ANALISIS FREKUENSI DEBIT MAKSIMUM MENGGUNAKAN DISTRIBUSI GUMBEL DI BENDUNG KATULAMPA Fikri Ramadhan Lubis JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat – 11480, Fax. 5300244,
[email protected]
Fikri Ramadhan Lubis, Syafalni
Abstrak Banjir di wilayah Jakarta merupakan sudah menjadi masalah tahunan. Sungai Ciliwung merupakan salah satu penyumbang banjir di Jakarta. Pos/Bendung Katulampa merupakan sebuah sistem informasi dini terhadap bahaya banjir Sungai Ciliwung yang akan memasuki Jakarta. Adapun penentuan debit di Bendung Katulampa ini menggunakan sistem manual atau konvensional. Skripsi ini menyajikan analisa terhadap analisis frekuensi debit maksimum di Bendung Katulampa yang hasilnya dapat diharapkan sebagai pertimbangan dan dasar dalam merencanakan pengendalian banjir yang sering terjadi pada DAS Ciliwung yang berasal dari Bendung Katulampa. Penelitian ini diawali dengan menganalisa data debit dan curah hujan menggunakan pendekatan hidrologi dan statistik dan selanjutnya dibandingkan dengan Pos Jembatan Panus Depok yang dalam penentuan debitnya menggunakan AWLR (Automatic Water Level Recorder). Berdasarkan perhitungan debit menggunakan metode Rasional hubungan antara debit bendung Katulampa dan curah hujan Ciliwung bagian hulu membentuk garis trend yang linier. Dari hasil pemilihan dan pengujian, Distribusi Gumbel merupakan paling sesuai dalam menganalisa debit rancangan/perkiraan. Berdasarkan perbandingan antara Bendung Katulampa dan Pos Jembatan Panus Depok, didapat perhitungan Mean Absolute Percent Error (MAPE) pada Bendung Katulampa diperoleh persen error yang lebih besar dibandingkan Pos Jembatan Panus Depok. Oleh karena itu sistem konvensional di Bendung Katulampa sudah tidak efektif dimaksudkan dalam meminimalkan kesalahan pencatatan. Dengan dilakukan analisa debit maksimum dengan umur bangunan25; 50; dan 100tahun dan tingkat risiko 10%, maka diperoleh debit perencanaan1078,62 m3/s; 1177,61 m3/s; dan 1276,61 m3/s, sehingga dapat dibuat perhitungan untuk pembuatan bangunan pengendalian air. (FRL) Kata kunci : Bendung Katulampa, Ciliwung, Distribusi Gumbel
PENDAHULUAN Bendung Katulampa dewasa ini hanya sebuah sistem informasi dini terhadap bahaya banjir Sungai Ciliwung yang akan memasuki Jakarta. Data mengenai ketinggian air di bendung Katulampa ini memperkirakan rata-rata ketinggian muka air yang tinggi (berpotensi banjir) sekitar 3 - 4 jam kemudian air akan sampai di daerah Depok dan 10 jam kemudian air akan tiba di Pintu Air Manggarai. Bendung Katulampa mulai dioperasikan pada tahun 1911, akan tetapi, pembangunannya sudah dimulai sejak 1889, sejak banjir besar melanda Jakarta pada 1872. Seiring berjalannya waktu, Daerah Aliran Sungai Ciliwung telah mengalami banyak perubahan penggunaan lahan baik daerah hilir yang merupakan dataran rendah, daerah tengah, hingga pada daerah hulu. Perubahan penggunaan lahan tersebut meliputi pergeseran lahan dari ruang terbuka hijau menjadi kawasan terbangun serta berkurangnya jumlah dan luasan situ-situ yang memiliki fungsi sebagai penyimpan air, yang menyebabkan masalah semakin kompleks. Selain itu, intensitas hujan yang tinggi merupakan salah satu penyebab terjadinya debit air yang besar dan debit yang terlalu besar merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir. Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian, yaitu dapat memperkirakan banjir pada waktu yang akan datang yang berasal dari Bendung Katulampa dengan pendekatannya menggunakan analisa hidrologi dan statistik dan memperoleh frekuensi dari banjir. Berdasarkan judul dan sumber-sumber literatur nasional maupun internasional, maka penulis mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Distirbusi Gumbel ini dapat
Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa
dilakukan analisis data untuk menjajaki perkiraan banjir yang berasal dari Bendung Katulampa pada waktu yang akan datang.
