ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KONVEKSI KOTA MALANG
JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh: Muhammad Fuad Kadafi 0910213102
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul: Analisis faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri konveksi Kota Malang
Disusun oleh: Nama
: Muhammad Fuad Kadafi
Nim
: 0910213102
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 16 juli 2013
Malang, 22 Juli 2013 Dosen Pembimbing,
Wildan Syafitri, SE, MEc.Phd 19691210 199703 1 003
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KONVEKSI KOTA MALANG
Muhammad Fuad Kadafi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email:
[email protected]
ABSTRAKSI
Pertumbuhan penduduk di negara indonesia semakin lama tidak semakin berkurang tetapi semakin bertambah. Kota Malang merupakan kota pendidikan ternyata masih memiliki jumlah warga pengangguran yang cukup banyak. Adanya pengangguran pada umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. banyak perusahaan yang ada di Malang juga menjadi tolak ukur penyenyerapan tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran Industri pengolahan menjadi sektor yang diandalkan untuk perluasan penciptaan lapangan kerja. Terutama, pada cabang-cabang industri yang bersifat padat karya. bahwa Membicarakann tentang masalah industri tentunya tidak saja ditujukan hanya kepada industri-industri besar dan menengah saja, tetapi perhatian yang sepadan harus pula diarahkan pada industri kecil dan rumah tangga yang banyak ditemui di pedesaan. Industri kecil dan rumah tangga telah berperan penting dalam perekonomian nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industry konveksi di Kota Malang. Terdapat empat variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di industri konveksi yakni: modal, volume penjualan, tingkat pendidikan, dan tingkat upah.Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal, volume penjualan, tingkat pendidikan dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja. Untuk variabel volume penjualan dan tingkat upah memiliki pengaruh yang tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja.
Kata Kunci : penyerapaan, industri , tenaga kerja, upah, pendidikan.
A. PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di negara Indonesia semakin lama tidak semakin berkurang tetapi semakin bertambah diiringi dengan pertambahan angkatan kerja yang menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini bisa di lihat antara lain yang di sebabkan belum berfungsinya sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan di segala bidang sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis Dengan adanya ketimpangan seperti itulah maka akan menimbulkan pengangguran. Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar, Indonesia memiliki potensi tenaga kerja yang besar. Pertumbuhan penduduk yang meningkat dari tahum ke tahun diiringi dengan pertumbuhan angkatan kerja (penduduk usia kerja yang mencari kerja). Dengan kata lain, penawaran tenaga kerja di dalam pasar juga meningkat.namun demikian, penawaran tenaga kerja sebagai akibat pertumbuhan angkatan kerja tidak selalu diiringi dengan penciptaan lapangan kerja baru yang mampu menampung angkatan kerja yang baru untuk masuk ke dalam pasar kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi semntara permintaan tenaga kerja di pasar kerja yang rendah mengakibatkan tingginya angka pengangguran. Salah satu indikator tingginya pengangguran dapat di lihat dari semakin lamanya waktu yang di butuhkan seseorang untuk mendapat pekerjaan. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur dan setengah penganggur mengalami peningkatan. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya manusia dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat. Adanya pengangguran pada umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. banyak perusahaan yang ada di Malang juga menjadi tolak ukur penyenyerapan tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran . Jika kita bisa melihat lebih detail tidak hanya perusahaan-perushaan besar dan sektor-sektor manufaktur saja sebagai penyerapan tenaga kerja terbanyak dan memberikan lapangan kerja tetapi terdapat angka penyerapan tenaga kerja yang menurut penulis mempunyai andil cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu, industri kecil. Industri kecil adalah kegiatan industri yang di kerjakan dirumah-rumah penduduk yang pekerjaanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga di artikan sebagai usaha produktif diluar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan. Usaha