ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN [Studi Nelayan Pesisir Desa Klampis Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan]
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Badrul Jamal 105020107111012
KONSENTRASI KEUANGAN DAN PERBANKAN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul:
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan [ Study Nelayan Desa Klampis Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan ]
Yang disusun oleh : Nama
: Badrul Jamal
Nim
: 105020107111012
Fakultas
: Ekonomi Dan Bisnis
Jurusan
: S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan penguji pada tanggal 17 April 2014.
Malang 17 April 2014 Dosen Pembimbing
Dr. Multifiah. SE.,MS NIP. 19550527 198103 2 001
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan [Studi Nelayan Desa Klampis, Kec. Klampis, Kab. Bangkalan] Badrul Jamal Dr. Multifiah, SE,.MS Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email :
[email protected]
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan desa Klampis Kabupaten Bangkalan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan model regresi linear berganda.Semua uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan software eviews 6.0. Penelitian ini menggunakan data cross section dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40 Nelayan. Teknik sampling yang digunakan yaitu Incidental Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis. Selanjutnya secara parsial variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan Desa Klampis antara lain curahan jam kerja, pengalaman kerja, harga, dan hasil tangkapan ikan. Sedangkan variabel modal dan umur secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis. Kata Kunci: Pendapatan Nelayan, Desa Klampis, 40 Nelayan. ABSTRACT This studyaims to determinethe factorsthataffectthe income of fishermenvillageKlampisBangkalan. This studyuse of adescriptivequantitativeapproachwithmultiple linearregressionmodels. All statistical testswereperformedin this study usingeviews6.0software.this studyuse of adescriptivequantitativeapproachwithmultiple linearregressionmodels.This studyusescross section dataand the number ofsamples usedby 40Fishermen. The sampling technique usedisincidentalSampling. The results showedthat thecapitalvariables, age, outpouring ofwork hours, work experience, priceandsimultaneouslycatchesare significanteffecton the incomeof fishermenvillageKlampis. Furthermore, the partialvariablesthat significantly affectthe income of fishermenvillageoutpouringKlampisincludehours of work,work experience, price, andfishcatches. Whilecapitalvariablesandagepartiallyno significant effect onthe income of fishermenvillageKlampis. Keywords :IncomeFishermenVillageKlampis, 40Fisherman
A. LATAR BELAKANG Permasalahan yang sering dialami oleh nelayan Indonesia adalah minimnya pendapatan yang mereka peroleh.Hingga saat ini permasalahan tersebut masih belum juga teratasi.Latar belakang masalah tersebut adalah mahalnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan minimnya peralatan melaut serta modal usaha yang diperlukan dalam kegiatan penangkapan ikan di laut. Disisi lain nelayan perlu memenuhi kebutuhan sehari-harinya, hal tersebut mengakibatkan banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan berada dalam garis ke-miskinan karena pendapatannya yang tidak sebanding dengan tingkat konsumsinya. Data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa “jumlah nela-yan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang” (Robin
2012, 7 April 2013). Disisi lain Indonesia memiliki potensi kelautan yang besar, namun Indonesia juga memiliki permasalahan kemiskinan yang begitu familiar dengan kehidupan nelayan. Solicha (dalam Bambang,2009, 25 November 2013) menya-takan bahwa: Kemiskinan yangmembelenggu nelayan di negara maritim ini sudah berlangsung lintas generasi dan seakan tidak pernah berhenti seiring dengan perkembangan zaman, bahkan pendapatan nelayan Indonesia berada di-bawah standar garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia yakni sebesar Rp520 ribu per bulan (antarajatim.com). Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang terletak pa-ling barat di Pulau Madura. Pulau Madura merupakan bagian dari Propinsi Jawa Timur yang terpisah dari kabupaten–kabupaten lain. Kabupaten Bangkalan memiliki luas wilayah sebesar 1.260,14 km2 dan berbatasan langsung dengan laut, selat, dan kabupaten lain. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bangkalan antara lain; batas utara adalah Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sampang, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Selat Madura. Permasalahan utama yang dialami oleh nelayan desa Klampis adalah tingkat pendapatannya yang setiap tahunnya tetap (cenderung konstan) dan hampir tidak berkembang. Menurut Purwanti (dalam Primyastanto, 2013:18) “kegiatan ekonomi rumah tangga dipengaruhi oleh empat faktor yaitu curahan kerja, total produksi, pendapatan, dan pengeluaran atau konsumsi”. Umur dan pengalaman kerja seorang nelayan dapat berpengaruh terhadap tingkat pendapatannya, hal tersebut karena semakin lama curahan jam kerja nelayan menyebabkan semakin berpengalaman nelayan dalam menangkap ikan, dengan demikian semakin tinggi potensi pendapatan yang diperoleh nelayan. Berdasarkan data yang dirilis oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bangkalan (2013) dapat disimpulkan bahwa desa Klampis merupakan salah satu desa yang memiliki produktivitas tinggi. Dari target tangkapan ikan sebesar 3.616,1 ton, desa Klampis berhasil memproduksi ikan sebesar 3.846,9 ton atau 106,4%. Berdasarkan jumlah produksi ikan tersebut seharusnya nelayan di desa Klampis sudah mampu mensejahterakan kehidupannya.Namun kondisi sebenarnya tidak demikian, banyak nelayan di desa Klampis yang hidup dalam kondisi miskin. Salah satu sebab permasalahan tersebut adalah harga ikan, media online menyatakan: Herannya harga ikan malah murah Mas, sedangkan, solarnya sudah naik duluan,” imbuhnya. Bahkan, informasi yang dihimpun di lokasi, harga ikan malah turun.Kebanyakan warga mengeluhkan harga tidak sebanding saat dijual ke pasar.”Ikan tengiri malah turun di sini Mas, sementara dari perusahaan kadang lebih tinggi (Radar.2013. 