ANALISIS GAMBAR ANAK – ANAK YANG MENGIKUTI KURSUS DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KURSUS DI SINGARAJA
Irma Dwi Noviani, Agus Sudarmawan, Luh Suartini Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)bagaimana ciri-ciri pembelajaran menggambar anak-anak di sekolah formal dan di tempat kursus (2)menganalisis visualisasi gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan anakanak yang tidak mengikuti kursus di Singaraja dikaji melalui teori Viktor Lowenfelt/ W. Lambert Brittain. Teknik pengumpulan data ialah observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran menggambar anak-anak di sekolah formal dan di tempat kursus, ada perbedaan yang siginifikan. Masing-masing pembelajaran di sekolah formal dan di tempat kursus memiliki kekurangan dan kelebihan. (2)analisis visualisasi gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja. Masing-masing gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan anakanak yang tidak mengikuti kursus memiliki kelebihan dan kekurangan. Kata Kunci: analisis, visualisasi gambar anak, kursus, dan tidak kursus
ABSTRACK This research aimed (1) to identify the characteristics of the drawing learning process of the children in formal school and in the course (2) to analyze the visualization of the drawing of children who were included and excluded in drawing course in Singaraja, reviewed with the theory of Viktor Lowenfelt/W. Lambert Brittain. The data were collected with observation, interview, documentation, and library research. The result of this research showed that (1) there was a significant difference betweendrawing learning process of the children in formal school and in the course, in which each had advantages and disadvantages. Meanwhile, the result of the analysis of the visualization showed that (2)The drawing of the children who were included and excluded in drawing course in Singaraja had advantages and disadvantages. Keywords: Analysis, The Visualization of Children’s Drawing, Included, Excluded.
PENDAHULUAN Menggambar bagi anak-anak adalah pembentukan jiwa dan pembebasan diri dari ketegangan. Oleh sebab itu, anak harus dibiarkan bebas berekspresi dan berkreasi sesuai dengan masanya. Di Singaraja, tempat sanggar atau kursus belum ada, tidak seperti di kota-kota besar seperti Denpasar, dimana tempat sanggar dan kursus sudah bukan lagi hal yang sulit untuk ditemukan. Namun di Singaraja, ada beberapa orang yang membuka les privat menggambar untuk anakanak. Meskipun peminatnya tidak terlalu banyak, namun les privat ini sudah cukup lama ada di Singaraja. Selain les privat, dimana pengajar datang dari rumah ke rumah, di Singaraja juga ada beberapa sekolah yang khusus menyewa pengajar untuk mengajari anak – anak tentang tahap-tahap menggambar layaknya sanggar atau kursus, agar dapat bersaing dengan kota-kota lain, yang terlebih dulu sudah menerapkan kursus atau sanggar menggambar untuk anakanak.Dengan adanya lomba menggambar ataupun mewarnai yang sudah banyak diadakan oleh beberapa pihak dengan sistem penjurian sanggar atau kursus, membuat orang tua dan sekolah secara tidak langsung dituntut untuk mampu bersaing dengan keadaan tersebut. Orang tua dan sekolah harus memasukkan anak ke tempat kursus atau sanggar, agar anak mampu meraih juara dan prestasi sebanyak-banyaknya. Hal tersebut tentunya membuat tempat sanggar atau kursus menggambar begitu diminati. Tentu saja anak yang menggambar bebas tidak akan masuk kriteria penjurian, berbeda dengan anak-anak dengan gambar tipe sanggar atau kursus. Oleh sebeb itu, tempat sanggar atau
kursus akan terus berkembang dan peminatnya akan terus bertambah karena pada jaman sekarang orang tua ataupun sekolah menuntut anakanak untuk membuat prestasi sedari muda. Anak yang banyak membuat prestasi mencerminkan keberhasilan orang tua maupun sekolah dalam mendidik anak tersebut. Dari permasalahan diatas tersebut, maka peneliti ingin melihat lebih jauh tentang karya anak-anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan Ruang Lingkup di atas, dapat dirumuskan berbagai permasalahan penelitian antara lain: 1) Bagaimana ciri-ciri pembelajaran menggambar anak-anak di sekolah formal dan di tempat kursus? 2) Bagaimana visualisasi gambar anak-anak yang mengikuti kursus dengan anak -anak yang tidak mengikuti kursus di Singaraja? TUJUAN PENELITIAN 1) Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran menggambar anak-anak di sekolah formal dan di tempat kursus 2) Menganalisis visualisasi gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan anakanak yang tidak mengikuti kursus di Singaraja. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah; (1) Bagi Mahasiswa, masyarakat, dan institusi dapat menjadi sumber informasi tentang gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan yang
tidak mengikuti kursus di Singaraja; (2) Bagi para orang tua, guru dan masyarakat umum dapat membimbing anak sesuai dengan masanya; (3) Bagi para peneliti dapat dijadikan landasan untuk pengembangan dalam penelitian selanjutnya tentang gambar anakanak. METODE PENELITIAN
tahun), bagan (7-9 tahun) dan realisme awal (10-12 tahun). Sasaran penelitian yang pertama adalah proses pembelajaran karya seni yang diperoleh anak-anak baik di sanggar maupun di sekolah, yang kedua adalah hasil karya seni anak anak yang di peroleh dalam satu pembelajaran seni (sekolah) dan dua proses pembelajaran seni (sekolah dan sanggar).