mikro tergolong jenis usaha marginal, ditandai dengan penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan akses terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Namun demikian sejumlah kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa usaha mikro berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu usaha mikro juga merupakan salah satu komponen utama pengembangan ekonomi yang berpotensi meningkatkan posisi (bargaining position) perempuan dan keluarga. Industri pengolahan menjadi sektor yang diandalkan untuk perluasan penciptaan lapangan kerja. Terutama, pada cabang-cabang industri yang bersifat padat karya. Menurut Menteri Perindustrian, MS Hidayat, pihaknya telah mengidentifikasi potensi dan menjalankan program serta kegiatan untuk menyerap tenaga kerja di sektor industri. Sektor-sektor itu antara lain pertama, industri makanan, minuman, dan tembakau. Kedua, industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Ketiga, industri alas kaki. Keempat, industri furnitur. Kelima, industri petrokimia. Dan keenam, industri kecil dan menengah Membicarakann tentang masalah industri tentunya tidak saja ditujukan hanya kepada industri-industri besar dan menengah saja, tetapi perhatian yang sepadan harus pula diarahkan pada industri kecil dan rumah tangga yang banyak ditemui di pedesaan. Industri kecil dan rumah
tangga telah berperan penting dalam perekonomian nasional. walaupun tingkat kemampuan industri kecil dan rumah tangga mempunyai potensi yang besar dalam memperkokoh struktur industri di Indonesia terutama berperan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, peningkatan efisiensi industri, secara keseluruhan, peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Demikian pula potensi industri kecil dan rumah tangga cukup besar dalam mendukung persebaran industri mengatasi ketimpangan struktural antara perekonomian perkotaan dan pedesaan dan mendukung strukturisasi prekonomian ke arah yang lebih maju.
B. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana produksi tenaga kerja lebih penting daripada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah,tanah,air dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang. Teknologi yang canggihpun mungkin tidak bisa menandingi bagaimana kemampuan manusia, karena kembali seperti yang di katakan di atas bahwa penggerak teknologi atau sumber daya adalah manusia / tenaga kerja. Tenaga kerja Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja (manpower) di pilah pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. yang termasuk angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak sedang bekerja, dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatanya bersekolah (pelajar, mahasiswa ), mengurus rumah tangga (maksudnya ibu-ibu yang bukan wanita pekerja) serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan dan penderita cacat),(Fahmi, 2007). Teori Pasar Tenaga Kerja Teori pasar tenaga kerja menurut Soeroto (dalam Sitanggang dan Nachrowi:2004) Pasar kerja, merupakan seluruh kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja dalam masyarakat, atau seluruh permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam masyarakat, dengan seluruh mekanisme yang memungkinkan adanya transaksi produktif antara orang yang menawarkan tenaganya dengan pihak pengusaha yang membutuhkan tenaga tersebut. Kaum klasik menganggap bahwa di pasar tenaga kerja seperti halnya di pasar barang. Apabila harga tenaga kerja (upah) cukup fleksibel maka permintaan tenaga kerja selalu seimbang dengan penawaran tenaga kerja. Teori keynes (dalam Nainggolan dkk:2005) menyatakan bahwa Dalam analisis permintaan tenaga kerja di asmusikan bahwa pembeli tenaga kerja adalah perusahaan dan penjual tenaga kerja adalah rumah tangga oleh karena itu kurva permintaan tenaga kerja di turunkan dari fungsi produksi perusahaan tersebut (Nainggolan dkk, 2005).
Teori Penyerapan tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja bisa di kaitkan dengan keseimbangan interaksi antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja, yang di manah permintaan tenagakerja pasar dan penawaran tenagakerja pasar secara bersama menentukan sutau tingkat upah keseimbangan dan suatu penggunaan tenagakerja keseimbangan. Di dalam dunia kerja atau dalam hal penyerapan tenaga kerja setiap sektornya berbeda-beda untuk penyerapan tenaga kerjanya , misalnya saja tenaga kerja di sektor formal. Penyeleksian tenaga kerjanya di butuhkan suatu keahlian khusus,pendidikan,keahlian dan pengalaman untuk bisa bekerja pada sektor formal (Don Bellante and Mark Janson : 2006).