12 Desember 2013). Nelayan khususnya nelayan buruh yang masih bekerja kepada nelayan yang memiliki modal.Sehingga nelayan yang seharusnya memiliki pendapatan yang dapat mensejahterakan dapat ternbantu dengan adanya campur tangan pemerintah.Permasalahan nelayan yang begitu komplek khususnya masalah pendapatan nelayan di desa Klampis Kabupaten Bangkalan sangat menarik untuk di teliti. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah apakah faktor modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman kerja ,harga jual ikan dan hasil tangkapan ikan mempengaruhi pendapatan nelayan pesisir Desa Klampis Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan? B. KAJIAN PUSTAKA Pendapatan Nelayan Pendapatan nelayan merupakan sumber utama para nelayan untuk mencukupi kebutuhaan hidup. Menurut Baridwan 1992 dalam Syamrilaode (2013) mengutarakan bahwa “pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha”. Pendapatan nelayan bersumber dari pendapatan bersih hasil melaut.Artinya pendapatan yang sudah tidak di potong oleh biaya untuk melaut. Menurut Rahardja dan Manurung 2010:151 dalam buku Teori Ekonomi Mikro menyebutkan bahwa “laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang
dikeluarkan perusahaan”. Laba ditandakan dengan π, pendapatan total adalah TR, dan biaya total sama dengan TC. Maka fungsi dari laba adalah (π = TR-TC) Rahardja dan Manurung 2010:151 dalam Buku Toeri Ekonomi Mikro menambahkan bahwa “perusahaan dikatakan memperoleh laba kalau nilai π positif (π > 0) dimana TR > TC.Laba maksimun (maximum profit) tercapai bila nilai π mencapai maksimum”.Untuk mencari laba maksimun terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan totalitas (totality approach), rata-rata (average approach), dan marginal (marginal approach). Perikanan Tangkap Indonesia Perikanan tangkap merupakan salah satu potensi wiraswasta yang dapat dilakukan oleh semua masyarakat Indonesia khususnya yang berdomisili di pesisir pantai.Luasnya laut Indonesia dan panjangnya garis pantai Indonesia menjadi alasan utama besarnya potensi perikanan tangkap di Indonesia. Menurut Apridar (2010:2) “potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton pertahun atau 7 persen dari total potensi lestari SDI laut dunia”. Melihat potensi yang dimiliki laut Indonesia bukan tidak mungkin masyarakat Indonesia dapat tersejahterahkan dari hasil laut khususnya sumber daya ikan. Apridar (2010:2) menambahkan bahwa “saat ini tingkat pemanfaatannya baru mencapai 4,4 juta ton. Oleh karenanya, masih ada peluang untuk mengembangkan usaha perikanan tangkap di daerah-daerah yang SDInya masih belum dimanfaatkan optimal.” Hubungan Modal Dengan Pendapatan Nelayan Menurut Case & Fair dalam Prinsip-Prinsip Ekonomi (2007:268) menyebutkan bahwa “Modal ( Capital ) adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang di gunakan sebagai input untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Definisi modal tersebut terdiri dari dua jenis modal.Modal terbagi menjadi dua jenis yaitu modal berwujud dan modal tak berwujud.”Modal tersebut merupakan modal yang digunakan dalam perusahaan.Modal berwujud adalah modal yang dapat dirasakan langsung dan modal tak berwujud di tentukan oleh setiap individu. Tabel1 : Jenis Jenis Modal Dan Contoh Modal. JENIS JENIS MODAL No Modal Berwujud (psysical capital) Modal Tak Berwujud (intangible capital) 1 Bangunan kantor Nama Baik Perusahaan 2 Mesin SDM 3 Bangunan Perumahan Materi 4 Persediaan Barang Teknologi Sumber : Case & Fair Edisi 8 (2013;268) Barang modal adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang di gunakan sebagai input untuk memproduksi barang dan jasa lain di masa depan. Barang modal oleh sebab itu menghasilkan jasa produktif yang bernilai dari waktu ke waktu.Kategori modal terdiri dari dua bantuk yaitu modal berwujud dan tidak berwujud. Kategori utama Modal Berwujud adalah yang pertama : bangunan yang bersifat perumahan yaitu (misalnya, kantor, pabrik, gudang, dermaga ,pusat perbelanjaan). Kedua : peralatan (mesin, truk, mobil, dan sebagainya). Ketiga : bangunan dan Perumahan; Serta Keempat (persediaan barang input dan output yang di simpan perusahaan). Selain itu jenis modal yang lain adalah modal Tak berwujud. di kategorikan sebagai Modal (Non Material) dalam hal ini modal Tak Berwujud berupa nama baik perusahaan yang akan menghasilkan nilai jasa bagi perusahaan dari waktu ke waktu. Dalam kehidupan nelayan Modal berwujud berupa sampan atau kapal , jaring atau alat penangkap ikan, mesin dan buruh atau nelayan. Sedangkan modal tak berwujud tersebut berupa pengalaman. Dari definisi tersebut modal tidak hanya mencakup barang dan pengalaman akan tetapi modal membutuhkan sebuah konsep. Konsep modal adalah salah satu gagasan sentral dalam ilmu ekonomi .modal dihasilkan oleh sistem ekonomi itu sendiri. Modal menghasilkan jasa dari waktu ke waktu , dan digunakan makan sebagai input dalam produksi barang dan jasa. Dari sebuah konsep modal seseorang dapat memproduksi barang yang akan di produksi dan disalurkan kepada konsumen untuk mendapatkan laba.
Modal dalam kehidupan nelayan merupakan hal pokok yang harus ada dalam kegiatan melaut. Beberapa modal nelayan yaitu, Sampan, Jaring, Mesin, Solar , keterampilan. Modal tersebut yang menjadi sarana nelayan untuk mencari ikan di laut. Dengan modal para nelayan akan dengan mudah menangkap ikan dan memperoleh pendapatan. Modal dalam kegiatan nelayan sangat mutlak dibutuhkan, karena tanpa alat Nelayan bukanlah nelayan.Akan tetapi produksi ikan nelayan di tentukan oleh seberapa besar modal yang di gunakan dalam melaut. Dengan modal yang besar para nelayan akan mampu memproduksi hasil ikan tangkapnya. Modal tersebut berupa perlengkapan melaut yang memadai. Hubungan Umur Dengan Pendapatan Nelayan Pada saat seseorang berusia lanjut terdapat satu alasan untuk tetap meneruskan pekerjaannya atau tidak, karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Hal dapat tejadi dikarenakan pekerja yang lebih muda cenderung rendah pengalaman kerjanya jika dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua, ataupun disebabkan karena faktor lain seperti pekerja yang lebih tua lebih stabil, lebih matang, mempunyai pandangan yang lebih seimbang terhadap kehidupan sehingga tidak mudah mengalami tekanan mental atau ketidakberdayaan dalam pekerjaan. Roger (2000) menyebutkan usia pola pendapatan riil sebagai besar pekerja memiliki bentuk seperti pada gambar 1. gambar tersebut disebut profil usia-pendapatan sampai batas tertentu. Usia .pola pendapatan riil sebagian besar pekerja memiliki bentuk seperti pada gambar berikut.
Gambar 1: Pola Pendapatan Riil.
