JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
Analisis Human Development Index Indonesia (Investasi Pendidikan Sebagai Daya Saing Bangsa) Lisa Rokhmani *)
Abstract Education is central position in development because its target is increasing of human resources quality, so that education is middle rule from all development sectors. To increase human resources quality is needed education because education is activities which increase change quality of human resources, and human is Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia diperlukan pendidikan karena pendidikan merupakan kegiatan yang meningkatkan berubahnya kwalitas sumberdaya manusia, dan manusia merupakan one of development main capital. Development always make effect and development is process and to measure it use indicator. It are economic indicator and non-economic indicator Human Development Index (HDI) is one of indicator in development which can be used to analyze comparative of social-economic development status in nation and describe human development in a nation. Actually there are two basic problems in our education. Those are: (a) How do all citizen have education opportunity? (b) How do education provide student with work skill in society life?. To solve education problem, Departemen Pendidikan Nasional make RENSTRA DEPDIKNAS 2005-2009 consist: (1) Extension and Education Access Generalization; (2) Upgrade, Relevancy, and Education Competitiveness; (3) Support Sets, Accountabilities, and Education Public Image. Human Development Index (HDI) of Indonesian in 2005 is 107 grade in world. Besides that in 2006 is 109 grade world and in 2007 is 107 grade world. Based on Human Capital theory say education is human resources investment which give advantage monetary or non-monetary. Keywords: Human Development Index, Education Investment PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia, oleh sebab itu pendidikan juga merupakan alur tengah dari seluruh sektor pembangunan. Pembangunan dalam keterkaitannya dengan pengembangan sumberdaya manusia yang berarti bahwa pembangunan adalah tidak semata-mata pembangunan Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
material dan fisik tetapi yang pembangunan spiritual yaitu pembangunan manusia yang menjadi tugas utama pendidikan. Keberhasilan pembangunan dapat tercermin dari sisi ekonomi atau material dan juga sisi spiritual yang terlihat bahwa esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal pada sisi manusianya, dengan demikian yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusia. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia diperlukan 13
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
pendidikan karena pendidikan merupakan kegiatan yang meningkatkan berubahnya kwalitas sumberdaya manusia, dan manusia merupakan salah satu modal utama pembangunan. Jadi pendidikan mengarah kedalam diri manusia sehingga menghasilkan sumberdaya tenaga atau modal yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan, dengan demikian pendidikan dan pembangunan mempunyai keterkaitan yang saling menunjang. Manusia sebagai modal pembangunan tidak lepas dari pendidikan sehingga pendidikan adalah merupakan salah satu tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan dan jika pembangunan dipandang sebagai sistem makro maka pendidikan merupakan sebuah komponen pembangunan dan dapat mencerminkan keberhasilan pembangunan suatu bangsa sehingga investasi pendidikan diperlukan. Pembangunan selalu menimbulkan pengaruh atau dampak dan pembangunan merupakan suatu proses dan untuk mengukurnya diperlukan indikator sebagai tolak ukur terjadinya pembangunan baik indikator ekonomi maupun indikator non-ekonomi (indikator sosial). Human Development Index (HDI) adalah merupakan salah satu indikator dalam pembangunan yang dapat digunakan untuk menganalisis perbandingan status pembangunan sosial ekonomi suatu negara dan sekaligus menggambarkan pembangunan manusia di suatu negara. Dengan informasi angka dan peringkat HDI (Human Development Index) dapat diperoleh gambaran keadaan kesejahteraan masyarakat yang diukur dari umur panjang masyarakat di suatu negara dengan mengukur kesehatan dan nutrisi, pendidikan yang diukur dengan tingkat
14
melek huruf, serta standar hidup yang diukur dengan GDP per kapita. Human Development Index (HDI) dapat mencerminkan bagaimana posisi sebuah negara dengan negara lain dalam tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu pembangunan manusianya termasuk di dalamnya pembangunan di bidang pendidikan sehingga analisis HDI (Human Development Index) dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pembangunan. Tahun 2005, HDI Indonesia berada di peringkat 107 dunia. Tahun 2006, Indonesia berada di peringkat 109 dunia. Tahun 2007/2008, peringkat Indonesia kembali ke 107. Dari penjelasan dan uraian tersebut diatas maka kami menganggap diperlukan analisis HDI (Human Development Index) Indonesia: Investasi Pendidikan Sebagai Daya Saing Bangsa. 1.2. Tujuan Pembahasan Dalam makalah ini ada beberapa hal yang akan kami bahas yaitu: 1. Pendidikan dan Pembangunan 2. Permasalahan Pendidikan 3. Indikator-indikator Pembangunan 4. HDI Merupakan Salah Satu Indikator Pembangunan 5. Pendidikan dan Investasi Pembangunan PEMBAHASAN 2.1 Pendidikan dan Pembangunan Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia, oleh sebab itu pendidikan juga merupakan alur tengah dari seluruh sektor pembangunan. Pembangunan dalam keterkaitannya dengan pengembangan sumberdaya manusia yang berarti bahwa pembangunan Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
