ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS KINERJA MANAJERIAL BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH Muslimin Dosen FEB Universitas Lampung
ABSTRACT This research aims to measure managerial performance stability by comparing conventional bank to Islamic (Syaria’) ones. Indonesia is one of the countries which is implemented dual banking system to adopt Islamic value in its system. By adopting Islamic value, hence, the problem is, is there any differences among the faktors which affect its managerial performance. Using panel data from Islamic banks and top ten conventional banks, this research found that there is difference among the faktors which affect managerial performance stability between those kind of banks. The result shown that conventional banks positively affected by cost income ratio, representing that the higher the cost of the bank, the more stabled their managerial performance. Conventional banks decide their credit allocation based on risk calculation. Consequently, the cost will be positively higher if the banks push their managers to get more profits. For the Islamic banks, they significantly negatively affected by net loans to total assets. The higher proportion of net loans on their asset tends to make their managerial performance to be lowered. It can be explained, by having profit sharing mechanism, the Islamic banks allocate their funds on more risky credit and it makes the managers must consider and control well to decide their credit decision compared to its potential profit Key Word: Managerial Performance Stability, Conventional Banks, Islamic Banks
I. PENDAHULUAN Perbedaan mendasar antara bank konvensional dan bank syariah adalah adanya muatan nilai-nilai agama, khususnya islam, dalam aktivitas intermediasinya. Setidaknya terdapat tiga prinsip yang melandasi beroperasinya bank-bank syariah yaitu tidak melakukan riba, gharar, dan maysir. Riba terkait dengan pengenaan bunga atas aktivitas intermediasinya, gharar terkait dengan hal-hal pengambilan risiko dan maysir terkait dengan aktivitas spekulasi. Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang menjadikan bunga sebagai pondasi utama aktivitas intermediasinya. Untuk aktivitas yang mengandung unsur gharar dan maysir, bank konvensional tidak membatasinya selama relevan dengan perhitungan return dan risiko dari aktivitas tersebut. Keberadaan bank syariah memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Berbeda dengan Malaysia yang keberadaannya ditopang secara kuat oleh pemerintah, bank-bank syariah di Indonesia lebih ditopang olah keinginan masyarakat muslim untuk memiliki institusi keuangan yang sejalan dengan prinsip-prinsip hidupnya, khususnya yang bebas dari tiga prinsip yang disebutkan di atas. Faktor politik turut mempengaruhi keberadaan bank syariah sebagai akibat pertentangan ideologis dari kelompok-kelompok golongan yang ada di Indonesia. Hingga pada tahun 1990-an dimana pertentangan ini mulai mereda yang ditandai dengan berdirinya bank muamalat yang didukung oleh para cendekiawan muslim sehingga pimpinan Negara pada saat itu mengadopsinya walaupun belum masuk secara penuh dalam sistem perbankan yang ada.
Penerapan dual banking system dilaksanakan sejak tahun 1992 melalui Undang-undang Perbankan Tahun No 7 1992 yang diperkuat dengan UU No 10 Tahun 1998 serta berbagai ketentuan melalui SK Direksi Bank Indonesia. Dengan adanya alternatif jenis bank tersebut, yaitu konvensional dan syariah, masyarakat memiliki alternatif untuk memanfaatkan instrument perbankan sesuai dengan pilihannya masing-masing. Adopsi bank syariah dalam sistem perbankan tersebut, terbukti mendorong masyarakat memanfaatkan instrument perbankan syariah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 tentang pertumbuhan perbankan syariah lima tahun terakhir. Tabel 1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah 2006
2007
2008
2009
2010
2011
3
3
5
6
11
11
-
67
20
83
-
401
581
711
1,215
1,401
15
45
22
71
15
26
27
25
23
24
30
4
(7)
(8)
4
196
241
267
262
336
7
23
11
(2)
28
105
114
131
138
150
155
9
15
5
9
3
105
185
202
225
286
364
637
76 782
9 1,024
11 1,203
27 1,763
27 2,101
23
31
17
47
19
Bank Umum Syariah Jumlah Bank % Jumlah Kantor
349
% Unit Usaha Syariah UUS Bank Konvensional
20
% Jumlah Kantor
183
% Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Jumlah Bank % Jumlah Kantor % Total Jumlah Kantor % Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2012.
