ANALISIS IJARAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI (BPIH) PADA BANK BNI SYARIAH FATMAWATI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE, Sy)
Oleh : ZAINAL ARIFIN
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ANALISIS IJARAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI (BPIH) PADA BANK BNI SYARIAH FATMAWATI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: ZAINAL ARIFIN NIM. 106046101710
Di Bawah Bimbingan,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. A. Mukri Aji, MA
Hendra Pertaminawati, MA
NIP. 195703121985031003
NIP. 197009282005012003
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Analisis Ijarah Pada Pembiayaan Talangan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) pada Bank BNI Syariah Fatmawati, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 24 September 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasah Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002
(......................................)
Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H NIP. 197407252001121001
(......................................)
Pembimbing I : Dr. H. A. Mukri Aji, MA NIP. 195703121985031003
(......................................)
Pembimbing II: Hendra Pertaminawati, MA NIP. 197009282005012003
(.......................................)
Penguji I
: Dr. Abduraahman Dahlan, MA NIP. 195811101988031001
(.......................................)
Penguji II
: Kamarusdiana, S.Ag M.H NIP. 197202241998031003
(......................................)
Lembar Pernyataan: LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 September 2010
Zainal Arifin
ABSTRAK Zainal Arifin (106046101710): ” Analisis Ijarah Pada Pembiayaan Talangan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) pada Bank BNI Syariah Fatmawati” program strata 1 (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Membahas mengenai fatwa Dewan Syariah Nasional no. 29 mengenai pengurusan haji oleh LKS Bila ditelaah melalui perspektif ushul fiqh, sikap yang diambil oleh Dewan Syariah Nasional didasarkan para prinsip li al-maslahah almursalah. Namun yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa orang tersebut tetap berada dalam koridor istitha' (sanggup atau mampu) untuk melunasinya dalam waktu yang disepakati, karena bila ia hanya mengandalkan keinginan semata tanpa disertai kesanggupan untuk melunasi berarti ia telah memaksakan diri (bukan berdasar keikhlasan) padahal yang namanya ibadah harus dilaksanakan secara ikhlas dan sesuai kesanggupannya. Penelitain ini adalah penelitian deskriptif yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dalam bentuk tidak terstruktur dengan responden yaitu staff khusus bidang haji Ibu Suci Hanum L. sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Karena kasih sayang dan kuasaNya penulis diberikan kekuatan, kesabaran, kejernihan pikiran, dan keistiqamahan sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini. Dan karena kuasa- Nya pula penulis diberikan kecukupan rizki guna memenuhi segala kebutuhan terkait penyelesaian skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Manusia paling mulia yang perkataannya adalah pedoman, perbuatannya adalah teladan, dan sepanjang hayatnya berjuang untuk kejayaan Islam dan keselamatan kaum muslimin. Dibalik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas terselesaikannya skripsi ini. Karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu dan telah dengan sabar memberi masukan dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada para dosen program studi Muamalat yang telah mengajarkan kepada kami berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat dengan penuh rasa ikhlas dan kesabaran. Akhirnya penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H. Sekertaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. H Ahmad Mukri Aji, MA Terima kasih atas segala masukan, arahan, serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Hendra Pertaminawati, MA Terima kasih atas segala masukan, arahan, serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Bapak Uki selaku Manajer HRD PT. Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian diperusahaan tersebut. Kepada saudari Suci Hanum L (karyawan PT. Bank BNI Syariah), terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya. 7.
Orang tua penulis, Bapak Matyasin dan Ibu khotimah. Terima kasih atas segala fasilitas yang diberikan dan doa yang selalu dipanjatkan sehingga ananda diberi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada bang Ahmad Wayudi, ka Mufi, ka Damayanti, bang Nova dan adik Vivi terima kasih atas segala bantuan dan do’a yang telah diberikan sehingga adinda bisa menyelesaikan kuliah. Ka Ela, Ka Mukhlis, ka Armin , terima kasih atas dukungan moral dan doa yang telah diberikan.
iii
8. Seluruh dosen program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, terima kasih atas ilmu yang telah disampaikan. 9. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B, Iyoe, Sadar, Naydi,Faiz, Arif, Dzul, Abdul dan Azza, Ulfa juga Erik, Bang Ali dan Syukri (teman seperjuangan dikosan). Juga seluruh teman-teman ekstensi PS B ’05, nyoy,firman dan alm. Ari Anggara Terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang diberikan. Semoga kita semua meraih kesuksesan dan keberkahan hidup. 11. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dari penulis. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan saudara semua dengan pahala yang berlipat ganda. Jazaa kumullah Khairan Katsiraa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 16 Oktober 2010
(Zainal Arifin)
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah………………………………………………. 1 B. Pembatasan dan perumusan masalah………………………………… 7 C. Tujuan dan manfaat penelitian……………………………………...... 8 D. Studi terdahulu ……………………………………………...………. 9 E. Objek penelitian…..……………………………………………….… 10 F. Metode Penelitian …...……………………………………………… 10 G. Teknik penulisan …………………………………..………………. 11 H. Sistematika penulisan…………...………………………………….. 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Sekilas tentang haji ………………………………………………… 14 1. Latar belakang haji …………………………………………….. 15 2. Syarat dan rukun haji …………………………..………………. 16 3. Macam-macam haji ………………………..………….……….. 19 B. Pembiayaan …………………..…………………….………………. 20 1. Pengertian pembiayaan …………………………………………. 20
v
2. Jenis-jenis pembiayaan ………………………………………… 21 3. Tujuan dan fungsi pembiayaan ……...……………………….… 21
C.
4. Perumusan strategi perencanaan pembiayaa.………………….
22
Ijarah ……………………………..……………………………….
26
1. Pengertian Ijarah………...……………………………………..
26
2. Landasan hukum Ijarah ……..…………………………………. 27 3. Rukun dan syarat Ijarah ………………………………………… 28 4. Kaidah-kaidah dalam ijarah..………...…………………………
29
5. Manfaat ijarah……...…………………………………………… 31 D.
Pengertian talangan pembiayaan …………..………………………
32
1. Pengertian talangan ………………..…………………………..
32
2. Manfaat talangan ……………………..………………………..
33
BAB III GAMBARAN UMUM BANK BNI SYARIAH A. Sejarah berdiri ……..……………………………………………... 34 B. Visi dan misi ………………..…………………………………….. 36 C. Logo perusahaan ……..…………………………………………… 36 D. Struktur organisasi …………………...……………………...……. 37 E. Produk-produk ……………………...…………………………….. 38 1. Produk inovatif sesuai syariah ..……………………………… 38 2. Pembiayaan komersial ……...………………………………… 41 3. Produk pembiayaan ……...……………………………………. 44
vi
4. Produk trade finance ...………………………………………... 45 5. Transaksi kiriman uang .………………………………………. 47 6. Pembiayaan personal ..………………………………………... 48
BAB IV
ANALISIS IJARAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI (BPIH)
PADA BANK BNI
SYARIAH FATMAWATI A. Mekanisme pembiayaan talangan biaya perjalanan ibadah haji bank BNI Syariah …..………………………..…………….. 51 1. Syarat-syarat permohonan talangan haji …………………..... 57 2. Manfaat lebih talangan haji …………………………………
61
3. Faktor yang menjadi daya tarik talangan haji ………………. 62 4. Struktur of cost talangan haji ……………………………….. 63 5. Prosedur dan Proses Pembatalan BPIH ……………………..
65
B. Aplikasi Ijarah pada Bank BNI Syariah ………………………… 66 C. Analisis mengenai ijarah 1. Analisis akad ijarah pada pembiayaan talangan haji ………… 69 2. Tinjauan ekonomi islam tentang ijarah ………………………. 71 3. Pendapat para pakar mengenai ijarah ………………………… 73 D. Perbandingan antara akad ijarah dan al-qard pada pembiayaan talangan biaya perjalanan haji …………………………………… 76
vii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………… 82 B. Saran …………………………………………………………….. 83
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama dan konsep hidup (way of life) yang sempurna tentunya dapat menjawab berbagai problematika diatas sebagaimana firman Allah SWT Surat al-Maidah ayat 3:
ﺳﻠَﺎ َم دِﻳﻨًﺎ ْ ﺖ َﻟ ُﻜ ُﻢ ا ْﻟِﺈ ُ ﻋَﻠﻴْ ُﻜﻢْ ِﻧﻌْ َﻤﺘِﻲ َو َرﺿِﻴ َ ﺖ ُ ْﺖ َﻟ ُﻜﻢْ دِﻳﻨَ ُﻜﻢْ َوَأﺗْ َﻤﻤ ُ ْاﻟْ َﻴﻮْ َم َأآْ َﻤﻠ ٌن اﻟﱠﻠ َﻪ ﻏَﻔُﻮرٌ رَﺣِﻴﻢ ﻒ ِﻟِﺈﺛْ ٍﻢ َﻓِﺈ ﱠ ٍ ﻏﻴْ َﺮ ُﻣ َﺘﺠَﺎ ِﻧ َ ﺼ ٍﺔ َ ﻄﺮﱠ ﻓِﻲ َﻣﺨْ َﻤ ُ ْﻦ اﺿ ِ َﻓ َﻤ “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. AlMaidah ayat 3) Saat ini Islam telah menempuh perjalanan panjang sejak diturunkannya Al-Qur’an, maka dari itu sebagai konsep yang sempurna, tentunya dapat menjawab berbagai konsep yang sempurna, tentunya dapat menjawab berbagai problematika kehidupan saat ini, sehingga ajaran island tidak hanya berkutat pada amalan teologis normative saja, untuk itu dibutuhkan pemahaman yang menggunakan pendekatan operasional konseptual sehingga ajaran islam dapat memberikan solusi terhadap masalah yang timbul dan aktual saat ini. 1
1
h. 25
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2001) cet ke-6,
2
Bila Islam di pandang sebagai agama maka di butuhkan sikap penghambaan dan pencerahan diri sesungguhnya kepada tuhan, karena dengan sikap ini akan membawa keselamatan dan kebahagiaan bagi manusia dan disisi lain sebagai konsep hidup. Islam memendang bahwa hidup manusia di dunia ini hanyalah sebagiaan kecil dari perjalanan kehidupan manusia karena setelah kehidupan di dunia masih ada kehidupan yang kekal dan abadi yaitu akhirat. Sejalan dengan pemikiran diatas, maka manifestasi keunikan ajaran islam tercermin pada karaktreristik ajarannya, yaitu sempurna, elastis, universal, dinamis, sistematis dan bersifat ta’abbudi dan ta’aqquli. 2 Di antara lima pilar rukun Islam, menunaikan ibadah haji merupakan ibadah yang menempati posisi paling sulit dalam tingkat keikhlasan, karena dalam pelaksanaannya tidak sekadar meminta pengorbanan tenaga, melainkan juga biaya. Oleh karenanya, tidak semua orang Islam yang diseru untuk menunaikannya, kecuali bagi mereka yang mampu dan sanggup menunaikannya baik secara materi maupun bekal kemantapan hati sebagaimana tersurat dalam Q.S. Ali Imran: 97:
ﺞ ﺣﱡ ِ س ِ ﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺎ َ ن ءَا ِﻣﻨًﺎ َوِﻟﱠﻠ ِﻪ َ ﺧَﻠ ُﻪ آَﺎ َ ﻓِﻴ ِﻪ ءَاﻳَﺎتٌ َﺑ ﱢﻴﻨَﺎتٌ َﻣﻘَﺎ ُم ِإﺑْﺮَاهِﻴ َﻢ َو َﻣﻦْ َد ﻦ َ ﻦ اﻟْﻌَﺎَﻟﻤِﻴ ِﻋ َ ﻲ ﻏ ِﻨ ﱞ َ ن اﻟﱠﻠ َﻪ ﺳﺒِﻴﻠًﺎ َو َﻣﻦْ َآ َﻔ َﺮ َﻓِﺈ ﱠ َ ع ِإَﻟﻴْ ِﻪ َ ﻦ اﺳْ َﺘﻄَﺎ ِ ﺖ َﻣ ِ ْاﻟْ َﺒﻴ “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim (tempatnya berdiri membangun Ka'bah). Barangsiapa memasukinya 2
h.46
Djamil, Fathuraman Filsafat Hukum Islam (Jakarta PT lagos wacana ilmu 1999) cet ke I
3
(Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah (.orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani dan perjalananpun aman) Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.(Q.S Ali Imran ayat 97) Sanggup mengadakan perjalanan berarti menyangkut kesanggupan fisik, materi, maupun rohani. Ketiganya merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah haji. Bila syarat tersebut belum terpenuhi, maka gugurlah kewajiban untuk menunaikannya. Ibadah haji merupakan salah satu bagian dan rukun islam ke lima bukan hanya bertujuan meningkatkan ketakwaan dan nilai spiritual pelakunya, namun di dalam operasional dan pengelolaannya juga menyimpan potensi ekonomi yang sangat dahsyat. Potensi tersebut terlihat dimana didalam hal pengelolaan haji itu melibatkan belasan sector industri, manufaktur, perdagangan dan jasa. Logikanya indonesia merupakan penyumbang jamaah haji terbesar di dunia. Indonesia merupakan Negara berpenduduk muslim terbesar didunia hampir 85% yang tersebar dari sabang sampai merauke, oleh karena itu merupakan salah satu modal utama kenapa banyak bank-bank konvensional membuka unit usaha syariah ataupun membuka bank syariah yang terlepas dari induk usahanya. Selain itu bank-bank syariah berlomba-lomba membuat berbagai macam produk pembiayaan di antaranya produk pembiayaan talangan haji. Produk pembiayaan ini menggunakan prinsip Qardh wal Ijarah. Qardh wal Ijarah adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai
4
dengan
penyerahan
tugas
agar
bank
menjaga
barang
jaminan
yang
diserahkan.dalam arti kata, pihak bank menjaga jaminan yang diberikan oleh nasabah. 3 Produk pembiayaan ini merupakan produk yang prospeknya
bagus
karena banyak orang muslim ingin sekali menunaikan ibadah haji, akan tetapi selalu terbentur masalah biaya yang sangat mahal, oleh karena itu peranan perbankan syariah sangat besar disini. Bank bukan hanya sebagai tempat untuk mencari keuntungan ataupun berinvestasi untuk kehidupan dunia saja akan tetapi sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Akan tetapi pada saat ini banyak nasabah yang ingin menunaikan ibadah haji menggunakan jasa dari bank konvensional yang menggunakan sistem bunga, apakah dalam pembiayaan ini yang dijalankan oleh bank syariah sama dengan yang dijalankan oleh bank konvensional? Pembiayaan talangan haji ini pada dasarnya menggunakan akad Qard wal Ijarah, pembiayaan Qardh adalah pinjaman kebajikan / lunak tanpa imbalan 4 . Apakah jenis pembiayaan ini sesuai dengan prinsip tersebut, kita tahu bank adalah salah satu lembaga profit yang senantiasa mengambil keuntungan pada setiap transaksi yang dijalankan, apakah benar begitu yang dijalankan, lantas darimana bank mendapatkan keuntungan dari pembiayaan jenis ini.