a. Rancangan Penelitian
d. Subjek Penelelitian
Penelitian dengan judul “Analisis Gambar Anak – Anak yang Mengikuti Kursus dan yang Tidak Mengikuti Kursus di Singaraja” merupakan penelitian dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data berdasarkan observasi di lapangan. Kualitatif riset didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia (Catherine Mashal: 1995).
Subjek penelitian mengenai analisis gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja dalah anak-anak mulai dari masa pra bagan (4-7 tahun), masa bagan (7- 9 tahun), dan masa realism awal (9-12 tahun).Sampel data mengkhususkan gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja. Sampel data gambar anak – anak yang tidak mengikuti kursus ditentukan oleh tempat sekolah anak – anak yang yang mengikuti kursus di Singaraja. Anak-anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus adalah objek penelitian ini, yang dilakukan anak-anak adalah menggambar bebas sesuai dengan keinginan mereka.Dari gambar hasil ekspresi bebas anak dapat dilihat pengungkapan perasaan terhadap lingkungan sekitarnya sesuai dengan tahap perkembangannya.Sedangkan guru kelas maupun guru kursus/ sanggar dalam penelitian ini sebagai subjek yang di mintai wawancara mengenai pola pembelajaran terhadap anakanak.
b. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di kota Singaraja, Bali. Penentuan lokasi dipilih berdasarkan sekolah anakanak yang mengikuti kursus di Singaraja dan menjadikan teman sekelas sebagai pembanding untuk anak-anak yang tidak mengikuti kursus di Singaraja. c. Sasaran Penelitian Penelitian ini difokuskan pada gambar karya anak – anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja. Sampel yang diambil adalah gambar anak – anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja pada masa pra bagan (4-6
e.Metode dan Instrumen Penelitian Data Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu: 1)observasi; 2)instrumen wawancara; 3)instrumen
dokumentasi; pustaka).
4)literatur
(kajian
f.Analisi Data Dari seluruh data yang diperoleh pada teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dokumtasi, dan literatur (kajian pustaka) dikumpulkan untuk dianalisis. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model Miles and Huberman. Analisis ini memiliki beberapa tahap yang sistematis diantarannya: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) verifikasi data. PEMBAHASAN a.Ciri-ciri pembelajaran menggambar di sekolah formal dan di tempat kursus Dari beberapa observasi yang dilakukan di sekolah formal ditemukan beberapa metode yang digunakan dalam proses pembelajaran diantarannya adalah metode mencontoh, metode drill (latihan), dan metode ekspresi bebas. Sedangkan untuk pembelajaran menggambar di tempat kursus ditemukan bahwasanya metode diterapkansesuai dengan jenjang pendidikan. Untuk sekolah taman kanak – kanak yaitu untuk latihan mewarnai, gambar disiapkan oleh guru dan Guru les/kursus memberikan bimbingan dan pendampingan intensif kepada anak dalam hal penguasaan alat dan teknik pewarnaan yang meliputi penerapan gradasi dan efek- efek tambahan. Untuk jenjang SD (sekolah dasar) yaitu tema ditentukan oleh guru atau disesuaikan dengan tema lomba yang akan diikuti dan latihan dilakukan berulang- ulang dengan arahan, negosiasi dan sesekali
instruksi langsung (direct instruction) terkait dengan seluruh aspek kekaryan mulai dari gubahan bentuk, komposisi dan teknik pewarnaan. b.Ciri-ciriyang membedakan antara pembelajaran menggambar di sekolah formal dengan di tempatkursus Dari observasi beberapa sekolah di Singaraja yang diperoleh oleh penulis dalam proses pembelajaran di sekolah formal dan di tempat kursus dapat ditemukan ciri- ciri perbedaan sebagai berikut : Tabel 4.1 ciri-ciri proses pembelajaran di tempat kursus dan di sekolah formal
Proses pembelajaran di tempat kursus
Proses pembelajaran di sekolah formal
a.Tema ditentukan a. Tema sesuai oleh guru atau dengan pengajar kursus Kurikulum b. Mewarnai dengan sebagai teknik gradasi pedoman c. Menggunakan b. tujuan metode pembelajaran mencontoh jelas, d. Latihan dilakukan c. bahan ajar berulang-ulang yang e. Untuk jenjang TK ditentukan hanya diajarkan d. media atau teknik mewarnai metode dan bervariasi menambahkan e. adanya alat objek evaluasi f. Untuk jenjang SD belajar diajarkan f. Tema membentuk objek ditentukan dan teknik oleh kurikulum guratan g. Menggunak an metode yang beragam h. Teknik pewarnaan bebas
