perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA : STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA DI KOTA SURAKARTA
Skripsi Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: RAHADIAN SEPTIADI F0106066
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user 2011
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA : STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA DI KOTA SURAKARTA
Surakarta, 24 Januari 2011 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
(Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si) NIP. 196705231994031002 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan.
Surakarta, Februari 2011
Dr. Agustinus Suryantoro, M.S. NIP. 195909111987021001
( .................................. ) Ketua
Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si NIP. 196705231994031002
( .................................. ) Pembimbing
Lukman Hakim, SE, M.Si. NIP. 196805182003121002
( .................................. ) Anggota
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib satu kaum kecuali mereka sendiri mengubah keadaan jiwanya...” QS Ar Ra’d 13:11
“Hidup begitu lengkap ketika kita bisa melengkapi kehidupan orang lain...” Iklan Toyota Kijang Innova
“Kegagalan merupakan sebuah kesuksesan yang tertunda…” anonim
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada: ·
Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan restunya yang senantiasa mengiringi setiap langkahku dalam meraih citacita.
·
Adik-adikku (Indra dan Angga) tersayang
·
My lovely Retno Ningrum, yang selalu menginspirasi untuk berkarya dan memberi support disaat susah maupun senang
·
Mbah putri dan Mbah kakung, Semua Om dan Tanteq, serta Adik-adik sepupuku Andi, Icha, Fauzan, dan Reyhan
·
Semua sahabat-sahabat terbaikku Raka, Tino, Dimas, Apri, Mario, Site, Indro, Riza, Ita, Tia, Windi, Alfi.
·
Almamaterku Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi dengan judul “Analisis Ekonomi Usaha Jasa Produk Pariwisata : Studi Kasus Kereta Uap Jaladara Di Kota Surakarta” penulis susun berdasarkan penelitian yang dilakukan pada objek wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” di Kota Surakarta untuk menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan adanya objek wisata tersebut. Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah, kendala yang muncul bisa teratasi. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan
meluangkan
waktu,
tenaga,
dan
pikiran
dalam
membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surkarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Ibu Izza Mafruhah, S.E., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis. 6. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Perhubungan Surakarta. 7. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Pariwisata Surakarta. 8. Pimpinan dan seluruh staff PT Aqsa International Tour & Leasure. 9. Ibu, bapak, dan adik-adik yang selalu mendoakan penulis. 10. Teman-teman EP, Manajeman, dan Akuntansi angkatan 2005, 2006, 2007. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi ABSTRAK ...................................................................................................... xvii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8 D. Manfaat ..................................................................................... 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dasar ....................................................................... 9 1. Pengertian Kereta Api ........................................................ 9 2. Teori dan Kriteria Kelayakan Usaha .................................. 11 a. Konsep Nilai Sekarang (Present Value) ....................... 12 commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Arus Kas Usaha (Cash Flow) ....................................... 13 c. Biaya Modal (Cost of Capital) ..................................... 15 d. Ukuran Kelayakan Usaha ............................................. 15 e. NPV, IRR, atau Payback Period? ................................ 16 3. Aspek Umum dan Organisasi ............................................. 17 a. Gambaran Umum Usaha .............................................. 17 1) Tujuan pendirian usaha........................................... 17 2) Perizinan ................................................................. 18 3) Kegiatan usaha........................................................ 19 4) Bentuk hukum badan usaha .................................... 19 5) Permodalan ............................................................. 19 b. Organisasi dan Personalia............................................. 20 4. Aspek Pemasaran................................................................ 20 5. Teori dan Kriteria Kelayakan Proyek ................................. 21 a. Pengertian Proyek ......................................................... 21 b. Pengertian Kelayakan Proyek....................................... 24 c. Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan........................... 26 d. Analisa Finansial dan Analisa Ekonomi....................... 28 e. Analisis Biaya dan Manfaat.......................................... 31 f. Manfaat Proyek ............................................................ 32 1) Manfaat langsung ................................................... 32 2) Manfaat tidak langsung .......................................... 32 g. Biaya Proyek ................................................................ 33 commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
h. Umur Proyek ................................................................ 37 i. Kriteria Investasi .......................................................... 38 1) Net Present Value (NPV) ....................................... 38 2) Internal Rate of Return (IRR) ................................. 39 3) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) ............................ 40 4) Profitability Ratio (PV/K)....................................... 40 5) Payback Period (PBP) ........................................... 41 B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 42 C. Kerangka Teoritis ..................................................................... 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 47 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 47 B. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 47 C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 48 D. Definisi Operasional Variabel .................................................. 49 E. Alat Analisis Data..................................................................... 49 1. Net Present Value (NPV) ................................................... 50 2. Internal Rate of Return (IRR) ............................................. 50 3. Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) ........................................ 51 4. Payback Period (PBP) ....................................................... 51 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.................................... 53 A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................ 53 1. Letak Geografis .................................................................. 53 2. Luas Daerah dan Pembagian Administratif ........................ 53 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Keadaan Alam .................................................................... 54 4. Aspek Demografi................................................................ 55 5. Aspek Sosial Ekonomi ....................................................... 57 a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...... 57 b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ......... 57 c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................... 58 6. Aspek Pariwisata ................................................................ 59 a. Wisata budaya dan sejarah ............................................. 60 b. Wisata seni ..................................................................... 60 c. Wisata taman .................................................................. 62 d. Wisata museum dan bangunan bersejarah ..................... 63 e. Wisata belanja ................................................................ 64 f. Wisata kuliner ................................................................ 66 B. Gambaran Umum Usaha Kereta Jaladara................................. 68 C. Analisis Data dan Pembahasan ................................................. 69 1. Aspek Umum dan Pengelolaan .......................................... 69 a. Latar Belakang Usaha .................................................... 69 b. Maksud dan Tujuan ........................................................ 71 c. Sifat Usaha ..................................................................... 71 d. Pengelolaan .................................................................... 71 2. Aspek Pemasaran................................................................ 72 a. Potensi Pasar .................................................................. 72 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Strategi Pemasaran ......................................................... 75 1) Produk ...................................................................... 75 2) Harga jual (price) ..................................................... 77 3) Promosi .................................................................... 77 4) Target pasar .............................................................. 78 3. Aspek Keuangan ................................................................. 78 a. Pembelanjaan Investasi Barang Modal .......................... 78 b. Biaya operasional ........................................................... 79 c. Biaya dan Estimasi Pendapatan/Manfaat ....................... 79 1) Biaya ....................................................................... 79 2) Estimasi pendapatan/manfaat ................................. 80 d. Payback Period (PBP) ................................................... 85 4. Simulasi Aspek Finansial dengan Alternatif Investasi ....... 86 a. Estimasi biaya dan manfaat selama 20 tahun................. 87 b. Perhitungan kelayakan usaha ......................................... 88 1) Net Present Value (NPV) ......................................... 89 2) Internal Rate of Return (IRR) .................................. 90 3) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ................................ 92 4) Payback Periods ...................................................... 94 5. Analisis Ekonomi ............................................................... 95 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 98 A. Kesimpulan ............................................................................... 98 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 100 C. Saran ........................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Halaman Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk Bandara Tahun 1997-2009 ................................
1.2
Jumlah Wistawan yang berkunjung ke Kota Surakarta Tahun 2003-2008...................................................................................
4.1
2
3
Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta Tahun 2008 .............................................................. 54
4.2
Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004-2008 .................. 55
4.3
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2004-2008................................................................................... 56
4.4
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 ............................................................... 56
4.5
Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 .............................. 57
4.6
Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008 ............................................................... 58
4.7
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Surakarta Tahun 2008 ............. 59
4.8
Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Obyek dan commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta .................................... 73 4.9
Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Surakarta Melalui Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan TIC .................. 74
4.10 Perhitungan Estimasi Manfaat multiplier effect dari Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara setiap paket perjalanan ................ 84 4.11 Perhitungan pendapatan yang diterima Pemkot Surakarta melalui pajak dan retribusi .................................................................... 85 4.12 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Manfaat Bagi Kota Surakarta Secara Keseluruhan.............................................. 86 4.13 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Keuntungan yang Diterima Pemkot Surakarta ...................................... 86 4.14 Perhitungan Pendapatan Pemkot Surakarta Selama 1 Tahun ................ 88 4.15 Perhitungan Net Present Value .............................................................. 90 4.16 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) ........................................... 91 4.17 Perhitungan Benefit-Cost Ratio ............................................................. 93 4.18 Perhitungan Payback Periods................................................................ 94
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Siklus Suatu Proyek ................................................................................ 23
2.2
Kerangka Pemikiran ................................................................................ 45
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA : STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA DI KOTA SURAKARTA
Rahadian Septiadi F0106066
Penciptaan sebuah atraksi pariwisata merupakan upaya untuk memajukan sektor pariwisata di kota Surakarta. Sebagai kota budaya, maka atraksi wisata baru yang diciptakan juga kental akan nuansa budaya. Objek wisata baru tersebut harus memiliki sebuah keunikan yang dapat menjadi daya tarik wisata sehingga mampu mendatangkan wisatawan dari luar daerah maupun dari luar negeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi objek wisata baru yang dimiliki kota Solo yaitu kereta uap Sepur Kluthuk Jaladara, mengetahui dan menganalisis manfaat yang ditimbulkan dari adanya kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara, serta mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kereta uap wisata tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yang didalamnya terdapat data primer dan data sekunder dan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kelayakan usha dan melakukan simulasi alternatif cara penganggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada suatu usaha, penulis menggunakan metode kriteria investasi yang terdiri dari NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate Return), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara dapat menarik wisatawan dari luar Solo karena memiliki keunikan yang tidak dapat ditandingi oleh daerah lain. Usaha kereta uap wisata ini dapat dianggap layak bila ditinjau dari manfaat multiplier effect yang ditimbulkan bagi kota Solo secara keseluruhan sedangkan bila dilihat dari pendapatan asli daerah (PAD) yang diterima pemkot Solo maka usaha pariwisata ini tidak layak, karena uang yang dikeluarkan dari APBD tidak dapat terbayar kembali. Dari hasil simulasi kelayakan finansial, usaha kereta ini dapat menguntungkan bagi pemkot Solo dan layak untuk dijalankan jika dilakukan investasi untuk beberapa tahun ke depan, bukan secara sewa bulanan. Key Word : Usaha pariwisata, Manfaat, Biaya, Kelayakan usaha
commit to user
xvii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemerintah harus mencari alternatif sektor ekonomi yang dianggap pas untuk mempercepat pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang dilakukan sekarang ini pada hakekatnya adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Salah satu bentuk pembangunan yang ditempuh adalah pembangunan di bidang industri pariwisata. Sektor pariwisata diyakini tidak hanya sekedar mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan yang sekarang sedang giat-giatnya dilakukan pemerintah, industri pariwisata juga digunakan sebagai pendorong perkembangan perekonomian suatu daerah. Harapan bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi pengganti pemasok devisa utama setelah Migas bukanlah harapan kosong semata, dalam kenyataannya Indonesia memang memiliki potensi alam dan budaya yang luar biasa melimpah dan benar-benar layak untuk dibanggakan sebagai sumber industri pariwisata yang masih luas dan belum banyak terjamah oleh tangan manusia. Sektor pariwisata diharapkan akan dapat menciptakan produkproduk yang memang berkualitas dengan keragaman alam dan budaya ini. commit to user 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk Bandara 1997-2009 Jumlah Wisatawan 1997 5,185,243 1998 4,606,416 1999 4,727,520 2000 5,064,217 2001 5,153,620 2002 5,033,400 2003 4,467,021 2004 5,321,165 2005 5,002,101 2006 4,871,351 2007 5,505,759 2008 6,234,497 2009 6,323,730 Sumber : www.bps.go.id Tahun
Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pada tahun 2008 dan 2009 jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui pintu masuk bandara mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara 4 juta sampai 5 juta menjadi 6.234.497 orang pada tahun 2008 dan 6.323.730 pada tahun 2009. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa perkembangan pariwisata di Indonesia mulai tahun 2008 meningkat. Pembangunan di bidang industri pariwisata sendiri tidak terlepas dari pemilihan penciptaan suatu bentuk atraksi wisata sebagai daya tarik utama sehingga diharapkan dengan adanya atraksi wisata baru akan meningkatkan kedatangan wisatawan sehingga akan tercipta sinergi antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya, seperti sektor ekonomi (sumber devisa dan pajak), sektor sosial (penciptaan lapangan kerja baru), dan sektor kebudayaan commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(memperkenalkan kebudayaan setempat kepada wisatawan). Pada aspek ekonomi, diharapkan akan tercipta peningkatan perekonomian masyarakat. Salah satu kota di Jawa tengah yang menjadi tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara yaitu kota Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan kota Solo, karena kota Solo merupakan kota budaya dan pusat kesenian jawa serta keberadaan industri batik tulisnya yang sampai saat ini masih tetap dilestarikan. Dalam hal ini kota Surakarta harus mampu mengolah budayanya sendiri sehingga menjadi penopang bagi perkembangan industri pariwisata. Upaya-upaya membangkitkan industri pariwisata di Surakarta ini tidak akan bisa apabila hanya dikerjakan oleh orang-orang pariwisata saja, tetapi peran masyarakat dan sektor lain akan sangat dibutuhkan. Perkembangan pariwisata di Kota Solo dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke kota Solo yang selalu meningkat. Tabel 1.2 Jumlah Wistawan yang berkunjung ke Kota Surakarta 2003-2008
2003
Wisatawan Mancanegara (Wisman) 7.629
Wisatawan Nusantara (Wisnus) 737.025
Jumlah Wisman Dan Wisnus 744.654
2004
7.585
722.890
730.475
2005
9.649
760.685
769.744
2006
10.626
904.984
915.610
2007
11.922
960.625
972.547
2008
13.859
1.029.003
1.042.862
Tahun
Sumber : Dinas Pariwisata Surakarta, 2009 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Dari tabel 1.2, terlihat bahwa pada tahun 2004 jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Solo mengalami penurunan tapi pada tahun 2005 sampai 2008 mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah kunjungan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 terdapat event berskala internasional yang digelar di Surakarta seperti Solo Batik Carnival (SBC) dan Solo International Ethnic Music (SIEM). Melihat jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke kota Surakarta selalu bertambah berarti permintaan akan jasa pariwisata pun bertambah. Pariwisata di Surakarta ini masih dapat dikembangkan lagi dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada, salah satunya dengan cara menciptakan suatu event atau atraksi wisata dari potensi yang dimiliki kota Surakarta. Secara garis besar ada empat kelompok yang merupakan daya tarik bagi wisatawan datang pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu natural attraction (seperti pemandangan, danau, air terjun, agro wisata, flora dan fauna, dan sebagainya) build attraction (seperti bangunan yang menarik, rumah adat, dan lain-lain), cultural attraction (diantaranya peninggalan sejarah, cerita-cerita rakyat, kesenian tradisional, museum, festival kesenian, dan semacamnya), dan social attraction (meliputi tata cara hidup suatu masyarakat, ragam bahasa, upacara perkawinan, khitanan, dan kegiatan sosial lainnya) (Yoeti, 2009: 167-168). Produk pariwisata di Kota Surakarta tidak akan lepas dari hal yang berkaitan dengan budaya. Sebagai wujud kepedulian pemerintah kota Surakarta dalam menyediakan produk atraksi wisata yang bercorak budaya commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagi masyarakat umum dalam suasana yang menyenangkan serta tidak terlepas dari nilai-nilai kearifan Pemkot Surakarta, maka pada Selasa tanggal 20 Oktober 2009 dirut PT KA Ignasius Jonan dan pemeritah kota Solo Joko Widodo telah sepakat dan menandatangani perjanjian kerja sama operasional Lokomotif Uap untuk operasional kereta uap wisata di Loji Gandrung Solo. Pengoperasian kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” ini diresmikan oleh menteri perhubungan (Menhub) Jusman Syafi’i Djamal. Menhub Jusman Syafi’i Djamal, dalam sambutannya mengungkapkan pengoperasian kereta wisata uap kuno itu merupakan terobosan yang sangat berani dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam bidang perhubungan dan pariwisata. Menhub berharap langkah inovatif semacam itu bisa diikuti oleh daerah-daerah lain, khususnya yang memiliki keistimewaan berupa rel kereta api di tengah kota agar memberdayakan potensi tersebut (Solopos.com 27 September 2009). Makna dari diaktifkannya
kereta uap tersebut yaitu untuk
melestarikan benda bersejarah heritage milik PT KA tidak hanya dilakukan dalam wujud monumen yang statis akan tetapi dapat dilakukan dalam bentuk monumen yang dinamis, sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat ataupun wisatawan yang berkunjung ke kota Solo. Kota Solo telah mendeklarasikan diri sebagai kota pusaka dan kota budaya maka keberadaan lokomotif uap kuno ini selain mendukung pelestarian heritage, juga sebagai salah satu upaya mem-branding kota. Kereta
uap
wisata ini beroperasi
di
jalur
kereta
api Stasiun
Purwosari hingga Stasiun Solo Kota, jalur yang melintas menelusuri Kota commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Solo itu sepanjang enam kilometer tepat bersisian dengan Jl Slamet Riyadi hingga berakhir di Stasiun Sangkrah (Solo Kota). Apabila menggunakan KA melewati jalur itu, seolah-olah kita dihidangkan dengan sebagian wajah Kota Solo. Jalan rel itu membentang sepanjang Jl Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama di tengah Kota Solo. Rencananya, KA Uap akan dioperasionalkan pada hari Sabtu dan Minggu. Sementara pada hari lain, akan disewakan untuk tur. Sepanjang jalur kereta bisa berhenti di Solo Grand Mall, Loji Gandrung, Sriwedari, Museum Radyapustaka, Museum Batik, Pasar Ngarsapura, dan Gladak atau tergantung pesanan (Prasetyo, 2009). Tarif kereta api wisata yang ditarik dengan loko ketel uap "Sepur Kluthuk Jaladara" yaitu Rp 150.000,00 untuk wisatawan luar Solo dan Rp 30.000,00 untuk masyarakat yang memiliki KTP Solo. Masyarakat menilai harga tiket yang ditawarkan cukup tinggi dan dengan harga tiket setinggi itu, tentu kereta ini menjadi ekslusif karena hanya kalangan tertentu yang bisa menikmatinya. Biaya operasional lokomotif uap kuno ini memang cukup mahal, sebab menggunakan bahan bakar kayu jati yang kini sudah mulai langka sehingga sekali pengoperasian (PP) dari Stasiun Purwosari hingga Sangkrah sepanjang 5,6 KM menelan biaya Rp 3,2 juta, belum lagi menyangkut biaya perawatan padahal kapasitas dua gerbong yang disediakan hanya 80 penumpang. Pada awal kedatangan KA itu, Wali Kota menyatakan optimistis bahwa pengoperasian kereta uap ini akan bisa mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD) (Prasetyo, 2009). commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penciptaan dan biaya operasional event atau atraksi wisata ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, padahal daya tampung gerbong hanya berkapasitas sekitar 80 orang akibatnya untuk menutup biaya operasional, harga tiket yang ditawarkannya pun tergolong tinggi untuk masyarakat yang berpenghasilan menengah sehingga tidak menutup kemungkinan akan menghadapi suatu kegagalan. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk menganalisa secara ekonomi usaha jasa pariwisata kereta uap wisata “Jaladara” ini.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah deskripsi usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara? 2. Bagaimanakah manfaat ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dari usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara? 3. Bagaimanakah kelayakan usaha produk pariwisata kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” di kota Surakarta ?
