TESIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KREATIF KOTA DENPASAR
LUH DIAH CITRARESMI CAHYADI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
TESIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KREATIF DI KOTA DENPASAR
LUH DIAH CITRARESMI CAHYADI NIM 1191461001
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KREATIF DI KOTA DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelas Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana Univesitas Udayana
LUH DIAH CITRARESMI CAHYADI NIM 1191461001
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
ii
Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL…………………………
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibia, SE, SU NIP. 19481231 197302 1 001
Dr. Dra. A.A.I.N Marhaeni, SE., MS NIP. 19621231 198601 2 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Wayan Sudirman, SE, SU NIP. 19500510 197803 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal………………………..
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No:……………………, Tanggal……………………….. Ketua
: Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibia, SE, SU
Anggota : 1. Dr. Dra. A.A.I.N Marhaeni, SE., MS 2. Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS 3. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si 4. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE., MP
iv
Surat Pernyataan Bebas Plagiat Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Luh Diah Citraresmi Cahyadi
NIM
: 1191461001
Program Studi
: Pembangunan Daerah
Judul Tesis
: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri pakaian jadi Kota Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan Peratuuran Perundang-Undangan yang berlaku.
Denpasar, Oktober 2013 Yang Membuat Pernyataan
(Luh Diah Citraresmi Cahyadi)
v
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akhirnya Tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kreatif Di Kota Denpasar” dapat terselesaikan. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD sebagai Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi Sp.S(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswi Program magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. I Wayan Sudirman, SE., SU, sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan moral, pikiran dan tenaga selama prosess pendidikan dan memberikan arahan serta bimbingan selama penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Drs. I Ketut Sudibia, SU selaku pembimbing I dan Dr. Dra. A.A.I.N Marhaeni, MS selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan untuk penyelesaian tesis ini. Tidak lupa pula pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para tim Penguji Tesis lainnya yaitu, Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS, Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si dan Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE., MP yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, serta koreksi demi penyempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih yang tulis juga penulis sampaikan kepada seluruh pengelola, dosen dan pegawai pada Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayan, yang telah banyak memberikan bantuan dan layanan selama proses pendidikan sampai pada penyelesaian tesis ini. Rekan-rekan Mahasiswa Angkatan XX, yang tidak henti-hentinya saling memberikan motivasi dan memacu semangat serta doa selama menempuh proses pendidikan hingga akhir studi dapat dilalui dengan baik. Keluarga serta seluruh saudara yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmatNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dari awal proses pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.
Denpasar, Oktober 2013 Penulis
vi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PAKAIAN JADI KOTA DENPASAR ABSTRAK Perkembangan ekonomi berbasis industri mendorong berkembangnya industri kreatif. Salah satu sub sektor ekonomi kreatif yang potensial dikembangkan di Kota Denpasar adalah subsektor fashion. Subsektor fashion diperkuat oleh industri tenun ikat dan industri pakaian lokal yang menawarkan pakaian jadi hasil produksi lokal. Peranan subsektor ini diharapkan mampu menjadi leading sektor yang memacu pertumbuhan industri lainnya dan menjanjikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan analisis untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung modal, tingkat upah, teknologi dan investasi melalui jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar; untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara langsung modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar dan Untuk menganalisis arah pengaruh modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. Sumber data yang digunakan ada dua yaitu data primer yang diperoleh dari wawancara langsung kepada pengusaha pakaian jadi dan data sekunder yang didapat dari Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara terstruktur dan wawancara mendalam. Alat analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis jalur. Hasil analisis karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha industri pakaian jadi di Kota Denpasar berusia 20 hingga 30 tahun dan sebagian besar tingkat pendidikannya adalah S1. Hasil analisis jalur pada substruktural pertama, variabel modal, investasi dan teknologi berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi tetapi tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Jadi variabel jumlah produksi bukan variabel intervening bagi penyerapan tenaga kerja. Hasil analisis jalur pada substruktural kedua, variabel tingkat upah dan investasi berpengaruh signifikan dan langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Variabel tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, karena saat perusahaan pakaian jadi semakin berkembang, maka akan terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja yang pada akhirnya mempengaruhi biaya upah yang harus dikeluarkan oleh pengusaha. Variabel investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, dikarenakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan pakaian jadi adalah dalam bentuk padat modal sehingga tidak akan meningkatkan permintaan tenaga kerja. Kata Kunci: Penyerapan tenaga kerja, industri kreatif
vii
ANALYSIS OF THE FACTORS AFFECTING EMPLOYMENT IN READY TO WEAR INDUSTRY OF DENPASAR ABSTRACT Development economies based on industry encourage the development of creative industry. Either potential sub sektor of creative industry in Denpasar is fashion. Fashion is reinforced by tenun ikat industry and local brand industry that offer ready to wear clothing. The role of fashion industry expected capable as leading sektor to spur the growth of other industry and pledge the employment opportunities. Based on that circumstance, required an analysis about factors that affects the employment on ready to wear industry. This research has purpose to discover the indirect influence of capital, wage, technology, and investment through number of productions against employment on ready to wear industry at Denpasar; to discover the direct influence of capital, wage, technology, investment and number of productions against employment on ready to wear industry at Denpasar and to discover the directions of capital, wage, technology, investment and number of productions against against employment on ready to wear industry at Denpasar. Source of data used there are two, primary data obtained from direct interview to ready to wear businessman and the secondary data obtained from Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Office. Data collection methods used was observation, structural interview and intimate interview. The analysis tools are descriptive analysis and path analysis. The result of the analysis of the characteristics of respondents indicated that most ready to wear businessman at Denpasar, the age around 20 up to 30 years old and the educations mostly graduated. The results of the path analysis on first structural are capital, invest and technologies significant affect the number of productions, but indirectly the variables didn’t influence the employment. Therefore the number of productions didn’t the intervening variable for employment. The results of the path analysis on second structural are, wage and invest significant and directly affect against employment. Wage takes positive and significant effect against employment, because when the companies evolve, then the demand of labor will be increase and at the will affect the wage cost that must been paid by businessman. While invest takes negative and significant effect against employment, because the investment they do is capital-intensive investment so that did not increase the demand labor. Keywords: Demand for labor, creative industry
viii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ............................................................................................................ PRASYARAT GELAR ................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... SURAT PERNYATAAN ............................................................................... UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... ABSTRACT..................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA......................................................... DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
i ii iii iv v vi vii viii ix xii xiv xv xvi 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ... .............................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................
8
1.4 Manfaat Penelitian .... ...........................................................
9
1.5 Sistematika Penulisan............................................................
9
KAJIAN PUSTAKA ...................................................................
12
2.1. Konsep-konsep dan Definisi yang Digunakan ..................
12
2.1.1. Industri kecil...........................................................
12
2.1.2. Industri kreatif........................................................
13
2.1.3. Permintaan tenaga kerja .........................................
13
2.1.4. Jumlah produksi .....................................................
14
2.1.5. Teknologi ...............................................................
14
2.1.6. Modal ...................................................................
14
2.1.7. Tingkat upah .........................................................
15
2.1.8. Investasi..................................................................
15
2.2. Teori-teori yang Digunakan ..............................................
16
2.2.1. Industri kecil...........................................................
16
2.2.2. Ekonomi kreatif......................................................
18
BAB II
ix
2.2.3. Sub-sektor ekonomi kreatif .................................... 2.2.4. Ketenagakerjaan Kerja
BAB III
BAB IV
BAB V
dan
Permintaan
19
Tenaga
...................................................................
22
2.2.5. Fungsi Produksi......................................................
28
2.3. Keaslian Penelitian ...........................................................
28
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .............................................................................
33
3.1 Kerangka Berpikir dan Konsep Penelitian............................
33
3.2 Hipotesis Penelitian..............................................................
35
METODE PENELITIAN ...........................................................
37
4.1 Rancangan Penelitian..... .......................................................
37
4.2 Lokasi, Ruang Lingkup, dan Waktu Penelitian ....................
37
4.3 Identifikasi Variabel..............................................................
38
4.4 Definisi Operasional Variabel...............................................
39
4.5 Jenis dan Sumber Data ..........................................................
40
4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ................
41
4.7 Metode Pengumpulan Data ...................................................
43
4.8 Teknik Analisis Data.............................................................
44
4.8.1 Statistik deskriptif ......................................................
44
4.8.2 Analisis jalur (path analysis)......................................
44
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...............
48
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..... ................................
48
5.1.1 Kondisi geografis ......................................................
48
5.1.2 Perekonomian daerah ................................................
48
5.1.3 Ketenagakerjaan........................................................
49
5.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................
51
5.2.1 Umur Responden.......................................................
51
5.2.2 Tingkat Pendidikan Responden.................................
52
5.2.3 Modal ........................................................................
53
5.2.4 Tingkat upah..............................................................
54
5.2.5 Investasi.....................................................................
55
x
5.2.6 Teknologi ..................................................................
56
5.2.7 Jumlah produksi ........................................................
56
5.3 Jawaban Terhadap Tujuan Penelitian....................................
57
5.3.1 Pengaruh tidak langsung variabel modal, tingkat upah, investasi, dan teknologi melalui jumlah produksi pada industri pakaian jadi Kota Denpasar.................................................................... 5.3.2 Pengaruh langsung variabel modal, tingkat upah, investasi, teknologi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi Kota Denpasar ...................................... 5.4 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 5.4.1 Pengaruh tidak langsung variabel modal, tingkat upah, investasi, dan teknologi melalui jumlah produksi pada industri pakaian jadi Kota Denpasar.................................................................... 5.4.2 Pengaruh langsung variabel modal, tingkat upah, investasi, teknologi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi Kota Denpasar ...................................... 5.5 Keterbatasan Penelitian......................................................... BAB VI
57
59 60
60
64 69
SIMPULAN DAN SARAN..........................................................
70
6.1 Simpulan ...............................................................................
70
6.2 Saran .....................................................................................
70
DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
No. Tabel 1.1 1.2 1.3 1.4 5.1
Halaman
Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (%) ..................................................................................... Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (%) .......................................................................... Jumlah Industri Kecil Di Kota Denpasar Tahun 2011 ........................ Jumlah Dan Tenaga Kerja Industri Kecil Di Kota Denpasar Tahun 2009-2011 ................................................................................. PDRB Per Kapita dan Laju Pertumbuhan PDRB di Kota Denpasar Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2011 ............
1 3 4 5 49
5.2
Statistik Ketenagakerjaan Kota Denpasar Tahun 2009-2011 .............. 50
5.3
Statistik Ketenagakerjaan Kota Denpasar Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Tahun 2009-2011 ................................................................ 51
5.4
Ketenagakerjaan Menurut Status Pekerjaan Utama Kota Denpasar tahun 2011 (%)..................................................................... 51
5.5
Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Umur, 2013 ..................................................................... 52
5.6
Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................................................... 53
5.7
Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Modal .............................................................................. 54
5.8
Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Tingkat Upah................................................................... 55
5.9
Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Investasi........................................................................... 55
5.10
Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Teknologi ........................................................................ 56
5.11
Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Jumlah Produksi .............................................................. 57
5.12
Hasil Analisis Regresi Substruktural Pertama ..................................... 57
5.13
Hasil Analisis Regresi Substruktural Kedua ........................................ 59
xii
5.14
Hasil Analisis Regresi Substruktural Pertama ..................................... 60
5.15
Hasil Analisis Regresi Substruktural Kedua ........................................ 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Halaman
3.1 Model Kerangka Pemikiran dan Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif Kota Denpasar ...................................................................................... 35 4.1 Model Analisis Jalur Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif Kota Denpasar............................................................................................... 46
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG PDB (Produk Domestik Bruto) ........................................................................ 1 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ...................................................... 2
xv
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran 1. 2. 3. 4.
Kuesioner Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif Kota Denpasar ................... Tabulasi Data Responden Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif di Kota Denpasar................................................................................................ Regresi Sub Struktural Pertama ............................................................ Regresi Sub Struktural Kedua ...............................................................
xvi
78 82 87 89
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transformasi sektor ekonomi dari berbasis agraris menjadi perekonomian yang berbasis industri, menyebabkan sektor industri menjadi leading sektor dalam perekonomian Indonesia yang diharapkan mampu untuk memberikan pengaruh positif bagi sektor ekonomi lain dan juga penyerapan tenaga kerja (Arsyad, 2004). Tabel 1.1 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya, tetapi menunjukkan penurunan dalam lima tahun terakhir. Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (%) Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian
2008 14.50
2009 15.30
2010 15.29
2011 14.70
2012 14.44
10.90
10.60
11.16
11.85
11.78
Industri Pengolahan
27.80
26.40
24.80
24.33
23.94
Listrik, Gas & Air Bersih
0.80
0.80
0.76
0.77
0.79
Bangunan
8.50
9.90
10.25
10.16
10.45
Perdagangan, Hotel & Restoran
14.00
13.30
13.69
13.80
13.90
Pengangkutan dan Komunikasi
6.30
6.30
6.56
6.62
6.66
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7.40
7.20
7.24
7.21
7.26
Jasa-jasa
9.70
10.20
10.24
10.56
10.78
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
PDB
Sumber: BPS Indonesia, 2013
1
2
Industri di Indonesia secara kuantitatif, 80 persen dikuasai oleh industri kecil dan menengah yang pada umumnya dijalankan oleh masyarakat kecil. Peranan industri kecil sangat penting bagi perkembangan ekonomi lokal, karena sesuai dengan tujuan pembangunan lokal yaitu membuka lapangan kerja bagi masyarakat, menggunakan sumber daya yang ada dan dapat memenuhi kebutuhan pasar
lokal
(Rejekiningsih,
2004;
Saputra,
2010).
