaha, sebab pendidikan dapat memberikan dasar yang baik dan pengetahuan yang baik dalam mengelola usaha. Faktor pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang memotivasi wanita untuk melakukan wirausaha karena banyaknya wanita-wanita yang tidak dapat melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi, sehingga banyak dari mereka hanya bermodalkan pengalaman sehingga nekat untuk melakukan wirausaha karena tidak memiliki ijazah untuk dapat bekerja di kantor-kantor. Selain itu, tingkat pendidikan yang tinggi pada seseorang juga dapat membentuk pola pikir dalam bertindak maupun dalam menentukan pilihan yang pada akhirnya akan mencapai keberhasilan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan derajat keluarga. Pada penelitian ini, mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu lulus SMP. Hal ini dapat menggambarkan bahwa tingkat kemampuan sumberdaya wanita wirausaha pedagang warung kelontong yang masih pada taraf sedang hingga rendah. Tabel 3 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan pada wanita wirausaha warung kelontong Tingkat pendidikan Tidak bersekolah – SD SMP SMA
Jumlah (orang) 11 15 4
Persentase (%) 36.67 50.00 13.33
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga yang dianalisis di dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah yang terdiri dari responden, suami, anak, ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya. Jumlah anggota keluarga ini dapat mempengaruhi besarnya pengeluaran di dalam rumah tangga wanita wirausaha. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga makan secara otomatis tanggungan ekonomi wanita wirausaha semakin tinggi. Kategori jumlah anggota keluarga pada penelitian ini terdiri dari 3 kategori, yaitu kategori rendah dengan jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang, kategori sedang dengan jumlah anggota keluarga 4-6 orang, dan kategori tinggi dengan jumlah anggota keluarga >6 orang. Responden yang berada pada kategori rendah yaitu sebesar 36.67 persen. Sementara itu, responden yang berada pada kategori sedang yaitu sebesar 50.00 pesen dan responden yang berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 13.33 persen (Tabel 4). Dalam hal ini, jumlah anggota keluarga pada responden dengan kategori rendah memiliki keuntungan dibanding kategori sedang dan tinggi. Semakin kecil jumlah anggota keluarga, maka pengeluaran rumah tangga relatif lebih rendah dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi dibandingkan dengan responden dengan jumlah anggota keluarga yang banyak.
28
Tabel 4 Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga pada wanita wirausaha warung kelontong Jumlah anggota keluarga <4 4-6 >6
Jumlah (orang) 11 15 4
Persentase(%) 36.67 50.00 13.33
Status Pekerjaan Suami Menurut Adilah (2014), status pekerjaan suami dibedakan atas dua kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja. Suami yang tidak bekerja (pengangguran) secara langsung mendorong istri (wanita wirausaha) untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 90 persen responden memiliki suami yang bekerja, sedangkan untuk suami yang tidak bekerja hanya memiliki persentase sebesar 10 persen (Tabel 5). Pada umumnya, pekerjaan suami responden adalah seorang wiraswasta (sama-sama melakukan usaha warung kelontong dan adapula yang melakukan usaha lain diluar usaha warung kelontong), Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan buruh atau karyawan. Berdasarkan hasil penelitian, status pekerjaan suami yang bekerja sebagai wiraswasta sangat mendominasi dibandingkan dengan suami responden yang bekerja diluar wirausaha. Adapun beberapa alasan mengapa wanita wirausaha tersebut melakukan usaha warung kelontong ini yaitu untuk biaya hidup keluarga, sebagai tambahan penghasilan suami, dan untuk mengisi waktu luang. Bagi mereka, melakukan usaha warung kelontong tersebut merupakan salah satu tuntutan yang harus dijalani agar kehidupan keluarga semakin sejahtera dan untuk memenuhi kebutuhan lain diluar kebutuhan keluarga. Tabel 5 Distribusi responden menurut status pekerjaan suami pada wanita wirausaha warung kelontong Status pekerjaan suami Bekerja Tidak bekerja
Jumlah (orang) 27 3
Persentase (%) 90.00 10.00
Lama Usaha Pada dasarnya, lama usaha yang dilakukan oleh wanita wirausaha terkait dengan seberapa banyak pengalaman yang telah dilewati dalam melakukan usaha. Pengalaman akan menentukan keberhasilan usaha karena semakin lama seseorang menjalankan usahanya, maka semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang diperoleh tentang bidang usaha yang digeluti. Pengalaman juga akan menjadikan seseorang lebih memahami pekerjaannya dan terampil dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Menurut Adilah (2014), lama usaha atau pengalaman dalam berwirausaha responden dibedakan atas 3 kategori, yakni kategori pemula, sedang, dan berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada kategori pemula dengan lama usaha mulai dari 1 hingga 12 tahun dengan persentase sebesar 76.66 persen. Hal ini disebabkan karena para wanita tersebut mulai melakukan usaha ketika mereka berumah tangga dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Selain itu, jumlah responden dengan kategori sedang dengan lama usaha 12 hingga 24 tahun memiliki persentase sebesar 20.00 persen. Sedangkan persentasi responden
29
dengan kategori berpengalaman (usaha >24 tahun) yaitu sebesar 6.66 persen (Tabel 6). Tabel 6 Distribusi responden menurut lama usaha pada wanita wirausaha warung kelontong Lama usaha (tahun) < 12 12-24 > 24
Jumlah (orang) 23 6 2
Persentase (%) 76.66 20.00 6.66
Karakter Wirausaha Setiap wanita wirausaha tentunya memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Penelitian ini akan melihat karakter apa yang paling kuat dari setiap wanita wirausaha. Tabel 7 menunjukkan bahwa karakter wirausaha pedagang warung kelontong yang kuat atau tinggi adalah cermat dengan nilai (3.74), dapat dipercaya (3.66), enerjik (3.90), dan bertanggungjawab (4.39). Sedangkan karakter wanita wirausaha yang termasuk kedalam golongan sedang yaitu hemat dengan nilai rata-rata sebesar 3.18, dan antusias dengan nilai rata-rata sebesar 3.49. Tabel 7 Tingkat kekuatan karakter wanita wirausaha pedagang warung kelontong Karakter wirausaha Cermat Dapat dipercaya Enerjik Bertanggungjawab Hemat Antusias
Nilai rata-rata 3.74 3.66 3.90 4.39 3.18 3.49
Keterangan Kuat Kuat Kuat Kuat Sedang Sedang
Kasmir (2006) menyatakan bahwa karakter bertanggung jawab berkaitan dengan adanya tanggung jawab dari pelaku wirausaha terhadap segala aktivitas yang dijalankan, baik secara material maupun moral terhadap berbagai pihak. Berdasarkan Tabel 8, karakter wanita yang memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dibandingkan karakter lainnya dengan nilai 4.39 yang menunjukkan bahwa mayoritas wanita wirausaha pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Hal tersebut terjadi karena adanya realita bahwa wanita memiliki peran yang ganda sehingga harus menjalankan usaha warung kelontongnya dengan tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga secara seimbang. Selain itu, para wanita wirausaha harus melakukan persiapan usahanya sendiri untuk menjamin keamanan dan kebersihan dari produk yang dijual kepada konsumen sehingga dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang tinggi demi kelancaran usahanya. Wanita wirausaha memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi juga dikarenakan mereka dapat mengatur waktunya sendiri untuk membuka usahanya, karena mereka membuka usahanya dirumah. Hal tersebut menunjukan bahwa mereka memiliki jam kerja yang fleksibel dan tidak terikat dengan
30
menggabungkan jam kerja di rumahtangga dengan tanggungjawab usahanya. Wanita juga berpotensi untuk mengembangkan usaha karena wanita wirausaha lebih bertanggungjawab dalam mengelola keuangan usaha dan wanita juga enderung lebih peka terhadap kebutuhan pasar.