Perkembangan institusi perbankan syariah sebagaimana terlihat pada Tabel 1, menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat. Hal ini tak terlepas dari besarnya basis masyarakat muslim di Indonesia yang mencapai hingga 80% lebih. Namun demikian, peningkatan kapasitas manajerial institusi perbankan islam belum banyak dinilai sebagai bahan evaluasi untuk memperkuat peran lembaga intermediasi yang mengadopsi prinsip-prinsip ibadah umat muslim. Penilaian kinerja manajerial perbankan islam menjadi penting untuk dilakukan selain sebagai bahan evaluasi, juga sebagai kontrol terhadap perbankan islam tersebut agar motif ibadah yang dijalankan oleh umat muslim yang menabung ke bank-bank islam dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan perekonomian umat muslim khususnya dan para nasabah bank syariah pada umumnya. Atas dasar inilah penelitian terhadap kinerja manajerial bank syariah dilakukan dengan membandingkannya dengan bank konvensional sebagai tolak ukur agar perbankan syariah dapat berkembang dengan baik. Manajer perusahaan/bank merupakan faktor yang sangat dibutuhkan bagi efektifitas operasi perusahaan dan berjalannya insiatif-inisiatif dan program-program dalam sektor publik. Kotler (1995) dan Hacker dan Washington (2003) menyebutnya sebagai critical success factor bagi suksesnya organisasi bisnis atau pun publik. Dengan demikian, manajer memiliki peran yang penting bagi tercapainya tujuan perusahaan.
Keefektifan manajerial merupakan salah satu fenomena dalam perusahaan yang cenderung masih bersifat konsepsi yang sulit untuk diukur sehingga membutuhkan penelitian-penelitian yang lebih spesifik (Bennett dan Brodie, 1979; Analoui, 1994, 1998, 2002; Drucker, 1967; Mintzberg, 1973; Margericon, 1987). Hal ini lah yang kemudian memunculkan adanya definisi yang tidak tunggal terkait dengan efektifas manajerial dalam literatur yang ada. Beberapa definisi yang ada terkait dengan hal tersebut diantaranya Reddin (1970) yang mendefinisikan efektifitas sebagai tingkat dimana manajer mencapai hasil (output) sesuai dengan jabatan atau posisi yang dimilikinya. Berbeda dengan Reddin, Drucker (1967) mendefinisikan efektifitas sebagai satu serangkaian skill yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diminta dan keefektifan manajerial merupakan fungsi dari kompetensi manajer untuk mengelola serangkaian praktek-praktek pekerjaan yang komplek diantranya manajemen waktu, berorientasi hasil, membangun kekuatan dan berkonsentrasi pada beberapa wilayah-wilayah utama dan membuat keputusan (Drucker, 1970; Kassem dan Moursi, 1971). Definisi lainnya adalah Mintzberg (1973) yang mendefinisikan manajer yang efektif. Mintzberg menyebut manajer yang efektif merupakan seseorang yang mengenali kebutuhan dan memahami isi dari pekerjaan dan menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk dioperasikan dalam kontek pencapaian tujuan perusahaan. Secara umum, terdapat dua isu yang menjadi perhatian terkait dengan aspek manajerial perusahaan yaitu kefektifan dan efesiensi. Efesiensi terkait dengan hubungan antara input dan output, sedangkan keefektifan terkait dengan apakah pekerjaan dilakukan dengan memuaskan atau tidak. Secara praktis, pengukuran kinerja manajerial telah banyak dipergunakan untuk kontrol organisasi dan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan organisasi. Model-model ukuran kinerja tersebut umumnya memfokuskan pada maksmalisasi kekayaan shareholders. Studi-studi akuntansi menyimpulkan bahwa kinerja berbasiskan tradisional akuntansi yang dipergunakan relative tidak sesuai dalam kondisi lingkungan ekonomi yang tidak pasti, kompleks dan kompetitif saat ini (Kaplan, 1983, 1984; Nanni, 1990; Govindarajan dan Shank, 1992; Bromwich dan Bhimani, 1989). Namun demikian, penelitian-penelitian yang ada tersebut lebih banyak mendiskusikan pengukuran kinerja dari konteks industri manufaktur (Fitzgerald, 1991; Ballantine, 1998; Brignall, 1997). Beberapa studi yang ada terkait dengan industri jasa sedikit sekali yang memfokuskannya pada industri perbankan terkait dengan pengukuran kinerja manajerial secara akuntansi (Husain dan Gunasekaran, 2000; Hussain, 2000). Salah satu penelitian terkait dengan pengukuran kinerja manajerial pada industri jasa keuangan atau bank adalah penelitian yang dilakukan oleh Hussein (2010) yang mengukur kinerja stabilitas perbankan di wilayah teluk (timur tengah) yang salah satunya mengukur kinerja stabilitas manajerial perbankan. Stabilitas manajerial diukur dengan nilai perusahaan Tobin Q dimana nilai Tobin Q diatas satu mengindikasikan bahwa keputusan investasi yang diambil oleh bank syariah ataupun bank konvensional, yang akan mempengaruhi perubahan likuiditas, risiko dan modal kedua jenis bank tersebut. Semakin tinggi nilai Tobin Q, maka semakin besar akses manajer bank untuk mempergunakan laba bank untuk memperbaiki likuiditas dan risiko permodalannya. Penelitian ini mempergunakan definisi operasional Tobin Q di atas untuk mengukur perbedaan kinerja manajerial antara bank syariah dan bank konvensional.