Pertumbuhan
dan
perkembangan industri kecil mendorong terciptanya kegiatan ekonomi kreatif yang mengembangkan potensi sub-sektor industri kreatif. Gagasan ekonomi kreatif dipercaya dapat memobilisasi kreativitas masyarakat sehingga menjadi aspek penting yang mampu mengubah kondisi ekonomi lokal (Chapain dan Comunian, 2006; Foord, 2008). Ekonomi kreatif menyajikan media komunikasi dan sector budaya sebagai lokasi prioritas bagi pertumbuhan pasar dan kesempatan kerja sehingga dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi pada umumnya, baik pada tingkat lokal maupun nasional (Stam, de Jong, dan Marlet, 2008; Power dan Nielsen, 2010; Peuter, 2011). Indonesia memiliki empat kawasan industri yang sudah diakui sebagai kawasan kreatif, dengan infrastruktur fondasi dan pilar industri yang kuat antara lain; Bandung, Bali, DKI Jakarta dan Yogyakarta. Keempat kawasan tersebut merupakan citra atau identitas yang menjadi tolak ukur perkembangan industri kreatif di Indonesia. Tabel 1.2 menunjukkan kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Propinsi Bali pada tahun 2007 hingga 2011. Bali sebagai salah satu kawasan industri kreatif justru menunjukkan pertumbuhan sektor industri yang berfluktuasi
3
dalam lima tahun terakhir, bahkan pada tahun 2011 kontribusi sektor industri pengolahan hanya 8,95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan industri kreatif di Bali belum mampu meningkatkan kontribusi sektor industri terhadap PDRB. Tabel 1.2 Distribusi Persentase PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (%) Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian
2007
2008
2009
2010
2011
20,85
19,04
18,79
18,14
17,34
0,60
0,66
0,64
0,70
0,73
Industri Pengolahan
9,75
9,52
9,27
9,18
8,95
Listrik, Gas & Air Bersih
1,52
2,04
1,93
1,89
1,95
Bangunan
3,87
4,93
4,58
4,55
4,68
Perdagangan, Hotel & Restoran
31,27
28,50
29,64
30,01
30,62
Pengangkutan dan Komunikasi
10,96
12,71
13,59
14,44
14,46
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7,38
7,50
7,02
6,82
6,73
Jasa-jasa
13,80
15,10
14,54
14,27
14,53
PDRB
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2013 Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali, berinisiatif untuk mengimplementasikan kegiatan industri kreatif yang berbasis budaya unggulan khususnya pada industri kecil sebagai kekuatan ekonomi lokal (Saptutyningsih, 2005; Geria, 2009). Tabel 1.3 menunjukkan jumlah industri kecil dan tenaga kerja yang diserap pada tahun 2011, Kota Denpasar memiliki 1.138 unit usaha kecil yang tersebar di empat kecamatan dengan jumlah tenaga kerja 10.634 orang.
4
Kecamatan Denpasar Utara memiliki jumlah industri kecil tertinggi sedangkan industri kecil di Kecamatan Denpasar Barat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Tabel 1.3 Jumlah Industri Kecil Di Kota Denpasar Tahun 2011 Industri Kecil (unit) Denpasar Selatan 265 Denpasar Timur 229 Denpasar Barat 320 Denpasar Utara 324 Kota Denpasar 1138 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 Kecamatan
Tenaga Kerja (orang) 2110 1857 3466 3201 10634
Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2009) sejauh ini di Kota Denpasar terdapat 4 sub sektor ekonomi kreatif yang memiliki potensi untuk dikembangkan, yaitu: musik, penerbitan dan percetakan, kerajinan dan fashion. Sementara itu, Pemerintah Kota Denpasar melalui Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar merumuskan tiga subsektor potensial yang dapat berkembang, yaitu: pasar barang seni, kerajinan dan fashion (balidenpasartranding, 2013). Tabel 1.4 menunjukkan jumlah usaha, dan tenaga kerja dari industri kecil yang memiliki potensi dikembangkan menjadi industri kreatif.
Industri tekstil yang memproduksi pakaian jadi dari tekstil di Kota
Denpasar pada tahun 2009 hingga tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan tertinggi setiap tahunnya, dibandingkan industri lain baik dari jumlah usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Melihat peranan sektor industri kreatif khususnya sub sektor fashion yang memproduksi pakaian jadi demikian besar terhadap penyerapan ternaga kerja, maka industri tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Jika dibina dengan baik maka sub sektor ini akan menjanjikan semakin luasnya kesempatan kerja, sehingga perlu dianalisis faktor-
5
faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. Tabel 1.4 Jumlah dan Tenaga Kerja Industri Kecil Di Kota Denpasar Tahun 20092011 Jumlah Usaha (unit) 2009 2010 2011
Tenaga Kerja (orang) 2009 2010 2011
Pakaian Jadi dari Tekstil
106
110
135
1236
1271
1460
Percetakan dan Penerbitan
59
67
69
377
459
479
Kerajinan
24
25
25
187
191
191
Media Rekam dan Plastik
10
10
10
51
51
51
Jenis Industri
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 Tenun ikat merupakan salah satu warisan budaya lokal yang menjadi produk unggulan tekstil Kota Denpasar. Untuk mengangkat produk unggulan ini, pemerintah Kota Denpasar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, aktif melaksanakan berbagai kegiatan meliputi workshop, seminar, fashion show, dan berbagai kegiatan lainnya. Perkembangan industri tenun ikat di Kota Denpasar tentu diharapkan dapat meningkatkan sumbangan sektor industri khususnya industri kreatif terhadap PDRB (Dekranasda, 2012). Selain tenun ikat, industri pakaian jadi juga diperkuat oleh distribution store yang menawarkan pakaian jadi hasil produksi brand lokal (Suluh Bali,2013). Modal berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi dalam suatu industri. Penelitian yang dilakukan Sutristyaningtyas dan Sadik (2012) bahwa setiap kenaikan modal sebesar 1 persen, maka jumlah produksi akan meningkat sebesar 3,752117 persen. Yuniartini (2013) juga menjelaskan modal memiliki
6
pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi, dimana setiap penambahan modal sebesar 1 rupiah maka jumlah produksi akan meningkat sebesar 3.411 unit. Modal yang dimiliki oleh suatu industri akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri tersebut. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yanuwardani dan Woyanti (2009) yang menyatakan bahwa setiap peningkatan modal akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dalam suatu industri. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Adrianto (2013) menyatakan bahwa modal berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan penambahan modal yang dilakukan cenderung untuk menambah bahan baku dan insentif kepada tenaga kerja. Tingkat upah merupakan pemberian kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi yang pada dasarnya adalah imbalan atau balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya dalam kegiatan produksi. Sistem pengupahan harus adil dan kompetitif agar pekerja termotivasi dan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Pada umumnya semakin tinggi tingkat upah maka akan memperkecil penyerapan tenaga kerja dalam suatu industri karena berkaitan dengan efisiensi biaya produksi (Umar, 2010; Sulistiawati, 2012). Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Falch (2008), Dimas dan Woyanti (2009) dan Ransom dan Sims (2009) menunjukkan bahwa variabel tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya saat terjadi kenaikan tingkat upah maka penyerapan tenaga kerja dalam suatu industri juga akan mengalami penurunan.
7
Teknologi memiliki peranan penting dalam pengembangan industri kecil akan tetapi pengembangan teknologi masih menjadi kendala. Penggunaan teknologi dalam suatu industri tentu akan sangat mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Semakin majunya teknologi, hasil produksi akan lebih baik dan kuantitas produksi hampir sama dengan manusia. Kenyataan ini menyebabkan industri lebih memilih meningkatkan teknologi dibanding penyerapan tenaga kerja (Levy dan Powell, 2000; Haryani, 2002; Heatubun, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniartini (2013) menunjukkan bahwa teknologi tidak berpengaruh terhadap jumlah produksi dalam suatu industri. Di sisi lain pengaruh teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja memiliki pengaruh positif. Hal ini dinyatakan oleh Indraswati (2012), yang mendapatkan hasil bahwa teknologi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 17, 79 persen. Investasi memiliki peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja, dalam industri kreatif khususnya investasi dengan bentuk padat karya. Nilai investasi akan menentukan skala usaha dan mempengaruhi kemampuan usaha dalam menggunakan faktor produksi (Ito dan Rose, 2005; Rizvi, 2009; Putra, 2012). Penelitian yang dilakukan Jamli (2012) menyatakan bahwa investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah produksi. Penambahan investasi sebesar 1 rupiah, akan menurukan jumlah produksi sebesar 2,08 persen. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Woyanti (2009) menunjukkan bahwa kenaikan investasi pada usaha kecil sebesar 100 juta rupiah akan meningkakan permintaan tenaga kerja sebanyak 6 hingga 7 orang.
8
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apakah modal, tingkat upah, teknologi dan investasi berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja melalui jumlah produksi pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar? 2) Apakah modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi berpengaruh signifikan secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar? 3) Bagaimana pengaruh modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung modal, tingkat upah, teknologi dan investasi melalui jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara langsung modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 3) Untuk menganalisis arah pengaruh modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar.
9
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis maupun praktis bagi semua kalangan yang berkaitan dengan penelitian ini. 1) Kegunaan Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya ragam penelitian penyerapan tenaga kerja pada industri kreatif di Kota Denpasar dan mampu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai industri kecil, ekonomi kreatif, sub sektor ekonomi kreatif, ketenagakerjaan dan permintaan tenaga kerja, dan fungsi produksi dan penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi khususnya bagi mahasiswa. 2) Kegunaan Praktis Dengan mengetahui adanya pengaruh modal, tingkat upah, teknologi, dan nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kreatif di kota Denpasar diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah daerah setempat dalam membuat dan menentukan kebijakankebijakan yang berkaitan dengan industri kecil, ekonomi kreatif, sub sektor ekonomi kreatif, ketenagakerjaan dan permintaan tenaga kerja, dan fungsi produksi dan penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penyajian penulisan ini terdiri dari enam bab, yaitu:
10
BAB I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah kemudian dirumuskan ke dalam beberapa pokok permasalahan, juga dibahas mengenai tujuan dan kegunaan laporan dan sistematika penyajian laporan. BAB II Kajian Pustaka Pada bab ini diuraikan konsep dan definisi yang digunakan dalam penelitian, teori yang digunakan dan keaslian penelitian. Teoriteori yang diuraikan dalam bab ini antara lain industri kecil, ekonomi kreatif, sub sektor ekonomi kreatif, ketenagakerjaan dan permintaan tenaga kerja, dan fungsi produksi. Selanjutnya diuraikan keaslian penelitian yang terdiri dari hasil-hasil penelitian yang mendukung baik dari jurnal asing maupun jurnal dalam negeri. Semua jurnal tersebut juga dielaborasi ke dalam berbagai bab, tidak dalam sub bab tersendiri. Penjelasan yang diuraikan dapat menjustifikasi bahwa penelitian yang dibuat adalah penelitian yang asli. BAB III Kerangka Berpikir, Konsep, dan Hipotesis Penelitian Pada bab ini diuraikan kerangka berpikir dan konsep penelitian dengan gambar. Kemudian dilanjutkan dengan rumusan hipotesis penelitian. BAB IV Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan analisis jalur. BAB V Data Dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini diuraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi data hasil penelitian, meliputi: karakteristik responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, modal,
11
tingkat upah, jumlah produksi, investasi dan teknologi. Jawaban terhadap tujuan penelitian dan pembahan mengenai hasil analisis statistik deskriptif dan analisis jalur. Terakhir adalah membahas keterbatasan penelitian. BAB VI Simpulan Dan Saran Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dari hasil pembahasan dan saran yang diharapkan dapat membantu perkembangan industri pakaian jadi di Kota Denpasar.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi yang Digunakan Dalam penelitian ini muncul banyak istilah yang terkait dengan penyerapan tenaga kerja. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu penjelasan konsepkonsep yang akan digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep yang diuraikan pada bagian berikut adalah konsep industri kecil, industri kreatif, permintaan tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja, jumlah produksi, modal, tingkat upah, teknologi dan investasi. 2.1.1 Industri kecil Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan jumlah tenaga kerja per badan usaha sebagai kriteria untuk membedakan antara berbagai industri. Menurut BPS, industri kecil adalah industri yang mempekerjakan 5-19 orang pekerja. Definisi lain dikemukakan oleh Mead dan Liedholm (1998) yang menjelaskan bahwa kegiatan industri kecil pada umumnya mempekerjakan 1-50 orang pekerja. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menambahkan bahwa usaha kecil adalah suatu badan usaha milik Warga Negara Indonesia (WNI) baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) sebanyak-banyaknya 200 juta rupiah dan atau mempunyai omzet/nilai output atau hasil penjualan rata-rata per tahun sebanyakbanyaknya 1 milyar rupiah dan usaha tersebut berdiri sendiri. Definisi berbeda dikemukakan oleh Departemen Perdagangan yang mendefinisikan bahwa industri kecil (SMERU, 2003).
12
13
2.1.2 Industri kreatif Industri kreatif di definisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menjadikan kreativitas, budaya serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut (Howkins, 2001 dalam Moelyono, 2010, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2009). Industri kreatif merupakan persimpangan seni, budaya, bisnis dan teknologi termasuk kegiatan yang berkaitan dengan desain, produksi, dan distribusi barang dan jasa yang menggunakan modal intelektual sebagai masukan utama (Galloway dan Dunlop, 2007; Bobirca dan Draghici, 2011). 2.1.3 Permintaan tenaga kerja Keputusan pengusaha untuk meningkatkan atau mengurangi permintaan tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap permintaan konsumen akan barang dan jasa. Semakin tinggi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa maka permintaan tenaga kerja juga akan meningkat dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan, pengusaha mempekerjakan seseorang untuk meningkatkan produksi barang dan jasa perusahannya (Simanjuntak, 1985 dalam Tindaon, 2009).Perkembangan industri
kreatif
memberikan
dampak
terhadap
permintaan
tenaga
kerja.Potensialnya pasar produk-produk kreatif sehingga meningkatkan jumlah usaha yang pada akhirnya menyebabkan peningkatkan permintaan tenaga kerja (Putra, 2010; Martini, 2011).
14
2.1.4 Jumlah Produksi Jumlah produksi adalah kuantitas yang dihasilkan dari kombinasi dan koordinasi berbagai faktor-faktor produksi selama periode waktu tertentu. Jumlah produksi dalam suatu industri sangat dipengaruhi oleh tingkat investasi. Semakin tinggi tingkat investasi pada suatu industri maka jumlah produksi juga akan mengalami peningkatan (Sukirno, 2005; Jamli, 2012). 2.1.5 Teknologi Teknologi berarti perubahan dalam teknik produksi, perbaikan peralatan yang digunakan dalam proses produksi, peningkatan kemampuan pekerja, dan perbaikan dalam mengurus perusahaan. Penggunaan teknologi yang tepat guna akan mendukung adanya inovasi-inovasi produk, meningkatkan daya saing produk dan menjadi hambatan masuk bagi perusahaan pesaing. (Sukirno, 2005; Kesumadinata dan Budiana, 2012). 2.1.6 Modal Modal kerja merupakan aktiva lancar yang digunakan oleh perusahaan untuk mendanai kegiatan produksi, seperti pembelian bahan baku, pembayaran utang dan lainnya. Modal kerja terdiri dari barang yang akan digunakan dalam proses produksi, tidak meliputi mesin, tanah dan bangunan milik perusahaan tersebut. Semakin tinggi modal yang dimiliki oleh industri maka penyerapan tenaga kerja juga akan semakin tinggi. (Zamrowi, 2007; Ahmad, 2004 dalam Arsha dan Natha, 2013).
