ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA TAHUN 2008.1 – 2012.4
ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh
:
HARTARTO B 300 090 035
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
1
ABSTRAK Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga – harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang – barang lain. (Boediono.1995). Lonjakan terhadap inflasi nasional yang tanpa diimbangi dengan pendapatan nominal penduduk akan menyebabkan pendapatan rakyat merosot baik pendapatan riil maupun pendapatan perkapita. Ini menjadikan Indonesia kembali masuk golongan Negara miskin, dan ini menyebabkan semakin beratnya beban hidup masyarakat khususnya strata ekonomi bawah. Karena begitu dahsatnya pengaruh inflasi di Indonesia terhadap perekonomian nasional, maka perlu perhatian yang ekstra terhadap inflasi agar krisis ekonomi tahun 1998 tidak terulang lagi. Studi ini meneliti tentang jumlah uang beredar (JUB), suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI), produk domestik bruto (PDB), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ( Kurs) terhadap inflasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh JUB,SBI,PDB dan Kurs terhadap Inflasi di Indonesia tahun 2008.1 – 2012.4, sehingga dapat dijadikan rujukan pihak yang terkait dalam mengambil kebijakan dalam mengatasi inflasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia melalui Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), dengan metode analisis OLS dengan bantuan software Eviews 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan signifika terhadap inflasi. Variabel JUB memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap inflasi. Variabel PDB dan variabel Kurs memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap inflasi di indonesia. Kata kunci : Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku bunga SBI
2
3
PENDAHULUAN Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa yang riil terhadap asset finansial domestik semakin rendah ( bahkan seringkali negatif ), sehingga dapat mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang menjadi sumber dana investasi. Kedua, dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan defesit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan hutang luar negeri. Ketiga, inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer sumberdaya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat, inflasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kelima, inflasi yang tinggi akan dapat mennyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat mengganggu tingkat investasi
yang dibutuhkan untuk memacu tingkat
pertumbuhan ekonomi tertentu (Hera Susanti et all,1995). Lonjakan terhadap inflasi nasional yang tanpa diimbangi dengan pendapatan nominal penduduk akan menyebabkan pendapatan rakyat merosot baik pendapatan riil maupun pendapatan perkapita. Ini menjadikan Indonesia kembali masuk golongan Negara miskin, dan ini menyebabkan semakin beratnya beban hidup masyarakat khususnya strata ekonomi bawah. Karena begitu dahsatnya pengaruh inflasi di Indonesia terhadap perekonomian nasional, maka perlu perhatian yang ekstra terhadap inflasi agar krisis ekonomi tahun 1998 tidak terulang lagi. Inflasi adalah keadaan yang sangat menakutkan terutama bagi Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karena dampak inflasi yang begitu luas terhadap perekonomian. Oleh karena itu Bank Indonesia sebagai otoritas moneter tidak bisa berperan sendiri dalam menjaga laju inflasi agar tetap stabil dan memerlukan peran dan kerjasama dari pihak lain seperti dari pihak swasta,
4
warga masyarakat dan pihak yang tekait lainnya,baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk bisa membantu bank sentral dalam menjaga laju inflasi,maka pihakpihak tersebut harus mencermati kembali teori-teori yang membahas tentang inflasi dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap inflasi dan seberapa spesifikkah pengaruhnya. Pembahasan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada beberapa variabel yaitu Jumlah Uang Beredar (JUB), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (Kurs). Tujuan dari Penelitian ini adalah 1. Menganalisis pengaruh jumlah uang beredar terhadap inflasi. 2. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia terhadap inflasi. 3. Menganalisis pengaruh produk domestik bruto terhadap inflasi. 4. Menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar US terhadap inflasi.