Sumber : Roger & Meiners (2000:585) Gambar yang di peroleh dari (Roger LeRoy Miller dan Roger E. Meiners. Teori mikro ekonomi intermediate halaman 585-587) tersebut merupakan profil usia dan pendapatan sampai batas tertentu, pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan masa kerja seseorang. Lewat dari batas itu, pertambahan usia diiringi dengan penurunan pendapatan. Batas atas titik puncak di perkirakan ada pada usia 45 hingga 55 tahun. Gambar tersebut tidak memperhitungkan vareasi tingkat produktivitas; tingkat produktivitas nasional di anggap sebagai unsur konstan. Jika perubahan produktivitas nasional di perhitungkan, bentuk gambar akan berubah. Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi bentuk profil seperti tersebut, antara lain sebagai berikut : Pertama, pekerja muda biasanya masih terbatas keterampilan dan pengalamannya.Produk fisik marjinal mereka lebih rendah dari pada rata – rata produk fisik marjinal yang di hasilkan oleh para pekerja yang lebih berumur dan berpengalaman. Kedua, kerja dalam sehari, atau seminggu dan seterusnya, yang di tekuni seseorang biasanya mulai berkurang setelah ia berusia 45 hingga 55 tahun , karena daya tahan dan kesehatannya mulai pudar. Produktivitasnya mulai menurun dan berkurang pula pendapatannya.Sampai kemudian mereka berhenti bekerja dan garis pendapatan mereka hilang. Ingat pendapata disini adalah pendapatan yang di terima sebagai imbalan bagi pelayanan atau kerja mereka; sehingga pendapatan pensiun tidak termasuk definisi “ pendapatan” dalam konteks ini. Umur nelayan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan, hal tersebut didukung dengan kurangnya pengalaman melaut nelayan muda sehingga berkurangnya hasil tangkapan dan juga jumlah pendapatannya rendah. Dengan pengalaman yang memadai seorang nelayan akan dengan mudah mendapatkan hasil tangkapannya karena seorang nelayan yang berpengalaman dapat mengetahui dimana tempat ikan berkumpul dan menangkapnya dengan kemampuanya.
Hubungan Curahan Jam Kerja Dengan Pendapatan Nelayan Curahan jam kerja adalah Jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh tenaga kerja dengan menggunakan satuan jam kerja perminggu, Lipsey,(1985) dalam Kiranasari (2010). Masa kerja dihitung dari pertama kali tenaga kerja masuk kerja sampai dengan saat penerlitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. Dalam undang-undang juga di ataur tentang lamanya jam kerja. Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas disebutkan diatas yaitu: 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau . 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Cuarahan jam kerja dalam kehidupan nelayan di Indonesia ditentukan oleh Lama operasi melaut nelayan berkisar 10-15 jam dan penangkapan ikan ini dilakukan pada jam 15.00 – 03.00 WIB untuk hari Jumat, sedangkan untuk hari-hari biasanya dilakukan pada jam 22.00 – 08.00 WIB. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, Antara lain yaitu, rusaknya ekosistem laut di peraian Indonesia dan juga disebabkan oleh overfhising atau penangkapan yang berlebihan membuat berkurangnya ikan. Hal tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan sehingga nelayan sering mengalami jumlah tangkapan nelayan tidak maksimal. Hubungan Pengalaman Kerja Dengan Pendapatan Nelayan Menurut Notoadmojo (2003) dalam Darmayunita (2012) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi..Dari uraian tersebut pengalaman kerja dapat memberikan keuntungan bagi seseorang dalam melaksanakan kagiatan kerja sehingga seseorang tersebut tidak merasa kesulitan dalam berkerja.Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Rofi (2012), pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka Departemen) Pendidikan dan Kebudayaan,1991). Pengalaman bekerja merupakan modalutama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu (Sastrohadiwiryo, 2005:163 dalam Rofi 2012). Selain itu pendapat tokoh lain yaitu Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para karyawan dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan (Nitisemito, 2000:86 dalam Rofi 2012). Artinya kemudahan dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa seseorang tersebut memiliki pengalaman kerja. Hubungan Harga Dengan Pendapatan Nelayan Suhartati (2003) Dalam teori ekonomi mikro, yang di maksud dengan harga ialah harga dari suatu komoditi (suatu barang tertentu), sedangkan dalam teori ekonomi makro, di hubungkan dengan tingkat harga secara keseluruhan. Menurut WilliamJ.Stanton (1994) dalam Dinawan 2010, harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yanglainnya ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Dalam buku Case & Fair menyebutkan bahwa harga adalah jumlah yang di jual oleh suatu produk per-unit, dan mencerminkan beberapa yang tersedia di bayarkan oleh masyarakat. Dari pngertian tersebut harga merupakan faktor yang mempengaruhi pedapatan seseorang, harga juga dapat mengukur nilai dari suatu barang yang akan di perjual belikan. Dalam dunia bisnis harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis akutansi disebut bunga, periklanan, dalam dunia konsultan disebut fee ,dalam dunia asuransi dikenal namanya premi. Terlepas dari macam-macam nama, dalam kehidupan nelayan harga merupakan sejumlah uang atau jasa atau ikan yang ditukar pembeli untuk hasil tangkapan nelayan atau jasa yang dilakukan oleh nelayan buruh. Sedangkan menurut Monroe (1990) dalam Dinawan 2010 menyatakan bahwa “harga sebagai indikator berapa besar pengorbanan (sacrifice) yang diperlukan untuk membeli suatu produk sekaligus dijadikan sebagai indikator level of quality”.
Gambar 2: Kenaikan Permintaan Yang Disertai Penurunan Penawaran Yang Sebanding.
Tidak
Sumber : Tati dan Fathorrosi (2003 :12) Perubahan harga dan kuantitas keseimbangan sangat bergantung pada perubahan dan penawaran itu sendiri. Dari gambar diatas merupakan kenaikan permintaan yang disertai dengan penurunan penawaran yang tidak sebanding yang menyebabkan harga meningkat dan jumlah barang yang diminta akan berkurang. Hal tersebut terjadi pada kehidupan para nelayan khususnya dibidang pendapatannya. Dalam kehidupan nelayan harga Ikan laut tidak selalu tetap sehingga pendapatan nelayan tidak selalu stabil, contohnya yaitu ketika musim ikan harga ikan cenderung rendah karena ikan begitu melimpah sehingga harga cenderung murah, akan tetapi ketika musim paceklik harga ikan cenderung naik dan berdampak pada permintaan ikan yang menurun karena harga ikan tinggi sehingga konsumen tidak tertarik untuk membeli ikan dengan harga tinggi. Harga pada ikan yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen relatif stabil dan tidak mengalami kenaikan, artinya nelayan tidak mendapatkan untung lebih dari penjualan ikan tersebut. Hasil Tangkapan Nelayan Nelayan selalu mengharapkan hasil tangkapan ikan selalu mengalami peningkatan setiap harinya.Hal tersebut dapat menyebabkan pendapatan nelayan terus mengalami peningkapan. Menurut Suhartati dalam buku Teori Ekonomi Mikro (2003:139) menyatakan bahwa produsen dianggap akan selalu memilih tingkat output (Q) yang dapat memperoleh keuntungan total maksimum yaitu kondisi yang memaksimalkan