METODE PENELITIAN
Gambar 1Diagram Alir Penelitian Sesuai dengan metodologi pada gambar 1, tahapan awal dalam penelitian ini adalah metentukan besar debit dan hujan harian maksimum di hari yang sama untuk tiap-tiap tahunnya data dengan menggunakan tipe Annual Maximum Series. Data debit yang digunakan adalah 25 tahun (1990-2014) yang tercatat pada Pos/Bendung Katulampa. Kemudian menentukan curah hujan maksimum harian rerata daerah dengan data selama 23 tahun (1990-2012) yang diperoleh di BBWS Ciliwung-Cisadane. Selanjutnya dapat diperoleh IDF Curve dan debit aliran sungai dengan metode rasional. Langkah selanjutnya Menentukan analisa frekuensi debit maksimum pendekatan statistik menggunakan metode distribusi Gumbel (berdasarkan hipotesa)yang dibandingkan juga dengan metode distribusi Normal dan Log Pearson III. Setelah diperoleh distribusi yang sesuai dengan persyaratan dan perhitungan parameter, Kemudian dilakukan pengujian kesesuaian distribusi, dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov. Langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan hasil perhitungan yang diperoleh dengan hasil pengukuran langsung di lokasi. Terakhir ialah dari jenis distribusi yang terpilih dapat dihitung debit rencana berdasarkan umur rencana dan tingkat risiko nya.
HASIL DAN BAHASAN Perhitungan Curah Hujan Rerata Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa
Perhitungan data curah hujan rerata daerah yang terjadi di daerah pengaliran sungai Ciliwung Katulampa dalam penelitian Anton Gunawan (2008) menggunakan Metode Thiessen, diperoleh luas wilayah yang dipengaruhi oleh masing-masing stasiun hujan tersebut yakni : − − −
Stasiun hujan Katulampa = 5,4 km2 Stasiun hujan Gadog = 54,86 km2 Stasiun hujan Gunung Mas = 90,04 km2 Luas total daerah pengaliran = 150,3 km2 Bila dijadikan kedalam bentuk persentase, maka : 5,4 − Stasiun hujan Katulampa = x 100% = 3,59% −
Stasiun hujan Gadog
=
−
Stasiun hujan Gunung Mas
=
150,3 54,86 150,3 90,04 150,3
x 100% = 36,50% x 100% = 59,91%
Tabel 1 Perhitungan Curah Hujan Rerata Daerah dengan Metode Thiessen
Tahun
Gunung Mas (59,91%) %luas x Curah curah Hujan hujan (mm) (mm)
Gadog (36.50%) Curah Hujan (mm)
%luas x curah hujan (mm)
Katulampa (3.59%) %luas x Curah curah Hujan hujan (mm) (mm)
Curah Hujan Rerata (mm)
1990
34
20.37
50
18.25
45
1.62
40.23
1991
35
20.97
56
20.44
80
2.87
44.28
1992
82
49.13
58
21.17
39
1.40
71.70
1993
48
28.76
31
11.32
18
0.65
40.72
1994
70
41.94
39
14.24
70
2.51
58.69
1995
70
41.94
59
21.54
52
1.87
65.34
1996
162
97.05
141
51.47
211
7.57
156.09
1997
50
29.96
5
1.83
17
0.61
32.39
1998
89
53.32
138
50.37
110
3.95
107.64
1999
85
50.92
86
31.39
90
3.23
85.54
2000
85
50.92
127
46.36
71
2.55
99.83
2001
28
16.77
125
45.63
102
3.66
66.06
2002
59
35.35
127
46.36
92
3.30
85.00
2003
61
36.55
55
20.08
35
1.26
57.88
2004
45
26.96
96
35.04
90
3.23
65.23
2005
77
46.13
97
35.41
60
2.15
83.69
2006
58
34.75
67
24.46
46
1.65
60.85
2007
156
93.46
229
83.59
172
6.17
183.22
2008
35
20.97
97
35.41
48
1.72
58.10
2009
90
53.92
85
31.03
52
1.87
86.81
2010
111
66.50
153
55.85
145
5.21
127.55
2011
24
14.38
64.5
23.54
58
2.08
40.00
2012
96
57.51
0
0.00
84
3.02
60.53
Intensitas Hujan Hasil perhitungan hujan rerata kawasan telah diperoleh, maka dapat diketahui intensitas nya yang dapat diekspresikan dengan kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF). Pola Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa
distribusi curah hujan menggunakan Distribusi Gumbel. Hasil analisis frekuensi hujan untuk berbagai periode ulang ditunjukkan pada tabelberikut : Tabel 2Analisis Frekuensi Hujan T 2
Yt 0.37
KT -0.15
XT (m3/s) 71.67
5
1.50
0.90
110.98
10
2.25
1.59
137.01
25
3.20
2.47
169.90
50
3.90
3.12
194.30
100
4.60
3.77
218.52