Teori Upah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebga imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarga atas suatu pejerjaan dan/jasa yang telah atau akan dilakukan. Menurut Simanjuntak (1985), Penghasilan yang di terima oleh tenaga kerja sehubungan dengan pekerjaanya dapat di golongkan kedalam empat bentuk, yaitu : a. Upah atau gaji (dalam bentuk uang). b. System penggajian di Indonesia pada umumnya menggunakan gaji pokok yang didasarkan pada kepangkatan dan masa kerja . penentuan gaji pokok pada umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip dari teori human capital yaitu bahwa upah atau gaji seseorang diberikan sebanding dengan tingkat pendidikan dalam latihan yang dicapainya. c. Tunjangan dalam bentuk natura seperti gula,beras,garam,pakaian dan lain-lain d. Fringe benefits, yaitu sebgai jenesi benefits diluar upah yang diperoleh seseorang sehubungan dengan jabatan dan pekerjaanya seperti pensiunan,asuransi kesehatan,cuti , dan lain-lain. e.
Kondisi lingkungan, kondisi lingkungan kerja yang berbeda di setiap perusahan dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda juga bagi setiap tenaga kerja. Keadaan ini mencakup kebersihan,reputasi tempat usaha, lokasi tempat usaha kerajinan,dan lain-lain
Teori Industri Kecil Tambunan dalam Pratama (2012) menyatakan bahwa Industri kecil adalah kegiatan industri yang di kerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjaanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga di artikan sebagai usaha produktif di luar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan. Sektor perusahaan kecil dan menengah di bidang industri pengolahan dapat saja didefinisikan , baik dari segi kuantitatif maupun kualitatf. Sebagian besar perusahaan di bidang industri pengolahan suatu negara tergolong ke dalam perusahaan kecil dan menengah, jika perusaaan kecil dan menengah di definisikan , misalnya, meurut jumlah tenaga kerja, nilai kekayaan tidak bergerak, nilai bersih perusahaan, atau tingkat penjualan (Clapham, 1991). Teori Modal Modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Struktur modal usaha IK dan IRT secara bersama pada tahun 1998 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok uni usaha ini di biayai oleh modal sendiri, sedangkan jumlah unit usaha yang memakai modal sendiri dan pinjaman hanya sedikit. Banyaknya
usaha IK yang sepenuhnya menggunakan modal sendiri hampir 78 persen, lebih kecil daripada jumlah usaha IRT yang mencapai hampir 85,5 persen. Sebagian besar dari kebutuhan finansial dibiayai dengan pinjaman, dalam kelompok IRT persentasenya lebih kecil (12,16%) di bandingkan kelompok IK (23,43%)(Tambunan, 2002). Rendahnya akses industri kecil terhadap lembagalembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau dari sumber-sumber lain seperti dari keluarga,kerabat, pedagang perantara bahkan rentenir. Terdapat faktor-faktor yang menjadikan lembaga keuangan enggan memberikan pinjaman terhadap pengusaha industri kecil yaitu di sebabkan oleh adanya (1) pemberian pinjaman kepada industri kecil dianggap kurang menguntungka karena selain biaya pemberian pinjaman yang relatif tinggi juga dibayangi oleh resiko yang lebh besarm (2) sulitnya lembaga keuangan untuk memperoleh informasi yang cukup memadai mengenai industri kecil sebagai pihak peminjam modalnya. Hal ini di sebabkan oleh tidak adanya laporan keuangan dalam pengajuan kreditnya dan meskipun laporan itu ada , laporan tersebut tidak disesuaikan dengan aturan-aturan pembukauan yang selayaknya.(Kuncoro, 1997)
C. METODE PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deduktif. Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan berdasarkan teori yang ada (Bungin: 2007) dalam pendekatan deduktif sering digambarkan pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus. Menurut (Sugiyono, 2009), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik, sedangkan menurut (Sukmadinata, 2006) pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang diteliti dengan menggunakan instrumeninstrumen formal, standar dan bersifat mengukur. Mendasarkan pada tujuan yang ingin dijawab yaitu mengetahui hubungan antara beberapa variabel dan mendeskripsikan hubungan antar variabel tersebut secara statistik maka jenis pendekatan kuantitatif adalah solusi yang tepat untuk digunakan dalam studi penelitian ini.
