AKUATIKAnalisis Hasil Tangkapan Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) Di AKUATIKJurnal Efektifitas Sumberdaya Perairan ISSN 1978 - 1652 Muara Tebo Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Volume 9. Nomor. 2. Tahun 2015
ANALISIS HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (PORTUNUS PELAGICUS) MENGGUNAKAN BUBU LIPAT DI MUARA TEBO NELAYAN 1 KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Oleh : Amriansyah1), Umroh2), Kurniawan2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FPPb Universitas Bangka Belitung,
[email protected] 2) Staff Pengajar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FPPB Universitas Bangka Belitung.
Abstract Bait is one way to improve the efficiency of a catching pot but however the success of bait was unknown. This research is an experiment using a different baits, namely the entrails of fish dasyatis, salted sardinella and fresh sardinella that are wrapped by a net. The purpose of this research are to find comparisons of the efficiency of the catching pot by using a different baits and to know the composition of the catching pot in Estuary Tebo Nelayan 1 District Sungailiat Bangka. A method of the collecting of sample catching swimming crab (Portunus pelagicus) by using pot. The highest catches of the fish in the research are using salted sardinella as much as 173, followed by using entrails of dasyatis 96 and the lowest catches of the fish in the research are using fresh sardinella that are wrapped by a net as much as 72. From the research, there are two types of fish or spesies that are caught by using pot in Estuary Tebo, which are swimming crab (Portunus pelagicus) as the highest spesies that are caught in the research as much as 341 and the second spesies are mangrove crabs (Scylla Serrata) of as much as 11. Keywords : Bait, a catch, pot, swimming crab
PENDAHULUAN Kabupaten Bangka merupakan salah satu pusat kegiatan perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jenis hasil tangkapan yakni tenggiri, tongkol, layang, kembung, selar, tembang, kakap, kerapu, bawal hitam, bawal putih, kurisi, ekor kuning, udang windu, udang putih dan rajungan. Kecamatan Sungailiat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bangka yang terletak antara 1o 3’-3o 7’ LS dan antara 105o 45-107o BT dengan luas 146,380 Km2 atau 4,96 persen dari Kabupaten Bangka. Salah satu hasil tangkapan yang ada di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka adalah rajungan. Produksi penangkapan rajungan di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara pada pada tahun 2013 mencapai 71.551 kg (PPN Sungailiat, 2013). Rajungan merupakan salah satu komoditi perairan yang mempunyai nilai jual tinggi yang sampai saat ini produksinya sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan. Salah satu potensi hasil tangkapan rajungan di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka yakni di Muara Tebo Nelayan 1 Sungailiat. Nelayan di Muara Tebo dalam kegiatan penangkapan menggunakan sarana transportasi berupa perahu getek yang mengunakan dayung dan dengan berjalan kaki. Masyarakat dan nelayan setempat melakukan penangkapan rajungan menggunakan berbagai macam alat tangkap. Alat tangkap yang
Volume 9. Nomor. 2. Tahun 2015
sering digunakan antara lain jaring, rakang dan bubu (BPS Kabupaten Bangka, 2013). Penangkapan rajungan dengan menggunakan bubu lipat telah dilakukan oleh nelayan di Muara Tebo, akan tetapi jenis umpan yang efektif dalam penangkapan rajungan belum diketahui oleh nelayan sekitar, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui umpan yang efektif. Penggunaan perut ikan pari, ikan tamban asin dan ikan tamban segar yang dibungkus waring yang sering dugunakan sebagai umpan dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh nelayan untuk menangkap rajungan. Selain kelimpahannya cukup banyak, jenis umpan ini juga memiliki harga yang relatif lebih murah, sehingga dapat mengurangi biaya umpan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektifitas hasil tangkapan bubu lipat dengan menggunakan umpan yang berbeda.dan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan bubu lipat di Muara Tebo Nelayan 1 Sungailiat. Manfaat dari penelitian ada dua (2) yakni bagi masyarakat yaitu untuk memberikan informasi bagi para nelayan agar mengetahui cara penangkapan rajungan dengan menggunakan alat tangkap bubu lipat dengan pemberian umpan yang tepat. Sedangkan bagi pemerintah untuk memberikan informasi pada instansi terkait terhadap komposisi hasil tangkapan bubu lipat di Muara Tebo Kecamatan Sugailiat Kabupaten Bangka.
