Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN INDUSTRI NONMIGAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA Saidun Hutasuhut Abstrak: Otonomi daerah memberi kebebasan kepada daerah untuk merencanakan dan mengelola kegiatan ekonomi sendiri tanpa menunggu campur tangan dari pusat. Karenanya setiap daerah harus mampu mengembangkan ekonomi sesuai potensi yang dimilikinya. Potensi ekonomi tersebut tergambar dari kontribusi dari setiap lapangan usaha atau sektor. Subsektor industri pengolahan nonmigas umumnya sangat besar kontribusinya dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Sehingga daerah harus mampu mempercepat pertumbuhan subsektor industri pengolahan non-migas ini agar mendorong pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel apa yang dominan mempengaruhi pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. Data diperoleh dari BPS, Depnaker, dan BKPMD. Teknik analisa data yang digunakan OLS. Hasil penelitian menunjukkan investasi dalam negeri (PMDN), angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan industri pengolahan non-migas. Secara partial juga ketiga variabel tersebut mempengaruhi pertumbuhan industri pengolah non-migas di Sumatera Utara. Kata kunci: Pertumbuhan , Investasi, Tenaga Kerja, Tabungan Abstract: Area autonomy liberate to area to plan and manage economic activityifself without wait for interfence fromf center. So, every should increase the economic sector according to the have potenial. That potencialcomes from contribution of each sector. For intance, non oil and natural gas industry as a sub sector. Area should accelerate this sub sector to grow the economic. The purpose of this sub research is to fine the dominan variable that influence the growth of non oil and antural gas industry in North Sumatera. Data has taken from BPS, Depnaker and of BKPMD and has analysed by using OLS technique. The result shows that domestic invesment (PMDN), labor force and local government saving influence the growth of non oil and natural gas industry. Partial those three variables also influence the growth ot non oil and natural gas industry in North Sumatera. PENDAHULUAN Semenjak diberlakukan UU No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah di Indonesia, perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat. Hal ini cukup beralasan dan logis karena pada era otonomi daerah saat ini masing-masing daerah berusaha dan berlomba-lomba untuk meningkatkan ekonomi daerahnya masingmasing guna meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran masyarakatnya. Faktor pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang tinggi merupakan sasaran utama bagi pembangunan daerah. Ada sembilan sektor lapangan usaha yang menentukan tingkat PDRB di suatu daerah. Sektor-sektor tersebut antara lain: pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih , bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan 126
komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa. Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang PDRB-nya relatif stabil sebagaimana dijelaskan melalui Tabel 1 berikut ini: Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1996-2001 TAHUN PDRB Juta (Rp) %/Tahun
1996 23.714.738 1997 25.065.405 1998 22.332.690 1999 22.910.086 2000 24.016.595 2001 24.911.048 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
9.01 5.70 -10.90 2.59 4.83 3.72
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDRB berfluktuasi, hal ini dikarenakan krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 yang sangat berdampak terhadap
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... Saidun Hutasuhut
pertumbuhan PDRB, di mana pada tahun 1998 terjadi pertumbuhan negatif sebesar 10,90. Kondisi ini berdampak pada pertumbuhan PDRB hingga saat ini. Di sisi lain karena tidak adanya sektor kunci yang menjadi andalan dalam membentuk PDRB. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah investasi dalam negeri (PMDN), jumlah angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. I. Kajian Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau dikenal dengan pendapatan regional suatu daerah merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan pada suatu perekonomian daerah dalam masa satu tahun. Besarnya PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. PDRB yang dihitung berdasarkan pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di daerah suatu negara dalam jangka waktu setahun, unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dibagi
menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha yaitu: (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian (3) industri pengolahan migas dan non-migas, (4) listrik, gas, dan air bersih (5) bangunan, (6) perdagangan hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa. Model Pertumbuhan Harrod-Domar Mekanisme perekonomian dengan pengertian investasi yang lebih banyak, yang diarahkan kepada usaha mempercepat pertumbuhan diterangkan Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar ini yang memberikan arti penting investasi dalam pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama; investasi menciptakan pendapatan, dan kedua; investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok kapital. Investasi (akumulasi modal) bertujuan memperbesar output dan pendapatan di masa yang akan datang. Melalui investasi pada barang modal produktif (termasuk investasi dalam sumber daya manusia) dan investsi di bidang infrastruktur sosial dan ekonomi untuk menunjang aktivitas perekonomian secara terpadu, peningkatan output dapat dicapai dan pendapatan masyarakat akan meningkat (Todaro, 1995: 116).
