ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI
Oleh Yasmin NIM : 103082029480
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 ix
ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Yasmin NIM : 103082029480
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131. 474. 891
Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si NIP. 150. 377. 440
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M ix
Hari ini Senin Tanggal 20 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Tujuh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Yasmin NIM : 103082029480 dengan judul Skripsi
“ANALISIS
FAKTOR–FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR
PROFESIONAL
PSA
SA
NO.04
:
INDEPENDENSI”.
Memperhatikan kemampuan kelimuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 20 Agustus 2007
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Ketua
Rahmawati, SE, M.Si Sekertaris
Prof.Dr. Abdul Hamid, MS. Penguji Ahli
ix
Hari ini Kamis Tanggal 8 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Delapan Telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Yasmin NIM : 103082029480 dengan judul Skripsi
“ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI
STANDAR
PROFESIONAL
PSA
SA
NO.04
:
INDEPENDENSI”. Memperhatikan kemampuan kelimuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 9 Mei 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid. Ms Pembimbing I
Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Pembimbing II
Amilin, SE,Ak, M.Si Penguji Ahli
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT Sang Maha Cahaya, sumber segalala kebenaran dengan izin Nya
akhirnya selesai sudah penelitian ini dilakukan.
Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan dan khusunya bagi mereka yang meminati bidang audit, penelitian dengan judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik Ditinjau dari PSA SA. NO 04: Independensi Penulis melakukan penelitian karena menurut penulis Independensi merupakan topik yang tidak pernah ada habisnya untuk selalu diangkat, diterapkan,dan menjadi suatu keharusan tanpa pengecualian khususnya bagi seorang akuntan publik, menurut peneliti tanpa independensi fungsi seorang auditor menjadi suatu kealfaan. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syaratsyarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan, serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Orang tua, Keluarga yang selalu memberikan semangat dan Doa yang tak henti- hentinya. 2.
Drs. Mohammad Faisal Badroen, MBA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
3.
Kepada Pembimbing peneliti Bu’Yessy yang selalu memberikan semangat dan menyediakan waktu dan Pak’Hamid yang selalu memberikan masukan dan selalu memberikan semangat kepada para mahasiswanya.
4.
Special Person’s to KAP Basyiruddin Nur.SE.Ak…..beserta semua karyawannya,…Pak’Basyir terimakasih ilmu yang sudah diberikan ke peneliti baik langsung ataupun enggak, Beliau selalu mempunyai cara berbeda untuk memberikan semangat + masukan kesemua karyawankaryawannya untuk menjadi dan selalu memperbaiki diri untuk jadi lebih ix
baik lagi, mS’Budi… yang selalu bantuin peneliti, Ms’Jok_yo….makaci ya masukan_tau ilmu- ilmunya ke peneliti, Ms’Aji yang Q Teror terus untuk bantuin isi Kuesioner. Mb’Anikss wong Solo yang selalu bikin Q tersenyumm, Iruull, Irwan, Dedi, Nirwan, Lia, Endyah Versi KAP faozan, mb’NOvi Ajizz …..oH y Wartoyo….and Parmin alias Joniyanto. 5.
Eka, Rahill,…Soliyah Wulandari and Endyah terimakasih atas Semangatnya.
6.
Andikka dan semuanya untuk temen-temen peneliti Khususnya Akuntansi D yang selalu Kompak, yg nggak bisa disebutkan satu-persatu, dan Tementemen diKelas Audit, temen-temen seAngkatan….
7.
Semua yang sudah mengisi Kuesioner peneliti.
8.
Dannn…. Semuanya belum disebutkan, karena keterbatasan baik Langsung ataupun nggak langsung yang sudah bantuin peneliti menjadi : Yasmin, SE.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini masih terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, 26 Desember 2007
Yasmin
ix
ABSTRAK ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI
Oleh Yasmin Tujuan penelitian ini adalah: Untuk melihat secara empiris faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari independensi yaitu: Audit fee, Lamanya hubungan audit dan penugasan audit untuk klien yang sama, Tekanan/ konflik peran (Role Stress) dalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay. Kualitas kinerja merupakan salah satu hal yang sangat penting didalam setap aktivitas, dalam Standar profesional akuntan publik yang merupakan standar pemeriksaan yang harus dijalankan/ dimiliki oleh seorang akuntan publik mengatur mengenai profesionalisme auditor salah satunya adalah standar PSA. SA NO.04 yaitu independensi merupakan sikap yang tidak memihak kepada siapapun, pihak manapun atau oleh faktor apapun, banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut. Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh auditor independen. Responden penelitian adalah para auditor yang bekerja di KAP di wilayah Jakarta. Sebanyak 75 auditor terpilih berdasarkan teknik convenience sampling. 45 kuesioner (60,00%) yang diterima dianalisa dengan metode regresi berganda. Hasil penelitian ini secara parsial hanya faktor audit delay yang berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari independensi. Secara bersamaan faktor-faktor Audit fee, Lamanya hubungan audit dan penugasan audit untuk klien yang sama, Tekanan/ konflik peran (Role Stress) dalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit dan Audit delay mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi. Kata kunci: Independensi, Kualitas kinrerja audit akuntan publik, Audit fee, Lamanya hubungan audit dan penugasan audit untuk klien yang sama, Tekanan/ konflik peran (Role Stress) dalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay.
ix
ABSTRACK ANALYSIS UPON FACTORS AFFECTING AUDIT PERFORMANCE QUALITY FROM POINT OF VIEW OF PROFESSIONAL STANDARD PSA SA No. 04 : INDEPENDENCE
By Yasmin The objectives of the research were as follows: To see whether there significant factors that affect audit performance quality by a public accountant from independence point of view: Audit Fee, the relationship with client, previous audit assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related with the audit. The qualities of performances are indeed an important aspect in every activity. The Professinal Standard of Public Accountant sets the bar for performance for a public accountant. The PSA SA No. 4 clearly states that a public accountant must be independent, which translated to the ability to refrain from taking sides, under any circumstances. Despite the standard, there are many factors that may mislead a public accountant to take side. The research was conducted by sending questionnaire to independent auditors working in Public Accountant Office in Jakarta. Seventy Five auditors were chosen through convenience sampling method. From 75 questionnaires sent, 45 questionnaires (60%) were responded. These 45 questionnaires were then analyzed by double regression method. Partially, the result of this research proves that on audit delay has a direct effect on audit performance quality from independence point of view. Which means that together with audt fee, the relationship with client, previous audit assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related with the audit, audit delay has a direct effect on audit performance quality from independence point of view Keywords: Independence, Audit Fee, the relationship with client, previous audit assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related with the audit.
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Yasmin
Tempat/ Tanggal Lahir
: Jakarta, 25 April 1985
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Tabanas Raya Ujung No. 35, Rt. 005/ 04 Kompl. BI Kedaung Bulak – Ciputat 15411
Telp/Hp
: 08176805374
Pendidikan Formal SD Negeri 12 pg , Jakarta Barat
: Lulus tahun 1997
SMP Negeri 229, Jakarta Barat
: Lulus tahun 2000
SMK Muhammadiyah 09, Jakarta Selatan
: Lulus tahun 2003
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: Lulus tahun 2008
ix
DAFTAR ISI
Hal. Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………….. i Abstract ………………………………………………………………………. ii Abstrak ……………………………………………………………………….. iii Kata Pengantar ……………………………………………………………….. iv Daftar Isi ………………………………………………………………………vi Daftar Tabel ………………………………………………………………….. x Daftar Gambar ………………………………………………………………. xiv Daftar Lampiran …………………………………………………………….... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1 B. Perumusan Masalah ……………………………………………........ 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 10 2. Manfaat Penelitian ……………………………………….... 10
BAB II Tinjauan Pustaka A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Akuntan Publik …………………………………………………….. 12 1.
Komposisi Tim …………………………………………..... 13 ix
2.
Integritas dan Obyektivitas ……………………………… 16
3.
Program Audit …………………………………………… 17
4.
Supervisi …………………………………………………. 18
5.
Kepuasan Kerja ………………………………………….. 21
6.
Profesionalisme ………………………………………….. 23
B. Independensi ………………………………………………………. 25 1.
Pengertian Independensi …………………………………. 30
2.
Komponen-komponen Independensi …………………...... 31
3.
Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Independensi .. 32
C.
Standar Pemeriksaan ……………………………………………… 36
D.
Hipotesis ………………………………………………………….. 45
E.
Model Penelitian …………………………………………………... 46
BAB III METODELOGI PENELITIAN A.
Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………... 47
B.
Metode Penentuan Sampel ……………………………………….. 47
C.
Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 48 1. Sumber Data ……………………………………………… 48
D.
Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 49
E.
Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel ………………………. 50
F.
1.
Variabel Dependen ………………………………….. 50
2.
Variabel Independen ………………………............... 50
Metode Analisis Data …………………………………………….. 54 ix
1.
Uji Kualitas Data …………………………………………. 54
2.
Uji Normalitas dan Asumsi Klasik ……………………….. 56
3.
Analisis Regresi Berganda………………………………… 58
4.
Uji Hipotesis ……………………………………………….59
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………. 61 1. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………...... 61 2. Karakteristik Responden ………………………………...... 62
B.
Hasil Uji Instrumen Penelitian ……………………………………. 63 1. Uji Validitas ………………………………………………. 63 2. Uji Reliabilitas ……………………………………………. 64
C.
D.
Hasil Uji Normalitas dan Asumsi Klasik ………………………… 66 1.
Uji Normalitas ………………………………………......... 66
2.
Uji Asumsi Klasik ………………………………………... 67
3.
Hasil Uji Hipotesis ..…….…………………………........... 67
Penemuan dan Pembahasan ………………………………………68 1. Independensi ………………………………………………68 2. Audit Fee ………………………………………………… 69 3. Lamanya Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama …..74 4. Tekanan (konflik peran) Dalam Penugasan/ Penyelesaian Audit …………………………………….....77 5. Pengaruh Sosial Dalam Menyelesaikan Tugas Audit ……. 81 ix
6. Audit Delay …………………………………………….. 85 BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan ……………………………………………………. 102
B.
Implikasi ………………………………………………………. 103
C.
Saran …………………………………………………………... 104
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 105 LAMPIRAN …………………………………………………………….. 109
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
Wilayah dan Nama KAP
62
4.2
Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner
63
4.3
Karakteristik Responden
63
4.4
Hasil Uji Validitas
65
4.5
Hasil Uji Reliabilitas
66
4.6
Sikap Wajib Yang Harus Dimiliki Oleh Auditor
68
4.7
Keharusan Aturan Independensi Dalam Standar Profesional Akuntan Publik
68
4.8
Sangat Berpengaruh Terhadap Kualitas Kinerja Audit
69
4.9
Kepentingan Independensi Di atas Kepentingan Klien
70
4.10
Laporan Audit Tidak Berguna Tanpa Sikap Independensi
70
4.11
Sangat Berpengaruh Terhadap Opini Auditor Dalam Laporan Audit
71
Memperhatikan Besarnya Fee Yang Diberikan Kepada Auditor Oleh KAP Adalah Sangat Penting
72
4.13
Fee Harus Seimbang Dengan Penugasan Audit
72
4.14
Fee Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit
73
4.15
Semakin Besar Fee Maka Kualitas Kinerja Auditor Semakin Bagus Dan Begitupun Sebalkinya
73
4.16
Fee Sangat Mempengaruhi Independensi
74
4.17
Semakin Besar Fee Maka Akan Semakin Independen Opini Yang Akan Diberikan
74
4.12
ix
4.18
4.19
4.20
4.21
4.22
4.23
4.24
4.25
4.26
4.27
4.28
4.29
4.30
Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Suatu Hal Yang Penting Untuk Diperhatikan
76
Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Tidak Boleh Lebih Tiga Tahun Berturut-Turut
76
Semakin Lama Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Maka Kualitas Kinerja Audit Akan Semakin Menurun Begitipun Sebaliknya
77
Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Mempengaruhi Independensi Auditor
77
Semakin Lama Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Maka Akan Semakin Berkurang Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya
78
Tekanan Internal (KAP) Sangat Mempengaruhi Kinerja Auditor Dalam Menyelesaikan Tugas
79
Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Hasil Audit Yang Dilakukan
79
Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit
80
Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan Semakin Rendah Kualitas Kinerja Audit Yang Dihasilkan Dan Begitupun Sebaliknya
80
Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor
81
Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan Semakin Rendah Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya
81
Persepsi Masyarakat Tentang Laporan Independen Audit Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Penting Dalam Proses Audit
82
Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit
83
ix
4.31
4.32
Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin Tinggi Kualitas Kinerja Audit Dan Begitupun Sebaliknya
84
Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi independensi Auditor
85
4.33
Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin Tinggi Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya 85
4.34
Audit Delay Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Mempengaruhi Proses Audit
87
4.35
Audit Delay Sangat Mempengaruhi Opini Audit
87
4.36
Audit Delay Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit
88
4.37
Audit Delay Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor
88
4.38
Uji Multikolinearitas
91
4.39
Uji Autokorelasi
92
4.40
Koefisien Determinasi
94
4.41
Hasil Uji F
95
4.42
Hasil Uji t
96
4.43
Hasil Regresi Berganda
97
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Behavioral Model Of Independence
30
2.2
Proses Perencanaan Strategis
36
2.3
Model Penelitian
47
4.1
Uji Normalitas P-Plot
89
4.2
Uji Heteroskedasitas
93
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Kuesioner Penelitian
110
2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
115
3
Hasil Output Regresi
121
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu alat atau media yang dipergunakan sebagai tempat komunikasi antara pihak yang memiliki laporan keuangan (perusahaan) dengan para pihak pengguna laporan keuangan itu sendiri yaitu para investor, dan pihak-pihak eksternal lainnya yang memiliki kepentingan akan laporan keuangan tersebut. Secara fungsional laporan keuangan menjadi infrastruktur kunci bagi stockholders untuk meneropong perkembangan dan kinerja keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Laporan keuangan disajikan dalam format informasi tertentu yang membutuhkan kemampuan analisis tertentu untuk dapat memahaminya. Laporan keuangan yang berisi mengenai entitas keuangan, keadaan atau kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu diharapkan dan harus mencerminkan keadaan sebenarnya dari suatu aktivitas tertentu dan sesuai dengan periode tertentu pula, sehingga para pengguna dapat memperoleh dan mengambil informasi dari laporan keuangan untuk pertimbangan bahkan pengambilan keputusan ekonomik. Oleh karena itu para pengguna informasi, menginginkan laporan keuangan yang disediakan perusahaan adalah laporan keuangan yang sesungguhnya terjadi dan menggambarkan keadaan yang
sebenarnya, tetapi
acapkali terjadi adalah adanya kecenderungan pihak penyaji informasi untuk melaporkan yang “baik” saja sedangkan pihak pemakai laporan keuangan sangat ix
berkepentingan untuk mendapatkan informasi yang objektif mengenai kesatuan usaha yang sesungguhnya. Biasanya manajemen merupakan pihak yang terpisah dengan investor, pihak manajemen mempunyai keahlian untuk mengelola sumber ekonomi, sedangkan investor memiliki dana dalam artian investorlah yang lebih dominan dan berperan aktif dalam memberikan modalnya kedalam suatu entitas perusahaan, dalam keadaan seperti ini akan membentuk sebuah kondisi, yaitu pertentangan kepentingan-kepentingan, walaupun memang pihak investor dengan pihak manajemen mempunyai satu keinginan yang searah satu sama lainnya yaitu profit. Pihak
manajemen
yang
mengelola
sumberdaya
perusahaan
harus
mempertanggungjawabkan pengelolaannya kepada pihak eksternal ataupun internal perusahaan, pertanggungjawaban inilah yang dicerminkan melalui laporan keuangan. Untuk menjaga objektifitas laporan keuangan maka diperlukan pihak yang independen yaitu akuntan publik, yang berkompenten untuk memeriksa (pengauditan) keabsahan dari laporan keuangan dengan bersandarkan pada standar yang berlaku umum untuk mengungkapkan penuh hasil evaluasi yang dilakukan oleh seorang auditor. Dalam melaksanakan audit, profesi akuntan publik merupakan profesi yang unik dibandingkan dengan profesi lain. Sebagai contoh misalnya profesi pengacara, mereka bekerja dan dibayar untuk kepentingan yang memberikan “fee”. Profesi akutan publik melaksanakan audit bukan hanya untuk kepentingan klien yang membayar “fee” tetapi juga untuk pihak ketiga atau masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit. ix