HALAMAN- 1
AKUATIK- Analisis Efektifitas Hasil Tangkapan Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) Di Muara Tebo Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka
METODE PENELITIAN
dimasukkan ke dalam ember yang telah diberi tanda untuk masing-masing perlakuan (Adlina et al., 2014).
Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada Februari 2015 di perairan Muara Tebo Nelayan 1 Sungailiat. 50 meter
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubu lipat dan sampan kecil. Bubu lipat digunakan untuk menangkap rajungan berbentuk persegi panjang dengan panjang 52 cm, lebar 35 cm dan tinggi 20 cm. Rangka bubu terbuat dari besi massif atau behel berdiameter 0,8 cm dan badan bubu terbuat dari jaring PE (Polyelester) multifilament berwarna hijau dengan ukusran mata jaring 2,5 cm. Sampan kecil berfungsi untuk melakukan setting dan hauling. Ukuran sampan yang digunakan yakni panjang 4 m, lebar 90 cm dan tinggi 60 cm. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu umpan berupa perut ikan pari, ikan tamban asin dan ikan tamban segar yang dibungkus waring. Metode Pengambilan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental fishing. Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artifisial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti (Natsir, 2003). Penelitian ini menggunakan bubu lipat yang dioperasikan dengan perlakuan 3 umpan berbeda. Lokasi pengambilan sampel rajungan (Portunus pelagicus) dilakukan di Muara Tebo Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka. Pengambilan sampel dilakukan di 3 titik koordinat yaitu : 1. Perlakuan A : Umpan Perut Ikan Pari dengan titik koordinat 1°50'25.74"S dan 106° 7'24.96"E. 2. Perlakuan B : Umpan Ikan Tamban Asin dengan titik koordinat 1°50'27.81"S dan 106° 7'26.46"E. 3. Perlakuan C : Umpan Ikan Tamban Segar yang dibungkus waring dengan titik koordinat 1°50'30.17"S dan 106° 7'28.12"E. Pengoperasian bubu lipat menggunakan 30 unit bubu untuk 3 perlakuan. Masing-masing perlakuan menggunakan 10 unit bubu. Banyaknya bubu dalam setiap perlakuan dinyatakan sebagai banyaknya ulangan yaitu 10 ulangan pada setiap perlakuan. (Gambar 1). Teknik pengoperasian bubu dilakukan dengan sistem tunggal untuk masing-masing perlakuan. Pengangkatan bubu dilakukan setelah perendaman selama 2 jam pada pukul (08.00-10.00). Hasil tangkapan bubu dihitung jumlahnya, ditimbang, diukur panjang serta lebar karapasnya dan mengamati jenis kelaminnya. Hal tersebut diulangi setiap pengangkatan bubu dilakukan. Pengangkatan bubu dimulai dengan pengangkatan pelampung tanda bubu, selanjutnya hasil tangkapan yang diperoleh disortir berdasarkan masing-masing perlakuan dan
Volume 9. Nomor. 2. Tahun 2015
8 meter
Bubu
Gambar 1. Skema Peletakan Bubu
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh selama kegiatan penelitian yaitu hasil tangkapan dengan bubu lipat, sedangkan data sekunder sebagai data penunjang yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengukuran Parameter Fisika Kimia 1. Suhu Suhu perairan diukur menggunakan termometer batang yang dimasukkan ke dalam perairan selama kurang lebih 2 menit, kemudian dilakukan pembacaan nilai suhu pada saat termometer di dalam air agar nilai suhu yang terukur tidak dipengaruhi oleh suhu udara (Hutagalung et al., 1997). 