Tabel 1.2 Kontribusi sektoral terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun 1996-2001 (jutaan rupiah) No. Sektor Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 1. Pertanian 6.197.978 6.598.167 6.761.596 7.153.614 7.480.207 7.749.605 2. Pertambangan 595.991 371.662 305.578 297.372 331.209 306.770 & Penggalian 3. Industri 5.762.747 5.980.103 4.989.743 4.985.863 5.130.551 5.391.973 Pengolahan 4. Listrik, gas,& 237.524 329.033 343.063 356.732 378.672 411.761 air bersih 5. Bangunan 1.043.358 1.134.565 951.156 964.611 1.025.844 1.067.020 6. Perdag. Hotel 4.453.035 4.699.082 3.859.892 3.991.368 4.125.231 4.257.106 & Restoran 7. Pengangkutan 2.049.148 2.200.184 1.811.296 1.868.581 2.020.336 2.155.883 & Komunikasi 8. Keuangan 1.704.548 1.799.388 1.537.204 1.509.564 1.655.683 1.687.488 Persewaan & jasa lainnya 9. Jasa-jasa 1.667.409 1.953.219 1.773.162 1.782.382 1.838.862 1.880.442 PDRB 23.714.738 25.065.405 22.332.690 22.910.086 24.016.595 24.911.048
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
Dalam perspektif waktu yang lebih
panjang, investasi menambah stok kapital (K) 127
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006
misalnya; pabrik-pabrik, jalan, irigasi, dan sebagainya. Jadi I = ΔK, ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan seperti terlihat pada Gambar 1:
Dengan kata lain, pertumbuhan pendapatan nasional secara positif berhubungan dengan rasio tabungan dan sebaliknya secara negatif berhubungan dengan COR atau ICOR (Capital Output Ratio atau Incremental Capital Output Ratio). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: s ΔY ............................................................. (3) = Y k Di mana:
ΔY = tingkat pertumbuhan pendapatan nasional Y
s = rasio tabungan terhadap pendapatan nasional k = capital output ratio atau incremental capital output ratio Gambar 1. Pengaruh Investasi
Keterangan: a = ΔI, menggeser kurva D (permintaan barang dan jasa) lewat proses multiplier (jangka pendek) b = ΔI, Mengeser kurva S (penawaran barang dan jasa) lewat pertambahan produksi (jangka panjang). Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok kapital masyarakat yang berarti penambahan investasi, maka akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Qp). Harrod-Domar menggambarkan hubungan yang sederhana antara K dan Qp sebagai berikut: Qp=hK ................................................................(1) Di mana h menunjukkan jumlah unit output yang bisa dihasilkan dari setiap unit kapital atau investasi. Koefisien ini disebut capital ouput ratio. Hubungan antara K dan Qp adalah proporsional. Jadi apabila dalam suatu tahun tertentu ada investasi sebesar I, maka stok kapital pada akhir tahun tersebut akan bertambah sebesar ΔK = I. Selanjutnya penambahan kapasitas ini akan meningkatkan output sebesar: ΔQp = h Δk = hI ……………..........................................(2) Di mana: Qp = output yang dihasilkan oleh stok kapital yang ada ΔK = perubahan stok kapital I = investasi H = jumlah unit output yang bisa dihasilkan dari setiap unit kapital atau investasi 128
Capital Output Ratio mengukur berapa tambahan output yang bisa dicapai karena penambahan kapital sebesar satu unit. Sedangkan ICOR adalah untuk mengukur perubabahannya. Anggapan yang digunakan di sini menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan stok kapital dan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Todaro, 1995: 65-67). Investasi Dalam Negeri Modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang kurang maju sekalipun barangbarang modal sangat besar peranannya dalam kegiatan ekonomi. Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai oleh suatu masyarakat yang belum berkembang (Sukirno, 1999: 427). Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pabrik baru, mesin, peralatan, dan material meningkatkan stok modal produktif secara fisik suatu negara dan memungkinkan tercapainya peningkatan output. Investasi produktif ini harus dilengkapi dengan investasi infrastruktur sosial dan ekonomi, jalan, listrik, air dan sanitasi, komunikasi, dan sebagainya guna menunjang aktivitas perekonomian secara terpadu. Sebagai contoh, investasi seorang petani sayuran dengan membeli traktor baru dapat meningkatkan produksinya. Namun, tanpa fasilitas angkutan yang memadai guna mengangkut tambahan produksi tersebut ke pasaran, maka investasi tersebut tidak akan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... Saidun Hutasuhut