c.Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran di Sekolah Formal dan di Tempat Kursus Semua metode pembelajaran selalu memiliki sisi keunggulan dan sisi kelemahan atau kelebihan dan kekurangannya.Dari semua pendapat ahli juga mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan suatu metode pembelajaran. Begitu juga dengan metode pembelajaran yang dilakukan di tempat kursus maupun di sekolah,formal memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Berikut kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran di sekolah formal dan di tempat kursus yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Tabel 4.1 Kelebihan – kelebihan metode pembelajaran di tempat kursus dan di sekolah formal Kelebihan Metode Pembelajaran di Tempat Kursus a. Bimbingan dilakukan bisa lebih intensif karena peserta yang sedikit b. Tujuan kegiatan yang jelas dan spesifik membuat motivasi belajar siswa lebih baik c. Kesempurna an/ketuntasa n hasil karya biasanya lebih baik karena ketersediaan fasilitas dan waktu yang
Kelebihan Metode Pembelajaran di Sekolah Formal a. Otentisitas ungkapan visual anak lebih terjamin karena guru tidak mengajarka n cara, bentuk, komposisi tertentu kepada anak b. Gambar yang dihasilkan lebih menggamba rkan potensi bakat dan kecerdasan alami anak.
cukup serta bimbingan teknis diberikan oleh guru yang memiliki keahlian memadai
Tabel 4.2 Kekurangan – kekurangan metode pembelajaran di tempat kursus dan di sekolah formal Kekurangan metode pembelajaran di tempat kursus a. Anak kehilanga n otentisitas ungkapan visual karena guru sedikit banyak ikut campur terhadap keputusan artistik anak didiknya b. Seringkali terjadi ungkapan visual yang seragam /stereotif karena anak menggang gap contoh yang diberikan
Kekurangan metode pembelajaran di sekolah formal a. ketersediaan waktu yang terbatas b. bimbingan tidak bisa intensif karena jumlah peserta yang banyak c. anak kurang merasakan dan memahami nilai ketuntasan sebuah karya d. seringkali pembelajaran tidak diasuh oleh guru yang memiliki kualifikasi yang memadai.
oleh guru adalah paling bagus dan benar c. Karya anak tidak menjadi gambaran potensi bakat dan kecerdasa n alamiah anak yang disebabka n oleh bantuan arahan di berbagai aspek karya oleh guru d.Analisis Gambar Anak – Anak yang Mengikuti Kursus dan yang tidak Mengikuti Kursus di Singaraja Menganalisis gambar anak – anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja berdasarkan hasil observasi, wawancara serta dikuatkan dengan teori oleh Viktor Lowenfeld / W. Lambert Brittain.Dari hasil karya anak – anak yang mengikut kursus dan yang tidak mengikuti kursus terdiri dari tiga masa yaitu masa pra bagan, masa bagan dan masa realism. a.
Masa Pra Bagan
Gambar Anak – Gambar Anak – Anak yang Anak yang Tidak mengikuti kursus Mengikuti Kursus
Gambar 4.1 Karya Kadek Indira Prasasti (Foto: Irma Dwi Noviani)
Gambar 4.3 Karya Putu Virgita (Foto: Irma Dwi Noviani)
Gambar 4.2Karya Christian Lukius Adi Putra (Foto: Irma Dwi Noviani)
Gambar 4.4 Karya Komang Devina (Foto: Irma Dwi Noviani)
Berikut beberapa analisis gambar anak – anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus pada masa pra bagan, 1) Gambar Anak-Anak mengikuti kursus
yang
Gambar 4.5Karya Putu Virgita (Foto: Irma Dwi Noviani) Gambar Manda diatas menggunakan teknik gradasi dan penambahan hiasan pada gambar. Dalam setiap objek ia menggunakan teknik gradasi, seperti pada gambar pohon, rumput, awan dan gajah. Untuk rumput Manda menambahkan hiasan titik-titik membentuk sebuah bunga dengan menggunakan spidol.Dalam gambar ini Manda tak terlihat menggunakan teknik torehan. Dalam gambar diatas Manda sudah dapat memberikan warna yang tepat pada objek, warna yang ia pilih sudah sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dimana
