v
KARAKTERISTIK DAN PERILAKU WIRAUSAHA PEDAGANG BUAH KAKI LIMA DI KLATEN
FAJAR SEPTI RAHAYU H34144026
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
vi
vii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini menyatakanbahwa skripsi berjudul Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Kaki Lima di Klaten adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Fajar Septi Rahayu H34144026
viii
ix
ABSTRAK FAJAR SEPTI RAHAYU. Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Buah Kaki Lima di Klaten. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI. Wirausaha Indonesia saat ini mencapai angka 1.65 persen. Sekitar 74 persen profesi wirausaha di Jawa Tengah didominasi dari UMKM sekitar 99 339 unit dan Klaten menyumbang sebesar 34 155 unit. UMKM binaan Klaten salah satunya pedagang kaki lima, khususnya pedagang buah. Kondisi yang dihadapi pedagang buah kaki lima seperti persaingan, rawan penggusuran, dan karakteristik buah yang tidak tahan lama. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi karakteristik individu dan usaha serta perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima, dan juga hubungan keduanya. Penelitian dilakukan di Klaten dengan metode convenience berjumlah 32 pedagang buah kaki lima di 3 lokasi. Penelitian ini menggunakan analisis Chi-Square dan Rank Spearman. Hasil menunjukkan karakteristik individu dan karakteristik usaha yang berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yaitu usia dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan dengan perilaku wirausaha. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan pedagang perlu ditambah dengan pelatihan dan pembinaan seperti pembuatan parcel dan pemanfaatan sampah kulit buah. Kata kunci : karakteristik, pedagang buah kaki lima, perilaku ABSTRACT FAJAR SEPTI RAHAYU. Characteristics and Entrepreneurial Behaviours of Fruit Street Vendor in Klaten. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI Number of entrepreneurs in Indonesia currently reaches 1.65 percent About 74 percent of entrepreneurs in central Java is dominated by Micro, Small, and Medium Entreprises (MSMEs), those are 90 339 units of which 34 155 units are located in Klaten. One of assisted MSMEs in Klaten is the street vendor, particulary the fruit street vendor. However, conditions faced by the fruit street vendor today include competition, vulnerability to evictions, and the characteristics of perishable fruit. The purpose of this study was to identify the individual characteristics, business characteristics and entrepreneurial behavior of fruit street vendor, as well as correlation between them. The study was conducted in Klaten with convenience method on 32 fruit street vendors in 3 locations. This study used the analysis of Chi-Square and Rank Spearman. The results showed that individual characteristics and business characteristics which correlated with the entrepreneurial were age, knowledge, level of education and entrepreneurial behaviors. The level of education needs to be improved with coaching traders such as the creation parcels and utilization rind. Keywords: behavior, characteristics, fruit street vendor
x
xi
KARAKTERISTIK DAN PERILAKU WIRAUSAHA PEDAGANG BUAH KAKI LIMA DI KLATEN
FAJAR SEPTI RAHAYU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
xii
xiii
xiv
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2016 yaitu kewirausahaan, dengan judul Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Buah kaki Lima di Klaten. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku pembimbing skripsi telah memberikan saran, arahan, kesabaran dan waktu kepada penulis selama penyusunan skripsi. Terimaksih juga kepada evaluator atau dosen penguji Dr. Ir. Burhanuddin dan Dr. Ir. Suprehatin atas evaluasi kepada skripsi saya yang belum sempurna ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak dan mama tercinta, kakak Ferryanti atas segala doa dan dukungannya di masa masa penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada pegawai Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Klaten yang telah memberikan informasi dan meluangkan waktu untuk sharing mengenai Pedagang Kaki Lima (PKL). Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman seperjuangan ekstensi dari Universitas Gadjah Mada (Anggun, Indri, Risti, Tika, Mas Gemilang, dan Mbak Ayu) yang telah melewati masa merantau ke Bogor dan bersama sama menjalani ekstensi 2 tahun ini. Terimakasih juga kepada Sari dan Juanne, teman saya di AJ 5 yang telah membantu kelancaran skripsi dan memotivasi saya. Serta, terima kasih kepada teman teman AJ 5 IPB dengan dukungan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, September 2016
Fajar Septi Rahayu
xv
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Definisi Operasional GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Wilayah Klaten Pedagang Buah Kaki Lima di Klaten HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Buah Kaki Lima Klaten Perilaku Kewirausahaan Pedagang Buah Kaki Lima di Klaten Hubungan antara Karakteristik dan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Buah Kaki Lima SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi vi vi 1 1 4 5 5 6 6 7 7 12 15 15 15 15 16 19 20 20 21 22 22 27 29 34 34 35 35 38
vi
DAFTAR TABEL 1
Perkembangan jumlah UMKM dan tenaga kerja di Kabupaten Klaten tahun 2010 hingga 2014
2
2
Jumlah pedagang buah kaki lima pada tiga lokasi
16
3
Kriteria penilaian unsur-unsur perilaku wirausaha
17
4
Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan jenis kelamin
22
5
Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan usia
23
6
Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan asal daerah
24
7
Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan tingkat pendidikan
24
8
Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
25
Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan lama usaha
26
9
10 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan lama berdagang (jam)
26
11 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan sumber modal
27
13 Sebaran pedagang buah kaki lima berdasarkan perilaku wirausaha
28
14 Hubungan karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten
30
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Jumlah UMKM binaan di Provinsi Jawa Tengah Kerangka pemikiran operasional Peta Kabupaten Klaten
2 14 20
DAFTAR LAMPIRAN 1
Data karakteristik individu pedagang buah kaki lima di Klaten periode Maret – Mei 2016
38
Data karakteristik usaha pedagang buah kaki lima di Klaten periode Maret – Mei 2016
39
3
Skor responden terhadap perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya
40
4
Hasil uji validitas dan reliabilitas
40
5
Hasil uji Rank-Spearman
41
6
Hasil uji Chi-Square
41
7
Dokumentasi
44
2
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kewirausahaan memiliki dampak positif bagi perekonomian negara. Alasan perilaku wirausaha memiliki efek positif terhadap kekuatan dan stabilitas ekonomi, dikarenakan salah satunya mampu mengatasi pengangguran, sedangkan alasan lain yaitu memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi dan masyarakt seperti inovasi, dimana berkaitan dengan proses menciptakan sesuatu yang baru, dan alasan ketiga adalah globalisasi. Salah satu alasan terpenting dari kewirausahaan telah terbukti mampu mengatasi tingkat pengangguran melalui penciptaan pekerjaan oleh wirausaha. Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran di Indonesia menurun yang dapat dilihat dari angka pengangguran di tahun 2013 tercatat 7.39 juta orang dan di tahun 2014 tingkat pengangguran tercatat 7.15 juta orang. Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menegah tahun 2015, saat ini wirausaha Indonesia baru mencapai angka 1.65 persen atau 3.87 juta wirausaha dari sekitar 250 jiwa total penduduk Indonesia. Meskipun pertumbuhan jumlah wirausaha semakin lama mengalami pertumbuhan yang positif, namun angka tersebut masih kurang dari target pemerintah yang ingin mencapai porsi wirausaha sebanyak 2 persen. Hal ini kalah dengan negara tetangga yang memiliki angka wirausaha di atas 4 persen, seperti Singapura mencapai 7 persen, Malaysia mencapai 5 persen, dan Thailand mencapai 4 persen. Menurut data yang dihimpun Forum UMKM Jawa Tengah tahun 2016, terdapat 74 persen profesi wirausaha, 10 persen CEO atau jajaran top management, 10 persen berprofesi pengacara, dokter, dan profesional, sedangkan sisanya profesi lainnya. Peluang untuk mencapai kesejahteraan berawal dari berwirausaha dan berperan penting dalam skala Indonesia. Hal ini ditunjukkan pula UMKM binaan Jawa Tengah mengalami perkembangan yang dapat dilihat pada gambar 1. Jumlah UMKM binaan ini yang mendominasi dari sektor perdagangan yaitu berjumlah 35 227 unit, sedangkan sektor produksi/non pertanian sejumlah 33 772 unit, sektor pertanian berjumlah 17 452 unit, dan sektor jasa berjumlah 11 644 unit. Klaten menurut data BPS Klaten, memiliki jumlah UMKM Jawa Tengah sebesar 34 155 unit atau 38 persen. Kabupaten Klaten letaknya strategis dilihat dari letak geografis berpotensi untuk mengembangkan sektor perdagangan. Klaten sebagai kabupaten yang menghubungkan jalan antar kota dan provinsi. Hal ini diketahui banyaknya keramaian lalu lintas di Klaten dan sering pula dijadikan tempat peristirahatan bagi pengguna jalan. Masyarakat Klaten sendiri memanfaatkan keramaian jalanan dengan membuka usaha sektor informal, seperti usaha kaki lima.
2
Gambar 1 Jumlah UMKM binaan di Provinsi Jawa Tengah Sumber : http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/ Klaten memiliki potensi dalam mengembangkan usaha terlihat dari letak geografis Klaten itu sendiri ataupun terlihat dari perkembangan jumlah UMKM yang terdapat di Klaten. Tabel 1 menunjukkan jumlah UMKM dan tenaga kerja yang mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2014. Perkembangan tersebut menunjukkan adanya UMKM yang mampu membuka lapangan pekerjaan dan tiap tahunnya mengalami pula peningkatan dalam menyerap tenaga kerja di Klaten. UMKM yang berkembang tidak lepas dari banyaknya tenaga kerja yang terserap. Banyaknya tenaga kerja yang terserap tidak lepas dari upaya masyarakat untuk menjadi seorang wirausaha. Seorang wirausaha yang berani mengambil risiko dan berani mengambil peluang dari kesempatan yang ada. Tabel 1 Perkembangan jumlah UMKM dan tenaga kerja di Kabupaten Klaten tahun 2010 hingga 2014 Keterangan UMKM Tenaga Kerja
2010 32 798 135 493
2011 33 937 136 857
Tahun 2012 33 951 138 216
2013 34 121 138 907
2014 34 155 139 045
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten 2015
Salah satu UMKM binaan Klaten yaitu pedagang kaki lima, yang merupakan wirausaha yang berjualan di sepanjang jalan. Pedagang kaki lima memiliki arti positif maupun negatif. Dari segi positif, pedagang kaki lima mampu menyerap tenaga kerja. Menteri Tenaga Kerja, beserta ketua Kadin (Alma 2010) telah mencanangkan, agar kehidupan pedagang kaki lima dibina, diatur, jangan dikejar-kejar, jangan dimatikan, karena pedagang kaki lima menyumbang andil dalam membangun lapangan kerja. Kedua, pedagang kaki lima membantu konsumen dalam mudah mendapatkan barang dan service cepat, serta kebanyakan yang dijual pedagang kaki lima adalah barang coveniences, yang dibeli dengan cara emosional, yang berarti begitu melihatnya mulai timbul keinginan untuk membeli. Namun, dari segi negatif, pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertib, keamanan, kebersihan, dan kebisingan. Hal ini dipengaruhi pula
3
pertumbuhan kota tidak diiringi dengan pertumbuhan sikap dan tingkah laku warganya. Pemerintahan Kabupaten Klaten saat ini sedang melakukan pembangunan tata kota, dari infrastruktur seperti jalan, trotoar, Masjid Raya Klaten, stadion maupun terminal. Pembangunan yang sedang dilakukan ini berdampak pula dengan relokasi pedagang kaki lima. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Klaten melakukan penataan dan relokasi pedagang kaki lima ke tempat yang disediakan seperti Jalan Mayor Kusmanto. Relokasi yang disediakan merupakan lokasi di pusat kota Klaten yaitu wilayah Kecamatan Klaten Tengah dan Klaten Utara. Relokasi ini paling berpengaruh pada pedagang buah kaki lima yang memang telah direlokasi ke Jalan Mayor Kusmanto. Pedagang buah kaki lima merupakan salah satu wirausaha yang berbisnis dengan memasarkan buah lokal di sepanjang jalan atau trotoar Klaten. Klaten sendiri memiliki berbagai buah lokal yang diproduksi seperti melon, semangka, rambutan, jeruk siam, mangga, pisang, pepaya, nanas, durian, jambu biji dan sawo. Data dari BPS (2015) produksi buah melon tahun 2015 mengalami naik sebesar 48.94 persen dan semangka naik sebesar 21.37 persen. Potensi Klaten dalam memproduksi buah lokal menjadikan adanya pedagang buah kaki lima dengan binaan Disperindagkop Klaten. Lokasi pedagang buah kaki lima awalnya di Jalan Sulawesi kini direlokasi ke Jalan Mayor Kusmanto, dan terdapat tiga lokasi pedagang buah kaki lima yaitu Jalan Bali, Jalan Mayor Kusmanto dan Jalan Mayor Sunaryo. Tiga lokasi tersebut merupakan tempat strategis karena berdekatan dengan pusat kota. Pedagang buah kaki lima berada di lokasi tersebut selain alasan yang strategis, juga beralasan dengan mendirikan kaki lima mampu menghidupi keluarga dan mampu menciptakan pekerjaan sendiri tanpa perlu bekerja dengan orang lain. Peluang yang ada ini dimanfaatkan oleh pedagang membuka lapak di sepanjang jalan untuk meningkatkan taraf kehidupan keluarga dengan keterampilan berdagang yang sederhana. Pedagang buah juga mempunyai keahlian dalam menarik konsumen untuk mendatangi lapaknya, karena diketahui pedagang kaki lima biasanya menjual barang coveniences. Selain itu, pedagang buah juga harus memiliki perencanaan yang baik karena buah yang sering dipasarkan mudah busuk dan musiman. Modal utama dalam berwirausaha sebagai pedagang buah kaki lima adalah keinginan yang sungguh-sungguh untuk menjalankan usaha. Tidak hanya tekad tapi juga memerlukan perilaku yang baik pula, seperti unsur-unsur perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan/keterampilan. Keunikan dari pedagang buah kaki lima dalam menarik konsumen dan strategi pengelolaan usaha tentunya memiliki perilaku wirausaha yang berbeda-beda untuk menjalankan usahanya. Pedagang kaki lima sebagai wirausaha ini juga memiliki karakter individu maupun karakteristik usaha yang berbeda, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, omzet, lama berdagang, dan lainnya. Berdasarkan pemaparan di atas maka perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai analisis hubungan terhadap karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima agar mampu memberikan pengetahuan.