Tempat dan waktu penelitian Sebagai Kota yang memiliki sektor industri yang banyak dan perekonomian Kota Malang bisa di katakan pertumbuhan ekonominya bergantung dengan sector industri dan tenaga kerja yang terserap di industri-industri Kecil, UKM maupun industri yang besar mendominasi penyerapan tenaga kerja tersebut, maka Penelitian ini akan dilakukan pada semua Industri Konveksi di Kota Malang. Definisi dan Pengukuran Variabel Untuk mengindari ketidak jelasan makna variael yang digunakan maka perlu adanya definisi operasional dari masing-masing variabel. Menurut (Hamidi : 2007) definisi operasional variabel adalah pengertian variabel yang diungkap dalam definisi konsep secara operasional, secara praktik ,secara riil, dan secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/ obyek yang diteliti. Berikut merupakan definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 1.
Penyerapan tenaga kerja sebagai variabel terikat (Y) adalah jumlah tenaga kerja yang terserap untuk bekerja pada satu unit industri kecil konveksi dinyatakan dalam orang.
2.
Modal sebagai variabel bebas (X1) adalah jumlah dana yang digunakan untuk proses produksi konveksi pada bulan X Tahun 2013 modal dalam hal ini adalah modal untuk usaha/ kegiatan produksi dinyatakan dalam rupiah.
3.
Volume penjualan sebagai variabel bebas (X2) adalah jumlah kain atau output konveksi yang dipesan maupun yang disetor ke toko-toko, dinyatakan dalam rupiah.
4.
Tingkat Pendidikan sebagai variabel bebas (X3) adalah tingkat pendidikan terakhir tenaga kerja informal yang telah ditempuh, satuannya adalah jumlah tahun, apabila tamat menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, maka untuk tamat tingkat SD= 6 tahun, tamat SMP= 9 tahun, tamat SMA =12 tahun, tamat S1= 16 tahun, . 5. Upah sebagai variabel bebas (X4) adalah sejumlah imbalan kerja yang diterima tenaga kerja pada industri konveksi, dinyatakan dengan rupiah. . Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin Konveksi di Kota Malang, yang berjumlah 75 unit industri. Menurut (Sugiyono: 1998) untuk menentukan sampel dari populsai bisa dengan menggunakan tabel pengukuran sampel yang dinyatakan di dalam bukunya. Dimana tingkat kesalahan tabel pengukuran sampel tersebut adalah 5%. Dalam tabel tersebut di perlihatkan bahwa jika populasi sebesar 75 unit industry maka sampelnya adalah 63 unit usaha konveksi.
Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Kuisioner merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang berkaitan dengan penelitian. Dari hasil pembagian kuesioner terebut selanjutnya dilakukan pengukuran dengan menggunakan analisis regresi berganda terhadap hasil jawaban untuk setiap indikator yang akan dijelaskan lebih lanjut pada teknik analisis data.