Pengauditan adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi keuangan tentang suatu entitas ekonomik oleh seorang yang kompeten dan independen guna menentukan kesesuaian antara informasi tersebut dengan suatu kriteria tertentu. (Arens, et al, 2003:1). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengauditan pada dasarnya adalah suatu proses pengumpulan bukti dan mengevaluasi bukti dari informasi keuangan suatu entitas ekonomik dengan standar tertentu. Pihak pemakai informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan adalah pihak yang terpisah dari pihak manajemen yang bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan tersebut. Kecenderungan manajemen untuk melaporkan hal-hal yang menguntungkan bagi kepentingan manajemen menjadikan pihak-pihak pemakai informasi akuntansi ragu akan keandalan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Idealnya, setiap pemakai informasi akuntansi memeriksa kebenaran laporan keuangan yang dibuat manajemen, namun hal ini selain tidak layak secara ekonomik karena akan terjadi pengulangan proses (pengauditan) yang serupa atas perusahaan yang sama, juga yang bersangkutan belum tentu kompeten dalam melakukan pengauditan, dalam kondisi yang demikian adanya pihak ketiga yang independen untuk melaksanakan fungsi pengauditan menjadi penting. Oleh karena itu keindependenan seorang auditor menjadi suatu hal yang wajib dimiliki, karena nantinya akan mempengaruhi kualitas laporan audit. Independensi adalah salah satu norma pemeriksaan akuntan yang penting. Sebab, pendapat
akuntan independen diberikan untuk tujuan menambah
kredibilitas laporan keuangan yang pada dasarnya merupakan gambaran kinerja ix
manajemen, pihak yang membayar fee atas bisnis akuntan publik. Jika akuntan tidak independen terhadap manajemen atau kliennya, maka pendapat yang diberikan tidak akan mempunyai arti. Dengan adanya independensi, akuntan publik dapat menarik kesimpulan yang tidak memihak mengenai laporan keuangan yang diaudit. Tanpa adanya ruh independensi peneliti yakin proses audit akan terasa “beku” karena independensi merupakan sikap yang terpenting dalam pengauditan walaupun seorang auditor tersebut memiliki kompeten yang tinggi tetapi tetap saja opini yang nantinya akan diberikan dari seorang auditor tidak akan objektif, sudah banyak kasus yang terjadi dan skandal-skandal keuangan yang terjadi yang melibatkan akuntan publik sebagai salah satu penyebabnya. Yang tidak mengungkapkan secara full disclosure ini menjadi sebuah pertanyaan besar apakah memang dikarenakan auditor tidak mampu untuk mengerjakan tugasnya (tidak kompeten) yaitu segala kejahatan dengan trik-trik tertentu tidak bisa diketahui oleh auditor sebagaimana peran dari auditor tersebut untuk mengaudit laporan keuangan dari entitas-entitas ekonomik tersebut?Atau memang auditor tersebut sengaja untuk tidak independen (profesional) di dalam melakukan tugasnya, tentunya ini sangat erat sekali hubungannya dengan kualitas akhir pengauditan yaitu pelaporan audit. Banyak faktor–faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan independen, baik itu yang ditimbulkan dari eksternal kantor akuntan publik (KAP) ataupun yang berasal dari internal kantor (KAP), hal inilah yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan analisis
ix
penelitian terhadap faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi. Menjamurnya skandal keuangan baik domestik maupun mancanegara sebagian besar bertolak dari laporan keuangan yang pernah dipublikasikan oleh perusahaan, fakta ini menunjukkan adanya keterkaitan skandal keuangan dengan kinerja audit. Dan dalam penelitian Lestanti (2005) mengungkapkan dua definisi independensi (independensi profesi dan independensi praktisi) yang menjadi salah satu penyebab dari segala permasalahan skandal keuangan yang terjadi seperti skandal kasus Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, dan Merill Linch, Adelphia, yaitu independensi sikap mental (praktisi) yang bertolak dari moral auditor dan independensi dalam penampilan (profesi) yang dipengaruhi oleh ikatan kepentingan keuangan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu dan berdasarkan literatur teori pendukung yang ada, yaitu
penelitian dengan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik, yang ditinjau dari standar profesional akuntan publik PSA No: 04, SA Seksi 220 (independensi). Alasan peneliti tertarik untuk meneliti dan mengembangkan penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu karena peneliti merasa bahwa independensi merupakan salah satu standar profesional akuntan publik yang sangat penting, harus dimiliki oleh seorang “pengaudit”, seorang auditor yang tidak memiliki sikap independensi adalah seperti “makhluk tanpa nyawa” segala skandal-skandal keuangan akan semakin menjamur dimana-mana dan khususnya korupsi di Indonesia akan menjadi semakin kental, takkala seorang ix
auditor didalam melakukan tugasnya untuk mengungkapkan segala temuantemuan audit yang sesungguhnya terjadi menjadi sesuatu yang “langka” dikarenakan tidak memiliki jiwa independensi yang tertanam dalam setiap langkah auditor. Oleh karena itu, dibutuhkannya kualitas kinerja audit yang sangat maksimal, bebas dari ketidak objektifitasan oleh seorang akuntan publik karena pengungkapan penuh tersebut akan berpengaruh signifikan terhadap opini audit yang akan diberikan oleh seorang auditor, yang nantinya opini tersebut akan dimanfaatkan oleh para pengguna informasi keuangan untuk mengambil suatu keputusan tertentu dari suatu entitas ekonomi.
B. Perumusan Masalah Pada dasarnya tujuan audit laporan keuangan oleh auditor independen pada menurut Standar Auditing (SA) seksi 110 adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan, auditor memberikan pendapat akuntan, dalam segala hal yang material, apakah laporan keuangan tersebut telah disusun secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sebelum mencapai perumusan masalah yang ada peneliti terlebih dahulu akan
mencoba
memaparkan
identifikasi
masalah
yang
ada.
Peneliti
mengidentifikasi masalah dengan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi ix
kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari standar profesional akuntan publik PSA No.04 yaitu independensi. Penelitian yang dilakukan Deis dan Giroux (1992) yang meneliti determinan kualitas audit disektor publik menujukkan bahwa kualitas audit meningkat seiring meningkatnya jumlah klien tetapi menurun seiring dengan masa jabatan auditor, juga disampaikan bahwa faktor peer review, jam kerja dan laporan waktu juga meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Retty dan Indra (2001) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik adalah ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, sebaliknya faktor-faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik adalah pemberian jasa selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran kantor akuntan publik, persaingan antar akuntan publik dan audit fee . Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2000) menguji independensi terhadap pendapat audit menujukkan bahwa ternyata auditor yang independen memberikan pendapat yang berbeda dengan auditor yang tidak independen, sedangkan auditor yang tidak independen memberikan pendapat yang sama namun demikian, pendapat auditor yang ahli dan independen lebih tepat dibandingkan dengan auditor yang tidak ahli. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2002) pengujian konsekuensi konflik peran dan ketidakjelasan peran menyediakan dukungan bahwa kesulitan seseorang atas peran organisasionalnya meningkat pada saat konflik dan ketidakjelasan ix
meningkat, salah satu untuk menurunkan tekanan peran adalah menurunkan elemen pemicu tekanan (stress). Shockley (1981) bukti empiris yang diteliti adalah terdapat tambahan mengenai masalah independensi akuntan publik. Secara khusus, penelitian yang dilkukannya itu ingin meneliti dampak variabel- variabel tertentu terhadap independensi akuntan publik. Variabel-variabel tersebut hanya dibatasi pada empat varibel utama yaitu : (1) kompetisi, (2) jasa konsultan manajemen (3) besarnya (size) kantor akuntan publik, dan (4) lamanya akuntan publik mengaudit klien tertentu. Dengan menggunakan teknik Factorial analysis of variance Shockley berhasil menyimpulkan bahwa tiga variabel yaitu: kompetisi, jasa konsultan manajemen, dan besarnya kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap independensi akuntan publik, pada tingkat signifikan 0,01. Namun variabel lamanya akuntan publik mengaudit klien tertentu tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi akuntan publik. Atau dengan kata lain, kantor akuntan publik yang beroperasi pada lingkungan yang kompetitif, memberikan jasa konsultan manajemen dan berskala kecil dipersepsikan akan menghadapi ancaman yang lebih besar dalam hal menpertahankan independensinya. Christiawan (2002), hasil penelitiannya membuktikan bahwa dalam mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya, tetapi disisi lain terdapat beberapa kekuatan yang bisa meredakan pengaruh tersebut, hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa pemisahan staf audit dari staf yang melakukan consulting service dirasakan akan meningkatkan independensi akuntan publik, pengaruh budaya masyarakat atau ix
organisasi terhadap pribadi akuntan publik juga akan mempengaruhi sikap independensinya. Penelitian yang dilakukan oleh Mack dan Samet (1992, dalam Lestari 2003) menghasilkan lima kunci karakteristik kualitas audit, yaitu perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi, dan perlakuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya peneliti mencoba untuk mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan standar profesional akuntan
publik
PSA
NO.04
(independensi)
yaitu
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari standar profesional akuntan publik PSA NO.04, yaitu dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi dengan menggunakan variabel : audit fee,
lamanya hubungan audit dan
penugasan audit untuk klien yang sama, tekanan/ konflik peran (role stress) dalam penugasan/ penyelesaian audit, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, audit delay. Setelah identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik yang ditinjau dari standar profesional akuntan publik yaitu independensi. Dimana peneliti mencoba untuk mengembangkan penelitian sebelumnya, dengan landasan teoritis yang ada dan realitas ekonomik yang ada. Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, diwujudkan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah audit fee berpengaruh terhadap independensi akuntan publik? ix
2. Apakah Lamanya hubungan audit dan penugasan audit pada klien yang sama berpengaruh terhadap independensi akuntan publik ? 3. Apakah Konflik peran (Role Stress) berpengaruh terhadap independensi akuntan publik? 4. Apakah Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit berpengaruh terhadap independensi akuntan publik? 5. Apakah Audit Delay berpengaruh terhadap independensi akuntan publik?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan tentunya memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja audit ditinjau dari standar profesional akuntan publik yaitu independensi untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan atau apakah terdapat hubungan terhadap independensi auditor. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat bagi penulis Selain merupakan prasyarat tugas akhir studi akademis peneliti, manfaat lain yang dapat diperoleh adalah dengan adanya penelitian ini peniliti dapat memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh dari independensi terhadap pengungkapan penuh temuan audit, dan tentunya menambah khasanah pengetahuan peneliti dalam dunia pengauditan. b. Bagi dunia akademis ix
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembuktian empiris mengenai independensi khususnya kepada para auditor, dan berapa besar pengaruhnya independensi auditor terhadap kualitas kinerja audit. c. Bagi para pembaca Dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dan menambah wawasan tentang independensi dan pengaruh pengungkapan penuh temuan audit yang disampaikan melalui opini auditor yang nantinya digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk mengambil keputusan para pengguna informasi.
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Akuntan Publik Wooten (2003) menyebutkan bahwa kualitas audit sulit untuk diteliti, karena itu peneliti selama ini melihat pada indikator (surrogates) dari kualitas audit atau karakter/atribut yang diduga menentukan kualitas audit itu. Dalam penelitiannya ada dua karakteristik yang menetukan kualitas audit dan ternyata karakteristik yang melekat pada tim audit lebih penting daripada firm-wide factors. Dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit dan kualitas kinerja audit yang ditelitipun diartikan sebagai efektifitas didalam pencapaian tujuan audit yang tertuang dalam SAP mengatur ketepatan waktu secara khusus dalam standar pelaporan kedua: ”Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan secara tepat waktu oleh manajemen, dan pihak lain yang berkepentingan”, efektifitas pencapaian tujuan audit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kinerja tim audit (Putra Djaja, 2002). Suksesnya audit sangat erat terkait dengan kinerja tim audit serta supervisi oleh pengendali teknis dan pengendali mutu. Tim audit dituntut untuk dapat mengetahui standar waktu dan peneliti membatasinya yaitu kualitas kinerja audit ditinjau dari independensinya, yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit, peneliti akan ix
menjelaskannya secara terpisah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja akuntan publik dibawah ini: 1. Komposisi Tim Komposisi tim audit merefleksikan penerapan standar umum pertama dari Standar Audit Pemerintahan (SAP): “Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas disyaratkan”, begitu pula halnya standar umum pertama Standar Prosfesional Akuntan Publik (SPAP): “Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Penyusunan tim audit, berusaha menempatkan pegawai yang berasal dari unit kerja kompeten (unit kerja pengusul obyek audit) dan tetap dimungkinkan untuk menggunakan pegawai yang berasal dari unit kerja lain, baik sebagai ketua/ pemimpin tim ataupun sebagai anggota tim. Suatu komposisi tim audit merefleksikan kehandalan suatu tim dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu penugasan. Setidaknya ada dua faktor yang dapat dijadikan perhatian/pertimbangan dalam penyusunan tim adalah: a. Latar belakang pendidikan serta pelatihan anggota tim Auditor merupakan profesi yang mensyaratkan tingkat pendidikan dan keahlian tertentu. Keahlian sebagian diperoleh dari pendidikan yang didapat baik dari pendidikan akademik maupun pendidikan profesi. SAP mengharuskan
organisasi/
lembaga ix
audit
mempunyai
program
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi stafnya. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan sangat penting bagi auditor untuk meningkatkan keahlian
dan
profesionalismenya
sehingga
dapat
mengikuti
perkembangan audit mutakhir. Peningkatan profesionalisme akan berpengaruh pada peningkatan kualitas audit. Penelitian Deis and Giroux (1992) menujukkan pendidikan (education) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Beragamnya jenjang pendidikan (D-3 hingga S-2) dan bidang studi pilihan (akuntansi dan non akuntansi) mencerminkan
kemampuan
masing-masing
anggota
tim
dalam
memberikan kontribusi pada kinerja tim secara keseluruhan. SPAP dalam standar umum ketiga mewajibkan auditor menjalani pelatihan teknis, karena untuk menyatakan pendapat (opini) auditor harus senantiasa sebagai ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian diawali dari pendidikan formal dan diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit dan melalui pelatihan teknis yang cukup (dalam artian memadai baik dari sisi aspek teknis maupun pendidikan umum). b. Masa kerja dan pengalaman anggota tim: Dengan pengalaman akuntan dapat meningkatkan keahlian profesionalnya baik berupa keahlian teknis maupun dalam membuat pertimbangan audit (audit judgment). Pengalaman mempengaruhi kualitas audit, paling tidak ada dalam kualitas pertimbangan audit. Pengalaman biasanya diukur dari lamanya akuntan bekerja sebagai ix
auditor atau menurut jenjang struktural tertentu, walaupun sebenarnya kurang dapat dijadikan ukuran yang tepat untuk ukuran tingkat pengalaman auditor. Secara umum memang, usia dan pengalaman dapat menunjukkan kedewasaan dan kemampuan seseorang dalam memahami bentuk penugasan yang harus dilakukan. Tetapi masa kerja dan pengalaman dapat juga berarti sebaliknya (kontradiktif). Hal ini diungkapkan dalam Stephen P. Robbins, (1996 dalam Putra Djaja, 2002) yang menyatakan mengenai masa kerja dan usia: “…there is a widespread belife that job performance declines with increasing age.Regardless of whether it’s true or not, a lot of people believe it and act on it.” ………bahwa ada kepercayaan bahwa kinerja seseorang menurun seiring dengan meningkatnya umur, entah benar atau salah namun kenyataannya banyak orang mepercayainya dan berlaku seperti itu. Pengalaman merupakan faktor penting, dibuktikan dari penelitian Neni Meidawati (2001, dalam Widagdo, Lesmana dan Irwadi, 2002) bahwa tingkat kesalahan yang dibuat auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak daripada auditor yang berpengalaman. Lebih lanjut Tubs (1992 dalam, Lestari 2003) masih di dalam jurnal yang sama, menyebutkan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki keunggulan dalam tiga hal: mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat dan mencari penyebab kesalahan. Demikian juga menurut penelitian Utami dan Mardiasmo (1991, dalam Lestari 2003 ) yang menguji pengaruh pengalaman mengaudit laporan
keuangan
terhadap ix
mutu
pertimbangan
audit
dengan
menggunakan sampel mahasiswa, akuntan yunior dan akuntan senior. Hasil penelitian menujukkan bahwa pengalaman mengaudit laporan keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap mutu pertimbangan audit. Pengalaman pelatihan dan pendidikan lanjutan juga ikut mempengaruhi mutu pertimbangan audit dengan sumbangan efektif sampai 36%.