3 4
www.syariahmandiri.co.id Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007, h. 45
5
Benarkah menjalankan rukun Islam kelima itu demikian sulit? Dalam ajaran Islam, rukun kelima memang tak wajib diikuti bila tak mampu. Namun, wajib hukumnya bila biaya mencukupi. Menurut Muhammad Ichsan, seorang perencana keuangan, asalkan mempunyai strategi dan perencanaan keuangan yang baik, setiap orang dapat menunaikan ibadah haji sedini mungkin. Baginya, hal utama yang harus ada untuk mewujudkan niat suci tersebut adalah iman dan niat yang kuat. Menurut Ichsan, naik haji adalah sebuah perjalanan religius. "Orang yang tidak siap secara mental pada akhirnya tidak akan mendapat hasil yang baik," tandasnya. Namun, karena biaya untuk menunaikan ibadah haji termasuk besar, orang kadang hanya terfokus pada bagaimana mengumpulkan uang untuk mewujudkan keinginan tersebut. Apalagi, ongkos naik haji di Indonesia hamper setiap tahun naik. Sehingga banyak orang baru bisa pergi ke Tanah Suci setelah memasuki usia senja atau malah tidak sempat mewujudkan sama sekali. Banyak faktor yang membuat ongkos haji mengalami kecenderungan terus
meningkat
setiap
tahun,
seperti
naiknya
harga
tiket
pesawat,
membengkaknya biaya akomodasi, serta kenaikan jumlah setoran yang harus dibayar kepada pemerintah Arab Saudi. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ikut memperbesar biaya naik haji. Sebelum krises moneter beberapa tahun silam, ongkos naik haji (ONH) sudah tinggi, sekitar Rp 10 juta. Setelah krisis, biaya untuk pergi ke Tanah Suci semakin membumbung tinggi, di atas Rp 20 juta untuk setiap jamaah.
6
Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan memberikan kesulitan bagi seseorang untuk melakukan perkiraan biaya haji. "Ongkos naik haji kita dihitung berdasarkan nilai mata uang dolar. Maka dari itu, ongkos naik haji sangat terpengaruh pada pergerakan mata uang tersebut," jelas Safir Senduk, seorang perencana keuangan. Biasanya, selain menggunakan gunakan dolar sebagai perbandingan, ongkos haji dapat dihitung dalam bentuk logam mulia emas. Menurut Safir, saat ini perkiraan ongkos naik haji berkisar antara 2.500 - 3.000 dolar AS atau sekitar 250-300 gram emas. Dari nilai itulah, ongkos naik haji dapat diperhitungkan dan direncanakan. Menyimpan uang untuk biaya ke Tanah Suci dalam bentuk emas mempunyai beberapa keuntungan. "Emas mempunyai ciri-ciri akan naik nilainya bila terjadi kenaikan harga," jelas Safir. Menurutnya, semakin tinggi kenaikan harga barang, nilai emas juga semakin membumbung. Kedua, nilai emas berbanding lurus dengan pergerakan nilai mata uang dolar. Harga emas akan naik bila nilai dolar melambung. Tetapi, menurut Safir, kebanyakan orang Indonesia masih berpikir, terlalu berisiko untuk menabung dalam bentuk emas. Apalagi, bila harus menyimpan di rumah. Untuk menyiasati hal tersebut, Safir menyarankan, untuk mengumpulkan emas dalam bentuk koin. "Selain lebih aman karena bentuknya kecil, satuan koin emas sudah ada yang bernilai 10 gram per koin," ujarnya.
7
Ichsan sependapat dengan Safir. Tidak semua orang suka berinvestasi emas dalam bentuk perhiasan. Selain bentuknya yang tidak sesuai, emas dalam bentuk perhiasan mempunyai ongkos pembuatan yang harus dikeluarkan oleh pemiliknya. Jadi, saran Ichsan, bila ingin berinvestasi murni pada emas, bisa disimpan dalam bentuk batangan atau koin. 5 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang membahas tentang : “Analisis Ijarah Pada Pembiayaan Talangan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) Pada Bank BNI Syariah Fatmawati”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam penulisan karya tulis ini, agar tidak keluar dan mencapai fokus yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan-batasan dalam penulisan ini membahas tentang mekanisme pembiayaan talangan biaya perjalanan ibadah haji. Proses perumusan masalah merupakan tahapan paling penting dalam sebuah proses penelitian. Sehingga permasalahan yang menjadi pokok bahasan menjadi lebih jelas dan terfokus. Adapun secara spesifik perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana mekanisme pembiayaan yang digunakan antara LKS dan Nasabah dalam pembiayaan talangan haji? 5
www.Samijaya Haji dan Umroh.com
8
2. Bagaimana tinjauan akad menurut ekonomi islam yang di gunakan pada pembiayaan talangan haji ini?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh penulis di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin di capai dari hasil penelitian ini, di antaranya : 1. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan yang digunakan antara LKS dan Nasabah dalam pembiayaan talangan haji 2. Untuk meninjau akad yang sesuai dengan ekonomi islam yang digunakan dalam pembiayaan talangan haji ini. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Secara akademik Sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiwa, dalam upaya memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran mengenai pembiayaan talangan haji. 2. Secara praktek Bagi PT Bank BNI Syariah Fatmawati sebagai masukan dan saran untuk dapat memperbaiki cara dalam pembiayaan talangan haji bagi nasabahnya.
9
D. Kajian Terdahulu Sebelum membuat skripsi ini, penulis melakukan perbandingan antara penelitian-penelitian yang terdahulu untuk mendukung materi dalam penelitian ini. Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang mengangkat tema tentang biaya untuk naik haji. Salah satu diantaranya oleh Misbahul Munir. 6 Dalam penelitiannya, misbahul membahas tentang Persepsi nasabah terhadap tabungan haji bank syariah. Hasil penelitiannya yaitu Pada BNI syariah akad yang digunakan yaitu menggunakan prinsip mudhorobah bukan bunga yang diberikan tapi bagi hasil dari pengolahan tabungan haji (THI). Sedangakan penelitian yang dilakukan Muchlasin 7 . Dalam penelitiannya, Produk tabungan haji (THI) pada BNI menggunakan akad mudhorobah muthlaqoh yang hasil keuntungannya di bagi antara penabung dan bank. Ada tiga aspek yang dianslisis dari ekonomi islam yaitu : 1. aspek konsep produk tabungan haji syariah (THIS) 2. aspek mekanisme tabungan haji syariah (THIS) 3. aspek pengelolaan tabungan haji syariah (THIS) Produk pembiayaan BNI Syariah diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu pembiayan produktif syariah dengan produk mudhorobah, musyarokah dan
6
Misbahul Munir, “Persepsi Nasabah Terhadap Tabungan Haji bank syariah” (studi kasus pada BNI syariah cabang Pondok Bambu Jakarta Timur)”. Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta,2006 7 Muchlasin, Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Produk Tabungan Haji Pada Bank Syariah (Studi BNI Syariah cabang Fatmawati) )”. Skripsi S 1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta,2006
10
ijaroh bai’ ut takjiri, sedangkan pembiayaan personal mempungyai produk murobahah dan ijaroh bai’ ut takjiri.
E. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank BNI Syariah. Adapun lokasi PT. Bank BNI Syariah adalah komplek ITC Dutamas Fatmawati blok A1-2 dan A1-3 Jl.R.S Fatmawati Jakarta Selatan – Indonesia 12150
F. Metodologi Penelitian Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Metode Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data untuk menyusun skripsi ini penulis menggunakan riset dengan dua metode, yaitu: a. Riset Kepustakaan (Library Research) Yaitu tehnik pengumpulan data dimana penulis melakukan kunjungan langsung ke beberapa perpustakaan untuk membaca, mempelajari serta menelaah beberapa sumber tertulis dari buku-buku bacaan, artikel, majalah, hasil-hasil seminar dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis bahas.
11
b. Riset Lapangan (Field Research) Yaitu teknik pengumpulan data dimana penulis langsung melakukan observasi ke lapangan untuk memperoleh informasi atau data yang ada di lapangan dengan jelas, dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara dengan pihak yang dianggap banyak mengetahui masalah yang dibahas dan ditambah data-data dari perusahaan mengenai pembahasan yang penulis bahas. 2. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data, data yang diberikan bersifat kualitatif yaitu dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu tehnik analisis data, dimana penulis menjabarkan data yang diperoleh dari wawancara di lapangan, kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber tertulis.
G. Teknik Penulisan Penulisan karya ilmiah ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.
12
H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat Penelitian, kajian pustaka, objek penelitian, metode penelitian, tenkik penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Tinjauan teoritis, pada bab ini membahas tentang ibadah haji yang terdiri dari pengertian haji, macam-macam haji, syaratsyarat haji, rukun haji, pengertian pembiayaan dan konsep pembiayaaan serta perumusan startegi pembiayaan, pengertian al-ijarah dan pengertian talangan.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini memuat tentang latar belakang sejarah berdirinya, visi dan misi, logo perusahaan, Struktur organisasi, produkproduk.
13
BAB IV
ANALISIS IJARAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI (BPIH) PADA BANK BNI SYARIAH FATMAWATI Menjelaskan tentang dan hasil penelitian mengenai talangan pembiayaan haji yang mencakup tentang Syarat-syarat penerima talangan haji, Bagaimana Manfaat lebih adanya Talangan Haji bagi Bank dan Nasabah, Faktor yang menjadi daya tarik Talangan haji syariah, dan Struktur Cost of Product Talangan Haji dan aplikasi al-Ijarah pada BNI syariah serta analisis mengenai akad ijarah mencakup tentang analisis akad ijarah dalam pembiayaan haji, tinjauan ekonomi islam tentang ijarah ,pendapat para pakar mengenai akad ijarah, komparasi antara akad ijarah dan al-qard pada pembiayaan talangan biaya perjalanan haji.
BAB V
PENUTUP Merupakan bagian terakhir penulisan yang menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan. Bagian ini merupakan jawaban ringkas dari permaslahan yang dibahas yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. SEKILAS TENTANG HAJI Haji menurut Nogarsyah Moede Gayo dan Sundarmi Burkan Saleh dalam bukunya definisi haji adalah Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. 1 Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan tempat-tempat tertentu dalam definisi di atas, selain Ka'bah dan Mas'a (tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain. 2 Sedangkan dalam kitab Kifayatul Akhyar pengertian haji menurut bahasa ialah tujuan. Menurut Imam Kholil, arti haji ialah tujuan yang banyak.
1
Nogarsyah Moede Gayo, Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003 Sundarmi Burkan Saleh, Pedoman haji, umrah, dan ziarah, Senayan Abadi Publishing, Jakarta:2003 2
15
Adapun menurut pengertian syariah ialah menuju ke Baitullah untuk melakukan amal. Demikian yang dikatakan Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Muhadzdzab.
1. Latar Belakang Ibadah Haji Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat) menurut Al-Qur’an dan sunnah. Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibrahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk
16
mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia. 3
2. Syarat dan Rukun Haji Orang yang telah memenuhi syarat sebagai berikut diwajibkan berhaji: a. Islam b. Baligh c. Merdeka d. Berakal e. Ada kendaraan (bisa sampai) f. Ada bekal untuk pergi dan untuk yang ditinggalkan g. Aman perjalanan Orang kafir orang yang tidak sehat akalnya, anak kecil dan hamba sahaya tidak berkewajiban menunqaikan ibadah haji. Adanya kendaraan merupakan salah satu syarat wajibnya haji. Kalau tempatnya dekat tidak perlu menggunakan kendaraan, berjalan kaki itu lebih baik. Bekal menjadi syarat wajibnya haji, yaitu bekal yang cukup untuk bepergian dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan selama pergi. Keamanan dalam perjalanan haji juga penting. Kalau dalam keadan tidak aman, orang tidak diwajibkan berhaji. 4
3
http://www.Wikipedia.com Drs H. A Fattah Idris dan Drs H. Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, Rineka Citra cet ke 3 Okt 2003 h. 135 4
17
Sedangkan rukun haji ada lima, yaitu : a. Niat, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW ” Sesungguhnya amal itu harus dengan niat”. b. Ihram, yaitu permulaan melakukan manasik haji atau umroh. Ihram itu ada 3 macam, yaitu : •
Ifradh
: ihram untuk haji saja. Setelah selesai, ihram lg untuk umroh.
•
Tamattu’ : ihram dari batas daerah tertentu (sesuai dengan daerah masing-masing), kemudian ihram lg untuk haji di makkah.
