e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 109 PADA ORGANISASI NON PROFIT BERBASIS RELIGIUS (STUDI KASUS PADA BAZNAS KABUPATEN BULELENG) 1Agus 1Nyoman
Trisna Herawati,
Purwanto,
2Anantawikrama
Tungga Atmadja
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} Abstrak PSAK 109 merupakan salah satu standar keuangan yang ditetapkan bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat, dan infak/sedekah pada Organisasi Pengelola Zakat. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng merupakan Organisasi Pengelola Zakat. Dari pengamatan sekilas BAZNAS Kabupaten Buleleng telah melakukan pengelolaan dan pelaporan dana zakat, dan infak/sedekah dengan baik, namun masih belum diketahui apakah pencatatan dan pelaporan yang diterapkan oleh BAZNAS Kabupaten Buleleng telah sesuai dengan PSAK 109 atau belum. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan ini untuk mengetahui bagaimana implementasi PSAK 109 akuntansi zakat dan infak/sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah BAZNAS Kabupaten Buleleng belum sepenuhnya menerapkan PSAK 109. Penyajian dan pelaporan keuangan BAZNAS Kabupaten Buleleng belum sesuai dengan PSAK 109. BAZNAS Kabupaten Buleleng hanya membuat laporan keadaan kas zakat, laporan keadaan kas infak/sedekah dan laporan keadaan kas operasional. Di dalam PSAK 109 dijelaskan bahwa amil harus menyajikan 5 laporan keuangan yang terdiri laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Kata kunci: BAZNAS Kabupaten Buleleng, PSAK 109 Abstract PSAK 109 is a financial standard established in order to organize recognition, measurement, presentation, and discovery of the alms transaction at an alms managing organization. “BAZNAS” or Badan Amil Zakat Nasional Buleleng is an organization which manages the alms. Based on a glanced observation this organization had performed good management and reporting the alms funds, however, it had not been recognized whether the process of recording and reporting the funds had been made in accordance with the PSAK 109 or not. Based on the reality the study was conducted in order to find out the implementation of PSAK 109 accountancy of alms at the BAZNAS in Buleleng. The study was conducted based on quantitative descriptive approach, utilizing the data taken by observation, interview, and documentation. The data were analysed based on some stages such as, data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study indicated that the BAZNAS in Buleleng had not been completely implementing PSAK 109. The financial presentation and reports of the
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) BAZNAS Buleleng had not been organized based on the PSAK 109. The BAZNAS Buleleng had merely made report of the last condition of financial alms, infaks and the financial operational condition. Based on the PSAK 109, there are five different financial reports should be presented consisting of the report of financial position, report of funds amendment, report of modification of assets under management, report of cash flow, and record of financial report. Key words: BAZNAS Buleleng, PSAK 109
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mayoritas masyrakatnya beragama Islam. Sebagai negara berkembang, Indonesia mulai melaksanakan pembangunan ekonomi yang dimulai pada masa pemerintahan orde lama hingga masa pemerintahan pasca reformasi seperti saat ini, semuanya ini ditunjukan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia secara demografik dan kultural sebenarnya memiliki potensi yang layak dikembangkan untuk menjadi salah satu instrument pembangunan ekonomi di Indonesia, yaitu zakat dan infak/sedekah (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dan secara kultural zakat,dan infak/sedekah wajib dilaksanakan. Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syari’at Islam, zakat wajib bagi setiap muslim yang mampu serta telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah seperti halnya ibadah-ibadah lainnya. Didalam Al-Qur’an sendiri banyak ayat yang memerintahkan umat muslim untuk melaksanakan zakat yang disebutkan bersamaan dengan perintah shalat. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No. 109, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Zakat dalam Islam merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat Islam yang mampu dalam hal harta. Cara melaksanakan zakat yaitu dengan memberikan sebagaian harta yang dimiliki kepada yang berhak menerima (mustahiq)