gajah berwarna abu-abu, rumput dan pohon berwarna hijau dan suasana langit yang menjelang sore hari Seperti yang dikutip dalam teori Victor Lowenfeld / W. Lambert Brittain bahwasanya dalam masa pra bagan (TK) tidak ada hubungan antara warna dan objek, penggunaan warna sesuai dengan keinginannya.Keterampilan mewarnai yang di dapat oleh Manda karena sudah dilatih berulang-ulang dan diberikan contoh bagaimana menggambar dengan teknik gradasi dan guratan di tempat kursus. Victor Lowenfeld / W. Lambert Brittain juga menjelaskan bahwasannya menunjukkan warna yang benar pada anak-anak masa pra bagan akan menganggu kebebasan berekspresinya. “It is obvious that criticizing a child’s use of color or pointing out the correct color for objects would interfere with his freedom of expression.” 2) Gambar anak-anak yang tidak mengikuti kursus
Gambar 4.6.Karya I Putu Dian (Foto: Irma Dwi Noviani) Angga menggambar bebas dengan memilih tema rumah. Dimana dalam gambar yang ia buat terlihat beberapa objek seperti rumah, pohon, awan dan masih banyak lagi. Seperti halnya teman-temannya Dalam penggambaran sosok manusia Angga menggunakan garis melingkar untuk kepala dan gari lurus untuk anggota badan yang lain. Namun ia sudah memberikan
kelengkapan anggota tubuh yang lain seperti mata dan hidung. Seperti yang dikutip dari buku Creative and Mental Growth 5th edition: Typicall, the man is drawn with a circle for a head and two verticallines for legs. These headfeet representations are common for the five year old child. [Terjemahan Bebas: Biasanya, pria digambar dengan lingkaran untuk kepala dan dua garis vertical untuk kaki. Kepala ini – kaki representasi yang umum untuk anak berusia lima tahun]. Dalam penggunaan warna Angga tidak menghubungkan warna dengan objek gambar, ia memberikan warna sesuai dengan keinginannya. Seperti warna orange untuk langit atau mewarnai seluruh rumah dengan warna merah muda. Ia cenderung bebas dalam memilih warna dan tak harus sesuai dengan kenyataan di alam.Untuk penempatan ruang gambar yang Angga buat cenderung acak dalam peletakkan penggambarannya. Dimana sosok manusia bisa diletakkan di atas, samping kiri dan samping kanan gambar. Seperti halnya gambar anak pada masa para bagan, gambar yang dibuat Angga juga belum memahami tentang garis tanah, sehingga gambar yang ia buat menjadi melayang. Namun gambar yang dibuat oleh Angga memenuhi gambar dengan beraneka objek dan warna yang beragam.
b.Masa Bagan Gambar anakanak yang
Gambar anakanak yang
Gambar Anak-anak yang tidak mengikuti
mengikut i kursus
berhenti kursus
kursus
1.Gambar anak-anak yang mengikuti kursus
Gambar 4.7 Karya Agung P (Foto: Denta Pamugar )
Gambar 4.10 karya Ryan (Foto: Irma Dwi Noviani)
Gambar 4.8 Karya Agung Putri (Foto: Irma Dwi Noviani)
Gambar 4.11 Karya Putu Perdi Supraria sa (Foto: Irma Dwi Noviani)
Gambar4.9 Karya Ira (Foto: Irma Dwi Noviani)
Gambar4.12 Karya Chintya Dewi (Foto: Irma Dwi Noviani)
Gambar4.14 Karya Sena (Foto: Irma Dwi N)
Gambar 4.13 Karya Nanda (Foto: Denta Pamugar ) Berikut analisis gambar anak-anak yang mengikuti kursus, berhenti kursus, dan yang tidak mengikuti kursus,
Gambar 4.15 Karya Agung P (Foto: Denta Pamugar) Dari gambar diatas anak-anak yang mengikuti kursus dapat terlihat bahwasannya kemampuan mereka melebihi teman-temannya. Menurut teori Victor Lowenfeld / W. Lambert Brittain anak-anak pada masa bagan sudah dapat membuat figur manusia, tidak hanya tangan dan kaki melainkan memiliki kelengkapan yang lain seperti mata, hidung, telinga dan sebagainya. Semakin anak dekat dengan pencapaian konsep bentuk maka semakin banyak simbol yang ia kembangkan. Penggambaran manusia dari anak yang satu dengan anak yang lain sangatlah berbeda. “Anak akan memamerkan bagian tubuh tergantung pada pengetahuan yang aktif dari mereka.Tidak hanya harus ada kepala, badan, lengan, kaki, tetapi juga beberapa dari berbagai fitur. Mata harus berbeda dari hidung, simbol untuk hidung harus berbeda dari mulut, dan harus ada rambut dan bahkan leher” Dari yang terlihat pada gambar diatas penggambaran objek manusia sudah memiliki kelengkapan yang utuh, namun penggambaran manusia dari anak yang satu dan anak yang lain tidak jauh berbeda. Terdapat kemiripan dalam penggambaran objek manusia dari beberapa gambar anak yang mengikuti kursus, dikarenakan diajarkan dengan teknik yang sama dan latihan dilakukan berulangulang.
