ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007-2010
ABSTRAK
Oleh SHOFAA MARWAH NPM : 0811031052 Tlpn : 08972552877 Email :
[email protected] Pembimbing I : Susi Sarumpaet, S.E., Akt., M.B.A., Ph.D. Pembimbing II : Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode penilaian persediaan yang merupakan variabel independen adalah ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak, sedangkan variabel dependennya adalah metode penilaian persediaan, yaitu metode rata-rata dan FIFO. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria purposive sampling pada penelitian ini. Sampel akhir terdiri atas 70 perusahaan selama 4 tahun periode penelitian (balanced sample). Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Sedangkan variabel leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Kata Kunci : Metode penilaian persediaan, ukuran perusahaan, leverage, likuiditas, laba sebelum pajak.
THE ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE CHOICE OF INVENTORY VALUATION METHOD ON MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE 2007-2010 PERIOD
ABSTRACT
By SHOFAA MARWAH NPM : 0811031052 Tlpn : 08972552877 Email :
[email protected] Pembimbing I : Susi Sarumpaet, S.E., Akt., M.B.A., Ph.D. Pembimbing II : Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt
The objective of this research is to analyze factors that influence the choice of inventory valuation method. The factors that influence the choice of inventory valuation method, which are the independent variables, are firm size, leverage, liquidity, and earning before tax. While the dependent variables is inventory valuation method, average method and FIFO method. The samples of this research are those industries which satisfied criteria of purposive sampling. The final sample consists of 70 companies during 4 years of observation period (balanced sample). The model employed to test the hypothesis is logistic regression analysis. The result of the research shows that firm size positively significant influence the choice of inventory valuation method. Meanwhile, leverage, liquidity and earning before tax have no influence the choice of inventory valuation method. Keywords :
Inventory valuation method, firm size, leverage, liquidity, earning before tax.
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Persediaan adalah salah satu unsur dalam perusahaan yang paling aktif dan juga memiliki peran penting sebagai investasi sumber daya yang besar nilainya dan signifikan pengaruhnya terhadap aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena itu pemilihan metode penilaian persediaan yang tepat sangatlah diperlukan dalam laporan keuangan. Kebijakan metode penilaian persediaan akan mempengaruhi kandungan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, baik dalam neraca maupun laporan laba/rugi. Pemilihan metode penilaian persediaan untuk pelaporan keuangan di Indonesia diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 14. Di dalam PSAK 14 (1994) disebutkan bahwa pihak perusahaan diberi kebebasan untuk menentukan metode penilaian persediaannya, baik FIFO, rata-rata, maupun LIFO. Namun untuk memenuhi kebutuhan fiskal, berdasarkan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 dan juga berdasarkan PSAK 14 (Revisi 2008), pihak perusahaan hanya diperbolehkan untuk menerapkan metode penilaian persediaan FIFO dan rata-rata.
Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode penilaian persediaan. Niehaus (1989) dalam penelitiannya menggunakan variabel kepemilikan manajemen, ukuran perusahaan, variabilitas perusahaan dan leverage. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajemen dan variabilitas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan, sedangkan ukuran perusahaan dan leverage tidak. Cushing dan Le Clere (1992) juga melakukan penelitian mengenai hal ini dan ia menggunakan variabel estimasi penghematan pajak, materialitas persediaan, variabilitas persediaan, inventory obsolence, ukuran perusahaan, leverage, dan current ratio. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Kemudian untuk penelitian di Indonesia, Abdullah (1999) menggunakan lima variabel independen, yaitu variabilitas persediaan, ukuran perusahaan, financial leverage, rasio lancar dan profitabilitas. Namun sayangnya, hasil penelitian
Abdullah tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap semua variabelnya. Sementara untuk penelitian Mukhlasin (2001), variabel yang digunakan berbeda, yaitu variabilitas persediaan, variabel laba akuntansi, ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok persediaan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan, sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan. Taqwa (2001) pun meneliti mengenai hal ini, dan dalam penelitiannya ia menguji lima variabel, yaitu ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, financial leverage, variabilitas persediaan dan rasio lancar. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan, sedangkan struktur kepemilikan, financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang juga menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan metode penilaian persediaan. Faktor-faktor yang terpilih sebagai variabel independen sebanyak empat variabel, yaitu ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak. Jumlah tahun penelitian untuk penelitian ini adalah empat tahun, yaitu dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Sampelnya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan laporan keuangannya selama 4 tahun tersebut dengan metode purposive sampling.