4
Perumusan Masalah Kabupaten Klaten memiliki tiga lokasi pusat berjualannya pedagang buah kaki lima yaitu di Jalan Bali, Jalan Mayor Kusmanto, dan Jalan Mayor Sunarto. Data dari Disperindagkop pada tahun 2014, pedagang kaki lima (PKL) berjumlah 1544 pedagang, sedangkan pada tahun 2015 meningkat 15 persen menjadi 1837 pedagang yang menyebar di 26 kecamatan. Peningkatan jumlah PKL yang ada didorong pula dengan kemudahan PKL dalam mendapatkan izin usaha, namun lokasi yang digunakan juga diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA). Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh perilaku wirausaha, seperti pengetahuan, sikap dan tindakan/keterampilan. Setiap pedagang buah kaki lima memiliki karakter dan perilaku yang berbeda-beda dalam menjalankan usahanya agar mampu menarik konsumen walaupun tiap pedagang memiliki jarak lapak yang berdekatan ± 2 meter atau bahkan berdempetan seperti di Jalan Bali. Pedagang buah kaki lima ini memiliki beberapa kondisi yang dialami yaitu: pertama, pedagang memiliki risiko persaingan antar pedagang buah lainnya yang berdekatan satu sama lain dengan jenis jualan yang sama yang menimbulkan banyaknya pilihan konsumen untuk membeli buah. Kedua, risiko seorang pedagang kaki lima yaitu rawan terhadap relokasi, seperti di wilayah Stadion Trikoyo Klaten dan Jalan Sulawesi saat ini pedagang buah duren telah mengalami penggusuran dan berpindah ke Jalan Mayor Kusmanto. Alasan tersebut mulai dikembangkannya kawasan kaki lima di Jalan Mayor Kusmanto dan di wilayah Stadion Trikoyo yang merupakan jalan satu arah akan macet apabila pembeli parkir di pinggir jalan untuk membeli buah. Meskipun pedagang kaki lima yang tidak memiliki izin berdagang sering mengalami penggusuran, mereka tetap berdagang dengan alasan untuk menghidupi keluarga, serta berharap penggusuran di tempat yang baru akan lebih laris. Namun kenyataannya, berdasarkan wawancara dengan pedagang kaki lima yang direlokasi, pedagang buah kaki lima mengalami omzet yang menurun setelah berpindah ke tempat baru di Jalan Mayor Kusmanto. Pedagang buah kaki lima ini memiliki karakter wirausaha yatu berani mengambil risiko, dilihat dari mereka tenang terhadap gusuran dan tetap menjalankan usaha meskipun terjadi penggusuran. Ketiga, pedagang yang memasarkan buah memiliki risiko tinggi terhadap mudah rusaknya buah, dikarenakan karakteristik buah itu sendiri. Terdapat pula pedagang buah musiman yang kadang kala mereka berjualan berdasarkan musim panen buah tertentu. Hal ini tentunya berbeda dengan pedagang buah yang menjual segala jenis buah (musiman dan tidak musiman) dan pedagang yang berganti-ganti jenis buah jualannya yang disesuaikan dengan musimnya. Pedagang buah kaki lima ini memiliki karakter wirausaha yatu berani mengambil risiko, dilihat dari mereka berani berjualan buah-buahan yang dapat dikatakan sebagai bahan dagangan yang tidak tahan lama dibandingkan barang dagangan lainnya. Pedagang juga kreatif/inovatif dalam berdagang, dimana mereka menyiasati buah-buah yang sudah terlalu matang untuk dicampur dengan buahbuah lainnya, sehingga cara ini lebih menguntungkan, dibandingkan harus membuang buah. Keempat, tidak adanya pencatatan pembukuan mengenai keuangan, hal ini dilakukan oleh pedagang yang memiliki keterbatasan dalam baca tulis, sehingga
5
pedagang tidak tahu secara pasti keuntungan dan perkembangan bisnisnya. Pedagang hanya secara sederhana menentukan dan memperkirakan keuntungan yang diusahakannya. Selain itu, pedagang buah sering mencampur-adukan keuangan rumah tangga dengan keuangan bisnisnya. Pedagang yang sudah mencatat pun hanya sekedar mencatat saja, bahkan mereka yang memiliki kemampuan untuk mencatat tidak menerapkannya dengan alasan tidak ada waktu luang dalam mencatat keuangan. Hal ini menunjukkan pedagang kaki lima memiliki kemampuan dalam pencatatan keuangan, tetapi sikap dan tindakan tidak dicerminkan. Pedagang kaki lima memiliki karakteristik dan perilaku tertentu untuk menjalankan bisnisnya. Hal tersebut mampu mempengaruhi keberhasilan pedagang. Pedagang buah harus memiliki kemampuan akan pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga pedagang buah mampu mempertahankan konsumen yang menjadi pelanggannya. Karakteristik individu diduga mempengaruhi perilaku pedagang buah kaki lima dalam meningkatkan usahanya. Perilaku tersebut diperkirakan dapat menunjukkan kemampuan pedagang buah kaki lima dalam mengelola usahanya. Maka diperlukan adanya penelitian mengenai karakteristik individu dan usaha pedagang buah kaki lima serta hubungannya dengan perilaku pedagang buah kaki lima di Klaten, sehingga akan diketahui karakteristik individu dan usaha mana yang berhubungan dengan perilaku wirausaha. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik individu dan usaha pedagang buah kaki lima di Klaten? 2. Bagaimana perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten? Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan karakteristik pedagang buah kaki lima di Klaten. 2. Menganalisis perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi penulis sehingga dapat meningkatkan kemampuan analisis penulis serta menerapkan konsep dan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. Manfaat bagi pedagang buah kaki lima yaitu sebagai bahan masukan dalam mengembangkan usahanya sehingga usaha mampu berkembang dengan baik. Manfaat bagi pemerintah sebagai bahan masukan pemerintah Kabupaten Klaten dalam pengelolaan pedagang kaki lima, khususnya pedagang buah.
6
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi utama tempat berdagangnya pedagang buah kaki lima Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yaitu Jalan Bali, Jalan Mayor Kusmanto, dan Jalan Mayor Sunarto dengan meneliti karakteristik individu, usaha, dan perlaku wirauhasa.
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Individu dan Usaha Karakteristik wirausaha pada tesis Sari (2016) yang meneliti UMKM gula aren di Lombok Barat, menjelaskan bahwa karakteristik wirausaha adalah gambaran keunikan personal atau psikologis seseorang yang terdiri dari dimensi nilai sikap dan kebutuhan. Karakteristik wirausaha dibagi menjadi dua yaitu karakteristik individu dan karakteristik psikologis. Karakteristik individu adalah karakteristik personal yang melekat dalam diri wirausaha sejak lahir. Karakteristik wirausaha pada tesis ini yang meneliti wirausaha UMKM gula aren di Lombok Barat yaitu usia, pendidikan, pengalaman, dan kekosmopolitan. Karakteristik individu pedagang dapat dilihat pada penelitian Hijriah (2004). Karakteristik individu pedagang yang berpengaruh meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan formal, asal daerah, jumlah tanggungan keluarga, sedangkan karakteristik usaha yang digunakan pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, dan penerimaan usaha. Penelitian Hardian (2011) mengenai karakteristik pedagang martabak kaki lima yang meliputi usia, asal daerah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, sedangkan karakteristik usaha meliputi lokasi usaha, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari, dan omzet per bulan. Karakteristik individu pedagang warung makanan kaki lima di Kota Timika dari penelitian Mayabubun (2015) yaitu usia, asal daerah, tingkat pendidikan formal, dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan, karakteristik usaha meliputi lama usaha dan pendapatan usaha. Penelitian lainnya dari Maulasa (2014) dengan responden pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor memiliki karakteristik usaha seperti lokasi usaha, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari, omzet per bulan. Karakteristik pedagang lainnya dapat terlihat pada pedagang sate. Hal ini merupakan penelitian dari Aisyah (2006). Karakteristik pedagang sate meliputi usia, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga, sedangkan karakteristik usahanya melibuti sumber modal dan pencatatan keuangan. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan penyesuaian dengan responden pedagang buah kaki lima di Klaten yang diteliti karakteristik induvidu dan usaha meliputi jenis kelamin, usia, asal daerah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, sumber modal, lama usaha (tahun), dan lama berdagang (per hari)
7
Perilaku Wirausaha Perilaku wirausaha meliputi pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan tindakan wirausaha. Pada peneitian Hardian (2011) yang menganalisis hubungan antara karakteristik dengan perilaku wirausaha dibagi menjadi dua karakteristik yaitu karakteristik individu dan karakteristik usaha. Unsur-unsur perilaku wirausaha yang dominan terhadap perilaku wirausaha pedagang adalah pengetahuan dan sikap wirausaha pedagang martabak itu sendiri. Karakteristik pedagang yang mempengaruhi perilaku wirausaha pedagang martabak manis adalah jumlah tanggungan keluarga, dan lama berdagang. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa perilaku wirausaha berhubungan dengan karakteristik individu dan usaha. Penelitian Mayabubun (2015) dengan studi kasus pedagang warung makanan kaki lima menunjukkan pengetahuan sebagian besar pedagang dalam kategori tinggi, sikap dalam kategori sedang, dan keterampilan dalam kategori rendah. Perilaku wirausaha yang berhubungan dengan terhadap karakteristik usaha adalah pengetahuan. Perilaku wirausaha pedagang dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari pengetahuan kewirausahaan dan sikap kewirausahaan pada penelitian Maulasa (2014) memiliki kategori sangat tinggi, sedangkan sikap kewirausahaannya berkategori tinggi. Karakteristik usaha yang berhubungan nyata dengan perilaku kewirausahaan yaitu omzet per bulan. Perilaku yang terdapat di pedagang sate pada penelitian Aisyah (2006) menghasilkan pengetahuan pedagang sate dalam kategori baik, sikap mental dalam kategori sedang, dan keterampilan dalam kategori sedang. Hardian (2011), Hijriah (2004), dan Maulasa (2014) pada penelitiannya menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square. Pada analisis deskriptif yaitu untuk mendiskripsikan karakteristik individu dan usaha, serta analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square untuk menganalisis hubungan antara karakteristik wirausaha dengan perilaku wirausahanya. Metode statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data kuantitatif dan merumuskan karakteristik wirausaha dengan pengolahan data kuantitatif menggunakan software Microsoft Office Excel. Analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan perilaku wirausaha menggunakan alat bantu software Microsoft Office Excel dan SPSS.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis Pedagang Kaki Lima (PKL) Pedagang kaki lima (PKL) (Alma 2010) ialah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat – pusat konsumen, tidak memiliki izin usaha. Menurut Permadi (2007), PKL
8
didefinisikan sebagai pedagang yang berada di emperan dan trotoar yang memakai alat dagang lapak maupun pedagang yang memakai gerobak atau pikulan. Hal ini berarti, pedagang yang berjualan, tapi tidak mempunyai kios atau toko. Kebanyakan PKL memilih berjualan di tempat keramaian, seperti di stasiun bus dan kereta, atau halte-halte dan tempat wisata. Ada yang memakai lapak dengan bahan kayu, triplek, terpal, dan sebagainya, ada juga yang memakai gerobak beroda, gerobak dorong, pikulan atau gendongan. Adapun ciri-ciri pedagang kaki lima menurut Alma (2010): 1. Kegiatan usaha, tidak teroganisir secara baik. 2. Tidak memiliki surat izin usaha 3. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja. 4. Bergerombol di trotoar, atau di tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat di mana banyak orang ramai. 5. Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari mendekati konsumen. PKL atau sebutan lain Pedagang Kreatif Lapangan yang tertuang pada pasal 1 Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 12 Tahun 2012 adalah perorangan yang melakukan penjualan barang dan/atau jasa dengan menggunakan bagian jalan, trotoar dan tempat untuk kepentingan umum yang keberadaannya tidak boleh menggangu fungsi publik, keindahan, keamanan dan ketertiban umum. Ketentuan kegiatan usaha PKL yang ditetapkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 12 Tahun 2012, pasal 2 menunjukkan: 1. Untuk menjaga ketertiban, keindahan, keamanan, ketentraman, dan kebersihan di Daerah, dilarang menggunakan tempat umum, jalan umum, trotoar, kawasan tertib lalu lintas dan di atas saluran umum sebagai tempat kegiatan usaha PKL, kecuali lokasi yang ditetapkan dan diizinkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. 2. PKL yang menempati lokasi yang ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk wajib membentuk Paguyuban PKL. 3. Bupati dalam menetapkan tempat-tempat umum, jalan-jalan umum, trotoar, kawasan tertib lalu lintas dan saluran umum harus mempertimbangkan kepentingan sosial, ekonomi, ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan sekitarnya serta memperhatikan keadaan pasar maupun jenis barang yang diperdagangkan. Potensi yang dimiliki pedagang kaki lima sangat besar dan dapat dimanfaatkan (Alma 2010) sebagai berikut: 1. PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapusakan. 2. PKL dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan baik. 3. PKL menyimpan potensi pariwisata. 4. PKL dapat menjadi pembentuk estetika kota bila didesain dengan baik. Buah-buahan Permintaan produk buah-buahan di pasar dunia cenderung (trend) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pola perdagangan buah-buahan internasional antara lain ditentukan oleh tingkat konsumsi komoditas tersebut di setiap negara di dunia. Pada dasarnya, tingkat konsumsi buah-buahan di suatu negara
9
dipengaruhi oleh empat faktor penentu menurut Rukmana (1999), yaitu jumlah penduduk dan tingkat pendidikan atau kemajuan, pendapatan konsumen adan pemerataaan pendapatan, harga buah-buahan dan pengganti (substitusinya), serta prederensi konsumen terhadap buah-buahan. Buah-buahan tropis Indonesia ada yang bersifat semusim atau dua musin (annual) dan tahunan (perennial). Namun, buah-buahan tahunan lebih dominan. Pada umumnya, buah-buahan tahunan berbuah tergantung pada musim/kondisi iklim. Pada zaman sekarang, buah-buahan banyak diperdagangkan. Kondisi ini memungkinkan terjadinya persaingan di pasar buah dunia (Sunarjono 2008). Perdagangan buah-buahan merupakan prospek yang menantang bagi pengusaha menurut Penebar Swadaya (2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa hal agar dapat bersaing. Upaya yang harus dilakukan yaitu memproduksi buah-buahan yang memiliki kualitas yang baik sesuai dengan selera konsumen, kuantitas produk yang mencukupi pasar, dan kontinuitas dalam ketersediaan komoditas sehingga dapat bekerlanjutan. Peluang bisnis buah-buahan juga terlihat pada kenyataan bahwa penduduk Indonesia hanya mengonsumsi buah-buahan sekitar 40 kg/kapita/tahun. Wirausaha Wirausaha saat ini sering didengar dan dijumpai yang memiliki arti seseorang yang melakukan kegiatan bisnis dan berani mengambil risiko dari setiap keputusan bisnisnya. Kewirausahaan menurut Sutanto (2002), sering diartikan sebagai seseorang yang mengerti dan dapat membedakan antara peluang lalu memanfaatkannya untuk keuntungan mereka. Hal ini berarti seorang wirausaha memiliki jiwa berani mengambil risiko dan wirausaha memiliki keyakinan dan percaya diri akan keberhasilannya. Seperti yang diungkapkan oleh Zimmerer (2008), wirausaha adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumber daya itu. Selain itu Winardi (2008) menyatakan wirausaha sebagai pelaku perubahan yang mentransformasikan sumber daya yang menjadi barang dan jasa yang bermanfaat dan seringkali hal tersebut menciptakan keadaan yang menyebabkan timbulnya pertumbuhan industri. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wirausaha sebagai seseorang yang berani mengambil risiko dan ketidakpastian dalam melakukan bisnis dengan segala sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan dari barang atau jasa yang dihasilkan. Beberapa peluang dari berwirausaha menurut Zimmerer dan Scarbourough (2002), yaitu: 1. Peluang mengendalikan nasib sendiri. 2. Kesempatan melakukan perubahan. 3. Peluang untuk menggunakan potensi sepenuhnya. 4. Peluang meraih keuntungan tanpa batas. 5. Peluang untuk berperan bagi masyarakat dan mendapat pengakuan atas usahanya. 6. Peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai untuk dikerjakan.