•
Qiran
: ihram untuk haji dan umrah bersama-sama. Dari ketiga macam ihram, menurut imam Syafii yang paling utama ihram ifradh.
c. Wukuf di arafah merupakan rukun haji. Sabda Rasulullah SAW ”haji itu arafah”. Makna hadits tersebut ialah rukun haji yang paling besar ialah wukuf di arafah. Dalam wukuf itu tampak persamaan yang merata antara sesama manusia, semua yang ada menjadi satu dalam persamaan. Waktu wukuf sejak tergelincirnya matahari pada hari arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) sampai terbitnya fajar. Tidak di sarankan
18
d. wukuf selama ini ( sejak tergelincirnya matahari sampai terbitnya fajar) tetapi orang. e. Thawaf di Baitullah, yakni Thawaf Ifadoh, karena ulama telah ijma’ bahwa thawaf ifadoh itulah yang dimaksud dengan firman Allah : ”dan hendaklah mereka thawaf dirumah yang kuno”. berkata Qodhi Husain, ” tidak ada perbedaan pendapat diantara kaum muslimin tentang wajibnya thawaf”. Kemudian ada beberapa kewajiban untuk melakukan thawaf, antara lain adalah : 1) Suci dari hadas dan najis, baik dibadan, pakaian atau tempat. 2) Tartib, yakni memulai thawaf dari hajar aswad dengan menjadikan baitullah disebelah kiri tubuhnya selanjutnya pada saat memulai thawaf hendaknya ia berjalan dengan segenap tubuhnya melewati hajar aswad, dan pada saat itu hendaknya ia niat thawaf. 3) Seluruh tubuhnya berada diluar bangunan ka’bah. 4) Thawaf harus dilakukan dimasjidil haram. 5) Bilangan thawaf harus tujuh kali. f. Sa’i,
adalah
salah
satu
rukun
haji,
karena
nabi
SAW
mengerjakannya, dan beliau bersabda pada waktu melakukan sa’i : ”Sa’ilah kamu sekalian, karena sesungguhnya Allah ta’ala telah mewajibkan sa’i kepada kamu sekalian”. Kemudian
sa’i
itu
disyaratkan
harus
jatuh
sesudah
mengerjakan thawaf yang sah, baik thawaf ifadoh atau thawaf qudum.
19
3. Macam-Macam Haji Haji Ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut Ifrad bila sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah. Haji Tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah didalam bulan-bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal. Haji Qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan.
Yang
dimaksud
disini
adalah
menyatukan
atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i. 5
5
www.wikipedia.com
20
B. PEMBIAYAAN 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran peretujuan pemberian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan. 6 Menurut UU no.10 tahun 1998 pasal 1 butir 12., pembiayaan adalah penyediaan barang atau uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan antara bank dengan pihak yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pengembalian hasil keuntungan. 7 Pembiayaan menurut Zainul Arifin dalam bukunya dasar-dasar manajemen bank syariah yaitu menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya. 8 Sedangkan pembiayan dalam kamus besar bahasa Indonesia perbuatan dalam membiayai atau membiayakan sesuatu. 9 Jadi yang dimaksud pembiayaan yaitu pendanan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah 6
Moh Tjokam, Perkreditan Bisnis Inti Perbankan:Konsep Teknik dan Kasus (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama 1999) edisi I h.1 7 Faisal Afifi, Strategi dan Operasional Bank (Bandung Eresco,1996 h.88 8 Zainul Arifin Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta Pustaka Alvabet)2005cet ke 3 h.185 9 W.J.S Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta, bali pustaka, 1987) cet X h.136
21
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncakanan. 10
2. Jenis-Jenis Pembiayaan Jenis pembiayaan dapat dikelompokkan kedalam beberapa aspek, diantaranya: a. Pembiayaan Produktif pembiayaan ini ditujukan untuk meningkatkan kebutuhan produksi secara luas, baik usaha, produksi, perdagangan maupun investasi. b. Pembiayaan Konsumtif pembiayaan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan a. Tujuan pembiayaan : 1) Memperoleh bagi hasil dari modal yang disimpannya memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya. 2) Membantu mengembangkan usaha 3) Memperoleh barang yang dibutuhkan 4) Mengurangi penganguran 5) Membiayai pembangunan Negara dari penghasilan pajak
10
2005 ) h.17
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta : UPPAMP YKPN,
22
6) Dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga makin banyak masyarakat yang dapat dilayani. 11 b. Fungsi pembiayaan antara lain : 1) Meningkatkan daya guna uang dan barang 2) Meningkatkan peredaran uang 3) Menjaga stabilitas ekonomi 4) Meningkatkan pendapatan nasional 5) Penghubung ekonomi internasional 6) Menimbulkan kegairahan berusaha dan memperlancar produksi serta konsumsi sehingga taraf hidup masyarakat meningkat. 12
4. Perumusan Startegi Perencanaan Pembiayaan Perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalm sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu, perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, sebuah keharusan disamping sebagai sebuah kebutuhan. Segala sesuatu memerlukan perencanaan. Dalam suatu hadits Rasulullah SAW. Bersabda:
11
Muhammad, manajemen pembiayaan banksyariah (yogyakarta : UPPAMP YKPN, 2005 )
12
ibid hal.200
h.197
23
“Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, maka jika perbuatan tersebut baik, ambilah dan jika perbuatan itu jelek, maka tinggalkanlah”. (HR Ibnul Mubarak) Dalam melakukan perencanaan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut : 1. Hasil yang ingin dicapai Allah SWT menciptakan alam semesta dari hak dan perencanaan yang matang dan disertai dengan tujuan yang jelas. Sebagaimana firman-Nya dalam surat as-Shaad ayat 27 :
☺ ☺ ⌧ ⌧ ⌧
⌧
⌧
“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (Q.S. As-Shaad ayat 27)
Makna batil pada ayat diatas adalah sia-sia tanpa tujuan dan perencanaan. Perencanaan sesungguhnya merupakan aturan dan kegunaan Allah. Segala sesuatu telah direncanakan, tidak ada sesuatupun yang tidak direncanakan. Bahkan usia manusia juga direncanakan. Jika Allah saja telah menyusun perencanaan dalam segala sesuatu, maka kita pun harus menyusun perencanaan yang matang dalam melakukan pekerjaan.
24
Konsep manajemen islam menjelaskan bahwa setiap manusia (bukan hanya organisasi) hendaknya memperhatikan apa yang telah diperbuat pada masa lalu untuk merencanakan hari esok. Dalam surat alHasr ayat 18, Allah SWT.berfirman :
☺ ☺ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Hasr ayat 18) Konsep ini menjelaskan bahwa perencanaan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan keadan situasi dan kondisi pada masa lampau, saat ini, serta prediksi masa datang. Oleh karena itu untuk melakukan segala perencanaan masa depan, diperlukan kajian-kajian masa kini. Bahkan karena begitu pentingnya merencanakan masa depan. Muncul ilmu dan meramalkan masa depan yang disebut “futuristics”. 13
C. IJARAH Bank Syari’ah dan Lembaga Keuangan Syari’ah lainnya dalam melayani produk pembiayaan, mayoritas masih terfokus pada produk-produk murabahah 13
DR K.H Didin Hafidudin M.Sc dan Henri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik. Gema Insani Depok. Cet pertama 2008. hal 77-79
25
(prinsip jual beli). Pembiayaan ijarah memiliki kesamaan dengan pembiayaan murabahah karena termasuk dalam katagori natural certainty contracts dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli. Perbedaan antara ijarah dan murabahah terletak pada objek transaksi yang diperjual belikan yaitu dalam pembiayaan murabahah yang menjadi objek transaksi adalah barang, seperti tanah, rumah, mobil dan sebagainya, sedangkan dalam pembiayan ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerja, sehingga dengan skim ijarah, bank syari’ah dan lembaga keuangan syari’ah lainnya dapat melayani nasabah yang membutuhkan jasa. Bentuk pembiayaan ijarah merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli asset terpenuhi dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli aset tersebut. Secara umum timbulnya ijarah disebabkan oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan keuangan. Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah barang dan jasa.
26
1. Pengertian Ijarah Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan, yaitu akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa. 14 Menurut Sayyid Sabiq, Ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil manfaat dengan jalan penggantian. 15 Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa. Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu : 16 a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut ujrah. b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan 14
Habib Nazir dan Muh. Hasan, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan S yari’ah, Kaki Langit, Bandung , 2004, hal. 246. 15
16
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Jilid 3, Dar al-Kitab al-Araby, Beirut, 1983, hal. 177. Ascarya, Akad dan Produk Syari’ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2007, hal.99
27
leasing (sewa) pada bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir/muajir dan biaya sewa disebut ujrah. Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syari’ah, sementara ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syari’ah. 2. Landasan hukum Ijarah Ijarah sebagai suatu transaksi yang sifatnya saling tolong menolong mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur’an dan Hadits. Konsep ini mulai dikembangkan pada masa Khlaifah Umar bin Khathab yaitu ketika adanya sistem bagian tanah dan adanya langkah revolusioner dari Khalifah Umar yang melarang pemberian tanah bagi kaum muslim di wilayah yang ditaklukkan. Dan sebagai langkah alternatif adalah membudidayakan tanah berdasarkan pembayaran kharaj dan jizyah. Adapun yang menjadi dasar hukum ijarah adalah 17 : a. Al-Qur'an surat al-Zukhruf : 32
☺ ☺ ☺ ⌫ 17
Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syari’ah, 2001
DSN,MUI,BI, hal.54
28
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Q.S al-Zukhruf ayat 32) b. Al-Qur’an surat al-Baqarah : 233 :
⌧ ☺
☺
Artinya : “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; danketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-Baqarah ayat 233).
3. Rukun dan Syarat Ijarah Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah : 18 18
Ascarya, op.cit, hal. 99
29
a. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang menyewa aset dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset. b. Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga sewa). c. Sighat yaitu ijab dan qabul. Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum Islam. d. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak. Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum Islam, sebagai berikut : a. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat memberi manfaat kepada penyewa. b. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku. c. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila asset akan dijual harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSNMUI/ IV2000 tanggal 13 April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan.
30
4. Kaidah-Kaidah dalam Ijarah a. Semua barang yang dapat dinikmati manfaatnya tanpa mengurangi substansi barang tersebut, maka barang tersebut dapat disewakan. b. Semua barang yang pemanfaatannya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi tidak mengurangi substansi barang itu seperti susu pada unta dan air dalam sumur dapat juga disewakan. c. Uang dari emas atau perak dan tidak dapat disewakan karena barangbarang ini setelah dikonsumsi menjadi hilang atau habis.
Syarat Ijarah :
a. Baik Mu’jar atau musta’jir harus balig dan berakal. b. Musta’jir harus benar-benar memiliki barang yang disewakan itu atau mendapatkan wilayah untuk menyewakan barang itu. c. Kedua pihak harus sama-sama ridho menjalankan akad. d. Manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya maupun lama penyewaannya sehingga tidak menimbulkan persengketaan. e. Manfaat atau imbalan sewa harus dapat dipenuhi secara nyata dan secara syar’i. Misalnya tidak diperbolehkan menyewakan mobil yang dicuri orang atau perempuan haid untuk menyapu masjid.
31
f. Manfaat yang dapat dinikmati dari sewa harus halal atau mubah karena ada kaidah ” menyewakan sesuatu untuk kemaksiatan adalah haram hukumnya”. g. Pekerjaan yang diupahkan itu tidak merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang diupah sebelum terjadinya akad seperti menyewa orang untuk sholat. h. Orang yang diupah tidak boleh menikmati manfaat karena pekerjaannya. Tidak boleh pengupahan (ijaroh) terhadap amalan-amalan thoat. i. Upah harus berupah harta yang secara syar’i bernilai. j. Barang yang disewakan tidak cacat yang dapat merugikan pihak penyewa..
Berakhirnya akad ijarah :
a. Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika barang yang disewakan itu berupa hewan maka kematiannya mengakhiri akad ijaroh (Jumhur). b. Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah. c. Barang yang disewakan hancur atau rusak. d. Masa berlakunya akad telah selesai. 19
4. Manfaat Al-Ijarah
19
Al Jawi, Shiddiq. Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam. Majalah Al Waie 57
32
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (ownesrship, milkiyyah). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka para ijarah obyek transaksinya adalah barang atau jasa. 20
E. Pengertian Talangan Pembiayaan 1. Pengertian Talangan Talangan adalah Perantara dalam jual beli, sedangkan menalangi adalah memberi pinjaman uang untuk membayar sesuatu atau membelikan barang dengan membayar kemudian. 21 Sedangkan menurut Ensiklopedia Ekonomi Talangan sama dengan Bail yaitu seseorang yang menerima harta milik orang lain dibawah suatu bailment contract, dan bertanggung jawab atas kontrak itu, untuk memelihara harta milik itu dan mengembalikannya dalam keadaan baikbilamana kontrak itu dilaksanakan. 22 Pengertian Talangan bisa diartikan Lend dalam bahasa Inggris yaitu, memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain, selama jangka waktu tertentu atau yang tidak tertentu, tanpa memberikan atau melepaskan hak 20
Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: The International Institute of Islamic Thought [IIIT], 2003), hlm. 105 21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990, ed 2 h. 995 22 Abdurahman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan ,Cet. Ke-v Jakarta, Pradnya Paramita, 1982, h. 75-76
33
miliknya, dan tetap mempunyai hak untuk meminta kembali barang yang semula itu atau yang sepadan dengan itu. 23 Orang yang Lends atau meminjamkan mesin atau mesin atau tanah, misalnya dapat mengharapkan kembalinya harta milik yang semula itu, akan tetapi orang yang meminjamkan uang atau barang-barang yang dapat dijual/belikan, mengharapkan akan mendapatkan kembali sejumlah uang yang ekivalen. 24 Istilah Talangan hampir sama dengan kafalah (perwalian) letak kesamaanyan adalah sama-sama sebagai pemberi dana kepada nasabah yang diwakili oleh bank kepada lembaga yang ditunjuk nasabah. Sedangakan menurut hemat penulis setelah membaca pengertian talangan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa talangan adalah memberikan harta milik kepada orang lain (nasabah) sebagai alat untuk membayar sesuatu yang diperlukan nasabah karena kebutuhan yang sangat mendesak nasabah tidak dapat mencairkan dananya karena berbentuk deposito.