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan.. Perusahaan besar cenderung memilih metode rata-rata karena biaya pajak yang dibayarkan relatif lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode FIFO. Sedangkan bagi perusahaan kecil, untuk mendapatkan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap memiliki kinerja yang baik sehingga perusahaan dapat dipercaya mampu mengembalikan dana kepada pihak bank dan salah satu cara untuk menaikkan laba yaitu dengan menggunakan metode FIFO. Hasil penelitian Cushing dan Le
Clere (1992), Mukhlasin (2001) dan Taqwa (2001) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan.
Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutangnya dengan kekayaan yang dimilikinya. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan memilih metode yang dapat menaikkan laba untuk menghindari terjadinya pelanggaran debt covenant atau perjanjian hutang dimana jika perjanjian hutang dilanggar maka akan menimbulkan biaya. Hasil penelitian Cushing dan Le Clere (1992) menyatakan bahwa leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan
Likuiditas yang diukur dengan rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Cushing dan Le Clere (1992), perusahaan yang memiliki likuiditas yang rendah berusaha menaikkan labanya agar dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, yaitu dengan menggunakan metode FIFO, sedangkan perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi biasanya memilih metode rata-rata yang menghasilkan laba yang rendah sehingga memperoleh penghematan pajak. Hasil penelitian Cushing dan Le Clere (1992) menyatakan bahwa likuiditas (rasio lancar) berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
Laba sebelum pajak dapat mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Hal ini sesuai dengan Political Cost Hypothesis yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis, di antaranya adalah muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi akan cenderung untuk menggunakan pilihan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba, yaitu dengan metode persediaan rata-rata.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemilihan metode penilaian persediaan, dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2010”.
1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka dapat dikemukakan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan?
2.
Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan?
3.
Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan?
4.
Apakah laba sebelum pajak berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan?
1.2.2 Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010 yang menggunakan metode persediaan FIFO atau rata-rata untuk semua persediaan, sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2008) dan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 yang menjelaskan bahwa pihak perusahaan hanya diperbolehkan untuk menerapkan metode FIFO dan rata-rata untuk persediaannya.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diungkapkan dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah: “untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2010.”
1.3.2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi peneliti, namun juga bagi pembaca, perusahaan dan pihak akademik/peneliti selanjutnya. 1.
Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan membantu dalam mengaplikasikan teori ke dalam dunia kerja.
2.
Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan, informasi dan wawasan.
3.
Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat membantu manajemen dalam memilih metode penilaian persediaan.
4.
Bagi akademik, diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam proses pengembangan ilmu akuntansi dan juga dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Positive Accounting Theory
Watts dan Zimmerman (1986) membuat tiga hipotesis yang secara umum dihubungkan dengan perilaku oportunistik manajer, yaitu Bonus Plan Hypothesis, Debt Covenant Hypothesis, dan Political Cost Hypothesis. Hipotesis yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Debt Covenant Hypothesis dan Political Cost Hypothesis. Kedua hipotesis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1)
Debt Covenant Hypothesis Hipotesis yang dikemukakan Watts dan Zimmerman (1986) ini berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi perusahaan dalam perjanjian hutang (debt covenant). Sebagian besar perjanjian hutang mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi peminjam selama masa perjanjian. Ketika perusahaan mulai mendekati terjadinya pelanggaran terhadap debt covenant,
maka manajer perusahaan akan berusaha untuk menghindari terjadinya debt covenant tersebut dengan memilih metode-metode penilaian yang dapat menaikkan laba. Pelanggaran terhadap debt covenant dapat mengakibatkan timbulnya suatu biaya sehingga dengan meningkatkan laba, manajer berusaha untuk mencegah atau setidaknya menunda hal tersebut dan salah satu cara untuk meningkatkan laba yaitu dengan menggunakan metode persediaan FIFO. 2)
Political Cost Hypothesis Menurut Watts dan Zimmerman (1986), semakin besar biaya politis yang dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan tersebut untuk menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi laba, karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis, di antaranya adalah muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Pertimbangan Political Cost Hypothesis inilah yang menjadikan manajer cenderung untuk menerapkan metode ratarata karena metode rata-rata menghasilkan laba yang lebih kecil dibandingkan dengan metode FIFO.
