1
ANALISIS KADAR MALONDIALDEHID ( MDA ) PLASMA PENDERITA POLIP HIDUNG BERDASARKAN DOMINASI SEL INFLAMASI PADA PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Oleh : 1. dr. Mudassir 2. dr. Aminuddin Azis, SpTHT-KL(K),MARS. 3. Dr. dr. Abdul Qadar Punagi, SpTHT-KL(K)
Contact person : 1.
dr. Mudassir
HP. 081355240956
E-Mail :
[email protected] 2.
dr. Aminuddin Azis, Sp.THT-KL (K) ,MARS
HP. 08134290514,
3.
Dr. dr. Abdul QadarPunagi, SpTHT-KL (K)
HP. 08124209997
Email :
[email protected]
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar. Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10 Tamalanrea, Makassar. Telp. (0411)590737 Fax : (0411)590737, E-mail :
[email protected]
2
ANALISIS KADAR MALONDIALDEHID ( MDA ) PLASMA PENDERITA POLIP HIDUNG BERDASARKAN DOMINASI SEL INFLAMASI PADA PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Analysis on Plasma Malondialdehid (Mda) Content of Patients with Nasal Polyps Based on Inflammation Cell Domination Through Histiopathology Examination Mudassir, Aminuddin Azis, Abdul Qadar Punagi
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar. Mudassir, Aminuddin, Abd. Qadar Punagi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar malondialdehid (MDA) plasma penderita polip hidung berdasarkan dominasi sel inflamasi melalui histopatologi. Penelitian ini bersifat analitik yang dilaksanakan pada bulan Nopember 2011 sampai dengan Februari 2012 di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar dan R.S. Mitra Husada Makassar. Sampel yang diambil sebanyak tiga puluh empat pasien polip hidung yang dilakukan dengan pemeriksaan kadar malondialdehid (MDA) plasma dan pemeriksaan dominasi sel inflamasi pada pemeriksaan histopatologi polip. Data dianalisis dengan analisis Mann-Whithey test dengan hasil uji bermakna jika P>0,05. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
hubungan
kadar
malondialdehid (MDA) plasma berdasarkan dominasi sel inflamasi pada pemeriksaan histopatologi, polip dominasi eosinofil (5,49) memilki kadar malondialdehid (MDA) lebih tinggi dibandingkan dengan polip dominasi neutrofil (4,41), dengan nilai P =0,010 (Mann-Whitney test), dengan nilai P <0,05. Secara statitistik kadar Malondialdehid (MDA) signifikan dengan hasil histopatologi polip.
3
Kata Kunci : Radikal bebas, Malondialdehid, Polip hidung, Eosinofil, Neutrofil. ABSTRACT The research aimed at investigating plasma malondialdehid (MDA) content of patients with nasal polyps based on inflammation cell domination through histopathology examination. This was an analytic research strated from November 2011 to February 2012 in Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar, Mitra Husada Hospital Makassar, Thirty Four nasal polyps patients underwent plasma MDA content examination and the examination of the inflammation cell domination on the examination of polyp histopathology. The analysis used was the Mann-Whitney test. The result is significant if P<0,05. The result of the research indicates that analysis on the correlation of the plasma MDA content based on the inflammation cell domination on the examination of the histopathology, eosinophil domination Polyps (5,49) has higher MDA content than neutrophil domination polyps (4,41). With the value of P = 0,010 (Mann-Whitney test), the value P >0,05, Statistically, The MDA content is significant with the polyp histopathology result. Key-words : Free radicals, malondialdehid, nasal ployps, eosinophil, neutrophil
PENDAHULUAN Polip hidung adalah massa lunak yang bertangkai dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa , permukaannya licin , berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong , tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral. Dulu diduga predisposisi timbulnya polip hidung adalah faktor rinitis alergi dan atopi, namun makin banyak penelitian tidak mendukung teori ini , Polip hidung menimbulkan komplikasi yang mengurangi kualitas hidup dari penderita polip itu sendiri, seperti obstruksi nasi , sinusisitis, dan Infeksi saluran napas akut. Oleh karena itu penting untuk melakukan penelitian mengenai etiologi dari polip hidung. 1
4