10
Karakteristik Karakteristik adalah sifat-sifat, ciri-ciri (semua keterangan tentang elemen) atau hal-hal apa saja yang dimiliki oleh elemen. Sebagai contoh karakteristik orang seperti usia, jenis kelamin, pendapatan dan berat badan (Supranto 2007). Menurut Rakhmat (2001), karakteristik individu adalah ciri yang ditampilkan seseorang melalui pola pikir, pola tindakan, dan pola sikap. Menurut Kotler (1980) dalam Subachtiar (2013), karakteristik individu dapat dikategorikan menjadi dua yaitu demografik dan psikografik. Karakteristik demografi mencakup jenis kelamin, usia, penghasilan, pekerjaan, pendidian, ras, agama, kebangsaan, ukuran keluarga, dan tingkat sosial. Karakteristik psikografik meliputi gaya hidup dan kepribadian. Dimensi keindividualan terkandung pengertian tentang perbedaan individual. Karakteristik individu yang berbeda tidaklah dalam pengertian individu yang satu lebih baik daripada individu yang lain. Perilaku Wirausaha Perilaku adalah tindakan dari kebiasaan atas kebenaran yang di pegang teguh. Perilaku juga dapat disebut sebagai langkah dan tindakan yang ia lakukan untuk menghadapi dan menyiasati pekerjaan sehari-hari. Menurut Soesarsono (2002), seorang wirausaha mencakup beberapa unsur penting satu sama lain yang terkait dan bersinergi, yaitu unsur daya pikir (kognitif), unsur keterampilan (psikomotorik), unsur mental (afektif), dan unsur kewaspadaan (intuisi). Daya pikir, pengetahuan, kepandaian, intelektual, atau kognitif mencirikan tingkat penalaran, taraf pemikiran yang dimiliki. Daya pikir adalah sumber dan awal kelahiran kreasi dan temuan baru. Keterampilan merupakan tindakan raga untuk melakukan kerja untuk mewujudkan suatu karya, baik produk maupun jasa. Sikap mental diperlukan untuk mensinergikan antara daya pikir dan keterampilan. Selain daya pikir, keterampilan dan sikap mental, intuisi merupakan faktor penentu keberhasilan seorang wirausaha, walaupun sesuatu yang abstrak acapkali menjadi kenyataan bila diyakini dan diusahakan. Perilaku dapat dibedakan ke dalam tiga unsur, yang dikemukakan oleh Rakhmat (2001) yaitu kognitif atau pengetahuan, afektif atau sikap, dan psikomotorik atau keterampilan atau tindakan. Komponen pengetahuan dalam perilaku meliputi awareness dan knowledge terhadap suatu obyek atau fenomena. Komponen sikap mengacu pada liking dan preference, sedangkan komponen keterampilan mengacu pada intention dan actual behavior terhadap suatu obyek atau fenomena. 1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan berhubungan dengan informasi dan gagasan menuju pemahaman baru. Pemahaman yang baik tentang usaha termasuk tentang risiko usaha akan berpengaruh terhadap level kesuksesan yang bisa diraih (Yahya 2006). Modal dasar pengetahuan dapat mengetahui bagaimana cara berwirausaha yang baik dan benar. Seorang wirausaha memiliki pengetahuan khusus terkait dengan bisnis yang akan dijalankan. Kurangnya pengetahuan
11
akan membuat keputusan yang buruk dan belajar dari kesalahan bukanlah hal yang mudah bagi seorang wirausaha. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha adalah : (1) pengetahuan bidang mengenai usaha yang dimasuki; (2) pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab; (3) pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri; dan (4) pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Pengetahuan dan kapabilitas berusaha bagi wirausaha dapat diperoleh dari: pengalaman, mengamati kehidupan wirausaha, belajar kepada wirausaha yang berhasil. Pengetahuan dan kapabilitas pula diperoleh dari belajar membaca buku dan pendidikan kewirausahaan atau bidang ilmu yang berhubungan dengan kewirausahaan. Pengetahuan, kapabilitas, pengalaman, dan pendidikan yang diperoleh wirausaha selama beberapa periode akan memunculkan apa yang disebut kompetisi wirausaha (Kristanto 2009). 2. Sikap Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai (Rakhmat 2001). Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. Sikap pada dasarnya adalah bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang keluar (Sudijono 2006). Sikap itu cara pandang dan pola pikir (mindset) atas hal-hal yang dihadapinya, seperti rasa takut, kesulitan, cobaan, kritikan, saran, tekanan, dan hambatan yang mendasari sebuah tindakan. Menurut Hendro (2011), sikap seorang wirausahawan adalah: (1) sikap selalu berpikir positif dalam menghadapi segala hal; (2) respons yang positif dari individu terhadap informasi, kejadian, kritikan, cercaan, tekanan, tantangan, cobaan, dan; (3) sikap yang berorientasi jauh ke depan, berpikiran maju, bersifat prestatif dan tidak mudah terlena oleh hal-hal yang sudah berlalu. Ranah afektif ini (Sudijono 2006) oleh Krathwohl (1974) dibagi ke dalam 5, yaitu: 1. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan sesorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. 2. Responding (menanggapi) mengandung arti kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnyadengan salah satu cara. 3. Valuing (menilai), artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. 4. Organization (mengatur), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
12
5. Characterization by a value or value complex, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadiandan tingkah lakunya Sikap mental yang merupakan fondasi utama pengembangan diri watak wirausaha, harus secara konsisten terekspresikan dalam perilaku dan tindakan kemandirian. Bahkan, dapat dikatakan sikap mental yang terekspresi pada semangat lebih dalam, berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, mempertajam kepekaan terhadap peluang bisnis yang acapkali tampak samarsamar, kurang terlihat ataupun tidak pernah terlihat sebagai hal yang menghasilkan dan memberikan keuntungan (Djuwardi 2010). Setiap wirausaha perlu kecakapan untuk memberikan pertimbanganpertimbangan ke arah proses pengambilan keputusan yang matang. Wirausaha dapat membuka hati dan pikirannya lebar-lebar dalam menerima tambahan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan sehingga membentuk pribadi yang teruji dan menyenangkan (Alma 2010). 3. Tindakan atau keterampilan Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Tindakan wirausaha mengacu pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang didasarkan pada pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Karena tindakan membutuhkan waktu, sedangkan hasil di masa yang akan datang tidak dapat diprediksi, maka hasil dari tindakan tersebut mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian diperkuat dengan sifat dasar yang khas dalam tindakan wirausaha, seperti penciptaan produk baru, jasa baru, usaha baru, dan lain sebagainya (Hisrich 2008). Sukses di dunia usaha, wirausaha harus cerdas dan terampil. Keterampilan yang perlu dipunyai oleh seorang wirausahawan adalah keterampilan dasar dan keterampilan khusus (Hendro 2011). Keterampilan khusus seperti keterampilan menjual dan keterampilan teknis (untuk produksi). Usaha tertentu membutuhkan keterampilan tertentu. Jika usaha berhubungan dengan keterampilan menjual, perlu keterampilan dengan mengikuti training atau program kursus singkat tentang penjualan. Keterampilan lain adalah kemampuan mengelola keuangan. Keterampilan yang meningkat dapat memperbaiki kondisi keuangan (Yahya 2006). Kerangka Pemikiran Operasional Kewirausahaan memiliki dampak yang positif bagi perekonomian negara, salah satunya membuka lapangan pekerjaan. Wirausaha dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya tidak terlepas dari karakteristik dan perilaku yang dimilikinya. Ilmu dalam bidang kewirausahaan di Indonesia telah banyak dikaji mengenai hubungan antara karakteristik dan perilaku wirausaha dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Penelitian Hardian (2011) mengenai karakteristik pedagang martabak kaki lima yang meliputi usia, asal daerah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
13
keluarga, sedangkan karakteristik usaha meliputi lokasi usaha, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari, dan omzet per bulan. Penelitian Hijriah (2004) karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan formal, asal daerah, jumlah tanggungan keluarga, pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, dan penerimaan usaha. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan penyesuaian dengan responden pedagang buah kaki lima di Klaten yang diteliti karakteristik individu yaitu jenis kelamin, usia, asal daerah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, sedangkan karakteristik usaha yaitu sumber modal usaha, lama usaha (tahun) dan lama berdagang (jam). Berdasarkan teori Rakhmat (2001) yang mengemukakan bahwa unsur-unsur perilaku terdiri dari tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Penelitian ini akan membahas mengenai perilaku wirausaha, sehingga variabel perilaku yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan tindakan wirausaha yang berkaitan dengan aktivitas mulai dari input, proses dan output. Ketika menganalisis hubungan karakteristik dan perilaku wirausaha perlu mengetahui karakteristik individu seorang wirausaha dengan melakukan identifikasi terhadap karakterik pedagang buah kaki lima di Klaten. Responden diteliti karakteristik individu dan usaha yang meliputi, jenis kelamin, usia, asal daerah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, sumber modal usaha, lama usaha per tahun, dan lama berdagang per hari Karakteristik wirausaha menjadi bagian penting dalam kewirausahaan. Karakteristik akan menentukan pedagang buah kaki lima dalam keberhasilan menjalankan dan mengembangkan usahanya. Setiap wirausaha memiliki karakteristik yang berbeda sehingga kajian ini dapat menarik dan dapat dikaji lebih lanjut mengenai pedagang buah kaki lima yang menjalankan dan mengembangkan bisnisnya. Kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
14
Potensi masyarakat membuka lapangan pekerjaan bagi pengangguran di Klaten dengan berwirausaha
Pedagang buah kaki lima di tiga lokasi Klaten
Karakteristik usaha
Karakteristik individu 1. 2. 3. 4. 5.
jenis kelamin usia asal daerah tingkat pendidikan jumlah tanggungan keluarga (orang)
1. sumber modal usaha 2. lama usaha (tahun) 3. lama berdagang (jam)
Perilaku Wirausaha 1. 2. 3.