Teknik Analisa Data Berdasarkan landasan teori dan tujuan penelitian, maka metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang terjadi antara variabel bebas dan variabel terikat. Model yang dipakai adalah model persamaan regresi linier berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = βo + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + e Di mana : Y
=
Penyerapan tenaga kerja
βo
=
Penaksir/konstan
β1 β2 β3 β4
=
Koefisien regresi
x1
=
Modal
x2
=
Volume Penjualan
x3
=
Tingkat Pendidikan
x4
=
upah
e
=
Residual
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Usaha Responden Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa jumlah responden pada penelitian ini adalah sejumlah 63 usaha konveksi yang berskala kecil di Kota Malang. Cukup beragam jenis usaha responden khususnyayang menyangkut usaha konveksi atau komoditas berbahan baku kain. Selengkapnya jenis usaha responden sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1: Deskripsi Usaha Responden
Sumber: Data diolah,2013 Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jenis usaha konveksi di Malang cukup merata dan beragam, mulai dari baby dol sampai dengan taplak meja. Tentunya hal tersebut menambah kontribusi tersendiri bagi masyarakat dalam menyerap tenaga kerja. Jenis konveksi yang cukup banyak di Malang adalah konveksi untuk pembuatan pakaian, Pakaian Anak-Anak, Bayi, seragam, batik, seragam sekolah, dimana jenis usaha ini sebanyak 18 unit atau sebesar 29% dari total usaha konveksi. Kelompok unit usaha terbanyak kedua adalah yang bergerak pada jenis kaos dan celana pendek yang berjumlah 16 unit dengan proporsi sebesar 25%. Terbanyak ketiga berjenis konveksi bed cover dan sprei dimana masing-masing berjumlah 4 unit dengan proporsi 6%.
Jenis Kelamin Responden Tabel 2: Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin
Valid
Frequency Pria 34 Wanita 29 Total 63
Percent Valid Percent 54,0 54,0 46,0 46,0 100,0 100,0
Cumulative Percent 54,0 100,0
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah pengusaha Industri Kecil Konveksi di Kota Malang adalah laki-laki dengan persentase sebesar 54% atau sebanyak 34 orang, sedangkan wanita sebesar 46% atau sebanyak 29 orang. Terlihat jumlah pengusaha konveksi hampir sama jumlahnya, mengingat antara wanita dan pria hanya terpaut 5 orang lebih banyak pria. Cukup banyak wanita yang mulai menjadi pengusaha konveksi menunjukkan bahwa dominasi pria tidak selamanya terus berlangsung, dimana ada kalanya wanita memiliki talent tersendiri untuk memimpin sebuah usaha, apalagi usaha tersebut berkaitan dengan konveksi yang pada umumnya sering diidentikkan dengan pekerjaan wanita.
Tingkat Usia Responden Tabel 3: Jenis Kelamin Responden
No
Usia
Jumlah
%
1
25 th - 30 th
8
12,70%
2
31 th - 35 th
10
15,87%
3
36 th - 40 th
10
15,87%
4
41 th - 45 th
16
25,40%
5
46 th - 50 th
6
9,52%
6
51 th - 55 th
8
12,70%
7
56 th - 60 th
5
7,94%
Jumlah
63
100,00%
Dari tabel 3 diatas juga menunjukkan bahwa pengusaha dibidang konveksi di Kota Malang cukup banyak mereka yang berusia antara 41 – 45 tahun. Usia yang menurut kebanyakan orang adalah usia kematangan, dimana pada usia tersebut biasanya seseorang berada pada masa kejayaannya.