2. Arus Alat yang digunakan dalam pengukuran arus adalah layang-layang arus dan stopwatch. Layanglayang arus yang telah diberi tali dengan panjang tertentu dihanyutkan dan stopwatch dihidupkan secara bersamaan, setelah panjang tali menegang dan bola duga yang terdapat pada layang-layang arus berhenti, stopwatch dimatikan. Kecepatan arus dapat dihitung dengan cara membagi panjang tali dengan lama waktu yang terukur (Hutagalung et al., 1997). 3. Salinitas Salinitas diukur dengan menggunakan alat hand refraktometer, yaitu dengan cara dikalibrasi dulu dengan aquades sebelum air diteteskan, kemudian meneteskan sampel air pada alat tersebut, lalu dilakukan pembacaan skala yang terdapat pada alat teropong yang dilengkapi kaca pembesar didalamnya (Hutagalung et al., 1997). 4. Derajat Keasaman (Potensial Hidrogen/pH) Dilakukan mengukur derajat keasaman perairan menggunakan kertas pH (pH universal). Caranya dengan mencelupkan kertas pH ke dalam perairan dan mencocokkan dengan nilai pH yang tertera pada skala kertas pH (Hutagalung et al., 1997). 5. Kedalaman HALAMAN- 2
AKUATIK- Analisis Efektifitas Hasil Tangkapan Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) Di Muara Tebo Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka
Kedalaman air diukur dengan menggunakan tongkat berskala. Tongkat berskala ini dimasukkan kedalam air secara tegak lurus sampai kedasar perairan, kemudian dilihat angka pada tongkat ini yang menunjukkan tinggi muka air (Hutagalung et al., 1997). Analisis Data Analisis yang digunakan atas data hasil tangkapan yang diperoleh adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisis yang mempelajari alat, teknik, atau prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan. Data yang diperoleh dari hasil tangkapan dibuat dalam bentuk tabel dan grafik yang memberi gambaran terhadap hasil penelitian.
Tabel 2. Total Hasil Tangkapan Rajungan Selama Penelitian Perlakuan Trip (ulangan) A B C 1
11
19
9
2
10
16
9
3
7
14
5
4
13
20
6
5
10
21
8
6
8
16
7
7
9
14
7
8
12
23
9
9
8
14
6
10
8
16
6
Total (ekor)
96
173
72
Rata-rata
10
17
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Jumlah Hasil Tangkapan Bubu Lipat Hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap bubu lipat pada saat penelitian diperoleh 2 spesies. Spesies tersebut adalah rajungan (Portunus pelagicus) sebanyak 341 ekor dengan berat 57 kg dan kepiting bakau (Scylla serrata) sebanyak 11 ekor dengan berat 2,1 kg. Spesies yang paling banyak didapatkan pada setiap perlakuan adalah rajungan (Portunus pelagicus). Tabel 1. Total Hasil Tangkapan pada Keseluruhan Perlakuan Rajungan (Portunus pelagicus)
Kepiting Bakau (Scylla serrata)
A
96
3
B
173
6
Perlakuan
2.
C
72
2
Total (ekor)
341
11
Berat (kg)
57
2,1
Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Dari 3 (Tiga) Jenis Umpan Pengoperasian bubu lipat terhadap rajungan sebanyak 10 trip (ulangan) selama 10 hari terdiri dari perlakuan 3 (tiga) umpan berbeda. Hasil tangkapan tertinggi pada saat penelitian terdapat pada perlakuan ikan tamban asin sebanyak 173 ekor dengan rata-rata 17 ekor per trip (ulangan), diikuti perlakuan perut ikan pari sebanyak 96 ekor dengan rata-rata 10 ekor per trip (ulangan) dan hasil tangkapan terendah terdapat pada perlakuan ikan tamban segar yang dibungkus waring sebanyak 72 ekor dengan ratarata 7 ekor per trip (ulangan).