Pengetahuan Sikap Tindakan
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
15
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga lokasi pusat pedagang buah kaki lima yaitu di Jalan Bali, Jalan Mayor Kusmanto, dan Jalan Mayor Sunarto di Klaten. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu bahwa lokasi yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu seperti mempertimbangkan tiga lokasi itu merupakan tempat pusat pedagang buah kaki lima di Klaten dan dekat dengan pusat Klaten seperti kantor pemerintahan daerah, Alun-Alun Klaten, Masjid Raya Klaten, Stadion Trikoyo, dan pusat perbelanjaan sehingga ketiga lokasi ramai akan pedagang maupun pembeli. Alasan lain yaitu lokasi tersebut sebagai lokasi PKL binaan dari Pemerintah Klaten. Proses pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2016. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data hasil kuesioner dan wawancara yang mendeskripsikan mengenai karakteristik individu dan usaha serta perilaku wirausaha pada pedagang buah kaki lima di Klaten. Kuesioner yang diajukan ke responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian menyangkut karakteristik dan perilaku wirausaha. Data sekunder berupa jumlah pedagang buah kaki lima di Klaten pada Disperindagkop dan UMKM di Kabupaten Klaten dan di Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, selain itu data sekunder diperoleh melalui literatur seperti jurnal, buku, artikel, maupun internet. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan responden yaitu pedagang buah kaki lima di Klaten. Populasi dalam penelitian ini adalah wirausaha yang menjalankan bisnis usaha dagang buah di 3 lokasi yang ditentukan sejumlah 34 wirausaha. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 32 responden pedagang buah kaki lima yang ditentukan dengan metode convenience karena berdasarkan kesediaan pedagang untuk diwawancarai sebagai responden penelitian. Dua responden lainnya tidak berkenan dalam wawancara. Lapak yang terdapat di 3 lokasi berjumlah 37 lapak, yang masing masing dapat dilihat rincian pada tabel 2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan tersebut diberikan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik individu dan usaha, sedangkan pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh data perilaku wirausaha meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan wirausaha yang dilakukan dengan pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup adalah jawaban dari pertanyaan
16
telah disediakan pada kuesioner berupa jawaban skala likert seperti sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Tabel 2 Jumlah pedagang buah kaki lima pada tiga lokasi No. 1. 2. 3.
Lokasi
Jumlah 14 21 2 37
Jalan Bali Jalan Mayor Kusmanto Jalan Mayor Sunarto Total
Metode Pengolahan Data Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk analisis deskriptif yang mendeskripsikan karakteristik dan perilaku pedagang buah kaki lima di Klaten berdasarkan hasil jawaban kuesioner. Analisis kuantitatif digunakan untuk analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square dengan bantuan software SPSS untuk menganalisis hubungan antara karakteristik dan perilaku pedagang buah kaki lima di Klaten. Pada penelitian ini, perilaku wirausaha diukur melalui besaranya skor pada atribut-atribut seperti pengetahuan, sikap, dan tindakan wirausaha yang dilakukan melalui kuesioner yang diberikan. Kuesioner ini diberikan pernyataan tertutup yang memiliki pilihan jawaban yang memudahkan pedagang buah kaki lima sebagai wirausaha untuk menjawabnya. Nazir (2014), skala likert menggunakan hanya item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk, tidak dimasukkan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral, dan rangking lain di antara dua sikap yang pasti. Pertanyaan pada kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan, baik itu pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Pilihan untuk unsur pengetahuan dibuat dengan jawaban benar atau salah (diberi nilai 1 = benar atau 0 = salah), dan unsur sikap dan tindakan wirausaha dilakukan dengan nilai tertinggi 60 dan terendah 4, hal ini dikarenakan pada unsur tersebut menggunakan skala likert dan dibuat nilai skor 4, dengan jenjang nilai terendah (diberi nilai 1 = sangat tidak setuju) hingga paling tinggi (diberi nilai 4 = sangat setuju). Skor respon responden dijumlahkan dan jumlah merupakan total skor, dan total skor ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala likert. Berdasarkan hasil penilaian skor yang terlihat pada Tabel 3, perilaku wirausahaa dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas (mulai dari sangat rendah hingga sangat tinggi), penilaian ini didapatkan dari total penilaian dari masingmasing skor unsur perilaku yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan). Klasifikasi penilaian tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut (Nazir, 2014):
Keterangan:
i R k
=
= besar interval kelas = range = jumlah interval kelas
17
Tabel 3 Kriteria penilaian unsur-unsur perilaku wirausaha Range Skor Pengetahuan 0 – 3.75 4.75 – 7.5 8.5 – 11.25 12.25 – 15
Range Skor Sikap 4 – 18 19 – 32 33 – 46 47 – 60
Range Skor tindakan 4 – 18 19 – 32 33 – 46 47 – 60
Range Skor Perilaku 8 – 39.75 40.75 – 71.5 72.5 – 103.25 104.25 – 135
Kriteria Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen pengukuran. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang semestinya diukur secara tepat. Valid atau tidaknya suatu instrumen dapat dilihat nilai koefisien korelasi pada taraf signifikan 5 persen. Reliabilitas merupakan ukuran konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Indikator reliabilitas variabel dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha sebagai berikut: 1. Cronbach’s Alpha 0.00 - 0.20 dikategorikan tidak reliabel 2. Cronbach’s Alpha 0.21 - 0.50 dikategorikan kurang reliabel 3. Cronbach’s Alpha 0.51 – 0.60 dikategorikan cukup reliabel 4. Cronbach’s Alpha 0.61 – 0.80 dikategorikan reliabel 5. Cronbach’s Alpha 0.81 – 1.00 dikategorikan sangat reliabel Berdasarkan uji reliabel ini diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.870, sehingga dapat dinyatakan variabel yang diukur melalui kuesioner sangat reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik yang terdapat pada individu pedagang buah kaki lima di Klaten. Karakretistik pedagang buah kaki lima di Klaten meliputi karakteristik individu dan usaha. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, asal daerah, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan karakteristik usaha meliputi sumber modal usaha, lama usaha, dan lama berdagang per hari. Hasil yang didapatkan dari penyebaran kuesioner diolah ke dalam bentuk persentase yang akan disimpulkan bahwa hasil tersebut menjadi faktor dominan dari masing-masing variabel. Perilaku kewirausahaan pedagang menggunakan kriteria tingkatan yang dimulai dari sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Perilaku yang dinilai ini terdiri dari pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan tindakan wirausaha. Analisis Korelasi Rank Spearman dan Chi Square Korelasi Rank Spearman merupakan teknik korelasi yang digunakan jika pengamatan dari dua variabel minimal dalam bentuk skala ordinal. Langkahlangkah dalam menghitung koefisien korelasi Rank Spearman dapat dilakukan dengan: 1. Nilai pengamatan dari dua variabel yang akan diukur diberi peringkat. Bila ada nilai pengamatan yang sama, maka dihitung peringkat rata-ratanya. 2. Setiap pasang peringkat dihitung perbedaannya. 3. Perbedaan setiap peringkat tersebut dikuadratkan dan dihitung jumlahnya 4. Menghitung koefisien korelasi
18
Rumus :
=
(
∑
)(
)
Nilai mutlak maksimal 1 dan minimal 0. Secara umum nilai rs diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Nilai | |= 0, berarti kedua variabel tidak berkorelasi 2. Nilai | |= 1, berarti kedua variabel berkorelasi sempurna. Semakin tinggi nilai | |, maka semakin kuat hubungan kedua variabel 3. Tanda positif pada rs menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah, yaitu apabila variabel x semakin tinggi maka variabel y akan cenderung semakin tinggi pula, atau sebaliknya. 4. Tanda negatif pada rs menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi berlawanan arah, yaitu apabila variabel x semakin tinggi maka variabel y akan cenderung semakin rendah, atau sebaliknya
1. 2. 3. 4. 5.
Nilai rs dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu: Bila, 0<| |<0.2, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat lemah. Bila, 0.2<| |<0.4, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi lemah Bila, 0.4<| |<0.6, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sedang Bila, 0.6<| |<0.8, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi kuat Bila, 0.8<| |<1, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat kuat
Uji Chi-Square digunakan untuk menguji apakah beberapa ukuran nominal berhubungan satu sama lain atau tidak. Uji digunakan untuk menguji apakah dua atau lebih populasi mempunyai distribusi yang sama. Variabel karakteristik yang berupa data kategori dalam bentuk skala nominal dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square seperti jenis kelamin, asal daerah, dan sumber modal. Rumus korelasi Chi-Square yang digunakan adalah sebagai berikut: ℎ =
−
Dimana: b k N n ij ni nj
: banyak kategori variabel X (baris) : banyak kategori variabel Y (kolom) : ukuran sampel : banyak objek di baris ke-i (sel ke-ij) pada data sampel : banyak objek pada baris ke – i : banyak objek pada kolom ke - j
E ij
: frekuensi harapan di bawah H0 pada sel ke- ij =
(
)(
)
Analisis korelasi Rank Spearman dan Chi-Square ini digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik pedagang buah kaki lima dengan perilaku wirausahanya.
19
Definisi Operasional Berikut didefinisikan beberapa peubah yang digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah penelitian, yaitu: 1. Karakteristik meliputi karakteristik demografik dan psikografik. Karakteristik yang digunakan pada penelitian ini yaitu karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, asal daerah, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan karakteristik usaha meliputi sumber modal usaha, lama usaha, dan lama berdagang per hari. 2. Usia adalah tingkatan usia pedagang buah kaki lima pada saat penelitian dilakukan dan diukur dengan skala ordinal yang dikategorikan berdasarkan sebaran responden sampel. 3. Asal daerah adalah asal mula pedagang buah kaki lima yang diukur dengan skala nominal. Dikategorikan berdasarkan responden sampel yaitu: Klaten dan Luar Klaten. 4. Tingkat pendidikan adalah tingkatan pendidikan terakhir yang pernah dijalani pedagang buah kaki lima secara formal yang dikategorikan berdasarkan responden sampel, yaitu: Tidak Tamat, Lulus SD, Lulus SMP, Lulus SMA, Lulus Diploma, dan Lulus Sarjana. 5. Sumber modal usaha adalah asal modal usaha diperoleh pedagang buah kaki lima yang diukur dengan skala nominal. Dikategorikan berdasarkan responden sampel yaitu: modal sendiri dan modal pinjaman. 6. Lama usaha adalah lamanya pedagang buah kaki lima melakukan usaha berdagang dalam satuan tahun. 7. Lama berdagang per hari adalah lamanya pedagang buah kaki lima mengoperasionalkan usaha dalam sehari (jam) mulai dari buka lapak hingga tutup lapak. 8. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan pedagang buah kaki lima, baik yang masih tinggal serumah ataupun tidak. Pengukuran dengan skala ordinal. 9. Perilaku kewirausahaan adalah pengetahuan, sikap dan tindakan yang dimiliki oleh seorang wirausaha. 10. Pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan seorang dalam berpikir yang berkaitan dengan kewirausahaan yang ditunjukkan dengan pilihan jawaban benar dan salah pada kuesioner. 11. Sikap kewirausahaan adalah tanggapan seorang wirausaha dalam mengambil setiap keputusan ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Sikap wirausaha ini menyikapi masalah yang terjadi di dalam wirausaha dengan pengukuran skala likert seperti: sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat tidak setuju. 12. Tindakan kewirausahaan adalah suatu keterampilan dan kemampuan seorang wirausaha menggunakan fisiknya untuk menjalankan usahanya untuk mencapai tujuan wirausaha yang diukur dengan pilihan jawaban seperti: sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju.
20
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Wilayah Klaten Keadaan Geografis dan Demografis Klaten Secara geografis, Kabupaten Klaten terletak di antara 7032’19’’ sampai dengan 7048’33’’ lintang selatan dan 110026’14’’ sampai dengan 110047’51’’ bujur timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta, dengan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta. Luas wilayah Kabupaten Klaten seluas 65 556 Ha, terdiri dari lahan pertanian seluas 39 692 Ha, meningkat dibandingkan terhadap tahun 2014 dan lahan bukan pertanian seluas 25 755 Ha, menurun bila dibandingkan terhadap tahun 2014. Lahan pertanian terdiri dari lahan sawah seluas 33 111 Ha dan lahan bukan sawah seluas 6 581 Ha. Penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2015 sebesar 1 158 787 jiwa, naik sebesar 4 747 jiwa atau 0.41 persen bila dibandingkan terhadap tahun 2014. Apabila dilihat dari jenis kelamin, penduduk laki-laki sebesar 568 751 jiwa, sedangkan perempuan sebesar 590 036 jiwa. Kenaikan penduduk ini, menyebabkan kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten sebesar 1 769 per kilo meter persegi. Apabila dilihat dari kelompok usia, maka usia 65+ sebesar 121 388 jiwa mendominasi penduduk Kabuaten Klaten. Pencari tenaga kerja di Kabupaten Klaten selama tahun 2015 sebanyak 8 883 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 4 596 orang dan perempuan sebanyak 4 287 orang.
