ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG
Oleh: RINA MULYANI A14301039
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Rina Mulyani A14301039
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul
: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG
Nama
: Rina Mulyani
NRP
: A14301039
Menyetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsjah NIP. 130 354 140
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN
SEBAGAI
KARYA
ILMIAH
PADA
SUATU
PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.
Bogor, Maret 2006
Rina Mulyani A14301039
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 12 April 1983 sebagai anak dari pasangan Bapak Dodi Djunaedi dan Ibu Kemisyah. Penulis juga merupakan putri kelima dari lima bersaudara. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1989 di SD Negeri Karaton 3 Pandeglang dan menyelesaikannya pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2 Pandeglang dan lulus pada tahun 1998, kemudian penulis diterima di SMU Negeri 2 Pandeglang dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Pandeglang”.
Wisatawan Penelitian
Ke ini
Kawasan bertujuan
Wisata
Pantai
memberikan
Carita
Kabupaten
gambaran
mengenai
karakteristik wisatawan dan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pantai Carita. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Dengan segala keterbatasan tersebut penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Maret 2006
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dengan kesabaran sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji utama pada sidang. 3. Dra. Yusalina, MSi yang telah bersedia menjadi dosen penguji komdik pada sidang. 4. Keluarga tercinta, Bapak, Ema, Aa Agus, Aa Hari, Teh Euis dan Ucus yang telah memberi semangat, kasih sayang dan doanya. 5. Drs. H. Siswara, MSi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kawasan wisata Pantai Carita dan seluruh stafnya yang telah memberikan informasi tentang kawasan wisata Pantai Carita. 6. Pak Agus, Pak Uding dan staf kantor pengelola objek wisata yang berada di kawasan wisata Pantai Carita yang telah membantu penulis dalam pengumpulan informasi dan pencarian responden. 7. Teman dan sahabat yang selalu memberi dukungan (EPS 38, Radar 47). 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dari awal hingga akhir penyusunan skripsi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1.3 Tujuan ............................................................................................ 1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................
1 2 5 5 6
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
7
KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 11 3.2 Hipotesis ............................................................................................ 13 METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu penelitian ............................................................. 4.2 Metode Pengambilan Contoh dan Jenis Data ..................................... 4.2.1 Metode Pengambilan Contoh .................................................... 4.2.2 Jenis Data .................................................................................. 4.3 Metode Analisis .................................................................................. 4.3.1 Metode Biaya Perjalanan .......................................................... 4.3.2 Analisis Data ............................................................................. 4.4 Pengujian Hipotesis ............................................................................. 4.5 Definisi Operasional............................................................................
15 15 15 17 17 17 22 25 27
GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi Penelitian ................................................................................. 29 5.2 Saranan Pendukung ............................................................................. 32 KARAKTERISTIK DAN PERSEPSI WISATAWAN RESPONDEN KAWASAN WISATA PANTAI CARITA 6.1 Karakteristik Responden ..................................................................... 35
6.1.1 6.1.2 6.1.4 6.1.5 6.1.6 6.1.7 6.1.8
Umur Responden ....................................................................... Tingkat Pendidikan ................................................................... Pekerjaan Utama ....................................................................... Jumlah Tanggungan Keluarga .................................................. Waktu Luang ............................................................................ Daerah Asal .............................................................................. Motivasi Kunjungan, Cara Kedatangan, Jumlah dan Bentuk Rombongan ................................................................................ 6.1.9 Biaya Perjalanan ....................................................................... 6.1.10 Frekuensi Kunjungan ............................................................... 6.1.11 Waktu Tempuh dan Jarak Tempuh .......................................... 6.1.12 Tempat Alternatif ..................................................................... 6.2 Persepsi Wisatawan Tentang Lokasi ................................................... 6.2.1 Pemandangan Alam .................................................................. 6.2.2 Kebersihan................................................................................. 6.2.3 Keamanan .................................................................................. 6.2.4 Kelengkapan Fasilitas ............................................................... 6.2.5 Kemudahan Mencapai Lokasi ................................................... 6.2.5 Kenyamanan.............................................................................. FUNGSI PERMINTAAN REKREASI 7.1 Fungsi Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita .............. 7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita Untuk Responden Yang Tidak Menginap ......... 7.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita Untuk Responden Yang Menginap ................... KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ................................................................................... 8.2 Saran.............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ....................................................................................................
35 36 37 38 40 41 42 44 45 48 49 50 51 51 52 52 53 54
DAFTAR TABEL
Nomor 1
Halaman Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Kawasan Wisata yang Berada Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2004………
3
Jumlah Wisatawan dan Nilai Penjualan Karcis Objek Wisata yang Berada Di Kawasan Wisata Pantai Carita Kabupaten Pandeglang……………………………………..
4
3
Jumlah dan Jenis Hotel Kabupaten Pandeglang Tahun 2004
33
4
Jumlah dan Jenis Rumah Makan Kabupaten Pandeglang Tahun 2004…………………………………………………
33
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Umur Tahun 2005…………………………
36
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Pendidikan Tahun 2005……………………
37
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Pekerjaan Tahun 2005……………………..
38
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Pendapatan Tahun 2005…………………...
39
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jumlah Tanggungan Tahun 2005………….
40
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Waktu Luang Tahun 2005…………………
41
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Daerah Asal Tahun 2005…………………..
42
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Bentuk Rombongan Tahun 2005………….
43
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jumlah Rombongan Tahun 2005…………..
44
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Biaya Perjalanan Tahun 2005……………...
45
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Frekuensi Kunjungan Tahun 2005………...
45
2
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17
18
19
20
21 22
23
24 25
26
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Informasi Wisatawan Tahun 2005………...
46
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Lamanya Kunjungan Untuk Responden yang Tidak Menginap Tahun 2005…………………………
47
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Lamanya Kunjungan Untuk Responden yang Menginap Tahun 2005………………………………..
48
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jarak dan Waktu Tempuh Untuk Responden yang Tidak Menginap Tahun 2005……………
48
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jarak dan Waktu Tempuh Untuk Responden yang Menginap Tahun 2005……………………
49
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Tempat Alternatif Tahun Tahun 2005…….
50
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Penilaian Kondisi Lokasi Untuk Responden yang Tidak Menginap Tahun 2005……………
54
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Penilaian Kondisi Lokasi Untuk Responden yang Menginap Tahun 2005………………….…………….
54
Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Daya Tarik Tahun 2005……………………
55
Persamaan Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita Untuk Responden Yang Tidak Menginap Tahun 2005…………………………………………………………
57
Persamaan Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita Untuk Responden Yang Tidak Menginap Tahun 2005…………………………………………………………
59
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1
Skema Kerangka Pemikiran………………………………..
Halaman 13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1 2
Halaman Hasil Regresi Linier Berganda Untuk Responden Yang Tidak Menginap……………………………………………
66
Hasil Regresi Linier Berganda Untuk Responden Yang Menginap………….……………………………………….
67
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dan
menjanjikan bagi perekonomian nasional di masa depan sebagai pengganti sektor migas dewasa ini. Di satu sisi ini merupakan konsekuensi logis dari “Triple-T Revolution”, yaitu trade-transport-dan tourism sebagai akibat pesatnya kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi. Di sisi lain, ini berkaitan dengan alam dan budaya yang sangat besar dan keanekaragaman baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata. Salah satu jenis obyek wisata yang ada di Indonesia adalah wisata pantai. Wisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud dan tujuan bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1996). Pengembangan kawasan pantai untuk keperluan rekreasi di Indonesia dewasa ini cenderung meningkat kegiatannya bersamaan dengan semakin digiatkannya bidang kepariwisataan. Selain mempunyai keuntungan dalam penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, sektor pariwisata di kawasan pesisir ini juga berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dan dalam hal ini masyarakat sekitarnya dan pembangunan wilayah di daerah wisata yang bersangkutan.
1.2
Perumusan Masalah Kabupaten Pandeglang adalah kabupaten yang terletak di ujung barat
provinsi Banten yang memiliki potensi yang cukup besar pada sektor kepariwisataan, terutama wisata bahari karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda dan Samudera Indonesia. Panjang garis pantai yang dimiliki oleh kabupaten ini mencapai 230 km yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Wisata bahari adalah jenis wisata yang memiliki aktivitas yang berkaitan dengan kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut. Pengembangan wisata bahari merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya yang bersifat intangible, yaitu suatu manfaat yang secara tidak langsung dapat dinikmati oleh masyarakat, tetapi sulit untuk dinilai dalam bentuk uang (riil). Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPDA) Kabupaten Pandeglang, kawasan pariwisata terbagi atas tujuh kawasan yaitu: Kawasan Wisata Carita, Kawasan Wisata Ujung Kulon, Kawasan Wisata Tanjung Lesung, Kawasan Wisata Situ Cikeudal, Kawasan Wisata Pantai Bama, Kawasan Wisata Gunung Karang dan Gunung Pulosari dan Kawasan Wisata Pantai Selatan. Visi Kabupaten Pandeglang menegaskan perlunya sektor pariwisata ditingkatkan dan diperluas. Ini semua penekanannya dalam rangka peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan memperluas lapangan pekerjaan. Sebab sektor pariwisata ini dikenal sebagai sektor yang konstan, kontinyu dan tahan resesi (Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang, 2005). Tabel 1
menunjukkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata di Kabupaten Pandeglang.
Tabel 1. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Kawasan Wisata yang Berada Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2004 No 1 2 3 4 5 6 7
Kawasan Wisata Pantai Carita Tanjung Lesung Ujung Kulon Situ Cikeudal Pantai Bama * Gunung Karang dan Pemandian Cikoromoy Pantai Selatan *
Wisatawan (orang) 286.640 127.786 3.424 2.172 85.355 -
Keterangan : * baru dikembangkan Sumber : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang, 2005
Didukung
oleh
sumberdaya
pariwisata
yang
potensial
untuk
dikembangkan menjadi tempat wisata, maka wajar bila pariwisata menjadi salah satu sektor andalan di Kabupaten Pandeglang di samping sektor pertanian, perdagangan dan sektor lainnya. Salah satu kawasan wisata andalannya yaitu Pantai Carita. Kawasan ini dikenal karena sudah cukup berkembangnya fasilitas, aksesibilitas yang baik,
serta diadakannya atraksi wisata tahunan. Selain itu
keunikan vegetasi masih terpelihara dan ada pula kegiatan “outdoor” yang dapat dilakukan seperti track hiking. Pantai di tepi Selat Sunda ini menjadi tujuan wisata alternatif bagi warga ibu kota. Kedekatannya dengan Ujung Kulon dan Gunung Krakatau membuat Carita juga tak asing bagi turis mancanegara. Pantai yang terletak 50 km dari Kota Pandeglang ini sudah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pandeglang dari sektor pariwisata, karena Pantai Carita merupakan kawasan
wisata yang paling sering dikunjungi wisatawan dibandingkan kawasan wisata lainnya. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya jumlah wisatawan yang datang ke kawasan wisata tersebut setiap tahunnya, terutama pada tahun baru dan pada liburan sekolah. Selain itu tingkat hunian di hotel dan tempat penginapan di Kawasan Wisata Pantai Carita terus mengalami peningkatan. Kawasan Wisata Pantai Carita terdiri dari beberapa obyek wisata yang pada umumnya menawarkan wisata pantai kecuali Perhutani, yang merupakan obyek wisata alam (hutan wisata). Tabel 2 menunjukkan jumlah wisatawan dan nilai penjualan karcis obyek wisata yang berada di Kawasan Wisata Pantai Carita.
Tabel 2. Jumlah Wisatawan dan Nilai Penjualan Karcis Obyek Wisata yang Berada Di Kawasan Wisata Pantai Carita Kabupaten Pandeglang Tahun 2004 No 1 2 3 4
Objek Wisata Karangsari Carita Matahari Caritaria Pasir Putih Perhutani
Wisatawan (orang) 95.510 79.075 61.048 51.007
Harga Karcis (Rp) 2.000 2.500 2.500 2.250
Sumber : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang, 2005
Memperhatikan data pada Tabel 1 menarik untuk dikaji mengapa wisatawan lebih tertarik berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita dibandingkan dengan kawasan wisata lainnya? Bagaimana karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita? dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata Pantai Carita?