2. Manfaat Talangan 1. Sebagai pencairan dana yang sangat mendesak untuk nasabah. 2. Merupakan produk perbankan syariah yang sangat diminati kepada nasabah yang ingin melaksanakan ibadah haji karena terganjal masalah biaya. 3. Merupakan sebagi modal bagi Pengusaha kecil yang memerlukan dana mendesak untuk membeli barang-barang modal. 23 24
Ibid, h. 606 Ibid. h. 607
34
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH BERDIRI Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia (Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah. Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah memiliki lebih dari 20 Cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada masyarakat, masing-masing kantor cabang utama tersebut membuka kantorkantor cabang pembantu syariah (KCPS), sehingga keseluruhan kantor cabang syariah sampai tahun 2007 berjumlah 54 buah. Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang pemberian ijin bagi kantor cabang Bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah untuk melayani pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang konvensional guna melakukan “office channelling”. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada kantor cabang konvensional berjumlah 636 outlet.
34
35
Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh sistem Informasi Teknologi yang modern dan jaringan transaksi yang sangat luas di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2004 sebagai Perbankan Syariah Terbaik. Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabangcabang BNI konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Chanelling Outlet (SCO). Saat ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan layanan pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan titipan (wadiah), atau bahkan menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB (dibaca aibi, = islamic Banking) Haji, dan juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah dapat mengunjungi cabang BNI terdekat. Dengan
diterbitkannya
surat
keputusan
gubernur
BI
no.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 mei 2010, divisi usaha syariah bank BNI telah resmi menjadi bank umum syariah sejak dilaksanaknnya soft launching BNI Syariah pada tanggal 18 Juni 2010.
36
B. VISI DAN MISI ¾ VISI Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah. ¾ MISI Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
C. LOGO PERUSAHAAN
37
D. STRUKTUR ORGANISASI
38
E. PRODUK PRODUK 1. Produk Inovatif Sesuai Syariah BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah. BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil, dan modern. Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk, baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-fiturnya. Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah: 1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur. 2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil antara bank dan nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati.
39
3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank bertindak
sebagai
pengelola
keuangan
(mudharib)
yang
akan
menginvestasikan dana ke sektor -sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak Bank sebelumnya melakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. 4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing. 5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
a. BNI iB Giro (IDR & USD) Giro Syariah merupakan produk yang memberikan segala kemudahan bertransaksi Giro yang menggunakan prinsip Wadiah Yadh Dhamanah. Giro Syariah mendukung usaha customer dengan kemudahan on-line pada
40
cabang-cabang BNI di seluruh Indonesia. Wadiah Yadh Dhamanah merupakan titipan dana yang dengan seizin dari pemilik dana dapat dioperasikan oleh Bank untuk mendukung sektor riil, dengan jaminan bahwa dana dapat ditarik sewaktu waktu oleh pemilik dana. b. Tabungan iB Plus Tabungan iB Plus (dhl. Tabungan Syariah Plus) adalah tabungan yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Mutlaqah. Dengan prinsip ini tabungan anda akan diinvestasikan secara produktif dalam investasi yang halal sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari investasi akan dibagihasilkan antara Anda dan Bank sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal pembukaan rekening tabungan. c. BNI iB Tapenas Merencanakan dan mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin untuk buah hati adalah sebuah tindakan bijaksana. BNI Syariah membantu masyarakat untuk menyiapkan pendidikan melalui BNI iB Tapenas. Dengan setoran sesuai kemampuan dan perlindungan asuransi, BNI iB Tapenas dapat membantu masyarakat mewujudkan rencana masa depan keluarga yang lebih baik. d. BNI iB Deposito BNI iB Deposito diperuntukkan bagi mereka yang ingin memiliki investasi
berjangka
yang
menguntungkan
dan
menenangkan.
Menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah, BNI iB Deposito mengelola
41
dana masyarakat dengan cara disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif maupun pembiayaan konsumtif yang halal dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Mudharabah Muthlaqah merupakan simpanan dana masyarakat (permilik dana/shahibul maal) yang oleh BNI Syariah (mudharib) dapat dioperasikan untukmendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dilakukan bagi hasil antara penabung dan pihak bank sesuai dengan nisbah yang disepakati. e. BNI iB Haji BNI Syariah memahami bahwa setiap muslim bercita-cita menunaikan ibadah setidaknya sekali seumur hidup. BNI iB Haji dari BNI Syariah merupakan produk tabungan yang dikhususkan untuk memenuhi Ongkos Naik Haji (ONH) yang dikelola secara aman dan bersih sesuai syariah. BNI iB Haji telah tergabung dalam layanan online SISKOHAT (Sistem Koordinasi Haji Terpadu) yang memungkinkan jamaah haji memperoleh kepastian porsi dari Departemen Agama pada saat jumlah tabungan telah memenuhi persyaratan.
2. Pembiayaan komersial Dalam perjalanan usaha terkadang pengusaha menghadapi tantangan yang membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan, dimana keputusan tersebut membutuhkan dukungan modal. Untuk menangkap peluang emas
42
tersebut BNI Syariah menyediakan pembiayaan yang dijalankan dengan prinsip syariah dengan target win-win solution. a. BNI iB WIRAUSAHA BNI iB Wirausaha (iB diabaca aibi, = islamic Banking) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha Anda, dengan besarnya pembiayaan dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta yang diproses lebih cepat dan fleksibel sesuai dengan prinsip syariah. Jenis akad yang digunakan : Murabahah adalah prinsip jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia dana 100 % sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil. Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara pihak bank dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil. b. BNI iB Usaha Kecil BNI iB Usaha Kecil (iB dibaca aibi = islamic Banking) adalah pembiayaan modal kerja atau investasi kepada pengusaha kecil sampai dengan Rp 10 miliar berdasarkan prinsip murabaha, musyarakah, mudharabah dan ijarah. Jenis akad BNI iB Usaha Kecil
43
Jenis akad yang digunakan : Murabahah adalah prinsip jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Mudharabah adalah kerjasama antara pihak bank sebagai penyedia dana 100 % sedangkan nasabah menjadi pengelola dana dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil. Musyarakah adalah kerjasama dalam penyertaan modal antara pihak bank dan nasabah dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan nisbah bagi hasil. Ijarah adalah perjanjian sewa suatu barang antara bank dengan nasabah c. BNI iB Usaha Besar Sesuai dengan falsafah dasar ekonomi syariah yaitu bertransaksi dengan penuh keberkahan dan saling menguntungkan, maka produkproduk perbankan syariah didisain untuk melayani dunia usaha sehingga antara pemodal dan pengusaha dapat bertumbuh bersama-sama dalam prinsip keadilan. Pembiayaan Produktif dari BNI Syariah mendukung kemajuan usaha dengan cara mudah dan fleksibel berdasarkan prinsip – prinsip syariah. Cara kerja pembiayaan syariah hampir sama dengan cara kerja perbankan pada umumnya, sehingga masyarakat akan mendapati prosedur yang umum berlaku dan tidak rumit. Demikian pula dengan maksimum
44
pembiayaan, BNI Syariah dapat membiayai korporasi yang memerlukan dana diatas Rp 10 milyar melalui BNI Pembiayaan Besar Syariah. BNI Pembiayaan Besar Syariah adalah Pembiayaan Modal Kerja atau Investasi kepada pengusaha menengah dan korporasi diatas Rp. 10 Milyar berdasarkan prinsip Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah.
3. Produk Pembiayaan a. Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan Modal Kerja dengan akad Mudharabah/ Musyarakah aplofend dapat diberikan s/d 5 tahun atau dapat diperpanjang setiap tahun b. Pembiayaan Investasi Pembiayaan Investasi memiliki jangka waktu maksimal 7 tahun dengan angsuran kewajiban tetap selama periode pembiayaan sehingga terbebas dari fluktuasi suku bunga pasar. c. Pembiayaan Beragunan Tunai (Cash Collateral Financing) Pembiayaan Beragunan Tunai merupakan jenis pembiayaan yang memungkinkan investor memperoleh pembiayaan dengan menjaminkan agunan dalam bentuk tunai yaitu deposito ataupun giro. d. Pembiayaan Pola Kerjasama BNI Syariah merupakan pembiayaan melalui pola kerjasama dengan multifinance, sekuritas dan asuransi syariah.
45
e. BNI iB Trade Finance BNI memiliki jaringan korespondensi yang luas sehingga memudahkan nasabah untuk bertransaksi dengan mitra usaha di seluruh dunia. BNI Trade Finance Syariah meliputi L/C, SKBDN dan Bank Garansi. Dengan reputasi BNI yang telah dikenal baik di dunia usaha, BNI Garansi Bank Syariah dapat meningkatkan kepercayaan mitra usaha nasabah institusi. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi umumnya membutuhkan adanya Surat Keterangan Bank yang diperlukan sebagai syarat dalam tender BNI Syariah menerbitkan Surat Keterangan Bank yang dapat mendukung kredibilitas perusahaan karena BNI Syariah sebagai Bank dengan mayoritas saham dimiliki oleh pemerintah akan memberi kesan/ image positif bagi pemilik proyek.
4. Produk Trade Finance a. Transaksi LC Ekspor BNI Syariah menangani LC yang diterbitkan oleh Bank Koresponden untuk kepentingan nasabah seperti advising dan negotiating LC. Transaksi akan diproses melalui Trade Processing Center.
o
Advising LC BNI Syariah dapat bertindak sebagai ’advising’ atas setiap LC yang diterbitkan oleh bank koresponden yang dikirimkan melalui
46
telex, surat atau SWIFT. LC dapat dikirimkan langsung kepada cabang-cabang BNI Syariah dan akan diproses dengan cepat dan efisien, administrasi yang akurat serta respon yang tepat. o
Negotiating LC BNI Syariah selalu siap menegosiasi LC yang diterbitkan oleh bank koresponden untuk kepentingan nasabah. BNI Syariah memiliki staf yang terlatih dan siap untuk menjawab kebutuhan nasabah dengan nyaman, cepat dan aman. Nasabah dapat mengkonversikan hasil ekspor ke dalam mata uang lain.
o
Confirming LC BNI Syariah siap untuk mengkonfirmasi LC yang diterbitkan oleh bank koresponden untuk kepentingan nasabah.
b. Import Services BNI Syariah memberikan layanan transaksi impor termasuk penanganan LC seperti pembukaan LC dan pembayaran LC. o
Reimbursement LC yang diterbitkan oleh BNI Syariah, pembayaran tagihan kepada negotiating bank akan dilakukan melalui bank koresponden utama BNI Syariah.
47
c. Bank Guarantee Untuk membantu nasabah dalam melakukan transaksi dengan mitra usaha di dalam maupun luar negeri, BNI Syariah dapat menerbitkan bank garansi untuk menjamin nasabah seperti: bid bonds, performance bonds dan advance payment. BNI Syariah dapat membuka bank garansi dengan jaminan LC (counter guarantee) yang diterbitkan oleh bank koresponden. d. SKBDN Untuk mendukung bisnis nasabah di dalam negeri, BNI Syariah dapat menerbitkan maupun menerima SKBDN dari bank koresponden di dalam negeri. Dengan reputasi BNI Syariah yang telah dikenal di dalam negeri, SKBDN BNI Syariah dapat diterima oleh seluruh bank di dalam negeri.
5. Transaksi Kiriman Uang (Remittance/Fund Transfer) BNI Syariah memberikan layanan kiriman uang dari dan ke seluruh dunia melalui draft, SWIFT atau Smart Remittance. Kiriman uang ke luar negeri menggunakan mata uang yang tercata di Bank Indonesia. Manfaat Cepat dan aman mengirimkan uang ke luar negeri dan menerima kiriman dari luar negeri.
48
Keunggulan: •
Didukung oleh lebih dari 900 cabang BNI on line dengan lebih 2500 ATM di seluruh Indonesia.
•
Didukung oleh teknologi yang terpercaya sehingga kiriman uang dapat diterima tepat waktu.
•
Didukung oleh aplikasi berbasis internet yang dinamakan ’Smart Remittance.
a. Clean Collection Collection adalah pelayanan yang diberikan BNI Syariah untuk mendapatkan pembayaran atas dokumen atau surat berharga dari pihak ketiga di luar negeri.
6. Pembiayaan Personal Dalam kehidupan banyak hal-hal yang harus dipilih dan dipilah secara bijak. Kita harus membedakan antara “needs” dan ‘wants”. Kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melengkapi hidup dan prasarana hidup. Keinginan adalah segala sesuatu yang dapat memuaskan selera, gaya dan level kepuasan tertentu. Untuk itu BNI Syariah menyajikan rangkaian jenis pembiayaan yang dikelola secara syariah diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan personal anda.
49
a. BNI iB Griya Melalui pembiayaan BNI iB Griya nasabah dapat mewujudkan kebutuhan perumahan, kavling siap bangun ataupun renovasi rumah. Pembayaran dengan cara diangsur dalam periode waktu sampai dengan 15 tahun. Bentuk pembiayaan adalah jual beli ataupun ijarah. b. BNI iB Oto BNI iB Oto merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan dengan proses yang mudah dan cepat berdasarkan syariah. Uang muka relatif ringan dan pembayaran dapat dilakukan secara debet otomatis. c. BNI iB Gadai Emas BNI iB Gadai Emas atau juga disebut Rahn merupakan pembiayaan dengan jaminan berupa emas (lantakan atau perhiasan) yang secara fisik dikuasai oleh Bank. Proses pembiayaan cepat dan sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan dana jangka pendek untuk kebutuhan yang mendesak. d. BNI iB Multijasa BNI iB Multijasa (iB dibaca aibi, = islamic Banking) adalah pembiayaan jasa konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu jasa misalnya pembiayaan untuk jasa pernikahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, wisata umroh/haji, dan jasa lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah, dengan menggunakan
50
akad ijarah. Akad ijarah adalah sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa yang disewakan. Bisnis kartu kredit di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah kartu yang beredar saat ini telah mencapai lebih dari 10 juta kartu yang diterbitkan oleh 21 bank dan lembaga pembiayaan. Berbagai macam penawaran yang menarik, dari sisi joint promo maupun fitur. Bahkan saat ini jenis kartu kredit yang beredar telah ada yang menggunakan sistem Syariah. Bertepatan dengan Festival Ekonomi Syariah (FES) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, BNI Syariah telah melaunching salah satu jenis pembiayaan yang berbasis Kartu Kredit yaitu BNI Hasanah Card dengan menggandeng provider MasterCard International. Dasar yang dipakai dalam penerbitan BNI Hasanah Card adalah fatwa
Dewan
Syariah
Nasional
(DSN)
No.54/DSN-MUI/X/2006
mengenai Syariah Card dan surat persetujuan dari Bank Indonesia No.10/337/DPbs tangal 11-03-2008. Sesuai dengan fatwa DSN No.54/DSN-MUI/X/2006 Syariah Card didefinisikan sebagai kartu yang berfungsi sebagai Kartu Kredit yang hubungan hukum antara para pihak berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam fatwa.