Gambar 3 Peta Kabupaten Klaten Sumber: http://klatenkab.go.id/peta-kabupaten-klaten/
21
Pedagang Buah Kaki Lima di Klaten Kondisi PKL di Klaten Pedagang kaki lima di Klaten berdasarkan hasil pendataan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi, dan UMKM Kabupaten Klaten mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2014, pedagang kaki lima (PKL) berjumlah 1544 pedagang, sedangkan pada tahun 2015 meningkat 15 persen menjadi 1837 pedagang yang menyebar di 26 kecamatan. Pusat PKL berada di Kecamatan Klaten Tengah dan Klaten Utara dikarenakan kecamatan tersebut berada di pusat Kabupaten Klaten yang terdapat kantor pemerintahaan, alun-alun, stadion, terminal, stasiun dan Masjid Raya Klaten. PKL pun banyak di sekitar Alun-Alun Klaten dan setiap minggu berjajaran di Car Free Day yaitu sepanjang Jalan Pemuda. Pedagang buah kaki lima terpusat pada tiga lokasi di Jalan Bali, Jalan Mayor Kusmanto, dan Jalan Mayor Sunarto. Jumlah pedagang kaki lima yang terdaftar di Jalan Bali sebanyak 123 pedagang yang terdiri dari pedagang kelontong, jasa jahit, klitikan, sepatu, jasa cetak foto, pakaian, dan buah. Jalan Bali ini terkenal sebagai pasar sore karena PKL disini mulai aktif berjualan di sore hingga malam hari, namun berbeda dengan pedagang buah yang berjualan dari pagi hari hingga malam hari. Pedagang kaki lima yang berada di Jalan Mayor Kusmanto yang terdaftar sebanyak 44 pedagang, yang terdiri dari pedagang buah, makanan kecil, telur, angkringan, dawet, sop ayam, bolang-baling, kelapa muda, pecel lele, akik, dan nasi goreng. Pedagang kaki lima di wilayah ini mulai membentuk paguyuban PKL, sedangkan dari mayoritas pedagang buah kaki lima yang berada di Jalan Mayor Kusmanto adalah pedagang buah durian yang direlokasi dari jalan Sulawesi. Jalan Mayor Sunarto terdapat 20 pedagang yang terdaftar yang terdiri dari pedagang pecel lele, es buah, angkringan, dan buah. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No 12 tahun 2012 Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah sebagi segi kehidupan masyarakat golongan ekonomi rendah, diperlukan penataan pengaturan, dan pembinaan demi kemajuan usaha dan diharapkan menunjang perekonomian masyarakat. Penataan, pengaturan, dan pemberdayaan PKL bertujuan untuk terciptanya kepastian hukum bagi PKL untuk melakukan usaha, tercapainya kesejahteraan PKL, dan terwujudnya peran PKL dalam mendukung pertumbuhan perekonomian Daerah. Ketentuan kegiatan usaha PKL yaitu (1) menjaga ketertiban, keindahan keamanan, ebersihan di daerah, dilarang menggunakan tempat umum, jalan umum, trotoar, kawasan tertib lalu lintas dan di atas saluran umum sebagai tempat kegiatan usaha PKL, kecuali lokasi yang ditetapkan dan diizinkan oleh Bupati yang ditunjuk; (2) PKL wajib membentuk paguyuban PKL; dan (3) tempat yang digunakan mempertimbangkan kepentingan sosial, ekonomi, ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar serta memperhatikan keadaan pasar maupun jenis barang yang diperdagangkan. Setiap PKL yang menggunakan lokasi dikenakan retribusi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepentingan pemberdayaan PKL, Bupati Klaten memberikan pembinaan melalui unit teknis yang berupa bimbingan, pengaturan dan penyuluhan.
22
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Buah Kaki Lima Klaten Karakteristik pedagang buah kaki lima yang diteliti pada penelitian terdiri dari dua yaitu karakteristik individu dan karakterisitik usaha pedagang buah kaki lima di Klaten. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, asal daerah, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan karakteristik usaha meliputi sumber modal, lama usaha (tahun), dan lama berdagang (jam). Pedagang buah kaki lima pada penelitian ini terdiri dari 32 pedagang yang terletak di tiga titik lokasi pusat PKL buah Klaten yaitu di Jalan Bali, Jalan Mayor Kusmanto, dan Jalan Mayor Sunarto. Dari data karakteristik individu dan usaha pedagang buah kaki lima yang diteliti dilihat hubungannya dengan perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten. Karakteristik Individu Pedagang Buah Kaki Lima Klaten Pedagang buah kaki lima di Klaten pada penelitian ini diidentifikasikan berdasarkan karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, asal daerah, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Jenis Kelamin Pedagang buah kaki lima di Klaten didominasi perempuan sebesar 21 orang (66 persen) dan laki - laki 11 orang (34 persen). Pengelompokan jenis kelamin ini menggambarkan bahwa mayoritas pedagang buah kaki lima berjenis kelamin perempuan. Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan jenis kelamin No. 1. 2.
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Frekuensi (orang) 21 11 32
Persentase (%) 66 34 100
Hastuti (2000) berpendapat bahwa lebih banyak perempuan memiliki keterbatasan dibandingkan laki-laki dalam memilih aktivitas ekonominya sehingga sektor informal sering menjadi pilihan perempuan. Hal ini pula menjadikan alasan mayoritas perempuan memilih mata pencaharian sebagai pedagang buah kaki lima yang merupakan sektor informal. Sektor informal ini dipilih karena sektor ini memiliki peluang kerja yang tidak terlalu mengikat, sehingga perempuan dapat meluangkan waktu untuk kegiatan rumah tangga dan juga mata pencaharian ini mampu memberikan tambahan pendapatan untuk keluarga. Selain itu, dilandasi motivasi perempuan untuk membantu keuangan keluarga karena faktor ekonomi keluarga. Kristanto (2009) berpendapat semakin banyak perempuan menyadari bahwa menjadi wirausaha merupakan cara terbaik untuk membantu kehidupan keluarga, karier bisnis, aktualisasi diri, dan menembus dominasi kaum laki-laki.
23
Mayoritas perempuan yang berdagang sebagai pedagang buah kaki lima ini juga dipengaruhi oleh faktor keluarga/tetangga. Hal tersebut dibuktikan pada hasil wawancara bahwa asal daerah tempat tinggal mereka sama, bahkan sedesa. Perempuan akan lebih nyaman ketika berdagang bersama-sama dengan kerabat/tetangga, karena bukan hanya berdagang saja, namun mereka dapat saling berkomunikasi atau bertukar pikiran dengan mudah. Perempuan juga tahan terhadap gusuran, karena mereka memanfaatkan gender sebagai tameng menghadapi Satpol PP yang akan menggusur. Satpol PP yang ada ketika penggusuran lebih memiliki rasa tidak tega terhadap perempuan, seperti ibu-ibu lanjut usia yang sedang berjualan. Faktor lainnya yaitu mereka menganggap banyaknya perempuan yang menjalankan usaha karena perempuan lebih dianggap sebagai keluarga bukan pesaing. Usia Usia pedagang buah kaki lima di Klaten bervariasi mulai dari usia 28 tahun yang termuda dan yang tertua berusia 62 tahun. Pada penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok usia, hasil menujukkan kisaran usia 28 hingga 36.5 tahun sebanyak 12 orang, kisaran usia 27.5 hingga 45 tahun sebanyak 10 orang, kisaran usia 46 hingga 53.5 tahun sebanyak 5 orang, dan kisaran usia 54.5 hingga 62 tahun sebanyak 5 orang. Rentang usia 15 hingga 64 tahun berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) merupakan kategori usia produktif, sehingga dapat dikatakan pedagang buah kaki lima di Klaten merupakan pedagang masuk ke kategori usia produktif. Pengelompokan usia ini menggambarkan banyaknya usia rata-rata pedagang buah kaki lima termasuk usia produktif yaitu pada rentang usia 28 sampai 36.5 tahun. Memulai usaha pada usia muda menurut Suharyadi (2007) akan lebih berhasil dibandingkan ketika sudah tua, bahkan setelah pensiun. Pada usia muda pedagang buah ini mampu terus berkembang dan berusaha dalam mengembangkan usaha buah ini ke depan, sehingga mampu meningkatkan pendapatan bagi keluarganya ataupun sebagai penggerak perekonomian daerah. Hal ini dikemukakan pula oleh Kristanto (2009) bahwa munculnya wirausaha muda akan membawa kemajuan bagi dirinya sendiri, keluarga, lingkungan dan negara, semakin banyak wirausaha muda ada kecenderungan semakin rendah angka pengangguran. Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan usia No. 1. 2. 3. 4.
Kelompok usia 28 – 36.5 37.5 – 45 46 – 53.5 54.5 – 62 Total
Frekuensi (orang) 12 10 5 5 32
Persentase (%) 38 31 16 16 100
Asal Daerah Pedagang buah kaki lima ini berasal dari berbagai daerah, baik itu dari Klaten maupun luar Klaten. Pedagang buah kaki lima asal Klaten merupakan mayoritas pedagang buah kaki lima sebanyak 24 orang (75 persen), sedangkan 8
24
orang (8 persen) lainnya berasal dari luar Klaten seperti Karanganyar, Wonogiri, dan wilayah sekitar Klaten. Sedikitnya pedagang buah kaki lima yang berasal di luar Klaten ini dikarenakan Klaten bukan merupakan kota besar seperti, Jakarta, Semarang atau Surabaya. Klaten juga bukan daerah yang dijadikan sebagai daerah rantauan, hal ini karena UMR (Upah Minimum Regional) Klaten tergolong kecil yaitu Rp. 1 400 000. Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan asal daerah pada tabel 6 berikut. Asal daerah yang sama ini juga dipengaruhi oleh banyaknya pedagang buah kaki lima ini berasal dari daerah yang sama yaitu desa yang sama, mayoritas dari Kecamatan Karangnongko. Kecamatan Karangnongko ini merupakan kecamatan yang banyak memproduksi buah lokal Klaten seperti jeruk siam, durian, semangka, melon, sawo, dan lainnya. Pedagang yang memiliki asal daerah yang sama ini menganggap mereka bukan sebagai pesaing, sehingga muncul banyak pedagang dari daerah yang sama, untuk bersama-sama menjalankan usaha. Tabel 6 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan asal daerah No. 1. 2.
Asal daerah Klaten Luar Klaten Total
Frekuensi (orang)
Persentase (%) 24 8 32
75 25 100
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pedagang buah kaki lima di Klaten cukup bervariasi, mulai dari tidak tamat SD hingga lulusan Sarjana (S1). Hasil penelitian menunjukkan pedagang buah kaki lima yang tidak tamat ada 4 orang (13 persen), lulus SD ada 5 orang (16 persen), lulus SMP ada 6 orang (19 persen), lulus SMA ada 14 orang (44 persen), lulus Diploma ada 1 orang (3 persen), dan lulus Sarjana ada 2 orang (6 persen). Mayoritas pedagang buah kaki lima di Klaten berpendidikan akhir SMA. Hal ini membuktikan pedagang kaki lima di Klaten memiliki tingkat pendidikan yang tidak rendah dengan mayoritas tamat SMA atau telah melewati wajib belajar 9 tahun. Walaupun mayoritas tamatan SMA, mereka sebagai pedagang buah kaki lima tidak memerlukan keahlian khusus dalam menjalankan usahanya dan tamatan SMA ini berusaha menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Alasan lain yaitu tidak memiliki kesempatan kerja di sektor formal. Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan tingkat pendidikan pada tabel 7. Tabel 7 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan tingkat pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Total
Jenis kelamin Tidak Tamat Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA Lulus Diploma Lulus Sarjana
Frekuensi (orang) 4 5 6 14 1 2 32
Persentase (%) 13 16 19 44 3 6 100
25
Pedagang kaki lima sebagai pilihan mata pencaharian, karena modal yang digunakan tergolong kecil dan tidak memerlukan toko atau bahkan tidak membutuhkan keahlian yang tinggi untuk menjalankan usaha. Sempitnya lapangan pekerjaan saat ini mempengaruhi tamatan SMA ini memilih pedagang kaki lima sebagai lapangan pekerjaan yang mampu menghidupi keluarga. Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang buah kaki lima memiliki variasi jumlah tanggungan keluarga dari terdapat pedagang yang mempunyai tanggungan keluarga 1 hingga ada 4 orang tanggungan keluarga. Pedagang buah kaki lima mayoritas memiliki tanggungan keluarga direntang 1 hingga 2 orang. Walaupun tergolong jumlah tanggungan sedikit, pedagang ini berusaha bertanggung jawab atas anak, istri, atau suami sebagai tanggungan untuk membantu kehidupan keseharian. Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan jumlah tanggungan keluarga pada tabel 8. Tabel 8 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan jumlah tanggungan keluarga No. 1. 2.
Jumlah Tanggungan 1–2 3–4 Total
Frekuensi (orang) 22 10 32
Persentase (%) 69 31 100
Jumlah tanggungan keluarga yang sedikit ini tak luput pula dari pedagang buah kaki lima yang mayoritas usia muda, sehingga mereka masih memiliki sedikit jumlah anggota keluarga dan pula sekitar 16 persen pedagang kaki lima tergolong usia tua yang memang anggota keluarga seperti anak telah memiliki pekerjaan sendiri dan tidak menjadi tanggungannya lagi. Kasmir (2006) menyatakan dukungan dari pihak keluarga sebagai faktor pendorong utama akan membuat wirausaha memiliki mental dan motivasi yang kuat dalam berwirausaha. Tanggungan keluarga menjadikan seorang wirausaha semangat dalam menjalankan usaha. Berdasarkan hasil wawancara, pedagang buah kaki lima berusaha menghidupi keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan bersungguh-sungguh dan tanggung jawab dalam menjalankan usaha. Karakteristik Usaha Pedagang Buah Kaki Lima Klaten Pedagang buah kaki lima di Klaten pada penelitian ini diidentifikasikan berdasarkan karakteristik usaha meliputi lama usaha (tahun), lama berdagang (jam), dan sumber modal usaha. Lama Usaha Lama usaha pedagang buah kaki lima merupakan pengalaman pedagang buah kaki lima saat berwirausaha. Dari tahun ke tahun, mereka memiliki berbagai pengalaman yang dapat diambil pelajaran. Semakin lama pengalaman seseorang dalam usaha, semakin jarang dia membuat kesalahan-kesalahan yang sama (Iswantono 2001). Pedagang buah kaki lima di Klaten bervariasi dari ada yang baru memulai usaha sekitar 5 tahun hingga yang sudah berpengalaman 32 tahun. Mayotitas lama
26
usaha yang dijalaninya di rentang 5 hingga 14 tahun sebanyak 18 orang yang menjalaninya (56 persen). Mereka mayoritas memulai usahanya saat lulus SMA yang relatif usaha ini diturunkan dari keluarga, sehingga saat tamat sekolah mereka menekuni usaha dan lebih memiliki pengalaman berusaha. Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan lama usaha pada tabel 9. Tabel 9 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan lama usaha No. 1. 2. 3.