2.1.2 Ricardian Hypothesis Lee dan Hsieh (1985) mengemukakan hipotesis yang mempengaruhi penggunaan metode akuntansi persediaan pada perusahaan yang didasarkan pada prioritas kepentingan-kepentingan yang muncul di dalam perusahaan. Hipotesis ini didasarkan pada asumsi bahwa faktor yang paling mempengaruhi perusahaan adalah peraturan perpajakan, dimana tujuan yang hendak dicapai oleh manajemen adalah memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meminimalkan biaya pajak namun tetap respek pada kendala hukum pajak. Hipotesis ini disebut oleh Lee dan Hsieh sebagai hipotesis Ricardian atau hipotesis pajak. Berdasarkan penjelasan dari hipotesis Ricardian tersebut, manajer perusahaan perlu untuk mempertimbangkan pengaruh pajak ketika memutuskan untuk memilih metode
persediaan yang akan diterapkan di perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan metode FIFO, maka perusahaan akan menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode rata-rata sehingga perusahaan tidak dapat melakukan penghematan pajak. Sebaliknya, apabila perusahaan menggunakan metode rata-rata, maka perusahaan akan menghasilkan laba yang lebih kecil dan dapat melakukan penghematan pajak.
2.2
Pemilihan Metode Penilaian Persediaan
Pemilihan metode penilaian persediaan untuk pelaporan keuangan di Indonesia diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 14. Untuk memenuhi kebijakan fiskal, berdasarkan PSAK 14 (Revisi 2008) dan Undang– Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008, pihak perusahaan hanya diperbolehkan untuk menggunakan metode FIFO dan metode rata-rata. Hal ini berarti metode LIFO sudah tidak diperbolehkan untuk digunakan dan perusahaan diberi kebebasan untuk memilih metode persediaan mana yang akan digunakan dari dua metode tersebut. Apabila suatu perusahaan dalam laporan keuangannya menggunakan metode LIFO, maka untuk tujuan fiskal harus membuat kembali dengan metode FIFO atau rata-rata.
2.3
Ukuran Perusahaan
Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20 Tahun 2008. Peraturan tersebut menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat jenis ukuran tersebut antara lain: a.
Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp50.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah penjualan
b.
Rp. 300.000.000,-.
Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp. 300.000.000,- sampai dengan Rp. 2.500.000.000,-.
c.
Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp. 500.000.000,- sampai Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp. 2.500.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000.000,-.
d.
Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki jumlah penjualan
Rp. 50.000.000.000,-.
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Menurut Watts dan Zimmerman (1986), perusahaan yang lebih besar lebih menyukai metode penilaian yang dapat menunda pelaporan laba. Kondisi ini ada dengan asumsi bahwa transfer kekayaan bagi perusahaan besar relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Transfer kekayaan yang secara langsung dilakukan adalah pembayaran pajak. Oleh karena itu pajak perusahaan merupakan salah satu komponen yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan metode penilaian persediaan. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan besar cenderung memilih metode rata-rata karena biaya pajak yang dibayarkan relatif lebih kecil dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode FIFO. Kecenderungan metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan besar adalah metode rata-rata yang dapat menurunkan laba. Penggunaan metode ratarata selain bisa memperoleh penghematan pajak, juga bisa menghindari political cost atau biaya politis. Biaya politis dari pemerintah, di antaranya adalah muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lainnya, lebih dirasakan oleh perusahaan besar. Oleh karena itulah perusahaan besar akan memilih metode akuntansi yang dapat mengurangi laba yang dilaporkan. Penelitian Mukhlasin (2001) menunjukkan hasil yang signifikan mengenai hubungan ukuran perusahaan dengan pemilihan metode penilaian persediaan, begitu pula dengan penelitian Taqwa (2001) dan Cushing dan Le Clere (1992). Sementara hasil yang berlawanan ditemukan oleh Abdullah (1999).
2.4
Leverage
Pemilihan metode penilaian persediaan juga tergantung dari tingkat leverage perusahaan. Menurut Zmijewski dan Hagerman (1981) dalam Taqwa (2001), apabila perusahaan memiliki tingkat leverage yang tinggi, maka perusahaan akan memilih metode-metode penilaian yang dapat menaikkan laba untuk menghindari terjadinya pelanggaran debt covenant atau perjanjian hutang dimana jika perjanjian hutang dilanggar maka akan menimbulkan biaya. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan memilih metode FIFO, dan sebaliknya perusahaan dengan tingkat leverage yang rendah akan memilih metode rata-rata. Penelitian Cushing dan Le Clere (1992) menunjukkan hasil yang signifikan mengenai hubungan tingkat leverage dengan pemilihan metode penilaian persediaan. Hasil yang berlawanan ditemukan oleh Abdullah (1999) yang menggunakan pengukuran rasio hutang terhadap aset. Kemudian pengujian yang dilakukan Niehaus (1989) menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan menggunakan pengukuran rasio hutang tehadap ekuitas.