Viktor juga menjelaskan bahwa anak pada masa bagan sudah dapat mengenal garis tanah.Dimana benda tidak lagi melayang, melainkan berdiri di atas tanah.Dari gambar di atas anak-anak yang mengikuti kursus terlihat jelas bahwa mereka sudah mengerti garis tanah, dimana mobil dan bangunan berdiri diatas garis tanah dan tidak melayang. Dalam merespon ruang, anak pada masa bagan memiliki caranya tersindiri menurut pemahaman mereka.dimana anak menunjukkan ruang dua dimensi maupun tiga dimensi sesuai dengan cara mereka tersendiri. Namun jika kita lihat dari gambar diatas terlihat bahwa perspektif yang ditampilkan oleh anak-anak merupakan perspektif atau pandangan orang dewasa.Ada keterlibatan guru pengajar dalam penempatan ruang dalam gambar anak-anak. Selain itu Viktor juga menjelaskan bahwa anak pada masa ini memiliki penggambaran lain untuk menunjukkan sesuatu yang berbeda yang tidak bisa dilihat dalam waktu yang sama. Sehingga ia menggambarkan bagian dalam dan luar gambar layaknya gambar transparan seperti X-Ray. Dan dalam gambar diatas tidak terlihat bahwa anak-anak menggambarkan sesuatu layaknya gambar transparan dimana bagian dalam dan luar terlihat.Gambar-gambar yang dibuat oleh anak-anak kursus hanya menunjukkan bagian luar.Sedangkan untuk pewarnaan anak juga menemukan cara tersendiri untuk menentukan dan memilih warna untuk suatu objek, dimana warna tidak memiliki hubungan emosional. Warna yang dipilih anak dapat diulang-ulang pada satu objek yang sama. Sedangkan untuk anak-anak yang mengikuti kursus mereka sudah diberi kemampuan untuk membedakan warna antara satu objek dengan objek yang lain,
sehingga pilihan warna menjadi beragam dan sesuai dengan penggambaran objek di kenyataan. Dalam teorinya, Viktor menjelaskan bahwa pada masa bagan seni merupakan sarana ekspresi diri, mereka tidak menyadari keindahan tentang apa yang ia gambar, atau menghiasi suatu objek dengan cara spontanitas. Dari penjelasan di atas, anak-anak yang mengikuti kursus dibekali kemampuan yang lebih, sehingga gambar yang di buat oleh anak-anak yang mengikuti kursus menekankan pada aspek keindahan dan bukan ekspresi diri.
2.Gambar anak-anak yang berhenti kursus
Gambar 4.16 Karya Putu Perdi (Foto: Irma Dwi Noviani) Perdi menggambar bebas dengan membuat sebuah anak itik, dimana dalam gambar yang ia buat terdapat anak itik yang memakai topi berdiri di atas rumput. Dalam masa ini anak cenderung menggambar objek yang ada di sekitarnya,seperti gambar karya Perdi dimana ia menggambar anak itik, namun ia menambahkanbentuk yang lain sesuai dengan imajinasinya. Anak dalam masa ini juga sudah mulai menyadari akan garis tanah, dimana gambar tidak lagi melayang melainkan berdiri di atas tanah. Seperti gambar yang di buat oleh Perdi dimana ia membuat gari tanah pada objek rumput dan tanah. Hal tersebut menandakan bahwasanya Perdi sudah memahami garis tanah.Untuk penempatan ruang
anak memiliki pemahamannya sendiri untuk menunjukkan dua atau tiga dimensi objek.Anak juga memiliki ciri tersendiri untuk menunjukkan sesuatu dari dalam dan luar objek, sehingga gambar terlihat transparan layaknya X-Ray. Untuk pewarnaan Perdi juga menggunakan teknik gradasi, dimana teknik yang ia gunakan di pelajari ketika ia masih mengikuti kursus. Namun ketika ia berhenti kursus, kebiasaan itu masih terbawa sampai sekarang. Karena metode yang digunakan merupakan metode berulang sehingga anak menjadi hafal. Hal tersebut akan dibawa sampai anak dewasa meskipun ia tak lagi mengikuti kursus. 3. Gambar anak-anak yang tidak mengikuti kursus
Gambar 4.17 Karya Ketut Kencana (Foto: Irma Dwi Noviani) Putri menggambar bebas dengan menggambar pemandangan gunung, dimana dalam gambar tersebut terpadat dua buah gunung, dan di bawah gunung terdapat pemandanagn sawah dan jalan. Pada anak masa ini, gambar sudah mudah dikenali, dimana ia menggambar dunia di sekelilingnya. Bentuk dan simbol pada masa ini sudah sangat berkembang dengan baik. Seperti yang terlihat pada gambar Putri, dimana bentuk dari objek yang ia gambar sudah menyerupai bentuk yang sebenarnya. Anak juga sudah memahami garis tanah, dimana benda tidak lagi melayang melainkan berdiri di atas garis tanah. Dari gambar Putri yang kita lihat,