Hasil tangkapan rajungan keseluruhan selama 10 trip (ulangan) terdiri dari perlakuan 3 (tiga) umpan berbeda sebanyak 57.380 gram, dengan rata-rata per trip adalah 5,7 kg. Jika dibandingkan dengan hasil tangkapan nelayan gillnet tetap di Pelabuhan Perikanan Nusantara tahun 2013, rata-rata hasil tangkapan nelayan rajungan dengan alat tangkap gillnet tetap per tripnya adalah 7,9 kg. Perbandingan berat tangkapan rajungan pada masing-masing perlakuan diketahui bahwa perlakuan ikan tamban asin memiliki berat tertinggi yakni 28.840 gram dengan rata-rata 2,9 kg per trip (ulangan), kemudian perlakuan perut ikan pari 16.330 gram dengan rata-rata 1,6 kg per trip (ulangan) dan berat terendah pada perlakuan ikan tamban segar yang dibungkus waring 12.210 gram dengan rata-rata 1,2 kg per trip (ulangan). Berat tangkapan pada penelitian ini secara rinci dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 3. Perbandingan Berat Tangkapan Rajungan Selama Penelitian Perlakuan Trip A B C Total (ulangan) (gram) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total (gram) Ratarata/Trip (kg)
2170 1525 1010 2295 1720
3040 2875 2810 3640 3480
1275
6485
1865 1015 1115 1200
1495 1570 1865 1150
2490 2095 3745 2165
1025 1070 1465 1085
6265 4835 7050 6400 5010
1530
2500
1095
4735 7075 4400 5125
16.330
28.840
12.210
57.380
1,6
2,9
1,2
5,7
Perbandingan rata-rata panjang dan lebar karapaks rajungan pada keseluruhan perlakuan Volume 9. Nomor. 2. Tahun 2015
HALAMAN- 3
AKUATIK- Analisis Efektifitas Hasil Tangkapan Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) Di Muara Tebo Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka
diketahui bahwa rata-rata panjang karapas pada keseluruhan perlakuan adalah 6,46 cm/ekor dengan lebar rata-rata karapaks yakni 9,96 cm/ ekor, dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.
Rata-rata Panjang dan Lebar Karapas Rajungan Perlakuan Panjang Lebar (cm/ekor) (cm/ekor) Perut Ikan Pari 6,6 10,2 Ikan Tamban Asin 6,5 9,3 Ikan Tamban Segar 6,3 10,4 yang dibungkus waring
Rata-rata
6,46
9,96
Hasil tangkapan tertinggi pada saat penelitian terdapat pada perlakuan Ikan Tamban Asin sebanyak 173 ekor dengan jumlah jantan sebanyak 98 ekor dan betina 75 ekor, diikuti perlakuan Perut Ikan Pari sebanyak 96 ekor dengan jumlah jantan sebanyak 60 ekor dan betina 36 ekor. Hasil tangkapan terendah terdapat pada perlakuan Ikan Tamban Segar yang dibungkus waring sebanyak 72 ekor dengan jumlah jantan sebanyak 43 ekor dan betina 29 ekor. Rata-rata panjang dan labar karapaks rajungan pada keseluruhan perlakuan pada penelitian ini secara rinci dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 5. Jenis Kelamin Rajungan yang Tertangkap Selama Penelitian Jenis A B C Total Kelamin
Jantan Betina Total
3.