LADASAN TEORI / TINJAUAN PUSTAKA Inflasi adalah proses kenaikan harga umum barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja ( meskipun dengan presentase yang cukup besar ) bukanlah merupakan inflasi.(Nopirin, 1987:25). Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Menurut pandangan teori ini, proses inflasi terjadi tidak lain karena perebutan bagian rizki di antara kelompok – kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan
5
oleh msyarakat tersebut. Proses ini kemudian diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang – barang selalu melebihi jumlah barang – barang yang tersedia. Pengertian pertama mengenai uang beredar adalah uang kartal dan uang giral yang digunakan masyarakat. Uang kartal adalah uang tunai yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat. Uang giral adalah seluruh saldo rekening Koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum. Saldo ini merupakan bagian dari uang yang beredar karena sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pemiliknya. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah jumlah dari uang kartal dan uang giral. Pengertian lain mengenai uang beredar didasarkan atas anggapan bahwa sebenarnya bukan hanya uang tunai dan saldo giro saja yang bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Uang milik masyarakat yang disimpan di bank dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) atau tabungan, juga mempunyai ciri yang mendekati uang tunai. Keduanya bisa diubah menjadi uang tunai untuk pembayaran transaksi. Deposito berjangka dan tabungan sering disebut dengan istilah quasi money atau near money , yaitu sesuatu yang mendekati ciri dari uang. Meningkatnya jumlah uang beredar ke masyarakat dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat karena banyaknya uang yang dibawa masyarakat, sehingga mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan, sehingga dalam jangka panjang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Ini berarti jumlah uang yang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi SBI rate adalah suku bunga kebijakan bank sentral yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Sasaran operasional kebijakan ini dicerminkan pada pertimbangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight. Bank Indonesia akan menentukan kebijakan untuk menaikkan tingkat bunga SBI apabila jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat untuk
6
meredam laju inflasi, hal ini dikarenakan ketika SBI dinaikkan maka diperkirakan animo masyarakat untuk memebeli SBI lebih tinggi sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang. Dengan demikian maka jumlah uang beredar dimasyarakat akan turun dan inflasi juga akan ikut turun. Salah satu indikator penting dalam mengetahui kondisi ekonomi suatu negara dalam periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dibagi atas dua yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Keduanya pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu Negara, atau bisa juga diartikan dengan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi . PDB atas dasar harga barang berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDB atas harga barang Konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Produk Domestik Bruto merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah dalam suatu negara dalam jangka waktu setahun ( Dumairy, 1990). Produk domestik bruto dinyatakan dalam satuan uang, namun nilai mata uang suatu negara bisa berubah-ubah sepanjang waktu. Perubahan nilai mata uang ini terjadi pada umumnya dikarenakan adanya inflasi. Nilai tukar valuta asing adalah harga dimana pembelian dan penjualan valuta asing berlangsung, nilai tukar merupakan jumlah mata uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Nopirin (1995) mengatakan bahwa kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan untuk melakukan pembayaran keluar negeri. Suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi automous kredit lebih besar dari transaksi automous debit ( surplus neraca pembayara ), sebaliknya dikataka lemah apabila neraca pembayaran mengalami defisit, atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing
7
Melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing disebabkan oleh hutang luar negeri pemerintah maupun swasta yang semakin membengkak, sehingga ini mengakibatkan penurunan harga barang-barang ekspor di luar negeri dibandingkan barang-barang ekspor dari Negara lain. Hal ini akan menyebabkan penerimaan ekspor meningkat serta kemampuan untuk mengimpor barang juga meningkat, sehingga supply barang didalam negeri meningkat yang akan mengakibatkan penurunan barang tersebut. METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi pemerintah seperti Bank Indonesia. Adapun data yang digunakan antara lain: 1. Data inflasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah data laju inflasi kwartalan yang diperoleh dari data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) dari Bank Indonesia, dengan satuan persen (%). 2. Data jumlah uang beredar (M2) yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bulanan yang dirubah menjadi kwartalan yang diperoleh dari data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia dari bank Indonesia dengan satuan miliar rupiah. 3. Data suku bunga Indonesia (SBI) yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bulanan yang dirubah menjadi kwartalan yang diperoleh dari data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia dari bank Indonesia dengan satuan persen (%). 4. Data produk domestik bruto (PDB) yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kwartalan yang diperoleh dari data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia dari bank Indonesia dengan satuan miliar rupiah. 5. Data nilai tukar rupiah terhadap dollar US merupakan nilai mata uang dollar amerika dalam satuan rupiah yang diperoleh dari data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) dari bank Indonesia.
