Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Ema Rosyidah Ansori
[email protected] Wahidahwati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of firm size, profitability, leverage, institutional ownership, the growth of the company, and firm value to the income smoothing of the manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The population is the manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The research samples have been selected by using purposive sampling with the criteria i.e.: first, manufacturing companies which are listed in IDX in 2008-2012 periods. Second, manufacturing companies which publish their financial statement completely, and third, manufacturing companies which present their financial statement in Rupiah currency during the observation period consecutively. 83 manufacturing companies (138 firm years) have met the criteria. Multiple regression analysis has been employed as the analysis technique. Based on the result of the multiple regressions analysis with the significant level is 5%, thus the result of the research shows that firm size does not have any influence to the income smoothing; profitability does not have any influence to the income smoothing; leverage does not have any influence to the income smoothing; institutional ownership has positive influence to the income smoothing; the growth of the company has positive influence to the income smoothing; and firm value has positive influence to the income smoothing. Keywords: Firm Size (SIZE), Profitability (ROA), Leverage (DER), Institutional Ownership (INST), the Growth of the Company (Growth), Firm Value (Q), Income Smoothing (PL). ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut, pertama perusahaan manufaktur di BEI yang terdaftar pada periode 2008-2012. Kedua perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap, dan yang ketiga perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah secara berturut-turut selama periode penelitian. Dari kriteria diatas didapatkan 83 perusahaan manufaktur (138 firm years) yang memenuhi kriteria. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat signifikan 5%, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba, leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap perataan laba dengan arah positif, pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba dengan arah positif, nilai perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba dengan arah positif. Kata Kunci : Ukuran Perusahaan (SIZE), Profitabilitas (ROA), Leverage (DER), Kepemilikan Institusional (INST), Pertumbuhan Perusahaan (Growth), Nilai Perusahaan (Q), Perataan Laba (PL).
PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh seorang manajer dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
2
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam proses pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas wewenang yang diterimanya dalam mengelola sumber daya perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan antara pihak internal maupun pihak eksternal. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Informasi laba bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba dalam jangka panjang, dan memperkirakan risiko-risiko investasi. Kemampuan dan nilai perusahaan dalam mengelola aset-asetnya dapat digambarkan dengan cara melihat bagaimana perusahaan dalam menghasilkan laba dalam operasinya. Adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham yang disebut dengan agency conflic menyebabkan manajemen untuk mengelola laba dalam usahanya membuat entitas tampak bagus secara finansial. Manajemen laba merupakan suatu penyimpangan dalam penyusunan laporan keuangan oleh manajer, yaitu mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan sehingga memberikan informasi yang tidak sebenarnya kepada para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan pihak manajer. Menurut Scott (2009) dalam Arif (2012:11) mengemukakan bahwa pola dari manajemen laba yaitu: taking a bath, minimalisasi pendapatan (income minimization), maksimalisasi pendapatan (income maximization) dan perataan laba (income smoothing). Penelitian ini berfokus pada praktik manajemen laba dengan menggunakan teknik perataan laba. Menurut Scott (2009) dalam Arif (2012:11) mengemukakan bahwa perataan laba dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi perataan laba seperti ukuran perusahaan, dalam hal ini perusahaan besar akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan image yang kurang baik. Oleh karena itu, perusahaan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba. Menurut Amanza dan Rahardjo (2012:8) mengemukakan bahwa hasil pengujian menunjukkan bahwa kondisi profitabilitas ROA yang menggambarkan tingkat kinerja perusahaan dalam hal ini tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena besarnya profitabilitas perusahaan dapat me njadi poin bagi perusahaan untuk menunjukkan baiknya kinerja perusahaan. Dengan adanya informasi laba yang besar, maka perusahaan tidak memerlukan satu metode tertentu dalam penyajian laporan keuangannya Menurut Rahmawati dan Muid (2012:11) mengemukakan bahwa debt to equity ratio pada perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Alasan yang mendasari tidak berpengaruhnya debt to equity ratio terhadap praktik perataan laba bisa disebabkan karena beberapa hal antara lain yaitu rata-rata perusahaan sampel memiliki tingkat hutang yang rendah atau dengan kata lain perusahaan tidak bergantung pada utang dalam membiayai modal perusahaannya, kemudahan yang diberikan pasar modal dalam memfasilitasi pembayaran utang perusahaan di mana perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia saat ini mendapatkan kemudahaan pinjaman efek dari PT. Kliring dan Pinjaman Efek Indonesia (KPEI) di bawah pengawasan Bapepam. Menurut Rofika dan Zirman (2012:50) mengemukakan bahwa kepemilikan institusional berfungsi sebagai pihak yang mengawasi perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional artinya ruang gerak manajemen untuk mementingkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
3
keuntungannya sendiri semakin kecil, sama halnya dengan Widhianningrum (2012:31) yang mengemukakan mengenai kepemilikan institusi, tidak berpengaruhnya variabel kepemilikan institusi dikarenakan kurangnya mekanisme monitoring yang efektif oleh pihak institusional atas kontrol perusahaan. Menurut Kustono (2009:204) mengemukakan bahwa perusahaan yang pertumbuhannya tinggi akan menggunakan kontrak kompensasi dan utangnya berdasarkan akuntansi, dan untuk mengurangi risiko fluktuasi laba yang tak terkendalikan di masa depan maka perusahaan melakukan praktik perataan. Selanjutnya menurut Aji dan Mita (2010:18) mengemukakan bahwa semakin tinggi nilai perusahaan maka perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktek perataan laba, karena dengan melakukan perataan laba, variabilitas laba dan risiko saham dari perusahaan akan semakin menurun. Variabilitas laba yang minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi dan perusahaan semakin mudah menarik sumber daya ke dalam perusahaan. Penelitian ini bermaksud mengkonfirmasi hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba karena terdapat hasil yang tidak konsisten pada hasil penelitian sebelumnya, serta untuk mengembangkan penelitian terdahulu mengenai variabel penelitian lain yang berkaitan dengan praktik perataan laba. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan serta nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Agency Theroy Teori Agensi merupakan suatu pendekatan yang dapat menjelaskan konsep manajemen laba yang terkait dengan perataan laba yang akan dibahas dalam penelitian ini. Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan wewenang pada manajer untuk mengelola perusahaan. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent) sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (conflic of interest). Untuk memotivasi agen maka pemilik modal (principal) merancang suatu kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak keagenan yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor yaitu: (1) Manajer (agent) dan pemilik (principal) memiliki informasi yang simetri artinya baik agen maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk kepentingannya sendiri, (2) Risiko yang dimiliki manajer (agent) berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti manajer (agent) mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya. Pada kenyataanya simetri informasi tersebut tidak pernah terjadi karena manajer berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
4
pernah terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh asimetris informasi. Untuk mengatasi asimetri informasi tersebut pihak pemegang saham sebagai principal melakukan pengendalian dengan tiga cara yaitu: monitoring, kebijakan pemberian insentif atau hukuman dan dengan cara menanggung secara bersama-sama atas risiko yang mungkin terjadi. Selanjutnya dijelaskan bahwa didalam suatu organisasi cara yang paling efektif untuk mengubah perilaku anggota organisasi agar sesuai dengan yang diinginkan adalah dengan pemberian reward bukan dengan pemberian hukuman (punishment). Pemberian reward (berupa penghargaan atau insentif) akan berdampak baik dalam arti perilaku yang diinginkan tersebut besar kemungkinan akan terulang lagi. Sebaliknya, bila digunakan hukuman, pengaruh yang bisa timbul adalah munculnya rasa tertekan, tidak tenang dan sebagainya Hubungan prinsipal dan agen sering ditentukan oleh angka akuntansi dan satusatunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja yang selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah informasi akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada informasi lainnya. Informasi akuntansi juga digunakan oleh para principal untuk menilai kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian reward (biasanya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai satu satunya dasar dalam pemberian reward tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya dikalangan manajer. Pendekatan teori keagenan (agency theory) yang dipengaruhi dengan adanya konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya memiliki keterkaitan erat dengan konsep manajemen laba (earnings management), menjelaskan bahwa dalam praktik manajemen laba terdapat tindakan-tindakan seorang manajer yang seharusnya memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah manajer cenderung memilih dan melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan kepentingannya. Salah satunya adalah dengan melakukan praktik perataan laba (income smoothing) dengan memanipulasi informasi akuntansi yang sebenarnya. Manajemen Laba Dalam hubungan keagenan, manajemen memiliki asimetri informasi terhadap pihakpihak eksternal perusahaan, seperti investor dan kreditor. Asimetri informasi terjadi ketika pemilik sebagai principal tidak dapat memonitor langsung aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemilik atau dengan kata lain principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent. Sedangkan manajemen sebagai agen memiliki kelebihan informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan manajemen memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemilik dan untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada pemilik terutama bila informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajemen. Menurut Scott (2009) dalam Arif (2012:11) mengemukakan bahwa manajemen laba dilakukan dengan pola sebagai berikut: (1) Taking a bath, (2) Minimalisasi laba (income minimization), (3) Maksimisasi laba (income maximization), (4) Perataan laba (income smoothing). Tindakan pola manajemen laba tersebut menunjukkan tingkat cepat manajer
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
5
dalam mengatasi masalah yang dihadapi atau mencegah masalah baru yang akan muncul di masa yang akan datang sehingga perusahaan terlihat tetap stabil. Perataan Laba Praktik perataan laba adalah salah satu tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan market returns. Tindakan tersebut sengaja dilakukan manajemen untuk mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan rugi laba perusahaan guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor sering kali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Disamping itu, laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberikan rasa lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku. Menurut Sugiharto (2003) dalam Ratnasari (2012:21) berbagai teknik dilakukan dalam perataan laba, diantaranya adalah: (1) Perataan melalui terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menetukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu, (2) Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu, manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba, (3) Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pnedapatan operasi atau pendapatan non-operasi. Keleluasaan untuk memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba. Bahkan disinyalir bahwa perataan laba banyak dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan akuntansi. Faktor - faktor yang mempengaruhi Perataan Laba Ukuran Perusahaan (SIZE) Menurut Diantimala (2008:106) mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaaan menurut berbagai cara antara lain dengan total aktiva, penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar perusahaan (market capitalization). Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Profitabilitas Menurut Kartikasari (2011:40) mengemukakan bahwa profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Informasi ini berguna dalam perumusan pertimbangan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
6
tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya. Diasumsikan bahwa investor tidak menyukai resiko sehingga menginginkan tingkat laba yang stabil. Tapi profitabilitas yang tinggi juga dapat meningkatkan biaya politis yang harus ditanggung oleh perusahaan, khususnya pajak. Oleh karena itu bila rasio ini tinggi, perusahaan cenderung menurunkan tingkat laba untuk menghindari munculnya biaya politis dan total akrual menjadi makin rendah. Leverage Menurut Bestivano (2013:9) mengemukakan bahwa rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan meningkatkan resiko perusahaan. Oleh karena itu, makin banyak menggunakan modal asing maka besar pula rasio leverage dan berarti semakin besar pula resiko yang dihadapi perusahaan. Menurut Pratiwi (2013:10) tingkat financial leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa risiko keuangan perusahaan tinggi pula, sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang tinggi pula. Pada saat kondisi perusahaan rugi atau pada saat laba yang tidak terlalu tinggi, investor akan dihadapkan pada risiko penurunan tingkat kesejahteraan mereka. Kepemilikan Institusional Menurut Irawan (2013:21) mengemukakan bahwa konsentrasi kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Pertumbuhan Perusahaan Menurut Helfert (1997) dalam Harun (2010:11) mengemukakan bahwa pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dari pertumbuhan aktiva, yaitu dengan membandingkan antara total aktiva tahun berjalan dikurangi total aktiva tahun sebelumnya dibagi dengan total aktiva tahun sebelumnya. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan suatu tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, sehingga investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Nilai Perusahaan Menurut Purwanto (2009:177) mengemukakan bahwa tindakan perataan laba mempunyai hubungan timbal balik terhadap nilai perusahaan, karena perataan laba menghasilkan berkurangnya fluktuasi laba, sehingga dapat mencerminkan stabilitas kinerja perusahaan atau nilai perusahaan, demikian juga sebaliknya bahwa kinerja perusahaan atau nilai perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
7
Penelitian Terdahulu Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba telah banyak dilakukan di Indonesia. Setiap penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa diantara semua peneliti yang sebelumnya pernah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba adalah Kustono dan Sari (2012) yang mengungkapkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan penghasilan pada bank-bank di Indonesia, financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan penghasilan pada bankbank di Indonesia, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan penghasilan pada bank-bank di Indonesia. Rahmawati dan Muid (2012) menggunakan 81 perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia sebagai sampel penelitian. Dari penelitian tersebut menghasilkan bahwa bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Aji dan Mita (2010) meneliti hubungan profitabilitas, risiko keuangan, nilai perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini mempunyai hasil yaitu profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba, kepemilikan publik serta keberadaan kepemilikan manejemen juga terbukti tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba yang dilakukan perusahaan, risiko perusahaan dan nilai perusahaan terbukti berpengaruh posiitif terhadap praktik perataan laba. Dewi dan Prasetiono (2012) menganalisa pengaruh ROA, NPM, DER, dan Size terhadap praktik perataan laba. Dari penelitian tersebut menghasilkan bahwa Net Profit Margin (NPM) terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap praktik income smoothing, size terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap praktik income smoothing, Return On Assets (ROA) terbukti tidak berpengaruh terhadap praktik income smoothing, Debt to Equity Ratio (DER) terbukti tidak berpengaruh terhadap praktik income smoothing. Butar dan Sudarsi (2012) melakukan penelitian terhadap perusahaan food and beverage yang terdaftar di bursa efek indonesia atas pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan institusional terhadap perataan laba. Hasilnya ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba, leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba, kepemilikan institusional tidak berpengaruh pula terhadap praktik perataan laba. Suryandari (2012) mengungkapkan bahwa rasio total debt to total asset tidak berpengaruh terhadap income smoothing, return on asset tidak berpengaruh terhadap income smoothing, Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap income smoothing, debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap income smoothing, ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap income smoothing. Widhianningrum (2012) melakukan penelitian terhadap 147 perusahaan manufaktur mengenai perataan laba dan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Hasilnya penyebaran kepemilikan memiliki pengaruh signifikan terhadap perataan laba, ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap perataan laba, kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi praktik perataan laba, kepemilikan institusi tidak mempengaruhi praktik perataan laba, debt financing tidak mempengaruhi praktik perataan laba, profitabilitas tidak mempengaruhi praktik perataan laba. Atarwaman (2011) menggunakan 38 perusahaan manufaktur yang sesuai dengan kriteria selama periode 2002-2006. Hasil dari penelitian bahwa bahwa proftabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
8
Noviana dan Yuyetta (2011) melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2010. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa profitabilitas (ROA) tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perataan laba, risiko keuangan (LEV) tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perataan laba, nilai perusahaan (PBV) tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perataan laba, kepemilikan saham manajerial (MOWN) tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perataan laba, kepemilikan saham publik (POWN) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan untuk melakukan perataan laba, Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pribabilitas perusahaan untuk melakukan perataan laba Mahmud (2012) mengungkapkan bahwa industry type, size, ownership and profit memiliki hubungan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan growth tidak memiliki hubungan terhadap praktik perataan laba yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Malaysia selama periode 2002-2006. Parijan (2013) dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan profitabilitas, net profit margin,leverage, debt to equity ratio tidak berpengaruh pada praktik perataan laba pada perusahaan publik perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tehran periode 2008-2012. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Ukuran Perusahaan (firm size) terhadap Perataan Laba Pada umumnya perusahaan yang besar akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu diperkirakan perusahaan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis sebab kenaikan laba yang terlalu drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang terlalu drastis akan memberikan image yang kurang baik. Oleh karena itu perusahaan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba. Semakin besar laba yang diperoleh mengindikasikan bahwa ukuran suatu perusahaan itu besar. Butar dan Sudarsi (2012), Atarwaman (2011) serta Dewi dan Prasetiono (2012) telah membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1:Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba Tingkat profitabilitas yang stabil (smooth) akan memberikan keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba, karena investor lebih menyukai tingkat profitabilitas yang stabil disetiap tahunnya. Dengan kata lain profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Atawarman (2011) dan Cahyani (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap perataan laba. Adapun penelitian yang menunjukkan hasil berlawanan yaitu Widhianningrum (2012), Widaryanti (2009) dan Dewi (2011) yang membuktikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2:Profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
9
