Analisis Isi Perilaku Prososial dan Antisosial Dalam Film Arisan2
KARYA ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang Ilmu Komunikasi
Oleh ALMANDA KIRANA INDOMAN 207000277
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS FALSAFAH PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2013 1
2
ANALISIS ISI PERILAKU PROSOSIAL dan ANTISOSIAL DALAM FILM ARISAN2! Almanda Kirana Indoman Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan penelitian :
Untuk mengetahui jumlah muatan perilaku Prososial dan Antisosial
dalam film Arisan2!. Metodologi Penelitian : Kuantitatif dengan metode Analisis Isi. Hasil diperoleh dari Kategori, Definisi katedori, Tehnik Pengumpulan Data dan Analisis data. Hasil Penelitian : Kerjasama 62 dari 222 potongan gambar (28%), Berbagi 110 dari 222 potongan gambar (50%), Cinta 78 dari 222 potongan gambar (35%), Hormat 50 dari 222 potongan gambar (22%), Penggunaan Kontrasepsi 2 dari 222 potongan gambar (0,2%), Mengemudi Aman 2 dari 222 potongan gambar (0,2%), Prasangka Buruk 100 dari 222 potongan gambar (45%), Perilaku Seksual 50 dari 222 (22%), Penggunaan Obat 27 dari 222 (12%). Kesimpulan Penelitian : Dari hasil penelitian “Analisis Isi Perilaku Prososial dan antisosial dalam Film Arisan2!” , didapatkan 110 potongan gambar atau 50% tayangan yang menggambarkan unsur perilaku berbagi (Perilaku Prososial). Unsur perilaku prasangka buruk (Perilaku Antisosial) dalam film Arisan2! Sebanyak 100 potongan gambar atau 45% tayangan menggambarkan unsur perilaku ini. Maka film ini jelas tidak hanya lebih banyak menayangkan perilaku antisosial dalam adegan tayangannya. Kata Kunci
: Analisis isi, Perilaku, Prososial, Antisosial
1. Pendahuluan Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas, mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan pemirsanya yang tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Luas jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya bukan saja menjadikan film sebagai media alat untuk mempengaruhi (to influence) terhadap perkembangan pengetahuan dan tingkat penyerapan pesan-pesan yang disampaikan melalui media ini jauh lebih intensif jika dibandingkan dengan media komunikasi lain. 3
Sebagai salah satu sarana hiburan popular, menyaksikan film baik di televisi maupun di bioskop menjadi pilihan utama masyarakat modern. selain untuk menghibur, film juga menjadi sarana edukasi bagi pemirsanya. karena pada setiap film tentu mengandung sebuah makna yang bisa kita pelajari. Banyak sisi positif dari sebuah tayangan film yang bisa kita jadikan pelajaran. Yang menjadi kekhawatiran adalah adegan-adegan yang tidak wajar seperti kekerasan atau penggunaan obat-obat terlarang yang sering muncul dalam adegan film yang dijadikan ‘bumbu penyedap’ bagi jalan cerita sebuah film. Dengan adanya penelitian “Analisis Isi Perilaku Prososial dan Antisosial Dalam Film Arisan2!” masyarakat akan mengetahui seberapa banyak perilaku Prososial yang ditampilkan dalam film Arisan2. Seberapa banyak perilaku Antisosial yang ditampilkan dalam film Arisan2. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku Prososial yang dimunculkan dalam film Arisan2. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku Antisosial yang dimunculkan dalam film Arisan2. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi, mengenai teori uses&gratification, analisis isi, perilaku Prososial dan Antisosial. Penelitian ini dapat menjadi sumber tambahan pengetahuan mengenai analisis isi dari film Arisan2! terfokus pada perilaku Prososial dan Antisosial yang divisualisasikan melalui media film. Penulis juga berharap bahwa hasil penelitian ini dapat berguna bagi sineas perfilman Indonesia agar kelak menyuguhkan tayangan yang mendidik, sehingga dapat membantu upaya pemerintah memajukan pendidikan dan masa depan bangsa melalui sarana hiburan seperti film. Media yang digunakan oleh Arisan2 adalah media film yang termasuk dalam media komunikasi massa. Makna komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner “Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Rakhmat,2008:188).” Komunikasi massa mencakup dua kriteria, yaitu khalayak yang banyak dan media yang digunakan haruslah media massa. Bila kedua ornament ini tidak tercakup maka komunikasi yang dilakukannya bukanlah komunikasi massa. Dalam penelitian ini, film Arisan2 mencakup keduanya. Karena ditayangkan di bioskop maka secara langsung film ini di tonton, di konsumsi oleh khalayak luas. Film Arisan2 sebagai film Indonesia setelah selesai pembuatannya harus masuk Lembaga Sensor Film Indonesia terlebih dahulu untuk disaring, memilah bagian-bagian mana yang dapt di 4
tonton mana yang harus dibuang karena satu dan lain hal. Lembaga Sensor Film- lah yang menyatakan apakah film ini boleh tayang atau tidak. Lembaga Sensor Film juga berwenang atas poster/reklame film yang dicetak sebagai usaha promo film tersebut. Lembaga Sensor juga menetapkan penggolongan usia penonton bagi film yang bersangkutan.