1.3
Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1. Mengetahui alasan mengapa wisatawan lebih tertarik berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita dibandingkan dengan kawasan wisata lainnya. 2. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita. 3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata Pantai Carita.
1.4
Kegunaan Penelitian 1. Peneliti, sebagai syarat kelulusan dan juga untuk meningkatkan wawasan mengenai aspek-aspek sumberdaya alam khususnya sumberdaya pesisir. 2. Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pembangunan dan pengembangan Kawasan Wisata Pantai carita yang pada akhirnya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. 3. Pengelola Kawasan Wisata Pantai Carita untuk lebih memanfaatkan potensi yang terdapat di kawasan tersebut agar dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan sehingga dapat mendukung misi Pemerintah Daerah menjadikan Kabupaten Pandeglang sebagai Daerah Wisata Unggulan.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan hanya pada kawasan wisata Pantai Carita dan tidak membandingkan dengan obyek wisata yang berada di kawasan wisata di Kabupaten Pandeglang. 2. Responden yang diambil berumur minimal 15 tahun, tingkat pendapatan yang digunakan bagi pelajar/mahasiswa merupakan jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, hadiah) yang diterima dalam satu tahun, dan bagi tanggungan keluarga biaya perjalanan yang dikeluarkan diperoleh dari kepala keluarga.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Studi yang menggunakan metode biaya perjalanan telah banyak dilakukan di Indonesia, di antaranya adalah : Maulani (2001), Andrianto (2003), Sabda (2003), dan Nurdini (2004). Maulani (2001), melakukan penelitian menggunakan metode biaya perjalanan dengan pendekatan biaya perjalanan zonal (wilayah), sehingga biaya yang dikeluarkan pengunjung tergantung dari daerah asal dan tingkat konsumsi pengunjung. Termasuk dalam biaya perjalanan adalah biaya transportasi, biaya konsumsi selama rekreasi, biaya dokumentasi, biaya untuk membeli souvenir, sewa kamar hotel dan harga karcis. Metode biaya perjalanan menurut zona (wilayah) yang digunakan Maulani memiliki kelemahan yaitu pendekatan ini mengabaikan karakteristik individu pengunjung. Hal tersebut dikarenakan zona mengelompokkan pengunjung yang mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal penentuan jarak dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di tiap-tiap zona yang diklasifikasikan. Selain itu ada alasan lain yaitu: Pertama, analisa sering didasarkan pada konsep kesediaan membayar individual. Kedua, pengamatan sering kali ditemui situasi dimana sejumlah individu melakukan perjalanan dari daerah yang umum (misalnya sekolah). Ketiga, individu-individu terdispersi dalam kelompok-kelompok kecil menuju lokasi wisata sekitarnya. Keempat, individu tidak semata-mata ingin menikmati pariwisata saja tetapi kombinasi dari melihat, berburu, dan sebagainya. (Creel dan Loomis dalam Andrianto, 2003).
Penelitian lainnya dilakukan oleh Andrianto (2003) yang menggunakan pendekatan biaya perjalanan dengan aplikasi regresi Poisson. Pada penelitiannya, Andrianto menggunakan metode biaya perjalanan dengan pendekatan biaya perjalanan individu. Asumsi yang mendasari pendekatan biaya perjalanan ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk bepergian ke tempat rekreasi oleh satu orang pengunjung dalam satu kali kunjungan. Biaya tersebut merupakan penjumlahan dari biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi selama rekreasi dikurangi dengan biaya konsumsi harian, ditambah dengan biaya parkir dan biaya lainnya yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi untuk satu hari kunjungan. Untuk mengestimasi permintaan rekreasi, Andrianto menggunakan model regresi Poisson dan memasukkan biaya imbangan ke dalam model permintaan rekreasi sebagai variabel bebas yang terpisah. Dalam penelitian ini responden dibedakan menjadi dua kategori yaitu yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan dan yang tidak mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan. Untuk membedakannya, dilakukan dengan cara membandingkan antara jenis pekerjaan, jumlah hari kerja dalam seminggu dan waktu luang yang dihitung dalam satu tahun. Responden yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan mempunyai kriteria antara lain adalah sudah berpenghasilan sendiri dan waktu luang yang ada untuk kegiatan rekreasi lebih besar daripada waktu kerja yang digunakan. Hasil analisis regresi Poisson diketahui bahwa biaya perjalanan individu yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan yang semakin meningkat akan memperbesar peluang rata-rata individu untuk berkunjung ke lokasi wisata. Sebaliknya variabel biaya perjalanan individu yang tidak mampu
mensubstitusikan waktu dengan pendapatan yang semakin meningkat akan mengurangi peluang rata-rata individu untuk berkunjung ke lokasi wisata. Penelitian yang menggunakan metode biaya perjalanan juga dilakukan oleh Sabda (2003), yang meneliti tentang aplikasi metode biaya perjalanan untuk menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di obyek wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Definisi metode biaya perjalanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung selama melakukan perjalanan rekreasi yang dilihat sejak persiapan sampai ke lokasi dan kemudian kembali ke tempat asalnya, meliputi: sewa atau ongkos kendaraan, biaya bahan bakar, biaya pelumas, upah sopir, biaya parkir, biaya tol dan karcis masuk. Hasil analisis regresi diperoleh bahwa biaya perjalanan rata-rata secara statistik berpengaruh sangat nyata terhadap laju kunjungan (P<0.01). Nilai koefisien regresi mempunyai nilai negatif, artinya semakin besar rata-rata biaya perjalanan menunjukkan adanya penurunan laju kunjungan. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan (hipotesis). Nurdini (2004) melakukan penelitian untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (jumlah kunjungan) pada kawasan Hutan Mangrove Muara Angke dengan menggunakan analisis regresi Poisson. Pendekatan metode biaya perjalanan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan biaya perjalanan individu. Berdasarkan hasil analisis regresi Poisson, diketahui bahwa biaya perjalanan berpengaruh nyata secara statistik terhadap tingkat kunjungan ke Hutan Mangrove Muara Angke pada taraf nyata 15 persen. Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah negatif yang artinya dengan semakin meningkatnya biaya
perjalanan maka akan menurunkan frekuensi kunjungan ke Hutan Mangrove Muara Angke. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis permintaan rekreasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Komponen biaya perjalanannya meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi selama kunjungan dan biaya lain yang dikeluarkan selama berada di kawasan ini.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Pada dasarnya keputusan seseorang untuk memilih daerah tujuan wisata
(DWT) dipengaruhi oleh karakteristik individu wisatawan dan kondisi daerah tujuan wisata (Gambar 1). Karakteristik wisatawan yang diduga berpengaruh adalah daerah asal, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan dan pengetahuan wisatawan tentang tempat wisata. Sedangkan kondisi daerah tujuan wisata yang diduga berpengaruh adalah keindahan/keunikan pemandangan alam, fasilitas yang
tersedia, kenyamanan, kebersihan, kemudahan jangkauan dan
keamanan. Selain karakteristik dan kondisi daerah wisata, pengambilan keputusan dalam pemilihan tempat dipengaruhi juga oleh tersedianya waktu luang dan jarak. Keduanya erat kaitannya dengan waktu yang diperlukan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang dalam melakukan suatu kunjungan ke suatu DTW. Oleh karena itu, perlu diketahui berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan sekali kunjungan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan wisata. Salah satu metode yang dapat menentukan biaya seorang wisatawan untuk melakukan kunjungan ke suatu DTW adalah metode biaya perjalanan. Metode ini merupakan suatu metode yang pada prinsipnya mengukur kesediaan membayar dari para wisatawan yang dihubungkan dengan kepuasan wisata yang diperoleh. Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat ditentukan berapa besar biaya yang bersedia dikeluarkan untuk menikmati kegiatan wisata serta mendapatkan
kepuasan dari kegiatan tersebut. Komponen dari biaya perjalanan tersebut terdiri dari biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi dan biaya lainnya yang berhubungan dengan kegiatan wisata. Melalui metode biaya perjalanan ini, selain diketahui berapa besar biaya yang harus dikeluarkan, dengan menggunakan analisis regresi dapat diketahui fungsi permintaan dari wisatawan tersebut sebagai representasi dari nilai lokasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat kunjungan wisata. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan dapat juga menurunkan jumlah kunjungan wisata. Faktor yang diduga meningkatkan jumlah kunjungan adalah tingkat pendapatan baik pendapatan individu maupun keluarga, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, waktu luang, jumlah rombongan, pengetahuan wisatawan tentang tempat
wisata
serta
persepsi
wisatawan
terhadap
keindahan/keunikan pemandangan alam, fasilitas yang
lokasi
seperti
tersedia, kenyamanan,
kebersihan, kemudahan jangkauan dan keamanan. Sedangkan faktor yang diduga akan menurunkan jumlah kunjungan adalah daerah asal karena terkait dengan jarak, biaya perjalanan dan jumlah tanggungan. Pengetahuan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi tersebut dapat berguna bagi pengelola tempat wisata terutama yang berhubunagn dengan kawasan wisata untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang dapat diberikan di kawasan wisata tersebut sehingga kawasan wisata itu dapat dijadikan alternatif pilihan wisata bagi masyarakat untuk menyeimbangkan hidup atau hanya untuk sekedar melakukan wisata dan membuat wisatawan tertarik untuk datang kembali ke kawasan wisata tersebut.
Kawasan wisata yang dimaksud pada penelitian ini adalah Kawasan Wisata Pantai Carita.
Kondisi Daerah wisata
Keputusan wisatawan
Pemandangan Fasilitas Kemudahan Keamanan Kebersihan
Daerah asal Umur Pendapatan Pendidikan Pekerjaan
Metode Biaya Perjalanan
Biaya transportasi,
Karakteristik wisatawan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Kawasan Wisata Pantai Carita
Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran
3.2
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat diturunkan hipotesis
sebagai berikut : 1. Biaya perjalanan, jarak tempuh dan jumlah tanggungan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita. Artinya kenaikan biaya perjalanan, jarak tempuh dan jumlah tanggungan akan menurunkan jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita.
2. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan individu, waktu luang, jumlah rombongan, tingkat pendapatan keluarga dan daya tarik lokasi berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita. Artinya peningkatan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan individu, waktu luang, jumlah rombongan, tingkat pendapatan keluarga dan daya tarik akan meningkatkan jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita.
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Tempat dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Carita yang terletak di
Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kawasan Wisata Pantai Carita adalah DTW yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan dibandingkan dengan kawasan wisata lainnya yang berada di Kabupaten Pandeglang. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu Agustus-September 2005.
4.2
Metode Pengambilan Contoh dan Jenis Data
4.2.1
Metode Pengambilan Contoh Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
stratified random sampling. Populasi dibagi dalam kelompok yang homogen lebih dahulu atau dalam strata. Anggota sampel diambil dari setiap strata (Nasir, 1988). Untuk strata satu yaitu responden yang tidak menginap dan strata dua yaitu responden yang menginap. Jumlah responden yang digunakan untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Simamora, 2002) yaitu: n= N/ (1+Ne2) dengan : n = jumlah responden N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh yang masih bisa ditolerir.
Dengan menggunakan ukuran populasi jumlah wisatawan tahun 2004 sebesar 286.640 orang dengan galat sebesar 10 persen, maka diperoleh jumlah responden yang diambil sebanyak 100 responden. n= N/ (1+Ne2) = 286.640/(1+286.640(0.1)2) = 100 responden. Untuk setiap strata, responden yang diambil dilakukan dengan pendekatan non-probability sampling (metode tak berpeluang) dengan metode accidental sampling (sampling kebetulan) dengan cara memilih wisatawan yang sedang berada di wilayah penelitian dan bersedia mengisi kuesioner dan diwawancarai. Pemilihan teknik sampel tersebut dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mengambil data di lapangan. Pengisian kuesioner kepada responden dilakukan dengan didampingi oleh peneliti. Apabila responden tidak bersedia untuk diwawancarai, maka langsung dipilih responden lainnya secara bebas. Responden yang dipilih adalah seluruh wisatawan domestik yang datang ke Kawasan Wisata Pantai Carita selama waktu penelitian, dengan syarat memenuhi usia produktif minimal 15 tahun, tingkat pendapatan yang digunakan bagi pelajar/mahasiswa dan yang tidak bekerja merupakan jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, hadiah) yang diterima, sehat jasmani dan rohani, serta dapat berkomunikasi dengan baik. Pembagian tiap strata disesuaikan dengan perbandingan antara jumlah wisatawan yang tidak menginap dan yang menginap dimana terdapat pembagian strata satu sebanyak 60 responden dan strata dua sebanyak 40 responden. Untuk pemilihan responden yang menginap (strata dua) dilakukan dengan cara mengunjungi langsung salah satu hotel, baik untuk hotel bintang, melati maupun cottage resort.