perbedaan antara total pendapatan dan total biaya. Teori tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan nelayan dimana jika dapat memilih, nelayan tentu akan memilih tingkat output yang maksimum dan terus bertambah setiap harinya. Seperti halnya teori tentang total revenue (TR) yang dikemukakan oleh Roger (2000:163) yang menyatakan bahwa berbagai harga persatuan ( Unit ) kali jumlah permintaan. Inilah besarnya pendapatan yang diterima oleh penjual suatu produk yang berharga, P untuk sejumlah Q satuan yang terjual. Pendapatan marginal (marginal revenue, MR) didefinisikan sebagai besarnya perubahan pendapatan total berkaitan dengan perubahan satu-satuan jumlah penjualan. Berdasarkan teori Roger tersebut dapat di artikan bahwa semakin banyak jumlah ikan yang ditangkap oleh nelayan maka semakin besar potensi pendapatan yang diperoleh nelayan. Ikan diartikan sebagai unit output yang mampu menghasilkan pendapatan yang diterima nelayan sehingga semakin banyak tangkapan ikan maka semakin banyak pula potensi pendapatan yang diperoleh nelayan. C. METODE PENELITIAN Populasi Penelitian dan Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiono (2013:82) populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan atau menurut Furchan (2005:193) populasi di rumuskan sebagai “ semua anggota kelompok kejadian atau objek yang telah dirumuskan secara jelas” atau kelompok lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi. Dalam penelitian ini besarnya populasi adalah 200 Nelayan yang berada di Desa Klampis. Menurut Bungin (2011) Incidental Sampling adalah teknik sampling yang akan menghasilkan sampel yang respresentatif (sifat kebetulan) yang populasinya adalah individu yang sukar ditemui dengan alasan sibuk, tidak mau diganggu atau tidak mau menjadi responden atau alasan lainnya. Pada penelitian ini digunakan teknik tersebut karena pupulasi cenderung sukar
ditemui.Dalam menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Gay (dalam Sevilla, 2006:163) menawarkan ukuran sampel minimum untuk penelitian deskriptif yaitu sebesar 10 persen dari populasi.Sedangkan untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20 persen.Jumlah populasi nelayan yang berada di Desa Klampis berjumlah 200 Nelayan.Sehingga jumlah sampel yang saya ambil dalam penelitian ini sejumlah 40 Nelayan atau 20 % dari jumlah nelayan Desa Klampis. Terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan pada peneli-tian ini. Teknik pengumpulan data tersebut antara lain: 1. Wawancara (interview) Menurut Bungin (2005:136) “wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara”. Metode wawancara digunakan untuk menggali informasi dari Nelayan Desa Klampis dan pihak terkait dengan topik penelitian ini.Menambahkan bahwa metode wawancara lebih efektif diterapkan di Desa Klampis dari pada metode angket atau metode kuisioner. 2. Observasi (pengamatan) Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi langsung. Menurut Bungin (2005:143) observasi atau pegamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pencaindra lainnya seperti telinga , penciuman , mulut , dan kulit. Dalam observasi ini peneliti akan melihat langsung kelapangan untuk memperoleh data yang akurat. 3. Dokumentasi Menurut Bungin (2011:154) metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial”. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia atau telah disediakan oleh pihak lain. Metode Analisis Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression) karena penelitian ini menggunakan variabel multivariat dengan satu variabel dependen yang bersifat matrik. Metode analisis ini berguna untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi linier berganda pada penelitian ini adalah Y= C + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 +e Keterangan : Y C β1, β2…..β6 X1 X2 X3 X4 X5 X6 e
= Pendapatan Nelayan Desa Klampis ( Rp) = Konstanta = Koefisien regresi = Modal (Rp) = Umur (tahun) = Curahan Jam Kerja (jam) = Pengalaman Kerja (tahun) = Harga Jual (Rp) = Hasil Tangkapan Ikan (Kg) = Error (variabel bebas lain diluar model regresi) D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Pendapatan Tingkat pendapatan yang diperoleh nelayan dalam sekali melaut sangat bervariasi.Perbedaan pendapatan diantara nelayan sangat dipengaruhi oleh pro-duktifitas nelayan.Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor atau variabel bebas dalam model penelitian. Berikut data pendapatan nelayan Desa Klampis yang diperoleh dari hasil observasi:
Tabel 2: Hasil Pendapatan Nelayan Dalam Satu Kali Melaut Pendapatan Jumlah Responden Prosentase % Rp 0, - Rp 20.000 0 0 Rp 21.000 - Rp 40.000 3 7,5 Rp 41.000 – Rp 60.000 32 80 Rp 61.000 – Rp 80.000 5 12,5 Sumber : Data Primer Diolah 2014 Berdasarkan tabel 2 dapat di ketahui bahwa pada pendapatan nelayan dalam satu kali melaut. Pada kelompok pendapatan nelayan sebesar Rp. 0 sampai Rp 20.000 terdapat 0 nelayan atau 0% dari responden. Pada kelompok pendapatan sebesar Rp. 21.000 sampai Rp 40.000 terdapat 3 orang nelayan atau 7,5 % dari jumlah responden. Pada kelompok pendapatan Rp 41.000 sampai dengan Rp 60.000 terdapat 32 nelayan atau 80% dari jumlah responden dan kelompok pendapatan Rp 61.000 – Rp 80.000 terdapat 5 nelayan atau 12,5 % dari jumlah responden. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Modal Modal merupakan komponen yang berperan penting dalam kegiatan nelayan dalam melaut.Setiap Nelayan menggunakan modal yang berbeda diantara nelayan satu dan nelayan lainnya.nelayan Desa Klampis memiliki vareasi besarnya modal yang di gunakan selama melaut.Modal nelayan selama melaut menurut survey lapangan terdapat beberapa bentuk. Modal yang digunakan nelayan selama melaut antara lain: makanan atau bekal selama melaut, bahan bakar mesin yang berupa solar. Sedangkan bekal selama melaut para nelayan hanya membutuhkan air mineral, kopi dan nasi untuk sarapan dan lauknya diperoleh dari hasil tangkapan yang di peroleh nelayan. Berikut data modal yang di keluarkan oleh nelayan dalam satu kali melaut: Tabel 3: Modal Nelayan Desa Klampis Dalam Kegiatan Melaut Modal Jumlah Rp 25.000 – Rp 30.000 6 Rp 31.000 – Rp 35.000 29 Rp 36.000 – Rp 40.000 5 Sumber : Data Primer Diolah 2014
Prosentase % 15 72,5 12,5
Dari penyajian data pada tabel 3 menunjukkan bahwa besarnya modal yang digunakan oleh nelayan Desa Klampis tersebut bervariasi.Hal tersebut dapat diketahui dalam penyajian data.Modal terbesar yang digunakan nelayan Desa Klampis untuk sekali melaut adalah Rp. 40.000 dan modal terkecil yang digunakan oleh nelayan Desa Klampis adalah Rp. 27.500. Dapat disimpulkan jumlah responden yang bermodal Rp 25.000 sampai dengan Rp 30.000 sebanyak 6 orang atau 15 % dari jumlah responden. Jumlah responden yang bermodal Rp 31.000 sampai dengan Rp 35.000 sebanyak 29 responden atau 72,5% dari jumlah responden. Jumlah responden yang bermodal Rp 36.000 sampai dengan Rp 40.000 sebanyak 5 responden atau 12,5 % dari jumlah responden. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Umur Pada saat seseorang berusia lanjut terdapat satu alasan untuk tetap meneruskan pekerjaannya atau tidak, karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda.Termasuk juga nelayan, mereka tidak memiliki pengecualian terhadap umur untuk menjalankan profesinya sebagai nelayan.Data penelitian ini menunjukan responden termuda berumur 23 tahun dan responden tertua berusia 60 tahun. Untuk mempermudah gambaran umur nelayan Desa Klampis dilakukanlah pembagian umur berdasarkan kelompok. Data berikut merupakan umur nelayan Desa Klampis: Tabel 4: Umur Nelayan Desa Klampis Kelompok Umur Jumlah 0 – 20 Tahun 1 21 – 40 Tahun 22 41 – 60 tahun 17 61 – 80 Tahun 0 Total 40