8
Dalam analisis ini peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunaakan alat bantu eviews. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. HASIL PENELITIAN Dari hasil pengolahan data model regresi linier berganda diperoleh estimasi sebagai berikut : INF = -8.47768122361 + 4.38350122286e-06*JUB + 3.07301407082*SBI 4.42707430457e-06*PDB - 0.000347126122365*KURS Variabel jumlah uang beredar menunjukkan koefisien sebesar 4,383 dan mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila jumlah uang beredar naik satu milyar maka inflasi akan naik sebesar 4,383. Walaupun dalam penelitian ini jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap inflasi, namun jub tetap harus diperhatikan oleh pemerintah, karena dari sekian banyak teori menyatakan bahwa jub berpengaruh terhadap inflasi, seperti teori kuantitas Fisher yang menyatakan bahwa inflasi erat kaitannya dengan jumlah uang beredar. Variabel SBI menunjukkan koefisien sebesar 3,073 dan mempunyai pengaruh positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila bunga SBI naik sebesar 1% maka inflasi akan naik sebesar 3,073 apabila variabel jumah uang beredar, produk domestik bruto dan kurs dianggap konstan. Variabel produk domestik bruto menunjukkan angka -4,427 dan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap inflasi. Namun harus tetap diperhatikan karena kenaikan permintaan agregat yang tidak di imbangi dengan
9
penawaran agregat akan dapat menimbulkan celah inflasi yang merupakan sumber inflasi. Variabel kurs menunjukan koefisien sebesar -0,0003 artinya apabila kurs naik 1 rupiah maka akan menurunkan inflasi sebesar 0,0003 apabila variabel jumlah uang beredar, produk domestik bruto dan sbi konstan. Kurs mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap inflasi. SIMPULAN DAN SARAN 1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi hal ini berarti bahwa di Indonesia pada periode tahun 2008 – 2012 kenaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) diikuti dengan peningkatan inflasi. 2. Variabel jumlah uang beredar menunjukkan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap inflasi. Hal ini dikarenakan jumlah uang beredar yang digunakan dalam penelitian ini adalah M2 yang tidak hanya dalam bentuk uang tapi juga surat berharga. 3. Variabel produk domestik bruto mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap inflasi. Hal ini dikarenakan setiap kenaikan inflasi tidak di iringi kenaikan Produk Domestik Bruto 4. Variabel kurs menunjukan pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap inflasi. Hal ini dikarenakan setiap kenaikan iflasi belum tentu di iringi dengan kenaikan kurs. SARAN 1. Tingkat suku bunga SBI mempunyai kontribusi terhadap kenaikan inflasi, karena itu otoritas moneter harus menjaga agar tingkat bunga tidak terlalu tinggi yang akan meningkatkan inflasi. Oleh karena itu dalam menentukan kebijakan-kebijakan untuk menstabilkan suku bunga agar tetap stabil sebaiknya disertai dengan penelitian-penelitian yang lebih mendalam. 2. Walaupun produk domestik bruto tidak berpengaruh terhadap inflasi, namun harus tetap diperhatikan oleh pemerintah, dengan cara pengembangan sektor
10
ekonomi terutama yang belum optimal dalam pengelolaanya. Hal ini untuk mendorong pertumbuhan produk domestik bruto. Namun harus tetap diperhatikan karena kenaikan permintaan agregat yang tidak di imbangi dengan penawaran agregat akan dapat menimbulkan celah inflasi yang merupakan sumber inflasi. 3. Dalam penelitian ini jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap inflasi, namun demikian pemerintah tetap harus menjaga dan mengawasi naik turunnya peredaran uang agar bisa menjaga tingkat inflasi. 