15
2.1.7 Tingkat upah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Bab I Pasal 1 angka 30 dijelaskan bahwa upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja yang ditetapkan dan dibayarkan sesuai dengan perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, atas pekerjaan yang telah dilakukannya (Nisfihani, Wijaya, dan Junaidi, 2013). Sukirno (2005) dan Badan Pusat Statistik (2011) menjelaskan upah merupakan balas jasa yang dibayarkan oleh perusahaan kepada tenaga kerja atas jasa fisik maupun mental yang telah mereka sediakan, sebelum dikurangi pajak baik dalam bentuk uang maupun barang. 2.1.8 Investasi Investasi didefinisikan sebagai pengeluaran atau penanaman modal pada perusahaan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang modal dan perlengkapan lain yang dapat membantu proses produksi dan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas faktor-faktor produksi. Tingkat suku bunga sangat mempengaruhi investasi. Jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari pengembalian modal maka investasi yang dilakukan tidak menguntungkan sehingga perusahaan akan membatalkan investasi tersebut. Barang modal sendiri terdiri dari pabrik, kantor, mesin dan produk tahan lama lain yang digunakan dalam proses produksi. Peningkatan output yang terjadi secara signifikan akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja. Investasi semacam ini dinamakan investasi modal kerja, walau pun
16
masih ada jenis investasi lainnya yaitu: investasi konsumsi dan investasi produksi. (Sukirno, 2004; Imamudin, 2008 dalam Silvia, Wardi dan Aimon, 2013; Kawengian dalam Dewi, 2009, Susilo, 2012). 2.2 Teori-Teori yang Digunakan 2.2.1 Industri kecil Industri kecil merupakan salah satu komponen dari industri pengolahan yang masih menggunakan sistem sederhana dan dinilai mampu untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga perlu dioptimalkan peranannnya sehingga diperlukan langkah-langkah untuk mendukung industri kecil untuk meningkatkan konsistensi dan efektivitasnya (Europe Commission, 2005; Badan Pusat Statitik, 2010; Adrianto, 2013). Kuncoro (2000) menjelaskan bahwa usaha kecil pada umumnya memiliki karakteristik yang seragam, yaitu: 1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara administrasi dan operasional. Kebanyakan pemilik adalah perorangan dan merangkap menjadi pengelola. Sumber tenaga kerja juga kebanyakan dari keluarga. 2) Industri kecil kurang memiliki akses ke lembaga perkreditan formal, dikarenakan sulitnya persyaratan yang diajukan untuk peminjaman kredit. Hal ini menyebabkan kebanyakanmereka menggantungkan permodalan dari pinjaman informal seperti dari keluarga terdekat atau bahkan rentenir. Ini akan sangat menghambat pertumbuhan usaha kecil. 3) Sebagian besar industri kecil belum berbadan hukum. Perkembangan industri kecil dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok:
17
1) Livelihood Activities Merupakan usaha kecil menengah yang digunakan sebagai kesempatan untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. 2) Micro Enterprise Merupakan usaha kecil menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan. 3) Small Dynamic Enterprise Merupakan usaha kecil menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4) Fast Moving Enterprise Merupakan usaha kecil menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (Rahmana, 2009; Ngatindriatun, dkk, 2011). Industri kecil juga memiliki konsep yang terdiri dari 2 aspek, yaitu: 1) Aspek Perusahaan Usaha kecil dari aspek perusahaan adalah aktivitas produksi yang mengkombinasikan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, memasarkan dan mencari keuntungan. 2) Aspek Pengusaha Usaha kecil dari aspek pengusaha yaitu orang dibalik usaha atau perusahaan yang biasanya adalah pemilik, pengelola sekaligus administrator dari perusahaanya (Korawijayanti dan Listayani, 2009).
18
2.2.2 Ekonomi kreatif Ekonomi kreatif diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Untuk itu dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan diperlukan pengembangan ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin bertambah. Pengembangan ekonomi kreatif banyak ditentukan oleh perkembangan industri kreatif di tanah air (Jurnal Kajian Lenhannas, 2012). Industri kreatif merupakan komponen ekonomi dimana keterampilan, kreativitas, bakat dan budaya lokal merupakan masukan dan kekayaan intelektual adalah outputnya (Potts dan Cunningham, 2008; Keane, 2009; Cutler dan Buckeridge
dalam
James,
2010).
Boston’s
Creative
Economi
(2011)
mengkategorikan kegiatan ekonomi kreatif meliputi: 1) Kegiatan langsung yang menggunakan kreativitas individu dan keterampilan yang ditandai dengan inovasi dan orisinalitas yang mengarah ke penciptaan kekayaan intelektual dalam bentuk hak cipta. 2) Setiap kegiatan (hulu/hilir) yang secara langsung memberikan kontribusi untuk kegiatan kreatif seperti bahwa produk tersebut tidak akan ada dalam bentuk yang sama tanpa itu. 3) Pekerja mandiri (penulis atau seniman) karena industri kreatif juga mencakup banyak pekerja keras. Murjana Yasa (2009) mengatakan bahwa produk-produk kreatif memiliki ciri-ciri seperti: siklus hidup yang singkat, risiko yang relative tingi, margin, keanekaragaman, dan persaingan yang tinggi dan mudah ditiru. Untuk melindungi
19
produk kreatif tersebut, diperlukan pengakuan hak kekayaan intelektual agar unsur budaya yang terkandung dalam setiap produk tidak diklaim oleh pihak lain. 2.2.3 Sub sektor ekonomi kreatif Higgs, dkk (2008) mejelaskan bahwa ada sebelas kemungkinan bagi industri kreatif yang dapat diidentifikasi yaitu yang menciptakan budaya ‘produk’ termasuk seni, film dan permainan interaktif, dan mereka menyediakan bisnis jasa di bidang: arsitektur, pemasaran periklanan, design web dan pengembangan software. Istilah ekonomi kreatif juga mencakup berbagai mass media yang terdiri dari: radio, televisi, kantor berita dan penerbitan, serta pembuatan perhiasan dan museum. Moelyono (2010) menjelaskan bahwa sub-sektor yang merupakan bagian dari industri berbasis kreativitas adalah terdiri dari: 1) Periklanan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan meliputi proses kreasi, produksi, dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, kampanye relasi publik, promosi, tampilan iklan di media cetak dan elektronik, pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau sample, serta sewaan kolom iklan.
20
2) Arsitektur Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi secara menyeluruh dari level makro sampai level mikro. 3) Desain Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. 4) Pasar Barang Seni Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang galeri, toko, pasar swalayan, dan internet. 5) Kerajinan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin mulai dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. 6) Musik Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. 7) Fashion Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesori mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. British Council
21
(2008) menyatakan bahwa fashion merupakan sub sector yang relatif kecil tapi mampu berintegrasi tinggi ke pasar internasional karena mampu melakukan ekspor atas produk-produk mereka. 8) Permainan Interaktif Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan computer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub-sektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata, tapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi. 9) Video, Film, dan Fotografi Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film. 10) Seni Pertunjukan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 11) Layanan Komputer dan Piranti Lunak Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
22
12) Riset dan Pengembangan Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, seni; serta jasa konsultasi bisnis dan manajemen. 13) Penerbitan dan Percetakan Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid dan konten digital serta kegiatan kantor dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. 14) Televisi dan Radio Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi, penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay siaran radio dan televisi. 2.2.4 Ketenagakerjaan dan Permintaan Tenaga Kerja 1) Tenaga Kerja Sitanggang dan Nachrowi (2004) menyatakan ada dua pengertian tenaga kerja:
23
(1) Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar kerja dan biasanya siap untuk digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar tenaga kerja. Selama bekerja, mereka akan mendapat imbalan jasa berupa upah atau gaji. (2) Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan setiap perusahaan dalam mencapai tujuannya. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar merupakan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Tenaga kerja atau sumber daya manusia adalah manusia, baik jasmani dan rohani yang digunakan dalam proses produksi, dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal, dan sebagainya) sehingga dipandang sebagai suatu investasi dan banyak perusahaan yang memberikan pendidikan kepada karyawannya sebagai wujud kapitalisasi tenaga (Suroso, 1994 dalam Rasinan, 2010; Lestari dan Darsana, 2012). 2) Permintaan tenaga kerja Permintaan tenaga kerja adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor perekonomian.Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Pengusaha mempekerjakan seseorang karena itu membantu produksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari
24
pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang
diproduksinya.
Permintaan tenaga kerja yang seperti ini disebut dengan derived demand (Simanjuntak, 1985 dalam Tindaon dan Yusuf AG, 2009). Berapa jumlah tenaga kerja yang diminta di pasar tenaga kerja ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini: (1) Modal Dalam prakteknya faktor-faktor produksi baik sumber daya manusia maupun yang non sumber daya manusia seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri, dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja (Haryani, 2002). Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek atau disebut juga sebagai asset lancar (current asset); di antaranya adalah kas/bank, persediaan, piutang, investasi jangka pendek dan biaya dibayar dimuka.Ada suatu konvensi akunting bahwa asset lancar adalah suatu suatu asset perusahaan yang dikonversi kepada kas/bank kurang dalam 1 tahun. Total dari asset lancar disebut gross working capital. Sumber dana untuk investasi dalam asset lancar perusahaan berasal dari kewajiban lancar (current liabilities), seperti antara lain: utang lancar, utang bank jangka pendek, utang pajak penghasilan, uang muka pelanggan, dan lainnya. Utang lancar adalah kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi oleh perusahaan kurang dalam satu tahun. Sedangkan net working capital
25
adalah selisih antara asset lancar dengan kewajiban lancar, untuk itu modal kerja bersih adalah didanai oleh sumber utang jangka panjang (long term debt) dan sebagian modal sendiri (Raharjaputra, 2009). (2) Tingkat Upah Dalam teori ekonomi, upah merupakan pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan di antara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran ke atas jasa-jasa pekerja kasar dan tidak tetap. Di dalam teori ekonomi kedua jenis pendapatan pekerja dinamakan upah. Ahli ekonomi membedakan pengertian upah menjadi dua, yaitu upah uang dan upah riil. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2006). Sumarsosno
(2003,
dalam
Fadliilah
dan
Atmanti,
2012)
menjelaskan bahwa tingkat upah akan mempengaruhi biaya produksi. Naiknya tingkat upah akan menaikkan biaya produksi perusahaan, selanjutnya akan meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Konsumen biasanya akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak produk yang tidak
26
terjual dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target
produksi
mengakibatkan
berkurangnya
tenaga
kerja
yang
dibutuhkan, Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect. Apabila tingkat upah naik (asumsi harga dari barang modal lainnya tidak berubah) maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang modal seperti mesin. Penurunan penggunaan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena penggunaan mesin disebut efek substitusi atau substitution effect. (3) Jumlah Produksi Jumlah produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan oleh suatu industri. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi akan sangat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dalam industri tersebut (Sumarsono, 2003 dalam Putra, 2012). Yanuwardani (2009) selanjutnya menjelaskan untuk meningkatkan output diperlukan peningkatan input yang digunakan, dalam hal ini tenaga kerja. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka semakin tinggi pula jumlah barang yang diproduksi dengan asumsi faktor produksi lainnya tetap maka jumlah produksi juga akan meningkat.
27
(4) Investasi Karib
(2012)
menjelaskan
investasi
bertujuan
untuk
meningkatkan produksi dan produktifitas yang lebih tinggi yang akan mengakibatkan surplus yang lebih besar, sehingga mempengaruhi proses investasi pada sektor yang satu atau yang lainnya. Dengan begitu kesempatan
kerja
semakin
meningkat
sehinnga
mempengaruhi
penyerapan kerja. Persamaan matematis investasi adalah: L = f(I)………………...……………….………………………...(1) Keterangan: L
= Jumlah Tenaga Kerja
I
= Investasi
(5) Teknologi Teknologi
memliki
peran
penting
dalam
industrialisasi.
Perkembangan teknologi akan menimbulkan akibat penting dalam proses produksi
dan
produktivitas.
Kemajuan
teknologi
yang
dapat
menggantikan tenaga manusia dengan mesin akan meningkatkan produktivitas industri dan juga meningkatkan mutu. Dalam era industri kreatif yang menuntut keterampilan dan kreatifitas dari para pelakunya, peranan teknologi sangatlah penting untuk melakukan inovasi dan modifikasi produk agar memberikan nilai tambah lebih dan memenuhi keinginan pasar tidak hanya dalam negeri tapi juga pasar ekspor (Sukirno, 2005; O’Connor, 2007; Sumarno, 2010).
28
Kemajuan teknologi akan sangat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Bila suatu industri menggunakan teknologi padat modal, yang akan meningkatkan produktivitas barang modal maka penyerapan tenaga kerja pada industri tersebut akan berkurang karena adanya efek substitusi. Sedangkan apabila suatu industri menggunakan teknologi yang padat karya, maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami peningkatan. 2.2.5 Fungsi Produksi Kombinasi dari berbagai faktor produksi untuk menciptakan output barang dan jasa, dinyatakan dalam fungsi produksi sebagai berikut: = ( , , , )………………………………………………………...(2)
Keterangan: Q
= Jumlah Produksi
K
= Modal
L
= Tenaga Kerja
R
= Kekayaan Alam
T
= Teknologi
Berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno, 2005). 2.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penyerapan tenaga kerja pada industri kecil telah dilakukan beberapa peneliti dengan menggunakan variabel yang berbeda-beda.