Perilaku Wanita Wirausaha Pada penelitian yang dilakukan kepada wanita wirausaha pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat, perilaku wanita wirausaha terdiri dari disiplin, teratur menabung, berani mengambil risiko, melayani pelanggan, dan mandiri. Tabel 8 merupakan hasil perhitungan standar deviasi dari masing-masing unsur perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat. Tabel 8 Hasil perhitungan nilai standar deviasi pada perilaku wanita wirausaha Perilaku wanita wirausaha
N1
Disiplin Berani mengambil risiko Melayani pelanggan Teratur menabung Mandiri
30 30 30 30 30
Minimum2 Maksimum3 3.40 3.33 2.75 1.50 2.40
4.80 4.50 4.50 4.50 5.00
Mean4 4.20 3.76 3.71 3.11 3.69
Std. deviation5 .336 .314 .548 .739 .782
Keterangan : N (jumlah responden) ; Minimum (batas bawah) ; Maksimum (batas atas) ; Mean (nilai rataan tengah) ; Std. deviation (keragaman)
Berdasarkan nilai rataan dan standar deviasi, maka diperoleh batas bawah dan batas atas dari masing-masing skor kuesioner, serta nilai standar deviasinya sehingga distribusi responden dari perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi responden menurut perilaku wanita wirausaha Unsur Perilaku Disiplin
Kategori
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah Tinggi
19 11
36.67 63.33
Rendah Tinggi
8 22
73.33 26.67
Rendah Tinggi
16 14
46.67 53.33
Rendah Tinggi
16 14
46.67 53.33
Rendah Tinggi
17 13
43.33 56.67
Berani mengambil risiko
Melayani pelanggan
Teratur menabung
Mandiri
31
Berdasarkan hasil dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada kategori tinggi, dengan nilai tertinggi terdapat pada perilaku disiplin dengan persentase sebesar 63.33. Responden yang berada pada kategori rendah adalah responden yang belum sepenuhnya menjalankan perilaku dengan baik dalam menjalankan usahanya setiap hari karena motivasinya dalam berwirausaha hanya untuk mengisi waktu luang ataupun untuk tambahan penngahasilan suami. Sementara itu, responden yang berperilaku wirausaha tinggi adalah responden yang benar-benar melakukan wirausaha karena termotivasi untuk memajukan kehidupan perekonomian keluargannya. 1.
Disiplin Kedisiplinan menjadi penting dalam suatu wirausaha karena dapat menjadi tolak ukur mampu atau tidaknya seseorang dalam menaati aturan untuk meningkatkan stabilitas hidup. Kedisiplinan juga berkaitan dengan ketepatan komitmen wanita wirausaha pedagang warung kelontong dalam melakukan tugas dan pekerjaannya, dapat berupa ketepatan waktu, kualitas kerja, maupun sistem pekerjaan yang dijalaninya setiap hari. Seorang wirausaha dengan perilaku disiplin yang tinggi tentunya akan sangat menghargai waktu, sehingga setiap pekerjaan yang dilakukan menjadi terselesaikan dengan baik. Pada wanita wirausaha pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku disiplin yang tergolong tinggi dengan persentase sebesar 63.33, sedangkan responden dengan perilaku disiplin yang rendah memiliki persentase sebesar 36.67 (Tabel 9). Hal ini dapat menggambarkan bahwa responden memiliki perilaku disiplin yang tinggi dalam berwirausaha dapat dijadikan sebagai landasan untuk mencapai keberhasilan usaha. 2.
Berani mengambil risiko Seorang wirausahawan adalah penentu risiko dan bukan penanggung risiko. Ketika seorang wirausaha menetapkan sebuah keputusan, tentunya ia memahami secara sadar risiko yang akan dihadapinya. Demikian pula dengan perilaku wanita pedagang warung kelontong yang berani mengambil risiko berkaitan dengan keinginan dalam menerima tantangan usaha serta keberanian responden dalam menanggung risiko usaha. Perbedaan perilaku mengambil risiko dari masingmasing wanita wirausaha terdapat pada kesiapan dalam pengambilan resiko yang dijadikan sebagai tantangan untuk mencapai kesuksesan dalam berusaha. Tantangan yang dihadapi dapat berupa persaingan, fluktuasi harga, serta barang dagangan yang tidak laku dijual, dimana tantangan tersebut perlu dihadapi dengan penuh perhitungan (Alma 2010). Dalam membuka usaha, mengembangkan usaha, dan menjalankan usaha selalu dihadapkan oleh risiko. Oleh karena itu, sangat penting bagi wirausaha untuk dapat menerapkan tingkah laku mengambil risiko. Berdasarkan hasil penelitian, persentase perilaku berani mengambil risiko didominasi pada kategori rendah dengan persentase sebesar 73.33 persen dari jumlah keseluruhan responden, dan kategori tinggi sebesar 26.67 (Tabel 9). Risiko yang memungkinkan terjadi pada pedagang warung kelontong tersebut baik risiko yang berupa fluktuasi harga bahan baku, perubahan selera konsumen, hingga risiko kerugian dari usaha yang dijalankan maupun risiko dalam meminjam dana di bank
32
untuk pengembangan usaha. Berdasarkan beberapa penelitian, wanita wirausaha tergolong sebagai pengambil risiko yang besar dan cukup berani untuk menghadapinya karena memiliki toleransi yang tinggi terhadap usaha yang dijalankan. Namun, berdasarkan hasil penelitian pada wanita wirausaha pedagang warung kelontong, didapatkan hasil bahwa wanita wirausaha tersebut cukup memahami adanya risiko dalam usaha namun tidak memiliki keberanian untuk menghadapi risikonya. Mereka cenderung tidak berani mengambil risiko yang besar dan memilih untuk mencari jalan aman karena tidak siap untuk menghadapi kegagalan usaha. Perilaku wanita wirausaha yang berani mengambil risiko biasanya lebih berani untuk rela menghabiskan waktunya untuk fokus terhadap usahanya, terutama pada awal-awal usaha tersebut dimulai. Banyak waktu bersama keluarga yang harus dikorbankan oleh mereka karena harus fokus terhadap usahanya hingga modal awal terganti dan mendapatkan laba yang menunjukkan kemajuan usahanya. Selain itu, seorang wanita wirausaha yang berani mengambil risiko biasanya lebih berani untuk mengeluarkan modal yang lebih besar dan membuka usaha yang cukup besar atau mengembangkan usaha sebelumnya menjadi lebih besar. Hal tersebut dapat mendatangkan tanggungjawab dan harapan yang lebih tinggi, karena mereka menganggap bahwa apabila usaha yang dimulai dari sesuatu yang besar, maka kemungkinan yang akan didapatkan juga besar. 3.