Polip hidung ditemukan 1-4 % dari populasi, dimana penderita polip hidung banyak ditemukan pada penderita asma non alergi sebanyak 13 % dibandingkan dengan asma alergi sebesar 5 %. Polip hidung terutama ditemukan pada orang dewasa, hanya kurang 0,1 % ditemukan pada anak-anak, lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan ratio 2 : 1 , dan dapat ditemukan pada semua kelompok ras. 2 Salah satu teori terkini tentang polip hidung adalah dihubungkan dengan radikal bebas. Erdogan okur dkk. Melakukan penelitian terhadap 23 pasien dengan polip hidung dan didapatkan peningkatan peroksidasi dari lipid yaitu MDA ( malondialdehid ). Karlidag et all melakukan penelitian tentang radikal bebas pada polip hidung dan mendapatkan peningkatan level nitric oxide pada penderita polip hidung dan penurunan enzim Superoxide dismutase (SOD)3,4.. Muharrem Dagli dkk pada tahun 2003 melakukan penelitian mengenai hubungan antara radikal bebas dengan antioksidan pada polip hidung terhadap 50 pasien
dengan
polip
hidung
dimana
didapatkan
peningkatan
MDA
(malondialdehid ) dan penurunan antioksidan Enzimatis dan non Enzimatis pada penderita polip hidung, dan menetapkan hubungan antara peningkatan radikal bebas dan penurunan kadar antioksidan pada penderita polip hidung.5 Malondialdehid
(MDA)
terbentuk
dari
peroksidasi
lipid
(lipid
peroxidation) pada membran sel yaitu reaksi radikal bebas (radikal hidroksi) dengan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Reaksi tersebut terjadi secara berantai, akibat akhir dari reaksi rantai tersebut akan terbentuk hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida tersebut dapat menyebabkan dekomposisi beberapa produk aldehid yang bersifat toksik terhadap sel dan berbeda panjang rantainya, antara lain MDA, yang merupakan salah satu aldehid utama yang terbentuk.6 Steven B. Cannady pada tahun 2007 melakukan penelitian pada 18 pasien dengan polip sinonasal dimana didapatkan terjadinya peningkatan radikal bebas dan penurunan antioksidan superokside dismutase (SOD).7
5
Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya akitifitas dari enzim antioksidan dan tingginya kadar malondialdehid (MDA ). Dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Muharrem Dagli dkk pada tahun 2003 meneliti polip hidung dalam hubungannya dengan radikal bebas dan malondialdehid ( MDA ), didapatkan bahwa makin tinggi kadar radikal bebas maka makin tinggi kadar malondialdehid (MDA) dalam tubuh.4,5,8 Beberapa studi menunjukkan adanya perubahan epitel pada polip hidung dan mereka menghubungkannya dengan radikal bebas. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Cochrane menunjukkan trauma oksidasi pada sel. Ia menunjukkan kerusakan pada membran ion pumps , dan menyebabkan peningkatan Natrium intraseluler dan pengurangan kalium dan pergerakan kalsium medium eksternal kedalam sitoplasma. Selanjutnya terjadi kerusakan pompa dari ion akibat dari aksi langsung oksidasi pada protein-protein dan secara tidak langsung dari hilangnya adenosine triposfat ( ATP ). Oksidan –oksidan juga berefek pada system energi seluler dan level ATP akan turun pada sel-sel yang terekspos oksidan. Brainsten dan Yankaskas juga melaporkan bahwa epitel polip memiliki peningkatan penyerapan natrium dan klorida dibandingkan dengan epitel konka. Mereka mempertimbangkan bahwa radikal bebas akan membuat perubahan pada epitel dengan cara mekanisme seperti yang tersebut diatas, dan ini pada stadium awal dan kerusakan epitel pada stadium lanjut menyebabkan edema pada mukosa.5 Berdasarkan
data-data
diatas
maka
perlu
melakukan
penelitian Analisis Kadar Malondialdehid Plasma penderita Polip Hidung Berdasarkan dominasi sel inflamasi pada pemeriksaan Histopatologi, dengan mengukur kadar malondialdehid ( MDA ) plasma penderita polip hidung, dengan asumsi bahwa terjadi peningkatan radikal bebas pada penderita polip hidung dimana kadar malondialdehid ( MDA ) dapat dipakai sebagai biomarker biologis peroksidasi lipid untuk menilai stress oksidatif. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui Kadar Malondialdehid Plasma penderita Polip Hidung Berdasarkan dominasi sel inflamasi pada pemeriksaan histopatologi.