Tingkat Pendidikan Tabel 4: Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Tingkat Pendidi kan
Valid
SD SMP SMA Pendidikan Tinggi Total
Sumber: Data diolah, 2013
Frequency 11 13 24 15 63
Percent 17,46% 20,63% 38,10% 23,81% 100,00%
Valid Percent 17,46% 20,63% 38,10% 23,81% 100,00%
Cumulat iv e Percent 17,46% 38,10% 76,19% 100,00%
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan tenaga kerja yang menjadi karyawan pada industri konveksi di Kota Malang paling banyak adalah berpendidikan SMA dengan jumlah 24 orang atau sebesar 38,1%. Jumlah terbanyak ke dua adalah pendidikan tinggi atau perguruan tinggi sebanyak 15 orang 23,81%. Sedangkan yang berpendidikan SMP sejumlah 13 orang atau sebesar 20,63% disusul yang terbanyak keempat adalah tenaga kerja yang berpendidikan SD yaitu sejumlah 11 orang atau sebesar 17,46%. Tingkat Pendapatan/Upah Tabel 5: Tingkat Upah Tenaga Kerja Sektor Industri Descriptive Statistics N Upah Valid N (listwise)
63 63
Minimum 400000
Maximum 1500000
Mean 734841,27
St d. Dev iation 250104,766
Sumber: Data diolah,2013 Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai minimum upah yang diberikan adalah Rp 400.000 /bulan, sedangkan paling tinggi upah yang diberikan adalah Rp 1.500.000. Namun secara rata-rata, upah yang diterima oleh tenaga kerja sekotr industri konveksi di Malang dari 63 unit usaha adalah Rp 730.000-an /bulan. Modal Kerja Tabel 6: Modal Kerja Industri Konveksi
Modal
Frequency
percent
3.000.000 – 7.500.000
21
33.3%
7.501.000 -11.000.000
34
54%
11.001.000 – 30.000.000
8
71%
Total
63
100%
Sumber : data diolah,th 2013 Pada tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa modal kerja sebagai awal membuka usaha konveksi cukup bervariasi, mulai nilai yang terkecil sebesar Rp 3.000.000 sampai yang terbesar yaitu Rp 30.000.000. Adapun jenis usaha konveksi yang mmiliki rata-rata modal kerja antara3 jutas s/300 juta, yang memang tidak masuk dalam penelitian ini dan kriteria modal industri kecil hanyalah 135 juta, jadi peneliti mencari data hanya usaha konveksi yang skala kecil yang mempunyai modal kerja berkisar antara 35 juta kebawah.
Volume Penjualan Tabel 7: Volume Penjualan
volume penjualan
Frekwensi
%
800.000 – 2.500.000
20
31.80%
2.501.000 - 6000.0000
35
55.50%
6.001.000 - 850000000
8
12.70%
Total
63
100%
Sumber: Data diolah, 2013 Dari hasil tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa volume penjualan dari usaha konveksi di Kota Malang paling kecil adalah Rp 800.000 – 2.500.00 sejumlah 20 perusahaan dan yang paling tinggi adalah Rp 8.500.000 sebulan. Terbanyak adalah perusahaan dengan volume penjualan diantara Rp 2.501.000 – Rp 6.000.000 dimana proporsinya sebesar 55.50% dari 63 responden penelitian. Untuk peningkatan omzet penjualan tentunya menjadi hal yang penting bagi perusahaan agar teteap terus bertahan dan berkembang dikemudian hari. Pembahasan Melalui pengujian hipotesis sebelumya, dari variabel modal, volume penjualan, tingkat pendidikan dan Upah, keempat variabel ini mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di industri konveksi Kota Malang Pengaruh Modal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Variabel Modal kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Apabila variabel lainya dianggap kostan, maka dengan semakin meningkatnya modal kerja maka penyerapan tenaga kerja dapat menurun sebesar 0,049. Variabel modal memang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja tetapi pada kenyataanya modal tidak berpengaruh langsung terhadap penyerapan, ini bisa dilihat bahwa industri kecil yang karakteristiknya mempunyai modal hanya 1 sampai 1 - 35juta dan modal awal yang digunakan tidak hanya untuk produksi saja tetapi ada biaya lainya yaitu fix cost seperti sewa tempat atau beli tempat dan mesin konveksi tersebut.
Pengaruh Volume PenjualanTerhadap Penyerapan Tenaga Kerja Variabel volume penjualan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Apabila variabel lainya dianggap konstan, maka dengan meningkatnya volume penjualan di sebuah industri konveksi akan menyerap tenaga kerja sebesar 0,020 kali. Volume penjualan dalam sektor informal dapat mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja.volume penjualan yang semakin banyak di berikan oleh pengusaha industri konveksi akan cenderung memaksa tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan tambahan dan hal itu menyebabkan terlantarnya pekerjaan para pegawai dan akirnya kebijakan pengusaha konveksi adalah menambah tenaga kerja.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Tingkat pendidikan tenaga kerja yang ada pada industri konveksi Kota Malang antara lain : dari pekerja yang tidak lulus SD, lulusan SD, lulusan SLTP, lulusan SMA dan lulusan perguruan tinggi. Variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Apabila variabel lainya dianggap konstan, maka tingkat pendidikan yang menunjukkan jika variabel Tingkat Pendidikan semakin meningkat maka Penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan sebesar 0,042. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika persepsi sosial konsumen semakin meningkat maka Penyerapan tenaga kerja akan meningkat pula. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap penyerapan tenaga kerja di industri kecil konveksi di malang. .