Dalam mendapatkan intensitas hujan jam-jaman dari data curah hujan harian digunakan rumus Mononobe seperti berikut ini 2
It =
R24 24 3 t 24
(1)
dengan: It = intensitas curah hujan untuk lama hujan t (mm/jam), t = lamanya curah hujan (jam), R24 = curah hujan maksimum selama 24 jam (mm) Dari hasil perhitungan, maka dapat dibuat kurva Intensity Duration Frequency (IDF) seperti terlihat pada Gambar 2 1200
Intensitas Hujan (mm/jam)
1000 800
2 Tahun 5 Tahun
600
10 Tahun 25 Tahun
400
50 Tahun 200
100 Tahun
0 0
50
100
150
200
250
300
350
Durasi (menit)
Gambar 2Kurva Intensity – Duration – Frequency
Hubungan Curah Hujan dan Debit Metode Rasional Dalam perhitungan debit menggunakan metode rasional, parameter-parameter yang digunakan selain luas daerah pengaliran (catchmentarea) dan nilai koefisien aliran, juga diperlukan waktu konsentrasi untuk mendapatkan nilai intensitas yang digunakan.Dalam perhitungan waktu konsentrasi, rumus yang digunakan adalah metode Kirpich dengan rumus : tc=0.0195(
L √S
)
0.77
Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa
(2)
Berdasarkan perhitungan dapat diperoleh nilai tc = 77,91 menit atau 1,27 jam. Dalam hal ini waktu konsentrasi (tc) merupakan sama dengan parameter durasi hujan pada rumus intensitas hujan metode Mononobe. Luas (A) DAS Ciliwung untuk bendung Katulampa berdasarkan Anton Gunawan (2008) ialah 150,3 km2.Berdasarkan ruang lingkup bahwa koefisien aliran dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk yang mempengaruhi tata guna lahan, maka forecast koefisien aliran C tahun 2013 adalah 0,4401. Sehingga dapat diperoleh debit perhitungan yang terjadi seperti tabel berikut Tabel 3 Debit Perhitungan Metode Rasional
Tahun
Curah Hujan Harian Daerah (mm) (X)
Data Debit Katulampa (m3/s) (Y)
Intensitas Hujan (mm/jam)
Q Metode Rasional (m3/s)
1990
40.23
202.76
11.87
218.10
1991
44.28
276.25
13.06
240.03
1992
71.70
307.47
21.15
388.65
1993
40.72
276.25
12.01
220.72
1994
58.69
307.47
17.31
318.12
1995
65.34
339.68
19.27
354.18
1996
156.09
629.97
46.05
846.14
1997
32.39
188.88
9.56
175.58
1998
107.64
552.27
31.75
583.48
1999
85.54
514.66
25.24
463.71
2000
99.83
477.89
29.45
541.14
2001
66.06
339.68
19.49
358.10
2002
85.00
441.98
25.08
460.79
2003
57.88
216.91
17.07
313.73
2004
65.23
216.91
19.24
353.60
2005
83.69
307.47
24.69
453.66
2006
60.85
216.91
17.95
329.87
2007
183.22
629.97
54.05
993.18
2008
58.10
307.47
17.14
314.93
2009
86.81
307.47
25.61
470.58
2010
127.55
629.97
37.63
691.42
2011
40.00
216.91
11.80
216.85
2012
60.53
246.05
17.86
328.11
Berdasarkan analisis statistik diperoleh korelasi positif (R=0,8988) antara data debit (Y) dengan data curah hujan (X), yang berarti semakin besar curah hujan nya, maka semakin besar pula debit di Bendung Katulampa. Selanjutnya dapat diperoleh juga koefisien determinasi (R2=0,8079 atau 80,79%), artinya bertambah atau menurunnya debit air (Y) sebesar 80,79% dapat dijelaskan oleh hubungan linier antara curah hujan dan debit dengan persamaan Y=81,68+3,53X, sedangkan sisanya 19,21% disebabkan faktor lain yang tidak termasuk dalam analisa ini. Analisa ini juga dapat dibuktikan dengan teori hidrologi yang ada yaitu metode Rasional. Grafik dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa
Debit Maksimum (m3/s)
800 y = 3.53x + 81.68
600 400
Data Debit Katulampa
200 0 0
50
100
150
200
Linear (Data Debit Katulampa)
Curah Hujan (mm)
Debit Maksimum (m3/s)
Gambar 3 Grafik Hubungan Data Curah Hujan Rerata dan Data Debit Katulampa 800 600
Perhitungan Metode Rasional Data Debit Katulampa
400 200 0 0
50
100
150
200
Curah Hujan (mm)
Gambar 4Grafik Hubungan Data Curah Hujan Rerata dan Debit Perhitungan dari grafik diatas dapat terlihat bahwa hasil perhitungan metode Rasional membentuk sebuah garis linier yang sesuai dengan garis trend pada gambar 3.
