ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN Istiantoro, 2Azis Nur Bambang dan 3Tri Retnaningsih Soeprobowati 1 Program Magister Ilmu Lingkungan Undip 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip 3 Fakultas Sains dan Matematika Undip
1
Abstrak Dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan, pertanian berkelanjutan harus diterapkan pada sektor pertanian termasuk dalam budidaya padi sawah. Salah satu tahapan dalam budidaya padi sawah yang menentukan keberhasilan usaha tani padi sawah adalah pengendalian hama dan penyakit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan teknik studi kasus di Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Sampel yang diambil merupakan petani yang melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi sawah. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 sampel. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan dari analisis secara menyeluruh diketahui bahwa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi secara signifikan dalam pengendalian hama dan penyakit padi sawah adalah faktor pengalaman bertani dan pendidikan non formal. Sedangkan faktor pendidikan non formal tidak berpengaruh signifikan. Dari analisis secara parsial diketahui bahwa faktor pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah, faktor pengalaman berpengaruh secara signifikan dan faktor pendidikan formal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah. Kata kunci : faktor sosial ekonomi, pengendalian hama penyakit, padi, pertanian berkelanjutan
Pendahuluan Perbincangan dan perdebatan mengenai pembangunan berkelanjutan yang diawali oleh terbitnya Brundtland Report pada tahun 1980, semakin diintensifkan dengan Konferensi PBB mengenai “Lingkungan Hidup dan Pembangunan“ di Rio de Janeiro tahun 1992. Konferensi ini melahirkan Agenda 21 yang ditandatangani oleh 178 kepala negara sebagai langkah konkret bagi implementasi pembangunan berkelanjutan pada skala global. Sepuluh tahun setelah Rio Conference, PBB pada tahun 2002 kembali menyelenggarakan konferensi di Johannesburg 16
dengan judul “The 2002 World Summit for Sustainable Development” untuk mengevaluasi perkembangan penerapan visi pembangunan berkelanjutan di dunia. Pada prinsipnya, ada tiga dimensi utama pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan hidup, sosial dan ekonomi. Berikut ini adalah masalah-masalah utama yang ada pada setiap dimensi tersebut. Pembangunan Berkelanjutan merupakan pernbangunan untuk mernenuhi kebutuhan saat ini, tanpa rnenurunkan atau merusak kernampuan generasi rnendatang untuk rnernenuhi kebutuhan hidupnya” (WCED, 1987). Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
Secara umum sistem pertanian yang ada di Indonesia terdiri atas sistem pertanian tradisional, sistem pertanian konvensional dan sistem pertanian berkelanjutan Sistim pertanian konvensional disamping menghasilkan produksi panenan yang meningkat namun telah terbukti pula menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem pertanian itu sendiri dan juga lingkungan lainnya. Keberhasilan yang dicapai dalam sistim konvensional ini juga hanya bersifat sementara, karena lambat laun ternyata tidak dapat dipertahankan akibat rusaknya habitat pertanian itu sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk memperbaiki sistim konvensional ini dengan mengedepankan kaidah-kaidah ekosistem yang berkelanjutan (Aryantha, 2002). Sistem pertanian konvensional memberikan dampak negatif antara lain terjadinya degradasi lahan, residu pestisida, resistensi hama penyakit, berkurangnya keanekaragaman hayati, serta gangguan kesehatan petani akibat pengunaan pestisida dan bahan-bahan lain yang mencemari lingkungan. Adanya dampak negatif dari sistem pertanian konvensional menuntut adanya suatu sistem pertanian yang dapat bertahan hingga generasi berikutnya dan tidak merusak alam. Dalam dalam dua dekade terakhir telah mulai diupayakan metode alternatif dalam melakukan praktik pertanian yang dinilai berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (environmentally sound and sustainable agriculture). Salah satu caranya adalah menggunakan konsep pertanian berkelanjutan (Departemen Pertanian, 2010). Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Untung, 1997). Secara teoretis ada beberapa model sistem pertanian berkelanjutan yang dapat diterapkan pada budidaya padi sawah antara lain sistem pertanian organik, sistem pertanian Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Istiantoro, Azis Nur Bambang Dan Tri Retnaningsih Soeprobowati