4.2.2
Jenis Data Untuk jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa hasil wawancara terhadap sejumlah responden dan kuesioner, sedangkan data sekunder berupa data yang diambil dari instansiinstansi yang terkait dalam bidang kepariwisataan, beserta instansi terkait lainnya, yaitu Badan Pusat Statistik, Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Kantor Pengelola Kawasan Wisata Pantai Carita Kabupaten Pandeglang, Kantor Kecamatan Carita dan melalui studi literatur untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik obyek wisata.
4.3
Metode Analisis
4.3.1
Metode Biaya Perjalanan Metode Biaya Perjalanan merupakan metode penilaian untuk barang yang
tidak mempunyai pasar yang paling sering digunakan. Harold Hotelling pertama kali menggunakan metode ini pada tahun 1947, tetapi mulai diperkenalkan secara formal oleh Wood dan Trice (1958) dan Clawson dan Knetsch (1966), yang kemudian lebih dikenal sebagai Clawson-Knetsch Approach (Hanley dan Spash, 1993). Metode Biaya Perjalanan adalah suatu pendekatan yang melihat preferensi dari perilaku konsumen untuk mengukur dan mengevaluasi manfaat ekonomi dari tempat rekreasi luar ruang (Turner et al, 1994). Menurut Harris (1999) dalam Andrianto (2003), metode biaya perjalanan adalah suatu metode yang menggunakan analisis statistik untuk menentukan kesediaan membayar individu untuk mengunjungi tempat rekreasi, seperti taman nasional; kurva permintaan
sumberdaya diperoleh melalui analisis tentang hubungan antara pilihan kunjungan dengan biaya perjalanan. Berdasarkan asumsi bahwa biaya perjalanan dan biaya waktu dari perjalanan rekreasi adalah harga implisit dari perjalanan tersebut. Kemudian fungsi permintaan dapat diestimasi melalui biaya perjalanan dan frekuensi kunjungan dalam jangka waktu tertentu. Model yang mendasari metode biaya perjalanan ini yaitu dengan asumsi bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi tersebut sampai titik dimana nilai marginal utilitas dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan nilai marginal biaya baik dalam biaya uang dan biaya waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dan rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan
terhadap
daerah
rekreasi
tersebut dapat
diestimasi
dengan
menggunakan biaya perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu (Turner et al, 1994). Metode biaya perjalanan ini mempunyai keunggulan, antara lain adalah (Freeman, 1993 dalam Andrianto, 2003), (1) berdasarkan interpretasi data hipotesis empiris yang lebih sederhana, (2) metode ini berdasarkan perilaku konsumen aktual yang lebih akurat dibandingkan dengan metode kesediaan membayar yang ditentukan oleh responden sendiri (stated willingness to pay), (3) survey di tempat wisata (on-site survey) yang dilakukan memberikan kesempatan untuk memperbesar populasi sampel, dan hasil interpretasi yang relatif mudah untuk dijelaskan. Namun demikian metode ini bukan tidak mempunyai keterbatasan. Keterbatasan metode biaya perjalanan ini antara lain adalah (Randal,
1994 dalam Andrianto, 2003): (1) metode ini masih merupakan metode penilaian (kuantifikasi) yang tidak langsung menilai kualitas lingkungan disertai dengan keterbatasan asumsi yang digunakan dan membutuhkan penentuan yang dilakukan oleh peneliti (misal dalam penentuan antara responden yang mampu maupun tidak mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan) dalam perhitungan surplus konsumen, (2) metode ini mempunyai asumsi bahwa responden pengunjung melakukan perjalanan untuk satu tujuan, sehingga apabila responden mempunyai berbagai macam tujuan dalam suatu perjalanan, maka hal ini tidak dapat dikuantifikasikan manfaatnya, (3) metode ini perlu memasukkan biaya imbangan waktu responden sebagai akibat melakukan kegiatan rekreasi, namun pada kenyataannya ada juga responden yang merasa tidak ada penghasilan yang hilang bila melakukan kegiatan rekreasi (income forgone), dan (4) dalam hal memasukkan tempat rekreasi alternatif/substitusi tunggal, padahal ada juga responden yang mempunyai lebih dari satu keinginan untuk berekreasi lebih dari satu tempat. Dalam aplikasinya, metode biaya perjalanan mempunyai beberapa teknik pendekatan, antara lain yaitu (Turner et al, 1994): 1. Pendekatan metode biaya perjalanan zonal, yaitu dengan membagi lokasi asal pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona, yang digunakan untuk mengestimasi tingkat kunjungan per seribu orang. 2. Pendekatan metode biaya perjalanan individu, yaitu dengan mengukur tingkat kunjungan individu ke tempat rekreasi dan biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu tersebut. Tujuannya adalah untuk mengukur frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi tersebut.
3. Random Utility Approach atau
Pendekatan Utilitas
acak, yang
mengasumsikan bahwa individu akan berkunjung ke suatu tempat berdasarkan
preferensi
mereka
dan
individu
tersebut
tidak
menghubungkan atau mengkaitkan antara kualitas tempat wisata dengan biaya perjalanan untuk mencapai tempat tersebut. Sebab itu pendekatan ini memerlukan
informasi
tentang
semua
kemungkinan
yang
dapat
mempengaruhi preferensi individu untuk memilih antara kualitas lingkungan atau biaya perjalanan untuk setiap lokasi rekreasi. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode biaya perjalanan individu dengan alasan (Creel & Loomis, 1990 dan Yen & Adamowiez, 1993) antara lain adalah: (a) lebih efisien secara statistik (proses perhitungan), (b) konsistensi teori dalam perumusan model permintaan dan perilaku individu, (c) menghindari keterbatasan definisi zona/lokasi, dan (d) menambah heterogenitas karakteristik populasi pengunjung dia antara suatu zona, serta mengeliminasi efek pengunjung dengan tingkat kunjungan nol (nonparticipant). Alasan lainnya yaitu: (1) metode biaya perjalanan dibandingkan dengan metode lain seperti metode kontingensi, dan metode biaya hedonik adalah cukup banyak digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kualitas lingkungan dan tersedianya literatur yang cukup memadai serta lebih maju karena sering digunakan, adanya perbaikan-perbaikan dalam perumusan model permintaan rekreasi, dan lebih didasarkan pada pengamatan empiris, tidak seperti metode kontingensi yang banyak mengandalkan pendekatan hipotesis, (2) alasan teknis
adalah, metode ini lebih mudah dalam pengambilan dan pengolahan data, dan (3) metode ini tidak memerlukan biaya yang banyak. Pada dasarnya model biaya perjalanan merupakan pendekatan untuk menilai barang-barang yang tidak memiliki harga seperti lingkungan, taman umum dan juga tempat rekreasi. Metode biaya perjalanan (Travel Cost Method) pada prinsipnya adalah mengukur kesediaan membayar dari para pengunjung yang dihubungkan dengan kepuasan rekreasi yang diperoleh. Inti dari pendekatan ini adalah bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat rekreasi akan mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang. Menurut Fauzi (2000) dalam Maulani (2001), metode biaya perjalanan ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation) seperti memancing, berburu, hiking dan lain sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut. Biaya tersebut merupakan penjumlahan dari biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi selama rekreasi, ditambah dengan biaya parkir, dan biaya lainnya yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi untuk satu hari kunjungan. Rumus : BPt = BTr + BDk + BKr + BP + BL Keterangan: BPt= Biaya Perjalanan (Rp/orang/hari) BTr= Biaya Transportasi (Rp/orang/hari) BDk= Biaya dokumentasi (Rp) BKr= Biaya Konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) BP= Biaya Parkir (Rp) BL= Biaya Lainnya (Rp)
Tarif masuk tidak dimasukkan ke dalam perhitungan biaya perjalanan karena merupakan suatu konstanta. Untuk menentukan fungsi permintaan dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan individu (Individual Travel Cost Method/ITCM) dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut: Rumus untuk ITCM: Rij = f (Cij, Xi) Keterangan: Rij = Jumlah kunjungan pertahun dari individu i ke tempat rekreasi j Cij = Biaya perjalanan individu i ke tempat rekreasi j Xi= Faktor-faktor yang menentukan kunjungan individu i, seperti tingkat pendapatan, umur, jumlah tanggungan keluarga, dll.
4.3.2
Analisis Data Data primer dan data sekunder yang akan diperoleh, dianalisis dengan
metode statistik deskriptif dan metode statistik inferensia. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik wisatawan, sedangkan metode statistik inferensia digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke tempat wisata Pantai Carita, yaitu model regresi linier berganda dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) yang didasarkan pada beberapa asumsi: 1. Nilai rata-rata pengganggu sama dengan nol, yaitu E (εi) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, 3,......,n, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari εi tergantung pada Xi tertentu adalah 0. 2. Varian (εi) = E (εi2) = σ2, sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi Homoskedastisitas), artinya varian εi untuk setiap i yaitu varian
bersyarat untuk εi adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan σ2. 3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti Cov (εi , εj) = 0, untuk i≠j. 4. Variabel bebas X1, X2 ,........,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas dari kesalahan pengganggu εi , E (Xiεi) = 0. 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel bebas. Dengan dipenuhi asumsi-asumsi di atas, maka koefisien regresi yang diperoleh merupakan pendugaan linier terbaik yang tidak bias (BLUE = Best Linear Unbiased Estimators). Secara umum, fungsi regresi dapat dituliskan sebagai berikut: Y = a0 + Σ ai Xi + Ei Dimana: Y = peubah tak bebas a0 = intersep Xi = peubah bebas yang menejaskan peubah tak bebas Y ai = parameter penduga Xi Ei = error term (pengaruh sisa) I = 1, 2, 3,......,n yaitu banyaknya peubah bebas dalam fungsi tersebut. Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke kawasan wisata Pantai Carita maka digunakan fungsi permintaan rekreasi sebagai berikut: R = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + a5X5 + a6X6 + a7X7 + a8X8 + a9X9 + a10X10 + a11X11 + a12X12 + a13X13 + a14X14 + Ei
Keterangan: R X1
X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
X11 X12 X13 X14
= jumlah kunjungan atau trip tahunan ke Kawasan Wisata Pantai Carita dalam satu tahun terakhir = biaya perjalanan yang dikeluarkan setiap individu ke Kawasan Wisata Pantai Carita, yang terdiri dari biaya konsumsi, transportasi, dan biayabiaya lainnya yang dikeluarkan selama responden melakukan kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita. Untuk responden yang menginap, selain biaya perjalanan yang dikeluarkan selama melakukan wisata, ditambah juga dengan biaya penginapan namun dijadikan variabel tersendiri untuk menyamakan definisi biaya perjalanan untuk responden yang tidak menginap (X1a = biaya perjalanan selama melakukan wisata dan X1b = biaya penginapan) = pendapatan responden, yang diterima dalam setahun terakhir yang terdiri dari penghasilan tetap, penghasilan sampingan, uang saku, beasiswa, hadiah, maupun uang pensiunan = jumlah tanggungan keluarga, yaitu orang yang tinggal serumah dengan responden dan biaya hidupnya ditanggung oleh responden = tingkat pendidikan, yang dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan = waktu luang responden dalam satu tahun (hari) = jumlah anggota rombongan yang ikut melakukan kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita = jarak tempuh dari tempat tinggal yang dihitung dari titik keberangkatan (km) = lama tinggal setiap responden di lokasi (jam) = pengetahuan wisatawan, yaitu jangka waktu wisatawan mengetahui keberadaan Kawasan Wisata Pantai Carita = daya tarik lokasi. Berdasar pada keinginan responden untuk berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita ini lagi, dimana semakin baik respon responden semakin sering seseorang melakukan kunjungan lagi ke lokasi ini = umur responden, yang ditetapkan berdasarkan ulang tahun terakhir, dihitung dalam tahun = pendapatan keluarga, terdiri dari pendapatan responden ditambah dengan pendapatan anggota keluarga lainnya yang diterima dalam satu tahun = pekerjaan, dibedakan berdasarkan dua kategori antara orang yang sedang bekerja dengan yang belum bekerja = waktu tempuh (jam), waktu yang diperlukan oleh responden dari titik keberangkatan. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program komputer
Minitab for Window dan Microsoft Office Excell, kemudian diinterpretasikan secara manual. Data yang bersifat kualitatif diambil berdasarkan data fakta yang
ditemukan di lapangan yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan. Kemudian diinterpretasikan secara deskriptif sehingga dapat menjelaskan fenomena yang ada.