Analisis Distribusi Frekuensi Debit Bendung Katulampa Kesesuaian antara hasil perhitungan parameterpada Bendung Katulampa dengan syarat-syarat darimasing-masing distribusi dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel 4 Syarat Distribusi dan Hasil perhitungan di Bendung Katulampa Distribusi Gumbel Normal
Syarat Cs
Hasil
1.14
Keterangan
0.61
Sesuai
Ck
5.4
2.17
Sesuai
Cs
=0
0.61
Tidak Sesuai
Ck
≈3
2.17
Tidak Sesuai
Cs ≈0 0.24 Tidak Sesuai Log Pearson III Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan dan syarat di atas, maka dapat dipilih jenis distribusi yang memenuhi syarat pada Bendung Katulampa, yaitu Distribusi Gumbel. Pos Jembatan Panus Kesesuaian antara hasil perhitungan parameter pada Pos Jembatan Panus Depok dengan syarat-syarat darimasing-masing distribusi dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel 5Syarat Distribusi dan Hasil perhitungan pada Jembatan Panus Depok Distribusi Gumbel Normal Log Pearson III
Syarat Cs
1.14
Hasil
Keterangan
0.16
Sesuai
Ck
5.4
2.15
Sesuai
Cs
=0
0.16
Tidak Sesuai
Ck
≈3
2.15
Tidak Sesuai
Cs
≈0
0.55
Tidak Sesuai
Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa
Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan dan syarat di atas, maka dapat dipilih jenis distribusi yang memenuhi syarat pada Pos Jembatan Panus Depok, yaitu Distribusi Gumbel.
Pengujian Kecocokan Jenis Sebaran (Distribusi) Berdasarkan pengujian Chi-Square dan Smirnov-KolmogorofDistribusi Gumbel pada Pos/Bendung Katulampa dan Pos Panus Depok sudah sesuai karena χ2 < χ2cr. Maka dari pemilihan jenis Distribusi Gumbel sudah teruji kecocokannya dengan selang kepercayaan (% probability) yang digunakan adalah 5% (0.05) yang artinya tingkat kepercayaan data adalah sebesar 95%.