Melayani Pelanggan Dalam dunia usaha, sering sekali terdengar di telinga kita istilah “pelanggan adalah raja”, demikian pula dengan usaha warung kelontong yang dijalankan oleh beberapa wanita pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat. Pelayanan merupakan hal yang penting yang harus diberikan seorang wirausaha dalam menghadapi pelanggan, karena dengan pelayanan yang baik akan membuat konsumen menjadi puas ketika berbelanja pada usahanya. Dalam melayani pelanggan, khususnya untuk pelanggan tetap yang selalu membeli di warung kelontongnya, mereka selalu berusaha untuk menjalin keakraban dengan menciptakan obrolan-obrolan yang ringan sehingga akan membuat pelanggan merasa nyaman dalam berbelanja. Menurut hasil wawancara kepada responden, sebagian besar dari mereka selalu bertanya terlebih dahulu mengenai barang apa yang akan dicari konsumen, bila barang yang dicari tidak ada maka pedagang akan menawarkan barang lain yang sejenis. Perilaku melayani pelanggan terdapat pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 53.33, dan kategori rendah memiliki persentase sebesar 46.67 persen (Tabel 10). Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, perilaku melayani pelanggan yang mayoritas dilakukan oleh wanita wirausaha pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat ditunjukan dengan komunikasi yang baik terhadap pelanggan dengan menunjukan sikap ramah tamah, murah senyum, dan memelihara hubungan yang baik dengan pelanggan seperti mampu menerima keluhan dan berusaha untuk memperbaikinya. 4.
Teratur menabung Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada wanita wirasaha pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat, perilaku teratur dalam menabung yang memperoleh persentase pada kategori tinggi sebesar 53.33 persen dan
33
kategori rendah sebesar 46.67 persen (Tabel 9). Wanita wirausaha memiliki potensi untuk dapat dipercaya dan lebih bartanggungjawab dalam mengelola keuangan dari usahanya. Perilaku wanita wirausaha yang teratur menabung berarti memiliki kemampuan dalam mengelola keuangan dan menyisihkannya untuk keperluan tabungan. Teratur menabung yang dilakukan oleh sebagian besar wanita wirausaha pedagang warung kelontong dilakukan guna memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang, maupun untuk pengembangan usahanya. Meskipun beberapa dari responden mengaku terkadang tidak menabung secara berkala, namun mereka menjamin kelanjutan akan tabungan yang mereka miliki. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden wanita wirausaha, sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa tujuan dari perilaku teratur menabung yang mereka lakukan yaitu sebagai motif untuk berjaga-jaga jika terdapat keperluan mendesak dan sebagai cadangan untuk pengembangan usaha di masa yang akan datang. Oleh karena itu, menabung merupakan suatu hal yang penting bagi sebagian besar responden untuk mendukung keberlangsungan kehidupan rumah tangga maupun usahanya. 5.
Mandiri Seseorang dapat dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan keinginannya dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pada prinsipnya, kemandirian merupakan suatu hal yang mutlak yang harus dimiliki seorang wirausaha dalam mengerjakan setiap kegiatan usahanya, terutama sebagian besar wanita wirausaha pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat yang memiliki peran ganda yang mampu menjalankan dua tugas sekaligus tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku mandiri memiliki persentase pada kategori tinggi yaitu sebesar 56.67 persen, dan kategori rendah sebesar 43.33 persen (Tabel 9). Perilaku mandiri yang dijalaninya berupa kemampuan memenuhi kebutuhan usahanya sendiri maupun mengambil keputusan untuk bertindak tanpa adanya ketergantungan pada pihak lain. Sebagai seorang perempuan yang berperan sebagai wanita wirausaha, ada kalanya mereka ingin dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa, mereka ingin membuktikan bahwa jika tanpa laki-laki atau pihak lainnya, mereka juga dapat berdiri sendiri untuk bertahan hidup dengan keahlian yang dimiliki yang direalisasikan menjadi suatu usaha sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut juga merupakan pembuktian dari wanita wirausaha karena mampu menghasilkan uang sendiri disamping tugas atamanya yaitu sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara kepada wanita wirausaha pedagang warung kelontong di kecamatan Bogor Barat, beberapa dari mereka menyatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan usahanya sendiri tanpa bantuan suaminya, namun disisi lain, terdapat pula responden yang mengaku mampu menjalani usaha tanpa campur tangan orang lain dengan alasan agar lebih leluasa dalam bertindak sehingga semua perkerjaan dapat terselesaikan dengan baik.
34
Hubungan Karakteristik Personal dengan Perilaku Wanita Wirausaha Hubungan antara karakteristik personal dengan perilaku wanita wirausaha menggunakan dua alat analisis yaitu uji korelasi Rank Spearman dan Chi-Square. Tabel 10 merupakan hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik personal yaitu usia, jumlah anggota keluarga, dan lama usaha terhadap perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong. Hasil olah data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik usia responden dengan perilaku disiplin, dan berani mengambil risiko, dan terdapat pula hubungan yang signifikan antara lama usaha dengan perilaku yang teratur menabung. Sedangkan pada jumlah anggota keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan seluruh unsur yang terdapat pada perilaku wanita wirausaha. Tabel 10 Hasil uji Rank Spearman antara karakteristik personal terhadap perilaku wanita wirausaha Karakteristik personal
Usia Jumlah anggota keluarga Lama usaha
Perilaku wanita wirausaha Berani Melayani Teratur Disiplin mengambil pelanggan menabung risiko ppppKoef Koef Koef Koef value value value value .448* .019 .429** .026 .302 .126 .020 .923
Mandiri pvalue .226 .257
Koef
.070
.713
-.257
.170
-.077
.688
-.232
.218
-.202
.283
.006
.975
-.134
.479
-.217
.249
.502**
.005
-.015
.939
Keterangan: *. Korelasi signifikan pada α = 0.05 **. Korelasi signifikan pada α = 0.01
Hasil uji korelasi Chi-Square menunjukkan bahwa karakteristik personal yaitu status pendidikan dan status pekerjaan suami dengan perilaku wanita wirausaha tidak berhubungan nyata. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya perbedaan antara karakteristik personal yang mengandung unsur-unsur demografis dan perilaku wirausaha yang mengandung unsur psikologis dari setiap individu. Hasil uji korelasi Chi-Square antara karateristik personal yaitu tingkat pendidikan dan status pekerjaan suami akan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil uji Chi-Square antara karakteristik personal dengan perilaku wanita wirausaha Karakteristik personal Tingkat pendidikan X2 p-value Status pekerjaan suami X2 p-value
Disiplin
Perilaku wanita wirausaha Berani Teratur Melayani mengambil menabung pelanggan risiko
Mandiri
2.143 .343
2.229 .328
.227 .893
1.477 .831
1.428 .839
.238 .626
2.222 .136
.988 .320
1.250 .535
5.000 .082
35
1.