sesuai ketentuan syariah dasar perintah membayar zakat terhadap dalam AlQur’an suar At Taubah ayat 103 yang artinya sebagai berikut: “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoa’lah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an dalam Pujianto 2015). Infak/sedekah adalah menyumbangkan sebagian harta secara sukarela kepada yang berhak menerima sesuai dengan ketentuan syariah. Himbauan untuk melaksanakan infak/sedekah terdapat dalam Al-Qur’an suart Al Baqarah ayat 254. Isi ayat AlQur’an tersebut sebagai berikut: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagaian dari rezekimu yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim” (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an dalam Pujianto 2015). Di Indonesia terdapat beberapa organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah. Dalam Bab III UndangUndang No. 38 tahun 1999, dikemukakan bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat (pasal 6) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7) yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) dibentuk oleh masyarakat. Pemerintah Indonesia mendukung kegiatan pengelolaan dana zakat dan infak/sedekah dengan membuat Undangundang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Tujuannya supaya organisasi pengelola zakat dan infak/sedekah dapat menjalankan fungsinya dengan baik sesuai agama maupun negara. Untuk itu organisasi pengelola zakat yang mempunyai tugas mengelola zakat memerlukan laporan keuangan untuk mempermudah kinerjanya. Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk transparasi dalam pengelolaannya dan juga sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada donatur atau pengguna laporan keuangan lainnya. Maka dari itu, dibutuhkan laporan keuangan sebagai media antara pengelola dan masyarakat. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah akuntan di Indonesia sejak tahun 2008 telah membuat Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK) No. 109 Akuntansi zakat dan infak/sedekah. ED PSAK No. 109. Akuntansi zakat dan infak/sedekah dibuat dengan tujuan menyamakan bentuk laporan transaksi zakat dan infak/sedekah yang semakin komplek. BAZNAS Kabupaten Buleleng adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah, yang mengupayakan pendistribusian dana dalam rangka pemberdayaan keluarga miskin dengan prinsip skala prioritas, pemerataan keadilan dan kemitraan. Dalam pengelolaannya BAZNAS Kabupaten Buleleng telah melakukan pencatatan untuk kegiatan transaksinya sehari-hari. BAZNAS Kabupaten Buleleng telah memiliki staf akuntan yang bertugas khusus untuk menangani pencatatan dan pembuatan laporan keuangan. Berdasarkan UU Zakat No.23 Tahun 2011 bagian kelima pasal 29 ayat 1 bahwa BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat dan infak/sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala.
Dari pengamatan sekilas, BAZNAS Kabupaten Buleleng telah melakukan pengelolaan dan pelaporan dana zakat dan infak/sedekah dengan baik, namun masih belum diketahui apakah pencatatan dan pelaporan yang diterapkan oleh BAZNAS Kabupaten Buleleng telah sesuai dengan PSAK 109 atau belum. Untuk mengetahui hal ini perlu dianalisis lebih lanjut mengenai penerapan PSAK 109 pada BAZNAS Kabupaten Buleleng. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi PSAK 109 akuntansi zakat dan infak/sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitaif. Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Menurut Susanti (2014) penelitian semacam ini sering digunakan guna mengambil kebijakan atau keputusan untuk melakukan atau memberikan solusi dalam memecahkan masalah. Sumber data dalam penelitian ini, sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Dalam teknik wawancara informan yang telah ditentukan sebagaimana dipaparkan di atas akan diwawancarai dengan memakai teknik wawancara terstruktur. yakni wawancara yang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang diajukan yang mana pertanyaan-pertanyaan disusun rapi. Pencatatan hasil wawancara dilakukan secara manual atau disertai dengan perekaman. Observasi yaitu Pengumpulan data juga dengan melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian tersebut, dimana peneliti yang terjun langsung sebagai instrument penelitian. Peneliti juga melakukan studi dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang Sugiono dalam Harudian (2016).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti apa yang dikemukakan Moleong (2004) sebagai teknik analisis interaktif (interactive model of analysis) dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Pengumpulan data Peneliti mencatat semua data secara objektif tentang pengelolaan zakat yang dilakukan Badan Amil Zakat Kabupaten Buleleng. Reduksi data Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data yang muncul dari catatan tertulis di lapangan maupun hasil dari wawancara atau observasi. Dari data yang berhasil dikumpulkan kemudian direduksi untuk keperluan mengorganisasikan data dalam memudahkan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Penyajian data berupa sekumpulan informasi yang telah tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang diperoleh akan diuraikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Selanjutnya hasil analisis ini akan dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum adanya perubahan pada Undang-Undang No.38 Tahun 1999, Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), BAZDA pada tingkat Provinsi, BAZDA Kabupaten dan BAZDA Kecamatan. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan satu lembaga pengelola zakat yang berkedudukan di ibu kota negara. Secara umum, Badan Amil Zakat Nasional menjadi sentral informasi dan koordinasi bagi semua lembaga pegelola zakat yang berada di Indonesia, termasuk seluruh umat Islam yang ingin mengetahui segala sesuatu hal yang berkaitan dengan pelaksanaan zakat. Demikian pula pada BAZDA yang ada pada tingkat Provinsi, Kabupaten dan juga Kecamatan.