29
Berikut ini beberapa penelitian mengenai penyerapan tenaga kerja pada industri kecil yang pernah dilakukan: Penelitian yang dilakukan oleh Yanuwardani dan Woyanti (2009) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi Terhdap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Tempe Di Kota Semarang”. Tujuan dari penelitian ini adalah . Untuk menganalisis faktor modal kerja, nilai produksi dan tingkat upah yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil tempe di Kota Semarang dan untuk mengkaji faktor yang paling berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil tempe di Kota Semarang. Penelitian ini mengambil sampel 58 pengusaha tempe di Kota Semarang. Hasil dari penelitian ini adalah variabel modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sedangkan variabel tingkat upah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dan variabel jumlah produksi memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Sutristyaningtyas dan Sadik (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Kecamatan Socah kabupaten Bangkalan (Studi Kasus Industri Kecil Pengolahan Kapur) Tahun 2012”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel upah, nilai produksi dan modal terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan kapur. Hasil dari penelitian ini adalah variabel upah memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika terjadi kenaikan upah maka tidak akan memberikan pengaruh terhadap
30
penyerapan tenaga kerja. Variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan Budiawan (2013) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Pengolahan Ikan di Kabupaten Demak” bertujuan untuk bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh upah, modal dan nilai produksi pada penyerapan tenaga kerja terhadap industri kecil pengolahan ikan di Kabupaten Demak. Penelitian ini mengmbil sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebanyak 75 unit usaha. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel modal tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Variabel jumlah produksi memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Adrianto (2013) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi Kasus Pada Industri Krupuk Rambak di Kelurahan Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto)”. Tujuan dari adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil di kabupaten Mojokerto, dimana industri kecil tersebut masih tetap mampu bersaing dan bertahan, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu usaha strategis dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini adalah variabel modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya saat terjadi peningkatan modal kerja dalam usaha, pengusaha lebih memilih untuk meningkatkan pembelian bahan baku produksi daripada menambah tenaga kerja. Pengusaha cenderung memberikan uang tambahan
31
kepada pekerja atas tambahan waktu bekerja daripada menambah jumlah tenaga kerja. Lestari dan Woyanti (2009) dengan judul “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Semarang” memperoleh hasil variabel tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Variabel investasi menunjukkan pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan investasi dalam suatu industri akan menyebabkan peningkatan terhadap penyerapan tenaga kerja. Rahmawati (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Investasi Dan Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja Di Jawa Timur” bertujuan untuk mengetahui
pengaruh
investasi
dan
tingkat
upah
secara
simultan
dan parsial terhadap kesempatan kerja di Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini adalah variabel investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur sedangkan variabel tingkat upah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Penelitian yang dilakukan oleh Dimas dan Woyanti (2009) dengan judul “ Penyerapan Tenaga Kerja Di DKI Jakarta”. Peneltian ini bertujuan Menganalisis pengaruh PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta, menganalisis pengaruh tingkat upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta, dan menganalisis pengaruh tingkat investasi riil terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian ini adalah, variabel tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika terjadi kenaikan
32
upah, maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami penurunan. Variabel investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga, sehingga saat investasi naik maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami penurunan. Penelitian yang dilakukan Indraswati (2012) berjudul “Pengaruh Modal Kerja, Nilai Upah Dan Teknologi Industri Kerajinan Serat Agel Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo”. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal kerja industri kerajinan serat agel terhadap penyerapan tenaga kerja di Desa Salamrejo; Pengaruh nilai upah industri kerajinan serat agel terhadap penyerapan tenaga kerja di Desa Salamrejo; Pengaruh teknologi industri kerajinan serat agel terhadap penyerapan tenaga kerja di Desa Salamrejo; dan Pengaruh modal kerja, nilai upah dan teknologi secara simultan pada industri kerajinan serat agel terhadap penyerapan tenaga kerja di Desa Salamrejo. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 pengusaha kerajinan serat agel di Desa Salamrejo. Hasil dari penelitian ini adalah Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel modal kerja, tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja. Keaslian penelitian ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini menambahkan variabel teknologi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dan subyek dari penelitian ini adalah industri kreatif.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir dan Konsep Penelitian Perkembangan sektor industri sebagai leading sector dalam perekonomian Indonesia sebesar 80 persen dikuasai industri kecil. Pertumbuhan dan perkembangan industri kecil di Indonesia mendorong munculnya kegiatan ekonomi kreatif yang menggunakan budaya dan kreatifitas sebagai bahan utama dalam pembuatan dan pengembangan produk. Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar merupakan salah satu kawasan kreatif di Indonesia yang memiliki tiga sub sektor potensial. Salah satu sub sektor yang memiliki perkembagan paling potensial adalah sub sektor fashion khususnya industri pakaian jadi dari tekstil. Melihat peranan sektor industri kreatif khususnya sub sektor fashion yang demikian besar terhadap penyerapan ternaga kerja, jika dibina dengan baik maka sub sektor ini akan menjanjikan semakin luasnya kesempatan kerja, maka perlu dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. Modal, tingkat upah, jumlah produksi, investasi dan teknologi merupakan faktor-faktor yang akan dianalisis dalam mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi dari tekstil di Kota Denpasar. Penelitian ini dibagi dalam dua substruktur. Substruktur pertama akan melihat pengaruh modal, tingkat upah, teknologi dan investasi (variabel independen) secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja (variabel dependen) melalui
jumlah
produksi
(variabel
33
endogenous).
Substruktur
kedua
34
akan melihat pengaruh modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Selanjutnya penelitian akan melihat arah masing-masing variabel independent terhadap variabel dependen. Variabel modal memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika modal dalam industri pakaian jadi meningkat maka penyerapan tenaga kerja juga akan mengalami peningkatan. Variabel tingkat upah memiliki pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika tingkat upah terus menagalami peningkatan, maka industri pakaian jadi akan mengurangi penyerapan tenaga kerja karena terkait dengan efisiensi biaya produksi. Variabel jumlah produksi memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Semakin tinggi jumlah produksi dalam industri pakaian jadi maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat. Variabel investasi memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika investasi dalam industri pakaian jadi meningkat, maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami peningkatan. Variabel teknologi memiliki pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika penggunaan teknologi dalam industri pakaian jadi semakin modern, maka industri pakaian jadi akan mengurangi penyerapan tenaga kerja.
35
Industri
Industri Besar
Industri Kecil
Ekonomi Kreatif
Sub Sektor Fashion Faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja: 1. 2. 3. 4. 5.
Modal Tingkat Upah Teknologi Investasi Jumlah Produksi
Penyerapan Tenaga Kerja
Gambar 3.1 Model Kerangka Pemikiran pada Penelitian Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Pakaian Jadi di Kota Denpasar 3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan penelitian
yang
akan
diuji
kebenarannya.
Berdasarkan
pada
rumusan
permasalahan, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya (Sugiyono, 2008), maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
36
1) Modal, tingkat upah, teknologi dan investasi berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja melalui jumlah produksi pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 2) Modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi berpengaruh signifikan secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 3) Modal, tingkat upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri pakaian jadi di Kota Denpasar.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian harus berpedoman pada permasalahan penelitian dan hipotesis yang disusun karena merupakan titik tolak dari setiap rancangan penelitian (Suparmoko, 1999). Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan tingkat eksplanasi asosiatif. Berdasarkan hipotesis penelitian, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah modal, tingkat upah, nilai produksi, investasi, teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang berdasarkan kriteria tertentu. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: observasi, wawancara dan wawancara mendalam. Data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis jalur. Terakhir, dilakukan interpretasi masing-masing variabel untuk melihat kesesuaian model teoritik dan empirik sehingga dapat ditarik kesimpulan dari rumusan masalah penelitian. 4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih di Kota Denpasar pada bulan Juni hingga Juli 2013. Hal ini dilakukan karena Kota Denpasar merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang mengembangkan ekonomi kreatif khususnya sub sektor fashion salah satunya industri pakaian jadi dari tekstil yang tingkat penyerapan tenaga kerjanya terus
mengalami
peningkatan
dari
tahun
37
2009
hingga
2011.
Ruang
38
lingkup penelitian akan dibatasi pada variabel-variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi dari tekstil yaitu modal, tingkat upah, investasi, teknologi, jumlah produksi dan penyerapan tenaga kerja. 4.3 Identifikasi Variabel Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang diteliti, maka variabel yang dianalisis dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1) Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain atau variabel yang mengalami perubahan akibat pengaruh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Penyerapan Tenaga Kerja (Y2). 2) Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah Modal (X1), Tingkat Upah (X2), Investasi (X3), dan Teknologi (D). 3) Variabel intervening yaitu variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen. Dalam penelitian ini variabel intervening adalah variabel Jumlah Produksi (Y1). Variabel-variabel dalam penelitian ini juga dikelompokkan menjadi variabel eksogen dan endogen sebagai berikut. 1) Variabel eksogen adalah variabel yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model. Dalam penelitian ini, variabel eksogen adalah Modal (X1), Tingkat Upah (X2), Investasi (X3), dan Teknologi (D).
39
2) Variabel endogen adalah variabel yang diprediksikan oleh salah satu atau beberapa variabel lain dalam model. Dalam penelitian ini, variabel endogen adalah Jumlah Produksi (Y1) dan Penyerapan Tenaga Kerja (Y2). 4.4 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengana cara memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Berdasarkan identifikasi terhadap variabel-variabel yang digunakan dan untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel yang diteliti. Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari masing-masing variabel. 1) Modal (X1) merupakan seluruh dana yang digunakan dalam proses produksi, yangtidak termasuk tanah dan bangunan atau biasa disebut modal kerja. Dalam penelitian ini modal kerja yang adalah modal kerja rata-rata selama satu bulan yang diukur dalam satuan ribuan rupiah. 2) Tingkat upah (X2) adalah biaya tenaga kerja yang dibayarkan oleh pengusaha industri kecil kreatif yang dinyatakan dalam uang dengan satuan rupiah. Dalam penelitian ini tingkat upah adalah tingkat upah rata-rata yang dibayarkan pengusaha dalam waktu satu bulan dalam satuan ribuan rupiah. 3) Investasi (X3) adalah pembelian atas barang modal industri kecil selama satu bulan yang diukur dalam satuan ribuan rupiah. 4) Teknologi (D) yang digunakan industri kecil kreatif dibedakan antara pilihan teknologi modern dan teknologi sederhana. Teknologi sederhana merupakan teknologi yang mudah dipahami, murah dan memiliki skala produksi yang
40
rendah, sedangkan teknologi modern yaitu teknologi yang memiliki tingkat kesulitan kompleks dan skala produksi yang tinggi. Data yang diperoleh adalah data nominal dengan nilai 1 (modern) dan 2 (sederhana). Kemudian untuk kebutuhan analisis, data diubah menjadi dummy 1 (modern) dan 0 (sederhana). Jadi variabel teknologi (D) adalah variabel dummy. 5) Jumlah produksi (Y1) jumlah pakaian jadi yang dihasilkan dari pengolahan tekstil dalam waktu satu bulan dan diukur dengan satuan meter. 6) Penyerapan tenaga kerja (Y2) adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada tiap perusahaan industri kreatif di Kota Denpasar dalam rata-rata tiap bulannya dengan satuan orang. 4.5 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sifatnya jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan dapat diukur. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012, Jumlah Industri Kecil dan Tenaga Kerja di Kota Denpasar Tahun 2011, dan Jumlah, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Perusahaan Industri Kecil Sandang/Tekstil/Kulit Di Kota Denpasar Tahun 2011. 2) Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata, kalimat, skema, dan gambar. Data kualitatif tidak dapat dihitung dan tidak berupa angka tetapi merupakan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang
41
diteliti. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah penjelasan, gambar grafik keseimbangan di pasar tenaga kerja dan gambar kurva penawaran tenaga kerja. Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, dicatat dan diamati untuk pertama kalinya dan hasilnya digunakan langsung untuk memecahkan permasalahan yang dicari jawabannya (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini data primer adalah data yang diperoleh dari kuesioner, meliputi data modal, tingkat upah, teknologi, investasi, jumlah produksi, dan tenaga kerja industri tekstil pakaian jadi di Kota Denpasar. 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh sudah dalam bentuk sudah jadi, dikumpulkan dan diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, dalam bentuk text book dan jurnal (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini data sekunder meliputi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012, Jumlah Industri Kecil dan Tenaga Kerja di Kota Denpasar Tahun 2011, dan Jumlah, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Perusahaan Industri Kecil Sandang/Tekstil/Kulit Di Kota Denpasar Tahun 2011. 4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel 4.6.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kausalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
42
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan industri kreatif yang bergerak dalam subsektor fashion, khususnya industri tekstil yang memproduksi pakaian jadi di Kota Denpasar. Populasi dari industri ini adalah 135 unit perusahaan industri kecil yang memproduksi pakaian jadi dari tekstil. 4.6.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2008). Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, digunakan rumus slovin (Setiawan, 2007). n=
………………………………………………………………..(3)
Keterangan: n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= derajat bebas
Dari jumlah popoulasi tersebut dengan taraf signifikansi sebesar 5 persen, dengan rumus slovin akan diperoleh jumlah sampel. n=
135 = 100 unit perusahaan kecil 1 + 135 (0.05)
4.6.3 Metode penentuan sampel
Pada teknik penentuan sampel, dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel tidak acak dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, sebagai berikut: 1) Produksi mengalami peningkatan pesat dalam lima tahun terakhir.
43
2) Pemasaran luas baik lokal, nasional, dan internasional. 3) Produk menggunakan bahan baku lokal. 4) Produk memiliki kandungan budaya lokal. 4.7 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. 1) Observasi Observasi adalah salah satu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi non perilaku seperti data jumlah industri kecil dan penyerapan tenaga kerja pada industri kecil di kota Denpasar. 2) Wawancara Wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yang terkait dengan variabel modal, tingkat upah, teknologi, jumlah produksi, investasi dan penyerapan tenaga kerja yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian mengenai factor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara tidak langsung dan langsung pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 3) Wawancara Mendalam Wawancara mendalam merupakan metode mengumpulkan informasi yang lebih dalam. Pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan informan,
44
yaitu pemilik atau manajer perusahan pakaian jadi di Kota Denpasar yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. 4.8 Teknik Analisis Data 4.8.1 Statistik deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2008). 4.8.2 Analisis jalur (Path Analysis) Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda. Analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (casual model) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. Analisis jalur menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner. Diagram jalur memberikan secara eksplisit menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel berdasarkan teori. Anak panah menunjukkan hubungan langsung antar variabel (Suyana Utama, 2007).