adalah tidak semata-mata pembangunan material dan fisik tetapi yang pembangunan spiritual yaitu pembangunan manusia yang menjadi tugas utama pendidikan. Keberhasilan pembangunan dapat tercermin dari sisi ekonomi atau material dan juga sisi sepiritual yang terlihat bahwa esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal pada sisi manuaianya dengan demikian yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah manusianya yaitu dapat dipenuhinya hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah sebaga makhluq individu, makhluq sosial, dan makhluq religius yang dapat meningkatkan martabatnya. Disini terlihat, bahwa esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya. Pembangunan berorientasi pada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Mengapa pembangunan yang demikian dikatakan bertumpu pada dan bertolak dari manusia. Karena hanya pembangunan yang terarah kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia yang dapat meningkatkan martabatnya sebagai manusia. Peningkatan martabat manusia selaku manusia yang menjadi tujuan final dari pembangunan. Tegasnya pembangunan apapun jika berakibat mengurangi nilai manusiawi berarti keluar dari esensinya. Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Maka dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus juga sebagai “subjek” pembangunan. Sebagai obyek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekat hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut pendidikan. Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segala kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam, maupun lingkungan sosial/spiritual. Perekayasaan terhadap lingkungan ini lazim disebut pembangunan. Jadi pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedang pembangunan mengarah ke luar yaitu ke lingkungan sekitar manusia. Jika pendidikan dan pembangunan dilihat sebagai suatu garis proses, maka keduanya merupakan suatu garis yang terletak kontinyu yang saling mengisi. Proses pendidikan pada satu garis menempatkan manusia sebagai titik awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk pembangunan, yaitu pembangunan yang dapat memenuhi hajat hidup manusia luas serta mengangkat martabat manusia sebagai makhluk. Bahwa hasil pendidikan itu menunjang pembangunan, juga dapat dilihat korelasinya dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi peserta didik yang mengalami pendidikan. 2.2 Permasalahan pendidikan 2.2.1 Gambaran Umum Permasalahan Pendidikan Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangantantangan baru, yang sebagiannya sering
15
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
tidak diramalkan sebelumnya. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru, yang sebagiannya sering tidak diramalkan sebelumnya. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertama karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak dapat terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia. Oleh karena itu, perlu ada rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai sub sistem tersebut di mana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan interen sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahn interen dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen, dan melibatkan banyak pihak. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yaitu: a. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
16
b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat. Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah masalah mutu, relevansi, dan juga efisiensi pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional menuangkan ke dalam RENSTRA DEPDIKNAS 2005-2009 yang berisi: 1. Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan 2. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan 3. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik Pendidikan. 2.2.2 Permasalahan Pendidikan Dikaji dari Sudut Jumlah Buta Huruf di Indonesia Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Angka Melek Huruf dapat digunakan untuk: • mengukur keberhasilan programprogram pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. • menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. • menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
Berikut data Angka Melek Huruf dari Susenas 2002, 2003, dan 2004 Tabel. Persentase Penduduk Berusia 10 tahun ke Atas Menurut Kepandaian Membaca dan Menulis, 2002-2004 Tahun Huruf Huruf Buta Jumlah Latin Lainnya Huruf 2002 89,8 0,9 9,3 100,0 2003 90,1 0,9 9,1 100,0 2004 90,5 0,9 8,5 100,0
pengentasan masyarakat dari buta huruf Indonesia. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) 2007, jumlah persentase angka putus sekolah atau mengulang sekitar 16,5 persen pada anak usai 13-15 tahun. Artinya angka putus sekolah di Indonesia untuk tingkat sekolah dasar dan madrasyah ibtidaiyah sebanyak 684.967 anak. Tahun 2006 jumlahnya lebih banyak, 702.066 siswa.