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara. 2. Mengetahui dan menganalisis manfaat ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dari usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara. 3. Mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara.
D. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan atau keputusan, dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Surakarta pada khususnya dan Pemperintah Kota Surakarta pada umumnya. 2. Sebagai acuan / referensi bagi penelitian berikutnya. 3. Menambah studi kepustakaan dalam bidang analisis ekonomi sebuah usaha jasa pariwisata.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dasar 1. Pengertian Kereta Api Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai
angkutan
massal
efektif,
beberapa
negara
berusaha
memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api, 20 September 2009).
commit to user
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kereta
api
dibedakan
menjadi
beberapa
jenis,
yaitu
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api, 20 September 2009) : a. Dari segi propulsi (tenaga penggerak) propulsi kereta api dibedakan menjadi 3, yaitu : 1) Kereta api uap Kereta api uap adalah kereta api yang digerakkan dengan uap air
yang
dibangkitkan/dihasilkan
dari
ketel
uap
yang
dipanaskan dengan kayu bakar, batu bara ataupun minyak bakar, oleh karena itu kendaraan ini dikatakan sebagai kereta api dan terbawa sampai sekarang. Sejak pertama kali kereta api dibangun di Indonesia tahun 1867 di Semarang telah memakai lokomotif uap, pada umumnya dengan lokomotif buatan Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan Belanda. Paling banyak ialah buatan Jerman. 2) Kereta api diesel Lokomotif diesel adalah jenis lokomotif yang bermesin diesel dan umumnya menggunakan bahan bakar mesin dari solar. Ada dua jenis utama kereta api diesel ini yaitu kereta api diesel hidraulik dan kereta api diesel elektrik. 3) Kereta api listrik Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta yang bergerak dengan sistem propulsi motor listrik. Di Indonesia, kereta rel listrik terutama ditemukan di kawasan Jabotabek, dan commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan kereta yang melayani para komuter (lihat KRL Jabotabek). Kereta rel listrik berbeda dengan lokomotif listrik. b. Dari segi rel 1) Kereta api rel konvensional Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang umum dijumpai. Menggunakan rel yang terdiri dari dua batang besi yang diletakan di bantalan. Di daerah tertentu yang memliki tingkat ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang diletakkan di tengah tengah rel tersebut serta menggunakan lokomotif khusus yang memiliki roda gigi. 2) Kereta api monorel Kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai. Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip seperti jalan layang. 2. Teori dan Kriteria Kelayakan Usaha Dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan manajemen secara luas, studi kelayakan bukanlah sebuah disiplin ilmu tersendiri. Studi ini merupakan
bidang terapan
dari berbagai
disiplin
ilnu manajemen,
ekonomi, dan berbagai ilmu sosial lainnya. Secara lebih khusus, untuk commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan studi kelayakan usaha digunakan peralatan analisis yang ada dalam
bidang
ilmu manajemen keuangan,
manajemen
pemasaran,
manajemen sumber daya manusih, manajemen operasi, dan manajemen um1im
(general
nrunagement).
Di samping
itu,
juga diperlukan
peralatan analisis ilmu ekonomi (mikoekonomi, seperti struktur pasar dan persaingan, dan makroekonomi, seperti kecenderungan inflasi, tingkat bunga, dan kurs). Sebelum masuk ke dalam suatu bidang usaha, pemodal (investor) akan menilai terlebih dahulu apakah kas yang dikeluarkannya untuk membangun dan mengoperasikan usaha tersebut dapat menghasilkan kas yang
lebih
besar. Kas yang dihasilkan oleh
perusahaan akan
diperoleh dalam beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu arus kas di masa yang akan datang tersebut dinilai saat ini (present value). ltulah sebabnya, perhitungan
kelayakan
suatu usaha
yang paling utama
didasarkan atas kriteria yang disebut Net Present Value (NPV). Inti dari konsep NPV, sesuai dengan namanya, adalah nilai bersih dari arus kas masuk dan keluar yang dihitung pada saat ini, atau periode nol (Zubir, 2005: 5). a. Konsep Nilai Sekarang (Present Value) Dalam teori capital budgeting kita berhadapan dengan konsep nilai waktu dari uang (time value of money). Uang sebesar Rp100,00 saat ini lebih tinggi nilainya dibanding uang sejumlah sama jika diterima setahun kemudian. Uang yang kita miliki saat ini, jika commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diinvestasikan atau didepositokan di bank dengan tingkat bunga 10% per tahun akan menjadi Rp110,00 pada akhir tahun pertama. Jika pada tahun kedua tingkat bunga tetap l0%, maka pada akhir tahun kedua investasi atau deposito
tersebut
akan bernilai
Rp121,00.
Dengan demikian, uang yang diterima sebesar Rp100,00 saat ini setara
nilainya
dengan Rp110,00
jika uang
tersebut
diterima
setahun kemudian atau Rp121,00 jika diterima dua tahun kemudian (Zubir, 2005: 6). b. Arus Kas Usaha (Cash Flow) Arus kas usaha terdiri dari arus kas keluar (cash outfow) dan arus kas rnasuk (cash inflow) antara keduanya disebut sebagai arus kas bersih (net cash flow). Dalam praktik dikenal dua macam arus kas, yaitu arus kas operasional dan arus kas proyek. Arus kas operasi merupakan penerimaan dan pengeluaran kas dalam operasi perusahaan laporan
sehari-hari. Arus kas operasional dinyatakan dalam
arus kas, baik dalam bentuk
langsung (direct
method),
maupun tidak langsung (indirect method). Pada umumnya manajer keuangan lebih banyak menggunakan laporan arus kas dalam bentuk langsung
karena
berkaitan
langsung
dengan
penerimaaan,
pengeluaran, dan saldo kas setiap akhir periode. Laporan arus kas langsung menginformasikan besarnya kas yang tersedia pada akhir periode Sedangkan arus kas tak langsung dapat kita jumpai pada laporan keuangan audit yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(KAP). Laporan ini dimaksudkan untuk menjelaskan penggunaan setiap rupiah uang perusahaan selama satu periode yang tercantum dalam neraca dan laporan rugi-laba perusahaan tersebut. Laporan arus kas tak langsung pada akhirnya akan memberikan besarnya perubahan kas selama satu periode (Zubir, 2005: 7). Arus kas kelayakan usaha merupakan proyeksi beberapa tahun ke depan yang terdiri dari arus kas keluar dan arus kas masuk. Selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar disebut arus kas bersih. Besarnya arus kas masuk suatu usaha berasal dari laba operasi setelah dikurangi dengan pajak atas laba operasi tersebut setiap periode, kemudian ditambah dengan biaya penyusutan, nilai sisa harta tetap dan modal kerja bersih pada akhir periode proyeksi. Arus kas keluarnya adalah untuk pembelian barang modal (harta tetap) dan penambahan modal kerja setiap periode (incremental working capital). Dalam perhitungan arus kas usaha tersebut tidak dimasukkan pembayaran bunga, deviden, dan cicilan. Pembayaran bunga dan deviden tidak dimasukkan sebagai arus kas keluar karena keduanya merupakan imbalan atas modal patungan para pemilik proyek (investor dan kreditur/bank). Demikian pula, pembayaran cicilan juga tidak diperhitungkan dalam arus kas keluar karena cicilan juga merupakan pengembalian terhadap modal dari kreditur/bank sebagai pemilik proyek itu sendiri (Zubir, 2005: 10). commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Biaya Modal (Cost of Capital) Sumber dana yang digunakan oleh perusahaan, baik pinjaman maupun modal sendiri, menanggung beban yang disebut sebagai biaya modal (cost of capital). Biaya pinjaman disebut sebagai cost of debt dan biaya modal sendiri disebut cost of equity. Biaya usaha yang menggunakan modal pinjaman dan modal sendiri adalah rata-rata tertimbang dari cost of debt dan cost of equity dengan pembobotnya adalah porsi masing-masing sumber dana yang digunakan (Zubir, 2005: 21). d. Ukuran Kelayakan Usaha Ukuran kelayakan usaha yang umum digunakan adalah net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period (Zubir, 2005: 30-32) 1) Net Present Value (NPV) NPV adalah nilai sekarang dari arus kas usaha pada masa yang akan datang yang didiskontokan dengan biaya modal rata-rata yang digunakan kemudian dikurangi dengan nilai investasi yang telah dikeluarkan. Dapat dikatakan bahwa suatu usaha akan diambil jika NPV lebih besar atau sama dengan nol. Namun demikian, proyek yang mempunyai NPV positif perlu dicermati lebih lanjut dengan menguji sensitivitas NPV tersebut terhadap besaran beberapa asumsi yang digunakan. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Internal Rate Of Return (IRR) IRR adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang (present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi suatu usaha. Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. 3) Payback Period (PBP) Ukuran kelayakan usaha lainnya yang banyak digunakan oleh investor adalah payback period, yaitu jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan dengan total nilai sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Semakin cepat investasi tersebut dapat dikembalikan, semakin baik usaha tersebut untuk dipilih. e. NPV, IRR, atau Payback Period? Pada umumnya, dalam menilai suatu usulan investasi ketiga kriteria tersebut dapat ditampilkan. Jika investor hanya menekankan pada payback period saja, karena adanya keterbatasan waktu yang harus dipenuhi
oleh
setiap
investasi
yang diambil, misalnya,
investasi disuatu usaha tidak boleh lebih dari tiga tahun, maka usaha yang akan dipilih adalah yang mempunyai payback period di bawah tiga tahun, tanpa memperhatikan bahwa ada usaha tersebut akan mernberikan arus kas bersih yang besar pada tahun selanjutnya dan NPV yang lebih besar pula daripada usaha yang dipilih. Sehingga pilihan investasi tersebut tidak rnemberikan nilai tambah maksimum commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagi
investor.
