JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA MAINTENANCE ELEKTRIKAL DALAM MENERAPKAN WORK PERMIT DI PT. X SEMARANG Ismi Elya Wirdati, Hanifa Maher Denny, Bina Kurniawan Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract : occupational accidents are unexpected events that can occur in the workplace, to the place of work and from the workplace. Factors causes of accidents include human, equipment, environment. Accidents are contained in PT. X Semarang occur in electrical maintenance workers. Because the electrical workers are high hazard. So the company applying for a work permit control. This research to determine factors that influence incidence of workplace accidents in electrical maintenance workers in applying work permit. The researchers took factors of knowledge, compliance, PPE use and dissemination work permit. Qualitative research design used cross sectional. The sampling method by total sampling that all electrical maintenance worker. Technique of data collection such as in-depth interviews, documentation and observation. Reliability and validity of the data with source triangulation and triangulation technique. Based on the results of worker factors that caused workplace accidents that implementing SOP compliance work permit, the use of PPE and socialization work permit Key Words
: Work permit. compliance. use of PPE. socialization
PENDAHULUAN
namun
Latar Belakang
pengendalian yang tepat akan dapat
Penggunaan teknologi yang maju sangat
diperlukan
untuk
memenuhi
kebutuhan hidup manusia secara luas,
tanpa
disertai
dengan
terjadinya kecelakaan, terutama pada era industrialisasi proses 456
yang
mekanisasi,
ditandai
adanya
elektrifikasi,
dan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
modernisasi. Dalam keadaan demikian
kecelakaan
penggunaan mesin, instalasi, dan bahan-
mengalami sakit akibat kerja. Tahun
bahan berbahaya akan terus meningkat
sebelumnya (2012) ILO mencatat angka
sesuai
kematian dikarenakan kecelakaan kerja
kebutuhan
industrialisasi.
Hal
kerja
dan
160
pekerja
sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.3
tersebut memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi. Efek samping yang adalah
Departemen Kesehatan Republik
bertambahnya jumlah dan ragam sumber
Indonesia melaporkan kesehatan kerja di
bahaya bagi pengguna teknologi dan
26 Provinsi di Indonesia tahun 2013
faktor
jumlah
tidak
dapat
dihindari
lingkungan
kerja
yang
tidak
kasus
penyakit
umum
pada
dan
pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan
Kesehatan Kerja (K3). Proses kerja yang
jumlah kasus penyakit yang berkaitan
tidak aman dan sistem kerja yang modern
dengan pekerjaan berjumlah 428.844.
dapat
Meningkatnya pertumbuhan industry mulai
memenuhi
syarat
menjadi
Keselamatan
ancaman
tersendiri
dari industry skala kecil sejumlah 141.894
terjadinya kecelakaan kerja.1 Kecelakaan kerja merupakan hal
(83,70%), industry skala sedang 14,970
tidak diinginkan dan tidak dapat di ketahui
(8.83%) dan jumlah industri skala besar
kapan terjadinya, tetapi semua itu bisa di
sejumlah 169,524 perusahaan.3
antisipasi.
Namun
perusahaan
sekarang
yang
masih
banyak
Berdasarkan PP No.50 tahun
mengalami
2012
kecelakaan kerja. Hal ini karena masih
Keselamatan
kurangnya kesadaran dari sebagian besar masyarakat,
perusahaan,
(SMK3)
pengusaha
kerja
K3.2 Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja
(Jamsostek)
mengakibatkan
lampiran
II
bagian
yang
didokumentasikan
mengendalikan
kerugian
jenis-jenis
tertentu yang memiliki potensi bahaya.6
data Internasional
Labour
Work
permit
bagian
Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja
pengendalian
resiko
K3
Sedangkan
Rp
dan
pekerjaan
triliun.2
mencapai
6
salah satu cara yang digunakan untuk
50
nasional
Kerja
Izin kerja atau work permit merupakan
pekerja Indonesia mengalami kecelakaan yang
Kesehatan
untuk tugas-tugas yang beresiko tinggi.