BAB IV ANALISIS IJARAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI (BPIH) PADA BANK BNI SYARIAH FATMAWATI
A. MEKANISME TALANGAN HAJI PADA BANK BNI SYARIAH Sistem keuangan dan perbankan Islam hadir untuk memberikan berbagai jasa keuangan yang dapat diterima secara religius kepada komunitas-komunitas muslim. 1 Dapat diterima secara religius artinya tujuan dari sirkulasi keuangan itu sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan tidak mengandung unsur riba dan pemerasan. Jadi, aspek utama yang ditekankan di sini adalah kesejahteraan sosial yang dilihat dari apakah aktivitas tersebut menambah kegunaan (masalih) atau tidak (mafasid). 2 Sistem perbankan syariah adalah alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (nasabah dan bank), yang didukung oleh keanekaragaman produk dan skema keuangan yang lebih variatif, dan dilakukan secara transparan agar adil bagi kedua belah pihak. Perbankan yang kredibel dan menjadi pilihan masyarakat Indonesia. Kehadiran sistem perbankan syariah di Indonesia semakin mudah di temukan oleh masyarakat, dengan mengenali logo iB (ai-Bi) di bank-bank 1
Latifa M. Algaoud & Mervyn K. Lewis, Perbankan Syari'ah: Prinsip, Praktik, Prospek, terj. Burhan Wirasubrata, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003), hlm. 134. 2 Ibid., 135.
52
terkemukan terdekat. iB (ai-Bi) memudahkan masyarakat untuk mengenali tersedianya jasa perbankan syariah di manapun di seluruh Indonesia. Logo iB (aiBi) merupakan penanda identitas industri perbankan syariah di Indonesia, yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai utama sistem perbankan syariah yang modern, transparan, berkeadilan, seimbang dan beretika. Dengan adanya iB sebagai penanda, masyarakat akan merasa lebih nyaman karena produk dan jasa layanan perbankan yang diberikan akan mengutamakan nilai-nilai keadilan, transparan, keseimbangan etika, dan kebaikan sosial bersama. Perbedaan utama antara sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvesional terletak pada: •
Jenis produk yang lebih beragam dan skema keuangan yang lebih bervariasi
•
Pengolahan dana masyarakat yang transparan, sehingga lebih adil bagi nasabah dan bank.
Berbicara mengenai pembahasan haji. Memang biaya haji tidaklah kecil, apalagi kalau kita amati dari tahun ke tahun ternyata hampir selalu mengalami kenaikan. Sebelum krisis moneter, pada saat nilai tukar rupiah terhadap dollar masih rendah, biaya naik haji masih dibawah angka 10 juta Rupiah. Namun setelah krisis moneter menghantam Indonesia dan nilai tukar dollar pun melambung tinggi, biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) pun melonjak sampai di atas 20 juta untuk setiap jamaah.
53
Kalau kita hitung dengan nilai rupiah, BPIH memang melonjak jauh. Karena sebagian besar komponen biaya memang dikeluarkan di luar negeri yang menggunakan mata uang dollar sebagai standar. Ketika nilai tukar rupiah melemah, maka biayanya menjadi bertambah mahal lagi. Tentu saja fluktuasi harga ini akan menyulitkan untuk melakukan perkiraan berapa biayanya beberapa tahun yang akan datang jika kita ingin menyiapkan dananya dari sekarang. Oleh karena itu, dalam merencanakan biaya naik haji, gunakanlah perkiraan harga dalam mata uang dollar atau dalam bentuk logam mulia emas. Kalau dinilai dalam dollar atau emas, biaya perjalanan ibadah haji yang ditetapkan pemerintah berkisar antara US$ 2.500 sampai US$ 3.000 per jamaah, atau sekitar 250 sampai 300 gram emas murni. Angka inilah yang bisa kita jadikan sebagai target pengumpulan dana untuk naik haji kelak, insya Allah. Membahas mengenai fatwa Dewan Syariah Nasional no. 29 mengenai pengurusan haji oleh LKS Bila ditelaah melalui perspektif ushul fiqh, sikap yang diambil oleh Dewan Syariah Nasional didasarkan para prinsip li al-maslahah almursalah. Namun yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa orang tersebut tetap berada dalam koridor istitha' (sanggup atau mampu) untuk melunasinya dalam waktu yang disepakati, karena bila ia hanya mengandalkan keinginan semata tanpa disertai kesanggupan untuk melunasi berarti ia telah memaksakan diri (bukan berdasar keikhlasan) padahal yang namanya ibadah harus dilaksanakan secara ikhlas dan sesuai kesanggupannya.
54
Berkaitan dengan mekanisme pembiayaan penalangan haji oleh PT. Bank BNI Syariah kepada nasabah dapat jelaskan sebagai berikut: 3 1. Nasabah mengajukan pembiayaan talangan haji dengan akad al-ijarah 2. PT. Bank BNI Syariah menyediakan pembiayaan talangan haji kepada nasabah 3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dan PT. Bank BNI Syariah mengenai jumlah dana talangan dan masa cicilannya, maka akad pembiayaan talangan haji engan akad al-qardh ini ditandatangani yang diikuti dengan penyerahan jaminan oleh pihak nasabah sebagai bukti kepercayaan jika diperlukan. 4. PT. Bank BNI Syariah menyerahkan penalangan dan haji kepada nasabah sesuai akad yang disepakati. Setelah periode penalangan berakhir, nasabah mengembalikan obyek (uang) kepada PT. Bank BNI Syariah dengan membayar administarasi yang telah disepakati sebelumnya. 5. Setelah obyek (uang) tersebut diterima oleh pihak PT. Bank BNI Syariah, maka obyek (uang) tersebut disimpan kembali sebagai asset yang dapat diberikan kembali kepada pihak lain.
Namun demikian, berkaitan dengan pembayaran administrasi oleh pihak PT. Bank BNI Syariah kepada nasabah, Dewan Syari'ah Nasional 3
Keterangan mengenai mekanisme ini merupakan modifikasi penulis setelah merujuk pada tulisan Adiwarman Karim, Bank Islam,hlm. 115
55
(DSN) memberikan garis kebijakan bahwa pembayaran administrasi tersebut tidak boleh didasarkan pada besarnya jumlah talangan yang diberikan kepada nasabah. Kebijakan seperti ini dikeluarkan untuk mengantisipasi terjadinya unsur riba dalam mekanisme penalangan haji. Sedangkan BNI Syariah menggambarkan mekanisme talangan haji yang menjadi pembiayaan konsumtif yaitu ketika nasabah atau calon jamaah haji meminta bank untuk menalangi haji maka Bank BNI Syariah bekerjasama dengan departemen agama menyerahkan dana talangan untuk mendapatkan porsi haji melalui SISKOHAT bagi nasabah agar dia mendapatkan kursi haji dengan cepat di saat si calon jamaah haji ini belum memiliki uang untuk melunasi siskohat. Pembiayaan konsumtif diperlukan untuk penggunaan dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat di bedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. 4 Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema ini : 1. Al-ba’i bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli dengan angsuran. 4
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah dari teori ke praktik, gema insani press, hal 168
56
2. Al-ijarah al-muntahiya bit-tamlik atau sewa beli. 3. Al-musyarakah mutanaqishah atau descreasing participation, di mana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya. 4. Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Adapun kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau miskin. Oleh karena itu, ia wajib diberi zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan (al-qardh al-hasan), yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apa pun. Dari data yang diperoleh biaya untuk memperoleh kursi haji yaitu antara Rp 20.000.000-, sampai Rp 25.000.000. sedangkan Bank BNI Syariah hanya menalangi biaya talangan haji ini maksimal 80 %. Adapun munculnya dana talangan haji di bank BNI Syariah yaitu pada tahun 2008. Selain fatwa DSN-MUI yang jadi pedoman atau landasan dalam pembiayaan haji juga ada buku pedoman perusahaan (BPP), juga ada perturan bank indonesia yang menjadi acuan.
57
1. Syarat-syarat penerima talangan haji. a. Memiliki tabungan BNI iB Haji Perbankan memiliki sebuah produk yang dikhususkan untuk nasabahnya yang akan segera berangkat ke tanah suci. Produk seperti ini bisa bermacam-macam namanya. Ada sebagian bank yang menamakannya Tabungan Haji Indonesi. Apapun namanya produknya, ini adalah produk tabungan yang bersifat khusus yang diselenggarakan oleh bank. Tabungan ini selain berfungsi sebagai sarana menyimpan uang, juga membantu nasabah dalam hal administrasi pendaftaran haji. Karena tabungan ini khusus dirancang
untuk
membantu
nasabah
mempersiapkan
Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan cara mendaftarkan nasabah langsung ke Departemen Agama secara on-line melalui SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu). Jika waktu pendaftaran haji sudah dibuka, bank akan mendaftarkan
nasabahnya
sebagai
calon
jamaah
haji
hingga
mendapatkan kepastian untuk berangkat pada musim haji berikutnya. Bahkan sekarang ini, pemerintah hanya menerima pendaftaran haji melalui tabungan haji di bank agar bisa serentak dan membatasi kuota. Kelebihan lain dari tabungan haji ini adalah, bank juga dapat memberikan dana talangan pada nasabah yang ingin naik haji tahun itu tapi memiliki kendala arus kas. Bank bisa menyediakan dana talangan
58
pelunasan BPIH sebelum tanggal akhir pelunasan, tentu saja jika bisa dipastikan bahwa nasabah itu mampu untuk mengembalikan dana talangan tersebut sebelum berangkat. Karena banyaknya fasilitas tambahan yang diberikan, biasanya bank memberikan bagi hasil yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tabungan biasa. Bahkan kalau dibandingkan nisbah bagi hasil tabungan haji bisa jadi hanya setengah dari nisbah tabungan biasa. Hal ini biasanya tidak terlalu bermasalah bagi nasabah, karena umumnya niat mereka membuka tabungan haji adalah untuk mendapatkan pelayanan pendaftaran haji, bukan mengharapkan bagi hasil. Yang penting dapat kepastian kursi, bagi hasil kecil tidak masalah. Begitu kira-kira alasan mereka. Untuk itu, menurut hemat penulis, tabungan haji ini tidak efektif jika dimaksudkan sebagai sarana investasi dalam jangka panjang. Produk ini lebih cocok untuk untuk jangka pendek, dengan niat untuk mengumpulkan uang khusus biaya naik haji dan agar tidak terpakai untuk keperluan lain. Dengan motto ” inspirasi kemudahan menanggapi niat suci untuk berhaji”. Mempersiapkan dana sedikit mungkin untuk keperluan ibadah haji tentunya merupakan tindakan bijaksana. Sebagai orang yang beriman, ibadah haji merupakan cita-cita kita semua. BNI Syariah
59
membantu mewujudkan ibadah haji ana melalui BNI iB Haji ( iB dibaca aibi, + islamic banking). BNI iB haji dikelola berdasarkan prinsip mudharobah mutlaqoh dengan prinsip ini tabungan anda akan di investasikan secara produktif dalam investasi yang halal sesuai prinsip syariah. Keuntungan investasi ini akan dibagihasilkan antara anda dan bank sesuai dengan syariah yang di awal pembukaan BNI iB Haji. Manfaat dan keunggulan : 1. Bagi hasil yang kompetitif. 2. Bebas biaya pengelolaan rekening dan biaya penutupan rekening. 3. Ditutup asuransi kecelakan diri dan kematian 4. Kemudahan setor online real time diseluruh kantor cabang BNI 5. Pembukaan rekening dapat dilakukan dilebih dari 750 kantor cabang BNI (office cheneling) 6. Fasilitas autodebet untuk setoran bulanan. Persyaratan : 1. Mengisi formulir pembukaan rekenning. 2. Menandatangani perjanjian bagi hasil. 3. Fotocofy identitas diri (KTP/SIM/Paspor) 4. Setoran awal senilai Rp 500.000,-
60
Simulasi bagi hasil Saldo rata-rata tabungan anda agustus 2009 senilai RP 1.000.000,dan nisbah BNI iB haji antara nasabah dengan bank adalah 25% : 75%. Bila diasumsikan : •
Total saldo semua tabungan senilai Rp 500.000.000,-
•
Total saldo semua dana pihak ketiga senilai Rp 900.000.000,-
•
Pendapatan bank yang dibagikan kepada nasabah senilai Rp 10.000.000,- maka bagi hasil yang didapat senilai : Bagi hasil = 1.000.000 x 500.000.000 x 10.000.000 x 25 % 500.000.000 900.000.000 = Rp 2.778,-
b. Menyerahkan fotocofy KTP dan kartu keluarga sesuai dengan domisili pemohon talangan haji pada wilayah bank BNI Syariah berada. c. Mengisi formulir yang telah disediakan yang meliputi : 1. Informasi permohonan pembiayaan 2. Informasi pemohon d. Melampirkan data penghasilan atau slip gaji tergantung pada profesi yang dijalani. Setelah melengkapi semua persyaratan termasuk sudah mengisi formulir permohonan talangan haji selanjutnya akan dianalisis apakah layak nasabah memperroleh dana talangan haji tersebut dan stuktur
61
fasilitas. Selanjutnya ada pendapat penyelia dan terakhir ada keputusan pejabat pemutus pembiayaan (PPP).