Pengaruh Leverage terhadap Perataan Laba Leverage adalah perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang berada dalam posisi terancam melakukan pelanggaran perjanjian utang cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba, hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akibat jumlah utang lebih besar dibandingkan aktiva, diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default, sehingga mereka membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan melalui perataan laba tersebut. Hal tersebut sesuai dengan Aji dan Mita (2010) yang mengungkapkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hasil berbeda diungkapkan Butar dan Sudarsi (2012) serta Widaryanti (2009). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 :Leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Perataan Laba Kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi (bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan sebagainya) memiliki fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Kepemilikan saham oleh pihak institusional dapat mengimbangi informasi yang dimiliki oleh manajemen sehingga asimetris informasi yang terjadi antara manajemen dan pemilik menjadi rendah. Sehingga hal tersebut menyebabkan manejemen tidak leluasa untuk melakukan pengelolaan atas laba perusahaan. Menurut Santoso dan Salim (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif antara variabel kepemilikan institusional dengan praktik perataan laba. Hasil berbeda diungkapkan oleh Widhianningrum (20120), Butar dan Sudarsi (2012) serta Prabayanti dan Yasa (2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4 :Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap perataan laba Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Perataan Laba Pertumbuhan perusahaan dapat terjadi jika produktivitas dan tingkat keuntungan untuk pemegang saham meningkat. Kedua hal ini akan saling berhubungan. Meningkatnya produktivitas perusahaan akan meningkatkan laba perusahaan sehingga keuntungan untuk pemegang saham juga akan meningkat. Keuntungan pemegang saham ini salah satunya dapat berupa dividen yang dibagikan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja perusahaan. Peningkatan ini akan direspon baik oleh investor, sehingga dapat menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa untuk menjaga produktivitas dan tingkat keuntungan bagi investor perlu dilakukannya praktik perataan laba. Dalam Kustono (2009) mengemukakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba, adapun hasil penelitian yang berbeda yaitu Mahmud (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan (Growth) tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H5 :Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
10
Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Perataan Laba Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik pertaaan laba, karena dengan melakukan perataan laba, variabilitas laba dan risiko saham dari perusahaan akan semakin menurun. Hal ini sejalan dengan Aji dan Mita (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba perusahaan. Adapun hasil yang berbeda diungkapkan oleh Noviana dan Yuyetta (2011) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H6 :Nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008– 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang datanya tidak lengkap (2) Perusahaan yang tidak menyajikan laporan tahunan dalam mata uang rupiah secara berturut-turut selama periode penelitian. Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 83 perusahaan. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan metode pengumpulan data dokumenter yaitu pengumpulan data berupa arsip laporan tahunan yang telah dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia atas perusahaan manufaktur yang terdaftar di dalamnya selama periode tahun 2008-2012, data laporan keuangan diperoleh melalui BEI di Jl. Basuki Rachmad No. 46 Surabaya dan beberapa literatur atau jurnal yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang dilakukan dengan pengkajian dan pengolahan atas arsip data yang diperoleh. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Terikat (Dependent Variabel) Varibel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen, variabel ini yang menjadi perhatian utama bagi peneliti. Variabel terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah perataan laba. Tindakan Perataan Laba diuji dengan indeks Eckel (1981). Eckel menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan dan variabel penghasilan bersih. Indeks perataan laba dihitung sebagai berikut (Eckel, 1981): Indeks Perataan Laba = CVI CVS Keterangan : I : Perubahan laba dalam suatu periode S : Perubahan penjualan dalam suatu periode CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dari perubahan laba dan perubahan penjualan dibagi dengan nilai yang diharapkan dari perubahan laba dan perubahan penjualan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
11
Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan. Formulasi perhitungan Variabel independen adalah sebagai berikut : 1. Menghitung Ukuran Perusahaan Pada penelitian ini, ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan logaritma natural dari total aktiva perusahaan selama 5 tahun Ukuran Perusahaan = Ln Total Aktiva 2. Menghitung Profitabilitas (ROA) Pada penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA). ROA biasanya dipakai oleh perusahaan untuk mengukur kemampuan mereka untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang mereka miliki. Return on Asset = Laba bersih Total Aktiva 3. Menghitung Leverage (DER) Pada penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai alat ukur leverage yang dapat dihitung melalui rumus total hutang dibagi dengan total ekuitas. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan dari seberapa besar modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan digunakan untuk membiayai hutang. Debt to Equity Ratio = Total Utang Modal Sendiri 4. Menghitung Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment bankin. Kepemilikan institusional diukur dengan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan dengan total saham perusahaan. Inst = Jumlah saham investor institusi Jumlah saham yang beredar di pasar 5. Menghitung Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan dampak dari arus dana perusahaan atas perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari perbandingan antara total aktiva tahun berjalan yang dikurangi total aktiva tahun sebelumnya dengan total aktiva tahun sebelumnya. Pertumbuhan perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut. Growth = Total Aset – Total Aset t-1 Total Aset t-1 6. Menghitung Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat didefinisikan dengan menggunakan Tobin’s Q. Jika rasio Q di
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
12
atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Tobin’s Q = EMV + D EBV + D Keterangan: Q = Nilai Perusahaan EMV (Nilai Pasar Ekuitas) = Closing Price saham x jumlah saham yang beredar D (Debt) = Nilai buku dari total hutang EBV = Nilai buku dari total aktiva Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda karena meneliti lebih dari satu variabel bebas. Persamaan regresi linier berganda tersebut dinyatakan dalam persamaan berikut : PL = α + β1SIZE + β2ROA + β3DER + β4INST + β5GROWTH + β6Q + eit Keterangan: PL = Perataan Laba α = Koefisien konstanta β1…. β6 = Koefisien Regresi SIZE = Ukuran Perusahaan ROA = Return on Asset DER = Debt to Equity Ratio INST = Kepemilikan Institusional GROWTH = Pertumbuhan Perusahaan Q = Nilai Perusahaan eit = Variabel gangguan perusahaan I pada periode t HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Dalam analisis deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus dan lain-lain. Dalam pembahasan ini hanya akan dilakukan analisis deskriptif dengan memberikan gambaran data tentang jumlah data, minimum, maksimum, mean. Berdasarkan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS diperoleh gambaran sampel pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
SIZE
415
23,082
32,837
27,740
ROA
415
-,756
,670
,075
DER
415
-31,781
40,372
1,468
INST
415
,111
1,000
,745
GROWTH
415
-,585
1,404
,123
Q
415
,105
13,211
1,188
PL
415
-141,343
910,737
5,321
Valid N (listwise) 415 Sumber : Data yang diolah, 2014
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
13
Berdasarkan hasil pengujian analisis statistik deskriptif pada tabel 1, diperoleh hasil perataan laba yang diukur dengan indeks eckel. Nilai rata-rata perataan laba yang dihitung dari perusahaan sampel tahun 2008 hingga tahun 2012 sebesar 5,321. Mempunyai nilai terkecil sebesar -141,343 dan nilai terbesar 910,737. Variabel ukuran perusahaan yang diukur dari logaritma natural dari total aktiva memiliki nilai rata-rata sebesar 27,740. Mempunyai nilai terkecil sebesar 23,082 dan nilai terbesar 32,837. Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA memiliki nilai rata-rata 0,075. Mempunyai nilai terkecil -0,756 dan nilai terbesar 0,670. Variabel leverage yang diukur dengan DER memiliki nilai rata-rata 1,468. Mempunyai nilai terkecil sebesar -31,781 dan nilai terbesar 40,372. Variabel kepemilikan institusional yang diukur dengan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan dengan total saham perusahaan memiliki nilai rata-rata 0,745. Mempunyai nilai terkecil sebesar 0,111 dan nilai terbesar 1,00. Variabel pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan skala rasio melalui total aset tahun berjalan dikurangi dengan total aset tahun sebelumnya dibandingkan dengan total aset tahun sebelumnya memiliki nilai rata-rata 0,123. Mempunyai nilai terkecil sebesar -,585 dan nilai terbesar 1,404. Variabel nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q memiliki nilai rata-rata 1,188. Mempunyai nilai terkecil sebesar 0,105 dan nilai terbesar 13,211. Screening Data 1. Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogrov-Smirnov. Jika hasil pengujian menunjukkan nilai signifikan lebih besar 0.05 maka data terdistribusi secara normal, sementara jika nilai signifikan kurang dari 0.05 maka data tidak terdistribusi normal. Berikut tabel 2 menunjukkan hasil uji normalitas. Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Data awal SIZE N Normal Parameters
Mean Std. Deviation
INST
GROWTH
415
ROA 415
DER 415
415
415
Q 415
PL 415
27,740
,123
3,775
,745
,199
1,401
58,101
1,576
,075
1,468
,176
,123
1,188
5,321
Most Extreme
Absolute
0,74
,160
,308
,096
,110
,264
,362
Differences
Positive
0,74
,115
,265
,074
,110
,262
,362
Negative
-,036
-,160
-,308
-,096
-,060
-,264
-,339
1,512
3,267
6,281
1,956
2,247
5,384
7,379
,021
,000
,000
,001
,000
,000
,000
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber: Data yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui bahwa nilai probabilitas signifikansi semua variabel <0,05, artinya data tidak terdistribusi secara normal. Karena data tidak terdistribusi secara normal, maka perlu dilakukan transformasi data agar data menjadi normal.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
14
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data SIZE N Normal Parameters
Mean Std. Deviation
ROA
DER
INST
GROWTH
Q
PL
415
415
415
415
415
415
415
3,32129
2,83636
1,06280
,33066
2,21941
,68113
1,95935
,05636
1,21437
,06074
,29389
1,06160
,13787
,47783
Most Extreme
Absolute
,065
,069
,051
,132
,069
,145
,053
Differences
Positive
,065
,048
,051
,130
,033
,145
,053
Negative
-,038
-,069
-,022
-,132
-,069
-,120
-,028
1,317
1,397
1,033
2,692
1,490
2,946
1,073
,062
,140
,236
,183
,376
,780
,200
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber: Data yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa nilai signifikan (Asymp. Sig 2-tailed) ukuran perusahaan sebesar 0,062>0,05 disimpulkan data terdistribusi normal. Nilai signifikan profitabilitas sebesar 0,140>0,05 disimpulkan data terdistribusi normal. Nilai signifikan leverage sebesar 0,236>0,05 disimpulkan data terdistribusi normal. Nilai signifikan kepemilikan institusional sebesar 0,183>0,05 disimpulkan data terdistribusi normal. Nilai signifikan pertumbuhan perusahaan sebesar 0,780>0,05 disimpulkan data terdistribusi normal. Nilai signifikan nilai perusahaan sebesar 0,200>0,05 disimpulkan data terdistribusi normal. Data Outlier Setelah melakukan transformasi data untuk mendapatkan normalitas data, langkah screening selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mendeteksi adanya data outlier. Menurut Ghozali (2005:36) outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteris unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi. Outlier dilakukan dengan cara menghitung nilai z-score dari input data, lalu mengeluarkan data yang mengandung outlier yaitu z-score sebesar < -3 atau > +3. Setelah dilakukan outlier maka jumlah data yang terkena outlier sebanyak 8 data, sehingga jumlah data yang semula 415 data berkurang menjadi 407 data. Penyajian data selengkapnya yang terkena outlier dapat dilihat pada lampiran. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gangguan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (variance infaltion factor). Jika nilai tolerance>0,10 dan nilai VIF (variance inflation factor)<10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari gangguan multikolinearitas. Adapun besaran VIF dari masing-masing variabel bebas, dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
15
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients Collinearity Statistics
Model 1
Tolerance
VIF
SIZE
,820
1,220
ROA
,644
1,553
DER
,868
1,152
INST
,934
1,071
GROWTH
,934
1,071
,585
1,711
Q Sumber: Data yang diolah, 2014
Tabel hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai toleransi keenam variabel lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF kurang dari 10. Hal tersebut menjelaskan bahwa keenam variabel terbebas dari multikolinearitas atau dalam artian bahwa keenam variabel tidak mengindikasi adanya multikolinieritas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik plot dan Uji Glejser. Gambar 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: PL Regression Studentized Residual
4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data yang diolah, 2014
Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa tidak ada pola yang jelas dalam grafik, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
16
3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasibertujuan untukmenguji apakah terdapat korelasi antara gangguanpada periode tdengandan gangguan pada periodet-1 dalammodel regresi linear. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson.Uji DurbinWatson. Tabel 5 Hasil Uji Nilai Durbin Watson Model Summaryb Model 1
R ,321a
a.