Lama Usaha 5 – 14 15 – 23 24 – 32 Total
Frekuensi (orang) 18 11 3 32
Persentase (%) 56 34 9 100
Pengalaman berusaha yang diturunkan dari keluarga ini merupakan pengalaman yang berharga bagi pedagang buah kaki lima untuk menjalankan usaha. Segala pengalaman yang telah dirasakan dapat diterapkan ketika wirausaha menghadapi berbagai hambatan dan risiko yang ada. Lama Berdagang Lama berdagang yang dimaksud adalah lamanya waktu yang digunakan pedagang buah kaki lima untuk membuka lapak hingga menutup lapak dagangan. Rata-rata pedagang buah kaki lima menjalankan usahanya setiap hari. Pedagang buah kaki lima di Klaten bervariasi dari ada yang berdagang selama 8 jam hingga paling lama berjualan selama 14 jam. Seorang wirausaha tidak asing dalam ungkapan time is money yang berarti waktu adalah uang. Waktu ini dipandang sebagai peluang bisnis seorang wirausaha untuk mendapatkan keuntungan. Djuwardi (2010) menjelaskan penggunaan waktu agar berhasil guna dan berdaya guna ditentukan dengan pengendalian dan penguasaan waktu dilakukan melalui tujuan yang dijadwalkan. Mayoritas berdagang dengan rentang 8 sampai 11 jam yaitu sebanyak 18 orang (56 persen) yang menjalaninya yang dapat dilihat pada tabel 10. Mereka memulai usaha dari jam 09.00 dan mengakhiri di sore hari, hal ini biasanya dikarenakan adanya mayoritas pedagang perempuan dan memiliki kewajiban lain seperti kegiatan rumah tangga yang perlu diurusi. Sedangkan mereka yang memiliki lama berdagang relatif banyak adalah pedagang yang memiliki tenaga kerja, sehingga mereka lebih leluasa untuk membuka lapak lebih lama. Tabel 10 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan lama berdagang (jam) No. 1. 2.
Lama berdagang 8 – 11 12 – 14 Total
Frekuensi (orang) 18 14 32
Persentase (%) 56 44 100
Sumber Modal Sumber modal pedagang kaki lima dapat berasal dari 2 sumber yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Modal pinjaman yang dimaksudkan yaitu modal usaha yang diperoleh dengan cara meminjam dari bank, kerabat dan orang lain. Sumber modal pedagang buah kaki lima mayoritas berasal dari modal sendiri
27
sekitar 27 orang (84 persen). Biaya yang digunakan pedagang untuk membeli kebutuhan dagangannya tergolong relatif kecil, karena pedagang kaki lima telah disediakan tempat seperti payung dan lapak kecil (tempat menata buah) oleh Disperindagkop dan UMKM. Alasan lainnya, pedagang buah ini memiliki ketersediaan buah yang relatif sedikit pula. Hal tersebut dikarenkan pedagang buah tidak mau mengambil risiko yang tinggi untuk memiliki ketersediaan buah yang banyak, hal ini dikarenakan salah satu karakteristik buah yaitu tidak tahan lama. Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan sumber modal dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11 Distribusi pedagang buah kaki lima berdasarkan sumber modal No. 1. 2.
Sumber Modal Modal sendiri Modal pinjaman Total
Frekuensi (orang) 27 5 32
Persentase (%) 84 16 100
Pedagang buah kaki lima juga tidak mengambil risiko yang tinggi untuk melakukan pinjaman. Hal ini pula dipengaruhi oleh rendahnya tingkat omzet usaha yang diperoleh pedagang. omzet yang diperoleh pedagang masih relatif kecil dan berfluktiatif. Hasil wawancara juga diketahui mayoritas pedagang tidak mau mengambil risiko saat meminjam modal, karena omzet usaha yang kecil hanya mampu menghidupi kebutuhan keluarga. Perilaku Kewirausahaan Pedagang Buah Kaki Lima di Klaten Pedagang buah kaki lima Klaten sebagai wirausaha yang berkembang di sektor UMKM dan berwirausaha di sektor hilir agribisnis ini memiliki kemampuan dalam berwirausaha sebagai pedagang kaki lima. Perilaku wirausaha seorang pedagang buah kaki lima terdiri dari pengetahuan (kemampuan berpikir), sikap (respon atau tanggapan secara emosional) dan tindakan (kemampuan melakukan aktivitas). Peranan perilaku wirausaha ini mampu memberikan keberhasilan wirausaha dalam berdagang buah kaki lima di Klaten baik itu dalam mengelola usahanya dari input, proses, dan output yang ada. Input dari pedagang buah kaki lima berupa ketersediaan bahan dagangan utama yaitu buah, proses yang dimaksud yaitu hal yang terkait dengan proses penjualan buah ke konsumen, sedangkan output ini merupakan titik terjadinya kesepakatan pembelian buah antara pedagang dan pembeli, hal ini akan menyangkut omzet usaha yang akan didapatkannya. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 32 responden pedagang buah kaki lima di Klaten. Hasil tersebut menujukkan nilai rerata pengetahuan pedagang buah kaki lima 12.63, nilai rerata sikap pedagang buah kaki lima 57.09 dan nilai rerata tindakan pedagang buah kaki lima 57.00. Hasil itu pula yang menggambarkan rerata pengetahuan, sikap dan tindakan wirausaha pedagang buah kaki lima ini sangat tinggi. Sebaran pedagang buah kaki lima berdasarkan perilaku kewirausahaan pedagang dapat dilihat pada tabel 13.
28
Tabel 13 Sebaran pedagang buah kaki lima berdasarkan perilaku kewirausahaan pedagang No. Keterangan 1. Pengetahuan kewirausahaan 2. Sikap kewirausahaan 3. Tindakan kewirausahaan Perilaku kewirausahaan
Rataan skor 12.63 57.09 57.00 126.72
Kategori Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
Perilaku kewirausahaan pedagang buah kaki lima di Klaten ini tergolog sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan adanya kemauan pedagang buah kaki lima dalam menjalankan usaha dengan sungguh-sungguh untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Perilaku wirausaha yang sangat tinggi ini dipengaruhi oleh unsurunsurnya yang sangat tinggi pula yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan yang tercermin dalam diri pedagang buah kaki lima. Pengetahuan berusaha bagi wirausaha dapat diperoleh dari: pengalaman, mengamati kehidupan wirausaha, belajar kepada wirausaha yang berhasil (Kristanto 2009). Pengetahuan wirausaha dapat diperoleh pula dari belajar membaca buku dan pendidikan kewirausahaan atau bidang ilmu yang berhubungan dengan kewirausahaan. Pedagang sebagai seorang wirausaha perlu meningkatkan pengetahuan untuk menjalani usaha sehingga pedagang mencapai tujuannya, mampu mengambil keputusan terbaik sesuai dengan rencana, mampu menghadapi permasalahan yang ada, dan menggunakan strategi yang digunakan untuk bersaing antar pedagang buah kaki lima. Pedagang yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan berhasil dalam berwirausaha, sedangkan pedagang yang memiliki pengetahuan yang rendah tidak akan berhasil dalam berwirausaha. Hasil dalam penelitian menunjukkan pengetahuan pedagang buah kaki lima di Klaten tergolong sangat tinggi. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil kuesioner yang menunjukkan nilai rataan pengetahuan sebesar 12.63. Pengetahuan pedagang buah kaki lima yang tergolong sangat tinggi dikarenakan pedagang mayoritas pendidikan tergolong tidak rendah yaitu memiliki tingkat pendidikan akhir SMA. Mayoritas pedagang juga memiliki pengalaman berwirausaha yang relatif lama sekitar 5 sampai 14 tahun dan juga sebagian kecil didapatkan dari wawancara bahwa pedagang berwirausaha karena warisan dari keluarga, sehingga pedagang mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menjalankan usaha. Sikap kewirausahaan adalah tanggapan seorang wirausaha dalam mengambil setiap keputusan ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Sikap wirausaha ini berkaitan dengan respon atau tanggapan secara emosional. Pedagang memiliki sikap yang berbeda-beda karena pedagang ini merupakan individu yang berbeda, sikap yang tercermin pun dapat berubah-ubah karena sikap terkait dengan emosional yang tergantung dengan suasana dan keadaan pedagang buah kaki lima. Sikap pedagang akan menunjukkan respon pedagang secara emosional terhadap objek. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan nilai rataan sikap sebesar 57.09. Sikap wirausaha yang diperoleh dari penelitian ini tergolong sangat tinggi. Hal ini terkait pula dengan pengetahuan pedagang yang tergolong sangat tinggi. Pedagang memiliki pengetahuan yang tinggi yang berpengaruh ke sikap yang tercermin, seperti pedagang buah kaki lima ini ramah ke setiap konsumen
29
yang datang, karena setiap konsumen yang datang dianggap sebagai raja. Pedagang buah juga merespon terhadap isu relokasi dengan tenang. Pedagang buah kaki lima juga peka terhadap jenis buah yang sedang musim, karena pedagang buah akan senantiasa mengikuti musim buah yang ada untuk dijual. Tindakan kewirausahaan adalah suatu keterampilan dan kemampuan seorang wirausaha menggunakan fisiknya untuk menjalankan usahanya untuk mencapai tujuan wirausaha. Tindakan ini adalah unsur perilaku wirausaha yang dapat diamati secara nyata. Tindakan wirausaha merupakan kemampuan wirausaha untuk bertindak menjalankan usahanya mulai dari input, proses hingga output. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan nilai rataan tindakan sebesar 57.00. Tindakan wirausahaa yang diperoleh pada penelititan ini tergolong sangat tinggi. Hal tersebut terkait dengan unsur perilaku wirausaha lainnya yaitu pengetahuan wirausaha dan sikap wirausaha. Tindakan yang tercermin dari pedagang buah kaki lima seperti pedagang buah selalu membayar retribusi dengan tepat waktu saat mereka berjualan. Pedagang menjalin kerjasama dengan pemasok, atau mereka sendiri yang pergi langsung untuk membeli buah ke petani. Hubungan antara Karakteristik dan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Buah Kaki Lima Hasil penelitian selanjutnya adalah hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik usaha pedagang buah kaki lima dengan perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten. Hubungan karakteristik dan perilaku wirausaha tersebut mampu meningkatkan kemampuan berwirausaha pedagang buah kaki lima, sehingga pedagang buah kaki lima dapat berhasil dalam menjalankan usahanya. Variabel karakteristik individu dan karakterisitik usaha berupa data ordinal dan kategorik. Variabel karakteristik individu yang berupa data nominal yaitu jenis kelamin dan asal daerah, sedangkan karakterisitik usaha yang berupa data nominal yaitu sumber modal usaha. Data nominal dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Variabel karakteristik individu yang berupa data ordinal yaitu usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, sedangkan karakteristik usaha berupa data ordinal yaitu lama usaha (tahun), lama berdagang (jam), dan omzet usaha. Data dengan skala ordinal ini dianalisi dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Hubungan karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten dapat dilihat pada tabel 14.
30
Tabel 14 Hubungan karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang buah kaki lima di Klaten Uji
Kategori
Karakteristik Individu x2 Jenis kelamin rs Usia x2 Asal daerah Rs Tingkat pendidikan Rs Jumlah tanggungan keluarga Karakteristik Usaha x2 Sumber modal Rs Lama usaha Rs Lama berdagang Rs Omzet usaha
Pengetahuan Koef. P-value
Perilaku Wirausaha Sikap Koef. P-value
Tindakan Koef. P-value
6.141 -0.460** 2.489 0.852** 0.019
0.189 0.008 0.647 0.000 0.919
8.041 -0.287 3.175 0.550** -0.035
0.235 0.111 0.787 0.001 0.850
6.184 -0.334 1.321 0.624** -0.036
0.289 0.062 0.933 0.000 0.845
5.452 -0.046 -0.173 0.396*
0.244 0.805 0.343 0.025
3.826 0.049 -0.188 0.222
0.700 0.791 0.302 0.221
2.562 -0.006 -0.119 0.090
0.767 0.973 0.518 0.624
Keterangan : rs : uji Rank Spearman x2 : uji Chi-Square **) korelasi signifikan pada taraf 1% *) korelasi signifikan pada taraf 5%
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Wirausaha Karakteristik jenis kelamin pedagang buah kaki lima memiliki nilai Pvalue sebesar 0.189 terhadap pengetahuan, sebesar 0.235 terhadap sikap, dan sebesar 0.289 terhadap tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yang meliputi unsur-unsurnya yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Hal ini dikarenakan baik jenis kelamin perempuan ataupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk berwirausaha. Antara laki-laki dan perempuan juga memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan baik itu di pendidikan formal maupun pendidikan informal. Dukungan pemerintah Klaten terhadap pedagang buah kaki lima juga mengenai kemudahan dalam izin PKL juga tidak membedakaan jenis kelamin. Lingkungan dan fasilitas-fasilitas yang membantu mewujudkan wirausaha yang mandiri juga dikenalkan oleh Disperindagkop dan UMKM. Hal inilah yang membuat profesi wirausaha seperti pedagang buah kaki lima dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Kondisi seperti itulah yang menyimpulkan karakteristik individu jenis kelamin tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan tindakan wirausaha. Hal yang sudah dijelaskan di awal, PKL buah yang ada di 3 lokasi mayoritas adalah perempuan. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor keluarga/tetangga. Hal tersebut dibuktikan pada hasil wawancara bahwa asal daerah tempat tinggal mereka sama, bahkan sedesa. Perempuan akan lebih nyaman ketika berdagang bersama-sama dengan kerabat/tetangga, karena bukan hanya berdagang saja, namun mereka dapat saling berkomunikasi atau bertukar pikiran dengan mudah dan menganggap perempuan bukan pesaing. Perempuan juga tahan terhadap gusuran, karena mereka memanfaatkan gender sebagai tameng menghadapi Satpol PP yang akan menggusur. Satpol PP yang ada ketika penggusuran lebih memiliki rasa tidak tega terhadap perempuan, seperti ibu-ibu lanjut usia yang sedang berjualan.