Prosentase % 2,5% 55 % 42,5 % 0% 100%
Sumber : Data Primer Diolah 2014 Dari keterangan tabel 4 diketahui terdapat 1 responden yang berumur 0-20 tahun atau 2,5%. Selanjutnya responden yang berumur 21 – 40 tahun berjumlah 22 orang atau 55% dari total responden. Kelompok responden yang berumur 41 – 60 tahun berjumlah 17 orang atau 42,5 % dari jumlah responden. Kemudian tidak ada responden yang berumur 61-80 tahun. Karakteristik Umur tersebut menyimpulkan bahwa di Desa Klampis terdapat kelompok umur dengan sebagian besar responden terdapat pada kelompok Umur 21-40 dan 41,60 tahun dan sebagian kecil terdapat pada kelompok umur 0-20 tahun. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Curahan Jam Kerja Tidak adanya aturan jam kerja nelayan dalam melaut menyebabkan perbedaan jam kerja diantara nelayan. Kebiasaan yang dilakukan oleh nelayan Desa Klampis dalam menentukan lama melaut sangat berbeda diantara masing-masing nelayan. Banyak nelayan yang memaksimalkan waktu melautnya untuk memperoleh tangkapan ikan yang maksimal. Berikut data mengenai lama nelayan melaut di Desa Klampis tahun 2014: Tabel 5 : Curahan Jam Kerja Nelayan Desa Klampis Lama jam kerja Jumlah 5 1 nelayan 6 16 nelayan 7 23 nelayan Sumber : Data Primer Diolah 2014
Prossentase % 2,5 40 57,5
Dari keterangan tabel 5 dikatahui bahwa terdapat 1 responden yang memiliki lama jam kerja 5 jam.Selanjutnya terdapat 16 responden yang memiliki lama jam kerja 6 jam. Sedangkan 23 responden lainnya memiliki lama jam kerja selama 7 jam. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa lama jam kerja 6 jam merupakan waktu terbanyak yang di gunakan oleh para nelayan Desa Klampis. sedangkan 5 jam kerja merupakan waktu yang paling sedikit digunakan oleh para Nelayan Desa Klampis. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Pengalaman Pengalaman menjadi hal yang tidak terlepas dari kehidupan nelayan Desa Klampis.Pengalaman di gambarkan sebagai ciri keberhasilan seseorang nelayan terhadap profesinya.Dalam kehidupan nelayan, pengalaman juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Namun, disisi lain pengalaman bukan jaminan yang dapat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan atau bukanlah cerminan dari perolehan pendapatan seorang nelayan, karena pekerjaan mencari ikan atau nelayan sangat besar kaitannya dengan kondisi alam. Pengalaman dalam profesi nelayan sangat di butuhkan oleh setiap nelayan di Desa Klampis Oleh sebab itu perlu adanya data tingkat pengalaman nelayan untuk membuktikan apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Klampis. Data pengalaman nelayan dapat di sajikan sebagai berikut: Tabel 6: Pengalaman Nelayan Desa Klampis Lama menjadi nelayan Jumlah 0-10 tahun 4 11-20 tahun 30 21-30 tahun 6 Sumber : Data Primer Diolah 2014
Prosentase % 10% 75% 15%
Dari keterangan tabel 6 dikatahui bahwa terdapat 4 responden yang memiliki pengalaman kerja selama 0-10 tahun.Selanjutnya terdapat 30 responden yang memiliki pengalaman kerja selama 1120 tahun.Sedangkan 6 responden lainnya memiliki pengalaman kerja selama 21-30 tahun. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja selama 11-20 tahun merupakan pengalaman terbanyak. Sedangkan pengalaman kerja selama 0-10 dan 21-30 tahun merupakan pengalaman yang paling sedikit dimiliki nelayan Desa Klampis.
Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Harga Ikan Harga ikan di Madura sangat di pengaruhi oleh kondisi alam dan cuaca. Seperti konsep demand dan supply dimana ketika musim paceklik yang biasanya dipengaruhi oleh kondisi alam dan cuaca akan menyebabkan produktifitas nelayan menurun. Hal tersebut akan berdampak terhadap harga ikan yang melambung tinggi di atas harga rata-rata. Kondisi sebaliknya ketika musim ikan dimana kondisi alam dan cuaca mendukung kegiatan pencarian ikan sehingga hasil tangkapan ikan melimpah dan menyebabkan harga ikan cenderung murah. Berikut perbandingan harga ikan ketika musim peceklik dan musim ikan: Tabel 7 :Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Desa Klampis Hasil Tangkapan (Kg) Jumlah Nelayan 3 Kg 16 4 Kg 19 5 Kg 5 Sumber : Data Primer Diolah 2014
Prosentase% 40 47,5 12,5
Dari tabel 7diatas menyebutkan bahwa rata rata harga ikan ketika musim paceklik berkisar di anatar Rp 27.000 sampai dengan Rp 36.000. Sedangkan ketika musim ikan harga ikan cenderung menurun berkisar diantara 15.000 sampai dengan 25.000 per Kg. Akan tetapi tergantung dari jenis ikan yang di di peroleh nelayan.Jenis ikan hasil tangkapan nelayan tersebut bervareasi, sehingga para nelayan mengalami kesulitan dalam menentukan harga ikan yang di peroleh dari hasil melaut.Perbedaan harga ikan tersebut merupakan hal yang biasa terjadi di kehidupan para nelayan.Dalam penelitian ini kondisi yang terjadi di Desa Klampis pada saat itu berada pada musim paceklik sehingga harga ikan yang di tawarkan oleh para nelayan menjadi lebih tinggi di bandingkan dengan harga ikan ketika musim. Penyebab harga ikan ketika musim paceklik mengalami kenaikan karena para nelayan tidak memiliki cara lain untuk menutupi modal yang digunakan selama pencarian ikan di laut. hal tersebut bertujuan agar nelayan Klampis tetap mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan ikan. Karakteristik Responden Berdasarkan Hasil Tangkapan Hasil tangkapan ikan merupakan barang yang nantinya dapat mengha-silkan pendapatan bagi nelayan.Semakin banyak hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan, maka semakin besar potensi pendapatannya.Setiap nelayan di Desa klampis memiliki perolehan ikan yang berbeda.Berikut merupakan data yang diperoleh dari nelayan responden. Tabel 8 :Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Desa Klampis Hasil Tangkapan (Kg) Jumlah Nelayan 3 Kg 16 4 Kg 19 5 Kg 5 Sumber : Data Primer Diolah 2014
Prosentase% 40 47,5 12,5
Dari tabel 8 menunjukkan bahwa hasil tangkapan nelayan Desa Klampis bervariasi antara sesama nelayan. Dari hasil pengamatan peneliti terdapat 16 nelayan yang mendapatkan 3 Kg ikan, 19 Nelayan yang mendapatkan 4 Kg dan 5 Nelayan yang mendapatkan 5 Kg hasil tangkapan ikan. Dapat disimpulkan bahwa 40% nelayan mendapatkan 3 Kg hasil tangkapan sekali melaut, 47,5% nelayan mendapatkan 4 Kg ikan hasil tangkapan dan 12,5 % nelaya mendapatkan ikan hasil tangkapan ikan sejumlah 5 Kg. Uji Simultan (Uji F) Hasil Uji F dalam dalam penelitian ini di peroleh nilai probabilitas (F statistic) sebesar 0,000000 atau lebih kecil dari nilai Alpha (0,000000< 0,05) sehingga H0 di tolak dan Hadi terima. Artinya semua variabel bebas pada penelitian ini secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis pada tingkat kepercayaan 95 %.