menambah produksi pangan tersebut secara langsung (Todaro, 1995: 116). Pertumbuhan Tenaga Kerja Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja, secara tradisional, dianggap sebagai faktor yang merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Namun demikian patut dipertanyakan apakah cepatnya pertumbuhan penawaran tenaga kerja di negara-negara berkembang yang mengalami kelebihan tenaga kerja akan memberikan efek positif atau negatif terhadap perkembangan ekonomi. Sebenarnya hal tersebut tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan secara produktif dengan mempekerjakan tambahan tenaga kerja tersebut, kemampuan mana dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal (Todaro, 1995: 117). Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam konteks pasar peranannya berada baik pada sisi permintaan maupun di sisi penawaran. Di sisi permintaan, penduduk adalah konsumen, sumber permintaan akan barang-barang dan jasa. Di sisi penawaran, penduduk adalah produsen, jika ia pengusaha atau pedagang, atau tenaga kerja, jika ia semata-mata pekerja. Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah dua; ada yang menganggapnya sebagai penghambat pembangunan, ada pula yang menganggapnya sebagai pemacu pembangunan. Berlangsungnya kegiatan produksi adalah berkat adanya orang yang membeli dan mengkonsumsi barang-barang yang dihasilkan. Konsumsi dari penduduk inilah yang menimbulkan permintaan agregat. Pada gilirannya, peningkatan konsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha produktif berkembang, begitu pula perekonomian secara keseluruhan. Jadi perkembangan ekonomi turut ditentukan oleh permintaan yang datang dari penduduk. Tekanan masalah kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan. Variabel-varibel lain itu misalnya sebaran, komposisi, kepadatan, dan
pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan, dan pendidikan (Dumairy, 1997: 6869). Tingkat pertumbuhan penduduk secara kuantitatif diukur berdasarkan persentase kenaikan jumlah penduduk netto tahunan karena adanya pertambahan alami dan migrasi netto internasional. Yang dimaksud pertambahan alami adalah selisih antara jumlah kelahiran dan kematian atau perbedaan antara kesuburan dan mortalitas (Todaro, 1995:190). Sedangkan cara perhitungan laju pertumbuhan penduduk dapat dilakukan sebagai berikut: Pt = Po. (1+r)n …………………………………(4) Di mana: Pt = banyaknya penduduk pada tahun terakhir Po = jumlah penduduk pada tahun awal R = angka pertumbuhan n = waktu antara Po dan Pt (Widodo, 1990: 38, ). Tabungan Pemerintah Daerah Dalam pembangunan ekonomi, modal mempunyai peranan yang mutlak sebagai pembiayaan pembangunan yang dilaksanakan. Jika modal yang tersedia cukup, maka pembangunan akan tumbuh lebih laju laju sebab dapat dilakukan investasi di berbagai sektor ekonomi. Akumulasi modal pada dasarnya dapat berasal dari dalam daerah dan dari luar daerah. Sumber dari dalam daerah yang penting untuk membiayai penanaman modal investasi adalah tabungan pemerintah daerah. Tabungan pemerintah daerah diperoleh dari sektor pemerintah dan sektor masyarakat. Tabungan pemerintah daerah yang dimaksud adalah tabungan pemerintah dalam APBD, yang merupakan selisih antara penerimaan daerah dengan pengeluaran rutin. Sedangkan tabungan masyarakat merupakan akumulasi dari Tabanas, Taska, dan deposito berjangka. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (industri pengolahan) dapat dirumuskan seperti gambar berikut ini.
129
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006
sekunder dengan data time series tahun 1994 hingga 2001. Data ini diperoleh dari publikasipublikasi yang terdapat di kantor BPS, Depnaker dan BKPMD, serta sumber lainnya.