4.4
Pengujian Hipotesis Model akan diuji berdasarkan hipotesis yang diajukan. Pegujian hipotesis
berdasarkan statistik bertujuan untuk melihat nyata tidaknya variabel-variabel bebas yang dipilih terhadap variabel-variabel tak bebas, dapat dilihat pada nilai-P (P-value). Berdasarkan nilai-P diketahui sampai berapa persen variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Pengujian model regresi keseluruhan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat tabel sidik ragam untuk menghitung F statistik dan R2 (koefisien determinasi). R2 dapat menjelaskan kemampuan peubah bebas bersamaan juga menjelaskan varian dari peubah tak bebas, sedangkan F statistik untuk melihat interval keyakinan kemampuan tersebut. Koefisien determinasi dari model tersebut adalah merupakan rasio dari jumlah kuadrat regresi dan total jumlah kuadrat, sebagaimana tercantum dalam rumus berikut: R2 = Jumlah Kuadrat Regresi = JKR Total Jumlah Kuadrat JKT Nilai F statistik digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. F statistik adalah rasio dari jumlah kuadrat regresi dibagi dengan jumlah peubah bebas dengan kuadrat sisa dibagi dengan jumlah observasi dikurangi dengan jumlah peubah bebas dan dikurangi satu, sebagaiman tercantum pada rumus berikut:
F = Jumlah Kuadrat Regresi/ k Jumlah Kuadrat Sisa/(n-k-1) F = Σ y i2 Σei2/(n-k-1) F statistik digunakan untuk menguji koefisien regresi secara menyeluruh dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut: H0 = b1 = b2 = .........= bk = 0 H1 = paling sedikit ada satu nilai bi yang tidak sama dengan nol Pada model dilakukan uji-F. Adapun uji statistiknya adalah: Jika F statistik > F tabel, tolak H0 Jika F statistik < F tabel, terima H0 Pengujian
koefisien
regresi
secara
individual
dilakukan
untuk
membuktikan bahwa koefisien regresi suatu model regresi itu secara statistik signifikan atau tidak. Pengujian ini menunjukkan apakah peubah-peubah yang digunakan secara satu persatu berpengaruh nyata terhadap peuibah tak bebas. Pengujian koefisien regresi secara individu dilakukan dengan statistik t (uji t),dengan terlebih dahulu diajukan hipotesa sebagai berikut: H0 = bi = 0 Hi = bi > 0 atau bi < 0
; i = 1,2,3,......,k
Pengujian dengan perhitungan t statistik sebagai berikut: T=
bi Se(bi)
Pada model dilakukan uji-t. Adapun uji statistiknya adalah: Jika t statistik > t tabel, tolak H0 Jika t statistik < t tabel, terima H0
Untuk membuktikan tidak adanya masalah multikolinearitas dalam model, dapat dilihat dari nilai VIF (Varian Inflation Factor) pada masing-masing variabel bebas yang dirumuskan sebagai berikut: VIF = 1 : (1-Ri2) Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang dihasilkan dengan meregresikan variabel X1 dengan variabel regresor lainnya, yaitu Xj (j≠i). Jika nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak mengalami multikolinearitas. Sebaliknya jika nilai VIF variabel-variabel bebasnya
lebih
besar
dari
10
maka
persamaan
tersebut
mengalami
multikolinearitas.
4.5
Definisi Operasional 1. Permintaan rekreasi adalah tingkat kunjungan atau jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita yang dinyatakan dalam orang. 2. Biaya perjalanan adalah biaya yang dikeluarkan setiap individu selama melakukan kegiatan wisata meliputi: biaya transportasi, biaya konsumsi selama kunjungan, dokumentasi, akomodasi dan biaya lainnya yang dikeluarkan selama berada di Kawasan Wisata Pantai Carita. 3. Biaya transportasi adalah pengeluaran wisatawan responden untuk membiayai perjalanan menuju Kawasan Wisata Pantai Carita dan kembali lagi ke tempat asal masing-masing. 4. Pendapatan responden adalah pendapatan yang diperoleh responden selama satu tahun, baik pendapatan tetap maupun pendapatan tidak tetap. Untuk responden yang belum bekerja, pendapatan adalah jumlah uang
(dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, hadiah) yang mereka terima dalam satu tahun. 5. Responden adalah wisatawan domestik yang dianggap mewakili karakteristik wisatawan. 6. Umur responden adalah umur yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir (tahun). 7. Motivasi kunjungan adalah segala sesuatu yang mendorong wisatawan responden untuk mendatangi Kawasan Wisata Pantai Carita, misalnya untuk menikmati keindahannya, berenang, dll. 8. Waktu tempuh adalah waktu untuk mencapai lokasi (jam). 9. Jarak tempuh adalah jarak yang ditempuh responden untuk mencapai lokasi wisata dihitung dari titik keberangkatan (km). 10. Waktu luang adalah waktu yang tersedia setelah seseorang bebas dari tugas rutin sehari-hari.
V. GAMBARAN UMUM
5.1
Lokasi Penelitian Kabupaten Pandeglang mempunyai luas wilayah sebesar 260.907,49 ha,
terdiri dari 28 kecamatan. Kota Pandeglang merupakan ibukota kabupaten yang terletak pada jarak 111 km dari Ibukota Negara Republik Indonesia. Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak di antara 6°21’- 7°10’ Lintang Selatan dan 105°15’- 106°11’ Bujur Timur. Wilayah ini mempunyai batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Ibukota Propinsi Serang Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Sunda Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Lebak Kecamatan Carita merupakan salah satu kecamatan yang berada di bagian tengah Kabupaten Pandeglang. Awalnya wilayah Carita bergabung dengan Kecamatan Labuan yang merupakan pusat wilayah pembangunan Pandeglang bagian tengah. Namun melalui Perda Kabupaten Pandeglang No. 4 tahun 2004 tanggal 19 Juli 2004, wilayah Carita dipisah dari Kecamatan Labuan dan dengan Perda tersebut wilayah Carita diresmikan menjadi Kecamatan Carita. Wilayah Kecamatan Carita memiliki luas sebesar 7.535,17 ha yang meliputi Desa Pejamben, Banjarmasin, Tembong, Carita, Sukajadi, Sindanglaut, Sukarame, Sukanagara, Kawoyang, dan Cinoyong. Wilayah ini mempunyai batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Labuan Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Sunda Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Jiput dan Kabupaten Serang Sesuai dengan potensi dan letak geografisnya yang merupakan daerah pantai karena berbatasan langsung dengan Selat Sunda, maka penekanan arah pembangunan
jangka
panjang
Kecamatan
Carita
diprioritaskan
pada
pengembangan industri pariwisata serta penunjangnya berupa pelabuhan nelayan yang sesuai dengan kebutuhan dan juga peningkatan perdagangan guna meningkatkan pendapatan penduduk setempat. Hal ini disesuaikan dengan Visi dan Misi Kecamatan Carita untuk mendukung Visi dan Misi Kabupaten Pandeglang yang menginginkan Kabupaten Pandeglang sebagai Daerah Wisata Unggulan. Adapun Visi Kecamatan Carita adalah “Terwujudnya Kecamatan Carita Sebagai Daerah Wisata Unggulan di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010”. Sedangkan Misi Kecamatan Carita adalah: 1. Meningkatkan kualitas kemampuan aparat pemerintah 2. Memberikan pelayanan prima pada masyarakat 3. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat 4. Meningkatkan Sumberdaya Manusia yang handal 5. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait, investor dan pengelola wisata.
Kawasan Wisata Pantai Carita merupakan bagian dari wilayah Desa Carita, Sukajadi dan Sukarame karena ketiga desa tersebut berbatasan langsung dengan Selat Sunda sehingga pantainya dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata. Pantai Carita mulai diperkenalkan sebagai kawasan wisata sejak tahun 1970 oleh Prof. Dr. Axel Ridder yang berasal dari Jerman. Seorang doktor filsafat dari Universitas Koln Jerman yang tertarik dengan meletusnya Gunung Krakatau pada tanggal 27 Agustus 1883, yang juga pernah menjadi Ketua Yayasan Krakatau dan pernah menetap di Carita Pandeglang, Banten. Selain ilmuwan, Ridder juga pernah menjadi manager Carita Krakatau Beach Hotel yang melihat bahwa Krakatau punya potensi investasi yang menguntungkan, terutama jika potensi investasi itu dikelola secara profesional. Melihat peluang usaha tersebut, karena kedekatannya dengan Krakatau sehingga Pantai Carita dijadikan alternatif pilihan menuju Krakatau. Didukung dengan indahnya pemandangan pantai dan terumbu karang, sehingga pantai ini pun mulai dilirik sebagai tempat wisata. Pantai ini memiliki material dasar pasir putih agak kecoklatan dengan latar belakang pegunungan yang berhutan. Terletak di jalur jalan Labuan-Cilegon. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan adalah wisata bahari, seperti berenang, memancing, berjemur, olahraga pantai, snorkling, jet ski, speed boat dan body surving. Di Kawasan Wisata Pantai Carita dilengkapi dengan dua darmaga mini yang berfungsi sebagai pelabuhan untuk kapal pesiar yang akan mengunjungi Kawasan Tanjung Lesung, Kawasan Sumur, Ciputih dan Taman Nasional Ujung Kulon. Ke arah timur di daerah perbukitan terdapat hutan wisata dan didalamnya terdapat air terjun yang masih alami yaitu Curug Gendang.
Kawasan wisata ini terdiri dari beberapa obyek wisata yang pada umumnya menawarkan rekreasi pantai. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa obyek wisata Karangsari Carita merupakan obyek wisata yang paling banyak dikunjungi dibandingkan obyek wisata lainnya yang berada di Kawasan Wisata Pantai Carita. Obyek wisata ini memiliki keunggulan dibandingkan obyek yang lainnya. Keunggulan tersebut antara lain pantai yang termasuk wilayah Karangsari lebih landai, fasilitas yang tersedia lebih memadai dan jumlahnya lebih banyak, areal parkir lebih luas sehingga memiliki kapasitas yang besar meskipun harus menampung rombongan yang jumlahnya mencapai ratusan orang (lebih dari tiga bis untuk satu rombongan) dan pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola lebih baik. Selain itu obyek wisata ini dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah dan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang, sedangkan obyek yang lainnya dikelola oleh swasta.