bahwasannya ia sudah sadar akan garis tanah, dimana gunung diberi garis tanah agar tidak terlihat melayang, begitu juga dengan objek lain seperti bunga, swah maupun jalan yang sudah memiliki garis tanah. Untuk penempatan ruang, anak memiliki pemahaman sendiri dalam mengungkapakan sebuah gambar dua dimensi maupun tiga dimensi.Seperti yang dapat kita lihat dalam gambar Putri, dimana dia memberikan garis lurus pada objek sawah, hal itu menunjukkan bahwasannya sawah berada lebih tinggi di atas tanah.Hal tersebut dibuat untuk menunjukkan kesan tiga dimensi dalam gambar, menurut pemahaman anak. Dalam masa ini anak juga menggambarkan sebuah gambar dari bagian dalam dan luar layaknya X-Ray.Untuk pemilihan warna anak sudah mampu memilih dan menentukan warna untuk objek yang ia gambar, seperti yang terlihat pada gambar Putri dimana ia memilih warna hijau untuk gunung dan rumput, dan memilih warna kuning untuk sawah dan tanah. Anak sudah mulai memahami warna sesuai dengan kenyataan yang ada di alam. c.Masa Realisme Gambar anakanak yang mengikuti kursus
Gambar anakanak yang tidak mengikuti kursus
Gambar4.18 Karya Puja (Foto: Irma Dwi Noviani)
1. Gambar anak mengikuti kursus
Gambar Karya4.19 Intan kartika (Foto: Irma Dwi Noviani)
–
anak
yang
Gambar 4.20 Karya Puja (Foto: Irma Dwi Noviani) Gambar diatas merupakan gambar karya Puja kelas 4 SD.. Di dalam kursus untuk jenjang SD di ajarkan hal yang sama yaitu membuat objek dan mewarnai. Gambar tersebut merupakan poster yang di buat oleh Puja untuk tugas sekolah.Kak Denta memberikan contoh untuk Puja dan Puja menirukan gambar yang telah dicontohkan oleh Kak Denta. Untuk penggambaran objek Puja sedikit lemah, ia masih tidak percaya diri dengan bentuk yang ia buat. Untuk pewarnaan Puja juga menggunakan teknik yang sama yaitu teknik gradasi dan teknik torehan. Teknik gradasi diterapkan pada semua objek mulai dari objek manusia, pohon, langit, tanah, rumput, dan juga balon huruf.Sedangkan untuk teknik torehan hanya digunakan pada pohon dengan bentuk daun.Untuk objek rumput Puja menambahkan garis lurus
menggunakan pensil 7B.Dalam teori Viktor anak pada masa realism sudah menyadari keberadaannya sebagai anggota masyarakat.Dan juga pada masa ini penggambaran sosok manusia sudah mengalami perkembangan, dimana anak lakilaki dengan celana, dan perempuan dengan gaun.Kesadaran visual anak menjadi lebih besar.Dalam gambar yang dibuat Puja terlihat bahwa anak laki – laki menggunakan celana, sudah memiliki kelengkapan tubuh dan tidak ada bagian tubuh yang dibesar-besarkan.Dalam masa ini anak sudah dapat membedakan warna antara merah kebiruan dan merah kekuningan.Tidak lagi ada hubungan kaku anatara warna dan objek. Dan dalam gambar yang dibuat Puja, ia sudah dapat memebedakan warna pohon yang sudah tumbuh besar dan pohon yang masih kecil meski masih dengan bimbingan Kak Denta selaku guru kursus. Jika anak masih kaku dalam warna dan objek, maka ia lambat dalam mengembangkan warna. Hal tersebut terjadi karena belum sempurnanya sensitivitas anak melihat perbedaan warna. Anak juga mulai sadar akan lingkungan sekitarnya, membuatnya terdorong untuk menyadari garis dan bentuk yang lebih ekspresif, sehingga membentuk kea rah yang lebih naturalis dan gambar lebih bermakna. Dari gambar yang di buat oleh Puja terlihat bahwa ia sudah sadar akan lingkungan sekitarnya, bentuk yang ia buat juga sudah menyerupai bentuk kenyataanya atau sebenarnya. 2. Gambar anak- anak yang tidak mengikuti kursus