31
Hubungan antara Usia dengan Perilaku Wirausaha Karakteristik usia pedagang buah kaki lima memiliki nilai P-value sebesar 0.008 terhadap pengetahuan, sebesar 0.111 terhadap sikap, dan sebesar 0.062 terhadap tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan nyata dengan sikap wirausaha dan tindakan wirausaha. Usia berpengaruh nyata terhadap pengetahuan. Hal ini dikarenakan faktor usia tua yang menjalankan usaha sebagai pedagang buah kaki lima cenderung tertutup terhadap keterbukaan informasi. Mereka sulit juga memahami dan mencerna setiap perkembangan pengetahuan wirausaha saat ini. Kebalikan dengan itu, usia muda akan lebih mudah mencerna pengetahuan yang ada. Hal ini terbukti wakil paguyuban buah di Jalan Mayor Kusmanto yaitu Pak Aris, yang memiliki usia 41 tahun. Beliau memiliki pengetahuan yang tergolong sangat tinggi yang dikarenakan beliau sering mewakili pedagang buah kaki lima di Jalan Mayor Kusmanto untuk ke disperindagkop dan UMKM. Usia muda juga akan lebih memahami zaman teknologi ini, hal ini terkait pedagang buah usia muda memanfaatkan teknologi seperti handphone atau smartphone untuk berhubungan dengan pemasok atau pedagang buah lainnya. Berbeda dengan usia tua, yang mayoritas mereka tidak memiliki handphone dan 4 pedagang buah bahkan tidak memiliki kemampuan baca tulis. Rentang usia 15 hingga 64 tahun berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) merupakan kategori usia produktif, sehingga dapat dikatakan pedagang buah kaki lima di Klaten merupakan pedagang masuk ke kategori usia produktif. Responden pedagang buah kaki lima yang berjumlah 32 responden merupakan pedagang yang berada di rentang usia 28 hingga 62 tahun. Sehingga ketika dianalisis mengenai hubungan antara usia dengan sikap dan tindakan wirausaha akan menghasilkan hubungan yang tidak nyata. Tidak adanya perbedaan yang nyata karena pedagang buah kaki lima masih berada di rentang usia yang produktif. Pedagang buah kaki lima sama-sama memayoritaskan kepentingan konsumen untuk dilayani dengan ramah. Pedagang buah kaki lima juga merupakan suatu mata pencaharian yang tidak memerlukan keahlian yang khusus, sehingga pada rentang usia muda hingga tua pun dapat menjalankan usaha ini. Hubungan antara Asal Daerah dengan Perilaku Wirausaha Karakteristik asal daerah pedagang buah kaki lima memiliki nilai P-value sebesar 0.647 terhadap pengetahuan, sebesar 0.787 terhadap sikap, dan sebesar 0.933 terhadap tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa asal daerah tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yang meliputi unsur-unsurnya yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Hal ini menunjukkan tidak berhubungan signifikan pada taraf 1 persen terhadap perilaku wirausaha. Asal daerah bukan merupakan faktor utama dalam melakukan usaha ataupun berwirausaha. Hal tersebut dikarenakan mayoritas dari pedagang buah kaki lima bukan merupakan perantauan, dan setiap orang dari asal daerah manapun memiliki kesempatan yang sama untuk berwirausaha di Klaten. Pengetahuan wirausaha tidak dibatasi pula dengan asal daerah. Dilihat dari sikap wirausaha, pedagang buah kaki lima akan bersikap ramah kepada konsumennya dan tidak akan berpengaruh antara sikap wirausaha dengan asal daerah. Begitu pula dengan tindakan wirausaha, tidak ada pengaruhnya antara
32
keterampilan dengan asal daerah. Pedagang buah kaki lima menyadari tidak adanya batasan tindakan yang akan dilakukannya terhadap faktor asal daerah. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Wirausaha Karakteristik tingkat pendidikan pedagang buah kaki lima memiliki nilai P-value sebesar 0.000 terhadap pengetahuan, sebesar 0.001 terhadap sikap, dan sebesar 0.000 terhadap tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yang meliputi unsurunsurnya yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pendidikan terakhir pedagang buah kaki lima yaitu mayoritas tamat SMA, yang tergolong pendidikan tersebut tidak rendah. Pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara mereka berfikir, sehingga akan berpengaruh juga pada pengetahuan mengenai wirausaha. Tidak hanya pengetahuan, pada unsur perilaku wirausaha lainnya juga menunjukkan adanya hubungan yang nyata yaitu pada sikap dan tindakan. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi seseorang dalam memahami dalam mengontrol emosinya dan tindakan yang akan dilakukannya. Pengetahuan wirausaha yang tercermin seperti pedagang buah kaki lima di Jalan Bali mulai paham akan pentingnya berinovasi dan menyediakan parcel buah. Pemahaman tersebut mempengaruhi sikapnya untuk memilih menyediakan parcel buah di lapak mereka, penyediaan juga disesuaikan dengan range harga Rp. 50 000 hingga Rp. 150 000. Tindakan yang nyata dilakukan seperti pedagang memiliki keterampilan dalam membuat parcel buah tersebut, dan mereka pula memiliki keterampilan dalam menyusun tatanan buah di lapak. Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perilaku Wirausaha Karakteristik jumlah tanggungan keluarga pedagang buah kaki lima memiliki nilai P-value sebesar 0.919 terhadap pengetahuan, sebesar 0.850 terhadap sikap, dan sebesar 0.845 terhadap tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yang meliputi unsur-unsurnya yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Seorang wirausaha pedagang buah kaki lima tidak akan berpengaruh perilaku wirausaha terhadap jumlah tanggungan keluarga yang dimilikinya. Mayoritas pedagang buah kaki lima memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 hingga 2 orang. Walaupun sedikit atau banyak jumlah tanggungan keluarga, seorang pedagang buah kaki lima tetap akan berusaha menjalankan usaha dengan tanggung jawab untuk menghidupi keluarga. Pedagang buah kaki lima akan bersikap baik terhadap konsumen atau pemasok buah tanpa terpengaruh jumlah tanggungan keluarga. Hal ini seperti keramahan dengan konsumen, bila ada konsumen yang datang mereka senantiasa melayani dengan ramah, tanpa membeda-bedakan konsumen. Tindakan wirausaha pun juga akan dilakukan dengan sungguh sungguh hingga terjadi transaksi antar pedagang buah dengan konsumen, yaitu pedagang akan memilihkan buah yang bagus atau memberikan kesempatan pedagang untuk memilih, setelah itu dilakukan penimbangan buah. Alat timbangan ini juga secara rutin ditera.
33
Hubungan antara Lama Usaha dengan Perilaku Wirausaha Karakteristik lama usaha pedagang buah kaki lima memiliki nilai P-value sebesar 0.805 terhadap pengetahuan, sebesar 0.791 terhadap sikap, dan sebesar 0.973 terhadap tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa lama usaha tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yang meliputi unsur-unsurnya yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Seorang wirausaha pedagang buah kaki lima tidak akan terpengaruh perilaku wirausahanya hanya karena lama usaha yang dijalankannya. Walaupun mereka baru awal merintis usaha buah kaki lima, seorang pedagang buah kaki lima tetap akan berusaha menjalankan usaha dengan semangat dan tanggung jawab. Pedagang buah kaki lima akan bersikap baik terhadap konsumen atau pemasok buah tanpa terengaruh lamanya usaha. Pedagang buah kaki lima akan semaksimal mungkin untuk menarik konsumen yang datang di lapak dagangan mereka. Pedagang yang sudah lama berjualan yang memiliki konsumen tetap pun akan tetap mempertahankan perilaku wirausahaannya baik itu unsur pengetahuan, sikap dan tindakan untuk mempertahankan konsumen, sedangkan pedagang buah kaki lima yang baru memulai usaha akan berupaya untuk mendapatkan konsumen dengan perilaku wirausaha yang baik. Hubungan antara Lama Berdagang dengan Perilaku Wirausaha Karakteristik lama berdagang pedagang buah kaki lima memiliki nilai Pvalue sebesar 0.343 terhadap pengetahuan, sebesar 0.302 terhadap sikap, dan sebesar 0.518 terhadap tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa lama berdagang tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yang meliputi unsurunsurnya yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Seorang wirausaha pedagang buah kaki lima tidak akan terpengaruh perilaku wirausahanya hanya karena lamanya mereka membuka lapak dari pagi hingga malam. Walaupun mereka berjualan sebentar ataupun hingga 12 jam sekalipun, seorang pedagang buah kaki lima tetap akan berusaha menjalankan usaha dengan semangat dan tanggung jawab. Pedagang buah kaki lima akan bersikap baik terhadap konsumen atau pemasok buah tanpa terpengaruh lamanya berdagang. Seorang wirausaha sebagai pedagang buah kaki lima memiliki waktu yang fleksibel utnuk kapan mereka membuka dan menutup lapak jualan mereka, sehingga baik pengetahuan, sikap, maupun tindakan tidak berpengaruh nyata. Bagi pedagang buah, waktu adalah uang, yang berarti pedagang akan berupaya berada di lapak mereka untuk menunggu konsumen. Waktu sebagai peluang pedagang untuk mendapatkan konsumen, karena mereka bergantung pada setiap pengendara yang lewat di sepanjang jalan. Pedagang buah kaki lima akan samasama berupaya untuk memiliki sikap dan tindakan yang baik untuk melayani konsumen. Sikap yang ada seperti pedagang buah memilih membuka lapak dengan rentang waktu hingga sore atau malam, hal ini untuk memberikan kesempatan bagi konsumen dengan jam pulang kerja sore, atau bahkan waktu sore atau malam banyak yang digunakan waktu yang cocok untuk jam besuk rumah sakit, sehingga pedagang memanfaatkan waktu ini. Tindakan yang dilakukan seperti pedagang melakukan aktivitas membuka lapak dan menutup lapak yang disesuaikan dengan jam biasanya mereka berdagang.