Manajer
keuangan
lebih suka mernilih
usaha
berdasarkan IRR karena lebih menekankan pada return (dinyatakan dalam persentase) sebagai
hasil
relatif terhadap
investasi yang
dikeluarkan. NPV merupakan pendekatan terbaik dikaitkan dengan tujuan perusahaan
untuk memaksimumkan
nilai atau
kekayaan
perniliknya. NPV rnenggarnbarkan nilai tambah bagi pemilik yang diciptakan oleh suatu usaha dengan cost of capital yang realistis. Dalam kenyataannya, perhitungan ketiga kriteria investasi tersebut ditampilkan untuk mendukung suatu usulan (proposal) usaha baru. 3. Aspek Umum dan Organisasi a. Gambaran Umum Usaha Gambaran umum usaha ini meliputi latar belakang pendirian usaha, kegiatan usaha, bentuk badan hukum, izin-izin yang diperlukan, dan sumber-sumber permodalannya (Zubir, 2006:45-47). 1) Tujuan pendirian usaha Tujuan pendirian perusahaan biasanya dinyatakan dalam akta pendiriannya. Jika usaha tersebut merupakan proyek perluasan, maka dalam studi kelayakannya sering juga dicantumkan sejarah berdirinya perusahaan tersebut sampai mencapai kondisi saat ini dan rencana di masa yang akan dating, biasanya dinyatakan dalam bentuk perkembangan operasi dan keuangannya. Jika usaha baru tersebut berbeda dari kegiatan induknya, atau bukan perluasan usaha dan belum mempunyai akta, maka pendirian perusahaan itu commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disebut
sebagai
diversifikasi
usaha dari
perusahaan
yang
bersangkutan. Dalam tujuan pendirian atau perluasan usaha dapat pula dinyatakan manfaat langsung dan tidak langsung dari proyek tersebut, baik terhadap pemilik maupun terhadap lingkungannya. Pada
intinya,
tujuan
perusahaan
tersebut
adalah
untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan masyarakat di sekitarnya. 2) Perizinan Dokumen-dokumen perizinan harus sudah diperoleh sebelum usaha tersebut siap dioperasikan. Dalam tahap perencanaan proyek sudah diperhitungkan segala macam jenis perizinan yang akan harus dipenuhi. Misalnya, surat izin penanaman modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, khususnya untuk penanaman modal asing, surat izin usaha perdagangan (SIUP) dan Surat Tanda Daftar Perusahaan dari Departemen Perdagangan, Surat Daftar Rekanan, Surat Keterangan Domisili, dan Surat Izin Mendirikan Bangunan dari Pemerintah Daerah, Nomor Pokok Wajib Pajak, Angka Pengenal Impor Terbatas (APIT) untuk keperluan mengimpor barang-barang modal, bahan baku, dan lain-lain. Jika usaha tersebut merupakan proyek perluasan maka surat-surat izinnya akan mengikuti surat-surat izin perusahaan yang sudah ada, kecuali beberapa surat izin baru yang harus diperoleh, yaitu IMB untuk memperluas bangunan dan surat izin penanaman modal dari BKPM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
3) Kegiatan usaha Dalam bagian ini akan dijelaskan lokasi usaha dan bidang kegiatan yang akan dilaksanakan, termasuk juga segment pasar dan daerah atau wilayah yang akan dilayani. Disamping itu, diuraikan pula manfaat yang akan diberikan oleh usaha tersebut terhadap lingkungan dan perekonomian sekitarnya. Pada umumnya, manfaat yang diberikan oleh usaha baru tersebut dinyatakan secara kualitatif. Pada proyek-proyek pemerintah atau public service perhitungan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) dari segi social juga merupakan variable utama yang menjadi dasar pertimbangan dibangunnya suatu usaha. 4) Bentuk hukum badan usaha Bentuk hukum dan badan usaha sesuai dengan akta pendiriannya. Pada umumnya berbentuk perseroan terbatas (PT) atau koperasi. Usaha baru mungkin saja tidak memiliki akta tersendiri karena usaha tersebut bernaung sebagai unit usaha dibawah induknya. Jika badan usaha tersebut dijadikan suatu badan usaha tersendiri maka harus dilengkapi dengan perizinan atau persyaratan yang berlaku sesuai dengan bentuk hukum badan usahanya. 5) Permodalan Dalam bagian ini dijelaskan kebutuhan modal dan sumber pendanaannya (modal pemilik, pinjaman bank, dan lain-lain). Jika commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
usaha tersebut didirikan oleh beberapa orang, maka komposisi atau porsi modal masing-masing pemilik sudah dinyatakan di dalam akte pendiriannya. Kebutuhan dana yang dicantumkan dalam bagian ini disesuaikan dengan harapan pemilik dan peraturan perbankan dalam pembiayaan investasi tersebut. Jika usaha tersebut merupakan proyek perluasan, sumber permodalannya dapat pula berasal dari dana yang disisihkan dari kekayaan perusahaan (sumber dana internal) atau modal cadangan dan dana pensiun karyawan. b. Organisasi dan Personalia Dalam aspek organisasi dibahas komposisi pengurus (komisaris dan direksi), struktur organisasi, jabatan-jabatan dan uraian tugasnya, serta jumlah kebutuhan tenaga kerja dan penggajian. Organisasi perusahaan disusun sesuai dengan bentuk usaha dan besarnya kegiatan yang akan dilakukan, sehingga pengoperasiannya dapat berjalan dengan lancar (Zubir, 2006:47). 4. Aspek Pemasaran Aspek pemasaran menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi permintaan dan penawaran produk atau jasa yang sama yang sudah ada saat ini serta perkembangannya di masa yang akan datang. Jika permintaan terhadap produk atau jasa yang ada serta prospeknya di masa yang akan datang lebih kecil daripada penawarannya, maka pembangunan proyek yang menghasilkan produk yang sama dan teknologi yang sama commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan perusahaan yang sudah ada di pasar tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika tersedia market space, maka perlu diperhitungkan apakah pasar yang tersedia dan perkembangannya akan mampu menampung proyek baru tersebut. Selain itu, perlu diingat bahwa market space yang cukup besar akan menarik pesaing untuk masuk ke dalam usaha yang sama atau memperluas kapasitas yang sudah ada. Atas dasar hal-hal tersebut maka yang dibahas dalam aspek pemasaran adalah sebagai berikut (Zubir, 2006:55) : a. Produk (barang/jasa) yang ditawarkan b. Perkembangan permintaan dan prospeknya c. Perkembangan penawaran dan prospeknya d. Market space dan market share e. Program pemasaran yang meliputi : 1) Daerah pemasaran dan pengembangannya 2) Kebijakan harga jual dan sistem pembayaran 3) Saluran distribusi 4) Promosi. 5. Teori dan Kriteria Kelayakan Proyek a. Pengertian Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan rangkaian aktivitas (activity) yang dapat direncanakan, yang didalamnya menggunakan sumbersumber (input) untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil (return) di masa yang akan datang. Aktivitas proyek ini mempunyai commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saat mulai (starting point) dan saat berakhir (ending point) (Kadariah, 1999:1). Pengertian proyek menurut Gray yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. (Gray, 2002:1) Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dapat dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit). Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) yang mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point) (Kadariyah, 1999:1). Sumber-sumber (input) dalam pelaksanaan suatu proyek, yang dapat dipergunakan antara lain yang berbentuk barang-barang modal, tanah, barang setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang dan jasa konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di masa datang. Suatu proyek, baik proyek publik maupun proyek swasta biasanya dimulai dengan timbulnya suatu gagasan pengusutan dari seseorang atau lembaga, kemudian dari gagasan tersebut,proyek akan melalui tahapan (Gray, 2002 : 3-4 ). commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.1 Siklus Suatu Proyek
I Identifikasi VI Evaluasi
II Formulasi
V Operasi
III Analisis IV Implementasi
Sumber : Gray (2002) a. Identifikasi Tahap
pertama
yang
dilakukan
adalah
identifikasi,
yaitu
menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. b. Formulasi Mengadakan persiapan dengan mengadakan pra studi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon – calon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek – aspek teknis,institusional,social,dan eksternalitas.Setelah mempertimbangkan aspek – aspek tersebut barulah studi kelayakan dapat disusun. c. Analisis Mengadakan evaluasi terhadap laporan – laporan studi kelayakan yang ada.Studi kelayakan proyek tersebut dianalisis untuk memilih commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang
terbaik
di
antara
berbagai
alternatif
proyek
yang
ada,berdasarkan suatu ukuran tertentu. d. Implementasi Implementasi merupakan tahap pelaksanaan proyek tersebut.Pada tahap ini,tanggung jawab dari para perencana serta penilaian proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final desaign-nya. e. Operasi Tahap operasi ini dipertimbangkan metode – metode pembuatan laporan atas pelaksanaan operasinya.Laporan tersebut diperlukan untuk tahap selanjutnya. f. Evaluasi Hasil Tahap yang terakhir yaitu evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan serta operasi proyek,berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada tahap-tahap sebelumnya.Di sini dibandingkan antara apa yang direncanakan dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi ini diperlukan untuk mengadakan perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya atau untuk mengembangkan gagasan satu dalam memilih proyek – proyek baru. b. Pengertian Kelayakan Proyek Studi kelayakan atau feasibility study pada hakekatnya adalah metode penjajagan dari suatu gagasan proyek tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Studi Kelayakan Proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang terutama lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga non profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut dan sebagainya (Husnan, 2000:4). Studi kelayakan proyek atau yang juga dikenal dengan evaluasi proyek adalah penilaian proyek berdasarkan efisiensi operasional secara teknis, ekonomis, maupun manajerial. Inti dari evaluasi proyek adalah dengan menimbang manfaat dan biaya dari proyek tersebut, apabila manfaat proyek tersebut lebih besar dari biaya yang digunakan maka proyek dikatakan efisien dan sebaliknya apabila manfaat proyek tersebut lebih kecil dari biaya proyek maka proyek tersebut tidak efisien. Oleh karena itu evaluasi proyek merupakan alat bantu yang penting bagi penentu kebijakan. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan Umumnya investasi memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi kelayakan terhadap proyek yang akan dilaksanakan. Studi kelayakan perlu dilakukan agar investasi yang terlanjur ditanamkan mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Tujuan
dilakukannya
studi
kelayakan
adalah
untuk
menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang sangat besar (Husnan, 2000:7). Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu (Husnan, 2000:4-5): 1) Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2) Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan. Dalam pengevaluasian proyek suatu proyek terdapat 6 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu (Kadariah, 1999:1) : 1) Aspek teknis, meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jaa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh produsen. 2) Aspek manajerial dan administratif, menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi aktivitas dalam ukuran besar (large scale activities). 3) Aspek organisasi, perhatian utamanya ditujukan pada hubungan antara administrasi proyek dengan bagian administrasi pemerintah lainnya dan untuk melihat apakah hubungan antara masimg-masing wewenang dan tanggung jawab dapat diketahui dengan jelas. 4) Aspek komersial, menyangkut penawaran barang dan jasa (input) yang diperlukan proyek baik pada saat membangun proyek maupun pada saat proyek sudah diproduksi dan menganalisa pemasaran output yang akan diproses oleh produsen. 5) Aspek finansial, menyangkut terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning proyek, apakah proyek itu terjamin danacommit yang diperlukannya, apakah proyek mampu to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membayar kembali dana itu akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. 6) Aspek ekonomis, diperlukan dalam rangka apakah proyek tersebut
akan memberikan sumbangan atau memiliki peranan positif dalam pembangunan ekonomi seluruhnya dan apakah peranan tersebut cukup besar untuk membenarkan penggunaan sumber-sumber langka yang dibutuhkan. d. Analisa Finansial dan Analisa Ekonomi Perhitungan manfaat (benefit) dan biaya (cost) proyek pada dasarnya dapat dilakukan lewat dua macam pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu perhitungan dikatakan sebagai analisis privat atau analisis finansial, bila yang berkepentingan langsung dalam manfaat dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini yang dihitung sebagai benefit adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan-badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau perhitungan ekonomi apabila yang berkepentingan langsung dalam manfaat dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Menurut pendekatan ini yang dihitung sebagai benefit adalah seluruh manfaat yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari proyek, tanpa melihat siapa yang menerima hasil dari proyek tersebut dan siapa mengorbankan sumber-sumber tersebut. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada dasarnya perhitungan dalam analisis privat dan analisis ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu sebagai berikut (Gray, 2002:8-11) : 1) Harga Harga di dalam analisis finansial yang digunakan adalah hargaharga pasar baik untuk sumber-sumber yang dipergunakan dalam proses maupun untuk hasil-hasil produksi dari proyek. Sementara dalam analisis ekonomi yang dipergunakan adalah shadow prices atau accounting prices, yaitu hatga-harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari suatu barang atau jasa tersebut. 2) Pajak Pajak di dalam analisis finansial, pajak merupakan biaya yang dibayarkan kepada pemerintah sehingga akan mengurangi benefit. Sedangkan dalam analisis ekonomi, pajak merupakan transfer, yaitu bagian dari benefit yang diserahkan kepada pemerintah, jadi tidak mengurangi benefit. 3) Subsidi Subsidi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan dari pajak. Dalam analisis finansial, penerimaan subsidi berarti pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik proyek, sehingga subsidi akan mengurangi biaya. Namun dalam analisis ekonomi subsidi dianggap sebagai sumber-sumber yang dialihkan commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari masyarakat yang digunakan dalam proyek. Oleh sebab itu subsidi yang diterima oleh proyek merupakan beban masyarakat, jadi jika dilihat dari segi ekonomi tidak mengurangi proyek. 4) Biaya investasi dan pelunasan pinjaman Biaya investasi pada permulaan proyek dalam analisis finansial hanyalah yang dibiayai dengan modal saham si penanam modal itu sendiri. Namun arus pelunasan pinjaman serta bunganya yang berlaku pada tahap produksi menjadi beban penanam modal. Sementara pada analisis ekonomi, seluruh biaya investasi, apakah dibiayai dengan modal yang dihimpun dari dalam maupun luar negeri, dengan modal saham / pinjaman dianggap sebagai biaya proyek pada saat dikeluarkannya. Jadi pelunasan pinjaman yang digunakan untuk membiayai sebagian investasi diabaikan guna menghindari penghitungan ganda (double counting). Pengecualian terjadi bila bagian yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri yang diperuntukkan hanya untuk proyek itu sendiri. Sehingga dana tersebut tidak dapat diperuntukkan untuk membiayai proyek lain. 5) Bunga Bunga atas pinjaman dari dalam atau luar negeri dalam analisis finansial,
merupakan biaya proyek sedangkan dalam analisis
ekonomi, bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan sebagai biaya karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal masyarakat sehingga bunganya saja dapat dianggap sebagai bagian commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari benefit ekonomi. Pembayaran bunga dari pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan operasi hanyalah merupakan transfer paymens dari satu pihak kepada pihak lain. Apabila investasi proyek tersebut dibiayai oleh pemerintah dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, maka titik berat analisis adalah pada aspek sosial profitabilitas (social profitability), yang menekankan sampai seberapa jauh manfaat proyek tersebut kepada perekonomian secara keseluruhan. Hal ini berarti, seandainya suatu rencana investasi pemerintah ditinjau dari segi finansialnya menunjukkan hasil analisis didasarkan pada perbandingan benefit dan cost-nya adalah lebih kecil dari satu (B/C < 1), tetapi ditinjau dari manfaat sosialnya akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat maupun kehidupan perekonomian secara keseluruhan, proyek tersebut akan dilaksanakan (Khotimah, 2002: 17-18). e. Analisis Biaya dan manfaat Tujuan dari studi kelayakan proyek atau evaluasi proyek adalah membandingkan antara manfaat dengan biaya yang dikeluarkannya. Suatu proyek dianggap layak (feasible) apabila manfaatnya lebih besar dari biaya atau pengorbanannya. Manfaat (benefit) adalah apa saja yang dapat menambah pendapatan nasional atau yang secara langsung maupun tidak menambah persediaan barang-barang konsumsi. Sedangkan yang commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimaksud dengan biaya adalah apa saja yang mengrangi persediaan barang-barang konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung. f. Manfaat Proyek. Pelaksanaan proyek bertujuan untuk memperoleh manfaat atau hasil. Manfaat yang dihasilkan suatu proyek dapat dibagi dalam (Khotimah: 35-37) : 1) Manfaat langsung Adalah adanya kenaikan dalam nilai keluaran fisik dari kegiatan yang ditangani proyek. Manfaat ini berupa : a) Kenaikan dalam nilai hasil/output dapat disebabkan oleh halhal berikut ini : (1) Kenaikan dalam produksi fisik (2) Perbaikan mutu produk (quality improvement) (3) Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan (4) Perubahan dalam bentuk (grading and processing) b) Penurunan biaya dapat berupa : (1) Keuntungan dari mekanisasi (2) Penurunan biaya pengangkutan (3) Penurunan atau penghindaran kerugian 2) Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi sesuatu proyek. Ada tiga macam manfaat tidak langsung, yaitu: commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Manfaat yang disebabkan (induced) oleh adanya proyek yang biasanya disebut multiplier effect dari proyek. b) Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar (economics of scale). c) Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik (dynamic secondary effect). 3) Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas (intangible benefits) adalah manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti: a) Perbaikan lingkungan hidup b) Perbaikan pemandangan karena adanya taman yang indah c) Perbaikan distribusi pendapatan d) Integrasi nasional e) Pertahanan nasional, dan lain sebagainya. g. Biaya Proyek Macam-macam biaya dalam suatu proyek adalah (Gray, 2002: 15-18) : 1) Modal Opportunity cost modal adalah benefit yang dapat diperoleh bila modal tersebut diinvestasikan dalam proyek marjinal. Shadow price modal adalah opportunity cost tiap-tiap unit modal tersebut yang besarnya sama dengan tingkat bunga sosial.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Tanah Adakalanya kita harus membeli atau menyewa sebidang tanah untuk suatu proyek. Dalam hal ini, harga pembelian tanah dapat dianggap sebagai investasi. Bila tanah disewa dan sewa dibayar tiap
tahun,
sewa
tersebut
dianggap
sebagai
biaya
yang
perhitungannya dilakukan tiap tahun. 3) Bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi Shadow prices bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi yang digunakan dalam suatu proyek pada dasarnya dinilai menurut social opportunity cost dari tiap unit barang tersebut, yaitu benefit tiap-tiap barang itu dalam alternatif penggunaan lain. Khususnya untuk barang-barang yang dapat diperdagangkan di pasar dunia (tradeable goods, barang-barang yang diimpor atau dapat diekspor), digunakan harga-harga lepas pantai (border price) sebagai shadow price yaitu harga-harga f.o.b untuk barang-barang yang dapat diekspor dan harga-harga c.i.f untuk barang-barang yang diimpor. 4) Tenaga kerja Menentukan biaya tenaga kerja ini perlu dibedakan tenaga kerja yang terdidik/terlatih (skilled labor) dan tenaga kerja yang tidak terdidik/terlatih (unskilled labor), sebab yang biasa dinilai dengan tingkat upah bayangan (shadow wage rate) adalah tenaga kerja yang tidak terdidik/terlatih. Banyak penilai proyek beranggapan commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa shadow wage tenaga kerja tidak terdidik/terlatih adalah nol. Ini didasarkan asumsi bahwa proyek akan mengambil tenaga kerja tidak terdidik itu dari kelompok penganggur, jadi opportunity costnya sama dengan nol, atau walaupun di desa asal mereka dianggap bekerja, produktifitas marginal mereka di desa sama dengan nol. Namun apabila diasumsikan opportunity cost tenaga kerja tidak terdidik/terlatih tidak sama dengan nol maka pendapatan dan tingkat konsumsi mereka (tenaga kerja tidak terdidik/terlatih) akan bertambah. Pertambahan konsumsi ini akan mengurangi jumlah investasi masyarakat. dengan kata lain tenaga kerja tidak terdidik/terlatih yang dipekerjakan di proyek mempunyai social opportunity cost paling sedikit sama dengan benefit yang diperoleh seandainya pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan. 5) Pelunasan utang dan bunga Terdapat dua jenis pinjaman, pertama pinjaman dari dalam negeri dan pinjaman dari luar negeri melalui pool dana pemerintah yang penggunaanya dipengaruhi oleh pemerintah setempat termasuk bantuan luar negeri yang berasal dari sumber-sumber resmi, seperti Bank Dunia, atau melalui perjanjian bilateral. Dana semacam ini dapat
digunakan
untuk
berbagai
alternatif
proyek.