2. Manfaat lebih adanya Talangan Haji bagi Bank dan Nasabah. Produk pembiayaan ini merupakan produk yang prospeknya bagus karena banyak orang muslim ingin sekali menunaikan ibadah haji, akan tetapi selalu terbentur masalah biaya yang sangat mahal, oleh karena itu peranan perbankan syariah sangat besar disini. Bank bukan hanya sebagai tempat untuk mencari keuntungan ataupun berinvestasi untuk kehidupan dunia saja akan tetapi sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Yang menjadi persoalan mendasar adalah bila terdapat kasus seorang muslim misalnya sangat ingin melakukan ibadah haji namun biaya yang tersedia tidak mencukupi dan baru akan tercukupi sebelum waktu pemberangkatan, bolehkah ia meminjam dengan syarat tertentu? Atau misal ada sebuah lembaga keuangan yang menawarkan jasa untuk membantu mempermudah proses pemberangkatannya, bolehkah pihak peminjam mengambil upah sewa? Adapun manfaat lebih adanya talangan haji yaitu mempercepat usaha untuk mendapatkan porsi haji bagi nasabah yang tidak mempunyai uang saat itu untuk mendapatkan kursi haji, selanjutya membayar dengan cicilan sampai selesai atau lunas sebelum dia berangkat haji dengan
62
kesepakatan antara nasabah dengan lembaga keuangan dalam hal ini bank BNI Syariah. Untuk menjawab persoalan ini, dengan mencoba menganalisis keputusan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang memberikan fatwa mengenai kebolehan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menyediakan jasa peminjaman bagi mereka dengan menggunakan prinsip al-qardh dan ijarah (sewa). Salah satu poin dari fatwa DSN-MUI Apabila diperlukan, Lembaga
Keuangan
Syariah
(LKS)
dapat
membantu
menalangi
pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2001. 5
3. Faktor yang menjadi daya tarik Talangan haji syariah. Bila dikaitkan dengan jasa yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syari'ah (LKS) untuk menalangi pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) cukup jelas bahwa kegiatan tersebut sangatlah membantu kemudahan masyarakat yang ingin menyempurnakan rukun yang kelima, yakni melakukan ibadah haji, meski biaya yang mereka butuhkan belum tersedia secara memadai. faktor inilah yang menjadi
5
Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional, diterbitkan oleh Dewan Syariah Nabional MUI bekerjasama dengan Bank Indonesia
63
pertimbangan Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa mengenai kebolehan menalanginya bagi Lembaga Keuangan Masyarakat. Sedangkan promosi yang dilakukan Bank BNI Syariah yaitu dengan cara crosseling , dilakukan pula di kantor kantor cabang di frontlinenya, opentable dana, presentasi pada instansi-instansi tertentu. Faktor-faktor yang menjadi daya tarik nasabah adalah sebagai berikut : 9 Dapat membantu dengan cepat memperoleh kursi haji disaat nasabah belum memiliki dana yang cukup saat ini. 9 Kursi dengan cepat didapat karena di urus oleh Bank BNI Syariah. 9 Tidak terlalu besarnya ujroh dan biaya administrasi yang dikenakan kepada nasabah khususnya pada bank BNI Syariah. 9 Bisa mengetahui nomor seat haji dengan cepat.
4.
Struktur Cost of Product Talangan Haji. Adapun biaya pada produk talangan haji yaitu terdiri dari dana talangan yang di sediakan bank BNI syariah, selanjutnya jangka waktu pelunasan, dana awal talangan, lalu selanjutnya ada dana awal yang di sediakan oleh nasabah, juga ada ujroh dan administrasi yang di bayarkan nasabah.selanjutnya terdapat pula dana awal dan pembatalan juga di bayarkan nasbah dan terakhir ada minimal setoran perbulan, yang memiliki waktu cicilan setoran antara satu sampai tiga tahun.
64
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahaan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. Sedangkan untuk denda pembatalan menurut bank BNI Syariah tidak dikenakan biaya namun tetap tergantung pada departemen agama yang mengatur adanya denda dalam pembatalan untuk kursi haji. Dengan demikian pada Bank BNI Syariah tidak dikenakan uang denda pada pembatalan namun dikenakan oleh departemen agama yang semua sudah diatur oleh departemen agama. Adapun uang administrasi dan ujroh yang dikenakan kepada nasabah yang mengajukan dana talangan haji yaitu sebesar 1 % dari nilai
talangan
yang
dibayarkan
administrasinya Rp 100.000.
setiap
bulannya.
Sedangkan
65
5.
Prosedur dan Proses Pembatalan BPIH Calon haji mengajukan permohonan pembatalan kepada kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kota disertai dokumen yang dipersyaratkan : a. Pengajuan pembatalan dan penarikan BPIH dari yang bersangkutan bermaterai Rp 6.000,- (enam ribu rupiah) dan untuk jamaah yang wafat dari ahli waris. b. Bukti BPIH lembar 1 (asli) c. Fotocofy KTP d. Surat keterangan ahli waris dari Kelurahan di ketahui oleh Camat. e. Surat kuasa atas dana pengembalian BPIH bermaterai Rp 6.000,(enam ribu rupiah) f. Surat keterangan kematian
Berkas permohonan pembatalan kantor Departemen Agama setempat melalui kanwil Departemen Agama setempat diteruskan kepada Departemen Agama pusat untuk diproes data dan pembayaran. Departemen Agama pusat atau Bendahara BPIH memerintahkan kepada cabang BPS-BPIH yang mengelola setoran awal untuk mentransper dana pembayaran pembatalan ke calon haji. Pengembalian setoran awal BPIH kepada calon haji batal dilakukan pada BPS-BPIH tempat setor dikenakan potongan 1 %.
66
Sedangkan pengembalian dana BPIH batal diupayakan dapat diproses
cepat
dengan
memanfaatkan
faximile
atau
webmail
SISKOHAT dengan waktu maksimal S.O.P, sebagai berikut : a. Kantor Departemen Agama / Kota = 2 hari b. Kanwil Departemen Agama Provinsi = 2 hari c. Siskohat pusat
= 2 hari
d. Bendahara BPIH
= 5 hari
e. BPS-BPIH
= 3 hari + = 14 hari
Berkaitan dengan dana talangan haji jika ada pembatalan oleh nasabah maka dalam hal ini nasabah dikenakan biaya pembatalan berdasarkan
prosedur
Departemen
Agama
dan
nominal
biaya
pembatalan namun tidak dikenakan biaya oleh Bank BNI Syariah. 6
B. APLIKASI IJARAH PADA BANK BNI SYARIAH FATMAWATI Bank Syari’ah dan Lembaga Keuangan Syari’ah lainnya dalam melayani produk pembiayaan, mayoritas masih terfokus pada produkproduk murabahah (prinsip jual beli). Pembiayaan ijarah memiliki kesamaan dengan pembiayaan
6 http//www.depag.go.id
67
murabahah karena termasuk dalam katagori natural certainty contracts dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli. Perbedaan antara ijarah dan murabahah terletak pada objek transaksi yang diperjual belikan yaitu dalam pembiayaan murabahah yang menjadi objek transaksi adalah barang, seperti tanah, rumah, mobil dan sebagainya, sedangkan dalam pembiayan ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerja, sehingga dengan skim ijarah, bank syari’ah dan lembaga keuangan syari’ah lainnya dapat melayani nasabah yang membutuhkan jasa. Bentuk pembiayaan ijarah merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli asset terpenuhi dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli aset tersebut. Secara umum timbulnya ijarah disebabkan oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan keuangan. Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah barang dan jasa.
68
1. Pengertian Ijarah Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan, yaitu akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa. 7 Menurut Sayyid Sabiq, Ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil manfaat dengan jalan penggantian.8 Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa. Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu : 9 a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut ujrah. b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) pada bisnis konvensional. Pihak yang menyewa 7
Habib Nazir dan Muh. Hasan, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan S yari’ah, Kaki Langit, Bandung , 2004, hal. 246. 8 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Jilid 3, Dar al-Kitab al-Araby, Beirut, 1983, hal. 177. 9 Ascarya, Akad dan Produk Syari’ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2007, hal.99
69
(lessee) disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir/muajir dan biaya sewa disebut ujrah. Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syari’ah, sementara ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syari’ah.
C. ANALISIS MENGENAI IJARAH 1. Analisis Akad Ijarah Dalam Pembiayaan Haji Berkaitan dengan fatwa Dewan Syariah Nasional mengenai hukum penalangan tersebut apakah masuk dalam hukum ijarah (menyewa) ataukah qardh (meminjam), maka di bawah ini perlu didefinisikan kembali kedua istilah tersebut : a. Al-Ijarah (operational lease) adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri. 10 b. Al-Qardh (soft and benevolent loan) adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategrikan dalam 'aqd tathawwu'i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. 11
10 11
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), hlm. 183. Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), hlm. 163.
70
Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa jasa yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syari'ah (LKS) untuk menalangi pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) kurang tepat bila digunakan istilah al-Qardh (meminjamkan), karena dalam Islam, pinjam meminjam adalah akad sosial, bukan akad komersial. Artinya bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas jasa pokok pinjamannya. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi saw yang mengatakan bahwa setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba itu haram. Karena itu, dalam Lembaga Keuangan Syari'ah pinjaman tidak disebut kredit, tapi pembiayaan (financing). Dalam kasus ini, bila nasabah datang Lembaga Keuangan Syari'ah (LKS) dan ingin meminjam uang untuk keperluan naik haji karena biaya yang tersedia tidak cukup, maka ia harus melakukan akad ijarah (sewa) dan bukan akad qardh (meminjam). Karena jika LKS memberikan pinjaman kepada nasabah atas nama akad qardh untuk membantu menalangi pembiayaan haji, maka LKS tidak boleh mengambil keuntungan dari pinjaman itu. Ada beberapa jenis barang/jasa yang dapat dijadikan obyek ijarah (disewakan) : 1. Barang modal: aset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor ruko, dan lain sebagainya. 2. Barang produksi: mesin, alat-alat berat, dan lain sebagainya. 3. Barang kendaraan transportasi: darat, laut, dan udara.
71
4. Jasa untuk membayar ongkos: a. uang sekolah/kuliah b. tenaga kerja c. hotel d. angkut dan transportasi. 12 Berdasar keterangan mengenai jenis barang atau jasa yang boleh dijadikan obyek ijarah di atas, maka pembiayaan penalangan haji oleh LKS kepada nasabah lebih dekat pada poin ke-4, yakni pihak LKS menyediakan jasa peminjaman uang untuk keperluan syarat pemberangkatan haji. Dengan bahasa lain, idealnya pihak LKS lebih mengedepankan penyewaan jasa daripada penyewaan uang.
2. Tinjauan Ekonomi Islam Tentang Ijarah Transaksi non bagi hasil yang berpola jual beli adalah transaksi berpola sewa atau ijarah. Ijarah biasa juga disebut sewa, jasa atau imbalan, adalah akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa. Ijarah adalah istilah dalam fikih islam dan berarti memberikan sesuatu untuk disewakan. Menurut sayyid sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat.
12
Adiwarman Karim, Bank Islam, hlm. 116
72
Ada dua jenis ijarah dalam hukum islam, yaitu : a. Ijarah yang berhubunngan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah. b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset atau property, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari asset atau property tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Ijarah dapat dipakai juga sebagai bentuk pembiayaan, pada mulanya bukan merupakan bentuk pembiayaan, tetapi merupakan aktivitas usaha seperti jual beli. Individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membeli asset dapat mendatangi pemilik dana (dalam hal ini bank) untuk membiayai pembelian asset produktif. Pemilik dana kemudian membeli barang dimaksud dan kemudian menyewakannya kepada yang membutuhkan asset tersebut. 13 Bentuk pembiayaan ini merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli asset terpenuhi, dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli asset tersebut.