terpadu, sistem pertanian masukan luar rendah (Low External Input Sustainable Agriculture/LEISA), sistem, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), System of Rice Intensification (SRI), sistem pertanian tekno-ekologis dan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Padi merupakan komoditi utama tanaman pangan di Indonesia yang terus ditingkatkan produktivitas dan produksinya. Hal ini disebabkan karena padi merupakan komoditi tanaman pangan yang menjadi sumber utama gizi dan energi bagi sebagian besar penduduk. Kebutuhan terhadap beras akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan budidaya padi sawah di Indoenesia akan terus berlangsung dan ditingkatkan. Salah satu tahapan dalam budidaya padi sawah yang sangat penting dan menentukan keberhasilan usaha tani padi sawah adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama penyakit pada padi sawah diharapkan menggunakan prinsipprinsip dalam pengendalian hama terpadu. Keberhasilan usaha penerapan konsep pengendalian hama dan penyakit kepada petani tidak bergantung dari penyuluh atau tempat yang memberi bimbingan mengenai pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit akan tetapi juga bergantung kepada petani sebagai penerima dan pelaksananya (Natawigena, 1990). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan. Bahan dan Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan teknik studi kasus di Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Sampel yang diambil merupakan petani yang melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi sawah. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling ( Sugiyono, 2012). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 sampel. Untuk menjawab tujuan penelitian faktorfaktor yang mempengaruhi pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan dilakukan dengan analisis regresi linier 17
Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
berganda dengan rumus sebagai berikut : Y = a + b1X1+b2X2+b3X3 keterangan : Y = Pengendalian hama dan penyakit padi sawah a = konstanta b1,b2,b3 = koefisien regresi X1 = Pengalaman bertani X2 = Pendidikan formal X3 = Pendidikan non formal Variabel pengendalian hama dan penyakit padi sawah meliputi jenis bahan untuk pengendalian hama dan penyakit, dosis penggunaan pestisida kimia, intensitas penggunaan pestisida kimia, waktu pengendalian hama dan penyakit. Diukur dengan melakukan skoring penilaian 1 s/d 5. Variabel pengalaman bertani merupakan lamanya responden melakukan budidaya padi sawah (tahun), pendidikan formal diukur dengan jenjang pendidikan pada sistem pendidikan sekolah (skoring 1 s/d 5) dan pendidikan non formal diukur dengan frekuensi responden mengikuti kursus pertanian/ penyuluhan pertanian/ pelatihan
Istiantoro, Azis Nur Bambang Dan Tri Retnaningsih Soeprobowati
di bidang pertanian (kali). Adapun kerangka berpikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Hasil dan Pembahasan 1. Analisis bersama Dari tabel 1 diketahui diketahui bahwa secara bersama-sama atau serentak, faktorfaktor sosial ekonomi yang meliputi pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai –p 0,001). Hubungan antara pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan menunjukkan korelasi yang positif dengan kekuatan/keeratan hubungan madya (R = 0,588). Semakin tinggi faktorfaktor sosial ekonomi maka semakin tinggi tingkat pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah. 2. Analisis parsial Dari tabel 2 diketahui diketahui bahwa secara parsial, pengalaman bertani berpengaruh signifikan terhadap pengenda-
Tabel 1 Analisis regresi linear berganda pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan Variabel R Pengalaman bertani, 0,588 pendidikan formal dan pendidikan non formal
R² Persamaan garis Nilai -p 0,346 Y = 6,640 + 0,174X1 -0,300X2 + 0,001 0,939X3
Tabel 2 Analisis regresi linear berganda pengalaman bertani dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan Variabel Pengalaman bertani (X1)
R 0,467
R² 0,218
Persamaan garis Y = 7,648 + 0,238 X1
Nilai -p 0,002
Pengalaman Bertani Pendidikan formal Pendidikan non formal
Pengendalian Hama dan Penyakit Padi Sawah ditinjau dari Sistem Pertanian Berkelanjutan
Gambar 1 Kerangka pikir analisis faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan 18
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
lian hama dan penyakit padi sawah (nilai –p 0,002). Hubungan antara pengalaman bertani dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan menunjukkan korelasi yang positif dengan kekuatan/keeratan hubungan lemah (R = 0,467). Semakin tinggi pengalaman bertani semakin tinggi pula tingkat pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah. Petani dengan pengalaman bertani yang lama tingkat pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah semakin tinggi. Petani dengan pengalaman bertani yang lama lebih respon terhadap inovasi teknologi baru karena telah mengalami berbagai macam kegagalan dalam usahataninya. Kegagalan dalam bertanam padi yang disebabkan pen-
Istiantoro, Azis Nur Bambang Dan Tri Retnaningsih Soeprobowati