6
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah Deskriptif analitik selama periode Nopember – Februari 2011 dengan populasi penelitian adalah semua penderita polip hidung yang datang berobat di RS tempat penelitian dalam hal ini rawat jalan THT RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan R.S Mitra Husada Makassar. Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian, yaitu penderita usia lebih dari 12 tahun dengan polip hidung . Kriteria eksklusi adalah penderita yang menderita penyakit infeksi , menderita penyakit sistemik seperti DM, TB , Penderita yang mengidap penyakit tumor atau kanker, penderita yang sedang atau pernah menjalani radioterapi, serta tinggal dalam lingkungan polusi yang tinggi seperti kawasan industri atau jalan raya yang padat. a. 34 sampel didapatkan dengan rumus sampel secara komputerisasi dengan software tertentu Dilakukan anamnesis,dilakukan pemeriksaan THT : Otoskopi, Rinoskopi anterior dan posterior, faringoskopi, laringoskopi indirect.Dilakukan pemeriksaan laboratorium. Bagi yang memenuhi kriteria inklusi, dimasukkan sebagai sampel penelitian,Dilakukan informed consent kemudian ditanda tangani. Dilakukan pemeriksaan kadar malondialdehid plasma dengan prinsip kerjanya: 1. Pengambilan Sampel Darah Pengambilan sampel darah dilakukan pada vena mediana kubiti, atau vena yang terletak pada lengan atas adapun alat dan bahan yang digunakan adalah spoit 5 cc, darah diambil sebanyak 4 cc kemudian dimasukkan ke dalam tabung mikrosentrifugasi berisi EDTA sebagai antikoagulan, Tabung mikrosentrifugasi kosong. Dan dilakukan Pemisahan plasma. Cara Kerja : Darah diambil sebanyak 5 cc dengan menggunakan spoit dimasukkan
ke
tabung
yang
telah
berisi
EDTA
kemudian
disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm selama 5 menit. Cairan plasma darah yang telah terpisah dari bagian padat darah dipindahkan ke tabung mikrosentrfuge kosong. Plasma darah kemudian disimpan pada mesin pendingin -70 derajat celcius, sebelum dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan MDA.
7
a.Pengukuran Kadar MDA Plasma Pengukuran MDA plasma diukur di. Pengukuran kadar MDA Plasma dilakukan menurut metode yang digunakan Placer dkk. Alat dan bahan yang diperlukan ; Pipet 10,200ul, pipet tip, stir bar, tabung mikrosentrifugasi poliprolena, semi-mikrokuvet, spektrofoometer, vortex, magnetic stirrer, water bath, 2-thiobarbiturat acid, asam asetat glacial, natrium hidroksida, malondialdehida bis dan aquabides. Persiapan reagensia dimulai dengan membuat reagensia TBA dengan melarutkan 0,67 g 2 thiobarbiturat acid dalam 100 ml aquabidest, kemudian ditambahkan 0,5 gr natrium hidroksida dan 100 ml asam asetat glacial. Selanjutnya membuat larutan serial standar dan larutan stok MDA 125 ul yang dilarutkan dalam aquabidest. Cara Kerja : Sebanyak 100 ul sampel ( Plasma darah ) atau standar dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge yang telah dilabel. Pada Masing-masing tabung ditambahkan aquabidest 0,9 ml pada sampel selanjutnya ditambahkan TBA reagent 0,5 ml. Tabung berisi larutan kemudian dipanaskan dalam waterbath pada suhu 95 derajat celcius selama 1 jam. Selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 7000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm.
b. Dilakukan pemeriksaan Histopatologi jaringan polip dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, melalui biopsi Hasil yang diperoleh dilakukan uji statistik dengan sistem komputerisasi dengan software tertentu dilakukan uji Mann-Whithney untuk menilai hubungan antara MDA plasma dengan dominasi sel inflamasi pada pemeriksaan histopatologi, bermakna bila p<0,05. HASIL Tabel 1. Distribusi penderita polip hidung berdasarkan jenis kelamin JENIS KELAMIN Laki-Laki
JUMLAH N 18
% 52,9
8
Perempuan
16
47,1
Jumlah
34
100
Dari Tabel 1. Menunjukkan bahwa dari 30 penderita polip hidung didapatkan 18 laki –laki dan 16 Perempuan. Tabel 2. Nilai mean umur.