2013
memperlihatkan bahwa sekitar 0,7 persen
kerja
dan
Manajemen
diterapkannya suatu sistem izin kerja
berdasarkan data PT Jaminan Sosial Kerja
pada
Sistem
tercantum bahwa terdapatnya prosedur
maupun tenaga kerja akan arti pentingnya
Tenaga
tentang
di dunia meninggal setiap 15 detik karena 457
dari secara
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
administratif
yang
bertujuan
untuk
terjatuh,
getaran,
(e-Journal) 2356-3346)
bising,
kebakaran,
bahaya listrik, dan ledakan.
mengendalikan semua pekerjaan yang beresiko tinggi. Work permit bertujuan
Pada bulan Februari tahun 2015
untuk meminimalisasi kecelakaan kerja dengan
catatan
pekerja
terdapat
mematuhi
kecelakaan
kerja
dibagian
prosedur yang sudah ditentukan oleh
maintenance elektrikal . Kecelakaan kerja
perusahaan.4
terjadi karena pekerja belum diberikan ijin kerja dari supervisor dan safety officer
PT.
X
Semarang
merupakan
untuk
melakukan
pekerjaan.
Namun
perusahaan bergerak dibidang agrobisnis
pekerja sudah melaksanakan pekerjaan
pertanian
terlebih dahulu. Pada saat pekerjaan
yang
memproduksi
bahan
pakan ternak. Perusahaan ini menerapkan
berlangsung,
work permit karena bahan bakar yang
dinormalkan ternyata masih aktif dan pada
digunakan
mesin terjadi arus pendek sehingga terjadi
dalam
pembuatan
pakan
panel
yang
seharusnya
ternak antara lain: jagung, minyak kelapa
ledakan
sawit, biji batu, tepung batu, alimet dan
pekerja.Kecelakaan kerja akibat kondisi
lain lain. Dalam proses produksinya bahan
atau
baku diolah melalui beberapa proses
tersebut,
dengan
melindungi
menggunakan
mesin-mesin
dan
tidak
luka
aman
maka
pada
sebelum
PT.
para
bakar
X
bekerja
Semarang
pekerjanya
dengan
produksi yaitu mesin penggiling mixer,
menerapkan work permit sebagai salah
penampungan bahan baku, dan crambe.
satu bentuk komunikasi tertulis maka work permit ini menjadi salah satu persyaratan
Alasan
PT.
X
Semarang
ini
penting
menerapkan work permit karena terdapat
terhadap
pelaksanaan
suatu
pekerjaan.
banyak permasalahan yang berhubungan dengan keselamatan kerja. Salah satunya
Berdasarkan
uraian
tersebut,
pada bagian maintenance elektrikal yang
keselamatan bukan hanya pengawasan
berhubungan dengan listrik.
terhadap peralatan saja, tetapi yang lebih
maintenance melakukan mesin-mesin terdapat
3
sendiri perbaikan
bertugas atau
produksi. bagian
Di bagian
yaitu
untuk
penting
ada
pada
manusianya
atau
mengecek
tenaga kerjanya. Hal ini dilakukan karena
Maintenance
manusia adalah faktor yang paling penting
mechanical,
dalam
suatu
elektrikal dan sipil. Resiko yang dapat
berlangsung.
terjadi diantaranya terkena percikan api,
menganalisis 458
proses Maka
faktor
pekerjaan
peneliti apa
saja
ingin yang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
mempengaruhi kecelakaan kerja pada
untuk mengetahui dan membandingkan
pekerja
rekaman,
maintenance
menerapkan
work
elektrikal permit
dalam PT.
X
catatan
wawancara
dan
kesimpulan yang dihasilkan.
Semarang. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN
Karakteristik Informan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
penelitian
Penelitian ini mengambil 5 orang
yang
sebagai informan utama. Usia kelima
bersifat deskriptif-kualitatif.
informan
penelitian
yaitu
2
informan
Pengambilan sampel dalam penelitian
utama berusia 21, 1 informan berusia 36,
ini menggunakan total sampling. Informan
dan 2 informan utama dengan usia 40
utama dalam penelitian ini adalah seluruh
tahun. Semua informan utama yang diteliti
pekerja elektrikal di PT X Semarang.
disini berprofesi sebagai pekerja elektrikal
Informan triangulasi dalam penelitian ini
di PT. X Semarang. Seluruh informan
adalah supervisor elektrikal, koordinator
memiliki pendidikan terakhir yaitu STM
K3
K3
dan SMK Otomasi. Sedangkan informan
data
triangulasi merupakan seorang manajer
cara
K3 diperusahaan dengan usia 37 tahun,
observasi terhadap fasilitas pendukung
supervisor elektrikal usia 34tahun serta
lalu
mendalam
koordinator K3 dilapangan dengan usia 28
informan
tahun. Semua berjenis kelamin laki – laki
di
lapangan
diperusahaan. penelitian
utama.
manager
Pengumpulan
dilakukan
dilakukan
(indepth
dan
dengan
wawancara
interview)
kepada
Pengumpulan
fakta
dari
dengan pendidikan terakhir S1.
fenomena atau peristiwa – peristiwa yang bersifat khusus kemudian masuk pada
Gambaran Kecelakaan Kerja Dalam
kesimpulan yang bersifat umum.