Jadi,
penggunaan dana pinjaman untuk suatu proyek mempunyai beban sosial berupa social opportunity cost di berbagai alternatif lain. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Oleh sebab itu pengeluaran dana dari pinjaman dianggap sebagai investasi, artinya bersifat biaya. Kedua, terdapat pinjaman dari luar negeri yang penggunaanya terikat pada suatu proyek tertentu. Artinya, bila proyek tersebut tidak
jadi
dilaksanakan
maka
pinjaman
dibatalkan.
Jadi,
penggunaan dana pinjaman ini dalam proyek tersebut, dana pinjaman tersebut tidak menimbulkan social opportunity cost. Beban tersebut baru timbul pada saat pengembalian pinjaman dan pembayaran bunganya. Oleh karena itu, beban sosial pinjaman diperhitungkan pada saat investasi dilakukan, melainkan tiap-tiap tahun sepanjang pembayaran pinjaman beserta bunganya. Dalam hal ini pelunasan pinjaman beserta bunganya termasuk kedalam biaya proyek. 6) Penyusutan Penyusutan adalah bagian dari benefit proyek yang dicadangkan tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek sedemikian rupa sehingga merupakan dana yang mencerminkan jumlah biaya modal. 7) Sunk cost Sunk cost adalah biaya yang sudah tertanam / dikeluarkan yang menyangkut proyek, sebelum keputusan untuk menjalankan proyek tersebut diambil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
8) Salvage values Salvage values adalah nilai sisa dari modal investasi yang tidak habis terpakai selama umur ekonomis proyek. 9) Negative externalities Negative externalities sukar untuk diukur atau dinilai dengan satuan mata uang. Idealnya akibat-akibat yang timbul dari negative externalities ini sepanjang dapat diukur dan dinilai, perlu dimasukkan sebagai bagian dari biaya (benefit) proyek. h. Umur Proyek Terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek, antara lain (Pudjosumarto, 1995: 18-19) : 1) Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis daripada proyek. Yang dimaksudkan umur ekonomis sesuatu asset ialah jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan dari padanya. 2) Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar sekali, lebih mudah untuk menggunakan umur tekhnis daripada unsur-unsur pokok investasi. Di dalam hal ini perlu diingat bahwa untuk proyek-proyek tertentu umur teknis daripada unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena absolescence (ketinggalan jaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien). Keadaan ini banyak commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdapat pada proyek-proyek industri dan pengangkutan, tetapi jarang terdapat dalam proyek-proyek pertanian. 3) Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama daripada 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu jika didiscount dengan discount rate sebesar 10% ke atas, maka present value-nya sudah kecil sekali (misalnya pada rate 10 present value of an annuity factor untuk seluruh jangka waktu mulai tahun ke-26 sampai dengan tahun ke 100 hanya sebesar 0,923 yakni kurang dari nilai nominal annuity tersebut dalam satu tahun saja). i. Kriteria Investasi Dalam analisis proyek terdapat babarapa kriteria yang sering dipakai untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan proyek, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Kriteria ini dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi tersebut adalah sebagai berikut (Gray, 2002: 64-78) : 1) Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan. Dalam mengkaji usulan suatu proyek dengan menggunakan metode NPV apabila hasil yang di dapat dari perhitungan menggunakan metode ini positif (NPV ≥ 0) maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Sebaliknya bila hasil yang didapat negatif (NPV < 0) maka proyek tersebut dianggap tidak layak. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana : = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t. = Cost sosial bruto proyek pada tahun t. n
= Umur ekonomis proyek = tingkat bunga (social discount rate)
2) Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol. Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan suatu returns, atau tingkat keuntungan yang akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan selalu mendekati besarnya (i) sehingga sering dijadikan pedoman tingkat bunga yang berlaku (i). Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih apabila IRR ≥ social discount rate, sedangkan IRR < social discount rate maka proyek tersebut akan ditolak.
Dimana : = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= tingkat bunga yang menghasilkan NPV negative = NPV positif = NPV negatif 3) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) Benefit – Cost Ratio merupakan perbandingan antara benefit yang telah dipresent-valuekan dengan biaya yang telah dipresentvaluekan. Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila B/C Ratio < 1 maka usulan proyek akan ditolak.
Dimana : Bt = benefit sosial bruto proyek pada tahun t Ct = cost sosial bruto proyek pada tahun t = social discount rate = tahun yang bersangkutan 4) Profitability Ratio (PV/K) Profitability
Ratio
menunjukkan
perbandingan
antara
penerimaan (benefit) dikurangi biaya rutin (EPt) dengan biaya modal (Kt) yang digunakan setelah dipresent-valuekan. Kedua unsure biaya EPt dan Kt merupakan bagian dari biaya Ct yang terkait dengan investasi lainnya, yaitu EPt + Kt = Ct. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Profitability Ratio lebih mendekati B/C Ratio sehingga suatu proyek akan diterima apabila PV/K > 1, sebaliknya apabila PV/K < 1 maka proyek akan ditolak.
Dimana : Bt = benefit bruto dalam tahun t yang sudah didiscountfaktorkan EPt=
Biaya eksploitasi dan pemeliharaan atau biaya rutin pada tahun t yang sudah didiscountfactorkan
Kt = biaya modal pada tahun t n
= umur ekonomis proyek
i
= social discount rate
5) Payback Period (PBP) Payback Period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Di dalam hal ini, biasanya yang dijadikan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat paling cepat
mengembalikan
biaya
investasi.
Semakin
cepat
pengembaliannya maka semakin baik dan kemungkinan besar akan dipilih. Metode ini tidak memperhitungkan periode setelah periode commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
payback period dan belum memperhatikan time value of money (Pudjosumarto, 1995:51-52).
Dimana : I
= besarnya biaya investasi yang diperlukan = benefit bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya
B. Penelitian Terdahulu Brown dan Kwansa (1999) melakukan sebuah penelitian dengan judul Menggunakan Model IRR dan NPV Untuk Menilai Biaya Sosial dari Proyekproyek Pariwisata di Negara-negara Berkembang. Penelitian ini membahas beberapa biaya sosial yang terlibat dalam pengembangan pariwisata di negaranegara berkembang, dengan menggunakan teori ekonomi pembangunan. Meskipun nilai sosial dari suatu investasi pariwisata harus melebihi biaya sosial tapi teknik penilaian yang digunakan untuk memperkirakan biaya-biaya selama proses keputusan investasi tidak sepenuhnya dikembangkan. Dengan menggunakan model Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV) sebagai alat ukur mungkin dapat dipertimbangkan dalam kriteria investasi untuk membantu mengatasi masalah ini. Para pembuat kebijakan dapat menggabungkan model ini ke dalam studi dari keseluruhan proyek pariwisata. Jika NPV > 0 dan IRR > country’s cost of capital maka proyek commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
layak untuk dijalankan dan jika NPV < 0 dan IRR < country’s cost of capital maka proyek tidak layak untuk dijalankan. Suthanaya (2009) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Dan Kelayakan Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal Trans Sarbagita Di Provinsi Bali. Hasil yang diperoleh adalah dari kajian finansial menunjukkan hasil yang tidak layak, namun secara ekonomi layak untuk diterapkan. Hal ini antara lain
karena besarnya tarif
ditentukan
berdasarkan kemampuan masyarakat dan bukan dari biaya operasional kendaraan (BOK). Untuk menutupi BOK tersebut diperlukan adanya subsidi dari pemerintah. Supriyadi, Bambang, Ismiyati (2002) telah melakukan penelitian dengan judul Analisa Pelayanan Angkutan Kota di Kota Purwokerto. Hasil yang diperoleh adalah untuk trayek F2 (rute Sokaraja - Kebondalem) dan K (rute Karanglewas – Kebondalem) usaha
angkutan umum masih
menguntungkan. Hal ini dapat teridentifikasi dari analisis finansial yang telah dilakukan pada kedua rute menunjukan angka
yang positif atau
menguntungkan pada sisi pengusaha menurut parameter yang digunakan, yaitu : NPV, IRR, dan B/C ratio dimana
menunjukan nilai NPV
> 0 (F2 :
16.262.018, K : 1.243.279 ), BCR > 1 (F2 : 1,81 , K : 1,06 ), IRR > sosial discount rate : 18 % (F2 : 0,19, K : 0,28 ). Sementara untuk trayek F1 (rute Patikraja – Kebondalem) usaha angkutan umum merugi, hal ini dapat teridentifikasi dari analisa finansial yang telah dilakukan pada trayek F1 menunjukan angka yang negatif atau rugi pada sisi pengusaha menurut commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
parameter yang digunakan, yaitu NPV <0 (F1 : - 17.508.035), BCR <1 ( F1 : 0,08 ) sementara IRR < 18% (F1 : 0,12). Syahrani (2003), telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Kebun Hutan Dengan Tanaman Buah Durian (Durio Zibethis Murr) di Kabupaten Kutai Kertanegara Propinsi Kalimantan Timur. Hasil yang diperoleh adalah Pengusahaan kebun hutan dengan tanaman buah durian layak untuk dilakukan dengan jangka waktu usaha 52 tahun, dengan Net Present Value sebesar Rp. 7.982.175 dan Net B/C Ratio sebesar 2,12 dinilai pada tingkat bunga 15%, sedangkan dengan model Internal Rate of Return, diperoleh nilai IRR sebesar 20,95%. Ratnayanti, Bernardinus, dan Yudhistira (2006) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Investasi Pada Rumah Sakit X Di Cimahi. Hasil yang diperoleh adalah pembangunan Rumah Sakit ‘X’ merupakan invetasi yang layak. Hal ini dapat dilihat dari : Net Present Value (NPV) : Rp 6.187.604,321 > 0 menunjukkan investasi yang layak, Internal Rate of Return (IRR) = 9,75 % > MARR (Minimum Attractive Rate of Return) = 7%, menunjukkan investasi yang layak, Benefit Cost Ratio (BCR) = 1,31 > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan Payback Period (jangka waktu pengembalian investasi) = 9 tahun 3 bulan, sehingga proyek dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Teoritis Untuk mempermudah dan membantu pelaksanaan dan penganalisaan maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Usaha Kereta Uap Wisata “Sepur Kluthuk Jaladara”
Penawaran wisata
Permintaan wisata
Investasi
Analisis Ekonomi
Layak
Tidak Layak
GO (Diteruskan)
Dari kerangka pemikiran di atas, dapat dijelaskan bahwa munculnya usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” merupakan pertemuan permintaan dan penawaran wisata yang terjadi di Kota Surakarta. Dalam hal ini Pemerintah Kota merespon permintaan pariwisata tersebut dengan diwujudkannya sebuah atraksi wisata yang sekaligus dapat memperkuat citra kota Surakarta sebagai World Heritage City atau kota warisan budaya dunia. Selanjutnya untuk mewujudkannya diperlukan investasi. Setiap investasi suatu commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
usaha tentunya akan melibatkan suatu resiko tertentu. Dengan dasar itulah maka diperlukan suatu analisis ekonomi untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak baik dari segi ekonomi maupun finansial. Bilamana berkategori layak maka usaha tersebut dijalankan. Namun bila tidak layak maka perlu dikaji ulang pembentukan usaha tersebut.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis ekonomi usaha dan yang dianalisis adalah usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara”.
B. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan untuk kemudian diolah dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer Menurut Sekaran (2006:77) yang dimaksud dengan data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada Bpk Agus Karnadi sebagai Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Surakarta dan Bpk Oka Zakaria sebagai Pengelola Kereta Jaladara.
commit to user 47
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Data Sekunder Menurut Sekaran (2006:77) yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada. Data tersebut diperoleh dari: a. Dinas Perhubungan Surakarta b. Dinas Pariwisata c. Surakarta Dalam Angka 2008, BPS Kota Surakarta
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada Bpk Agus Karnadi sebagai Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Surakarta dan Bpk Oka Zakaria sebagai Pengelola Kereta Jaladara. 2. Studi Pustaka Studi Pustaka yaitu dengan cara mencari literatur-literatur yang diperlukan berupa data dan teori yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Data tersebut diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta, Dinas Pariwisata, Pengelola Kereta Jaladara, dan Badan Pusat Statistik.