4. Model yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas, oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih mendalam dengan metode, variabel dan data yang lebih lengkap, sehingga bisa melengkapi hasil penelitian-penelitian yang telah ada dan menghasilkan penelitian yang lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA Andrianus, Fery dan Niko, Amelia, 2006. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode: 1997:3 – 2005:2. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 11 No. 2, Agustus 2006 Hal: 173-186. Atmadja,Adwin S.1999. “Inflasi di Indonesia : Sumber-Sumber Penyebab Dan Penendaliannya”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.1, No. 1, Mei 1999 Hal 54-67. Baasir, F.2003. “ Pembangunan dan Crisis”. Jakarta : Pustaka Harapan. Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia. Berbagai edisi penerbitan dan website : www.bi.go.id. Jakarta : Bank Indonesia. ---------------------,Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Berbagai edisi penerbitan dan website : www.bi.go.id. Jakarta : Bank Indonesia. Boediono.1995. “Ekonomi Moneter”.Edisi 3. Yogyakarta : BPFE UGM. ------------.1998. “Ekonomi Moneter”.Edisi 3. Yogyakarta : BPFE UGM. Brodjonegoro, Bambang PS.2008.Inflasi dan APBN, Warta, September 2008, www.pertamina.com. Gujarati, DN.1995. Basic Econometric. 3th Ed. McGraw-Hill Gujarati, Damodar.1997. “Ekonometrika Dasar”. Alih Bahasa Sumarno Zain.Jakarta.Erlangga.
12
Hadi, S.2000. “Statistik Jilid 2”. Yogyakarta : Penerbit Andi. Kewal, Suramaya Suci . 2012. “Pengaruh Inflasi, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Jurnal Economics Vol.8 No.1-12 April 2012. Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metodologi Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi Edisi ke-5, Terjemahan. Jakarta: Erlangga Nopirin.1986. “Ekonomi Moneter Jilid I dan II”. Jogjakarta : BPFE UGM. ---------.1987. “Ekonomi Moneter”. Jogjakarta : BPFE UGM. ---------.1995. “Ekonomi Moneter ”. Jogjakarta : BPFE UGM Nugroho, Primawan Wisda, Basuki, Maruto Umar. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia Periode 2000.1 – 2011.4”. Diponegoro Jurnal of Accounting Vol.I No.I Tahun 2012 Hal 1-10 Pangemanan,Vanessa.2103. “Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga Terhadap Risiko Sistematis Pada Perusahaan Sub-Sektor Food And Beverage Di BEI”.Jurnal EMBA Vol.I No 3 Hal 189 – 196 September 2013 Pratiwi, Ardianing.2013. “Determinan Inflasi Indonesia : Jangka Panjang dan Pendek”.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Priyatno, D.2008. “Mandiri Belajar SPSS”. Yogyakarta: Mediakom
13
Priyono, Rahma dan Endang Setiasih.2009. “Deteksi Faktor Penyebab Inflasi Di Purwokerto”.Fakultas
Ekonomi
Universitas
Jendral
Soedirman
Purwokerto. Sasana, Hadi.2004. “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia dan Filipina.(pendekatan Error Correction Model). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, vol 11, no 2, 207-220. Silvia, Engla Desnim, Wardi,Yunia dan Aimon, Hasdi. 2013. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, Dan Inflasi Di Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi Vol.I No.02 Januari 2013. Sukirno, Sadono, 2004, Makro Ekonomi Teori Pengantar, edisi 3.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sukirno, Sadono.2004. “Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dari Klasik Hingga Keynesian Baru”. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Suparti. 2013. “Analisis Data Inflasi Di Indonesia Menggunakan Model Regresi Spline”. Jurnal Ilmiah SI Statistika Vol.6 No.1 Juni 2013 T,Gilarso.Drs.1999. “Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro”.Yogyakarta: Kanisius. Utomo, Yuni P.2009.“Eksplorasi Data dan Analisis Regresi dengan SPSS”. Cetakan Ketiga.Surakarta : MUP.
14
-------------------.2011.”Buku Praktek Komputer Statistik II EVIEWS”. Winarno, Wing W.2009. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”. Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. www. Antaranews.com
15