2. Integritas dan Obyektivitas Arens, Elder & Beasley (2003:81) dalam AICPA Code of Professional Conduct, menyebutkan : “Integrity: to maintain and broaden public confidence, member should perform all professional responsibilities with the highest sense of integrity. Objectivity, a member should maintain objectivity and be free of conflict of interest in discharging professional responsibilities. Definisi prinsip diatas, memberikan gambaran prinsip integritas bahwa
seorang
auditor
harus
melaksanakan
seluruh
professional
responsibilities mereka dengan semangat integritas yang paling tinggi untuk menjaga dan memperoleh kepercayaan publik. Prinsip Objektivitas, auditor harus tetap obyektif dan bebas dari konflik kepentingan. Aturan
Etika
Kompertemen
Akuntan
Publik
butir
102
menyebutkan: ”Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan obyektifitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.” ix
3. Program Audit Program audit merupakan wujud dari perencanaan audit. Didalamnya memuat tujuan dan lingkup audit serta metodologi yang dipergunakan untuk merealisasikan tujuan tersebut. Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) menyatakan hakekat perencanaan sebagai suatu proses pengidentifikasian peluang dan kendala yang akan terkait atau yang akan dihadapi dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Terkait
dengan
perencanaan
baik
SAP
maupun
SPAP
mengharuskan: “Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya. Dengan lebih memprioritaskan aspek perencanaan, maka setiap pekerjaan audit harus direncanakan
dengan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan
antara lain: materialitas, sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit serta mengevaluasi hasil prosedur audit tersebut. Selain itu untuk mendukung kepentingan perencanaan dikemudian hari SAP menegaskan bahwa: “Auditor harus mengikuti tindak lanjut temuan audit yang diketahuinya material beserta rekomendasinya, yang berasal dari audit sebelumnya.” Dengan demikian baik buruknya kesiapan perencanaan audit setidak-tidaknya dapat dicermati dari program audit yang disusun. Program audit sendiri tidak selalu seragam baik dalam bentuk maupun dalam isinya antara lembaga/ institusi penyelenggara audit. Idealnya program audit ix
mengandung unsur-unsur sebagai berikut (Pany dan Whittington dalam Putra Djaja, 2002): a. Description of the client company. Its structure, business, and organization; b. Objective of the audit (e.g. audit for stockholder, special – purpose audit, SEC filing); c. Nature and extant of other services, such as preparation of tax return, to be performed for the client; d. Timing and schedulling of the audit work, Including determining which procedure may be performed before the balance sheet date, what be be done or after the balance sheet date, and setting dates for such critical procedures as cash count, account receivable confirmations, and inventory observation; e. Work to be done by the clients staff; f. Staffing requirements during the engagement; g. Target dates for completing major segments of the engangements, such as the consideration of internal control, tax returns, the audit report, and SEC filings; h. Any special audit risk for the engagement; i. Preeliminary Jugmen about materiality levels for the enggement.
4. Supervisi
ix
Standar audit SPAP dan SAP mengharuskan pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya. Supervisi mencakup pengarahan kegiatan auditor dan pihak lain (misalnya konsultan dan spesialis luar) yang terlibat dalam audit untuk menentukan apakah tujuan audit dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada anggota staf, pemberi informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan review atas pekerjaan yang dilakukan dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif. Supervisi merupakan salah satu elemen pengendalian kualitas dan prosedur review (quality control and review procedures). Kekuatan pengendalian kualitas dan prosedur review ikut mempengaruhi kualitas audit. Selain itu kemampuan supervisor juga mempengaruhi kualitas audit (Deis and Giroux, 1992). Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Meier dan Fuglister (1992 dalam Putra Djaja 2002) yang membuktikan bahwa supervisi dan training adalah rekomendasi paling penting menurut anggapan auditor dan klien untuk meningkatkan kualitas audit. Supervisi dapat membuat auditor berkonsentrasi pada area yang memiliki risiko tinggi. Putra Djaja (2002) juga membuktikan bahwa supervisi merupakan faktor penunjang kinerja tim yang paling mempengaruhi dari kelima faktor lainnya terhadap efektifitas pencapaian tujuan audit. Accounting Education Change Commision (AECC) melalui issues statement No.4 (recommendations for supervisor of early work experience), ix
merekomendasikan pada supervisor akuntan pemula untuk melaksanakan supervisi dengan tepat khususnya dalam tiga aspek utama sebagaimana dinyatakan oleh AECC berikut: a. Supervisor hendaknya menujukkan sikap kepemimpinan dan mentoring yang kuat, rincian aktifitas yang disarankan oleh AECC adalah: 1) Supervisor sering memberikan feedback yang jujur, terbuka dan interaktif kepada akuntan pemula dibawah supervisinya; 2) Supervisor mempertahankan pesan-pesan tak langsung dari akuntan pemula dan jika yang disampaikan adalah ketidakpuasan, secara langsung supervisor menanyakan keadaan dan penyebabnya; 3) Supervisor meningkatkan konseling dan mentoring, misalnya dengan memberikan pujian terhadap kinerja yang baik, memperlakukan akuntan pemula sebagai profesional, membantu akuntan pemula untuk mengenali peluang kerja masa datang dan memperdulikan minat serta rencana akuntan pemula; 4) Supervisor dituntut mampu menjadi panutan sebagai profesional dibidangnya, mampu menumbuhkan kebanggaan akan profesi dan mampu menunjukkan kepada klien dan masyarakat akan peran penting profesi yang digeluti tersebut. b. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong tercapainya kesuksesan, rincian aktivitas yang disarankan oleh AECC adalah:
ix
1) Menumbuhkan sikap/ mental pada akuntan pemula untuk bekerja dengan
benar
sejak
awal
dan
menciptakan
kondisi
yang
memungkinkan hal itu terjadi. 2) Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan tingkat kemampuan akuntan pemula; 3) Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan. c. Supervisor hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan menstimulasi terselesaikanya tugas. Rincian aktivitas yang disarankan AECC adalah: 1) Supervisor mendelegasikan tanggung jawab sesuai kemampuan dan kesiapan akuntan pemula; 2) Memaksimalkan kesempatan akuntan pemula untuk menggunakan kemampuan verbal, baik lisan maupun tulisan, berpikir kritis dan menggunakan teknis analitis serta membantu akuntan pemula untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Memadai/ tidaknya supervisi dalam suatu penugasan tergantung pada banyak faktor, termasuk didalamnya kompleksitas permasalahan dan kualifikasi orang yang melaksanakan penugasan audit.
5. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah suatu sikap seseorang terhadap pekerjaan sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang diyakini seharusnya diterima. Hal ini dikemukakan Robbins ix
(1996, dalam Trisnaningsih dan Iswati, 2003), lebih lanjut menurut peneliti tersebut (dalam Putra Djaja, 2002) determinan dari kepuasan kerja adalah: ”mentally challenging work, equitable rewords, supportive working conditions, supportive colleagues”, sebagai berikut: a. Pekerjaan yang menantang (mentally challenging work), pelaksana cendrung menerima penugasan yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan keahlian dan kemampuannya serta menawarkan beragam tugas, kebebasan clan umpan balik atas prestasi kerjanya. b. Kondisi kerja yang kondusif (supportive working conditions), pelaksana sangat peduli dengan lingkungan kerja yang menawarkan kenyamanan dan mendukung terciptanya prestasi kerja yang baik. c. Dukungan rekan kerja (supportive colleagues), pelaksanaan tidak hanya berfokus pada uang tetapi juga membutuhkan interaksi sosial (social need). Tidak mengherankan jika untuk mencapai dan meningkatkan kepuasan kerja mereka bersikap bersahabat dan kooperatif (supportive worker). d. Kompensasi
yang
memadai
(equitable
rewards),
pelaksanaan
mengharapkan adanya sistem pembayaran dan kebijakan promosi yang menunjang dan sejalan dengan harapan mereka. Kewajaran pembayaran biasanya disesuaikan dengan penugasan, tingkat keahlian dan standar yang berlaku. Vroom (1964, dalam Trisnaningsih dan Iswati, 2003) menjelaskan bahwa kepuasan kerja dapat mengharapkan kepada sikap positif terhadap ix
kemajuan suatu pekerjaan. Luthans (1995) dalam jurnal yang sama menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, bahwa kepuasan kerja tidak dapat dilihat tetapi hanya diduga. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi atau melebihi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sikap lainnya daripada individual. Berbagai hal dapat mempengaruhi kepuasan kerja, misalnya upah dan promosi, supervisi yang diterima dan kepuasan dengan rekan sekerja. Dalam perencanaan audit telah dianggarkan tentang besarnya biaya audit. Tim auditor menggunakan dana sebatas pada anggaran yang sudah tertuang pada rencana audit. Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh fungsi dan kedudukan karyawan dalam organisasi, seperti yang diungkapkan Basset (1995, dalam Myrna Nurahma dan Indriantoro, 2000). Lebih lanjut disebutkan bahwa karyawan pada kedudukan yang tinggi merasa lebih puas karena memiliki otonomi yang lebih besar, pekerjaannya lebih bervariasi dan memiliki kebebasan melakukan penilaian. Karyawan level bawah lebih besar kemungkinannya mengalami ketidakpuasan dan kebosanan karena pekerjaan yang kurang menantang dan tanggung jawab yang kecil. Albrecrt dan Brown (1981, dalam Nurahm dan Indriantoro, 2000) menunjukan bahwa kepuasan kerja akuntan pemula lebih rendah dibandingkan manajer atau partner dan kepuasan kerja tertinggi dialami oleh partner. ix
6. Profesionalisme Dalam kamus bahasa Indonesia yang baku, menurut A.Th.Soetedjo (2003) kata “Profesionalisme” berasal dari kata profesi yang mempunyai arti “Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu”. Selanjutnya profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang ahli dibidangnya, atau profesional; sedangkan profesional memiliki beberapa pengertian, yaitu: (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan kata amatir). Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan perubahan glonal, profesi akuntan/ auditor saat ini dan masa mendatang menghadapi tantangan yang semakin berat sehingga menjalankan aktivitasnya seorang auditor dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalisme. Ada tiga hal utama menurut Machfoedz (1997, dalam Winarna dan Retnowati 2003) yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi dalam mewujudkan profesionalismenya yaitu berkeahlian, berpengetahuan dan berkarakter. SAP, Tepatnya didalam standar umum ketiga menyebutkan: “Dalam pelaksanaan audit penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya”. Standar ini mewajibkan setiap auditor untuk menggunakan kemahiran profesionalnya secara profesionalnya secara profesional, cermat dan seksama yang berarti auditor harus selalu memahami dan melaksanakan seluruh arahan dalam Petunjuk Teknis Pemeriksaan, selalu menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam penentuan lingkup audit, pemilihan metodelogi serta pemilihan pengujian dan prosedur audit serta selalu menggunakan pertimbangan profesional dalam penentuan standar audit/ kriteria yang digunakan. ix
B. Independensi Athur W. Holmer (1971, dalam Nila Eka Putri,1999) mengungkapkan Independensi sebagai sebuah
kebebasan dari pengaruh, bujukan dan
pengendalaian dari klien audit. Dengan kata lain bila auditor mengikuti kemauan klien maka laporannya tidak akan bermanfaat. Arens, Elder & Beasley (2003:83) menegaskan juga bahwa: “Not only is it essential for auditor to maintain an independent attitude in fulfilling their responsibilities, but it also important that the users of financial statements have confidence in that independence. These two objectives are often identified as independence in fact and independence in appearance. Independence in fact exists when the auditor is actually able to maintain an unbiased attitude throughout the audit, whereas independence in appearance is the result of others’ intepretation of this independence. If auditors are independent in fact, but users believe them to be advocates for the client, most of the value of the audit function will be lost” Independensi sangat penting bagi auditor untuk dijaga dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Dua hal independensi, in fact yaitu ketika auditor mampu menjaga prilaku yang tidak bias sepanjang audit. Kedua, in appearance ketika auditor terlihat independen menurut penampilan/ sudut pandang orang. Walaupun auditor bisa menjaga independence in fact tapi jika users yakin kalau auditor berpihak kepada kliennya maka sebagian besar nilai dari fungsi audit menjadi hilang. Standar umum kedua SAP (2001:20) yang mengatur tentang independensi menyebutkan : “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi/ lembaga audit dan auditor baik pemerintah maupun akuntan publik, harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari ix
gangguan independensi yang bersifat pribadi dan yang diluar pribadinya (ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan dan penampilan terhadap independen”. Dalam PSA SA Seksi 801 paragraf 06 dijelaskan bahwa: “Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material terhadap penelusuran jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan adalah sama dengan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan”. Tidak satu alat ukurpun yang secara obyektif dapat mengukur apakah auditor tersebut benar-benar independen, sehingga auditor dituntut untuk benar-benar
menyadari
independensi dalam
profesinya
dan
menjaga
kepercayaan masyarakat dengan menjaga independensi dalam pelaksanaan audit. Namun auditor dapat mengenali/ mengetahui faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi (mengurangi)
independensi auditor.