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2002, 2003, 2004
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2002 jumlah penduduk lakilaki dan perempuan di perkotaan dan pedesaan di Indonesia yang melek huruf adalah lebih dari 90 persen (Melek huruf adalah mereka yang bisa membaca menulis huruf latin dan huruf lainnya). Sebaliknya, Angka Buta Huruf menunjukkan ketertinggalan sekelompok penduduk tertentu dalam mencapai pendidikan. Angka Buta Huruf ini juga merupakan cerminan besar kecilnya perhatian pemerintah, baik pusat maupun lokal terhadap pendidikan penduduknya. Berdasarkan data BPS, Indonesia sendiri, sampai tahun 2004 menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang masuk kategori buta huruf usia 15 tahun ke atas masih sekitar 15,4 juta orang lebih, di mana 81,26 persen tersebar di sembilan provinsi, yaitu Jawa Timur (29,32 persen), Jawa Tengah (21,39 persen), Jawa Barat (10,66 persen), Sulawesi Selatan (6,07 persen), Nusa Tenggara Barat (4,29 persen), Nusa Tenggara Timur (2,51 persen), Papua (2,49 persen), Banten (2,41 persen), dan Kalimantan Barat (2,13 persen). Walaupun pada tahun 2006 data jumlah masyarakat Indonesia yang buta huruf mengalami penurunan, yaitu menjadi sekitar 12,88 juta atau 8,07 persen dari 218,7 juta penduduk, angka ini belum bisa dijadikan parameter tingkat keberhasilan Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
2.3. Indikator-indikator Pembangunan Pembangunan selalu menimbulkan dampak baik positif maupun negatif. Oleh karena itu diperlukan indikator sebagai tolak ukur terjadinya pembangunan. Indikator-indikator kunci pembangunan secara garis besar pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi: (1) indikator ekonomi (2) indikator sosial. Yang termasuk indikator ekonomi adalah: a. GNP per kapita b. Laju pertumbuhan ekonomi c. GDP perkapita dengan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP). Sedangkan yang termasuk indikator sosial adalah: a. HDI (Human Development Index) b. PQLI (Physical Quality Life Index) atau Indeks Mutu Hidup. 2.4 HDI Merupakan Salah Satu Indikator Pembangunan The United Nations Development Program (UNDP) mendefinisikan pembangunan manusia sebagai sebuah proses memperluas pilihan masyarakat. Yang paling penting adalah pilihan untuk berumur panjang dan sehat, mendapat pendidikan yang cukup, dan menikmati standar kehidupan yang layak. The United Nations Development Program (UNDP )
17
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
menyusun ukuran alternatif tingkat kesejahteraan dengan HDI (Human Development Index). Human Development Index (HDI) diukur dari beberapa aspek, yaitu: 1. Life expectancy at birth (harapan hidup saat lahir) aspek ini digunakan sebagai tolok ukur kualitas kesehatan. 