Umur
N
Minimun
Maksimun
Mean
SD
34
17
65
36,00
12,78
Dari tabel 2, menunjukkan umur sampel bervariasi antara 17 – 65 tahun, dengan mean 36±13 tahun. Tabel 3. Distribusi penderita polip hidung berdasarkan pengelompokan umur. UMUR <=36 Tahun >36 Tahun Jumlah
JUMLAH N 18 16 34
% 52,9 47,1 100
Dari tabel 3, menunjukkan bahwa umur terbanyak menderita polip hidung umur sama atau kurang dari 36 tahun ( 52,9%). Tabel 4. Distribusi penderita polip Hidung berdasarkan jenis pekerjaan PEKERJAAN Buruh Ibu RT Karyawan Mahasiswa Mahasiswi Pelajar PNS Petani Wiraswasta JUMLAH
N 1 6 3 3 3 1 10 10 2 34
% 2,9 17,6 8,8 8,8 8,8 2,9 29,4 5,9 14,7 100
Dari tabel 4. Menunjukkan dari 34 penderita polip hidung maka berdasarkan jenis pekerjaannya penderita polip hidung yang paling banyak adalah PNS (29,4 %). Sedangkan yang paling sedikit adalah pelajar (1%). Tabel 5. Distribusi keluhan dan gejala penderita polip hidung. Obstruksi nasi
N
%
9
Ya Tidak
34 0
100 0
Rinore Ya Tidak
29 5
85,3 14,7
7 27
20,6 79,4
11 23 N
32,4 67,6 %
23 11
67,6 32,4
2 32
5,9 94,1
0 34
0 100
Sefalgia ya Tidak Hiposmia/ Anosmia ya Tidak Postnasal Drip Ya Tidak Rinolalia Ya Tidak Deformitas ya Tidak
Dari tabel 5, menunjukkan dari 34 penderita polip hidung yang diteliti semuanya (100%) mengeluh obstruksi nasi. Tabel. 6. Distribusi kebiasaan yang berisiko Merokok
N
%
Ya Tidak
12 22
35,3 64,7
0 34
0 100
0 34
0 100
0 34
0 100
Minum alkohol ya Tidak Radiasi ya Tidak Polusi ya Tidak
Dari tabel 6, menunjukkan 35,3 % penderita polip hidung yang diperiksa mempunyai kebiasaan merokok, sedangkan faktor kebiasaan lain seperti minum alkohol, pengaruh radiasi dan polusi tidak didapatkan.