Menurut
Supriyono (1988, dalam Nila Eka Putri,1999) ada enam faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu: 1. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, 2. Persaingan, semakin banyaknya kantor akuntan pesaing membuat suatu kantor akuntan berusaha apa saja untuk mendapatkan/ mempertahankan klien. 3. Jasa lain selain audit, bila suatu kantor memberikan jasa non audit juga kepada klien yang diaudit, tentu hal ini mengurangi independensi, ix
4. Lamanya penugasan audit suatu kantor akuntan, semakin lama kantor tersebut memberikan jasa audit kepada satu klien maka akan mengalami kesulitan untuk memisahkan diri dari manajemen dan bertindak sebagai pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan masyarakat bukan untuk manajemen, 5. Ukuran Kantor Akuntan Publik, 6. Audit Fee SAP juga mengidentifikasikan beberapa gangguan/ hal-hal yang mengurangi atau meniadakan independensiyang dapat bersifat pribadi, ekstern atau organisasi. Dengan demikian apabila satu atau lebih dari gangguan yang terhadap independensi tersebut mempengaruhi kemampuan auditor dalam melaksanakan tugas auditnya serta melaporkan hasilnya secara tidak memihak, maka auditor dimaksud sebaiknya menolak penugasan yang dipercayakan kepadanya Didalam praktik pelaksanaan audit, (Putra Djaja,2002) ada beberapa kondisi yang dapat berpengaruh pada independensi auditor, diantaranya: 1. Adanya hubungan keluarga dan kepentingan antar personil tim dengan manajemen auditan. Kondisi ini berhubungan dengan interprestasi: independence of patners and staff, cohabitation clan direct and indirect financial interest clan merupakan perwujudan dari independen dalam penampilan (independence in appearance). 2. Efek pemberian fasilitas akomodasi dan entertainment oleh auditan. Kondisi ini berhubungan dengan interprestasi. Other situations that may impair ix
independence (khusus tentang gifts from clients) clan merupakan peerwujudan dari independen dalam penampilan (independence in appearance). Selain itu, SAP juga menyatakan bahwa gangguan yang dihadapi auditor yang bersumber dari luar pribadi auditor (gangguan eksternal) dapat berpengaruh pada independensi dalam menyatakan pendapat (opini) dan kesimpulan audit. Diantaranya: 1. Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian suatu audit. Kondisi ini berhubungan dengan interprestasi: other situations that may impair independence (khususnya tentang client and auditor litigation) dan merupakan perwujudan dari independent dalam penampilan (independence in appearance). 2. Pembatasan data dan informasi yang berdampak pada kemampuan tim audit menuntaskan penugasan. Banyak penelitian yang sudah membuktikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi, Shockley (1981) membuktikan bahwa kompetensi untuk mendapatkan klien, jasa layanan management advisory, ukuran kantor akuntan dan lama waktu audit ternyata mempengaruhi independensi auditor. Kemudian Gul dan Windsor (1991) membuktikan bahwa kondisi keuangan klien dan ukuran fee yang diberikan sangat mempengaruhi independensi auditor. Chang dan Monroe (1993) membuktikan bahwa persepsi independensi auditor dipengaruhi oleh ketergantungan fee, dimana auditor
ix
yang tidak tergantung pada klien untuk masalah fee income dianggap lebih independen daripada auditor yang tergantung pada klien. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk mencapai tujuan audit dengan efektif dibutuhkan sikap independen dari auditor baik in fact ataupun in appearance. Pengaruh yang ditimbulkan diantaranya transparasi dan kualitas pelaporan tidak memenuhi standar yang berlaku dan berujung pada penambahan waktu untuk penyempurnaan laporan audit atau menggugurkan hasil audit yang telah diperoleh. Karena gangguan pada independensi pencapaian tujuan audit dan mempertimbangkan bahwa independensi in fact sulit untuk diukur, maka peneliti hanya melibatkan konsep independensi in appearance dalam penelitian ini. Meidawati (2001) untuk dapat menjadi auditor independen yang menegakkan etika profesinya diperlukan hal – hal sebagai berikut: 1. Menjunjung tinggi tanggungjawab profesinya, dengan mematuhi aturanaturan yang telah disepakati bersama 2. Memiliki sikap keadilan dan obyektif 3. Memiliki moralitas yang tinggi 4. Mempunyai visi dan misi yang sama dengan wadah profesinya 5. Menjunjung tinggi tanggung jawab yang lain 6. Mengerti landasan hukum yang dapat digunakan sebagai pijakan dalam melaksanakan pekerjaannya; dan 7. Berani menolak dalam kondisi tidak dimungkinkan untuk memberikan jasa astetasi. ix
Model yang dikembangkan oleh Goldem-Berlev (1974) Behavioral Model Of Independence (Maria dan Pinnarwan : 2003)
Kekuatan Kantor Akuntan Kemampuan Auditor Untuk Bekerja Dibawa Tekanan
Perilaku berdasarkan Standar Profesional
Jumlah Kekuatan Auditor
Goldman dan Barlev menyimpulkan bahwa ada hubungan kekuasaan antara akuntan publik dan klien ternyata lebih berpihak pada klien, akhirnya hubungan yang tidak seimbang antara akuntan publik dan klien menjadi jawaban dari pertanyaan mengapa independensi menjadi topik yang sentral dalam diskusi profesi akuntan publik apabila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya. 1. Pengertian Independensi Independensi merupakan terjemahan kata independence yang berasal dari Bahasa Inggris, dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English terdapat entri kata independence yang artinya “dalam keadaan independen”, adapun
entri kata independent bermakna ”tidak
tergantung atau dikendalikan oleh (orang lain atau benda); tidak ix
mendasarkan pada diri pada orang lain; bertindak atau berpikir sesuai dengan kehendak hati; bebas dari pengendalian orang lain; tidak dipengaruhi oleh orang lain (Hornby, 1987:433). Menurut AICPA, independence is an attiude of mind, much deeper than the surface display of visible standards, sedangkan definisi independensi menurut Brown (1971) adalah independent is not subject to bias influence. Dari pengertian-pengertian independensi dari berbagai sumber peneliti dapat menyimpulkan pengertian tersebut yaitu Independensi adalah suatu sikap mental dari seseorang ataupun auditor yaitu bebas dari pengaruh dalam menjalankan segala tanggung jawabnya. 2. Komponen-komponen Independensi : a. Independensi Praktisi atau Independensi sikap mental. Independensi praktisi mengandung arti ada kejujuran didalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan objektif, tidak memihak didalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, independensi ini lebih terfokus pada moral seorang auditor, yaitu kondisi jiwa dan perbuatan hati yang berakibat pada perbuatan lahiriyah, moral yang baik akan menghasilkan lahiriah yang baik seperti sikap kejujuran, keadilan dalam bertindak dan lain-lain, tetapi perbuatan lahiriah yang kelihatannya baik belum tentu didasarkan pada moral yang baik, moral tersebut dipengaruhi oleh keyakinannya terhadap kekuasaan Tuhan YME. b. Independensi Profesi atau Independensi penampilan. ix
Independensi Profesi mengandung arti bahwa adanya kesan dari masyarakat
bahwa
akuntan
publik
bertindak
independen,
jadi
independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap akuntan publik yang bersangkutan. 3. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Independensi a. Independensi Moral Yaitu berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, dimana kejujuran, keadilan, kewajiban, moralitas, mematuhi janji dan integritas menjadi satu kesatuan komponen yang terkait pada independensi ini. b.
Independensi Penampilan Yaitu yang berhubungan dengan penampilan luar (esternal kantor akuntan), persepsi
masyarakat, rusaknya
independensi
penampilan akuntan publik akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik yang bersangkutan. Faktor –faktor yang mempengaruhinya antara lain: 1)
Ikatan kepentingan keuangan Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan usaha tersebut diantaranya selama perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya memiliki kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung yang material di dalam perusahaan yang menjadi kliennya. Misalnya, memiliki utang ix
atau piutang pada perusahaan yang diaudit, menjadi trustee atau eksekutor atau administrator atas satu atau beberapa estate memiliki kepentingan keuangan langsung, dan lain sebagainya. 2)
Jasa-jasa lain selain selain jasa audit Aktivitas bisnis kantor akuntan publik selain memberikan jasa audit juga memberikan jasa-jasa lain. Misalnya, jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, serta jasa akuntansi dan pembukuan. Pemberian jasa lain ini memungkinkan
hilangnya independensi
akuntan publik karena akuntan publik akan cendrung memihak kepada kliennya. 3)
Lamanya hubungan atau penugasan audit Lamanya penugasan audit digolongkan menjadi dua. Yaitu, lima tahun atau kurang, atau lebih dari lima tahun. Penugasan lebih dari lima tahun dianggap dapat mempengaruhi independensi akuntan publik secara negatif.
4)
Ukuran kantor akuntan publik Kantor akuntan publik yang lebih besar tidak begitu tergantung pada salah satu klien saja. Hilangnya satu klien tidak akan begitu mempengaruhi pendapatnya. Sehingga kantor akuntan publik yang lebih besar dipercaya akan lebih independen dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang kecil.
5)
Persaingan antar kantor
ix
Persaingan antar kemungkinan
akan
kantor
berdampak
akuntan publik secara
yang tajam
signifikan
terhadap
independensi kantor akuntan publik sebab, setiap kantor akuntan publik mempunyai kekhawatiran akan kehilangan kliennya. Kantor akuntan publik dihadapkan pada dua pilihan. Yaitu, akan kehilangan kliennya karena klien mencari kantor akuntan publik lain atau mengeluarkan opini sesuai dengan keinginan klien. 6)
Audit Fee Audit fee yang besar jumlahnya kemungkinan akan mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama, kantor akuntan yang melakukan audit merasa tergantung pada klien sehingga cenderung segan untuk menolak keinginan klien. Kedua, jika memberikan opini yang tidak sesuai
dengan keinginan klien, maka akan muncul
kekhawatiran kantor akuntan akan kehilangan kliennya mengingat pendapatan yang diterima relatif besar. 7)
Tekanan peran (Role Stress) Tekanan peran yaitu seberapa luas ekspektasi serangkaian peran anggota organisasi adalah tidak jelas/ membingungkan (ambiguous) atau tidak sesuai satu dengan lainnya/ bertentangan (conflict). Tekanan peran mencakup konflik peran (role conflict) dan ketidakjelasan peran (role ambiguity). Konflik peran didefinisikan oleh Wolfe dan Snoke (1962) sebagai kejadian yang simultan dari ix
dua tekanan atau lebih seperti ketaatan pada satu hal akan membuat sulit atau tidak mungkin untuk menaati yang lainnya. Sedangkan ketidakjelasan peran adalah tidak adanya informasi yang memadai yang diperlukan seseorang untuk menjalankan perannya dengan cara yang memuaskan (Khan dkk.,1946). 8)
Tekanan Kesesuaian (Confarmity Pressure) Confarmity atau peneliti menyebutnya dengan pengaruh sosial yaitu,
mengacu kepada perilaku yang dipengaruhi oleh
contoh-contoh yang diberikan oleh rekan kerja, bukan oleh intruksi dari figur otoritas. Seseorang/ auditor akan menyesuaikan diri mereka dengan situasi pengaruh normatif karena mereka takut terhadap konsekuensi negatif atas penampilan yang menyimpang. 9)
Audit Delay Audit delay yaitu rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang biasanya diukur berdasarkan lamanya
hari
yang dibutuhkan untuk
memperoleh
laporan
independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan sejak penugasan audit sampai dengan pelaporan audit independen diterbitkan. Suksesnya audit sangat erat terkait dengan kinerja tim audit serta supervisi oleh pengendali teknis dan pengendali mutu tim audit dituntut untuk dapat memenuhi standar waktu sebagaimana yang tertuang dalam program audit yang sudah ditetapkan. 4. Standar Pemeriksaan ix
Standar Perencanaan Pemeriksaan beberapa negara dalam The Fith ASOSAI Research Procet-Performance Auditing Guidelines disebutkan bahwa proses perencanaan strategis digambarkan sebagai berikut:
INPUT
OUTPUT
Rencana strategis audit sebelumnya Opini pemerintah, anggaran, dll, laporan dan evaluasi tahunan agen laporan media and external Audit lapangan sebelumnya Analisa indikator kinerja Diskusi dengan agen, klien, dll Prioritas legislatif Prioritas pemerintah
Rencana Strategis Audit Audit potensial Prioritas Kebutuhan penunjang
ANGGARAN
Proses tersebut dimulai dengan adanya input yang berupa rencana strategis audit sebelumnya, gambaran pemerintah, anggaran, laporan dan evaluasi tahunan, laporan media dan eksternal, pekerjaan audit sebelumnya, analisis indikasi kinerja, kesepakatan dengan auditee, prioritas legislative dan pemerintah yang kemudian outputnya berbentuk Rencana Strategik Audit yang isinya pemeriksaan yang potensial, prioritas, adanya kebutuhankebutuhan yang baru setelah itu dibuat anggarannya. a. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Dalam SPAP dijelaskan bahwa Standar Pekerjaan Lapangan adalah : 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. ix
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Oleh karena itu perlu dibuat perencanaan pemeriksaan, dijelaskan pula dalam perencanaan auditor harus mempertimbangkan, antara lain: 1) Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha entitas tersebut. Informasi yang perlu untuk diketahui terutama di bidang keuangan, melalui laporan keuangan dapat tercermin jenis industri klien. 2) Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut. Berdasarkan peraturan klien dapat diketahui metode akuntansi yang digunakan oleh klien. Hal ini perlu diketahui karena dalam akuntansi terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. 3) Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi
yang
signifikan,
termasuk
penggunaan
organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan. 4) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
ix
Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh srtruktur pengendalian intern klien. Dengan mengetahui kondisi struktur pengendalian klien, pemeriksaan dapat menetapkan faktor risiko dalam melakukan pemeriksaan. 5) Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. Pemeriksaan membuat pertimbangan awal mengenai jumlah seberapa yang disebut material. 6) Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian. Meneliti dan memahami pos-pos laporan keuangan bila terjadi kesalahan pos atau selisih. 7) Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 8) Sifat laporan keuangan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh,
laporan auditor tentang
laporan keuangan
konsolidasi, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian). Berikut ini standar perencanaan yang digunakan lembaga audit pemerintah beberapa negara: ix
1) General Accounting Office (GOA) Financial Audit Manual (Amerika) Dalam Financial Audit Manual yang digunakan Amerika, standar perencanaanya adalah: a) Memahami Bisnis dan Industri Klien. Sebelum melakukan pemeriksaan, perlu mengenal lebih baik mengenai kegiatan usaha yang dilakukan klien termsauk bisnisbisnis khusus yang dilakukannya. b) Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan. Dalam melaksanakan prosedur analitis pendahuluan, kegiatan yang dilakukan meliputi penandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. c) Menetapkan Perencanaan, Disain dan Tes Materialitas. Setelah melakukan prosedur analitik, dibuat perencanaan dan disain audit juga tes materialitas untuk mmempertimbangkan tingkat materialitas awal. Yang dimaksud materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan
atas
atau
pengaruh
terhadap
pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
ix
d) Memahami Item-item Lini, Perkiraan-perkiraan, Asersi-asersi dan Kebutuhan Informasi Tambahan yang signifikan. Tahap ini diperlukan untuk memudahkan pemeriksaan dengan memahami
kegiatan-kegiatan
dan
pencatatan-pencatatan
akuntansi secara spesifik yang biasa digunakan oleh klien. e) Memahami siklus-siklus signifikan, Aplikasi-aplikasi Akuntansi dan Sistem Manajemen Keuangan. Pada tahap ini juga diperlukan oleh auditor untuk lebih mengenal klien melalui standar-standar kegiatan yang digunakan dan ditetapkan oleh klien. f) Memahami ketetapan-ketetapan hukum dan peraturan. Hal-hal yang perlu dipelajari dalam memahami ketetapanketetapan hukum dan peraturan antara lain adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; Perjanjian Persekutuan; Notulen Rapat Direksi dan Pemegang Saham; Kontrak; Peraturan-peraturan Pemerintah Terkait Langsung dengan klien; Arsip Korespondensi. g) Memahami Batasan Anggaran Terkait. Anggaran yang diaudit dipelajari penggunaanya sesuai batasan yang telah ditentukan entitas. h) Mempertimbangkan Faktor-faktor Risiko. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, ix
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. i) Menetapkan Lingkungan Pengendalian Sistem Informasi yang efektif. Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha terhadap pengendalian dan pentingnya terhadap satuan usaha tersebut. Sistem komunikasi dan informasi akuntansi merupakan komponen dari stuktur pengendalian intern yang merupakan metode
yang
dipakai
mengidentifikasi,
menggabungkan,
mengklasifikasikan, mencatat, dan melaporkan transaksi satu entitas untuk menjamin akuntabilitas untuk aktiva yang terkait. j) Memahami Pengendalian Operasi terkait untuk dievaluasi dan diuji. Evaluasi dan uji dilakukan untuk menilai efektifitas pengendalian yang dilakukan entitas sehingga dapat dilakukan perancangan pengendalian yang efektif. k) Perancanaan Prosedur Audit Alternatif. Tahap ini dilkukan apabila prosedur audit yang sedang dilaksanakan masih kurang sempurna atau tidak sesuai lagi untuk diteruskan. l) Perencanaan Kunjungan. ix
Untuk melaksanakan kegiatan audit dilakukan perencanaan antara lain mencakup jumlah hari, anggaran, dan jumlah anggota tim. m) Dokumentasi. Membuat ringkasan atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan hasilnya, kemudian dituangkan secara tertulis dalam bentuk laporan. 2) European Communities Court of Auditors, Court Audit Policies and Standards Standar yang digunakan di negara-negara Eropa untuk perencanaan adalah: a) Perencanaan. Dalam melaksanakan perencanaan audit, auditor seharusnya mengembangkan dan mendokumentasikan sebuah Memorandum Perencanaan Audit (MPA) menyeluruh menggambarkan ruang lingkup dan pelaksanaan audit yang diharapkan, pertanyaanpertanyaan utama yang harus dijawab, bukti-bukti audit yang dihasilkan, metode-metode yang digunakan dan dasar yang digunakan untuk mengevaluasi. The APM seharusnya juga memuat ringkasan hasil prosedur analitik, jadwal dilaksanakanya audit dan persiapan laporan audit serta anggaran untuk kebutuhan dan kegiatan audit. b) Memahami Bisnis dan Industri Klien. ix
Dalam melaksanakan perencanaan audit, auditor sebaiknya mempunyai atau memperoleh informasi tentang entitas dan kegiatan yang cukup agar auditor dapat memahami dan mengerti kegiatan-kegiatan, transaksi-transaksi dan praktek-praktek yang, dalam
pertimbangan
signifikan
atas
auditor,
mungkin
perkiraan-perkiraan
mempunyai atau
efek
pemeriksaan-
pemeriksaan atau laporan audit. c) Materialitas. Dalam
melaksanakan
perencanaan
audit,
auditor
harus
mempertimbangkan materialitas dan hubungannya dengan risiko audit saat melaksanakan audit. Untuk setiap temuan audit individu, auditor sebaiknya mempertimbangkan
kemungkinan
materialitas
disebabkan
nilainya, dasarnya atau keadaan yang menjadikannya material. 3)
Annual Audit Manual (Office of the Auditor General of Canada) Sebagaimana
terdapat
dalam
standar
pemeriksaan
keuangannya, standar perencanaan dalam hal ini adalah perencanaan strategik di Kanada adalah: a) Tujuan Audit. b) Memahami Bisnis dan Industri Klien. c) Materialitas dan Faktor-faktor Risiko. d) Memahami
lingkungan
Pengendalian. ix
Pengendalian
Klien
dan
Sistem
e) Mempertimbangkan Risiko Bawaan. f) Perencanaan Strategik. g) Dokumentasi Perencanaan Strategik. 4)
Kompilasi Standar Perencanaan Beberapa Negara Berdasarkan data standar perencanaan pemeriksaan General Accounting Office (Amerika), European Communities Court of Auditors (Eropa) dan Office of the Auditor General of
Canada
(Kanada) di atas, terdapat beberapa poin yang mempunyai persamaan, karenanya standar pemeriksaan tersebut dikompilasi agar tidak terjadi pengulangan. Berikut adalah kompilasi standar perencaan pemeriksaan General Audit Office (Amerika), European Communities Court of Auditors (Eropa) dan Office of the Auditor General of Canada (Kanada): a) Memahami Bisnis dan Industri Klien. b) Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan. c) Menetapkan Perencanaan, Disain dan Tes Materialitas. d) Memahami Item-item Lini, Perkiraan-perkiraan, Asersi-asersi dan kebutuhan Informasi Tambahan yang signifikan. e) Memahami Siklus-siklus signifikan, Aplikasi-aplikasi Akuntansi dan Sistem Manajemen Keuangan. f) Memahami ketetapan-ketetapan hukum dan peraturan. g) Memahami Pagu Anggaran Terkait. h) Mempertimbangkan Faktor-faktor Risiko. ix
i) Menetapkan lingkungan Pengendalian Sistem Informasi yang efektif. j) Memahami Pengendalian Operasi terkait untuk dievaluasi dan diuji. k) Perencanaan Prosedur Audit Alternatif. l) Perencanaan Kunjungan. m) Dokumentasi. n) Mempertimbangkan Risiko Bawaan. o) Perencanaan Strategik. p) Dokumentasi Perencanaan Strategik.