Hubungan usia dengan perilaku wanita wirausaha Karakteristik usia berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik usia dengan perilaku disiplin dan berani mengambil risiko. Nilai p-value antara karakteristik usia pada wanita wirausaha terhadap perilaku disiplin dan berani mengambil risiko masing-masing yaitu 0.019<0.05 dan 0.026<0.01 yang artinya antara karakteristik usia dengan perilaku disiplin dan berani mengambil risiko memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata lima persen dengan korelasi sedang, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0.488 dan 0.429 (Tabel 10). Artinya semakin tua usia yang dimiliki oleh wanita wirausaha pedagang warung kelontong maka akan semakin mendorong mereka untuk disiplin dan berani mengambil risiko dalam menjalani usahanya. Hal tersebut dikarenakan seluruh responden memiliki kemampuan untuk berperilaku sebagaimana mestinya dalam berwirausaha sehubungan dengan kepentingan usahanya, dan menyikapi permasalahan dan risiko dalam kegiatan usahanya. Usia seseorang juga dapat menunjukkan pengalaman dan keberanian dalam mengambil risiko. Karena, semakin tua maka ia semakin banyak mengamati perkembangan kewirausahaan yang ada di sekitar lingkungannya. 2.
Hubungan jumlah anggota keluarga dengan perilaku wanita wirausaha Pada penelitian ini, jumlah anggota keluarga yang banyak tidak menjadikan hal tersebut sebagai tuntutan responden untuk berwirausaha, demikian pula dengan jumlah anggota keluarga yang sedikit tidak menjadikan responden menjadi lebih memiliki waktu luang yang banyak untuk berwirausaha. Teori Goal Directed Behaviour yang dijelaskan oleh Wolman dalam Lupiyoadi (2007), yakni seseorang dapat berwirausaha dikarenakan adanya motivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Pencapaian tujuan tersebut diawali dari adanya dorongan kebutuhan yang kemudian menyebabkan adanya perilaku-perilaku untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hasil korelasi uji korelasi Rank Spearman yang diperoleh pada Tabel 10, ternyata tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh wanita wirausaha pedagang warung kelontong dengan perilaku wirausahanya. Pada umumnya, responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak dua hingga empat orang. Namun, bukan berarti responden dengan jumlah anggota keluarga yang lebih dari empat orang berarti memiliki perilaku wanita wirausaha yang lebih tinggi atau bahkan lebih rendah. 3.
Hubungan lama usaha dengan perilaku wanita wirausaha Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa lama usaha berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yang teratur teratur menabung. Nilai p-value antara lama usaha (pengalaman) pada wanita wirausaha terhadap perilaku teratur menabung sebesar 0.005<0.01. Artinya antara karakteristik lama usaha dengan perilaku teratur menabung memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata lima persen dengan korelasi sedang, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0.502 (Tabel 10). Artinya semakin lama usaha yang dijalankan oleh wanita wirausaha pedagang warung kelontong, maka akan mendorong mereka untuk teratur menabung. Hal tersebut disebabkan karena pengalaman
36
berwirausaha menjadikan seseorang lebih memahami potensi diri yang berkaitan dengan usaha yang sedang dijalankan. Seseorang yang berpengalaman dalam menjalankan kegiatan usaha akan memiliki kemampuan manajerial yang baik tak terkecuali dalam mengelola keuangan sehingga lebih teratur dalam mengelola tabungan dari hasil usahanya. Selain itu, pengalaman menjadikan seseorang menjadi lebih mengetahui dan terampil dalam mengelola usahanya tanpa harus banyak bergantung kepada orang lain. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, mayoritas perilaku teratur menabung yang mereka lalukan memiliki tujuan untuk motif berjaga-jaga ketika terdapat keperluan yang mendesak yang dialami oleh kehidupan rumah tangga maupun usahanya. Tujuan lainnya yaitu sebagai cadangan bila suatu saat ingin mengembangkan usahanya dengan membuka cabang baru atau memperluas skala usahanya. Hubungan status pendidikan dengan perilaku wanita wirausaha Karakteristik status pendidikan berdasarkan hasil uji korelasi Chi-Square menunjukkan bahwa status pendidikan tidak berhubungan nyata dengan seluruh unsur dari perilaku wanita wirausaha yaitu disiplin, teratur menabung, berani mengambil risiko, melayani pelanggan dan mandiri. Seluruh nilai p-value yang dihasilkan dari unsur-unsur perilaku wanita wirausaha lebih besar dari 0.05, yang artinya korelasi antara usia dengan perilaku wanita wirausaha tidak signifikan (Tabel 11). Faktor pendidikan memang menjadi faktor yang memotivasi wanita untuk melakukan wirausaha karena banyaknya wanita-wanita yang tidak dapat melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi, sehingga mereka yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga pada akhirnya memutuskan untuk membuka usaha dengan modal pengalaman yang dimiliki. Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan status pendidikan tidak mempengaruhi perilaku wanita wirausaha dalam menjalankan usahanya. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan responden dalam berperilaku bukan dipengaruhi oleh pendidikan formal yang telah diikuti, melainkan karena adanya pengalaman atau informasi yang berasal dari lingkungan sekitar. Hal tersebut didukung dengan yang dijelaskan oleh Wijandi dan Sarma (2002) yang menjelaskan perilaku sebagai bentuk respon dari rangsangan yang ada di lingkungan sekitar. Rangsangan tersebut dalam hal ini adalah adanya pengetahuan mengenai usaha yang berasal dari pengalaman orang lain maupun pengalaman usaha yang dijalankan sendiri oleh wanita wirausaha. 4.
5.