Gambar 4.21 Karya Intan kartika (Foto: Irma Dwi Noviani) Intan menggambar bebas dengan membuat sebuah tanaman , dimana dalam gambar tersebut terdapat sebuah tanaman yang di tanam dalam sebuh pot. Dalam masa ini anak sudah menyadari perannya di lingkungan masayarakat, dan karakteristik bentuk yang ia buat tidak lagi dilebih-lebihkan melainkan sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain bentuk dan konsep gambar sudah berkembang ke naturalis atau bentuk yang ada di alam. Seperti yang terlihat pada gambar yang di buat oleh Intan, dimana ia menggambar tanaman yang berada di pot. Bentuk yang dibuat sudah tidak dilebih-lebihkan melainkan sudah sesuai.Dalam segi warna anak pada masa ini sudah dapat membedakan antara birunya laut dan birunya langi.Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Viktor bahwasannya penggambaran warna anak tidak lagi membuat hubungan yang kaku anatara objek dan warna merah kebiruan dan merah kekuningan. Dari gambar karya Intan diatas dapat dilihat bahwa ia sudah dapat membedakan warna daun dan batang, dimana warna batang berwarna hijau kekuningan dan warna daun dengan warna hijau muda. Sedangkan untuk warna tanah Intan menggunakan warna coklat. e.Kelebihan dan kekurangan Gambar Anak – Anak yang Mengikuti Kursus dan Anak – Anak yang Tidak Mengikuti Kursus di Singaraja Tabel 4.4 Kelebihan gambar anak – anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus
Kelebihan gambar Kelebihan gambar anak – anak yang anak – anak yang mengikuti kursus tidak mengikuti kursus a. Ketuntasan a. Bentuk objek dalam yang beragam pewarnaan karena adanya karena waktu kebebasan yang cukup dan yang di berikan mendapat guru bimbingan dari b. Penerapan guru warna pada b. Goresan yang gambar yang teratur karena beragam latihan dilakukan karena secara berulangdiberikan ulang kebebasan c. Penerapan memilih warna warna pada sendiri gambar yang c. Gambar yang beragam karena dihasilkan diajarkan teknik merupakan gradasi warna bentuk ekspresi d. pengaruh bebas anak pencahayaan tanpa adanya terhadap warna paksaan karena adanya bimbingan intensif dari guru pengajar e. Pembuatan tekstur dengan teknik goresan yang diajarkan oleh guru pengajar.
Tabel 4.5 Kekurangan gambar anak – anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus Kekurangan Gambar anak – anak yang mengikuti kursus a. Gambar yang dihasilkan menjadi seragam karena diberikan contoh dan latihan berulangulang oleh guru pengajar b. Penggunaan warna yang sama pada objek gambar sesuai dengan kenyataan di alam dan di ajarkan dengan bimbingan guru c. Karya yang dibuat bukan merupakan karya anak seutuhnya karena adanya arahan oleh guru dalam pembuatanny a.
Kekurangan Gambar anak – anak yang tidak mengikuti kursus a. Objek gambar yang dibuat merupakan hasil imajinasi anak sendiri sehingga sulit dikenali karena tidak serupa dengan objek sebenarnya b. Gambar yang dihasilkan menjadi datar tanpa adanya ruang karena anak belum mengerti tentang perspektif ruang c. Gambar yang dihasilkan seringkali meniru gambar hasil temannya karena kurangnya daya imajinasi anak
SIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab 4 dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Ciri-Ciri Perbedaan Proses Pembelajaran di Sekolah Formal dan di Tempat Kursus
Proses pembelajaran di tempat kursus dan di sekolah formal memiliki ciri-ciri yang berbeda yaitu 1)tema ditentukan oleh guru atau pengajar khusus; 2)mewarnai dengan teknik gradasi; 3)menggunakan metode mencontoh; 4)latihan dilakukan berulang-ulang; 4)untuk jenjang TK hanya diajarkan teknik mewarnai dan menambahkan objek; 5)untuk jenjang SD diajarkan membentuk objek dan teknik guratan. Sedangkan dalam sekolah formal cirri-cirinya sebagai berikut; 1) tema sesuai dengan kurikulum sebagai pedoman; 2) tujuan pembelajaran jelas; 3)bahan ajar yang ditentukan; 4)media atau metode bervariasi; 5)adanya alat evaluasi belajar; 6) tema ditentukan oleh kurikulum; 7)menggunakan metode yang beragam; 8) teknik pewarnaan bebas. Dari ciri-ciri kedua pembelajaran di sekolah formal dan di tempat kursus juga ditemukan kelebihan dan kekurangan di masing-masing pembelajaran. Kelebihan pembelajaran di sekolah formal yaitu 1) otentisitas ungkapan visual anak lebih terjamin karena guru tidak mengajarkan cara, bentuk, komposisi tertentu kepada anak; 2)gambar yang dihasilkan lebih menggambarkan potensi bakat dan kecerdasan alami anak, sedangkan kekurangannya adalah; 1) ketersediaan waktu yang terbatas; 2)bimbingan tidak bisa intensif karena jumlah peserta yang banyak; 3)anak kurang merasakan dan memahami nilai ketuntasan sebuah karya; 4)seringkali pembelajaran tidak diasuh oleh guru yang memiliki kualifikasi yang memadai. Untuk di tempat kursus kelebihannya yaitu; 1) bimbingan dilakukan bisa lebih intensif karena peserta yang sedikit;2)tujuan kegiatan yang jelas dan spesifik membuat motivasi belajar siswa lebih baik; 3)kesempurnaan/ketuntasan hasil karya biasanya lebih baik karena