13
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, PT. Grafindo Persada 2007 hal.99
73
Dua hal harus diperhatikan dalam penggunaan ijarah sebagai bentuk pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agar hokum-hukum syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah : a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh asset yang disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak. b. Kepemilikan asset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya sehingga asset tersebut terus dapat member manfaat kepada penyewa. c. Akad ijarah dihentikan pada saat asset yang bersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada penyewa. Jika asset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku. d. Asset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila asset akan dijual, harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir. 14
3. Pendapat Para Pakar Mengenai Akad Ijarah Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan adanya pembayaran upah (ujrah), tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan (ownership atau milkiyah) atas barang itu sendiri 15 . Maksud dari pemanfaatan disini adalah manfaat yang
14 15
Ibid, hal. 101 Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah juz 3 hal.74
74
barangnya masih tetap utuh (tidak habis) setelah dimanfaatkan. Jadi, tidak boleh menyewakan apel untuk dimakan atau lilin untuk dibakar. Manfaat yang diambil sebagai objek akad sewa tidak berbentuk zat, misalnya: rumah yang dikontarakkan atau disewakan hanya untuk ditempati, mobil disewa untuk diambil manfaatnya di perjalanan, tidak untuk dimiliki. 16 Sedangkan pengertian ijarah menurut para ulama adalah : a. Ulama Mazhab Hanafi mendefinisikan : “ Transaksi terhadap suatu manfaat dengan suatu imbalan “ b. Ulama Mazhab Syafii mendefinisikan : “ transaksi terhadap manfaat yang dituju, tertentu bersifat bisa dimanfaatkan, dengan suatu imbalan tertentu”. c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikannya :” pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan”. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka akad al-ijarah tidak boleh dibatasi oleh syarat. Akad al-ijarah juga tidak berlaku bagi pepohonan untuk diambil buahnya, Karena buah itu adalah materi (benda), sedangkan akad alijarah itu hanya ditujukkan kepada manfaat saja. Demikian juga kambing dan sapi, tidak boleh dijadikan sebagai objek ijaarah, untuk diambil susu atau bulunya ( domba) karena susu dan bulu termasuk materi. Jumhur ulama fikih juga tidak membolehkan air mani hewan ternak pejantan seperti sapi, kuda, kerbau dan kambing, karena air mani itu adalah
16
Hasyiyat al-Baijuri, juz 2 hal. 27-28
75
materi, yaitu untuk mendapatkan keseluruhan hewan tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah : “ Rasulullah SAW melarang penyewaan mani hewan pejantan.” (HR. Bukhari, Ahmad Nasai dan Abu Daud). Berbeda dengan Ibnu Qayyim al-Jauziyah (ahli fikih Mazhab Hanbali), dia mengatakan bahwa pendapat jumhur fikih tersebut tidak didukung oleh al-Quran, sunah, ijma dan kias (analogi). Menurutnya yang menjadi prinsip dalam masyarakat islam adalah, bahwa suatu materi yang berevolusi secara bertahap, hukumnya sama dengan manfaat, seperti buah pada pepohonan dan susu pada kambing. Ibnu qayyim menyamakan manfaat dengan materi dalam masalah “wakaf”. Menurutnya, manfaat pun boleh diwakafkan seperti mewakafkan manfaat rumah, untuk ditempati dalam masa tertentu dan mewakafkan hewan ternak untuk dimanfaakan susunya. Menurutnya tidak ada alasan yang melarang untuk menyewakan (ijaarah) suatu materi yang hadir secara evolusi, sedangkan dasarnya (alasannya) tetap, seperti susu kambing, dan rumah itu tetap seperti sedia kala dan tidak berkurang. 17
17
Hasan, M. Ali, Berbagai Transaksi Dalam Islam.PT Raja Grafindo Persada 2004. hal.227-229
76
4. Komparasi Antara Akad Ijarah Dan Al-Qard Pada Pembiayaan Talangan Biaya Perjalanan Haji a. Al-Ijarah Transaksi non bagi hasil yang berpola jual beli adalah transaksi berpola sewa atau ijarah. Ijarah biasa juga disebut sewa, jasa atau imbalan, adalah akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa. Ijarah adalah istilah dalam fikih islam dan berarti memberikan sesuatu untuk disewakan. Menurut sayyid sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan adanya pembayaran upah (ujrah), tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan (ownership atau milkiyah) atas barang itu sendiri 18 . Maksud dari pemanfaatan disini adalah manfaat yang barangnya masih tetap utuh (tidak habis) setelah dimanfaatkan. Jadi, tidak boleh menyewakan apel untuk dimakan atau lilin untuk dibakar. Sedangkan dana talangan haji jika menggunkan akad ijarah maka yang dimaksud adalah penyewaan jasa oleh bank, antara lain Bank BNI Syariah yang menggunakan akad ijarah pada pembiayaan talangan haji ini.dengan dana maksimal yang diberikan 80 % dari total memperoleh dana haji dan 1% untuk ujrah dan administrasi. 18
Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah juz 3 hal.74
77
b. Al-Qardh Perkembangan perbankan dan lembaga keuangan syariah bergerak dengan cepat, baik di panggung perekonomian nasional maupun internasional. Produk-produk inovatif bermunculan secara revolutif. Design-design kontrak multi-akad
menjadi tak terhindarkan, yang
terkadang membuat fatwa-fatwa syariah dan materi kompilasi hukum Islam di Indonesia menjadi ketinggalan. Para praktisi perbankan dan keuangan syariah serta pakar ekonomi Islam harus memahami dengan baik perkembangan mutakhir tentang inovasi produk perbankan dan lembaga keuangan syariah tersebut. Syariah Islam sebagai suatu hukum yang dibawa oleh rasul terakhir, haruslah menjadi rujukan utama dalam setiap produk dan praktek perbankan syariah. karena itu, penulis akan membahas pembiayaan qardh atau dana talangan menurut tinjauan fiqh muamalah. Menurut Hukum Syara’, para ahli fiqh mendefinisikan Qardh sebagai berikut : a. Menurut pengikut Madzhab Hanafi, Ibn Abidin mengatakan bahwa qardh adalah suatu pinjaman atas apa yang dimiliki satu orang lalu diberikan
kepada
yang
lain
kemudian
dikembalikan
dalam
kepunyaannya dalam baik hati. b. Menurut Madzhab Maliki, Qardh adalah Pembayaran dari sesuatu yang berharga untuk pembayaran kembali tidak berbeda atau setimpal.
78
c. Menurut Madzhab Hanbali, Qardh adalah pembayaran uang ke seseorang siapa yang akan memperoleh manfaat dengan itu dan kembalian sesuai dengan padanannya. d. Menurut Madzhab Syafi’i, Qardh adalah Memindahkan kepemilikan sesuatu kepada seseorang, disajikan ia perlu membayar kembali kepadanya.
Dilihat dari definisi diatas, maka pinjaman dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pinjaman seorang hamba untuk Tuhan-Nya dan pinjaman seorang muslim untuk saudaranya. Pinjaman seorang muslim untuk Tuhannya yaitu pinjaman yang diberikan untuk membantu saudaranya tanpa mengharap kembalinya barang tersebut karena sematamata untuk mengharapkan balasan di akhirat nanti. Hal ini mencakup infaq untuk berjihad, infaq untuk anak-anak yatim, infaq untuk orangorang jompo, dan infaq untuk orang-orang miskin. Sedangkan pinjaman seorang muslim untuk saudaranya adalah pinjaman yang sering kita lihat didalam kehidupan bermasyarakat, yang mana seseorang meminjam dari temannya karena didorong oleh adanya suatu kebutuhan dengan ketentuan mengganti/mengembalikan pinjaman tersebut. Secara umum, arti qardh serupa dengan arti jual beli, karena qordh adalah pengalihan hak milik harta atas harta. Qardh juga termasuk jenis salaf. Dalam literatul fiqh salaf as sholih qardh dikatagorikan dalam akad
79
tathowui` atau akad saling bantu membantu dan bukan transaksi komersial. Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan antara lain untuk pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan
pinjaman
haji.
Nasabah
akan
melunasinya
sebelum
keberangkatannya ke haji. Atas jasa bank memberikan dana talangan tersebut bank dapat memperoleh fee (ujrah). Contoh lain penggunaan skema qardh dalam perbankan syariah adalah pemberian dana talangan/pinjaman uang kepada nasabah premium yang memiliki deposito di bank tersebut guna mengatasi kesulitan likuiditas nasabah tersebut. Pinjaman uang tersebut dijamin dengan deposit yang dimiliki nasabah. Atas jasa peminjaman dana bank memperoleh fee (ujrah) yang besarnya tidak tergantung pada jumlah dana yang di pinjamkan. Dalam perbankan syariah, akad qardh biasanya diterapkan sebagai berikut : a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya yang membutukkan dana talangan segera untuk
masa
yang
relative
pendek.
Nasabah
tersebut
mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu.
akan
80
b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito. c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil, atau membantu sector social. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu qardhul hasan.
Sifat qardh tidak memberi keuntungan financial. Karena itu, pendanaan qardh dapat diambil menurut kategori berikut : a. Qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek, seperti talangan danda di atas, dapat diambilkan dari modal bank. b. Qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan social, dapat bersumber dari dana zakat, infaq, dan shadaqah, dan juga dari pendapatan bank yang dikategorikan seperti jasa nostro di bank koresponden yang konvensional, bunga atas jaminan L/C di bank asing, dan sebagainya.
Manfaat yang didapat oleh bank dari transaksi qardh adalah bahwa biaya andministrasi utang dibayar oleh nasabah. Manfaat lainnya berupa manfaat nonfinansial, yaitu kepercayaan dan loyalitas nasabah kepada
81
bank tersebut. Risiko dalam qardh terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.
Manfaat akad qardh terhitung sangat banyak sekali diantaranya :
1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek. 2. Qardhul hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda bank syariah dengan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersial. 3. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.19 Berdasarkan penjelasan di atas bahwa akad Al-Qardh pada pembiayaan talangan biaya perjalanan ibadah haji di perbolehkan, namun fee tidak boleh didasarkan dengan dengan besarnya jumlah talangan. Sedangkan pendapat penulis mengenai talangan haji dengan menggunakan akad ijarah adalah bagus untuk membantu nasabah atau calon jamaah haji yang ingin berhaji namun belum mempunyai biaya yang cukup maka dapat di talangi menggunakan akad ijarah tersebut. 19
http//Blog Mul Irawan, S.Ag, M.Ag
84
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul karim Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007 Abu Baker al-Husaini, Imam Taqiyuddin. Kifayatul Akhyar, Penerjemah Anas Thohir Syamsuddin, PT Bina ilmu Surabaya cet. Ke 2 Abdurahman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan ,Cet. Ke-5 Jakarta, Pradnya Paramita, 1982 Algaoud, Latifa M. dan Lewis, Mervyn K. Perbankan Syari'ah: Prinsip, Praktik, Prospek, terj. Burhan Wirasubrata, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003) Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Jakarta, Tazkia Institute dan BI Oktober 1999 Anshori, Abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta, Gajah Mada University Press Mei 2007 Arifin, Drs Zainul, MBA. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Pusataka Alvabet Jakarta 2006 , cet. Ke 4 Djamil, Fathuraman. Filsafat Hukum Islam (Jakarta PT lagos wacana ilmu 1999) cet ke. 1 Faisal Afifi, Strategi dan Operasional Bank (Bandung Eresco,1996 Hafidudin, DR K.H Didin M.Sc dan Tanjung , Henri. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Gema Insani Depok. Cet pertama 2008
85
Hasan, M. Ali, Berbagai Transaksi Dalam Islam.PT Raja Grafindo Persada 2004. hal.227-229 Idris , Drs H. A Fattah dan Ahmadi Drs H. Abu , Fikih Islam Lengkap, Rineka Citra cet ke 3 okt 2003 Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 2004, Cet. Ke-2, Edisi-2 Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, , 3 Agustus 2008 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta : UPPAMP YKPN, 2005 ) Moh Tjokam, Perkreditan Bisnis Inti Perbankan:Konsep Teknik dan Kasus (Jakarta : PT Gramedia pustaka utama 1999) edisi pertama
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam (Jakarta PT raja grafindo persada 2001), cet. Keenam Nazir, Habib. dan M Hasanudin, Ensiklopedi dan Bank Syariah, Bandung, Kaki Langit, 2004 Nogarsyah, Moede Gayo. Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003 Purwadarminto W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta, Bali Pustaka, 1987) cet X Sabiq, Sayid. Fiqih Sunnah, Jakarta, Al-Ma’arif, 1987, Jilid 12
86
Saleh, Sundarmi Burkan. Pedoman haji, umrah, dan ziarah, Senayan Abadi Publishing, Jakarta 2003 Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, Jakarta, Lentera Hati, tahun 2001, volume 14 Syahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata hukum perbankan Indonesia, Jakarta, PT. Pustaka Utama Grafiti tahun 1999 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990, ed 2 Zuhaili, Wahbah. Fiqih Muamalah Perbankan Syariah, Jakarta, PT. Bank Muamalat Indonesia, Juni, 1999 Cerita Haji, Data & Informasi, Kompas, 10 Juli 2009 http://www. Republika.com http://www.Samijaya Haji dan Umroh.com http ://www.wikipedia.com http//www.banksyariahmandiri.com Blog mulirawan S,Ag M,Ag http://www. Depag.go.id
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
: Suci Hanum L
Jabatan
: Staff Khusus Bidang Haji
Hari, Tanggal : Kamis, 2 September 2010 Waktu
: 10.00 WIB
Tempat
: Kantor BNI Syariah komplek ITC Dutamas Fatmawati Blok A1-2 dan Blok A1-3 Jl. R.S Fatmawati Jakarta Selatan
1. Bagaimana deskripsi pembiayaan talangan haji di Bank BNI Syariah? Jawab : Menurut saya, pembiayaan talangan haji ini bertujuan untuk mempermudah nasabah pemohon talangan biaya haji untuk menunaikan ibadah haji namun belum memiliki dana yang cukup untuk memperoleh kursi haji yang berkisar antara Rp 20.000.000-, sampai Rp 25.0000.000-,. Selain itu talangan haji bagi bank BNI syariah sebagai salah satu produk potensial yang sedang berkembang mengingat peminat orang yang ingin berhaji di Indonesia sangat tinggi sampai waiting list antara 3 sampai 5 tahun. Merupakan suatu hal yang sangat luar biasa.
2. Dalam pembiayaan talangan haji ini akad apa yang digunakan antara bank dan nasabah dan bagaimana penjelasannya?
Jawab : Dalam pembiayaan talangan haji ini akad yang digunakan antara bank dan nasabahnya menggunakan akad ijarah atau sewa. Yah dengan kata lain bank menyewakan kursi haji yang telah dibayarkan kepada departemen agama lalu nasabah melunasi biaya yang telah ditalangkan tadi ke pihak BNI Syariah dengan biaya dan mekanisme yang telah di sepakati di tambah uang administrasi dan ujroh.
3. Bagaimana usaha Bank BNI Syariah dalam mempromosikan produk biaya talangan haji? Jawab: Usaha bank BNI Syariah dalam mempromosikan produk talangan haji ini8 di akui memang belum maksimal, ya mungkin karena produk ini belum banyak yang meminta di talangi hajinya karena produk ini baru berkembang. Namun selama ini bank BNI Syariah juga mempromosikan produk ini dengan cara crosseling, promosi melalui karyawan frontliner, opentable dana atau presentasi pada instansi-instansi mungkin. Mungkin untuk promosi melalui media baik cetak maupun elektronik masih minim.
4. Sejak kapan Bank BNI Syariah mengeluarkan produk pembiayaan talangan haji? Jawab : Produk ini ada pada 2008
5. Berapa nominal maksimal dalam pemberian dana talangan haji di Bank BNI Syariah?apa standarisasi penetapan biaya bagi pemberian dana talangan haji? (dolar/rupiah/dinar)? Jawab : Nominal maksimal dalam talangan haji ini, ya berkisar pada 80 % dari
total
jumlah yang dibutuhkan untuk berangkat haji, sedangkan standarisasi pembiayaan ini menggunakan rupiah.