5.2
Sarana Pendukung Pantai Carita sebagai tempat wisata sudah dilengkapi dengan sarana
pendukung seperti sarana akomodasi (Hotel Bintang, Melati dan Cottage Resort), rumah makan, kios makanan dan kios cenderamata, listrik, telekomunikasi, air bersih dan saluran pembuangan limbah serta jalan raya Hotmix dan tersedia angkutan umum. Sarana akomodasi yang mendukung kegiatan rekreasi tersebar di sepanjang pantai begitu juga dengan rumah makan, kios makanan dan kios cenderamata. Untuk jumlah dan jenis sarana akomodasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Jumlah dan Jenis Hotel Kabupaten Pandeglang Tahun 2004 No 1 2 3 4 5
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004
Berbintang 7 7 6 6 5
Jumlah dan Jenis Penginapan Melati Penginapan 53 6 54 6 53 5 51 5 48 5
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang, 2005
Tabel 4. Jumlah dan Jenis Rumah Makan Kabupaten Pandeglang Tahun 2004 No 1 2 3 4 5
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004
Restoran 13 12 12 11 10
Jumlah dan Jenis Tempat Makan Rumah Makan 52 53 51 50 48
Cafe 2 5 4
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Pandeglang, 2005
Ketersediaan air bersih untuk daerah Pantai Carita tidak menjadi kendala, sebab daerah ini selain dialiri oleh sungai juga tersedia sumber air tanah dan Perusahaan Air Minum (PAM). Untuk itu ketersediaan air tawar untuk memenuhi kebutuhan, baik untuk konsumsi penduduk setempat, industri dan kebutuhan lainnya, seperti kegiatan pariwisata masih memadai. Didukung dengan keindahan alam yang ditawarkan dan semua fasilitas yang tersedia di Kawasan Wisata Pantai Carita, wajar jika kawasan ini lebih diminati daripada kawasan wisata lainnya. Namun meskipun demikian, bukan berarti kawasan wisata ini menjadi tujuan utama sebagai tempat wisata. Pada umumnya wisatawan responden yang datang ke Kawasan Wisata Pantai Carita memiliki tempat alternatif wisata lain yang bisa mereka kunjungi. Namun pada kesempatan itu, mereka lebih memilih untuk mengunjungi Kawasan Wisata Pantai
Carita karena mereka sudah bosan berkunjung ke tempat alternatif tersebut. Selain itu, mereka menyatakan tempat wisata yang dijadikan tempat alternatif lokasinya lebih jauh dari tempat tinggal mereka sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal. Mereka juga menyatakan alasan berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita karena mereka memang berniat untuk berkunjung kesana sehingga sudah mereka rencanakan jauh hari. Untuk responden yang berkunjung dengan rombongan kerja, mereka menyatakan bahwa pilihan tempat wisata merupakan kesepakatan bersama atau berdasarkan suara terbanyak sehingga meskipun ada dari rombongan tersebut yang tidak setuju, mereka harus menyetujuinya atau tidak ikut bersama rombongan.
VI. KARAKTERISTIK DAN PERSEPSI WISATAWAN RESPONDEN KAWASAN WISATA PANTAI CARITA
Jumlah wisatawan yang dipilih sebagai responden sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 61 orang pria (61 persen) dan 39 orang wanita (39 persen). Responden wisatawan Kawasan Wisata Pantai Carita sebagian besar pria yang datang secara berkelompok atau rombongan.
6.1
Karakteristik Responden
6.1.1
Umur Responden Berdasarkan umur, sebagian besar wisatawan responden di tempat ini
adalah kaum muda yang belum berkeluarga. Tabel 5 menunjukkan pada responden yang tidak menginap didominasi oleh wisatawan yang berumur 17-22 tahun (43.33 persen), sedangkan pada responden yang menginap didominasi oleh wisatawan yang berumur 23-28 tahun (40 persen). Secara keseluruhan wisatawan responden yang berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebagian besar berumur 20 tahunan. Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari informan setempat, hal ini menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Pantai Carita berpotensi bila dijadikan sebagai tempat tujuan wisata bagi kaum muda yang merupakan konsumen potensial bagi keberadaan kawasan wisata.
Tabel 5. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Umur Tahun 2005 Umur (tahun) 17 – 22 23 – 28 29 – 34 35 – 40 41 – 46 > 45 Jumlah
Responden yang tidak menginap 26 16 8 5 3 2 60
Persentase (%) 43.33 26.67 13.33 8.33 5.00 3.33 100
Responden yang menginap 12 16 8 3 1 40
Persentase (%) 30.00 40.00 20.00 7.50 2.50 100
6.1.2 Tingkat Pendidikan Menurut tingkat pendidikan, sebagian besar para wisatawan responden di kawasan wisata ini baik untuk responden yang tidak menginap maupun menginap berpendidikan akhir SLTA. Di antara responden lulusan SLTA sebagian besar masih duduk di bangku kuliah. Wisatawan yang menginap tidak terdapat responden yang berpendidikan akhir SLTP, sedangkan responden yang tidak menginap ada 13.33 persen yang lulusan SLTP, namun masih melanjutkan pendidikan di SLTA. Di Kawasan Wisata Pantai Carita ini terdapat pula responden yang berpendidikan Akademi/Diploma dan Perguruan Tinggi. Dengan semakin tingginya pendidikan responden diharapkan akan semakin memahami akan pentingnya kelestarian lingkungan, sehingga respon mereka terhadap keberadaan Kawasan Wisata Pantai Carita semakin baik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Pendidikan Tahun 2005 Pendidikan SLTP SLTA Akademi/Diploma Perguruan Tinggi Jumlah
6.1.3
Responden yang tidak menginap 8 39 4 9 60
Persentase (%) 13.33 65.00 6.67 15.00 100
Responden yang menginap 23 4 13 40
Persentase (%) 57.50 10.00 32.50 100
Pekerjaan Utama Pekerjaan utama sebagian besar wisatawan responden Pantai Carita untuk
responden yang tidak menginap adalah pegawai swasta sebesar 38.33 persen dan pelajar/mahasiswa sebesar 35 persen. Sedangkan untuk responden yang menginap pegawai swasta yaitu sebesar 52.5 persen. Hal ini menyebabkan sepinya tempat ini pada hari kerja dan pada akhir pekan (Sabtu-Minggu) baru nampak ramai dikunjungi, sedangkan yang berwiraswasta menyerahkan tugas kepada pembantu mereka sehingga mereka bisa bersantai sejenak tanpa merasa dirugikan. Para wisatawan yang sudah bekerja maupun yang masih pelajar/mahasiswa mempunyai rutinitas dalam menjalankan aktivitasnya, sehingga memerlukan penyegaran untuk menghilangkan kejenuhan dan stres akibat bekerja dengan mencari suasana yang menyenangkan yaitu dengan melakukan wisata. Tabel 8 menunjukkan sebaran wisatawan responden menurut pekerjaan utama.
Tabel 7. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Pekerjaan Tahun 2005 Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta ABRI/POLRI Buruh Pabrik Ibu Rumah Tangga Lainnya Jumlah
6.1.4
Responden yang tidak menginap 21 4 23 7 2 2 3 7 60
Persentase (%) 35.00 6.67 38.33 11.67 3.33 3.33 3.33 11.67 100
Responden yang menginap 2 2 21 3 1 2 40
Persentase (%) 5.00 5.00 52.50 7.50 2.50 5.00 100
Tingkat Pendapatan Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang diterima
responden dalam satu tahun terakhir ditambah dengan pendapatan sampingan bila mereka mempunyai pekerjaan sampingan. Untuk pelajar dan mahasiswa pendapatan yang dimaksud adalah jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, hadiah) per bulan yang mereka peroleh yang dihitung dalam tahun. Bagi pelajar dan mahasiswa biaya yang dikeluarkan untuk melakukan wisata diperoleh dari pemberian orang tua, diluar uang saku. Begitu juga bagi tanggungan keluarga, biaya yang dikeluarkan diperoleh dari kepala keluarga. Tingkat pendapatan responden Kawasan Wisata Pantai Carita berkisar antara kurang dari Rp. 12.000.000 hingga Rp. 36.000.000. Sebagian besar responden Kawasan Wisata Pantai Carita mempunyai tingkat pendapatan kurang dari Rp 12.000.000 per tahun yaitu 50 persen untuk responden yang tidak menginap dan 42.5 persen untuk responden yang menginap. Umumnya kelompok ini merupakan remaja yaitu pelajar/mahasiswa, karena belum mempunyai
pendapatan sendiri sehingga pendapatan yang dimaksud merupakan uang saku tetapi ada juga yang merupakan pegawai atau pengangguran. Responden lainnya berpendapatan berkisar antara Rp 12.000.000-Rp 24.000.000 per tahun yaitu sebanyak 35 persen untuk yang tidak menginap dan 40 persen untuk yang menginap.
Tabel 8. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Pendapatan Tahun 2005 Pendapatan (Rp/tahun) < 12.000.000 12.000.000-24.000.000 24.000.000-36000.000 36.000.000-48.000.000 48.000.000-60.000.000 > 60.000.000
Jumlah
6.1.5
Responden yang tidak menginap 30 21 5 1 2 1 60
Persentase (%) 50.00 35.00 8.33 1.67 3.33 1.67 100
Responden yang menginap 17 16 5 1 1 40
Persentase (%) 42.50 40.00 12.50 2.50 2.50 100
Jumlah Tanggungan Keluarga Responden yang mengunjungi Kawasan Wisata Pantai Carita sebagian
besar belum mempunyai tanggungan keluarga baik untuk responden yang tidak menginap maupun yang menginap yaitu masing-masing 65 persen dan 60 persen. Sedangkan sisanya memiliki tanggungan mulai dari 1 - 6 orang. Seperti dijelaskan pada sebaran responden menurut umur, wisatawan Kawasan Wisata Pantai Carita sebagian besar adalah kaum muda, sehingga tidak memiliki tanggungan. Mereka merupakan wisatawan yang datang dengan teman sebaya untuk tujuan berwisata. Untuk mengetahui jumlah responden yang memiliki tanggungan dan jumlah tanggungannya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jumlah Tanggungan Tahun 2005 Jumlah Tanggungan Tidak Punya 1-2 orang 3-4 orang 5-6 orang Jumlah
6.1.6
Responden yang tidak menginap 39 9 10 2 60
Persentase (%) 65.00 15.00 16.67 33.33 100
Responden yang menginap 24 10 4 2 40
Persentase (%) 60.00 25.00 10.00 5.00 100
Waktu Luang Selain faktor biaya, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kunjungan
rekreasi adalah waktu luang yang tersedia bagi responden. Waktu luang dihitung berdasarkan jumlah hari libur yang diperoleh, yang terdiri dari hari Minggu dan Sabtu (untuk karyawan dengan lima hari kerja), tanggal merah, libur semester (untuk mahasiswa dan pelajar/remaja), libur cuti (untuk karyawan) dan lainnya. Umumnya para pegawai swasta memiliki jatah libur resmi selama 12-14 hari kerja per tahun. Waktu luang tersebut berpengaruh terhadap kegiatan wisata responden, dimana apabila setiap responden memiliki waktu luang yang cukup banyak maka kesempatan untuk melakukan kegiatan wisata makin banyak pula. Bila tidak melakukan kegiatan wisata di Kawasan Wisata Pantai Carita waktu luang tersebut biasanya mereka isi dengan melakukan kegiatan wisata ke tempat lain atau melakukan kegiatan lainnya seperti menonton TV/bioskop, jalan-jalan, membaca maupun mengerjakan pekerjaan rumah. Waktu luang yang kurang dari 60 hari dalam satu tahun dimiliki oleh karyawan kontrak, pegawai toko dan wiraswasta. Pegawai swasta, baik dengan jumlah hari kerja enam hari per minggu maupun pegawai swasta dengan jumlah
hari kerja lima hari per minggu dan buruh pabrik memiliki waktu luang sebanyak 60 - 120 hari per tahun. Untuk pelajar/mahasiswa dan pegawai negeri sipil, jumlah waktu luang yang dimiliki kelompok ini adalah lebih dari 120 hari per tahun, begitu juga dengan ibu rumah tangga, pengangguran dan pensiunan termasuk ke dalam kelompok yang memiliki jumlah waktu luang lebih dari 120 hari per tahun.