10
Tabel 7. Distribusi hasil histopatologi dan stadium polip hidung Histopatologi Dominasi Eosinofil Dominasi Neutrofil
N 29 5
% 85,3 14,7
28 6
82,4 17,6
Stadium Stadium 2 Stadium 3
Dari tabel 7, menunjukkan dari 34 penderita polip hidung yang diperiksa berdasarkan gambaran histopatologi jaringan polip, maka yang terbanyak adalah polip dengan jenis sel eosinofil ( 79,4%), dan stadium yang paling banyak adalah stadium 2 ( 82,4%). Tabel 8. Perbandingan Mean MDA menurut Hasil Histopatologi Histopatologi
N
Mean
SD
P
Dominasi Eosinofil Dominasi Neutrofil
29 5
5,49 4,41
0,77 0,65
0,004
Tabel 8, menunjukkan mean MDA yang signifikan menurut hasil pemeriksaan histopatologi ( P<0,05 ). Mean MDA ditemukan paling tinggi pada histopatologi eosinofil (5,49) dan pada sel neutrofil (4,41), hal ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara hasil histopatologi dengan kadar MDA. Hasil perbandingan selanjutnya diperlihatkan pada tabel di bawah ini: Tabel 9. Perbandingan mean MDA menurut stadium Stadium Stadium 2 Stadium 3
N 28 6
Mean 5,06 6,61
SD 0,60 0,60
P 0,000
Tabel 9, menunjukkan terdapat perbedaan mean kadar MDA yang signifikan antara stadium 2 dan 3 (P<0,001). Mean MDA pada stadium 3 (6,61) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mean kadar MDA pada stadium 2 (5,06). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara stadium dengan kadar MDA. Tabel 10. Mean MDA menurut kebiasaan merokok Merokok
N
Mean
SD
P
11
Ya Tidak
12 22
5,65 5,16
0,77 0,84
0,037
Mann-Whitney test Tabel 10, menunjukkan ada perbedaan kadar MDA yang signifikan antara perokok dan bukan perokok, Kadar MDA lebih tinggi pada perokok (5,65). P<0,05. Tabel 11. Mean MDA, menurut umur Umur <=36 Tahun >36 Tahun
N 18 16
Mean 5,23 5,46
SD 0,66 1,02
P 0,0646
Mann-Whitney test Tabel 11 menunjukkan kadar MDA tidak berbeda signifikan menurut umur (P>0,05) Tabel 12. Mean MDA menurut jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
N 18 16
Mean 5,65 5,08
SD 0,75 0,88
P 0,059
Mann-Whitney test Tabel 12, menunjukkan kadar MDA tidak berbeda signifikan menurut jenis kelamin, (P>0,05) . Tabel 13. Nilai Mean Kadar MDA pada penderita polip hidung.
MDA
N 34
Minimun 4,06
Maksimun 65
Mean 5,33
SD 0,84
Tabel 13. Menunjukkan nilai rata-rata MDA pada pemeriksaan penderita polip hidung berkisar antara 4,06 – 7,23 dengan mean 5,33 ± 0,84. DISKUSI Dari 34 sampel yang diteliti, didapatkan golongan umur bervariasi antara 17-65 tahun.(Tabel 2). Yang terbanyak ditemukan pada umur kurang atau sama dengan 36 tahun. ( Tabel 3) Hal ini sesuai dengan penemuan polip hidung sebelumnya oleh Matius.M,M, pada tahun 2009, dimana umur terbanyak menderita polip hidung antara umur 20-40 tahun. (60%). Sedangkan Cristian, l, tahun 2003 menemukan kelompok usia terbanyak menderita polip hidung 30 -39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa polip hidung kebanyakan terjadi pada usia produktif.9,10
12
Jenis kelamin laki-laki lebih banyak ditemukan sebanyak 1,12 :1 dibandingkan perempuan. Hal ini tidak jauh beda dengan hasil penelitian Matius Muling Gareso 1,14 : 1 ( 2009), dan Kristian Lopo ( 2003) 1,8 : 1 dan Drake lee juga menemukan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-4 : 1.9,10 Penderita polip hidung yang didapatkan pada penelitian ini sebagian besar adalah PNS (29,4%), Sama halnya yang dikemukakan oleh Kristian Lopo pada tahun 2003 yang terbanyak adalah PNS (13,64%). Hal ini menunjukkan bahwa PNS memilki tingkat kedaran yang tinggi untuk dating berobat di Rumah sakit, selain itu PNS memiliki asuransi berupa askes, sehingga penderita tidak perlu memikirkan biaya pengobatan. Keluhan dan Gejala polip berupa Obstruksi nasi ditemukan sebanyak ( 100%) pada semua sampel penelitian, Hal yang sama ditemukan pada penelitian sebelumnya ,Matius M.M. (2009) dan Cristian, L. (2003) juga menemukan seratus persen sampel datang dengan keluhan obstruksi nasi. Keluhan inilah yang mendorong pasien datang ke rumah sakit karena mereka baru merasa ada kelainan setelah polip masuk dalam stadium 2 dan 3, sehingga pada penelitian ini kami tidak menemukan stadium 1, disamping itupula stadium 1, sangat sulit terlihat dengan pemeriksaan rinoskop anterior, sehingga menyulitkan dalam pengambilan jaringan untuk biopsi. Keluhan atau gejala yang banyak dirasakan penderita polip hidung adalah rinore (85,3%).