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Definisi Operasional Variabel 1. Capital (modal) Capital adalah modal awal yang digunakan untuk investasi proyek kereta uap yang diukur dalam satuan rupiah. 2. Benefit (manfaat) Manfaat terdiri dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Dari kegiatan suatu proyek yang diukur dalam satuan rupiah. Manfaat langsung yang diterima berupa pendapatan dari retribusi tiket. sedangkan manfaat tidak langsung meliputi pendapatan masyarakat yang memanfaatkan adanya kereta uap wisata tersebut. 3. Cost (biaya) Cost adalah pengeluaran yang dikeluarkan pada saat pengadaan kereta dan biaya operasional yang diukur dalam satuan rupiah. 4. Discount rate (tingkat bunga) Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang berlaku pada saat dilakukan investasi awal. Diukur dalam satuan persen (%).
E. Alat Analisis Data Untuk melakukan analisis ekonomi dan melakukan simulasi alternatif cara penganggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada suatu usaha, digunakan metode kriteria investasi.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria Investasi yang digunakan sebagai formula perhitungan yaitu: 1. Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan (Gray, 2005:65).
Dimana : = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t. = Cost sosial bruto proyek pada tahun t. n = Umur ekonomis proyek = tingkat bunga (social discount rate) Investasi dianggap layak (feasible) apabila NPV > 0 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol (Gray, 2005:69).
Dimana : = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negative = NPV positif commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= NPV negative Investasi dianggap layak (feasible) bila IRR > tingkat bunga 3. Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) B/C Ratio merupakan perbandingan antara benefit yang telah dipresent-valuekan dengan biaya yang telah dipresent-valuekan (Gray, 2005:75).
Dimana : Bt = benefit sosial bruto proyek pada tahun t Ct = cost sosial bruto proyek pada tahun t = social discount rate = tahun yang bersangkutan Investasi dianggap menguntungkan (profitable) bila B/C Ratio > 1 Untuk mengetahui kapan investasi awal dapat terbayar kembali, maka digunakan alat sebagai berikut: 4. Payback Period (PBP) (Pudjosumarto, 1995:51-52) Merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Metode ini tidak memperhitungkan periode setelah periode payback period dan belum memperhatikan time value of commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
money (perhitungan payback period terhadap nilai sekarang dengan tanpa memperhitungkan nilai waktu dari uang).
Dimana : I
= besarnya biaya investasi yang diperlukan = benefit bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah. Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo” terletak antara 110o 45’ 15” – 110o 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7o 36’ 00” – 7o 56’ 00” Lintang Selatan, merupakan dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut. Batasan fisik Kota Surakarta meliputi : a. Sebelah Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
b. Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
c. Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukoharjo
d. Sebelah Barat
:
Kabupaten
Sukoharjo
dan
Kabupaten
Karanganyar. 2. Luas Daerah dan Pembagian Administratif Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 4.404,0593 ha yang secara administrative terdiri dari 5 Kecamatan yang terbagi atas 51 Kelurahan. Jumlah Rukun Warga (RW) tercatat sebanyak 595 dan jumlah Rukun commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tetangga (RT) sebanyak 2.669. Dengan jumlah Keluarga sebanyak 134.811 KK. Maka rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 50 KK. Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta tahun 2008 terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Di Kota Surakarta Tahun 2008
Tiap
1.
Laweyan
8,64
Jumlah Penduduk (jiwa) 109.930
2.
Serengan
3,19
63.558
19.899
3.
Pasar Kliwon
4,82
87.980
18.272
4.
Jebres
12,58
142.292
11.311
5.
Banjarsari
14,81
162.093
10.945
44,04
565.853
12.849
No.
Kecamatan
Jumlah
Luas Wilayah (km2)
Tingkat Kepadatan (jiwa/km2) 12.723
Sumber: BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Banjarsari merupakan Kecamatan terluas di Kota Surakarta dengan luas 14,81 km2 atau menempati 33,63 persen dari seluruh wilayah Kota Surakarta. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 mencapai 12.849 jiwa/km2. Pada tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.899 jiwa/km2. Sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Banjarsari sebesar 10.945 jiwa/km2. Dengan tingkat kepadatan yang tinggi akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti perumahan, kesehatan, dan juga tingkat kriminalitas. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Keadaan Alam Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta berkisar antara 24,7oC – 27,9 oC. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 64% sampai dengan 85%. Hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Februari dengan jumlah hari hujan sebanyak 25. Sedangkan curah hujan terbanyak sebesar 699 mm jatuh pada bulan Oktober. Sementara itu rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada bulan Nopember sebesar 33,1 mm per hari hujan. 4. Aspek Demografi Penduduk merupakan salah satu unsur penting untuk terciptanya suatu negara. Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah jumlah penduduk yang besar sebagai sumber daya manusia yang produktif dan potensial bagi terwujudnya pembagunan. Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004-2008
2004
Jumlah Penduduk (jiwa) 510.711
Pertambahan Jiwa dari kurun waktu sebelumnya (jiwa) 13.477
Pertumbuhan Penduduk (%) 2,71
2005
534.540
23.829
4,66
2006
512.898
-21.642
-4,05
2007
515.372
2.474
0,48
2008
522.935
7.563
1,47
Tahun
Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 Dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 penduduk Kota Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk sebesar 1,47% dari tahun 2007 yaitu mengalami pertambahan penduduk sebesar commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.563 jiwa. Dampak dari pertumbuhan penduduk salah satunya adalah tingkat kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun 2004-2008 yang tertinggi terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar 4,66 persen atau mengalami pertambahan penduduk sebesar 23.829 jiwa. Sedangkan pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada tahun 2006 yang mengalami penurunan jumlah penduduk sebesar 21.642 jiwa atau 4,05 persen. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2004-2008
2004
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 249.278 261.433
510.711
Rasio Jenis Kelamin 95,35
2005
250.868
283.672
534.540
88,44
2006
254.259
258.639
512.898
98,31
2007
246.132
269.240
515.372
91,42
2008
247.245
275.690
522.935
89,68
Tahun
Jumlah
Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan hasil Estimasi Survei Penduduk Antar Sensus (2005) tahun 2008 penduduk Kota Surakarta mencapai 522.935 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89,68 yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 89 penduduk laki-laki. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 Kecamatan Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari
Laki-laki Perempuan 54.164 55.766 31.263 32.295 43.172 44.808 70.466 71.826 commit 80.259to user 81.834
Jumlah 109.930 63.558 87.980 142.292 162.093
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
279.324 286.529 Jumlah Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
565.853
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 162.093 jiwa dengan jumlah lakilaki sebanyak 80.259 jiwa dan perempuan 286.529 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di kecamatan serengan yaitu sebesar 63.558 jiwa. 5. Aspek Sosial Ekonomi a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang ditempuh, dalam hal ini adalah pendidikan formal. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 Tingkat Perkemban 2007 2008 Pendidikan gan 1. Tamat Akademi/PT 30.090 35.639 5.549 2. Tamat SLTA 83.364 71.143 -12.221 3. Tamat SLTP 77.830 101.351 23.521 4. Tamat SD 77.029 98.118 21.089 5. Tidak Tamat SD 28.018 44.051 16.033 6. Belum Tamat SD 49.199 66.799 17.600 7. Tidak Sekolah 12.468 32.192 19.724 Jumlah 357.998 449.293 Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 No.
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian commit to user
Prosen tase 18,44 -14,66 30,22 27,38 57,22 35,77 158,20
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian merupakan jumlah penduduk yang bekerja menurut pekerjaan yang dijalaninya. Pada tahun 2009 jenis pekerjaan penduduk Kota Surakarta ada berbagai macam, seperti terlihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008 No. Mata Pencaharian 2007 1. Petani Sendiri 450 2. Buruh tani 438 3. Pengusaha 8.752 4. Buruh industri 74.655 5. Buruh bangunan 63.114 6. Pedagang 32.710 7. Angkutan 15.347 8. PNS/TNI/POLRI 26.445 9. Pensiunan 16.974 10. Lain-lain 162.526 Jumlah 401.411 Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
2008 456 429 8.254 70.034 62.759 32.374 15.776 26.424 22.683 162.290 401.479
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan salah satu indikator pembangunan perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga konstan berarti dalam perhitungan telah dihilangkan pengaruh-pengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Surakarta Tahun 2008 (Juta Rupiah). No.
Lapangan Usaha
2007
2008
1.
Pertanian
2.899,10
2.866,18
2.
Penggalian
1.828,17
1.905,23
3.
Industri pengolahan
1.173.422,60
1.200.606,83
4.
Listrik, gas, dan air bersih
96.867,33
103.020,58
5.
Bangunan
528.770,39
583.069,88
6.
Perdagangan, hotel, dan restoran
1.126.471,69
1.211.208,49
7.
Pengangkutan dan komunikasi
428.864,77
449.973,94
8.
Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan
425.590,18
449.992,44
9.
Jasa-jasa
519.573,14
546.699,38
Produk Domestik Regional Bruto
4.304.287,37
4.549.342,95
Penduduk Pertengahan Tahun (orang)
515.372
522,935
PDRB Per Kapita
8.351.806,79
8.699.633,71
Sumber : BPS Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 6. Aspek Pariwisata Solo merupakan salah satu kota yang menjadi tempat tujuan wisata di Jawa Tengah dan mampunyai atraksi wisata yang dapat menarik wisatawan dari dalam atau luar negeri. Kota Solo memiliki slogan “Solo, The Spirit of Java”. Slogan tersebut merupakan salah satu upaya kota Solo untuk mencitrakan kota Solo sebagai kota pusat kebudayaan Jawa. Objek wisata yang terdapat di Kota Solo kental dengan nuansa budaya.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Objek wisata yang terdapat di Kota Solo antara lain (Sari, 2010): a. Wisata Budaya dan Sejarah : 1) Karaton Kasunanan Solo Karaton Kasunanan dibangun pada tahun 1745. Di halaman istana terdapat Panggung Sanggabuwana yang konon sebagai tempat bertemu Raja dengan Kanjeng Ratu Kidul, sang penguasa Laut Selatan. Di dalam keratin terdapat galeri seni dan museum dengan pusaka-pusaka kerajaan, kereta kerajaan, keris, dan benda-benda bersejarah lainnya. 2) Pura Mangkunegaran Karaton ini terletak di pusat kota Solo. Karaton ini terdiri atas dua bangunan utama yaitu Pendapa sebagai tempat menerima tamu dan nDalem yang dikelilingi oleh tempat tinggal para keluarga Raja. Bagian timur disebut Bale Peni, tempat tinggal putra/pangeran. Bagian barat dinamakan Bale Warni, tempat tinggal para putri. Di keraton ini terdapat naskah-naskah Jawa kuno, sebagian besar dari zaman Majapahit (1293-1478) dan Mataram (1586-1755). b. Wisata Seni 1) Kampung Batik Kauman Masyarakat kauman bisa menghasilkan karya batik dengan motifmotif batik yang sering dipakai oleh keluarga keraton. Hal ini dikarenakan masyarakat kauman telah dibekali keahlian oleh keraton
Kasunanan Surakarta commit to user
Hadiningrat.
Di
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
perkembangannya, batik Kauman dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu batik tulis, batik murni cap, dan model kombinasi antara tulis dan cap. Di kampung tersebut terdapat puluhan home industry kerajinan batik yang telah memiliki pelanggan lokal dan wisatawan mancanegara, yaitu dari Jepang, Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Serikat. Di kampung batik Kauman, wisatawan bisa berbelanja sambil mengetahui secara langsung proses pembuatan batik. 2) Kampung Batik Laweyan Kampung batik Laweyan sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546M. Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para juragan batik sebagai pemilik usaha batik, sampai sekarang masih terus ditekuni masyarakat Laweyan. Kampung batik Laweyan telah di desain sebagai kampung batik terpadu untuk menciptakan suasana wisata dengan konsep fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi. Di kampung ini juga terdapat Makam Kyai Ageng Henis (tokoh yang menurunkan raja-raja Mataram), bekas rumah Kyai Ageng Henis dan Sutawijaya (Panembahan Senopati), bekas pasar laweyan, makam Jayengrana (Prajurit Untung Suropati), dan rumah H. Samanhudi pendiri Sarekat Dagang Islam. Laweyan juga terkenal dengan bentuk bangunan rumah para juragan batik yang dipengaruhi arsitektur tradisional Jawa, Eropa, China, dan Islam. commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Wisata Taman 1) Taman Balekambang Taman Balekambang terletak di Jl. Ahmad Yani, di sisi belakang Stadion Manahan dan Kantor Kepolisian Kota Besar Surakarta. Tempat ini dahulu bernama “Partinah Bosch” yang dibangun oleh kerabat Mangkunegara. Sekarang disebut Taman Balekambang karena di taman tersebut terdapat sebuah kolam dan di samping kolam terdapat sebuah balai pertemuan. Keasyikan berada di Balekambang adalah tempatnya yang sejuk karena dinaungi oleh pohon-pohon besar di atas rumput hijau yang kini terawat dengan sangat baik. Taman yang luas tersebut di dalamnya juga tampak berkeliaran rusa-rusa yang jinak dan angsa yang berenang di kolam. 2) Taman Sriwedari Taman Sriwedari pada mulanya berfungsi sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan bagi keluarga kerajaan. Tempat ini dibangun oleh Paku Buwono X. Taman ini pada awalnya terletak di sebuah lokasi yang dinamakan Kebon Rojo atau Taman Raja. Taman Sriwedari pada saat ini telah memiliki beberapa fasilitas hiburan untuk anak berupa bom-bom car, mini jet coaster, water park, komidi putar, rumah hantu, dan permainan tunggangan. Kompleks taman hiburan ini di dalamnya terdapat restoran-restoran kecil, sementara di sisi luar terdapat beberapa kios penjualan souvenir. Pertunjukan musik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