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini mempergunakan data panel dari bank syariah dan sepuluh besar bank terbesar berdasarkan ukuran asset. Data yang dipergunakan adalah laporan keuangan bulanan bank tersebut pada tahun 2011 yang bersumber dari publikasi laporan keuangan bank oleh Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode Fix Effect dari panel data, variable dependen penelitian ini adalah kestabilan kinerja manajerial bank yang diproxy dengan Tobin Q yang diperoleh dengan membagi nilai ekuitas bank dengan laba bersih bank. Variable independen penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kinerja manajerial bank yaitu; 1) Laba Sebelum Pajak (Profit Before Tax). Faktor ini merepresentasikan profitabilitas bank dimana manajer bank memiliki akses untuk
mempergunakan laba bank untuk meningkatkan likuiditas dan permodalannya sehingga manajer dapat mengelola keputusan-keputusan investasinya. Dipergunakannya proxy ini karena bank syariah tidak mengenal bunga sehingga tidak mempergunakan Net Interest Margin sebagai proxy profitabilitas bank. 2) Loan Loss Provision merupakan faktor kedua yang mempengaruhi stabilitas kinerja manajerial bank dimana manajer menetapkan biaya administrasi kredit yang dipergunakan untuk mengurangi kemungkinan kredit/pembiayaan yang tidak sehat dikemudian hari. Proxy biaya administrasi/kredit ini dipergunakan untuk menjamin adanya tingkat pengembalian kredit yang berkelanjutan. 3) faktor tingkat pengembalian kredit yang diukur dengan kredit lancar dibagi dengan total kredit bank. 4) faktor gejolak atau krisis keuangan eksternal yang diukur dengan biaya bank /pendapatan bank. Pada kondisi keuangan yang bergejolak, bank akan mengeluarkan biaya yang semakin besar untuk mengatasi gejolak tersebut agar tidak berpengaruh terhadap kondisi internal bank. 5) faktor kepercayaan nasabah yang diproxy dengan deposit terhadap total asset. Secara ringkas, model penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
BSTobinQ = α + β1PBT + β2LLP + β3NLTA + β4CIR + β5DEA + ε
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil olah data dapat dilihat pada deskriptif statistik variable-variabel penelitian pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Deskriftif Statistik
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Jarque-Bera Probability
Kon Sya Kon Sya Kon Sya Kon Sya Kon Sya Kon Sya Kon Sya
TOB 25.51398 42.15158 12.29366 28.10076 338.6077 699.4625 0.638457 -775.487 42.14948 137.3891 3933.993 1464.068 0 0.00
PBT 12847152 526516.6 8229114 143278.5 52789561 5000947 725517 1559 11663182 892690.6 43.98255 545.8261 0 0.00
LLP 0.012733 0.078671 0.012596 0.020987 0.031549 2.19027 3.49E-06 0.000626 0.007957 0.21736 4.423929 25386.97 0.109485 0.00
NLTA 0.630477 0.223391 0.650648 0.196359 0.748614 2.771353 0.44901 0.003362 0.078869 0.25303 6.718764 33260.6 0.034757 0.00
CIR 0.779547 1.328669 0.815467 0.745751 1.231896 75.30019 0.106417 0.081071 0.192771 6.532897 13.5351 86532.85 0.001151 0.00
DEA 0.76689 0.126931 0.773946 0.113115 0.853895 1.34465 0.654832 0.004764 0.052518 0.13136 6.656093 17060.09 0.035863 0.00
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan Tabel 2, terlihat kinerja stabilitas manajerial bank syariah secara rata-rata memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Namun demikian, deviasi nilai Tobin Q bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional yang ditunjukan oleh nilai standar deviasinya. Hal ini ditunjukan dengan adanya bank syariah yang memiliki nilai Tobin Q yang negative, yang menunjukan kualitas yang rendah dari stabilitas kinerja manajerialnya, yang terlihat pada nilai minimum Tobin Q yang negative. Hal ini tidak terjadi pada bank konvensional walaupun masih terdapat bank konvensional yang memiliki nilai Tobin Q dibawah 1.