Tabel 10. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jumlah Waktu Luang Tahun 2005 Waktu Luang Setahun (hari) < 60 60 -120 > 120 Jumlah
6.1.7
Responden yang tidak menginap 16 20 24 60
Persentase (%) 26.66 33.33 40.00 100
Responden yang menginap 3 32 15 40
Persentase (%) 7.50 55.00 37.50 100
Daerah Asal Kawasan Wisata Pantai Carita terletak di Kecamatan Carita, Kabupaten
Pandeglang, Banten, akan tetapi hampir setengah responden berasal dari Jakarta, 43.33 persen pada responden yang tidak menginap dan 50 persen pada responden yang menginap. Kemudian yang berasal dari Pandeglang sebesar 23.33 persen pada responden yang tidak menginap dan 30 persen pada responden yang menginap, sisanya berasal dari kota-kota di sekitar lokasi tempat wisata, walaupun demikian tidak menutup kemungkinan akan diperoleh wisatawan dari daerah lain seperti pada responden yang tidak menginap terdapat wisatawan yang berasal dari Purwakarta. Sebaran responden menurut daerah asal dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Daerah Asal Tahun 2005 Daerah Asal Pandeglang Serang Rangkas Bitung Cilegon Tangerang Jakarta Bekasi Bogor Purwakarta Jumlah
Responden yang tidak menginap 14 2 2 2 10 26 1 2 1 60
Persentase (%) 23.33 3.33 3.33 3.33 16.67 43.33 1.67 3.33 1.67 100
Responden yang menginap 12 4 3 20 1 40
Persentase (%) 30.00 10.00 7.50 50.00 2.50 100
6.1.8 Motivasi Kunjungan, Cara Kedatangan, Jumlah dan Bentuk Rombongan Motivasi kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita berdasarkan pada tujuan kunjungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, 100 persen responden menyatakan bahwa mereka mendatangi Pantai Carita yaitu untuk melakukan wisata agar mereka mendapat penyegaran untuk menghilangkan kejenuhan setelah melakukan aktifitas sehari-hari. Alasan memilih kawasan ini sebagai tempat tujuan wisata karena merasa bosan dengan tempat wisata lainnya sehingga mereka menginginkan untuk berkunjung ke tempat ini. Untuk cara kedatangan 98 persen responden mendatangi Pantai Carita dengan berkelompok atau rombongan, hanya 2 persen yang datang sendiri. Responden yang datang sendiri menyatakan bahwa mereka lebih tenang bila datang sendiri, sedangkan wisatawan yang datang berkelompok atau rombongan biasanya menginginkan supaya mereka bisa berkumpul bersama anggota rombongannya, baik untuk rombongan teman, keluarga maupun rombongan
pekerjaan. Tabel 12 menunjukkan sebaran wisatawan responden menurut bentuk rombongan. Tabel 12. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Bentuk Rombongan Tahun 2005 Bentuk Rombongan Wisata Keluarga Wisata Teman Wisata Pekerjaan Wisata Sekolah Wisata Lainnya Jumlah
Responden yang tidak menginap 7 25 27 1 60
Persentase (%) 11.67 41.66 45.00 1.67 100
Responden yang menginap 15 19 2 3 1 40
Persentase (%) 37.50 47.50 5.00 7.50 2.50 100
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada responden yang tidak menginap, 45 persen wisatawan berkunjung bersama rombongan pekerjaan dan 41.66 persen bersama rombongan teman. Pada responden yang menginap, 47.5 persen berkunjung bersama rombongan teman dan 37.5 persen bersama keluarga. Hal ini menunjukkan wisatawan responden yang menginap lebih suka menginap bersama teman atau keluarganya untuk lebih mempererat hubungan antar sesama anggota keluarga. Untuk jumlah rombongannya, umumnya bervariasi mulai dari kurang dari 20 orang hingga lebih dari seratus orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan bantuan kuesioner, para responden menyatakan jumlah rombongan yang ikut bersamanya kurang dari dua puluh orang baik untuk responden yang tidak menginap maupun responden yang menginap, jumlahnya masing-masing 46.66 persen dan 52.5 persen. Responden lainnya, menyatakan jumlah rombongan yang ikut bersamanya ada yang mencapai lebih dari seratus orang. Untuk lebih jelasnya sebaran wisatawan responden menurut jumlah rombongan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jumlah Rombongan Tahun 2005 Jumlah Rombongan < 20 21-40 41-60 61-80 81-100 > 100 Jumlah
6.1.9
Responden yang tidak menginap 28 12 9 3 4 4 60
Persentase (%) 46.66 20.00 15.00 5.00 6.67 6.67 100
Responden yang menginap 21 6 5 1 5 2 40
Persentase (%) 52.50 15.00 12.50 2.50 12.50 5.00 100
Biaya Perjalanan Faktor utama dari kegiatan wisata sehingga dapat terealisasi adalah adanya
biaya perjalanan. Komponen yang digunakan dalam penghitungan biaya perjalanan pada penelitian ini disamakan dengan komponen yang digunakan pada studi lain, dengan asumsi komponen-komponen tersebut dapat mewakili besarnya biaya yang dikeluarkan oleh seorang wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata untuk satu kali kunjungan. Komponen tersebut adalah biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi baik di lokasi maupun di perjalanan, dan biaya lainnya yang termasuk dalam kegiatan wisata. Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan wisatawan di luar biaya masuk (tiket) selama berada di Kawasan Wisata Pantai Carita. Tabel 14 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan responden dalam melakukan satu kali kunjungan. Untuk responden yang menginap, biaya perjalanan tidak termasuk biaya penginapan.
Tabel 14. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Biaya Rekreasi Tahun 2005 Biaya Rekreasi (Rp) 50.000 65.000 75.000 100.000 Jumlah
Responden yang tidak menginap 36 3 8 13 60
Persentase (%) 60.00 5.00 13.33 21.67 100
Responden yang menginap 12 6 9 13 40
Persentase (%) 30.00 15.00 22.50 32.50 100
6.1.10 Frekuensi Kunjungan Frekuensi kunjungan yang dimaksud disini adalah berapa banyak responden berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita selama satu tahun terakhir (Tabel 15). Sebagian besar responden menyatakan dalam satu tahun terakhir (termasuk waktu penelitian), mereka berkunjung ke kawasan ini kurang dari lima kali dan di antaranya baru berkunjung satu kali. Bagi responden yang berkunjung lebih dari lima kali umumnya responden yang berasal dari daerah yang dekat dengan Kawasan Wisata Pantai Carita, sehingga mereka bisa sering berkunjung ke kawasan wisata ini.
Tabel 15. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Frekuensi Kunjungan Tahun 2005 Frekuensi Kunjungan <5 6-10 11-15 16-20 > 20 Jumlah
Responden yang tidak menginap 43 10 1 3 3 60
Persentase (%) 71.66 16.67 1.67 5.00 5.00 100
Responden yang menginap 22 13 3 2 40
Persentase (%) 55.00 32.50 7.50 5.00 100
Tabel 16 memperlihatkan tentang informasi yang diperoleh oleh responden. Informasi yang dimaksud yaitu tentang keberadaan Kawasan Wisata
Pantai Carita seperti pemandangan alamnya, fasilitas yang tersedia, aktivitas wisata yang dapat dilakukan di kawasan, kebersihan, keamanan dan pelayanan yang diberikan oleh pengelola kawasan wisata maupun pihak penginapan. Diharapkan semakin lengkap informasi yang diperoleh responden tentang Kawasan Wisata Pantai Carita, semakin sering mereka berkunjung ke pantai ini. Pada kedua jenis responden diketahui bahwa 20 persen responden yang tidak menginap dan 13 persen responden yang menginap menyatakan informasi yang diperoleh tentang Kawasan Wisata Pantai Carita sudah lengkap, sisanya menyatakan informasi yang mereka peroleh tentang keberadaan kawasan wisata ini belum lengkap. Banyaknya responden yang menyatakan tidak lengkapnya informasi yang dimiliki, mengindikasikan bahwa kurangnya publikasi dari pihak pengelola tentang keberadaan kawasan wisata ini sehingga diperlukan promosi yang lebih ditingkatkan, dalam hal ini pihak pengelola dapat bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, Pemerintah Daerah serta pihak pers.
Tabel 16. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Informasi Wisatawan Tahun 2005 Informasi Pengunjung Lengkap Tidak Lengkap
Responden yang tidak menginap 20 40
Persentase (%) 33.33 66.67
Responden yang menginap 13 27
Persentase (%) 32.50 67.50
Jumlah
60
100
40
100
Wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita lebih banyak melakukan kegiatan wisata yang bersifat harian. Wisatawan dapat pulang dan pergi pada hari yang sama. Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang menginap dan tidak. Untuk wisatawan responden yang memutuskan untuk
menginap di Kawasan Wisata Pantai Carita, biasanya mereka menghabiskan waktu satu malam di lokasi yaitu sebanyak 37 orang (92,5 persen) dari 40 responden yang menginap. Sisanya menginap selama dua malam yaitu tiga orang (7,5 persen). Sedangkan untuk responden yang tidak menginap, hampir setengahnya (43,33 persen) menghabiskan waktu selama lima jam di kawasan wisata dari 60 orang responden yang tidak menginap. Untuk lebih jelasnya sebaran responden menurut lamanya kunjungan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Lamanya Kunjungan Untuk Responden yang Tidak Menginap Tahun 2005 Lama Kunjungan (jam) <4 5 6 7 Jumlah
Jumlah (orang) 16 26 13 5 60
Persentase (%) 26.67 43.33 21.67 8.33 100
Pada responden yang tidak menginap, umumnya mereka menyatakan menghabiskan waktu selama lima jam di lokasi (43.33 persen), hanya 8.33 persen yang menghabiskan waktu hingga 8 jam di lokasi. Mereka menyatakan sudah merasa puas walaupun hanya menghabiskan lima jam jika terlalu lama mereka akan merasa bosan. Untuk responden yang menginap, 92.5 persen menyatakan menghabiskan waktu satu malam di lokasi. Biasanya wisatawan tersebut check in pada hari Sabtu dan check out pada hari Minggu. Keadaan ini sering terjadi setiap week end sehingga jarang ada wisatawan yang menginap pada week day, meskipun ada jumlahnya hanya beberapa orang saja tidak sebanyak saat week end.
Tabel 18. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Lamanya Kunjungan Untuk Responden yang Menginap Tahun 2005 Lama Kunjungan (jam) 1 malam 2 malam Jumlah
Jumlah (orang) 37 3 40
Persentase (%) 92.50 7.50 100
6.1.11 Waktu Tempuh dan Jarak Tempuh Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa responden yang datang hampir setengahnya berasal dari Jakarta sehingga membutuhkan waktu lebih dari 2-3 jam dan menempuh jarak lebih dari 100 km. Berdasarkan hasil wawancara dengan bantuan kuesioner diperoleh bahwa responden yang berasal dari daerah yang sama, yang diasumsikan menempuh jarak yang sama, namun menghabiskan waktu tempuh yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan rute jalan yang berbeda, jenis kendaraan yang berbeda dan ada kemungkinan dikarenakan kecepatan yang digunakan oleh responden berbeda-beda. Tabel 19 menunjukkan sebaran responden berdasarkan jarak tempuh dan waktu tempuh.
Tabel 19. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jarak dan Waktu Tempuh Untuk Responden yang Tidak Menginap Tahun 2005 Jarak (km) < 20 21-40 41-60 61-80 81-100 > 100 Total
<1 1 1 1 3
1-2 1 10 5 16
Waktu Tempuh (Jam) 2-3 3-4 1 1 11 1 7 14 20 15
>4 6 6
Jumlah (orang) 1 2 12 6 12 27 60
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa untuk jarak yang sama dapat di tempuh dengan waktu yang berbeda-beda. Misalnya jarak 41-60 km dapat di tempuh dalam waktu kurang dari 1 jam, 1-2 jam bahkan ada yang membutuhkan waktu 2-3 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu tempuh terhadap jarak tempuh ke lokasi dianggap relatif. Begitu juga dengan waktu tempuh dan jarak tempuh untuk responden yang menginap.
Tabel 20. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Jarak dan Waktu Tempuh Untuk Responden yang Menginap Tahun 2005 Jarak (km) < 20 21-40 41-60 61-80 81-100 > 100 Total
<1 2 2
Waktu Tempuh (Jam) 1-2 2-3 3-4 10 1 3 5 4 15 11 12 15
>4 -
Jumlah (orang) 2 10 4 5 19 40
6.1.12 Tempat Alternatif Wisatawan yang menjadi responden pada penelitian ini, berdasarkan hasil wawancara menyatakan mempunyai tempat wisata alternatif yaitu sebesar 82 persen. Pada Tabel 21 dapat dilihat tempat wisata alternatif yang biasa mereka kunjungi. Tempat wisata yang dijadikan alternatif pilihan tidak jauh dari wisata air seperti Anyer, Tanjung Lesung, pemandian Cikoromoy dan Pangandaran, baik untuk responden yang tidak menginap maupun yang menginap. Ada juga responden yang memilih tempat wisata alternatif yang bersifat petualangan seperti mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon dan Gunung Karang. Dengan banyaknya tempat wisata yang dijadikan alternatif pilihan tujuan wisata
menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Pantai Carita bukan merupakan tujuan utama sebagai daerah tujuan wisata yang akan dituju. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Tempat Alternatif Tahun 2005 Tempat Alternatif Tanjung Lesung Anyer Cikoromoy Gunung Karang Ujung Kulon Lainnya Jumlah
Responden yang tidak menginap 5 15 9 1 2 13 45
Persentase (%) 11.11 33.33 20.00 2.22 4.44 28.90 100
Responden yang menginap 12 5 5 5 2 8 37
Persentase (%) 32.43 13.51 13.51 13.51 5.42 21.62 100
Ketika ditanyakan alasan mengapa tidak memilih untuk mengunjungi tempat alternatif tersebut tapi justru memilih untuk mengunjungi Kawasan Wisata Pantai Carita, 28 persen responden menyatakan mereka lebih memilih untuk mengunjungi Kawasan Wisata Pantai Carita karena daerah tujuan wisata yang dijadikan tempat alternatif tersebut tempatnya jauh. Responden lainnya yaitu sebesar 21 persen menyatakan bahwa tempat tersebut sudah sering dikunjungi sehingga mereka merasa bosan dan memutuskan untuk mengunjungi tempat lain. Ada juga yang menyatakan waktu tempuh yang dibutuhkan lebih lama (7 persen), biaya yang dibutuhkan untuk rekreasi ke tempat alternatif lebih mahal (1 persen) dan lain-lain (25 persen).