Yang dalam film
Arisan2 usia penonton di golongkan dngan usia penonton Remaja-Dewasa. Setelah semua di setujui oleh Lembaga Sensor Film maka film yang bersangkutan sudah dapat masuk ke bioskop untuk disaksikan oleh publik.
2. Metodologi Metodologi Penelitian ini menggunakan metodologi Kuantitatif dengan metode Analisis Isi. Penelitian kuantitatif menurut Sugiono (2009:7-8) “Penelitian yang menggunakan angka-angka dan analisis statistik. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisime, digunakan ntuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan.” Sedangkan Analisis Isi Menurut Kriyantono (2007:61) “Analisis isi berdasarkan sistematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun melalui proses yang sistematik, mulai dari penentuan isi komunikasi yang akan dianalisis, bagaimana cara menganalisisnya, maupun kategori yang digunakan untuk menganalisis. Analisis isi berdasarkan objektif berarti bahwa periset harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif atau bias personal, sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila dilakukan riset lagi oleh orang lain, maka hasilnya relatif akan sama. Sedangkan analisis isi berdasarkan kuantitatif adalah lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak (nyata).” Dalam penelitian ini yang merupakan populasi penelitian 200 adegan yang terdapat dalam film Arisan2!. 200 adegan ini didapat dari pembagian per 30 detik dari total durasi film 120menit. Pengambilan waktu 30 detik didasari oleh kemungkinan adanya sikap Prososial dan Antisosial yang mungkin sudah terjadi dalam satu adegan. Jika mengambil waktu lebih dari 30 detik, dapat memungkinkan terjadinya pengulangan indikator penelitian (indikator sikap Prososial dan Antisosial).
5
3. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian melalui analisis isi pada film “Arisan2!” dengan total durasi 132 menit, di dapatkan 222 potongan gambar. Potongan gambar ini mengandung indikator dari penelitian ini yaitu sikap Prososial dan Antisosial yang kemudian peneliti coding seberapa banyak setiap potongan gambar mengandung indikator penelitian. Setelah melalui perhitungan maka di dapatkan hasil rincian sebagai berikut : Sikap Prososial No
Indikator
Frekuensi
Persentase
1
Kerjasama
62
28%
2
Berbagi
110
50%
3
Cinta
78
35%
4
Hormat
50
22%
5
Penggunaan
2
0,9%
2
0,9%
Kontrasepsi 6
Mengemudi Aman Tabel 1.1
Sikap Prososial : kerjasama 62 potongan gambar (28%), berbagi 110 potongan gambar (50%), cinta 78 potongan gambar (35%), hormat 50 potongan gambar (22%), penggunaan kontrasepsi 2 potongan gambar (0,9%), mengemudi aman 2 potongan gambar (0,9%). Sikap Antisosial No.