Perbandingan Debit Pengukuran dan Debit Perkiraan pada Bendung/Pos Katulampa dan Pos Jembatan Panus Depok Evaluasi terhadap teknologi alat pengukur pada suatu pos pemantau air salah satu aspek penting dalam pengawasan banjir. Sistem pengukuran di Pos/Bendung Katulampa akan dibandingkan dengan sistem Pos Jembatan Panus Depok, dimana keduanya berfungsi memantau tinggi muka air dan debit DAS Ciliwung. Debit aktual pada Bendung/pos Katulampa diperoleh menggunakan sistem konvensional atau manual, Sedangkan debit aktual pada Pos Jembatan Panus Depok menggunakan sistem Telemetri yaitu AWLR (Automatic Water Level Recorder). Pada grafik berikut ini dapat terlihat perbandingan debit pengukurandan debit perkiraan yang menggunakan distribusi Gumbel. Rumus: xT =x+KT s (3) Faktor frekuensi K untuk nilai-nilai ekstrim Gumbel ditulis dengan rumus berikut ini, Chow (1953) : KT =-
√6 π
0.5772+ ln ln
T T-1
(4)
Flow (m/s3 )
800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
Years Measured
Predicted
Flow (m/s3 )
Gambar 5Grafik Perbandingan Debit Pengukuran dan Debit Pekiraan pada Bendung Katulampa (1990-2014) 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Years Measured
Predicted
Gambar 6Grafik Perbandingan Debit Pengukuranl dan Debit Pekiraan pada Pos Jemb. Panus Depok (2004-2013) Berdasarkam perhitungan statistikMean Absolute Percent Error (MAPE) pada Bendung Katulampa diperoleh sebesar 9,85%, sedangkan pada Pos Panus Depok diperoleh lebih kecil yaitu 3,49%. Namun jika pada Bendung/Pos Katulampa dibagi menjadi ke periode yang sama (2004-2013), maka persen
Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa
error yang diperoleh menjadi 6,35%. Berdasarkan dari hasil perhitungan yang diperoleh dari kedua pos, maka dapat dikategorikan bahwa prediksi pada Bendung Katulampa cukup tepat (<10%), sedangkan prediksi pada Pos Depok dikategorikan sangat tepat (<5%).
PerhitunganDebitRencanadenganTingkatRisikodanReliabilitas Hasil debit rencana dengan periode ulang yang berbeda-beda menggunakan distribusi Gumbel Tabel 6 Debit Rencana Menggunakan Distribusi Gumbel Periode Ulang T (tahun) 20
Debit Q (m3/s) 721,76
50
854,61
100
954,16
200
1053,34
1000
1283,10
Perhitungan debit rencana dengan tingkat risiko dan reliabilitas sesuai dengan distribusi yang terpilih, yaitu Distribusi Gumbel. Perhitungan debit rencana berdasarkan tingkat risiko yaitu 10%, yang dihubungkan dengan beberapa umur rencana bangunan. Berikut ini adalah hasil perhitungannya. Rumus : = 1- (1 -
1 n
) Tabel 7 Debit Banjir Rencana Distribusi Gumbel Tingkat Risiko T
Umur Rencana Bangunan (n) 25
Debit Q (m3/s) 1078,62
50
1177,61
100
1276,61
(5)
SIMPULAN DAN SARAN Hubungan curah hujan dengan debit di Bendung Katulampa diperoleh kolerasi positif yang membentuk trendline linier. Berdasarkan hasil analisa dan pengujian statistik dengan dengan selang kepercayaan 5% yang artinya tingkat kepercayaan data adalah sebesar 95% pada Bendung Katulampa dan Pos Panus Depok, maka dapat dianggap bahwa pola distribusi yang tepat untuk DAS Ciliwung adalah distribusi Gumbel.Berdasarkan perhitungan MAPE dalam periode 2004-2013 di Bendung Katulampa (konvensional) diperoleh kriteria cukup tepat sedangkan pada Pos Jembatan Panus Depok (Telemetri) diperoleh kriteria yang lebih baik yaitu sangat tepat. Dengan dilakukan analisa debit maksimum dengan umur bangunan 25; 50; dan 100 tahun dan tingkat risiko 10%, maka diperoleh debit perencanaan 1078,62 m3/s; 1177,61 m3/s; dan 1276,61 m3/s. Adapun saran yang dapat peneliti berikan untuk melihat faktor-faktor yang ada dilapangan yang mempengaruhi debit banjir, seperti penentuan nilai koefisien limpasan dimana nilai ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, laju infiltrasi, kemiringan lereng dan faktor lainnya sebagai variabel dalam memperkirakan nilai koefisien aliran.