C. Hipotesis Melihat
dari
penelitian-penelitian
sebelumnya
peneliti
ingin
mengembangkan penelitian untuk membuktikan secara empiris mengenai hasil dari penelitian yaitu sebagai berikut: Ha1 : Audit fee berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik (independensi). Ha2 : Lamanya hubungan penugasan auditor berpengaruh
terhadap
kualitas
kinerja
untuk klien yang sama audit
akuntan
publik
(independensi). Ha3 : Konflik peran (Role Stress) berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik (independensi).
ix
Ha4 : Pengaruh
sosial dalam menyelesaikan audit berpengaruh terhadap
kualitas kinerja audit akuntan publik (independensi). Ha5 : Audit Delay berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik (independensi). Ha6: Audit fee, lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama konflik peran (role Stress), pengaruh sosial dalam menyelesaikan audit, dan audit delay berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik (independensi).
D. Model Penelitian Variabel Dependen
Variabel Independen Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik
SPAP PSA NO.04
1. Audit fee 2. Lamanya hubungan atau penugasan auditor untuk klien yang sama. 3. Tekanan peran (Role Stress) dan tekanan pengaruh sosial. 4. Pengaruh sosial dalam menyelesaikan audit. 5. Audit Delay
INDEPENDEN
BAB III METODA PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
ix
Tujuan penelitian ini pertama adalah untuk membuktikan secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari standar profesional akuntan publik, peneliti juga ingin mengetahui seberapa signifikan pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik tersebut terhadap independensi akuntan publik, selain itu dapat menjawab pertanyaan apakah kualitas kinerja audit akan sangat mempengaruhi independensi akuntan publik. Terdapat dua golongan variabel dala penelitian ini yaitu, variabel independen dan variabel dependen, variabel independen terdiri dari: Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, Tekanan (konflik peran) didalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit Delay, dan variabel dependen adalah standar profesional akuntan publik PSA SA No.04: Independensi.
B. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel pada penelitian ini adalah Judgment, menurut metode ini pengumpulan data berdasarkan atas strategi kecakapan/ pertimbangan penulis semata. Dengan kata lain, sampel yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimanapun, dan kapan saja, ditemui dijadikan elemen-elemen sampel penelitian (Hamid, 2004 : 22). Untuk membuktikan secara hipotesis, responden yang peneliti gunakan sebagai sampel adalah akuntan publik (auditor) yang bekerja pada Kantor ix
Akuntan Publik di daerah DKI Jakarta. Pertimbangan ini didasarkan karena peneliti merasa akuntan publik merupakan objek peneliti yang utama, karena seorang auditor yang lebih mengetahui kinerja audit, didalam melakukan pemeriksaan terhadap entitas keuangan perusahaan yang telah ditugaskan kepada auditor tersebut.
C. Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yaitu sumber data yang langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2000 : 147) untuk memperoleh data digunakan metode penelitian lapangan (field research) melalui kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan umum (nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pengalaman sebagai auditor, nama kantor akuntan publik, kantor terletak didaerah) dan pertanyaan khusus (pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik) sebagai sumber data. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dirancang khusus oleh peneliti dengan literatur-literatur pustaka yang ada dan disesuaikan dengan konteks saat ini. Setelah itu instrumen ini disebarkan kepada auditor yang ada dikantor akuntan publik yang tersebar di daerah DKI Jakarta. Selain itu penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang biasanya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun di dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak ix
dipublikasikan (Indriantono dan Supomo, 2000:147). Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari sumber eksternal, yaitu berupa daftar nama Kantor Akuntan Publik yang berasal dari Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh IAI. Selain itu juga berupa buku, jurnal atau berbagai bentuk terbitan periodi baik secara manual atau melalui komputer. 2. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner yang akan diberikan kepada para auditor yang bekerja di KAP wilayah Jakarta. Kuesioner yang peneliti sebarkan kepada responden peneliti rancang berdasarkan data-data sekunder yang peneliti dapatkan yaitu berdasarkan literatur-literatur referensi dimana kuesioner tersebut sebelum peneliti sampaikan kepada auditor (responden) peneliti melakukan uji kelayakan kuesioner tersebut untuk melihat validitas dari butir-butir pertanyaan yang nantinya akan disebarkan. Pada tahap uji kelayakan kuesioner peneliti menyabarkan kuesioner tersebut kepada 15 responden yaitu yang memiliki jenjang pendidikan S1 (Strata 1) bidang studi akuntansi dengan kriteria mahasiswa yang telah mendapatkan mata kuliah auditing. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik personally administered
questionnaires,
yakni
kuesioner
disampaikan,
dan
dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2000:154). Selain itu, peneliti juga menitipkan kuesioner kepada karyawan yang bekerja di KAP responden demi kemudahan pengumpulan data. D. Operasionalisasi dan PengukuranVariabel ix
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert yaitu skala pengukuran untuk sikap (attitude) dengan menyatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Dalam bagian ini, peneliti menguraikan operasionalisasi dan pengukuran masingmasing variabel, sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas (Sugiono, 2005:33). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Independensi Auditor, independensi yang dimaksud adalah berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik PSA NO.04 yaitu sikap tidak memihak dengan pihak manapun. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Numeris (Numeric Scala), dengan memberikan 5 (lima) alternatif nomor. Variabel dependen menggunakan lima penilaian sangat tidak setuju- Sangat setuju diantara kelima alternatif nomor. 2. Variabel Independen Variabel Independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab (presume cause variabel) (Indriantono & Supomo, 2002:63) adapun termasuk variabel independen dalam penelitian ini adalah: a. Audit fee. Merupakan biaya audit didefinisikan sebagai honor yang diberikan kepada auditor, sebagai timbal balik kontribusinya didalam ix
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pihak kantor akuntan publik, adakalanya seorang auditor menyelesaikan tugas pemeriksaan keuangan terpaku pada fee yang dibayarkan, padahal kewajiban profesinya lebih harus diutamakan didalam pengauditan suatu entitas, hal ini dapat mempengaruhi sikap independensi auditor tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan. Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima) alternatif nomor. b. Lama atau tidaknya hubungan penugasan untuk auditor untuk klien yang sama. Adakalanya kantor akuntan publik cenderung menugaskan kembali auditornya untuk melakukan pemeriksaan entitas keuangan disuatu perusahaan yang telah di audit oleh kantor akuntan publik adalah yang sudah pernah/ berpengalaman (auditor yang sama) didalam melakukan pemeriksaan tahun berikutnya pada entitas perusahaan yang sama. Hal ini dipandang karena auditor tersebut dipersepsikan
pernah
melakukan
pemeriksaan
pada
periode
sebelumnya, padahal hal ini dapat memungkinkan pergeseran sikap independensi dari auditor tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan. Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan
ix
menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima) alternatif nomor. c. Tekanan (konflik peran) didalam penugasan/ penyelesaian audit. Tekanan peran didalam penyelesaian audit dapat muncul didalam lingkungan internal perusahaan banyak hal yang mendorong tekanan peran ini, hal ini berhubungan erat sekali dengan kepuasan kerja/ kinerja yang dihasilkan baik hal tersebut berasal dari pimpinan kantor ataupun berasal dari auditor tersebut, hal ini terjadi dapat disebabkan oleh kecenderungan untuk meninggalakan kantor karena auditor tidak merasa nyaman dengan pekerjaan yang dilakukan, atau tuntutan pimpinan yang tidak sesuai dengan sistem kerja yang dilakukan oleh auditor, dan tekanan lainnya yang dapat muncul dari internal kantor auditor, sehingga tekanan yang timbul tersebut dapat mempengaruhi sikap independensi seorang auditor. Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan. Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima) alternatif nomor.
d.
Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit. Pengaruh sosial merupakan pengaruh yang timbul dari luar
kantor (eksternal kantor auditor), hal ini dapat muncul berasal persepsi, polemik yang timbul dari pendapat masyarakat mengenai ix
pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh auditor, persepsi yang dapat muncul sangatlah kompleks sehingga argumen ataupun pola pikir masyarakat (publik) dapat mendorong auditor didalam sikap independensi auditor tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan. Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima) alternatif nomor. e.
Audit Delay. Audit delay merupakan rentang waktu penyelesaian laporan
audit antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam penyelesaian pemeriksaan, adakalanya
waktu permintaan suatu
perusahaan (klien) untuk dilakukan pemeriksaan keuangannya oleh kantor akuntan publik adalah tidak setelah tahun bukunya (per 31 Desember pada umumnya), adakalanya rentang waktu tersebut adalah satu bulan atau dua bulan dari periode tutup buku tersebut, dalam penelitian ini peneliti mengasumsikan bahwa audit delay tersebut adalah rentang waktu antara tanggal penugasan (permintaan audit oleh klien) dengan tanggal diterbitkannya laporan independen akuntan publik, dalam rentang waktu tersebut terdapat proses pemeriksaan, didalam proses tersebut terdapat proses pemeriksaan, didalam proses tersebut dapat memungkinkan pergeseran sikap independensi auditor.
ix
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan. Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima) alternatif nomor. E. Teknik Analisis Data 1. Uji Kualitas Data Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut (Sigarimbun & Effendi, 1989 : 122). Dalam suatu penelitian diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Validitas menujukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Realibilitas adalah suatu nilai yang menujukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Husein Umar, 2003 : 113).
a. Validitas Seperti yang telah diutarakan bahwa uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas tiap butir pertanyaan pada kuesioner digunakan analisis korelasi total (corrected item – total correlation), yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan total yang merupakan jumlah tiap butir dalam tabel. ix
Setiap butir pertanyaan dapat dilihat dalam output spss (lampiran). Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1). Bila r hitung > 0,300, maka dinyatakan valid 2). Bila r hitung < 0,300, maka dinyatakan tidak valid
b. Reliabilitas Menghitung raliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Pada penelitian ini, reliabilitas
diukur
dengan
menggunakan
Cronbach
Alpha.
Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha >0,6 (Nunnally dalam Nugroho, 2005:72).
Rumus varians:
=
n
: Jumlah sampel
X
: Nilai skor yang dipilih
Rumus Cronbach’s Alpha
(
: Reliabilitas instrument k
: Banyak butir pertanyaan : Varians total ix
: Jumlah varians butir
3. Uji Normalitas dan Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Modal regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal P-Plot. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas Uji ini bertujuan
untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (tidak terjadi multikolinearitas). Menurut Ghozali (2005:91), uji multikolienaritas dilihat dari nilai tolerance dan variance inflantion factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah mempunyai nilai ix
VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0,1. 2) Uji Autokolerasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t (sekarang) dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin Watson (DW). Menurut Santoso (2001:216), regresi yang terjadi autikorelasi jika memiliki nilai DW antara -2 dan +2(-2
3) Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan Variance dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap.