34
Hubungan antara Sumber Modal dengan Perilaku Wirausaha Karakteristik sumber modal pedagang buah kaki lima memiliki nilai Pvalue sebesar 0.244 terhadap pengetahuan, sebesar 0.700 terhadap sikap, dan sebesar 0.767 terhadap tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa sumber modal tidak berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha yang meliputi unsur-unsurnya yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Seorang wirausaha pedagang buah kaki lima tidak akan terpengaruh perilaku wirausahanya hanya karena sumber modal yang didapatkannya. Walaupun mereka memiliki modal yang berasal dari diri sendiri ataupun pinjaman, mereka akan berusaha menjalankan usaha dengan semangat dan tanggung jawab. Sumber modal pedagang buah kaki lima yaitu diri sendiri, hal ini dikarenakan masih kecilnya modal yang dibutuhkan pedagang buah kaki lima, dan fluktiatif omzet yang didapatkannya. Sumber modal tidak akan mempengaruhi tanggung jawab sebagai pedagang, pedagang akan senantiasa menjalankan usaha buah kaki lima yang merupakan mata pencahariannya. Pedagang akan terus bekerja keras mengelola usaha kaki lima semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga baik sumber modal yang dari diri sendiri ataupun dari pinjaman.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Karakteristik individu pedagang buah kaki lima di Klaten terdiri dari jenis kelamin, umur, asal daerah, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Mayoritas pedagang buah kaki lima di Klaten berjenis-kelamin perempuan dengan umur 28 hingga 36.8 tahun, asal daerah Klaten, tamatan pendidikan SMA, jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 hingga 2 orang. Sedangkan karakteristik usaha pedagang buah kaki lima terdiri dari sumber modal, lama usaha, dan lama berdagang. Mayoritas pedagang buah kaki lima di Klaten berkarakteristik usaha dengan lama usaha 5 hingga 14 tahun, berdagang selama 8 hingga 11 jam, dengan modal sendiri. Mayoritas dari setiap individu pedagang buah kaki lima dipengaruhi oleh setiap kondisi yaitu persaingan usaha, karakteristik buah yang tidak tahan lama, penggusuran/relokasi usaha, dan pencatatan keuangan. 2. Perilaku wirausaha yang tercermin pada diri pedagang buah kaki lima tergolong sangat tinggi pada setiap unsur pengetahuan, sikap, dan tindakan. Penegtahuan yang didapatkan, mampu memotivasi dan dicerna sehingga tercermin pada sikap dan tindakan yang ditujukkan oleh pedagang buah kaki lima. 3. Karakteristik individu dan karakteristik usaha yang berhubungan nyata dengan perilaku wirausaha antara lain tingkat pendidikan dengan pengetahuan, tingkat pendidikan dengan sikap, tingkat pendidikan dengan tindakan dan usia dengan pengetahuan. Tingkat pendidikan dalam hal ini menjadi variabel yang paling berhubungan nyata, hal ini dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang tinggi,
35
dapat mengatasi setiap kondisi yaitu persaingan usaha, karakteristik buah yang tidak tahan lama, penggusuran/relokasi usaha, dan pencatatan keuangan. Saran 1. Pedagang buah kaki lima di Klaten tergolong sangat tinggi dalam perilaku wirausahanya, diharapkan pedagang mampu meningkatkan pendidikan informal seperti mengikuti pelatihan pembuatan parcel buah dan pemanfaatan buah yang busuk serta sampah kulit buah. 2. Pemerintah juga senantiasa mengajak pedagang buah kaki lima dengan rutin mengikuti penyuluhan dan pembinaan pedagang kaki lima untuk meningktakan pengetahuan wirausaha. Selain itu, diperlukan wirausahawirausaha muda dengan cara menumbuhkan pedagang buah dari sarjana muda yang difasilitasi dengan modal atau pembinaan untuk penumbuhan pedagang buah kaki lima yang berkompeten dan berkinerja baik. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis karakteristik individu dan usaha lainnya, agar dapat bervariatif dan memberikan pengetahuan terhadap lainnya. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu meneliti terhadap karakterisitik wirausaha pedagang buah kaki lima seperti berani mengambil risiko, bertanggung jawab, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, F. 2006. Analisa Perilaku Wirausaha pedagang “Sate Padang” Keliling dan Semi Menetap di Kota Padang [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas Alam. 2007. Ekonomi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga Alma, B. 2010. Kewirausahaan. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. 2015. Statistik Daerah Kabupaten Klaten. Klaten (ID) : BPS Klaten Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. 2014. Jumlah UMKM Binaan (unit) [internet]. [diunduh 2016 Agustus 30]. Tersedia pada: http://dinkopumkm.jatengprov.go.id/assets/upload/files/jml%20umkm%281%29.jpg Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. 2014. Time Series Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah [internet]. [diunduh 2016 Agustus 30]. Tersedia pada: http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/assets/upload/files /DATA%20SERIES% 20UMKM%20TW%20IV%202014.pdf Djuwardi, A. 2010. Membangun Karakter Wirausaha dan Praktek Bisnis di Bidang Pangan. Jakarta (ID): Grasindo Hardian, W. 2011. Analisis Karakteristik dan Perlikau Wirausaha Pedagan Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Hastuti. 2000. Prospek Wanita Pedagang Kaki Lima di Monjali (Monumen Yogya Kembali) Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta
36
Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga Hijriah, R. 2004. Perilaku Wirausaha Pedagang Fried Chicken Kaki Lima di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Hisrich, R. D. 2008. Kewirausahaan Edisi 7. Jakarta (ID) : Penerbit Salemba Iswantono, S. 2001. Kiat Sukses Berwirausaha. Jakarta (ID): Grasindo Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Kudus. 2016. Pengukuhan Forum UMKM Se-Jateng 2016-2021 di Kudus [internet]. [diunduh 2016 Agustus 30]. Tersedia pada: http://bisnisukm.com/pengukuhan-forum-umkm-se-jateng2016-2021-di-kudus.html Kristanto, H. 2009. Kewirausahaan Entrepreneurship Pendekatan Manajemen dan Praktik. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu Maulasa, DW. 2014. Analisis Hubungan Karakteristik dan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung tenda Seafood di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Mayabubun, J. 2015. Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Warung Makanan Kaki Lima di Kota Timika, Mimika, Papua [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya Yogyakarta Nazir, M. 2014. Metode Penelitian, Cetakan Kesembilan. Bogor (ID): Ghalia Indonesia Pemerintah Kabupaten Klaten. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Klaten Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penataan, Pengaturan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Klaten (ID): Peraturan Daerah Penebar Swadaya. 2007. Tanaman Buah. Yogyakarta (ID) : Penebar Swadaya Permadi, G. 2007. Pedagang Kaki Lima, Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini! Jakarta (ID) : Yudhistira Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung (ID) : Remaja Rosda Karya Rukmana, R. 1999. Prospek Agribisnis dan Teknik Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius Sari, N. 2016. Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Institu Pertanian Bogor Subachtiar. 2013. Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Mahasiswa Pengusaha di Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta (ID): Grafindo Persada Suharyadi. 2007. Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat Sunarjono, H. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Yogyakarta (ID): Penebar Swadaya Supranto, J. 2007. Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global, edisi 2. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat Sutanto A. 2002. Kewiraswastaan. Jakarta (ID) : Ghalia Indonesia Wijatno, S. 2009. Pengantar Entrepreneurship. Jakarta (ID): Grasindo
37
Winardi. 2008. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group Yahya, H. 2006. Siapa Berani Jadi Entrepreneur, Saya Saja Tidak Menyangka Jadi Entrepreneur. Jakarta (ID): Penerbit PT Elex Media Komputindo Zimmerer, TW dan Scarborough NM. 2002. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta (ID): Prenhallindo Zimmerer, TW. 2008. Manajemen Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta (ID): Salemba Empat
38
LAMPIRAN Lampiran 1 Data karakteristik individu pedagang buah kaki lima di Klaten periode Maret – Mei 2016 NAMA
UMUR
JENIS KELAMIN
PENDIDIKAN TERAKHIR
ASAL
JUMLAH TANGGUNGAN
1
SUTARNO
38
1
4
2
2
2
SADIMIN
52
1
4
1
3
3
RATMI
60
2
1
1
4
4
WAHYUDI
40
1
4
1
2
5
MARTHA
39
2
3
1
1
6
RINI
35
2
3
2
3
7
NGATEMI
53
2
1
1
2
8
SUTARNI ESTI KURNIASIH
62
2
2
1
2
29
2
5
1
1
40
2
4
1
2
11
HARIYANTI DOMITILIA IDHA
42
2
4
2
1
12
SRIYAMTI
37
2
2
1
2
13
MARYATUN
46
2
4
1
2
14
MARGINI
50
2
2
1
3
15
RINIATI
48
2
1
1
1
16
ARIS
41
1
6
1
1
17
SRI RAHAYU
44
2
3
1
3
18
JOKO
36
1
3
1
2
19
SUMINI
32
2
3
1
2
20
ARI
30
1
2
1
2
21
PURWANINGSIH
30
2
3
1
2
22
WIWIN
34
2
4
1
3
23
BAMBANG
45
1
4
2
3
24
DANANG
32
1
4
2
3
25
MISDIYANTO
30
1
4
1
2
26
NURJANAH
28
2
4
1
2
27
WAHIYEM
60
2
4
1
3
28
SUPARTI
55
2
1
2
2
29
EDY
34
1
6
2
3
30
SRI MARDANI
42
2
4
2
2
31
RUKINEM
52
2
2
1
2
32
YOTO
40
1
4
1
2
9 10
Keterangan:
Laki laki (1), perempuan (2) Tidak tamat (1), lulus SD (2), lulus SMP (3), Lulus SMA (4), Lulus Diploma (5), Lulus Sarjana (6) Klaten (1), Luar Klaten (2)
39
Lampiran 2 Data karakteristik usaha pedagang buah kaki ima di Klaten periode Maret – Mei 2016 NAMA
LAMA BERJUALAN
MODAL
LAMA JUAL (JAM)
OMZET (HARI)
1
SUTARNO
10
2
13
Rp
700.000
2
SADIMIN
32
1
8
Rp
300.000
3
RATMI
18
1
11
Rp
500.000
4
WAHYUDI
16
1
9
Rp
1.000.000
5
MARTHA
10
1
10
Rp
400.000
6
RINI
5
1
8
Rp
200.000
7
NGATEMI
15
1
10
Rp
300.000
8
SUTARNI
10
1
12
Rp
1.500.000
9
ESTI KURNIASIH
10
1
14
Rp
1.000.000
10
HARIYANTI
10
1
9
Rp
500.000
11
DOMITILIA IDHA
18
1
12
Rp
2.000.000
12
SRIYAMTI
10
1
12
Rp
500.000
13
MARYATUN
24
1
12
Rp
500.000
14
MARGINI
15
1
12
Rp
600.000
15
RINIATI
10
1
14
Rp
1.000.000
16
ARIS
15
1
12
Rp
1.500.000
17
SRI RAHAYU
15
1
10
Rp
1.000.000
18
JOKO
10
1
10
Rp
500.000
19
SUMINI
5
1
12
Rp
1.000.000
20
ARI
7
1
10
Rp
1.000.000
21
PURWANINGSIH
8
1
8
Rp
1.500.000
22
WIWIN
10
1
12
Rp
2.000.000
23
BAMBANG
18
1
10
Rp
800.000
24
DANANG
10
1
10
Rp
1.000.000
25
MISDIYANTO
8
1
10
Rp
800.000
26
NURJANAH
5
2
12
Rp
1.000.000
27
WAHIYEM
25
1
12
Rp
1.500.000
28
SUPARTI
20
2
12
Rp
1.000.000
29
EDY
8
2
10
Rp
1.000.000
30
SRI MARDANI
15
2
10
Rp
500.000
31
RUKINEM
20
1
10
Rp
1.000.000
32
YOTO
10
1
10
Rp
500.000
Keterangan:
Modal sendiri (1) dan Modal pinjaman (2)
40
Lampiran 3 Skor responden terhadap perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya NAMA
PENGETAHUAN
SIKAP
TINDAKAN
1
SUTARNO
13
57
56
2
SADIMIN
14
58
59
3
RATMI
10
57
56
4
WAHYUDI
14
60
58
5
MARTHA
12
58
58
6
RINI
12
56
55
7
NGATEMI
10
55
54
8
SUTARNI ESTI KURNIASIH
11
56
55
14
58
58
13
57
57
11
HARIYANTI DOMITILIA IDHA
14
57
56
12
SRIYAMTI
10
54
55
13
MARYATUN
13
57
58
14
MARGINI
12
57
57
15
RINIATI
10
57
56
16
ARIS
14
58
59
17
SRI RAHAYU
13
57
56
18
JOKO
12
56
55
19
SUMINI
13
56
56
20
ARI
12
56
56
21
PURWANINGSIH
14
58
57
22
WIWIN
14
58
59
23
BAMBANG
13
57
57
24
DANANG
14
59
59
25
MISDIYANTO
14
59
59
26
NURJANAH
13
57
59
27
WAHIYEM
13
56
55
28
SUPARTI
11
57
57
29
EDY
14
58
58
30
SRI MARDANI
13
57
58
31
RUKINEM
12
57
57
32
YOTO
13
57
59
9 10
Lampiran 4 Hasil uji validitas dan reliabilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .870
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .876
N of Items 3
41
Lampiran 5 Hasil uji Rank-Spearman Correlations PENGETAHUAN Spearman's rho USIA
PENDIDIKAN
.550
Correlation Coefficient
.852
**
-.334 .062 32 .624
**
.000
.001
.000
32
32
32
.019
-.035
-.036
.919
.850
.845
32
32
32
-.046
.049
-.006
.805
.791
.973
32
32
32
-.173
-.188
-.119
.343
.302
.518
32
32
32
Correlation Coefficient
.396
*
.222
.090
Sig. (2-tailed)
.025
.221
.624
32
32
32
JML_TANGGUNG Correlation Coefficient AN Sig. (2-tailed) N LAMA_BERJUAL Correlation Coefficient AN_TAHUN Sig. (2-tailed) N LAMA_DAGANG_ Correlation Coefficient JAM Sig. (2-tailed) N
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 6 Hasil uji Chi-Square Jenis Kelamin-Pengetahuan Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
**
-.460 .008 32
N
OMZET
-.287 .111 32
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Sig. (2-tailed)
SIKAP TINDAKAN
**
Asymp. Sig. (2sided)
df a
6.141 7.868 5.108
4 4 1
32
a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,69.
.189 .097 .024
42
Jenis Kelamin – Sikap Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
8.041 9.436 4.882
6 6 1
.235 .150 .027
32
a. 13 cells (92,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,34.
Jenis Kelamin – Tindakan Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
6.184 6.383 3.926
5 5 1
.289 .271 .048
32
a. 12 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,34.
Asal Daerah – Pengetahuan Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
2.489 3.376 .838
4 4 1
.647 .497 .360
32
a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50.
Asal Daerah – Sikap Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df a
3.175 3.819 .189
6 6 1
32
a. 12 cells (85,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,25.
.787 .701 .664
43
Asal Daerah – Tindakan Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
1.321 1.592 .000
5 5 1
.933 .902 1.000
32
a. 10 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,25.
Sumber Modal – Pengetahuan Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
5.452 6.246 .101
4 4 1
.244 .182 .750
32
a. 7 cells (70,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,31.
Sumber Modal – Sikap Chi-Square Tests Value a
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
3.826 5.244 .049
6 6 1
.700 .513 .826
32
a. 11 cells (78,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,16.
Sumber Modal - Tindakan Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a.
Asymp. Sig. (2sided)
df a
2.562 3.209 .945
5 5 1
32
8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,16.
.767 .668 .331
44
Lampiran 7 Dokumentasi
Salah satu pedagang buah kaki lima Salah satu pedagang buah kaki lima di Jalan Mayor Sunarto di Jalan Mayor Kusmanto
Salah satu pedagang buah kaki lima Salah satu pedagang buah kaki lima di Jalan Mayor Kusmanto di Jalan Bali
Ibu Idha, pedagang buah kaki lima di Ibu Ratmi, pedagang buah durian di Jalan Bali Jalan Mayor Kusmanto
45
Riwayat Hidup Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 17 September 1993 dari pasangan Suwandi dan Semi. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dengan kakak bernama Ferryanti. Penulis menyelesaikan pendidikan TK hingga SMA di Klaten. Pada tahun 2011, penulis lulus dari SMA N 2 Klaten dan melanjutkan pendidikan ke Universitas Gadjah Mada di jurusan Diploma III Agroindustri. Setelah lulus cumlaude dengan IPK 3.81, penulis melanjutkan studi alih jenis di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi kampus, kepanitiaan, dan usaha onlineshop. Pada tahun 2014-2015, penulis tercatat sebagai anggota departemen kewirausahaan di organisasi FASTER (Forum of Agribusiness Transfer Program Student). Penulis juga mulai tahun 2015 aktif menjalankan bisnis onlineshop sistershijabshop, dan hingga saat ini menjual di berbagai media sosial seperti shopee, instagram, instashop, dan telah diajak kerjasama oleh marketplace seperti blibli.com dan muslimmarket.com