Hubungan status pekerjaan suami dengan perilaku wanita wirausaha Berdasarkan hasil uji korelasi Chi-Square, status pekerjaan suami tidak memiliki hubungan nyata dengan unsur-unsur dari perilaku wanita wirausaha. Seluruh nilai p-value yang dihasilkan dari unsur-unsur perilaku wanita wirausaha lebih besar dari 0.05, yang artinya korelasi antara usia dengan perilaku wanita wirausaha tidak signifikan (Tabel 11). Artinya, apapun dan bagaimanapun pekerjaan suami responden tidak akan mempengaruhi perilaku yang dilakukan oleh wanita wirausaha. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden yang berwirausaha adalah responden yang memiliki suami yang masih bekerja. Responden yang memiliki
37
suami dengan pekerjaan yang tidak tetap atau yang bekerja sebagai wirausaha hanya memiliki keinginan untuk berwirausaha agar dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga dan sebagai tambahan penghasilan suami. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan lain diluar kebutuhan rumah tangga seperti untuk keperluan membeli kosmetik, berbelanja pakaian, maupun untuk keperluan refreshing. Sedangkan, responden dengan status pekerjaan suami yang tidak memiliki pekerjaan, menekuni dunia wirausaha dengan motivasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hubungan Karakter Wirausaha dengan Perilaku Wanita Wirausaha Hasil olah data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara karakter wirausaha yang cermat dengan perilaku disiplin, berani mengambil risiko, dan melayani pelanggan. Selanjutnya karakter dapat dipercaya memiliki hubungan signifikan dengan perilaku mandiri, karakter bertanggungjawab berhubungan dengan perilaku disiplin dan mandiri, karakter hemat berhubungan dengan perilaku disiplin dan teratur menabung. Sedangkan pada karakter antusias memiliki hubungan signifikan dengan perilaku disiplin, berani mengambil risiko, melayani pelanggan dan mandiri. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman tersebut ternyata sebagian besar terdapat hubungan antara karakter wanita terhadap perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong yang ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12 Hubungan antara karakter wirausaha terhadap perilaku wanita wirausaha pedagang warung kelontong Karakter wirausaha
Disiplin
.206
pvalue .275
Mandiri
.398*
pvalue .030
.173
.360
.330
.075
-.061
.749
-.155
.414
.528**
.003
.463**
.010
.340
.066
.201
.286
.128
.501
.375*
.041
.000 .952
-.295 .666**
.114 .000
Koef Cermat Dapat dipercaya Bertanggung -jawab Hemat Antusias
Perilaku wanita wirausaha Berani Melayani Teratur mengambil pelanggan menabung risiko pppKoef Koef Koef value value value .464** .010 .376* .041 -.011 .955
**
.505 .433*
.004 .017
-.061 .632**
.751 .000
-.392 .481**
.232 .007
.653 .012
**
Koef
Keterangan: *. Korelasi signifikan pada α = 0.05 **. Korelasi signifikan pada α = 0.01
1.
Hubungan cermat dengan perilaku wanita wirausaha Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman yang dilakukan, diperoleh hubungan nyata antara karakter cermat dengan perilaku disiplin, berani mengambil risiko, dan melayani pelanggan. Tabel 12 menunjukan nilai p-value antara cermat terhadap perilaku disiplin yaitu 0.030<0.05 yang artinya karakter cermat yang dimiliki wanita wirausaha terhadap perilakunya yang disiplin memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata lima persen. Nilai p-value antara cermat terhadap perilaku berani mengambil risiko yaitu 0.010<0.01 yang
38
artinya antara cermat dan berani mengambil risiko memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata satu persen. Sedangkan p-value antara karakter cermat terhadap perilaku dalam melayani pelanggan yaitu 0.041<0.05 yang memiliki arti bahwa antara cermat dan perilaku melayani pelanggan memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata lima persen. Artinya yaitu semakin tinggi karakter cermat yang dimiliki seorang wanita wirausaha maka akan semakin mendorong mereka untuk disiplin, berani mengambil risiko, dan melayani pelanggan dengan lebih baik. Wanita wirausaha yang cermat tentunya memiliki kemampuan untuk memperhatikan ancaman dan peluang dari adanya ketidakpastian yang terjadi di dalam usahanya. Seseorang dikatakan cermat berarti ia mampu memposisikan dirinya dalam kondisi yang berisiko karena ia sudah mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi pada usahanya. Seseorang yang cermat dalam mengambil risiko berarti dihadapkan kedapa tiga indikator yaitu cermat dalam pengambilan keputusan, keberanian bertindak, dan kemampuan menanggung risiko yang terjadi. Dalam melayani pelanggan, seorang wirausaha harus cermat memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh pelanggannya tersebut. Tentunya juga harus mengetahui perubahan selera konsumen yang berubah-ubah. Wanita wirausaha juga harus memiliki strategi yang baik dalam melayani pelanggan yang membeli diwarungnya dengan menunjukkan sikap yang bersahabat dan ramah. Karena, bagi pelanggan kualitas pelayanan dari suatu usaha merupakan hal yaang paling penting. Selain itu, setiap produk yang dijual diwarungnya harus diperhatikan dengan baik kebersihan, kelengkapan, dan keamanannya sebagai bentuk kualitas dari pelayanannya terhadap pelangggan agar ketika pelanggan berbelanja merasa puas terhadap barang yang dibelinya. 2.
Hubungan dapat dipercaya dengan perilaku wanita wirausaha Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman yang dilakukan, diperoleh hubungan nyata antara karakter dapat dipercaya dengan perilaku mandiri dengan nilai p-value yaitu 0.003<0.01 (Tabel 12). Nilai tersebut menunjukan bahwa karakter dapat dipercaya yang dimiliki wanita wirausaha terhadap perilaku mandiri memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata satu persen. Artinya yaitu semakin wanita wirausaha dapat dipercaya dalam menjalankan peran gandanya, maka akan mendorongnya untuk lebih mandiri dalam menjalankan usahanya. Ibu rumah tangga biasanya mempunyai keterbatasan waktu antara mengurus kariernya sebagai ibu dan pekerjaan/bisnis yang akan dilakukan. Namun, tidak sedikit ibu rumah tangga yang sukses dengan bisnis rumahannya yang dilakukan sambil melaksanakan kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut mencerminkan bahwa seorang wanita wirausaha dapat dipercaya dalam menyelesaikan tuntutan akan tugas-tugas rumah tangga maupun tugas pada usahanya. Sebagai seorang ibu rumahtangga yang juga berperan sebagai wanita wirausaha, ada kalanya mereka ingin dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Perilaku mandiri yang terjadi bukan hanya mandiri untuk dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain saja, namun juga mandiri secara finansial. Banyak dari mereka ingin membuktikan bahwa jika tanpa suaminya,
39
mereka juga dapat berdiri sendiri untuk bertahan hidup dengan keahlian yang dimiliki dalam melakukan usaha warung kelontong. Hal tersebut juga merupakan pembuktian dari wanita wirausaha karena mampu menghasilkan uang sendiri disamping tugas atamanya yaitu sebagai ibu rumah tangga. Hubungan bertanggungjawab dengan perilaku wanita wirausaha Nilai p-value karakter bertanggungjawab terhadap perilaku disiplin yaitu 0.010<0.01 yang artinya karater bertanggungjawab pada wanita wirausaha terhadap disiplin memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata satu persen dengan korelasi sedang dan nilai koefisien sebesar 0.463. Nilai p-value karakter bertanggungjawab terhadap perilaku mandiri yaitu 0.041<0.05 yang artinya karakter bertanggungjawab dengan perilaku mandiri memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata lima persen dengan korelasi lemah dan nilai koefisien 0.375 (Tabel 12). Seorang wanita wirausaha dituntut untuk selalu memiliki karakter tanggungjawab penuh karena adanya peran ganda yang dijalani wanita wirausaha yaitu sebagai ibu rumah tangga dan pelaku usaha yang menjadikan mereka bekerja tidak sebebas yang dilakukan oleh wirausaha laki-laki. Semakin besar tanggungjawab yang ditanggung oleh wanita wirausaha, maka orang tersebut akan menjadi semakin reaktif dalam menyikapi hal-hal yang berkaitan dengan usahanya. Oleh karena itu, wanita wirausaha dituntut untuk disiplin dalam mengelola segala kegiatan rumahtangga maupun kegiatan usahanya agar keduanya seimbang. Wanita wirausaha memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi juga dikarenakan mereka dapat mengatur waktunya sendiri untuk membuka usahanya, karena mereka membuka usahanya dirumah. Hal tersebut juga mencerminkan perilaku wanita wirausaha yang mandiri dalam melakukan aktivitasnya setiap hari. Dengan mereka melakukan usaha warung kelontong tersebut, mereka juga dikatakan mandiri dalam kehidupan finansial karena tidak bergantung kepada penghasilan suami saja.