Perubahan Undang-Undang No.38 Tahun 1999 digantikan dengan UndangUndang No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, Sebagaimana dijelaskan sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti. Pada Pasal 5 dan Pasal 15 Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat bahwa untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota Negara. Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota. Dengan demikian tidak ada lagi istilah BAZDA. Badan Amil Zakat Kabupaten Buleleng adalah lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat, infak/sedekah yang dibentuk oleh pemerintah. Badan Amil Zakat Kabupaten Buleleng terbentuk pada tahun 2010 yang sebelumnya bernama BAZDA. Pada tahun 2011 pemerintah mengeluarkan undangundang tahun nomor 23 tahun 2011 tentang optimalisasi pengelolaan zakat sehingga secara keseluruhan BAZDA Kabupaten Buleleng berubah menjadi BAZNAS Kabupaten Buleleng yang dibentuk oleh direktur jenderal bimbingan masyarakat Islam, Kementerian Agama Indonesia atas usul Bupati Kabupaten Buleleng. Pada tanggal 18 Februari 2016 BAZNAS Kabupaten Buleleng telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) Bupati. BAZNAS Kabupaten Buleleng bertanggung jawab kepada BAZNAS Provinsi Bali dan pemerintah daerah kabupaten Buleleng. Pengakuan Dan Pengukuran Pengakuan (Recognition) yaitu pencatatan suatu kos ke dalam sistem akuntansi sehingga kos tersebut mempengaruhi atau terrefleksi dalam laporan keuangan (Herawati, 2011). Penerimaan zakat, dan infak/sedekah pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 diakui pada saat zakat dan infak/sedekah diterima, baik
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) berbentuk kas atau nonkas yang diterima. Dana zakat dan infak/sedekah yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat dan infak/sedekah sebesar jumlah yang diterima jika dalam bentuk kas dan diakui sebesar nilai wajar jika dalam bentuk nonkas. Zakat dan infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat maupun infak/sedekah untuk bagian non amil. Pengakuan dana Zakat, infak/sedekah (ZIS) oleh BAZNAS Kabupaten Buleleng dilakukan ketika muzakki menyatakan kesediaannya untuk membayar zakatnya dengan mengisi form kesediaan membayar zakat, baik secara online maupun offline. Setelah muzakki mengisi form kesediaan membayar zakat dan menyerahkan atau mentransfer sejumlah uang yang akan di sumbangkan, muzakki akan menerima bukti pembayaran ZIS. Bidang Pengumpulan akan menyerahkan kuintansi pembayaran ZIS dari para muzakki kepada bendahara. Pengakuan dana ZIS yang digunakan oleh BAZNAS Kabupaten Buleleng dan PSAK berdasarkan metode Cash Basis. Metode Cash basis mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan secara tunai. Menurut Hiltebeitel (1992) dalam Suryanovi (2008) Cash Basis mengakui pendapatan yang terkumpul ketika diterima dan biaya yang dibayar ketika dikeluarkan. BAZNAS Kabupaten Buleleng mencatat penerimaan zakat, infak/sedekah ketika diterima dan mencatat pengeluaran yang dikeluarkan ketika penyaluran zakat, infak/sedekah dilakukan, sehingga benar-benar mencerminkan posisi saldo dana zakat, infak/sedekah yang sebenarnya. Hal ini juga di sampaikan oleh Tillah (2015) pada penelitiannya di BAZNAS Lubuk Linglau. BAZNAS Lubuk Linglau menggunakan metode cash basic .