REFERENSI Mujere, N. (2011). Flood Frequency Analysis Using the Gumbel Distribution. (International Journal on Computer Science and Engineering). Zimbabwe: University of Zimbabwe, Department of Geography and Environmental Science. Subramanya, K. (2008). Engineering Hydrology. (Third edition). McGraw-Hill International Edition. Triatmodjo, B. (2008). Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset. L.R. Singo, P.M. Kundu, J.O. Odiyo, F.I. Mathivha, and T.R. Nkuna. (2012). Flood Frequency Analysis of Annual Maximum Stream Flows for Luvuvhu River Catchment, Limpopo Province. South Africa: University of Venda, Department of Hydrology and Water Resources. Asad, MA., dkk. (2013). Flood frequency Modeling using Gumbel’s and Powell’s Method for Dudhkumar River. Stamford University Bangladesh
Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa
Solomon, O., Prince. (2013). Flood Frequency Analysis of Osse River Using Gumbel’s Distribution. Nigeria: Jeffa Geosurveys and Technical Services Limited Makridakis, G., Wheelwright., Hyndman. (1997). Forecasting: Methods and Applications. Third Edition. United States: Wiley Gunawan, A. (2008). Analisis dan Perhitungan Debit Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa. Skripsi S1. Departemen Teknik Sipil, Universitas Kristen Krida Wacana. Chow VT., Maidment DR., Mays LW.. (1988). Applied Hydrology. (International Edition). Singapore: McGraw-Hill International Editions. Soewarno. (1995). Hidrologi Aplikasi Metode Statistik. Jilid 1. Bandung: Penerbit Nova Mahmud, A. (2011). Hidrologi Teknik. Makassar: Universitas Hasanuddin Ridwan, I. (2004). Hidrologi Untuk Perencanaan Jembatan. Medan: Repository Universitas Sumatera Utara. Loebis, J. (1992). Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Departemen Pekerjaan Umum Sudjarwadi. (1987). Dasar-dasar Teknik Irigasi. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada Subagyo P., Djarwanto. (2012). Statistika Induktif. Edisi kelima. Penerbit: BPFE Abubakari, S. (2013). Development Of Intensity-Duration-Freqency-Curves For Kumasi. MSc Thesis. Department of Civil Engineering, Kwame Nkrumah University. Noor, AM., Prabawa. (2010). Penanganan Muara Sungai Sigeleng Kabupaten Brebes. Semarang: Universitas Diponegoro Montarcih, L., Soetopo, W. (2009). Statistika Terapan.Malang. Citra Malang Machairiyah. (2007). Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada DAS Percut Kabupaten Deli Serdang. Medan: Repository Universitas Sumatera Utara Kunu, P.J. (2008). Efek Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Ciliwung Terhadap Aliran Permukaan. Universitas Pattimura Somantri, Agus., Thahir, Ridwan. (2007). Analisis Sistem Dinamik Ketersediaan Beras di Merauke Dalam Rangka Menuju Lumbung Padi Bagi Kawasan Timur Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Soemarto, C.D. (1987). Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional Soemarto, C.D. (1995). Hidrologi Teknik. (2ndedition). Erlangga. Rahmasary, A. N. (2013). Analisis Hidrologi Bendung Katulampa: Potensi Pengembangannya sebagai Bendungan Pengendali Banjir Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. (http://repository.ipb.ac.id/) Oktaviana, A. (2012). Analisis Karakteristik Hujan dan Penggunaan Lahan terhadap Debit Aliran Sungai DAS Ciliwung Hulu. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. (http://repository.ipb.ac.id/) Linsley, Ray K., Jr., Kohler, Max A., Paulhus, Joseph L. H.. (1996). Hidrologi Untuk Insinyur. (3rd edition). Erlangga. Sosrodarsono, S., Kensaku T. (2003). Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita Kholik, A (2013). Analisis Curah Hujan, Debit dan Tutupan Lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. (http://repository.ipb.ac.id/) Laporan Jurnalistik Kompas. (2009). Ekspedisi Ciliwung. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Mulyana, N. (2002). Analisis Karakteristik Banjir Di Dki Jakarta Dan Alternatif Penangulangannya. Diperoleh 4 Agustus 2014 dari http://bebasbanjir2025.wordpress.com/10-makalah-tentangbanjir-2/nana-mulyana/ Sugiyono. (2007). StatistikaUntukPenelitian. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta Subroto, E. (2000). Proceeding of the twenty-ninth Annual Convention. Bandung: Ikatan Ahli Geologi Indonesia Rusdiana., Sudaryanto., Ichwandi., Mulyana, N., Hendrayanto., Soekmadi. (2003). Hubungan Kerjasama Institusi Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kasus Das Ciliwung. Institut Pertanian Bogor Komeji, AD. (2012). Penentuan Batas Ambang Curah Hujan Penyebab Banjir (Studi Kasus DAS Ciliwung Hulu. Bogor: Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP Fikri Ramadhan Lubis lahir di kota Medan pada tanggal 30 Maret 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada tahun 2014.
Analisis Frekuensi Debit Maksimum Menggunakan Distribusi Gumbel di Bendung Katulampa