Dari 34 sampel penelitian ditemukan polip
stadium 2 yang terbanyak dengan (82,4%), hal ini berbeda dengan penelitian sebelumya dimana penelitian yang dilakukan oleh Matus M.M. (2009), menemukan stadium yang paling banyak adalah stadium 3 (66,7%). Hal ini menunjukkan bahwa pada stadium 2 penderita mulai merasakan gejala obstruksi minimal dan rinore yang mendorongnya dating ke polik THT, mengingat sampel yang terbanyak pada penelitian ini adalah PNS, maka tingkat kesadaran pasien terhadap gejala dan keluhan yang dirasakan semakin tinggi untuk memeriksakan kemungkinan kelainan pada cavum nasi. Dari 34 sampel penderita polip hidung ditemukan sebanyak 12 sampel yang merokok (35,3 %) dan dengan menggunakan rumus statistik Mann-Whitney test diadapatkan ada perbedaan kadar MDA yang signifikan antara perokok dan bukan perokok ( P<0,05). Hal ini menunkkan bahwa rokok termasuk salah satu
13
kebiasaan yang beresiko yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan radikal bebas. Diduga kandungan Nitrogen Oksida dari asap rokok, merupakan oksidator yang kuat, yang menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid dan menghasilkan MDA.11 Dari hasil pemeriksaan histopatologi jaringan polip, didapatkan masing-masing (85,3 %) polip dominasi sel inflamasi eosinofil, Polip dominasi sel inflamasi Neutrofil (14,7 %). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Matius M.M. (2009), Polip dominasi sel eosinofil (73,3%) dan polip dominasi sel netrofil sebanyak (23,3%), sedangkan Cristian, L. (2003) menemukan polip dominasi sel eosinofil (90,9%) dan dominasi sel neutrofil (68,18%), Dalam kepustakaan disebutkan eosinofil memegang peranan penting pada reaksi inflamasi jaringan tipe lambat, dengan melapaskan protein-protein penting seperti Major Basic Protein (MBP), Eosinofilic cationic protein (ECP), eosinofilik
peroksidase
(EPO),
protein-protein dasar
inilah
yang akan
menyebabkan reaksi inflamasi, meningkatkan permeabilitas vaskuler, perubahan aliran ion natrium dan klor, serta penumpukan protein-protein plasma dalam jaringan mukosa sehingga terjadi edema dan akhirnya terbentuk polip. Neutrofil pada polip banyak dihubungkan dengan faktor infeksi. Berdasarkan kadar MDA terhadap stadium polip hidung ditemukan, kadar MDA lebih tinggi pada stadium 3 ( 6,61) dibandingkan dengan stadium 2 (5,06 ) hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi stadium polip, makin banyak terjadi kerusakan jaringan yang juga menimbulkan radikal bebas. Untuk umur dan jenis kelamin tidak menentukan peningkatan kadar MDA(P>0,05). Karena kadar MDA dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh terjadinya kerusakan jaringan akibat dari peroksidasi lipid. Dimana MDA adalah merupakan hasil utama peroksidasi lipid akibat suatu stress oksidatif.12 Kadar MDA pada polip dominasi sel eosinofil (5,49) lebih tinggi dibandingkan dengan polip dominasi sel netrofil (4,41), hal ini terjadi karena pada polip eosinofil, meghasilkan radikal bebas O2- dan H2O2, selain itu polip eosinofil menghasilkan radikal bebas dari dari protein yang dikandungnya seperti eosinofilik peroksidase (EPO) dan Matriks major Basic Protein dari eosinofil
14
yang memicu timbulnya suatu radikal bebas. Sehingga kerusakan jaringan akan semakin bertambah dan akan semakin banyak terjadi peroksdasi lipid yang akan meningkatkan kadar MDA.13 Mengenai kadar MDA terhadap keseluruhan polip hidung dengan ranges 4,06 – 7,23. Dan mean 5,33±0,84. Hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan dimana kadar MDA normal menurut penelitian Susilo Siswinoto ( 1,04 ± 0,43 µmol/L). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dagli, M dkk (2004) yang menunjukkan terjadinya peningkatan kadar MDA plasma pada penderita polip hidung. Sedangkan erdogan okur pada tahun 2006 meniliti kadar MDA pada polip hidung mendapatkan 2,43±0,38.4,5,12.