dalam pengakuan zakatnya. Metode cash basic pada BAZNAS sudah sesuai dengan PSAK 109 dimana dijelaskan bahwa BAZNAS mengakui penerimaan zakat, infak/sedekah pada saat zakat, infak/sedekah diterima, baik berbentuk kas atau nonkas yang diterima. Di dalam PSAK 109 apabila amil menerima zakat dan infak/sedekah dalam aset nonkas maka penentuan nilai wajarnya menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan SAK yang relevan. BAZNAS Kabupaten Buleleng melakukan pengukuran zakat, infak/sedekah (ZIS) mengikuti standar yang sudah ada, yaitu penggunaan harga pasar dalam menentukan nilai untuk aset nonkas meskipun BAZNAS Kabupaten Buleleng selama operasionalnya belum menerima zakat, infak/sedekah dalam bentuk aset nonkas. Zakat yang diterima oleh BAZNAS Kabupaten Buleleng 12,5% adalah bagian amil, dimana dana amil dipergunakan untuk kegiatan operasional BAZNAS, sedangkan 87,5% adalah dana zakat. Dana zakat ini nantinya akan di salurkan kepada para mustahiq. Penentuan jumlah persentase BAZNAS Kabupaten Buleleng berdasarkan prinsip syariah. BAZNAS Kabupaten Buleleng membolehkan muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil, maka aset yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Berikut ini perbandingan pencatatan yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Buleleng yang menggunakan sistem pencatatan single entry dengan pencatatan berdasarkan PSAK 109 pada tanggal 5 Januari 2016. Sebagai contoh transaksi disajikan dalam tabel 1 untuk selengkapkanya bisa dilihat dalam lampiran
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
Keterangan BAZNAS Kabupaten Buleleng PSAK 109
Tabel 1 Transaksi pada BAZNAS Kab. Buleleng Transaksi Debit Kredit Pengumpulan Zakat UPZ 19.394.000 Kemenag dan MIN se-Kab. Buleleng Bulan Oktober Desember 2015 Kas Dana Zakat 19.394.000 Penerimaan Zakat 19.394.000
Pengungkapan Pengungkapan penyaluran zakat kepada mustahiq yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Buleleng melaui 5 programnya diantara lain Buleleng cerdas, Buleleng sehat, Buleleng taqwa, Buleleng peduli, dan Buleleng makmur. Persentase pembagian dana amil dari penerimaan zakat sebesar 12,5%, karena amil merupakan salah satu dari 8 golongan penerima zakat. Kebijakan pembagian persentase dana amil bedasarkan ketentuan pembagian dana zakat yang ditetapkan untuk 8 asnaf. Masing-masing mendapat 1/8 bagian dari total dana zakat. Dana zakat yang diterima BAZNAS digunakan untuk membiayai kegiatan operasional BAZNAS. Hal ini dipaparkan oleh Bapak H. Muhammad Maksum Amin selaku ketua BAZNAS pada tanggal 23 Desember 2016 (pukul 10.20-11.00 WITA), dimana beliau mengatakan: “Untuk amil 12,5 persen dari total keseluruhan. 12,5 persen itu bukan kesemuanya untuk amil, 40 persen untuk amil dan 60 persen untuk operasional di kantor karena dikantor ada listrik” Sedangkan untuk persentase pembagian dana amil dari penerimaan infak/sedekah, BAZNAS Kabupaten Buleleng tidak mengambil bagian. Untuk keberadaan dana nonhalal BAZNAS Kabupaten Buleleng tidak mengungkapkan keberadaan dana tersebut, karena BAZNAS tidak memiliki penerimaan dari dana nonhalal tersebut. Penerimaan dana nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain
penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. BAZNAS Kabupaten Buleleng telah melakukan pengungkapan penyaluran dana zakat dengan baik. Namun masih ada kekurangan dalam pengungkapan penyaluran infak/sedekah. BAZNAS sampai saat ini belum meyalurkan dana infak/sedekahnya pada mustahiq. Seharusnya BAZNAS mengungkapkan alasannya mengapa dana infak/sedekah tersebut belum disalurkan. BAZNAS Kabupaten Buleleng juga tidak mengungkapkan persentase pemberian dana zakat pada 8 golongan asnaf. Dalam PSAK 109 dijelaskan BAZNAS harus mengungkapkan jumlah persentase pemberian pada masingmasing 8 golongan asnaf diantaranya fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, fisabilillah, dan ibnu sabil. Pada penelitian Sumarno (2015) BAZNAS sering tidak memilah dana zakat dan infak/sedekah itu diberikan. Penyajian Penyajian dana zakat, dan infak/sedekah pada BAZNAS Kabupaten Buleleng disajikan dalam laporan penerimaan dan penyaluran dana zakat, dan dana infak/sedekah. untuk dana amil disajikan dalam laporan operasional BAZNAS Kabupaten Buleleng. Penyajian yang dilakukan BAZNAS masih tergolong sederhana, dan belum bisa memberikan gambaran aset atau kewajinam yang dimiliki BAZNAS. Dalam PSAK 109 dijlaskan amil menyajiakn dana zakat, dana infa/sedekah, dana amil, dan dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan). BAZNAS Kabupaten Buleleng hanya menyajikan dana ZIS melalui laporan penerimaan dan penyaluran ZIS.