Uji Parsial (Uji t) Tabel 9:Hasil Uji Parsial (Uji t) Variabel Bebas X1 (Modal) X2 (Umur ) X3 (Curahan Jam Kerja) X4 (Pengalaman Kerja) X5 (Harga) X6 (Hasil Tangkapan) Sumber: Hasil Olahan Eviews 6.0, 2014
Probabilitas 0.6980 0.3393 0.0020 0.0368 0.0473 0.0017
Keterangan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Berdasarkan tabel 9 , maka Model Regresi linear pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Uji t dalam penelitian ini yaitu variabel bebas yang secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan adalah X3, X4, X5 dan X6. Berikut merupakan model regresi berganda dalam penelitian ini: Y= C + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 +e Y = - 31798.57+ 0.165719X1 - 125.6720 X2 + 4396.013 X3 + 520.3252 X4 + 0.670120 X5 + 5936.309 X6 + e Keterangan : Dari model tersebut terdapat empat variabel bebas yang signifikan mempengaruhi variabel terikat secara parsial. Keempat variabel tersebut adalah X3 (Curhan jam kerja), X4 (Pengalaman Kerja), X5 (Harga) dan X6 (Hasil Tangkapan). Sedangkan tiga variabel bebas lainya yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat secara parsial yaitu, X1 (Modal), dan X2 (Umur) Y = variabel terikat yang nilainya akan di prediksi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel terikat yaitu pendapatan nelayan DesaKlampis. C = ( Konstanta ) bernilai - 37039,88yang artinya ketika X1 , X2 , X3 , X4 , X5 ,dan X6, = 0 maka nelayan mengalami kerugian sebesar – Rp - 31798.57. Β3 =Variabel X3 yang probabilitasnya sebesar 0.0020< 0,05 yang artinya variabel curahan jam kerja secara parsial signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan. Nilai koefisien X4 sebesar 4396.013mengartikan bahwa ketika ada tambahan jam kerja sebesar 1 jam akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp 4.396,013. Β4=Variabel X4 yang probabilitasnya sebesar 0,0373< 0,05 yang artinya variabel pengalaman kerja secara parsial signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan. Nilai koefisien sebesar 520.3252 yang artinya ketika ada kenaikan pengalaman kerja nelayan sebesar 1 tahun maka pendapatan nelayan akan naik sebesar Rp 520.3252. Β5 =Variabel X5 yang probabilitasnya sebesar 0.0473< 0,05 yang artinya variabel harga secara parsial signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan. Nilai koefisien sebesar 0.670120 yang artinya ketika ada kenaikan harga ikan sebesar Rp 1 maka pendapatan nelayan akan naik sebesar Rp 0.670120. Β6 = Variabel X6 yang probabilitasnya sebesar 0.0017 < 0,05 yang artinya variabel hasil tangkapan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Nilai koefisien sebesar 5936.309 yang artinya ketika ada kenaikan harga ikan sebesar 1 kg maka pendapatan nelayan akan naik sebesar Rp 5.936.309. e = nilai residual atau kemungkinan kesalahan dari model persamaan regresi yang disebabkan oleh adanya kemungkinan variabel lain yag dapat mempengaruhi pendapatan Nelayan DesaKlampis akan tetapi tidak dimasukkan kedalam model regresi berganda.
Hasil Uji Multikolinearitas Dalam Uji Multikolinearitas adalah semua koefisien korelasi masing masing variabel bebas memiliki nilai yang lebih kecil dari 0,8 hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas dalam model persamaan regresi berganda di dalam penelitian ini. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada uji asumsi klasik dibutuhkan uji heteroskedastisitas.Saputra (2010:17) menyebutkan untuk pengujian heteroskedastisitas dibutuhkan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak ada heteroskedastisitas Ha = ada heteroskedastisitas Jika dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa P- Value Obs* R- Square
Alpha (0.168607> 0,05) yang mengartikan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % tidak ada permasalahan heteroskedastisitas dalam model persamaan regresi berganda. Hasil Uji Autokorelasi Pada uji asumsi klasik dibutuhkan uji autokorelasi.Saputra (2010:19) menyebutkan untuk pengujian autokorelasi dibutuhkan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak ada autokorelasi Ha = ada autokorelasi Apabila dalam hasil pengujian menunjukkan bahwa P- Value Obs*R-Square, maka H0 di tolak dan Ha diterima. Berdasarkan gambar 4.10 dapat dilihat bahwa nilai P-value Obs*R-square adalah 0,08, sedangkan nilai Alpha sebesar 0,05 atau 5%, sehingga dari keterangan di atas dapat di ketahui bahwa jika P – Value OBS * R- Square > alpha (0.715343 > 0,05) yang mengartikan bahwa tidak ada permasalahan autokorelasi dalam model penelitian ini. Hasil Uji Normalitas Pada uji asumsi klasik dibutuhkan uji normalitas.Saputra (2010:21) menyebutkan untuk pengujian normalitas dibutuhkan hipotesis sebagai berikut: H0 = error term terdistribusi normal Ha = error term tidak terdistribusi normal Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa p-value (probabilitas) 0,05) artinya pada tingkat keyakinan 95 % Error term terdistribusi Normal. Pembahasan Pengaruh Curahan Jam Kerja ( X3 ) Terhadap Pendapatan Nelayan Desa Klampis Dengan nilai probabilitas sebesar 0.0020 atau lebih kecil dari nilai alpha (0.0020 < 0,05) yang mengartikan bahwa variabel curahan jam kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Klampis. Selanjutnya nilai koefisien sebesar 4396.013 yang artinya hubungan variabel curahan jam kerja dengan pendapatan nelayan bersifat positif atau searah. Setiap ada tambahan jam kerja sebesar 1 jam maka akan meningkatkan pendapa-tan nelayan sebesar Rp 4.396.013 dengan asumsi konstanta bernilai nol dan variabel bebas lainnya dianggap tetap (cateris paribus). Semakin lama waktu yang curahkan nelayan untuk melaut mengartikan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk berproduksi (mencari ikan). Hal tersebut tentu akan ber-dampak positif terhadap pendapatan nelayan yang bersangkutan. Semakin pan-jang waktu melaut maka semakin besar pula potensi ikan yang akan ditangkap, dengan demikian semakin besar juga potensi pendapatan yang diperoleh. Menurut Ibu Ir. Maskanah S. P, seketaris bidang tata usaha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bangkalan menyebutkan bahwa “semakin lama nelayan melaut maka pendapatan nelayan juga akan bertambah dan seiring dengan semakin jauh jarak yang di tempuh oleh nelayan Desa Klampis akan menghasilkan lebih banyak hasil tangkapan ikan”. Dari pernyataan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa semakin panjang jam kerja yang dialokasikan oleh nelayan dalam pencarian ikan maka semakin besar juga potensi pendapatan nelayan yang bersangkutan. Fakta yang diperoleh dari observasi menunjukan bahwa nelayan Desa Klampis hanya beroperasi di wilayah sekitar bibir pantai utara Madura.Nelayan hanya mampu melaut dengan