6. Bagaimana ketentuan nasabah dalam memperoleh kursi haji dari pembiayaan talangan haji ini? Jawab : Ketentuan nasabah dalam memperoleh kursi haji di atur oleh departemen agama. Sedangkan pihak bank BNI Syariah hanya pihak yang membayarkan dana sesuai dengan batas biaya memperoleh kursi haji. Selain itu juga pihak Bank BNI Syariah bekerjasama dengan pihak departemen agama juga kerjasama dengan kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH).
7. Bagaimana tanggapan Bank BNI Syariah dalam menanggapi nasabah yang tidak bisa melanjutkan pelunasan dana talangan hajinya? Jawab : Jika nasabah tidak bisa melanjutkan pembayaran dana talangan hajinya dpat diartikan pihak nasabah di anggap membatalkan kursi haji yang telah di dapat
melalui penalangan bank BNI Syariah, maka dalam prosedur pembalatalan kursi haji diatur oleh departemen agama akan dikenakan biaya pembatalan sebesar 1 % dari dana yang dipakai untuk memperoleh kursi haji tersebut. Namun tidak dikenakan biaya pembatalan dari pihak Bank BNI Syariah. Adapun prosedur pembatalan kursi haji pada departemen agama yaitu Calon haji mengajukan permohonan pembatalan kepada kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota disertai dokumen yang dipersyaratkan : Pertama, Pengajuan pembatalan dan penarikan BPIH dari yang bersangkutan bermaterai Rp 6.000,- (enam ribu rupiah) dan untuk jamaah yang wafat dari ahli waris. Kedua, Bukti BPIH lembar 1 (asli). Ketiga, Fotocofy KTP. Keempat Surat keterangan ahli waris dari Kelurahan di ketahui oleh Camat. Kelima Surat kuasa atas dana pengembalian BPIH bermaterai Rp 6.000,- (enam ribu rupiah). Keenam Surat keterangan kematian
8. Bagaimana mekanisme pemberian dana talangan haji serta syarat-syarat pengajuannya? Jawab : Berkaitan dengan mekanisme pembiayaan penalangan haji oleh PT. Bank BNI Syariah kepada nasabah dapat jelaskan sebagai berikut: Nasabah mengajukan pembiayaan talangan haji dengan akad al-ijarah, PT. Bank BNI Syariah menyediakan pembiayaan talangan haji kepada nasabah, Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dan PT. Bank BNI Syariah mengenai jumlah dana talangan dan masa cicilannya, maka akad pembiayaan talangan haji engan akad
al-ijarah ini ditandatangani yang diikuti dengan penyerahan jaminan oleh pihak nasabah sebagai bukti kepercayaan jika diperlukan. PT. Bank BNI Syariah menyerahkan penalangan dan haji kepada nasabah sesuai akad yang disepakati. Setelah periode penalangan berakhir, nasabah mengembalikan obyek (uang) kepada PT. Bank BNI Syariah dengan membayar administarasi yang telah disepakati sebelumnya. Setelah obyek (uang) tersebut diterima oleh pihak PT. Bank BNI Syariah, maka obyek (uang) tersebut disimpan kembali sebagai asset yang dapat diberikan kembali kepada pihak lain. Sedangkan syarat-syarat penerima talangan haji adalah sebagai berikut Memiliki tabungan BNI iB Haji, Menyerahkan fotocofy KTP dan kartu keluarga sesuai dengan domisili pemohon talangan haji pada wilayah bank BNI Syariah berada, Mengisi formulir yang telah disediakan yang meliputi Informasi permohonan pembiayaan dan Informasi pemohon serta Melampirkan data penghasilan atau slip gaji tergantung pada profesi yang dijalani. 9. Berapa jumlah minimal dan maksimal dana talangan haji ini? Dan jangka waktu pelunasannya? Jawab : Untuk dana maksimal ditetapkan 80% dari dana yang di butuhkan untuk mendapat kursi haji yang di setor ke departemen agama. Sedangkan 20% sisanya di bayar oleh nasabah.
10. Apa Manfaat lebih adanya Talangan Haji bagi Bank dan Nasabah? Jawab : Adapun manfaat lebih adanya talangan haji yaitu mempercepat usaha untuk mendapatkan porsi haji bagi nasabah yang tidak mempunyai uang saat itu untuk mendapatkan kursi haji, selanjutya membayar dengan cicilan sampai selesai atau lunas sebelum dia berangkat haji dengan kesepakatan antara nasabah dengan lembaga keuangan dalam hal ini bank BNI syariah. Karena jika belum mampu melunasi sebelum berangkat dia dianggapu melunasi sebelum berangkat dia dianggap belum wajib untuk menunaikan haji belum wajib untuk menunaikan haji. Begitulah sekiranya manfaat talangan haji ini. 11. Bagaimana Struktur Cost of Product Talangan Haji? Jawab : Biaya pada produk talangan haji yaitu terdiri dari dana talangan yang di sediakan bank BNI syariah, selanjutnya jangka waktu pelunasan, dana awal talangan, lalu selanjutnya ada dana awal yang di sediakan oleh nasabah, juga ada ujroh dan administrasi yang di bayarkan nasabah.selanjutnya terdapat pula dana awal dan pembatalan juga di bayarkan nasbah dan terakhir ada minimal setoran perbulan, yang memiliki waktu cicilan setoran antara satu sampai tiga tahun. 12. Selain fatwa DSN, apa landasan hukum atau peraturan mengenai dana talangan haji ini?
Jawab : Selain fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) yang menjadi acuan dalam pemberian dana talangan haji ada buku pedoman perusahaan (BPP) dan PBI.
Jakarta 2 September 2010 Narasumber
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH
ِﻢﺣِﻴﻤﻦِ ﺍﻟﺮﺣﻢِ ﺍﷲِ ﺍﻟﺮﺑِﺴ Dewan Syari'ah Nasional setelah: Menimbang
: a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH); b. bahwa lembaga keuangan syari'ah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya; c. bahwa agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syari’ah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang pengurusan dan pembiayaan haji oleh LKS untuk dijadikan pedoman.
Mengingat
: 1. Firman Allah, QS. al-Maidah [5]: 1:
ﺎﺎﻡِ ﺇِﻻﱠ ﻣﻌﺔﹸ ﺍﹾﻷَﻧﻤﻬِﻴ ﺑ ﻟﹶﻜﹸﻢﺩِ ﺃﹸﺣِﻠﱠﺖﻘﹸﻮﺍ ﺑِﺎﻟﹾﻌﻓﹸﻮﺍ ﺃﹶﻭﻮﻨ ﺁﻣﻦﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻬﺂ ﺃﹶﻳﻳ ﺪﺮِﻳﺎ ﻳ ﻣﻜﹸﻢﺤ ﺇِﻥﱠ ﺍﷲَ ﻳ،ﻡﺮ ﺣﻢﺘﺃﹶﻧﺪِ ﻭﻴﺤِﻠﱢﻰ ﺍﻟﺼ ﻣﺮ ﻏﹶﻴﻜﹸﻢﻠﹶﻴﻠﹶﻰ ﻋﺘﻳ (١ :)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ “Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” 2. Firman Allah, QS. al-Qashash [28]:26:
. ﺍﹾﻷَﻣِﲔ ﺍﻟﹾﻘﹶﻮِﻱﺕﺮﺄﹾﺟﺘﻦِ ﺍﺳ ﻣﺮﻴ ﺇِﻥﱠ ﺧﻩﺄﹾﺟِﺮﺘﺖِ ﺍﺳﺎﺃﹶﺑﺎ ﻳﻤﺍﻫﺪ ﺇِﺣﻗﹶﺎﻟﹶﺖ “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” 3. Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 282:
Dewan Syari'ah Nasional MUI
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS
2
...ﻩﻮﺒﻰ ﻓﹶﺎﻛﹾﺘﻤﺴﻞٍ ﻣﻦِ ﺇِﻟﹶﻰ ﺃﹶﺟﻳ ﺑِﺪﻢﺘﻨﺍﻳﺪﺍ ﺇِﺫﹶﺍ ﺗﻮﻨﻦ ﺁﻣ ﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻬﻳﺄﹶﻳ "Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis..." 4. Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 280:
…ٍﺓﺮﺴﻴﺓﹲ ﺇِﻟﹶﻰ ﻣﻈِﺮﺓٍ ﻓﹶﻨﺮﺴ ﻋﺇِﻥﹾ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﺫﹸﻭﻭ “Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan…” 5. Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS.al-Maidah [5]: 2:
ﻘﹸﻮﺍﺍﺗﺍﻥِ ﻭﻭﺪﺍﻟﹾﻌﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﺈِﺛﹾﻢِ ﻭﻮﺍ ﻋﻧﺎﻭﻌﻻﹶ ﺗﻯ ﻭﻘﹾﻮﺍﻟﺘ ﻭﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﺒِﺮﻮﺍ ﻋﻧﺎﻭﻌﺗﻭ .ِ ﺍﻟﹾﻌِﻘﹶﺎﺏﺪِﻳﺪ ﺷ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪﺍﻟﱠﻠﻪ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” 6. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
.ﻩﺮ ﺃﹶﺟﻪﻠِﻤﻌﺍ ﻓﹶﻠﹾﻴﺮ ﺃﹶﺟِﻴﺮﺄﹾﺟﺘﻦِ ﺍﺳﻣ “Barang siapa upahnya.”
mempekerjakan
pekerja,
beritahukanlah
7. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah:
ﻦ ِﺔﹰ ﻣﺑ ﻛﹸﺮﻪﻨ ﺍﷲُ ﻋﺝ ﻓﹶﺮ،ﺎﻴﻧﺏِ ﺍﻟﺪ ﻛﹸﺮﺔﹰ ﻣِﻦﺑﻠِﻢٍ ﻛﹸﺮﺴ ﻣﻦ ﻋﺝ ﻓﹶﺮﻦﻣ ِﻪﻥِ ﺃﹶﺧِﻴﻮ ﻋ ﻓِﻲﺪﺒ ﺍﻟﹾﻌﺍﻡﺎﺩﺪِ ﻣﺒﻥِ ﺍﻟﹾﻌﻮ ﻋﺍﷲُ ﻓِﻲ ﻭ،ِﺔﺎﻣﻡِ ﺍﻟﹾﻘِﻴﻮﺏِ ﻳﹸﻛﺮ .()ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” 8. Hadis Nabi s.a.w. riwayat Jama’ah:
… ﻇﹸﻠﹾﻢﻨِﻲﻄﹾﻞﹸ ﺍﻟﹾﻐﻣ “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman….” 9. Hadis Nabi s.a.w. riwayat al-Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad: Dewan Syariah Nasional MUI
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS
3
.ﻪﺘﺑﻘﹸﻮﻋ ﻭﻪﺿﺤِﻞﱡ ﻋِﺮﺍﺟِ ِﺪ ﻳ ﺍﻟﹾﻮﻟﹶﻲ “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga dirinya dan memberikan sanksi kepadanya.” 10. Hadis Nabi s.a.w. riwayat al-Bukhari:
. ًﺎﺀ ﻗﹶﻀﻜﹸﻢﻨﺴ ﺃﹶﺣﻛﹸﻢﺮﻴﺇِﻥﱠ ﺧ “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya.” 11. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:
ﺎﺍﻣﺮﻞﱠ ﺣ ﺃﹶﺣﻼﹶﻻﹰ ﺃﹶﻭ ﺣﻡﺮﺎ ﺣﻠﹾﺤ ﺇِﻻﱠ ﺻﻠِﻤِﲔﺴ ﺍﻟﹾﻤﻦﻴ ﺑﺎﺋِﺰ ﺟﻠﹾﺢﺍﹶﻟﺼ .ﺎﺍﻣﺮﻞﱠ ﺣ ﺃﹶﺣﻼﹶﻻﹰ ﺃﹶﻭ ﺣﻡﺮﻃﹰﺎ ﺣﺮ ﺇِﻻﱠ ﺷﻭﻃِﻬِﻢﺮﻠﹶﻰ ﺷﻮﻥﹶ ﻋﻠِﻤﺴﺍﻟﹾﻤﻭ “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” 12. Kaidah Fiqh:
.ﺎﻤِﻬﺮِﻳﺤﻠﹶﻰ ﺗﻞﹲ ﻋﻟِﻴﻝﱠ ﺩﺪﺔﹸ ﺇِﻻﱠ ﺃﹶﻥﹾ ﻳﺎﺣﻼﹶﺕِ ﺍﹾﻹِﺑﺎﻣﻌﻞﹸ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﻤﺍﹶﻷَﺻ “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
ﺮﺴِﻴﻴ ﺍﻟﺘﻠِﺐﺠﻘﱠﺔﹸ ﺗﺸﺍﹶﻟﹾﻤ “Kesulitan dapat menarik kemudahan.”
ِﺓﺭﻭﺮﺰِﻟﹶﺔﹶ ﺍﻟﻀﻨﺰِﻝﹸ ﻣﻨ ﺗﺔﹸ ﻗﹶﺪﺎﺟﺍﹶﻟﹾﺤ “Keperluan dapat menduduki posisi darurat.” Memperhatikan
: 1. Permohonan fatwa dari berbagai LKS, baik tertulis maupun lisan, tentang pembiayaan dana talangan haji. 2. Pendapat peserta rapat pleno DSN pada hari Rabu, 26 Juni 2002 M./ 15 Rabi’ul Akhir 1423 H. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: FATWA PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LKS
Pertama
: Ketentuan Umum 1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000.
Dewan Syariah Nasional MUI
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS
4
2. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip alQardh sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001. 3. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji. 4. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah. Kedua
: Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 15 Rabi’ul Akhir 1423 H 26 Juni 2002 M DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua,
Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh
Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
Dewan Syariah Nasional MUI