Uji
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot menujukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian mengemput, ix
maka dapat disimpulkan bahwa terjadi homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) (Ghozali, 2005:105). 4. Analisis Regresi Berganda Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Model ini digunakan karena penulis ingin mengetahui tentang pengaruh variabel Audit fee (X1), Lamanya hubungan audit dan penugasan audit akuntan public (X2), Tekanan peran ( Role Stress) (X3) Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit (X4) dan Audit Delay (X5) terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik yaitu independensi (Y). dengan menggunakan rumus regresi:
Y = a + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + e Dimana : Y
: Independensi
a
: konstanta (harga Y bila X = 0)
b1-5 : koefisien regresi (menujukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen) X1
: Audit fee
X2
: Lamanya hubungan audit dan penugasan audit akuntan publik
X3
: Tekanan (konflik peran) dalam penugasan/ penyelesaian audit
X4
: Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit
X5
: Audit delay ix
e
: error
5. Uji Hipotesis a. Uji R dan R Square (R2) Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel
independen
mampu
menjelaskan
variabel
dependen
(Nugraha, 2005:50) nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
b. Uji Statistik F Uji statisitk F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1) Jika probabilitas > 0,05 dan nilai F < 4, maka Ha ditolak 2) Jika probabilitas < 0,05 dan nilai F > 4, maka Ha diterima Dimana, Ha : bk
0
semua variabel independen secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. ix
c. Uji Statistik t Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara individu terhadap variable dependen (Ghozali, 2005:84). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang mrnujukkan
probabilitas
kesalahan
sebesar
5%
dasar
pengambilankeputusan adalah sebagai berikut: 1) Nilai Signifikansi > 0,05 dan nilai t < 2, maka Ha ditolak 2) Nilai Signifikansi < 0,05 dan nilai t > 2, maka Ha diterima Dimana, Ha : bi
0
variabel independen secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ix
1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta.. Peneliti membagikan kuesioner kepada 10 KAP yang ada diwilayah Jakarta yang ditunjukkan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Wilayah dan Nama KAP No.
Wilayah
Nama KAP
1.
Jakarta Pusat
Bismar, Salmon & Rekan
2.
Jakarta Pusat
Erwin, Sugandhi & Jajat Marjat
3.
Jakarta Timur
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
4.
Jakarta Timur
BDO Tanubrata Sutanto Sibarani
5.
Jakarta Barat
Jamaludin Iskak
6.
Jakarta Selatan
Basyiruddin Nur
7.
Jakarta Selatan
Hadisoerya & Maharani
8.
Jakarta Selatan
Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan
9.
Jakarta Selatan
S Mannan, Sofwan, Adnan, & Rekan
10.
Jakarta Selatan
Hertanto, Djoko, Ikah, Sutrisno
Sumber: data primer yang diolah Pembagian sebanyak 75 Kuesioner dilakukan pada tanggal 25 Juni 2007, dan pengumpulan bagi kuesioner dapat kembali hanya 45 kuesioner tetapi yang bisa diolah hanya 31 kuesioner. Ringkasan pembagian dan pengumpulan kuesioner dalam penelitian ini ditunjukan dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner Keterangan
Jumlah
ix
75 30 45 9 31 60,00%
Pembagian kuesiner Kuesioner yang tidak terkumpul Kuesioner yang terkumpul Kuesioner yang tidak bisa diolah Kuesioner yang bisa diolah Tingkat Pengembalian (response rate) 45/75 * 100%
Dari rincian di atas dapat dilihat bahwa 75 kuesioner yang dibagikan yang terkumpul sebanyak 45 kuesioner atau sebesar 60,00% dari total kuesioner. Hal ini menujukkan tingkat response rate yang sedang. 2. Karakteristik Responden Berikut ini adalah karakteristik dari responden yang disajikan dalam bentuk tabel 4.3 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Frekuensi
Keterangan Absolut Jumlah Responden Jenis Kelamin Pria Wanita Pendidikan Pasca Sarjana Sarjana Diploma Pengalaman Sebagai Auditor < 2 Tahun > 2 Tahun
Presentase
45
100,0
22 9
70,97 29,03
26 5
83,87 16,13
23 8
74,19 25,80
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari
jumlah
responden yaitu 31 responden 70,97% pria dan sisanya 29,03% adalah ix
wanita. Dilihat dari jenis pendidikan, tidak terdapat responden yang brpendidikan S3 maupun S2 atau Pasca Sarjana, sebagian besar responden yang terkumpul adalah yang berpendidikan S1 yaitu sebanyak 83,87% dan sisanya sebanyak 16,13%. Dari kelompok pengalaman sebagai auditor yang memiliki pengalaman < 2 tahun sebanyak 23 responden atau 74,19% dari total keseluruhan responden yang terkumpul sedangkan responden yang memiliki pengalaman > 2 tahun sebanyak 8 responden yaitu 25,80%.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data primer, peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada para auditor yang bekerja di 10 Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta sebanyak 75 kuesioner. Sebelum kuesioner disebarkan ke 75 responden peneliti melakukan uji kelayakan kuesioner terhadap 35 responden dengan 36 butir pertanyaan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan. 1. Uji Validitas Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas No. Butir
Variabel
Pertanyaan
ix
r hitung
Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
AF AF AF AF AF AF LHP LHP LHP LHP LHP LHP KP KP KP KP KP KP PS PS PS PS PS PS AD AD AD AD AD AD IN IN IN IN IN IN
0,541 0,539 0,526 0,678 0,514 0,514 0,432 0,295 0,499 0,357 0,747 0,856 0,908 0,912 0,845 0,793 0,742 0,675 0,352 0,233 0,661 0,634 0,613 0,641 0,379 0,303 0,340 0,231 0,440 0,275 0,830 0,756 0,884 0,575 0,802 0,847
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tdk Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tdk Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tdk Valid Valid Tdk Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan hasil uji validitas, diperoleh data yang menyatakan terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid, karena nilai korelasi dibawah 0,300 (Sugiyono:2005). Yang memiliki nilai korelasi < 0,300 yaitu pertanyaan nomor 8, 20, 28, 29 dari ke empat pertanyaan tersebut yang jauh dibawah nilai korelasi adalah pertanyaan nomor 28 yaitu 0,231. ix
2. Uji Reliabilitas Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho, 2005:72). Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas No.
Variabel
1 2 3 4 5 6
AF LHP KP PS AD IN
hitung 0,792 0,778 0,935 0,776 0,665 0,923
Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.5 menujukkan bahwa instrumen untuk setiap variabel penelitian adalah reliabel dengan nilai sedangkan untuk variabel yang lain memiliki
hitung > 0,60
hitung > 0,60 yang
paling tinggi adalah Konflik peran (KP) yaitu sebesar 0,935 dan yang paling rendah adalah Audit delay (AD) yaitu sebesar 0,665. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa instrument penelitian ini akan menghasilkan data yang sama walaupun digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama. Terlihat dari uji validitas dan reliabilitas, terdapat 4 (empat) pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan pada Lamanya hubungan ix
penugasan auditor untuk klien yang sama (LHP) sebanyak 1 pertanyaan, pertanyaan pada variabel pada Pengaruh sosial (PS) sebanyak 1 pertanyaan, Audit delay sebanyak 2 pertanyaan sehingga peneliti mengeluarkan 4 butir pertanyaan tersebut, sehingga total pertanyaan menjadi 32 butir pertanyaan yang semula 36 pertanyaan.
C. Penemuan dan Pembahasan Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja audit dalam penelitian ini, peneliti melihat kualitas tersebut dari standar profesional akuntan publik yaitu Independensi (PSA.04). Faktor-faktor yang dilakukan penelitian antara lain: Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor
untuk
klien
yang
sama,
Tekanan
(konflik
peran)
dalam
penugasan/penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, dan Audit delay. 1.
Independensi Independensi merupakan alat ukur untuk melihat kualitas akuntan publik yang diukur dengan indikator: pertanyaan antara lain sikap wajib yang dimiliki oleh auditor, keharusan aturan independensi dalam standar profesional akuntan publik, sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit, kepentingan independensi diatas kepentingan klien, laporan audit tidak berguna tanpa sikap independensi,
sangat berpengaruh terhadap
opini auditor dalam laporan audit. Tabel 4.6 Sikap Wajib Yang Harus Dimiliki Oleh Auditor ix
Keterangan
Frekuensi
Absolut Sangat Tidak Setuju 0 Tidak Setuju 2 Ragu-ragu 0 Setuju 10 Sangat Setuju 19 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 0 6,5 0 32,3 61,3 100,00
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 61,3%
responden sangat
setuju sikap independensi harus dimiliki oleh seorang auditor sedangkan yang ragu-ragu sebanyak 0% atau tidak ada yang menjawab ragu-ragu untuk independensi wajib dimiliki oleh seorang auditor, sedangkan yang menjawab tidak setuju hanya 6,5% sisanya 32,3% berpendapat setuju. Independensi merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki oleh seorang auditor, karena fungsi akuntan publik merupakan pihak yang independen. Tabel 4.7 Keharusan Aturan Independensi Dalam Standar Profesional Akuntan Publik Keterangan
Frekuensi
Absolut Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 0 Ragu-ragu 1 Setuju 11 Sangat Setuju 18 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 0 3,2 35,5 58,0 100
Berdasarkan tabel di atas 58,0% responden sangat setuju bahwa independensi harus diatur dalam standar profesional akuntan publik, ix
sedangkan responden yang tidak yang tidak setuju 0% atau tidak ada, yang ragu-ragu dan sangat tidak setuju sebanyak 1 respoden saja atau 3,2%, responden yang setuju sebanyak 11 responden atau 35,5% Didalam Standar profesional akuntan publik mengharuskan auditor memiliki sikap independensi didalam melakukan pemeriksaan (audit). Tabel 4.8 Sangat Berpengaruh Terhadap Kualitas Kinerja Audit Keterangan
Frekuensi
Absolut Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 1 Ragu-ragu 1 Setuju 11 Sangat Setuju 17 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 3,2 3,2 35,5 54,8 100
Berdasarkan Tabel di atas 54,8% responden sangat setuju independensi sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja akuntan publik, dan 35,5% setuju responden yangsangat tidak setuju, tidak setuju dan ragu-ragu hanya 3,2% atau masing-masing 1 responden.
Tabel 4.9 Kepentingan Independensi Di atas Kepentingan Klien Keterangan
Sangat Tidak Setuju
Frekuensi Absolut 1 ix
Presentase 3,2
Tidak Setuju 0 Ragu-ragu 5 Setuju 13 Sangat Setuju 12 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
0 16,1 41,9 38,7 100,0
Berdasarkan tabel di atas hanya 0% responden yang menyatakan tidak setuju kepentingan independensi di atas kepentingan klien dengan kata lain tidak ada responden yang tidak setuju atau 0, sedangkan yang menjawab ragu-ragu 5 responden atau 16,1 %, sangat setuju 38,7%, setuju 41,9% dan yang sangat tidak setuju hanya 1 responden. Tabel 4.10 Laporan Audit Tidak Berguna Tanpa Sikap Independensi Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 2 Ragu-ragu 3 Setuju 14 Sangat Setuju 11 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 6,5 9,7 45,2 35,5 100,0
Berdasarkan Tabel di atas 45,2% responden setuju apabila laporan audit tidak berguna tanpa sikap independensi, dan jumlah responden yang menjawab sangat setuju adalah 35,5% atau sebanyak 11 responden, sisanya sebanyak 3 (9,7%) responden menjawab ragu-ragu, 2 (6,5%) responden tidak setuju dan hanya 1 (3,2) responden yang menjawab sangat tidak setuju. Tabel 4.11
ix
Sangat Berpengaruh Terhadap Opini Auditor Dalam Laporan Audit Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 0 Tidak Setuju 3 Ragu-ragu 1 Setuju 11 Sangat Setuju 16 Total 31 Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan
Presentase 0 9,7 3,2 35,5 51,6 100,0
Tabel di atas sebanyak 16 responden yang
menjawab sangat setuju atau 51,6%, sebanyak 35,5% atau 11 responden menyatakan setuju, yang sangat tidak setuju sebesar 0%, tidak setuju sebanyak 3 responden atau 9,7% yang menjawab ragu-ragu hanya 1 responden atau 3,2%. 2.
Audit fee Audit fee merupakan besarnya biaya audit yang diberikan KAP oleh auditor.Penilaian kualitas akuntan publik yang dinilai dari audit fee yaitu terlihat dari jawaban responden atas : memperhatikan besarnya fee yang diberikan kepada auditor oleh KAP adalah sangat penting, fee harus seimbang dengan penugasan audit, fee sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit, semakin besar fee maka kualias kinerja auditor semakin bagus
begitupun sebaliknya, fee sangat mempengaruhi independensi,
semakin besar fee maka akan semakin independen opini yang akan diberikan. Tabel 4.12 ix
Meperhatikan Besarnya Fee Yang Diberikan Kepada Auditor Oleh KAP Adalah Sangat Penting Keterangan
Frekuensi
Absolut Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 5 Ragu-ragu 0 Setuju 12 Sangat Setuju 12 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 6,5 16,1 0 38,7 38,7 100
Berdasarkan tabel di atas, tidak ada responden yang menjawab ragu-ragu atau 0%, sedangkan responden yang menjawab setuju dan sangat setuju seimbang yaitu 12 responden atau 38,7% sedangkan responden yang menjawab sangat tidak setuju ada 2 responden atau 6,5% dan responden yang tidak setuju sebanyak 16,1% atau 5 responden. Tabel 4.13 Fee Harus Seimbang Dengan Penugasan Audit Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 0 Tidak Setuju 2 Ragu-ragu 0 Setuju 16 Sangat Setuju 13 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 0 6,5 0 51,6 41,9 100
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 13 responden atau 41,9%, responden yang setuju sebanyak 16 dengan 51,6% sedangkan yang menjawab ragu-ragu dan sangat tidak setuju adalah 0% yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang. ix
Tabel 4.14 fee sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 6 Ragu-ragu 5 Setuju 13 Sangat Setuju 6 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 19,4 16,1 41,9 19,4 100
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab setuju fee sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit sebanyak 13 responden atau 41,9%, sangat setuju sebesar 19,4% sedangakan yang sangat tdiak setuju hanya 1 responden sebesar 3,2% sementara responden yang tidak setuju sebesar 19,4% atau 6 responden sedangkan ragu-ragu sebanyak 5 responden. Tabel 4.15 Semakin Besar fee maka kualias kinerja auditor Semakin Bagus Dan Begitupun sebaliknya Keterangan
Frekuensi
Absolut Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 8 Ragu-ragu 6 Setuju 7 Sangat Setuju 9 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 25,8 19,4 22,6 29,0 100
Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab sangat setuju pertanyaan fee besar maka kualitas kinerja auditor semakin bagus dan ix
begitupun sebaliknya sebanyak 29,0% atau 9 responden yang menjawab setuju sebanyak 7 responden atau 22,6% sedangkan yang ragu-ragu sebesar 19,4%, tidak setuju sebanyak 8 responden atau 25,8% dan sangat tidak setuju hanya 1 responden. Tabel 4.16 Fee Sangat Mempengaruhi Independensi Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
4 10 6 6 5 31
Presentase 12,9 32,3 19,4 19,4 16,1 100
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel di atas ternyata rata-rata responden menjawab tidak setuju sebanyak 10 responden atau 32,3%, sedangkan responden yang menjawab ragu-ragu dan setuju seimbang yaitu 6 responden atau 19,4% dan sangat setuju 5 responden atau 6,1%. Tabel 4.17 Semakin Besar Fee Maka Akan Semakin Independen Opini Yang Akan Diberikan Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 4 Tidak Setuju 13 Ragu-ragu 6 Setuju 6 Sangat Setuju 2 Total 31 Sumber: data primer yang diolah ix
Presentase 12,9 41,9 19.4 19,4 6,5 100
Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab sangat setuju hanya 2 responden atau 6,5% untuk responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 13 responden atau 41,9%, untuk responden yang ragu-ragu dan setuju sebanyak 6 responden atau 19,4% dan angat tidak setuju 4 responden atau 12,9%. 3.
Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Adakalanya lamanya hubungan auditor terhadap penugasan pemeriksaan
laporan
keuangan
untuk
klien
yang
sama
dapat
mempengaruhi kualitas kinerjanya pada variabel ini indikatornya adalah lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama suatu hal yg penting untuk diperhatikan, penugasan auditor untuk klien yang sama tidak boleh lebih tiga tahun berturut-turut. Semakin lama hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama maka kualitas kinerja audit akan semakin menurun begitupun sebaliknya, lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama sangat mempengaruhi independensi auditor, semakin lama hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama maka akan semakin berkurang independensi auditor, begitupun sebaliknya.