3.
4.
Hubungan hemat dengan perilaku wanita wirausaha Nilai p-value antara karakter hemat terhadap perilaku disiplin yaitu 0.004<0.01 yang artinya antara karakter wanita yang hemat dengan perilaku disiplin memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata satu persen dengan korelasi sedang yang ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0.505. Sedangkan, hubungan antara karakter hemat dengan perilaku teratur menabung memiliki korelasi yang kuat dengan nilai p-value 0.000<0.01 dan koefisien sebesar 0.653 (Tabel 12). Artinya semakin tinggi karakter wanita yang hemat dalam mengelola keuangannya maka akan semakin mendorong wanita wirausaha untuk teratur dalam menabung. Wanita wirausaha diyakini memiliki potensi untuk pandai dalam mengelola keuangan yang didapatkan dari hasil usahanya. Wanita wirausaha juga berkontribusi dalam aspek ekonomi yang dinilai dari kemampuannya dalam menyisihkan pendapatan yang dimiliki. Berdasarkan wawancara kepada responden, mayoritas dari mereka aktif dalam kegiatan arisan bersama warga sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Arisan tersebut dinilai sebagai wadah sosialisasi dan juga wadah menabung bagi mereka selain tabungan pribadi yang
40
mereka miliki. Adanya arisan tersebut juga melatih kedisiplinan wanita wirausaha pedagang warung kelontong tersebut karena pembayarannya yang jatuh tempo. 5.
Hubungan antusias dengan perilaku wanita wirausaha Nilai p-value antara karakter antusias pada wanita wirausaha terhadap perilaku disiplin dan melayani pelanggan masing-masing yaitu 0.017<0.01 dan 0.007<0.01 yang artinya antara karakter wanita yang antusias dengan perilaku mandiri dan melayani pelanggan memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata satu persen dengan korelasi sedang yang ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar 0.433 dan 0.481. Sedangkan nilai p-value antara karakter antusias pada wanita wirausaha terhadap perilaku berani mengambil risiko dan mandiri masing-masing sebesar 0.000<0.01 dan 0.000<0.01 yang artinya antara karakter wanita yang antusias dengan berani mengambil risiko dan mandiri memiliki hubungan yang signifikan pada taraf nyata satu persen dengan korelasi kuat yang ditunjukkan dengan nilai koefisien masing-masing sebesar 0.632 dan 0.666 (Tabel 12). Artinya semakin tinggi karakter antusias yang dimiliki oleh wanita wirausaha, maka akan semakin mendorong mereka untuk berani mengambil risiko dan menghadapinya secara mandiri. Pada dasarnya, seorang wanita wirausaha dengan karakter antusias berarti ia memiliki semangat yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Seorang wanita yang antusias tentunya memiliki perilaku yang disiplin dalam menghargai waktu dan mandiri dalam menjalankan aktivitasnya diwarung maupun di kehidupan rumahtanggnya. Selain itu, kecenderungan akan semangat yang tinggi juga ditunjukan dengan adanya keberanian dalam menghadapi segala risiko yang mungkin akan terjadi pada usahanya maupun risiko pada kehidupan rumah tangganya. Kedua perilaku tersebut didukung dengan tuntutan keadaan yang sebenarnya bahwa wanita wirausaha memiliki peran ganda sebagai pengusaha dan ibu rumah tangga. Semangat yang tinggi juga ditunjukkan dengan perilaku wanita dalam melayani pelanggan dengan penuh semangat agar konsumen merasa dihargai ketika belanja di warungnya.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Dari hasil penelitian pada wanita wirausaha pedagang warung kelontong yang telah dijabarkan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian terhadap karakteristik personal menunjukkan bahwa mayoritas wanita wirausaha pedagang warung kelontong berada pada kategori usia produktif, dengan jumlah anggota keluarga antara 4-6 orang, dan pendidikan terakhir yaitu SMP. Sebagian besar responden memiliki pengalaman usaha <12 tahun dan memiliki suami yang masih bekerja. Sementara itu, wanita wirausaha memiliki karakter wirausaha yang terdiri dari cermat, dapat dipercaya, bertanggungjawab yang berada pada kategori kuat.
41
2.
3.
Perilaku wanita wirausaha menunjukan bahwa mayoritas pedagang memiliki perilaku dalam kategori tinggi dengan persentase tertinggi pada perilaku disiplin (63.33 persen), lalu diikuti dengan perilaku mandiri (56.67 persen). Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik personal yaitu usia memiliki hubungan yang nyata terhadap perilaku disiplin dan berani mengambil risiko, dan lama usaha memiliki hubungan dengan teratur menabung. Sedangkan hasil uji Chi-Square menunjukan bahwa status pendidikan dan status pekerjaan suami tidak berhubungan nyata dengan perilaku wanita wirausaha. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakter wirausaha dengan perilaku wanita wirausaha menunjukkan mayoritas memiliki hubungan yang signifikan. Karakter yang paling banyak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku wanita wirausaha yaitu karakter antusias dan cermat.