pada padi sawah. Dari tabel 4 diketahui diketahui bahwa secara parsial, pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai –p 0,001). Hubungan antara pendidikan non formal dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan menunjukkan korelasi yang positif dengan kekuatan/ keeratan hubungan lemah (R = 0,492). Semakin tinggi pendidikan non formal semakin tinggi pula tingkat pengendalian hama dan penyakit pada padi sawah. Pendidikan non formal diperoleh petani melalui kegiatan mengikuti penyuluhan pertanian, kursus pertanian atau pelatihan di bidang pertanian. Dalam penyulu-
Tabel 3 Analisis regresi linear berganda pendidikan formal dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan Variabel Pendidikan formal (X2)
R 0,158
R² 0,025
gendalian hama penyakit yang tidak tepat akan dijadikan pelajaran bagi petani untuk melakukan pengendalian hama penyakit padi menggunakan inovasi teknologi yang tepat pada musim tanam berikutnya. Petani
Persamaan garis Y = 11,467 – 0,513 X2
Nilai -p 0,331
han pertanian, petani memperoleh materi mengenai pengendalian hama dan penyakit padi sawah yang sesuai dengan sistem pertanian berkelanjutan. Penyuluhan men-
Tabel 4 Analisis regresi linear berganda pendidikan non formal dengan pengendalian hama dan penyakit padi sawah ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan Variabel Pendidikan non formal (X3)
R 0,492
R² 0,242
Persamaan garis Y = 6,884 + 1,317 X3
Nilai -p 0,001
dengan pengalaman bertani yang lama genai pengendalian hama terpadu (PHT) cenderung mempunyai pengalaman dan sering diberikan kepada petani. Disamping pengetahuan tentang pengendalian hama itu dalam kursus atau pelatihan di bidang penyakit padi sawah lebih banyak diband- pertanian petani diberi pengetahuan meningkan dengan petani yang belum lama genai pengendalian hama dan penyakit membudidayakan padi sawah. padi sawah ditambah dengan praktek penDari tabel 3 diketahui diketahui bahwa se- gendalian hama dan penyakit padi. Hal ini cara parsial, pendidikan formal tidak ber- sesuai pendapat Soekartawi (1988) yang pengaruh signifikan terhadap pengenda- menyatakan bahwa pengalaman kursus lian hama dan penyakit padi sawah (nilai yang dimiliki seseorang akan ikut mem–p 0,331). Hubungan antara pengalaman pengaruhi kecepatan dalam mengambil bertani dengan pengendalian hama dan keputusan, karena dari kursus atau pelatipenyakit padi sawah ditinjau dari sistem han di bidang pertanian akan diperoleh pertanian berkelanjutan menunjukkan ko- tambahan pengetahuan dan kecakapan relasi yang negatif dengan kekuatan/keera- dalam pengelolaan usaha. Menurut Marditan hubungan lemah (R = 0,158). Semakin kanto (1993), pendidikan non formal bertinggi pendidikan formal semakin rendah fungsi sebagai fasilitator untuk masyarakat tingkat pengendalian hama dan penyakit 19 Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi
yang perlu mengalami proses belajar sehingga mampu memperbaiki diri sendiri. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut : Secara bersama-sama atau serentak, faktorfaktor sosial ekonomi yang meliputi pengalaman bertani, pendidikan formal dan pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah Secara parsial, pengalaman bertani berpengaruh signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai –p 0,002), pendidikan formal tidak berpengaruh signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai –p 0,331) dan pendidikan non formal berpengaruh sangat signifikan terhadap pengendalian hama dan penyakit padi sawah (nilai –p 0,001).
Istiantoro, Azis Nur Bambang Dan Tri Retnaningsih Soeprobowati
nikasi Pertanian. Indonesia University Press. Jakarta. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : ALFABETA. Untung, K. 1997. Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan. Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik. World Commission on Environment and Development (WCED), 1987, Our Common Future, Oxford University Press, Oxford.
Ucapan Terima Kasih Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan dukungan dan beasiswa selama menjalankan studi, penelitian hingga penulisan artikel jurnal ini dan Pemerintah Kabupaten Kebumen yang telah memberikan ijin tugas belajar di Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang. Daftar Pustaka Aryantha, I.P. 2002, Development of Sustainable Agricultural System, One Day Discussion on The Minimization of Fertilizer Usage, MenristekBPPT, 6th May 2002, Jakarta. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, 2010. Upaya Departemen Pertanian dalam Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Pertanian RI. Jakarta. 15 hal. Mardikanto, T. 1993. Penyuluha Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press. Surakarta Natawigena, 1990. Pengendalian Hama Terpadu. CV. Armico. Bandung. Soekartawi.1988. Prinsip Dasar Komu20
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013