Tabel 4.18 Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Suatu Hal Yang Penting Untuk Diperhatikan ix
Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 1 Ragu-ragu 5 Setuju 17 Sangat Setuju 7 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 3,2 16,1 54,8 22,6
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 17 responden menjawab setuju atau 54,8% yang menjawab ragu-ragu sebesar 16,1% atau 5 responden sedangkan yang tidak setuju dan sangat tidak setuju hanya 1 responden atau 3,2%. Tabel 4.19 Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Tidak Boleh Lebih Tiga Tahun Berturut-Turut Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 0 Tidak Setuju 1 Ragu-ragu 2 Setuju 15 Sangat Setuju 13 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 0 3,2 6,5 48,3 41,9
Berdasarkan tabel di atas yang menjawab sangat tidak setuju sebesar 0%, tidak setuju 1 responden atau 3,2% , ragu-ragu 2 responden atau 6,5% jawaban teringgi dari responden atas pertanyaan tersebut adalah setuju yaitu sebanyak 15 responden atau 48,3% dan sangat tidak setuju 13 responden 41,9%.
Tabel 4.20 ix
Semakin Lama Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Maka Kualitas Kinerja Audit Akan Semakin Menurun Begitupun Sebaliknya Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 4 Tidak Setuju 11 Ragu-ragu 4 Setuju 9 Sangat Setuju 3 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 12,9 35,5 12,9 29,0 9,7 100
Berdasarkan tabel di atas ternyata responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 11 responden atau 35,5% sedangkan yang tidak setuju dan ragu-ragu sebanyak 4 responden sebesar 12,9% responden yang menjawab sangat setuju hanya 9,7% atau 3 responden. Tabel 4.21 Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Sangat Mempengaruhi Independensi auditor Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 6 Ragu-ragu 7 Setuju 10 Sangat Setuju 7 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 19,4 22,6 32,3 22,6 100
Berdasarkan tabel di atas terdapat jawaban dari responden yang seimbang untuk yang menjawab ragu-ragu dan sangat setuju yaitu sebesar 22,6% sebanyak 7 responden dan untuk jawaban yang setuju sebanyak 10
ix
responden atau sebesar 32,3% untuk yang tidak setuju sebanyak 6 responden atau 19,4% dan sangat tidak setuju 1 responden yaitu sebesar 3,2%. Tabel 4.22 Semakin lama hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama maka akan semakin berkurang independensi auditor, begitupun sebaliknya Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 9 Ragu-ragu 3 Setuju 11 Sangat Setuju 7 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 29,0 9,7 35,5 22,6 100
Berdasarkan tabel di atas yang menjawab setuju sebesar 35,5% atau 11 responden, sedangkan yang sangat setuju sebesar 7 responden atau 22,6% untuk yang ragu-ragu sebesar 9,7% atau 3 responden yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 responden atau 3,2% sedangkan yang tidak setuju sebesar 29,0% dengan 9 responden. 4. Tekanan (konflik peran) Dalam Penugasan/ Penyelesaian Audit Tekanan dalam penugasan audit atau konflik peran merupakan tekanan auditor yang timbul dari internal kantor dalam menyelesaikan tugas yang. Indikatornya adalah dalam tekanan internal
(KAP) sangat
mempengaruhi kinerja auditor dalam menyelesaikan tugas, Tekanan Internal sangat mempengaruhi hasil audit yang dilakukan,Tekanan internal sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit, semakin tinggi tekanan internal maka akan semakin rendah kualitas kinerja audit yang dihasilkan, begitupun sebaliknya, tekanan internal sangat mempengaruhi independensi auditor, ix
semakin tinggi tekanan internal maka akan semakin rendah independensi auditor begitupun sebaliknya Tabel 4.23 Tekanan internal (KAP) sangat mempengaruhi kinerja auditor dalam menyelesaikan tugas Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 3 Ragu-ragu 4 Setuju 17 Sangat Setuju 6 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 9,7 12,9 54,8 19,4 100
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab setuju sebesar 54,8% atau 17 responden, yang menjawab sangat setuju sebesar 19,4% atau 6 responden sedangkan 4 responden menjawa ragu-ragu, responden yang tidak setuju sebesar 9,7% atau 3 responden untuk responden yang sangat tidak setuju sebesar 1 responden saja atau 3,2%.
Tabel 4.24 Tekanan Internal sangat mempengaruhi hasil audit yang dilakukan Keterangan
Frekuensi
Absolut Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3 Ragu-ragu 3 Setuju 17 Sangat Setuju 6 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
ix
Presentase 6,5 9,7 9,7 54,8 19,4 100
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab sangat setuju sebesar 19,4% atau sebanyak 6 responden sedangkan 17 responden sebesar 54,8% , 3 responden menjawab tidak setuju dan ragu-ragu yaitu sebesar 9,7% yang sangat tidak setuju hanya 2 responden yaitu 6,5%. Tabel 4.25 Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Keterangan
Frekuensi
Absolut Sangat Tidak Setuju 3 Tidak Setuju 2 Ragu-ragu 6 Setuju 15 Sangat Setuju 5 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 9,7 6,5 19,4 48,4 16,1 100
Berdasarkan tabel di atas 48,4% menyatakan setuju dengan jumlah responden 15, sedangan 5 responden sangat setuju dengan 16,1%, 6 karyawan menjawab ragu-ragu yaitu sebesar 19,4%, 2 responden tidak setuju dengan perolehan sebesar 6,5% dan yang sangat tidak setuju sebesar 9,7% atau 3 responden. Tabel 4.26 Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan Semakin Rendah Kualitas Kinerja Audit Yang Dihasilkan Dan Begitupun Sebaliknya Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju
4 5 5 12 5 ix
Presentase 12,9 16,1 16,1 38,7 16,1
Total 31 Sumber: data primer yang diolah
100
Berdasarkan tabel di atas 12 responden atau 38,7% menyatakan setuju dengan indicator semakin tinggi tekanan internal maka semakin rendah kualitas kinerja audit yang dihasilkan dan begitupun sebaliknya 5 responden menjawab sangat setuju, tidak setuju dan ragu-ragu dengan perolehan 16,1% sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju hanya 4 responden atau 12,9%. Tabel 4.27 Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 8 Ragu-ragu 5 Setuju 11 Sangat Setuju 5 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 6,5 25,8 16,1 35,5 16,1 100
Berdasarkan tabel di atas responden yang menyatakan setuju sebanyak 35,5%, sedangkan yang tidak setuju sebanyak 25,8%, 5 responden menjawab ragu-ragu dan sangat setuju atau 16,1% dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 responden atau 6,5%. Tabel 4.28 Semakin Tinggi Tekanan Tnternal Maka Akan Semakin Rendah Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju
2 10
Presentase 6,5 32,3
ix
Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
6 10 3 31
19,4 32,3 9,7 100
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel di atas 10 responden menyatakan tidak setuju dan setuju atau 32,3%, 6 responden menjawab ragu-ragu atau 19,4%, 3 responden menjawab sangat setuju dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju atau sebesar 6,5%. 5. Pengaruh Sosial dalam menyelesaikan Tugas Audit Terkadang Persepsi masyarakat menjadi pertimbangan tersendiri dalam opini auditor indikator dalam variabel ini adalah: persepsi masyarakat tentang laporan independen audit merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses audit, pengaruh sosial sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit, semakin tinggi pengaruh sosial maka akan semakin tinggi kualitas kinerja audit begitupun sebaliknya, pengaruh sosial sangat mempengaruhi independensi auditor, semakin tinggi pengaruh sosial maka akan semakin tinggi independensi auditor begitupun sebaliknya
Tabel 4.29 Persepsi Masyarakat Tentang Laporan Independen Audit Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Penting Dalam Proses Audit Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju
0 8 3 13 ix
Presentase 0 25,8 9,7 41,9
Sangat Setuju 7 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
22,6 100
Berdasarkan tabel di atas 41,9% menjawab setuju dengan jumlah responden 13, sebanyak 25,8% atau 8 responden menjawab tidak setuju, 22,6% responden atau 7 responden menyatakan sangat setuju dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 responden atau 0%.
Tabel 4.30 Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 12 Ragu-ragu 8 Setuju 6 Sangat Setuju 3 Total 31 Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel
Presentase 6,5 38,7 25,8 19,4 9,7 100
di atas 38,7% menyatakan tidak setuju atau
sebanyak 12 responden, sebesar 25,8% responden menjawab ragu-ragu, sedangkan 19,4% menyatakan setuju bahwa indikator pengaruh sosial sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit sedangkan responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 9,7% atau 3 responden dan responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 6,5% atau 2 responden.
ix
Tabel 4.31 Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin Tinggi Kualitas Kinerja Audit Dan Begitupun Sebaliknya Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
1 13 10 4 3 31
Presentase 3,2 41,9 32,2 12,9 9,7 100
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% yang menyatakan tidak setuju atau sebanyak 13 responden, 32,2% yang menjawab ragu-ragu atau 10 responden, 4 responden atau 12,9% menyatakan setuju dan sebesar 9,7% yang menyatakan sangat setuju apabila semakin tinggi pengaruh social maka akan semakin tinggi kualitas kinerja audit dan begitupun sebaliknya sedangkan hanya 1 responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
ix
Tabel 4.32 Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
1 13 9 6 2 31
Presentase 3,2 41,9 29,0 19,4 6,5 100
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% yang menyatakan tidak setuju kalau pengaruh sosial sangat mempengaruhi independensi auditor presentase ini paling besar di antara jawaban pilihan lainnya pada daftar tabel di atas , sedangkan hanya 1 responden saja yang menyatakan sangat tidak setuju atau sebesar 3,2%, yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 9 responden atau 29,0%, 6 responden menyatakan setuju dan 2 responden sangat setuju atau sebesar 6,5% responden yang menyatakan sangat setuju pengaruh sosial sangat mempengaruhi independensi auditor. Tabel 4.33 Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin Tinggi Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 11 Ragu-ragu 10 Setuju 7 Sangat Setuju 2 Total 31 Sumber: data primer yang diolah ix
Presentase 3,2 35,5 32,3 22,6 6,5 100
Berdasarkan tabel di atas hanya 1 responden atau sebesar 3,2% saja yang mrnyatakan sangat tidak setuju apabila semakin tinggi pengaruh sosial maka akan semakin tinggi independensi auditor begitupun sebaliknya, sebanyak 32,3% yang menyatakan ragu-ragu atau sebanyak 10 responden, sedangkan yang menyatakan tidak setuju 11 responden atau 35,5%, 7 responden menyatakan setuju dan hanya 2 responden yang menyatakan sangat setuju. 6.
Audit Delay Dalam melakukan proses audit memperhatikan perencanaan waktu dalam audit delay merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas audit akuntan publik, pada variabel ini peneliti menggunakan indikator: audit delay merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi proses audit, audit delay sangat mempengaruhi opini audit, audit delay sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit, semakin lama audit delay maka akan semakin rendah pula kualitas kinerja audit,
begitupun
sebaliknya,
audit
delay
sangat
mempengaruhi
independensi auditor, semakin lama audit delay maka akan semakin rendah pula independensi auditor begitupun sebaliknya.
ix
Tabel 4.34 Audit Delay Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Mempengaruhi Proses Audit Keterangan
Frekuensi Absolut
Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 Tidak Setuju 3 Ragu-ragu 5 Setuju 16 Sangat Setuju 7 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
0 9,7 16,1 51,6 22,6 100
Berdasarkan tabel di atas tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju atau sebesar 0% responden, sedangkan
yang
menyatakan yang menyatakan setuju sebesar 51,6% atau 16 responden sementara itu responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 22,6%, sebesar 9,7% responden menyatakan tidak setuju hanya 16,1% atau 5 responden saja yang menyatakan ragu-ragu. Tabel 4.35 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Opini Audit Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
1 5 7 16 2 31
Presentase 3,2 16,1 22,6 51,6 6,5 100
Sumber: data primer yang diolah Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab audit delay sangat mempengaruhi opini audit adalah sebesar 51,6% atau 16 responden, 7 responden atau sebesar 22,6% ragu-ragu, yang menyatakan tidak setuju ix
sebesar 16,1%, dan yang menjawab sangat setuju 2 atau 6,5% sedangkan yang sangat tidak setuju sebesar 3,2%. Tabel 4.36 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Keterangan
Frekuensi
Absolut Sangat Tidak Setuju 0 Tidak Setuju 1 Ragu-ragu 5 Setuju 18 Sangat Setuju 7 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 0 3,2 16,1 58,1 22,6 100
Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab setuju audit delay sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit sebesar 58,1% atau 18 responden, 7 responden sangat setuju dan yang menjawab sangat tidak setuju hanya 0%, tidak setuju sebesar 1 responden atau 3,2%, 5 responden atau sebesar 16,1% ragu-ragu. Tabel 4.37 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor Keterangan
Frekuensi Absolut
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 6 Ragu-ragu 7 Setuju 13 Sangat Setuju 4 Total 31 Sumber: data primer yang diolah
Presentase 3,2 19,4 22,6 41,9 12,9 100
Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% responden yang menjawab setuju, sebanyak 7 responden yang menjawab ragu-ragu, sedangkan 4 ix
responden atau 12,9% yang sangat setuju, 6 responden atau 19,4% yang menjawab tidak setuju, sedangkan 1 responden saja yang sangat tidak setuju atau 3,2% D. Hasil Uji Normalitas dan Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, normalitas data ditentukan dengan Normal P-Plot. Hasil uji normalitas data menggunakan program SPSS 12 dapat dilihat pada gambar berikut
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: INDPDENSI 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
Gambar 4.1 Uji Normal P-Plot ix
0.8
1.0
Pada gambar “Normal P-Plot” atau garis normalitas, digunakan untuk uji normalitas data atau menunjukkan apakah perbedaan data responden dalam penelitian terdapat data yang sangat berbeda diantara yang lain, data yang normal akan mengikuti garis normalitas, pada gambar dapat dilihat bahwa data mengikuti garis normalitas sehingga data di anggap normal. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data variabel penelitian (Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay) menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Jadi data pada keseluruhan variabel dapat dikatakan berdistribusi normal. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan secara bersama-sama antar variabel independen dalam suatu fungsi regresi, pada penelitian yang baik tidak boleh ada multikolinearitas dalam fungsinya. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
ix
Tabel 4.38 Uji Multikolinearitas Coefficients(a)
Model
1
Collinearity Statistics Toleranc e VIF (Constant) AUDT_FEE LMA_HUB KON_PRN PGH_SOS AUDIT_DLY
,592 ,624
1,691 1,602
,572 ,732
1,748 1,366
,624
1,602
a Dependent Variabel: INDPDENSI
Berdasarkan tabel 4.38 terlihat bahwa nlai Tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai Varian Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10. Dapat disimpulkan hasil tersebut mengindikasikan tidak terdapat gejala multikolinearitas terhadap variabel penelitian sehingga model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian. b. Uji Autokorelasi Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel Model Summary sebagai berikut: Tabel 4.39 Uji Autokorelasi Model Summary(b) Adjusted R Std. Error of the DurbinR R Square Square Estimate Watson ,710(a) ,504 ,405 3,137 1,724 a. P a. Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE b. Dependent Variabel: INDPDENSI Model 1
ix
Dalam penelitian yang baik tidak boleh terdapat korelasi antar variabel independen. Standar untuk suatu penelitian lolos dari uji autokorelasi adalah =2 atau mendekati 2. Hasil di atas menujukan nilai Durbin Watson sebesar 1,724. Nilai Durbin Watson berada pada kisaran antara –2 dan 2, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dan model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian. c. Uji Heteroskedastisitas Uji ini untuk mengetahui apakah jawaban dari responden bersifat homogen atau rata-rata sama. Gambar “Scatterplot” dapat digunakan untuk menguji heteroskedastisitas, dalam pengujian yang baik
data
responden
diharapkan
bersifat
heterogen,
untuk
melakukannya dapat dilihat dari persebaran data scatterplot, data yang mengumpul dianggap tidak lolos uji heteroskedastis. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar 4.2
ix
Scatterplot
Dependent Variable: INDPDENSI
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas Bedasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa data tersebar di sekitar titik nol dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas padamodel regresi berganda, sehingga model regresi layak dipakai untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi berdasarkan masukan variabel independen Audit fee, ix
Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay E. Hasil Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditentukan, uji ini secara umum menguji tingkat hubungan dan signifikansi antara beberapa variabel independen dengan 1 variabel dependen, baik itu secara bersama-sama ataupun secara sendiri-sendiri. Untuk menilai keseluruhan model regresi apakah fit dengan data, kita harus memperhatikan nilai koefisien korelasi (R), koefisien determinasi (R Square), nilai F hitung dan nilai t hitung. Tabel 4.40 Koefisien Determinasi (
)
Model Summary(b)
Model 1
R ,710(a)
R Square ,504
Adjusted R Square ,405
Std. Error of the Estimate 3,137
DurbinWatson 1,724
a Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE b Dependent Variable: INDPDENSI
Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,504 dan nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,405. Untuk model regresi berganda digunakan nilai Adjusted R Square. Jadi, dalam penelitian ini 40,5% variabel dependen Kualitas kinerja audit (Independensi) dijelaskan oleh variabel Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama,
konflik peran,
ix
pengaruh sosial dalam
menyelesaikan tugas audit, Audit delay, dan sisanya 59,5% (100%-40.5%) dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai F yang dideteksi dari output SPSS pada tabel ANOVA Tabel 4.41 Hasil Uji F
Model 1
Regression Residual
Sum of Squares 249,958 245,977
5
Mean Square 49,992
25
9,839
df
F 5,081
Sig. ,002(a)
Total
495,935 30 a Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE b Dependent Variabel: INDPDENSI
Berdasarkan tabel 4.41 terlihat nilai F adalah 5,081 dengan probabilitas 0,002. Karena probabilitas (0,002) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bisa dipakai untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi. Atau bisa dikatakan Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi. Maka Ha diterima atau Hipotesis keenam diterima. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai t dan p value (Sig.) yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel Coefficients (tabel 4.42). ix
Tabel 4.42 Hasil Uji t Coefficients (a) Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant) AUDT_FEE LMA_HUB KON_PRN PGH_SOS AUDIT_DLY
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
5,535 ,268
3,448 ,138
,354
1,605 1,934
,121 ,065
,146 -,047 -,083
,176 ,126 ,157
,149 -,070 -,087
,834 -,375 -,527
,412 ,711 ,603
,648
,262
,440
2,468
,021
a Dependent Variabel: INDPDENSI
Berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan uji t dengan penetapan alpha (taraf kesalahan) 5%, menyatakan bahwa variabel Audit Delay secara parsial berpengaruh signifkan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari independensi, berarti Ha5 diterima, hal ini didukung oleh penelitian Dyer dan McHught (1975, dalam Aryati dan Theresia 2001) yang membuktikan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu inteval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi
dalam
membuat
prediksi
dan
keputusan,
sehingga
ketepatanwaktu penyajian laporan keuangan tahunan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut kepada publik. Sedangkan untuk variabel lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan ix
tugas audit tidak berpengaruh signifikan secara parsial, terlihat dari nilai Sig. hitung > 0,005 untuk masing-masing variabel. Jika menggunakan uji t dengan penetapan alpha (derajat kesalahan) 10%, maka secara parsial audit fee dan audit delay berpengaruh terhadap independensi. Besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.43 Hasil Regresi Berganda Variabel
Koefisien
Probabilitas
Konstanta Audit Fee (AF) Lamanya Hubungan Penugasan Auditor (LHP) Konflik Peran (KP) Pengaruh Sosial (PS) Audit Delay (AD) Sumber: data primer yang diolah
5,535 0,268 0,146
0,121 0,065 0,412
-0,047 -0,083 0.648
0,711 0,603 0,021
Berdasarkan tabel 4.43 diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 5,535 + 0,268
+ 0,146
- 0,047
- 0,083
+ 0,648
. Dari
persamaan tersebut dapat diartikan bahwa harga 5,535 merupakan nilai konstan. Konstanta sebesar 5,535 menyatakan bahwa jika tidak ada faktor Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay, maka kemungkinan terjadinya pengaruh kualitas kinerja akuntan publik (independensi) sebesar 5,535.