2.5
Likuiditas
Likuiditas yang diukur dengan rasio lancar digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka kepastian akan kesanggupan melunasi kewajiban jangka pendeknya pun akan besar, dan perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang rendah kepastian akan kesanggupan melunasi kewajiban jangka pendeknya juga akan rendah. Para kreditor umumnya melihat tingkat ini dalam memberikan kredit kepada perusahaan. Menurut Cushing dan Le Clere (1992), perusahaan yang memiliki rasio lancar yang rendah berusaha menaikkan labanya agar dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, yaitu dengan menggunakan metode FIFO, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio lancar yang tinggi biasanya memilih metode rata-rata yang menghasilkan laba yang rendah sehingga memperoleh penghematan pajak. Penelitian mengenai pengaruh tingkat likuiditas terhadap pemilihan metode penilaian persediaan telah dilakukan oleh Cushing Le Clere (1992), Abdullah (1999) dan Taqwa (2001). Hasil penelitian Cushing Le Clere
(1992) menyatakan bahwa tingkat likuiditas secara signifikan mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan, sedangkan hasil yang berlawanan ditemukan Abdullah (1999) dan Taqwa (2001).
2.6
Laba Sebelum Pajak
Laba sebelum pajak dapat mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Hal ini sesuai dengan Political Cost Hypothesis yang dikemukakan Watts dan Zimmerman (1986), yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis, di antaranya adalah muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi akan cenderung untuk menggunakan pilihan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba, yaitu dengan metode persediaan rata-rata.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Pemilihan Metode Penilaian Persediaan No
Peneliti
Variabel
1
Cushing dan Le Clere (1992)
2
Niehaus (1989)
3
Abdullah (1999)
4
Mukhlasin (2001)
5
Salma Taqwa (2001)
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Hasil
Estimasi penghematan pajak Materialitas persediaan Variabilitas persediaan Inventory obsolence Ukuran perusahaan Leverage Current ratio Kepemilikan manajemen Ukuran perusahaan Variabilitas perusahaan Leverage Variabilitas persediaan Ukuran perusahaan Financial leverage Rasio lancar Profitabilitas Variabilitas laba akuntansi Variabilitas persediaan Ukuran perusahaan Intensitas modal Intensitas persediaan Variabilitas HPP Ukuran perusahaan Struktur kepemilikan Financial leverage Variabilitas persediaan Rasio Lancar
Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan
Sumber : diolah peneliti (2012)
2.7
Kerangka Pemikiran
Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak, sedangkan variabel dependennya adalah metode penilaian persediaan. Ukuran Perusahaan (X1)
Leverage (X2) Likuiditas (X3)
Metode Penilaian Persediaan (Y)
Laba Sebelum Pajak (X4) Sumber: diolah peneliti (2012)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.8
Hipotesis
2.8.1 Ukuran Perusahaan dan Metode Penilaian Persediaan Menurut Ricardian Hypothesis atau hipotesis pajak yang dikemukakan Lee dan Hsieh (1985), manajer perusahaan bertujuan tunggal untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya pajak namun tetap respek pada kendala hukum pajak. Dalam Political Cost Hypothesis yang dikemukakan Watts dan Zimmerman (1986) juga dinyatakan bahwa semakin besar biaya politis yang dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan tersebut untuk menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi laba, karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis, di antaranya adalah muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Hasil penelitian Cushing dan Le Clere (1992), Mukhlasin (2001) dan Taqwa (2001) juga menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
2.8.2 Leverage dan Metode Penilaian Persediaan Menurut Debt Covenant Hypothesis yang dikemukakan Watts dan Zimmerman (1986), ketika perusahaan mulai mendekati terjadinya pelanggaran terhadap debt covenant atau perjanjian hutang, maka manajer perusahaan akan berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran debt covenant tersebut dengan memilih metode-metode penilaian yang dapat menaikkan laba. Pelanggaran terhadap debt covenant dapat mengakibatkan timbulnya suatu biaya sehingga dengan meningkatkan laba, manajer berusaha untuk mencegah atau setidaknya menunda hal tersebut dan salah satu cara untuk meningkatkan laba yaitu dengan menggunakan metode persediaan FIFO. Kemudian menurut Zmijewski dan Hagerman (1981) dalam Taqwa (2001), perusahaan dengan leverage yang tinggi
akan memilih metode yang dapat meningkatkan laba dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pelanggaran debt covenant, yaitu metode FIFO, sedangkan perusahaan dengan leverage yang rendah cenderung akan memilih menggunakan metode rata-rata. Penelitian Cushing dan Le Clere (1992) menunjukkan hasil yang signifikan mengenai hubungan tingkat leverage dengan pemilihan metode penilaian persediaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
2.8.3 Likuiditas dan Metode Penilaian Persediaan Political Cost Hypothesis yang dikemukakan Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa semakin besar biaya politis yang dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan tersebut untuk menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi laba, karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis. Berdasarkan teori di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi cenderung akan memilih metode rata-rata karena metode ini menghasilkan laba yang rendah dibandingkan metode FIFO sehingga dapat terhindar dari biaya politis. Hasil penelitian Cushing dan Le Clere (1992) menyatakan bahwa rasio lancar (likuiditas) secara signifikan mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H3 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
2.8.4 Laba Sebelum Pajak dan Metode Penilaian Persediaan Laba sebelum pajak dapat mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Hal ini sesuai dengan Political Cost Hypothesis yang dikemukakan Watts dan Zimmerman (1986), yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan
media yang nantinya juga akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis, di antaranya adalah muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Oleh karena itu perusahaan dengan laba sebelum pajak yang tinggi akan cenderung untuk menggunakan pilihan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba, yaitu dengan metode persediaan rata-rata. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H4 : Laba sebelum pajak berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2010 untuk keperluan analisis data. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan literatur-literatur sebagai landasan teori dan penelitian terdahulu dari buku, internet serta sumber data tertulis lainnya.