R Square
Adjusted R Square
,103
Std. Error of the Estimate
,090
DurbinWatson
1,863648
2,042
Predictors : (Constant), Q, INST, GROWTH, DER, SIZE, ROA
b. Dependent Variable : PL Sumber: Data yang diolah, 2014
Nilai DW sebesar 2,042, nilai ini dibandingkan dengan menggunakan nilai dU dan dL dengan toleransi 0,05, jumlah sampel (n) 407, dan jumlah variabel bebas 6 (k=6). Nilai dU dan dL yang didapat dari tabel statistik adalah dL = 1.81196, dU = 1.86194, 4 - dU = 2.13807, dan 4 – dL = 2.18805 Gambar 2 Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Data yang diolah, 2014
Berdasarkan pengujian di atas diketahui bahwa model regresi yang terbentuk tidak terjadi autokorelasi karena mempunyai angka Durbin Watson nilainya di antara dU dan 4dU yaitu di antara 1.86194 dan 2.13807. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regesi linier berganda dilakukan untuk menguji pengaruh variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengolah data digunakan alat bantu komputer dengan program SPPS. Berikut hasil uji regresi linier berganda.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
17
Tabel 6 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
25,092
6,145
4,083
,000
SIZE
-,080
,342
-,012
-,235
,814
ROA
-,112
,100
-,066
-1,121
,263
DER
,121
,090
,066
1,341
,181
INST
7,402
1,851
,209
3,999
,000
,311
,148
,107
2,100
,041
,124
,184
2,785
,026
GROWTH Q
,347 Sumber: Data yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 11 di atas menunjukkan persamaan regresi sebagai berikut: PL = 25,092 - 0,080 SIZE - 0,112 ROA + 0,121 DER + 7,402 INST + 0,311 GROWTH + 0,347 Q Goodness Of Fit Test Koefisien Determinasi (R²) Tabel 7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Model Summaryb Model 1
R
R Square
,321a a.
Adjusted R Square
,103
,090
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
1,863648
2,042
Predictors : (Constant), Q, INST, GROWTH, DER, SIZE, ROA
b. Dependent Variable : PL Sumber: Data yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi berganda (Adjusted R2) adalah sebesar 0,090 atau 9%, ini berarti bahwa SIZE, ROA, DER, INST, GROWTH, dan Q secara bersama-sama mampu menjelaskan turun naiknya perubahan variabel terikat yaitu Perataan Laba (Y) sebesar 9%, sedangkan sisanya sebesar 91% dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini.
Uji F (Uji Kelayakan Model) Tabel 8 Hasil Uji F (Uji Kelayakan Model) ANOVAb Sum of Square
Model 1
Regression
df
Mean Square
160,107
6
26,684
1389,274
400
3,473
Total 1549,380 Sumber: Data yang diolah, 2014
406
Residual
F 7,683
Sig. ,000a
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
18
Hasil uji F pada tabel 8 menunjukkan nilai toleransi <0,05 yaitu 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), leverage (DER), kepemilikan institusi (INST), pertumbuhan perusahaan (GROWTH), dan nilai perusahaan (Q) secara bersama-sama berpengaruh terhadap perataan laba (PL).
Pembahasan Uji Hipotesis Tabel 9 Hasil Uji t Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B
1
a.
(Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
25,092
6,145
4,083
,000
SIZE
-,080
,342
-,012
-,235
,814
ROA
-,112
,100
-,066
-1,121
,263
DER
,121
,090
,066
1,341
,181
INST
7,402
1,851
,209
3,999
,000
GROWTH
,311
,148
,107
2,100
,041
Q
,347
,124
,184
2,785
,026
Dependent Variable: PL
Sumber: SPSS, diolah
Dari hasil uji t yang terlihat dalam tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa ada pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial adalah sebagai berikut: Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba dengan nilai koefisien sebesar -0,080 dan tingkat signifikan sebesar 0,814 (0,814>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba dengan arah negatif. Sehingga hipotesis (H1) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba ditolak. Hal tersebut dapat disebabkan karena perusahaan yang besar tidak selamanya memiliki modal yang besar, tetapi bisa jadi kaya akan sumber daya. Selain itu pengawasan yang ketat dari pemerintah khususnya pemilik perusahaan yang diperkirakan menjadi dorongan bagi perusahaan untuk melakukan perataan laba justru menjadi salah satu alasan perusahaan tidak berani melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini ini mendukung penelitian Kustono (2009) dan Pramono (2013) yang mengungkapkan bahwa SIZE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba dengan arah hubungan negatif . Hasil berbeda diungkapkan oleh hasil penelitian Dewi dan Prasetiono (2012) serta Atarwaman (2011) yang mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh dengan arah positif terhadap praktik perataan laba. Pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap perataan laba dengan nilai koefisien sebesar -,0112 dan tingkat signifikan sebesar 0,263 (0,263>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) tidak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
19
berpengaruh terhadap perataan laba dengan arah negatif. Sehingga hipotesis (H2) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba ditolak. Tidak berpengaruhnya ROA terhadap perataan laba diduga karena investor cenderung mengabaikan informasi ROA yang ada secara maksimal sehingga manajemen pun menjadi tidak termotivasi melakukan perataan laba melalui variabel profitabilitas dan dapat pula dikarenakan profitabilitas yang tinggi dari sebuah perusahaan berpotensi untuk semakin menjadi sorotan publik, sehingga manajemen kemungkinan berusaha untuk tidak melakukan tindakan yang membahayakan kredibilitas perusahaan.. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suryandari (2012), Noviana dan Yuyetta (2011) serta Widhianningrum (2012) yang mengungkapkan bahwa Profitabilitas (ROA) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba dengan arah hubungan negatif. Hasil lain diungkapkan oleh Prabayanti dan Yasa (2011), Atarwaman (2011) dan Cahyani (2012) yang mengungkapkan bahwa profitabilitas (ROA) memiliki pengaruh dengan arah positif terhadap praktik perataan laba. Pengaruh leverage terhadap perataan laba Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa leverage (DER) tidak berpengaruh terhadap perataan laba dengan nilai koefisien sebesar 0,121 dan tingkat signifikan sebesar 0,181 (0,181>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa leverage (DER) tidak berpengaruh terhadap perataan laba dengan arah positif. Sehingga hipotesis (H3) yang menyatakan bahwa leverage (DER) berpengaruh positif terhadap perataan laba ditolak. Hal ini memperlihatkan bahwa meskipun kreditor cenderung memberikan kredit kepada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil, karena laba yang stabil akan memberikan keyakinan bahwa perusahaan tersebut akan membayar hutangnya dengan lancar akan tetapi kreditor tidak pula menghindari perusahaan yang menghasilkan laba yang berfluktuasi. Sehingga leverage (DER) tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba, kemungkinan lain yang mempengaruhi tidak adanya pengaruh antara leverage (DER) adalah kebijakan hutang yang ketat sehingga perusahaan tidak mudah untuk mendapatkan kredit dan manajer cenderung untuk tidak malakukan perataan laba melalui leverage. Hasil penelitian sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kustono dan Sari (2012), Suryandari (2012) dan Wahyuni et al (2013) yang mengungkapkan bahwa leverage (DER) tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba dengan arah hubungan yang positif Hasil berbeda diungkapkan oleh Prabayanti dan Yasa (2011) mengungkapkan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap perataan laba dengan arah hubungan negatif sedangkan menurut Amanza dan Rahardjo (2012) yang mengungkapkan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap perataan laba namun dengan arah hubungan positif. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap perataan laba Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap perataan laba dengan nilai koefisien sebesar 7,402 dan tingkat signifikan sebesar 0,000 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap perataan laba. Sehingga hipotesis (H4) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima. Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Kepemilikan institusional mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
20
yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Untuk mempertahankan para investor yang besar dan dibutuhkan oleh manajemen dalam pengelolahan perusahaan selanjutnya, maka dilakukanlah praktik perataan laba untuk menunjukkan keadaan perusahaan yang stabil dan menguntungkan bagi investor sehingga kepercayaan dari para investor didapatkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Salim dan Santoso (2012) yang mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh dengan arah positif terhadap perataan laba. Hasil penelitian berbeda yang mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba dengan arah hubungan negatif dinyatakan oleh Butar dan Sudarsi (2012), Prabayanti dan Yasa (2011) dan Widhianningrum (2012). Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap perataan laba Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba dengan nilai koefisien sebesar 0,311 dan tingkat signifikan sebesar 0,041 (0,041<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Sehingga hipotesis (H5) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan suatu tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, sehingga investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Untuk dapat menarik minat investor, maka pihak manajer berusaha untuk menunjukkan bahwa perusahaannya telah bertumbuh dengan baik. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kustono (2009) yang mengungkapkan bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perataan laba namun dengan arah hubungan positif. Hasil lain yang diungkapkan oleh Pratiwi (2013) yang mengungkapkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba namun dengan arah hubungan positif. Pengaruh nilai perusahaan terhadap perataan laba Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa nilai perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba dengan nilai koefisien sebesar 0.347 dan tingkat signifikan sebesar 0,026 (0,026<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Sehingga hipotesis (H6) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima. Menurut Purwanto (2009:177) mengemukakan bahwa tindakan perataan laba mempunyai hubungan timbal balik terhadap nilai perusahaan, karena perataan laba menghasilkan berkurangnya fluktuasi laba, sehingga dapat mencerminkan stabilitas kinerja perusahaan atau nilai perusahaan, demikian juga sebaliknya bahwa kinerja perusahaan atau nilai perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aji dan Mita (2010) serta Cahyani (2012) mengungkapkan bahwa nilai perusahaan terbukti berpengaruh posiitif terhadap praktek perataan laba. Hasil berbeda diungkapkan oleh Noviana dan Yuyetta (2011) serta Sulistiyawati (2013) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perataan laba namun dengan arah hubungan yang positif.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
21
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian sampai pembahasan dan uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba terhadap kinerja perusahaan dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: PL = 25,092 - 0,080 SIZE - 0,112 ROA + 0,121 DER + 7,402 INST - 0,311 GROWTH + 0,347 Q 2. Nilai adjusted R square sebesar 0,090 yang berarti konstribusi dari variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba sebesar 9%. Sedangkan sisanya sebesar 91% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan pada model regresi dalam penelitian. 3. Hasil uji goodness of fit diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel yang diteliti memenuhi kriteria. 4. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,080 dan nilai signifikan sebesar 0,814 (0,814>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan arah negatif. Dengan demikian hipotesis satu (H1) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba ditolak. 5. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,112 dan nilai signifikan sebesar 0,263 (0,263>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan arah negatif. Dengan demikian hipotesis satu (H2) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba ditolak. 6. Leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,121 dan nilai signifikan sebesar 0,181 (0,181>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan arah negatif. Dengan demikian hipotesis satu (H3) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba ditolak. 7. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan nilai koefisien regresi sebesar 7,402 dan nilai signifikan sebesar 0,000 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan arah positif. Dengan demikian hipotesis satu (H4) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima. 8. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,311 dan nilai signifikan sebesar 0,041 (0,041<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan arah positif. Dengan demikian hipotesis satu (H5) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima. 9. Nilai perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,347 dan nilai signifikan sebesar 0,026 (0,026<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba dengan arah positif. Dengan demikian hipotesis satu (H6) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba diterima.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
22
Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian, dapat diusulkan beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi mengenai di pasar modal sebaiknya memperhatikan jumlah kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, dan nilai perusahaan dalam kaitannya dengan perataan laba yang dilakukan oleh pihak manajemen suatu perusahaan. 2. Penelitian ini hanya mengukur pengaruh ukuran perusahaan, proftabilitas, leverage, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba. Namun penelitian selanjutnya dapat menggunakan faktor lain yang dapat digunakan sebagai variabel, misalnya deviden, varian nilai saham, jenis industri sebagai indikator untuk mengetahui pengaruh variabel tersebut terhadap perataan laba. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah periode pengamatan dan menambah jumlah sampel yang lebih banyak daripada penelitian ini, agar analisis lebih objektif. DAFTAR PUSTAKA Abiprayu, K. B. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas Audit, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perataan Laba (Studi kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20062009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponergoro. Aji, D. Y, dan A. F. Mita. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Simposium Nasional Akuntansi XIII Vol 1 Purwokerto: 13-15. Amanza, A. H. dan S. N. Rahardjo. 2012. Analisi faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (Income Smoothing). Diponegoro Journal of Accounting 1(1): 1-13. Arfan, M, dan D. Wahyuni. 2010. Pengaruh Firm Size, Winner/Loser Stock, dan Debt to Equity Ratio terhadap Perataan Laba (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Telaah & Riset Akuntansi 3(1): 52-65. Arif, B. W. 2012. Pengaruh Manajemen Laba dan rasio Keuangan Perusahaan terhadap peringkat Obligasi. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Atarwaman, R. J. D. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kepemilikian Manajerial terhadap Praktik Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage 2(2): 67-79. Belkaouli, A. R. 2006. Accounting Theory. Salemba Empat. Jakarta. Bestivano, W. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di BEI (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan di BEI). Jurnal Akuntansi 1(1): 1-28. Budiasih, I. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Media AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis 4(1): 1-14. Butar, L. K dan S. Sudarsi. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Levergae, dan Kepemilikan Institusional terhadap Perataan Laba. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan 1(2): 143-158.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
23
Cahyani, N. D. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri terhadap Praktek Perataan Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 20052010. Jurnal Akuntansi 1(2): 15-32. Dewi, R. K. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di BEI (20062009). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Dewi, K. S. dan Prasetiono. 2012. Analisis Pengaruh ROA, NPM, DER, dan Size terhadap Praktik Perataan Laba. Diponegoro Journal of Management 1(2): 172-180. Diantimala, Y. 2008. Pengaruh Akuntansi Konservatif, Ukuran Perusahaan, dan Default Risk terhadap koefisien Respon Laba (ERC). Jurnal Telaah dan Riset akuntansi 1(1): 102122. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. , I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Harun, A. 2010. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Jasa di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Magister Universitas Sumatera Utara, Medan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan . Salemba Empat. Jakarta. Irawan, W. A. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Leverage, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Kartikasari, D. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007 –2009). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Kustono, A. S. 2009. Perataan laba, Kualitas Laba dan Nilai. Jurnal ekonomi akuntansi dan manajemen 8(1): 45-58. , 2009. Pengaruh Ukuran, Dividen Payout, Risiko Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002-2006. Jurnal Ekonomi Bisnis 14(3): 200-205. Kustono, A. S dan E. D. K. Sari. 2012. Pengaruh Profitabilitas dan Financial Leverage terhadap praktik perataan penghasilan pada Bank-Bank di Indonesia. Media Riset Akuntansi 2(2): 99-112. Mahmud, N. M. 2012. Income smoothing and industrial sector. Elixir Finance Management 50. 10248-10252. Murhadi, W.R. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham. Salemba Empat. Jakarta. Noviana, S. R dan E. N. A. Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi & Auditing 8(1): 1-94. Parijan, K. K. 2013. Income smoothing practices; an emipirical investigation of listed firms in Tehran stock exchange (TSE). Indian Streams Research Journal 3(5): 1-5.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
24
Prabayanti, N. P. A dan G. W. Yasa. 2011. Perataan laba (Income Smoothing) dan Analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal ilmiah akuntansi dan bisnis 6(1): 1-28. Pramono, O. 2013. Analisis pengaruh ROA, NPM, DER, dan SIZE terhadap praktik perataan laba (Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2(2): 1-16. Pratiwi, R. Y. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba. Jurnal Akuntansi 1(3): 1-23. Purwanto, A. 2009. Karakteristik Perusahaan, Praktik Corporate Governance, Keputusan Keuangan, Perataan Laba Dan Nilai Perusahaan. Jurnal Maksi 9(2): 175 – 189. Rahmawati, D. dan D. Muid. 2012. Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2010. Diponegoro Journal of Accounting 1(2): 1-14. Ratnasari, D. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 20072010. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Rofika dan Zirman. 2012. Reaksi Pasar terhadap tindakan Perataan Laba dengan mekanisme Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi 1(1): 38-52. Rosita. 2008. Pengaruh Bonus Plan, Debt to equity ratio dan Return on Investment pada Income Smoothing Industri Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 20032006. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Santoso, E. B. dan S. N. Salim. 2012. Pengaruh profitabilitas, financial leverage, dividen, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan kelompok usaha terhadap perataan laba studi kasus pada perusahaan Non-Finansial yang terdaftar di BEI. Proceedings of Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 1(1): 185200. Subramanyam, K. R. dan J. J. Wild. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Sulistiawan, D., Y. Januarsi, dan L. Alvia. 2011. Creative Accounting. Salemba Empat. Jakarta. Sulistiyawati. 2013. Pengaruh Nilai Perusahaan, Kebijakan Dividen, dan Reputasi Auditor terhadap Perataan Laba. Accounting Analysis Journal 1(3): 149-153. Sumtaky, O. M. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ 2003-2005. Skripsi. Universitas Brawijaya Malang. Suryandari, N. N. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing. Media Komunikasi FIS 11(1): 1-15. Wahyuni, A. E., Y. Sambharakresna, dan A. Carolina. 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (Income Smoothing) (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012). http://mak.trunojoyo.ac.id/journal-of-auditing-finance-forensic-accounting-jaffa. Tanggal 20 Oktober 2013. Jam 20:15 wib. Widaryanti. 2009. Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fokus Ekonomi 4(2): 60-77.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
25
Widhianningrum, P. 2012. Perataan Laba dan Variabel-Variabel yang mempengaruhinya. Jurnal Akuntansi dan Pendidikan 1(1): 24-33. ●●●