radius 3 km dari bibir pantai utara Madura.Hal tersebut di latar belakangi oleh kondisi kapal (sampan) yang di miliki oleh nelayan.Kapal (sampan) yang tidak mampu menahan kerasnya ombak menjadi penyebab nelayan Desa Klampis tidak mencari ikan di tengah laut. Berdasarkan fakta tersebut maka wajar saja jika pengaruh curahan jam kerja berpengaruh besar terhadap pendapatan nelayan. Nelayan memaksimalkan waktu kerja untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar karena nelayannelayan tersebut tidak mampu melaut hingga ke tengah lautan. Pengaruh Pengalaman Kerja (X4) Terhadap Pendapatan Nelayan Desa Klampis Dengan nilai probabilitas sebesar 0.0368 atau lebih kecil dari nilai alpha (0.0368 < 0,05) yang mengartikan bahwa variabel pengalaman kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Klampis. Selanjutnya nilai koefisien sebesar 520.3252 yang artinya hubungan variabel pengalaman kerja dengan pendapatan nelayan bersifat positif atau searah. Setiap ada kenaikan pengalaman kerja sebesar 1 tahun maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan nelayan Desa Klampis sebesar Rp 520.3252 dengan asumsi konstanta bernilai nol dan variabel bebas lainnya dianggap tetap (cateris paribus). Pengalaman memang sangat dibutuhkan disetiap pekerjaan.Pengalaman dibutuhkan untuk manajemen produksi nelayan.Mencari ikan membutuhkan waktu, peralatan, lokasi ikan, dan umpan ikan yang tepat.Hal tersebut dapat diketahui oleh nelayan berdasarkan berjalannya waktu.Semakin paham seorang nelayan dengan kondisi laut dan karakteristik ikan dapat mempermudah nelayan tersebut menangkap ikan.Penggunakan alat yang masih sederhana memaksa nelayan menggunakan pengalaman untuk menangkap ikan.Semakin lama pengalaman maka semakin peka nelayan terhadap posisi ikan sehingga memudahkan nelayan untuk menangkap ikan. Bertambahnya pengalaman nelayan selama 1 tahun akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 520.3252. Hal tersebut sesuai dengan teori Masloch (1982) dalam Suhartati (2003:24) pekerja lebih muda cenderung mengalami ketidakberdayaan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua.Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasir. (2008) dengan kesimpulan bahwa tingkat upah , masa kerja dan usia berpengaruh terhadap pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (produktivitas kerja) adalah tingkat upah dan masa kerja secara signifikan pada alpha 5%. Pengaruh Harga (X5) Terhadap Pendapatan nelayan Desa Klampis Dengan nilai probabilitas sebesar 0.0473atau lebih kecil dari nilai alpha (0.0473 < 0,05) yang mengartikan bahwa variabel harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan di Desa Klampis. Selanjutnya nilai koefisien sebesar 0.670120 yang artinya hubungan variabel harga dengan pendapatan neayan bersifat positif atau terarah. Setiap ada kenaikan harga ikan sebesar Rp 1 maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan nelayan Desa Klampis sebesar Rp 0.670120 dengan asumsi konstanta bernilai nol dan variabel bebas lainnya dianggap tetap (cateris paribus). Ketika musim paceklik ikan seperti pada saat penelitian ini dilakukan kondisi harga ikan lebih mahal dari harga normal pada saat musim ikan.Hal tersebut ternyata tidak merugikan nelayan. Seperti teori penawaran, ketika suatu barang yang ditawarkan mengalami penurunan (musim paceklik ikan) dengan asumsi bahwa barang (ikan) merupakan barang yang diinginkan masyarakat, maka secara otomatis harga barang (ikan) yang bersangkutan akan mengalami kenaikan. Kenaikan harga ikan berdampak positif terhadap nelayan, meskipun hasil tangkapan lebih rendah namun hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang di sampaikan Case & Fair yang menyebutkan bahwa harga adalah jumlah yang di jual oleh suatu produk per unit, dan mencerminkan beberapa yang tersedia di bayarkan oleh masyarakat. Dari pngertian tersebut harga merupakan faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan, harga juga dapat mengukur nilai dari suatu barang yang akan di perjual belikan. Selain itu Menurut Tjiptono (2002) dalam Alimuddin (2009), Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan.Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga ikan yang diperoleh nelayan maka dapat meningkatkan pendapatan nelayan Desa Klampis. Pengaruh Hasil Tangkapan (X6) Terhadap Pendapatan Nelayan Desa Klampis Dengan nilai probabilitas sebesar 0.0017 atau lebih kecil dari nilai alpha (0.0017 < 0,05) yang mengartikan bahwa variabel Harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan nelayan di Desa Klampis. Selanjutnya nilai koefisien sebesar 5936.309 yang artinya yaitu hubungan variabel hasil tangkapan dengan pendapatan nelayan bersifat positif atau terarah. Setiap ada tambahan hasil tangkapan sebesar 1 kg maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan nelayan Desa Klampis sebesar Rp 5.936.309dengan asumsi konstanta bernilai nol dan variabel bebas lainnya dianggap tetap (cateris paribus). Semakin tinggi produktifitas tentunya berdampak positif terhadap pendapatan nelayan. Nelayan yang memiliki jumlah tangkapan lebih banyak dapat menjual ikan yang lebih banyak, dengan demikian potensi pendapatan akan menjadi lebih besar. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Suhartati dalam Teori Ekonomi Mikro (2003: 139) menyatakan bahwa produsen dianggap akan selalu memilih tingkat output (Q) yang dapat memperoleh keuntungan total maksimum yaitu kondisi yang memaksimalkan perbedaan antara total pendapatan dan total biaya. Selain itu hasil penelitian ini sesuai dengan teori Roger (2000:163) yang menyatakan bahwa berbagai harga persatuan (Unit) kali jumlah permintaan.Inilah besarnya pendapatan yang diterima oleh penjual suatu produk yang berharga, P untuk sejumlah Q satuan yang terjual. Pendapatan marginal (marginal revenue , MR.) didevinisikan sebagai besarnya perubahan pendapatan total berkaitan dengan perubahan satusatuan jumlah penjualan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alimudin (2009) yang berkesimpulan bahwa umur, lama pendidikan, pengalaman, hasil tangkapan dan pendapatan nelayan berpengaruh terhadap penerimaan dan penyaluran kredit di kecamatan Ampana kota. E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian statistik dan pembahasan yang di ada pada bab empat dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada tingkat kepercayaan 95% semua variabel bebas yaitu modal, curahan jam kerja, umur, pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan secara simultan (uji F) berpengaruh terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis tahun 2014. 