2. Adult litteracy rate (angka melek huruf orang dewasa) aspek ini sebagai tolok ukur pemerataan pendidikan 3. Combined gross enrollment ratio for primary, secondary, and tertiary education aspek ini untuk mengukur keterjangkauan masyarakat terhadap pendidikan 4. GDP per capita (Gross Domestic Product per capita) aspek ini jelas mengukur tentang taraf ekonomi masyarakat. Human Development Index (HDI) meringkas tiga variabel kesejahteraan dan meringkasnya dalam sebuah index dan variabel-variabel tersebut adalah: 1) Umur panjang (longevity), sebagai pengukur kesehatan dan nutrisi. Umur panjang diukur dengan rata-rata harapan hidup (dalam tahun) dari tingkat kelahiran, dihitung dengan mengasumsikan bahwa seorang bayi lahir dalam satu tahun tertentu akan mengalami tingkat kematian ketika dari tiap kelompok umur. 2) Pendidikan. Terdiri dari rata-rata terbobot antara (a) tingkat melek huruf dari kaum dewasa dalam persentase (bobot 2/3). (b) tahun-tahun utama dari masa sekolah seseorang sepanjang 25 tahun dari umurnya (bobot 1/3). 3) Standar Hidup. Indikator standar kehidupan adalah GDP per kapita riil dalam dolar PPP (Purchasing Power 18
Parity), dengan tanpa diskon sampai suatu tingkat kemiskinan global dengan dasar kebutuhan pendapatan yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat nutrisi minimal, dan diskon yang meningkat dengan progresif dengan meningkatnya pendapatan, merefleksikan utilitas marjinal yang semakin menurun dari pendapatan. 2.5 HDI Indonesia Human Development Index (HDI) dapat mencerminkan bagaimana posisi sebuah negara dengan negara lain dalam tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu pembangunan manusianya termasuk di dalamnya pembangunan di bidang pendidikan sehingga analisis HDI (Human Development Index) dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pembangunan. Human Development Index (HDI) diukur dari beberapa aspek, yaitu: • Life expectancy at birth (harapan hidup saat lahir) aspek ini digunakan sebagai tolok ukur kualitas kesehatan. • Adult litteracy rate (angka melek huruf orang dewasa) aspek ini sebagai tolok ukur pemerataan pendidikan • Combined gross enrollment ratio for primary, secondary, and tertiary education aspek ini untuk mengukur keterjangkauan masyarakat terhadap pendidikan • GDP per capita (Gross Domestic Product per capita) aspek ini jelas mengukur tentang taraf ekonomi masyarakat. Human Development Index (HDI) untuk Indonesia pada tahun 2005 berada pada peringkat 107 dunia. Sedangkan pada tahun 2006 berada pada peringkat 109 dan Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
pada tahun 2007 kembali lagi ke peringkat 107 dunia. Tahun 2005, HDI Indonesia berada di peringkat 107 dunia, di bawah Vietnam (105) dan Palestina (106). Pada tahun tersebut, harapan hidup manusia Indonesia adalah 69,7 tahun. Selain itu, di tahun yang sama 90,4% penduduknya yang berusia di atas 15 tahun sudah melek huruf. Dibandingkan Malaysia yang duduk di peringkat 63, angka melek huruf Indonesia cukup membanggakan karena di tahun 2005 baru 88,7% penduduk Malaysia yang melek huruf. Untuk aspek ketiga,
pencapaiannya baru 68,2% dengan GDP per capita 3.843 USD. Tahun 2006, Indonesia berada di peringkat 109 dunia. Palestina berada di peringkat 106, Gabon di 107, dan Turkmenistan di peringkat 108. Angka melek huruf di Malaysia pun sudah menandingi Indonesia, 91,5% sementara Indonesia 91,0%. Di tahun 2006, harapan hidup manusia Indonesia 70,1 tahun. Angka HDI Indonesia tahun 2006 seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel: Indonesia's human development index 2006 and underlying indicators in comparison with selected countries.