45
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis jalur adalah, sebagai berikut: 1) Menentukan topik penelitian yang disesuaikan dengan data dan permasalahan riil hasil observasi di lapangan. Dalam penelitian ini berdasarkan pada kajian teoritis dan hasil penelitian sebelumnya maka diambil topik penelitian tentang: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif di Kota Denpasar. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dibuat persamaan structural analisis jalur sebagai berikut: Persamaan substruktural pertama: Y1 = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + E1 Persamaan substruktural kedua: Y2 = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5Y1 + E2 Gambar 4.1 menunjukkan terdapat tiga hubungan substruktural. Pertama, substruktural yang menyatakan hubungan kausal dari X1, X2, X3, X4 ke Y1. Hubungan yang kedua, substruktural yang menyatakan hubungan kausal dari X1, X2, X3, X4 ke Y2.. Dan yang terakhir, menyatakan hubungan kausal antara variabel Y1 dan Y2. 2) Penghitungan koefisien jalur dengan menggunakan software SPSS (Statisical Product and Service Solution) versi 15.0 melalui analisis regresi secara parsial dimana koefisien jalurnya adalah merupakan koefisien regresi yang distandardisasi (standardized coefficients beta) untuk pengaruh langsungnya. Pengaruh tidak langsung adalah perkalian antara koefisien jalur dari jalur yang
46
dilalui setiap persamaan dan pengaruh total adalah penjumlahan dari pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung. 1
Modal (X1)
Tingkat Upah (X2)
Investasi (X3)
Jumlah Produksi (Y1)
Penyerapan Tenaga Kerja (Y2)
Teknolo gi (X4) 2
Gambar 4.1 Model Analisis Jalur Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif di Kota Denpasar 3) Interpretasi Analisis Interpretasi analisis dilakukan setelah tahap regresi selesai dilakukan. Pada tahap ini, dilihat kesesuaian antara hasil regresi analisis jalur dengan teori yang ada sehingga bisa diketahui pengaruh tidak langsung dan langsung
47
variabel independen terhadap variabel dependen. Jika terjadi ketidakcocokan hasil antara hasil analisis regresi dengan teori, maka hasil regresi tersebut perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui apa penyebab ketidakcocokan hasil tersebut.
BAB V DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Kondisi geografis Sektor industri di Kota Denpasar di klasifikasikan menjadi industri besar/sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Industri kecil merupakan salah satu
kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan
daerah. Semakin berkembangnya industri kecil mendorong kegiatan ekonomi kreatif. Salah satu sub sektor ekonomi kreatif yang paling potensial untuk dikembangkan adalah sub sektor fashion yang membuat pakaian jadi dari tekstil. Berdasarkan hasil Survei Industri Mikro dan Kecil Triwulanan Bali pada periode Triwulan II-2013 industri pakaian jadi berada diurutan kedua kelompok industri yang mencatatkan pertumbuhan positif tertinggi yaitu sebesar 13,10 persen . Pertumbuhan positif tersebut disebabkan karena pakaian jadi merupakan kebutuhan primer dari seseorang sehingga industri ini makin diminati. Industri pakaian jadi merupakan salah satu sektor yang memiliki perkembangan sangat cepat dan memberikan pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja serta merupakan salah satu sektor penunjang perekonomian Bali. 5.1.2 Perekonomian daerah Untuk mengetahui perekonomian daerah dapat dilihat melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. PDRB merupakan indikator penting dalam pembangunan daerah. Kenaikan dan penurunan yang terjadi dalam laju pertumbuhan PDRB akan menunjukkan sejauh mana pembangunan suatu
48
49
daerah. Tabel 5.1 menunjukkan PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB Kota Denpasar dari tahun 2007 hingga 2011. PDRB per kapita Kota Denpasar pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yang mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan inflasi di Kota Denpasar. Badan Pusat Statistik (2011) menyatakan bahwa dari Mei tahun 2010 terjadi peningkatan inflasi dari 4,98 persen menjadi 7,34 persen pada Mei tahun 2011. Laju pertumbuhan PDRB Kota Denpasar tertinggi pada tahun 2008 adalah sebesar 6,83 persen. Akan tetapi mengalami penurunan sebesar 0,50 persen pada tahun 2009. Penurunan ini dikarenakan menurunnya kontribusi sebagian besar sector ekonomi dari tahun sebelumnya, meliputi: industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Laju PDRB pada tahun 2009 merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir. Tabel 5.1 PDRB Per Kapita dan Laju Pertumbuhan PDRB di Kota Denpasar Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2011 PDRB Per Kapita (Rupiah) 2007 7.949.763,77 2008 8.398.163,61 2009 8.851.177,90 2010 7.241.303,54 2011 7.575.014,78 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 Tahun
Laju Pertumbuhan PDRB (%) 6,60 6,83 6,53 6,57 6,77
5.1.3 Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah penduduk yang ada dalam usia kerja (15-64 tahun) yaitu penduduk yang sudah mampu menghasilkan barang atau jasa dan jika ada yang memerlukan tenaganya mereka siap untuk bekerja. Badan Pusat Statistik
50
(BPS) Kota Denpasar menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja pada tahun 2011 didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 56,63 persen sedangkan sisanya sebesar 43,37 persen adalah tenaga kerja perempuan. Tabel 5.2 menunjukkan statistik ketenagakerjaan Kota Denpasar tahun 2009-2011. Tingkat Pasrtisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Denpasar dari tahun 2009 hingga 2011 menunjukkan adanya peningkatan. Persentase tingkat pengangguran Kota Denpasar, tertinggi pada tahun 2010 mencapai 6,57 persen dan turun 0,56 persen pada tahun 2011. Tingginya TPAK dan menurunnya angka pengangguran di Kota Denpasar, menurut Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (2012), dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain kesempatan kerja yang semakin luas di Kota Denpasar dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat mendorong penduduk untuk bekerja. Tabel 5.2 Statistik Ketenagakerjaan Kota Denpasar Tahun 2009-2011 Uraian 2009 TPAK (%) 74,01 Tingkat Pengangguran (%) 5,19 Bekerja (%) 94,81 UMK (000 Rp) 952 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
2010 76,41 6,57 93,43 1.100
2011 76,79 6,01 93,99 1.259
Dilihat dari Tabel 5.3 yang menunjukkan statistik ketenagakerjaan Kota Denpasar tahun 2009-2011, sebagian besar penduduk Kota Denpasar bekerja di sektor tersier. Peningkatan penduduk yang bekerja di sektor primer terjadi pada tahun 2011, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar (2012) disebabkan oleh semakin terbatasnya lapangan pekerjaan di sektor sekunder dan tersier sehingga penduduk Kota Denpasar, memilih kembali bekerja di sektor primer.
51
Tabel 5.3 Statistik Ketenagakerjaan Kota Denpasar Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Tahun 2009-2011 Lapangan 2009 Pekerjaan Sektor Primer 1,99 Sektor Sekunder 15,83 Sektor Tersier 82,18 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
2010
2011
0,88 18,25 80,68
1,97 18,23 79,80
Tingginya jumlah tenaga kerja di sektor tersier didukung oleh Tabel 5.4 mengenai ketenagakerjaan menurut status pekerjaan utama di Kota Denpasar yang menyatakan bahwa 66,44 persen penduduk Kota Denpasar bekerja sebagai buruh/karyawan. Sebanyak 14,29 persen penduduk Kota Denpasar memilih berusaha sendiri, karena semakin terbatasnya lapangan pekerjaan mendorong penduduk melihat peluang berwirausaha. Status pekerjaan dengan persentase terendah di Kota Denpasar adalah pekerja bebas atau freelance yang hanya sebesar 2,62 persen. Tabel 5.4 Ketenagakerjaan Menurut Status Pekerjaan Utama Kota Denpasar Tahun 2011 (%) Status Pekerjaan Buruh/Karyawan Berusaha sendiri Berusaha dengan buruh tak dibayar Berusaha dengan buruh dibayar Pekerja bebas Pekerja tak dibayar Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012
Persentase 66,44 14,29 6,59 5,59 2,62 4,47
5.2 Dekripsi Data Hasil Penelitian 5.2.1 Umur Responden Tabel 5.5 menunjukkan distribusi responden industri pakaian jadi di Kota Denpasar
berdasarkan
umur.
Umur
responden
dalam
penelitian
ini
52
diklasifikasikan dalam tujuh kategori. Persentase responden tertinggi yaitu sebesar 43 persen berada pada kelompok umur 20-25 tahun. Kelompok ini memiliki persentase tertinggi, karena Kota Denpasar merupakan kota pelajar sehingga banyak pelajar yang sudah pada usia kerja mulai membangun usaha ataupun bekerja part time. Selanjutnya 35 persen responden pada kelompok umur 26-30 tahun, yang merupakan kelompok usia produktif dalam bekerja. Kedua kelompok umur tersebut sangat sesuai untuk mengembangkan usaha pakaian jadi yang memerlukan kreatifitas dan inovasi yang harus terus menerus dilakukan oleh pelakunya. Kelompok umur 36-40, 46-50 dan diatas 50 tahun persentasenya hanya 2 persen Tabel 5.5 Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Umur, 2013 Umur Jumlah 20-25 43 26-30 35 31-35 12 36-40 2 41-45 5 46-50 2 >50 2 Total 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Persentase 43 35 12 2 5 2 2 100
5.2.2 Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden dalam penelitian dimaksudkan adalah pendidikan akademik yang telah dilalui responden berdasarkan jenjang tertentu yaitu: SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (Diploma, S1, S2). Tabel 5.6 menunjukkan distribusi responden industri pakaian jadi di Kota Denpasar berdasarkan tingkat pendidikan. Sebesar 26 persen responden berpendidikan
53
SMA, 64 persen responden dalam penelitian ini S1, ini sesuai dengan distribusi responden berdasarkan umur yang didominasi oleh kelompok umur 15-24 tahun. dan responden berpendidikan S2 adalah sebesar 10 persen. Tabel 5.6 Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2013 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase SMA S1 S2 Total
26 64 10 100
26 64 10 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 5.2.3 Modal Modal kerja dalam penelitian ini merupakan seluruh dana yang dikeluarkan perusahan pakaian jadi untuk pembelian bahan yang digunakan pada proses produksi dalam jangka pendek. Dalam modal kerja, baik tanah, bangunan dan mesin yang digunakan dalam proses produksi tidak termasuk modal kerja, karena merupakan biaya yang digunakan dalam jangka panjang. Tabel 5.7 menunjukkan distribusi modal kerja industri pakaian jadi di Kota Denpasar, yang dibagi dalam enam kategori. Sebanyak 39 persen usaha pakaian jadi di Kota Denpasar mengeluarkan biaya modal dalam satu bulan antara 9 juta hingga 10.999 juta rupiah untuk pembelian bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi pakaian jadi. Sedangkan hanya 3 persen yang mengeluarkan modal kerja sebesar 5 juta hingga 6.999 juta per bulannya.
54
Tabel 5.7 Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Modal, 2013 Modal Jumlah (000) 5.000-6.999 3 7.000-8.999 21 9.000-10.999 39 11.000-12.999 19 13.000-14.999 8 > 15.000 10 Total 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Persentase 3 21 39 19 8 10 100
5.2.4 Tingkat upah Tinggi rendahnya tingkat upah akan mempengaruhi biaya produksi perusahaan, dimana kenaikan tingkat upah yang menyebabkan kenaikan biaya produksi sehingga menyebabkan kenaikan harga produk. Kenaikan harga produk akan mendapat respon negatif dari konsumen sehingga konsumen mengurangi pembelian. Kondisi tersebut menyebabkan produsen mengurangi produksi dan akan berpengaruh terhadap pengurangan jumlah tenaga kerja yang diserap. Tabel 5.8 menunjukkan distribusi tingkat upah yang dibayarkan perbulannya pada industri pakaian jadi. Sebanyak 41 persen usaha pakaian jadi membayarkan tingkat upah antara 1,1 juta hingga dibawah 1,2 juta per bulannya, tingkat upah ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kota Denpasar pada tahun 2013 sebesar 1,358,000 rupiah. Sedangkan hanya 4 persen usaha pakaian jadi yang membayarkan tingkat upah sebesar 1,300 juta atau lebih.
55
Tabel 5.8 Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Tingkat Upah, 2013 Tingkat Upah Jumlah Persentase (000) <900 4 4 900 - <1.000 6 6 1.000 - <1.100 26 26 1.100 - <1.200 41 41 1.200 - <1.300 19 19 > 1.300 4 4 Total 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013 5.2.5 Investasi Investasi dalam penelitian ini merupakan modal kerja jangka panjang yang digunakan perusahaan pakaian jadi untuk membantu proses produksi yang meliputi gedung atau bangunan dan mesin. Sebanyak 37 persen usaha pakaian jadi mengeluarkan biaya investasi sebesar 7 juta hingga 8,99 juta per bulannya. Sedangkan hanya 2 persen usaha pakaian jadi yang mengeluarkan biaya investasi 13 juta hingga 14,99 juta. Tabel 5.9 Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Investasi, 2013 Investasi Jumlah Persentase (000) 5.000-6.999 17 17 7.000-8.999 37 37 9.000-10.999 26 26 11.000-12.999 14 14 13.000-14.999 2 2 > 15.000 4 4 Total 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
56
5.2.6 Teknologi Teknologi memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu industri. Perkembangan
teknologi
yang
dilakukan
suatu
industri
akan
sangat
mempengaruhi jumlah produksi dan penyerapan tenaga kerja. Pada penelitian ini, jenis teknologi yang digunakan oleh responden di bagi dua yaitu teknologi sederhana dan modern. Tabel 5.10 menunjukkan distribusi responden industri pakaian jadi di Kota Denpasar berdasarkan teknologi yang digunakan. Lebih dari 50 persen perusahan pakaian jadi menggunakan teknologi modern baik dalam proses produksi maupun operasional perusahaan. Tabel 5.10 Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Teknologi, 2013 Teknologi Jumlah Persentase Sederhana 24 24 Modern 76 76 Total 100 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013 5.2.7 Jumlah Produksi Jumlah produksi dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total produksi yang dihasilkan oleh industri pakaian jadi dalam satu bulan dengan satuan meter. Tabel 5.11 menunjukkan distribusi responden industri pakaian jadi di Kota Denpasar berdasarkan jumlah produksi. Sebesar 32 persen usaha pakaian jadi di Kota Denpasar memproduksi 150 hingga 199 meter dalam satu bulan sedangkan hanya 2 persen yang memproduksi 350 hingga 349 meter dalam satu bulan. Hanya 4 persen perusahaan pakaian jadi yang memproduksi lebih dari 400 meter dalam satu bulan.