6.2
Persepsi Wisatawan Tentang Lokasi Pantai ini memiliki material dasar pasir putih agak kecoklatan dengan latar
belakang pegunungan yang berhutan. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan
adalah wisata bahari, seperti berenang, memancing, berjemur, olahraga pantai, snorkling, jet ski, speed boat dan body surving. Selain itu, dari pantai ini para wisatawan pun dapat melihat anak gunung Krakatau.
6.2.1
Pemandangan Alam Pada umumnya, wisatawan yang dijadikan responden menyukai
pemandangan alam yang terdapat di kawasan wisata ini. Responden yang tidak menginap dan yang menginap, mereka menilai bahwa pemandangannya baik yaitu masing-masing 65 persen dan 75 persen. Namun ada juga yang menyatakan sedang dan buruk. Responden yang menyatakan buruk adalah wisatawan yang baru pertama kali datang ke Kawasan Wisata Pantai Carita dan merasa kecewa dengan keadaan kawasan yang tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Hal ini terjadi karena hujan sehingga banyak sampah yang terbawa ke pantai dan air laut pun menjadi keruh karena sampah tersebut.
6.2.2
Kebersihan Masalah lingkungan Kawasan Wisata Pantai Carita cukup terjaga. Pada
hari-hari biasa kawasan wisata ini terlihat bersih karena sudah disediakan petugas kebersihan. Masalah sampah timbul di sore hari khususnya pada hari-hari libur, di mana jumlah wisatawan yang banyak mengakibatkan jumlah sampah pun meningkat. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak wisatawan yang belum menyadari pentingnya kebersihan lingkungan, karena masih ada yang membuang sampah di sembarang tempat meskipun telah disediakan tempattempat sampah. Di tambah jika turun hujan, sampah-sampah dari laut terbawa ke pantai sehingga mengotori pantai. Indikasi ini menuntut pihak pengelola perlu
menambah jumlah tempat sampah ataupun petugas kebersihan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk masalah kebersihan, responden yang tidak menginap umumnya menilai bahwa kebersihan di kawasan sedang (45 persen) dan 40 persen menyatakan buruk, sedangkan untuk responden yang menginap, 72.5 persen menyatakan kebersihannya baik sisanya menyatakan sedang (27.5 persen). Responden yang menyatakan kebersihan buruk beralasan bahwa banyak wisatawan yang tidak membawa pulang sampah ketika keluar dari kawasan sehingga mengganggu pemandangan bagi wisatawan yang masih berada di kawasan.
6.2.3
Keamanan Faktor
keamanan
kawasan
menjadi
faktor
yang
penting
untuk
diperhatikan. Masalah keamanan di lokasi umumnya dinilai baik oleh responden yang menginap (62.5 persen), sedangkan responden yang tidak menginap menilai keamanan kawasan sedang (48.33 persen) karena mereka merasa tidak aman dengan banyaknya preman dan pedagang yang menjajakan dagangannya secara langsung dan kadang memaksa wisatawan untuk membeli dagangannya, sehingga mereka mengharapkan agar bagian keamanan sering mengontrol ke pantai sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka wisatawan dapat dengan mudah menghubungi pihak keamanan.
6.2.4
Kelengkapan Fasilitas Pendapat responden yang menyatakan bahwa kelengkapan fasilitas yang
ada di Kawasan Wisata Pantai Carita baik khususnya untuk responden yang
menginap yaitu sebesar 85 persen. Pada responden yang tidak menginap 51.67 persen menyatakan fasilitasnya sedang. Responden umumnya mengusulkan agar pengelola menambah fasilitas yang masih kurang jumlahnya seperti tempat berteduh. Mereka menginginkan pihak pengelola membuat sebuah bangunan yang dapat dijadikan sebagai tempat berteduh, jadi bukan hanya tenda atau terpal. Responden juga mengusulkan agar dibangun arena khusus untuk anak-anak.
6.2.5
Kemudahan Mencapai Lokasi Kawasan Wisata Pantai Carita terletak di Kabupaten Pandeglang, dapat di
tempuh sekitar dua jam dari Ibukota Negara. Kawasan ini berada di jalur LabuanCilegon sehingga untuk mencapai kawasan ini tidaklah sulit karena bisa melalui Labuan atau Cilegon. Kemudahan untuk mencapai lokasi Kawasan Wisata Pantai Carita ditunjang pula dengan tersedianya fasilitas angkutan umum, petunjuk arah yang jelas dan juga sarana jalan yang memadai yang dapat dengan mudah dilalui oleh kendaraan baik beroda dua, empat maupun bus-bus besar. 48.33 persen responden yang tidak menginap dan 72.5 persen responden yang menginap menyatakan bahwa kemudahan mencapai lokasi baik karena tidak ada macet. Tabel 22 meringkas tentang penilaian responden terhadap Kawasan Wisata Pantai Carita. Pada tabel tersebut dapat dilihat sebaran responden mengenai penilaian
terhadap
pemandangan
alam,
masalah
kebersihan,
kelengkapan fasilitas dan kemudahan mencapai lokasi wisata.
keamanan,
Tabel 22. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Penilaian Kondisi Lokasi Untuk Responden yang Tidak Menginap Tahun 2005 Respon Pemandangan Kebersihan Keamanan Fasilitas Kemudahan
Baik (orang) 39 9 24 25 29
Persentase (%) 65.00 15.00 40.00 41.67 48.33
Sedang (orang) 20 27 29 31 27
Persentase (%) 33.33 45.00 48.33 51.66 45
Buruk (orang) 1 24 7 4 4
Persentase (%) 1.67 40.00 11.67 6.67 6.67
Tabel 23. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Penilaian Kondisi Lokasi Untuk Responden yang Menginap Tahun 2005 Respon Pemandangan Kebersihan Keamanan Fasilitas Kemudahan
6.2.6
Baik (orang) 30 29 25 34 29
Persentase (%) 75.00 72.50 62.50 85.00 72.5
Sedang (orang) 10 11 13 6 11
Persentase (%) 25.00 27.50 32.50 15.00 27.5
Buruk (orang) 2 -
Persentase (%) 5.00 -
Kenyamanan Untuk kenyamanan, para responden menyatakan merasa nyaman berada di
Kawasan Wisata Pantai Carita. Hal inilah yang menyebabkan responden bersedia untuk berkunjung kembali ke Kawasan Wisata Pantai Carita. Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa sebagian besar wisatawan menyatakan ingin berkunjung kembali ke kawasan ini (83.33 persen untuk responden yang tidak menginap dan 87.5 persen untuk responden yang menginap). Namun ada responden yang menyatakan tidak ingin kembali ke kawasan ini. Responden tersebut menyatakan kawasan ini sangat panas, sehingga dia enggan untuk berkunjung kembali, namun tidak menutup kemungkinan akan berkunjung kembali ke kawasan wisata ini suatu hari nanti.
Tabel 24. Sebaran Wisatawan Responden Kawasan Wisata Pantai Carita Menurut Daya Tarik Tahun 2005 Daya Tarik Ingin berkunjung Tidak ingin Tidak tahu Jumlah
Responden yang tidak menginap 50 1 9 60
Persentase (%) 83.33 1.67 15.00 100
Responden yang menginap 35 5 40
Persentase (%) 87.50 12.50 100
VII. FUNGSI PERMINTAAN REKREASI
7.1
Fungsi Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita Model persamaan fungsi permintaan pada penelitian ini menggunakan 14
variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita. Model tersebut tidak mengandung masalah multikolinearitas dilihat dari nilai Variance Inflation Factors (VIF) yang nilainya kurang dari sepuluh untuk semua variabel yang berarti variabel bebasnya tidak saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi ke Kawasan Wisata Pantai Carita dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi ke Kawasan Wisata Pantai Carita untuk responden yang tidak menginap dan untuk responden yang menginap. 7.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita untuk Responden yang Tidak Menginap Model permintaan rekreasi untuk responden yang tidak menginap dapat
dilihat pada Tabel 25. Regresi linier berganda menghasilkan nilai F sebesar 3.22 pada p = 0.001. Model yang dihasilkan signifikan pada α = 5 persen. Nilai koefisien determinasi (R2) dari hasil perhitungan adalah 50.1 yang berarti 50.1 persen variasi pada jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita untuk responden yang tidak menginap dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dan sisanya dijelaskan oleh variabel pengganggu. Sedangkan Nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2-adj) dari hasil perhitungan adalah 34.5. Nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2-adj) merupakan nilai koefisien determinasi yang telah
mempertimbangkan derajat bebas. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada α = 5 persen adalah pendapatan individu, sedangkan biaya perjalanan, jarak dan pendapatan keluarga berpengaruh nyata pada α = 15 persen.
Tabel 25. Persamaan Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita Untuk Responden Yang Tidak Menginap Tahun 2005 Variabel Koefisien Standar T Constant 7.375 4.042 1.82 Biaya Perjalanan (X1)*** 0.00003728 0.00002351 1.59 Pendapatan (X2)* 1.8783 0.6406 2.93 Jumlah Tanggungan (X3) 0.3127 0.7060 0.44 Pendidikan (X4) 0.3206 0.5245 0.61 Waktu Luang (X5) 0.1431 0.3379 0.42 Jumlah Rombongan (X6) -0.0953 0.3502 -0.27 Jarak (X7) *** -0.7471 0.4892 -1.53 Lama Di Lokasi (X8) 0.3425 0.4055 0.84 Pengetahuan Wisatawan (X9) 0.6558 0.8721 0.75 Daya Tarik (X10) -0.987 1.026 -0.96 Umur (X11) -0.07946 0.07015 -1.13 Pendapatan Keluarga (X12) 0.8679 0.5695 1.52 Pekerjaan (X13)*** 0.0087 0.2990 0.03 Waktu Tempuh (X14) -0.7489 0.6825 -1.10 *signifikan pada α = 5 persen R2 = 50.1 persen ***signifikan pada α = 15 persen R2 adjusted = 34.5 persen
P 0.075 0.120 0.005 0.660 0.544 0.676 0.787 0.134 0.403 0.456 0.341 0.263 0.135 0.977 0.278
VIF 1.4 3.4 2.5 1.5 1.4 1.4 3.4 1.4 1.3 1.1 2.6 3.6 1.4 3.5
1). Biaya Perjalanan Biaya perjalanan individu memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah kunjungan dengan nilai koefisien regresi sebesar +0.00003728 yang artinya kenaikan satu rupiah biaya perjalanan untuk satu kali kunjungan yang dikeluarkan oleh responden menyebabkan kenaikan jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 0.00003728 kali per tahun, ceteris paribus. Koefisien regresi bertanda positif tidak sesuai dengan yang diharapkan, namun sejalan dengan temuan Andrianto (2003). Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar responden memilih tempat wisata yang belum pernah dikunjungi dan menimbulkan rasa ingin tahu walaupun harus membayar biaya perjalanan lebih tinggi dibandingkan
biaya perjalanan yang mereka keluarkan untuk berwisata di tempat-tempat yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Kondisi ini sesuai dengan yang terjadi di lapangan dimana sebagian besar responden menyatakan baru pertama kali mengunjungi Pantai Carita.