Dari sisi Profit Before Tax, rata-rata bank syariah berada pada level milyaran rupiah, sedangkan bank konvensional secara rata-rata memiliki Profit Before Tax sebesar 12 triliyun rupiah. Secara keseluruhan, kedua jenis bank pada sampel ini memiliki laba yang positif yang terlihat dari tidak adanya nilai minimum yang negative pada variable ini. Dari sisi trust yang diproxy dengan jumlah deposit dibagi dengan total asset, bank konvensional menunjukan tingkat kepercayaan nasabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank syariah, hal ini dapat dilihat pada rasio DEA dimana proporsi bank konvensional 76,68%, sedangkan bank syariah hanya sebesar 12,69%. Hasil penelitian berdasarkan model penelitan sebagaimana terlihat pada Tabel 3 menunjukan bahwa stabilitas kinerja manajerial bank konvensional dipengaruhi secara positif signifikan oleh faktor gejolak keuangan yang diproxy dengan CIR (Cost Income ratio), sedangkan stabilitas bank syariah dipengaruhi secara negative signifikan oleh faktor tingkat pengembalian kredit (NLTA). Faktor-faktor lainnya tidak menunjukan pengaruh yang signikan pada stabilitas kinerja manajerial bank. Tabel 3 Hasil Perhitungan
Kon t Sya t
C 105.5585 1.580134 74.26836 3.300589
PBT -3.58E-08 -0.08711 -8.01E-06 -0.55342
LLP NLTA CIR 369.4087 -57.53055 42.79527 0.498017 -1.232303 1.738945* -53.8988 -107.1533 -1.138243 -0.90136 -2.102825** -0.579977
DEA -106.113 -1.53086 14.09592 0.146185
Sumber: Data Diolah
Hasil ini menunjukan bahwa bank konvensional lebih cenderung dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu gejolak ekonomi atau keuangan dibandingkan dengan faktor internal bank. Kondisi ini mengkonfirmasi bagaimana bank konvensional memiliki kaitan erat dengan sistem keuangan global dan terintegrasinya bank tersebut pada system global sehingga gejolak-gejolak keuangan akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial bank. Pengaruhnya yang positif menunjukan bahwa kondisi gejolak keuangan akan mendorong bank konvensional mengalokasikan tambahan biaya manajerial untuk menjaga dan meminimalisasi pengaruh gejolak tersebut terhadap bank konvensional. Sebaliknya, bank syariah lebih dipengaruhi oleh kondisi internal bank dibandingkan dengan pengaruh eksternal. Hal ini mengkonfirmasi bagaimana gejolak-gejolak keuangan tidak secara signifikan mempengaruhi kinerja manajerial bank syariah. Bank syariah lebih dipengaruhi faktor internal berupa system operasional yang dijalankan. Dengan menggunakan mekanisme profit loss sharing, bank syariah mengalokasikan pembiayaannya pada kredit-kredit yang lebih beresiko karena bank juga menanggung kerugian pada keputusan pembiayaan kredit yang dilakukannya. Hal inilah yang mengapa faktor tingkat pengembalian kredit memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial bank syariah.
IV. SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial antara bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional lebih cenderung dipengaruhi secara positif signifikan oleh faktor eksternal berupa gejolak keuangan dan ekonomi, sedangkan bank syariah lebih dipengaruhi oleh faktor internal berupa mekanisme operasional yang dijalannya berupa mekanisme bagi hasil (profit loss sharing mechanism).