3.2
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel adalah sebagai berikut: 1.
Sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mempublikasikan laporan keuangannya selama 4 tahun (2007-2010).
2.
Perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan satu metode saja, apakah metode rata-rata atau FIFO untuk semua persediaan.
3.
Perusahaan menggunakan metode rata-rata atau FIFO yang konsisten selama tahun pengamatan.
Berdasarkan kriteria di atas, maka dari seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010 diperoleh 70 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel yang terdiri dari 15 perusahaan yang menggunakan metode FIFO dan 55 perusahaan yang menggunakan metode ratarata.
3.3
Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen Variabel dependen dari penelitian ini adalah metode penilaian persediaan yang ditunjukkan oleh variabel dummy. Indikator yang digunakan untuk menilai variabel ini adalah kategori 0 untuk metode FIFO dan kategori 1 untuk metode rata-rata.
3.3.2 Variabel Independen 1.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dihitung dari total aset tiap perusahaan sampel dari tahun 2007 sampai 2010. Pengukuran ini telah digunakan oleh Niehaus (1989), Abdullah (1999) dan Taqwa (2001). 2.
Leverage
Leverage diukur dengan cara membagi hutang jangka panjang dengan total aset yang diperoleh dari laporan keuangan satu tahun sebelum pemilihan metode penilaian persediaan tiap perusahaan sampel. Pengukuran ini telah digunakan oleh Cushing dan Le Clere (1992). Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan perhitungan yang sama dengan Cushing dan Le Clere (1992) ,
Lev = 3.
Total Hutang Jangka Panjang Total Aset
Likuiditas
Likuiditas yang diukur dengan rasio lancar ini dihitung dengan cara membagi aset lancar dengan hutang lancar yang diperoleh dari laporan keuangan satu tahun sebelum pemilihan metode penilaian persediaan tiap perusahaan sampel. Pengukuran yang sama juga dilakukan oleh Cushing dan Le Clere (1992), Abdullah (1999) dan Taqwa (2001).
Likuiditas =
4.
Aset Lancar Hutang Lancar
Laba Sebelum Pajak
Variabel ini dihitung dari laba sebelum pajak satu tahun sebelum pemilihan metode penilaian persediaan tiap perusahaan sampel.
3.4
Teknik Analisis Data
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian. 3.4.2 Menilai Keseluruhan Model Fit (Overall Fit Model)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai -2 Log Likelihood pada awal (Block = 0) untuk model dengan konstanta saja dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block=1) untuk model dengan konstanta dan variabel
independen. Penurunan nilai -2 Log Likelihood mengindikasi bahwa model regresi semakin baik.
3.4.3 Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)
Kelayakan model regresi dilakukan dengan pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test untuk mengetahui apakah data empiris cocok atau sesuai
dengan model, melalui kriteria sebagai berikut: a.
Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow
0,05, artinya ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memperbaiki nilai observasinya.
b.
Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow > 0,05, artinya model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena fit dengan data observasinya.
3.4.4 Pengujian Hipotesis (Regresi Logistik)
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Model yang digunakan adalah:
Ln
p 1-p
Dimana : P = a = UP = Lev = Likuid = EBIT = b1...b6 = e =
= a+
1UP
+
2Lev
+
3Likuid
+
4EBIT
+e
Pemilihan metode penilaian persediaan konstanta Ukuran Perusahaan Leverage Likuiditas Laba sebelum pajak koefisien regresi error
Pengujian hipotesis pada regresi logistik dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi ( ) 5%. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai p-value. Keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut: a.