yang membawakan lagu-lagu kenangan juga sering digelar di komplek taman ini. 3) Taman Satwa Jurug Taman rekreasi ini berada di Jl. Ir Sutami atau terletak di tepi Bengawan Solo. Pengunjung bisa bersantai di bawah pepohonan sambil menikmati keindahan Bengawan Solo dan menyaksikan satwa-satwa yang saat ini ada 60 jenis. Terdapat pula monument “Gesang” sang maestro keroncong pencipta lagu Bengawan Solo. d. Wisata Museum dan Bangunan Bersejarah 1) Monumen Pers Nasional Bangunan yang terletak di Jl. Gajahmada ini didirikan untuk memperingati Hari Jadi Pers, yaitu hari pertemuan para wartawan seluruh Indonesia (PWI) pada tanggal 9 Februari 1946. Monumen ini di dalamnya tersimpan naskah dan dokumen kuno yang merupakan bukti-bukti sejarah perjalanan pers nasional dan perjuangan bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, Jepang, Kemerdekaan, hingga zaman pemerintahan saat ini. 2) Museum Radya Pustaka Museum yang terletak di Jl Slamet Riyadi ini memiliki koleksi beragam benda bersejarah bernilai tinggi seperti keris, gamelan, patung-patung batu dan perunggu, wayang kulit, dan berbagai koleksi keramik. Terdapat juga perpustakaan naskah-naskah Jawa Kuno dan naskah-naskah zaman kolonial belanda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
e. Wisata Belanja 1) Pasar Klithikan Notoharjo Solo Pasar Notoharjo lebih dikenal dengan nama Pasar Klithikan karena pasar tersebut merupakan tempat bagi para pedagang kaki lima yang menjual berbagai barang bekas, seperti elektronik, pakaian, ponsel, spare part kendaraan mobil-motor, dan barang-barang lainnya. Berdirinya pasar ini merupakan kebijakan Pemkot Solo untuk menampung pedagang kaki lima di sekitar Taman Monumen 45 Banjarsari yang terkena proyek relokasi. Pasar ini terletak di Kalurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, di atas lahan seluas 1.800 m2. 2) Pasar Kembang Solo Pasar Kembang terletak di jalan Dr. Rajiman, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Solo. Pasar tersebut diperuntukkan bagi pedagang yang memiliki jenis dagangan bunga (kembang). Terutama bunga tabor beserta perangkat (uba rampe) untuk orang yang meninggal dunia. Semula lokasi pasar ini adalah taman, pada tahun 1963 mulai bermunculan banyak pedagang di sebelah utara taman tersebut karena jumlah pedagang semakin banyak, maka pada tahun 1970 didirikan sebuah pasar yang bernama Pasar Kembang. 3) Pasar Legi Solo Pasar Legi merupakan pasar bersejarah karena didirikan pada masa pemerintahan Mangkunegara I (Pangeran Samber Nyawa). Pasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
yang memiliki luas ± 16.640 m2 ini terletak di kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Pasar Legi merupakan pasar induk hasil bumi terbesar di Surakarta. Pasokan hasil bumi berasal dari berbagai daerah baik dari wilayah sekitar Solo maupun dari luar Solo. 4) Pasar Gedhe Hardjonegoro Solo Pasar ini terletak di jalan Urip Sumoharjo, kelurahan Sudiroprajan, kecamatan Jebres, Solo. Pasar tersebut dibangun oleh Sinuhun Paku Buwono X pada tahun 1930. Arsitektur pasar Gedhe merupakan perpaduan antara gaya Eropa dengan gaya tradisional. Pasar ini didesain oleh arsitek Belanda bernama Thomas Karsten. 5) Pasar Malam Ngarsopuro Pasar mala mini berkonsep seperti Galabo (Gladak Langen Boga) tetapi barang yang dijual bukan makanan melainkan non makanan seperti handycraft, souvenir, garmen, makanan kering hasil produksi dari UKM (Usaha Kecil Menengah). Fasilitas yang disediakan antara lain tenda, meja, dan seragam. Adapun jumlah pedagang di pasar ini sebanyak 344 pedagang. 6) Pasar Singosaren Awalnya tempat ini hanya sebuah pasar tradisional yang dikenal dengan Pasar Singosaren. Seiring perkembangannya tempat ini menjadikan perpaduan antara pasar tradisional dan modern. Dikatakan demikian karena meskipun dibangun Plaza Singosaren commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang di dalamnya terdapat supermarket, bioskop, pusat penjualan telepon seluler, kebutuhan sandang, dan lain-lain, tapi pasar tradisional yang menjual kebutuhan pangan itu masih ada di sisi lain dalam Plaza Singosaren ini. 7) Solo Square dan Solo Grand Mall Solo Square dan Solo Grand Mall adalah mall berkelas menengah keatas dengan desain modern dan elegan. Lokasinya sangat strategis dan sangat mudah dijangkau karena berada di pusat kota, keduanya terletak di Jl. Slamet Riyadi. f. Wisata Kuliner 1) Sate Buntel Sate buntel adalah sate kambing khas Solo yang terbuat dari cincangan daging kambing, dengan bumbu bawang, merica, kecap, irisan cabe rawit, bawang merah, irisan kol, tomat, dan rempahrempah. Kekhasan sate ini adalah pada tampilan dan rasanya karena dibungkus dengan lemak kambing. 2) Pecel nDeso Solo Pecel nDeso adalah nasi pecel yang berasal dari beras merah, di atasnya diberi sayuran jantung pisang, daun petai cina, bunga turi, dan kacang panjang. Biasanya, warung ini juga menyediakan hidangan pendamping seperti misalnya belut goreng, wader, telur mata sapi, sosis solo, hingga iso goreng. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
3) Timlo Solo Timlo adalah makanan berkuah bening yang di dalamnya terdapat ayam suwir atau potong dadu, telur pindang, dan irisan hati / rempela ayam. Menu ini disantap dengan nasi putih yang ditaburi bawang goreng. Berbeda dengan daerah lain, Timlo Solo tidak memakai soup dan jamur. 4) Nasi Liwet Nasi liwet merupakan makanan khas Solo yang terkenal. Nasi liwet terdiri dari nasi yang terbuat dari beras yang dimasak dengan kaldu ayam sehingga terasa gurih, sedikit asin, dan terkesan pulen, diatas nasi tersebut dibubui sayur labu bumbu pedas, telur rebus, daging ayam yang disuwir, dan kuah santan kental. Biasanya nasi liwet disajikan dengan memakai daun pisang. 5) Gladag Langen Bogan Kota Solo sangat terkenal akan wisata kuliner, bahkan salah satu potensi wisata terbesar kota ini adalah wisata kuliner. Gladag Langen Bogan (Galabo) merupakan salah satu tempat wisata kuliner terbaik di Solo. Galabo adalah sebuah terobosan yang dilakukan pemerintah kota Solo dengan menggabungkan semua objek wisata kuliner di kota Solo dalam satu kawasan yaitu di daerah Gladag, Solo. Kini, wisatawan kuliner dapat dengan mudah menikmati kelezatan kuliner kota Solo dengan hanya mengunjungi satu kawasan. Keunikan dari tempat wisata kuliner ini adalah lokasinya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
yang terletak di jalan raya. Wisatawan kuliner dapat menikmati makanan di tengah jalan yang bersih dan telah ditutup bagi kendaraan. Mengunjungi dan mencoba langsung kenikmatan kuliner unggulan Solo yang beragam memang sangat mudah dilakukan dengan adanya Galabo ini, mulai dari tengkleng pasar klewer, sate kere, Yu Rebi, bebek goreng Pak Slamet, gudheg ceker Bu Kasno, dan masih banyak lagi. Lokasi : Gladhag – depan PGS (Pusat Grosir Solo) / BTC (Beteng Trade Center). 6) Srabi Notosuman Makanan ini terbuat dari bahan tepung beras yang dibuat sedemikian rupa sehingga menjadikan srabi ini begitu diminati. Bahkan dapat dikatakan makanan ini diminati banyak kalangan atas maupun bawah. Makanan ini selain enak juga dapat digunakan sebagai pengganti makanan pokok. Kita dapat dengan mudah menjumpai makanan ini di sepanjang kota Solo, siang ataupun malam hari.
B. Gambaran Umum Usaha Kereta Jaladara Kereta uap wisata Jaladara ini merupakan sebuah objek wisata baru di Kota Surakarta. Kereta Wisata Sepur Klutuk Jaladara adalah kereta uap yang dijalankan dengan kayu bakar, kayu yang digunakan untuk bahan bakar adalah kayu Jati. Kereta wisata Sepur Klutuk Jaladara didatangkan Pemerintah Kota commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Surakarta dan PT Kereta Api dari Museum Ambarawa, Semarang, Jawa tengah ke Stasiun Jebres Surakarta dengan menggunakan tiga truk. Kereta wisata Sepur Klutuk ini buatan Jerman tahun 1896 dengan nomor loko C 1218. Kereta ini mampu membawa dua gerbong, dengan nomor seri TR 144 dan TR 16 dan memiliki daya tampung mencapai 80 penumpang. Kereta ini diperkirakan berusia 113 tahun, kondisi kereta ini masih sangat terawat baik, berwarna hitam legam, berat kereta ini sekitar 45 ton. Plakat lainnya bertuliskan Hohenzollern A.G Lokomotiv Bau, Dusseldorf, 1927, tertempel di sisi kiri dan kanannya. Lokomotif berbahan bakar kayu itu, dulunya berada di Cepu. Oleh karena tidak sering digunakan, akhirnya dipindahkan ke Ambarawa. Di Ambarawa pun ternyata lokomotif uap itu jarang digunakan (www.solosteamloco.com). Kereta Jaladara ini diresmikan pada tanggal 29 September 2009 oleh Menteri Perhubungan Syafei Jamal bersama walikota dan seluruh jajaran Pemkot Kota Solo. Sebuah paket wisata dikemas dalam setiap kali kereta Jaladara ini berjalan dan diharapkan mampu membuai wisatawan baik domestik maupun asing untuk menikmati sajian kereta wisata ini.
C. Analisis Data dan Pembahasan 1. Aspek Umum dan Pengelolaan a. Latar Belakang Usaha Kota Solo memiliki objek wisata yang sangat beraneka ragam. Objek wisata di Kota Surakarta banyak berupa wisata budaya. Kota commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Solo memiliki objek wisata budaya yang sangat kental dan yang terbaru di Kota Solo adalah Kereta Wisata Sepur Klutuk Jaladara. Upaya Pemkot Surakarta dalam pengembangan pariwisata Kota Surakarta hanya terbatas pada penciptaan sebuah event tahunan seperti Solo
Batik Carnival,
SIEM serta pengembangan
dalam
hal
pembangunan tempat-tempat wisata yang sudah ada tanpa bisa menciptakan sebuah atraksi wisata baru yang dikarenakan Kota Surakarta sudah tidak memiliki lahan baru yang dapat mendukung diciptakannya sebuah atraksi wisata baru (interview Kabid Angkutan Dishub Kota Surakarta). Kota Solo memiliki jaringan kereta api dengan 4 bangunan stasiun kereta api yang melayani perjalanan kereta api antar kota. Keempat stasiun itu adalah Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Balapan, Stasiun Solo Kota (Stasiun Sangkrah) dan Stasiun Jebres. Jalur ini dibangun pada tanggal 1 April 1923 dan kemudian dioperasikan oleh Netherlands Indische Spoorwage (NIS), sebuah perusahaan kereta api swasta Pemerintah Hindia Belanda. Panjang jalur 33 Km hingga Wonogiri, sebagian darinya melintasi di tengah kota Solo. Jalur yang melintasi menelusuri kota Solo itu sepanjang 5,8 Km tepat bersisihan dengan Jalan Slamet Riyadi. Kota di Indonesia yang memiliki jalur kereta api di tengah kota sangat jarang, maka dari sinilah timbul gagasan dari Pemkot Surakarta untuk memanfaatkan jalur kereta api tersebut untuk menciptakan sebuah atraksi wisata baru berupa Kereta commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Uap kuno. Wisata baru ini memiliki keunikan tersendiri karena merupakan satu-satunya di Indonesia atau bahkan di dunia, sebuah kereta uap yang melintas di sepanjang jalan di pusat kota (interview Kabid Angkutan Dishub Surakarta). b. Maksud dan Tujuan Maksud penciptaan atraksi wisata berupa Kereta Uap Jaladara ini yaitu dalam rangka pengoperasian kereta api (kereta uap wisata) di Surakarta sehingga dapat mendukung upaya pelestarian sarana alat transportasi (heritage trail dan loko uap) guna mendukung Kota Surakarta sebagai kota pusaka. c. Sifat Usaha Usaha Kereta uap wisata ini bukan bersifat profit oriented melainkan public oriented karena tidak akan mungkin terjadi payback periods dengan hasil penjualan tiket kereta ini. Tujuan atraksi kereta wisata ini lebih kepada branding kota sebagai Heritage City dan pengembangan pariwisata Kota Surakarta yang diharapkan memiliki multiplier effect kepada semua kalangan (interview Kabid Transportasi Dishub Surakarta). d. Pengelolaan Pengelolaan kereta wisata ini diserahkan kepada sebuah Event Organizer (EO) swasta yaitu PT Aqsa International dengan masa kontrak selama 3 tahun. PT Aqsa International
akan menerima
sejumlah 8 kali perjalanan per bulan atau 96 kali perjalanan kereta uap commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wisata selama setahun. Dalam setiap perjalanan kereta uap ini, PT Aqsa International diwajibkan menyerahkan setoran kepada Dinas Perhubungan senilai Rp 3.200.000,00 per perjalanan. Semua biaya baik beban operasional untuk paket wisata yang dirancang serta semua biaya promosi Sepur Kluthuk Jaladara merupakan tanggung jawab EO (Aqsa Travel & Leisure, 2010). 2. Aspek Pemasaran a. Potensi Pasar Kebutuhan terhadap jasa pariwisata akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sebuah hiburan. Di kotakota besar di Indonesia permintaan pariwisata didorong pula oleh kejenuhan pikiran dalam kesibukan beraktivitas sehari-hari. Kejenuhan setelah sibuk bekerja selama sekian waktu mendorong masyarakat selalu memanfaatkan hari libur baik weekend ataupun hari libur nasional untuk me-refresh diri dengan melakukan perjalanan wisata. Hal ini tampak pada setiap hari libur semua tempat wisata selalu ramai dikunjungi terutama tempat-tempat wisata yang memiliki keunikan dan tidak ditemukan di daerah lain. Pada Tabel 4.8 tampak bahwa selama periode 2005-2009, jumlah kunjungan wisatawan ke objek dan daya tarik wisata (ODTW) di Surakarta mengalami pertumbuhan setiap tahun. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan kunjungan wisata commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 18,9% sedangkan pada tahun 2009 hanya mengalami pertumbuhan sebesar 3,59% dari tahun 2008. Tabel 4.8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta No
Tahun
Wisatawan
Wisatawan
Mancanegara
Domestik
Jumlah
Keterangan
1.
2005
9.649
760.095
769.744
2.
2006
10.625
904.984
915.610
Naik 18,9%
3.
2007
11.922
960.625
972.547
Naik 6,2%
4.
2008
13.859
1.029.003
1.042.862
Naik 7,2%
5.
2009
26.047
1.054.283
1.080.330
Naik 3,59%
Sumber : Dinas Pariwisata Surakarta, 2010 Pada Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sampai pada tahun 2009 Kota Surakarta memiliki sejumlah objek wisata unggulan yang ditawarkan kepada wisatawan. Hampir semua objek wisata tersebut merupakan wisata budaya. Terlihat bahwa objek yang paling banyak dikunjungi wisatawan domestik pada tahun 2009 yaitu Taman Satwa Taru Jurug sebanyak 451.776 orang dan THR Sriwedari sebanyak 403.107 orang. Para wisatawan mancanegara lebih menyukai objek wisata yang berbau budaya, hal ini terlihat pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang paling banyak di objek wisata Keraton Mangkunegaran sebanyak 15.791 orang dan Keraton Kasunanan Surakarta sebanyak 5.205 orang.
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Surakarta Melalui Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan TIC WISATAWAN WISATAWAN JUMLAH ASING DOMESTIK 1 Krt. Mangkunegaran 15,791 36,104 51,895 2 Krt. Kasunanan 5,205 123,867 129,072 3 THR Sriwedari 76 403,107 403,183 4 Satwa Taru Jurug 0 451,776 451,776 5 M. Radya Pustaka 1,360 9,191 10,551 6 Museum Batik 801 30,238 31,039 7 TIC 2,814 0 2,814 Jumlah 26,047 1,054,283 1,080,330 Sumber: Dinas Pariwisata 2010
NO.