Indikator
Frekuensi Persentase
1
Prasangka Buruk
100
45% 6
2
Perilaku Seksual
50
22%
3
Penggunaan Obat
27
12%
Tabel 1.2 Sikap Antisosial : prasangka buruk 100 potongan gambar (45%), perilaku seksual 50 potongan gambar (22%), penggunaan obat 27 potongan gambar (12%). “Dewasa ini media massa telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak. Media massa menjalankan fungsi edukasinya seimbang dengan penyajian hiburan. Sebagian laporan telah menunjukan maanfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalannya.” (Ardianto,2007:58) Adegan dalam film Arisan2 yang memperlihatkan kebiasaan foya-foya para ibu-ibu arisan sudah mulai ditiru dalam kehidupan berarisan di Ibukota. Pernyataan tersebut mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada perilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Tayangan Arisan2 tidak melulu berisi adegan-adegan negatif, namun juga terdapat adegan positif yang sarat makna. Banyak dari adegannya yang menyentuh hati dan memberi contoh yang baik bagi kehidupan sehari-hari. “Prosocial behavior is in a sense the opposite of Antisocial behavior. It includes behaviours and positive qualities that we want to encourage to our children and our society, such as : cooperation, sharing, love, tolerance, respect, contraceptive use, safe driving,improved reading skills, and so on. “ “Perilaku Prososial merupakan perilaku-perilaku yang bertolak belakang dengan perilaku Antisocial mencakup perilaku dan kualitas positif yang ingin kita timbulkan bagi anak-anak dan masyarakat kita, seperti : kerjasama, berbagi, cinta, toleransi, rasa hormat, penggunaan kontrasepsi, mengemudi yang aman, meningkatkan keterampilan membaca dan sebagainya. “(Straubhaar,2006:414).” Di perlihatkan bagaimana sikap para sahabat yang berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Meimei dan bagaimana mereka menghormati keputusan Meimei yang memilih hidup di pulau untuk memulihkan kesehatannya. Semua dilakukan semata karena rasa kasih dan sayang para sahabat. Seperti yang di tuliskan oleh Straubhaar dalam bukunya Media Now : 7
“Antisocial behavior is contrary to prevailing norms for social conduct. That includes unlawful actions, such as murder,gate crimes, rape and drug abuse, as well as behaviours that most members of society find objectionable even if they are not illegal, such as drunkenness and sexual promiscuity.” “sikap Antisosial adalah sikap yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sosial. Seperti tindakan melanggar hukum, pembunuhan, benci berlebihan, perkosaan dan penggunaan obat-obat terlarang. Serta perilaku yang dianggap pantas oleh sebagian besar orang walau tidak legal seperti mabuk-mabukan dan seks bebas”. (Straubhaar,2006:407) Dalam tayangan film Arisan2 tentu tidak sulit untuk meneliti perilaku Antisosial meski tidak ditunjukan secara jelas. Namun, jika berhubungan dengan norma tentu akan terlihat buruk. Perilaku seksual menyimpang yang digambarkan cukup jelas dalam penayangan film ini membutuhkan pengertian dari khalayak yang menyaksikannya. Dibutuhkan pemirsa pintar saat menyaksikan film Arisan2! Untuk memilih adegan yang memang terjadi di dunia nyata dan adegan mana yang merupakan rekayasa film. Dari hasil penelitian “Analisis Isi Perilaku Prososial dan antisosial dalam Film Arisan2!” , didapatkan 110 potongan gambar atau 50% tayangan yang menggambarkan unsur perilaku berbagi. Unsur perilaku prasangka buruk dalam film Arisan2! Sebanyak 100 potongan gambar atau 45% tayangan menggambarkan unsur perilaku ini. 4. Kesimpulan Dari hasil perhitungan terlihat unsur perilaku prososial dan antisosial yang tidak berbeda jauh. Bahkan unsur perilaku prososial berbagi (50%) mengungguli unsur perilaku antisosial prasangka buruk (45%). Dengan perhitungan ini peneliti dapat menarik garis besar bahwa perkataan “Don’t Judge a Book by It’s Cover” dapat digunakan juga untuk mengartikan film ini. Dimana khalayak banyak yang sudah terlebih dahulu menyimpulkan film Arisan2! Hanya menampilkan tentang kehidupan foya-foya ibu-ibu arisan Jakarta dan menonjolkan kehidupan percintaan sesama jenis. Dengan perhitungan analisis isi ini kita jadi tau bahwa film ini memang menampilkan hal-hal tersebut tapi juga memiliki hal positif yang nyatanya mendapat nilai yang lebih tinggi di banding sisi negatifnya. 8
9