SARAN Saat ini mayoritas wanita wirausaha pedagang warung kelontong memiliki perilaku yang kurang berani mengambil risiko. Padahal, seorang wirausaha sering disebut sebagai pengambil risiko karena adanya ketidakpastian dalam usaha yang dijalankannya. Sebaiknya, perlu adanya pelatihan atau seminar mengenai pengetahuan dalam berwirausaha yang terkait bidang usaha yang banyak digeluti oleh wanita wirausaha. Pelatihan tersebut dilakukan guna meningkatkan kemampuan dalam mengambil risiko, didukung dengan karakter wanita yang bertanggungjawab terhadap peran ganda yang dijalankan. Sebagian besar responden memiliki suami yang masih bekerja dan menyatakan berwirausaha hanya sebatas menambah penghasilan suami dan pengisi waktu luang, bukan sebagai penghasilan utama. Jika suaminya pensiun atau berhenti bekerjamaka penghasilan akan berkurang. Sehingga, dengan adanya pelatihan kewirausahaan maka mereka akan lebih berani mengambil risiko. Selain itu meiliki pandangan bahwa usaha yang dijalankan mungkin akan menjadi penghasilan utama di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Achmad M. 2012. Pemberdayaan perempuan melalui kelompok wanita tani oleh organisasi muslimat NU. [skripsi]. Yogyakarta (ID). UIN Sunan Kalijaga. Alma B. 2010. Kewirausahaan. Bandung (ID): CV.Alfabeta. Ardhanari, Margaretha, et al. (2007). Analisis personal dan struktural pumik (perempuan pengusaha mikro) di Surabaya dalam upaya pengembangan keberhasilan usaha bidang ritel. Makalah disampaikan pada lokakarya regional : “Pengembangan kewirausahaan perempuan dalam usaha mikro & kecil”, Bali, 29-30 November 2007. Azzahra R. 2009. Perilaku wirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor peserta program kreativitas mahasiswa kewirausahaan (PKMK) dan program pengembangan kewirausahaan mahasiswa (PPKM) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
42
Basrowi. 2011. Kewirausahaan untuk perguruan tinggi. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Data angkatan kerja wanita di Indonesia. Jakarta (ID): BPS Pusat. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia tahun 2011. Jakarta (ID): BPS Pusat. Dhanotiya B. 2012. Study OF women entrepreneurial behaviour IN self help group through krishi vigyan kendra, kasturba gram indore District of m.p. International Journal of Humanities and Social Science Innovation, Vol 2(1) PP 44-46. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): BPS Pusat. [Depkop] Departemen koperasi dan UKM. 2013. Data usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan usaha besar (UB) tahun 2011-2012. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia [internet]. [diunduh 2014 Oktober 06]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=fil e&id=335:data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub tahun-2011-2012&Itemid=93. Dirlanudin. 2010. Perilaku wirausaha dan keberdayaan pengusaha kecil industri agro [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fauzah R. 2013. Perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele kerukunan Keluarga Besar Siman Jaya (KKBSJ) di Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Harefa A, Siadari EE. 2006. The Ciputra’s Way: Praktik terbaik menjadi entrepreneur sejati. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Hendro. 2011. Dasar - dasar kewirausahaan: Panduan bagi mahasiswa untuk mengenal, memahami, dan memasuki dunia bisnis. Jakarta (ID): Erlangga. Hirish, Robert & Pieters. 2002. Entrepreneurship (3rd ed.). Sidney. Mc Graw Hill Higher Education. Ilyas Z 2002. Hubungan karakteristik peternak sapi perah dengan sikap dan perilaku dalam pengelolaan limbah peternakan [Laporan Kegiatan]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Jati W. 2009. Analisis motivasi wirausaha perempuan (wirausahawati) di Kota Malang. Jurnal Humanity, Vol 4(2). Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang. Justin. 2000. Kewirausahaan. South-Western Cpllege Publishing. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Lupiyoadi R. 2007. Entrepreneurship: From Mindset To Strategy. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit FEUI. Mavrudah I. 2013. Analisis perilaku wanita wirausaha pada Kelompok Wanita Tani Tapak Dara, kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muljaningsih S, Soemarno, Hadiwidjojo D, Mustajadjab MM. 2013. Developing organic food processed entrepreneurial intention: Study on women farmers at Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Journal of Business and Management. Vol 11, Issue 1 (May-Jun 2013). Nazir M. 2005. Metode penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
43
Nitisusastro M. 2009. Kewirausahaan dan manajemen usaha kecil. Bandung (ID): Alfabeta. Noor J. 2011. Metodologi penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya ilmiah Ed ke-1. Jakarta (ID): Kencana. Nugroho BA. 2005. Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS. Yogyakarta (ID): Andi. Nugroho TRDA. 2006. Karakteristik jiwa kewirausahaan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura [skripsi]. Madura (ID). Universitas Trunojoyo Madura. Pambudy R. 1999. Perilaku komunikasi, perilaku wirausaha peternak, dan penyuluhan dalam sistem agribisnis peternakan ayam [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rachmat IS. 2006. Hubungan karakteristik dan sikap anggota terhadap keberadaan kelompok tani ternak (studi kasus pada kelompok tani ternak domba makori di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rakhmat J. 2001. Psikologi komunikasi edisi revisi. Bandung (ID): Remaja Rosda Karya. Ramanti RP. 2006. Perilaku wirausaha wanita peternak dalam mencari dan menerapkan informasi usahaternak ayam buras (kasus kelompok tani-ternak “Tanjung”, Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor. Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari sudut pandang psikologi kepribadian. Jakarta (ID): Grasindo. Sekaran U. 2006. Metode penelitian bisnis. Jakarta (ID): Salemba Empat. Siregar S. 2011. Statistika deskriptif untuk penelitian: Dilengkapi perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17 Ed ke-2. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Sumantri B, Fariyanti A, Winandi R. 2013. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja usaha wirausaha wanita: suatu studi pada industri pangan rumahan di Bogor. 12(3). Suryana. 2001. Kewiraswastaan. Jakarta (ID). Salemba Empat. Tambunan TH. 2012. Wanita pengusaha di UMKM di Indonesia: motivasi dan kendala. [diunduh 2014 Desember 14]. Tersedia pada: http://www.fe.trisakti.ac.id/pusatstudi_industri/pusat%20study%20tulus%20 tambunan/pusat%20studi/policy%20discussion%20paper/policy%20paper% 2033.pdf. Umar H. 2005. Riset pemasaran & perilaku konsumen. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Wijandi S, Sarma M. 2002. Sekilas kewirausahaan tantangan mandiri. Bogor (ID): Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Institut Pertanian Bogor. Winardi J. 2007. Manajemen perilaku organisasi. Jakarta (ID): Kencana.