Jika p-value > 0,05 maka hipotesis ditolak
b.
Jika p-value < 0,05 maka hipotesis diterima
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Singkat Objek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel, maka diperoleh sampel sebanyak 70 perusahaan dari 133 perusahaan populasi yang ada: Tabel 4.1 Gambaran Perusahaan Penelitian
No
Keterangan
Jumlah Perusahaan
1
Total perusahaan yang menjadi populasi
133
2
Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan pada periode penelitian
27
3
Perusahaan yang melakukan perubahan kebijakan metode persediaan pada tahun penelitian
7
4
Perusahaan yang tidak konsisten menerapkan 1 (satu) metode persediaan
29
5 Perusahaan yang memenuhi kriteria menjadi sampel Sumber : diolah peneliti (2012)
70
Jumlah sampel yang diperoleh adalah sebanyak 70 perusahaan dan perusahaan ini terbagi 2 kelompok, yaitu perusahaan yang menggunakan metode rata-rata dan metode FIFO, seperti yang terdapat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Kelompok Sampel Perusahaan Berdasarkan Metode Penilaian Persediaan No
Metode
Jumlah
Presentase
1
Rata-rata
55
78,57
2
FIFO
15
21,43
Jumlah
70
100,00
Sumber : diolah peneliti (2012)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa perusahaan yang menggunakan metode rata-rata di Indonesia lebih banyak dibandingkan metode FIFO. Lima puluh lima perusahaan memilih menggunakan metode rata-rata dari 70 perusahaan yang menjadi sampel. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Taqwa (2001) dan Mukhlasin (2001) yang membuktikan bahwa perusahaan Indonesia lebih banyak menggunakan metode rata-rata.
4.2
Analisis Data dan Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), maksimum dan minimum dari variabel-variabel independen yaitu ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Metode Rata-Rata Minimum Ukuran Perusahaan (dalam jutaan rupiah) Leverage Likuiditas Laba Sebelum Pajak (jutaan rupiah)
Maximum
Mean
901,00
10437249,00
1608520,445
,00 ,00
2,44 34,35
,2093 2,4895
-2350136,00
4248590,00
132021,0318
Metode FIFO Minimum Ukuran Perusahaan (dalam jutaan rupiah) Leverage Likuiditas Laba Sebelum Pajak (dalam jutaan rupiah)
Maximum
Mean
28380,00
1936949,00
427476,1167
,00 ,12
0,72 13,65
,1430 1,9933
-151986,00
182008,00
8639,7333
Sumber : Hasil Olahan SPSS (2012) 4.2.2 Menilai Keseluruhan Model Fit (Overall Fit Model)
Untuk melihat apakah suatu model fit dengan data perlu dilihat nilai -2 Log Likelihood. Model dari statistik -2 Log Likelihood dapat digambarkan melalui
tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Gambaran Jumlah Kasus Penelitian Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases
Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
N
Percent 280
100,0
0 280 0 280
,0 100,0 ,0 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Sumber : Hasil Olahan SPSS (2012)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah seluruh kasus yang diolah dalam penelitian ini adalah 280 kasus dan setelah dilakukan uji kelayakan model,
kasus yang dapat dianalisis tetap sebesar 280 kasus yang berarti tidak ada kasus yang mengalami eror.
Tabel 4.5 Nilai -2 Log Likelihood untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta Iteration Historya,b,c Iteration Step 0
-2 Log likelihood 1 2 3 4
292,153 290,967 290,965 290,965
Coefficients Constant 1,143 1,293 1,299 1,299
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 290,965 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Hasil Olahan SPSS (2012) Tabel 4.5 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood untuk model yang hanya memasukkan konstanta. Kemudian untuk melihat nilai -2 Log Likelihood dengan model yang mengunakan konstanta dan variabel independen dapat digambarkan dengan tabel berikut:
Tabel 4.6 Nilai -2 Log Likelihood untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Independen Model Summary Step
1
-2 Log likelihood 233,474a
Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square ,186
,287
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Hasil Olahan SPSS (2012) Tampilan output SPSS memberikan 2 nilai -2 Log Likelihood, yaitu untuk model yang hanya memasukkan konstanta (Tabel 4.5) dan untuk model yang dengan konstanta dan variabel independen (Tabel 4.6). Nilai -2 Log Likelihood untuk
model yang hanya memasukkan konstanta adalah sebesar 290,965 dan nilai -2 Log Likelihood untuk model dengan konstanta dan variabel independen adalah
sebesar 233,474. Penurunan nilai -2 Log Likelihood dari 290,965 menjadi 233,474 mengindikasikan bahwa model fit dengan data. Hal ini berarti bahwa dengan adanya penambahan variabel independen ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak dapat memperbaiki model fit.