D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, terkait dengan faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja Industri Konveksi di Kota Malang, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
2.
3. 4. 5. 6.
Upah yang di berikan dalam industri konveksi ini rata-rata adalah di bawah upah minimum Kota Malang dan tingkat pendidikan karyawan yang ada di usaha ini kebanyakan adalah SMA yang di manah memang usaha konveksi ini hanya memerlukan kebiasaan dan keahlian yang tidak terlalu rumit. Modal yang digunakan oleh pemilik usaha ini rata-rata tidak dari modal sendiri melainkan dari modal pinjaman dari sodara,kerabat,bank,dll dan volume penjualan di industry konveksi ini hanya sebatas kemampuan pekerja menyelesaikan pekerjaannya dan bahan baku yang mampu di beli oleh pengusaha. Variabel Modal memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Variable volume penjualan, tingkat pendidikan , dan upah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja Secara bersama-sama, Variabel modal, volume pejualan, tingkat pendidikan, dan upah berpengaruh secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja. Sedangkan variabel yang dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja adalah variabel tingkat pendidikan dimana variabel tingkat pendidikan tersebut merupakan variabel yang memiliki nilai koefisien regresi yang paling besar yaitu 0,042.
Saran Sebagaimana kesimpulan, saran-saran yang dapat dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagi berikut: 1.
2.
Mengamati perkembangan Industri Konveksi di Malang yang semakin ketat hendaknya Industri Konveksi Di Kota Malang terus meningkatkan kinerja pemasarannya dan penjualannya. Hal penting perlu diperhatikan dari hasil penelitian adalah bahwa faktorfaktor seperti Volume Penjualan, Tingkat Pendidikan, dan Upah merupakan variabel yang cukup berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Khususnya tingkat pendidikan, berdasarkan hasil penelitian ternyata merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Tentunya hal ini mendorng indstri konveksi untuk meningkatkan kualitas rekrutmen karyawan berdasarkan tingkat pendidikan. Potensi yang dapat dikembangkan oleh Departemen Perindustrian khususnya industri Konveksi Di Kota Malang adalah dengan memberikan kemudahan-kemudahan perijinan dalam mendistribusikan hasil produksi konveksi, seperti kemudahan pengadaan sarana transportasi, mengingat salah satu variabel volume penjualan merupakan faktor yang
3.
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dimana dengan kemudahan perusahaan konveksi mengirimkan hasil produksinya diharapkan mampu meningkatkan volume penjualannya dengan harapan penyerapan tenaga kerja akan meningkat pula dalam rangka penambahan lapangan pekerjaan di Kota Malang. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dan perbandingan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dan bahan perbandingan untuk penelitian yang serupa di masa yang akan datang khususnya bidang ketenagakerjaan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta Bellante, Don & Mark Janson 2006. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta : Lembanga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Clapham, Ronald 1987. Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis Industri Dan Pesaing.Jakarta : Erlangga. Ehrenberg, Ronald 1982. Modern Labor Economic. Scoot and Foresman Company Fahmi, Fajar Nur 2007. Peranan Industri Kecil Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Lamongan. Malang : Brawijaya. Kuncoro, Mudrajat 1997. Pengantar Ekonomi Pembangnan. Yogyakarta: YKPN. Sitanggang, Ignatia Rohana & Nachrowi, Djalal Nachrowi 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi Pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral : Analisis Model Demometrik di 30 Propisnsi Pada 9 Sektor Di Indonesia. Vol V