2). Tingkat Pendapatan Individu Per Tahun (X2) Tingkat pendapatan per tahun responden berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan dengan nilai koefisien regresi sebesar +1.8783. Artinya kenaikan satu juta rupiah pendapatan yang diperoleh responden per tahun akan menyebabkan kenaikan jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 1.8783 kali per tahun, ceteris paribus.
3). Jarak Tempuh (X7) Variabel jarak memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita dengan nilai koefisien regresi sebesar –0.7471. Hal ini berarti semakin bertambahnya jarak tempuh sebesar satu km akan mengurangi jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 0.7471 kali per tahun, ceteris paribus.
4). Pendapatan Keluarga (X12) Variabel pendapatan keluarga berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita dengan nilai koefisien regresi sebesar +0.8679. Artinya peningkatan satu juta rupiah pendapatan keluarga per tahun akan meningkatkan jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 0.8679 kali per tahun, ceteris paribus.
7.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita untuk Responden yang Menginap Model permintaan rekreasi untuk responden yang menginap dapat dilihat
pada Tabel 26. Regresi linier berganda menghasilkan nilai F sebesar 3.05 pada p = 0.001. Model yang dihasilkan signifikan pada α = 5 persen. Nilai koefisien determinasi (R2) dari hasil perhitungan adalah 65.6 yang berarti 65.6 persen variasi pada jumlah kunjungan untuk responden yang menginap dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dan sisanya dijelaskan oleh variabel pengganggu. Sedangkan Nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2-adj) dari hasil perhitungan adalah 44.1. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada α = 5 persen adalah biaya penginapan, pendidikan, jarak, dan daya tarik. Variabel-variabel yang berpengaruh pada α = 10 persen adalah waktu luang dan jumlah rombongan, sedangkan biaya perjalanan berpengaruh pada α = 15 persen.
Tabel 26. Persamaan Permintaan Rekreasi Kawasan Wisata Pantai Carita Untuk Responden Yang Menginap Tahun 2005 Variabel Koefisien Standar T Constant -13.111 9.290 -1.41 Biaya Perjalanan (X1a) *** 0.00008407 0.00004935 1.70 Biaya Penginapan (X1b)* 0.00000546 0.00000237 2.30 Pendapatan (X2) -1.543 1.574 -0.98 Jumlah Tanggungan (X3) -2.324 1.965 -1.18 Pendidikan (X4) * 2.1090 0.9932 2.12 Waktu Luang (X5) ** 1.5459 0.7946 1.95 Jumlah Rombongan (X6) ** 1.2173 0.6323 1.93 Jarak (X7) * -0.08167 0.02858 -2.86 Lama Di Lokasi (X8) 3.047 3.169 0.96 Pengetahuan Wisatawan (X9) 1.450 1.530 0.95 Daya Tarik (X10) * 5.200 2.345 2.22 Umur (X11) -0.0249 0.2525 -0.10 Pendapatan Keluarga (X12) 0.746 1.222 0.61 Pekerjaan (X13) 0.3833 0.4820 0.80 Waktu Tempuh (X14) -1.389 1.011 -1.37 *signifikan pada α = 5 persen R2 = 65.6 persen ** signifikan pada α = 10 persen R2 adjusted = 44.1 persen *** signifikan pada α = 15 persen
P 0.171 0.101 0.031 0.337 0.248 0.044 0.064 0.066 0.009 0.346 0.353 0.036 0.922 0.547 0.434 0.182
VIF 2.6 2.2 3.8 6.2 2.3 1.6 1.9 4.3 1.9 1.5 1.6 5.2 5.0 2.1 2.3
1). Biaya Perjalanan (X1a) Biaya perjalanan individu memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita dengan nilai koefisien regresi sebesar +0.00008407. Artinya setiap peningkatan satu rupiah biaya perjalanan untuk satu kali kunjungan yang dikeluarkan oleh responden akan meningkatkan jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 0.00008407 kali per tahun, ceteris paribus. Koefisien yang bertanda positif tidak sesuai dengan yang diharapkan, namun sejalan dengan temuan Andrianto (2003). Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar responden memilih tempat wisata yang belum pernah dikunjungi sehingga mereka bersedia membayar biaya perjalanan lebih tinggi dibandingkan biaya perjalanan yang mereka keluarkan untuk berwisata di tempattempat yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Kondisi ini sesuai dengan yang terjadi di lapangan dimana sebagian besar responden menyatakan baru pertama kali mengunjungi Pantai Carita.
2). Biaya Penginapan (X1b) Biaya penginapan sebenarnya merupakan biaya perjalanan karena wisatawan yang ingin menginap harus mengeluarkan biaya ini. Namun pada analisis biaya penginapan dipisah dari biaya perjalanan (variabel terpisah) untuk menyamakan definisi tentang biaya perjalanan untuk responden yang tidak menginap. Berdasarkan hasil perhitungan, variabel biaya penginapan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan dengan nilai koefisien regresi sebesar +0.00000546 yang dapat diartikan dengan bertambahnya biaya penginapan untuk satu kali kunjungan sebesar satu rupiah akan menambah jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 0.00000546 kali per tahun, ceteris paribus.
Sesuai dengan hasil wawancara, responden menginginkan pelayanan atau servis yang memuaskan dari pihak penginapan sehingga mereka bersedia membayar lebih mahal untuk mendapatkan pelayanan tersebut.
3). Tingkat Pendidikan (X4) Variabel pendidikan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan sesuai dengan yang diharapkan dengan nilai koefisien regresi sebesar +2.1090. Hal ini berarti kenaikan satu tahun mengenyam pendidikan yang diperoleh responden akan menyebabkan kenaikan jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 2.1090 kali per tahun, ceteris paribus. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat kesadaran yang dimiliki wisatawan tentang pentingnya menjaga lingkungan.
4). Waktu Luang (X5) Variabel waktu luang memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita dengan nilai koefisien regresi sebesar +1.5459. Artinya semakin bertambah satu hari waktu luang yang dimiliki oleh responden dalam satu tahun akan menambah jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 1.5459 kali per tahun, ceteris paribus.
5). Jumlah Rombongan (X6) Variabel jumlah rombongan memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita dengan nilai koefisien regresi sebesar +1.2173. Artinya bertambahnya satu orang jumlah rombongan akan menambah jumlah kunjungan sebesar 1.2173 kali per tahun, ceteris paribus.
6). Jarak Tempuh (X7) Variabel jarak memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita dengan nilai koefisien regresi sebesar -0.08167. Hal ini berarti bertambahnya jarak tempuh sebesar satu km maka akan mengurangi jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 0.08167 kali per tahun, ceteris paribus.
7). Daya Tarik (X10) Variabel daya tarik mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita dengan nilai koefisien regresi sebesar 5.200. Artinya semakin tertarik seseorang akan meningkatkan jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita sebesar 5.200 kali per tahun, ceteris paribus.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan 1. Alasan wisatawan lebih tertarik berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita karena merasa bosan dengan tempat wisata lainnya, di samping keindahan pemandangan alam kawasan wisata ini. 2. Karakteristik utama wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Pantai Carita adalah kaum muda, baik untuk responden yang tidak menginap dan menginap (sebagian besar berumur 20 tahunan) dan sebagian besar merupakan rombongan wisata teman. 3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita untuk responden yang tidak menginap adalah biaya perjalanan, tingkat pendapatan individu, jarak tempuh dan pendapatan keluarga. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata untuk responden yang menginap adalah biaya perjalanan, biaya penginapan, tingkat pendidikan, waktu luang, jumlah rombongan, jarak tempuh, dan daya tarik.
8.2
Saran 1. Dibutuhkan peningkatan pelayanan berupa perbaikan fasilitas yang tersedia agar wisatawan merasa nyaman sehingga memutuskan untuk berkunjung kembali ke kawasan ini.
2. Diperlukan pengelolaan yang lebih baik dari pihak pengelola untuk menarik lebih banyak wisatawan serta lebih meningkatkan promosi dengan cara membuat pamplet, leaflet atau mengadakan acara budaya agar kawasan ini lebih dikenal, dalam hal ini pengelola dapat bekerjasama dengan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, Pemerintah Daerah serta pers.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, R. 2003. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Bunga Nusantara Sebagai Tempat Rekreasi Dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistika. 2004. Pandeglang Dalam Angka 2003. BPS kabupaten Pandeglang. Pandeglang. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya kabupaten Pandeglang. 2005. Data Kunjungan Wisatawan. Diparda.Pandeglang. Hanley, N dan Clive L. S. 1993. Cost-Benefit Analysis and the Environment. Edward Elgar Publishing Limited. England. Maulani, Y. 2001. Analisis Permintaan Rekreasi Pantai Dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan Di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nurdini. 2004. Analisis Permintaan Ekoturism Hutan Mangrove Muara Angke Dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sabda, A. 2003. Aplikasi Metode Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi Di Objek Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Simamora, F. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia. Jakarta. Turner, K., D. Pearce dan Bateman, I. 1994. Environmental Economics: An Elementary Introduction. Harvester Wheatsheaf. London. Yoeti, O.A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.
Lampiran 1. Hasil Regresi Linier Berganda Untuk Responden Yang Tidak Menginap
Regression Analysis: R versus X1, X2, ...
The regression equation is R = 7.37 +0.000037 X1 + 1.88 X2 + 0.313 X3 + 0.321 X4 + 0.143 X5 - 0.095 X6 - 0.747 X7 + 0.343 X8 + 0.656 X9 - 0.99 X10 - 0.0795 X11 + 0.868 X12 + 0.009 X13 - 0.749 X14
Predictor Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
Coef 7.375 0.00003728 1.8783 0.3127 0.3206 0.1431 -0.0953 -0.7471 0.3425 0.6558 -0.987 -0.07946 0.8679 0.0087 -0.7489
S = 2.911
SE Coef 4.042 0.00002351 0.6406 0.7060 0.5245 0.3379 0.3502 0.4892 0.4055 0.8721 1.026 0.07015 0.5695 0.2990 0.6825
R-Sq = 50.1%
T 1.82 1.59 2.93 0.44 0.61 0.42 -0.27 -1.53 0.84 0.75 -0.96 -1.13 1.52 0.03 -1.10
P 0.075 0.120 0.005 0.660 0.544 0.674 0.787 0.134 0.403 0.456 0.341 0.263 0.135 0.977 0.278
VIF 1.4 3.4 2.5 1.5 1.4 1.4 3.4 1.4 1.3 1.1 2.6 3.6 1.4 3.5
R-Sq(adj) = 34.5%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 14 45 59
SS 382.275 381.375 763.650
Durbin-Watson statistic = 2.26
MS 27.305 8.475
F 3.22
P 0.001
Lampiran 2. Hasil Regresi Linier Berganda Untuk Responden Yang Menginap
Regression Analysis: R versus X1a, X1b, ...
The regression equation is R = - 13.1 +0.000084 X1a +0.000005 X1b - 1.54 X2 - 2.32 X3 + 2.11 X4 + 1.55 X5 + 1.22 X6 0.0817 X7 + 3.05 X8 + 1.45 X9 + 5.20 X10 - 0.025 X11 + 0.75 X12 + 0.383 X13 - 1.39 X14 Predictor Constant X1a X1b X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
Coef -13.111 0.00008407 0.00000546 -1.543 -2.324 2.1090 1.5459 1.2173 -0.08167 3.047 1.450 5.200 -0.0249 0.746 0.3833 -1.389
S = 3.870
SE Coef 9.290 0.00004935 0.00000237 1.574 1.965 0.9932 0.7946 0.6323 0.02858 3.169 1.530 2.345 0.2525 1.222 0.4820 1.011
R-Sq = 65.6%
T -1.41 1.70 2.30 -0.98 -1.18 2.12 1.95 1.93 -2.86 0.96 0.95 2.22 -0.10 0.61 0.80 -1.37
P 0.171 0.101 0.031 0.337 0.248 0.044 0.064 0.066 0.009 0.346 0.353 0.036 0.922 0.547 0.434 0.182
VIF 2.6 2.2 3.8 6.2 2.3 1.6 1.9 4.3 1.9 1.5 1.6 5.2 5.0 2.1 2.3
R-Sq(adj) = 44.1%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 15 24 39
SS 684.56 359.41 1043.97
Durbin-Watson statistic = 2.32
MS 45.64 14.98
F 3.05
P 0.001