57
Tabel 5.11 Distribusi Responden Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar Berdasarkan Jumlah Produksi, 2013 Jumlah Produksi Jumlah (meter) < 100 3 101-149 25 150-199 32 200-249 22 250-299 8 300-349 4 350-399 2 > 400 4 Total 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Persentase 3 25 32 22 8 4 2 4 100
5.3 Jawaban Terhadap Tujuan Penelitian 5.3.1 Pengaruh tidak langsung variabel modal, tingkat upah, investasi, dan teknologi melalui jumlah produksi pada industri pakaian jadi Kota Denpasar Persamaan regresi substruktural pertama: Y1
= 0,008 X1
+ 0,002 X2 - 0,006 X3 + 80,748 D
Tabel 5.12 Hasil Analisis Regresi Substruktural Pertama No Variabel Koefisien 1. Modal 0,008 2. Tingkat upah 0,002 3. Investasi -0,006 4. Teknologi 80,748 F = 19,532 R2 = 0,461 Sumber: Hasil Penelitian, 2013
Signifikan 0,004 0,510 0,028 0,000
Interpretasi dari persamaan regresi diatas adalah: 1) Koefisien regresi dari modal (X1) sebesar 0,008 dengan signifikansi 0,004 dan asumsi variabel lainnya konstan, berarti bahwa setiap penambahan
58
modal sebesar Rp 1000,- maka jumlah produksi akan meningkat sebesar 0,008 meter. 2) Koefisien regresi dari tingkat upah (X2) sebesar 0,002 dengan signifikansi 0,510 dan asumsi variabel lainnya konstan, maka variabel tingkat upah tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi industri pakaian jadi. 3) Koefisien regresi dari investasi (X3) sebesar -0,006 dengan signifikansi 0,028 dan asumsi variabel lainnya konstan, berarti bahwa setiap penambahan investasi sebesar Rp 1000,- maka maka jumlah produksi akan menurun sebesar 0,006 meter. 4) Koefisien regresi dari teknologi (D) sebesar 80,748 dengan signifikansi 0,000 dan asumsi variabel lainnya konstan, berarti bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah produksi antara industri pakaian jadi yang menggunakan teknologi modern dengan yang menggunakan teknologi sederhana. Ratarata jumlah produksi pada industri pakaian jadi dengan teknologi maju 84,619 meter lebih tinggi dibandingkan pada industri pakaian jadi dengan teknologi sederhana. 5) Hasil uji F menunjukkan angka sebesar 19,532. Angka tersebut jauh lebih besar dari F tabel pada derajat bebas 4 : 95 dengan level of significant 5 persen yaitu sebesar 2,45. Ini berarti secara serempak variabel modal, investasi dan teknologi berpengaruh terhadap jumlah produksi. 6) Hasil uji menunjukkan nilai R Square sebesar 0,416 artinya variasi pengaruh dari variabel Modal, Tingkat Upah, Investasi dan Teknologi adalah sebesar 41,6 persen, sedangkan 58,4 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model.
59
5.3.2 Pengaruh langsung variabel modal, tingkat upah, investasi, teknologi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi Kota Denpasar Persamaan regresi substruktural kedua: Y2
= -3,0886206 X1
+ 0,001 X2
-
5,6158229 X3
- 0,044 D - 0,001 X4
Tabel 5.13 Hasil Analisis Regresi Substruktural Kedua No Variabel Koefisien Signifikan 1. Modal -3,0886206 0,991 2. Tingkat upah 0,001 0,000 3. Investasi -5,6158229 0,034 4. Teknologi 0,044 0,797 5. Jumlah Produksi 0,001 0,156 R2= 0,935 F= 281, 905 Sumber: Hasil Penelitian, 2013 Interpretasi dari persamaan regresi diatas adalah: 1) Koefisien regresi dari modal (X1) sebesar -3,0886206 dengan signifikansi 0,991 dan asumsi variabel lainnya konstan, maka variabel modal tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi. 2) Koefisien regresi dari tingkat upah (X2) sebesar 0,001 dengan signifikansi 0,000 dan asumsi variabel lainnya konstan, berarti bahwa setiap kenaikan tingkat upah sebesar Rp 1000,- maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat sebesar 0,001 orang. 3) Koefisien regresi dari investasi (X3) sebesar -5,6158229 dengan signifikansi 0,034 dan asumsi variabel lainnya konstan, berarti bahwa setiap penambahan investasi sebesar Rp 1000,- maka maka jumlah produksi akan menurun sebesar -5,6158229 orang. Hasil negatif ini dikarenakan bentuk investasi yang dilakukan perusahaan pakaian jadi
60
tidak dalam bentuk padat karya, sehingga tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. 4) Koefisien regresi dari teknologi (D) sebesar -0,044 dengan signifikansi 0,797 dan asumsi variabel lainnya konstan, maka variabel teknologi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi. Artinya tidak terdapat perbedaan penyerapan tenaga kerja antara industri yang menggunakan teknologi maju dan industri yang menggunakan teknologi sederhana. 5) Koefisien regresi dari jumlah produksi (X4) sebesar -0,001 dengan signifikansi 0,156 dan asumsi variabel lainnya konstan, tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi. 6) Hasil uji menunjukkan nilai R Square sebesar 0,935 artinya variasi pengaruh dari variabel Tingkat Upah dan Investasi adalah sebesar 93,5 persen, sedangkan 6.5 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model. 5.4 Pembahasan Hasil Penelitian 5.4.1 Pengaruh tidak langsung variabel modal, tingkat upah, investasi, dan teknologi melalui jumlah produksi pada industri pakaian jadi Kota Denpasar Tabel 5.14 Hasil Regresi SubStruktural Pertama Variabel Koefisien Regresi Konstan 102,218 Modal 0,008 Tingkat Upah 0,002 Investasi -0,006 Teknologi 80,748 R2 = 0,416 Sumber: Hasil Penelitian, 2013
S() 0,246 0,057 -0,182 0,502
Sig 0,010 0,004 0,510 0,028 0,000
61
1) Konstanta Konstanta sebesar 102,281 artinya apabila di asumsikan variabel X1, X2, X3, dan D masing-masing konstan, maka jumlah produksi yang dilakukan oleh industri pakaian jadi di Kota Denpasar adalah sebesar 102, 281 meter. 1) Modal (X1) Modal (X1) Dari hasil analisis bahwa nilai β1 menunjukkan angka sebesar 0,008 artinya setiap kenaikan modal sebesar Rp 1000,- maka akan meningkatkan jumlah
produksi industri pakaian jadi di Kota Denpasar
sebesar 8 meter dengan asumsi nilai X2, X3 dan D konstan. Variabel modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data bahwa standardized beta untuk modal mempunyai nilai sebesar 0,246.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dikemukakan oleh Arsha dan Suardikha Nata (2013) yang menyatakan bahwa variabel modal berengaruh positif modal terhadap jumlah produksi pada industri pakaian jadi menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah modal maka jumlah produksi juga akan semakin tinggi. Hasil ini juga diperkuat dengan pernyataan responden, pada tanggal 26 Agustus 2013. Murti menyatakan bahwa: “Saat modal kerja pada usahanya mengalami kenaikan, maka belanja bahan baku untuk keperluan produksi juga akan mengalami peningkatan yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah produksi usaha.” 2) Tingkat Upah (X2) Tingkat Upah (X2) Dari hasil analisis bahwa nilai β2 menunjukkan variabel tingkat upah mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data bahwa standardized beta untuk tingkat
62
upah mempunyai nilai sebesar 0,057. Pada saat terjadi kenaikan jumlah produksi maka tingkat upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja juga akan meningkat. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dikemukakan oleh Arsha dan Suardikha Nata (2013) yang menyatakan bahwa tingkat upah berpengaruh positif terhadap jumlah produksi. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan dua responden, Nani dan Gede, pada tanggal 25 Agustus 2013 bahwa: “Jumlah produksi sebenarnya sangat berpengaruh terhadap tingkat upah yang harus dibayarkan. Jika jumlah produksi yang diselesaikan dalam satu bulan melebihi target maka pekerja akan diberikan tambahan upah dalam bentuk bonus.” 3) Investasi (X3) Investasi (X3) dari hasil analisis bahwa nilai β3 menunjukkan angka sebesar 0,006 artinya setiap kenaikan investasi sebesar Rp 1000,- maka jumlah produksi industri pakaian jadi di Kota Denpasar mengalami penurunan jumlah produksi sebesar 6 meter dengan asumsi nilai X1, X2 dan D konstan. Variabel investasi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data bahwa standardized beta untuk investasi mempunyai nilai sebesar -2,231. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Jamli (2012) yang menyatakan bahwa investasi berpengaruh negatif terhadap jumlah produksi. Hubungan negatif antara investasi dengan jumlah produksi, menunjukkan bahwa jika perusahaan meningkatkan tingkat investasi pada mesin dan bangunan dalam proses produksi maka akan mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah produksi. Nilai investasi yang
63
berpengaruh negatif terhadap jumlah produksi, didukung oleh pernyataan dua responden, Ari dan Murti, pada tanggal 26 Agustus 2013 bahwa: “Investasi yang dilakukan baik pada mesin atau bangunan memang bukan berati kami meningkatkan jumlah produksi. Pembelian mesin dapat saja dilakukan untuk mengembangkan teknologi sehingga kualitas produksi menjadi lebih baik sedangkan investasi pada gedung biasanya karena memperpanjang kontrak bangunan ataupun penyewaan space ditempattempat tertentu.” 4) Teknologi (D) Teknologi (D) Dari hasil analisis bahwa nilai β4 menunjukkan angka sebesar 80,748 artinya terdapat perbedaan jumlah produksi antara industri pakaian jadi yang menggunakan teknologi modern dengan industri pakaian jadi yang menggunakan teknologi sederhana. Rata-rata jumlah produksi industri pakaian jadi yang menggunakan teknologi modern adalah lebih tinggi 81 meter dibandingan dengan industri pakaian jadi yang menggunakan teknologi sederhana. Variabel teknologi merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi jumlah produk pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar, mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data bahwa standardized beta untuk teknologi mempunyai nilai sebesar 0,502. Sehingga teknologi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan jumlah produksi pada industri pakaian jadi dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Hubungan positif yang terjadi ini menunjukkan bahwa
pada
saat
industri
pakaian
jadi
meningkatkan
penggunaan
teknologinya, maka jumlah produksinya akan mengalami peningkatan. Hasil
64
ini juga didukung oleh pernyataan responden, Ayu, pada 26 Agustus 2013 yang menyatakan bahwa: “Perkembangan teknologi memang sangat berperan penting terhadap jumlah produksi suatu usaha. Usaha yang menggukan teknologi modern dalam produksinya tentu mampu memproduksi lebih banyak dibandingkan dengan usaha yang menggunakan teknologi sederhana. Semakin berkembang teknologi dalam suatu usaha, maka jumlah produksinya juga akan semakin meningkat” 5) Koefisien Determinasi (R2) Bedasarkan hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel modal, tingkat upah, dan teknologi berpengaruh terhadap variabel jumlah produksi sebesar 46,1 persen sedangkan sisanya sebesar 53,69 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Dari hasil persamaan regresi substruktural pertama dapat disimpulkan bahwa, variabel modal, investasi, dan teknologi hanya mempengaruhi jumlah produksi tapi secara tidak langsung tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. Artinya, variabel jumlah produksi bukanlah variabel intervening untuk variabel penyerapan tenaga kerja. 5.4.2 Pengaruh langsung variabel modal, tingkat upah, investasi, teknologi dan jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi Kota Denpasar Tabel 5.14 Hasil Regresi SubStruktural Kedua Variabel Koefisien Regresi Konstan 0,437 Modal -3,0886206 Tingkat Upah 0,001 Investasi -5,6158229 Teknologi -0,044 Jumlah Produksi -0,001 R2 = 0,935 Sumber: Hasil Penelitian, 2013
S() 0,000 0,992 -0,060 -0,008 -0,049
Sig 0,247 0,991 0,000 0,034 0,797 0,156
65
1) Konstanta Konstanta sebesar 0,437 artinya apabila di asumsikan variabel X1, X2, X3, dan D masing-masing konstan, maka jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri kecil kreatif di Kota Denpasar adalah sebesar 0,437 tenaga kerja. 2) Modal (X1) Modal (X1) Dari hasil analisis bahwa nilai β1 menunjukkan variabel modal mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, dengan nilai koefisien regresi -3,0886206. Sedangkan standardized beta untuk modal mempunyai nilai sebesar 0,000 yang berarti variabel modal tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang diperoleh Adrianto (2013) yang menyatakan bahwa modal kerja memiliki pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, karena pada saat terjadi penambahan modal kerja pengusaha tidak menambah jumlah tenaga kerja tapi cenderung meningkatkan pembelian bahan baku. Hasil negatif ini juga dikarenakan semakin berkembangnya penggunaan teknologi menyebabkan perusahaan lebih memilih memaksimalkan penggunaan teknologi dan membayarkan upah lembur kepada pekerja daripada menambah pekerja. Hasil ini didukung oleh pernyataan responden, Ayu dan Murti, pada 26 Agustus 2013 bahwa: “Modal kerja tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Karena, meskipun terjadi penambahan modal kerja yang mampu meningkatkan jumlah produksi, penambahan tenaga kerja tidak terlalu diperlukan akibat adanya penggunaan teknologi yang semakin modern pada industri pakaian jadi.”