HDI value 2006
Combined primary, Adult literacy Life expectancy secondary and rate at birth tertiary gross (% ages 15 and (years) enrolment above) 2006 ratio 2006 (%) 2006
GDP per capita (PPP US$) 2006
1. Iceland (0.968) 1. Japan (82.4)
1. Georgia (100.0)
1. Australia (114.2)
1. Luxembourg (77,089)
107. Gabon (0.729)
99. Morocco (70.7)
60. Malaysia (91.5)
114. Sri Lanka (68.7)
119. Congo (3,550)
108. Turkmenistan (0.728)
100. Iran (Islamic 115. Oman 61. Malta (91.4) Republic of) (68.7) (70.5)
120. Vanuatu (3,481)
109. Indonesia (0.726)
101. Indonesia (70.1)
62. Indonesia (91.0)
116. Indonesia (68.2)
121. Indonesia (3,455)
110. Guyana (0.725)
102. Guatemala (70.0)
63. Sri Lanka (90.8)
117. Albania (67.8)
122. Philippines (3,153)
111. Bolivia (0.723)
103. Thailand (70.0)
64. Viet Nam (90.3)
118. Guatemala 123. Mongolia (67.6) (2,887)
179. Sierra Leone 179. Swaziland (0.329) (40.2)
179. Djibouti 147. Mali (22.9) (25.5)
Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
178. Congo (Democratic Republic of the) (281)
19
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
2.7 Pendidikan dan Investasi Pembangunan Pendidikan adalah merupakan investasi pembangunan. Untuk itu Pemerintah Indonesia telah melakaukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, melalui berbagai kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk kebijakan tentang wajib belajar, peningkatan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD, dan kebijakan lain yang hal tersebut merupakan merupakan cerminan kesadaran pemerintah tentang pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang. Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu fungsi pendidikan adalah fungsi teknisekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknisekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif. Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Para penganut teori Human Capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi 20
kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of Illionis, 1982, h.121). Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Menurut Prof. Dr. Made Pidarta bahwa dalam dunia pendidikan, bisa dikaitkan antara fungsi produksi ekonomi dengan dunia pendidikan yang bersumber dari pendapat Thomas. Untuk menghitung harga input dan output fungsi produksi ekonomi digunakan dua rumus yaitu: 1. analisis nilai sekarang (present value analysis) dengan rumus: a. untuk input: X1 Vo ( X ) = ∑ (1 + i ) t b. untuk output:
Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
Y1 (1 + i ) t Sehingga suatu investasi dalam pendidikan akan bermanfaat bila: Vo (Y ) − V0 ( X ) > 0 t= lama waktu dalam tahun i= besar bunga uang dalam setahun X=biaya pendidikan Y=penghasilan Vo (Y ) = ∑
2. Analisis nilai yang akan datang (future value analysis) digunakan bila yang diketahui penghasilan sekarang untuk dihargakan pada sekian tahun mendatang atau t tahun. Rumusnya adalah: P1 = P0 (1 + i ) t P1 = harga pada t tahun mendatang P0 = harga sekarang i = bunga uang tiap-tiap tahun t = lama waktu yang diperhitungkan Untuk menghitung dengan cara di atas, ada beberapa kendala karena fungsi produksi ekonomi dalam pendidikan sulit untuk diaplikasikan karena dimungkinkan ada beberapa kendala karena tidak ada jaminan segera bekerjanya peserta didik setelah lulus.
PENUTUP Dari pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia. 2. Permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan luas sehingga penanganan masalah pendidikan menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak. 3. Human Development Index (HDI) adalah merupakan salah satu indikator Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]
4.
5.
6.
7.
dalam pembangunan yang dapat digunakan untuk menganalisis perbandingan status pembangunan sosial ekonomi suatu negara dan sekaligus menggambarkan pembangunan manusia di suatu negara. Dengan informasi angka dan peringkat HDI (Human Development Index) dapat diperoleh gambaran keadaan kesejahteraan masyarakat yang diukur dari umur panjang masyarakat di suatu negara dengan mengukur kesehatan dan nutrisi, pendidikan yang diukur dengan tingkat melek huruf, serta standar hidup yang diukur dengan GDP per kapita. Human Development Index (HDI) dapat mencerminkan bagaimana posisi sebuah negara dengan negara lain dalam tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu pembangunan manusianya termasuk di dalamnya pembangunan di bidang pendidikan. Human Development Index (HDI) untuk Indonesia pada tahun 2005 berada pada peringkat 107 dunia. Sedangkan pada tahun 2006 berada pada peringkat 109 dan pada tahun 2007 kembali lagi ke peringkat 107 dunia. Menurut teori Human Capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter.
21
JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu H dan Uhbiyanti Nur. 2001. Ilmu Pendidikan. Semarang: PT. Rineka Cipta Andi Sutisno. 2007. Buta Huruf dan "Buta" Membaca. Kompas Jawa Barat BPS: Badan Pusat Statistik. 2009. Angka Melek Huruf. http://www.bps.go.id/. Hakim
Abdul A. 2002. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: EKONISIA
Imron Ali. 2008. Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta Bumi Aksara. Mudrajad
Kuncoro. 2002. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Nurkolis.
Artikel. 2002. Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang. Pendidikan Network.
Pidarta
Made. 2001. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
UNDP. United National Development Program 2008. http://www.undp.org/.
22
Alamat korespondensi: Lisa Rokhmani: Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi_UM Email:
[email protected]