4.2.3 Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Model)
Uji tersebut dapat digambarkan melalui tabel berikut: Tabel 4.7 Nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square
df
6,462
Sig. 8
,596
Sumber : Hasil Olahan SPSS (2012) Berdasarkan pengujian tersebut, nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah sebesar 6,462 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,596. Nilai
signfikansi tersebut di atas 0,05 dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model tersebut diterima, yang artinya tidak ada perbedaan dengan data sehingga model dapat dikatakan fit.
4.2.4 Pengujian Hipotesis (Regresi Logistik)
Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel independen, yaitu ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak pada pemilihan metode penilaian persediaan.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Regresi Logistik Variables in the Equation B a
S.E.
Wald
df
Sig
Exp(B)
Step 1 UkuranPerusahaan
,000
,000
22,678
1
,000*
1,000
Leverage Likuiditas
,755
,657
1,323
1
,250
2,128
,122
,070
3,053
1
,081**
1,130
,000 ,000 3,176 1 ,075** 1,000 LabaSebelumPajak -,405 ,313 1,669 1 ,196 ,667 Constant a. Variable(s) entered on step 1: UkuranPerusahaan, Leverage, Likuiditas, LabaSebelumPajak. * **
signifikan pada tingkat signifikansi 5% signifikan pada tingkat signifikansi 10%
Dari hasil regresi logistik didapat persamaan regresi sebagai berikut: Y = - 0,405 + 0,000UP + 0,755Lev + 0,122Likuid + 0,000EBIT + e
Pengujian variabel ukuran perusahaan dengan menggunakan regresi logistik menghasilkan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,000 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi ukuran perusahaan lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima.
Pengujian variabel leverage dengan menggunakan regresi logistik menghasilkan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,755 dengan nilai signifikansi sebesar 0,250. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi leverage lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak.
Pengujian variabel likuiditas dengan menggunakan regresi logistik menghasilkan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,122 dengan nilai signifikansi sebesar 0,081. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi likuiditas lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga ditolak.
Pengujian variabel laba sebelum pajak dengan menggunakan regresi logistik menghasilkan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,000 dengan nilai signifikansi sebesar 0,075. Apabila dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi laba sebelum pajak lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat ditolak.
4.3
Pembahasan
1.
Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan pada penelitian ini berpengaruh positif secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Hal ini membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian. Perusahaan besar cenderung memilih metode rata-rata yang dapat menurunkan laba sehingga dapat meminimalisasi pembayaran pajak, dan sebaliknya, perusahaan kecil akan memilih metode FIFO yang dapat menaikkan laba untuk memberikan gambaran kinerja perusahaan yang baik sehingga kemungkinan memperoleh dana pinjaman dari kreditor akan meningkat. Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cushing dan Le Clere (1992), Mukhlasin (2001) dan Taqwa (2001).
2.
Leverage
Variabel leverage pada penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Meskipun secara konsep leverage dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan, namun dalam penelitian ini tidak menyatakan demikian. Peneliti menduga bahwa perusahaan tidak memperhatikan besar kecilnya hutang jangka panjang dalam memilih metode penilaian persediaan, melainkan perusahaan cenderung memilih metode yang dapat meminimalisasi pembayaran pajak. Kemudian hasil regresi menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Hal ini berbeda dengan konsep leverage yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Peneliti menduga bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi
justru akan memilih metode yang dapat mengurangi pembayaran pajak agar biaya yang ditanggung dapat berkurang, karena perusahaan dengan leverage yang tinggi mmemiliki biaya yang juga tinggi. Jadi metode yang digunakan adalah metode rata-rata, bukan FIFO. Hasil pengujian ini mendukung penelitian Niehaus (1989), Abdullah (1999) dan Taqwa (2001).
3.
Likuiditas
Rasio lancar sebagai ukuran likuiditas perusahaan tidak berhasil dibuktikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Meskipun secara konsep likuiditas dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan, namun dalam penelitian ini tidak menyatakan demikian. Peneliti menduga hal ini disebabkan perusahaan selalu berusaha meningkatkan kesejahteraannya dengan memilih metode yang dapat meminimalkan pembayaran pajak. Dengan demikian, perusahaan akan memilih metode persediaan tanpa memperhatikan besarnya hutang lancar pada perusahaan tersebut. Penelitian ini mendukung penelitian Abdullah (1999) dan Taqwa (2001) yang juga tidak menemukan bukti atas pengaruh likuiditas terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.