Menerapkan Work Permit di PT X Semarang
Keabsahan data dilakukan dengan teknik dengan
triangulasi. sumber
Teknik
triangulasi
membandingkan
Penerapan K3 merupakan segala
dan
kegiatan untuk menjamin dan melindungi
mengecek baik derajat kepercayaan pada
para
suatu informasi yang diperoleh melalui
pencegahan
waktu dan alat yang berbeda.
penyakit kerja. Berdasarkan PP No. 50
Reliabilitas penelitian dapat dicapai
pekerjanya
melalui
kecelakaan
upaya
kerja
dan
tahun 2012 tentang (SMK3) lampiran II
dengan auditing data. Melakukan proses
bagian
pemeriksaan terhadap alur analisis data
prosedur kerja yang di dokumentasikan 459
6
tercantum
bahwa
terdapat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dan
diterapkannya
yang
potensi bahaya yang dapat terjadi dari
beresiko tinggi. Work permit di PT. X
area pekerjaan yang dilakukan. Pekerja
Semarang diterapkan pada bulan Februari
menyiapkan
2015. Work permit ini merupakan salah
apabila area kerja jauh dari letak APAR
satu
untuk
yang tersedia. Safety lapangan berhak
dapat
memberi work permit. Safety lapangan
melaksanakan pekerjaan dengan aman,
berhak menmberhentikan pekerjaan jika
selamat dan sehat. Namun tidak semua
ternyata terdapat potensi bahaya yang
area
perusahaan diterapkan work
disebabkan oleh pekerja ataupun dari
permit. Work permit hanya terdapat pada
area kerja. Pekerja wajib melapor ke
area ketinggian, ruang terbatas, panas,
safety
dan area yang menimbulkan api atau
pekerjaanya selesai.
program
menjamin
di
izin
kerja
(e-Journal) 2356-3346)
pengendalian
agar
pekerja
listrik.
APAR
atau
di
supervisor
area
kerjanya
area
setelah
Dari hasil pengisian form checklis Tahap penerapan work permit di
berdasarkan prosedur tersebut, dalam
PT. X pekerja harus melalui prosedur
penerapan
yang
pekerja
kecelakaan kerja di PT. X Semarang.
memberikan
Kecelakaan kerja berawal dari pekerja
informasi kepada supervisor area bahwa
elektrikal yang akan melakukan pekerjaan
akan dilakukan pekerjaan di area tersebut
di area hammermill.
menjadi
terjadi
harus
meminta
dilakukan,
izin
yaitu
sekaligus
tanggung
jawabnya.
Pekerja
work
ketika
mengisi form work permit dan diketahui
memperbaiki
oleh
hemmermill
atasanya
kemudian
memberikan
permit
terdapat
Kecelakaan kerja pekerja
mesin terdapat
elekrikal
pada
area
breaker
yang
form work permit tersebut ke safety
seharusnya off namun ternyata masih
lapangan.
safety
mengalir arus listrik dari breaker lain.
bersama-sama
Pekerja tidak mengetahui hal tersebut
Supervisor
lapangandan melakukan
pekerja verifikasi
area,
kondisi
dikarenakan tidak terdapatnya safety sign.
lapangan dan peralatan yang digunakan
Disamping hal tersebut kecelakaan terjadi
sesuai jenis pekerjaanya. Safety lapangan
dikarenakan
melakukan pengecekan kelengkapan APD
berjalan sesuai prosedur. Seharusnya
dan
pekerja elektrikal menunggu pihak safety
kondisi
terhadap
lingkungan
kerja
dan
pekerja
elektrikal
tidak
memastikan APD yang digunakan pekerja
untuk
sudah memenuhi syarat sesuai jenis
kenyataan
pekerjaanya dan kondisi lingkungan kerja
pekerja sudah memulai bekerja terlebih
aman. Safety lapangan akan menjelaskan
survei
ke
yang
lapangan. terdapat
Namun
dilapangan
dahulu tanpa menunggu safety untuk 460
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
memberikan form work permit tersebut.