60
98
43
36
75
29
96
173
72
29,5
0,08
22
7
3,7
Ratarata
29,5
0,08
23
7
3,8
PEMBAHASAN Jumlah Hasil Tangkapan Bubu Lipat Jumlah hasil tangkapan bubu lipat pada saat penelitian diperoleh 2 spesies. Spesies tersebut adalah rajungan (Portunus pelagicus) sebanyak 341 ekor dan kepiting bakau (Scylla Serrata) sebanyak 11 ekor. Spesies yang paling banyak didapatkan pada setiap perlakuan adalah rajungan (Portunus pelagicus). Pengoperasian alat tangkap bubu lipat tidak dapat dihindari adanya hasil tangkapan selain rajungan, karena tidak hanya rajungan saja yang dapat tertarik oleh adanya umpan yang terdapat pada bubu. Bubu lipat merupakan alat tangkap yang pengoperasiannya direndam di dasar perairan dengan target tangkapan spesies demersal. Spesies lain yang tertangkap adalah jenis kepiting yaitu kepiting bakau (Scylla serrata). Kepiting bakau memiliki habitat yang hampir sama dengan rajungan (Portunus pelagicus), yaitu pantai dengan pasir, pasir lumpur dan di laut terbuka. Penggunaan jenis umpan berupa perut ikan pari, ikan tamban asin dan ikan tamban segar yang dibungkus waring juga disukai kepting bakau (Scylla serrata), karena jenis umpan tersebut memiliki bau yang sangat menyengat sehingga menarik kepiting bakau untuk masuk kedalam bubu (Martasuganda, 2005).
201 140 341
Parameter Fisika dan Kimia Perairan Penelitian selama 10 hari dapat diketahui bahwa nilai suhu berkisar 28,5–30,5oC dengan rata-rata 29,5oC, nilai arus berkisar 0,07-0,1 m/s dengan rata-rata 0,08 m/s, nilai salinitas berkisar 22-24‰ dengan rata-rata 23‰, nilai pH ratarata 7 dan nilai kedalaman berkisar 3,7-3,95 dengan rata-rata 3,8 m. Tabel 6. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Selama 10 Hari Hari Suhu Arus Salinitas pH Kedalaman ke(oC) (m/s) (‰) (m) 1
30
0,07
23
7
3,95
2
29,5
0,09
24
7
3,8
3
29
0,08
24
7
3,9
4
30
0,1
23
7
3,8
5
29
0,07
23
7
3,85
6
30,5
0,1
23
7
3,9
7
28,5
0,08
23
7
3,8
8
30,5
0,08
24
7
3,85
9
29
0,09
22
7
3,7
Volume 9. Nomor. 2. Tahun 2015
10
Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Dari 3 (Tiga) Jenis Umpan Jumlah tangkapan bubu lipat dengan menggunakan umpan ikan tamban asin lebih banyak daripada umpan perut ikan pari dan ikan tamban segar yang dibungkus waring. Hasil tangkapan bubu lipat dengan menggunakan umpan ikan tamban asin sebanyak 173 ekor dengan berat 28.840 gram, umpan perut ikan pari sebanyak 96 ekor dengan berat 16.330 gram dan hasil tangkapan terendah terdapat pada umpan ikan tamban segar yang dibungkus waring sebanyak 72 ekor dengan berat 12.210 gram (Tabel 2 dan Tabel 3). Perbedaan hasil tangkapan ini dipengaruhi oleh efektivitas umpan yang digunakan. Efektivitas dihitung berdasarkan berat hasil tangkapan selama penelitian. Ikan tamban asin yang digunakan pada penelitian ini lebih efektif dan banyak memikat rajungan (Portunus pelagicus) untuk masuk ke dalam bubu lipat, hal tersebut dikarenakan umpan ikan tamban asin memiliki aroma yang lebih bertahan lama dibandingkan dengan jenis umpan ikan segar. Hasil tangkapan bubu sangat dipengaruhi oleh bau umpan, tekstur, ketahanan serta kecepatan dispersi bau umpan di perairan. Faktor-faktor tersebut akan memiliki hubungan erat dengan aspek tingkah laku makan target tangkapan. Jenis rajungan dikenal sebagai predator yang agresif. Rajungan cenderung tertangkap dengan umpan ikan tamban asin karena
HALAMAN- 4
AKUATIK- Analisis Efektifitas Hasil Tangkapan Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) Di Muara Tebo Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka
dilihat tingkah laku dari crab pada saat merespon bau umpan cenderung mendekati kemudian memakannya. Umpan ikan tamban asin yang digunakan mengeluarkan bau melalui celah mata jaring dari badan bubu lipat dan terbawa oleh aliran air. Bau-bau yang terlarut didalam air dapat merangsang reseptor pada organ olfaktorius yang merupakan bagian dari indera penciuman ikan atau jenis crab. Reaksi penciuman rajungan disebabkan karena adanya bau yang larut dalam air (Iskandar et al., 2007). Umpan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan dengan menggunakan bubu. Umpan berperan sebagai salah satu bentuk pemikat yang memberikan rangsangan (stimulus) yang bersifat fisika dan kimia. Bau-bau yang terlarut di dalam air dapat merangsang...reseptor…pada,,organ.Terperangkapnya udang, kepiting, rajungan atau ikan-ikan dasar disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya dikarenakan tertarik oleh bau umpan. Umpan yang digunakan harus memenuhi syarat untuk merangsang indra penciuman rajungan. Bau-bau yang terlarut didalam air dapat merangsang indera penciuman ikan atau jenis crab (Adlina et al., 2014). Umpan perut ikan pari memiliki karakteristik yang sangat baik untuk dijadikan umpan dan digemari oleh rajungan, akan tetapi jumlah hasil tangkapannya lebih sedikit dibandingkan ikan tamban asin. Hal ini diduga disebabkan karena umpan perut ikan pari juga digemari oleh beberapa jenis organisme yang hidup pada perairan di mana alat tangkap bubu dioperasikan. Umpan perut ikan pari sangat mudah dihabiskan oleh ikan khususnya jenis ikan pemangsa (karnivora) dan organisme lain. Ikan atau organisme lain yang masuk ke dalam bubu lipat dengan mudah dapat keluar kembali setelah menghabiskan umpan, karena pintu atau mulut bubu lipat berada di kedua sisinya dan tidak berbentuk seperti corong yang dapat menghalangi ikan untuk keluar (Adlina et al., 2014). Menurut Ramdhani (2007), jenis umpan ikan segar memiliki kelebihan yaitu mempunyai kadar air yang cukup tinggi dibandingkan ikan asin sehingga umpan cenderung lebih tahan lama, akan tetapi pada penelitian ini jenis umpan ikan tamban segar memiliki hasil tangkapan dan berat tangkapan sedikit dikarenakan bau umpan yang tidak bertahan lama. Penciuman krustasea sangat sensitif dan akurat ketika mereka mencari sumber bau-bauan walaupun bau tersebut telah dikacaukan oleh turbulensi lingkungan pada saat bau tersebut didistribusikan. Hasil tangkapan rajungan keseluruhan selama 10 trip (ulangan) terdiri dari perlakuan 3 umpan berbeda sebanyak 57.380 gram, dengan rata-rata per trip adalah 5,7 kg. Jika dibandingkan dengan hasil tangkapan nelayan gillnet tetap di Pelabuhan Perikanan Nusantara tahun 2013, rata-rata hasil tangkapan nelayan rajungan dengan alat tangkap gillnet tetap per tripnya adalah 7,9 kg (Tabel 3). Satu kali trip pada penelitian ini dilakukan selama satu hari, sehingga untuk hasil
Volume 9. Nomor. 2. Tahun 2015
tangkapan..rajungannya..lebih..sedikit..dibanding-kan dengan nelayan gillnet tetap di Pelabuhan Perikanan Nusantara yang untuk satu kali tripnya itu bisa selama 3-4 hari. Rata-rata panjang dan lebar karapaks rajungan pada keseluruhan perlakuan diketahui bahwa rata-rata panjang karapaks pada keseluruhan perlakuan adalah 6,46 cm/ekor dengan rata-rata lebar karapaks yakni 9,96 cm/ ekor (Tabel 4). Hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian, rajungan jantan lebih dominan tertangkap dibandingkan dengan rajungan betina dari 3 jenis perlakuan umpan berbeda (Tabel 5). Rajungan jantan menyenangi perairan dengan salinitas rendah sehingga penyebarannya di sekitar perairan pantai yang relatif dangkal, sedangkan rajungan betina menyenangi salinitas tinggi terutama untuk melakukan pemijahan, sehingga penyebarannya pada perairan yang lebih dalam (Adam et al., 2005). Hal tersebut sesuai dengan tempat dimana alat tangkap bubu lipat dioperasikan. Bubu lipat pada penelitian ini dioperasikan di muara sungai yang salinitas cendrung rendah, sehingga rajungan jantan cendrung banyak tertangkap. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Parameter fisika kimia di Muara Tebo tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Faktor fisika kimia masih berada pada kisaran toleransi untuk kehidupan rajungan. Rata-rata parameter fisika kimia yang diambil selama 10 hari penelitian tidak jauh berbeda. Kedalaman perairan pada lokasi pengamatan berkisar 3,7-3,95 m dengan rata-rata 3,8 m. Menurut Moosa dan Juwana (1996) dalam Jafar (2011), bahwa rajungan menyukai daerah pantai dan menyenangi daerah perairan dangkal dan diberbagai ragam habitat mulai dari tambak, perairan pantai (in-shore) hingga perairan lepas pantai (off-shore). Menurut Juwana dan Romimohtarto (2000), Kedalaman perairan tempat rajungan ditemukan berkisar antara 0-60 m. Rajungan yang ditangkap di perairan pantai dan muara sungai pada umumnya mempunyai kisaran lebar karapas 8 - 13 cm dengan berat rata-rata ± 100 - 200 gram, sedangkan rajungan yang berasal dari perairan lebih dalam mempunyai lebar karapas 12 - 15 cm dengan berat rata-rata ± 150 - 300 gram. Hasil pengamatan dilapangan nilai pH adalah tujuh (7). Kisaran pH di perairan ini masih sesuai dengan standar baku mutu air untuk biota perairan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51/MNLH/I/2004, bahwa kisaran pH normal perairan yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 7-8,5 (MNLH, 2004). Potensial Hidrogen (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan air. Ikan dan makhluk-makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH antar 7-8,5, dengan diketahuinya nilai pH maka akan diketahui apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan suatu biota di perairan. Besar pH bekisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan
HALAMAN- 5
AKUATIK- Analisis Efektifitas Hasil Tangkapan Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) Di Muara Tebo Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka
14 (sangat basa/ alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, nilai di atas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin), dan pH = 7 disebut sebagai netral. Kecepatan arus pada lokasi pengamatan berkisar 0,07-0,1 m/s dengan rata-rata 0,08 m/s. Kecepatan arus dapat dibedakan dalam 4 kategori yakni kecepatan arus 0-0,25 m/s yang disebut arus lambat, kecepatan arus 0,25-0,50 m/s yang disebut arus sedang, kecepatan arus 50 - 1 m/s yang disebut arus cepat, dan kecepatan arus diatas 1 m/s yang disebut arus sangat cepat (Harahap dalam Ihsan, 2009). Berdasarkan kategori kecepatan arus menurut Harahap di atas maka kecepatan arus selama penelitian di Muara Tebo digolongkan sebagai arus lambat. Bau umpan yang dipasang pada bubu lipat untuk masing-masing perlakuan akan terbawa oleh arus sehingga tercium oleh rajungan yang sedang aktif mencari makan. Arus juga memiliki peran penting dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau organisme karena arus dapat menyebabkan perubahan suhu dan salinitas serta menyebarkan bahan makanan, membawa dan menyebarkan larva hewan ketempat lain. Hasil pengamatan dilapangan, suhu pada lokasi pengamatan berkisar antara 28,5-30,5oC dengan ratarata 29,5oC. Menurut Romimohtarto, (2002) bahwa suhu yang berkisar antara 27oC-32oC baik untuk kehidupan organisme perairan. Kisaran salinitas pada lokasi pengamatan berkisar 22-24 ppt dengan rata-rata 23 ppt. Salinitas merupakan salah satu faktor bagi organisme akuatik yang dapat memodifikasi peubahan fisika dan kimia air menjadi satu kesatuan pengaruh yang berdampak terhadap organisme. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme yang dapat berpengaruh pada tingkat penggunaan energi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, pembahasan, dan kesimpulan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan, diantaranya : 1. Hasil tangkapan terbanyak yaitu pada perlakuan ikan tamban asin. Diharapkan kepada nelayan menggunakan perlakuan ikan tamban asin sebagai umpan utama pada alat tangkap bubu lipat. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap lama waktu perendaman bubu lipat terhadap hasil tangkapan dan musim tangkapan rajungan. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam penangkapan rajungan dengan menggunakan umpan yang berbeda. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam penangkapan rajungan dengan menggunakan pembungkus umpan yang berbeda. 5. Sebaiknya dalam melakukan penangkapan rajungan, jarak letak yang digunakan menyesuaikan dengan luasan fishing ground yang menjadi lokasi penangkapan. DAFTAR PUSTAKA Adlina. N, Aristi D.P dan Taufik.Y. 2014. Perbedaan Umpan Dan Kedalaman Perairan Pada Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus) Di Perairan Betahwalang, Demak. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 3 (3) : 19 – 27. Badan Pusat Statistik. 2013. Profil Kampung Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka 2013 Hutagalung HD., Setiapermana dan Riyono SH. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Pusat Pengembangan. Jakarta.
Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian ini maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Hasil tangkapan tertinggi pada saat penelitian terdapat pada perlakuan Ikan Tamban Asin sebanyak 173 ekor, diikuti perlakuan Perut Ikan Pari sebanyak 96 ekor dan hasil tangkapan terendah terdapat pada perlakuan Ikan Tamban Segar yang dibungkus waring sebanyak 72 ekor. 2. Sebanyak 2 spesies yang tertangkap menggunakan bubu lipat di Muara Tebo, spesies yang banyak tertangkap yakni rajungan (Portunus pelagicus) sebanyak 341 ekor dan kepiting bakau (Scylla serrata) sebanyak 11 ekor. Saran
Volume 9. Nomor. 2. Tahun 2015
Iskandar, Dahuri. 2007. Pengaruh Pemasangan Umpan terhadap Daya Tangkap Gill Net (Jurnal Penelitian terhadap Umpan dan Gill Net). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor dan Tokyo University. Jafar S. 2011. Perikanan Rajungan Di Desa Mattiro Bombang (Pulau Salemo, Sabangko Dan Sagara) Kabupaten Pangkep [Skripsi]. Makasar: Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar. Juwana, S. 1997. Tinjauan tentang Perkembangan Penelitian Budidaya Rajungan (Portunus pelagicus,Linn). Oseana 22 (4) : 1-12.
HALAMAN- 6
AKUATIK- Analisis Efektifitas Hasil Tangkapan Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) Di Muara Tebo Nelayan 1 Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka
Juwana, S dan Kasijan. 2000. Rajungan : Perikanan, Cara Budidaya dan Menu Masakan. Djambatan. Jakarta. Martasuganda, S. 2003. Bubu (Traps). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu Air laut. KEP No51/MNLH/I/2004. 8 April 2004. Jakarta. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. Gramedia. Natsir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Volume 9. Nomor. 2. Tahun 2015
Pelabuhan Perikanan Nusantara. 2013. Data Volume Produksi dan Harga Rajungan 2013. Sungailiat. Kabupaten Bangka. Ramdani D. 2007. Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan pada Bubu Lipat dengan Menggunakan Umpan yang Berbeda [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta. Susanto, B. M. Marzuki, dan I Setyadi, 2004. Pengamatan Aspek Biologi rajungan (Portunus pelagicus) dalam menunjang teknik pembenihannya warta penelitian perikanan Indonesia.
HALAMAN- 7