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Dalam laporan tersebut BAZNAS menyajikan secara rinci tentang pos-pos penerimaan dana ZIS dari para muzakki. Sistem pencatatan akuntansi yang dilakukan BAZNAS masih sangat sederhana yaitu menggunakan sistem pencatatan single entry yang artinya sistem catatan tunggal. Setiap transaksi keuangan yang terjadi di catat (dijurnal) sekali. Metode single entry hanya berupa daftar transaksi yang mempengaruhi akun kas. Artinya penerimaan kas dicatat sebagai kas masuk, sedangkan penyaluran kas dicatat sebagai kas keluar. Hal ini juga di sampaikan oleh M. Widyarti (2014) dalam penelitiannya adapun laporan keuangan yang dihasilkan dengan sistem pencatatan single entry, hanya laporan perubahan dana zakat dan infak/sedekah, dimana laporan ini hanya sebatas memberi informasi secara riil dan actual dana yang dikeluarkan dan diterima, namun laporan ini tidak mencerminkan kondisi sehat atau tidaknya perusahaan tersebut karena tidak dapat menunjukkan total asset dan kewajiban serta saldo dana yang dimiliki. Berdasarkan diatas, dalam hal ini penyajian ataupun pelaporan keuangan BAZNAS Kabupaten Buleleng belum menerapkan standar yang disebutkan oleh PSAK 109. Pertanggungjawaban atas penyajian dan pelaporan BAZNAS Kabupaten Buleleng mengenai penerimaan dan pendistribusian dana ZIS telah dilakukan tetapi masih sebatas laporan penerimaan dan penyaluran dana ZIS yang secara sederhana. Akan tetapi BAZNAS Kabupaten Buleleng setiap tahun akan selalu kedatangan tim monitoring dari kasubdit dan kanwil agama. Kedatangan tim monitoring untuk memantau langsung kegiatan BAZNAS serta programnya. Sedangkan menurut PSAK 109 komponen laporan keuangan amil yang lengkap terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan. Neraca (Laporan Posisi Keuangan) Soemarso dalam Thamrin (2012) mengatakan bahwa neraca adalah laporan
keuangan yang dapat memberi informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Munawir (2007) mengatakan bahwa neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan neraca (posisi keuangan) BAZNAS Kabupaten Buleleng yang sesuai menurut PSAK 109 bisa dilihat pada tabel 2. Laporan Perubahan Dana Menurut Mahmudi dalam noviyantini (2015) tujuan utama laporan perubahan dana adalah menyediakan informasi mengenai (1) pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat saldo dana, (2) hubungan antar transaksi dan peristiwa lain, dan (3) penggunaan dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Laporan perubahan dana BAZNAS Kabupaten Buleleng yang sesuai menurut PSAK 109 bisa dilihat pada tabel 3. Laporan Perubahan Aset Kelola Laporan perubahan aset kelola didalam PSAK 109 dijelaskan bahwa Entitas amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup (a) aset kelolaan yang ternasuk aset lancar dan akumulasi penyisihan, (b) aset kelolaan yang termasuk tidak lancar dan akumulasi penyusutan, (c) penambahan dan pengurangan, (d) saldo awal, dan (e) saldo akhir. Laporan perubahan aset kelolaan BAZNAS Kabupaten Buleleng yang sesuai menurut PSAK 109 bisa dilihat pada tabel 4. Laporan Arus Kas Tujuan dari laporan kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam tiap periode. Menurut PSAK 2 laporan arus kas harus melaporkan arus tertentu dan diklasifikasikan menurut aktifitas operasi, aktifitas investasi, aktifitas pendanaan. Laporan arus kas pada BAZNAS Kabupaten Buleleng bisa dilihat pada tabel 5.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan pada PSAK 109 dijelaskan Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan. Catatan atas laporan
KETERANGAN
keuangan berisi mengenai gambaran umum lembaga berupa sejarah, visi dan misi, maksud dan tujuan, susunan pengurus. Kebijakan akuntansi, ruang lingkup kegiatan dan penjelasan atas pospos laporan keuangan yang penting disetiap komponen.