Investasi dalam negeri (X1)
Angkatan Kerja (X2)
Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas (Y)
Tabungan Pemerintah (X3)
Gambar 2. Keterkaitan Variabel Independen dan Variabel Dependen
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh investasi dalam negeri, pertumbuhan angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah secara bersama-sama terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. 2. Mengetahui pengaruh ketiga variabel independen dengan dependen secara partial. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam menetapkan kebijakan untuk mamacu pertumbuhan ekonomi daerah. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan kerangka teori yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “ Pertumbuhan investasi daerah, pertumbuhan angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara”. Metode Penelitian 1.Variabel Penelitian Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: a. Investasi dalam negeri, jumlah angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah sebagai variabel bebas. b. Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebagai variabel terikat.
2. Teknik Pengumpulan dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data 130
3. Definisi Operasional Variabel a. Investasi yang dimaksud di sini adalah penanaman modal oleh swasta dalam negeri yang diukur dengan persentase pertumbuhan. b. Pertumbuhan angkatan kerja yang bekerja adalah perubahan jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja yang bekerja yang diukur dengan persen. c. Tabungan pemerintah daerah adalah tabungan pemerintah daerah yang terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yaitu yang merupakan selisih penerimaan daerah dengan pengeluaran rutin yang diukur dari persentase pertumbuhannya. d. Pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas adalah peningkatan jumlah sektor ini dari tahun ke tahun dalam bentuk persentase. 3. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data menggunakan regresi ganda dengan model Ordinary Least Square (OLS) yang diturunkan dari fungsi produksi linear model pertumbuhan neoklasik yaitu Q = f(K,L). Di mana Q adalah output, K adalah jumlah modal, dan L adalah jumlah tenaga kerja. Selanjutnya dengan menambahkan variabel lain yang berpengaruh terhadap output tersebut dibentuklah model analis lengkap yaitu: Q=αo +β1 K+β2 L+β3 S+μ Di mana: Q = output, K = pertumbuhan investasi dalam negeri L = pertumbuhan angkatan kerja yang bekerja α = konstanta β 1 , β 2, β 3 = koefisien K, L dan S μ = error term Model ini sebelum digunakan sebagai alat untuk memprediksi terlebih dahulu diuji asumsi klasik dari model regresi linear yaitu uji normalitas, multiklonieritas dan hetrosdakstisitas. Data diolah dengan program komputer SPSS versi 11.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... Saidun Hutasuhut
I. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Perkembangan ekonomi selama proses pembangunan berlangsung biasanya disertai dengan adanya pertumbuhan, perubahan struktur, dan keterkaitan ekonomi. Meningkatnya pembangunan ekonomi menyebabkan akumulasi dan alokasi dana turut meningkat, sehingga mendorong meningkatnya produksi dan pendapatan masyarakat. Proses tersebut terus berlanjut sehingga melalui peningkatan daya beli masyarakat serta semakin meningkat dan meluasnya kegiatan produksi memungkinkan pertumbuhan ekonomi terus berlangsung sebagai akibat adanya pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi, perubahan pola produksi, serta semakin membaiknya kebijakan ekonomi yang diterapkan. Proses tersebut akan terus berlangsung selama pembangunan terus berlangsung. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan untuk melihat kemajuan suatu kegiatan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat dengan menghitung perkembangan nilai PDRB selama periode pembangunan tertentu. Pertumbahan nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 1986 – 2000 cenderung berfluktuasi. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 PDRB Provinsi 1986 – 2000 Tahun
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
PDRB atas Harga Konstan 1993 (Rp juta) 9.878.824 11.147.618 12.364.644 13.330.089 13.539.565 14.334.891 15.653.181 18.215.459 19.942.024 21.753.806 23.714.738 25.065.405 22.332.689 22.910.090 24.016.650
Sumatera
Utara
Pertumbuhan (persen)
3,79 12,84 10,92 7,81 1,57 5,87 9,20 16,37 9,48 9,09 9,01 5,70 -10,90 2,59 4,83
Sumber: BPS Sumatera Utara
Dari Tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa pertumbuhan rata-rata PDRB per tahun