didasari oleh pengetahuan maka tidak
kecelakaan kerja ini akan menjadi input
akan berlangsung lama.8
data dari pihak
safety
dan menjadi
evaluasi keadaan di setiap area yang
Kepatuhan
Pekerja
Elektrikal
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
Mempengaruhi Kecelakaan Kerja di PT
Dari kejadian kecelakaan kerja tersebut,
X Semarang
faktor pekerja juga dapat mempengaruhi
Kepatuhan mengenai melaksanakan
suatu program dapat berjalan dengan baik
work permit didapatkan informan utama
dan sesuai dengan prosedur.
lebih cenderung melaksanakan pekerjaan dengan form checklis menyusul. Informan
Pengetahuan Pekerja Elektrikal Tidak
utama
Mempengaruhi Kecelakaan Kerja di PT
dengan alasan apabila menunggu form
X Semarang
work permit maka pekerjaan akan menjadi
Pengetahuan dari keseluruhan
lama
melakukan
karena
pekerjaan
harus
tersebut
melalui
proses
pekerja sudah mengetahui cukup baik
prosedur work permit dari pihak safety,
karena
peneliti
manager safety, dan supervisor. Hal ini
memberikan pertanyaan kepada pekerja
sudah tidak sesuai dengan prosedur work
elektrikal sudah menjawab dengan sesuai
permit yang terdapat di perusahaan.
yang
Kecelakaan kerja pada pekerja elektrikal
setiap
diharapkan
apa
yang
oleh
peneliti,
yaitu
mengetahui mengenai work permit, alur
diperkuat
work permit, tujuan diterapkanya work
triangulasi bahwa kecelakaan kerja terjadi
permit,
berwenang
akibat pekerja memulai pekerjaan di area
menerapkan work permit serta isi dari
hammermill terlebih dahulu dan tidak
work
Sehingga
menunggu safety untuk survei ke area
pengetahuan pekerja ini menunjukkan
pekerjaan. Namun Informan utama juga
bahwa faktor pengetahuan pekerja yang
mengatakan tidak terdapat sign atau
baik tidak mempengaruhi dengan kejadian
tanda pada breaker yang tersambung
kecelakaan kerja di perusahaan. Hal ini
secara seri dengan breaker lain di area
sejalan
hammermill.
pihak
permit
tersebut.
juga
Notoatmodjo
yang
dengan
dimana
pendapat
perilaku
yang
dengan
memperbaiki
jawaban
informan
Sehingga pekerjaan
pekerja
listrik
dengan
didasari oleh pengetahuan yang positif
keadaan arus listrik masih tersambung.
maka sikap tersebut akan bersifat lama.
Kecelakaan kerja terjadi ini didukung
Sebaliknya apabila perilaku yang tidak
dengan
pekerja
menggunakan 461
APD.
tidak
mematuhi
Informan
utama
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
mengatakan
bahwa
saat
terjadinya
kecelakaan
kerja
pekerja
sosialisasi
hanya
hanya
(e-Journal) 2356-3346)
melalui
supervisor.
Dikarenakan
mengingat
menggunakan APD berupa safety shoes.
terdapat
perusahaan
Sebaliknya informan utama menyadari
pemberitahuan cukup melalui supervisor
bahwa sangat penting menggunakan APD
bagian
ketika
Karena
mensosialisasi-kan kepada pekerjanya.
melihat potensi bahaya yang dapat terjadi
Bentuk dari sosialisasi tersebut salah satu
pada pekerja elektrikal yaitu kesetrum,
dari informan triangulasi mengatakan cara
ledakan, kebakaran dan terkena percikan
pemberian
api.
dalam bentuk
pekerjaan
Penelitian penelitian
dilakukan.
ini
sejalan
Halimah,
dengan
dengan
di
pekerja banyak
masing-masing
sosialisasi
yang jadi
kemudian
kepada pekerja
informal, yaitu apabila
bertemu dengan pekerja maka saat itu
hasil
supervisor
menjelaskan
tentang
work
penelitian bahwa responden tidak patuh
permit.
terhadap SOP lebih banyak daripada
berpendapat bahwa menerapkan work
responden yang patuh terhadap SOP.
permit
Dan responden yang tidak patuh terhadap
penting.
SOP
berpendapat
mengalami
kecelakaan
kerja
daripada responden yang patuh terhadap SOP.