Tabel 2 LAPORAN POSISI KEUANGAN BAZNAS KABUPATEN BULELENG JANUARI-JUNI 2016 RUPIAH KETERANGAN
Aset
RUPIAH
Liabilitas
Aset Lancar Kas-dana zakat Kas-dana amil Kas-dana infak/sedekah Piutang Perlengkapan Aset tidak lancer Komputer Akm Penyusutan Komputer Printer Akm Penyusutan Printer Kamera Akm Penyusutan Kamera Kipas Angin Akm Penyusutan Kipas Lemari Akm Penyusutan lemari Sofa Akm Penyusutan sofa Meja Akm Penyusutan Meja Jumlah Aset
Kewajiban Jangka pendek 109.086.554 Biaya yang masih hrs dibayar 16.567.313 15.928.945 Kewajiban jangka panjang Imbalan kerja jangka panjang 1.760.000 Jumlah liabilitas 4.000.000 -350.000 2.000.000 -190.000 6.000.000 -530.000 400.000 -37.000 1.500.000 -145.000 3.000.000 -280.000 500.000 -45.000 159.165.812
Saldo dana Dana zakat Dana amil Dana infak/sedekah
Jumlah Kewajiban dan Saldo dana
-
-
-
109.086.554 34.150.313 15.928.945
159.165.812
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Tabel 3 LAPORAN PERUBAHAN DANA BAZNAS KABUPATEN BULELENG JANUARI-JUNI 2016 KETERANGAN
RUPIAH
DANA ZAKAT Penerimaan Zakat
51.077.600
Penyaluran Zakat Surplus (Defisit) Saldo Awal Saldo Akhir
88.331.300 -37.253.700 146.340.254 109.086.554
DANA INFAK/SEDEKAH Penerimaan Infak/Sedekah Penyaluran Infak/Sedekah Surplus (Defisit) Saldo Awal Saldo Akhir
15.928.945 15.928.945
DANA AMIL Penerimaan Amil
18.000.000
Penggunaan Amil Surplus (Defisit) Saldo Awal Saldo Akhir
14.429.000 3.571.000 12.996.313 16.567.313
DANA NONHALAL Penerimaan Penggunaan Surplus (Defisit) Saldo Awal Saldo Akhir Jumlah saldo dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil dan dana nonhalal
141.582.812
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Tabel 4 Laporan Perubahan Aset Kelolaan BAZNAS Kabupaten Buleleng
Lemari Sofa Meja Komputer Printer Kamera Kipas Angin
Janruari-Juni 2016 Tahun Pena Pengu Akumulasi Saldo Penyisiha Saldo Peroleha mbah ranga Penyusuta Awal n akhir n an n n 2010 1.500.000 145.000 725.000 630.000 1.320.00 2010 3.000.000 280.000 1.400.000 0 2010 500.000 45.000 225.000 230.000 2.600.00 2012 4.000.000 350.000 1.050.000 0 1.240.00 2012 2.000.000 190.000 570.000 0 3.880.00 2012 6.000.000 530.000 530.000 0 2015
400.000
37.000
37.000
363.000
Tabel 5 Laporan Arus Kas BAZNAS Kabupaten Buleleng Januari-Juni 2016 Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Penerimaan dari dana zakat Penerimaan dari dana amil Penyaluran dana zakat 88.331.300 Penggunaan dana amil 14.429.000 Penerimaan arus kas dari aktivitas operasi (1) Aru Kas Dari Aktivitas Investasi Perolehan aset tetap penerimaan (penggunaan) arus kas dari aktivitas investasi (2) Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan Deposito Penerimaan (penggunaan) arus kas dari aktivitas pendanaan (3) Kenaikan (penurunan) kas dan setara kas (4) = (1 + 2 + 3) Kas dan setara kas awal tahun Kas dan setara kas akhir tahun
51.077.600 18.000.000
-33.682.700
-33.682.700 175.265.512 141.582.812
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 109 tentang zakat dan infak/sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengakuan dan pengukuran zakat dan infak/sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng sudah sesuai dengan PSAK No 109. Dalam hal pengakuan BAZNAS menggunakan metode cash basis, dimana mengakui penerimaan dan pengeluaran dicatat saat menerima dan mengeluarkan zakat dan infak/sedekah. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No 109 dimana telah dijelaskan bahwa penerimaan zakat dan infak/sedekah diakui ketika kas atau aset nonkas diterima. Sedangkan untuk pengukuran Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng menggunakan harga pasar yang berlaku, walapun sampai saat ini Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng belum pernah menerima aset nonkas. Kedua pengungkapan zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kabupaten Buleleng sudah sesuai dengan PSAK No 109. Dimana Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng telah mengungkapkan jumlah penyaluran dana ZIS kepada mustahiq dan program-program sosialnya. Kebijakan penyaluran zakatnya di fokuskan kepada golongan 8 asnaf yang terdiri dari fakir, miskin, amil, gharimin, mualaf, riqab, ibnu sabil, dan fisabilillah. Tetapi masih ada kekurangan dimana BAZNAS tidak mengungkapkan alasan belum disalurkannya dana infak/sedekah. Terakhir penyajian dan pelaporan pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng belum sesuai dengan PSAK No 109. Saat ini penyajian dan pelaporan yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Buleleng belum memenuhi Standar dari PSAK 109. Akuntansi pada BAZNAS masih menggunakan sistem pencatatan single entry dimana setiap kejadian transaksi akuntansi hanya dicatat satu kali. Dalam Standar Akuntansi pencatat yang seharusnya dilakukan menggunakan sistem pencatatan double entry dimana kejadian transaksi dicatat dua kali atau sistem ini dikenal dengan debit dan kredit. Dampak dari sistem pencatatan single entry BAZNAS tidak mampu menyajikan laporan keuangan yang telah di jelaskan PSAK 109 dimana amil menyajiakn dana zakat, infak/sedekah, dana amil, dan dana nonhalal
secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan). Laporan yang dibuat BAZNAS hanya sebatas berupa penerimaan dan penyaluran zakat, penerimaan dan penyaluran dana amil, dan penerimaan dan penyaluran infak/sedekah. Saran Saran penulis untuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Buleleng sebaiknya menerapkan PSAK 109 tentang akuntansi zakat, infak dan sedekah. Hal ini dilakukan atas pertanggungjawaban BAZNAS Kabupaten Buleleng dalam penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak.sedekah dari masyarakat. Pencatatan dan penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar akuntansi yang diterima umum. Pelatihan dan pembinaan terhadap yang terlibat dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualiatas SDM pada BAZNAS Kabupaten Buleleng.
DAFTAR PUSTAKA Harudian, Suratman. 2016. Identifikasi Rancangan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (studi kasus pada Konveksi Erlin). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja. Herawati, Nyoman Trisna. 2011. Akuntansi Pengantar I. Singaraja: Undiksha Press. Makarrang, Widyarti Nurhaida. 2014. Studi Evaluatif atas Penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Shadaqah pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar Berdasarkan PSAK 109. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Moleong, L J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Noviyantini, Diah Ririn. 2015. Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 109 di Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Yayasan Badan Wakaf. Skripsi. Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Pujianto. 2015. Implementasi Psak 109 Tentang Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah (Studi Empiris pada Organisasi Pengelola Zakat dan Infak/Sedekah Di Kota Semarang). Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Sumarno, Miftahullail Septa. 2015. Perlakuan Akuntansi Zakat Pada Badan Amil Zakat (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Kabupaten Sidoarjo). Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Vol.3, No.1, Hal:1-24. Suryanovi, Sri. 2008. Kajian Standar Akuntansi Pemerintahan, Keharmonisan dan Kejelasan Penerapan Basis Kas Menuju Akrual Berdasarkan Perspektif UU No.17 Tahun 2003 dan UU No.1 Tahun 2004. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Vol.3, No.1, Hal:1-18. Tillah, Mardho. 2015. Analisis Penerapan Akuntansi Zakat PSAK 101 dan PSAK 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Lubuk Linggau. Artikel. Universitas Bina Darma. Palembang. Vol.3, No.1, Hal:1-12. Umah,
Umi Khoirul.2011. Penerapan Akuntansi Zakat Pada Lembaga Amil Zakat (Studi Pada LAZ DPU DT Cabang Semarang). Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.