7,99 %. PDRB Sumatera Utara pada tahun 1980 tidak terlalu menggembirakan. Gejolak perekonomian dunia pada pertengahan tahun 1980-an terutama yang dialami negara-negara industri maju menambah tekanan pada perekonomian Indonesia yang cukup parah akibat jatuhnya harga minyak di pasaran dunia. Apalagi pada periode itu perekonomian Indonesia sangat tergantung pada migas. Hal ini berdampak juga terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara, di mana pertumbuhan ekonomi (atas dasar harga konstan 1993) hanya mencapai 2,7 % pada tahun 1981. Seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, berdampak juga pada pertumbuhan PDRB Sumatera Utara yang cukup tinggi terutama pada tahun 1987, 1988, dan 1993 masing-masing sebesar 12,84%, 10,92%, dan 16,37%. Peningkatan yang cukup tinggi ini terutama disumbangkan oleh sektor pertanian di samping sektor-sektor lain seperti sektor industri pengolahan, perdagangan, dan jasa. Sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB Sumatera Utara mencapai 36,69% pada tahun 1987, 36,61 persen pada tahun 1988, dan 26,88 persen tahun 1993. Khusus tahun 1993 sektor industri memberi sumbangan yang cukup besar mencapai 24,61 terhadap total PDRB. Tetapi secara keseluruhan sektor pertanian menjadi primadona sebagai penyumbang terbesar terhadap total PDRB Sumatera Utara dari tahun ke tahun. Pada tahun 1997 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,70 persen, tetapi pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi mencapai pertumbuhan minus 10,90 persen sedangkan nasional 13,3 persen. Hal ini terjadi disebabkan adanya krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dampak krisis ekonomi dirasakan sepenuhnya pada tahun 1998, hampir semua sektor pertumbuhannya negatif kecuali sektor pertanian dan sektor listrik, gas, dan air bersih. Investasi Dalam Negeri (PMDN) Investasi merupakan variabel yang sangat penting dalam menggerakkan pembangunan ekonomi suatu negara. Tanpa ada investasi yang terus bertambah pertumbuhan yang dicapai pasti lambat atau bersifat sementara. Semakin besar nilai investasi yang ditanamkan di suatu daerah maka semakin cepat pula pertumbuhan perekonomian daerah itu. Oleh karena itu di dalam proses pembangunan daerah, kebijakan yang harus dilkukan adalah bagaimana menarik investor untuk menanamkan modalnya di daerah 131
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006
itu. Untuk itu, pemerintah daerah yang bersangkutan senantiasa harus berusaha menciptakan kondisi yang kondusif untuk merangsang pertumbuhan investasi yang diharapkan. Perkembangan realisasi PMDN di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut: Tabel. 4.2 Pertumbuhan Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) dalam persen Tahun Pertumbuhan ( % )
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
46,00 61,73 28,74 -6,03 3,74 2,00 -23,30 20,39
Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat pertumbuhan PMDN rata-rata 16,66 % pertahun selama kurun waktu 1994 – 2001. Namun pada tahun tertentu ada yang mengalami pertumbuhan minus. Hal ini menggambarkan belum konsintennya pertumbuhan investasi di Sumatera Utara. Akan tetapi ada yang menarik perhatian, pertumbuhan investasi pada tahun 1998 mengalami pertumbuhan positif padahal tahun ini merupakan krisis yang terparah dialami perekonomian Indonesia. Justru pada tahun 2000 mengalami pertumbuhan negatif 23,30 %. Krisis ekonomi ekonomi dan krisis lain yang dialami Indonesia menyebabkan enggannya para investor menanamkan modalnya sehingga pertumbuhannya belum konsisten. Pertumbuhan Tenaga Kerja Penduduk merupakan sumber tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan faktor terpenting di antara faktor produksi, karena berfungsi sentral yang mengorganisir faktor produksi lainnya. Perkembangan penduduk dan tenaga kerja dianggap faktor penting yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti akan meningkatkan luasnya pasar domestik akan output yang dihasilkan. Kelompok penduduk yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan 132
usia kerja berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara lain. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia angkatan kerja yang sedang bekerja, usia angkatan yang mempunyai pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Pertumbuhan tenaga kerja di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Pertumbuhan Angkatan Kerja Sumatera Utara (dalam Persen) Tahun Pertumbuhan 1994 3,83 1995 4,87 1996 3,08 1997 1,41 1998 2,15 1999 0,92 2000 4,36 2001 5,02 Sumber: BPS Sumatera Utara
di