KESIMPULAN a. Kadar MDA pada polip dominasi sel inflamasi eosinofil (5,49) lebih tinggi dibandingkan pada polip dominasi sel inflamasi neutrofil (4,41), hal ini menunjukkan bahwa eosinofil memegang peranan penting dalam peningkatan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan jaringan. b. Kadar MDA meninggi baik pada polip dominasi sel inflamasi eosinofil maupun dominasi sel inflamasi neutrofil dengan mean 5,33±0,84. Hal ini menunjukkan bahwa pada polip hidung terjadi proses radikal bebas yang menyebabkan kerusakan jaringan lipid. c. Makin tinggi stadium dari polip hidung, makin banyak terjadi kerusakan jaringan dan produksi radikal bebas dimana didapatkan kadar MDA pada stadium 3 ( 6,61) lebih tinggi dibandingkan dengan stadium 2 (5,06). Ucapan Terima kasih : 1. dr. Cahyono Kaelan, Sp.PA(K),Sp.S. atas bantuannya pada pemeriksaan histopatologi. 2. Dr.dr.Arifin Seweng, atas bantuannya dalam analisis statistik
15
DAFTAR PUSTAKA 1.
Mangunkusumo, E , Penyulit Sinusitis Polip Nasi dan Sinusistis Jamur.In:Kumpulan Naskah Lengkap Kursus Pelatihan dan Demo Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (10-12 Juni 2000), Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.2000: 96-9.
2. Punagi,AQ, Peranan sitokin pada Polip Nasi in: Jurnal Medika Nusantara Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,2005; 26: 63-7. 3. Kirstreesakul,Virat, Update on Nasal Polyps. Etiopathogenesis. (Cited 2011 May 21. )
Available from : http://www.mat.or.th/journal/files/vol88 no
12.1966-72.pdf. 4. Okur, Erdogan, Malondialdehyde Level and Adenosine Deaminase Activity in Nasal
Polyps
(Cited
2011
May
21).
Available
from:
http://oto.sagepuh.com/Content/134/1/137/full. 5. Dagli, Muharrem,at al, Role of Free Radical and Antioxidant in Nasal Polyps (Cited 2011, May 25 ) Available from: hhttp://www.bdb.hacettepe.edu.tr/ yurdisi/htbesler5,pdf. 6. Putri,Dini,R, Efek Antioksidan Fraksi Larut Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Pada Kelinci yang dibebani Glukosa. (cited 2011, august,12) Available from :http://www.etd.eprints.ums.ac.id./6090/I/KI00050059.pdf. 7. Cannady,S,B, Signal Transduction of Oksidative Stress and Nasal Polyps in: Journal of Internasional Medical Research (Cited 2011, August, 12).Availablefrom:http://www.lerner.ccf.org/pathogist/erzrumDocuments Allergyimmunol.cannady.2007,pdf. 8. Winarsi,H, Pembentukan Senyawa Oksigen Reaktif dan Radikal Bebas, in : Antioksidan Alami & Radikal Bebas.Yogyakarta: Penerbit Kanisius;2007; 5 :26-42. 9. Gareso,M,M, Hubungan Hasil pemeriksaan sel-sel inflamasi kerokan mukosa hidung dengan jenis polip hidung,Tesis, Bagian Telinga Hidung Tenggorok
16
Bedah Kepala Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,2009. : 308. 10. Lopo,C, Gambaran Histopatologi Polip Hidung Alergik dan Non Alergik, Tesis, Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,2003. : 39-45. 11. Priyanto, Toksisitas Radikal Bebas in: Toksikologi.Depok Jawa Barat :Leskonfi .; 2 : 87-93. 12. Siswinoto, Hubungan Kadar Malondialdehid Plasma dengan Klinis Stroke Iskemik Akut.(Cited 2011,Apr,10). Available from: http.//www. Eprints.undip.ac.id/18745/susilowinoto.pdf. 13. Gleich,G,J, The Eosinophil, (Cited 2012, Jan, 12) Available from: http.// www.aarific.org/documents/Gleich Eosinophil.P.ppt 2012.ppt.