4.
Laba Sebelum Pajak
Variabel laba sebelum pajak pada penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan. Meskipun secara konsep laba sebelum pajak dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan, namun penelitian ini tidak menyatakan demikian. Peneliti menduga hal ini disebabkan perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan kesejahteraannya dengan memilih metode yang dapat meminimalisasikan pembayaran pajak sesuai yang dinyatakan dalam Ricardian Hypothesis. Dengan demikian, perusahaan akan memilih metode persediaan yang
dapat memperoleh penghematan pajak tanpa memperhatikan besarnya laba sebelum pajak dalam perusahaan. Selain itu, standar akuntansi keuangan juga mensyaratkan kepada penyusun laporan keuangan atau perusahaan untuk
konsisten dalam menyajikan laporan keuangan, termasuk dalam pemilihan kebijakan akuntansi yang digunakan.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Penelitian
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Metode penilaian persediaan rata-rata digunakan oleh sebagian besar perusahaan. Metode rata-rata digunakan oleh 78,57% perusahaan dan metode FIFO digunakan oleh 21,43% perusahaan.
b.
Analisis statistik menyatakan bahwa nilai rata-rata untuk seluruh variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak dengan metode rata-rata lebih besar dibandingkan metode FIFO.
c.
Berdasarkan pengujian dengan regresi logistik, diketahui bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan pada penelitian ini adalah variabel ukuran perusahaan, sedangkan variabel leverage, likuiditas dan laba sebelum pajak tidak berpengaruh secara signifikan.
5.2
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan: a.
Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah 4 tahun, sedangkan penelitian di luar negeri biasanya periodenya lebih lama.
b.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya ada empat, yaitu ukuran perusahaan, leverage, likuiditas, dan laba sebelum pajak.
c.
Penelitian ini tidak menspesifikasikan industri perusahaan. Seluruh perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan manufaktur diikutsertakan dalam sampel penelitian ini.
5.3
Saran
Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemilihan metode penilaian persediaan sebaiknya mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih baik dan akurat, yaitu; a.
Periode penelitian sebaiknya lebih dari 4 tahun agar hasil penelitian lebih akurat dan tidak bias.
b.
Penelitian tentang pemilihan metode penilaian persediaan akan lebih baik jika dilakukan pada masa perubahan harga saja. Hal ini dilakukan agar didapat pengaruh yang jelas atas perbedaan metode persediaan.
c.
Menambahkan beberapa variabel penelitian lainnya, seperti klasifikasi industri. Dengan adanya klasifikasi industri, keputusan yang akan diambil manajer perusahaan akan sesuai dengan kelompok industrinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukri. 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Telah Go-Public. (Tesis). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. BPFE, Yogyakarta. Cushing B.E. dan M.J Lee Clere. 1992. Evidence in the Determinants of Inventory Accounting Policy Choice. The Accounting Review 67 (April), hal 355-366. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 1. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. H, Jogiyanto, M.. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi 2007. BPFE, Yogyakarta. Harahap, Rosna K. dan Jiwana Dwi M.. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol. 9 No. 3: 74-95. Horngren, Harrison, Robinson, Secokusumo. 1997. Akuntansi di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.
http://www.ariyoso.wordpress.com/2009/11/11/regresi-logistik/ http://www.arokhman.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/Regresi-Logistik-forMAP.pdf http://www.duniainvestasi.com
http://www.iaiglobal.or.id http://www.idx.co.id http://www.ineddeni.wordpress.com/2007/08/07/regresi-logistik/ http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/regresi-logistik.html Kasini. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan. Kieso, Donald E, dkk. 2001. Akuntansi Intermediate. Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Lee, Chi-Wen Jevons dan Hsieh, David A. 1985. Choice of Inventory Accounting Methods: Comparative Analyses of Alternatives Hypotheses. Journal of Accounting Research (Autumn). Hal 468-485. Mukhlasin, 2001. Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan dan Dampaknya Terhadap Earning Price. (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang. Niehaus, G.R..1989. Ownership Structure and Inventory Method Choice. The Accounting Review 67 (April). Hal 320-336. Stice, Earl K., James D. Stice dan K. Fred Skousen, 2001. Intermediate Accounting. Edisi 15, Buku 1. Salemba 4, Jakarta. Taqwa, Salma, 2001. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang. Universitas Lampung, 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan Unila. Bandar Lampung. Watts, Ross L., Zimmerman Jerold D.. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Years Perspective. The Accounting Review 65 (January). Hal 131-156.