Perkembangan Tabungan Pemerintah Tabungan pemerintah daerah dapat dilihat dari APBD yaitu selisih penerimaan daerah dengan pengeluaran rutin daerah. Besarnya tabungan ini akan tergantung dari penerimaan daerah yang merupakan wujud dari pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan besarnya tabungan swasta tergantung pada tingkat pendapatan masyarakat, yang sekaligus menggambarkan kemampuan dan minat masyarakat untuk menabung (marginal propensity to save). Jumlah dana tabungan yang dapat dihimpun oleh sektor perbankan akan mempengaruhi kemampuan negara/daerah/investor untuk melakukan investasi, karena tabungan ini yang akan disalurkan kepada investor di samping dana sendiri yang dimiliki investor tersebut. Besarnya tabungan yang terjadi di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.4. Perkembangan jumlah tabungan pemerintah Sumatera Utara relatif tinggi rata-rata 23,61 persen pertahun. Pertumbuhan turun drastis adalah pada tahun 1998 dan pertumbuhan negatif hanya terjadi pada tahun 1999. Hal ini dapat dipahami sebagai dampak buruk dari krisis ekonomi yang melanda perkekonomian nasional. Besarnya rata-rata pertumbuhan ini tentu akan memberikan kontribusi dengan pertumbuhan ekonomi.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... Saidun Hutasuhut
Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah tabungan Pemerintah dan Perkembangan Sektor Industri Pengolahan Non Migas di Sumatera Utara Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan Jumlah Industri Tabungan Pengolahan (%) (%) 1994 19,39 8,05 1995 19,59 9,20 1996 18,81 8,30 1997 16,49 3,74 1998 5,84 -4,82 1999 -10,23 -0,19 2000 73,40 3,74 2001 45,60 4,55
Selanjutnya kalau dilihat pertumbuhan sektor industri pengolahan rata-rata 4,07% per tahun jauh di bawah pertumbuhan tabungan pemerintah daerah dan juga lebih rendah dari pertumbuhan PDRB Sumatera Utara periode 1988 – 2000 sebesar 7,99%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan di luar sektor pengolahan lebih tinggi dibanding sektor pengolahan, terutama sektor pertanian. I. Hasil Estimasi Model Penelitian II. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunkan pendekatan OLS. Hasil estimasi model penelitian adalah: Q = 8,156 + 0,398 I + 6,828 L + 0,472 S + μ Hasil estimasi model penelitian dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Estimasi Modal Model
(Constant) I L S
Unstandardized Coefficients B
Std Error
8,156 0,398 6,828 0,472
2,760 0,083 2,022 0,116
Standarized Coefficients t
Sig
2,955 4,770 3,377 4,068
0,042 0,009 0,028 0,015
Beta
2,364 2,266 2,533
R2 0,907 F hitung = 12,973
Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas secara serempak/ bersama-sama dipengaruhi oleh variabel investasi dalam negeri (PMDN), pertumbuhan angkatan kerja, dan tabungan pemerintah
daerah. Hal ini terbukti F Sig 0,016 lebih kecil dari 0,05. R-square pada hasil estimasi sebesar 0,907 yang berarti 90,7% pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan investasi dalam negeri (PMA), pertumbuhan angkatan kerja, dan variabel pertumbuhan tabungan pemerintah. Sedangkan 9,3% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian. Dari hasil persamaan regresi diketahui secara partial koefisien pertumbuhan investasi dalam negeri sebesar 0,398 yang artinya jika investasi meningkat 1% akan mendorong pertumbuhan industri pengolahan non-migas 0.398 %. Demikian juga variabel tenaga kerja dan investasi dalam negeri secara partial juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Ketiga angka estimasi variabel independen bernilai positif yang berarti pertumbuhan investasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan tabungan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara akan menyebabkan semakin tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan yang akan signifikan mempercepat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Secara partial variabel yang mempengaruhi pertumbuhan industri pengolahan non-migas juga signifikan. Pertumbuhan investasi berpengaruh posistif dan nyata terbukti dengan t-sig 0,009 lebih rendah dari alpha 0,05. Demikian juga variabel pertumbuhan angkatan kerja juga berpengaruh posiitif dan nyata terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Hal ini dibuktikan dengan t-sig 0,028 sementara alpha 0,05. Selanjutnya variabel tabungan pemerintah daerah juga berpengaruh positif dan nyata. Hal ini dibuktikan dengan t-sig 0,015 dengan alpha 0,05. Dari hasil temuan di atas ketiga variabel yang dianalisis terbukti berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas. Apabila sektor industri pengolahan nonmigas ini berkembang akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, karena sektor industri ini memiliki nilai tambah yang lebih besar daripada sektor pertanian yang mana selama ini masih mendominasi perekonomian Sumatera Utara. Perkembangan sektor industri pengolahan ini juga akan signifikan mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain.