2. Nilai R2 pada penelitian ini sebesar 0.811453. Nilai tersebut merupakan proporsi semua variabel bebas dalam menjelaskan pendapatan Nelayan Desa Klampis tahun 2014 sebesar 81,14%. Sedangkan sisanya sebesar 18,86 % di jelaskan oleh Variabel lain yang tidak termasuk yang berada di dalam model penelitian. 3. Pada tingkat kepercayaan 95 % variabel curahan jam kerja, pengalaman nelayan, harga, dan hasil tangkapan secara parsial signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan Desa Klampis tahun 2014. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka terdapat beberapa saran sebagai berikut ini: 1. Bagi pemerintah kabupaten bangkalan disarankan agar lebih memperbanyak kegiatan penyuluhan dan bantuan seperti mesin dan alat alat cangggih seperti GPS dan Jaring yang lebih besar untuk memperoleh tangkapan ikan yang lebih banyak sehingga Nelayan di Desa Klampis memperoleh dampak Positif dari bantuan Pemerintah Kabupaten Bangkalan. Selanjutnya pemerintah Kabupaten Bangkalan harus memperhatikan bagaimana Nelayan Desa Klampis untuk memaksimalkan hasil tangkapan Ikannya agar dapat memberikan pemasukan Daerah bagi Kabupaten Bangkalan. Hal tersebut akan beruguna untuk kehidupan Nelayan Desa Klampis dan dapat mensejahterakan kehidupan para Nelayan. Dengan langkah tersebut di harapkan akan lebih mendorong perekonomian Masyarakat dan Perekonomian Daerah Kabupaten Bangkalan . 2. Bagi Nelayan sebaiknya tidak menunggu datangnya bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bangkalan. Dengan tidak terlalu mengekploitasi penangkapan ikan yang masih terlalu dekat dengan pantai sehingga seharusnya nelayan Harus menangkap ikan dengan jarak yang lebih jauh lagi. semakin nelayan menangkap ikan di tengah laut maka hasil tangkapan ikan semakin banyak dan semakin besar ikan yang akan didapat. Oleh karena itu dengan Nelayan Desa Klampis mengerti dengan keadaan laut yang demikian maka nelayan akan memperoleh penghasilan yang lebih banyak di bandingkan mengeksploitasi ikan yang berada di dekat pantai saja. 3. Nilai R2 pada penelitian ini sebesar 81,14% maka di sarankan untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan data Cross Section lebih memperkaya Variabel – Variabel yang
mempengaruhi pendapatan Nelayan . Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh nilai R 2 yang lebih tinggi dan menjadi penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Alimudin. 2009. Analisis pendapatan usaha perikanan tangkap dan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi penyaluran dan penerimaan kredit perikanan di kecamatan ampana kota. Tesis Di Publikasikan. Sulawesi: Universitas Sumatra Utara. Apridar, Dkk. 2011.Ekonomi Kelautan dan Pesisir.Yogyakarta. Graha Ilmu. Apridar. 2010. Ekonomi Kelautan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Asih, Alimudin. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Perikanan Tangkap Dan Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Penyaluran Dan Penerimaan Kredit Perikanan Di Kecamatan Ampana Kota.Skripsi Di Publikasikan. Sulawesi.Jurusun Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Asih, Nur. 2008. Analisis Kebijakan Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Perika-nan Nelayan Tradisional Di Kabupaten Tojo Una-Una. Tesis di Publ-ikasikan. Palu: Staf Pengajar pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Bambang. 2009. Garis Pantai RI Terpanjang Keempat di Dunia. antara news.htm.diakses pada tanggal 25 November 2013. Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif . Jakarta: Fajar interpratama Ofset Case, Karl E dan Ray C Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi (edisi kedelapan). Ter-jemahan oleh Y. Andri Zaimur. Jakarta: Erlangga. Darmayuanita, 2012.Pengertian perilaku.darmayuanita.blogspot.com.diakses pada tanggal 12 desember 2013. Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bangkalan, 2013. Data Nelayan Kabupaten Bangkalan, Bangkalan. Dinawan, 2010.Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian. Tesis di publikasikan.semarang.MagisterManajemen .Univer-sitas Diponegoro. Edi. 2011.Analisis Kemiskinan Dan PendapatanKeluarga Nelayan Kasus Di KecamatanWedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Skripsi Di Publikasikan. Semarang:Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipo-negoro Semarang. Kiranasari, 2010.Pengaruh Upah Per Bulan, Umur, Jenis Kelamin, Dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Sektor Informal DiKabupaten Tegal. LeRoy, Roger. 2000. Teori Mikroekonomi Intermediate. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mankiw, N Gregory. 2001. Pengantar Ekonomi (edisi kedua). Terjemahan oleh Haris Munandar. Jakarta: Erlangga. Mula, 2012.Permasalahan Nelayan Tradisional Bersifat Struktural dan Kultural. antara.com. Diakses pada tanggal 12 desember 2013. Nasir. 2008. Usia Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Analisa Pengaruh Tingkat Upah, Masa Kerja. Skripsi Di Publikasikan. Malang: Jurusan Ekonomi Pem-Bangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
Primyastanto, Dkk. 2013.Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Dan Pengeluaran Nelayan Payang Jurung Di Selat Madura. Skripsi Di Publikasikan. Malang: Universitas Barawijaya Malang. Radar, 2013.Solar Naik Duluan Rp 6 Ribu Per Liter. Maduraterkini.com. diakses pada tanggal 12 desember 2013. Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2010. Teori Ekonomi Mikro( Suatu pengantar) (Edisi Keempat). Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Robin, 2012.Nelayan Indonesia.kompasiana.com. diakses pada tanggal 12 desem-ber 2013. Rofi, 2012.Pengaruh Disiplin Kerja Dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Departemen Produksi Pt. Leo Agung Raya Semarang. Sekolah tinggi ilmu ekonomi totalwin semarang. Said. 2003.Analisis Masalah Kemiskinan Dan Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional Di Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Tesisi Di Publikasikan. Medan: Universitas Sumatra Utara. Saputra, Putu M A. 2010. Modul Matakuliah Ekonometrika 1. Modul disajikan dalam pelatihan eviews, Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, 20-28 September 2013. Saputra, Putu M A. 2012. Uji Asumsi Klasik. Power Point dipresentasikan dalam kuliah ekonometrika 2, Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang, September-Desember 2012. Sevilla, Consuelo G. 2006. Pengantar Metodologi Penelitian. Terjemahan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: UI press. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan r n d. Bandung: Alfabeta. Tati, Fathorrosi. 2002. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta. Salemba Empat. Widarjono, 2010.Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta.Unit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Ykpn.