66
3) Tingkat Upah (X2) Tingkat Upah (X2) dari hasil analisis bahwa nilai β2 menunjukkan variabel tingkat upah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,001. Berarti setiap kenaikan tingkat upah sebesar Rp 1000,- maka penyerapan tenaga kerja kan meningkat sebesar 1 orang. Standardized beta untuk tingkat upah mempunyai nilai sebesar 0,992 artinya variabel
tingkat
upah
merupakan
variabel
yang
paling
dominan
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. Hubungan positif yang terjadi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Budiawan (2013) dan Rahmawati (2013) yang menyatakan bahwa tingkat upah memiliki hubungan positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan upah yang terjadi akan menentukan produktivitas pekerja karena dengan naiknya upah maka akan memberikan motivasi bagi pekerja. Jika upah mengalami peningkatan maka konsumsi pekerja juga akan meningkat yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap naiknya permintaan barang dan jasa sehingga perusahaan juga akan menambah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Akan tetapi hasil ini belum sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sumarsono (2003 dalam Fadliilah dan Atmanti, 2012) yang menyatakan bahwa pada saat tingkat upah/gaji tenaga kerja meningkat akan terjadi penurunan jumlah tenaga kerja yang diminta, demikian pula sebaliknya dengan adanya peningkatan dalam permintaan jumlah tenaga kerja
67
disebabkan karena adanya penurunan tingkat upah/gaji. Hasil berbeda ini dikarenakan saat perusahaan pakaian jadi semakin besar, maka memerlukan penambahan tenaga kerja untuk menjalankan perusahaan, sehingga total tingkat upah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan per bulannya akan mengalami peningkatan. Hasil ini didukung oleh pernyataan responden, Dewa dan Gede, pada 26 Agustus 2013 bahwa: “Penambahan total tingkat upah yang dikeluarkan mengalami peningkatan dikarenakan kami harus melakukan perluasan usaha, seperti membuka toko baru, mengikuti events, menambah tenaga dibidang produksi karena adanya pertambahan kapasitas produksi, dan lain sebagainya, sehingga memerlukan penambahan tenaga kerja dan secara langsung akan berdampak pada total tingkat upah yang harus dibayarkan perbulannya” 4) Investasi (X3) Variabel investasi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan, dengan nilai koefisien regresi sebesar -5,6158229, yang berarti setiap peningkatan investasi sebesar Rp 1000,- maka investasi akan menurun sebesar 5,6158229. Standardized beta investasi mempunyai nilai sebesar -0,06. Hubungan negatif antara investasi dengan penyerapan tenaga kerja belum sesuai dengan yang diungkapkan dalam permintaan tenaga kerja, bahwa semakin tinggi investasi maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan, investasi yang dilakukan oleh perusahaan pakaian jadi di Kota Denpasar tidak dalam bentuk padat karya. Sehingga jumlah tenaga kerja yang diserap mengalami penurunan. Pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja didukung oleh pernyataan dua responden, Ayu dan Murti, pada tanggal 26 Agustus 2013 bahwa:
68
“Kami memang selalu berusaha untuk lebih mengembangkan penggunaan mesin dalam proses produksi karena lebih efektif dan efisien.. Sehingga bisa dikatakan, bahwa investasi yang kami lakukan lebih mengarah pada investasi padat modal” 5) Teknologi (D) Teknologi (D) Dari hasil analisis bahwa nilai β4 menunjukkan variabel teknologi mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data bahwa standardized beta untuk teknologi mempunyai nilai sebesar -0,258. Artinya, perusahan yang menggunakan teknologi modern memiliki penyerapan tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan teknologi sederhana. Perusahaan yang menggunakan teknologi modern dalam proses produksinya lebih memilih memaksimalkan penggunaan teknologi daripada menambah tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan tersebut hanya sebatas untuk mengoperasionalkan teknologi yang digunakan. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Indsraswati (2013) yang menyatakan bahwa variabel teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Pengaruh teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja, didukung oleh pernyataan responden, Gung De, pada 28 Agustus 2013: “Teknologi memang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya penyerapan tenaga kerja. Sekarang ini, karena semakin majunya teknologi saya lebih memilih menggunakan teknologi semaksimal mungkin baik dalam proses produksi maupu operasional perusahaan. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga tidak sebanyak jika menggunakan teknologi sederhana.”
69
6) Jumlah Produksi (X4) Jumlah produksi (X4) dari hasil analisis bahwa nilai β5 menunjukkan variabel jumlah produksi mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data bahwa standardized beta untuk tingkat upah mempunyai nilai sebesar -0,049. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penggunaan teknologi yang semakin modern, sehingga tinggi rendahnya jumlah produksi pada perusahaan pakaian jadi tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Pengaruh jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja, didukung oleh pernyataan responden, Agung, pada 27 Agustus 2013: “Saat jumlah produksi usaha mengalami peningkatan, penambahan tenaga kerja tidak terlalu diperlukan karena adanya penggunaan teknologi dalam produksi. Sekalipun memerlukan tambahan tenaga, saya memilih menggunakan tenaga kerja freelance sehingga tidak mempengaruhi biaya tenaga kerja dalam jangka panjang”. 7) Koefisien Determinasi (R2) Bedasarkan hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel tingkat upah dan investasi berpengaruh terhadap variabel penyerapan tenaga kerja sebesar 93,5 persen sedangkan sisanya sebesar 6,5 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. 5.5 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan yang memperngaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Keterbatasan tersebut antara lain: jumlah sampel dan variabel yang masih terbatas dan waktu penelitian yang hanya dalam jangka waktu satu bulan.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka simpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1) Modal, investasi, dan teknologi berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi tapi tidak berpengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. Sedangkan tingkat upah berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah produksi pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 2) Tingkat upah dan investasi berpengaruh signifikan dan secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan modal, teknologi, dan jumlah produksi berpengaruh tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 3) Tingkat upah berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja sedangkan modal, investasi, teknologi, dan jumlah produksi berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja industri pakaian jadi di Kota Denpasar. 6.2 Saran Besar kecilnya penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, untuk dapat menambah kontribusi yang dhasilkan, dapat disarankan sebagai berikut :
1. Peningkatan modal yang terjadi tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sehingga diperlukan pembinaan pada para pengusaha bahwa
70
71
peningkatan modal tidak hanya untuk menambah jumlah bahan baku tapi juga diperlukan penambahan tenaga kerja agar pekerjaan semakin efektif dan efisien. 2.
Pengusaha sebaiknya lebih diarahkan melakukan investasi padat karya dibanding padat modal agar lebih meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi.
Daftar Rujukan Adrianto, Rizky. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi Kasus Pada Industri Krupuk Rambak di Kelurahan Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto)”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang. Arsya, I Made Risma M dan Natha, Ketut Suardikha. 2013. “Pengaruh Tingkat Upah, Tenaga Kerja dan Modal Kerja terhadap Produksi Industri Pakaian Jadi Tekstil (Studi Kasus di Kota Denpasar)”. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 2[8]: hal 393-400. Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN. Badan Pusat Statistik Kota Denpasar. 2013. Denpasar Dalam Angka 2012. . 2013. Statistik Daerah Provinsi Bali 2012. . 2011. Profil Industri Mikro Dan Kecil 2010. Bali
Denpasar Trading. 2013. [Online]. Tersedia http://textile.balidenpasartrading.com/ [diunduh: 19 Juni 2013].
di:
Budiawan, Amin. 2013. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan tenaga Kerja Terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan Di Kabupaten Demak”, Economics Development Analysis Journal, Vol.2 No.1: hal 1-8. Bobirca, A dan Draghici, A. 2011. “Creativity and Economic Development”. World Academy of Science, Engineering and Technology : hal 887-892. Boston's Creative Economy. 2005. Creativity: Boston's Core Business. [Kuliah] BRA/Research. British Council. 2010. “Mapping The Creative Industries: A Toolkit”. Creative and Cultural Economy Series 2. Chapain, Caroline dan Comunian, Roberta. 2006. Enabling or Inhibiting the Creative Economy: The Role Of The Lokal And Regional Dimensions In England. [Working Paper] Economic Geography Research Group. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Studi Industri Kreatif Indonesia. Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Denpasar. 2012. Kreasi Endek, Bordir dan Songket Denpasar. [Online] Tersedia dari: http://dekranasda.denpasar.go.id /index.php?page=detilberita.html&id_berita=18 [Diakses pada: 16 Juni 2013]
72
73
Dewi, Merlynda. 2009. “Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Output Sektor Industri Di Kabupaten Bekasi” (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Dimas dan Woyanti, Nenik. 2009. “Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.16 No.1: hal 32-41. European Commission. 2005. The New SME Definition. Enterprise and Industry Publications. Fadliilah, Diah Nur dan Atmanti, Hastarini Dwi. 2012. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Ikan Asin di Kota Tegal)”, Diponogoro Journal of Economics Vol.l No.1: hal 1-13. Flach, Torberg. 2010. “The Elasticity of Labor Supply at the Establishment Level”, Journal of Labour Economics Vol.28 No.2: hal 237-266. Foord, Jo. 2008. “Strategies For Creative Industries: An International Review”, Creative Industries Journal Vol. 1 No.2: hal: 91-113. Galloway, Susan dan Dunlop Stewart. 2007. “A Critique Of Definitions Of The Cultural And Creative Industries In Public Policy”, International Journal of Cultural Policy Vol. 13 No.1: hal 17-31. Geria, I Wayan. 2009. Kota Kreatif Berbasis Budaya Unggulan Pendekatan Konsepsual. Denpasar: BAPPEDA Kota Denpasar. Haryani, Sri. 2002. Hubungan Industrial di Indonesia. UPP AMP YPKN. Higgs, et. al., Peter. 2008. “Beyond The Creative Industries: Mapping The Creative Economy In the United Kingdom", NESTA Making Innovation Flourish. Heatubun, Adolf B. 2009. “Alternatif Pilihan Input Teknologi, Investasi, Ataukah Tenaha Kerja Dalam Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah Pasar Ekspor”, Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol.5 No.2 : hal 129-143. Jamli. 2012. “Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi dan Pertumbuhan Ekonomi Di Kutai Kartanegara”, Jurnal Eksis, Vol. 8 No.2. James, Paul TJ. 2010. “The Creative University In The Thai Creative Economy”, Research in Business and Economics Journal. Karib, Abdul. 2012. “Analisis Pengaruh Produksi, Investasi Dan Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 3 No. 3 : hal53-73. Kuncoro, Mudrajad. 2000. Usaha Kecil Di Indonesia: Profil, Masalah, dan Strategi Pemberdayaan. [Online]. Tersedia di:
74
http://sintak.unika.ac.id/staff/blog/uploaded/5811998215/files/struktur_ek onomi_-umkm.pdf [diunduh: 19 Juni 2013]. Keane, Michael A. 2009. “Creative Industries in China: Four Perspectives On Social Transformation”, International Journal of Cultural Policy 15(4) : hal 431-434. Kesumadinata, Agus Jati dan Budiana, Dewa Nyoman. 2012. Hubungan Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Kerajinan Sepatu Di Kecamatan Denpasar Barat. [Online]. Tersedia di: ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/download/2059/1425 [diunduh: 6 Mei 2013]. Korawijayanti, Lardin dan Listyani, Tyas. 2009. “Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Keberdayaan Perempuan Di Jawa Tengah”, Ragam Vol. 9 No. 2 : Hal 166-182. Lestari, Dian Ayu dan Darsana, Ida Bagus. 2011. Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Pengalaman Kerja Dan Kapasitas Produksi Terhadap Nilai Produksi Pengrajin Perak. [Online]. Tersedia di: ojs.unud.ac.id/index.php/eeplarticle/download/192811367 [diunduh: 25 Februari 2013] Lestari, Ayu Wafi dan Woyanti, Nenik. 2009. Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, Dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Semarang. [Online]. Tersedia di: eprints. und ip.ac.id/ 29172/1/JURNAL.pdf [diunduh : 25 Februari 2013] . Levy, M dan Powell. P. 2000. “Information Systems Strategy For Small And Medium Sized Enterprises: An Organizational Perspective”, Journal of Strategic System 9: hal 63-84. Mead, Donal C. dan Liedholm, Carl. 1998. “The Dinamics of Micro and Small Enterprises in Developing Countries”, World Development Journal, Vol. 26 No.1 : hal 61-74. Moelyono, Mauled. 2010. Menggerakkan Ekonomi Kreatif Antara Tuntutan dan Kebutuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Murjana Yasa, I Gusti Wayan. 2009. Ekonomi Rakyat, EKonomi Kreatif, dan Pertumbuhan Berkualitas. Denpasar: BAPPEDA Kota Denpasar. Ngantindriatun dan Ikasari, Hertiana. 2011. “Efisiensi Produksi Industri Skala Kecil Batik Semarang: Pendekatan Fungsi Produksi Frontier Stokastik”. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan No.1 Tahun 4: hal 28-36. Nielsen, Tobias dan Power, Dominic. 2010. “Priority Sector Report: Creative an Cultural Industries” European Commission Enterprise and Industry.
75
Nisfihani, Annisa, Wijaya, Adi, dan Junaidi, Agus. 2013. Pengaruh Upah dan Output Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Sektor Pertambangan Kabupaten Kutai Kartanegara [Online]. http://journal.feunmul.in/ojs/index.php/publikasi_ilmiah/article/view/42 [diunduh: 5 Oktober 2013] O’Connor, Justin. 2007. “The Cultural And Creative Industries: A Review Of The Literature” The University of Leeds. Peuter, Greig de. 2011. “Creative Economy and Labor Precarity: A Contested Convergence”, Journal of Communication 35(4): hal 417-425. Putra, Riky Eka. 2012. “Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, Dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”, Economics Development Analysis Journal 1 (2): hal 42-58. Potts, Jason dan Cunningham, Stuart. 2007. “Four Models Of The Creative Industries”, Cultural Science : hal: 1-20. Raharjaputra, Hendra S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk Eksekutif Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta. Rahmana, Arif. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah. [Seminar Nasional] Aplikasi TEknologi Informasi Yogyakarta, 20 Juni. Rahmawati, Ikka Dewi. 2013. “Pengaruh Investasi dan Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja di Jawa Timur”, Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol.1 No.3. Ransom, Michael R dan Sims, David P. 2010. “Estimating the Firm’s Labor Supply Curve in a “New Monopsony” Framework: Schoolteachers in Missouri”, Journal of Labor Economics, Vol.28 No.2: hal 331-355. Rasinan, Djusniati. 2010. “Peranan UMKM Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Maros” Adiwidia, No.1 : hal 32-41. Rizvi, Syed Zia Abbas dan Nishat, Mohammad. 2009. The Impact of Foreign Direct Investment on Employment Opportunities: Panel Data Analysis. Empirical Evidence From Pakistan, India and China. Karachi: IoBM. Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2004. Mengukur Peranan Industri Kecil Dalam Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Dinamika Pembangunan, Volume 1, No.2: hal 125-136. Saptutyningsih, Endah. 2005. “ Dampak Kontraksi Sektor Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia
76
Sesudah Krisis (1999) Pendekatan Structural Path Analysis (SPA)”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.10 No.3: hal 241-263. Silvia, Engla Desnim, Wardi, Yunia dan Aimon, Hasdi. 2013. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Inflasi di Indonesia”, Jurnal Kajian Ekonomi Vol.1 No.2 : hal 224-243. Sitanggang, Ignatia Rohana dan Nachrowi, Djalal Nachrowi. 2004. “Pengaruh Struktur Ekonomi Pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Provinsi Pada 9 Sektor Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol.5 No.1: hal 103-133. Sulistiawati, Rini. 2012. “Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia”, Jurnal EKSOS Vol. 8 No. 3: hal 195-211. Suluh
Bali. 2013. Denpasar: Menjamurnya Bisnis Distro. [Online] http://suluhbali.co/breaking-news/denpasar-menjamurnya-bisnis-distro/ [diunduh: 19 Juni 2013]
Sumarno, Muhammad. 2010. “Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Pengusaha Sentra Industri Kecil Kerajinan Gerabah Kasongan Kabupaten Bantul”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.12 No.1: hal 1-10. Suparmoko, M. 1999. Metode Penelitian Praktis (Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Ekonomi dan Bisnis), Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Tim Peneliti SMERU. 2001. Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Tingkat Upah Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Daerah Perkotaan Indonesia. SMERU. Laporan Penelitian. Tindaon, Ostinasia dan Yusuf AG, H. Edy. 2009. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa Tengah (Pendekatan Demometrik). [Online]. eprints. und ip.ac.id/... / JURNAL_OSTINASIA_TINDAON_C2B00604 [diunduh : 25 Februari 2013]. Umar, Akmal. 2010. “Peranan Upah, Motivasi, dan Kepuasan Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan Manufaktur”, Jurnal hipotesis Edisi Februaari 2010. Yanuwardani W, Dian dan Woyanti, Nenik. 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Tempe Di Kota Semarang”, Media Ekonomi dan Manajemen Vol.20 No.2: 190201. Yuniartini, Ni Putu Sri. 2013. “Pengaruh Modal, Tenaga Kerja dan Teknologi Terhadap Produksi Industri Kerajinan Ukiran Kayu Di Kecamatan Ubud” E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 2 No.2: hal 95-101.