ketersediaan fasilitas dan waktu yang cukup serta bimbingan teknis diberikan oleh guru yang memiliki keahlian memadai, sedangkan kekurangannya adalah; 1) Anak kehilangan otentisitas ungkapan visual karena guru sedikit banyak ikut campur terhadap keputusan artistik anak didiknya; 2)seringkali terjadi ungkapan visual yang seragam /stereotif karena anak mengganggap contoh yang diberikan oleh guru adalah paling bagus dan benar; 3)karya anak tidak menjadi gambaran potensi bakat dan kecerdasan alamiah anak yang disebabkan oleh bantuan arahan di berbagai aspek karya oleh guru b.Analisis Gambar Anak-Anak yang Mengikuti Kursus dan yang Tidak Mengikuti Kursus di Singaraja. Hasil analis gambar anakanak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja dianalisis oleh penulis dengan diperkuat dengan teknik observasi, wawancara dan teori oleh Viktor Lowenfeld/ W. Lambert Brittain.Berdasarkan dari hasil analisis gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di singaraja ditemukan bahwasannya gambar anak-anak yang mengikuti kursus dari segi bentuk dan warna sudah melampaui dari masanya berdasarkan teori Viktor Lowenfeld/ W. Lambert Brittain.Sedangkan gambar anak-anak yang tidak mengikuti kursus lebih memiliki bentuk dan warna yang lebih beragam, karena anak cenderung diberi kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan daya imajinasinya dalam berekspresi. Pada anak-anak yang tidak mengikuti kursus di Singaraja ditemukan beberapa ciri-ciri yang disebutkan oleh Viktor dalam teorinya, namun ada juga beberapa
anak yang memiliki kelebihan dalam gambarnya meskipun ia tidak mengikuti kursus. Anak yang tidak mengikuti kursus juga memiliki beberapa kekurangan dalam gambarnya yang tidak sesuai dengan ciri-ciri yang telah disebutkan dalam teori Viktor.Dari hasil analisis tersebut juga ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan gambar anak-anak yang mengikuti kursus dan yang tidak mengikuti kursus di Singaraja. Kelebihan dari gambar anak-anak yang mengikuti kursus adalah; (1) ketuntasan dalam pewarnaan karena waktu yang cukup dan mendapat bimbingan dari guru; (2) goresan yang teratur karena latihan dilakukan secara berulang-ulang; (3) penerapan warna pada gambar yang beragam karena diajarkan teknik gradasi warna; (4) pengaruh pencahayaan terhadap warna karena adanya bimbingan intensif dari guru pengajar; (5) pembuatan tekstur dengan teknik goresan yang diajarkan oleh guru pengajar. Sedangakan kekurangan dari gambar anak-anak yang mengikuti kursus adalah; (1) gambar yang dihasilkan menjadi seragam karena diberikan contoh dan latihan berulang-ulang oleh guru pengajar; (2) penggunaan warna yang sama pada objek gambar sesuai dengan kenyataan di alam dan di ajarkan dengan bimbingan guru; (3) karya yang dibuat bukan merupakan karya anak seutuhnya karena adanya arahan oleh guru dalam pembuatannya. Kelebihan dari gambar anak-anak yang tidak mengikuti kursus adalah; (1) bentuk objek yang beragam karena adanya kebebasan yang di berikan guru; (2) penerapan warna pada gambar yang beragam karena diberikan kebebasan memilih warna sendiri dan; (3) gambar yang dihasilkan merupakan bentuk ekspresi bebas anak tanpa adanya paksaan. Sedangkan kekurangan dari gambar
anak-anak yang tidak mengikuti kursus adalah; (1) objek gambar yang dibuat merupakan hasil imajinasi anak sendiri sehingga sulit dikenali karena tidak serupa dengan objek sebenarnya; (2) gambar yang dihasilkan menjadi datar tanpa adanya ruang karena anak belum mengerti tentang perspektif ruang dan; (3) gambar yang dihasilkan seringkali meniru gambar hasil temannya karena kurangnya daya imajinasi anak. DAFTAR PUSTAKA Lowenfeld, Viktor/ W. Lambert Brittain. 1970. Creative and Mental Growth 5th Edition. United States Of America: The Macmillan Company. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurfatoni, Septian. 2013. “Kajian Gambar Ekspresi Karya Siswa Tingkat Sekolah Dasar”. Universitas Pendidikan Indonesia.