44
45
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil uji validitas dan reliabilitas CERMAT Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8
R hitung **
≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≤ ≤
.905 .658* .901** .670* .805** .806** .416 .455
R tabel
Keterangan
0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
valid valid valid valid valid valid tidak valid tidak valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.843
6
DAPAT DIPERCAYA Butir Soal 1 2 3 4 5
R hitung .718* .680* .805** .718* .694*
≥ ≥ ≥ ≥ ≥
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan valid valid valid valid valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.716
5
FLEKSIBEL Butir Soal 1 2 3 4 5 6
R hitung .777** .819** .645* .833** .072 .156
≥ ≥ ≥ ≥ ≤ ≤
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .784
N of Items 4
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan valid valid valid valid tidak valid tidak valid
46
BERTANGGUNGJAWAB Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7
R hitung .367 .804** .804** .685* .685* .685* .105
≤ ≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≤
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan tidak valid valid valid valid valid valid tidak valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.800
5
HEMAT Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7
R hitung .809** .183 .762* -.122 .660* .284 .709*
≥ ≤ ≥ ≤ ≥ ≤ ≥
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan valid tidak valid valid tidak valid valid tidak valid valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.700
4
ANTUSIAS Butir Soal 1 2 3 4 5
R hitung .654* .815** .785** .729** -.350
≥ ≥ ≥ ≥ ≤
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .732
N of Items 4
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan valid valid valid valid tidak valid
47
DISIPLIN Butir Soal 1 2 3 4 5
R hitung .792** .723** .692* .658* .808**
≥ ≥ ≥ ≥ ≥
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan valid valid valid valid valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.760
5
BERANI MENGAMBIL RISIKO Butir Soal 1 2 3 4 5 6
R hitung .825** .845** .661* .805** .728* .728*
≥ ≥ ≥ ≥ ≥ ≥
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan valid valid valid valid valid valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.782
6
MELAYANI PELANGGAN Butir Soal 1 2 3 4 5
R hitung .654* .410 .752* .697* .811**
≥ ≤ ≥ ≥ ≥
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .606
N of Items 4
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan valid tidak valid valid valid valid
48
TERATUR MENABUNG Butir Soal 1 2 3 4 5 6
R hitung .510 .640* .640* .464 .749* .633*
≤ ≥ ≥ ≤ ≥ ≥
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan tidak valid valid valid tidak valid valid valid
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.511
4
MANDIRI Butir Soal 1 2 3 4 5
R hitung .835** .788** .924** .788** .924**
≥ ≥ ≥ ≥ ≥
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .902
N of Items 5
R tabel 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319 0.6319
Keterangan valid valid valid valid valid
Spearman's rho
Melayani pelanggan
Berani mengambil resiko
Disiplin
Antusias
Hemat
Bertanggung jawab
Dapat dipercaya
Cermat
.041
Sig. (2-tailed)
.749
30 -.061
30
.075
.330
30
.360
-.173
30
.032
.376*
.010
.464
**
30
.030
.398
*
30
.002
.391
*
**
.546
30
.065
-.341
30
.030
30
.698
.074
30
.021
.397
*
.420
30
*
1.000
30
.026
.407*
30
.026
.407
*
30
1.000
Dapat dipercaya
Correlation Coefficient
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
Cermat
.286
.201
30
.066
.340
30
.010
.463
**
30
.045
.368
*
30
.996
-.001
30
1.000
30
.030
.397
*
30
.021
.420*
Bertanggung jawab
.032
.392*
30
.751
-.061
30
.004
.505
**
30
.299
.196
30
1.000
30
.996
-.001
30
.065
-.341
30
.698
.074
Hemat
.007
.481**
30
.000
.632
**
30
.017
.433
*
30
1.000
30
.299
.196
30
.045
.368
*
30
.032
.391
*
30
.002
.546**
Antusias
.048
.363*
30
.272
.207
30
1.000
30
.017
.433
*
30
.004
.505
**
30
.010
.463
**
30
.360
-.173
30
.030
.398*
Disiplin
.379
.167
30
1.000
30
.272
.207
30
.000
.632
**
30
.751
-.061
30
.066
.340
30
.075
.330
30
.010
.464**
Berani mengambil resiko
Lampiran 2 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakter wirausaha dengan perilaku wanita wirausaha
1.000
30
.379
.167
30
.048
.363
*
30
.007
.481
**
30
.232
-.392
30
.286
.201
30
.749
-.061
30
.041
.376*
Melayani pelanggan
.060
.347
30
.626
.093
30
.047
.365
*
30
.952
.012
30
.000
.653
**
30
.501
.128
30
.414
-.155
30
.955
-.011
Teratur menabung
.964
30 -.009
.006
.488**
30
.347
.178
30
.000
.666**
30
.114
-.295
30
.041
.375*
30
.003
.528**
30
.275
.206
Mandiri
49
49
Mandiri
Teratur menabung
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
N
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
50
30
.275
.206
30
.955
-.011
30
30
.003 30
.041
.375
*
.528
30
**
.501
.128
30
30
.414
-.155
30
30
.114
-.295
30
.000
.653
**
30
30
.000
.666
**
30
.952
.012
30
30
.347
.178
30
.047
.365
*
30
30
.006
.488
**
30
.626
.093
30
30
.964
-.009
30
.060
.347
30
30
.250
-.217
30
1.000
30
30
1.000
30
.250
-.217
30
50
18 19 20 21
14 15 16 17
10 11 12 13
6 7 8 9
4 5
2 3
1
No responden
Anis
Norma Ipoh Kusnifah
Uta Khairiah Asiah Yani Eti Dayan Rena Endah Ika Esi Sukaesih Sholeha Nurul Iis Sukriyah
Mersiana Evi
Wiwin Nur
Nama
Lampiran 3 Data diri responden
Loji Loji Loji Situ Gede
Sindangbarang Sindangbarang Sindangbarang Loji
Batu Gulung Balumbang Balumbang Sindangbarang
Pasir Mulya Pasir Mulya Pasir Mulya Batu Gulung
Perum Gn. Batu Gunung Batu
Pasir Kuda No 24 Gunung batu
Pasir Kuda No 10
Alamat
Dadali Mantumona Berkah Aini
Dadi 2 Soleh Aswin Akbar (AKB)
Chandra
Lubis Munte
Anugrah Makmur Amanah Bandi
Rizky Varia Owin
Ucok Sembako dan Sayur
Askun
Nama usaha
39 51 29 34
22 36 36 29
23 38 45 41
29 41 25 40
22 44
48 46
25
Usia (tahun)
11 30 6 2
5 13 8 1
2 8 12 14
6 16 3 5
1 7
20 1
6
Lama usaha
Lulus SD Lulus SMP Lulus SMP Lulus SD
Lulus SMP Lulus SD Lulus SMP Lulus SMP
Lulus SMA Lulus SMP Lulus SMA Lulus SMP
Lulus SMP Lulus SMP Lulus SD Lulus SD
Lulus SMP Lulus SD
Lulus SD Lulus SMA
Lulus SD
Pendidikan
Ciamis Medan Kuningan Bogor
Kuningan Medan Bogor Ciamis
Medan Medan Medan Medan
Medan Medan Kuningan Bogor
Ciamis Medan
Medan Bogor
Kuningan
Asal
51
51
52
28 29 30
24 25 26 27
22 23
Nur Asiah Ami Husnah Siti Aminah Yuli Lilis Iaasmana Nenah Asih Budiarti Semplak Cilendek Cilendek
Curug Mekar Curug Mekar Semplak Semplak
Situ Gede Situ Gede
Mona
Abadi
Amir Jaya 1 Lestari Rizky
Barokah
59 36 27
43 51 25 35
39 56
30 1 3
16 8 2 5
6 7
Lulus SMA Lulus SMP Lulus SD
Lulus SD Lulus SMP Lulus SMP Lulus SMP
Lulus SMP Lulus SD
Ciamis Bogor Kuningan
Medan Medan Bogor Kuningan
Medan Bogor
52
53
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Indah Purwanti, yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Januari 1993 dari ayah Muslimin dan ibu Sunarti. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Riwayat pendidikan penulis yaitu Sekolah Dasar Negeri 06 Pagi Jakarta pada tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 198 Jakarta pada tahun 2004-2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 59 Jakarta pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan di terima di Program Diploma Manajemen Agribisnis. Setelah penulis menyelesaikan pendidikan diploma tiga dan memperoleh gelar Ahli Madya, lalu penulis melanjutkan pendidikan di program alih jenis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi. Penulis melakukan penelitian dengan topik kewirausahaan dengan judul skripsi yaitu Analisis Karakreristik dan Perilaku Wanita Wirausaha dibawah bimbingan Bapak Dr Ir Burhanuddin MM.