OBYEK WISATA
Melihat permintaan dan penawaran produk pariwisata di Kota Surakarta berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan ke ODTW pada tabel 4.8 dan tabel 4.9 dapat ditarik kesimpulan bahwa dari tahun ke tahun jumlah kunjungan wisatawan di Kota Surakarta selalu meningkat baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Wisatawan Mancanegara dan wisatawan dari luar daerah Kota Surakarta lebih cenderung memilih mengunjungi objek wisata budaya karena memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri yang tidak dimiliki dan tidak dapat ditandingi oleh daerah lain. Kecenderungan permintaan pariwisata yang bersifat budaya diperkirakan akan semakin meningkat seiring semakin langkanya penawaran produk pariwisata bersifat budaya. Oleh karena itu, peluang inilah yang digunakan Pemkot Surakarta untuk menciptakan sebuah atraksi wisata bersifat budaya guna menarik wisatawan dari luar daerah Surakarta dan juga dari mancanegara.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Strategi Pemasaran 1) Produk Produk atraksi wisata Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara ini akan beroperasi sebanyak delapan kali dalam satu bulan. Kereta uap wisata ini dikemas dalam sebuah konsep wisata yang menarik. Konsep (Aqsa Travel & Leisure, 2010): ·
Kemasan dalam setiap perjalanan Sepur Kluthuk Jaladara
·
Sajian berupa welcome drink jamu, putra-putri Solo, Guide, Sitter/sinden akan senantiasa hadir setiap kali sepur beroperasi
·
Pemberhentian di berbagai titik seperti Loji Gandrung, Ngarsopuro, Kauman, Galabo, dan Museum Batik Danarhadi
·
Setiap pemberhentian akan diadakan traditional / contemporer art performer
·
Bekerjasama dengan travel stakeholder. Wisata Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara ini juga
menawarkan dua pilihan paket wisata terhadap wisatawan, yaitu: ·
Regular / Personal Package -
Start dari stasiun Purwosari pukul 09.00 dan Finished di stasiun Purwosari pukul 11.30.
-
Include: ü welcome drink jamu ü guide ü art performance @ loji gandrung commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ü solo kota/sangkrah ü jajanan kampung ü kampoeng batik kauman visit – museum ü shopping & workshop ü sinden on train ü train steward ü samir as souvenir ·
Group Package Group Package ini dirancang untuk para wisatawan dari luar daerah yang jauh dari kota Surakarta dan para wisatawan mancanegara. Dalam paket ini wisatawan akan berangkat dari kota Jakarta. -
Term : ü min. 30 pax ü 3 hari 2 malam ü berangkat menggunakan KA Nusantara/Bali/Toraja ü kembali menggunakan Pesawat ü Hotel **** (Best Western, Novotel, Lor In, Sunan, Sahid) ü Termasuk Bis, Makan, Atraksi Seni di padepokan
Gedhong Putih Selain kedua paket wisata yang ditawarkan tersebut, para wisatawan juga dapat menikmati kereta uap wisata ini dengan cara commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyewa kepada pengelola dan merancang sendiri paket wisatanya. Masyarakat juga dapat menyewa kereta uap wisata ini misalnya untuk keperluan pernikahan. 2) Harga jual (Price) Harga jual atau price untuk regular / personal package yaitu Rp. 150.000,00/pax, dan anak-anak di bawah 5 tahun Rp. 75.000,00/pax, sedangkan bagi yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Surakarta Rp. 30.000,00/pax. Sementara untuk group package harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 2.300.000 – Rp. 3.500.000/pax tergantung paket wisata yang dipilih. Harga jual bagi yang akan menyewa kepada pengelola bisa melakukan negosiasi harga langsung dan besarnya biaya akan sangat tergantung pada paket wisata yang akan dibuat. 3) Promosi Kegiatan yang dilakukan untuk mempromosikan atau mengenalkan Kereta Uap Wisata Sepur Kluthuk Jaladara ini yaitu : -
Roadshow ke DTW yang menjadi Target Market.
-
Mengajak beberapa tokoh menikmati sepur kluthuk.
-
Membuat website dan brosur atau sarana promosi lainnya.
-
TV coverage, liputan acara-acara TV nasional / internasional
-
Koran, liputan berita di Koran nasional / regional / internasional commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-
Majalah, diutamakan majalah travel dan gaya hidup
-
Mengundang berbagai reporter menikmati Sepur Kluthuk dan Kota Solo.
4) Target Pasar Target pasar untuk kereta uap wisata ini adalah wisatawan domestik dari luar Surakarta dan wisatawan mancanegara. ·
·
Wisatawan Domestik -
Jakarta
- Surabaya
-
Bandung
- Yogya
-
Semarang
- Makasar
-
Medan
- Bali
Wisatawan Asing -
Singapore
- Malaysia
-
Jepang
- China
-
Rusia
3. Aspek Keuangan a. Pembelanjaan Investasi Barang Modal Total dana yang dibutuhkan untuk menyewa barang modal sebuah kereta uap wisata beserta dua gerbong dari PT KAI adalah Rp. 174.744.088,00 (seratus tujuh puluh empat juta tujuh ratus empat puluh empat ribu delapan puluh delapan rupiah) per bulan sudah termasuk biaya operasional, meliputi biaya operasi langsung, biaya operasi tidak langsung, dan biaya umum. Biaya sewa Kereta dari PT commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kereta Api (Persero) ini sesuai dengan perjanjian kerjasama antara PT Kereta Api (Persero) dengan Pemerintah Kota Surakarta tentang pengoperasian Kereta Api (Kereta Uap Wisata) di Kota Surakarta Nomor : HK.213/X/6/KA-2009 Nomor : 55/4390. Biaya investasi yang digunakan untuk pengadaan Kereta Uap Wisata Sepur Kluthuk Jaladara ini keseluruhan berasal dari APBD Kota Surakarta. b. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya-biaya administratif di luar kegiatan teknis kereta untuk mendukung kegiatan operasi kereta wisata, termasuk di dalamnya biaya promosi dan pemasaran. Keseluruhan biaya operasional merupakan tanggung jawab pengelola yaitu PT Aqsa International. Pemkot Surakarta tidak mengeluarkan dana untuk biaya operasional ini. c. Biaya dan Estimasi Pendapatan atau Manfaat Estimasi biaya dan pendapatan yang dihitung merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Pemkot Surakarta selaku pemilik atraksi wisata, sedangkan estimasi pendapatan dihitung dari pendapatan multiplier effect di Kota Surakarta yang ditimbulkan dari setiap perjalanan wisata Kereta Uap Wisata Sepur Kluthuk Jaladara. 1) Biaya Dalam penelitian ini, biaya yang digunakan untuk pengadaan Kereta Wisata Jaladara ini berasal dari APBD Kota Surakarta yaitu sebesar Rp. 174.744.088,00 per bulan. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Estimasi Pendapatan atau Manfaat Pendapatan
yang
dihitung
adalah
manfaat
dapat
dirupiahkan. Manfaat yang dimaksud adalah manfaat multiplier effect di Kota Surakarta yang ditimbulkan dari setiap perjalanan wisata Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara baik manfaat langsung bagi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surakarta dan manfaat tidak langsung yang diterima masyarakat Surakarta. a) Pendapatan langsung Pendapatan langsung ini berasal dari setoran dari EO kepada Pemerintah Kota Surakarta setiap Kereta Beroperasi, yaitu sebesar Rp. 3.200.000,00 per perjalanan. b) Pendapatan tidak langsung Pendapatan
tidak
langsung
ini
merupakan
pendapatan
multiplier effect dari adanya atraksi kereta wisata ini seperti pendapatan hotel, kuliner, dan lain-lain. c) Pendapatan hotel Asumsi : ·
Harga per kamar hotel bintang 4 Rp. 500.000,00
·
Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan setiap paket perjalanan : Rp. 500.000,00 X 80
commit to user
= Rp. 40.000.000,00
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Pendapatan kuliner (1) Pecel solo Asumsi : ·
Harga per porsi Rp. 40.000,00
·
Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan setiap paket perjalanan : Rp. 40.000,00 X 80
= Rp. 3.200.000,00
(2) Soga resto Asumsi : ·
Harga per orang Rp. 80.000,00
·
Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 80.000,00 X 80
= Rp. 6.400.000,00
(3) Soto gading Asumsi : ·
Harga per porsi Rp. 40.000,00
·
Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 40.000,00 X 80
= Rp. 3.200.000,00
(4) Padepokan Gedong Putih Asumsi : ·
Harga per orang Rp. 250.000,00
·
Dalam satu perjalanan commit to user terdapat 80 orang wisatawan
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 250.000,00 X 80
= Rp. 20.000.000,00
(5) Susu “Si Jack” Asumsi : ·
Harga per rombongan Rp. 1.500.000,00
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 1.500.000,00 X 1
= Rp. 1.500.000,00
(6) Gala Dinner Hotel Asumsi : ·
Harga per orang Rp. 150.000,00
·
Dalam satu perjalanan terdapat 80 orang wisatawan
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 150.000,00 X 80 = Rp. 12.000.000,00 e) Pendapatan Oleh-oleh (1) Gunawan Setiawan Asumsi : ·
Dalam setiap kunjungan Rp. 20.000.000,00
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 20.000.000,00 X 1
= Rp. 20.000.000,00
(2) Orion Asumsi : ·
Dalam setiap kunjungan Rp. 15.000.000,00 commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 15.000.000,00 X 1
= Rp. 15.000.000,00
f) Pendapatan rent a car (1) Bus Asumsi : ·
Harga sewa 1 unit bus Rp. 2.000.000,00
·
Dalam satu kali jalan terdapat 2 unit bis yang di sewa
·
Bus disewa selama 2 hari
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 2.000.000,00 X 2 X 2
= Rp. 8.000.000,00
(2) Innova Asumsi : ·
Harga sewa 1 unit Rp. 600.000,00
·
Dalam satu kali jalan terdapat 1 unit yang di sewa
·
Mobil disewa selama 2 hari
Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 600.000,00 X 1 X 2
= Rp. 1.200.000,00
g) Lain-lain (1) Kesenian Sepur Kluthuk Asumsi : Harga sekali perjalanan Rp. 3.500.000,00 Pendapatan dalam setiap paket perjalanan : Rp. 3.500.000,00 X 1 commit to user
= Rp. 3.500.000,00
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Estimasi total pendapatan atau manfaat multiplayer effect yang diterima Kota Surakarta dari adanya kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.10 Perhitungan Estimasi Manfaat multiplier effect dari Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara setiap paket perjalanan
No.
Perincian
Jumlah Manfaat (Rp)
1
Manfaat langsung a. Setoran 2 Manfaat tidak langsung a. Hotel b. Kuliner 1). pecel solo 2). soga resto 3). soto gading 4). gedong putih 5). susu si 'jack 6). gala dinner hotel c. Oleh-oleh 1). gunawan setiawan 2). Orion d. Rent a car 1). Bus 2). Innova Kesenian sepur e. kluthuk Jumlah Sumber : Data diolah, 2010
3,200,000 40,000,000 3,200,000 6,400,000 3,200,000 20,000,000 1,500,000 12,000,000 20,000,000 15,000,000 8,000,000 1,200,000 3,500,000 137,200,000
Pendapatan langsung yang diterima Pemkot Surakarta melalui pajak dan retribusi dapat dilihat pada tabel 4.11.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11 Perhitungan pendapatan yang diterima Pemkot Surakarta melalui pajak dan retribusi
No.
Perincian
Jumlah pendapatan Oleh Pemkot
1
Manfaat langsung a. Setoran 2 Manfaat tidak langsung a. Hotel b. Kuliner 1). pecel solo 2). soga resto 3). soto gading 4). gedong putih 5). susu si 'jack 6). gala dinner hotel c. Oleh-oleh 1). gunawan setiawan 2). Orion d. Rent a car 1). Bus 2). Innova e. Kesenian sepur kluthuk Jumlah Sumber : Data diolah, 2010
3,200,000 4,000,000 320,000 640,000 320,000 2,000,000 300 1,200,000 2,000,000 1,500,000 0 0 0 15,180,300
d. Payback Period (PBP) Payback period usaha produk wisata kereta uap Sepur Kluthuk Jaladara ini dapat dilihat pada tabel 4.12. PBP usaha kereta uap Sepur Kluthuk Jaladara ini bila dilihat dari manfaat yang diterima secara keseluruhan bagi kota Surakarta akan tercapai pada perjalanan paket wisata ke-2 pada setiap bulan investasinya. Selanjutnya pada perjalanan ke-2 sampai dengan perjalanan ke-8 setiap bulannya akan mengalami laba. Pada tabel 4.13 dapat diketahui apabila dilihat dari commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuntungan Pemkot Surakarta (dari setoran, pajak, dan retribusi) sebagai pemilik usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” maka PBP tidak akan terjadi selama 8 kali perjalanan dalam sebulan. Pemkot
Surakarta
masih
mengalami
kerugian
sebesar
Rp
53.301.688,00 setelah 8 kali perjalanan. Tabel 4.12 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Manfaat Bagi Kota Surakarta Secara Keseluruhan Perjalanan
Benefit 0 -174,744,088 1 137,200,000 2 137,200,000 Sumber : Data diolah, 2010
Cash flow -174,744,088 -37,544,088 99,655,912
Tabel 4.13 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Keuntungan yang Diterima Pemkot Surakarta Perjalanan
Benefit 0 -174,744,088 1 15,180,300 2 15,180,300 3 15,180,300 4 15,180,300 5 15,180,300 6 15,180,300 7 15,180,300 8 15,180,300 Sumber : Data diolah, 2010 4.
Cash flow -174,744,088 -159,563,788 -144,383,488 -129,203,188 -114,022,888 -98,842,588 -83,662,288 -68,481,988 -53,301,688
Simulasi Aspek Finansial Dengan Alternatif Investasi Model investasi Pemkot Surakarta dengan sistem bulanan yang mencapai Rp. 174.744.088,00 per bulan dengan kerugian mencapi Rp 53.301.688,00 per bulannya dinilai terlalu memberatkan APBD Kota Surakarta, maka dari itu commit penulis tomencoba menghitung kelayakan usaha user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” apabila Pemkot melakukan investasi dengan menyewa kereta uap tersebut langsung selama 20 tahun dengan perkiraan investasi Rp. 15.000.000.000,00. a. Estimasi biaya dan manfaat selama 20 tahun 1) Estimasi investasi Investasi yang dikeluarkan pemkot Surakarta untuk menyewa kereta uap wisata tersebut selama 20 tahun diasumsikan Rp. 15.000.000.000,00 2) Estimasi biaya (cost) Biaya operasional yang dikeluarkan pemkot per tahun diasumsikan sebesar 1% dari total investasi yaitu sebesar Rp. 150.000.000,00 karena semua biaya perawatan ditanggung PT KAI dan biaya operasional telah ditanggung oleh EO. 3) Estimasi Pendapatan Estimasi pendapatan pemkot Surakarta dari setoran, pajak, dan retribusi dengan asumsi selama satu tahun kereta berjalan sebanyak 96 kali dengan rincian 92 kali perjalanan paket wisata dan 4 kali perjalanan regular serta setiap perjalanan diasumsikan dinaiki oleh 80 orang wisatawan. Pajak hotel yang ditetapkan yaitu 10% (Perda Nomor: 9 Tahun 2002) dan pajak restoran yang ditetapkan yaitu 10% (Perda Nomor: 10 Tahun 2002).
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.14 Perhitungan Pendapatan Selama 1 Tahun No.
Perincian
Pemkot
Surakarta
Jumlah pendapatan Pemkot
1
Manfaat langsung a. Setoran 2 Manfaat tidak langsung a. Hotel b. Kuliner 1). pecel solo 2). soga resto 3). soto gading 4). gedong putih 5). susu si 'jack 6). gala dinner hotel c. Oleh-oleh 1). gunawan setiawan 2). Orion d. Rent a car 1). Bus 2). Innova e. Kesenian sepur kluthuk Jumlah Sumber : Data diolah, 2010
307,200,000 368,000,000 29,440,000 58,880,000 29,440,000 184,000,000 27,600 110,400,000 184,000,000 138,000,000 0 0 0 1,409,387,600
b. Perhitungan kelayakan usaha Beberapa analisis pokok yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) dan Pay Back Periods (PBP).