DAFTAR PUSTAKA Analoui, F.(1994). The Realities of Managing Development Projects, Ashgate, Aldershot. Analoui, F. (2002). The Changing Patterns of Human Resource Management, Ashgate, Aldershot. Analoui, F. (2007). Strategic Human Resource Management, Thomson Learning, London. Analoui, F. And Al-Madhoun, M. (2002)., Developing Managerial Skills in Palestine, Education Training, Vol. 44 (8/9), pp. 431-42 Analoui, Farhad. And Abdulla A. Ahmed, Nada Kakabadse. (2012). Parameters of Managerial Effectiveness: The Case of Senior Managers in the Muscat Municipality, Oman., Journal of Management Development, Vol. 29, pp. 56 – 78 Ballatine, J. And Brignall, S., Modell, S. (1998). Performance Measurement and Management in Public Health Services: a Comparison of UK and Swedish Practice, Management Accounting Research, Vol. 8, September, pp. 325 – 46. Beck, Thorsten. And Demirgüç-Kunt, Asli., Merrouche, Ouarda.( 2010). Islamic vs. Conventional Banking Business Model, Efficiency and Stability, The World Bank Development Research Group - Policy Research Working Paper 5446, (October). Bennett, R. And Brodie, M. (1979). “A Perspective on Managerial Effectiveness”, in Brodie, M. and Bennett, R. (Eds), Managerial Effectiveness , Regional Management Centre, Thames Valley, pp. 12-31. Bishnoi , T. R. (1990). Banking Regulations and Islamic Finance, Economic and Political Weekly, Vol. 25(48/49), p. 2687. Brignall, S. (1997). A Contingent Rationale for Cost System Design in services, Management Accounting Research, Vol. 8, September, pp. 325 – 46. Bromwich, M. And Bhimani, A. (1989). Management Accounting: Evolution not Revaloution, CIMA Publications, London. Čihák, Martin. And Hesse, Heiko. (2008). Islamic Banks and Financial Stability: An Empirical Analysis, IMF Working Paper 08 Drucker, P.F. (1970). Managing for Results, Heinemann, London Fitzgerald, L. And Johnson, R., Brignall, T.J., Silvestro, R., Voss, C. 1991. Performance Measurement in Service Businesses, CIMA Publications, London. Govindarajan, V. And Shank, J. (1992). Strategic Cost Management: Tailoring Controls to Strategies, Journal of Cost Management, Vol: 6 (3), pp. 14 – 25 Hacker, M.E. And Washington, M. (2003). Project Leadership and Organizational Change, Proceedings of the Institute of Industrial Engineers, 19th Annual Conference Proceedings, Phoenix, AZ . Hussain, M.M. And Gunasekaran, A. (2000). Activity Based Cost Management in Financial Services Industry, Managing Service Quality, Vol. 11 (3), pp. 213 – 23. Hussain, M.M. (2000). Management Accounting Systems in Service: Empirical Evidence with Nonfinancial Performance in Finnish, Swedish and Japanese Banks and Other Financial Institutions, Acta Wasaensia, Business Administration 32, University of Vaasa, Vaasa. Kaplan, R.S. (1983). Measuring Manufacturing Performance: a New Challenge for Managerial Accounting Research, The Accounting Review, October, pp. 686 – 703
Kaplan, R.S. 1984. The Evaluation of Management Accounting, The Accounting Review, July, pp. 390 – 418 Kaplan, R. And Norton. (1992). The Balanced Scorecard Measures that Drive Performance, Harvard Business Review, January – February, Vol. 70 (1), pp. 79 – 80 Kassim
Hussein , (2010), Bank-Level Stability Factors and Consumer Confidence – A Comparative Study of Islamic and Conventional Banks’ Product Mix, Journal of Financial Services Marketing, Vol. 15, 3, 259–270
Kotter, J.P. (1995). Leading Change: Why Transformation Efforts Fail, Harvard Business Review, Vol. 73, pp. 58-67. Kassem, M.S. and Moursi, M.A. (1971). Managerial Effectiveness, The Academy of Management Journal, Vol. 14 (3), pp. 381-8. Margerison, C.J., And. Davies, R.V., Mc Cann, D. (1987). High-Flying Management Development, Training and Development Journal, Vol. 41, February Mintzberg, H. (1973). The Nature of Managerial Work, Harper & Row, New York, NY. Nanni, A. And Dixon, R., Vollmann, T. (1990). Strategic Control and Performance Measurement, Journal of Cost Managemenet, Summer, Vol. 4 (2), pp. 33 – 43. Roy , Delwin A. (1991). Islamic Banking, Middle Eastern Studies, Vol. 27(3), pp. 427-456 Reddin, W.J. (1970). Managerial Effectiveness, McGraw-Hill, New York, NY. Stiroh, Kevin J. (2004). Diversificaton in Banking: Is Noninterest Income the Answer?, Journal of Money, Credit and Banking, Vol. 36 (5), pp. 853-882.