133
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006
PENUTUP Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan investasi daerah (PMDN), pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan tabungan pemerintah daerah secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. 2. Secara partial pertumbuhan investasi dan pertumbuhan angkatan kerja dan tabungan pemerintah daerah berpengaruh positif dan nyata terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diberi saran sebagai berikut: 1. Untuk memacu pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara harus meningkatkan investasi daerah (PMDN) melalui terobosan-terobosan baru yang menggairahkan iklim investasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri (PMA). 2. Meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pembangunan sektor pendidikan.
134
3. Pemerintah provinsi harus mampu meningkatkan tabungan daerah melalui peningkatan penerimaan melebihi peningkatan pengeluaran daerah. Di samping itu, pemerintah harus juga mampu meningkatkan tabungan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dan mengefektifkan fungsi lembaga perbankan sebagai intermediasi dalam pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. (1998). Pendapatan Regional Provinsi Sumatera Utara Tahun 1993-2002, Sumatera Utara. Boediono, (1994). Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta Dumairy (1997). Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta. Sukirno, Sadono (1999). Pengantar Teori Makro Ekonomi, Rajagrafindo, Jakarta. Todaro, Michael P. (1995). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta. Widodo, Triyanto Suseno Hg. (1990). Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia, Kanisius, Yogyakarta.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... Saidun Hutasuhut
LAMPIRAN Data Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-migas, Investasi dalam Negeri (PMDN), Angkatan Kerja, dan Tabungan Pemerintah Daerah Y 8,05 9,20 8,30 3,74 -4,82 -0,19 3,74 4,55
1 2 3 4 5 6 7 8
I 46,00 61,73 28,74 -6,03 3,74 2,00 -23,30 20,39
L 3,83 4,87 3,08 1,41 2,15 0,92 4,36 5,02
S 19,39 19,59 18,81 16,49 5,84 -10,23 73,40 45,60
Regression Variables Entered/Romevedb Model 1
Vairables Entered S,I,La
Variables Removed
Method Enter
a. All requested variables entered b. Dependent variable: Y
Model Summary Model
R
R Square ,952a
1
,907
Adjusted R Square ,837
Std Error of The Estimate 1,91672
a. Predictor: (Constant), S, I, L Anovab
Model
1
Regression Residual Total
Sum of Squares 142,983 14,695 157,678
df 3 4 7
Mean Square 47,661 3,674
F
Sig
12,973
,016a
a. Predictor: (Constant), S, I, L b. Dependent variable: Y
135
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006
Coefficientsa Model
(Constant) I L S
Unstandardized Coefficients B
Std Error
Beta
8,156 0,398 6,828 0,472
2,760 0,083 2,022 0,116
2,364 2,266 2,533
a. Dependent variable: Y
136
Standarized Coefficients t
Sig
2,955 4,770 3,377 4,068
0,042 0,009 0,028 0,015
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... Saidun Hutasuhut
137
JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri ISSN 1411-5247 Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002 Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155 Homepage: http://www.geocities.com/jurnalsti_usu E-mail:
[email protected]
Volume 7 No. 1
Januari 2006
SURAT PENGANTAR No.
/JO5.1.31/TI/STI/2004-
Kepada Yth: ……………………………….. ……………………………….. di Tempat No. 1.
Isi Surat / Barang JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI Jurnal Ilmiah Terakreditas Vol. 7 No. 1 Januari 2006
Banyaknya 1 (satu) eksemplar
Keterangan Disampaikan dengan hormat sebagai tukar informasi ilmiah, mohon lembar di bawah ini dikirim kembali
Medan, Januari 2006 Pemimpin Umum,
Ir.H.A.Jabbar M.Rambe, M.Eng NIP. 130 517 496
………………………………………………………………………………………….................. TANDA TERIMA Telah diterima dari Berupa Tanggal diterima Nama Jabatan Institusi Alamat Telepon Tanda tangan/cap
: Redaksi Jurnal Sistem Teknik Industri Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan 20155 : JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI Vol…. No. … , ….. 200… : ……………………………………………………………………………… : ……………………………………………………………………………… : ……………………………………………………………………………… : ……………………………………………………………………………… : ……………………………………………………………………………… : ……………………………………………………………………………… : ………………………………………………………………………………