77
Zamrowi, M Taufik. 2007. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang)” (Tesis). Semarang : Universitas Diponogoro.
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
No. Responden: KUESIONER PENELITIAN
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Kota Denpasar
Kecamatan :…………………………. Kota Denpasar Nama Responden : Nama Pewawancara : Hari/Tanggal Wawancara : Waktu Wawancara :……………………..menit Nama Editor
Hari/Tanggal
Hasil Editing *)
Paraf
*) 1. Disetujui 2. Diperbaiki
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
78
A
IDENTITAS RESPONDEN DAN USAHA a. Identitas Responden 1. Nama : …………………………………………….. 2. Umur/Tanggal Lahir : …………………………………………….. 3. Jenis Kelamin : …………………………………………….. 4. Jabatan : …………………………………………….. 5. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan: 1. Tidak Pernah Sekolah 2. Tidak Tamat SD 3. SD 4. SMP 5. SMA 6. Perguruan Tinggi (Diploma/ S1/ S2) 6. Status Perkawinan: 1. Belum Kawin 2. Kawin 3. Cerai 4. Janda/Duda 7. Jumlah Anak : ……………………………………………..orang 8. Jumlah Anak : ……………………………………………..orang b. Identitas Usaha 1. Nama Usaha : …………………………………………….. 2. Alamat Usaha : …………………………………………….. 3. Web/Blog Usaha : …………………………………………….. 4. Mulai Berdiri : …………………………………………….. 5. Lama Usaha : …………………………………………….. 6. Jam Kerja : ……………………………………………..
79
Pertanyaan Untuk Para Informan
B 1.
1. Tujuan Penelitian Pertama a. Mengetahui jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh industri pakaian jadi di Kota Denpasar. b. Berapa rata-rata jumlah tenaga kerja pada usaha pakaian jadi dalam 1 bulan? Variabel Penyerapan Tenaga Kerja Rata-rata tenaga kerja =……………………………………….orang Pertanyaan Untuk Para Informan 2. Tujuan Penelitian Kedua a. Mengetahui jumlah produksi industri pakaian jadi di Kota Denpasar. b. Berapa total jumlah produksi usaha pakaian jadi dalam waktu 1 bulan?
C 1.
Variabel Jumlah Produksi Total jumlah produksi 1 bulan =………………………………………m Pertanyaan Untuk Para Informan 3. Tujuan Penelitian Ketiga a. Mengetahui besar modal kerja pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. b. Berapa total modal kerja yang dikeluarkan oleh usaha pakaian jadi dalam 1 bulan?
D 1.
Variabel Modal Total modal kerja = Rp……………………………………… Pertanyaan Untuk Para Informan 4. Tujuan Penelitian Keempat a. Mengetahui tingkat upah pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar. b. Berapa total tingkat upah yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja dalam 1 bulan?
E 1.
Variabel Tingkat Upah Total tingkat upah = Rp………………………………………
80
Pertanyaan Untuk Para Informan 5. Tujuan Penelitian Kelima a. Mengetahui investasi pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar b. Berapa total investasi usaha pakaian kecil dalam 1 bulan? F 1.
Variabel Investasi Total investasi = Rp……………………………………… Pertanyaan Untuk Para Informan 6. Tujuan Penelitian Kelima a. Mengetahui perkembangan teknologi pada industri pakaian jadi di Kota Denpasar b. Apakah usaha ini masih tergolong menggunakan teknologi sederhana atau modern?
G 1. a. b.
Variabel Teknologi Jenis teknologi yang digunakan: Sederhana Modern SEKIAN TERIMA KASIH
No Catatan Pewawancara
81
Lampiran 2 Tabulasi Data Responden Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif Kota Denpasar
No
Umur Responden
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Lama Usaha
1
26
L
S1
11
2
30
P
S1
10
3
41
P
S1
12
4
35
L
S1
15
5
34
P
SMA
6
29
L
S2
13
7
27
P
S1
8
8
36
P
S1
6
6
9
21
P
SMA
10
45
P
S2
14 9
11
25
P
S1
9
12
28
P
S1
7
13
41
L
SMA
14
31
P
S1
9
15
44
P
S1
12
16
32
P
S1
10
20
Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Y1
8 8 9 10 8 9 11 9 10 7 8 8 10 9 11 8
Jumlah Produksi (m)
Modal (000)
Tingkat Upah (000)
Investasi (000)
Teknologi
Y2
X1
X2
X3
D
120.25 78.75 135 146.25 112.5 101.25 123.75 160.75 180 146.25 80.5 78.75 157.5 112.5 213.75 135
82
9000 7500 8000 13000 10500 8500 11000 15000 15000 12500 8500 9000 15000 9500 16000 11000
1062,5 1,125 1000 1100 944,4 1111,1 1090,9 1166,6 1300 1071 850 1062,5 1150 875 909 1250
7000 9500 6500 10000 11000 13000 5000 7500 11500 9000 10500 8500 11000 9500 8500 9000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
17
53
P
S1
21
18
31
P
S1
9
19
42
P
S1
15
20
29
L
S1
18
21
27
P
SMA
22
26
L
S1
19
23
30
P
S1
8
24
35
P
S1
10
25
32
L
S2
20
26
28
P
S1
9
27
33
P
S1
11
28
52
L
S1
10
29
31
P
S1
7
30
40
P
S2
9
31
21
L
S1
12
32
26
L
S1
15
33
24
L
S1
8
34
27
L
S1
9
35
22
L
S1
6
36
48
L
S1
8
37
20
L
SMA
10
38
22
P
SMA
7
39
47
L
S1
8
12
12 10 13 19 7 11 12 8 15 9 13 8 7 8 15 13 7 10 8 10 15 9 10
112.5 235.75 157.5 236.25 146.25 108.5 150.25 123.75 168.75 112.5 180 157.5 123.75 114.25 168.75 405.25 180 146.25 225 337.5 157.5 483.75 292.5
83
10500 13000 10000 18000 14500 10000 11500 9500 12000 9500 13000 11000 9500 11500 12000 10000 9000 11500 9500 9500 8000 13500 9500
916,6 1000 1153,8 1105,3 1214,2 1090,9 916,6 1125 1200 850 1153,8 1187,5 1062,6 1110 1133,3 1076,9 1285,7 1045 1055,5 1200 1363,6 833,3 1150
15000 17000 12000 15000 7000 8500 9500 11500 15000 8000 12000 6000 7500 8000 8000 7000 8500 12000 7000 10000 9500 7000 7000
1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40
20
L
S1
6
41
24
L
SMA
8
42
30
P
S1
9
43
28
L
S2
6
44
25
L
S1
45
21
L
SMA
46
27
L
S1
47
22
L
SMA
48
21
P
S2
8
49
23
P
SMA
7
50
26
P
S1
14
51
27
L
S1
6
52
31
L
S1
12
53
22
P
S1
7
54
23
L
SMA
9
55
26
L
S1
8
56
28
L
S1
10
57
22
L
SMA
12
58
20
P
SMA
8
59
27
L
S1
9
60
26
L
S1
11
61
29
L
S1
9
62
29
L
S1
10
8 11 9 10
10 8 9 7 10 7 9 10 8 13 12 8 7 9 8 8 11 9 9 10 13 11 7
202.5 146.25 185.75 115.5 405 168.75 213.75 337.5 181.25 157.5 109.45 157.5 191.25 145.75 202.5 225 112.5 337.5 168.75 225 191.25 170.5 191
84
7500 6500 9000 5500 10000 8000 10500 12000 7500 8000 11000 9000 12000 8500 10000 15000 7000 18000 6500 9000 13000 12500 8000
1200 1250 1166,6 1285,7 1250 900 1166,6 1200 1250 1153,8 1083,3 1125 1062,5 1111,1 1250 1125 1136,4 1333,3 1000 1100 1038,5 1090,9 1142,8
9000 7500 8000 12000 8500 7000 12500 8500 9000 6500 13000 10500 7500 11500 8500 7500 7000 9000 7500 9500 8000 5000 5500
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
63
20
P
S1
8
64
23
L
SMA
7
65
23
L
S1
9
66
26
P
S1
8
67
25
L
SMA
68
28
P
S1
9
69
33
L
S1
9
70
26
L
S1
10
71
21
P
S2
8
72
24
P
SMA
6
73
25
L
S2
8
74
27
L
SMA
6
75
24
L
S1
7
76
21
L
S1
9
77
23
P
S1
8
78
28
L
SMA
9
79
33
L
S1
10
80
26
L
SMA
11
81
21
L
S1
9
82
24
L
SMA
9
83
25
L
SMA
10
84
28
L
S1
11
85
22
L
S1
8
10
12 11 8 8 14 9 13 10 14 9 8 11 11 9 12 10 13 10 11 8 10 10 12
168.75 191.25 200.25 112.5 202.5 101.25 191.25 292.5 150 202.5 146.25 185.5 202.5 165.75 155.25 165 247.5 213.75 275.25 168.75 180 225 382.5
85
9500 9000 12000 7000 11000 8000 9500 10000 9500 10500 9000 8500 10000 12000 9000 11000 14000 9500 12000 8000 7500 10500 14500
1000 1090 1050 1250 1107 9500 1055,5 1200 1071,4 1166,6 1125 1181,8 1136,4 1111,1 1083,3 1200 1115,4 1150 1181,8 1187,5 1100 1150 1125
6500 10000 8500 9000 7500 11500 5000 10000 9500 6000 10000 12000 7500 5000 5500 8500 8000 6500 10500 7500 6000 9500 10000
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
86
20
P
S1
8
87
27
L
S1
10
88
26
P
S2
6
89
23
P
SMA
9
90
29
L
S1
8
91
24
L
S1
10
92
27
P
SMA
93
22
L
S1
94
24
L
SMA
8
95
23
L
S2
9
96
24
L
S1
10
97
20
P
SMA
7
98
23
P
S1
9
99
23
L
S1
8
100
26
L
S1
9
9 12
9 13 10 8 9 13 10 14 10 11 9 10 9 13 8
303.75 355.75 219.75 200.25 258.75 281.25 247.5 225 213.75 146.25 258.75 450 292.5 213.75 292.5
86
15000 11000 8500 7000 10000 12500 8500 10500 9000 7500 10000 14000 9500 10000 13000
980 1076,9 1150 1180 1111 1208,3 1150 1107 1200 1181,8 1222 1200 1025 1035,7 1375
5500 6000 7000 9500 10000 12000 7000 8500 12000 8000 6500 10000 6000 8000 9500
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 3 Regresi Subsektor Pertama Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Tekno, INV, Modal, a Upah
Method Enter
.
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: JP
Model Summary
Model 1
R ,645a
R Square ,416
Adjusted R Square ,392
Std. Error of the Estimate 62,83647
a. Predictors: (Constant), Tekno, INV, Modal, Upah
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 267603,7 375100,0 642703,7
df 4 95
Mean Square 66900,924 3948,421
99
a. Predictors: (Constant), Tekno, INV, Modal, Upah b. Dependent Variable: JP
87
F 16,944
Sig. ,000a
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Modal Upah INV Tekno
Unstandardized Coefficients B Std. Error 102,218 38,852 ,008 ,002 -,006 80,748
,003 ,003 ,003 13,469
a. Dependent Variable: JP
88
Standardized Coefficients Beta ,246 ,057 -,182 ,502
t 2,631
Sig. ,010
2,925 ,662 -2,231 5,995
,004 ,510 ,028 ,000
Lampiran 4 Regresi Subsektor Kedua Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered JP, INV, Upah, Modal, a Tekno
Variables Removed
Method Enter
.
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: TK
Model Summary
Model 1
R ,967a
R Square ,935
Adjusted R Square ,932
Std. Error of the Estimate ,58908
a. Predictors: (Constant), JP, INV, Upah, Modal, Tekno
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 469,221 32,619 501,840
df 5 94
Mean Square 93,844 ,347
99
a. Predictors: (Constant), JP, INV, Upah, Modal, Tekno b. Dependent Variable: TK
89
F 270,436
Sig. ,000a
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Modal Upah INV Tekno JP
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,437 ,374 -3,1E-007 ,000 ,001 -5,6E-005 -,044 -,001
,000 ,000 ,170 ,001
a. Dependent Variable: TK
90
Standardized Coefficients Beta ,000
t 1,166 -,011
Sig. ,247 ,991
,992 -,060 -,008 -,049
33,969 -2,153 -,258 -1,429
,000 ,034 ,797 ,156