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Net Present Value (NPV) Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat discount factor 12%, diperoleh NPV sebagai berikut:
= Rp 759.602.538,Perhitungan Net Present Value (NPV) selama 20 tahun perjalanan menunjukan hasil sebesar Rp. 759.602.538,- yang berarti bahwa NPV > 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” secara ekonomis layak untuk dilaksanakan.
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.15 Perhitungan Net Present Value Th
Benefit (Rp)
Cost (Rp)
Net Benefit (Rp)
DF 12%
NPV 12% (Rp)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0 1,409,387,600 1,508,044,732 1,613,607,863 1,726,560,414 1,847,419,643 1,976,739,018 2,115,110,749 2,263,168,501 2,421,590,296 2,591,101,617 2,772,478,730 2,966,552,241 3,174,210,898 3,396,405,661 3,634,154,057 3,888,544,841 4,160,742,980 4,451,994,989 4,763,634,638 5,097,089,063
15,000,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000 150,000,000
-15,000,000,000 1,259,387,600 1,358,044,732 1,463,607,863 1,576,560,414 1,697,419,643 1,826,739,018 1,965,110,749 2,113,168,501 2,271,590,296 2,441,101,617 2,622,478,730 2,816,552,241 3,024,210,898 3,246,405,661 3,484,154,057 3,738,544,841 4,010,742,980 4,301,994,989 4,613,634,638 4,947,089,063
1.0000 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037
-15,000,000,000 1,124,453,214 1,082,624,946 1,041,767,168 1,001,932,645 963,161,491 925,482,837 888,916,305 853,473,316 819,158,234 785,969,389 753,899,968 722,938,808 693,071,083 664,278,918 636,541,920 609,837,647 584,142,018 559,429,665 535,674,248 512,848,720 759,602,538
Sumber : Data diolah, 2010 2) Internal Rate of Return (IRR) Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa pada tingkat discount factor 12% diperoleh NPV sebesar 759.602.538 sedangkan pada tingkat discount factor 13% diperoleh NPV sebesar - 452.264.103. Kemudian dengan rumus :
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= 12,62680374 dibulatkan 12,63% Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa nilai IRR sebesar 12,63% , nilai IRR > social discount rate (12%). Ini berarti usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” secara ekonomis layak untuk dilaksanakan. Tabel 4.16 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Th 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Benefit (Rp)
Cost (Rp)
0 15,000,000,000 1,409,387,600 150,000,000 1,508,044,732 150,000,000 1,613,607,863 150,000,000 1,726,560,414 150,000,000 1,847,419,643 150,000,000 1,976,739,018 150,000,000 2,115,110,749 150,000,000 2,263,168,501 150,000,000 2,421,590,296 150,000,000 2,591,101,617 150,000,000 2,772,478,730 150,000,000 2,966,552,241 150,000,000 3,174,210,898 150,000,000 3,396,405,661 150,000,000 3,634,154,057 150,000,000 3,888,544,841 150,000,000 4,160,742,980 150,000,000 4,451,994,989 150,000,000 4,763,634,638 150,000,000 5,097,089,063 150,000,000
Net Benefit (Rp)
DF 12%
NPV 12% (Rp)
DF 0.13
NPV 13% (Rp)
-15,000,000,000 1,259,387,600 1,358,044,732 1,463,607,863 1,576,560,414 1,697,419,643 1,826,739,018 1,965,110,749 2,113,168,501 2,271,590,296 2,441,101,617 2,622,478,730 2,816,552,241 3,024,210,898 3,246,405,661 3,484,154,057 3,738,544,841 4,010,742,980 4,301,994,989 4,613,634,638 4,947,089,063
1.0000 0.8929 0.7972 0.7118 0.6355 0.5674 0.5066 0.4523 0.4039 0.3606 0.3220 0.2875 0.2567 0.2292 0.2046 0.1827 0.1631 0.1456 0.1300 0.1161 0.1037
-15,000,000,000 1,124,453,214 1,082,624,946 1,041,767,168 1,001,932,645 963,161,491 925,482,837 888,916,305 853,473,316 819,158,234 785,969,389 753,899,968 722,938,808 693,071,083 664,278,918 636,541,920 609,837,647 584,142,018 559,429,665 535,674,248 512,848,720 759,602,538
1.0000 0.8850 0.7831 0.6931 0.6133 0.5428 0.4803 0.4251 0.3762 0.3329 0.2946 0.2607 0.2307 0.2042 0.1807 0.1599 0.1415 0.1252 0.1108 0.0981 0.0868
-15,000,000,000 1,114,502,301 1,063,548,228 1,014,353,667 966,934,027 921,291,377 877,416,595 835,291,240 794,889,171 756,177,957 719,120,093 683,674,051 649,795,185 617,436,513 586,549,378 557,084,016 528,990,044 502,216,865 476,714,012 452,431,436 429,319,742 -452,264,103
Sumber : Data diolah, 2010 commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) Dari tabel 4.16. dapat diketahui bahwa pada tingkat discount factor 12%, diperoleh Benefit Cost Ratio sebagai berikut :
= 1,047120528 dibulatkan 1,05 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh Benefit Cost Ratio sebesar 1,05 < 1, artinya secara ekonomis usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” layak untuk dilaksanakan.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.17 Perhitungan Benefit-Cost Ratio Th 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Benefit (Rp)
Cost (Rp)
DF 12%
0 15,000,000,000 1.0000 1,409,387,600 150,000,000 0.8929 1,508,044,732 150,000,000 0.7972 1,613,607,863 150,000,000 0.7118 1,726,560,414 150,000,000 0.6355 1,847,419,643 150,000,000 0.5674 1,976,739,018 150,000,000 0.5066 2,115,110,749 150,000,000 0.4523 2,263,168,501 150,000,000 0.4039 2,421,590,296 150,000,000 0.3606 2,591,101,617 150,000,000 0.3220 2,772,478,730 150,000,000 0.2875 2,966,552,241 150,000,000 0.2567 3,174,210,898 150,000,000 0.2292 3,396,405,661 150,000,000 0.2046 3,634,154,057 150,000,000 0.1827 3,888,544,841 150,000,000 0.1631 4,160,742,980 150,000,000 0.1456 4,451,994,989 150,000,000 0.1300 4,763,634,638 150,000,000 0.1161 5,097,089,063 150,000,000 0.1037
Total Present Value B/C Ratio Sumber : Data diolah, 2010
commit to user
PV B (Rp)
PV C (Rp)
0 15,000,000,000 1,258,381,786 133,928,571 1,202,204,027 119,579,082 1,148,534,205 106,767,037 1,097,260,356 95,327,712 1,048,275,519 85,114,028 1,001,477,505 75,994,668 956,768,688 67,852,382 914,055,800 60,582,484 873,249,737 54,091,504 834,265,374 48,295,985 797,021,384 43,121,416 761,440,072 38,501,264 727,447,212 34,376,129 694,971,890 30,692,972 663,946,359 27,404,439 634,305,897 24,468,249 605,988,669 21,846,651 578,935,604 19,505,939 553,090,264 17,416,017 528,398,734 15,550,015 16,880,019,082 16,120,416,544 1.047120528
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Payback Periods Tabel 4.18 Perhitungan Payback Periods Th
Net Benefit
Cash Flow
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-15,000,000,000 1,259,387,600 1,358,044,732 1,463,607,863 1,576,560,414 1,697,419,643 1,826,739,018 1,965,110,749 2,113,168,501 2,271,590,296 2,441,101,617 2,622,478,730 2,816,552,241 3,024,210,898 3,246,405,661 3,484,154,057 3,738,544,841 4,010,742,980 4,301,994,989 4,613,634,638 4,947,089,063
-15,000,000,000 -13,740,612,400 -12,382,567,668 -10,918,959,805 -9,342,399,391 -7,644,979,748 -5,818,240,731 -3,853,129,982 -1,739,961,481 531,628,816 2,972,730,433 5,595,209,163 8,411,761,404 11,435,972,303 14,682,377,964 18,166,532,021 21,905,076,863 25,915,819,843 30,217,814,832 34,831,449,471 39,778,538,533
Sumber : Data diolah, 2010 Dari perhitungan tabel 4.17. dapat diketahui aliran kas yang belum
lunas
setelah
akhir
tahun
ke-8
adalah
Rp. 1.739.961.481,00 sedangkan aliran kas tahun operasional ke-9 sebesar Rp. 531.628.816,00.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini berarti bahwa waktu
yang diperlukan untuk
memperoleh dana sebesar Rp. 1.739.961.481,00 dalam tahun operasional ke-9 adalah sebagai berikut :
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa payback period investasi yang dilakukan pada awal penciptaan usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” dapat terbayar kembali setelah 8 tahun 9 bulan.
5. Analisis Ekonomi Kereta Jaladara ini secara ekonomi dapat memberikan banyak manfaat bagi kota Surakarta. Manfaat tersebut merupakan manfaat multiplier effect yang diterima masyarakat Surakarta seperti dari pendapatan oleh-oleh, makanan, dan lain-lain. Selain itu, kereta Jaladara ini menjadi sebuah ikon wisata yang dapat memperkuat branding kota Surakarta sebagai kota budaya, sehingga meskipun dari sisi finansial penciptaan atraksi wisata ini mengalami kerugian, tapi pemerintah kota Surakarta terus melakukan subsidi guna mendukung berjalannya kereta wisata ini (sesuai dengan hasil penelitian dari Suthanaya (2009) dengan judul Analisis Kinerja dan Kelayakan Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal Trans Sarbagita di Provinsi Bali dengan hasil meskipun tidak layak tetapi tetapi tetap dijalankan dengan subsidi dari pemerintah commit to user karena proyek tersebut memiliki manfaat ekonomi bagi masyarakat).
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Dalam menilai kelayakan usaha kereta Jaladara ini hanya melihat pada payback period saja karena tidak memungkinkannya untuk menggunakan kriteria investasi yang lain seperti npv, irr, b/c ratio karena investasi yang dilakukan berupa sewa bulanan. Kriteria investasi digunakan untuk melakukan penilaian kelayakan pada simulasi alternatif investasi agar usaha kereta Jaladara tersebut layak dijalankan dan pemkot Surakarta tidak perlu melakukan subsidi. Kriteria investasi yang digunakan yaitu npv, irr, b/c ratio, dan payback period (sesuai dengan alat analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek dalam penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi (2002), Syahrani (2003), dan Ratnayanti (2006). Hasil yang diperoleh yaitu dengan simulasi investasi tersebut kereta Jaladara layak untuk dijalankan baik secara ekonomi maupun finansial karena memiliki npv > 0, irr > discount rate, b/c ratio > 0 dan biaya investasi yang dilakukan dapat terbayar kembali sebelum umur kontrak berakhir (sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menghasilkan npv > 0, irr > discount rate, b/c ratio > 0 yang berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan; sesuai dengan penelitian terdahulu dari Brown dan Kwansa (1999) jika NPV yang dihasilkan > 0 dan IRR > country’s cost of capital maka proyek usaha pariwisata tersebut layak untuk dijalankan). Untuk menilai kelayakan sebuah proyek pariwisata menurut Brown dan Kwansa (1999) menggunakan model NPV dan IRR yang telah dimodifikasi dengan memasukkan biaya dan manfaat sosial agar penilaian commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelayakan sebuah proyek pariwisata lebih komprehensif dan efektif. Jika hasil yang diperoleh NPV > 0 maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Begitu juga jika nilai IRR > country’s cost of capital maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yang telah diuraikan dalam Bab IV, secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara merupakan sebuah atraksi wisata yang diciptakan pemkot Surakarta dengan menggabungkan nuansa klasik yaitu kereta uap itu sendiri dengan nuansa modern, yaitu melintas di tengah kota Surakarta yang bernuansa modern. Sebuah paket wisata dikemas dalam setiap kali kereta Jaladara beroperasi melewati sepanjang Jl. Slamet Riyadi dari stasiun Purwosari sampai stasiun Sangkrah (Solo Kota). Kereta Jaladara ini menjadi sebuah uniqueness yang diharapkan menjadi salah satu pendukung brand image kota Solo sebagai The Spirit of Java dan The Heritage City. 2. Usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” dapat memberikan manfaat multiplier effect kepada kota Solo. Hal ini terlihat dari besarnya manfaat langsung yang diterima dari setiap kereta ini beroperasi yaitu Rp. 137.200.000,00. 3. Usaha kereta ini lebih bersifat ke public oriented karena lebih commit to user mementingkan kepada manfaat keseluruhan bagi kota Solo melalui usaha
98
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pariwisata. Pendapatan pemkot Surakarta yang ditimbulkan adanya kereta wisata
ini
dari
setoran,
pajak,
dan
retribusi
hanya
sebesar
Rp. 15.180.300,00 setiap kereta beroperasi tidak akan menutupi pengeluaran pemkot untuk menciptakan sebuah atraksi wisata ini yang besarnya mencapai Rp 174.744.088,00 per bulan. 4. Usaha kereta wisata Sepur Kluthuk Jaladara ini dianggap layak dan dapat terus dijalankan bila melihat manfaat secara keseluruhan yang ditimbulkan bagi kota Surakarta, sedangkan dapat dianggap tidak layak jika melihat dari sisi pendapatan Pemkot Surakarta sebagai pemilik usaha kereta wisata ini. 5. Dari aspek finansial, usaha kereta ini dapat lebih menguntungkan pemkot Surakarta jika dilakukan investasi secara langsung beberapa tahun ke depan daripada melakukan sewa per bulan. Dari penelitian di atas, penulis mengasumsikan investasi yang dilakukan untuk 20 tahun ke depan sebesar Rp 15.000.000.000,00 dengan discount factor sebesar 12% dan setiap tahunnya pendapatan naik 7% diperoleh hasil secara ekonomis usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” layak untuk dilaksanakan dengan NPV = Rp 759.602.538,00 yang berarti layak dilaksanakan karena NPV > 0. Nilai IRR sebesar 12,63% , nilai IRR > social discount rate (12%) yang berarti secara ekonomis layak dilaksanakan. Benefit Cost Ratio sebesar 1,05 < 1, artinya secara ekonomis usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” layak untuk dilaksanakan. Payback period commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
investasi yang dilakukan pada awal penciptaan usaha kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” dapat terbayar kembali setelah 8 tahun 9 bulan. B. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan penulis memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan sebagai berikut: 1. Terbatasnya data yang diperoleh peneliti baik dari Dinas Perhubungan maupun dari PT Aqsa International sebagai pengelola Kereta Jaladara. 2. Manfaat ekonomi yang dihitung hanya berupa setoran yang diterima pemkot Solo dan banyaknya uang yang dikeluarkan oleh para wisatawan yang menaiki Kereta Jaladara. 3. Hanya menghitung manfaat yang diperoleh dari group package saja, sementara dari personal package / regular hanya dihitung setoran dari EO ke pemkot saja. 4. Hanya melakukan satu kali simulasi kelayakan investasi usaha dengan satu kali investasi untuk 20 tahun kedepan saja.
C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat penulis berikan sebagai saran, antara lain sebagai berikut: 1. Pemerintah Kota Surakarta perlu melakukan evaluasi dalam sistem pembayaran sewa dan pengelolaan usaha kereta wisata ini. 2. Pengelola kereta wisata ini sebaiknya dapat mengoperasikan kereta ini secara rutin dua kali dalam seminggu atau minimal satu kali dalam commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seminggu untuk paket regular sehingga ada jadwal yang tetap bagi wisatawan umum yang akan menikmati kereta ini. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah memasukkan variabel-variabel manfaat yang lain selain jumlah uang yang dikeluarkan wisatawan.
commit to user