7
Hal
ini
menunjukkan
Sehingga
hanya
pekerja
formalitas
Menurut
elektrikal
dan
penelitian
bahwa
kurang Helliyanti
sosialisasi
atau
promosi K3 adalah bentuk usaha yang
bahwa
dilakukan
untuk
mendorong
dan
semakin responden tidak patuh terhadap
menguatkan
SOP maka semakin tinggi terjadinya
pekerja
kecelakaan kerja.
melindungi pekerja dari kecelakaan kerja,
kesadaran
tentang
K3
dan
perilaku
sehingga
dapat
properti, dan lingkungan. Akan tetapi Sosialisasi Work Permit Mempengaruhi
sosialisasi akan menjadi lebih efektif
Kecelakaan Kerja di PT X Semarang
apabila terdapat perubahan perilaku pada
Informan bahwa
utama
sosialisasi
work
mengatakan permit
pekerja. Jika tidak terdapat perubahan
pada
maka sosialisasi K3 tidak akan dapat
pekerja elektrikal dilakukan hanya sekali
berpengaruh
yaitu awal diterapkanya work permit di
kejadian kecelakaan kerja.
perusahaan.
Pemberian
terhadap
sosialisasi
dilakukan oleh pihak supervisor bukan
KESIMPULAN
dari pihak safety. Hal ini diperkuat dengan
1. Pengetahuan
pernyataan bahwa
menurunya
dari
informan
triangulasi
pekerja
elektrikal
diberikan
pekerja
elektrikal
mengenai work permit sudah baik. Hal ini 462
tidak
mempengaruhi
terjadinya
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
kecelakaan
kerja
pada
elektrikal.
Pekerja
elektrikal
menjawab
pertanyaan
dari
(e-Journal) 2356-3346)
pekerja
4. Sosialisasi work permit di perusahaan
dapat
belum sesuai dikarenakan sosialisasi
peneliti
work
permit
yang
terdapat
mulai dari pengertian work permit, isi
diperusahaan dilakukan cuma satu kali
dari work permit, alur work permit,
pada awal diterapkanya work permit.
tujuan
yang
Sosialisasi ini dalam bentuk informal.
bertanggung jawab mengenai work
Yang memberikan sosialisasi melalui
permit diperusahaan
supervisor tanpa adanya bantuan dari
work
permit,
dan
2. Kepatuhan pekerja dalam menerapkan work
permit
prosedur.
tidak
berjalan
Ditunjukkan
sesuai
karena sosialisasi kurang
berjalan
maka
pekerja
elektrikal
hasil
beranggapan work permit tidak penting.
wawancara terhadap informan utama
Bentuk sosialisasi pada sign atau tanda
dengan informan triangulasi sepakat
bahaya peringatan pada setiap area
bahwa
pekerja
pekerjaan
dari
safety.
sudah
memulai
juga
dahulu
sebelum
menyebabkan kecelakaan kerja pada
terlebih
pihak safety datang untuk survei ke area.
Namun
Informan
kurang
maksimal
sehingga
pekerja elektrikal.
utama
mengatakan ketika menerapkan work
DAFTAR PUSTAKA
permit sesuai prosedur menjadikan
1. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press,2008.
done time lama sehingga pekerjaan tertunda. Kepatuhan pekerja termasuk faktor
yang
dapat
mempengaruhi
kecelakaan kerja di PT. X Semarang. 3. Penggunaan
APD
pada
2. A.M. Sugeng Budiono,dkk. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Undip, 2003
pekerja
elektrikal belum maksimal. Dapat dilihat dari kasus kecelakaan kerja pekerja
3. International Labour Organisation. The Prevention of Occupational Disease. Ganeva. 2013
hanya menggunakan safety shoes saat bekerja.
Alasan
menggunakan
pekerja
APD
karena
tidak tidak
4. Suma’mur P. K. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2009.
nyaman, dan tidak bisa leluasa saat bekerja.
Maka
berpengaruh
penggunaan
terhadap
APD
kecelakaan 5. Departemen Kesehatan RI. 1 Orang Pekerja Meninggal Setiap 15 Detik. (online)
kerja pada pekerja elektrikal. 463
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(http://www.depkes.go.id/article/view/20 1411030005/1-orang-pekerja-di-duniameninggal-setiap-15-detik-karenakecelakaan kerja.html#sthash.A81GOM3Y.dpuf. Di akses 13 juni 2015 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Pencapaian Zero Accident Pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 7. Halimah, siti. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan Di PTSIM Plant Tambun II Tahun 2010. Jakarta: Skripsi UIN. 2010 8. Notoatmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta:Andi Ofset. 2003. 9. Arifin, Zaenal. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Tetap Dan Karyawan Subkontraktor Di PTBukaka Teknik Utama Cileungsi Bogor Tahun 2005. Depok: Skripsi UI. 2005.
464
(e-Journal) 2356-3346)