ix
a. Faktor Audit Fee Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik (Independensi) Pada variabel ini p value (0,065) > 0,05 sehingga hipotesis pertama ditolak atau Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Audit fee tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi. Nilai koefisien regresi sebesar 0,268 menujukkan bahwa setiap penambahan 1 satuan variabel audit fee akan mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik (independensi) sebesar 0,268. Hasil di atas menujukkan bahwa ternyata audit fee tidak mempengaruhi
kualitas kinerja auditor apabila ditinjau dari
independensi. Hal ini didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Retty dan Indra (2001) hasil penelitiannya adalah ternyata faktor audit fee tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik, tetapi hasil penelitian Retty dan Indra berbeda dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Supriyono (1986) dalam penelitiannya Audit fee mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi, berdasarkan hasil penelitian dan literatur yang ada peneliti berpendapat bahwa ternyata fee tidak selamanya berpengaruh terhadap independensi walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa fee biasanya menjadi suatu faktor yang menjadi dorongan untuk seseorang akuntan publik melanggar suatu etika profesi, apalagi terlihat bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia ix
yang belum hilang, tetapi bahwa faktor budaya yang berkembang diIndonesia sisi keTimuran atau faktor keAgamaan masih melekat dalam lingkup berbeda didalam etika seorang akuntan publik, selain itu kebijakan atau peraturan-peraturan yang ada masih dapat membentengi pergerakan atau aktifitas akuntan publik,
hal ini lah yang
dimungkinkan mengapa audit fee tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap independensi akuntan publik. b. Faktor Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama
Terhadap
Kualitas
Kinerja
Audit
Akuntan
Publik
(Independensi). Pada variabel ini p value (0,412) > 0,05 sehingga hipotesis kedua ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) hasil penelitiannya membuktikan bahwa dalam mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya, tetapi disisi lain terdapat beberapa kekuatan yang bisa meredakan pengaruh tersebut, hasil penelitiannya memberikan bukti bahwa pemisahan staff audit dari staf yang melakukuan
consulting
service
dirasakan
akan
meningkatkan
independensi akuntan publik, pengaruh budaya masyarakat atau
ix
organisasi terhadap pribadi akuntan publik juga akan mempengaruhi sikap independensi, c. Faktor Konflik Peran Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik (Independensi). Pada variabel ini p value (0,711) > 0,05 sehingga hipotesis ketiga ditolak. Ternyata konflik Peran auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari independensi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sekar Mayangsari didalam penelitianya menjelaskan bahwa independensi secara esensial merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan objektivitas tugas profesionalnya, hal ini senada dengan American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) dan Kell et al. (1989) dalam artikel Pincus (1991) menyatakan bahwa independensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas. Berarti bahwa apabila seorang auditor yang memiliki sikap kerja profesional maka konflik peran yang ada tidak akan mempengaruhi independensi auditor tersebut. d. Faktor Pengaruh Sosial Dalam Menyelesaikan Tugas Audit Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik (Independensi). Pada variabel ini p value (0,603) > 0,05 sehingga hipotesis kempat ditolak. Ternyata pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari independensi. Dalam penelitian ix
tersebut membuktikan bahwa keadaan sosial atau masyarakat seperti apapun juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi. e. Faktor Audit Delay Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik (Independensi). Pada variabel ini p value (0,021) < 0,05 sehingga Ho ditolak atau hipotesis kelima diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Audit delay mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi.Penelitian yang dilakukan oleh (Giling 1977) menujukkan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai The Big Four membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Di samping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibanding KAP lainnya. Waktu audit yang cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi mereka.
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Peneliti
melakukan
pengujian
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kualitas kinerja audit ditinjau dari independensi (sesuai dengan PSA SA NO.04), peneliti melakukan pengujian dari beberapa variabel yang ada antara lain adalah Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, Tekanan (konflik peran) didalam penugasan/ panyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay. Variabel tersebut merupakan variable yang menurut peneliti variabel yang erat hubungannya dengan kualitas kinerja auditor dan dapat berpengaruh terhadap independensi, ternyata dari hasil penelitian variable tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil Uji F degan probabilitas 0,002 jauh lebih kecil dari 0,05 atau F = 5,081 > 0,05, menujukkan bahwa audit fee, lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, audit delay secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi. 2. Hasil Uji t menujukan hanya audit delay yang secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari independensi, sedangkan audit fee, lamanya hubungan penugasan auditor
ix
untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit secara parsial tidak berpengaruh.
B. Implikasi Penelitian ini memiliki implikasi terhadap berbagai pihak yang terkait dengan profesi akuntan, terutama akuntan publik (auditor Independen), antara lain: 1. Berdasarkan kesimpulan di atas menyebutkan bahwa audit delay mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan publik apabila ditinjau dari independensi, biasanya KAP yang memiliki internal control yang baik maka kantor tersebut akan selalu menjaga eksistensinya dan kualitasnya salah satunya adalah perencanaan audit delay yang sesuai atau proprosional dengan tingkat pekerjaan pemeriksaan keuangan, pada dasarnya rentang waktu pengerjaan audit ini (audit delay) tidak mengharuskan KAP untuk membatasi waktu tertentu, tetapi KAP yang baik selalu mempunyai perencanaan dan supervisi yang efektif dan efisien dalam melakukan pemeriksaan baik dalam operasional KAP tersebut ataupun sumber daya manusia yaitu auditor yang nantinya kualitas kinerja KAP yang dilkukan oleh auditor akan tercermin
dari hasil
pekerjaan tersebut. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa ternyata varabel audit delay mempunyai pengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik.
ix
C. Saran Sebagai hasil dari analisis yang peneliti lakukan dapat disarankan bahwa: 1. Supervisi yang seksama pemerintah dalam
dalam KAP dan Standar atau Kebijakan
meningkatkan kualitas akuntan publik dapat terus
diperhatikan karena fungsi akuntan publik adalah pihak yang paling independen. 2. Didalam dunia audit khusunya seorang akuntan publik independensi bukan merupakan “negosiasi” tetapi sikap dan mental yang harus dimiliki oleh seorang auditor, jadi peneliti menyarankan kepada auditor agar tetap selalu menjaga sikap independensi tersebut.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”, Jilid 1 Edisi 3, FEUI, Jakarta, 2004.
Aryati, Titik dan Theresia Maria.”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Dan Timeliness”. Media Riset Auditing dan Informasi Vol 5 No. 3, Desember 2005.
A.M.B.P. Putra Djaja. “Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penujang Kinerja Tim Pemeriksa Terhadap Efektifitas Pencapaian Tujuan Pemeriksaan”. Tidak dipublikasikan. Karya Akhir Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002.
A.th.Soetedjo.”Profesionalisme Auditor dan Tantangan yang Menghadang”. majalah Pemeriksa No.89, April-Mei 2003.BPK-RI.Hal.34-40.
Arens, Alvian A.; Randal J.Elder, Mark S. Beasley..”Auditing and Assurance Service : An Integrated Approach”. 9th edition. Prentice Hall, 2003.
Arens, Alvian, dan James K Loebbecke, 2001, “Auditing Pendekatan Terpadu” Edisi Indonesia Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Aryati Titik dan Theresia Maria. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timelines” Media Riset akuntansi, auditing, dan informasi Vol.3, 2004.
Boynton, William C. “Modern Auditing”. Erlangga: Jakarta, 2000.
Christina Sososutikno.“Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Difungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17 Oktober 2003. Hal 1116-1128, 2003. ix
Christiawan, Yulius Jogi, 2002, “Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik:Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Jan 2002/ Vol 4/ No 2.
Deis, Donald R. Jr. and Gary A. Giroux, “Determinants of Audit Quality in the Public Sectors”, The Accounting Review, Vol.67 no.3, July, 1992, pp.462-479.
Gul, F., and C. Windsor “The effects of client financial condition, size of audit tendering on auditors’ ability to resist management pressure”. Proceedings of the Annual Conference, The Accounting Association of Australia and New Zealand. pp 263-67, 1991.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi Ketiga, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2005.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. Grafika Karya Utama, Jakarta, 2005.
Indriantoro, Nur. Supomo, Bambang. ”Metodologi Penelitian Bisnis”. BPFE: Yogyakarta, 2002
Irwati, Yuke. Mukhlasin, Thio Anastasia Petronila.. ”Hubungan Karakteristik Personal Terhadap Tingkat Penerimaan Perilaku Dalam Audit”. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII : Solo, 2005.
IAI
Kompartemen Akuntan Publik. ”Standar Publik”,Salemba Empat, 2002.
Profesional
Akuntan
Jaka Winarna dan Ninuk Retnowati.”Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 1617 Oktober 2003. Hal 839-848, 2003.
ix
Lastanti, H. Sri.”Tinjauan terhadap kompetensi dan independensi akuntan publik: Refleksi atas skandal keuangan”. Media Riset akuntansi, auditing, dan informasi Vol.5, 2005.
Lestari,
Martini. “Analisis Kebijakan Pemeriksaan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Tidak dipublikasikan. Karya Akhir Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.
Mayangsari, Sekar.”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”.Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII: Solo, 2005.
Maria, Agnes. Pinnarwan, Djohan.”.Independensi Akuntansi Publik : Sebuah Rekapitulasi. Media Riset akuntansi, auditing, dan informasi Vol.3, 2003.
Meidawati, Neni.”Meningkatkan Akuntabilitas Auditor Independen Melalui Standar Profesional”. Media akuntansi, No.16, 2001.
Mock, T., and M. Samet, 1982_”A multi-attribute model for audit evaluation”, Proceedings of the VI University of Kansas Audit Symposium.
Myrna Nurhama dan Nur Indriantoro, 2000, “Tindakan Supervisi dan Kepuasan Kerja Akuntan Pemula di KAP”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Januari, hal. 104-105, 2000.
Novianty, Retty dan Wijaya Kusuma, Indra.”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akutan Publik”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol 5 No. 1, Juni 2001.
Nugroho, Bhuono A. “Strategi Jitu memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”, ANDI, Yogyakarta, 2005.
Pincus, K,V, “Audit Judgment Confindence.” Behavioral Research in Accounting 3. hal. 39-65, 1991. ix
Supriyono, R. A. “Pemeriksaan Akuntansi (Auditing): Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, BPEF, Yogyakarta, 1988.
Rahayu Dyah Sih dan Faisal.”Pengaruh Komitmen Terhadap Respon Auditor Atas Tekanan Sosial: Sebuah Eksperimen”. Jurnal Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol 9 No. 1, Juni 2005.
Ridwan Widagdo, Sukma Lesmana dan Soni Agus Irwadi.”Analisis Pengaruh Atribut-atribut Kualitas Audit terhadap Kepuasan Klien”. Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang, 5-6 September 2002. Hal. 560-574, 2002.
Sawyer, Lawrence. B. et al. Internal Auditing Sawyer. Salemba Empat: Jakarta, 2005.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabet, Bandung, 2005.
Shockley, R.. “Perceptions of auditor independence”. The Accounting Review, October, pp 785-800, 1981.
Sri Trisnaningsih dan Sri Iswati.”Perbedaan Kinerja Auditor dilihat dari segi Gender”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17 Oktober 2003. Hal 1036-1047, 2003.
Utami, Wiwik dan Mardiasmo. “Pengaruh Pengalaman Memeriksa Laporan Keuangan Terhadap Mutu Pertimbangan”, Thesis S-2 tidak dipublikasikan, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1991.
Wooten, Thomas C. “Research About Audit Quality”. The CPA Journal. Jan 2003; 73,1; ABI/INFORM Global pg. 48-51, 2003. .
ix